BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Velocity of Money 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Velocity of Money
2.1.1 Pengertian Velocity of Money
Dalam beberapa buku, velocity of money atau sering dilambangkan dengan
huruf V, sering diartikan sebagai perputaran uang, ada juga yang mendefinisikan
sebagai percepatan uang, atau ada juga yang mengartikan percepatan perputaran
uang.
Menurut Drs. M. Manullang (1977) dalam bukunya yang berjudul
“Pengantar Teori Ekonomi Moneter”, yang dimaksud dengan V adalah kecepatan
rata-rata tiap rupiah dalam sesuatu jangka waktu tertentu, jadi menyatakan berapa
kali tiap-tiap rupiah dalam sesuatu jangka waktu tertentu berpindah dari tangan
yang satu ke tangan yang lainnya. Dalam bukunya juga dinyatakan bahwa
perobahan jumlah uang (M) member arah pengaruh yang sama dengan perobahan
cepatnya peredaran uang (V) terhadap nilai uang dan harga barang. Bertambah
cepatnya peredaran uang berarti berkurangnya permintaan terhadap uang,
sebaliknya semakin lambatnya peredaran uang berarti naiknya permintaan
terhadap uang.
Velocity of money (percepatan perputaran uang) adalah rata-rata jumlah
berapa kali per tahun (perputaran) dari satu unit mata uang digunakan untuk
membeli total barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian. (Miskhin,
2008).
Sedangkan dalam bukunya yang berjudul “Makroekonomi”, Mankiw
(2006), mendefinisikan velocity of money dalam dua jenis, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a.
Perputaran uang transaksi (transactions velocity of money), yang
diartikan sebagai berapa kali uang berpindah tangan dalam periode
waktu tertentu dan mengukur tingkat dimana uang bersikulasi dalam
perekonomian.
b.
Perputaran pendapatan uang (income velocity of money), yang
menyatakan bahwa berapa kali uang masuk ke dalam pendapatan
seseorang dalam periode waktu tertentu.
Dalam kamus Bank Indonesia, velocity of money (kecepatan perputaran
uang) didefinisikan sebagai besarnya kecepatan perputaran uang dalam
perekonomian;
merupakan
cara
untuk
mengukur
pendapatan
nasional
dibandingkan dengan perilaku pembelian dengan menggambarkan hubungan
antara uang, pembelian barang, dan jasa; hal tersebut biasanya dinyatakan dalam
bentuk perbandingan antara pendapatan nasional bruto terhadap uang yang tesedia
untuk pembelian (persediaan uang).
2.1.2 Teori Kuantitas Uang
2.1.2.1 Persamaan Kuantitas
Salah satu tujuan seseorang memegang uang adalah untuk membeli jasa atau
barang atau bisa disebut bertransaksi. Dalam bukunya Mankiw(2006) berpendapat
bahwa semakin banyak uang yang dibutuhkan untuk bertransaksi, semakin banyak
uang yang akan dipegang. Jadi, kuantitas uang dalam suatu perekonomian sangat
erat kaitannya dengan jumlah uang yang digunakan dalam bertransaksi.
Hubungan antara uang dan transaksi ditunjukkan dalam persamaan berikut:
Uang x Perputaran = Harga x Transaksi
M
x
V
=
P
x
T
Universitas Sumatera Utara
Persamaan disebut juga Persamaan Kuantitas.
Sisi kanan dari persamaan identitas tersebut mencerminkan transaksi yang
terjadi di dalam suatu perekonomian, dimana P adalah harga rata-rata (average
price) dan T adalah jumlah transaksi yang terjadi di dalam perekonomian selama
periode tertentu.
Sisi kiri dari persamaan di atas mencerminkan jumlah uang yang digunakan
untuk melakukan transaksi yang dilakukan di dalam suatu perekonomian selama
periode tertentu. M adalah kuntitas uang, sedangkan V adalah perputan uang
transaksi (transaction velocity of money) untuk mengukur tingkat dimana uang
bersikulasi dalam perekonomian.
Persamaan kuantitas adalah sebuah identitas: definisi dari empat variable
membuatnya benar. Persamaan ini berguna karena menunjukan bahwa jika satu
dari variabel-variabel itu berubah, satu atau lebih variable juga harus berubah
untuk menjaga persamaan (Mankiw,2006).
Akan tetapi persamaan diatas mempunyai permasalahan, yaitu bahwa
transaksi sulit untuk diukur. Maka Mankiew berpendapat bahwa untuk
memecahkan permasalahan ini, jumlah transaksi T diganti menjadi menjadi output
total dari perekonomian Y.
Transaksi dan output berkaitan dikarenakan semakin banyak perekonomian
berproduksi maka semakin banyak pula barang/jasa dibeli atau dijual, namun
keduanya tidaklah sama. Maka persamaanya menjadi :
Uang x Perputaran = Harga x Output
M
x
V
=
P
x
Y
Universitas Sumatera Utara
Karena Y juga merupakan pendapatan total, maka V dalam persamaan
kuntitas versi ini menjadi perputaran pendapatan uang (income velocity of money).
Perputaran pendapatan uang menyatakan berapa kali uang masuk ke dalam
pendapatan seseorang dalam periode waktu tertentu.
2.1.2.2 Fungsi Permintaan Uang
Fungsi permintaan uang adalah persamaan yang menunjukkan apa yang
menentukan kuantitas keseimbangan uang riil yang ingin ditahan orang.
Sedangkan keseimbangan uang riil M/P (Real Money Balances) merupakan salah
satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur (menganalisa) peranan
uang di dalam perekonomian atau untuk mengukur daya beli uang di dalam
perekonomian. Fungsi permintaan uang sederhana adalah
(M/P)d = kY,
Diman k adalah konstanta yang menyatakan berapa banyak uang yang ingin
ditahan orang untuk setiap pendapatannya.
Fungsi permintaan uang ini menawarkan cara lain untuk memandang
persamaan kuantitas. Untuk melihat hal ini, tambahkan kondisi yang
menyebabkan keseimbangan uang riil (M/P)d
harus sama dengan jumlah
beredarnya M/P ke dalam fungsi permintaan uang. Karena itu,
M/P = kY
Lalu persamaan diubah menjadi,
M(1/k) = PY
Atau dapat juga ditulis menjadi,
MV = PY
Universitas Sumatera Utara
dimana V=1/k. Persamaan ini menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara
permintaan
terhadap
uang/fungsi
permintaan
uang
terhadap
perputaran
uang(velocity of money). Ketika banyak orang ingin menahan banyak uang dari
pendapatannya (k semakin besar), uang tidak sering berpindah tangan (V semakin
kecil). Sebaliknya, ketika orang ingin sedikit menahan/memegang uang dari
pendapatannya (k semakin kecil), maka uang akan sering berpindah tangan (V
semakin besar).
2.1.4 Teori Velocity of Money
Ada perbedaan pendapat mengenai velocity of money antara kaum klasik
dan antara kaum Keynesian, yaitu:
2.1.3.1 Teori Kaum Monetarists/Klasik
Kelompok ini diwakilkan oleh Irving Fisher, ekonom yang berasal Amerika.
Irving Fisher membahas keterkaitan antara jumlah uang beredar M dan total
pengeluaran dari barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian P x
Y, dimana P adalah tingkat harga dan Y adalah output agregat (pendapatan).
Konsep yang memfasilitasi keterkaitan antara M dan P x Y disebut sebagai
percepatan uang atau Velocity of Money. Percepatan uang (velocity of money)
dinyatakan secara lebih jelas sebagai pendapatan nominal (P x Y) dibagi dengan
jumlah uang (M):
𝑉=
PxY
M
Dengan mengalikan kedua sisi persamaan dengan M, kita mendapatkan
persamaan pertukaran (equation of change), yang menghubungkan pendapatan
nominal(PxY) dengan jumlah uang (M) dan percepatan (V) :
MxV=PxY
Universitas Sumatera Utara
Persamaan pertukaran menyatakan bahwa jumlah uang dikalikan dengan
jumlah berapa kali uang ini deigunakan dalam satu tahun tertentu harus sama
dengan pendapatan nominal.
Irving Fisher beralasan bahwa percepatan ditentukan oleh intitusi di dalam
perekomian yang memengaruhi cara individu di dalam perekonomian yang
memengaruhi cara individu melakukan transaksi. Kalau masyarakat menggunakan
kartu debit dan kartu kredit untuk melakukan transaksinya, maka penggunaan
uang menjadi berkurang ketika melakukan pembelian, maka semakin sedikit uang
yang dibutuhkan untuk melakukan transaksi yang dihasilkan oleh pendapatan
nominal dan percepatan akan naik.
Sebaliknya, kalau dalam pembelian lebih mudah menggunakan uang tunai
atau cek, maka lebih banyak uang yang digunakan untuk melakukan transaksi
yang dihasilkan oleh jumlah pendapatan nominal yang sama, dan percepatan akan
turun. Fisher berpendapat bahwa bentuk institusi dan teknologi dari suatu
perekonomian hanya akan memengaruhi percepatan secara lambat sepanjang
waktu, sehingga percepatan biasanya konstan dalam jangka pendek.
2.1.3.3 Teori Kaum Keynesian
John M. Keynes mengabaikan pandangan kaum klasik mengenai percepatan
adalah konstan dan mengembangkan teori permintaan uang yang dia sebut sebagai
teori preferensi likuiditas. Dalam teori tersebut Keynes merumuskan ada tiga
motif di balik permintaan akan uang ; motif transaksi, motif berjaga-jaga dan
motif spekulasi.
Universitas Sumatera Utara
Keynes juga menuliskan persamaan permintaan akan uang yang dikenal
senagai fungsi preferensi likuiditas, yang menyatakan bahwa permintaan akan
saldo uang riil Md/P adalah fungsi dari i dan Y :
𝑀𝑑
= 𝑓 (𝑖, 𝑌)
𝑃
Dengan menurunkan fungsi preferensi likuiditas untuk percepatan PY/M,
dapat
dilihat
bahwa
teori
Keynes
mengenai
permintaan
akan
uang
mengimplikasikan bahwa percepatan tidaklah konstan, tetapi berfluktuasi dengan
pergerakan suku bunga (Mishkin, 2008). Persamaan preferensi likuiditas dapat
juga dituliskan sebagai :
𝑃
1
=
𝑀𝑑 𝑓(𝑖, 𝑌)
Dengan juga mengalikan kedua sisi persamaan dengan Y dan mengganti
Md dengan M karena keduanya sama pada saat keseimbangan pasar uang, dan
diperoleh persamaan untuk percepatan sebagai berikut :
𝑉=
𝑃𝑌
𝑌
=
𝑀
𝑓(𝑖, 𝑌)
Teori preferensi likuiditas menunjukkan bahwa kenaikan suku bunga akan
menyebabkan percepatan juga akan naik.
Model permintaan uang Keynes mempunyai implikasi penting bahwa
percepatan tidaklah konstan, tetapi berhubungan positif dengan suku bunga, yang
berfluktuasi secara signifikan. Teori Keynes juga menolak bahwa percepatan
adalah konstan, karena perubahan perkiraan masyarakat mengenai tingkat suku
bunga normal akan menyebabkan pergeseran dalam permintaan akan uang yang
juga dapat menyebabkan pergeseran percepatan (Mishkin, 2008).
Universitas Sumatera Utara
2.2
Uang
2.2.1 Pengertian Uang
Beberapa tokoh atau penulis ekonomi pada masa lampau mendefinisikan
uang sebagai alat pembayar atau penukar. Dalam bukunya, Drs. M. Manullang
(1977) menjabarkan definisi uang dari beberapa tokoh, antara lain:
a. Robertson : “Money is something which is widely accepted in payments
for goods”; yang artinya, “Uang adalah segala sesuatu yang umum
diterima dalam pembayaran barang-barang.
b. A. C. Pigou : “money are those things that are widely used as a media
for exchange”; yang artinya : “uang adalah segala sesuatu yang umum
dipergunakan sebagai alat penukar.
c. R. S. Sayers : “money is something that is widely accepted for the
settlements of debts”; yang artinya “uang adalah segala sesuatu yang
umum diterima sebagai pembayar utang.
d. Rollin G. Thomas : “money is something that is good, services, and
other valuaber assets, and for the payment of debts”; yang artinya : “
uang adalah segala sesuatu yang siap sedia dan pada umumnya diterima
umum dalam pembayaran pembelian barang-barang, jasa-jasa dan untuk
pembayar hutang.
Dan akhirnya Drs. M. Manullang memberi definisi uang sebagai berikut:
“uang adalah segala sesuatu yang umum diterima sebagai alat penukar dan
sebagai alat pengukur nilai, yang pada waktu bersamaan bertindak sebagai alat
penimbun kekayaan”.
Universitas Sumatera Utara
Dari definisi ini, beliau mengatakan bahwa segala sesuatu yang sudah
memenuhi definisi ini sudah dianggap uang, baik itu terbuat dari logam, kertas
atau benda lainnya yang sudah diterima oleh masyarakat sebagai alat penukar,
pengukur nilai dan sebagai alat penimbun kekayaan.
Seiring
perkembangan
uang
yang
semakin
pesat,
definisi
uang
mempengaruhi jenis-jenis uang apa saja yang masuk dalam definisi tersebut (Sri
Mulyani, 1988).
Miskhin (2008) mengungkapkan bahwa ekonom mendefinisikan uang
sebagai sesuatu yang sacara umum diterima dalam pembayaran barang dan jasa
atau pembayaran atas utang. Tetapi definisi ini masih sangat sederhana.
Diperlukan definisi yang lebih kompleks dan lebih luas. Sedangkan menurut
Mankiw (2006), uang adalah persediaan asset yang dapat dengan segera
digunakan untuk melakukan transaksi.
2.2.2 Uang Beredar
Menurut Mankiw (2006), pengertian jumlah uang beredar (JUB) secara
sederhana ialah jumlah uang yang tersedia. Dalam perekonomian yang
menggunakan uang komoditas, jumlah uang beredar adalah jumlah dari komoditas
itu. Dalam perekonomian yang menggunakan uang atas-unjuk, seperti sebagain
perekonomian dewasa ini, pemerintah mengendalikan jumlah uang beredar:
peraturan resmi memberi pemerintah hak untuk memonopoli pencetakan uang.
Kontrol atas jumlah uang beredar disebut kebijakan moneter. Di Indonesia,
kebijakan moneter didelegasikan kepada Bank Indonesia sebagai bank sentral di
Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Para ekonom klasik (tapi tidak semua) condong untuk mengartikan uang
beredar sebagai currency, karena uang inilah yang benar-benar merupakan daya
beli yang langsung bisa digunakan (dibelanjakan) dan oleh karena itu langsung
mempengaruhi harga-harga barang. Yang termasuk dalam pengertian currency
sebagai uang beredar bahkan tidak semua uang kertas dan uang logam, tetapi
hanya uang kertas dan uang logam yang ada di tangan masyarakat umum (di luar
bank dan kas negara). Alasannya adalah bahwa hanya uang tunai yang dipegang
masyarakat umumlah yang biasanya langsung dibelanjakan barang dan jasa,
sedangkan uang tunai di lemari besi bank maupun di kantor-kantor kas negara
tidak terkait langsung dengan “pasar barang”.
Pengertian uang beredar sebagai uang kartal tersebut sudah semakin
ditinggalkan dengan semakin berkembangnya peranan bank dalam perekonomian.
Sekarang sudah banyak dari masyarakat umum yang menyimpan uang tunainya di
bank-bank, demi keselamatan atau untuk kemudahan-kemudahan lain, dalam
bentuk rekening koran atau rekening giro. Bagi si pemilik rekening koran/giro
tersebut, sebenarnya tidak ada bedanya antara uang kertas yang ia pegang dan
uang yang ia simpan di bank berupa saldo rekening koran/giro, karena sewaktuwaktu ia bisa mengambil kembali uang tersebut untuk dibelanjakan barang dan
jasa yang dibutuhkannya hanya dengan menulis cek. Di negara-negara maju
sebagian besar dari pembelian barang dan jasa dibayar dengan cek. Oleh sebab
itu, saldo rekening koran/giro mempunyai status yang sama dengan currency dan
haruslah dimasukkan dalam pengertian “uang beredar”. Saldo rekening koran/giro
yang dimiliki oleh masyarakat disebut uang giral atau demand deposits. Sedang
uang beredar yang didefinisikan sebagai uang kartal plus uang giral (atau currency
Universitas Sumatera Utara
plus demand deposits) disebut uang dalam arti sempit atau narrow money, dan
untuk ini biasanya digunakan simbol M1.
M1 = currency (uang kartal) + Demand deposit (uang giral)
Seperti halnya dengan definisi uang beredar dalam arti yang paling sempit
yaitu currency, maka uang giral hanya mencakup saldo rekening koran/giro milik
masyarakat umum yang disimpan di bank. Sedangkan saldo rekening koran milik
bank pada bank lain atau pada bank sentral ataupun saldo rekening koran milik
pemerintah pada bank atau bank sentral tidak dimasukkan dalam definisi demand
deposits.
Di beberapa Negara, cek bagi para pelancong, yang disebut traveller’s
checks, yang dipegang oleh masyarakat dimasukkan ke dalam definisi M1. Di
berbagai negara maju, dan mulai kelihatan pula di kota-kota besar di Indonesia,
sekarang sudah dipakai apa yang disebut kartu kredit atau credit cards. Kartu
kredit ini secara prinsip seharusnya juga termasuk dalam M1. Dalam praktek
jumlahnya masih kecil dan disamping itu masih sulit untuk memonitor
perkembangan plafond kartu kredit.
Pengertian M1 bahwa uang beredar adalah daya beli yang langsung bisa
digunakan untuk pembayaran bisa diperluas dan mencakup alat-alat pembayaran
yang mendekati uang, misalnya deposito berjangka (time deposits) dan simpanan
tabungan (savings deposits) pada bank-bank. Uang yang disimpan dalam bentuk
deposito berjangka dan tabungan ini sebenarnya adalah juga daya beli potensial
bagi pemiliknya, meskipun tidak semudah uang tunai atau cek untuk
menggunakannya. Sekarang, kebanyakan ekonom berpendapat bahwa selain M1,
harus pula diamati perkembangan M2, yang diartikan sebagai M1 plus deposito
Universitas Sumatera Utara
berjangka dan saldo tabungan milik masyarakat pada bank-bank, karena
perkembangan M2 ini juga bisa mempengaruhi perkembangan harga, produksi
dan keadaan ekonomi pada umumnya.
M2 = M1 + Time Deposit + Savings Deposits
Masyarakat menempatkan uangnya dalam time deposits atau saving
deposits karena simpanan ini memberikan bunga. M2 juga disebut uang beredar
dalam arti luas atau broad money.
Sebenarnya ada beberapa variasi mengenai definisi M2 ini. Di beberapa
negara, seperti Amerika Serikat, hanya time deposits yang kecil saja yang
dimasukkan dalam M2, sedang yang besar tidak (time deposits yang kecil adalah
yang besarnya kurang dari $100.000). Definisi M2 yang berlaku umum untuk
semua negara tidak ada, karena hal-hal khas masing-masing negara perlu
dipertimbangkan. Di Indonesia, M2 biasanya mencakup semua tipe deposits dan
saving deposit Rupiah pada bank-bank (tidak tergantung besar kecilnya
simpanan), tetapi tidak mencakup time deposits dan saving deposits mata uang
asing (Dolar).
Definisi uang beredar yang lebih luas lagi adalah M3, yang mencakup
semua tipe deposits dan saving deposits, besar-kecil, Rupiah atau dollar milik
penduduk pada bank atau lembaga keuangan non-bank. Seluruh time deposits dan
saving deposits ini disebut uang kuasi atau quasi money.
M3 = M1 + quasi money
Di negara yang menganut sistem devisa bebas (artinya setiap orang boleh
memiliki dan memperjualbelikkan devisa secara bebas), seperti di Indonesia,
Universitas Sumatera Utara
memang sedikit sekali perbedaan antara time deposits dan saving deposits dalam
Rupiah dan dalam dolar.
2.2.3 Fungsi Uang
Ada 4 fungsi uang pada umumnya :
a) Uang sebagai alat tukar
Fungsi uang sebagai alat tukar memudahkan masyarakat untuk
melaksanakan transaksi. Fungsi ini menghilangkan perlunya ada kesamaan
keinginan dalam transaksi barter. Unsur kepercayaan sangatlah penting
karena melandasi pemilihan “barang” apa yang bisa digunakan sebagai
uang.
b) Uang sebagai alat penyimpan nilai/daya beli
Fungsi ini terkait usaha manusia dalam mengumpulkan kekayaan.
Pemegangan uang merupakan salah satu cara untuk menyimpan kekayaan.
Syarat utama untuk ini adalah bahwa uang harus bisa menyimpan daya
beli atau nilai. Karena pada saat inflasi tinggi, nilai merosot cepat, maka
orang pun enggan memegang uang.
c) Uang sebagai standar/satuan nilai
Fungsi ini ,memungkinkan seluruh barang/jasa dinilai dengan satuan uang.
Dengan demikian masyarakat tidak perlu lagi menghafal sampai ribuan
nilai tukar yang dilakukan pada masa perekonomian barter. Fungsi ini
tidak dapat dipisahkan dari fungsi sebagai alat tukar, tetapi hanya dapat
dibedakan.
Universitas Sumatera Utara
d) Uang sebagai standar pembayaran di masa mendatang
Fungsi ini terkait dengan pinjam-meminjam atau transaksi kredit. Dalam
hubungan ini, uang merupakan salah satu cara menghitung pembayaran
masa depan.
2.2.4 Jenis-jenis Uang
Jenis-jenis uang dibagi dalam berdasarkan nilai, bahan, kawasan, dan
lembaga penerbit.
2.2.4.1 Jenis uang berdasarkan Nilai
a. Uang bernilai penuh (full bodied money), merupakan uang yang nilai
intrinsiknya sama dengan nilai nominalnya, misalnya uang logam.
b. Uang Tidak Bernilai Penuh (representative full bodied money), merupakan
uang yang nilai intrinsiknya lebih kecil dari nominalnya, seperti uang
kertas. Uang jenis ini sering disebut uang bertanda atau token money.
2.2.4.2 Jenis Uang Berdasarkan Bahan
a. Uang Logam, merupakan uang dalam bentuk koin yang terbuat dari
logam, misalnya aluminium, emas, perak, perunggu, dan bahan lainnya.
b. Uang Kertas, merupakan uang yang terbuat dari kertas, plastik, atau bahan
lainnya. Uang jenis ini biasanya bernominal tinggi, dan berkualitas tinggi
sehingga tidak mudah robek dan luntur.
2.2.4.3 Jenis Uang Berdasarkan Kawasan
a. Uang Lokal, berlaku di suatu Negara tertentu, seperti Rupiah di Indonesia
atau Ringgit di Malaysia.
b. Uang Regional, berlaku di kawasan tertentu yang lebih luas dari uang
lokal, misalnya uang Euro yang berlaku di benua Eropa.
Universitas Sumatera Utara
c. Uang Internasional, merupakan uang yang berlaku antarnegara dan
menjadi standard pembayaran internasional, seperti US dollar.
2.2.4.4 Jenis Uang Berdasarkan Lembaga Penerbit
a. Uang Kartal, merupakan uang yang diterbitkan oleh Bank Sentral, baik
uang logam maupun uang kertas.
b. Uang Giral, merupakan uang yang diterbitkan oleh Bank Umum, seperti
cek, bilyet giro, traveler’s check, atau credit card.
2.2.5 Motif Memegang Uang
Menurut Keynes, ada 3 motif mengapa orang memegang uang, antara lain:
a. Motif Transaksi, yaitu kebutuhan uang untuk meningkatkan transaksi dan
memenuhi kebutuhan hidup artinya semakin tinggi tingkat transaksi maka
semakin tinggi kebutuhan masyarakat akan uang.
b. Motif Berjaga-jaga, yaitu mengantisipasi keadaan masa depan yang penuh
ketidakpastian (uncertainty), maka perlu mempersiapkan dengan sejumlah uang
untuk berjaga-jaga seandainya menghadapi masalah seperti sakit, meninggal,
kecelakaan, bencana alam dan sebagainya.
c. Motif Spekulasi, yaitu mengambil pilihan bentuk kekayaan yang memberikan
keuntungan baik secara finansial maupun sosial.
2.2.6 Evolusi Sistem Pembayaran
Fungsi dan bentuk uang mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal ini
dapat kita lihat melalui evolusi sistem pembayaran (payments system). Dalam
bukunya, Miskhin berpendapat bahwa evolusi sistem pembayaran yang dimaksud
ialah cara bagaimana transaksi dilakukan dalam perekonomian. Sistem
pembayaran telah berubah sepanjang waktu, demikian pula dengan bentuk uang.
Universitas Sumatera Utara
Pada awalnya, emas digunakan sebagai alat pembayaran utama kemudian
asset kertas seperti cek dan uang kertas mulai digunakan untuk sistem pembayaran
dan dianggap sebagai uang. Miskhin juga berpendapat bahwa sistem pembayaran
berujung pada memiliki makna penting terhadap bagaimana uang akan
didefinisikan di masa mendatang.
Diawali dari uang komoditas (commodity money), dimana uang terbuat dari
logam berharga atau komoditas berharga lainnya; misal, emas atau perak. Dari
zaman dahulu uang komoditas dijadikan sebagai alat pembayaran utama di
kalangan masyarakat kecuali masyarakat yang primitif. Tentu terdapat kelemahan
atau permasalahan yang muncul dari uang komoditas ini. Selain berat, uang
komoditi juga sulit untuk dibawa dalam jumlah besar. Terlebih kalau terjadi
transaksi yang mempunyai nilai besar.
Kemudian muncullah uang berbentuk kertas yang dinamakan uang fiat (fiat
money). Uang fiat berarti uang kertas yang dikeluarkan oleh pemerintah sebagai
alat pembayaran yang sah tetapi tidak dapat dikonversikan ke dalam bentuk koin
atau logam berharga. Kelebihan dari uang koin adalah bentuknya yang lebig
ringan. Tetapi uang kertas dapat diterima sebagai alat pembayaran jika ada
kredibilitas dari otoritas yang menerbitkan uang kertas tersebut. Sama seperti uang
koin, kelemahan dari uang kertas adalah mudah dicuri dan cukup mahal untuk
dibawa dalam jumlah besar.
Maka untuk mengatasi permasalahan dari kelemahan-kelemahan alat
pembayaran sebelumnya, muncullah cek, yaitu suatu tahapan baru dalam evolusi
sistem pembayaran. Cek juga merupakan suatu hasil dari perkembangan
perbankan modern.
Universitas Sumatera Utara
Pengertian cek sendiri adalah suatu instruksi dari pihak pertama ke Bank
pihak pertama untuk mengirimkan uang dari rekening pihak pertama ke rekening
pihak kedua ketika pihak kedua tersebut menyetorkan cek yang diterimanya. Cek
menutupi kelemahan uang logam dan uang kertas, yaitu mahalnya jika dibawa
dalam jumlah besar. Bentuk cek hanya sehelai kertas yang dapat memungkinkan
terjadinya transaksi dalam jumlah besar tanpa harus membawa sejumlah besar
mata uang. Penemuan cek adalah suatu inovasi yang dapat meningkatkan efisiensi
sistem pembayaran. Keuntungan lain dari cek adalah dapat mengurangi kerugian
seandainya cek tersebut dicuri, dan karena cek memberikan bukti pembelian
dengan nyaman.
Tetapi
terdapat
juga
permasalahan/kelemahan
dari
cek.
Pertama,
dibutuhkannya waktu untuk memberikan cek dari pihak pertama ke pihak kedua
jika mereka berada di tempat yang berbeda, terlebih dengan kondisi membutuhkan
pembayaran dengan cepat. Kedua, tingginya biaya administrasi dalam proses
pencairan cek.
Tahapan evolusi sistem pembayaran berikutnya adalah pada zaman
teknologi yang sudah mulai maju dan berkembang, yaitu pada saat ini. Meluasnya
penggunaan internet dan juga semakin murahnya computer memunculkan
pembayaran secara elektronik. Apalagi biayanya tidaklah terlalu mahal dan sangat
efisien. Beberapa bentuk dari pembayaran secara elektronik adalah E-Banking dan
E-money. E-banking memudahkan nasabah dalam bertransaksi. Tidak perlu
ngantri di kantor cabang, tidak perlu biaya prangko untuk mengirim cek. Nasabah
hanya tinggal membuka computer dan meng-klik saja, maka transaksi sudah
Universitas Sumatera Utara
selesai. Terlebih sekarang muncul yang disebut dengan SmartPhone, jadi bisa
melakukan transaksi dimana saja dan kapan saja.
Bentuk kedua dari pembayaran secara elektronik ialah e-money (uang
elektronik). Uang elektronik akan menggantikan posisi dari uang tunai dari sistim
pembayaran. Bentuk dari e-money adalah kartu yang terdapat chips di dalamnya.
Uang elektronik memudahkan masyarakat untuk berbelanja tanpa harus membawa
uang tunai dalam jumlah besar. Hanya tinggal membawa kartu, menggesek maka
transaksi selesai. Tidak perlu ada kembalian, karena jumlah pembelian langsung
dipotong dari saldo yang ada di kartu. Tetapi terdapat kelemahan dari alat
pembayaran e-money yang berakibat uang tunai masih dipakai di masyarakat,
yaitu pertimbangan pribadi masyarakat akan keamanan, baik keamanan dari uang
yang didalamnya maupun data atau informasi dari nasabah. Karena sekarang ini
sudah banyak kejahatan berbasis teknologi yang disebut cyber crime.
2.3
Electronik Money
2.3.1 Pengertian Elektronik Money
Menurut pengertian yang dikeluarkan Bank for International Settlement
(BIS) dalam suatu Kajian E-money oleh Siti Hidayati dkk(2006),
“stored-value or prepaid products in which a record of the funds or value
available to a consumer is stored on an electronic device in the consumer’s
possession”
(produk stored-value atau prepaid dimana sejumlah nilai uang disimpan dalam
suatu media elektronis yang dimiliki seseorang).
Menurut Peraturan Bank Indonesia NOMOR: 11/12/PBI/2009, Elektronik
Money adalah alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh
pemegang kepada penerbit;
b. nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server
atau chip;
c. digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan
merupakan penerbit uang elektronik tersebut; dan
d. nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh
penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.
2.3.2 Ketentuan lain E-money
Beberapa ketentuan-ketentuan lain dari e-money yang terdapat di Peraturan
Bank
Indonesia
(PBI)
NOMOR:
11/12/PBI/2009
TENTANG
UANG
ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY)
a. Nilai Uang Elektronik adalah nilai uang yang disimpan secara elektronik
pada suatu media yang dapat dipindahkan untuk kepentingan transaksi
pembayaran dan/atau transfer dana.
b. Prinsipal adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang bertanggung jawab
atas pengelolaan sistem dan/atau jaringan antar anggotanya, baik yang
berperan sebagai penerbit dan/atau acquirer, dalam transaksi Uang
Elektronik yang kerjasama dengan anggotanya didasarkan atas suatu
perjanjian tertulis.
c. Penerbit adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang menerbitkan Uang
Elektronik.
Universitas Sumatera Utara
d. Acquirer adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang melakukan kerja
sama dengan pedagang, yang dapat memproses data Uang Elektronik yang
diterbitkan oleh pihak lain.
e. Pemegang adalah pihak yang menggunakan Uang Elektronik.
f. Pedagang (merchant) adalah penjual barang dan/atau jasa yang menerima
transaksi pembayaran dari Pemegang.
g. Pengisian Ulang adalah penambahan Nilai Uang Elektronik pada Uang
Elektronik.
h. Dana Float adalah seluruh Nilai Uang Elektronik yang diterima Penerbit
atas hasil penerbitan Uang Elektronik dan/atau Pengisian Ulang yang
masih merupakan kewajiban Penerbit kepada Pemegang dan Pedagang.
i. Tarik Tunai adalah fasilitas penarikan tunai atas Nilai Uang Elektronik
yang dapat dilakukan setiap saat oleh Pemegang.
j. Penyelenggara Kliring adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang
melakukan perhitungan hak dan kewajiban keuangan masing-masing
Penerbit dan/atau Acquirer dalam rangka transaksi Uang Elektronik.
k. Penyelenggara Penyelesaian Akhir adalah Bank atau Lembaga Selain
Bank yang melakukan dan bertanggungjawab terhadap penyelesaian akhir
atas hak dan kewajiban keuangan masing-masing Penerbit dan/atau
Acquirer dalam rangka transaksi Uang Elektronik berdasarkan hasil
perhitungan dari Penyelenggara Kliring.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Kelebihan dan kelemahan E-money
Beberapa kelebihan dari Uang Elektronik(e-money)
a.
Cepat dan nyaman. Dibandingkan dengan uang tunai, tentu e-money lebih
cepat dan lebih nyaman khususnya untuk transaksi yang bernilai kecil.
Nasabah tidak perlu lagi membawa uang pas dan menyimpan kembalian.
b.
Proses transaksi lebih singkat daripada menggunakan kartu kredit ataupun
kartu debit karena prosesnya tidak memerlukan otorisasi on-line, tanda
tangan maupun PIN. Juga menghemat biaya komunikasi karena proses offline.
c.
Pengisian ulang electronic value ke dalam kartu e-money dapat dilakukan
dalam berbagai sarana yang disediakan oleh issuer.
Sedangkan kelemahan/resiko dari e-money antara lain :
a.
Keamanan. Berkembangnya teknologi, juga dimanfaatkan oleh para
penjahat teknologi (cyber crime). Uang yang terdapat dalam kartu e-money
dapat hilang karena dicuri. Hilangnya uang elektronik tidak menjadi
tanggung jawab penerbit.
b.
Resiko kebingungan. Belum semua nasabah/pengguna memahami dengan
jelas pnggunaan uang elektronik dikarenakan rumitnya peraturan yang
mengaturnya.
2.7
Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang menggunakan variabel e-money ataupun velocity
of money telah banyak dilakukan antara lain :
1.
Tammy dan Michael Parker (2008) mengadakan penelitian tentang
elektronik banking di Finlandia dan pengaruhnya terhadap velocity of
Universitas Sumatera Utara
money. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat dampak terhadap velocity
atas kemajuan teknologi perbankan yang terjadi di Finlandia. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah bahwa terjadi penurunan terhadap kecepatan
perputaran uang (velocity of money) atas kemajuan teknologi perbankan. Ini
diakibatkan masyarakat masih nyaman dan merasa lebih efisien untuk
memegang uang tunai ataupun giro.
2.
Abednego Priyatama dan Apriansah (2010) mengadakan penelitian tentang
hubungan korelasi antara e-money dengan velocity of money. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis hubungan antaratingkat penggunaan uang
elektronik, jumlah uang beredar dan bagaimana pengaruh terhadap
perputaran uang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa rasio
penggunaan uang tunai masih lebih tinggi dari uang elektonik. Dan terjadi
peningkatan terhadap kecepatan perputaran uang akibat peningkatan
penggunaan uang elektronik.
3.
Claudio Sardoni dan Alessandro Verde (2002) dengan judul penelitiannya
THE ‘IT REVOLUTION’ AND THE MONETARY SYSTEM: ELECTRONIC
MONEY AND ITS EFFECTS ( Revolusi Teknologi Informasi dan Sistem
Moneter: Uang Elektronik dan dampaknya). Penelitian ini berfokus kepada
peran dan pengaruh uang elektronik terhadap sistem kebijakan moneter.
Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa dampak uang elektronik sebagai
bagian dari revolusi teknologi informasi menjadi ancaman serius bagi Bank
Sentral dan kebijakan moneter, maka dari itu diperlukan semacam
pembaharuan terhadap karakteristik uang elektronik. Penelitian ini juga
berpendapat bahwa penggunaan uang konvensional masih memegang peranan
yang penting dalam perekonomian.
Universitas Sumatera Utara
4.
Dr. Zeinab Mohamed El-Gawady melakukan penelitian tentang E-money
dan hubungannya dengan kebijakan palitik di Mesir dengan judul penelitian
“RELATIONSHIP BETWEEN E-MONEY AND MONETARY POLICY
IN EGYPT”. Penelitian ini bertujuan menguji bagaimana meluasnya
penggunaan uang digital dapat mempengaruhi bank sentral di berbagai
bidang seperti kebijakan moneter, pengawasan perbankan dari sistem
pembayaran, dan stabilitas sistem keuangan. Kesimpulan penelitian ini
adalah bahwa penyebaran E-money yang bergantung pada pertumbuhan dan
peningkatan kemajuan teknologi akan berdampak langsung terhadap control
kebijakan moneter bank sentral kecuali bank sentral memasukkan e-money
kedalam agregat moneter dan mengatur pertumbuhan dan penggunaanya.
2.8
Kerangka Konseptual
Secara teoritis, pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam
penelitian ini adalah :
1. Peningkatan
masyarakat.
PDB
Dan
menandakan
adanya
meningkatnya
peningkatan
pendapatan
pendapatan
di
masyarakat
mengakibatkan meningkatnya pendapatan perseorangan.
2. Meningkatnya
pendapatan
masyarakat
memancing
keingintahuan
masyarakat untuk memahami produk keuangan, misalnya: kartu kredit,
Visa, e-money, dll.
3. Bank Indonesia sebagai lembaga yang mengambil kebijakan moneter,
merespon kebutuhan masyarakat akan produk keuangan yang up to date
dengan melihat bermunculannya produk keuangan yang baru di
masyarakat. Respon ini berupa pengadaan produk keuangan yang
Universitas Sumatera Utara
disebut e-money (electronic money) atau dapat didefinisikan sebagai
uang eektronik.
4. Uang elektronik dapat digunakan untuk bertransaksi dimana para pelaku
transaksi tidak harus membawa uang tunai. Hanya menggunakan kartu
yang diberi chip dan bisa langsung digunakan. Semakain banyak
masyarakat yang menggunakan produk keuangan ini tentu berakibat
pada menurunnya peredaran uang tunai(uang kartal) di masyarakat.
5. Penurunan uang kartal (uang tunai) dan meningkatnya pendapatan
masyarakat yang dilihat lewat peningkatan PDB akan menyebabkan
velositas atau kecepatan perputaran uang semakin tinggi. Karena nilai
velositas didapat dari membagikan nilai PDB dengan jumlah uang
beredar, yang dalam penelitian ini menggunakan M1.
Universitas Sumatera Utara
Adapun gambarannya dalam bentuk bagan sebagai berikut:
Peningkatan pendapatan
masyarakat
Pemahaman masyarakat akan
produk keuangan
Variasi
produk
keuangan
Pengadaan produk keuangan
E-money
Berkurangnya jumlah uang
beredar (M1)
Meningkatnya Velocity of
money
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.6
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pemasalahan penelitian
yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah
yang ada, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:
1. Bahwa trend penggunaan uang elektronik (e-money) di Indonesia dari
tahun 2007-2012 meningkat.
2. JUB (M1) mempunyai pengaruh positif terhadap permintaan uang
elektronik di Indonesia
Universitas Sumatera Utara
3. PDB mempunyai pengaruh positif terhadap permintaan uang elektronik
di Indonesia.
4. Velocity of money mempunyai pengaruh positif terhadap uang elektronik
di Indonesia.
5. Terdapat hubungan dua (2) arah antara permintaan e-money terhadap
velocity of money.
Universitas Sumatera Utara
Download