Pengaruh Umur Listing, Kepemilikan Asing, Ukuran Dewan

advertisement
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
Pengaruh Umur Listing, Kepemilikan Asing, Ukuran Dewan
Komisaris,Status Perusahaan Terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibility
Dalam Laporan Tahunan
Yuni Rachmawati
Alumni Magister Ilmu Ekonomi FE Unsri
[email protected]
ABSTRACT
This research’s aim is to give empirical evidence whether there is firm age, foreign
ownership, size of board commissioner, and firm status have effect to corporate social
responsibility disclosure in annual report. This research is done at mining, basic
industry and chemicals, miscellaneous industry, and consumer goods industry which
are listed in Indonesia Stock Exchange from 2009 until 2013. The election of that
industry is because mining and industrial company considered to be the largest
contributor to social and environmental issues. Purposive sampling method was used
to get the sample and there are 46 companies meet the criteria. The researcher uses
panel regression analysis with Gretl 4.2 aplication as analytical methods.
The research shows that foreign ownership, size of board of commissioner and
company status have significant effect toward degree of corporate social responsibility
disclosure. Firm age does not have significant effect toward degree of corporate social
responsibility disclosure. Index corporate social responsibility disclosure is 52,4 %.
Keyword: corporate social responsibility disclosure, firm age, foreign ownership,
size of board of commissioner
I. PENDAHULUAN
Di era globalisasi yang semakin ketat, terlebih lagi mendekati perdagangan bebas
ASEAN Free Trade Area (AFTA), mengharuskan perusahaan untuk mampu bersaing
di segala sektor. Menurut Aulia (2011), terjadi perubahan paradigma dari pertumbuhan
ekonomi (economic growth) menjadi pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development) menuntut perusahaan untuk mampu menyeimbangkan pencapaian 3P
yaitu kinerja ekonomi (profit), kinerja sosial (people) dan kinerja lingkungan (planet).
Pada intinya lingkungan dan masyarakat merupakan pondasi dan pilar utama dalam
bisnis yang harus mendapat perhatian serius dari perusahaan dan menjadi fokus
dalam pelaporan akuntansi, untuk itu perusahaan perlu melaksanakan CSR.
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitemen perusahaan atau
dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan dengan
menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Terdapat perdebatan mengenai manfaat pelaksanaan CSRsendiri. CSR
sebagai misguiding virtue atau kebaikan yang salah alamat serta pendapat bahwa
tanggung jawab berada di pundak individu, bukan perusahaan (Friedman 1970 dalam
Karim 2012). Di sisi lain, ada pihak yang berpendapat bahwa kinerja sosial yang dalam
hal ini dikaitkan dengan pelaksanaan CSR, penting untuk dilakukan dan berhubungan
positif dengan keuntungan finansial. Tidak hanya keuntungan financial yang
perusahaan cari, namun berbagai motif yang melatar belakangi pengungkapan CSR
ini.
Dari perspektif ekonomi, perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika
informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan (Verecchia,1983 dalam
Basamalah and Jermias, 2005). Dengan mengungkapkan CSR, diharapkan
Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9
432
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan
keuangannya dalam jangka panjang (Kiroyan, 2006).Hal ini mengindikasikan bahwa
perusahaan yang menerapkan CSR mengharapkan akan direspon positif oleh para
pelaku pasar.Hasil penelitian di beberapa negara maju membuktikan saat ini investor
memasukkan variabel sustainability dalam proses pengambilan keputusan investasi.
Para investor cenderung menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki
kepedulian terhadap masalah-masalah sosial dan lingkungan hidup atau perusahaan
yang memiliki standar tinggi dalam masalah sosial dan lingkungan hidup(Pinnarwan,
2000 dalam Zuhroh dan Sukmawati, 2003).
Pengungkapan CSR tidak bisa dianggap voluntary atau sukarela lagi namun
sudah bersifat mandatory terlebih lagi telah disahkannyaUndang-Undang No 40 tahun
2007 pada tanggal 20 Juli 2007. Selain Undang-Undang No 40 tahun 2007, aturan
mengenai CSR dan kewajiban pengungkapannya juga diatur dalam Undang-Undang
No.25 Tahun 2007, UU Nomor 22 tentang Badan Usaha atau Badan Usaha Tetap,
Surat Keputusan Nomor KEP-04/MBU/2007 serta PP Nomor 47 tahun 2012.
GRI (Global Reporting Initiative) merupakan sebuah kerangka laporan yang
lazim dan diterima yang bertujuan untuk mengkombinasikan laporan kinerja keuangan,
lingkungan, dan kinerja sosial dengan format yang sama (Finch, 2005). Sampai tahun
2012, GRI telah menerima 10.034 laporan keberlanjutan dari 3.889 organisasi di
seluruh dunia. Dari jumlah laporan keberlanjutan yang diterima GRI tersebut, 9.346
laporan merupakan laporan yang dibuat sesuai standar GRI. 1.836 laporan
keberlanjutan dihasilkan oleh organisasi yang berasal dari wilayah Asia, akan tetapi
hanya 22 laporan yang berasal dari perusahaan Indonesia (Karim, 2012).
Menurut
Hackston and Milne (1996), walaupun fenomena pengungkapan CSR ini telah muncul
lebih dari dua dekade, penelitian tentang praktek pengungkapan CSR sepertinya
terpusat di Amerika Serikat, United Kingdom, dan Australia. Hanya sedikit penelitian
yang dilakukan di negara lain seperti Kanada, Jerman, Jepang, Selandia Baru,
Malaysia, Indonesia dan Singapura.Perilaku pengungkapan CSR sangat penting dan
secara sistematis dipengaruhi oleh variasi perusahaan dan karakteristik industri
(Belkaoui et al, 1989 dalam Syafitri, 2011).
Beberapa penelitian terkait pengungkapan CSR telah dilakukan dan
menunjukkan hasil yang beragam. Hubungan antara umur listing dan pengungkapan
sosial menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Marwata (2001) dan Masnila (2006)
menemukan bahwa tidak ada pengaruhnya antara umur listing dengan pengungkapan,
sedangkan Cooke (1992), Wallace et al (1994), Susanto (1992), Fitriany (2001),
Yularto dan Chariri (2003), Khan (2012) menemukan keterkaitan antar variabel
tersebut. Hal ini diperkirakan karena umur listing atau jangka waktu menggambarkan
pengalaman publikasi pengungkapan informasi. Semakin lama umur perusahaan
menunjukkan bahwa perusahaan tetap eksis (survive) di tengah persaingan bisnis dan
situasi persaingan yang mengglobal dan berpengalaman dalam melakukan
pengungkapan dari tahun ke tahun (Hikmah, 2011). Dengan umur yang lebih lama,
perusahaan diperkirakan akan meningkatkan praktik pengungkapannya karena
dianggap telah memiliki lebih banyak pengalaman dalam pengungkapan laporan
tahunannya dan lebih memahami kebutuhan pengguna informasi yang berkepentingan
terhadap perusahaan (Singhvi and Desai ,1971); Susanto, 1992; Wallace et. al.,1994).
Demikian pula halnya hubungan antara kepemilikan asing dengan pengungkapan
CSR juga menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Hasil penelitian Susanto (1992);
Hadi (2001); Yularto dan Chariri (2003) menunjukkan bahwa perusahaan kepemilikan
asing mengungkapkan lebih luas dari perusahaan domestik. Panelitian Berkemeyer
(2007), Huafang and Jianguo (2007), Hannifah and Cooke (2005) juga menunjukkan
bahwa kepemilikan asing berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela CSR.
Perusahaan dengan kepemilikan asing yang tinggi melaporkan pengungkapan CSR
sebagai strategi legitimasi proaktif untuk kepuasan etis investor asing dan memperoleh
modal asing (Haniffa and Cooke, 2005). Adanya tekanan dari pembeli internasional
Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9
433
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Islam and Deegan (2008) terhadap
perusahaan di Bangladesh. Penelitian Barkmeyer (2007) mengatakan
bahwa
Multinational Corporation (MNC) melihat jangka panjang melalui legitimasi yang
diperoleh dari para stakeholder yang didasarkan atas home market tempat perusahaan
itu beroperasi. Atas dasar ini, dapat dikatakan bahwa kepemilikan asing pada
perusahaan yang telah beroperasi di Indonesia lebih mengutamakan pengumuman
pengungkapan CSR perusahaan. Bertolak belakang dengan hal tersebut, penelitian
Rakhmawati dan Muchammad (2011) ; Utami & Rachmawati (2010), Marwata (2006),
Djakman dan Machmud (2008), Amran and Devi (2008), Said et al (2009) serta Syafitri
(2011) tidak menemukan hubungan antara variabel kepemilikan asing dengan
pengungkapan CSR.
Berkaitan dengan ukuran dewan komisaris, Coller and Gregory (1999)
menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan
semakin mudah mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin
efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan CSR perusahaan, maka tekanan terhadap
manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkannya. Hubungan ukuran
dewan komisaris terhadap pengungkapan CSR telah dibuktikan oleh Utami dan
Rahmawati (2010), Huafang and Jianguo (2007), dan Sembiring (2005), namun
berbeda dengan temuan Said et al (2009) yang melakukan penelitian pada
perusahaan yang terdaftar di Malaysia pada tahun 2006.
Keterkaitan status perusahaan dengan pengungkapan CSR yakni bahwa BUMN
jika dibandingkan dengan non BUMN, memiliki kewajiban yang lebih luas dalam
mengungkapkan CSR. Hal ini dikarenakan sebagian besar saham yang ada di
perusahaan BUMN adalah saham yang dimiliki oleh pemerintah, negara atau rakyat
sehingga tidak terlepas dari pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat yang merupakan
representasi dari masyarakat terlebih lagi ketentuan pemerintah melalui SK No.
236/MBU/2003 serta penyempurnaan pada SK No. 04/MBU/2007 semakin
mempertegas kewajiban BUMN untuk mengungkapkan CSR atau dengan kata lain
adanya tekanan politis terhadap perusahaan untuk mengungkapan CSR yang lebih
luas. Status perusahaan yang diukur dengan kategori BUMN dan Non BUMN terbukti
berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela pada penelitian Susanto
(1992), Fitriany (2001), Rakhmawati dan Muchammad (2011).
Meskipun telah ada undang-undang yang mewajibkan pengungkapan CSR dan
teori yang mendukung, masih terdapat perusahaan yang tidak menjalankan, dua
diantaranya yaitu PT Inti Indo Rayon, dan PT Newmont Nusa Tenggara. PT Inti Indo
Rayon merupakan perusahaan berbadan hukum PMA (kepemilikan asing) yang
terpaksa harus dihentikan operasinya dikarenakan mendapatkan protes dari
masyarakat sekitar atas isu pencemaran lingkungan, penggundulan hutan, kegagalan
panen, kematian hewan peliharaan penduduk. PT Newmont Nusa Tenggara, industri
pertambangan yang tidak melaksanakan CSR juga dituntut oleh masyarakat karena
menyebabkan kerusakan alam, pencemaran sungai dan terganggunya kesehatan
masyarakat sekitar. Kejadian ini menunjukkan bahwa ketidakpedulian perusahaan atas
lingkungan dan sosial akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan pada jangka
panjang.
Terdapat kontradiksi dan masih sedikitnya penelitian pengungkapan CSR
menggunakan karakteristik yang berkaitan dengan pasar (market) dengan variabel
umur listing, kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris dan status perusahaan,
melatarbelakangi penulis untuk kembali mengangkat variabel-variabel ini dalam usulan
penelitian yang berjudul “Pengaruh umur listing, kepemilikan asing, ukuran dewan
komisarisdan status perusahaan terhadap pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR)dalam laporan tahunan perusahaan industri”.
Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9
434
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
II. STUDI PUSTAKA
Landasan Teori
1.Ligitimasi Theory
Ligitimasi Theory atau Teori legitimasi berpendapat bahwa organisasi selalu berusaha
untuk meyakinkan bahwa kegiatan yang mereka lakukan berada pada lingkup dan
norma yang bisa diterima oleh lingkungan sosial tempat mereka beroperasi. Teori ini
didasari oleh anggapan bahwa terdapat kontrak sosial antara organisasi dan
lingkungan sosial yang menuntut agar organisasi melaporkan kegiatan mereka secara
sukarela bila pihak manajemen memandang bahwa kegiatan tersebut diharapkan oleh
masyarakat (Guthrie and Parker, 1989 dalam Hui and Bowrey, 2008). Legitimasi
dianggap sebagai asumsi bahwa tindakan yang dilakukan suatu entitas merupakan
tindakan yang diinginkan, pantas atau sesuai dengan sistem, norma, nilai,
kepercayaan dan definisi yang dikembangkan secara sosial (Rawi dan
Munandar,2010). Teori legitimasi mengungkapkan bahwa perusahaan secara kontinyu
berusaha untuk bertindak sesuai dengan batas-batas dan norma-norma dalam
masyarakat, atas usahanya tersebut perusahaan berusaha agar aktivitasnya diterima
menurut persepsi pihak eksternal (Deegan, 2000). Perusahaan berusaha untuk
menjustifikasi keberadaannya dalam masyarakat dengan legitimasi aktivitasnya (Naser
et al., 2006).
Deegan (2006) menyatakan bahwa kerangka teoritis yang menjadi kajian
selama beberapa tahun untuk menjelaskan mengapa organisasi melaksanakan
pelaporan sukarela terkait dengan lingkungan adalah teori legitimasi. Sudut pandang
teori legitimasi, pengungkapan informasi digunakan sebagai alat bagi organisasi untuk
mencitrakan dirinya sebagai organisasi yang penuh tanggung jawab dan beroperasi
sesuai dengan nilai-nilai sosial agar dapat mempertahankan atau memperoleh
legitimasi sosial (Cuganesan et al, 2007 ; Pattern, 2002). Teori legitimasi digunakan
untuk menganalisis akuntansi sosial dan lingkungan oleh perusahaan. Guthrie and
Parker (1977) dalam Hui and Bowrey (2008) menyarankan bahwa organisasi
mengungkapkan kinerja lingkungan mereka dalam berbagai komponen untuk
mendapatkan reaksi positif dari lingkungan dan mendapatkan legitimasi atas usaha
perusahaan.
2. Signaling Theory
Signaling theory atau teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki
kualitas baik akan dengan sengaja memberikan signal ke pasar, agar pasar dapat
membedakan kualitas perusahaan tersebut dengan perusahaan lainnnya (Hartono,
2005 dalam Adnantara, 2013). Signal ini dapat berupa promosi atau informasi lainnya,
salah satunya adalah informasi tentang Corporate Social Responsibility (CSR), dengan
harapan dapat meningkatkan nilai perusahaan (Adnantara, 2013).
Perusahaan (agent) mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan
prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor). Kurangnya informasi
pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka
dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat
meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi asimetri informasi. Salah satu
cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada
pihak luar. Menurut Hartono (2008), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu
pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan
investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar
akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.
3. Stakeholder Theory
Pergeseran pemikiran terhadap tanggung jawab pengelolaan organisasi yang
semula hanya kepada pemilik (stockholder) menjadi pada pemilik, karyawan,
pemerintah dan masyarakat luas (stakeholders) menjadi dasar perkembangan teori
Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9
435
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
stakeholder. Freeman (1984) dalam Maksum dan Kholis (2003) mengatakan bahwa
“stakeholder is group or individual who can affect or is affected by the achievement of
the organization’s objectives”. Definisi Freeman ini menyatakan bahwa stakeholder
merupakan kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh
pencapaian tujuan perusahaan, dengan demikian secara implisit ini menunjukkan
keberlanjutan hidup (going concern) perusahaan antara lain dipengaruhi oleh perilaku
dan respon stakeholders terhadap perusahaan.
Stakeholder theory atau teori stakeholder menyatakan bahwa kelangsungan hidup
perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder yang mempengaruhi atau dapat
dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan (Ghozali dan Chariri, 2007). Perusahaan dalam
menjalankan operasi perusahaannya akan berusaha menyesuaikan diri dengan
kebutuhan dari stakeholders. Semakin kuat stakeholders, semakin besar pula
kecenderungan perusahaan mengadaptasikan diri dengan kebutuhan dan keinginan
stakeholdersnya (Utomo, 2000).
4. Agency Theory
Agency Theory atau teori keagenan mengungkapkan adanya hubungan antara
principal (pemilik perusahaan) dan agent (manajemen perusahaan) yang dilandasi dari
adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan, pemisahan
penanggung resiko, pembuatan keputusan dan pengendalian fungsi-fungsi. Hubungan
keagenan muncul ketika satu atau lebih individu (principal) mempekerjakan individu
lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan kekuasaan
kepada agen untuk membuat suatu keputusan atas nama principal tersebut. Hal ini
menjadi dasar perlunya manajemen melakukan pelaporan dan pengungkapan
mengenai perusahaan kepada pemilik sebagai wujud akuntabilitas manajemen
terhadap pemilik (Jensen and Meckling, 1976 dalam, 2011).
Teori keagenan mengasumsikan bahwa masing-masing individu cenderung
untuk mementingkan diri sendiri. Manajer sebuah perusahaan mungkin memiliki
tujuan-tujuan pribadi yang bersaing dengan tujuan untuk memaksimalkan kekayaan
pemilik pemegang saham. Hak yang dimiliki manajer untuk mengelola aset
perusahaan, menimbulkan adanya konflik kepentingan antara dua kelompok. Teori
keagenan mengasumsikan, dalam pasar modal dan tenaga kerja yang tidak sempurna,
manajer akan berusaha untuk memaksimalkan utilitas mereka sendiri, dengan
mengorbankan kepentingan para pemegang saham. Agen memiliki kemampuan untuk
beroperasi dengan kepentingan mereka sendiri daripada kepentingan terbaik
perusahaan disebabkan oleh informasi yang bersifat asimetris (Rakhiemah, 2009).
Adanya pemisahan antara fungsi kepemilikan (ownership) dan fungsi
pengendalian (control) dalam hubungan keagenan sering menimbulkan masalahmasalah keagenan (agency problems). Masalah keagenan tersebut timbul karena
adanya konflik atau perbedaan kepentingan antara principal dan agent. Agency theory
berusaha menjelaskan tentang penentuan kontrak yang paling efisien yang bisa
membatasi konflik atau masalah keagenan (Jensen and Meckling, 1976 dalam
Febrina, 2011).
Konflik antara agen dan prinsipal dapat diminimalisasi dengan berbagai
cara, salah satunya adalah melalui pengungkapan informasi oleh manajemen (agen).
Di samping untuk mengurangi informasi yang asimetris, juga sebagai bentuk
pertanggungjawaban oleh manajemen. Pihak principal juga dapat membatasi
divergensi kepentingannya dengan memberikan tingkat insentif yang layak kepada
agent dan bersedia mengeluarkan biaya pengawasan untuk mencegah kecurangan
yang dilakukan oleh agent . Sehingga untuk menghindari hal tersebut, secara sukarela
manajemen perusahaan mengambil beberapa tindakan, termasuk melakukan
pengungkapan (Aulia, 2011).
Teori keagenan juga berperan dalam menyediakan informasi, sehingga
akuntansi memberikan umpan balik (feedback) selain nilai prediktifnya. Teori keagenan
Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9
436
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
menyatakan bahwa, perusahaan yang menghadapi biaya kontrak dan biaya
pengawasan yang rendah cenderung akan melaporkan laba lebih rendah atau dengan
kata lain akan mengeluarkan biaya-biaya untuk kepentingan manajemen (salah
satunya biaya yang dapat meningkatkan reputasi perusahaan di mata masyarakat
yaitu biaya-biaya yang terkait dengan tanggung jawab sosial perusahaan).
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut
sebagai social disclosure, corporate social reporting, social accounting atau corporate
social responsibility merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan
lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang
berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan (Hackston and Milne,
1996). Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi (khususnya perusahaan),
di luar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik
modal, khususnya pemegang saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa
perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba
untuk pemegang saham (Beasley, 1996).
Salah satu konsep pengungkapan CSR yang berkembang di Indonesia adalah
Global Reporting Initiative (GRI). Konsep GRI dipilih karena tidak hanya melaporkan
sesuatu yang diukur dari sudut pandang ekonomi saja. GRI Guidelines memperluas
indikator pengungkapan CSR dan lingkungan tidak hanya pada indikator ekonomi,
namun juga indikator sosial dan indikator lingkungan.
Mengacu pada penelitian
Hanifa et al (2005), maka pengukuran variabel pengungkapan CSRI menggunakan
content analysis yang mengukur variety dari CSRI. Content analysis adalah salah satu
metode pengukuran CSRI yang digunakan mengacu pada indikator pengungkapan
tanggung jawab social berdasarkan Global Reporting Initiative (GRI). Item-item
pengukuran CSRI yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada indikator
pengungkapan CSR yang terbaru yaitu berdasarkan Global Reporting Initiative (GRI)
versi G4.
Organisasi pelapor yang menggunakan Pedoman G3 atau G3.1 dapat
memutuskan sendiri kapan akan beralih ke Pedoman G4 dan karena alasan ini, GRI
akan tetap mengakui laporan yang berdasarkan Pedoman G3 dan G3.1 sampai dua
siklus lengkap pelaporan. Akan tetapi laporan yang diterbitkan setelah 31 Desember
2015 harus disusun sesuai dengan Pedoman G4. GRI merekomendasikan agar
organisasi yang melaporkan untuk kali pertama menggunakan Pedoman G4, meskipun
mereka tidak memenuhi persyaratan opsi sesuai dalam siklus pelaporan pertama.
Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu terkait dengan pengungkapan CSR ini menghasilkan
temuan yang beragam. Khan (2012) melakukan penelitian pada perusahaan di
Bangladesh dan hasil penelitiannya bahwa perusahaan publik dan kepemilikan asing,
komite audit, memiliki dampak positif terhadap pengungkapan CSR. Khan tidak
menemukan hubungan antara kepemilikan manajerial dengan pengungkapan
CSR.Hasil penelitian Rakhmawati dan Muchammad (2011) hanya tipe industri, ukuran
dan status perusahaan yang berpengaruh signifikan, sedangkan kepemilikan asing dan
kepemilikan institusional tidak berpengaruh positive. Penelitian Utami dan Rahmawati
(2010) membuktikan bahwa hanya ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan
yang berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Penelitian Machmud dan Djakman
(2008) menunjukkan bahwa kepemilikan asing dan kepemilikan institutional tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.
Huafang and Jianguo (2007) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh
antara struktur kepemilikan dan komposisi dewan terhadap pengungkapan sosial pada
perusahaan di Cina. Hasil penelitiannya bahwa hanya kepemilikan asing, dan
komisaris independen berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela, sedangkan
Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9
437
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
kepemilikan manajerial dan kepemilikan pemerintah tidak berpengaruh. Masnila (2006)
menghasilkan penelitian bahwa hanya ukuran perusahaan yang berpengaruh terhadap
pengungkapan sosial, dan perusahaan BUMN dan jenis industri pertambangan
menunjukkan tingkat pengungkapan yang paling tinggi dibanding basis dan jenis
industri lain.Penelitian Haniffa and Cooke (2005) menguji hubungan kepemilikan asing
dengan pengungkapan CSR di Malaysia. Indikator menunjukkan bahwa perusahaan
dengan kepemilikan asing yang tinggi melaporkan pengungkapan CSR sebagai
strategi legitimasi proaktif untuk memperoleh arus modal masuk. Hasil lain bahwa size,
profile, multiple listing, tipe industri dan kepemilikan pemerintah juga berpengaruh
terhadap pengungkapan CSR.
Hasil penelitian Sembiring (2005) menunjukkan ukuran dewan komisaris
berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.Yularto dan Chariri (2003) menemukan
pengaruh umur perusahaan sedangkan variabel leverage, aset, likuiditas dan
persentase pemegang saham tidak berpengaruh. Penelitian Hadi (2001) menunjukkan
bahwa size dan basis perusahaan secara signifikan berpengaruh terhadap luas
pengungkapan. Tiga variabel lain yang digunakan yaitu kepemilikan publik, solvabilitas
dan likuiditas menunjukkan tidak ada pengaruh dengan luas pengungkapan
sukarela.Cooke (1992)meneliti pengaruh antara size, umur listing dan jenis industri
terhadap luas pengungkapan dalam laporan tahunan 35 perusahaan Jepang yang
tercatat dibursa. Dengan menggunakan 165 item informasi wajib maupun sukarela,
hasil penelitian menunjukkan bahwa size, umur listing berpengaruh dan dari jenis
industri perusahaan manufaktur lebih banyak mengungkapkan daripada perusahaan
non manufaktur (Hasibuan, 2001).Hasil penelitian Susanto (1992)menunjukkan umur
listing, size berpengaruh signifikan terhadap corporate disclosure dan basis
perusahaan asing mengungkapkan lebih luas dari perusahaan domestik.
Hipotesis
Dari kerangka pikir yang telah diuraikan, maka hipotesis pada penelitian ini
yaitu umur listing perusahaan, kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris, dan status
perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR dalam
laporan tahunan perusahaan industri yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2013.
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan industri pertambangan, industri dasar dan kimia, aneka
industri dan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2009-2013 sebagai objek penelitian. Pemilihan kelompok industri ini atas dasar bahwa
umumnya perusahaan kelompok pertambangan dan industri dianggap merupakan
penyumbang terbesar terhadap permasalahan sosial dan lingkungan. Pemilihan tahun
pengamatan 2009-2013 dengan pertimbangan tahun setelah dikeluarkannya UndangUndang tentang kewajiban CSR dan tahun 2009-2013 merupakan 5 tahun mendekati
penggunaan GRI versi G4.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan data
sekunder. Data yang digunakan yaitu catatan atas laporan keuangan dan laporan
pertanggungjawaban sosial yang dituangkan dalam laporan tahunan (annual report)
Definisi Operasional Variabel
Variabel Dependen
Variabel Pengungkapan CSR menggunakan content analysis yang mengacu
pada indikator pengungkapan CSR berdasarkan Global Reporting Initiative (GRI) versi
G4. GRI ini mengelompokkan informasi CSR ke dalam indikator : kategori economic
(ekonomis), environmental (lingkungan), labor practices and decent work (praktik
tenaga kerja), human rights (hak asasi manusia), society (masyarakat), product
responsibility (tanggung jawab produk) yang meliputi 91 item pengungkapan
(terlampir). Setiap item CSR dalam instrument penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan,
Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9
438
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
dan nilai 0 jika tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk
memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Rumus perhitungan
Pengungkapan CSR :
Keterangan :
CSRIj : Pengungkapan Corporate Social Responsibility
CSRIj = ∑ Xij
Xij
: Jumlah pengungkapan CSR oleh perusahaan.
nj
nj
: Jumlah item CSR berdasarkan GRI versi G.4
Variabel Independen
1. Umur Listing
Umur listing merupakan lamanya / jangka waktu suatu perusahaan beroperasi
sejak listing atau terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai dengan tahun penelitian.
Umur listing dihitung dengan menggunakan skala rasio.
2. Kepemilikan Asing
Kepemilikan asing merupakan porsi kepemilikan atas saham perusahaan yang
dimiliki oleh pihak asing. Kepemilikan asing diukur dengan persentase kepemilikan
saham asing terhadap total saham yang dilihat dari laporan tahunan perusahaaan.
Jumlah saham asing
KForg = ------------------------------------ x 100%
Jumlah saham
3. Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran dewan komisaris adalah jumlah anggota dewan komisaris dalam
perusahaan. Dalam penelitian ini menggunakan ukuran dewan komisaris independen
yaitu anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan,
kepengurusan, kepemilikan saham ataupun hubungan keluarga dengan anggota
dewan komisaris lainnya, direksi ataupun pemegang saham pengendali atau hubungan
lain yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen.
Komisaris independen diukur dengan menggunakan indikator persentase anggota
dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh anggota dewan
komisaris perusahaan :
Jumlah komisaris independen
KInd = ----------------------------------------------- x 100%
Jumlah komisaris
4. StatusPerusahaan
Status perusahaan dibagi menjadi dua yaitu BUMN dan Non BUMN. Dengan
menggunakan variable dummy, perusahaan yang berstatus BUMN diberi angka 1
(satu) sedangkan perusahaan Non BUMN diberi angka 0 (nol).
Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan model regresi
data panel (pooling data) yaitu penggabungan antara data cross section dan data time
series. Data panel adalah data dari hasil observasi entitas yang berbeda, dimana
variabel tersebut diukur pada waktu yang berbeda pula. Data panel terdiri dari 46
perusahaan selama 5 tahun sehingga diperolah 230 pengamatan, terhadap 5 variabel.
Peneliti akan menggunakan software statistik Gretl 4.2. Model regresi yang digunakan
pada penelitian ini adalah:
CSRI = β + β UL + β KAsg + β KInd + β ST + ε
it
0
1
Keterangan :
CSDI : Corporate Social Disclosure
UL: Umur Listing
KAsg :Kepemilikan Asing
KInd : Komisaris Independen
ST
: Status Perusahaan
it
2
it
3
it
4
it
it
Index perusahaan j berdasarkan GRI
β β Koefisien yang di estimasi
0–
4
:
ε : error term
i
: perusahaan ke-i
t
: tahun penelitian ke-t
Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9
439
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelusuran pada 230 laporan tahunan perusahaan menunjukkan bahwa hampir
seluruh perusahaan mengungkapkan tanggung jawab sosial yang berdasarkan
indikator GRI yaitu dalam tema ekonomi (9 item), lingkungan (34 item), tenaga kerja
(16 item), hak asasi manusia (12 item), hubungan dengan masyarakat sekitar (11
item), dan tanggung jawab terhadap produk yang dihasilkan (9 item). Dari keenam
tema yang paling banyak diungkapkan adalah tema ekonomi, tenaga kerja dan
selanjutnya tema lingkungan.
Pengujian asumsi klasik dilakukan sebelum melakukan analisis data dengan
tujuan untuk mendapatkan model regresi yang baik yaitu terdistribusi normal, terbebas
dari multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa model terbebas dari ke empat masalah klasik tersebut. Pada
penelitian ini menggunakan signifikansi level (α) 0,05. Berdasarkan output hasil regresi
didapat bahwa nilai F hitung adalah 19,910 dan Signifikansi 0,000. Sementara nilai dari
tabel distribusi F adalah 2,43, artinya nilai F.hitung (19,910) > F.tabel (2,43)dan
signifikansi level>signifikansi hitung sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti
umur listing, kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris, dan status perusahaan
secara bersama berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR).
Pengaruh Umur Listing terhadap Pengungkapan CSR
Tabel t, perusahaan sebanyak 46 dan tahun penelitian sebanyak 5 tahun, maka
didapat nilai t tabel sebesar 1,975.Nilai t hitung dari variabel umur listing (1,347) lebih
kecil dari t tabel (1,975),sedangkan p-value atau signifikansi hitung 0,179 lebih besar
dari 0,05, artinya tidak berpengaruh signifikan. Dari perbandingan t hitung dan t tabel
serta signifikansi diperoleh hasil bahwa secara parsial umur listing tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat pengungkapan CSR. Hal ini juga didukung dengan melihat
nilai indeks pengungkapan CSR dari umur perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks pengungkapan CSR tertinggi
(0,79) diraih oleh perusahaan yang memiliki umur listing 11 tahun pada tahun 2013
yaitu PTBA. Selanjunya ditahun yang sama, indeks pengungkapan CSR terbesar
kedua (0,77) dimiliki oleh ANTM, perusahaan yang memiliki umur listing 16 tahun,
serta SMRG (0,77) dengan umur listing 22 tahun. Sebagian besar indeks CSR yang
tinggi memang dimiliki oleh perusahaan yang telah cukup lama terdaftar di BEI, namun
pengaruh ini tidak selalu berbanding lurus. Tidak semua perusahaan berumur listing
yang semakin besar akan mengungkapkan CSR lebih tinggi pula. PRAS, perusahaan
yang memiliki umur listing 23 tahun tetapi hanya memiliki indeks pengungkapan CSR
yang kecil yaitu 0,35 bahkan di tahun 2013, Indeks pengungkapan CSR terkecil (0,34)
dimiliki oleh perusahaan yang memiliki umur listing 19 tahun yaitu ALKA. Terdapat
perusahaan yang baru terdaftar namun memiliki indeks pengungkapan yang tinggi dan
terdapat juga perusahaan yang memiliki umur listing 23 tahun tetapi memiliki indeks
pengungkapan CSR yang rendah. Perusahaan yang telah lebih lama eksis tidak
terbukti lebih banyak mengungkapkan informasi berkaitan dengan aktivitas sosial
perusahaannya.
Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang sebelumnya
dilakukan oleh Yularto & Chariri (2003), Marwata & Fitriany (2001), Susanto (1992),
dan Cooke (1992) menunjukkan bahwa umur listing berpengaruh terhadap
pengungkapan CSR. Perusahaan yang telah lebih lama terdaftar di BEI tidak terbukti
lebih banyak mengungkapkan CSR. Namun hasil penelitian ini mendukung penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Utami dan Rahmawati (2010), Masnila (2006),
Marwata(2001), Suripto (1998).
Tidak dapat dipungkiri bahwa umur perusahaan dapat menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk tetap eksis dan mampu bersaing. Marwata (2001) juga
Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9
440
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
menyatakan perusahaan yang telah lebih lama eksis umumnya memiliki pengalaman
lebih banyak dan kemampuan lebih tinggi dalam mempublikasikan dan
mengungkapkan informasi berkaitan dengan aktivitas perusahaannya. Namun,
tumbuhnya kesadaran publik akan pentingnya penyediaan produk yang aman dan
pengendalian polusi dari kegiatan operasi memaksa perusahaan dari segala umur
untuk lebih bertanggung jawab atas aktivitas usahanya. Sejalan dengan itu, Medley
(1997) menyatakan bahwa bankers dan investor mulai memahami permasalahan
lingkungan merupakan risiko yang patut dipertimbangkan saat memutuskan untuk
member pinjaman atau berinvestasi. Adanya kebijakan perundang-undangan,
penyelenggaraan program penilaian kinerja perusahaan (PROPER) dan Indonesia
Sustainability Award (ISRA) oleh pemerintah bekerja sama dengan masyarakat serta
asosiasi turut ditanggapi perusahaan baik yang telah lama maupun baru listing.
Perusahaan dari segala umur menanggapi melalui peningkatan aktivitas sosial dan
lingkungan yang kemudian diungkapkan dalam berbagai media komunikasi salah
satunya dalam laporan tahunan.
Pengaruh Kepemilikan Asing terhadap Pengungkapan CSR
Jika dilihat dari t-ratio untuk pengaruh kepemilikan asing terhadap
pengungkapan CSR diperoleh nilai koefisien sebesar 0,0011. Hal ini menunjukkan
kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Jika kepemilikan
asing meningkat sebesar 1 satuan maka akan meningkatkan pengungkapan CSR
sebesar 0,0011. Nilai t hitung (6,1870) lebih besar dari t tabel (1,975) menunjukkan
bahwa hipotesis alternative diterima. Nilai signifikansi (0,00001) lebih kecil dari
signifikansi (0,05) artinya secara parsial kepemilikan asing berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan CSR.
Hasil penelitian diperoleh bahwa 73,9% dari perusahaan memiliki kepemilikan
asing. RMBA merupakan perusahaan kepemilikan asing tertinggi yaitu 99,74 dan
indeks pengungkapan CSR 0,74 pada tahun 2013. Berikut dapat dilihat pada Tabel 4.6
sepuluh perusahaan dengan kepemilikan asing diatas 50%.
Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan CSR
Jika dilihat dari t-ratio untuk pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap
pengungkapan CSR diperoleh nilai koefisien sebesar 0,0011. Hal ini menunjukkan
ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Jika
ukuran dewan komisaris bertambah sebesar 1 satuan maka akan meningkatkan
pengungkapan CSR sebesar 0,0011. Nilai t hitung untuk ukuran dewan komisaris
independen adalah 2,8909 dengan nilai signifikansi sebesar 0,004 sedangkan nilai t
tabel sebesar 1,975. Maka t hitung lebih besar dari t tabel dan signifikasi hitung lebih
kecil dari signifikansi tabel (0,05) artinya hipotesis diterima.
Pada penelitian ini, semua perusahaan penelitian memiliki komisaris
independen dan 36,95% (14 perusahaan) memiliki nilai KInd minimal 0,5. Komisaris
Independen tertinggi dimiliki oleh ETWA (0,67) dengan pengungkapan CSR bernilai
0,63. JECC dan ESTI juga memiliki nilai Kind 0,76 dan pengungkapan CSR masing
masing adalah 0.56 dan 0.52.
Perusahaan yang kepemilikan asing yang tinggi mengungkapkan CSR lebih
luas atau memiliki CSRI yang lebih tinggi dari perusahaan yang memiliki kepemilikan
asing rendah. Pengungkapan CSR ini dilakukan sebagai strategi legitimasi proaktif
bagi perusahaan yang kepemilikan asing untuk kepuasan etis investor asing dan
memperoleh modal asing. Selain itu, adanya tekanan dari pembeli internasional turut
menjadi salah satu alasan perusahaan kepemilikan asing mengungkapkan lebih luas
dari perusahaan domestik.
Penelitian ini mendukung teori sinyal dan teori legitimasi. Perusahaan
melakukan publikasi sebagai suatu sinyal bagi investor dan diharapkan pasar akan
bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima. Perusahaan melakukan
Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9
441
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
pengungkapan CSR sebagai strategi legitimasi proaktif untuk kepuasan investor,
pencitraan diri sebagai organisasi penuh tanggung jawab sejalan dengan teori
legitimasi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Khan
(2012), Huafang and Jianguo (2007), Haniffa and Cooke (2005) serta Susanto (1992)
yang menyatakan bahwa kepemilikan asing berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan CSR.
Pengaruh Status Perusahaan terhadap Pengungkapan CSR
Jika dilihat dari t-ratio untuk pengaruh status perusahaan terhadap
pengungkapan CSR menunjukkan koefisien 0,2110 artinya status perusahaan
berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Variabel ini merupakan koefisien
terbesar diantara variabel independen. Jika status perusahaan meningkat 1 satuan
maka akan meningkatkan pengungkapan CSR sebesar 0,2110. Nilai t hitung status
perusahaan sebesar 7,5258 dan signifikansi 0,00001. Maka t hitung lebih besar dari t
tabel (1,975) artinya status perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR
dan nilai signifikansi hitung kurang dari 0,05 maka artinya pengaruh tersebut signifikan.
Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa perusahaan yang berstatus BUMN
mengungkapkan CSR lebih banyak dari perusahaan yang berstatus non BUMN yang
terlihat dari nilai CSRI. PTBA, ANTM dan SMGR merupakan perusahaan berstatus
BUMN menempati posisi CSRI tiga tertinggi yakni masing masing 0,79, 0,77 dan 0,77.
Pada tahun 2013, semua perusahaan yang berstatus BUMN memiliki CSRI diatas
0,50.
Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa perusahaan yang berstatus BUMN
mengungkapkan CSR lebih banyak dari perusahaan yang berstatus non BUMN. Posisi
nilai CSRI tiga terbesar ditempati oleh perusahaan berstatus BUMN dan pada tahun
2013 semua perusahaan yang berstatus BUMN memiliki CSRI diatas 0,50.
Perusahaan yang berstatus BUMN memiliki kewajiban yang lebih luas dalam
mengungkapkan CSR. Sebagai badan usaha milik negara tentu akan menjadi sorotan
utama pengawasan masyarakat apakah sudah berjalan sesuai dengan UndangUndang serta Surat Keputusan atau belum, salah satunya tentang kewajiban
mengungkapkan CSR.
Pengungkapan informasi merupakan salah satu upaya untuk mengatasi konflik
antara agen (perusahaan) dengan principal (pemerintah) atau yang dikenal dengan
agency theory. Permasalahan asimetris informasi antara manajemen dengan principal
berusaha di atasi dengan pengungkapan CSR ini secara jelas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa status perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rakhmawati &
Muchammad (2011), dan Yularto & Chariri (2003) bahwa status perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.
Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi yang baik adalah bernilai di atas 0,5 atau mampu
menjelaskan variabel endogen sebesar 50%. Koefisien determinasi pada output
regresi penelitian ini adalah sebesar 0,524 mengindikasikan bahwa 52,4 % perubahan
tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan pertambangan, industri dasar dan kimia,
aneka industri, dan industri barang konsumsi dapat dijelaskan oleh variabel umur
listing, kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris, dan status perusahaan. Sementara
47,6% tingkat pengungkapan CSR dipengaruhi oleh variabel lain diluar model.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Umur listing, kepemilikan asing, ukuran dewan komisaris serta status perusahaan
Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9
442
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Namun jika dilihat secara parsial umur listing tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan CSR.Adanya kesadaran publik, dorongan pemerintah akan pentingnya
pelaksanaan CSR sebagai wujud tanggung jawab perusahaan telah memaksa
perusahaan segala umur untuk mengungkapkan aktivitas sosialnya. Nilai R square
sebesar 0,524 mengindikasikan bahwa 52,4% perubahan tingkat pengungkapan CSR
pada perusahaan pertambangan, industri dasar dan kimia, aneka industri, dan industri
barang konsumsi dapat dijelaskan oleh variabel umur listing, kepemilikan asing, ukuran
dewan komisaris, dan status perusahaan. Sementara 47,6 % tingkat pengungkapan
CSR dipengaruhi oleh variabel lain diluar model.
Data yang digunakan dalam penelitian ini hanya bersumber dari laporan
tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga diharapkan
peneliti selanjutnya dapat menambahkan metode pengumpulan data dengan
menambahkan quisioner misalnya untuk pengungkapan tema hubungan
kemasyarakatan dan tema tanggung jawab atas produk kepada masyarakat sekitar
serta quisioner untuk tema praktik tenaga kerja, dan tema hak asasi manusia kepada
karyawan perusahaan.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Adam, Carol, A, et.al .1997. Coorporate Sosial Reporting Practices in Western Europe
: Legitimating Corporate behavior, Working Paper, Departement of Accounting
and
Finance,
University
of
Glasglow,
England.
(http://www.sciencedirect.com/science /article/pii/S0890838997900603, diakses
pada tanggal 5 Maret 2014).
Adnantara, K. Fridagustina. 2013. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham dan
Corporate Social Responsibility Pada Nilai Perusahaan. Jurnal Buletin Studi
Ekonomi, Vol. 18, No.2. Hal.107-113., diakses pada 2 April 2014).
Ajija, Shochrul, dkk. 2011. Cara Cerdas Menguasai Gretl. Penerbit Salemba Empat:
Jakarta.
Ambadar, J., 2008. Corporate Social Responsibility dalam Praktik di Indonesia. Edisi 1,
Penerbit Elex Media Computindo.
Amran, Azlan and S.Susela Devi. 2008. “The Impact of Government And Foreign
Affiliate Influence on Corporate Social Reporting (The Case of Malaysia)”.
Accounting, Auditing and Accountability Journal, Vol 23, No 4, hal. 386-404.
(http://www.emeraldinsight.com/journals. htm?articleid=1722649, diakses pada
20 Februari 2014).
Aulia, Sandra dan TB MH Idris Kartawijaya. 2011. “Analisis Pengungkapan Triple
Bottom Line dan Faktor yang Mempengaruhi ;Lintas Negara Indonesia dan
Jepang”. Simposium Nasional Akuntansi XIV. Banda Aceh, 21-22 Juli 2011.
Azim, M.I,A. Ahmed and M.Shahidul, 2009. ”Corporate Social Reporting Practice :
Evidence from Listed Companies in Bangladesh”. Journal of Asia-Pacific
Business 10 (2), 130-145. (http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/
105992309 02885 556#.U6oSVEBop3c, diakses pada 24 Februari 2014).
Barkemeyer, Ralf. 2007. “Legitimacy as a Key Driver and Determinant of CSR in
Developing Countries”, Paper for the 2007 Marie Curie Summer School on
Earth System Governance, Amsterdam University of St Andrews & Sustainable
Development Research Centre (SDRC) School of Management, 28 May – 06
June 2007. (http://www.2007amsterdamconference.org/Downloads/
07SummerSchool%20%20Barkemeyer.pdf, diakses pada tanggal 23 Maret
2014).
Basamalah, Anies S., and Johnny Jermias. 2005. “Social and Environmental Reporting
and Auditing in Indonesia:Maintaining Organizational Legitimacy?”. Gadjah
Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9
443
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
Mada International Journal of Business. January-April 2005,Vol. 7,No. 1,
pp.109127.(http://gamaijb.mmugm.ac.id/ejournal/index.php/gamaijb/article/view/172,
diakses pada 12 April 2014).
Belal, A. R. and D. L. Owen: 2007, ‘The View of Corporate Managers on the Current
State of, and Future Prospects for, Social Reporting in Bangladesh’,
Accounting, Auditing and Accountability Journal
Benardi, M , Sutrisno, dan Assih Prihat. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas
Pengungkapan dan Implikasinya Terhadap Asimetri Informasi. Simposium
Nasional Akuntansi XII. Palembang.
Beasley, M.S. (1996). An Empirical Analysis of the Relation between the board of
director Composition and Financial Statement Fraud. The Accounting Review,
17, 443-465.
Coller, P., and Gregory, (1999), “Audit Committee Activity and Agency Costs”, Journal
of Accounting and Public Policy, Vol 18 (4-5) pp 311-332.
Cooke, T.E.1992. “The impact of Size, Stock Market Listing and Industry Type on
Disclosure in the Annual Report of Japanese Listed Corporations”. Accounting
and Business Research, London. Summer. Vol.22. Iss.87; pp.229.
(http://connection.ebscohost.com/c/articles/ 15180468/impact-size-stockmarket-listing-industry-type-disclosure-annual-reports-japanese-listedcorporations), diakses pada 2 Maret 2014.
Core, John E. (2001), “A Review of the Empirical Disclosure Literature: Discussion”,
Journal of Accounting and Economics, 31, pp. 441-456. (http://www.google.co
.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0CDw
QFjAD&url=http%3A%2F%2Fwww.researchgate.net%2Fpublication%2F22267
5068_A_review_of_the_empirical_disclosure_literature_discussion%2Ffile%2F
3deec5220cc81edfcb.pdf&ei=4RmqU4T8LYyNkwX7jICQCw&usg=AFQjCNF7D
IWvbOVbsXLNl0G8bUBmkNrgCQ&bvm=bv.69620078,d.dGI, diakses pada 27
April 2014).
Djakman, Chaerul dan N. Machmud. 2008. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap
Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) Pada Laporan
Tahunan Perusahaan : Studi Empiris pada perusahaan Publik yang Tercatat di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2006.” Simposium Nasional Akuntansi XI.
Pontianak. 22-25 Juli 2008
Effendi, M. A., 2009, The Power of Good Corporate Governance: Teori dan
implementasi, Salemba Empat, Jakarta.
Eriandani, Rizky. 2013. “Pengaruh Institutional Ownership dan Managerial Ownership
terhadap Pengungkapan CSR pada Laporan Tahunan Perusahaan Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur 2010-2011”. Simposium Nasional
Akuntansi XVI.
Fauzi, Hasan. 2008. Corporate Social and Environmental Performance : A
Comparative Study of Indonesian Companies and Multinational Companies
(MNCs)
Operating
in
Indonesia.(http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd
=1&ved=0CCMQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.researchgate.net%2Fpublica
tion%2F228268524_Corporate_Social_and_Environmental_Performance_A_C
omparative_Study_of_Indonesian_Companies_and_Multinational_Companies_
%28MNCs%29_Operating_in_Indonesia%2Ffile%2F9c96051fef525e4d72.pdf&
ei=RS2qU9baKcnFkQWFuoH4Ag&usg=AFQjCNGNex7FDztMg6Ho0NAQBy9L
WZai1g&bvm=bv.69620078,d.dGI, diakses pada tanggal 25 April 2014).
Febrina, dan IGN Agung Suaryana. 2011. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kebijakan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada
Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia”. Simposium Nasional
Akuntansi XIV.
Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9
444
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
Finch, Nigel. 2005. “The Motivations For Adopting Sustainability Disclosure”. MGSM
Working Papers in Management.Macquarie University. Australia.
(http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0
CCoQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.researchgate.net%2Fpublication%2F22
8311153_The_Motivations_for_Adopting_Sustainability_Disclosure%2Ffile%2F
5046352532c4fc51b3.pdf&ei=0xuqU865I8PHkwXV8oGAAw&usg=AFQjCNEoH
7bivooGL2kL07Hs7T4U5-wExg&bvm=bv.69620078,d.dGI, diakses pada 25
April 2014).
Fitriany. 2001. “Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib
ddan Sukarela pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi IV.
Ghozali, Imam dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang:Undip.
Global Reporting Initiative (GRI). 2013. Sustainability Reporting Guidelines. Version
4.0. (www.globalreporting.org, diakses pada tanggal 8 Juli 2014).
GRI's History (https://www.globalreporting.org/information/about-gri/gri-History/Pages /
GRI%27s% 20history.aspx
Gray, R., Javad, M., Power, David M., and Sinclair C. Donald., (2001). “Social And
Environmental Disclosure, And Corporate Characteristic: A Research Note And
Extension”., Journal of Business Finance and Accounting, Vol 28 No. 3, pp 327356. (http:// onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/1468-5957.00376/pdf, diakses
pada tanggal 4 Mei 2014).
Gujarati, Damodar N. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika, Edisi Ketiga, Jilid Dua.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Hackston, David and Milne, Marcus J., (1996). “ Some Determinants Of Social And
Environmental Disclosures In New Zaeland Companies”, Accounting, Auditing
and
Accountability
Journal,
Vol.
9,
No.
1,
pp.
77-108.
(http://www.ingentaconnect.
com/content/
mcb/059/1996
/00000009/00000001/art00004), diakses pada tanggal 25 April 2014).
Hadi, Nor. 2001. “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela
dalam Laporan Tahunan Perusahaan Go Publik di BEJ”. Tesis Magister
Akuntansi
Universitas
Diponegoro,
Semarang.
(http://eprints.undip.ac.id/9187/1/2001 MM954.pdf), diakses pada 25 April 2014.
Haniffa, R. M. and T. E. Cooke: 2005, ‘The Impact of Culture and Governance on
Corporate Social Reporting’, Journal of Accounting and Public Policy24 (5),
391–430
Hartono, Jogiyanto. 2008. “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, Edisi 3. BPFE
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Hasibuan, M. Rizal. 2001. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Pengungkapan Sosial (Social Disclosures) dalam Laporan Tahunan Emiten di
Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Tesis Program Studi Master
Akuntansi
Program
Pasca
Sarjana
Universitas
Diponegoro.(http://eprints.undip.ac.id/9103/1/2001MAK958. pdf), diakses pada
tanggal 27 April 2014.
Hikmah, Noor, dkk. 2011. “Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Corporate
Governance Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia”.Simposium Nasional Akuntansi XIV. Banda Aceh, 2122 Juli 2011.
Huafang, Xiao and Jianguo, Yuan. 2007. “Ownership Structure, Board Composition
and Corporate Voluntary Disclosure: Evidence from Listed Companies in
China”. Managerial Auditing Journal, Vol. 22 No. 6.
Hui, Freda and G.Bowrey. 2008. “Corporate Social Responsibility Reporting in
Hongkong : case Study of Three Note-issuing Bank (2003-2006).
(http://ro.uow.edu.au /cgi/viewcontent .cgi?article=1468&context=commpapers),
diakses pada tanggal 25 April 2014.
Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9
445
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
Islam, M. A. and C. Deegan: 2008, ‘Motivations for an Organization within a developing
Country to Report Social Responsibility Information: Evidence from
Bangladesh’, Accounting, Auditing & Accountability Journal 21(6), 850-874.
Jama'an. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Kantor
Akuntan Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan. Jurnal
Akuntansi
dan
Keuangan,
43-52.
(http://eprints.undip.ac.id/8115/1/Jamaan.PDF), diakses pada tanggal 25 April
2014.
Jamali, D. 2008. “A Stakeholder Approach to Corporate Social Responsibility: A Fresh
Perspective into Theory and Practice”. Journal of Business Ethics, 82: pp.
213–231.
(http://link.springer.com/article/10.1007%2Fs10551-007-95724#page-1, diakses pada tanggal 25 April 2014).
Karim, N.Karina. 2012. “Pengaruh Kualitas Pengungkapan Sukarela Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Jasa yang Terdaftar pada
Bursa Efek Indonesia”. Thesis Program Magister Ilmu Ekonomi Program
Pascasarjana Universitas Sriwijaya (Tidak Dipublikasikan).
Khan, Arifur R. 2012. “Corporate Governance and Corporate Social Responsibility
Disclosure : Evidence From An Emerging Economy”.Journal of Business Ethics.
University of Manchester. Australia. (http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?
abstract_id=2050630, diakses pada 25 April 2014)
King, Ronald R and Wallin, David .1991. “Voluntary Disclosure When Seller’s Level of
Information in Unknown”. Journal of Accounting Research. Vol.29, No.1. Spring.
Kiroyan, Noke (2006), “Good Corporate Governance (GCG) dan Corporate Social
Responsibility (CSR) Adakah Kaitan di Antara Keduanya?”,
Economics
Business Accounting Review, Edisi III, September-Desember 2006, pp. 45-58
Kolk, Ans. 2003. Trends in Sustainability Reporting by the Fortune Global 250.
Business Strategy and Environment.
Kotler, Philip and Nancy Lee. 2005. “Corporate Social Responsibility.” New Jersey :
John Willey and Sons Inc”.
KPMG (2011). KPMG International Survey of Corporate Sustainability Reporting 2011.
KPMG. Amsterdam, Belanda.
Kuncoro, Mudrajad. 2007. Metode Kuantitatif. Teori dan Aplikasi untuk Berbisnis dan
Ekonomi. Edisi Ketiga. (UPP) STIM YKPN: Yogyakarta.
Lako, Andreas. 2010. Dekonstruksi CSR & Reformasi Paradigma Bisnis & Akuntansi,
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Maksum, Azhar dan Azizul Kholis. 2003. “Analisis Tentang Pentingnya Tanggung
Jawab dan Akuntansi Sosial Perusahaan (Corporate Responsibility And Sosial
Accounting) Studo Empiris di Kota Medan”. Simposium Nasional Akuntansi VI,
IAI Kompertemen Akuntan Pendidik. Jakarta.
Marwata. 2001. “Hubungan antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Ungkapan
Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia”. Simposium
Nasional Akuntansi IV.
Masnila, Nelly. 2006. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial dalam Laporan Tahunan Pada Perusahaan Industri
yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Tesis Program Studi Magister Akuntansi
Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran.
Medley, Patrick. 1997. “Environmental Accounting-What Does It Mean to Profesional
Accountants?”. Journal of Accounting Auditing & Accountability. Vol,10 No.4.
Naim, Ainun dan F.Rakhman. 2002. “Analisis Hubungan Antara Kelengkapan
Pengungkpaan Laporan Keuangan Dengan Struktur Modal dan Tipe
Kepemilikan Perusahaan”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.15. No.1
Naser, K., Al-Hussaini, A., Al-Kwari, D., & Nuseibeh, R. 2006. Determinans of
Corporate Social Disclosure in Developing Countries: The Case of Qatar.
Advance in International Accounting, 19, 1-23.
Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9
446
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
Nurkhin, Ahmad. 2009. Corporate Governance dan Profitabilitas ; Pengaruhnya
Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Empiris
Pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia). Tesis Program Studi
Magister Akuntansi Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
(http://eprints.undip.ac.id/16305/1/ Ahmad_Nurkhin.pdf), diakses pada 1 April
2014.
Nurlela, Rika dan Islahudin. (2008). “Pengaruh Corporate Social Responsibilty
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen
Sebagai Variabel Moderating” (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak 23-24 2008.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47, Tahun 2012 tentang Tanggung
Jawab
Sosial
dan
Lingkungan
Perseroan
Terbatas.
(http://www.kemendagri.go.id/media/documents/2012/05/21/p/p/pp_no.472012.pdf), diakses pada 1 April 2014.
Purwanto, Agus. 2011. “Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas
Terhadap Corporate Social Responsibility”. Jurnal Akuntansi & Auditing.
Volume 8/ No.1/November 2011:1-94.
Rakhmawati, Desie dan S.Muchammad. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Tipe
Industri, Ukuran Perusahaan BUMN dan Non BUMN terhadap CSRD pada
Perusahaan di BEI tahun 2009.(http://eprints.undip.ac.id/29474/1/Atikel.pdf),
diakses tanggal 1 April 2014.
Rakhiemah, A.Noor dan D.Agustia, 2009. Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap
Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure dan Kinerja Finansial
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Makalah
disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi XII. Palembang.
Said, Roshima, Y.Zainuddin, dan H. Haron. 2009. “The Relationship Between
Corporate Social Responsibility and Corporate Governance Characteristic in
Malaysian Public Listed Companies”. Social Responsibility Journal. Vol. 5, No.
2, hal 212-226.
Sayekti, Yosefa dan L.S.Wondabio. 2007. “Pengaruh CSR Disclosure terhadap
Earning Response Coefficient (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar
di Bursa Efek Jakarta)”. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional
Akuntansi IX, Makasar, 26-28 Juli 2007.
Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. “Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan Yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, 15-16
September 2005.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan ke 7. CV Alfabeta.Bandung.
Suripto, Bambang. 1998. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas
Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan”. Tesis Program Pasca
Sarjana Magister Akuntansi Universitas Gadjah Mada.
Susanto, Joko. 1992. “An Empirical Investigation of Extern of Corporate Disclosure in
Annual Report Companies of Listed the Jakarta Stock Exchange”.Disserta-tion,
Univesity of Arks,USA. (http://www.stieykpn.ac.id/downloads/ journal/jam/
jam_vol_22 _no_2_agustus_2011.pdf, dikses pada tanggal 4 Mei 2014)
Syafitri, Rahmi, Alimuddin dan Yohanis Yura. 2011. “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pada
Laporan Tahunan Perusahaan Di Bursa Efek Indonesia”.
Tanimoto, Kanji dan Suzuki, Kenji, (2005). “Corporate Social Resposibility In Japan:
Analyzing The Participating Companies In Global Reporting Initiative”,Working
Paper 208.
Utami, I. Dewi dan Rahmawati.2010. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Dewan
Komisaris, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Asing dan Umur Perusahaan
Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure Pada Perusahaan
Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9
447
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal
Akuntansi dan Manajemen.Vol. 21, No. 3. (http://eprints.uns.ac.id/839/), diakses
tanggal 2 April 2014.
Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40, Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas. (https://www.legalitas.org/incl-php/buka.php, diakses tanggal 4 April
2014).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25, Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal. (https://www.castleasia.com, diakses tanggal 4 April 2014).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22, Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
Bumi.(http://pkps.bappenas.go.id/index.php/id-ID/kebijakan-dan-regulasi/
peraturan-perundang-undangan-proses-kps/energi/migas/825-undang-undangrepublik-indonesia-nomor-22-tahun-2001, diakses 4 April 2014)
Utomo, M Muslim, 2000. “Praktek Pengungkapan Sosial pada Laporan Tahunan
Perusahaan di Indonesia (Studi Perbandingan antara Perusahaan-Perusahaan
High Profile dan Low Profile)”. Simposium Nasional Akuntansi III.
Warta Ekonomi. 2006. “Konsep Bisnis Paling Bersinar 2006: Level Adopsinya Kian
Tinggi”. Warta Ekonomi, Desember 2006, h. 36-37.
Wallace, R.S. Olusegun, K.Nasser, and Araceli Mora 1994. “The Relationship Between
The Comprehensiveness of Corporate Annual Reports and Firm Charakteristics
in Spain”. Accounting and Business Research. London. Winter. Vol.25.
(http://www. tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/00014788.1994.9729927, diakses
pada tanggal 25 juni 2014).
Wijayanti, Feb Tri. 2011. “Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi XIV.
Yularto, P. Anton & A.Chariri. 2003. “Analisis Perbandingan Luas Pengungkapan
Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta Sebelum Krisis dan Pada Periode Krisis”. Jurnal Maksi, vol 2 (1), 19-32.
(http://eprints.undip.ac.id/35104/, diakses pada 13 Juni 2014)
Zuhroh, Diana dan I P.P.Sukmawati. 2003. “Analisis Pengaruh Luas Pengungkapan
Sosial Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Terhadap Reaksi Investor (Studi
Kasus Pada Perusahaan high profile di BEI)”. Simposium nasional Akuntansi
VI. Surabaya. (http://pdeb.fe.ui.ac.id/?p=7739, diakses pada 23 April 2014).
Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9
448
Download