BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi membunuh hampir 8 juta orang setiap tahun di seluruh dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahun ada di daerah Asia Tenggara. Sekitar sepertiga dari populasi orang dewasa di Asia Tenggara termasuk Indonesia memiliki tekanan darah tinggi. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu 140/90 mmHg. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%. Prevalensi hipertensi secara nasional berdasarkan pengukuran termasuk kasus yang sedang minum obat adalah 32,2%. Prevalensi tertinggi ditemukan di Provinsi Kalimantan Selatan (39,6%) sedangkan terendah di Papua Barat (20,1%). Sedangkan prevalensi hipertensi nasional berdasarkan pengukuran adalah 28,3% dan provinsi dengan prevalensi tertinggi tetap Kalimantan Selatan (35,0%), yang terendah juga tetap Papua Barat (17,6%) (Rahajeng & Sulistyowati, 2009). Sedangkan menurut Profil Kesehatan Kota Banjarmasin Tahun 2012 hipertensi essensial yang berobat ke puskesmas adalah 78.805 orang atau sekitar 19,8% dari penduduk yang berumur 20-75 tahun. Hipertensi merupakan penyakit yang sangat berbahaya, karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan dini. Kebanyakan orang merasa sehat dan energik walaupun hipertensi. Keadaan ini tentunya sangat berbahaya, yang dapat menyebabkan kematian mendadak pada masyarakat. Hipertensi dan komplikasinya dapat dicegah dengan gaya hidup sehat dan mengendalikan faktor risiko (Depkes, 2012). Terjadinya pergeseran pola makan di kota-kota besar dari 1 pola makan tradisional ke pola makan barat yang komposisinya terlalu tinggi kalori, banyak protein, lemak dan gula tetapi rendah serat menimbulkan ketidakseimbangan konsumsi gizi, merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung koroner dan masalah kesehatan lain (Wiardani et al., 2007). Faktor risiko hipertensi dapat dibedakan atas faktor yang tidak dapat dikontrol (seperti keturunan, jenis kelamin, dan umur) dan yang dapat dikontrol (seperti kegemukan, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam). Penderita hipertensi yang sangat heterogen membuktikan bahwa penyakit ini bagaikan mosaik, diderita oleh orang banyak yang datang dari berbagai subkelompok berisiko didalam masyarakat. Hal tersebut juga berarti bahwa hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat endogen seperti neurotransmitter, hormon dan genetik, maupun yang bersifat eksogen seperti rokok, nutrisi dan stressor (Sigarlaki, 2006). Asupan makanan dengan kandungan lemak dan natrium yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya hipertensi. Asupan kalium yang meningkat akan menurunkan tekanan darah pada beberapa kasus. Kalium didalam tubuh berfungsi untuk memelihara keseimbangan garam dan cairan serta mengontrol tekanan darah yang normal. Individu dengan hipertensi pada umumnya mengkonsumsi sedikit kalsium. Bila dalam diet ditambahkan kalsium harian 1000 mg, maka tekanan darah akan menurun pada individu yang hipertensi ringan dan sedang (Nugraheni et al., 2008). WHO (2011) juga menganjurkan untuk mencegah dan mengontrol tekanan darah dengan mengurangi dan mengelola stres, makanan yang sehat yang terdiri dari banyak buah dan sayuran segar yang menyediakan nutrisi seperti potassium dan serat, membatasi asupan natrium, menyadari bahwa banyak makanan olahan yang tinggi natrium, membatasi asupan makanan tinggi lemak jenuh, menjaga berat badan ideal, melakukan aktifitas secara fisik, menghindari rokok, menghindari penggunaan alkohol, memeriksakan secara teratur tekanan darah, mencegah dan menangani kondisi medis lainnya seperti diabetes karena sekitar 60% orang yang mengidap diabetes juga memiliki tekanan darah tinggi. 2 Menurut Mustamin (2010) sumber utama natrium atau sodium di negaranegara barat adalah garam dapur. Akan tetapi di Indonesia, disamping garam dapur, ikan asin dan yang lebih potensial adalah monosodium glutamat (MSG/Vetcin) Natrium, jika dikonsumsi lebih banyak akan meretensi lebih banyak air untuk mempertahankan pengenceran elektolit, sehingga cairan intenstin bisa terakumulasi dan volume plasma meningkat. Peningkatan volume plasma dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, terutama bila fleksibilitas pembuluh darah menurun oleh aterosklerosis. Sedangkan menurut Rinto et al., (2009) peningkatan kandungan garam pada ikan asin dapat disebabkan oleh adanya penggaraman kembali oleh para pedagang selama penyimpanan. Bertambahnya kandungan garam pada daging ikan dapat menambah daya awet ikan asin. Standar Nasional Indonesia (SNI) mensyaratkan kadar garam tidak lebih dari 20 %. Kadar garam yang tinggi dapat memicu timbulnya hipertensi pada beberapa orang. Hasil uji kadar garam dari beberapa iwak karing yang beredar di Banjarmasin menunjukkan angka lebih dari 20% hal ini dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah bagi yang mengkonsumsinya. Jika tekanan darah tergolong tinggi, segera konsultasi pada dokter dan lakukan diet DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang menyajikan menu makanan kaya akan sumber kalium, magnesium, kalsium, serat sayur maupun buah dan susu. Juga lakukan pembatasan makanan yang mengandung tinggi lemak jenuh, kolesterol, garam, gula, kopi dan minuman keras (Gunawan,2013). Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan pola makan terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman Kota Banjarmasin. B. Perumusan Masalah Apakah ada hubungan pola makan terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman Kota Banjarmasin? 3 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum untuk mengetahui hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman Kota Banjarmasin. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui faktor risiko pola makan terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman Kota Banjarmasin. b. Mengetahui faktor risiko yang dominan terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman Kota Banjarmasin. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain : 1. Peneliti Penelitian ini untuk menambah pengetahuan mengenai faktor risiko hipertensi seperti konsumsi iwak karing, konsumsi natrium, konsumsi susu dan konsumsi buah dan sayur serta mengetahui pencegahan dan penanggulangan hipertensi. 2. Penyandang hipertensi Penelitian ini diharapkan untuk memberikan informasi tentang faktor risiko kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan puskesmas. 3. Puskesmas Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terhadap faktor risiko hipertensi yang diteliti, sehingga diharapkan dapat menyusun perencanaan kesehatan untuk pencegahan dan penanggulangan kejadian hipertensi yang lebih baik. 4. Dinas Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu informasi bagi Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, selanjutnya dapat membangun kerja sama lintas 4 sektor dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyandang hipertensi di Kota Banjarmasin. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang faktor-faktor yang menpengaruhi terjadinya hipertensi yang sudah pernah dilakukan dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1 Keaslian Penelitian No 1 Peneliti Persamaan Malonda et al., (2012) Variabel Terikat Variabel bebas seperti pola Judul : Pola makan dan konsumsi : Hipertensi alkohol sebagai faktor Perbedaan makan (asupan lemak, asupan risiko Variabel bebas : kalium, asupan kalsium) dan hipertensi pada lansia di Kota konsumsi garam konsumsi alkohol. Tomohon Variabel bebas lain adalah Rancangan Hasil : hasil uji statistik signifikan penelitian Case obesitas, stres, merokok, terhadap asupan lemak (OR 3,03), Control Study. riwayat keluarga Konsumsi alkohol (OR 2,79). Hasil uji bivariat, obesitas ada pengaruh yang bermakna (OR 0,003) namun dimasukkan dalam uji multivariat secara statistik obesitas tidak bermakna. Hasil uji statistik pada asupan natrium, asupan kalium, asupan kalsium, riwayat keluarga, merokok dan stress diperoleh nilai p>0,5 sehingga tidak signifikan. 2 Sigarlaki, (2006) Variabel bebas : Judul : Karakteristik dan faktor Konsumsi 5 Rancangan penelitian: yang berhubungan hipertensi di dengan garam. Desa Deskripitif cros-sectional. Bocor, Variabel terikat : Variabel bebas : Kecamatan Bulus Pesantren, Hipertensi Kabupaten Kebumen, Jawa Pengambilan Tengah. sampel : Tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah anak Hasil : hipertensi terbanyak yang accidental diderita masyarakat desa Bocor, sampling. Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah adalah hipertensi grade I (53,93%). Faktor yang berhubungan yaitu: umur (28,43 %), jenis kelamin (30,39%), tingkat penghasilan (51,95%), tingkat pendidikan (35,29%), pekerjaan (44,11%), dan jumlah anak (42,15%), serta faktor makanan (29,41%). 3 Ernitasari et al.,(2009) Judul : makan Hubungan dan Rasio Variabel bebas : antara pola Konsumsi Lingkar garam. Rancangan Penelitian : observasional dengan rancangan belah lintang. Pinggang Panggul (RLPP) dengan Variabel terikat : Variabel Bebas : pola makan, tekanan darah Hipertensi Hasil Penelitian : Ada hubungan bermakna antara pola makan bahan makanan tertentu (sayur-sayuran (0,003), buah-buahan (0,005) dan susu (0,014) dan lain-lain (0,010), asupan natrium (0,001), asupan kalium (0,007) dan RLPP (0,009). 6 asupan kalium, RLPP. 4 Das et al., (2005) Variabel Terikat Rancangan penelitian: Judul : Studi survei masyarakat : Hipertensi Deskriptif crossectional perkotaan di India: Kecenderungan Variabel tingginya prevalensi hipertensi di berpindah-pindah negara berkembang. indeks Hasil Penelitian : menunjukkan tingkat pra hipertensi makan, tekanan kelompok sistolik (120-139mm Hg) dan 47,7% pada kelompok diastolik (80-89 mm Hg). Tekanan sistolik hipertensi (140 mm Hg) ada 40,9% dan hipertensi diastolik (90 mm Hg) ada 29,3% dari peserta. Untuk usia dan jenis kelamin menunjukkan kenaikan progresif sistolik dan diastolik pada dibandingkan Analisis wanita dengan bivariat hubungan bila pria. menunjukkan yang signifikan hipertensi dengan usia, pekerjaan menetap, (IMT), indeks diet, massa penyakit tubuh jantung iskemik, dan merokok. Analisis multivariat menunjukkan usia dan BMI sebagai faktor risiko, dan diet non-vegetarian sebagai protektif terhadap Prevalensi prehipertensi massa usia, pekerjaan, tubuh, penyakit faktor hipertensi. adalah 7 pola jantung iskemik, dan merokok. darah 35,8% dari peserta dalam hipertensi bebas : tinggi antara subjek yang lebih muda buruh terutama mahasiswa dan yang membutuhkan perhatian khusus. 8