Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015 Pengaruh Umur Listing, Kepemilikan Asing, Ukuran Dewan Komisaris,Status Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dalam Laporan Tahunan Yuni Rachmawati Alumni Magister Ilmu Ekonomi FE Unsri [email protected] ABSTRACT This research’s aim is to give empirical evidence whether there is firm age, foreign ownership, size of board commissioner, and firm status have effect to corporate social responsibility disclosure in annual report. This research is done at mining, basic industry and chemicals, miscellaneous industry, and consumer goods industry which are listed in Indonesia Stock Exchange from 2009 until 2013. The election of that industry is because mining and industrial company considered to be the largest contributor to social and environmental issues. Purposive sampling method was used to get the sample and there are 46 companies meet the criteria. The researcher uses panel regression analysis with Gretl 4.2 aplication as analytical methods. The research shows that foreign ownership, size of board of commissioner and company status have significant effect toward degree of corporate social responsibility disclosure. Firm age does not have significant effect toward degree of corporate social responsibility disclosure. Index corporate social responsibility disclosure is 52,4 %. Keyword: corporate social responsibility disclosure, firm age, foreign ownership, size of board of commissioner I. PENDAHULUAN Di era globalisasi yang semakin ketat, terlebih lagi mendekati perdagangan bebas ASEAN Free Trade Area (AFTA), mengharuskan perusahaan untuk mampu bersaing di segala sektor. Menurut Aulia (2011), terjadi perubahan paradigma dari pertumbuhan ekonomi (economic growth) menjadi pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) menuntut perusahaan untuk mampu menyeimbangkan pencapaian 3P yaitu kinerja ekonomi (profit), kinerja sosial (people) dan kinerja lingkungan (planet). Pada intinya lingkungan dan masyarakat merupakan pondasi dan pilar utama dalam bisnis yang harus mendapat perhatian serius dari perusahaan dan menjadi fokus dalam pelaporan akuntansi, untuk itu perusahaan perlu melaksanakan CSR. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitemen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan dengan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap ekonomi, sosial, dan lingkungan. Terdapat perdebatan mengenai manfaat pelaksanaan CSRsendiri. CSR sebagai misguiding virtue atau kebaikan yang salah alamat serta pendapat bahwa tanggung jawab berada di pundak individu, bukan perusahaan (Friedman 1970 dalam Karim 2012). Di sisi lain, ada pihak yang berpendapat bahwa kinerja sosial yang dalam hal ini dikaitkan dengan pelaksanaan CSR, penting untuk dilakukan dan berhubungan positif dengan keuntungan finansial. Tidak hanya keuntungan financial yang perusahaan cari, namun berbagai motif yang melatar belakangi pengungkapan CSR ini. Dari perspektif ekonomi, perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan (Verecchia,1983 dalam Basamalah and Jermias, 2005). Dengan mengungkapkan CSR, diharapkan Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian ISBN 979-587-563-9 432 Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015 perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang (Kiroyan, 2006).Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang menerapkan CSR mengharapkan akan direspon positif oleh para pelaku pasar.Hasil penelitian di beberapa negara maju membuktikan saat ini investor memasukkan variabel sustainability dalam proses pengambilan keputusan investasi. Para investor cenderung menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki kepedulian terhadap masalah-masalah sosial dan lingkungan hidup atau perusahaan yang memiliki standar tinggi dalam masalah sosial dan lingkungan hidup(Pinnarwan, 2000 dalam Zuhroh dan Sukmawati, 2003). Pengungkapan CSR tidak bisa dianggap voluntary atau sukarela lagi namun sudah bersifat mandatory terlebih lagi telah disahkannyaUndang-Undang No 40 tahun 2007 pada tanggal 20 Juli 2007. Selain Undang-Undang No 40 tahun 2007, aturan mengenai CSR dan kewajiban pengungkapannya juga diatur dalam Undang-Undang No.25 Tahun 2007, UU Nomor 22 tentang Badan Usaha atau Badan Usaha Tetap, Surat Keputusan Nomor KEP-04/MBU/2007 serta PP Nomor 47 tahun 2012. GRI (Global Reporting Initiative) merupakan sebuah kerangka laporan yang lazim dan diterima yang bertujuan untuk mengkombinasikan laporan kinerja keuangan, lingkungan, dan kinerja sosial dengan format yang sama (Finch, 2005). Sampai tahun 2012, GRI telah menerima 10.034 laporan keberlanjutan dari 3.889 organisasi di seluruh dunia. Dari jumlah laporan keberlanjutan yang diterima GRI tersebut, 9.346 laporan merupakan laporan yang dibuat sesuai standar GRI. 1.836 laporan keberlanjutan dihasilkan oleh organisasi yang berasal dari wilayah Asia, akan tetapi hanya 22 laporan yang berasal dari perusahaan Indonesia (Karim, 2012). Menurut Hackston and Milne (1996), walaupun fenomena pengungkapan CSR ini telah muncul lebih dari dua dekade, penelitian tentang praktek pengungkapan CSR sepertinya terpusat di Amerika Serikat, United Kingdom, dan Australia. Hanya sedikit penelitian yang dilakukan di negara lain seperti Kanada, Jerman, Jepang, Selandia Baru, Malaysia, Indonesia dan Singapura.Perilaku pengungkapan CSR sangat penting dan secara sistematis dipengaruhi oleh variasi perusahaan dan karakteristik industri (Belkaoui et al, 1989 dalam Syafitri, 2011). Beberapa penelitian terkait pengungkapan CSR telah dilakukan dan menunjukkan hasil yang beragam. Hubungan antara umur listing dan pengungkapan sosial menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Marwata (2001) dan Masnila (2006) menemukan bahwa tidak ada pengaruhnya antara umur listing dengan pengungkapan, sedangkan Cooke (1992), Wallace et al (1994), Susanto (1992), Fitriany (2001), Yularto dan Chariri (2003), Khan (2012) menemukan keterkaitan antar variabel tersebut. Hal ini diperkirakan karena umur listing atau jangka waktu menggambarkan pengalaman publikasi pengungkapan informasi. Semakin lama umur perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan tetap eksis (survive) di tengah persaingan bisnis dan situasi persaingan yang mengglobal dan berpengalaman dalam melakukan pengungkapan dari tahun ke tahun (Hikmah, 2011). Dengan umur yang lebih lama, perusahaan diperkirakan akan meningkatkan praktik pengungkapannya karena dianggap telah memiliki lebih banyak pengalaman dalam pengungkapan laporan tahunannya dan lebih memahami kebutuhan pengguna informasi yang berkepentingan terhadap perusahaan (Singhvi and Desai ,1971); Susanto, 1992; Wallace et. al.,1994). Demikian pula halnya hubungan antara kepemilikan asing dengan pengungkapan CSR juga menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Hasil penelitian Susanto (1992); Hadi (2001); Yularto dan Chariri (2003) menunjukkan bahwa perusahaan kepemilikan asing mengungkapkan lebih luas dari perusahaan domestik. Panelitian Berkemeyer (2007), Huafang and Jianguo (2007), Hannifah and Cooke (2005) juga menunjukkan bahwa kepemilikan asing berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela CSR. Perusahaan dengan kepemilikan asing yang tinggi melaporkan pengungkapan CSR sebagai strategi legitimasi proaktif untuk kepuasan etis investor asing dan memperoleh modal asing (Haniffa and Cooke, 2005). Adanya tekanan dari pembeli internasional Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian ISBN 979-587-563-9 433 Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015 seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Islam and Deegan (2008) terhadap perusahaan di Bangladesh. Penelitian Barkmeyer (2007) mengatakan bahwa Multinational Corporation (MNC) melihat jangka panjang melalui legitimasi yang diperoleh dari para stakeholder yang didasarkan atas home market tempat perusahaan itu beroperasi. Atas dasar ini, dapat dikatakan bahwa kepemilikan asing pada perusahaan yang telah beroperasi di Indonesia lebih mengutamakan pengumuman pengungkapan CSR perusahaan. Bertolak belakang dengan hal tersebut, penelitian Rakhmawati dan Muchammad (2011) ; Utami & Rachmawati (2010), Marwata (2006), Djakman dan Machmud (2008), Amran and Devi (2008), Said et al (2009) serta Syafitri (2011) tidak menemukan hubungan antara variabel kepemilikan asing dengan pengungkapan CSR. Berkaitan dengan ukuran dewan komisaris, Coller and Gregory (1999) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan CSR perusahaan, maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkannya. Hubungan ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan CSR telah dibuktikan oleh Utami dan Rahmawati (2010), Huafang and Jianguo (2007), dan Sembiring (2005), namun berbeda dengan temuan Said et al (2009) yang melakukan penelitian pada perusahaan yang terdaftar di Malaysia pada tahun 2006. Keterkaitan status perusahaan dengan pengungkapan CSR yakni bahwa BUMN jika dibandingkan dengan non BUMN, memiliki kewajiban yang lebih luas dalam mengungkapkan CSR. Hal ini dikarenakan sebagian besar saham yang ada di perusahaan BUMN adalah saham yang dimiliki oleh pemerintah, negara atau rakyat sehingga tidak terlepas dari pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat yang merupakan representasi dari masyarakat terlebih lagi ketentuan pemerintah melalui SK No. 236/MBU/2003 serta penyempurnaan pada SK No. 04/MBU/2007 semakin mempertegas kewajiban BUMN untuk mengungkapkan CSR atau dengan kata lain adanya tekanan politis terhadap perusahaan untuk mengungkapan CSR yang lebih luas. Status perusahaan yang diukur dengan kategori BUMN dan Non BUMN terbukti berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela pada penelitian Susanto (1992), Fitriany (2001), Rakhmawati dan Muchammad (2011). Meskipun telah ada undang-undang yang mewajibkan pengungkapan CSR dan teori yang mendukung, masih terdapat perusahaan yang tidak menjalankan, dua diantaranya yaitu PT Inti Indo Rayon, dan PT Newmont Nusa Tenggara. PT Inti Indo Rayon merupakan perusahaan berbadan hukum PMA (kepemilikan asing) yang terpaksa harus dihentikan operasinya dikarenakan mendapatkan protes dari masyarakat sekitar atas isu pencemaran lingkungan, penggundulan hutan, kegagalan panen, kematian hewan peliharaan penduduk. PT Newmont Nusa Tenggara, industri pertambangan yang tidak melaksanakan CSR juga dituntut oleh masyarakat karena menyebabkan kerusakan alam, pencemaran sungai dan terganggunya kesehatan masyarakat sekitar. Kejadian ini menunjukkan bahwa ketidakpedulian perusahaan atas lingkungan dan sosial akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan pada jangka panjang. Terdapat kontradiksi dan masih sedikitnya penelitian pengungkapan CSR menggunakan karakteristik yang berkaitan dengan pasar (market) dengan variabel umur listing, kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris dan status perusahaan, melatarbelakangi penulis untuk kembali mengangkat variabel-variabel ini dalam usulan penelitian yang berjudul “Pengaruh umur listing, kepemilikan asing, ukuran dewan komisarisdan status perusahaan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)dalam laporan tahunan perusahaan industri”. Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian ISBN 979-587-563-9 434 Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015 II. STUDI PUSTAKA Landasan Teori 1.Ligitimasi Theory Ligitimasi Theory atau Teori legitimasi berpendapat bahwa organisasi selalu berusaha untuk meyakinkan bahwa kegiatan yang mereka lakukan berada pada lingkup dan norma yang bisa diterima oleh lingkungan sosial tempat mereka beroperasi. Teori ini didasari oleh anggapan bahwa terdapat kontrak sosial antara organisasi dan lingkungan sosial yang menuntut agar organisasi melaporkan kegiatan mereka secara sukarela bila pihak manajemen memandang bahwa kegiatan tersebut diharapkan oleh masyarakat (Guthrie and Parker, 1989 dalam Hui and Bowrey, 2008). Legitimasi dianggap sebagai asumsi bahwa tindakan yang dilakukan suatu entitas merupakan tindakan yang diinginkan, pantas atau sesuai dengan sistem, norma, nilai, kepercayaan dan definisi yang dikembangkan secara sosial (Rawi dan Munandar,2010). Teori legitimasi mengungkapkan bahwa perusahaan secara kontinyu berusaha untuk bertindak sesuai dengan batas-batas dan norma-norma dalam masyarakat, atas usahanya tersebut perusahaan berusaha agar aktivitasnya diterima menurut persepsi pihak eksternal (Deegan, 2000). Perusahaan berusaha untuk menjustifikasi keberadaannya dalam masyarakat dengan legitimasi aktivitasnya (Naser et al., 2006). Deegan (2006) menyatakan bahwa kerangka teoritis yang menjadi kajian selama beberapa tahun untuk menjelaskan mengapa organisasi melaksanakan pelaporan sukarela terkait dengan lingkungan adalah teori legitimasi. Sudut pandang teori legitimasi, pengungkapan informasi digunakan sebagai alat bagi organisasi untuk mencitrakan dirinya sebagai organisasi yang penuh tanggung jawab dan beroperasi sesuai dengan nilai-nilai sosial agar dapat mempertahankan atau memperoleh legitimasi sosial (Cuganesan et al, 2007 ; Pattern, 2002). Teori legitimasi digunakan untuk menganalisis akuntansi sosial dan lingkungan oleh perusahaan. Guthrie and Parker (1977) dalam Hui and Bowrey (2008) menyarankan bahwa organisasi mengungkapkan kinerja lingkungan mereka dalam berbagai komponen untuk mendapatkan reaksi positif dari lingkungan dan mendapatkan legitimasi atas usaha perusahaan. 2. Signaling Theory Signaling theory atau teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki kualitas baik akan dengan sengaja memberikan signal ke pasar, agar pasar dapat membedakan kualitas perusahaan tersebut dengan perusahaan lainnnya (Hartono, 2005 dalam Adnantara, 2013). Signal ini dapat berupa promosi atau informasi lainnya, salah satunya adalah informasi tentang Corporate Social Responsibility (CSR), dengan harapan dapat meningkatkan nilai perusahaan (Adnantara, 2013). Perusahaan (agent) mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi asimetri informasi. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar. Menurut Hartono (2008), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. 3. Stakeholder Theory Pergeseran pemikiran terhadap tanggung jawab pengelolaan organisasi yang semula hanya kepada pemilik (stockholder) menjadi pada pemilik, karyawan, pemerintah dan masyarakat luas (stakeholders) menjadi dasar perkembangan teori Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian ISBN 979-587-563-9 435 Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015 stakeholder. Freeman (1984) dalam Maksum dan Kholis (2003) mengatakan bahwa “stakeholder is group or individual who can affect or is affected by the achievement of the organization’s objectives”. Definisi Freeman ini menyatakan bahwa stakeholder merupakan kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan, dengan demikian secara implisit ini menunjukkan keberlanjutan hidup (going concern) perusahaan antara lain dipengaruhi oleh perilaku dan respon stakeholders terhadap perusahaan. Stakeholder theory atau teori stakeholder menyatakan bahwa kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder yang mempengaruhi atau dapat dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan (Ghozali dan Chariri, 2007). Perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaannya akan berusaha menyesuaikan diri dengan kebutuhan dari stakeholders. Semakin kuat stakeholders, semakin besar pula kecenderungan perusahaan mengadaptasikan diri dengan kebutuhan dan keinginan stakeholdersnya (Utomo, 2000). 4. Agency Theory Agency Theory atau teori keagenan mengungkapkan adanya hubungan antara principal (pemilik perusahaan) dan agent (manajemen perusahaan) yang dilandasi dari adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan, pemisahan penanggung resiko, pembuatan keputusan dan pengendalian fungsi-fungsi. Hubungan keagenan muncul ketika satu atau lebih individu (principal) mempekerjakan individu lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan kekuasaan kepada agen untuk membuat suatu keputusan atas nama principal tersebut. Hal ini menjadi dasar perlunya manajemen melakukan pelaporan dan pengungkapan mengenai perusahaan kepada pemilik sebagai wujud akuntabilitas manajemen terhadap pemilik (Jensen and Meckling, 1976 dalam, 2011). Teori keagenan mengasumsikan bahwa masing-masing individu cenderung untuk mementingkan diri sendiri. Manajer sebuah perusahaan mungkin memiliki tujuan-tujuan pribadi yang bersaing dengan tujuan untuk memaksimalkan kekayaan pemilik pemegang saham. Hak yang dimiliki manajer untuk mengelola aset perusahaan, menimbulkan adanya konflik kepentingan antara dua kelompok. Teori keagenan mengasumsikan, dalam pasar modal dan tenaga kerja yang tidak sempurna, manajer akan berusaha untuk memaksimalkan utilitas mereka sendiri, dengan mengorbankan kepentingan para pemegang saham. Agen memiliki kemampuan untuk beroperasi dengan kepentingan mereka sendiri daripada kepentingan terbaik perusahaan disebabkan oleh informasi yang bersifat asimetris (Rakhiemah, 2009). Adanya pemisahan antara fungsi kepemilikan (ownership) dan fungsi pengendalian (control) dalam hubungan keagenan sering menimbulkan masalahmasalah keagenan (agency problems). Masalah keagenan tersebut timbul karena adanya konflik atau perbedaan kepentingan antara principal dan agent. Agency theory berusaha menjelaskan tentang penentuan kontrak yang paling efisien yang bisa membatasi konflik atau masalah keagenan (Jensen and Meckling, 1976 dalam Febrina, 2011). Konflik antara agen dan prinsipal dapat diminimalisasi dengan berbagai cara, salah satunya adalah melalui pengungkapan informasi oleh manajemen (agen). Di samping untuk mengurangi informasi yang asimetris, juga sebagai bentuk pertanggungjawaban oleh manajemen. Pihak principal juga dapat membatasi divergensi kepentingannya dengan memberikan tingkat insentif yang layak kepada agent dan bersedia mengeluarkan biaya pengawasan untuk mencegah kecurangan yang dilakukan oleh agent . Sehingga untuk menghindari hal tersebut, secara sukarela manajemen perusahaan mengambil beberapa tindakan, termasuk melakukan pengungkapan (Aulia, 2011). Teori keagenan juga berperan dalam menyediakan informasi, sehingga akuntansi memberikan umpan balik (feedback) selain nilai prediktifnya. Teori keagenan Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian ISBN 979-587-563-9 436 Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015 menyatakan bahwa, perusahaan yang menghadapi biaya kontrak dan biaya pengawasan yang rendah cenderung akan melaporkan laba lebih rendah atau dengan kata lain akan mengeluarkan biaya-biaya untuk kepentingan manajemen (salah satunya biaya yang dapat meningkatkan reputasi perusahaan di mata masyarakat yaitu biaya-biaya yang terkait dengan tanggung jawab sosial perusahaan). Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai social disclosure, corporate social reporting, social accounting atau corporate social responsibility merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan (Hackston and Milne, 1996). Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi (khususnya perusahaan), di luar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Beasley, 1996). Salah satu konsep pengungkapan CSR yang berkembang di Indonesia adalah Global Reporting Initiative (GRI). Konsep GRI dipilih karena tidak hanya melaporkan sesuatu yang diukur dari sudut pandang ekonomi saja. GRI Guidelines memperluas indikator pengungkapan CSR dan lingkungan tidak hanya pada indikator ekonomi, namun juga indikator sosial dan indikator lingkungan. Mengacu pada penelitian Hanifa et al (2005), maka pengukuran variabel pengungkapan CSRI menggunakan content analysis yang mengukur variety dari CSRI. Content analysis adalah salah satu metode pengukuran CSRI yang digunakan mengacu pada indikator pengungkapan tanggung jawab social berdasarkan Global Reporting Initiative (GRI). Item-item pengukuran CSRI yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada indikator pengungkapan CSR yang terbaru yaitu berdasarkan Global Reporting Initiative (GRI) versi G4. Organisasi pelapor yang menggunakan Pedoman G3 atau G3.1 dapat memutuskan sendiri kapan akan beralih ke Pedoman G4 dan karena alasan ini, GRI akan tetap mengakui laporan yang berdasarkan Pedoman G3 dan G3.1 sampai dua siklus lengkap pelaporan. Akan tetapi laporan yang diterbitkan setelah 31 Desember 2015 harus disusun sesuai dengan Pedoman G4. GRI merekomendasikan agar organisasi yang melaporkan untuk kali pertama menggunakan Pedoman G4, meskipun mereka tidak memenuhi persyaratan opsi sesuai dalam siklus pelaporan pertama. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu terkait dengan pengungkapan CSR ini menghasilkan temuan yang beragam. Khan (2012) melakukan penelitian pada perusahaan di Bangladesh dan hasil penelitiannya bahwa perusahaan publik dan kepemilikan asing, komite audit, memiliki dampak positif terhadap pengungkapan CSR. Khan tidak menemukan hubungan antara kepemilikan manajerial dengan pengungkapan CSR.Hasil penelitian Rakhmawati dan Muchammad (2011) hanya tipe industri, ukuran dan status perusahaan yang berpengaruh signifikan, sedangkan kepemilikan asing dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh positive. Penelitian Utami dan Rahmawati (2010) membuktikan bahwa hanya ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan yang berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Penelitian Machmud dan Djakman (2008) menunjukkan bahwa kepemilikan asing dan kepemilikan institutional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Huafang and Jianguo (2007) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh antara struktur kepemilikan dan komposisi dewan terhadap pengungkapan sosial pada perusahaan di Cina. Hasil penelitiannya bahwa hanya kepemilikan asing, dan komisaris independen berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela, sedangkan Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian ISBN 979-587-563-9 437 Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015 kepemilikan manajerial dan kepemilikan pemerintah tidak berpengaruh. Masnila (2006) menghasilkan penelitian bahwa hanya ukuran perusahaan yang berpengaruh terhadap pengungkapan sosial, dan perusahaan BUMN dan jenis industri pertambangan menunjukkan tingkat pengungkapan yang paling tinggi dibanding basis dan jenis industri lain.Penelitian Haniffa and Cooke (2005) menguji hubungan kepemilikan asing dengan pengungkapan CSR di Malaysia. Indikator menunjukkan bahwa perusahaan dengan kepemilikan asing yang tinggi melaporkan pengungkapan CSR sebagai strategi legitimasi proaktif untuk memperoleh arus modal masuk. Hasil lain bahwa size, profile, multiple listing, tipe industri dan kepemilikan pemerintah juga berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Hasil penelitian Sembiring (2005) menunjukkan ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.Yularto dan Chariri (2003) menemukan pengaruh umur perusahaan sedangkan variabel leverage, aset, likuiditas dan persentase pemegang saham tidak berpengaruh. Penelitian Hadi (2001) menunjukkan bahwa size dan basis perusahaan secara signifikan berpengaruh terhadap luas pengungkapan. Tiga variabel lain yang digunakan yaitu kepemilikan publik, solvabilitas dan likuiditas menunjukkan tidak ada pengaruh dengan luas pengungkapan sukarela.Cooke (1992)meneliti pengaruh antara size, umur listing dan jenis industri terhadap luas pengungkapan dalam laporan tahunan 35 perusahaan Jepang yang tercatat dibursa. Dengan menggunakan 165 item informasi wajib maupun sukarela, hasil penelitian menunjukkan bahwa size, umur listing berpengaruh dan dari jenis industri perusahaan manufaktur lebih banyak mengungkapkan daripada perusahaan non manufaktur (Hasibuan, 2001).Hasil penelitian Susanto (1992)menunjukkan umur listing, size berpengaruh signifikan terhadap corporate disclosure dan basis perusahaan asing mengungkapkan lebih luas dari perusahaan domestik. Hipotesis Dari kerangka pikir yang telah diuraikan, maka hipotesis pada penelitian ini yaitu umur listing perusahaan, kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris, dan status perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan industri yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2013. III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan industri pertambangan, industri dasar dan kimia, aneka industri dan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013 sebagai objek penelitian. Pemilihan kelompok industri ini atas dasar bahwa umumnya perusahaan kelompok pertambangan dan industri dianggap merupakan penyumbang terbesar terhadap permasalahan sosial dan lingkungan. Pemilihan tahun pengamatan 2009-2013 dengan pertimbangan tahun setelah dikeluarkannya UndangUndang tentang kewajiban CSR dan tahun 2009-2013 merupakan 5 tahun mendekati penggunaan GRI versi G4. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan data sekunder. Data yang digunakan yaitu catatan atas laporan keuangan dan laporan pertanggungjawaban sosial yang dituangkan dalam laporan tahunan (annual report) Definisi Operasional Variabel Variabel Dependen Variabel Pengungkapan CSR menggunakan content analysis yang mengacu pada indikator pengungkapan CSR berdasarkan Global Reporting Initiative (GRI) versi G4. GRI ini mengelompokkan informasi CSR ke dalam indikator : kategori economic (ekonomis), environmental (lingkungan), labor practices and decent work (praktik tenaga kerja), human rights (hak asasi manusia), society (masyarakat), product responsibility (tanggung jawab produk) yang meliputi 91 item pengungkapan (terlampir). Setiap item CSR dalam instrument penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian ISBN 979-587-563-9 438 Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015 dan nilai 0 jika tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Rumus perhitungan Pengungkapan CSR : Keterangan : CSRIj : Pengungkapan Corporate Social Responsibility CSRIj = ∑ Xij Xij : Jumlah pengungkapan CSR oleh perusahaan. nj nj : Jumlah item CSR berdasarkan GRI versi G.4 Variabel Independen 1. Umur Listing Umur listing merupakan lamanya / jangka waktu suatu perusahaan beroperasi sejak listing atau terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai dengan tahun penelitian. Umur listing dihitung dengan menggunakan skala rasio. 2. Kepemilikan Asing Kepemilikan asing merupakan porsi kepemilikan atas saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak asing. Kepemilikan asing diukur dengan persentase kepemilikan saham asing terhadap total saham yang dilihat dari laporan tahunan perusahaaan. Jumlah saham asing KForg = ------------------------------------ x 100% Jumlah saham 3. Ukuran Dewan Komisaris Ukuran dewan komisaris adalah jumlah anggota dewan komisaris dalam perusahaan. Dalam penelitian ini menggunakan ukuran dewan komisaris independen yaitu anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham ataupun hubungan keluarga dengan anggota dewan komisaris lainnya, direksi ataupun pemegang saham pengendali atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. Komisaris independen diukur dengan menggunakan indikator persentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh anggota dewan komisaris perusahaan : Jumlah komisaris independen KInd = ----------------------------------------------- x 100% Jumlah komisaris 4. StatusPerusahaan Status perusahaan dibagi menjadi dua yaitu BUMN dan Non BUMN. Dengan menggunakan variable dummy, perusahaan yang berstatus BUMN diberi angka 1 (satu) sedangkan perusahaan Non BUMN diberi angka 0 (nol). Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan model regresi data panel (pooling data) yaitu penggabungan antara data cross section dan data time series. Data panel adalah data dari hasil observasi entitas yang berbeda, dimana variabel tersebut diukur pada waktu yang berbeda pula. Data panel terdiri dari 46 perusahaan selama 5 tahun sehingga diperolah 230 pengamatan, terhadap 5 variabel. Peneliti akan menggunakan software statistik Gretl 4.2. Model regresi yang digunakan pada penelitian ini adalah: CSRI = β + β UL + β KAsg + β KInd + β ST + ε it 0 1 Keterangan : CSDI : Corporate Social Disclosure UL: Umur Listing KAsg :Kepemilikan Asing KInd : Komisaris Independen ST : Status Perusahaan it 2 it 3 it 4 it it Index perusahaan j berdasarkan GRI β β Koefisien yang di estimasi 0– 4 : ε : error term i : perusahaan ke-i t : tahun penelitian ke-t Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian ISBN 979-587-563-9 439 Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelusuran pada 230 laporan tahunan perusahaan menunjukkan bahwa hampir seluruh perusahaan mengungkapkan tanggung jawab sosial yang berdasarkan indikator GRI yaitu dalam tema ekonomi (9 item), lingkungan (34 item), tenaga kerja (16 item), hak asasi manusia (12 item), hubungan dengan masyarakat sekitar (11 item), dan tanggung jawab terhadap produk yang dihasilkan (9 item). Dari keenam tema yang paling banyak diungkapkan adalah tema ekonomi, tenaga kerja dan selanjutnya tema lingkungan. Pengujian asumsi klasik dilakukan sebelum melakukan analisis data dengan tujuan untuk mendapatkan model regresi yang baik yaitu terdistribusi normal, terbebas dari multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Hasil pengujian menunjukkan bahwa model terbebas dari ke empat masalah klasik tersebut. Pada penelitian ini menggunakan signifikansi level (α) 0,05. Berdasarkan output hasil regresi didapat bahwa nilai F hitung adalah 19,910 dan Signifikansi 0,000. Sementara nilai dari tabel distribusi F adalah 2,43, artinya nilai F.hitung (19,910) > F.tabel (2,43)dan signifikansi level>signifikansi hitung sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti umur listing, kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris, dan status perusahaan secara bersama berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Pengaruh Umur Listing terhadap Pengungkapan CSR Tabel t, perusahaan sebanyak 46 dan tahun penelitian sebanyak 5 tahun, maka didapat nilai t tabel sebesar 1,975.Nilai t hitung dari variabel umur listing (1,347) lebih kecil dari t tabel (1,975),sedangkan p-value atau signifikansi hitung 0,179 lebih besar dari 0,05, artinya tidak berpengaruh signifikan. Dari perbandingan t hitung dan t tabel serta signifikansi diperoleh hasil bahwa secara parsial umur listing tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan CSR. Hal ini juga didukung dengan melihat nilai indeks pengungkapan CSR dari umur perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks pengungkapan CSR tertinggi (0,79) diraih oleh perusahaan yang memiliki umur listing 11 tahun pada tahun 2013 yaitu PTBA. Selanjunya ditahun yang sama, indeks pengungkapan CSR terbesar kedua (0,77) dimiliki oleh ANTM, perusahaan yang memiliki umur listing 16 tahun, serta SMRG (0,77) dengan umur listing 22 tahun. Sebagian besar indeks CSR yang tinggi memang dimiliki oleh perusahaan yang telah cukup lama terdaftar di BEI, namun pengaruh ini tidak selalu berbanding lurus. Tidak semua perusahaan berumur listing yang semakin besar akan mengungkapkan CSR lebih tinggi pula. PRAS, perusahaan yang memiliki umur listing 23 tahun tetapi hanya memiliki indeks pengungkapan CSR yang kecil yaitu 0,35 bahkan di tahun 2013, Indeks pengungkapan CSR terkecil (0,34) dimiliki oleh perusahaan yang memiliki umur listing 19 tahun yaitu ALKA. Terdapat perusahaan yang baru terdaftar namun memiliki indeks pengungkapan yang tinggi dan terdapat juga perusahaan yang memiliki umur listing 23 tahun tetapi memiliki indeks pengungkapan CSR yang rendah. Perusahaan yang telah lebih lama eksis tidak terbukti lebih banyak mengungkapkan informasi berkaitan dengan aktivitas sosial perusahaannya. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Yularto & Chariri (2003), Marwata & Fitriany (2001), Susanto (1992), dan Cooke (1992) menunjukkan bahwa umur listing berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Perusahaan yang telah lebih lama terdaftar di BEI tidak terbukti lebih banyak mengungkapkan CSR. Namun hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Utami dan Rahmawati (2010), Masnila (2006), Marwata(2001), Suripto (1998). Tidak dapat dipungkiri bahwa umur perusahaan dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk tetap eksis dan mampu bersaing. Marwata (2001) juga Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian ISBN 979-587-563-9 440 Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015 menyatakan perusahaan yang telah lebih lama eksis umumnya memiliki pengalaman lebih banyak dan kemampuan lebih tinggi dalam mempublikasikan dan mengungkapkan informasi berkaitan dengan aktivitas perusahaannya. Namun, tumbuhnya kesadaran publik akan pentingnya penyediaan produk yang aman dan pengendalian polusi dari kegiatan operasi memaksa perusahaan dari segala umur untuk lebih bertanggung jawab atas aktivitas usahanya. Sejalan dengan itu, Medley (1997) menyatakan bahwa bankers dan investor mulai memahami permasalahan lingkungan merupakan risiko yang patut dipertimbangkan saat memutuskan untuk member pinjaman atau berinvestasi. Adanya kebijakan perundang-undangan, penyelenggaraan program penilaian kinerja perusahaan (PROPER) dan Indonesia Sustainability Award (ISRA) oleh pemerintah bekerja sama dengan masyarakat serta asosiasi turut ditanggapi perusahaan baik yang telah lama maupun baru listing. Perusahaan dari segala umur menanggapi melalui peningkatan aktivitas sosial dan lingkungan yang kemudian diungkapkan dalam berbagai media komunikasi salah satunya dalam laporan tahunan. Pengaruh Kepemilikan Asing terhadap Pengungkapan CSR Jika dilihat dari t-ratio untuk pengaruh kepemilikan asing terhadap pengungkapan CSR diperoleh nilai koefisien sebesar 0,0011. Hal ini menunjukkan kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Jika kepemilikan asing meningkat sebesar 1 satuan maka akan meningkatkan pengungkapan CSR sebesar 0,0011. Nilai t hitung (6,1870) lebih besar dari t tabel (1,975) menunjukkan bahwa hipotesis alternative diterima. Nilai signifikansi (0,00001) lebih kecil dari signifikansi (0,05) artinya secara parsial kepemilikan asing berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Hasil penelitian diperoleh bahwa 73,9% dari perusahaan memiliki kepemilikan asing. RMBA merupakan perusahaan kepemilikan asing tertinggi yaitu 99,74 dan indeks pengungkapan CSR 0,74 pada tahun 2013. Berikut dapat dilihat pada Tabel 4.6 sepuluh perusahaan dengan kepemilikan asing diatas 50%. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan CSR Jika dilihat dari t-ratio untuk pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan CSR diperoleh nilai koefisien sebesar 0,0011. Hal ini menunjukkan ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Jika ukuran dewan komisaris bertambah sebesar 1 satuan maka akan meningkatkan pengungkapan CSR sebesar 0,0011. Nilai t hitung untuk ukuran dewan komisaris independen adalah 2,8909 dengan nilai signifikansi sebesar 0,004 sedangkan nilai t tabel sebesar 1,975. Maka t hitung lebih besar dari t tabel dan signifikasi hitung lebih kecil dari signifikansi tabel (0,05) artinya hipotesis diterima. Pada penelitian ini, semua perusahaan penelitian memiliki komisaris independen dan 36,95% (14 perusahaan) memiliki nilai KInd minimal 0,5. Komisaris Independen tertinggi dimiliki oleh ETWA (0,67) dengan pengungkapan CSR bernilai 0,63. JECC dan ESTI juga memiliki nilai Kind 0,76 dan pengungkapan CSR masing masing adalah 0.56 dan 0.52. Perusahaan yang kepemilikan asing yang tinggi mengungkapkan CSR lebih luas atau memiliki CSRI yang lebih tinggi dari perusahaan yang memiliki kepemilikan asing rendah. Pengungkapan CSR ini dilakukan sebagai strategi legitimasi proaktif bagi perusahaan yang kepemilikan asing untuk kepuasan etis investor asing dan memperoleh modal asing. Selain itu, adanya tekanan dari pembeli internasional turut menjadi salah satu alasan perusahaan kepemilikan asing mengungkapkan lebih luas dari perusahaan domestik. Penelitian ini mendukung teori sinyal dan teori legitimasi. Perusahaan melakukan publikasi sebagai suatu sinyal bagi investor dan diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima. Perusahaan melakukan Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian ISBN 979-587-563-9 441 Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015 pengungkapan CSR sebagai strategi legitimasi proaktif untuk kepuasan investor, pencitraan diri sebagai organisasi penuh tanggung jawab sejalan dengan teori legitimasi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Khan (2012), Huafang and Jianguo (2007), Haniffa and Cooke (2005) serta Susanto (1992) yang menyatakan bahwa kepemilikan asing berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Pengaruh Status Perusahaan terhadap Pengungkapan CSR Jika dilihat dari t-ratio untuk pengaruh status perusahaan terhadap pengungkapan CSR menunjukkan koefisien 0,2110 artinya status perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Variabel ini merupakan koefisien terbesar diantara variabel independen. Jika status perusahaan meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan pengungkapan CSR sebesar 0,2110. Nilai t hitung status perusahaan sebesar 7,5258 dan signifikansi 0,00001. Maka t hitung lebih besar dari t tabel (1,975) artinya status perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dan nilai signifikansi hitung kurang dari 0,05 maka artinya pengaruh tersebut signifikan. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa perusahaan yang berstatus BUMN mengungkapkan CSR lebih banyak dari perusahaan yang berstatus non BUMN yang terlihat dari nilai CSRI. PTBA, ANTM dan SMGR merupakan perusahaan berstatus BUMN menempati posisi CSRI tiga tertinggi yakni masing masing 0,79, 0,77 dan 0,77. Pada tahun 2013, semua perusahaan yang berstatus BUMN memiliki CSRI diatas 0,50. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa perusahaan yang berstatus BUMN mengungkapkan CSR lebih banyak dari perusahaan yang berstatus non BUMN. Posisi nilai CSRI tiga terbesar ditempati oleh perusahaan berstatus BUMN dan pada tahun 2013 semua perusahaan yang berstatus BUMN memiliki CSRI diatas 0,50. Perusahaan yang berstatus BUMN memiliki kewajiban yang lebih luas dalam mengungkapkan CSR. Sebagai badan usaha milik negara tentu akan menjadi sorotan utama pengawasan masyarakat apakah sudah berjalan sesuai dengan UndangUndang serta Surat Keputusan atau belum, salah satunya tentang kewajiban mengungkapkan CSR. Pengungkapan informasi merupakan salah satu upaya untuk mengatasi konflik antara agen (perusahaan) dengan principal (pemerintah) atau yang dikenal dengan agency theory. Permasalahan asimetris informasi antara manajemen dengan principal berusaha di atasi dengan pengungkapan CSR ini secara jelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rakhmawati & Muchammad (2011), dan Yularto & Chariri (2003) bahwa status perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Koefisien Determinasi (R²) Koefisien determinasi yang baik adalah bernilai di atas 0,5 atau mampu menjelaskan variabel endogen sebesar 50%. Koefisien determinasi pada output regresi penelitian ini adalah sebesar 0,524 mengindikasikan bahwa 52,4 % perubahan tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan pertambangan, industri dasar dan kimia, aneka industri, dan industri barang konsumsi dapat dijelaskan oleh variabel umur listing, kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris, dan status perusahaan. Sementara 47,6% tingkat pengungkapan CSR dipengaruhi oleh variabel lain diluar model. V. KESIMPULAN DAN SARAN Umur listing, kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris serta status perusahaan Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian ISBN 979-587-563-9 442 Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015 berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Namun jika dilihat secara parsial umur listing tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.Adanya kesadaran publik, dorongan pemerintah akan pentingnya pelaksanaan CSR sebagai wujud tanggung jawab perusahaan telah memaksa perusahaan segala umur untuk mengungkapkan aktivitas sosialnya. Nilai R square sebesar 0,524 mengindikasikan bahwa 52,4% perubahan tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan pertambangan, industri dasar dan kimia, aneka industri, dan industri barang konsumsi dapat dijelaskan oleh variabel umur listing, kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris, dan status perusahaan. Sementara 47,6 % tingkat pengungkapan CSR dipengaruhi oleh variabel lain diluar model. Data yang digunakan dalam penelitian ini hanya bersumber dari laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga diharapkan peneliti selanjutnya dapat menambahkan metode pengumpulan data dengan menambahkan quisioner misalnya untuk pengungkapan tema hubungan kemasyarakatan dan tema tanggung jawab atas produk kepada masyarakat sekitar serta quisioner untuk tema praktik tenaga kerja, dan tema hak asasi manusia kepada karyawan perusahaan. VI. DAFTAR PUSTAKA Adam, Carol, A, et.al .1997. Coorporate Sosial Reporting Practices in Western Europe : Legitimating Corporate behavior, Working Paper, Departement of Accounting and Finance, University of Glasglow, England. (http://www.sciencedirect.com/science /article/pii/S0890838997900603, diakses pada tanggal 5 Maret 2014). Adnantara, K. Fridagustina. 2013. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham dan Corporate Social Responsibility Pada Nilai Perusahaan. Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol. 18, No.2. Hal.107-113., diakses pada 2 April 2014). Ajija, Shochrul, dkk. 2011. Cara Cerdas Menguasai Gretl. Penerbit Salemba Empat: Jakarta. Ambadar, J., 2008. Corporate Social Responsibility dalam Praktik di Indonesia. Edisi 1, Penerbit Elex Media Computindo. Amran, Azlan and S.Susela Devi. 2008. “The Impact of Government And Foreign Affiliate Influence on Corporate Social Reporting (The Case of Malaysia)”. Accounting, Auditing and Accountability Journal, Vol 23, No 4, hal. 386-404. (http://www.emeraldinsight.com/journals. htm?articleid=1722649, diakses pada 20 Februari 2014). Aulia, Sandra dan TB MH Idris Kartawijaya. 2011. “Analisis Pengungkapan Triple Bottom Line dan Faktor yang Mempengaruhi ;Lintas Negara Indonesia dan Jepang”. Simposium Nasional Akuntansi XIV. Banda Aceh, 21-22 Juli 2011. Azim, M.I,A. Ahmed and M.Shahidul, 2009. ”Corporate Social Reporting Practice : Evidence from Listed Companies in Bangladesh”. Journal of Asia-Pacific Business 10 (2), 130-145. (http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/ 105992309 02885 556#.U6oSVEBop3c, diakses pada 24 Februari 2014). Barkemeyer, Ralf. 2007. “Legitimacy as a Key Driver and Determinant of CSR in Developing Countries”, Paper for the 2007 Marie Curie Summer School on Earth System Governance, Amsterdam University of St Andrews & Sustainable Development Research Centre (SDRC) School of Management, 28 May – 06 June 2007. (http://www.2007amsterdamconference.org/Downloads/ 07SummerSchool%20%20Barkemeyer.pdf, diakses pada tanggal 23 Maret 2014). Basamalah, Anies S., and Johnny Jermias. 2005. “Social and Environmental Reporting and Auditing in Indonesia:Maintaining Organizational Legitimacy?”. Gadjah Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian ISBN 979-587-563-9 443 Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015 Mada International Journal of Business. January-April 2005,Vol. 7,No. 1, pp.109127.(http://gamaijb.mmugm.ac.id/ejournal/index.php/gamaijb/article/view/172, diakses pada 12 April 2014). Belal, A. R. and D. L. Owen: 2007, ‘The View of Corporate Managers on the Current State of, and Future Prospects for, Social Reporting in Bangladesh’, Accounting, Auditing and Accountability Journal Benardi, M , Sutrisno, dan Assih Prihat. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan dan Implikasinya Terhadap Asimetri Informasi. Simposium Nasional Akuntansi XII. Palembang. Beasley, M.S. (1996). An Empirical Analysis of the Relation between the board of director Composition and Financial Statement Fraud. The Accounting Review, 17, 443-465. Coller, P., and Gregory, (1999), “Audit Committee Activity and Agency Costs”, Journal of Accounting and Public Policy, Vol 18 (4-5) pp 311-332. Cooke, T.E.1992. “The impact of Size, Stock Market Listing and Industry Type on Disclosure in the Annual Report of Japanese Listed Corporations”. Accounting and Business Research, London. Summer. Vol.22. Iss.87; pp.229. (http://connection.ebscohost.com/c/articles/ 15180468/impact-size-stockmarket-listing-industry-type-disclosure-annual-reports-japanese-listedcorporations), diakses pada 2 Maret 2014. Core, John E. (2001), “A Review of the Empirical Disclosure Literature: Discussion”, Journal of Accounting and Economics, 31, pp. 441-456. (http://www.google.co .id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0CDw QFjAD&url=http%3A%2F%2Fwww.researchgate.net%2Fpublication%2F22267 5068_A_review_of_the_empirical_disclosure_literature_discussion%2Ffile%2F 3deec5220cc81edfcb.pdf&ei=4RmqU4T8LYyNkwX7jICQCw&usg=AFQjCNF7D IWvbOVbsXLNl0G8bUBmkNrgCQ&bvm=bv.69620078,d.dGI, diakses pada 27 April 2014). Djakman, Chaerul dan N. Machmud. 2008. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) Pada Laporan Tahunan Perusahaan : Studi Empiris pada perusahaan Publik yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006.” Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak. 22-25 Juli 2008 Effendi, M. A., 2009, The Power of Good Corporate Governance: Teori dan implementasi, Salemba Empat, Jakarta. Eriandani, Rizky. 2013. “Pengaruh Institutional Ownership dan Managerial Ownership terhadap Pengungkapan CSR pada Laporan Tahunan Perusahaan Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur 2010-2011”. Simposium Nasional Akuntansi XVI. Fauzi, Hasan. 2008. Corporate Social and Environmental Performance : A Comparative Study of Indonesian Companies and Multinational Companies (MNCs) Operating in Indonesia.(http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd =1&ved=0CCMQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.researchgate.net%2Fpublica tion%2F228268524_Corporate_Social_and_Environmental_Performance_A_C omparative_Study_of_Indonesian_Companies_and_Multinational_Companies_ %28MNCs%29_Operating_in_Indonesia%2Ffile%2F9c96051fef525e4d72.pdf& ei=RS2qU9baKcnFkQWFuoH4Ag&usg=AFQjCNGNex7FDztMg6Ho0NAQBy9L WZai1g&bvm=bv.69620078,d.dGI, diakses pada tanggal 25 April 2014). Febrina, dan IGN Agung Suaryana. 2011. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi XIV. Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian ISBN 979-587-563-9 444 Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015 Finch, Nigel. 2005. “The Motivations For Adopting Sustainability Disclosure”. MGSM Working Papers in Management.Macquarie University. Australia. (http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0 CCoQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.researchgate.net%2Fpublication%2F22 8311153_The_Motivations_for_Adopting_Sustainability_Disclosure%2Ffile%2F 5046352532c4fc51b3.pdf&ei=0xuqU865I8PHkwXV8oGAAw&usg=AFQjCNEoH 7bivooGL2kL07Hs7T4U5-wExg&bvm=bv.69620078,d.dGI, diakses pada 25 April 2014). Fitriany. 2001. “Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib ddan Sukarela pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi IV. Ghozali, Imam dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang:Undip. Global Reporting Initiative (GRI). 2013. Sustainability Reporting Guidelines. Version 4.0. (www.globalreporting.org, diakses pada tanggal 8 Juli 2014). GRI's History (https://www.globalreporting.org/information/about-gri/gri-History/Pages / GRI%27s% 20history.aspx Gray, R., Javad, M., Power, David M., and Sinclair C. Donald., (2001). “Social And Environmental Disclosure, And Corporate Characteristic: A Research Note And Extension”., Journal of Business Finance and Accounting, Vol 28 No. 3, pp 327356. (http:// onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/1468-5957.00376/pdf, diakses pada tanggal 4 Mei 2014). Gujarati, Damodar N. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika, Edisi Ketiga, Jilid Dua. Penerbit Erlangga. Jakarta. Hackston, David and Milne, Marcus J., (1996). “ Some Determinants Of Social And Environmental Disclosures In New Zaeland Companies”, Accounting, Auditing and Accountability Journal, Vol. 9, No. 1, pp. 77-108. (http://www.ingentaconnect. com/content/ mcb/059/1996 /00000009/00000001/art00004), diakses pada tanggal 25 April 2014). Hadi, Nor. 2001. “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Go Publik di BEJ”. Tesis Magister Akuntansi Universitas Diponegoro, Semarang. (http://eprints.undip.ac.id/9187/1/2001 MM954.pdf), diakses pada 25 April 2014. Haniffa, R. M. and T. E. Cooke: 2005, ‘The Impact of Culture and Governance on Corporate Social Reporting’, Journal of Accounting and Public Policy24 (5), 391–430 Hartono, Jogiyanto. 2008. “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, Edisi 3. BPFE Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Hasibuan, M. Rizal. 2001. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sosial (Social Disclosures) dalam Laporan Tahunan Emiten di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Tesis Program Studi Master Akuntansi Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.(http://eprints.undip.ac.id/9103/1/2001MAK958. pdf), diakses pada tanggal 27 April 2014. Hikmah, Noor, dkk. 2011. “Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Corporate Governance Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.Simposium Nasional Akuntansi XIV. Banda Aceh, 2122 Juli 2011. Huafang, Xiao and Jianguo, Yuan. 2007. “Ownership Structure, Board Composition and Corporate Voluntary Disclosure: Evidence from Listed Companies in China”. Managerial Auditing Journal, Vol. 22 No. 6. Hui, Freda and G.Bowrey. 2008. “Corporate Social Responsibility Reporting in Hongkong : case Study of Three Note-issuing Bank (2003-2006). (http://ro.uow.edu.au /cgi/viewcontent .cgi?article=1468&context=commpapers), diakses pada tanggal 25 April 2014. Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian ISBN 979-587-563-9 445 Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015 Islam, M. A. and C. Deegan: 2008, ‘Motivations for an Organization within a developing Country to Report Social Responsibility Information: Evidence from Bangladesh’, Accounting, Auditing & Accountability Journal 21(6), 850-874. Jama'an. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 43-52. (http://eprints.undip.ac.id/8115/1/Jamaan.PDF), diakses pada tanggal 25 April 2014. Jamali, D. 2008. “A Stakeholder Approach to Corporate Social Responsibility: A Fresh Perspective into Theory and Practice”. Journal of Business Ethics, 82: pp. 213–231. (http://link.springer.com/article/10.1007%2Fs10551-007-95724#page-1, diakses pada tanggal 25 April 2014). Karim, N.Karina. 2012. “Pengaruh Kualitas Pengungkapan Sukarela Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Jasa yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia”. Thesis Program Magister Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya (Tidak Dipublikasikan). Khan, Arifur R. 2012. “Corporate Governance and Corporate Social Responsibility Disclosure : Evidence From An Emerging Economy”.Journal of Business Ethics. University of Manchester. Australia. (http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm? abstract_id=2050630, diakses pada 25 April 2014) King, Ronald R and Wallin, David .1991. “Voluntary Disclosure When Seller’s Level of Information in Unknown”. Journal of Accounting Research. Vol.29, No.1. Spring. Kiroyan, Noke (2006), “Good Corporate Governance (GCG) dan Corporate Social Responsibility (CSR) Adakah Kaitan di Antara Keduanya?”, Economics Business Accounting Review, Edisi III, September-Desember 2006, pp. 45-58 Kolk, Ans. 2003. Trends in Sustainability Reporting by the Fortune Global 250. Business Strategy and Environment. Kotler, Philip and Nancy Lee. 2005. “Corporate Social Responsibility.” New Jersey : John Willey and Sons Inc”. KPMG (2011). KPMG International Survey of Corporate Sustainability Reporting 2011. KPMG. Amsterdam, Belanda. Kuncoro, Mudrajad. 2007. Metode Kuantitatif. Teori dan Aplikasi untuk Berbisnis dan Ekonomi. Edisi Ketiga. (UPP) STIM YKPN: Yogyakarta. Lako, Andreas. 2010. Dekonstruksi CSR & Reformasi Paradigma Bisnis & Akuntansi, Jakarta: Penerbit Erlangga. Maksum, Azhar dan Azizul Kholis. 2003. “Analisis Tentang Pentingnya Tanggung Jawab dan Akuntansi Sosial Perusahaan (Corporate Responsibility And Sosial Accounting) Studo Empiris di Kota Medan”. Simposium Nasional Akuntansi VI, IAI Kompertemen Akuntan Pendidik. Jakarta. Marwata. 2001. “Hubungan antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Ungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi IV. Masnila, Nelly. 2006. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dalam Laporan Tahunan Pada Perusahaan Industri yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Tesis Program Studi Magister Akuntansi Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran. Medley, Patrick. 1997. “Environmental Accounting-What Does It Mean to Profesional Accountants?”. Journal of Accounting Auditing & Accountability. Vol,10 No.4. Naim, Ainun dan F.Rakhman. 2002. “Analisis Hubungan Antara Kelengkapan Pengungkpaan Laporan Keuangan Dengan Struktur Modal dan Tipe Kepemilikan Perusahaan”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.15. No.1 Naser, K., Al-Hussaini, A., Al-Kwari, D., & Nuseibeh, R. 2006. Determinans of Corporate Social Disclosure in Developing Countries: The Case of Qatar. Advance in International Accounting, 19, 1-23. Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian ISBN 979-587-563-9 446 Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015 Nurkhin, Ahmad. 2009. Corporate Governance dan Profitabilitas ; Pengaruhnya Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia). Tesis Program Studi Magister Akuntansi Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. (http://eprints.undip.ac.id/16305/1/ Ahmad_Nurkhin.pdf), diakses pada 1 April 2014. Nurlela, Rika dan Islahudin. (2008). “Pengaruh Corporate Social Responsibilty Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen Sebagai Variabel Moderating” (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak 23-24 2008. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47, Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas. (http://www.kemendagri.go.id/media/documents/2012/05/21/p/p/pp_no.472012.pdf), diakses pada 1 April 2014. Purwanto, Agus. 2011. “Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas Terhadap Corporate Social Responsibility”. Jurnal Akuntansi & Auditing. Volume 8/ No.1/November 2011:1-94. Rakhmawati, Desie dan S.Muchammad. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Tipe Industri, Ukuran Perusahaan BUMN dan Non BUMN terhadap CSRD pada Perusahaan di BEI tahun 2009.(http://eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf), diakses tanggal 1 April 2014. Rakhiemah, A.Noor dan D.Agustia, 2009. Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure dan Kinerja Finansial Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi XII. Palembang. Said, Roshima, Y.Zainuddin, dan H. Haron. 2009. “The Relationship Between Corporate Social Responsibility and Corporate Governance Characteristic in Malaysian Public Listed Companies”. Social Responsibility Journal. Vol. 5, No. 2, hal 212-226. Sayekti, Yosefa dan L.S.Wondabio. 2007. “Pengaruh CSR Disclosure terhadap Earning Response Coefficient (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi IX, Makasar, 26-28 Juli 2007. Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. “Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, 15-16 September 2005. Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan ke 7. CV Alfabeta.Bandung. Suripto, Bambang. 1998. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan”. Tesis Program Pasca Sarjana Magister Akuntansi Universitas Gadjah Mada. Susanto, Joko. 1992. “An Empirical Investigation of Extern of Corporate Disclosure in Annual Report Companies of Listed the Jakarta Stock Exchange”.Disserta-tion, Univesity of Arks,USA. (http://www.stieykpn.ac.id/downloads/ journal/jam/ jam_vol_22 _no_2_agustus_2011.pdf, dikses pada tanggal 4 Mei 2014) Syafitri, Rahmi, Alimuddin dan Yohanis Yura. 2011. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pada Laporan Tahunan Perusahaan Di Bursa Efek Indonesia”. Tanimoto, Kanji dan Suzuki, Kenji, (2005). “Corporate Social Resposibility In Japan: Analyzing The Participating Companies In Global Reporting Initiative”,Working Paper 208. Utami, I. Dewi dan Rahmawati.2010. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Asing dan Umur Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure Pada Perusahaan Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian ISBN 979-587-563-9 447 Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015 Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan Manajemen.Vol. 21, No. 3. (http://eprints.uns.ac.id/839/), diakses tanggal 2 April 2014. Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40, Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. (https://www.legalitas.org/incl-php/buka.php, diakses tanggal 4 April 2014). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25, Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. (https://www.castleasia.com, diakses tanggal 4 April 2014). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22, Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.(http://pkps.bappenas.go.id/index.php/id-ID/kebijakan-dan-regulasi/ peraturan-perundang-undangan-proses-kps/energi/migas/825-undang-undangrepublik-indonesia-nomor-22-tahun-2001, diakses 4 April 2014) Utomo, M Muslim, 2000. “Praktek Pengungkapan Sosial pada Laporan Tahunan Perusahaan di Indonesia (Studi Perbandingan antara Perusahaan-Perusahaan High Profile dan Low Profile)”. Simposium Nasional Akuntansi III. Warta Ekonomi. 2006. “Konsep Bisnis Paling Bersinar 2006: Level Adopsinya Kian Tinggi”. Warta Ekonomi, Desember 2006, h. 36-37. Wallace, R.S. Olusegun, K.Nasser, and Araceli Mora 1994. “The Relationship Between The Comprehensiveness of Corporate Annual Reports and Firm Charakteristics in Spain”. Accounting and Business Research. London. Winter. Vol.25. (http://www. tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/00014788.1994.9729927, diakses pada tanggal 25 juni 2014). Wijayanti, Feb Tri. 2011. “Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi XIV. Yularto, P. Anton & A.Chariri. 2003. “Analisis Perbandingan Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Sebelum Krisis dan Pada Periode Krisis”. Jurnal Maksi, vol 2 (1), 19-32. (http://eprints.undip.ac.id/35104/, diakses pada 13 Juni 2014) Zuhroh, Diana dan I P.P.Sukmawati. 2003. “Analisis Pengaruh Luas Pengungkapan Sosial Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Terhadap Reaksi Investor (Studi Kasus Pada Perusahaan high profile di BEI)”. Simposium nasional Akuntansi VI. Surabaya. (http://pdeb.fe.ui.ac.id/?p=7739, diakses pada 23 April 2014). Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian ISBN 979-587-563-9 448