Sebandingkah Amal Kita?

advertisement
Sebandingkah Amal Kita?
Written by Admin
Selasa, 09 Desember 2014
Jika membandingkan amal-amal kita dengan nikmat-nikmat yang kita dapat
dan harap dari Allah Ta’ala, maka kita akan segera sadar bahwa, amal yang
paling kita butuhkan adalah bertobat dan banyak-banyak beristighfar.
Karena dengan perbandingan itu kita akan mengetahui betapa kecil, kerdil
dan tak sebandingnya amal-amal kita itu di hadapan nikmat-nikmat besar,
agung dan tak terbilang yang menjadi pembanding. Minimal ada empat
hal atau faktor pembanding, dimana seistimewa apapun amal seseorang,
tidak akan ada apa-apanya bila dibandingkan dengan satu faktor saja
diantaranya, bagaimana dengan keempat-empatnya? Dan ketika ada suatu
amal tertentu, yang berdasarkan dalil, bisa mengimbangi dan menutup salah
satu atau sebagian faktor pembanding, maka sebenarnya hal itu bukanlah
karena saking istimewanya amal itu sendiri. Melainkan karena keistimewaan
rahmat dan kasih sayang Allah semata, Yang Menganggap dan Menjadikan
suatu amal yang sejatinya biasa-biasa saja, sebagai amal yang luar biasa
istimewa! Dan itu tiada lain merupakan rahmat tersendiri yang tentu saja
menuntut syukur tersendiri pula. Sebagai contoh misalnya tentang
keistimewaan dua rakaat shalat dhuha, yang bila ditunaikan pada suatu
pagi, dinilai telah cukup sebagai pembayar dan penutup kewajiban syukur
hari itu atas seluruh kenikmatan fisik yang terdiri dari 360 ruas (lih. HR.
Muslim dari Abu Dzarr ra. dan HR. Muslim dari ‘Aisyah ra.). Nah, bagaimana
shalat dua rakaat dhuha yang mungkin hanya membutuhkan waktu kurang
dari lima menit, bisa seistimewa itu nilainya, sehingga dianggap dan dinilai
cukup sebagai penebus dan penutup kewajiban syukur atas kenikmatan
seluruh anggota tubuh seseorang, yang tidak terukur nilainya? Hal itu tiada
lain, karena Allah dengan keluasan dan kemurahan rahmat-Nya, telah
menilai dan menjadikannya demikian!
Faktor pembanding pertama:
1/4
Sebandingkah Amal Kita?
Written by Admin
Selasa, 09 Desember 2014
Nikmat-nikmat tak terhingga yang wajib disyukuri dengan beragam
amal sebagai bukti.
Nah, untuk tujuan dan kepentingan menutup kewajiban syukur nikmat ini
saja, tidak mungkin ada amal seistimewa dan sehebat apapun, yang
benar-benar bisa membandingi dan mengimbangi. Sederhana saja,
bagaimana mungkin amal-amal yang sangat terbatas dan mudah dihitung,
bisa membandingi dan menandingi nikmat-nikmat Allah yang sangat tidak
terbatas dan tidak mungkin mampu dihitung? (QS. Ibrahim: 34 dan An-Nahl:
18). Dan karenanya, tentu nikmat yang tidak bisa disadari dan diketahui jauh
lebih banyak daripada yang mampu disadari dan diketahui. Nah, jika untuk
menyadari dan mengetahui saja tidak mampu, bagaimana mungkin
seseorang akan bisa memenuhi kewajiban syukur atasnya?
Faktor pembanding kedua:
Dosa-dosa menumpuk dan menggunung yang juga harus dihapus
dengan amal dan tobat
. Ya, salah satu manfaat yang hendak didapat, tujuan yang ingin dicapai,
dan target yang mau diraih, dengan setiap amal yang dilakukan seseorang,
adalah agar bisa menjadi penghapus dan pelebur dosa-dosa yang telah
diperbuatnya. Dari Abu Dzarr ra. ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam pernah bersabda kepadaku: “Bertakwalah kamu kepada Allah
dimana saja dan dalam kondisi apa saja kamu berada, dan ikutilah setiap
keburukan (perbuatan dosa) dengan kebaikan (amal saleh) yang dapat
menghapuskannya, serta bergaullah kepada masyarakat dengan akhlak
yang baik.” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad). Nah untuk tujuan inipun, kalau
bukan karena rahmat dan kasih sayang Allah, amal seutama apapun tidak
akan sebanding dengan banyak dan beragamnya dosa. Apakah ada
seseorang diantara kita yang berani mengklaim dan mengaku bahwa,
amal-amalnya lebih banyak daripada dosa-dosanya?
Faktor pembanding ketiga:
Harapan akan beragam rahmat Allah, baik sepanjang hidup di dunia ini,
2/4
Sebandingkah Amal Kita?
Written by Admin
Selasa, 09 Desember 2014
maupun nanti untuk kehidupan di akherat, dan puncaknya adalah
beroleh Surga Allah dan ridha-Nya.
Kalau seluruh amal kita, jika dinilai apa adanya, sudah tidak cukup sebagai
pembanding untuk menutup kewajiban syukur nikmat yang tiada terhingga,
atau sebagai penebus dan penghapus dosa-dosa yang juga tak terbilang,
maka apalagi bila hendak dijadikan juga sebagai wasilah dan sarana untuk
mendapatkan beragam rahmat lain, baik yang duniawi maupun apalagi yang
ukhrawi, dimana puncaknya adalah Surga Allah dan ridha ilahi, tentu saja
akan lebih tidak cukup lagi. Dan ketika amal-amal itu dianggap dan dinilai
cukup dalam timbangan syariah, maka itu hanyalah bukti keistimewaan,
keluasan dan kemurahan rahmat Allah Ta’ala, yang tentu wajib selalu kita
syukuri.
Faktor pembanding keempat:
Harapan akan perlindungan diri dari bermacam ragam potensi mara
bahaya yang sewaktu-waktu bisa menimpa siapa saja.
Baik itu untuk bahaya-bahaya selama hidup di dunia ini, maupun utamanya
bahaya terbesar kelak di akherat berupa siksa api neraka, na’udzu billah min
dzalik. Dan untuk menegaskan betapa tak sebandingnya seluruh amal kita,
seistimewa apapun, dengan perlindungan dan keselamatan diri yang kita
harapkan, Baginda Sayyiduna Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda (yang artinya): “Beramallah selalu seoptimal mungkin, dan
beristiqamahlah, serta ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada
seorangpun dari kalian yang bisa selamat (dari bahaya dan ancaman siksa)
hanya dengan (mengandalkan) amalnya semata” Mereka (para sahabat)
bertanya: Apakah tidak juga Engkau, wahai Rasulullah? Beliau menjawab:
“Ya, tidak juga aku (bisa selamat hanya karena amalku), kecuali bila Allah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepadaku” (HR. Muslim dari Abu
Hurairah ra.).
Akhirnya, jika demikian halnya, maka marilah kita tak putus berupaya untuk
selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas bukti syukur kita kepada Allah
3/4
Sebandingkah Amal Kita?
Written by Admin
Selasa, 09 Desember 2014
Ta’ala Dzat Penganugerah segala rahmat dan nikmat yang tiada terhingga.
Di saat yang sama, marilah pula tak henti selalu bertobat dengan taubatan
nashuha dan beristighfar dengan istighfar yang sebanyak-banyaknya, yang
kita harap bisa menutup kekurangan dan kelemahan kita dalam memenuhi
kewajiban syukur! SEMOGA!
Ustadz Ahmad MUdzoffar, MA
(Sumber: IkadiSurabaya)
4/4
Download