OA - dockoc.com

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit persendian dengan kasus yang
pada umumnya dijumpai secara global. Penyakit ini dijumpai khususnya pada
orang usia lanjut atau sering disebut penyakit degeneratif. Menurut WHO
osteoartritis diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia dan mencapai 24 juta
jiwa di kawasan Asia Tenggara.1
Prevalensi osteoartritis terus meningkat mengikuti pertambahan usia
penderita. Penyakit ini paling banyak ditemukan di dunia termasuk Indonesia.
Berdasarkan temuan radiologis, pasien yang berumur lebih dari 65 tahun
memiliki persentase sekitar 70% menderita OA. Diperkirakan juga bahwa
satu sampai dua juta jiwa pasien lanjut usia di Indonesia menjadi cacat karena
OA.2
Osteoartritis merupakan penyakit kronis yang belum diketahui secara pasti
penyebabnya, akan tetapi ditandai dengan kehilangan tulang rawan sendi
secara bertingkat. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada
penderita sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari. Berat badan sering
dikaitkan sebagai faktor resiko yang memperparah osteoartritis pada pasien.
Pada sendi lutut, dampak buruk dari berat badan berlebih dapat mencapai
empat sampai lima kali lebih besar sehingga mempercepat kerusakan struktur
tulang
rawan
sendi.
Sebuah
studi
menyimpulkan
bahwa
obesitas
meningkatkan resiko terjadinya OA lutut hingga empat kali banyaknya pada
pria dan tujuh kali pada wanita. Obesitas juga dianggap sebagai salah satu
faktor yang meningkatkan intensitas nyeri yang dirasakan pasien OA.3
Berikut ini akan dibahas suatu tinjauan pustaka dan laporan kasus tentang
rehabilitasi medik pada pasien dengan osteoartritis.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana
keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai
dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya
ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada
tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan
melemahnya otot–otot yang menghubungkan sendi.4,5
B. Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi pada orang dewasa yang paling
umum di dunia. Suatu studi melaporkan bahwa satu dari tiga orang dewasa
memiliki tanda-tanda radiologis terhadap OA. OA pada lutut merupakan tipe
OA yang paling umum dijumpai pada orang dewasa. Penelitian epidemiologi
menemukan bahwa orang dewasa dengan kelompok umur 60-64 tahun
sebanyak 22% . Pada pria dengan kelompok umur yang sama, dijumpai 23%
menderita OA pada lutut kanan, sementara 16,3% sisanya didapati menderita
OA pada lutut kiri. Berbeda halnya pada wanita yang terdistribusi merata,
dengan insiden OA pada lutut kanan sebanyak 24,2% dan pada lutut kiri
sebanyak 24,7%.1,6
C. Etiologi
Berdasakan patogenesis dari osteoartritis dibedakan menjadi dua yaitu
osteoartritis primer dan osteoartritis sekunder. Osteoartritis primer disebut
juga osteoartritis idiopatik yaitu yang penyebabnya tidak diketahui dan tidak
ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses lokal pada sendi.
Osteoartritis sekunder adalah osteoartritis yang didasari oleh adanya kelainan
endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan
makro serta imobilisasi yang terlalu lama.7
2
D. Patogenesis
1. Tulang rawan sendi
Stage I : Gangguan atau perubahan matriks kartilago. Berhubungan
dengan peningkatan konsentrasi air yang mungkin disebabkan oleh
gangguan mekanik, degradasi makromolekul matriks, atau perubahan
metabolisme kondrosit. Awalnya konsentrasi kolagen tipe II tidak
berubah, tapi jaring-jaring kolagen dapat rusak dan derajat agregasi
proteoglikan menurun.
Stage II : Respon kondrosit terhadap gangguan atau perubahan matriks.
Ketika kondrosit mendeteksi gangguan atau perubahan matriks, kondrosit
berespon dengan meningkatkan sintesis dan degradasi matriks, serta
berproliferasi. Respon ini dapat menggantikan jaringan yang rusak,
mempertahankan jaringan, dan meningkatkan volume kartilago. Respon
ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun.
Stage III : Penurunan respon kondrosit. Kegagalan respon kondrosit untuk
menggantikan atau mempertahankan jaringan mengakibatkan kerusakan
tulang rawan sendi disertai dan diperparah oleh penurunan respon
kondrosit. Penyebab penurunan respon ini belum diketahui, namun
diperkirakan akibat kerusakan mekanis pada jaringan, dengan kerusakan
kondrosit dan down regulasi respon kondrosit terhadap sitokin anabolik.8
2. Perubahan Tulang.
Perubahan tulang subkondral yang mengikuti degenerasi tulang rawan
sendi meliputi peningkatan densitas tulang subkondral, pembentukan
rongga-rongga yang menyerupai kista yang mengandung jaringan miksoid,
fibrosa, atau kartilago. Respon ini muncul paling sering pada tepi sendi
tempat pertemuan tulang dan tulang rawan yang berbentuk bulan sabit
(crescent).
Peningkatan
densitas
tulang
merupakan
akibat
dari
pembentukan lapisan tulang baru pada trabekula biasanya merupakan
tanda awal dari penyakit degenerasi sendi pada tulang subkondral, tapi
pada beberapa sendi rongga-rongga terbentuk sebelum peningkatan
densitas tulang secara keseluruhan. Pada stadium akhir dari penyakit,
3
tulang rawan sendi telah rusak seluruhnya, sehingga tulang subkondral
yang tebal dan padat kini berartikulasi dengan permukaan tulang
(denuded) dari sendi lawan. Remodeling tulang disertai dengan kerusakan
tulang sendi rawan mengubah bentuk sendi dan dapat mengakibatkan
ketidakstabilan tungkai yang terlibat.8,9
Pada sebagian besar sendi sinovial, pertumbuhan osteofit diikuti dengan
perubahan tulang rawan sendi serta tulang subkondral dan metafiseal.
Permukaan yang keras, fibrosa, dan kartilaginis ini biasanya muncul di
tepi-tepi sendi. Osteofit marginal biasanya muncul pada permukaan tulang
rawan, tapi dapat muncul juga di sepanjang insersi kapsul sendi (osteofit
kapsuler). Tonjolan tulang intraartikuler yang menonjol dari permukaan
sendi yang mengalami degenerasi disebut osteofit sentral. Sebagian besar
osteofit marginal memiliki pernukaan kartilaginis yang menyerupai tulang
rawan sendi yang normal dan dapat tampak sebagai perluasan dari
permukaan sendi. Pada sendi superfisial, osteofit ini dapat diraba, nyeri
jika ditekan, membatasi ruang gerak, dan terasa sakit jika sendi
digerakkan. Tiap sendi memiliki pola karakter yang khas akan
pembentukan osteofit di sendi panggul, osteoartritis biasanya membentuk
cincin di sekitar tepi acetabulum dan tulang rawan femur. Penonjolan
osteofit sepanjang tepi inferior dari permukaan artikuler
os humerus
biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit degeneratif sendi
glenohumeral. Osteofit merupakan respon terhadap proses degenerasi
tulang rawan sendi dan remodelling tulang subkondral, termasuk
pelepasan
sitokin
anabolik
yang
menstimulasi
proliferasi
dan
9
pembentukan sel tulang dan matriks kartilago.
3. Jaringan Periartikuler.
Kerusakan tulang rawan sendi mengakibatkan perubahan sekunder dari
sinovial, ligamen, kapsul, serta otot yang menggerakan sendi yang terlibat.
Membran sinovial sering mengalami reaksi inflamasi ringan sampai
sedang dan dapat berisi fragmen-fragmen dari tulang rawan sendi.
Kurangnya penggunaan sendi dan penurunan ROM mengakibatkan atrofi
4
otot. Perubahan sekunder ini sering mengakibatkan kekakuan sendi dan
kelemahan tungkai.8,9
E. Tanda dan Gejala klinis
Pada umumnya, pasien OA mengatakan bahwa keluhan-keluhan yang
dirasakannya telah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan
Berikut adalah keluhan yang dapat dijumpai pada pasien OA :10,11
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan dan
tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain.
Perubahan ini dapat ditemukan meski OA masih tergolong dini (secara
radiologis). Umumnya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit
sampai sendi hanya bias digoyangkan dan menjadi kontraktur, hambatan gerak
dapat konsentris (seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah
gerakan saja).
Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago pada
sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat diasumsikan
bahwa nyeri yang timbul pada OA berasal dari luar kartilago.
Pada penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari
nyeri yang timbul diduga berasal dari peradangan sendi (sinovitis), efusi sendi,
dan edema sumsum tulang.10
Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika osteofit
tumbuh, inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar tulang hingga ke
kartilago dan menuju ke osteofit yang sedang berkembang hal ini
menimbulkan nyeri.11
Nyeri dapat timbul dari bagian di luar sendi, termasuk bursae di dekat
sendi. Sumber nyeri yang umum di lutut adalah akibat dari anserine bursitis
dan sindrom iliotibial band.
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan
dengan pertambahan rasa nyeri.
5
3. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak
melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu
yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari.
4. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala
ini umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa
perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter
yang memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat
terdengar hingga jarak tertentu.
5. Pembesaran sendi ( deformitas )
Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar.
6. Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi
yang biasanya tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena adanya osteofit, sehingga
bentuk permukaan sendi berubah.
7. Tanda – tanda peradangan
Tanda – tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan
gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan) dapat dijumpai pada
OA karena adanya synovitis. Biasanya tanda – tanda ini tidak menonjol dan
timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering
dijumpai pada OA lutut.
8. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan
ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien
lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi
tumpuan berat badan terutama pada OA lutut.
F. Diagnosis
Diagnosis pada osteoartritis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis akan didapatkan gejala-gejala
yang sudah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan-lahan.2
6
Gejala utama adalah nyeri pada sendi yang terkena, terutama pada waktu
bergerak, awal mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang
dengan istirahat.5 Terdapat hambatan pada gerak sendi, biasanya semakin
bertambah berat sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri. Kaku pada pagi hari
dapat timbul setelah imobilisasi, seperti duduk dalam waktu yang cukup lama
atau setelah bangun tidur. Krepitasi atau rasa gemeretak pada sendi yang sakit
juga menjadi keluhan dari penderita osteoartritis.12
Pada penderita OA, dilakukannya pemeriksaan radiografi pada sendi yang
terkena sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran diagnostik.
Gambaran Radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA adalah :11,13,14
a. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada
bagian yang menanggung beban seperti lutut).
b. Peningkatan densitas tulang subkondral (sklerosis).
c. Kista pada tulang
d. Osteofit pada pinggir sendi
e. Perubahan struktur anatomi sendi.
Berdasarkan temuan-temuan radiografis diatas, maka OA dapat diberikan
suatu derajat. Kriteria OA berdasarkan temuan radiografis dikenal sebagai
kriteria Kellgren dan Lawrence yang membagi OA dimulai dari tingkat ringan
hingga tingkat berat.14
1. Grade 0
: normal.
2. Grade 1
: ragu-ragu, tanpa osteofit, penyempitan sendi meragukan.
3. Grade 2
: minimal, osteofit sedikit pada tibia dan patella dan
permukaan sendi menyempit asimetris.
4. Grade 3
: moderate, adanya osteofit moderate pada beberapa tempat,
permukaan sendi menyempit dan tampak sklerosis subkondral.
5. Grade 4
: berat, adanya osteofit yang besar, permukaan sendi
menyempit secara komplit, sklerosis subkondral berat, dan kerusakan
permukaan sendi.
7
Tes-tes provokasi yang dilakukan untuk memeriksa sendi lutut antara lain:
1. Tes McMurray
Tes ini merupakan tindakan pemeriksaan untuk mengungkapkan
lesi meniskus. Pada tes ini penderita berbaring terlentang. Dengan satu
tangan pemeriksa memegang tumit penderita dan tangan lainnya
memegang lutut. Tungkai kemudian ditekuk pada sendi lutut. Tungkai
bawah eksorotasi/ endorotasi dan secara perlahan-lahan diekstensikan.
Kalau terdengar bunyi “klek‟ atau teraba sewaktu lutut diluruskan, maka
meniskus medial atau bagian posteriornya yang mungkin terobek.14
Gambar 1. Pemeriksaan McMurray
2. Anterior Drawer Test
Merupakan suatu tes untuk mendeteksi ruptur pada ligamen
cruciatum lutut. Penderita harus dalam posisi terlentang dengan panggul
fleksi 45˚. Lutut fleksi dan kedua kaki sejajar. Caranya dengan
menggerakan tulang tibia ke atas maka akan terjadi gerakan hiperekstensi
sendi lutut dan sendi lutut akan terasa kendor. Posisi pemeriksa di depan
kaki penderita. Jika terdorong lebih dari normal, artinya tes drawer
positif.14
Gambar 2. Anterior Drawer Test
8
3. Posterior Drawer Test
Posterior Drawer Testsama halnya dengan Anterior Drawer Test,
hanya saja menggenggam tibia kemudian didorong kearah belakang.14
Gambar 3. Posterior Drawer Test
4. Appley Compresion Test
Tes ini dilakukan untuk menentukan nyeri lutut yang disebabkan
oleh robeknya meniskus. Penderita dalam posisi berbaring tengkurap lalu
tungkai bawah ditekukkan pada sendi lutut kemudian dilakukan penekanan
pada tumit pasien. Penekanan dilanjutkan sambil memutar tungkai ke arah
dalam (endorotasi) dan luar (eksorotasi). Apabila pasien merasakan nyeri
di samping medial atau lateral garis persendian lutut maka lesi pada
meniskus medial dan lateral sangat mungkin ada.14
5. Appley Distraction Test
Tes ini dilakukan untuk membedakan lesi meniskal atau ligamental
pada persendian lutut. Tindakan pemeriksaan ini merupakan kelanjutan
dari Appley Comppresion Test. Lakukan distraksi pada sendi lutut sambil
memutar tungkai bawah keluar dan kedalam dan lakukan fiksasi. Apabila
pada distraksi eksorotasi dan endorotasi itu terdapat nyeri maka hal
tersebut disebabkan oleh lesi di ligamen.14
9
(a)
(b)
Gambar 4. (a) Appley Comppresion Test; (b) Appley Distraction Test
G. Rehabilitasi Medik pada Osteoartritis
Penanganan osteoarthritis memiliki 4 tujuan berikut, yaitu:14,15
1. Mengontrol nyeri
2. Memperbaiki fungsi sendi
3. Mempertahankan berat badan normal
4. Mencapai suatu gaya hidup yang sehat.
Penatalaksanaan rehabilitasi medik pada penderita osteoartritis antara
lain:15,16
1. Fisioterapi
a. Terapi
dingin
digunakan untuk
melancarkan sirkulasi
darah,
mengurangi peradangan, mengurangi spasme otot dan kekakuan sendi
sehingga dapat mengurangi nyeri. Dapat juga menggunakan es yang
dikompreskan pada sendi yang nyeri. Terapi dingin dapat berupa
cryotherapy, kompres es dan masase es.
b. Terapi panas superfisial yaitu panas hanya mengenai kutis atau
jaringan sub kutis saja (Hot pack, infra merah, kompres air hangat,
paraffin bath) sedangkan terapi panas dalam, yaitu panas dapat
menembus sampai ke jaringan yang lebih dalam yang sampai ke otot,
10
tulang, dan sendi (Diatermi gelombang mikro (MWD), Diatermi
gelombang pendek (SWD), Diatermi gelombang suara ultra (USD).
Pada kasus OA digunakan SWD (short wave diathermi) dan USD
(ultra sound diathermi).
c. TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) merupakan
modalitas yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan
nyeri melalui peningkatan ambang rangsang nyeri.
d. Hidroterapi bermanfaat untuk memberi latihan. Daya apung air akan
membuat ringan bagian atau ekstermitas yang direndam sehingga sendi
lebih mudah digerakan. Suhu air yang hangat akan membantu
mengurangi nyeri, relaksasi otot dan memberi rasa nyaman.
e. Latihan penguatan otot. Latihan diketahui dapat meningkatkan dan
mempertahankan pergerakan sendi, menguatkan otot, meningkatkan
ketahanan statik dan dinamik dan meningkatkan fungsi yang
menyeluruh. Latihan terdiri dari latihan pasif, aktif, ketahanan,
peregangan dan rekreasi.
2. Terapi okupasi meliputi latihan koordinasi aktivitas kehidupan sehari-hari
(AKS) untuk memberikan latihan pengembalian fungsi sehingga penderita
bisa melakukan kembali kegiatan/perkerjaan normalnya.
3. Ortotik Prostetik digunakan untuk mengembalikan fungsi, mencegah dan
mengoreksi kecacatan, menyangga berat badan dan menunjang anggota
tubuh yang sakit. Pada penderita OA biasa dilakukan rencana penggunaan
knee brace atau knee support.
4. Sosial Medis. Tujuannya adalah menyelesaikan/memecahkan masalah
sosial yang berkaitan dengan penyakit penderita, seperti masalah
penderita dalam keluarga maupun lingkungan masyarakat.
11
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny. RH
Umur
: 61 tahun
Alamat
: Sario
Pekerjaan
: Pensiunan
Agama
: Kristen Protestan
Suku
: Minahasa
Tanggal Periksa
: 24 Februari 2013
B. ANAMNESIS
Keluhan utama
:
Riwayat Penyakit Sekarang
:
Nyeri pada kedua lutut.
Nyeri pada kedua lutut dirasakan pasien sejak ± 1 bulan yang lalu, menghebat
± 1 minggu yang lalu sampai sekarang. Sebelumnya timbul bengkak pada
daerah lutut kemudian timbul rasa nyeri. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk
hilang timbul, timbul saat penderita beraktifitas seperti berdiri/berjalan terlalu
lama dan berkurang saat penderita duduk atau berbaring. Nyeri yang dirasakan
hanya di daerah lutut dan tidak menjalar. Nyeri lebih terasa pada lutut kanan
dibandingkan lutut kiri. Nyeri lebih terasa saat penderita bangun dari tempat
tidur di pagi hari. Rasa nyeri dirasakan sepanjang hari. Nyeri pada kedua lutut
pernah dirasakan pasien 5 tahun yang lalu, rasa nyeri lebih terasa pada lutut
kanan.
Riwayat penyakit dahulu
:
Hipertensi (+) sejak ± 32 tahun yang lalu, terkontrol, minum obat Amlodipin
5mg 1-0-0
Asam urat (+) sejak ± 5 tahun yang lalu, terkontrol, minum obat Allopurinol
Kolesterol (+) sejak ± 2 tahun yang lalu, terkontrol dan minum obat
Simvastatin.
12
Riwayat Keluarga
:
Hanya penderita yang sakit seperti ini.
Riwayat Sosial Ekonomi
:
Penderita tinggal di rumah permanen, 1 lantai, dinding beton, kamar tidur 4
buah, dihuni oleh 2 orang dewasa, kamar mandi di dalam rumah,
menggunakan water closet (WC) duduk. Biaya pengobatan ditanggung
Asuransi Kesehatan (ASKES).
Riwayat kebiasaan dan aktifitas :
Penderita merupakan seorang pensiunan di Dep. Pertanian yang saat ini
beraktifitas sebagai seorang ibu rumah tangga setiap hari.
Riwayat Psikologis
:
Penderita merasa cemas dan terganggu dengan keluhan yang dialami.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: Sedang
Tekanan darah
: 130/80 mmHg
Kesadaran
: Compos Mentis
Nadi
: 68x/menit
Tinggi badan
: 146 cm
Berat badan
: 80 kg
Indeks massa tubuh
: 37,53kg/m2(Obesitas)
Kepala
: Normocephal
Mata
: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
GCS: E4M6V5
Respirasi: 22x/m
Suhu : 36,80C
ikterik. Pupil bulat isokor 3 mm, refleks
cahaya kiri dan kanan ada, refleks cahaya
tidak langsung kiri dan kanan ada.
13
Leher
: Trakea letak tengah, pembesaran kelenjar
getah bening tidak ada.
Thoraks
: Simetris kiri = kanan
Cor/Pulmo: dalam batas normal.
Abdomen
: Datar, lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien
tidak teraba, bising usus (+) normal.
Status lokalis: Regio genu sinistra dan dextra
Inspeksi : Edema (+/+), kemerahan (-/-), deformitas (-/-)
Palpasi
: Krepitasi (+/+), Hangat (-/-), NT (+/+) pada seluruh regio genu,
nyeri gerak (+/+).
Visual Analog Scale (24 Februari 2014) :
0
(kiri)5
6(kanan)
10
24 Februari 2014
Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS) regio genu dextra dan sinistra
Dextra
Sinistra
Normal
Fleksi
0-1200
0-1350
1350
Ekstensi
0-00
0-00
00
Pemeriksaan Neuromuskular
Ekstremitas
superior
Dextra
Sinistra
Ekstremitas
inferior
Dextra
Sinistra
Gerakan
+N
+N
+N
+N
Kekuatan otot
5/5/5/5
5/5/5/5
5/4/5/5
5/5/5/5
Tonus otot
N
N
N
N
Refleks Fisiologis
++
++
++
++
Refleks Patologis
-
-
-
-
14
Tes Provokasi :
Jenis tes
Dextra
Sinistra
Anterior drawer
-
-
Posterior drawer
-
-
Mc Murray
-
-
Appley Compresion test
-
-
Appley Distraction test
-
-
Hasil X-Foto genu
Kesan: Osteoartritis genu dextra dan sinistra
Problem :
1. Nyeri pada kedua lutut (VAS 6 untuk genu dextra dan VAS 5 untuk genu
sinistra).
2. Gangguan Aktivitas Kegiatan Sehari-hari (AKS), seperti berdiri, jalan, saat
mengerjakan pekerjaan rumah.
3. Obesitas
Diagnosis klinis
: Osteoartritis
Diagnosis etiologi
: Degeneratif
Diagnosis topis
: Sendi genu bilateral
Diagnosis fungsional
: Nyeri lutut, gangguan AKS (Aktivitas
Kegiatan Sehari-hari, gangguan ambulasi.
15
Penatalaksanaan
:
1. Medikamentosa
2. Obat Anti Inflamasi Non-Steroid
3. Non medikamentosa
a. Rehabilitasi medik
1). Fisioterapi
Evaluasi : Nyeri lutut, gangguan AKS, dan gangguan ambulasi
Program:
i. TENS pada regio genu dextra dan sinistra
ii. Latihan isometrik untuk m.quadriceps
iii. Latihan penguatan m.quadriceps bertahap dengan
sepeda statis, bila lutut penderita sudah tidak nyeri lagi.
iv. Kompres es + 15-30 menit selama 3 hari, 2-3x/hari
2). Okupasi terapi
Evaluasi : Nyeri lutut, gangguan AKS, gangguan ambulasi
Program:
latihan
atau
edukasi
melaksanakan
aktivitas
kehidupan sehari-hari dengan prinsip mengurangi beban pada
sendi lutut (joint protection).
3). Ortotik Prostetik
Evaluasi : nyeri lutut, gangguan AKS, gangguan ambulasi
Program: rencana penggunaan knee brace
4). Psikolog
Evaluasi : penderita merasa cemas dengan sakitnya.
Program: memberi dukungan kepada penderita agar rajin
berlatih di rumah dan kontrol secara teratur, memberi dukungan
mental kepada penderita dan keluarga agar tidak cemas dengan
penyakit yang dideritanya.
5). Sosial medik
Evaluasi: Biaya hidup sehari-hari cukup, biaya pengobatan
ditanggung oleh pemerintah menggunakan asuransi kesehatan
(ASKES).
16
Program: Memberikan edukasi pada penderita dan keluarga
mengenai penyakit penderita dan memberikan dukungan agar
penderita rajin melakukan terapi dan home program.
6). Home program atau edukasi
a). Mengurangi aktivitas yang berdampak besar pada lutut
seperti naik turun tangga dan berdiri dalam waktu yang lama.
b). Posisi kaki lebih banyak diluruskan saat duduk (jangan
ditekuk).
c). Kompres dengan es pada lutut atau daerah yang nyeri
d). Kontrol ke poli rehabilitasi medik secara rutin.
D. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: Dubia ad Bonam
Quo ad fungtionam
: Dubia ad Bonam
Qua ad sanationam
: Dubia ad Bonam
17
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Chronic Rheumatic Condition. Department of
Chronic Diseases and Health Promotion. 2014
2. Arden N, Nevitt MC. Osteoarthritis: Epidemiology. Best Pract Res Clin
Rheumatol. 2006;20:3-25
3. Roy K, Aaron, Racine J. Pathogenesis and epidemiology of osteoarthritis.
Rhode island medical journal 2013.h.19-22.
4. Rachmah LA. Peran Latihan Fisik dalam Manajemen Terpadu Osteoatritis.
FIK UNY. 2004.
5. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoartritis. Dalam:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku
ajar ilmu penyakit dalam. Edisi V. Jakarta. Interna publishing; 2009.h.253849.
6. Maharani EP. Faktor-faktor Resiko Osteoartritis Lutut. Universitas
Diponegoro Semarang. 2007.
7. Haq I, Murphy E, Dacre J. Osteoarthritis Review. Postgrad Med J.
2003;79:377-83.
8. Felson DT, Zhang Y, Hannan MT, et al. The incidence and Natural History of
knee Osteoarthritis in the Elderly. Arthritis Rheumatology. 2008;38:1500-05.
9. Kraus VB. Pathogenesis and Treatment of Osteoarthritis. Med Clin North
Am. 1997;81:85-112.
10. Hunter DJ, Felson DT. Osteoarthritis. BMJ. 2006;332:639-42.
11. Peach CA, Carr AJ, Loughlin J. Recent Advances in the Genetic Investigation
of Osteoarthritis.
12. National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases.
Handout on Healt: Osteoarthritis. NIH. 2013
13. Hutagalung E. Current Status of Glucosamine and Chondroitin Therapy in
Osteoarthritis. Med J Indones. 2005;13:55-57
18
14. Samson DJ, Grant MD, Ratko TA, et al. Treatment of Primary and Secondary
Osteoarthritis of the knee. Chicago;AHRQ Publication:2007. h. 1-270.
15. Kardiman C. Manfaat Glukosamin, Kondroitin, dan Metilsulfonilmetana pada
Osteoartritis. CDK. 2013;40:936-39.
16. Elyas E. Pendekatan Terapi Fisik pada Osteoarthritis. Pertemuan Ilmiah
Tahunan PERDOSRI 2002. Bidang Pendidikan dan Latihan Pengurus Besar
PERDOSRI. Jakarta; 2002.h.53-63.
19
Download