PERJANJIAN INTERNA�ION� = BAG.: I :aS � No. K 1;;!;:0 No. .}_1.l -��-6-=J � Lf�tkr�J A __ H.:Jdi.::ah/Dcli 0ar i r ;.! ... . t · :.. .. iq _____ .LW 9:Y.�� : •• -;: T0I. . . . . _t!71q���� ( ·-- ·-·--- �,r.} �i � �� J.:..l i f __ 3�t. ��.r. \OLl . • •. . - · __ 38'.'o� � �_:_ . :S PERJANJIAN = BAG.: I I WAYAN PARTHIANA, SH. MH. ?A' . o� �fW­ h.1 ,411 04 t1. oS: l-f r.e - · - ft\ �o\lo PENERBIT MANDAR MAJU I 2002 I BANDUNG iii mah dan mer itu, dike mat mer inte kek acu per am "pt dol rar dit WC mt la! ANGGOTA IKAPI NO. 043/JBA/92 bu in1 in Hak cipta dilindungi undang-undang pada : Pengarang Hak Penerbitan pada : Penerbit Mandar Maju. Cetakan I : No. Code Penerbitan 02 - IH • .139 Tidak diperkenank.an memperbanyak penerbitan ini dalam bentuk stensil, foto copy atau cara lain tanpa izin tertu!is Penerbit Mandar Maju. ISBN H di 2002 : In 979-538-217-9 D m b1 al K iv Lo.__. KATA PENGANTAR Buku ini ditulis dalam rangka memenuhi kebutuhan para mahasiswa fakultas hukum maupun mereka yang berminat mengenal dan mendalami HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL yang merupakan salah satu cabang dari hukum internasional. Di samping itu, dalam jangka panjang, diharapkan pula buku ini dapat dikembangkan sehingga akan menjadi lebih sempurna baik bentuk maupun isinya. menambah Tentu jumlah saja buku-buku ha! ini dalam juga dimaksudkan bidang hukum untuk perjanjian internasional yang dewasa ini jumlahnya masih sedikit. . Harns diakui, bahwa buku ini masih mengandung beberapa kekurangan. Pertama, sangat sedikitnya kasus-kasus yang dijadikan acuan dalam pembahasan substansinya. Sebagai akibatnya, pembahasannya terasa sangat teoritis dan dalam beberapa hal terasa amat kering dan gersang. Kedua, tiadanya acuan yang berupa "preparatory work" atau "travaux preparatoires " yakni suatu dokumen yang berisi rekaman dari perundingan-perundingan dalam rangka pembahasan dan perumusan sampai pada akhirnya dihasilkannya naskah Konvensi Wina 1969. Ketiadaan preparatory work ini, mengakibatkan pembahasan substansi dalam buku ini menjadi a historis atau lepas dari konteks sejarah mengenai proses lahirnya Konvensi. Ketiga, sangat sedikitnya literatur yang berupa buku-buku teks maupun artikel ilmiah tentang hukum perjanjian internasional yang dijadikan sebagai referensi dalam penulisan buku ini. Keempat, penggunaan istilah-istilah maupun penggunaan bahasa Indonesianya sendiri dalam banyak ha! . tampak kurang konsisten. Hal ini antara lain disebabkan karena sulitnya mencari padanan kata dalam bahasa Indonesia untuk beberapa istilah dalam bahasa asing. Demikian pula dalam banyak ha!, bahasa Indonesia dari buku ini masih belum memenuhi standar bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sebenarnya masih banyak kekurangan lain dari buku ini, yang akan terlalu panjang jika di�ebutkan satu persatu. Di samping itu perlu diingatkan, bahwa kutipan atas pasal-pasal Konvensi Wina 1969 yang diserfai dengan terjeJ?ahannya dalam v bahasa Indonesia, dimaksudkan supaya para pemakai buku ini lebih mudah memahami substansinya, mengingat tidak setiap orang menguasai bahasa Inggris dengan baik. Namun demikian, janganlah diartikan bahwa terjemahan tersebut merupakan terjemahan yang baik dan benar. Terjemahan itu sendiri tidak luput dari pemahaman Kati yang sifatnya Daf1 subyektif atas isi dan jiwa dari pasal-pasal Konvensi Wina 1969. Namun dengan segala kekurangan dan kelemahannya, buku ini dipersembahkan kepada para pembaca, untuk selanjutnya diharapkan adanya kritik, koreksi maupun saran-saran, yang semuanya itu sangat berguna bagi penyempurnaan buku ini pada edisi yang akan datang. Sebagai akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada saudara Punomo Sadriman SH, direktur Penerbit MANDAR MAJU, Bandung dan semua pihak yang telah membantu penerbitan buku ini, dalam bentuknya seperti sekarang ini. II. II. Bandung, Januari 2002 I Wayan Parthiana II vi 1\ . DAFfAR ISi Iebih )rang anlah halaman yang aman Kata Pengantar ..................................................... vensi Daftar Isi . v . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . BAB I ini PENDAHULUAN pkan .ngat lg. :asih >AR •itan . 12 . 13 .. 16 11.1. Pengertian Perjanjian ·1nternasional ................. 11.2. Unsur-Unsur Perjanjian lnternasional .............. 11.2.1. Kata sepakat .................................. 11.2.2. Subyek-subyek hukum ...................... .. 17 11.2.4. Obyek tertentu ................................. 17 . 11.2.5. Tunduk pada atau diatur oleh hukum internasional .................................. 11.3. 16 11.2.3. Berbentuk tertulis ............................ . 17 Subyek-Subyek Hukum lnternasional yang Me­ miliki Kemampuan untuk Mengadakan Perjanjian Internasional ........................................... .. 11.3.1. Negara ......................................... . 11.3.2. Negara Bagian ............................... .. 18 19 20 11.3.3. Tahta Suci atau Vatikan ...................... 21 11.3.4. Wilayah Perwakilan .......................... 21 11.3.5. Organisasi Internasional ..................... 22 11.3.6. Kelompok II.3.7. yang sedang atau Kaum Belligerensi ..................................... Bangsa yang sedang 24 memperjuangkan hak-haknya ................ : . . . .... .... . . . . . . . .. 25 vii II.4. Beberapa lstilah ......................................... II.4.1. Traktat (Tractaat, Treaty) ................... I l .4.2. Konvensi (Conventie, Convention) ........ II.4.3. Deklarasi (Declaratie, Declaration) ........ 11.4.4. Statuta (Statute) ............................... . Il.4.5. Piagam (Charter) .............................. Il.4.6. Kovenan (Covenant) ......................... . 11.4.7. Persetujuan ( Agreement, Arrangement) .. Il.4.8. Perjanjian ...................................... . Il.4.9. Pakta (Pact) .................................... Il.4.10.Protokol (Protocol) ........................... 26 27 28 29 30 31 31 32 33 33 34 Bentuk-Bentuk Perjanjian Internasional .............. 35 35 37 . 11.5. 11.5.1. Perjanjian Internasional Tak Tertulis ...... Il.5.2. Perjanjian Internasional Tertulis ........... . a. Perjanjian Internasional antar Negara b. Perjanjian Internasional antara Kepala Negara ................................... .. c. Perjanjian Internasional antar Pemerintah ...................................... d. Perjanjian Internasional antar Kepala "Negara dan Kepala Pemerintah ...... . .. II.6. Macam-Macam Perjanjian Internasional ........... II.6.1. Perjanjian Internasional Ditinjau dari Jumlah Negara-Negara yang Menjadi Pesertanya ..................................... . a. Perjanjian Internasional Bilateral ...... .. b. Perjanjian Internasional Multilateral .... 11.6.2. Perjanjian Internasional Ditinjau dari Segi Kesempatan yang Diberikan kepada Negara-Negara untuk Menjadi Peserta .... a. Perjanjian Internasional Tertutup ........ b. Perjanjian Internasional Terbuka ........ 11.6.3. Perjanjian Internasional Ditinjau dari Kaidah Hukum yang Dikandungnya ....... a. Perjanjian Internasional yang Me­ ngandung Kaidah Hukum yang Khusus Berlaku bagi Para Pihak ....... . 37 38 38 38 39 40 40 40 40 40 40 42 42 viii � 26 27 28 29 30 31 31 32 33 33 34 b. yang Hukum Me­ Berlaku lnternasional Kaidah yang 43 Hukum Me­ yang Berlaku Umum ........................... . Il.6.4. Per3anjian lnternasional Ditinjau dari Segi Bahasanya ...................................... a. Perjanjian Internasional yang Perjanjian rumuskan Jnternasional dalam Dua yang atau 44 44 Di­ Lebih Bahasa, tetapi satu Bahasa yang Memiliki Kekuatan Mengikat .............. c. Perjanjian rumuskan Bahasa lnternasional dalam dan Dua Semuanya yang atau 45 Di­ Lebih Memiliki Kekuatan Mengikat yang Sama ........ 45 Il.6.5. Perjanjian Internasional Ditinjau dari Segi Substansi Hukum yang Dirumuskannya ... a. 45 Perjanjian Internasional yang Merupa­ kan Perumusan Hukum Kebiasaan .... 40 40 40 46 b . Perjanjian Internasional yang Merupa­ kan Perumusan Kaidah Hukum Internasional yang Sama Sekali Baru ...... . c. 46 Perjanjian Internasional yang Merupa­ kan Perumusan secara Terpadu dari �o m 10 Hukum Kebiasaan lnternasional dan Hukum Internasional yang Baru ...... . Il.6.6. 46 Perjanjian Internasional Ditinjau dari Segi Pemrakarsanya ................................. a. b. 47 Perjanjian Internasional yang Diprakarsai oleh Negara ....................... 2 44 Di- rumuskan dalam Satu Bahasa ......... . b. 38 12 Perjanjian ngandung 38 39 lnternasional Kaidah Terbatas pada suatu Kawasan ......... . c. 35 35 37 37 38 Perjanjian ngandung 47 Perjanjian lnternasional yang Dipra­ karsai oleh Organisasi Internasional .. 48 ix 11.6.7. Perjanjian Internasional Ditinjau dari Segi Ruang Lingkup Berlakunya ................ . a. Perjanjian Internasional Khusus ....... 48 JV. 48 b. Perjanjian Internasional Regional .... .. 49 c. Perjanjian Internasional Umum ........ 50 BAB III S U A T U TINJAUAN S I N G K A T TE N T A N G K O NVE NSI W I N A 1969 DAN K O NVEN S I WINA 1986 III. I. IIl.2. Konvensi Wina 1969 .................................. . 51 IIl.1.1. Konsiderans Konvensi Wina 1969 ........ . 51 !11.1.2. Substansi Konvensi Wina 1969 ............. 56 III .1. 3. Sa tu Annex dan Dua Deklarasi ............ . 64 Konvensi Wina 1986 .................................. . 69 III.2.1. Konsiderans Konvensi Wina 1986 ......... 69 III.2.2. Substansi Konvensi Wina 1986 ............. 75 III. 2.3. Sebuah Annex ................................ . 85 I\ 1' BAB IV PROSES PER U M U S A N D A N M U L A! BE R L A K U NYA S U A T U PERJ A NJ I A N INTERN A S I O N A L IV.I. Dari Pendekatan Informal Menuju Langkah Formal .................................................... IV.2. IV.3. IV.4. IV.5. IV.6. 93 I Penunjukan Wakil-Wakil yang akan Mengadakan Perundingan .......................................... " ... 94 Kuasa Penuh (Full Powers) ........................... 95 I Pengaturan tentang Kuasa Penuh dalam Konvensi Wina 1969 ............................................... . 98 Penerimaan Naskah Perjanjian (Adoption of the Text) .... ... ....... .. ... ...... .. . .. . ....... ..... .... ....... 106 Pengotentikasian Naskah Perjanjian (Authentication of the Text) .... ... ..... .... .... .... .. .... .. . ........ 107 x L..._ 48 JV.7. 48 Persetujuan untuk Terikat pada Perjanjian (Consent to be Bound by a Treaty) ..... ' .. . ......... 109 dengan cara Penandatanganan ............... 110 JV.7. I. Persetujuan untuk Terikat pada Perjanjian 49 50 IV.7.2. Persetujuan untuk Terikat pada Perjanji­ an dengan cara Pertukaran lnstrumen­ lnstrumen yang Membentuk Perjanjian ... 113 IV.7.3. Persetujuan untuk Terikat pada Perjanjian dengan cara Ratifikasi, Akseptasi dan Persetujuan ..................................... 114 IV .7.4. Persetujuan untuk Terikat pada Perjanjian 51 51 56 dengan cara Aksesi ........................... IV.8. 64 69 69 Persetujuan untuk Perjanjian dan Terikat pada Memilih untuk Sebagian dari Terikat pada Ketentuan-Ketentuan Tertentu dari Perjanjian ..... IV.9. Saat Mulai 123 IV.9.1. Pengaturan tentang Saat Mulai Berlaku­ 85 nya Perjanjian Internasional Menurut Konvensi Wina 1969 ........................ . IV.9.2. Penerapan u janjian Sementara atas suatu Internasional menurut Pasal IV.9.3. Saat Mulai 25 IV.10. 126 Berlakunya suatu Perjanjian Internasional dalam Praktek ................. 129 Beberapa Model tentang Saat Mulai Berlakunya suatu Perjanjian Internasional ......................... 94 124 Per­ Konvensi Wina 1969 ........................ . 93 118 Berlakunya suatu Perjanjian lnter- nasional ................................................... 75 116 132 95 IV.II. Negara Penyimpan Dokumen ................................... 141 98 IV.12. Pendaftaran suatu Perjanjian Internasional ......... 143 IV.13. Makna dan Konsekuensi Hukum dari Persetujuan 06 atau Organisasi Internasional sebagai untuk Terikat pada Perjanjian Internasional ........ 144 07 xi B A BY PENSYARATAN V.l . V.2. V.3. Pendahuluan ............................................. Pengertian Pensyaratan ................................ Mengapa Negara Diperkenankan Mengajukan Pensyaratan? ............................................ Larangan atau Pembatasan atas Pensyaratan ....... Perumusan tentang Pensyaratan dalam Perjanjian lnternasional ............................................ . Penerimaan dan Penolakan atas suatu Pensyaratan serta Akibat Hukumnya terhadap Para Pihak ...... Pensyaratan atas Instrumen Utama suatu Organi. V.4. V.5. V.6. V.7. V.8. V.9. sasi Internasional ........................................ Akibat Hukum dari Pensyaratan dan Penolakan terhadap Pensyaratan ................................... Penarikan Kembali atas Pensyaratan dan Penarikan Kembali Penolakan terhadap Pensyaratan ... V.9.1. Penarikan Kembali atas Pensyaratan ...... . V.9.2. Penarikan Kembali atas Penolakan terhadap Pensyaratan ............................ V.9.3. Mulai Berlakunya Penarikan Kembali atas Pensyaratan dan Penarikan kembali atas Penolakan terhadap Pensyaratan ............ V.10. V.11. V.12. Prosedur Mengenai Pengajuan Pensyaratan, Pe­ nerimaan, dan Penolakan terhadap Pensyaratan ... Pendapat Hukum ( Advisory Opinion) Mahkamah Internasional dalam Kasus Pensyaratan atas Konvensi Genocide, 1951 ........................... .. Pensyaratan Berdasarkan Sistem Suara Bulat dan Sistem Pan Amerika .................................... 149 152 156 158 se 179 ba 181 ak 184 186 pa SU di 188 ht m in 189 pa n) m 191 N dt k< 196 kt A 206 w se Indeks ................................................................. 249 Daftar Bacaan ........ : .. ........ ...... ......................... .. 257 . ffil ya 211 . dil 165 Lampiran: Naskah Konvensi Wina 1969 tentang Hukum Perjanjian .............................................. . da 161 te bi A se xii :L BAB I PENDAHULUAN 149 152 156 158 161 165 Perwujudan atau realisasi hubungan-hubungan internasional dalam bentuk pe1janjian-perjanjian internasional, sudah sejak lama dilakukan oleh negara-negara di dunia ini. Perjanjian-perjaitjian tersebut merupakan hukum yang harus dihonnati dan ditaati oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Tidaklah berkelebihan jika dikatakan, bahwa 179 selama masih tetap berlangsungnya hubungan-hubungan antara bangsa­ bangsa atau negara-negara di dunia ini, selama itu pula masih tetap 181 184 186 188 akan selalu muncul perja1tjian-perjanjian internasional. Pasang surutnya perjanjian-perjanjian internasional itu tergantung pula pada pasang surutnya hubungan-hubungan antar bangsa atau negara. Pada waktu jayanya pengaruh Gereja sekitar abad Pertengahan, dimana Eropah dan Laut Tengah dikuasai oleh lmperium Romawi, hubungan-hubungan antar bangsa atau antar negara mengalami masa surutnya, sehingga hukum internasional termasuk perjanjian 189 internasionalpun turut mengalami masa kemunduran. Demikian pula pada waktu jayanya ker·ajaan Majapahit dengan wilayah kekuasaan­ nya yang meliputi seluruh Nusantara ditambah semenanjung Melayu, 191 mematikan hubungan-hubungan antara kerajaan-kerajaan kecil di 96 kolonialisme yang sebagian besar bagian dunia ini berada di bawah · kekuasaan kaum kolonialis dan imperialis, khususnya b �nua Asia, · Nusantara yang pada waktu itu berkedudukan sama derajat satu dengan lainnya. Demikian pula pada jaman jayanya iJnperialisme dan 06 Afrika, dan Amerika Latin, hubungan-hubungan internasional di wilayah jajahan dilakukan oleh kaum kolonialis dan imperialis, sehingga tidak ada hukum internasional yang tumbuh di kawasan 11 tersebut. Kalau toh ada, hukum internasional itu adalah merupakan 49 bikinan dari kaum kolonialis dan imperialis . Situasi dan kondisi 57 Abad Pertengahan seperti terse but di atas, mengalan) i perubahan secara fundamental setelah berakhirnya Perang Tiga Puluh Tahun 1 }};,: 'VY <¥ ""' );:,' ,\�i (1618-1648), �1: dengan lahirnya negara-negara merdeka berclasarkan prinsip kewilayahan, kedaulatan, dan kesamaan derajat." Negara-negara inilah yang kemudian ada yang bcrkembang mertjadi negara-negara kolonial yang menguasai wilayah-wilayah di benua Asia, Afrika, dan Amerika Latin selama berabad··abad. Benua :;!:0, :�;:- - I�;- Amerika berangsur-angsur mcnjacli negara-negctra merdeka sekitar abad ke dclapanbelas dan sernbilan belas, sedangkan bangsa-bangsa ang ini, menerus me1 berkernbang sebagairnana tarnpak dalam wujudnya sekarang ini.2l tergantungan besarnya antara dan umat diadakannya kerjasarna clirumuskan dalarn sernakin manusia internasional bentuk meningkatnya di dunia yang ini, · dalam perjanjian-perjanjian ken kesaling­ int( mendorong banyak perj di l pernah rnengalami masa penjajahan. Perang Dunia II inilah yang mengubah secara fundamental Sernakin mas ada pada masa setelah Perang Dunia II, kecuali beberapa negara tertentu struktur masyarakat internasional yang kernudian terus diru kan inte di kawasan benua Asia dan Afrika, barulah menjadi negara merdeka seperti Jepang dan Thailand yang tidak pen1 per ha! dar internasional. per Perbedaan clalarn falsafah clan pandangan hidup, kebudayaan, ras, agama atau kepercayaan, clan lain-lainnya, ticlak lagi rnerupakan per faktor penghalang clalam mengadakan hubungan dan ke�jasarna. jik: Kemajuan dalam biclang ilmu pengetahuan dan teknologi dengan me segala dampak positif ya1 11 Tentang buku ha! ini telah maupun negatifnya, banyak diuraikan teks hukum intenmsional, sepc11i J. oleh menclorong perlunya para sa1jana dala1n inti buku­ yat G. Starke , INTROl)UCTION TO pei INTERNATIONAL LAW; Sev enth Edition, Butterwonhs & Co, Lo ndo n , 1977; uta Ian Brownlie: PRINCIPLES OF PUBLIC INTERNATIONAL LAW; Third sec Edition, Oxford University Pre.ss, Oxford, 1973: Michael Akheurst: A MODERN INTRODUCTION TO INTERNATIONAL LAW; Third Edition, Minerva Series Book, London, 1979, dan Jain-Jainnya. Khusus mengenai sejarah hukum int internasional, bacalah Arthur Nussbaum: A CONCISE HISTORY OF THE int LAW OF NATIONS, The MacMillau Company, New York, 1954. Buku ini sej telah diterjemahkan kc dalan1 bahasa Indonesia oleh Sain Suhaedi Achnawirya mi dengan judul SEJARAH HUKUM INTERNASIONAL, Bagian I dan II, Penerbit Binacipta, Bandung, Cctakan Pertan1a Nopen1ber 21 1969. Sayang sekali buku re: terjc1nahan yang sangat baik ini sudah tidak diterbitkan ulang lagi. Lihat dan baca: Modltar Kusun1aatrnadja: PENGANTAR 1-IUKUM PENGANTAR HUKUM INTERNASIONAL, Jilid I Bagian Umum. Pcncrbit Binacipta, Bandung, halaman 21-22. Juga Wayan Parthiana: mt pe 1978, Ba INTERNASIONAL; Penerbit Mandar Maju, Bandung, 1990, halaman 38-45. 2 l ;arkan 11bang 'ah di 3enua ekitar angsa rdeka rtentu masa 1ental nerus 'l 1ling1rong ha! Jnal. ras, akan 1ma. 1gan mya >uku� TO pengaturan-pengaturannya secara lcbih tegas clan pasli yang dirumuskan dalam bentuk pe1janjian-pe1janjian internasional. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika clewasa ini dan bahkan pada datang akan semakin banyak tumbuhnya mas a-m asa yang akan perjanjian-pe1janjian internasional. Mengenai substansi yang diatur dalam pe1janjian-pe1ja1tjian internasional tidak hanya masalah-masalah clan obyek-obyek yang ada di bumi saja, tetapi sudah meluas dengan mencakup obyek-obyek di Juar planet bumi, seperti tentang bulan, matahari dan benda-benda angkasa lainnya. Memang dalam situasi kemajuan teknologi sekarang ini, sangat memungkinkan bagi masyarakat internasional untuk mengadakan perundingan-perundingan tentang segala masalah dan kemudian merumuskannya dalam bentuk perjanjian-perjanjian internasional. Pengaturan suatu masalah dalam bentuk pe�janjian­ perja1tjian internasional memang lebih menjamin kepastian hukum dan kejelasan, sehingga memperkecil kemungkinan timbulnya perselisihan atau persengketaan antara para pihak. Dewasa ini hukum internasional sebagian besar terd iri dari perjanjian-perjanjian internasional. Bahkan tidak berkelebihan pula jika dikatakan, bahwa perjanjian internasional telah mendesak clan menggeser kedudukan dan peranan hukum kebiasaan internasional yang pada awal sejarah pertumbuhan dan perkembangan hukum internasional menduduki tempat yang utama. Tepatlah seperti yang dikemukakan oleh G. I. Tunkin, bahwa secarn proporsional 977; perjanjian internasional pada masa kini menduduki tempat yang ERN secara meluas persetujuan-persetujuan internasional. rhird eries 1kum fHE I ini 1irya �rbit >uku utama dalam hukum internasional sebagai akibat dari Peranan hukum internasional pada munculnya umumnya, perja1tjian internasional pada khususnya dalam mengatur hubungan-hubungan internasional semakin lama semakin dirasakan pentingnya terutama sejak permulaan abad keduapuluh ini. Hal ini terbukti dari .munculnya usaha-usaha dari badan-badan ahli maupun badan-badan resmi untuk mengkodifikasikan kaidah-kaidah hukum internasional UM melalui UM Bangsa-Bangsa (the League of Nations) telah membentuk suatu 178, konperensi-konperensi internasional yang menghasilkan perjanjian internasional. Demikianlah misalnya pada tahun I 924 Liga 3 7 Komisi Ahli (Committee of Expert) berdasarkan Resolusi Majelis Liga Bangsa-Bangsa tanggal 22 September 1924, r dengan tugas (1 mengadakan studi yang sistematis tentang pengkodifikasian yang progresif dari hukum internasional. Berdasarkan laporan hasil kerja Komisi Ahli ini, Majelis Liga Bangsa-Bangsa pada tanggal 24 mengeluarkan resolusi yang isinya menyerukan A supaya diadakan konperensi kodifikasi hukum internasional di Den /, September 1929 Haag (Negeri Belanda) pada tahun 1930. { 1930 1930 sampai tanggal 23 Konperensi Kodifikasi Hukum Internasional Den Haag tersebut dilangsungkan dari tanggal 13 Maret April 1930 dan membahas tiga bidang hukum internasional yang hendak dikodifikasikan, yaitu: I. Tentang Kewarganegaraan (Nationality) yang menghasilkan Maj( Konvensi tentang Kewarganegaraan dan tiga buah protokolnya yaitu men: sebuah protokol tentang Kewajiban Militer dalam hal-hal tertentu pem· yang menyangkut kasus-kasus kewarganegaraan rangkap (military Con obligation in certain cases of double nationality), sedangkan dua nya protokol lainnya tentang masalah tanpa kewarganegaraan. hukt 2. Tentang Perairan Teritorial (territorial waters) yang ternyata duni konperensi ini gaga! rnencapai kesepakatan mengenai lebar laut pen! teritorial yang seragarn. hukt 3. Tentang Tanggung Jawab Negara (Responsibility of States) yang menghasilkan Konvensi tentang Tanggung Jawab Negara. 3l Dengan dibubarkannya Liga Bangsa-Bangsa dan kedudukannya digantikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (the United Nations) yang berdiri pada tanggal 24 Oktober 1945, hukum internasional dipandang semakin penting peranannya dalam mengatur hubungan­ hubungan internasional. Hal ini terbukti dari adanya perhatian khusus dari Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengkodifikasikan dan mengembangkan secara progresif hukurn internasional tersebut. Hal ini terbukti dari pencgasan dalam pasal 13 ayat 1 butir a Piagam PBB yang menyatakan sebagai berikut: seca kon' hasi pelb ranc posi Kor �ea Dip tent 196 of " Lihat dan bacalah R. P. Dhokalia: THE CODIFICATION OF INTER­ NATl(>NAI, l.,A W; Manchester University Press, USA, Oceana .Publications Inc, 1970. Juga Arthur Nu<;sbaun1/Sain Suhaedi Adn1awirya: Op.cit, halan1an 200. 4 Ne! lnte ajelis The tugas reco111111e11da1io11s F){- the pwpose oI a. pro11101i11g i111ernatio11a/ cooperation yang ke1ja ii 24 ukan Den 1930 General fields Assembly and shall encouraging i11i1iate the srudies in progressive and the make political development elf imernational law and its codification. Mqjelis /.!mum akarr berinisiatif unruk me!akukan studi dan 111embuat reko111e11dasi untuk maksud: pe11gemba11ga11 a. po!itik al 23 dan kerjasama mendorong i11ternasi01zal dalam pengembangan !apanga11 progresif hukum intenwsional dan pengkodifikasiannya. yang Untuk melaksanakan ketentuan pasal 13 ayat l butir a ini, Majelis Umum PBB dalam sidangnya yang kedua pada tahun 1947 yaitu mengeluarkan sebuah resolusi yaitu Resolusi Nomor I 74/11 tentang tentu pembentukan Law itary Commission) yang merupakan sebuah komisi ahli dengan piagam­ ilkan dua nya yang Komisi tersendiri. 1-Iukum Internasional (International Anggota-anggotanya terdiri dari para ahli hukum terkemuka dari pelbagai bangsa dan pelbagai sistem hukum di tyata laut ites) dunia. Adapun tugas dari Komisi ini adalah melakukan studi dan pengkajian secara sistematis dan mendalam tentang bidang-bidang hukum internasional yang perlu dikodifikasikan dan dikembangkan secara progresif serta menyiapkan rancangan naskah pasal-pasal konvensinya. mya Selama dalam melaksanakan tugas-tugasnya, Komisi telah ber­ ons) hasil menyiapkan rancangan pasal-pasal naskah konvensi mengenai onal �an� .tian ikan but. �a1n ER­ lnc, pelbagai bidang hukum internasional dan beberapa dari basil rancangan tersebut telah dikukuhkan menjadi lmkum internasional positif, dalam bentuk konvensi-konvensi Konvensi 1-!ukum Laut Jenewa 1958 internasional, misalnya (Convention on the Law of the �ea) yang terdiri dari empat Konvensi; Konvensi tentang 1-!ubungan Diplomatik (Convention on Diplomatic Relations) 1961; Konvensi tentang 1-!ubungan Konsuler (Convention on Consular Relations) .1963; Konvensi tentang 1-!ukum Perjanjian (Convention on the Law of Treaties), 1969; Negara Organisasi dan Konvensi tentang Hukum Perjanjian antara Internasional dan antara Organisasi lnternasional dan Organisasi lnternasional (Convention on the Law 5