MODUL PERKULIAHAN Perilaku Konsumen Jenis-Jenis Pembelajaran Konsumen Fakultas Program Studi Fakultas Ilmu Komunikasi Bidang Studi Advertising and Marketing Communication Tatap Muka 07 Kode MK Disusun Oleh A41435EL Martina Shalaty Putri, M.Si Abstract Kompetensi Modul ini merupakan rangkaian lanjutan dari pembahasan Pembelajaran Konsumen dan Penerapannya di Komunikasi Pemasaran. Modul ini membahas mengenai teori-teori pembelajaran yang dilakukan konsumen Mahasiswa diharapkan mampu memahami jenisjenis pembelajaran konsumen dan penerapannya di dalam komunikasi pemasaran 1. Proses Belajar Kognitif Proses belajar kognitif adalah proses belajar yg dicirikan oleh adanya perubahan pengetahuan, yg menekankan kepada proses mental konsumen utk mempelajari informasi. Proses belajar kognitif membahas bagaimana informasi ditransfer & disimpan di dalam memori jangka panjang (Engel, Blackwell, & Miniard). Penekanan dalam mempertimbangkan belajar kognitif adalah pada apa yg dipelajari (seperti dalam teori stimulus-respons), & juga seberapa dalam hal itu dipelajari. Teori pembelajaran klasik & teori pengondisian operan menduga bahwa belajar terjadi secara otomatis; teori belajar kognitif berasumsi bahwa ada suatu proses yg terjadi secara sadar. Bagi kebanyakan orang, sebenarnya banyak kasus yg terjadi dari perilaku konsumen. Keahlian belajar kognitif memiliki 5 aspek, yaitu: kognitif usaha, struktur kognitif, analisis, elaborasi & memori. Upaya kognitif adalah upaya yg dapat dimasukkan ke dalam pemikiran mengenai penawaran produk kepada konsumen. Hal ini tergantung pada aspek-aspek seperti kompleksitas produk, keterlibatan konsumen, & motivasi utk belajar. Struktur kognitif adalah cara konsumen berpikir & cara pengolahan informasi ke dalam pengetahuan yg sudah ada. Analisis informasi bagian pertama berkaitan dgn memilih informasi & yg relevan dgn lingkungan. Sementara itu, bagian kedua dalam analisis informasi adalah menafsirkan informasi tersebut dgn benar dalam rangka utk mendapatkan rencana aksi yg jelas. Elaborasi adalah penataan informasi di dalam otak & menambah dari yg telah tersimpan di dalam memori utk membentuk kesatuan yg koheren. Penyimpanan informasi dipelajari dalam mekanisme memori. Bahkan, tidak ada yg pernah benar-benar dilupakan, pada akhirnya informasi tidak akan dapat diperbaiki oleh pikiran sadar (lupa) tetapi otak tetap mempertahankan informasi & dapat dirangsang utk kembali mengingatnya, baik oleh hipnosis atau oleh ide asosiasi. Proses belajar kognitif penting bagi pemasar karena hal tersebut sangat membantu dalam memprediksi tanggapan konsumen terhadap iklan (Blythe). Proses belajar perilaku merupakan proses belajar yg terjadi ketika konsumen bereaksi terhadap lingkungan atau stimulus dari luar. Mowen & Minor mengartikan proses belajar perilaku (Behavioral Learning) sebagai sebuah proses di mana pengalaman dgn lingkungan akan menyebabkan perubahan perilaku yg relatif permanen. Solomon juga mengemukakan bahwa proses belajar perilaku adalah proses belajar yg terjadi karena respons konsumen terhadap suatu stimulus atau lingkungan konsumen. Solomon menekankan bahwa perubahan perilaku tersebut terjadi akibat pengalaman, bukan akibat perubahan fisik seorang konsumen (misalnya karena sakit, cacat, obat-obatan). ‘13 2 Perilaku Konsumen Martina Shalaty Putri, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Proses Belajar Perilaku Proses Belajar Perilaku terbagi menjadi 3, yaitu : 1) Proses Belajar Perilaku Classical Conditioning Classical Conditioning adalah suatu teori belajar yg mengungkapkan bahwa makhluk hidup, baik manusia maupun binatang, adalah makhluk pasif yg bisa diajarkan perilaku tertentu melalui pengulangan (repetition atau conditioning) (Schiffman & Kanuk). Penjelasan lain mengatakan bahwa proses belajar Classical Conditioning terjadi pada diri seorang konsumen ketika ia dapat membuat asosiasi antara stimulus yg datang pada dirinya & bereaksi terhadap stimulus tersebut. Orang pertama yg mengemukakan teori classical conditioning adalah peneliti Rusia, Ivan Pavlov. Ia melakukan percobaan terhadap anjing yg diberi daging & memperhatikan respons spontan anjing terhadap bau daging tersebut. Dalam percobaan tersebut ada 2 hal yg harus diketahui, yaitu Conditioned stimulus & unconcitioned stimulus. Hal tersebut merupakan Classical Conditioning yg termasuk ke dalam Clasical Learning Theory. Blythe mengemukakan bahwa Classical Conditioning seperti ini juga terjadi pada manusia; banyak perokok mengasosiasikan minum secangkir kopi beriringan dgn sebatang rokok. Sulit utk berhenti merokok tanpa kopi. Agar hal ini dapat bekerja maka biasanya diperlukan pengulangan rangsangan beberapa kali agar conditioned response menjadi lebih kuat/mapan. Berapa kali proses pengulangan yg perlu dilakukan akan tergantung pada kekuatan stimulus & reseptif (motivasi) individu. Sebelum conditioning yg tanpa syarat membawa unconditioned stimulus menuju otak. Selama kondisi baik conditioned stimulus & unconditioned stimulus, sehingga setelah pengondisian conditioned stimulus akan menghasilkan respons. Perilaku yg dipengaruhi oleh classical conditioning dianggap tidak disengaja. Bila bel pintu berbunyi maka otomatis bagi kebanyakan orang utk melihat ke atas, tanpa sadar & berpikir tentang siapakah yg ada di balik pintu. Pengondisian klasik juga bekerja pada emosi, seperti bermain musik natal akan mendatangkan kenangan Natal masa kanak-kanak & iklan akan membangkitkan perasaan nostalgia yg menghasilkan perasaan hangat terhadap sebuah produk. Aplikasi classical conditioning dalam pemasaran, ada 3 konsep utama yg diturunkan dari proses belajar classical conditioning, yaitu: ‘13 3 Perilaku Konsumen Martina Shalaty Putri, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id a) Pengulangan (Repetition) Pengulangan merupakan proses penyampaian pesan kepada konsumen dgn frekuensi yg berkali-kali. Produsen berusaha menyampaikan stimulus kepada konsumen yg dilakukan secara berulang. Hal ini dilakukan karena iklan yg ditayangkan secara berulang-ulang akan meningkatkan daya ingat konsumen terhadap produk yg diiklankan tersebut. Namun, pengulangan iklan secara terusmenerus akan menimbulkan kebosanan & ketidakpedulian dari konsumen. Konsumen akan terbiasa mendengarkan & melihat stimulus atau iklan yg ditayangkan terus-menerus, sehingga ia tidak memperhatikan lagi. Ketika konsumen menonton suatu acara TV, banyak konsumen yg meninggalkan kursinya utk melakukan hal lain saat iklan ditayangkan, bukannya menonton iklan tersebut. Inilah fenomena di mana konsumen telah beradaptasi dgn iklan, sehingga tidak ada perhatian lagi kepada iklan. Dalam hal ini, iklan telah menjadi usang (Advertising Wearout). b) Generalisasi stimulus (Stimulus Generalization) Konsumen yg membeli atau menggunakan suatu produk setelah melihat iklannya yg berulang-ulang kemudian ia meyakini produk tersebut, maka dalam hal ini konsumen tersebut telah melakukan proses belajar classical conditioning melalui proses penyampaian stimulus yg berulang. Proses belajar classical conditioning terjadi bukan hanya karena pengulangan stimulus yg berkali-kali, namun juga karena kemampuan konsumen melakukan generalisasi terhadap stimulus yg diterimanya. Generalisasi stimulus merupakan kemampuan seorang konsumen utk bereaksi sama terhadap stimulus yg relatif berbeda. Konsumen akan menerima stimulus yg berbeda-beda. Kemampuan konsumen dalam mengaitkan antarstimulus satu dgn yg lainnya akan membuat konsumen dapat mengambil kesimpulan atau generalisasi terhadap stimulus tersebut. Pemahaman generalisasi stimulus biasanya diterapkan dalam pemasaran utk membuat merek dan kemasan seperti diuraikan berikut ini: Perluasan lini produk (product line extension) Perusahaan menerapkan prinsip generalisasi stimulus dgn cara menambahkan produk baru yg terkait atau sejenis dgn produk lama atau dgn merek yg sudah ternama. Biasanya produk baru ini akan menggunakan merek yg sudah dipakai oleh produk lama yg sudah lebih dahulu dikenal konsumen. Perusahaan yg telah memiliki sebuah merek yg terkenal, sering kali mengadakan perluasan produk dgn menggunakan merek yg sama. Hal ini ‘13 4 Perilaku Konsumen Martina Shalaty Putri, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id bertujuan utk lebih memudahkan pemasaran bagi produk baru karena merek tersebut telah dikenal baik oleh masyarakat. Apabila sebuah merek telah mempunyai nilai positif bagi seorang konsumen maka ketika ada produk baru dgn merek yg sama, konsumen akan mempunyai image yg baik pula terhadap produk baru tersebut walaupun konsumen belum mencobanya. Merek keluarga (family branding) Bentuk aplikasi lain dari generalisasi stimulus dalam bidang pemasaran adalah dgn memberikan merek yg sama kepada semua lini produk yg dihasilkan oleh sebuah perusahaan. Aplikasi konsep tersebut berdasarkan kepada pandangan bahwa konsumen akan membuat asosiasi antara merek produk yg disukainya dgn produk lain atau produk baru yg menggunakan merek sama. Kemampuan konsumen utk menggeneralisasi produk inilah yg menjadi dasar aplikasi family branding. Me-too products (look-alike packaging) Sekarang ini, banyak produk yg beredar di pasar memiliki kemasan (warna, bentuk, simbol, logo) mirip satu dgn yg lainnya. Satu merek mungkin telah menjadi pemimpin pasar, sedangkan lainnya adalah pengikut (follower). Me-too Products merupakan suatu konsep pemasaran yg membuat kemasan mirip dgn kemasan produk pesaing. Produk yg melakukan ini biasanya adalah follower yg berusaha membuat kemiripan dgn produk pemimpin pasar. Kemiripan merek (similar name) Beberapa produk tidak hanya diberi kemasan yg mirip satu sama lain, tetapi juga diberi merek yg mirip. Contoh kasus ini misalnya, OREO versus RODEO (produk biskuit), snack merek NYAM-NYAM vs YAN-YAN, Sarung Cap MANGGA vs Sarung Cap DUA MANGGA, Sarung Cap MANGGA DUA, Sarung Cap MANGGA-MANGGIS. Licensing Licensing merupakan praktek pemberian merek dgn menggunakan namanama selebriti, nama desainer, nama produsen, nama perusahaan, bahkan tokoh-tokoh film kartun. Nama-nama tersebut digunakan sebagai merek produk, tentu dgn adanya imbalan fee atau sewa. Nama-nama seperti LIZ CLAIBORNE, CALVIN KLEIN, & CHRISTIAN DIOR telah menjadi merek-merek terkenal utk beragam produk dari mulai aksesori sampai kepada produk sepatu & parfum. ‘13 5 Perilaku Konsumen Martina Shalaty Putri, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id c) Diskriminasi Stimulus (Stimulus Discrimination) Diskriminasi stimulus adalah lawan kata dari generalisasi stimulus. Pada generalisasi stimulus, konsumen diharapkan dapat mengambil kesimpulan yg sama dari berbagai stimulus yg relatif berbeda. Sementara itu, pada diskriminasi stimulus, konsumen diharapkan dapat mengambil kesimpulan berbeda terhadap beberapa stimulus yg mirip satu dgn yg lainnya. Ketika konsumen mampu membedakan (mendiskriminasikan) berbagai stimulus yg mirip maka konsumen tersebut telah melakukan proses belajar classical conditioning. Pemimpin pasar biasanya menginginkan konsumen melihat produknya berbeda dgn pesaingnya. Namun sebaliknya, pesaing menginginkan konsumen menganggap produknya mirip dgn produk pemimpin pasar. Oleh karena itu, diskriminasi stimulus biasanya dipakai utk melakukan positioning & diferensiasi produk oleh pemimpin pasar atau produsen pada umumnya. 2) Proses Belajar Instrumental Conditioning (Operant Conditioning) Konsumen adalah makhluk rasional sekaligus emosional yang sering kali memiliki dinamika perilaku yang sangat beragam. Proses belajar classical conditioning sering kali tidak bisa menjelaskan semua perilaku belajar konsumen. Operant conditioning adalah proses belajar yang terjadi pada diri konsumen akibat konsumen menerima imbalan yang positif atau negatif (rewards) karena mengonsumsi suatu produk sebelumnya. Imbalan yang diterima konsumen karena dia mengonsumsi produk tersebut akan mempengaruhi keputusan konsumen berikutnya apakah ia akan mengonsumsi produk tersebut atau tidak. Pembelian ulang suatu merek produk akan lebih besar peluangnya dilakukan oleh seorang konsumen jika ia merasa puas terhadap pembelian produk tersebut sebelumnya. Inilah prinsip operant conditioning. Operant conditioning memiliki 3 konsep penting, yaitu: 1. Penguat (reinforcer) Adalah suatu rangsangan yg meningkatkan peluang seseorang utk mengulangi perilaku yg pernah dilakukannya. Reinforcer terbagi 2 yaitu: Penguatan Positif (positive reinforcement) Penguatan positif adalah hal-hal positif (positive outcome atau reward atau positive consequences) yg diterima konsumen karena mengonsumsi atau membeli suatu produk. Pengaruh dari positive reinforcement adalah meningkatkan kecenderungan seorang konsumen utk membeli ulang produk tersebut. Contoh positive reinforcement adalah pelayanan yg memuaskan ‘13 6 Perilaku Konsumen Martina Shalaty Putri, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dari bengkel AUTO 2000 akan mendorong seorang konsumen kembali lagi ke bengkel tersebut utk perbaikan mobilnya. Penguatan Negatif (negative reinforcement) Penguatan negatif adalah hal-hal negatif atau sesuatu yg tidak menyenangkan (unpleasant atau negative outcome/reward atau negative consequences) yg akan dirasakan konsumen karena ia tidak mengkonsumsi atau membeli suatu produk atau jasa. Negative reinforcement akan meningkatkan kecenderungan seorang konsumen utk membeli produk/jasa tersebut utk menghilangkan negative reinforcement tersebut. Pada contoh produk Madrox digambarkan betapa rasa sakit yg diderita akibat sakit maag, & merek obat yg diiklankan adalah solusi utk menghilangkan rasa sakit tersebut. Bentuk Penguatan Pertanyaan penting bagi pemasar adalah apakah bentuk penguatan yg bisa diberikan kepada konsumen agar mereka berperilaku sesuai dgn yg diinginkan pemasar. Engel, Blackwell, & Miniard mengusulkan 2 bentuk penguatan (reinforcement from product consumption), yaitu: Product Reinforcement Product reinforcement adalah produk yg dibeli & dikonsumsi oleh konsumen, produk tersebut dgn sendirinya akan memberikan penguatan kepada konsumen apakah ia akan membeli ulang produk tersebut atau menghentikannya. Produk bisa memberikan penguatan positif atau negatif. Penguatan produk di sini juga termasuk memberi konsumen contoh produk utk dicoba pada saat peluncuran produk, sehingga konsumen tidak perlu membeli. Pemberian produk secara cuma-cuma dapat juga dilakukan dgn menjadikan produk tersebut sebagai hadiah jika membeli produk lain, biasanya masih diproduksi dalam satu perusahaan. Misalnya produk pewangi softener So Klin yg diproduksi oleh Wings, memberikan gratis satu buah detergen bubuk yg juga diproduksi oleh Wings. Nonproduct Reinforcement Penguatan nonproduk dapat berupa pemberian hadiah yg bukan merupakan bagian dari produk tersebut. Misalnya perumahan Central Park yg memberikan hadiah langsung mobil Picanto/Spark jika konsumen melakukan pembelian selama masa pameran. Penguatan nonproduk (Nonproduct reinforcement) lebih dititikberatkan pada rangsangan akan nonproduk yg ‘13 7 Perilaku Konsumen Martina Shalaty Putri, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id diberikan kepada konsumen sehingga terjadi pengulangan akan produk utama. Jadwal Pemberian Penguatan Kapan sebaiknya mempengaruhi penguatan keputusan diberikan kepada pembelian? Ada konsumen beberapa agar cara efektif bagaimana penguatan diberikan kepada konsumen, yaitu: Fixed-interval reinforcement Penguatan yg diberikan pada waktu tertentu secara rutin mengikuti pola konsumen. Misalnya toko buku Gramedia yg menyediakan diskon di hari lebaran atau pemberian diskon harga produk Matahari di akhir tahun. Pemberian penguatan ini diharapkan akan memicu konsumen utk melakukan pembelian ulang pada hari lebaran & akhir tahun yg akan datang. Variable-interval reinforcement Variable-interval reinforcement menyarankan agar penguatan diberikan pada interval waktu yg bervariasi namun waktu pemberian penguatan ini tidak ditetapkan secara periodik. Contoh: Pemberian diskon harga di Alfamart pada hari-hari tertentu yg dilakukan selama setahun. Pemberian penguatan ini diharapkan akan memicu konsumen utk melakukan pembelian ulang pada waktu pemberian diskon berikutnya. Fixed-ratio reinforcement Fixed-ratio reinforcement merupakan pemberian penguatan jika konsumen telah melakukan respons (pembelian) dalam jumlah tertentu. Contoh: Pemberian potongan harga 20% utk buku bestseller & konsumen bisa mendapatkan 4 buku hanya dgn membayar uang senilai Rp 10.000 Variable-ratio reinforcement Variable-ratio reinforcement menyatakan bahwa penguatan diberikan kepada konsumen jika konsumen telah melakukan sejumlah respons, namun konsumen tidak mengetahui berapa jumlah respons yg diperlukan agar ia memperoleh penguatan. Contoh: Pemberian hadiah jam tangan kepada pembeli utk pembelian Frestea yg memberikan hadiah. 2. Hukuman (Punishment) Hukuman merupakan hal yg tidak menyenangkan apabila konsumen melakukan suatu perbuatan, misalnya denda tilang karena melakukan pelanggaran lalu lintas, atau karena membuang sampah secara sembarangan, ‘13 8 Perilaku Konsumen Martina Shalaty Putri, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id maka akibatnya akan banjir atau penebangan pohon yg akan mengakibatkan banjir serta pembuangan sampah plastik yg mengganggu kelancaran aliran air & tidak dapat didegradasi oleh mikroorganisme sehingga mengakibatkan banjir. 3. Shaping Shaping adalah sebuah konsep agar konsumen diarahkan utk melakukan suatu perilaku yg diharapkan produsen yaitu mendatangi tokonya & membeli barang dagangannya. Contohnya: Sebuah pusat perbelanjaan memberikan promosi diskon hingga 70% pada barang yg akan dijual sehingga menarik konsumen utk datang. Selain datang, konsumen juga diharapkan utk membeli barang lain. Operant conditioning yg dikemukakan oleh Blythe tidak mengharuskan membeli produk, pemasar akan sering membagikan contoh produk secara gratis & diharapkan konsumen mendapatkan pengaruh positif dari produk tersebut sehingga konsumen memutuskan akan membeli. Selain itu, dealer mobil yg menawarkan uji coba mengendarai mobil bahkan dapat mengendarai mobil dgn jarak jauh & pelanggan diperbolehkan meminjam mobil utk 24 jam atau lebih untuk mendapat penguatan akan jasa tersebut. Blythe menyatakan bahwa Operant conditioning membantu kita dalam menjelaskan bagaimana seseorang yg memiliki kebiasaan dalam membeli (perilaku yg digunakannya). Akan tetapi, hal ini hanya menjelaskan bagaimana kita belajar mengoperasikan bila seseorang menjadi giat dalam mencari informasi. Utk lebih mengerti aspek-aspek ini, kita perlu melihat teori proses belajar. Tidak semua proses belajar langsung menerima stimulus. Seseorang menganalisis situasi pembelian dgn mempertimbangkan pengalaman sebelumnya & membuat evaluasinya. Proses belajar dalam hal ini, baik dalam syarat-syarat memberi tahu proses sebagai hasil dari pengalaman sebelumnya maupun dalam kaitannya dgn konsumen bertujuan utk mengetahui lebih banyak tentang kategori produk atau merek. 3) Proses Belajar Vicarious Learning (Observational atau Social Learning) Pada classical conditioning, perilaku konsumen sangat ditentukan oleh kemampuannya menyimpulkan berbagai stimulus yg mirip atau berbeda sehingga mempengaruhi perilakunya, sedangkan pada operant (instrumental conditioning), perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh penguatan yg diterima akibat perilaku sebelumnya. Model ketiga dari proses belajar behavioral disebut sebagai observational ‘13 9 Perilaku Konsumen Martina Shalaty Putri, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id (vicarious) learning. Observational learning adalah proses belajar yg dilakukan konsumen ketika ia mengamati tindakan & perilaku orang lain & konsekuensi dari perilaku tersebut. Konsumen meniru perilaku dari orang lain tersebut, sehingga dikenal sebagai modeling. Konsumen mempelajari perilaku dgn mengamati perilaku orang lain & konsekuensi dari perilaku tersebut. Seseorang cenderung meniru perilaku orang lain ketika perilaku itu akan memberikan dampak positif & akan menghindari meniru perilaku orang lain jika hal tersebut akan membawa dampak negatif kepada dirinya. Konsumen memiliki alasan yg beragam mengapa ia meniru perilaku orang lain. Orang lain tersebut mungkin dianggap sebagai model, dikagumi karena memiliki kecantikan & kepandaian, memiliki kelas sosial yg tinggi, dsb. Aplikasi Pemasaran pembelajaran konsumen. Hadiah meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku akan diulang. Konsumen harus menerima terus-menerus hadiah produk yg memenuhi kebutuhan mereka jika mereka terus membeli produk. Pengulangan. Pengulangan meningkatkan pembelajaran dalam 2 cara. Pertama, membantu konsumen mengasosiasikan stimulus. Kedua, memperkuat hubungan antara informasi baru yg terkait dalam memori jangka panjang. Stimulus generalisasi & diskriminasi pemasar menggunakan generalisasi stimulus ketika mereka ingin memberikan informasi tentang ekstensi lini produk. Dgn demikian, pemasar menggunakan merek yg sama atau kemasan seluruh produk utk memanfaatkan asosiasi positif dgn produk yg sudah ada. Pengalaman. Sebuah pemahaman mendasar dari teori-teori belajar adalah bahwa konsumen belajar dari pengalaman mereka dgn produk. Pemasaran menerapkan wawasan ini ketika mereka membagikan sampel gratis. Simbol. Tanda simbol memfasilitasi pembelajaran konsumen melalui proses asosiasi. Pemasar telah lama digunakan logo perusahaan utk meningkatkan pengakuan konsumen-Texaco bintang merah, banteng Merrill Lynch, & tangan menangkup Allstate adalah familier banyak konsumen. (Wells & Prensky). Daftar Pustaka Ujang Sumarwan. 2011 . Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam pemasaran. Jakarta: Penerbit PT Ghalia Indonesia Prasetijo Tistiyanti, John JOI Ihalauw. 2006. Perilaku Konsumen. Jakarta: Andi Publisher. ‘13 10 Perilaku Konsumen Martina Shalaty Putri, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id