BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif-kuantitatif, yakni menggambarkan pengetahuan dan sikap siswa tentang seksual remaja. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif., yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap siswa SMA Negeri 3 Rantau Utara tentang perilaku seksual. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian di laksanakan di SMA Negeri 3 Rantau Utara. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah karena masih rendahnya pengetahuan siswa-siswi tentang perilaku seksual serta resikonya terhadap kesehatan reproduksi. 3.2.2 Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan pelaksanaanya pada bulan April-Mei 2017 38 Universitas Sumatera Utara 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang berjumlah 208 siswa dan kelas XI yang berjumlah 194 siswa, jadi total populasi nya adalah 403 siswa. 3.3.2 Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil diseluruh objek yang di teliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Cara pengambilan sampel yaitu dengan cara simple random sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada didalam anggota populasi. Seluruh anggota populasi menjadi anggota dari kerangka sampel. Cara ini dilakukan bila anggota populasi dianggap homogeny (sejenis), cara pengambilan sampel bisa di lakukan dengan pengembalian atau tanpa pengembalian. Pengambilan nya dilakukan dengan menggunakan aplikasi Random Number Generator(RNG), yang mana RNG ini adalah sebuah program atau alat untuk menghasilkan urutan angka atau simbol secara tidak teratur dan tanpa pengembalian angka yang sudah keluar. Besar sampel didapatkan dengan menggunakan rumus besar sampel menggunakan rumus Taro Yamane (1967) sebagai berikut : N = Jumlah sampel N = Jumlah Populasi d = Level signifikansi yang diinginkan 39 Universitas Sumatera Utara Dengan menggunakan rumus diatas, maka di peroleh besar sampel sebagai berikut : Dari Perhitungan di atas, diperoleh sampel minimal yaitu 44 orang 3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer Data primer diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan kuisoner yang berisi daftar pertanyaan yang telah di persiapkan sebelumnya. 3.4.2 Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari sekolah berupa jumlah siswa/siswi kelas X, XI dan XII di SMA Negeri 3 Rantau Utara 3.5 Definisi Operasional Pedoman awal untuk pengumpulan informasi sesuai dengan fokus penelitian digunakan defenisi operasional yang di kembangkan dalam uraian di bawah ini 1.Karakteristik Siswa 40 Universitas Sumatera Utara - Umur yaitu lama hidup responden yang dihitung berdasarkan tahun sejak lahir sampai saat penelitian dilaksanakan. - Jenis kelamin yaitu perbedaan ciri fisiologis responden, yang dibagi dalam dua kategori, yaitu : laki-laki dan perempuan. - Tempat tinggal yaitu tempat tinggal asli responden pada saat penelitian dilaksanakan. 2. Sumber Informasi 1. Media informasi adalah media seperti televisi, Koran, majalah ataupun berbagai media yang bisa di akses melalui internet yang mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung pengetahuan dan sikap objek penilitian terhadap perilaku seksual. 2. Keluarga adalah lingkungan sosial terdekat objek penelitian yang mempengaruhi pengetahuan dan sikap objek penelitian tentang perilaku seksual. 3. Teman sebaya adalah lingkungan sosial objek penelitian yang terdiri dari teman yang umur nya tidak berbeda jauh dari objek penelitian dan aktif berkomunikasi dengan nya. 3.6 Aspek Pengukuran 3.6.1. Sumber Informasi 1. Media Informasi Media informasi adalah segala sarana media dimana remaja mendapatkan informasi tentang perilaku seksual, dan dapat diukur dengan skoring terhadap kuesioner dengan menggunakan skala thrustone, dimana jawaban setiap item 41 Universitas Sumatera Utara yang menggunakan skala ini mempunyai gradasi dari sangat positif sampai negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain : Ya dan Tidak. Dengan jumlah pertanyaan 7 dimana setiap jawaban memiliki nilai tertinggi 1 dan terendah 0. Total skor nilai tertinggi adalah 7. Berdasarkan Arikunto (1998), aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah nilai yang ada diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu : a. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai >75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 7 yaitu <5,25 b. Nilai sedang, apabila responden mendapat nilai 45%-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 7 yaitu 3,15-5,25 c. Nilai kurang, apabila responden mendapat nilai <45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 7 yaitu <3,15 2. Keluarga Keluarga adalah orangtua, kakak, adik, anak, atau saudara yang tinggal satu rumah dengan remaja responden dapat diukur dengan skoring terhadap kuesioner dengan menggunakan skala thrustone, dimana jawaban setiap item yang menggunakan skala ini mempunyai gradasi dari sangat positif sampai negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain : Ya, Tidak. Dengan jumlah pertanyaan 4 dimana setiap jawaban memiliki nilai tertinggi= 1 dan terendah 0. Total skor nilai tertinggi adalah 4. Berdasarkan Arikunto (1998), aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah nilai yang ada diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu : 42 Universitas Sumatera Utara 1. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai >75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 5 yaitu <3,75 2. Nilai sedang, apabila responden mendapat nilai 45%-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 5 yaitu 2,25-3,75 3. Nilai kurang, apabila responden mendapat nilai <45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 5 yaitu <2,25 3. Teman Sebaya Sumber informasi teman sebaya diukur melalui 5 pertanyaan dengan menggunakan skala thrustone.Skala pengukuran tindakan berdasarkan jawaban yang diperoleh dari responden terhadap seluruh pertanyaan yang diberikan.Masing-masing alternatif jawaban “Ya” dan “Tidak”, dengan ketentuan jika responden menjawab “Ya” dikatakan benar diberi nilai 1 (satu), dan jika responden menjawab “Tidak” maka dikatakan salah diberi nilai 0 (nol). Nilai tertinggi dari seluruh pertanyaan adalah 1 (satu) sehingga total nilai tertinggi adalah 4 (empat). Berdasarkan Arikunto (1998), aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah nilai yang ada diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu : a. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai >75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 4 yaitu <3 b. Nilai sedang, apabila responden mendapat nilai 45%-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 5 yaitu 1,8-3 43 Universitas Sumatera Utara c. Nilai kurang, apabila responden mendapat nilai <45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 5 yaitu <1,8 Aspek pengukuran dalam penelitian ini didasrkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan dari kuesioner yang disesuaikan dengan skor. 3.6.2 Pengetahuan Siswa Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh siswa tentang perilaku seksual diukur melalui 14 pertanyaan dari nomor 1-14 dengan skor tertinggi adalah 28 • Jika responden menjawab 3-5 item, skornya 2 • Jika responden menjawab 1-2 item, skornya 1 Cara menentukan kategori tingkat pengetahuan responden mengacu pada presentase berikut (Arikunto,2007) : 1. Pengetahuan baik, apabila skor jawaban >75% nilai keseluruhan >21 2. Pengetahuan sedang, apabila skor jawaban 45-75% nilai keseluruhan (12,621) 3. Pengetahuan kurang apabila skor jawaban <45% nilai keseluruhan <12,6 3.6.3 Sikap Siswa Aspek pengukuran sikap dilakukan dengan menggunakan skala Likert yang tediri dari 4 kategori yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak 44 Universitas Sumatera Utara Setuju) (Riduan,2003). Sikap di ukur melalui 15 pertanyaan dengan skor maksimal 50 yaitu sebagai berikut : a. Untuk pernyataan positif (favourable) (pertanyaan no 1,2,3,4,5,6,7) diberi skor : Nilai 4 : Jawaban sangat setuju (SS) Nilai 3 : Jawaban setuju (S) Nilai 2 : Jawaban tidak setuju (TS) Nilai 1 : Jawaban sangat tidak setuju (STS) b. Untuk pernyataan negatif (unfavourable) (pertanyaan no 8,9,10,11,12,13,14,15) diberi skor : Nilai 1 : Jawaban sangat setuju (SS) Nilai 2 : Jawaban setuju (S) Nilai 3 : Jawaban tidak setuju (TS) Nilai 4 : Jawaban sangat tidak setuju (STS) Adapun skor tertinggi yang dapat tercapai responden adalah berjumlah 60. Cara menentukan kategori tingkap sikap responden mengacu pada presentase berikut (Arikunto,2017) : 1. Sikap baik, apabila skor jawaban >75% nilai keseluruhan >45 2. Sikap sedang, apabila skor jawaban 45-75% nilai keseluruhan (27-45) 3. Sikap kurang apabila skor jawaban <45% nilai keseluruhan <27 45 Universitas Sumatera Utara 3.7 Metode Pengolahan Data Data yang telah terkumpul kemudian diolah (editing, coding, entry , dan cleaning data). 1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan, kejelasan makna jawaban, konsistensi maupun kesalahan antar jawaban pada kuesioner. Apabila terdapat data yang kurang lengkap dapat langsung diperbaiki di tempat pengumpulan data. 2. Coding, yaitu memberikan kode-kode (khususnya yang berbentuk angka/bilangan) untuk memudahkan proses pengolahan data. 3. Entry, yaitu memasukkan data untuk diolah menggunakan computer apabila data sudah benar dan telah melewati editing dan coding. 4. Cleaning, yaitu membersihkan data dari kesalahan apabila ada dengan melihat missing data, variasi data dan konsistensi data. 3.8 Analisis Data Analisis data bersifat deskriptif yaitu mengetahui tentang gambaran pengetahuan dan sikap siswa SMA Negeri 3 Rantau Utara tentang perilaku seksual tahun 2017. 46 Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMA Negeri 3 Rantau Utara terletak di Jl. WR. Supratman Rantauprapat No. 01 Rantauprapat. SMA Negeri 3 Rantau Utara memiliki beberapa fasilitas yang berguna untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Yaitu, ruangan laboratorium fisika, laboratorium kimia,laboratorium Bahasa, ruang komputer, perpustakaan, lapangan basket, lapangan bola dan ruangan kelas yang dipakai untuk belajar mengajar. Adapun jumlah siswa yang terdaftar sebagai peserta didik pada tahun ajaran 2016/2017 sebanayak 611 siswa, yang terdiri dari • Kelas 12 sebanyak 207 siswa yang tediri dari 4 kelas jurusan IPA dan 2 kelas jurusan IPS • Kelas 11 sebanyak 196 siswa yang terdiri dari 4 kelas jurusan IPA dan 2 kelas jurusan IPS • Kelas 10 sebanyak 208 siswa yang terdiri dari 5 kelas IPA dan 2 kelas IPS 4.2 Gambaran Karakteristik Siswa Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Jenis Kelamin Siswa SMA Negeri 3 Rantau Utara 47 Universitas Sumatera Utara No Jenis Kelamin Jumlah (n) % 1 Laki-laki 23 52 2 Perempuan 21 48 Jumlah 44 100 Berdasarkan table 4.1 di atas diketahui bahwa jenis kelamin responden paling banyak adalah laki-laki sebanyak 23 siswa (52%), sendangkan responden perempuan berjumlah 21 siswi (48%). Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Umur Siswa SMA Negeri 3 Rantau Utara No Umur (Tahun) Jumlah (n) % 1 14 6 14 2 15 17 39 3 16 12 27 4 17 9 20 Jumlah 44 100 Berdasarkan table 4.2 di atas diketahui bahwa responden paling banyak berumur 15 tahun sebanyak 17 orang (39%), kemudian berumur 16 tahun sebanyak 12 orang (27%) , umur 17 tahun 9 orang (20%) dan paling sedikit berumur 14 tahun yaitu sebanyak 6 orang (14%). 48 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Media Informasi No Media Informasi Jumlah (n) % 1 Televisi 9 20 2 Koran 2 5 3 Buku 9 20 4 Internet 24 55 Jumlah 44 100 Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa media informasi yang paling banyak memberikan informasi tentang kesehatan paling banyak yaitu dari Internet sebanyak 24 orang (55%), televisi dan buku masing masing sebanyak 9 orang (20%) dan Koran sebanyak 2 orang (5%). 4.3 Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distibusi frekuensi media informasi, keluarga dan teman sebaya sebagai sumber informasi tentang perilaku seksual pada siswa SMA Negeri 3 Rantau Utara, maka variable Univariat yang di analisis adalah sebagai berikut : 4.3.1 Media Informasi Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Terhadap Pertanyaan Tentang Media Informasi Sebagai Sumber Informasi di SMA Negeri 3 Rantau Utara Tahun 2017 49 Universitas Sumatera Utara No Item Jawaban Ya f 1 2 3 4 5 6 7 Tidak % f % Pernahkah anda mendengar informasi 41 93,2 3 6,8 mengenai perilaku seksual dari media cetak ? Pernahkah anda mendengar informasi 43 97,7 1 2,3 mengenai perilaku seksual dari media elektronik ? Pernahkah anda mendapatkan 28 63,6 16 36,4 penyuluhan yang berhubungan dengan perilaku seksual pada remaja ? Pernahkah anda mengikuti seminar yang 32 72,7 12 27,3 berhubungan dengan perilaku seksual pada remaja ? Pernahkah anda melihat berita mengenai 41 93,2 3 6,8 bahaya dari perilaku seksual yang menyimpang pada remaja ? Apakah anda pernah mengakses konten- 28 63,6 16 36,4 konten pornografi baik pada media elektronik maupun media cetak ? Informasi tentang perilaku seksual dari 25 56,8 19 43,2 media informasi yang tersedia sudah cukup untuk menghindarkan anda dari perilaku seksual yang salah Hasil penelitian pada jawaban siswa mengenai peran media informasi sebagai sumber informasi yang disajikan pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebanyak 41 siswa (93,2%) pernah mendapatkan informasi mengenai perilaku seksual dari media cetak, 43 siswa (97,7%) pernah mendengar informasi mengenai perilaku seksual dari media elektronik, siswa yang pernah mendapatkan penyuluhan berhubungan dengan perilaku seksual remaja sebanyak 28 orang (63,6%) dan yang mengikuti seminar mengenai perilaku seksual pada remaja sebanyak 32 orang (72,7%). Sementara jumlah siswa yang pernah melihat berita mengenai bahaya dari perilaku seksual yang 50 Universitas Sumatera Utara menyimpang pada remaja sebanyak 41 orang (93,2%), yang pernah mengakses konten pornografi baik media cetak maupun elektronik sebanyak 28 orang (63,6%), dan siswa yang merasa informasi tentang perilaku seksual yang tersedia di mediamedia informasi sudah cukup untuk menghindarkan mereka dari perilaku seksual yang salah berjumlah 25 orang (56,8%) dan yang merasa informasi yang tersedia belum cukup berjumlah 19 orang (43,2%). Tabel 4.5 Distribusi Siswa Berdasarkan Pertanyaan Tentang Media Informasi di SMA Negeri 3 Rantau Utara Tahun 2017 Media Informasi f % Baik 35 79,5 Sedang 8 18,2 Kurang 1 2,3 Jumlah 44 100 Berdasarkan tabel 4.5 di atas dilihat bahwa mayoritas siswa mendapatkan pengetahuan yang baik dari media informasi tentang perilaku seksual remaja, yaitu sebesar 79,5% , sedang sebesar 18,2% dan kurang sebesar 3,2%. 4.3.2 Keluarga Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Terhadap Pertanyaan Tentang Keluarga Sebagai Sumber Informasi di SMA Negeri 3 Rantau Utara Tahun 2017 51 Universitas Sumatera Utara No Item Jawaban Ya f 1 2 3 4 5 Tidak % f % Apakah keluarga anda pernah 33 75 11 25 menjelaskan / memberikan informasi tentang perilaku seksual ? Apa anda bertanya kepada orang tua/ 11 25 33 75 keluarga anda tentang perilaku seksual ? Apakah keluarga anda memberi 41 93,2 3 6,8 pengawasan agar anda terhindar dari perilaku seksual pranikah ? Informasi dan pengawasan yang 17 38,6 27 61,4 didapatkan dari keluarga sudah cukup untuk menghindarkan remaja dari perilaku seksual pranikah Apakah anda selalu berkomunikasi atau 34 77,3 10 22,3 berkonsultasi kepada keluarga anda saat menghadapi masalah ? Hasil penelitian pada jawaban siswa mengenai peran keluarga sebagai sumber informasi yang disajikan pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa 33 siswa (75%) menyatakan bahwa pernah mendapkan informasi tentang perilaku seksual dari keluarga nya, sementara 33 orang (75%) menyatakan tidak pernah bertanya pada keluarga atau orang tua tentang perilaku seksual, sebanyak 41 orang (93,2%) menyatakan bahwa keluarga mereka memberikan pengawasan kepada mereka agar terhindar dari perilaku seksual pranikah, menurut 27 siswa (61,4%) yang menjadi responden bahwasanya informasi dari keluarga mengenai perilaku seksual pranikah belum cukup, dan sebanyak 34 siswa (77,3%) menyatakan berkomunikasi atau berkonsultasi kepada keluarga saat menghadapi masalah. Tabel 4.7 Distribusi Siswa Berdasarkan Pertanyaan Tentang Keluarga di SMA Negeri 3 Rantau Utara Tahun 2017 52 Universitas Sumatera Utara Keluarga f % Baik 17 38,6 Sedang 21 47,7 Kurang 6 13,6 Jumlah 44 100 Berdasarkan tabel 4.7 di atas dilihat bahwa mayoritas siswa mendapatkan pengetahuan yang sedang dari keluarga tentang perilaku seksual remaja, yaitu sebesar 47,7% , baik sebesar 38,6% dan kurang sebesar 13,6%. 4.3.3 Teman Sebaya Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Terhadap Pertanyaan Tentang Teman Sebatya Sebagai Sumber Informasi di SMA Negeri 3 Rantau Utara Tahun 2017 No Item Jawaban Ya f 1 2 3 4 Apakah teman-teman anda sering 38 membicarakan masalah-masalah seksual pada saat berkumpul ? Apakah teman-teman anda pernah 19 menawarkan anda untuk meng copy atau mengakses konten-konten yang bersifat seksual/pornografi ? Apakah teman anda pernah memberitahu 36 anda informasi tentang perilaku seksual ? Apakah teman-teman anda menyarankan 30 anda untuk pacaran ? Hasil penelitian pada jawaban siswa mengenai Tidak % f % 86,4 6 13,6 43,2 25 56,8 81,8 8 18,2 68,2 14 31,8 peran teman sebaya sebagai sumber informasi yang disajikan pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa 38 siswa (86,4%) 53 Universitas Sumatera Utara menyatakan pernah membicarakan masalah-masalah yang berkaitan tentang perilaku seksual pada saat berkumpul bersama teman sebayanya, dan sebanyak 25 siswa (56,8%) menyatakan bahwa teman sebaya nya tidak pernah menawarkan untuk meng copy atau mengakses konten-konten pornografi, sementara 19 siswa (43,2%) menyatakan bahwa pernah di tawarkan, sebanyak 36 siswa (81,8%) menyatakan bahwa teman sebaya nya pernah memberikan informasi tentang perilaku seksual dan sebanyak 30 siswa (68,2%) menyatakan bahwa teman sebaya mereka pernah menyarankan untuk pacaran. Tabel 4.9 Distribusi Siswa Berdasarkan Pertanyaan Tentang Keluarga di SMA Negeri 3 Rantau Utara Tahun 2017 Teman Sebaya f % Baik 30 68,2 Sedang 14 31,8 Jumlah 44 100 Berdasarkan tabel 4.9 di atas dilihat bahwa mayoritas siswa mendapatkan pengetahuan yang baik dari teman sebaya tentang perilaku seksual remaja, yaitu sebesar 68,2% dan sedang sebesar 31,8%. 4.3.4 Pengetahuan Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Jawaban Berdasarkan Pengetahuan Siswa Tentang Perilaku Seksual Di SMA Negeri 3 Rantau Utara Tahun 2017 54 Universitas Sumatera Utara No Pertanyaan Jumlah 1 Apakah yang dimaksud dengan perilaku seksual ? % Responden yang menjawab 3-5 28 63,6 Responden yang menjawab 1-2 16 36,4 Jumlah 44 100 No Pertanyaan Jumlah % 2 Faktor Apakah Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Responden yang menjawab 3-5 28 63,6 Responden yang menjawab 1-2 16 36,4 Jumlah 44 100 No Pertanyaan Jumlah % 3 Dari perilaku di bawah ini, mana yang termasuk perilaku seksual Responden yang menjawab 3-5 25 56,8 Responden yang menjawab 1-2 19 43,2 Jumlah 44 100 No Pertanyaan Jumlah % 4 Sebutkan beberapa faktor yang anda ketahui menjadi penyebab remaja jatuh kedalam berbagai persoalan seksual ! Responden yang menjawab 3-5 40 90,9 Responden yang menjawab 1-2 4 9,1 55 Universitas Sumatera Utara Jumlah 44 100 No Pertanyaan Jumlah % 5 Permasalahan yang di hadapi remaja dari segi perilaku seksualnya sebagian besar diakibatkan oleh ? Responden yang menjawab 3-5 36 81,8 Responden yang menjawab 1-2 8 18,2 Jumlah 44 100 No Pertanyaan Jumlah % 6 Apa saja alasan remaja melakukan perilaku seksual pranikah ? Responden yang menjawab 3-5 15 34,1 Responden yang menjawab 1-2 29 65,9 Jumlah 44 100 No Pertanyaan Jumlah % 7 Apa saja hal yang bisa mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seks untuk pertama kalinya ? Responden yang menjawab 3-5 26 59,1 Responden yang menjawab 1-2 18 40,9 Jumlah 44 100 No Pertanyaan Jumlah % 8 Apa saja yang menjadi resiko dari perilaku seksual pranikah pada remaja ? 56 Universitas Sumatera Utara Responden yang menjawab 3-5 36 81,8 Responden yang menjawab 1-2 8 18,2 Jumlah 44 100 No Pertanyaan Jumlah % 9 Apa yang menjadi dampak psikologis dari perilaku seks pranikah pada remaja ? Responden yang menjawab 3-5 27 61,4 Responden yang menjawab 1-2 17 38,6 Jumlah 44 100 No Pertanyaan Jumlah % 10 Apa yang akan menjadi dampak sosial dari perilaku seks pranikah pada remaja perempuan ? Responden yang menjawab 3-5 31 70,5 Responden yang menjawab 1-2 13 39,5 Jumlah 44 100 No Pertanyaan Jumlah % 11 Apa saja cara-cara menghindari perilaku seksual pranikah pada remaja ? Responden yang menjawab 3-5 42 95,5 Responden yang menjawab 1-2 2 4,5 Jumlah 44 100 57 Universitas Sumatera Utara No Pertanyaan Jumlah 12 Sebutkan faktor-faktor yang menyebabkan seksual ? Responden yang menjawab 3-5 38 remaja % melakukan hubungan 86,4 Responden yang menjawab 1-2 6 13,6 Jumlah 44 100 No Pertanyaan Jumlah % 13 Menurut anda apa yang menjadi alasan remaja melakukan hubungan seks pranikah ? Responden yang menjawab 3-5 24 54,5 Responden yang menjawab 1-2 20 45,5 Jumlah 44 100 No Pertanyaan Jumlah % 14 Menurut anda apa yang tergolong aktifitas seksual ? Responden yang menjawab 3-5 35 79,5 Responden yang menjawab 1-2 9 20,5 Jumlah 44 100 Pada tabel 4.10 di atas di ketahui untuk pertanyaan defenisi perilaku seksual paling banyak menjawab 3-5 pilihan sebanyak 28 siswa (63,4%), untuk pertanyaan factor yang mempengaruhi perilaku seksual paling banyak menjawab 3-5 pilihan sebanyak 28 siswa (63,4%), untuk pertanyaan perilaku yang termasuk perilaku seksual paling banyak menjawab 3-5 pilihan yaitu sebanyak 25 siswa (56,8%), untuk 58 Universitas Sumatera Utara pertanyaan faktor penyebab remaja jatuh ke berbagai permasalahan seksual paling banyak menjawab 3-5 pilihan sebanyak 40 siswa (90,9%), pada pertanyaan permasalahan remaja dari segi perilaku seksual paling banyak mejawab 3-5 pilihan yaitu sebanyak 36 siswa (81,8%), untuk pertanyaan asalan remaja melakukan perilaku seksual pranikah paling banyak menjawab 1-2 pilihan yaitu sebanyak 29 siswa (65,9%), untuk pertanyaan hal yang mempengaruhi remaja untuk melakukan seks pertama kali paling banyak mejawab 3-5 pilihan yaitu 26 siswa (59,1%). Untuk pertanyaan yang menjadi resiko perilaku seksual remaja paling banyak menjawab 3-5 pilihan yaitu sebanyak 36 siswa (81,8%), pada pertanyaan dampak psikologis perilaku seks pranikah remaja paling banyak menjawab 3-5 pilihan yaitu 27 siswa (61,4%), pada pertanyaan dampak sosial perilaku seks pranikah pada remaja perempuan paling banyak menjawab 3-5 pilihan yaitu 31 siswa (70,5%), untuk pertanyaan cara menghindari perilaku seksual pranikah remaja mayoritas menjawab 3-5 pilihan yaitu sebanyak 42 siswa (95,5), pada pertanyaan factor menyebabkan remaja melakukan hubungan seksual mayoritas menjawab 3-5 pilihan, yaitu sebanyak 38 siswa (84,6%), pada pertanyaan alasan remaja melakukan hubungan seksual pranikah mayoritas menjawab 3-5 pilihan, yaitu sebanyak 24 siswa (54,5%), pada pertanyaan apa yang tergolong aktifitas seksual, mayoritas menjawab 3-5 pertanyaan, yaitu sebanyak 35 siswa (79,5%). 59 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Tingkatan Pengetahuan Tentang Perilaku Seksual Pada Siswa SMA Negeri 3 Rantau Utara Tahun 2017 Teman Sebaya f % Baik 15 34,1 Sedang 29 65,9 Jumlah 44 100 Berdasarkan tabel 4.11 di atas dilihat bahwa mayoritas siswa mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang yaitu sebanyak 65,9% dan tingkat pengetahuan baik sebanyak 34,1% 4.3.5 Sikap Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Jawaban Berdasarkan Sikap Siswa Tentang Perilaku Seksual Di SMA Negeri 3 Rantau Utara Tahun 2017 No Pernyataan Jumlah % 1 Perilaku seksual adalah perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual Sangat Setuju 20 45,5 Setuju 24 54,5 Jumlah 44 100 No Pernyataan Jumlah % 2 Rasa penasaran dan keingintahuan yang besar bisa mendorong remaja untuk melakukan perilaku seksual. 60 Universitas Sumatera Utara Sangat Setuju 28 63,6 Setuju 16 36,4 Jumlah 44 100 No Pernyataan Jumlah % 3 Semakin banyak pengalaman maka semakin kuat rangsangan yang mendorong munculnya perilaku seksual.. Sangat Setuju 20 45,5 Setuju 12 27,3 Tidak Setuju 12 27,3 Jumlah 44 100 No Pernyataan Jumlah % 4 Pergaulan bebas merupakan salah satu perilaku seksual yang menyimpang. Sangat Setuju 38 84,6 Setuju 6 13,4 Jumlah 44 100 No Pernyataan Jumlah % 5 Menonton film porno, membaca buku seks dan bercerita tentang hubungan seksual dapat meningkatkan perilaku seksual yang kurang baik. Sangat Setuju 35 79,5 Setuju 9 20,5 61 Universitas Sumatera Utara Jumlah 44 100 No Pernyataan Jumlah % 6 Berpegangan tangan, berpelukan antar lawan jenis adalah perilaku seksual Sangat Setuju 22 50 Setuju 12 27,3 Tidak Setuju 10 22,7 Jumlah 44 100 No Pernyataan Jumlah % 7 Onani pada remaja pria termasuk perilaku seksual. Sangat Setuju 18 40,9 Setuju 26 59,1 Jumlah 44 100 No Pernyataan Jumlah % 8 Perilaku seksual itu adalah seperti keluar bersama, berpegangan tangan, berpelukan Sangat Setuju 24 54,5 Setuju 10 22,7 Tidak Setuju 10 22,7 Jumlah 44 100 62 Universitas Sumatera Utara No Pernyataan Jumlah % 9 Untuk menunjukan identitas diri seorang remaja, maka ia harus berani melakukan perilaku seksual. Sangat Tidak Setuju 26 59,1 Tidak Setuju 14 31,8 Setuju 4 9,1 Jumlah 44 100 No Pernyataan Jumlah % 10 Remaja yang tidak melakukan hubungan seksual dianggap tidak modern oleh teman sebayanya Sangat Tidak Setuju 28 63,6 Tidak Setuju 16 36,4 Jumlah 44 100 No Pernyataan Jumlah % 11 Perilaku seksual yang dilakukan oleh remaja tidak berdampak negatif pada kehidupanya kelak. Sangat Tidak Setuju 22 50 Tidak Setuju 13 29,5 Setuju 1 2,3 Sangat Setuju 8 18,2 Jumlah 44 100 63 Universitas Sumatera Utara No Pernyataan Jumlah % 12 Kebebasan untuk bereksplorasi dengan perilaku seksual pada remaja tidak perlu dipermasalahkan. Sangat Tidak Setuju 30 68,2 Tidak Setuju 14 31,8 Jumlah 44 100 No Pernyataan Jumlah % 13 Perilaku seksual pada remaja adalah hal yang wajar untuk menyalurkan hasrat seksualnya. Sangat Tidak Setuju 17 38,6 Tidak Setuju 20 45,5 Setuju 7 15,9 Jumlah 44 100 No Pernyataan Jumlah % 14 Melakukan hubungan seksual adalah hal yang wajar dilakukan dalam berpacaran. Sangat Tidak Setuju 22 50 Tidak Setuju 22 50 Jumlah 44 100 No Pernyataan Jumlah % 15 Perilaku seksual seperti necking (bercium sampai daerah dada ) adalah hal yang wajar. 64 Universitas Sumatera Utara Sangat Tidak Setuju 30 68,2 Tidak Setuju 14 31,8 Jumlah 44 100 Pada Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa sikap responden tentang prilaku seksual sebagian besar responden setuju dengan pernyataan perilaku seksual adalah perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual sebanyak 24 orang (54,5%) dan sebagian besar sangat setuju dengan pernyataan bahwa rasa penasaran dan keingintahuan yang besar bisa mendorong remaja untuk melakukan perilaku seksual sebanyak 28 orang (53,6%). Diketahui bahwa sebagian besar responden sangat setuju dengan pernyataan bahwa semakin banyak pengalaman maka semakin kuat rangsangan yang mendorong munculnya perilaku seksual sebanyak 20 orang (45,5%) dan sebagian besar responden sangat setuju dengan pernyataan bahwa pergaulan bebas merupakan salah satu dari perilaku seksual yang menyimpang sebanyak 38 orang (84,6%). Sebagian besar responden sangat setuju dengan pernyataan bahwa menonton film porno, membaca buku seks dan bercerita tentang hubungan seksual dapat meningkatkan perilaku seksual yang tidak baik sebanyak 35 orang (79,5%), dapat diketahui sikap sebagian responden sangat setuju dengan pernyataan bahwa berpegangan tangan, berpelukan antar lawan jenis adalah perilaku seksual sebanyak 22 orang (50%). Dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden setuju dengan pernyataan bahwa onani pada remaja pria termasuk perilaku seksual sebanyak 65 Universitas Sumatera Utara 26 orang (59,1%) dan sebagian besar responden sangat setuju dengan pernyataan bahwa Perilaku seksual itu adalah seperti keluar bersama, berpegangan tangan, berpelukan sebanyak 24orang (54,5%). Sikap responden tentang prilaku seksual sebagian besar responden sangat tidak setuju dengan pernyataan untuk menunjukan identitas diri seorang remaja, maka ia harus berani melakukan perilaku seksual. sebanyak 26 orang (59,1%) dan sebagian besar sangat tidak setuju dengan pernyataan bahwa remaja yang tidak melakukan hubungan seksual dianggap tidak modern oleh teman sebayanya sebanyak 28 orang (63,6%). Diketahui bahwa sebagian besar responden sangat tidak setuju dengan pernyataan bahwa perilaku seksual yang dilakukan oleh remaja tidak berdampak negatif pada kehidupanya kelak.sebanyak 22 orang (50%) dan sebagian besar responden sangat tidak setuju dengan pernyataan bahwa kebebasan untuk bereksplorasi dengan perilaku seksual pada remaja tidak perlu dipermasalahkan.sebanyak 30 orang (68,2%). Sikap responden tentang prilaku seksual sebagian besar responden tidak setuju dengan pernyataan perilaku seksual pada remaja adalah hal yang wajar untuk menyalurkan hasrat seksualnya. sebanyak 20orang (45,5%) dan responden menyatakan sama banyak nya tidak setuju dan sangat tidak setuju dengan pernyataan bahwa melakukan hubungan seksual adalah hal yang wajar dilakukan dalam berpacaran sebanyak masing-masing 22 orang (50%). Diketahui bahwa sebagian besar responden sangat tidak setuju dengan pernyataan bahwa perilaku seksual yang dilakukan oleh remaja tidak berdampak negatif pada kehidupanya kelak.sebanyak 22 66 Universitas Sumatera Utara orang (50%) dan sebagian besar responden sangat tidak setuju dengan pernyataan Perilaku seksual seperti necking (bercium sampai daerah dada ) adalah hal yang wajar sebanyak 30 orang (68,2%). Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Tingkatan Sikap Tentang Perilaku Seksual Pada Siswa SMA Negeri 3 Rantau Utara Tahun 2017 Teman Sebaya f % Baik 43 97,7 Sedang 1 2,3 Jumlah 44 100 Berdasarkan tabel 4.13 di atas dilihat bahwa mayoritas siswa mempunyai tingkat pernyataan sikap yang baik yaitu sebanyak 97,7% dan tingkat pernyataan sikap sedang sebanyak 34,1%. 67 Universitas Sumatera Utara BAB V PEMBAHASAN 5.1 Sumber Informasi 5.1.1 Media Informasi Kata media berasal dari bahasa Latin yaitu medius yang artinya tengah, perantara atau pengantar. Kata media, merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara etimologi berarti perantara atau pengantar. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (dalam Dagun, 2006: 634) media merupakan perantara/ penghubung yang terletak antara dua pihak, atau sarana komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk. Peran media informasi sebagai sumber informasi tentang perilaku seksual pada siswa SMA Negeri 3 Rantau Utara berdasarkan penelitian yang dituangkan pada tabel 4.5 di atas di ketahui bahwa pengaruh media informasi sebagai sumber informasi tentang perilaku seksual di nyatakan baik oleh 35 siswa (79,5%), 8 siswa (18,2%) menyatakan sedang dan 1 orang siswa (2,3%) menyatakan bahwa media informasi sebagai sumber informasi perilaku seksual kurang. Dalam pertanyaan tentang media informasi sebagai sumber informasi perilaku seksual ada berbagai media informasi yang di singgung, seperti media elektronik, cetak, penyuluhan maupun dalam bentuk seminar dan mayoritas dari responden menyatakan pernah mengakses ataupun mendapatkan infromasi dari media informasi tersebut. 68 Universitas Sumatera Utara 5.1.2 Keluarga Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998) Keluarga merupakan unit sosial terkecil dan pertama kali di hadapi oleh seorang individu, maka secara natural keluarga menjadi sumber informasi pertama setiap individu atas sebagian besar informasi yang dibutuhkan setiap individu di tingkatan awal kehidupan nya, tidak terlepas masalah pengetahuan tentang perilaku seksual remaja, sebagaimana hasil penelitian yang sudah di tuangkan pada tabel 4.7 di atas, bahwa sebagian besar siswa yaitu sebanyak 21 orang menyatakan bahwa keluarga sebagai kategori sedang sebagai sumber pengetahuan perilaku seksual, sebanyak 17 orang menyatakan baik dan 6 orang menyatakan kurang. Sebanyak 33 orang (75%) responden menyatakan bahwa mereka mendapatkan informasi tentang perilaku seksual dari keluarga atau orang tua mereka, tetapi hanya 11 orang (25%) responden yang menyatakan bahwa mereka menjadikan keluarga atau orang tua sebagai tempat untuk bertanya tentang masalah perilaku seksual, angka ini menunjukkan bahwa mayoritas orang tua atau keluarga dari responden sudah memberikan informasi tentang perilaku seksual kepada mereka, namun setelah peneliti melakukan sedikit wawancara kepada para responden, kebanyakan responden masih merasa sungkan atau segan dan juga merasa hal tersebut masih merupakan hal yang bersifat tabu untuk dibahas atau dipertanyakan kepada orang tua atau keluarga mereka. 69 Universitas Sumatera Utara 5.1.3 Teman Sebaya Menurut Santrock (2007) mengatakan bahwa kawan-kawan sebaya adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama. Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teman sebaya adalah hubungan individu pada anak-anak atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar dalam kelompoknya. Pada tabel 4.9 dinyatakan bahwa 30 siswa (68,2%) menyatakan bahwa teman sebaya menjadi sumber informasi tentang perilaku seksual yang baik, dan 14 siswa (31,8%) menyatakan bahwa teman sebaya sebagai sumber informasi pada kategori sedang. Dinyatakan juga dalam hasil penelitian bahwa 38 responden (86,4%) menyatakan mereka membicarakan tentang perilaku seksual dengan teman sebaya nya dan 36 responden (81,8%) juga menyatakan bahwa mereka mendapatkan informasi tentang perilaku seksual dari teman sebayanya. 5.2 Pengetahuan Pengetahuan siswa adalah segala sesuatu yang diketahui siswa tentang perilaku seksual dan memahaminya. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa pengetahuan siswa tentang seksual remaja mayoritas sedang sebanyak 29 orang (65,9%), sedangkan minoritas ada pada kategori baik sebanyak 15 orang (34,1%). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Irawati Gultom (2014) tentang pengetahuan dan sikap tentang seksual remaja di SMK Pencawan Medan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, menunjukkan bahwa dari 52 responden ada 60% responden memiliki pengetahuan sedang . Dan sejalan juga dengan penemuan Angga (2009), 70 Universitas Sumatera Utara dalam penelitiannya terhadap 70 siswa SMU Hang Tuah Belawan, pengetahuan siswa mengenai seks pra-nikah sebagian besar ada pada kategori sedang yaitu berjumlah 51 orang (72,9%), sedangkan sebagian kecil ada pada kategori kurang yaitu sebanyak 4 orang (5,7%). Membahas persoalan seks pranikah tidak dapat dilepaskan dari permasalahan pendidikan seks ataupun pengetahuan kesehatan reproduksi karena antara satu dengan yang lain saling berkaitan. Adanya penyimpangan perilaku seksual suatu gambaran minimnya pengetahuan mereka mengenai informasi dasar kesehatan reproduksi atau pendidikan seks yang tidak diberikan sejak dini sehingga mendorong mereka melakukan hubungan seks tanpa memikirkan akibatnya. Hal ini juga dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain kebiasaan atau kemauan mencari informasi tentang kesehatan seksual, media informasi dipergunakan anak remaja dalam mencari informasi tentang perilaku seksual dan kesehatan reproduksi. Ditinjau dari sumber informasi, hasil analisis data menunjukkan bahwa media informasi yang paling banyak dipergunakan adalah media elektronik terutama internet. Informasi tentang dampak perilaku seks ini dapat diberikan oleh orang tua di rumah dan juga teman sebaya, akan tetapi baik teman sebaya maupun orang tua masih belum memberikan gambaran tentang dampak yang diakibatkan dari perilaku seksual, bahkan ada orang tua yang menganggap bahwa berbicara masalah seks itu adalah tabu, karena tidak pantas dibicarakan secara terbuka untuk alasan apapun, sehingga hal ini mengakibatkan remaja tidak mengetahui dampak seksual tersebut. Bila dilihat dari usia remaja yang masih muda, ini juga dapat mempengaruhi perilaku 71 Universitas Sumatera Utara remaja tentang seksual menjadi kurang baik, hal ini terjadi karena di usia remaja yang masih muda ini, mereka ingin mencoba tentang apa yang mereka ketahui seperti halnya seks pra-nikah. Menurut Sarwono (2011) ketidaktahuan orang tua maupun sikap yang masih mentabukan pembicaraan seks dengan anak tidak terbuka terhadap anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak tentang masalah ini akibatnya pengetahuan remaja tentang seksualitas sangat kurang. Peran orang tua dalam pendidikan anak sangatlah penting, terutama pemberian pengetahuan tentang seksualitas. Menurut (Hurlock, 2004; Lianna, 2007) kurangnya mendapatkan informasi mengakibatkan kecendrungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya penyebab informasi dan rangsangan seks melalui media massa menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang berada dalam periode ini ingin tahu dan ingin mencoba segala sesuatu akan meniru apa yang dilihatnya dan didengarnya, khususnya karena remaja belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap. 5.3 Sikap Sikap adalah respon/penilaian tertutup siswa terhadap segala sesuatu mengenai perilaku seksual. Sikap berfungsi menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan, mengatur tingkah laku seseorang, mengatur perlakuan dan pernyataan kepribadian seseorang. Sikap berasal dari pengalaman atau dari orang terdekat dengan remaja itu sendiri. Sikap terbentuk karena adanya peran penting dari pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosional. Bila dilihat dari jawaban remaja atas beberapa pernyataan sikap dapat dilihat berdasarkan Tabel 5.13. diketahui bahwa 72 Universitas Sumatera Utara sikap siswa tentang seksual remaja mayoritas baik sebanyak 43 orang (97,7%) dan hanya ada 1 orang (2,3%) bersikap sedang (cukup). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Irawati Gultom (2014) tentang pengetahuan dan sikap tentang seksual remaja di SMK Pencawan Medan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, menunjukkan bahwa dari 52 responden ada 62,9% responden memiliki sikap yang baik. Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap merupakan respon yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam perilaku karena dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mendukung seperti pengalaman, motivasi, pendidikan dan lainnya. Begitupun yang diungkapkan oleh Paat (2007) bahwa pengalaman yang banyak mengenai informasi pendidikan seks akan mendorong seseorang untuk dapat lebih mudah merubah sikap dan berperilaku yang lebih baik. Siswa memberikan penilaian mengenai pernyataan yang berkaitan dengan perilaku seksual. Penilaian siswa tersebut terlepas benar atau salah, merupakan suatu respon bahwasanya mereka menerima atau menolak perilaku seks. Hal ini tentu dibekali dengan adanya faktor pengetahuan ataupun pengalaman dari siswa tersebut. Walaupun peneliti ini telah memberikan informasi tentang pengetahuan dan sikap yang di peroleh remaja terhadap perilaku seksual di SMA Negeri 3 Rantau Utara, namun tidak berarti hasil penelitian yang didapat berlaku konstan untuk semua subjek penelitian, karena ada faktor-faktor lain yang akan mempengaruhi variable 73 Universitas Sumatera Utara yang diteliti, artinya penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian siswa SMA Negeri 3 Rantau Utara. Belum tentu akan terdapat hasil yang sama jika dilakukan penelitian pada tempat yang sama sekalipun dengan variable yang sama, karena penelitian ini sifatnya deskriptif hanya memberikan gambaran tentang apa yang diteliti. 74 Universitas Sumatera Utara BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa di SMA Negeri 3 Rantau Utara pengetahuan siswa tentang seksual remaja di golongkan sedang, hal ini diakibatkan, kebanyakan siswa menerima atau mencari informasi tentang perilaku seksual bukan dari orang tua sendiri, hal ini disebabkan oleh masih di anggap tabu nya pembahasan tentang perilaku seksual kepada orang tua . Siswa cenderung mencari informasi melalui teman sebaya dan media informasi lain terutama dengan menggunakan media elektronik seperti internet. Sumber informasi yang diterima siswa sangat berpengaruh terhadap pengetahuan dan tingginya seksual remaja pada siswa. Dan berdasarkan penelitian ini juga dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap siswa di SMA Negeri 3 Rantau Utara tentang seksual remaja digolongkan baik, hal ini dikarenakan kebanyakan siswa masih menganggap tabu tentang perilaku seks. Sehingga siswa cenderung langsung menolak melakukan seksual dalam kesehariannya. 6.2 Saran 1. Pihak sekolah SMA Negeri 3 Rantau Utara untuk bekerjasama dengan Dinas Kesehatan dan instansi terkait serta kegiatan ekstra kulikuler sekolah seperti Palang Merah Remaja (PMR) dan Pramuka untuk melakukan upaya penyuluhan kesehatan yang baik secara berkala agar pengetahuan dan sikap 75 Universitas Sumatera Utara yang baik pada siswa mengenai perilaku seksual pada remaja, serta penyuluhan penggunaan internet sehat tanpa mengakses konten-konten pornografi yang ada di internet. 2. Diharapkan kepada pihak sekolah untuk bekerjasama dengan orang tua siswa dalam memantau dan mengawasi tahap perkembangan siswa terutama dalam hal perilaku seksual dengan memberikan pengetahuan seksual dan pemahaman agama yang baik serta memberikan informasi yang benar agar remaja tidak salah dalam mendapatkan informasi yang dapat mempengaruhi perilaku seksualnya, serta mengawasi akses internet yang dilakukan oleh remaja agar tidak mengakses konten pornografi di internet. 3. Diharapkan kepada siswa untuk mau mengikuti kegiatan positif seperti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah, kegiatan penyuluhan kesehatan, olahraga dan sebagainya, agar tidak memiliki waktu yang terlalu berlebihan dalam mengakses internet yang rentan untuk terkontaminasi konten pornografi. 76 Universitas Sumatera Utara