Modul Perilaku Konsumen [TM7]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Perilaku Konsumen
Jenis-Jenis Pembelajaran
Konsumen
Fakultas
Program Studi
Fakultas Ilmu
Komunikasi
Bidang Studi
Advertising and
Marketing
Communication
Tatap Muka
07
Kode MK
Disusun Oleh
A41435EL
Martina Shalaty Putri, M.Si
Abstract
Kompetensi
Modul ini merupakan rangkaian lanjutan dari pembahasan Pembelajaran
Konsumen dan Penerapannya di Komunikasi Pemasaran. Modul ini
membahas mengenai teori-teori pembelajaran yang dilakukan
konsumen
Mahasiswa diharapkan
mampu memahami jenisjenis pembelajaran
konsumen dan
penerapannya di dalam
komunikasi pemasaran
1. Proses Belajar Kognitif
Proses belajar kognitif adalah proses belajar yg dicirikan oleh adanya perubahan
pengetahuan, yg menekankan kepada proses mental konsumen utk mempelajari informasi.
Proses belajar kognitif membahas bagaimana informasi ditransfer & disimpan di dalam
memori jangka panjang (Engel, Blackwell, & Miniard).
Penekanan dalam mempertimbangkan belajar kognitif adalah pada apa yg dipelajari
(seperti dalam teori stimulus-respons), & juga seberapa dalam hal itu dipelajari. Teori
pembelajaran klasik & teori pengondisian operan menduga bahwa belajar terjadi secara
otomatis; teori belajar kognitif berasumsi bahwa ada suatu proses yg terjadi secara sadar.
Bagi kebanyakan orang, sebenarnya banyak kasus yg terjadi dari perilaku konsumen.
Keahlian belajar kognitif memiliki 5 aspek, yaitu: kognitif usaha, struktur kognitif, analisis,
elaborasi & memori.
Upaya kognitif adalah upaya yg dapat dimasukkan ke dalam pemikiran mengenai
penawaran produk kepada konsumen. Hal ini tergantung pada aspek-aspek seperti
kompleksitas produk, keterlibatan konsumen, & motivasi utk belajar. Struktur kognitif adalah
cara konsumen berpikir & cara pengolahan informasi ke dalam pengetahuan yg sudah ada.
Analisis informasi bagian pertama berkaitan dgn memilih informasi & yg relevan dgn
lingkungan. Sementara itu, bagian kedua dalam analisis informasi adalah menafsirkan
informasi tersebut dgn benar dalam rangka utk mendapatkan rencana aksi yg jelas.
Elaborasi adalah penataan informasi di dalam otak & menambah dari yg telah tersimpan di
dalam memori utk membentuk kesatuan yg koheren.
Penyimpanan informasi dipelajari dalam mekanisme memori. Bahkan, tidak ada yg
pernah benar-benar dilupakan, pada akhirnya informasi tidak akan dapat diperbaiki oleh
pikiran sadar (lupa) tetapi otak tetap mempertahankan informasi & dapat dirangsang utk
kembali mengingatnya, baik oleh hipnosis atau oleh ide asosiasi. Proses belajar kognitif
penting bagi pemasar karena hal tersebut sangat membantu dalam memprediksi tanggapan
konsumen terhadap iklan (Blythe).
Proses belajar perilaku merupakan proses belajar yg terjadi ketika konsumen
bereaksi terhadap lingkungan atau stimulus dari luar. Mowen & Minor mengartikan proses
belajar perilaku (Behavioral Learning) sebagai sebuah proses di mana pengalaman dgn
lingkungan akan menyebabkan perubahan perilaku yg relatif permanen. Solomon juga
mengemukakan bahwa proses belajar perilaku adalah proses belajar yg terjadi karena
respons konsumen terhadap suatu stimulus atau lingkungan konsumen. Solomon
menekankan bahwa perubahan perilaku tersebut terjadi akibat pengalaman, bukan akibat
perubahan fisik seorang konsumen (misalnya karena sakit, cacat, obat-obatan).
‘13
2
Perilaku Konsumen
Martina Shalaty Putri, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Proses Belajar Perilaku
Proses Belajar Perilaku terbagi menjadi 3, yaitu :
1) Proses Belajar Perilaku Classical Conditioning
Classical Conditioning adalah suatu teori belajar yg mengungkapkan bahwa
makhluk hidup, baik manusia maupun binatang, adalah makhluk pasif yg bisa diajarkan
perilaku tertentu melalui pengulangan (repetition atau conditioning) (Schiffman &
Kanuk). Penjelasan lain mengatakan bahwa proses belajar Classical Conditioning
terjadi pada diri seorang konsumen ketika ia dapat membuat asosiasi antara stimulus yg
datang pada dirinya & bereaksi terhadap stimulus tersebut.
Orang pertama yg mengemukakan teori classical conditioning adalah peneliti
Rusia, Ivan Pavlov. Ia melakukan percobaan terhadap anjing yg diberi daging &
memperhatikan respons spontan anjing terhadap bau daging tersebut. Dalam
percobaan tersebut ada 2 hal yg harus diketahui, yaitu Conditioned stimulus &
unconcitioned stimulus. Hal tersebut merupakan Classical Conditioning yg termasuk ke
dalam Clasical Learning Theory.
Blythe mengemukakan bahwa Classical Conditioning seperti ini juga terjadi pada
manusia; banyak perokok mengasosiasikan minum secangkir kopi beriringan dgn
sebatang rokok. Sulit utk berhenti merokok tanpa kopi. Agar hal ini dapat bekerja maka
biasanya diperlukan pengulangan rangsangan beberapa kali agar conditioned response
menjadi lebih kuat/mapan. Berapa kali proses pengulangan yg perlu dilakukan akan
tergantung pada kekuatan stimulus & reseptif (motivasi) individu. Sebelum conditioning
yg tanpa syarat membawa unconditioned stimulus menuju otak. Selama kondisi baik
conditioned stimulus & unconditioned stimulus, sehingga setelah pengondisian
conditioned stimulus akan menghasilkan respons.
Perilaku yg dipengaruhi oleh classical conditioning dianggap tidak disengaja.
Bila bel pintu berbunyi maka otomatis bagi kebanyakan orang utk melihat ke atas, tanpa
sadar & berpikir tentang siapakah yg ada di balik pintu. Pengondisian klasik juga
bekerja pada emosi, seperti bermain musik natal akan mendatangkan kenangan Natal
masa kanak-kanak & iklan akan membangkitkan perasaan nostalgia yg menghasilkan
perasaan hangat terhadap sebuah produk.
Aplikasi classical conditioning dalam pemasaran, ada 3 konsep utama yg
diturunkan dari proses belajar classical conditioning, yaitu:
‘13
3
Perilaku Konsumen
Martina Shalaty Putri, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
a) Pengulangan (Repetition)
Pengulangan merupakan proses penyampaian pesan kepada konsumen dgn
frekuensi yg berkali-kali. Produsen berusaha menyampaikan stimulus kepada
konsumen yg dilakukan secara berulang. Hal ini dilakukan karena iklan yg
ditayangkan secara berulang-ulang akan meningkatkan daya ingat konsumen
terhadap produk yg diiklankan tersebut. Namun, pengulangan iklan secara terusmenerus akan menimbulkan kebosanan & ketidakpedulian dari konsumen.
Konsumen akan terbiasa mendengarkan & melihat stimulus atau iklan yg
ditayangkan terus-menerus, sehingga ia tidak memperhatikan lagi. Ketika
konsumen menonton suatu acara TV, banyak konsumen yg meninggalkan kursinya
utk melakukan hal lain saat iklan ditayangkan, bukannya menonton iklan tersebut.
Inilah fenomena di mana konsumen telah beradaptasi dgn iklan, sehingga tidak ada
perhatian lagi kepada iklan. Dalam hal ini, iklan telah menjadi usang (Advertising
Wearout).
b) Generalisasi stimulus (Stimulus Generalization)
Konsumen yg membeli atau menggunakan suatu produk setelah melihat
iklannya yg berulang-ulang kemudian ia meyakini produk tersebut, maka dalam hal
ini konsumen tersebut telah melakukan proses belajar classical conditioning melalui
proses penyampaian stimulus yg berulang. Proses belajar classical conditioning
terjadi bukan hanya karena pengulangan stimulus yg berkali-kali, namun juga
karena kemampuan konsumen melakukan generalisasi terhadap stimulus yg
diterimanya.
Generalisasi stimulus merupakan kemampuan seorang konsumen utk
bereaksi sama terhadap stimulus yg relatif berbeda. Konsumen akan menerima
stimulus
yg
berbeda-beda.
Kemampuan
konsumen
dalam
mengaitkan
antarstimulus satu dgn yg lainnya akan membuat konsumen dapat mengambil
kesimpulan atau generalisasi terhadap stimulus tersebut.
Pemahaman generalisasi stimulus biasanya diterapkan dalam pemasaran
utk membuat merek dan kemasan seperti diuraikan berikut ini:

Perluasan lini produk (product line extension)
Perusahaan menerapkan prinsip generalisasi stimulus dgn cara menambahkan
produk baru yg terkait atau sejenis dgn produk lama atau dgn merek yg sudah
ternama. Biasanya produk baru ini akan menggunakan merek yg sudah dipakai
oleh produk lama yg sudah lebih dahulu dikenal konsumen.
Perusahaan yg telah memiliki sebuah merek yg terkenal, sering kali
mengadakan perluasan produk dgn menggunakan merek yg sama. Hal ini
‘13
4
Perilaku Konsumen
Martina Shalaty Putri, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bertujuan utk lebih memudahkan pemasaran bagi produk baru karena merek
tersebut telah dikenal baik oleh masyarakat. Apabila sebuah merek telah
mempunyai nilai positif bagi seorang konsumen maka ketika ada produk baru
dgn merek yg sama, konsumen akan mempunyai image yg baik pula terhadap
produk baru tersebut walaupun konsumen belum mencobanya.

Merek keluarga (family branding)
Bentuk aplikasi lain dari generalisasi stimulus dalam bidang pemasaran adalah
dgn memberikan merek yg sama kepada semua lini produk yg dihasilkan oleh
sebuah perusahaan. Aplikasi konsep tersebut berdasarkan kepada pandangan
bahwa konsumen akan membuat asosiasi antara merek produk yg disukainya
dgn produk lain atau produk baru yg menggunakan merek sama. Kemampuan
konsumen utk menggeneralisasi produk inilah yg menjadi dasar aplikasi family
branding.

Me-too products (look-alike packaging)
Sekarang ini, banyak produk yg beredar di pasar memiliki kemasan (warna,
bentuk, simbol, logo) mirip satu dgn yg lainnya. Satu merek mungkin telah
menjadi pemimpin pasar, sedangkan lainnya adalah pengikut (follower). Me-too
Products merupakan suatu konsep pemasaran yg membuat kemasan mirip
dgn kemasan produk pesaing. Produk yg melakukan ini biasanya adalah
follower yg berusaha membuat kemiripan dgn produk pemimpin pasar.

Kemiripan merek (similar name)
Beberapa produk tidak hanya diberi kemasan yg mirip satu sama lain, tetapi
juga diberi merek yg mirip. Contoh kasus ini misalnya, OREO versus RODEO
(produk biskuit), snack merek NYAM-NYAM vs YAN-YAN, Sarung Cap
MANGGA vs Sarung Cap DUA MANGGA, Sarung Cap MANGGA DUA,
Sarung Cap MANGGA-MANGGIS.

Licensing
Licensing merupakan praktek pemberian merek dgn menggunakan namanama selebriti, nama desainer, nama produsen, nama perusahaan, bahkan
tokoh-tokoh film kartun. Nama-nama tersebut digunakan sebagai merek
produk, tentu dgn adanya imbalan fee atau sewa. Nama-nama seperti LIZ
CLAIBORNE, CALVIN KLEIN, & CHRISTIAN DIOR telah menjadi merek-merek
terkenal utk beragam produk dari mulai aksesori sampai kepada produk sepatu
& parfum.
‘13
5
Perilaku Konsumen
Martina Shalaty Putri, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
c) Diskriminasi Stimulus (Stimulus Discrimination)
Diskriminasi stimulus adalah lawan kata dari generalisasi stimulus. Pada
generalisasi stimulus, konsumen diharapkan dapat mengambil kesimpulan yg sama
dari berbagai stimulus yg relatif berbeda. Sementara itu, pada diskriminasi stimulus,
konsumen diharapkan dapat mengambil kesimpulan berbeda terhadap beberapa
stimulus yg mirip satu dgn yg lainnya. Ketika konsumen mampu membedakan
(mendiskriminasikan) berbagai stimulus yg mirip maka konsumen tersebut telah
melakukan proses belajar classical conditioning. Pemimpin pasar biasanya
menginginkan konsumen melihat produknya berbeda dgn pesaingnya. Namun
sebaliknya, pesaing menginginkan konsumen menganggap produknya mirip dgn
produk pemimpin pasar. Oleh karena itu, diskriminasi stimulus biasanya dipakai utk
melakukan positioning & diferensiasi produk oleh pemimpin pasar atau produsen
pada umumnya.
2) Proses Belajar Instrumental Conditioning (Operant Conditioning)
Konsumen adalah makhluk rasional sekaligus emosional yang sering kali memiliki
dinamika perilaku yang sangat beragam. Proses belajar classical conditioning sering kali
tidak bisa menjelaskan semua perilaku belajar konsumen. Operant conditioning adalah
proses belajar yang terjadi pada diri konsumen akibat konsumen menerima imbalan yang
positif atau negatif (rewards) karena mengonsumsi suatu produk sebelumnya. Imbalan
yang diterima konsumen karena dia mengonsumsi produk tersebut akan mempengaruhi
keputusan konsumen berikutnya apakah ia akan mengonsumsi produk tersebut atau tidak.
Pembelian ulang suatu merek produk akan lebih besar peluangnya dilakukan oleh seorang
konsumen jika ia merasa puas terhadap pembelian produk tersebut sebelumnya. Inilah
prinsip operant conditioning.
Operant conditioning memiliki 3 konsep penting, yaitu:
1. Penguat (reinforcer)
Adalah suatu rangsangan yg meningkatkan peluang seseorang utk
mengulangi perilaku yg pernah dilakukannya. Reinforcer terbagi 2 yaitu:

Penguatan Positif (positive reinforcement)
Penguatan positif adalah hal-hal positif (positive outcome atau reward atau
positive consequences) yg diterima konsumen karena mengonsumsi atau
membeli suatu produk. Pengaruh dari positive reinforcement adalah
meningkatkan kecenderungan seorang konsumen utk membeli ulang produk
tersebut. Contoh positive reinforcement adalah pelayanan yg memuaskan
‘13
6
Perilaku Konsumen
Martina Shalaty Putri, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dari bengkel AUTO 2000 akan mendorong seorang konsumen kembali lagi ke
bengkel tersebut utk perbaikan mobilnya.

Penguatan Negatif (negative reinforcement)
Penguatan
negatif
adalah
hal-hal
negatif
atau
sesuatu
yg
tidak
menyenangkan (unpleasant atau negative outcome/reward atau negative
consequences) yg akan dirasakan konsumen karena ia tidak mengkonsumsi
atau membeli suatu produk atau jasa. Negative reinforcement akan
meningkatkan kecenderungan seorang konsumen utk membeli produk/jasa
tersebut utk menghilangkan negative reinforcement tersebut. Pada contoh
produk Madrox digambarkan betapa rasa sakit yg diderita akibat sakit maag,
& merek obat yg diiklankan adalah solusi utk menghilangkan rasa sakit
tersebut.
Bentuk Penguatan
Pertanyaan penting bagi pemasar adalah apakah bentuk penguatan yg bisa
diberikan kepada konsumen agar mereka berperilaku sesuai dgn yg diinginkan
pemasar. Engel, Blackwell, & Miniard mengusulkan 2 bentuk penguatan
(reinforcement from product consumption), yaitu:

Product Reinforcement
Product reinforcement adalah produk yg dibeli & dikonsumsi oleh konsumen,
produk tersebut dgn sendirinya akan memberikan penguatan kepada
konsumen
apakah
ia
akan
membeli
ulang
produk
tersebut
atau
menghentikannya. Produk bisa memberikan penguatan positif atau negatif.
Penguatan produk di sini juga termasuk memberi konsumen contoh produk
utk dicoba pada saat peluncuran produk, sehingga konsumen tidak perlu
membeli. Pemberian produk secara cuma-cuma dapat juga dilakukan dgn
menjadikan produk tersebut sebagai hadiah jika membeli produk lain,
biasanya masih diproduksi dalam satu perusahaan. Misalnya produk pewangi
softener So Klin yg diproduksi oleh Wings, memberikan gratis satu buah
detergen bubuk yg juga diproduksi oleh Wings.

Nonproduct Reinforcement
Penguatan nonproduk dapat berupa pemberian hadiah yg bukan merupakan
bagian dari produk tersebut. Misalnya perumahan Central Park yg
memberikan hadiah langsung mobil Picanto/Spark jika konsumen melakukan
pembelian selama masa pameran. Penguatan nonproduk (Nonproduct
reinforcement) lebih dititikberatkan pada rangsangan akan nonproduk yg
‘13
7
Perilaku Konsumen
Martina Shalaty Putri, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
diberikan kepada konsumen sehingga terjadi pengulangan akan produk
utama.
Jadwal Pemberian Penguatan
Kapan
sebaiknya
mempengaruhi
penguatan
keputusan
diberikan kepada
pembelian?
Ada
konsumen
beberapa
agar
cara
efektif
bagaimana
penguatan diberikan kepada konsumen, yaitu:

Fixed-interval reinforcement
Penguatan yg diberikan pada waktu tertentu secara rutin mengikuti pola
konsumen. Misalnya toko buku Gramedia yg menyediakan diskon di hari
lebaran atau pemberian diskon harga produk Matahari di akhir tahun.
Pemberian penguatan ini diharapkan akan memicu konsumen utk melakukan
pembelian ulang pada hari lebaran & akhir tahun yg akan datang.

Variable-interval reinforcement
Variable-interval reinforcement menyarankan agar penguatan diberikan pada
interval waktu yg bervariasi namun waktu pemberian penguatan ini tidak
ditetapkan secara periodik. Contoh: Pemberian diskon harga di Alfamart pada
hari-hari tertentu yg dilakukan selama setahun. Pemberian penguatan ini
diharapkan akan memicu konsumen utk melakukan pembelian ulang pada
waktu pemberian diskon berikutnya.

Fixed-ratio reinforcement
Fixed-ratio reinforcement merupakan pemberian penguatan jika konsumen
telah melakukan respons (pembelian) dalam jumlah tertentu. Contoh:
Pemberian potongan harga 20% utk buku bestseller & konsumen bisa
mendapatkan 4 buku hanya dgn membayar uang senilai Rp 10.000

Variable-ratio reinforcement
Variable-ratio reinforcement menyatakan bahwa penguatan diberikan kepada
konsumen jika konsumen telah melakukan sejumlah respons, namun
konsumen tidak mengetahui berapa jumlah respons yg diperlukan agar ia
memperoleh penguatan. Contoh: Pemberian hadiah jam tangan kepada
pembeli utk pembelian Frestea yg memberikan hadiah.
2. Hukuman (Punishment)
Hukuman merupakan hal yg tidak menyenangkan apabila konsumen
melakukan
suatu
perbuatan,
misalnya
denda
tilang
karena
melakukan
pelanggaran lalu lintas, atau karena membuang sampah secara sembarangan,
‘13
8
Perilaku Konsumen
Martina Shalaty Putri, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
maka akibatnya akan banjir atau penebangan pohon yg akan mengakibatkan
banjir serta pembuangan sampah plastik yg mengganggu kelancaran aliran air &
tidak dapat didegradasi oleh mikroorganisme sehingga mengakibatkan banjir.
3. Shaping
Shaping adalah sebuah konsep agar konsumen diarahkan utk melakukan
suatu perilaku yg diharapkan produsen yaitu mendatangi tokonya & membeli
barang dagangannya. Contohnya: Sebuah pusat perbelanjaan memberikan
promosi diskon hingga 70% pada barang yg akan dijual sehingga menarik
konsumen utk datang. Selain datang, konsumen juga diharapkan utk membeli
barang lain.
Operant conditioning yg dikemukakan oleh Blythe tidak mengharuskan
membeli produk, pemasar akan sering membagikan contoh produk secara gratis
& diharapkan konsumen mendapatkan pengaruh positif dari produk tersebut
sehingga konsumen memutuskan akan membeli. Selain itu, dealer mobil yg
menawarkan uji coba mengendarai mobil bahkan dapat mengendarai mobil dgn
jarak jauh & pelanggan diperbolehkan meminjam mobil utk 24 jam atau lebih
untuk mendapat penguatan akan jasa tersebut.
Blythe menyatakan bahwa Operant conditioning membantu kita dalam
menjelaskan bagaimana seseorang yg memiliki kebiasaan dalam membeli
(perilaku yg digunakannya). Akan tetapi, hal ini hanya menjelaskan bagaimana
kita belajar mengoperasikan bila seseorang menjadi giat dalam mencari informasi.
Utk lebih mengerti aspek-aspek ini, kita perlu melihat teori proses belajar. Tidak
semua proses belajar langsung menerima stimulus. Seseorang menganalisis
situasi pembelian dgn mempertimbangkan pengalaman sebelumnya & membuat
evaluasinya. Proses belajar dalam hal ini, baik dalam syarat-syarat memberi tahu
proses sebagai hasil dari pengalaman sebelumnya maupun dalam kaitannya dgn
konsumen bertujuan utk mengetahui lebih banyak tentang kategori produk atau
merek.
3) Proses Belajar Vicarious Learning (Observational atau Social Learning)
Pada classical conditioning, perilaku konsumen sangat ditentukan oleh
kemampuannya menyimpulkan berbagai stimulus yg mirip atau berbeda sehingga
mempengaruhi perilakunya, sedangkan pada operant (instrumental conditioning),
perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh penguatan yg diterima akibat perilaku
sebelumnya. Model ketiga dari proses belajar behavioral disebut sebagai observational
‘13
9
Perilaku Konsumen
Martina Shalaty Putri, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
(vicarious) learning. Observational learning adalah proses belajar yg dilakukan
konsumen ketika ia mengamati tindakan & perilaku orang lain & konsekuensi dari
perilaku tersebut. Konsumen meniru perilaku dari orang lain tersebut, sehingga dikenal
sebagai modeling. Konsumen mempelajari perilaku dgn mengamati perilaku orang lain
& konsekuensi dari perilaku tersebut.
Seseorang cenderung meniru perilaku orang lain ketika perilaku itu akan
memberikan dampak positif & akan menghindari meniru perilaku orang lain jika hal
tersebut akan membawa dampak negatif kepada dirinya. Konsumen memiliki alasan yg
beragam mengapa ia meniru perilaku orang lain. Orang lain tersebut mungkin dianggap
sebagai model, dikagumi karena memiliki kecantikan & kepandaian, memiliki kelas
sosial yg tinggi, dsb.
Aplikasi
Pemasaran
pembelajaran
konsumen.
Hadiah
meningkatkan
kemungkinan bahwa perilaku akan diulang. Konsumen harus menerima terus-menerus
hadiah produk yg memenuhi kebutuhan mereka jika mereka terus membeli produk.
Pengulangan. Pengulangan meningkatkan pembelajaran dalam 2 cara.
Pertama, membantu konsumen mengasosiasikan stimulus. Kedua, memperkuat
hubungan antara informasi baru yg terkait dalam memori jangka panjang.
Stimulus generalisasi & diskriminasi pemasar menggunakan generalisasi
stimulus ketika mereka ingin memberikan informasi tentang ekstensi lini produk. Dgn
demikian, pemasar menggunakan merek yg sama atau kemasan seluruh produk utk
memanfaatkan asosiasi positif dgn produk yg sudah ada.
Pengalaman. Sebuah pemahaman mendasar dari teori-teori belajar adalah
bahwa konsumen belajar dari pengalaman mereka dgn produk. Pemasaran
menerapkan wawasan ini ketika mereka membagikan sampel gratis.
Simbol. Tanda simbol memfasilitasi pembelajaran konsumen melalui proses
asosiasi. Pemasar telah lama digunakan logo perusahaan utk meningkatkan pengakuan
konsumen-Texaco bintang merah, banteng Merrill Lynch, & tangan menangkup Allstate
adalah familier banyak konsumen. (Wells & Prensky).
Daftar Pustaka
Ujang Sumarwan. 2011 . Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam pemasaran.
Jakarta: Penerbit PT Ghalia Indonesia
Prasetijo Tistiyanti, John JOI Ihalauw. 2006. Perilaku Konsumen. Jakarta: Andi Publisher.
‘13
10
Perilaku Konsumen
Martina Shalaty Putri, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download