8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker Payudara 2.1.1

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker Payudara
2.1.1
Pengertian Kanker Payudara
Kanker juga disebut neoplasia malignan yang merupakan jenis penyakit
yang ditandai oleh kerusakan DNA sehingga tumbuh kembang sel tidak
berlangsung normal. Sel kanker ini memiliki dua buah ciri khas, yaitu: pertama,
sel-sel kanker tidak mampu membelah dan melakukan diferensiasi dengan cara
yang normal, dan kedua, sel-sel kanker memiliki kemampuan menginvasi jaringan
sekitarnya serta bermetastasis ke tempat yang jauh. Di seluruh dunia jenis kanker
yang paling sering ditemui meliputi kanker pada sistem reproduksi, leukemia,
limfoma, kanker payudara, dan lainnya. Kanker payudara didefinisikan sebagai
suatu penyakit neoplasma ganas yang berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh
WHO dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD)
dengan kode nomer 17 (Kowalak, dkk, 2011:13 dan Nugroho, 2011:122).
2.1.2
Etiologi Kanker Payudara
Penyebab kanker payudara secara spesifik masih belum diketahui, namun
terdapat beberapa faktor risiko yang telah ditetapkan salah satunya faktor genetik.
Apabila ibu atau saudara perempuan dari serorang perempuan menderita kanker
payudara, risiko perempuan tersebut terkena kanker payudara adalah dua kali
lipat. Sedangkan apabila ibu dan saudara perempuan dengan kanker payudara,
8
9
maka perempuan tersebut berisiko terkena kanker payudara enam kali lipat. Pada
keluarga dengan riwayat kanker payudara yang kuat, banyak perempuan memiliki
mutasi gen yang disebut BRCA-1 dalam kromosom 17 dan BRCA-2 dalam
kromosom 13 (Price, 2005:1303).
Kowalak (2011:16) menyatakan bahwa dengan mengonsumsi minumminuman keras dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Mekanisme
timbulnya kanker payudara yang mungkin terjadi meliputi gangguan pengeluaran
karsinogen oleh hati, gangguan respon imun serta gangguan dalam permeabilitas
membrane sel dalam jaringan payudara. Penyebab lain yang dapat memicu kanker
payudara adalah penggunaan hormon, khususnya hormon estrogen. Estrogen yang
menstimulasi proliferasi sel-sel payudara dianggap sebagai promotor kanker
payudara. Paparan radiasi ioniasi seperti sinar-X juga berpengaruh terhadap
kejadian kanker payudara. Radiasi pada dosis rendah dapat menyebabkan mutasi
DNA serta kelainan kromosom, dan pada dosis besar dapat menghambat
pembelahan sel. Kerusakan ini akan mempengaruhi karbohidrat, protein, lipid dan
asam nukleat (makromolekul) atau air intrasel untuk menghasilkan radikal bebas
yang merusak makromolekul tersebut.
Dalam Brunner & Suddart (2001:1589) merangkum faktor-faktor risiko
terjadinya kanker payudara yaitu:
a. Riwayat pribadi dengan kanker payudara. Resiko mengalami kanker payudara
pada payudara sebelahnya meningkat hampir 1% setiap tahunnya.
b. Ibu dengan kanker payudara berusia ≤ 60 tahun akan meningkatkan resiko dua
kali lipat pada anaknya.
10
c. Menstruasi sebelum usia 12 tahun.
d. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama yaitu > 30 tahun
mempunyai risiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara.
e. Menopause pada usia setelah 50 tahun.
f. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor payudara
disertai dengan perubahan epitel proliferatif mempunyai resiko dua kali lipat
untuk mengalami kanker payudara.
g. Pemajanan terhadap reaksi ionisasi.
h. Obesitas.
i. Penggunaan kontrasepsi oral.
j. Terapi pengganti hormon yang digunakan pada wanita yang berusia lebih tua.
k. Konsumsi alkohol pada wanita muda rentan mengalami kanker payudara pada
tahun-tahun terakhirnya.
2.1.3
Gejala Klinis Kanker Payudara
Gejala klinis kanker payudara dapat berupa adanya benjolan terfiksasi pada
payudara. Benjolan mula-mula kecil dan tidak nyeri, tetapi semakin lama benjolan
tersebut semakin membesar lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan
pada kulit payudara atau puting susu. Salah satu payudara tempak lebih besar.
Gejala lainnya dapat ditemui erosi atau eksema putting susu. Kulit atau puting
susu menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah muda atau kecoklatan
sampai menjadi edema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (Peau d’orange)
yang disebabkan oleh obstruksi sirkulasi limfatik dalam lapisan dermal, atau
timbul borok (ulkus) pada payudara. Ulkus tersebut makin lama makin besar dan
11
mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara. Ulkus sering berbau,
dan mudah berdarah. Perdarahan pada puting susu juga dapat terjadi. Timbulnya
rasa nyeri pada umumnya baru muncul apabila tumor sudah besar atau bila sudah
muncul metastase ke tulang-tulang, kemudian timbul pembesaran kelenjar getah
bening di ketiak dan pembengkakan pada lengan. (Brunner & Suddart, 2001:1590,
Kardiyudiani 2012:10 dan Nugroho, 2011:126).
2.1.4
Penentu Derajat Keganasan
Prognosis dan pengobatan yang paling sesuai pada kanker payudara
bergantung pada beberapa variabel. Stadium tumor dipandang sebagai faktor
prognosis yang kuat. Sistem klasifikasi yang paling sering digunakan adalah
sistem klasifikasi Tumor Nodus Metastasis (TNM) untuk menggambarkan ada
tidaknya penyebaran tumor ke kelenjar getah bening serta metastasis jauh.
Apabila tidak terdapat metastasis ke kelenjar aksilaris adalah tanda prognosis
yang baik, namun jika jumlah kelenjar yang terkena lebih dari empat,
mortalitasnya akan meningkat juga.
12
Tabel 1 Klasifikasi TNM Kanker Payudara
TUMOR PRIMER (T)
T0
Tis
T1
T2
T3
T4
Tidak ada bukti tumor primer
Karsinoma in situ
Tumor ≤ 2 cm
Tumor > 2 cm tapi ≤ 5 cm
Tumor ≥ 5 cm
Perluasan ke dinding dada, inflamasi
KELENJAR GETAH BENING (N)
N0
N1
N2
N3
Tidak ada tumor dalam kelenjar getah bening regional
Metastasis ke kelenjar ipsilateral yang dapat berpindah pindah
Metastasis ke kelenjar ipsilateral yang menetap
Metastasis ke kelenjar mamaria interna ipsilateral
METASTASIS JAUH (M)
M0
M1
Tidak ada metastasis jauh
Matastasis jauh (termasuk menyebar ke kelenjar supraklavikula ipsilateral)
Sumber: American Joint Committee on Cancer, 1997 dalam Price,
2005:1305
Tabel 2 Stadium Kanker Payudara dan Harapan Hidup
PENGELOMPOKAN
STADIUM
PASIEN
BERTAHAN HIDUP
(5-TAHUN) %
Stadium 0
Tis
N0
M0
99%
Stadium I
T1
N0
M0
92%
Stadium IIA
T0
T1
T2
N1
N1
N0
M0
M0
M0
82%
Stadium IIB
T2
T3
N1
N0
M0
M0
65%
Stadium IIIA
T0
T1
T2
T3
N2
N2
N2
N1, N2
M0
M0
M0
M0
47%
Stadium IIIB
T4
T apa saja
N apa saja
N3
M0
M0
44%
Stadium IV
T apa saja
N apa saja
M1
14%
Sumber: National Cancer institute – Surveillance, Epidemiology, and End
Result (SEER), 2001 dalam Price, 2005:1305
13
2.1.5
Penatalaksaan Kanker Payudara
Berbagai metode penanganan dapat diberikan pada pasien kanker
payudara, pemilihan penanganan disesuaikan dengan stadium yang ditemukan.
Penatalaksanaan kanker payudara didasarkan pada pengobatan lokal dan sistemik.
Tujuan utama terapi lokal adalah untuk menyingkirkan adanya kanker lokal.
Prosedur yang paling sering digunakan untuk penatalaksanaan kanker payudara
lokal adalah pembedahan serta dikombinasikan dengan terapi radiasi (Brunner &
Suddarth, 2001: 1595).
Pembedahan kanker payudara dilakukan dengan mengangkat jaringan
payudara yang disebut mastektomi. Beberapa macam pembedahan mastektomi
yaitu:
a. Mastektomi parsial : mulai dari lumpectomy (mengangkat jaringan yang
mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara), sampai pengangkatan
segmental (pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena)
sampai kuadrantektomi (pengangkatan seperempat payudara): pengangkatan
atau pengambilan contoh jaringan dari kelenjar getah bening aksila untuk
penentuan stadium.
b. Mastektomi total dengan diseksi aksila rendah : merupakan eksisi seluruh
payudara dan semua kelenjar getah bening di lateral otot pektoralis minor.
c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi : merupakan eksisi seluruh payudara
serta semua jaringan aksila.
d. Mastektomi radikal : merupakan eksisi seluruh payudara, otot pektoralis
mayor dan minor serta seluruh isi aksila.
14
e. Mastektomi radikal yang diperluas : pengangkatan sama seperti mastektomi
radikal ditambah dengan kelenjar getah bening mamaria internal (Price,
2005:1360).
Dengan pembedahan yang masih mempertahankan payudara, perjalanan
terapi selanjutnya yaitu radioterapi biasa dilakukan yang tujuannya adalah untuk
mengurangi kecenderungan kambuh dan untuk menyingkirkan kanker residual
(Brunner & Suddarth, 2001: 1595). Radioterapi memegang peranan yang penting
dalam pengobatan berbagai kanker. Radiasi pengion akan menginduksi kerusakan
DNA, yang memicu apoptosis (Davey, 2006:337).
Pengobatan sistemik kanker payudara dilakukan dengan pemberian
kemoterapi. Kemoterapi diberikan sebagai terapi adjuvan dan neo-adjuvan.
Disebut terapi adjuvan ketika kemoterapi diberikan setelah operasi pengangkatan
kanker. Sedangkan terapi neo-adjuvan apabila pemberian kemoterapi diberikan
sebelum operasi. Pengobatan dengan kemoterapi ini menggunakan suatu agen
kimia yang dapat menghentikan atau menghambat pertumbuhan sel kanker. Cara
kerja obat kemoterapi yaitu dengan membunuh sel kanker dimana pemberian
dilakukan dapat melalui injeksi atau infus, maupun oral dalam bentuk pil.
Kemoterapi akan menghancurkan sel-sel yang mengalami pembelahan yang cepat,
akan tetapi obat ini tidak dapat membedakan sel yang normal dengan sel kanker.
Hal ini menyebabkan obat kemoterapi juga akan menghancurkan sel normal yang
tumbuh dengan cepat seperti sel-sel rambut dan sel-sel darah. Oleh karena itu,
pada pasien yang dikemoterapi akan muncul berbagai efek samping. Untuk
beberapa kasus pasien juga diberikan terapi hormon, baik sebagai terapi neo-
15
adjuvan maupun terapi adjuvant. Pemberian terapi horman dilakukan jika
didapatkan sel-sel kankernya memiliki reseptor estrogen (ER positif). Tujuan
terapi hormone ini untuk menghambat atau menurunkan kadar estrogen (Tim
Cancer Help, 2010:46 dan Costello & Erlichman,2011 dalam Kardiyudiani,
2012:16).
Pengobatan dengan herceptin diberikan pada pasien dengan status Human
Epidermal Growth Factor 2 gene (HER2) positif. HER2 merupakan bagian dari
kelompok gen yang mengatur regulasi pertumbuhan sel. Tingginya status HER2
berkaitan dengan jumlah mitosis yang tinggi. Herceptin akan mengikat dan
menghambat reseptor HER2 yang diproduksi berlebih pada penderita kanker
payudara. Reseptor HER2 biasanya mengikat faktor pertumbuhan Epidermal
Growth Factor (EGF) yang bersirkulasi. Bila reseptor HER2 diproduksi
berlebihan, maka efek proliferasi EGF juga berlebih. Dengan mengikat reseptor
HER2, herceptin juga memblok efek EGF. Sehingga pertumbuhan sel dapat
dikendalikan (Corwin, 2009:92 dan Asie & Sampepajung, 2010).
2.2 Keluarga sebagai Caregiver Pasien Kanker Payudara
2.2.1
Definisi Keluarga
Definisi keluarga menurut Departemen Kesehatan (1988), keluarga
merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan. Keluarga terdiri dari dua atau lebih individu yang bergabung
karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi untuk saling membagi
16
pengalaman dan melakukan pendekatan emosional. Mereka hidup dalam satu
rumah tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masing-masing,
serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya (Friedman,1998 dan Bailon
& Maglaya, 1978 dalam Sudiharto, 2007:22).
Dalam bidang kesehatan, keluarga adalah sebuah unit pelayanan kesehatan
terdepan yang berupaya dalam meningkatkan kesehatan komunitas. Apabila
masing-masing anggota keluarga sehat maka akan tercipta komunitas yang sehat.
Hal ini karena masalah kesehatan yang dialami oleh salah seorang anggota
keluarga dapat mempengaruhi status kesehatan anggota lainnya serta komunitas
setempat (Sudiharto, 2007:30).
Jadi keluarga merupakan suatu unit yang merupakan kumpulan dari
beberapa orang di dalam masyarakat yang memiliki hubungan darah atau adopsi
yang dapat tinggal secara terpisah atau satu atap. Dalam keluarga terdapat
hubungan emosional dan saling mempengaruhi antar anggota keluarga salah
satunya status kesehatan.
2.2.2
Karakteristik Keluarga
Keluarga terbentuk dari orang-orang yang disatukan melalui ikatan
pernikahan, darah dan adopsi. Anggota keluarga biasanya hidup bersama-sama
dalam satu rumah tangga, atau hidup secara terpisah tetapi mereka tetap
menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka. Anggota keluarga
saling melakukan interaksi dan komunikasi satu sama lain dalam melakukan peran
sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan anak
perempuan, saudara dan saudari. Selain itu, keluarga menggunakan kultur yang
17
sama, yaitu kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik
tersendiri (Friedman, 1998 dalam Aritonang, 2009:15).
2.2.3
Tipe Keluarga
Berbagai bentuk dan tipe keluarga, bedasarkan berbagai sumber, dibedakan
berdasarkan keluarga tradisional dan keluarga non tradisional, seperti menurut
Allender & Spradley (2001) dalam Henny Achjar (2010:4) membagi tipe keluarga
berdasarkan:
a. Keluarga Tradisional
1. Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri
dan anak kandung atau anak angkat.
2. Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek,
paman, dan bibi.
3. Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
4. Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan
anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau
kematian.
5. Single adult, yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa
saja.
6. Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang
berusia lanjut.
18
b. Keluarga non tradisional
1. Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah.
2. Orang tua yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama
dalam satu rumah.
3. Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama
dalam satu rumah tangga.
2.2.4
Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1999) dalam Sudiharto (2007:24), lima fungsi dasar
keluarga adalah sebagai berikut: pertama yaitu fungsi afektif (The Affective
Function) merupakan fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima
dan mendukung. Kedua, fungsi sosialisasi (The Socialization Function), adalah
proses perkembangan dan perubahan individu keluarga, tempat anggota keluarga
berinteraksi sosial dan belajar berperan di lingkungan sosial. Ketiga yaitu, fungsi
reproduksi (The Reproductive Function), adalah fungsi keluarga meneruskan
kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Selanjutnya ada
fungsi ekonomi (The Economic Function), yang merupakan fungsi keluarga untuk
memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, dan papan. Dan yang
terakhir adalah fungsi perawatan keluarga/pemeliharaan kesehatan (The Health
Care Function), merupakan kemampuan keluarga untuk merawat anggota
keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
19
2.2.5
Konsep Caregiver Keluarga
Caregiver merupakan seseorang yang memiliki tanggung jawab untuk
memberikan
perawatan
pada
seseorang
yang
sakit
secara
mental,
ketidakmampuan secara fisik atau kesehatannya terganggu karena penyakit atau
usia tua yang dideritanya (Widiastuti, 2009). Hill (2002) menyebutkan caregiver
sebagai seseorang dalam anggota keluarga yang ditunjuk untuk memberikan
pelayanan kesehatan nonmedik kepada individu yang menderita penyakit kronis.
Sedangkan Elseiver (2009) mengatakan caregiver sebagai seseorang yang
memberikan bantuan medis, sosial, ekonomi atau sumber daya lingkungan kepada
seseorang individu yang mengalami ketergantungan baik sebagian atau
sepernuhnya karena kondisi sakit yang dialami individu (Yuniarsih, 2010).
2.2.6
Tugas Caregiver Keluarga dalam Merawat Pasien Kanker Payudara
Keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat preventif dan
secara bersama-sama merawat anggota keluarga yang sakit. Lebih jauh lagi
keluarga mempunyai tanggung jawab utama untuk memulai dan mengordinasikan
pelayanan yang diberikan oleh para professional perawatan kesehatan. Keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlindungan dan memelihara kesehatan.
Keluarga melakukan praktik asuhan kesehatan untuk mencegah terjadinya
gangguan atau merawat anggota yang sakit. Keluarga harus mampu menentukan
kapan meminta pertolongan kepada tenaga profesional ketika salah satu anggota
keluarganya mengalami gangguan kesehatan (Mubarak, 2010:78). Orem (1983)
mengatakan bahwa keluarga bertugas memberikan perawatan bagi anggota
keluarga lain yang tidak mandiri sehingga akan tercapai kesejahteraan yang
20
optimal dan memungkinkan pasien serta keluarga dapat mempertahankan kontrol
atas kesehatan mereka (Yuniarsih 2009:36).
Friedman (1998) menyebutkan tugas keluarga dalam pemeliharaan
kesehatan anggota keluarga. Tugas kesehatan keluarga khususnya pada pasien
dengan kanker payudara yang pertama adalah mengenal masalah kesehatan
keluarga. Keluarga dapat mengenali penyakit kanker payudara mulai dari definisi,
tanda dan gejala, bagaimana cara pemeriksaan serta pengobatannya. Tugas
keluarga yang kedua adalah pengambilan keputusan untuk melakukan tindakan
apa yang paling tepat diberikan kepada anggota keluarga yang sakit. Tugas ketiga,
keluarga memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit. Perawatan
yang diberikan secara menyeluruh mulai dari aspek biologis, psikososial dan
spiritual. Tugas keempat yaitu keluarga dapat mempertahankan suasana rumah
yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian pasien. Keluarga
juga tetap memberikan dukungan kepada pasien untuk meningkatkan semangat
pasien. Tugas kelima adalah keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Keluarga mempertahankan hubungan yang baik antara keluarga dengan lembaga
kesehatan seperti rumah sakit atau puskesmas serta menunjukkan pemanfaatan
dengan baik terhadap fasilitas kesehatan yang ada (Mubarak, 2010:79).
2.2.7
Dampak Caregiver Keluarga dengan Pasien Kanker Payudara
Keluarga merupakan suatu kekuatan yang dapat mempengaruhi individu
dalam menghadapi penyakitnya. Pasien dengan kanker membutuhkan dukungan
sosial dari keluarga. Dukungan sosial akan membantu individu untuk dapat
beradaptasi secara psikologis. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
21
Weisman and Worden (1975) di dalam Dillis et al (1989) yang mengatakan bahwa
pasien yang menjaga hubungan baik dengan anggota keluarganya mempunyai
kecenderungan hidup yang lebih lama (Huda, 2012:38).
Keadaan sakit pada pasien akan mempengaruhi anggota keluarga lainnya.
Peran caregiver keluarga adalah sebagai support sistem untuk pasien dan sebagai
unit yang menghadapi kanker tersebut. Pada kondisi ini seluruh anggota keluarga
juga akan berada dalam krisis (Huda, 2012:39). Menurut Padila (2012:12)
menyebutkan dampak adanya salah satu anggota yang sakit pada keluarga akan
menyebabkan terjadinya perubahan peran dalam keluarga, munculnya masalah
psikologis berupa cemas, takut dan stress, timbul masalah keuangan, terjadinya
perubahan dalam kebiasaan sosial dan gaya hidup. Pada kondisi ini, caregiver
keluarga kanker payudara diharapkan dapat menerapkan adaptasi yang baik dalam
menghadapi stressor mereka baik fisik ataupun psikososial dan semua bentuk
perubahan yang terjadi dalam unit keluarganya sehingga mereka dapat
meningkatkan kemampuannya dalam memberikan perawatan pada pasien.
2.3 Konsep Fenomenologi
2.3.1
Pengertian Penelitian Kualitatif dengan Pendekatan Fenomenologi
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan
yang berfokus pada pemahanan akan suatu fenomena serta lingkungan sosial.
Pada penelitian kualitatif ini peneliti berperan sebagai alat penelitian yang
bertujuan untuk memahami sudut pandang partisipan secara mendalam sehingga
nantinya peneliti dapat memahami situasi sosial, peristiwa, peran dan interaksi
22
yang terjadi. Creswall (1998) membagi desain penelitian kualitatif yaitu case
study, fenomenology, ethnografi, dan grounded theory (Cresswall,1998 dan Pollit
& Hungler, 1999 dalam Yuniarsih, 2010:39).
Fenomenologi merupakan suatu studi mengenai fenomena. Ini menjelaskan
mengenai sesuatu yang ada sebagai bagian dari dunia dimana individu hidup.
Suatu fenomena dapat berupa kejadian, situasi, pengalaman atau konsep. Individu
hidup akan selalu dikelilingi oleh fenomena. Individu peduli tetapi tidak
sepenuhnya mengerti. Hal ini terjadi karena fenomena belum sepenuhnya
dijelaskan dengan kata lain pemahamannya belum jelas (Hancock, 2002 dalam
Kuntari, 2012).
Desain fenomenologi merupakan desain yang tepat untuk menggambarkan
dan
memahami
perasaan
manusia.
Penelitian
kualitatif
fenomenologi
menggambarkan riwayat hidup seseorang dengan cara menguraikan arti, makna
serta pengalaman yang dialaminya (Streubert & Carpenter, 2003 dalam Yuniarsih,
2010:40).
2.3.2
Cara Pengambilan Data Penelitian Kualitatif Studi Fenomenologi
Cara pengumpulan data pada penelitian kualitatif sering menggunakan
FGD (Focus Group Discussion), wawancara mendalam (indepth interview),
observasi dan dokumen. Tujuan dilakukan observasi untuk mengumpulkan data
perilaku yang sehari-hari dilakukan. Wawancara mendalam sangat optimal untuk
mengumpulkan data mengenai sejarah kehidupan, perspektif dan pengalaman
hidup seseorang, khususnya mengenai topik sensitif yang akan dieksplorasi.
Sedangkan FGD efektif untuk menggali pandangan atau nilai mengenai isu yang
23
sedang berkembang dalam suatu kelompok masyarakat (Mack et al, 2005 dalam
Kuntari, 2012).
2.3.3
Tahapan Penelitian Kualitatif Studi Fenomenologi
Tahapan dalam studi kualitatif deskriptif menurut Spigelberg yaitu tahap
intuiting, tahap analyzing, dan tahap describing. Pada tahap intuiting, peneliti
melakukan pengumpulan data dengan mengeksplorasi pengalaman partisipan
tentang fenomena yang diteliti. Peneliti mengumpulkan data melalui observasi,
wawancara, dokumen dan bahan-bahan visual lainnya.
Tahap kedua yaitu analyzing, merupakan tahap dimana peneliti akan
mengidentifikasi pengalaman yang akan diteliti. Langkah-langkah dalam analisis
ini yaitu:
a. Peneliti menggambarkan fenomena yang diteliti.
b. Peneliti mengumpulkan data tentang fenomena dari partisipan.
c. Peneliti membaca semua gambaran fenomena yang telah dikumpulkan.
d. Peneliti membaca ulang gambaran fenomena dan memilih kata kunci.
e. Peneliti mengidentifikasi arti dari kata kunci.
f. Peneliti mengelompokkan arti yang teridentifikasi ke dalam tema.
g. Peneliti menuliskan pola hubungan antar tema ke dalam sebuah narasi.
h. Peneliti mengembalikan hasil narasi kepada partisipan untuk divalidasi.
i. Peneliti memasukkan data hasil validasi dan menuangkannya ke dalam narasi.
Tahap yang terakhir adalah describing. Pada tahap ini peneliti menuliskan laporan
data yang digunakan dengan tujuan untuk mengkomunikasikan hasil penelitian
kepada pembaca (Creswall, 1998 dalam Yuniarsih, 2010).
Download