JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK 2012 RANCANG BANGUN PENGENDALI BEBAN ELEKTRONIK GENERATOR INDUKSI SPLIT PHASE 250 W/220 V EKSITASI SENDIRI BERBASIS MIKROKONTROLER BUILD AND DESIGN CONTROLLERS ELECTRONIC LOAD INDUCTION GENERATOR SPLIT PHASE 250 W/220 V ALONE EXCITATION MICROCONTROLLER BASED ABSTRAK Agam Deska Purwanto (091321034) Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir, Ds. Ciwaruga Kotak pos 6468 BDCD, Bandung (022) 2012045 e-mail: [email protected] untuk Pembangkit Tenaga Mikrohidro (PLTMh). Listrik Motor Induksi Sebagai Generator (MISG) adalah motor induksi yang dapat dioperasikan sebagai generator. Agar motor induksi dapat digunakan sebagai generator maka pada saat akan beroperasi diperlukan arus eksitasi. Untuk membangkitkan arus eksitasi pada MISG yang akan bekerja dengan penguatan sendiri maka perlu dipasangkan kapasitor yang besarnya telah ditentukan atau ditetapkan. Pengoperasian motor induksi sebagai generator memiliki batasan dan sekaligus sebagai kelemahan, yaitu generator induksi tidak dapat memproduksi daya reaktif dan tegangannya tidak konstan. Beban yang dipasang dapat menyebabkan perubahan tegangan. Untuk mengendalikan besar nilai tegangan dengan cara memasang kapasitor dengan menetapkan nilainya. Pengaturan besar nilai tegangan dilakukan secara otomatis menggunakan mikrokontroler ATmega16 yang dilengkapi dengan sensor tegangan. Keluaran generator yang diharapkan yaitu dengan daya 250 W, tegangan 220 V dan frekuensi 50 Hz. Kata kunci: Motor Induksi, Generator induksi, kapasitor, tegangan 1. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Mesin induksi dapat dioperasikan sebagai motor maupun sebagai generator. Motor Induksi Sebagai Generator (MISG) biasanya digunakan untuk mensuplai beban-beban yang kecil. Di daerah-daerah terpencil yang terdapat jaringan listrik, untuk mensuplai energi listrik digunakan generator induksi 1 Pada pembuatan alat ini berlatar belakang berdasarkan pengembangan alat sebelumnya yang pernah dibuat dengan beroperasi pada tegangan tiga fasa dengan motor yang berbeda, sedangkan pada alat ini menggunakan motor induksi split phase dengan tegangan satu fasa. Eksitasi generator induksi penguatan sendiri diperoleh dari kapasitor yang dihubungkan dengan terminal stator generator. Kapasitor dihubungkan secara paralel dengan generator . Kapasitor ini berfungsi sebagai pembangkit daya reaktif untuk menghasilkan fluksi magnetisasi di celah udara. Jadi tanpa adanya daya reaktif untuk kebutuhan arus eksitasi, kerja mesin induksi sebagai generator tidak mungkin terlaksana. Untuk memenuhi kebutuhan daya reaktif dapat juga dengan menambahkan kapasitor kompensasi untuk membantu kebutuhan daya reaktif yang dibutuhkan oleh generator. Oleh karena itu penulis akan menentukan besarnya nilai kapasitor dengan cara pengujian pada motor induksi sebagai generator dan merancang rangkaian pengendali untuk menjaga kestabilan tegangan keluaran dari generator induksi. METODE PENELITIAN a. Studi literatur Studi literatur digunakan untuk membangun dasar-dasar teori yang diperlukan dalam penulisan laporan tugas akhir, yang berhubungan dengan Motor Induksi Sebagai Generator (MISG), pengaturan tegangan keluaran MISG, dan hasil penelitian yang pernah dilakukan orang lain. JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK 2012 b. Penelitian Penelitian merupakan tahapan yang penting bagi pengerjaan proyek akhir. Dalam tahap ini dilakukan beberapa eksperimen untuk mengubah motor induksi satu fasa menjadi generator induksi satu fasa serta mengendalikan tegangan generator induksi satu fasa. 2. LANDASAN TEORI Prinsip Kerja Mesin Induksi Kontruksi dan Prinsip Kerja Motor Induksi Split Phase (Fasa Belah) Konstruksi motor induksi satu fasa hampir sama dengan konstruksi motor induksi tiga fasa, yaitu terdiri dari dua bagian utama yaitu stator dan rotor. Keduanya merupakan rangkaian magnetik yang berbentuk silinder dan simetris. Di antara rotor dan stator ini terdapat celah udara yang sempit. Gambar 1. Konstruksi Umum Motor Induksi Satu Fasa Kontruksi motor induksi fasa tunggal sama dengan motor induksi tiga fasa jenis rotor sangkar, kecuali kumparan statornya yang hanya terdiri dari satu fasa. Pada motor fasa belah, lilitan stator terdiri dari lilitan utama (starting winding) dan lilitan bantu (auxiliary winding) yang mempunyai saklar sentrifugal. Kontruksi motor fasa belah diperlihatkan pada gambar 2. (b) Gambar 2. (a) Kontruksi motor fasa belah (b)Rangkaian motor fasa belah Stator merupakan bagian yang diam sebagai rangka tempat kumparan stator yang terpasang. Stator terdiri dari: inti stator, kumparan stator, dan alur stator. Motor induksi satu fasa dilengkapi dengan dua kumparan stator yang dipasang terpisah, yaitu kumparan utama (main winding) atau sering disebut dengan kumparan berputar dan kumparan bantu (auxiliary winding) atau sering disebut dengan kumparan start. Mode Motoring dan Generating Mesin induksi dapat dioperasikan sebagai motor maupun sebagai generator. Jika dioperasikan sebagai motor, mesin induksi harus dihubungkan dengan sumber tegangan (jala-jala) dan akan bekerja pada slip lebih besar dari nol sampai satu (0 < s <1). Sedangkan jika mesin induksi dioperasikan sebagai generator, maka mesin induksi akan bekerja pada slip negatif (s < 0) atau dengan kata lain kecepatan berputar rotor (Nr) lebih besar dari kecepatan medan putar (Ns). Karakteristik mesin induksi diperlihatkan pada gambar 3. Gambar 3. Kurva karakteristik mesin induksi (Rheinisch, 2004) (a) Generator Induksi Satu Fasa Pemodelan Generator Induksi Penguatan Sendiri Untuk mengoperasikan motor induksi sebagai generator dibutuhkan daya mekanis 2 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK Hubungan arus dan tegangan pada mesin induksi dapat dilihat pada vektor berikut. Eg φg V1 φm I n Im ah put g ara sebagai penggerak mula yang akan memutar rotor melebihi kecepatan sinkronnya. Dengan kata lain, pada generator induksi slip selalu dalam negatif. Hal ini dapat dilihat dari persamaan berikut. Ns − Nr S= Ns S = Slip Ns = Kecepatan stator Nr = Kecepatan rotor Jika Nr > Ns, maka harga S menjadi negatif. Ar Φ Gambar 4. Diagram fasor hubungan tegangan dan arus pada mesin induksi (Fitzgerald, 1992) Motor : arus mengikuti tegangan dengan perbedaan fasa φm Generator : menghasilkan tegangan Eg dan arus Ig. Arus mendahului tegangan dengan perbedaan fasa φg. Generator induksi yang daya reaktif untuk penguatannya berasal dari kapasitor penguat (kapasitor eksitasi) disebut sebagai generator induksi penguatan sendiri. Gambar 5 memperlihatkan penambahan kapasitor pada generator induksi satu fasa. Rangkaian ekuivalen generator induksi satu fasa ditunjukkan pada gambar 5. Rangkaian ini memperlihatkan kapasitor eksitasi yang dihubungkan paralel dengan lilitan utama dan beban. IF R1m/F IC jX1m IL + Vf ZL Z12 jXm jX2 _ C + ZL R1m/F Vb jX1m _ R2 F-V jX2 jXm R2 F+V Ib Gambar 5. Rangkaian ekuivalen generator induksi 1Ø (Y.H.A. Rahim, 1993) 3 Proses Penguatan Induksi Sendiri 2012 Generator Untuk membangkitkan tegangan pada terminal keluaran generator induksi maka dibutuhkan daya reaktif sesuai dengan kebutuhan daya reaktif mesin induksi tersebut. Kebutuhan daya reaktif dapat dipenuhi dengan memasang suatu unit kapasitor pada terminal keluaran generator induksi. Di mana kapasitor menarik daya reaktif kapasitif (leading) atau dengan kata lain kapasitor memberikan daya reaktif induktif (lagging) pada mesin induksi. Kerja kapasitor ini dapat dipandang sebagai suatu sistem penguat (eksitasi), sehingga Generator Induksi juga dikenal dengan sebutan Generator Induksi Penguatan Sendiri (Self Excited of Induction Generator) (Devidriandi, 2003). V Xm Xc V3 V = Vc V2 V1 I1 I2 I3 Im Gambar 6. Pembangkitan tegangan pada generator induksi penguatan sendiri (Devidriandi, 2003) Dengan menghubungkan kapasitor pada terminal stator, akan terbentuk suatu rangkaian tertutup yang menghasilkan tegangan awal generator. Dengan adanya tegangan awal tadi, pada rangkaian akan mengalir arus. Arus yang megalir akibat adanya tegangan tersebut akan menghasilkan arus di stator dan menambah fluksi, sehingga pada stator akan terbangkit tegangan sebesar V1. Tegangan V1 ini akan mengakibatkan arus mengalir pada kapasitor sebesar I1. Dengan adanya arus sebesar I1, akan menambah jumlah fluksi di stator, sehingga tegangan di stator menjadi V2. Tegangan V2 akan mengalirkan arus di kapasitor sebesar I2 yang menyebabkan fluksi bertambah dan tegangan yang dibangkitkan juga akan meningkat. Proses ini terjadi hingga mencapai titik keseimbangan V = Vc seperti ditunjukkan pada gambar 7. Jika telah tercapai keseimbangan tegangan, maka tidak terjadi JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK lagi penambahan fluksi atau pun tegangan yang dibangkitkan. Im Vc Vc Xc Gambar 7. Rangkaian resonansi tanpa beban generator induksi penguat sendiri (Fitzgerald, 1992) Resonansi frekuensi: yang f= terjadi mempunyai 1 2π L.XC Dan kecepatan perputaran rotor tanpa beban pada frekuensi tersebut adalah: n= Keterangan: • L = • P = • n = • C = 120.f 1 = P 2π L.C induktansi megnetisasi generator jumlah kutub stator putaran rotor kondensator penguat Nilai kapasitor yang dipasang sangat berpengaruh pada terbangkit atau tidaknya tegangan keluaran generator. Untuk membangkitkan tegangan pada generator induksi, nilai kapasitor harus lebih besar dari nilai kapasitor minimum yang diperlukan untuk proses eksitasi. Untuk menentukan nilai kapasitor eksitasi pada generator induksi diasumsikan generator bekerja tanpa beban. Rangkaian ekuivalen generator induksi tanpa beban diperlihatkan pada gambar 8. jaX1 R1 I1 jaXm E1 -j Xc a 2012 keluaran yang dihasilkan akan sebanding dengan kecepatan putaran rotor (a = b). Generator induksi akan membangkitkan tegangan bila jumlah loop reaktansi tertutup pada rangkaian ekuivalen gambar 8 sama dengan nol, yang dirumuskan sebagai berikut: Xc jaX 1 + JaXm − j =0 a Xc = aX1 + aXm a Xc = a2 (X1 + Xm) = b2 (X1 + Xm) 1 C min = 2 ϖ .b (X 1 + Xm ) Dimana: Cmin = nilai kapasitor eksitasi (μf) ω = 2.π.f a = perbandingan frekuensi keluaran dengan frekuensi dasar (p.u) b = perbandingan antara kecepatan putaran rotor dengan kecepatan putaran sinkron yang disesuaikan dengan frekuensi dasar (p.u) X1 = nilai reaktansi stator (Ω) Xm = nilai reaktansi magnetisasi (Ω) Kecepatan dan Kapasitansi Generator Induksi Gambar 9 menunjukkan karakteristik kecepatan putar pengoperasian motor induksi pada frekuensi yang konstan. Pengoperasian motor induksi terjadi dalam keadaan stabil pada daerah kecepatan putar yang ditandai dengan lengkungan. Pada kecepatan sinkron sama sekali tidak terdapat daya yang masuk. VL-N Gambar 9. Karakteristik torsi fungsi kecepatan motor induksi (Fitzgerald, 1992) Gambar 8. Rangkaian ekuivalen generator tanpa beban (Fitzgerald, 1992) Pada kondisi tanpa beban nilai slip hamper mendekati nol (s ~ 0), sehingga frekuensi 4 Jika motor induksi diputar pada kecepatan lebih besar dari kecepatan sinkron, kurva momen putar menjadi terbalik seperti ditunjukkan pada gambar 10. Di dalam daerah yang stabil dari kurva ini, daya JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK listrik dibangkitkan dengan memanfaatkan daya input mekanik dari penggerak mula. Daya Kecepatan (Nr) Arus Tegangan Frekuensi = 0,25 kW = 1500 rpm = 3,1 A = 220 V = 50 Hz Pembuatan Program Pengendali Start SCAN PORT.A YA If Vadc > 4.5 PD5/OC1A 100 % Gambar 10. Karakteristik torsi fungsi kecepatan generator induksi (Fitzgerald, 1992) 2012 Selain itu, untuk membangkitkan tegangan pada generator induksi diperlukan arus eksitasi yang diperoleh dari kapasitor. Pada tegangan yang konstan, nilai kapasitor berbanding terbalik dengan kecepatan. Seperti dijelaskan pada persamaan: C= C= If Vadc <= 4 PD5/OC1A 80 % YA TIDAK If Vadc <= 3.5 PD5/OC1A 70 % YA TIDAK If Vadc <= 3 PD5/OC1A 60 % YA 1 TIDAK If Vadc <= 2.5 TIDAK If Vadc <= 2 PD5/OC1A 40 % 2 Rangkaian YA TIDAK PD5/OC1A 50 % ϖ Perancangan Generator If Vadc <= 4.5 PD5/OC1A 90 % YA 1 2 ϖ .b (X 1 + Xm ) Nr (X1 + X m ) Ns YA TIDAK YA Pengendali TIDAK If Vadc <= 1.5 PD5/OC1A 30 % YA TIDAK If Vadc <= 1 PD5/OC1A 20 % YA TIDAK If Vadc <= 0.5 PD5/OC1A 10 % Gambar 12. Flow chart program pengendali Gambar 11. Skematik diagram pengendali generator induksi satu fasa Rangkaian pengendali generator induksi satu fasa terdiri dari AVR mikrokontroler, sensor tegangan, driver Optocoupler TLP250 dan MOSFET. Berdasarkan perancangan , maka spesifikasi motor induksi split phase (fasa belah) yang akan digunakan sebagai generator induksi satu fasa adalah: 5 Dari gambar 3.7 dapat diketahui bahwa langkah pemograman pengendali tegangan yaitu: a. Jika tegangan DC dari sensor tegangan yang masuk ke mikrokontroler bernilai lebih besar dari 4.5 V maka PORT D5/OC1A akan membuka sebesar 100%. b. Jika tegangan DC dari sensor tegangan yang masuk ke mikrokontroler bernilai lebih kecil sama dengan 4.5 V maka PORT D5/OC1A akan membuka sebesar 90%. c. Jika tegangan DC dari sensor tegangan yang masuk ke mikrokontroler bernilai lebih kecil sama dengan 4 V maka PORT D5/OC1A akan membuka sebesar 80%. JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK d. Jika tegangan DC dari sensor tegangan yang masuk ke mikrokontroler bernilai lebih kecil sama dengan 3.5 V maka PORT D5/OC1A akan membuka sebesar 70%. e. Jika tegangan DC dari sensor tegangan yang masuk ke mikrokontroler bernilai lebih kecil sama dengan 3 V maka PORT D5/OC1A akan membuka sebesar 60%. f. Jika tegangan DC dari sensor tegangan yang masuk ke mikrokontroler bernilai lebih kecil sama dengan 2.5 V maka PORT D5/OC1A akan membuka sebesar 50%. g. Jika tegangan DC dari sensor tegangan yang masuk ke mikrokontroler bernilai lebih kecil sama dengan 2 V maka PORT D5/OC1A akan membuka sebesar 40%. h. Jika tegangan DC dari sensor tegangan yang masuk ke mikrokontroler bernilai lebih kecil sama dengan 1.5 V maka PORT D5/OC1A akan membuka sebesar 30%. i. Jika tegangan DC dari sensor tegangan yang masuk ke mikrokontroler bernilai lebih kecil sama dengan 1 V maka PORT D5/OC1A akan membuka sebesar 20%. j. Jika tegangan DC dari sensor tegangan yang masuk ke mikrokontroler bernilai lebih kecil sama dengan 0.5 V maka PORT D5/OC1A akan membuka sebesar 10%. Perancangan Generator Induksi Dalam perancangan generator induksi perlu dilakukan beberapa percobaan untuk menentukan parameter dan rangkaian ekuivalen generator dengan melakukan pengukuran resistansi stator, percobaan beban nol dan percobaan hubung singkat. Pengukuran Resistansi Stator (R1) 2012 Dari hasil percobaan diperoleh data sebagai berikut: • Vdc = 6.2 V • Idc = 1,5 A • Resistansi stator: R1 = Vdc Idc = 4,13 Ω Percobaan Tanpa Beban Gambar 14. Rangkaian percobaan motor tanpa beban Untuk pengujian motor tanpa beban dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: • Buat rangkaian seperti gambar 14. • Atur tegangan sesuai nominal motor. • Catat tegangan (V0), arus (I0) dan daya (P0). V0 = 210 V I0 = 2,8 A P0 = 20 W Sehingga diperoleh sebagai berikut: hasil perhitungan • Impedansi tanpa beban V 210 (Z0) = 0 = = 75 Ω I0 2,8 • Resistansi beban nol P 20 (R0) = 02 = 2 = 2,55 Ω I0 2,8 • Reaktansi beban nol (X0) = �𝑍0 2 − 𝑅0 2 = �752 − 2,552 = 74,95 Ω Percobaan Hubung Singkat Gambar 13. Rangkaian percobaan pengukuran resistansi stator Untuk percobaan nilai resistansi stator dapa dilakukan dengan cara sebagai berikut: • Buat rangkaian seperti pada gambar 13. • Berikan tegangan DC. • Catat tegangan (Vdc) dan arus (Idc) 6 Gambar 15. Rangkaian percobaan motor hubung singkat Untuk pengujian hubung singkat motor dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK • Buat rangkaian percobaan seperti pada gambar 15. • Tahan rotor agar tidak berputar (atau diusahakan putaran sangat lambat). • Masukan tegangan sampai 15%-20% nominal motor. • Catat nilai arus (Ihs) dan daya (Phs) yang terukur. Vhs = 40 V Ihs = 3,816 A Phs = 25,3 W 3,816 3,816 Rugi inti diperoleh dari hasil percobaan tanpa beban motor induksi. Dari hasil percobaan diperoleh sebagai berikut: V0 = 210 V I0 = 2,8 A P0 = 20 W b) Resistansi tanpa beban: P 20 R0 = 02 = 2 = 2,55 Ω 2,8 c) Reaktansi tanpa beban: X0 = �𝑍0 2 − 𝑅0 2 = �752 − 2,552 = 74,95 Ω d) Faktor daya tanpa beban: P 20 Cosφ0 = 0 = = 0,034 210.2,8 φ0 = 88,050 e) Reaktansi magnet: Z 75 Xm = 0 = = 75,75 Ω f) Arus magnet: Im = I0. Cosφ0 = 2,8 . 0.034 = 0,0952 A = 95,2 mA g) Rugi inti: Pinti = 7 Z0 = (220)2 .0.034 75 2 Penentuan Induktansi Magnit Rotor Induktansi magnit diperoleh dari percobaan tanpa beban. Dari percobaan tanpa beban telah diketahui besar reaktansi magnit yaitu sebesar 75,75 Ω. Sehingga nilai induktansi magnet adalah sebagai berikut: Xm ϖ = 75,75 2.π.f = 75,75 2.π.50 = 0,24 H Agar generator induksi dapat membangkitkan tegangan maka diperlukan kapasitor. Nilai kapasitor yang dipasang harus lebih besar dari nilai kapasitor minimumyang diperlukan untuk proses eksitasi. Besar nilai kapasitor yang diperlukan adalah: C > Cmin = C>Cmin = 0,99 V0 2 .Cosφ0 2 Penentuan Nilai Kapasitansi Generator 2,8 Sinφ0 3,816 j) Reaktansi hubung singkat: Xhs = �𝑍hs 2 − 𝑅hs 2 = �10,482 − 1,732 = 10,33 Ω k) Reaktansi rotor: X 10,33 X1 = X2 = hs = = 5,165 Ω L= a) Impedansi tanpa beban: V 210 Z0 = 0 = = 75 Ω V0 .I0 3,816 Ihs Penentuan Rugi Inti I0 Vhs = 40 V Ihs = 3,816 A Phs = 25,3 W Ihs • Reaktansi hubung singkat (Xhs) = �𝑍ℎ𝑠 2 − 𝑅ℎ𝑠 2 = �10,482 − 1,732 = 10,33 Ω I0 Nilai resistansi dan reaktansi rotor diperoleh dari hasil percobaan hubung singkat. Dari hasil percobaan diperoleh data sebagai berikut: i) Resistansi hubung singkat: P 25,3 Rhs = hs2 = 2 = 1,73 Ω • Resistansi hubung singkat P 25,3 (Rhs) = hs2 = 2 = 1,73 Ω Ihs Penentuan Nilai Resistansi dan Reaktansi Rotor h) Impedansi hubung singkat: V 40 Zhs = hs = = 10,48 Ω • Impedansi hubung singkat V 40 (Z hs) = hs = = 10,48 Ω Ihs 2012 = 21,94 W = = 1 ϖb2 .(X1 +Xm ) 1 ϖb2 .(X1 +Xm ) 1 1425 2 2.π.50.� � .(5,165+75,75) 1500 1 314.(0,9).80,915 = 43,73 µF = 45 µF 4. HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS Pengujian ini bertujuan untuk memperoleh hasil yang diinginkan dari generator induksi satu fasa dan mengamati karakteristik beban JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK dari sumber PLN tanpa beban konsumen, karakteristik generator induksi satu fasa saat kondisi tanpa beban konsumen, serta pengujian tiap sistem. Pada pengujian beban dengan sumber dari yang masuk ke PLN saat VDC mikrokontroler berubah-ubah dari 0-5 V sehingga akan berpengaruh pada perubahan besarnya VDC yang keluar dari rectifier ke beban dan besarnya IDC yang mengalir pada kaki drain seperti terlihat pada gambar 15. Gambar 15. Karakteristik VDC = f (IDC) kondisi saat VDC ke mikrokontroler dari 0-5 V Pada pengujian beban dengan sumber dari generator saat VDC yang masuk ke mikrokontroler berubah-ubah dari 0-5 V sehingga akan berpengaruh pada perubahan besarnya VDC yang keluar dari rectifier ke beban dan besarnya IDC yang mengalir pada kaki drain seperti terlihat pada gambar 16. 2012 diperlukan untuk menghasilkan arus eksitasi yaitu 43,73 µF meskipun dari hasil pengujian kapasitor yang dibutuhkan adalah sebesar 57 µF untuk menghasilkan arus eksitasi. 2. Dikarenakan alat ini tidak dapat dioperasikan sesuai dengan tujuan yang telah dibuat maka hanya dilakukan pengujian tiap sistem rangkaian agar diperoleh data pengujian dan analisa hasil pengujian dan laporan ini dapat terselesaikan. Saran Untuk pengembangan lebih lanjut penulis memberikan saran: 1. Untuk ketetapan pengendalian, generator akan tetap stabil jika dalam spesifikasi pembuatan program pada mikrokontroler lebih diperhitungkan dan teliti. 2. Penggunaan dummy load diharuskan yang sesuai dengan spesifikasi generator seperti water heater yang telah diatur nilai R, I dan P nya. DAFTAR PUSTAKA Abdulkadir, A., 2002, Kelayakan Perusahaan Daerah Listrik Non PLN untuk Mempercepat Usaha Elektrisasi Pedesaan. Amirullah, M., 2000, Pengaruh Pemasangan Kapasitor pada Untai Belitan Stator terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Fasa Sangkar Tupai, UGM, Yogyakarta. Anthony, Z., 2001, Kinerja Pengoperasian Motor Induksi 3 Fasa pada Sistem 1 Fasa dengan Menggunakan Kapasitor, UGM, Yogyakarta. Gambar 16. Karakteristik VDC = f (IDC) kondisi saat VDC ke mikrokontroler dari 0-5 V Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan: 1. Motor induksi satu fasa bisa diubah menjadi generator induksi satu fasa, dengan cara memutar motor di atas putaran sinkron dan memberi arus eksitasi. Arus eksitasi didapat dari kapasitor. Kapasitor minimum yang 8 Berahim, H., 1997, Pengaruh Aspek Ratio pada Perancangan Motor Induksi, UGM, Yogyakarta. Chapallaz, J. M., 1992, Induksion Motor Used as Deutsches Zentrum fur technologien - GATEm Germany. Manual on Generators, Entwicklungs Braunshweig, Oktaufik, M., Abdullah, K., 2002, Coorperation Opportunities to Promote Renewable Energi-Role of IRES, majalah Energi Edisi 17 (September – Nopember JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK 2002), Pusat Yogyakarta. Studi Energi, UGM, Putra, I Ketut Perdana, Sasongko, Haryono. [2004]: Penggunanan Kapasitor untuk Perbaikan Unjuk Kerja Motor Induksi Generator. sebagai http://i lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=6 460 Richardson, D. dan Caisse, A., 1996, Rotating Electring Machinery and Transformer Technology, Prentice Hall, New Jersey, USA. Theraja, B. L., 1994, A Text Book of Electrical Technology, Volume II: AC and DC Machines, Nirja Contructions & Development Co. Ltd. Ram Nagar, New Delhi, India. Tumiran, 2002, Kualitas Energi Listrik Menyongsong Pembahasan RUU Ketenagalistrikan, Majalah Energi, Edisi 16 (Juni – Agustus 2002), Pusat Studi Energi UGM, Yogyakarta. Zuhal, 1998, Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya, PT. Gramedia, Jakarta. _____, Chapter I.pdf http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234567 89/30677/4/Chapter%20I.pdf _____, motor induksi split phase sebagai generator induksi satu fasa http://journal.uii.ac.id/index.php/Teknoin/art icle/viewFile/2154/1962 _____, makalah single phase motor http://staff.ui.ac.id/internal/040603019/mater ial/PaperSinglePhaseMotor.pdf _____, motor induksi satu fasa http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234567 89/26659/3/Chapter%20II.pdf _____, datasheet ATMega 16 http://www.wvshare.com/datasheet_html/AT mega16-PDF.html _____,Rancang bangun kontroler beban PLTMH berbasis mikrokontroler http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=peneliti an_detail&sub=PenelitianDetail&act=view& typ=html&buku_id=46162&obyek_id=4 9 2012 _____,Pemrograman Mikrokontroler Atmel AVR menggunakan BASCOMAVR | DSP & Embedded Electronics http://agfi.staff.ugm.ac.id/blog/index.php/20 11/02/ebook_mikrokontroler_bascom_avr/ _____,40HFR40 Datasheet pdf - 400V 40A Std. Recovery Diode in a DO-203AB (DO5)package - International Rectifier http://www.datasheetcatalog.com/datasheets _pdf/4/0/H/F/40HFR40.shtml _____,PWM Adalah | Pengertian PWM http://www.sisilain.net/2011/11/pwmadalah-pengertian-pwm.html