Kajian Profil Peresepan Pasien Asma Bronkial di

advertisement
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
KAJIAN PROFIL PERESEPAN
PASIEN ASMA BRONKIAL DI INSTALASI RAWAT INAP
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGLI-BALI TAHUN 2005
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
SIMON ANDI WIBOWO
NIM : 03 8114 011
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
KAJIAN PROFIL PERESEPAN
PASIEN ASMA BRONKIAL DI INSTALASI RAWAT INAP
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGLI-BALI TAHUN 2005
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
SIMON ANDI WIBOWO
NIM : 03 8114 011
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
i
ii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
iv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Kesuksesan terbesar dimulai dari
keberhasilan terkecil
(Refleksi Diri)
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk :
1. Allah Bapa yang pengasih lagi penyayang
2. Bapak dan Ibu yang selalu mencintai dan mendukungku
3. Adik-adikku yang selalu kucintai
4. Keluarga besar Siswodiharjo
5. Keluarga kecilku Mudika Fransiskus De Sales
v
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
vi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Belas Kasih dan Bijaksana yang
selalu membimbing diri tak mampu ini dalam menyelesaikan penulisan Skripsi
ini. Skripsi yang berjudul Kajian Penatalaksanaan Resep Pasien Asma Bronkial
Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dari Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan
selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Rita Suhadi,Msi.,Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Dosen
penguji.
2. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt selaku Kaprodi Fakultas Farmasi.
3. Bapak Drs. Mulyono., Apt.selaku Dosen pembimbing dan penguji.
4. Ibu Aris Widayati., Msi.,Apt selaku Dosen Penguji.
5. Bapak dan Ibu yang selalu mencintai dan menyayangiku.
6. Adikku Veronika Aventa Dewi dan Teresia Dian Triutami yang selalu
memperhatikanku.
7. Teman-teman Fransiskus De Sales yang selalu menyemangatiku dalam
doa.
8. Teman-teman angkatan 2003 yang selalu membantuku dalam situasi
apapun.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
viii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
ix
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
x
INTISARI
Asma bronkial memiliki angka kejadian bervariasi diberbagai negara,
tetapi terjadi kecenderungan bahwa penyakit ini meningkat jumlahnya, meskipun
obat-obat asma telah banyak dikembangkan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pola penghobatan penyakit asma bronkial pada pasien di rawat inap
Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif non ekperimental
(observasional) yang dilakukan dengan metode retrospektif. Data yang digunakan
adalah catatan rekam medik Pasien Asma Bronkial di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pada tahun 2005 terjadi 18 kasus asma
bronkial. Distribusi umur pasien dibagi menjadi 4 kelompok umur, yaitu balita (0
sampai 5 tahun) sebesar 33,3%, anak-anak (5<n≤12 tahun) sebesar 5,6%, dewasa
(12<n≤65 tahun) sebesar 38,9% dan lanjut usia (di atas 65 tahun) sebesar 22,2%.
pasien dengan janis kelamin laki-laki sebesar 66,7% dan perempuan sebesar
33,3%. variasi jumlah obat yang diberikan 4-10 obat. Golongan obat yang
diberikan untuk terapi antara lain bronkodilator 22,7%, mukolitik 12,8%,
kortikosteroid 13,5%, penganti cairan tubuh 11,5%, anti-mikroba 14,9%, antihipoksemia 8,8%, anti-histamin 6,8%, analgesik 4,1%, anti-diabetik 0,7%, antiepilepsi 0,7%, anti-hipertensi 0,7%, anti-angina 0,7%, anti-koagulan 0,7% dan
vitamin 0,7%. Cara pemberian obat yang digunakan antara lain secara oral 55,4%,
parenteral 25% dan inhalasi 19,6%.
Kata kunci : asma, asma bronkial.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
xi
ABSTRACT
Bronchial asthma was happened different cases in every country, although
asthma drug was developed, the cases of bronchial asthma is increase . The study
was aimed to observe the pattern of therapy bronchial asthma patients in take care
installation of Bangli hospital Regency in the year 2005.
The research was non experimental (obsevational) research which
conducted by retrospektif method. The data were obtained from medical record of
Bangli hospital regency in the year 2005.
There were 18 cases of bronchiale asthma in 2005. the groups werw
divided to four groups, based on the age., the first group was babe (0 ≤ 5 year) at
33.3%, childern (5<n≤12 year) at 5.6%, adulf (12<n≤65 year) sebesar 38.9% and
geriatric (> 65 year) at 22.2%. according to the sex, the group was divided to male
66.7% and female 33.3%. Variation number of drug given to the patient were 4
to10. the medicine type that used for therapy are bronchodilator 22.7%, mucolitik
12.8%, corticosteroid 13.5%, human calorie exchange 11.5%, Antibiotic 14.9%,
Antihipoksemia 8.8%, Analgesic 4.1%, Antihistamine 6.8%, Antidiabetic 0.7%,
Antiserotonine 0.7%, Antiepilepsy 0.7%, Antihypertension 0.7%, Antitonsillitis
0.7%, Anti-koagulan 0.7% dan Vitamine 0.7%. the way to give the medicine to
the patient were orally 55.4%, parenterally 25% and 19.6% were inhalations.
Key word : asthma, bronchiale asthma.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ..............................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ......................................
vi
PRAKATA .............................................................................................
vii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...........................
ix
INTISARI ..............................................................................................
x
ABSRACT ................................................................................................
xi
DAFTAR ISI...........................................................................................
xii
DAFTAR TABEL...................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
xviii
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
xix
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................
1
A. Latar Belakang .......................................................................
1
1. Rumusan masalah ..............................................................
3
2. Keaslian Penelitian.............................................................
4
B. Tujuan Penelitian ....................................................................
5
1. Tujuan Umum ..................................................................
5
2. Tujuan Khusus .................................................................
5
xii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
C. Manfaat Penelitian ..................................................................
6
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ...................................................
7
A. Pegobatan Rasional ................................................................
7
B. Drug Related Problem (DRPs) ...............................................
9
C. Anatomi Saluran Nafas Manusia ...........................................
16
D. Asma Bronkial .......................................................................
23
E. Keterangan Empiris ................................................................
32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..............................................
33
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................
33
B. Definisi Operasional .............................................................
33
C. Bahan Penelitian ...................................................................
35
D. Lokasi Penelitian...................................................................
36
E. Jalannya Penelitian................................................................
36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ......................
38
A. Karakteristik Pasien ..............................................................
39
1. Jenis Kelamin..................................................................
39
2. Umur ...............................................................................
40
3. Diagnosis.........................................................................
42
B. Gambaran Umum Peresepan.................................................
43
1. Jumlah Jenis Obat ...........................................................
43
2. Golongan Obat ................................................................
45
3. Jenis Obat........................................................................
47
a. Bronkodilator ...........................................................
47
xiii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
b. Pengganti Kalori Tubuh ............................................
48
c. Mukolitik...................................................................
49
d. Kortikosteroid ...........................................................
50
e. Anti-mikroba.............................................................
51
f. Anti-histamin ............................................................
51
g. Anti-piretik................................................................
53
h. Anti-hipoksemia........................................................
53
i. Obat Saluran Pencernaan ..........................................
54
j. Obat-obat Pendukung lainnya...................................
55
4. Cara Pemberian ...............................................................
55
C. Kesesuaian Dosis dan ...........................................................
57
1. Ketidaksesuaian Dosis ....................................................
57
D. Interaksi Obat........................................................................
60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................
64
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
66
LAMPIRAN............................................................................................
68
BIOGRAFI PENULIS ............................................................................
97
xiv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel I
Distribusi pasien asma bronkial berdasarkan jenis
kelamin di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Bangli-Bali tahun 2005 ............................................
Tabel II
40
Distribusi pasien asma bronkial berdasarkan Umur di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Bangli-Bali tahun 2005 .........................................................
Tabel III
41
Distribusi pasien asma bronkial berdasarkan Diagnosis
awal dan akhir di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 ................................
Tabel IV
42
Jumlah jenis obat yang diberikan pada pasien asma
bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Bangli-Bali tahun 2005 ............................................
Tabel V
43
Distribusi golongan obat yang diberikan pada pasien
asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 ................................
Tabel VI
45
Distribusi golongan obat bronkodilator yang diberikan
pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005...........
47
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Tabel VII
xvi
Distribusi pemberian cairan elektrolit pada pasien asma
bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Bangli-Bali tahun 2005 ............................................
Tabel VIII
49
Distribusi golongan obat mukolitik yang diberikan
pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005...........
Tabel IX
49
Distribusi golongan obat kortikosteroid yang diberikan
pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005...........
Tabel X
50
Distribusi golongan obat anti-mikroba yang diberikan
pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005...........
Tabel XI
51
Distribusi golongan obat anti-histamin yang diberikan
pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005...........
Tabel XII
52
Distribusi golongan obat analgesik anti-piretik yang
diberikan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun
2005.......................................................................................
Tabel XIII
53
Distribusi penggunaan oksigen pada pasien asma
bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Bangli-Bali tahun 2005 ............................................
54
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Tabel XIV
xvii
Distribusi penggunaan obat saluran pencernaan pada
pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 .......................
Tabel XV
55
Distribusi cara pemberian obat pada pasien asma
bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Bangli-Bali tahun 2005 ............................................
Tabel XVI
56
Distribusi kesesuaian dosis pada pasien asma bronkial
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Bangli-Bali tahun 2005 dengan standar IONI ......................
Tabel XVII
58
Distribusi kesesuaian dosis pada pasien asma bronkial
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Bangli-Bali tahun 2005 dengan standar PDH .......................
Tabel XVIII
59
Distribusi kesesuaian dosis pada pasien asma bronkial
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Bangli-Bali tahun 2005 dengan standar IONI ......................
60
xviii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1
Sistem pernafasan pada manusia .......................................... 16
Gambar 2
Siklus Asma .......................................................................... 23
Gambar 3
Saat asma menyerang............................................................ 25
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1
Data penelitian kajian penatalaksanaan resep pasien
asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005........................ 69
Lampiran 2
Nama generik, Golongan Obat dan Lama Pemberian
Obat Asma Bronkial Pada Pasien Asma Bronkial di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Bangli-Bali tahun 2005 ......................................................... 74
Lampiran 3
Interaksi yang mungkin terjadi dalam resep yang
diberikan ............................................................................... 79
Lampiran 4
Kesesuaian dosis dengan standart ......................................... 84
xix
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma bronkial merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
hiperreaktivitas respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan.
Manifestasi dari penyakit ini berupa penyempitan jalan nafas yang luas dan
derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan.
Asma dapat terjadi pada siapa saja, tua-muda, laki-laki ataupun perempuan
memiliki potensi yang sama. Angka kejadian asma bervariasi diberbagai negara,
diperkirakan 100 hingga 150 juta penduduk dunia merupakan penderita asma dan
jumlah ini terus bertambah sebanyak 180.000 jiwa setiap tahunnya. Di Indonesia
berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 2001
diperkirakan penderita asma mancapai 10 juta jiwa atau 5% dari penduduk
Indonesia. Survei yang dilakukan dibeberapa kota di Indonesia diantaranya
Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang dan
Denpasar menunjukan prevalensi (kajian per 100 ribu) asma pada anak usia 6-12
tahun mencapai 10% atau dengan kata lain jika ada 10 orang anak maka satu
diantaranya merupakan penderita asma.
Penanganan yang diberikan pada penderita asma bronkial, baik yang
berupa penanganan farmakologi ataupun non-farmakologi cenderung bertujuan
hanya untuk mencegah, mengurangi dan mengontrol gejala asma saja.
Penanganan untuk menyembuhkan sampai saat ini belum ditemukan sehingga
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
2
diperlukan pemantauan serta proses evaluasi pengobatan yang tepat, karena proses
pengobatan cenderung berlangsung dalam periode yang sangat lama.
Penelitian mengenai kajian profil peresepan pasien asma bronkial ini
dilaksanakan di Kabupaten Bangli Provinsi Bali. Pemilihan lokasi penelitian
didasarkan pada letak geografis dari Kabupaten Bangli, di mana Kabupaten
Bangli sebagian besar wilayahnya merupakan dataran tinggi (100-2152 meter di
atas permukaan laut). Suhu udara di tempat ini tergolong dingin dengan curah
hujan yang relatif tinggi terutama pada bulan Februari, Januari dan Desember
sehingga berpotensi untuk memicu serangan asma.
Pemilihan Rumah Sakit Umum Daerah Bangli Bali sebagai tempat
penelitian dikarenakan, Rumah Sakit ini sudah masuk ke dalam Rumah Sakit tipe
C plus sehingga diharapkan Rumah Sakit Umum Bangli mampu memberikan
masukan yang baik pada perkembangan penanganan pasien asma bronkial.
Pemilihan pasien rawat inap sebagai subyek penelitian, diharapkan dapat
memberikan informasi yang lengkap mengenai penatalaksanaan pasien asma
bronkial di Kabupaten Bangli sehingga dapat memberikan evaluasi dan kajian
yang bermanfaat untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian di Kabupaten
Bangli.
Pelayanan farmasi yang berorientasi pada pasien, menjamin pasien untuk
mendapat obat yang rasional ditingkatkan dalam seluruh proses terapi. Proses
terapi tersebut meliputi penegakan diagnosis, pemilihan kelas terapi dan jenis
obat, penentuan dosis, cara pemberian obat kepada pasien dan evaluasi terapi
(Suryawati, 1995).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
3
Evaluasi terapi oleh farmasis akan membantu pasien untuk memperoleh
pelayanan medis yang optimal, sehingga pasien terhindar dari Drug Related
Problems (DRPs). Drug Related Problems (DRPs) merupakan peristiwa tidak
diinginkan yang dialami oleh pasien yang melibatkan atau dicurigai melibatkan
terapi obat yang benar-benar atau berpotensi bertentangan dengan hasil yang
diinginkan. DRPs sering disebut juga Drug Therapy Problems atau masalahmasalah yang berhubungan dengan obat (Cipolle,1998).
Farmasis sebagai tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dalam
bidang medicine berkewajiban untuk mendukung pelayanan pengobatan yang
dilakukan baik di rumah sakit maupun pengobatan yang dilakukan secara mandiri
oleh
masyarakat.
Berkaitan
dengan
penanganan
asma
bronkial
yang
pengobatannya cenderung bersifat mencegah, mengurangi gejala dan berlangsung
dalam waktu yang relatif lama, maka peran farmasis sangat dibutuhkan dalam
menunjang proses pengobatan. Evaluasi dan pengkajian jalannya pengobatan juga
merupakan tugas dan kewenangan seorang farmasis.
1. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan diteliti akan terfokus
pada permasalahan-permasalahan berikut :
a. Bagaimanakah karakteristik pasien asma bronkial di Rumah Sakit Umum
Daerah Bangli-Bali tahun 2005 yang meliputi distribusi jenis kelamin dan
umur pasien?
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
4
b. Bagaimana gambaran umum peresepan pasien asma bronkial di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli Bali tahun 2005 yang
meliputi jumlah jenis obat, golongan obat, jenis obat dan cara pemberian
yang diberikan?
c. Apakah ditemukan ketidaksesuaian dalam pemberian obat berdasarkan
standar Informatorium Obat Nasional Indonesia, Physicians Drug
Handbook dan Drug Information Handbook, yang mencakup dosis terlalu
rendah /dosis terlalu tinggi dan interaksi obat pada penatalaksanaan kasus
asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah BangliBali tahun 2005?
2. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai penatalaksanaan asma bronkial pada pasien di
Instalasi Rawat Inap sudah pernah dilaksanakan sebelumnya baik yang
dilaksanakan di rumah sakit umum pemerintah maupun swasta, sebagai contoh
penelitian yang dilakukan oleh Chinthia Sani Yusriana yang berjudul Pengobatan
Penyakit Asma Bronkial Pada Pasien Anak Rawat Inap di Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta Periode 1999-2001 dan Lusius Lio yang berjudul Kajian
Peresepan Pasien Dewasa Asma Bronkial Non-Komplikasi di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2000. penelitian ini diharapkan
dapat melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya, sehingga dapat memberikan
masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, terutama pada perkembangan
terapi pada pasien asma bronkial.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
5
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran peresepan
pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah BangliBali tahun 2005.
2. Tujuan Khusus
Penelitian tentang pola peresepan pasien asma bronkial di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali secara khusus bertujuan untuk :
a. mengetahui gambaran kasus asma bronkial pada pasien dewasa di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 yang
umur pasien dan jenis kelamin pasien.
b. mengetahui gambaran umum peresepan pasien asma bronkial di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli Bali tahun 2005 yang
meliputi jumlah jenis obat, golongan obat, jenis obat dan cara pemberian
yang diberikan.
c. mengetahui apakah ditemukan ketidaksesuaian dalam pemberian obat
berdasarkan standar Informatorium Obat Nasional Indonesia, Physicians
Drug Handbook dan Drug Information Handbook, yang mencakup dosis
terlalu rendah /dosis terlalu tinggi dan interaksi obat pada penatalaksanaan
kasus asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Bangli-Bali tahun 2005.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
6
C. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tinjauan pola peresepan pasien asma bronkial, maka hasil
penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan
penelitian tentang peresepan pasien asma bronkial.
2. manfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi Rumah Sakit Umum
Daerah Bangli-Bali sebagai bahan pertimbangan dalam pengobatan khususnya
pada pasien asma bronkial di instalasi rawat inap.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Pengobatan Rasional
Pengobatan rasional didasarkan pada fakta atau data yang diperoleh
dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan dengan instrumen
kedokteran. Dalam proses pengobatan, terkandung aspek keputusan ilmiah yang
didasari oleh pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk melakukan
proses pengobatan. Tujuan pengobatan untuk memberi manfaat maksimal dengan
resiko seminimal mungkin bagi pasien (Nasution dan Lubis, 1993).
Menurut badan kesehatan dunia (WHO) tahun 1987, pemakaian obat
dikatakan rasional jika memiliki kriteria: sesuai dengan indikasi penyakit, tersedia
setiap saat dengan harga yang terjangkau, diberikan dengan dosis yang tepat, lama
pemberian yang tepat dan obat yang diberikan harus efektif, dengan mutu yang
terjamin dan aman (Nasution dan Lubis, 1993).
Untuk memahami syarat-syarat di atas dapat dijelaskan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Ketepatan diagnosis / indikasi
Penegakan diagnosis diperlukan dalam pengambilan keputusan pengobatan
yang akan diberikan kepada pasien. Penegakan diagnosis tersebut umumnya
didasarkan atas anamnesis dan hasil temuan selama pemeriksaan baik fisik,
laboratorium (jika memungkinkan) maupun pemeriksaan penunjang lainnya.
Dengan dasar diagnosis ini, dokter akan menentukan pengobatan atau tindakan
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
8
medis selanjutnya, akan tetapi tidak setiap upaya medik memerlukan intervensi
obat (farmakoterapi), untuk beberapa keadaan, anjuran atau nasehat (nonfarmakoterapi) akan jauh lebih baik dan bermanfaat, misalnya anjuran untuk
meningkatkan asupan dan nilai gizi bagi anak yang malnutrisis.
2. Ketepatan pemilihan obat
Ketepatan dalam pemilihan obat diharapkan dapat memenuhi efek klinik yang
maksimal. Hal-hal yang perlu diperhatikan mencakup kelas terapi, jenis obat,
kemanfaatan obat, keamanan obat (resiko efek samping), harga dan mutu obat.
Pengobatan diupayakan untuk memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. telah terbukti secara ilmiah memberi manfaat yang maksimal dengan
resiko yang sekecil mungkin.
b. diantara beberapa alternatif yang ada hendaknya dipilih yang paling
terjangkau pasien dan memberi manfaat klinik yang setara.
c. mutu terjamin.
d. merupakan obat yang betul-betul dibutuhkan dan mudah didapat.
3. Ketepatan penilaian terhadap kondisi pasien
Mengingat respon tiap individu terhadap obat beragam, maka diperlukan
pertimbangan yang mencangkup kemungkinan adanya kontraindikasi, terjadinya
efek samping, serta adanya penyakit yang menyertai.
4. Ketepatan pemberian informasi
Kejelasan informasi tentang obat yang harus diminum atau digunakan pasien,
akan sangat mempengaruhi ketaatan pasien dan keberhasilan pengobatan.
Informasi ini tidak saja mengenai cara pemakaian, tetapi juga meliputi berbagai
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
9
hal yang mungkin terjadi sehubungan dengan cara pengunaannya, kemungkinan
kegagalan terapi jika pasien tidak taat meminum obat sangatlah besar.
5.
Tindak lanjut
Upaya tindak lanjut pengobatan perlu mempertimbangkan efek klinik atau
respon apa yang diharapkan dari terapi yang diberikan, sehingga dalam
pemantauan terhadap pasien selama masa pengobatan dapat diperoleh kesimpulan
mengenai kesembuhan, berkurangnya gejala penyakit, perlu dirujuk atau tidak,
timbul efek samping dan sebagainya (Nasution dan Lubis, 1993).
B. Drug Related Problems (DRPs)
Drug related problems (DRPs) didefinisikan sebagai peristiwa tidak
diinginkan, yang melibatkan atau dicurigai melibatkan terapi obat yang benarbenar atau berpotensi bertentangan dengan hasil yang diinginkan pasien. DRP
terdiri dari aktual DRP, yaitu masalah yang sedang terjadi berkaitan dengan terapi
yang sedang diberikan pada penderita dan potensial DRP, yaitu masalah yang
diperkirakan akan terjadi berkaitan dengan terapi yang sedang diberikan pada
pasien.(Cipolle,1998).
Masalah-masalah dalam kajian DRP dapat ditunjukkan oleh kemungkinan
penyebab DRP sebagai berikut :
1. Butuh obat (Need for additional drug therapy)
a. Pasien dengan kondisi yang membutuhkan kombinasi obat
b. Pasien kronis membutuhkan kelanjutan terapi obat
c. Pasien dengan kondisi baru yang membutuhkan obat
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
10
d. Pasien dengan kondisi yang beresiko dan membutuhkan obat untuk upaya
pencegahan.
2. Tidak perlu obat (unnecersary drug Therapy)
a. Pasien lebih baik disembuhkan dengan non drug terapi
b. Pasien mendapat obat dalam jumlah toksis
c. Kondisi pasien akibat drug abuse
d. Tidak ada indikasi pada saat itu
e. pemakaian multiple drug yang seharusnya cukup dengan single drug terapi
f. Pasien minum obat untuk mencegah efek samping obat lain yang
seharusnya dapat dihindarkan.
3. Obat tidak tepat (wrong drug)
a. Kondisi pasien yang menyebabkan obat bekerja tidak efektif (kurang
sesuai dengan indikasinya)
b. Pasien mempunyai alergi terhadap obat-obat tertentu
c. Obat yang diberikan memiliki faktor resiko kontraindikasi dengan obat
lain yang juga dibutuhkan
d. Efektif namun bukan yang paling aman
e. Penggunaan antibiotika yang sudah resisten terhadap infeksi pasien
f. Adanya kombinasi obat yang tidak perlu.
4. Dosis terlalu rendah (Dose too low)
a. Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk memberikan respon
b. Konsentrasi obat di bawah therapeutic range
c. Obat, dosis, rute, atau, konversi formula obat tidak cukup
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
d. Pemberian obat terlalu awal
e. Dosis dan interval obat tidak cukup.
5. Dosis terlalu tinggi (Dose too high)
a. Dosis yang digunakan pasien terlalu tinggi untuk memberikan respon
b. Konsentrasi obat di atas therapeutic range
c. Dosis obat terlalu cepat dinaikkan
d. Akumulasi obat karena penyakit kronis
e. Obat, dosis, rute, atau, konversi formula obat tidak sesuai.
6. Efek samping (Adverse Drug reaction/ADR)
a. Dosis obat yang diberikan kepada pasien terlalu tinggi kecepatannya
b. Adanya reaksi alergi terhadap obat-obat tertentu
c. Ada faktor resiko yang membahayakan bagi pasien
d. Interaksi dengan obat-obatan atau makanan
e. Hasil laboratorium pasien berubah akibat obat.
7. Ketidaktaatan pasien (Uncomplience)
a. Pasien tidak menerima obat sesuai regimen karena medication error
b. Pasien tidak taat instruksi
c. Pasien tidak mengambil obat karena harga obat mahal
d. Pasien tidak mengambil obat karena tidak memahami
e. Pasien tidak mengambil obat karena keyakinan kurang. (Cipolle,1998).
11
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
12
Pada penelitian ini, pembahasan tentang DRP akan di titik beratkan pada
Potensial DRP yang meliputi dosis terlalu rendah, dosis terlalu tinggi, interaksi
obat dan ketidaktaatan pasien yang berkaiatan dengan sediaan obat yang
diberikan.
1. Interaksi Obat
Intaraksi obat terjadi ketika efek suatu obat berubah dengan adanya obat,
makanan, minuman atau beberapa agen kimia lainnya (Stuckly, 1994), menurut
Setiawati (1995), interaksi antara obat dapat berakibat menguntungkan atau
merugikan. Interaksi yang menguntungkan, misalnya :
a. penisilin dengan probenesid, probenesid menghambat sekresi penisilin di
tubuli ginjal sehingga meningkatkan kadar penisilin di dalam plasma
dengan demikian meningkatkan efektivitasnya dalam terapi gonore.
b. kombinasi obat hipertensi dapat meningkatkan efektivitas dan mengurangi
efek samping.
c. kombinasi obat anti kanker dapat meningkatkan efektivitas dan
mengurangi efek samping.
d. kombinasi obat tuberkolosis dapat memperlambat timbulnya resistensi
kuman terhadap obat.
Antagonis efek toksik obat oleh antidotnya masing-masing, Stockly (1994)
menambahkan adanya interaksi obat yang berakibat merugikan, misalnya :
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
13
a. walfarin jika diberikan bersamaan dengan fenilbutason, fenilbutason
menghambat metabolisme warfarin sehingga kadar warfarin dalam tubuh
meningkat sehingga dapat mengakibatkan pendarahan.
b. pasien mengkonsumsi monoamin oksidase inhibitor (MOIO) bersamaan
dengan makanan kaya akan tiramin karena enzim monoamin oksidase
(MAO) dihambat oleh MOIO. Jika tiramin tidak dimetabolisme, maka
akan terjadi akumulasi tiramin ditubuh yang mampu membebaskan
norepinefrien yang menyebabkan tekan darah naik dan mengakibatkan
krisis hipertensi.
Mekanisme interaksi obat secara garis besar terdiri dari 3 mekanisme,
yaitu interaksi farmakosetik atau inkompatibilitas, interaksi farmakokinetik dan
intaraksi farmakodinamik.
a. Interaksi farmasetik atau inkompatibilitas
Interaksi farmasetik atau inkompatibilitas terjadi di luar tubuh (sebelum
obat diberikan) di mana antara obat satu dengan yang lain tidak dapat
saling campur (inkompatibel). Pencampuran obat menyebabkan terjadinya
interaksi langsung secara fisika atau kimiawi, yang hasilnya sebagai
pembentukan endapan, perubahan warna dan lain-lain. Interaksi ini
berakibat inaktivasi obat, contoh : gentamin mengalami inaktivasi jika
dicampur dengan karbenesin, demikian juga dengan penisilin G bila
dicampur dengan vitamin C, sedangkan Ampoterisin B mengendap dalam
larutan garam fisiologis atau larutan ringer.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
14
b. Interaksi farmakokinetik.
Interaksi farmakokinetik terjadi bila salah satu obat mempengaruhi
absorpsi, distribusi, metabolisme, atau ekskresi obat kedua sehingga kadar
plasma obat kedua meningkat atau menurun yang mengakibatkan
peningkatan toksisitas atau penurunan efektivitas dari obat tersebut.
Interaksi farmakokinetik tidak dapat diektrapolasikan ke obat lain yang
segolongan dengan obat yang berinteraksi, meskipun strukturnya mirip,
karena antara obat segolongan terdapat variasi sifat-sifat fisikokimia yang
menyebabkan variasi sifat-sifat farmakokinetikanya.
c. Interaksi farmakodinamik
Stockley (1994) berpendapat bahwa interaksi farmakodinamik adalah
interaksi obat yang terjadi karena hadirnya obat lain di tempat aksi obat.
Pendapat ini selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh Setiawati
(1995) yakni interaksi farmakodinamik merupakan interaksi antara obat
yang bekerja pada sistem reseptor tempat kerja, atau sistem fisiologik yang
sama sehingga terjadi efek aditif , sinergistik atau antagonistik. Interaksi
farmakodinamik sering kali dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang
segolongan dengan obat yang berinteraksi, karena penggolongan obat
memang berdasarkan atas persamaan efek farmakodinamiknya di samping
itu, kebanyakan interaksi ini dapat diperkirakan kejadiannya sehingga bisa
dihindari sedini mungkin apabila dokter yang bersangkutan mengetahui
mekanisme kerja obat tersebut.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
15
2. Cara pemberian dan bentuk sediaan obat
Bentuk sediaan obat dibedakan untuk pemakaian luar dan untuk
pemakaian dalam. Bentuk sediaan obat untuk pemakaian dalam adalah obat-obat
yang diberikan melalui mulut, tenggorokan, masuk ke perut. Penggunaan tersebut
biasanya disebut pemberian oral (Anief,1996).
Cara penggunaan lainnya dianggap sebagai penggunaan luar, antara lain
pemakaian obat melalui kulit dengan jalan merobek atau menembus kulit, yaitu
perinjeksi atau parenteral, misalnya intra vena. Pemakaian obat melalui dubur
(rektal) yaitu suppositoria, melalui lubang kemaluan (genital) yaitu ovulla,
melalui lubang kencing (urogenital) yaitu bacilla, dan melalui lavemen yaitu
clysma. Selanjutnya pemakaian obat pada selaput lendir antara lain melalui mata
yaitu tetes mata, obat cuci mata; melalui rongga mulut misalnya obat kumur dan
melalui telinga misalnya tetes telinga. Pemakaian pada kulit, misalnya salep,
pasta, lotion, krim disebut dengan pemakaian topikal (Anief,1996).
Berdasarkan konsistensinya, bentuk sediaan obat dapat dibagi menjadi 4
macam ;
a. bentuk sediaan padat seperti serbuk, tablet, kapsul, pil
b. bentuk sediaan semi padat seperti salep, krim, pasta
c. bentuk sediaan cair seperti suspensi, emulsi, solution, potio
d. bentuk sediaan gas seperti aerosol (Fudholi, 1999).
.
Beberapa definisi bentuk sediaan obat, antara lain serbuk, tablet, salep dan
sirup. Serbuk adalah campuran dua atau lebih bahan obat yang diserbukkan.
Tablet adalah sediaan obat padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
16
bahan pengisi. Kapsul adalah sediaan padat terdiri dari obat dengan cangkang
keras atau lunak yang dapat larut. Sirup termasuk dalam sediaan larutan atau
sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia. Penggunaan istilah sirup
juga digunakan untuk bentuk sediaan cair yang mengandung bahan pengental dan
pemanis, termasuk suspensi oral (Anonim, 1979 dan Anonim, 1995).
C. Anatomi Saluran Pernapasan Manusia
Saluran napas berfungsi untuk mengambil oksigen yang penting bagi
kehidupan dan mengeluarkan karbondioksida. Atau dengan kata lain fungsi
pernapasan yang utama adalah untuk pertukaran gas (Tabrani, 1996). Oleh karena
itu baik anatomi maupun fisiologi paru disesuaikan dengan fungsi ini.
Saluran pernapasan terdiri dari : rongga hidung, faring, laring, trakea dan
paru-paru. Laring membagi saluran pernapasan menjadi 2 bagian, yakni saluran
pernapasan atas (rongga hidung, faring, laring) dan saluran pernapasan bawah
(trakea, bronchi
dan paru-paru) (dikutip dari respiratory emergencies shibel,
moser).
1. Saluran Pernapasan
Secara fungsional saluran pernapasan dibagi atas bagian yang berfungsi
sebagai konduksi (pengantar gas) dan bagian yang berfungsi sebagai respirasi
(pertukaran gas)
Konduksi
: rongga hidung, rongga mulut, faring, laring, trakea, sinus
Bronkus, bronkiolos non respiratorius.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Respirasi
17
: bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, atrium dan sakus
alveolaris.
Gambar 1. Sistem pernapasan pada manusia
A. Rongga Hidung
Rongga hidung terdiri atas :
1. vertibulum yang dilapisi oleh sel submukosa sebagai proteksi
2. dalam rongga hidung terdapat rambut yang berperan sebagai penapis udara
3. struktur konka yang berfungsi sebagai proteksi terhadap udara luar karena
strukturnya berlapis.
4. sel silia yang berperan untuk melemparkan benda asing keluar dalam
usaha untuk membersihkan jalan napas.
Adapun fungsi dari rongga hidung, sebagai bagian dari respirasi antara lain :
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
18
1. sebagai fungsi preventif, dilaksanakan oleh :
a. Bulu hidung sebagai penyaring debu.
b. Silia yang tumbuh pada pseodokolomma epithelium, berdasarkan atas
momentum dari partikel benda asing di udara, maka benda asing akan
ditangkap oleh silia dikonka superior, dan hanya udara yang
berpartikel 4-6 mikron saja yang dapat masuk saluran napas yang lebih
bawah.
2. sebagai fungsi lubrikasi (pelicin)
Sesuai dengan fungsi ini, maka jalan napas tidak menjadi kering, fungsi ini
dilaksanakan oleh kelenjar submukosa dan sel goblet.
3. sebagai fungsi pemanas dan pendingin udara.
Fungsi ini dilaksanakan karena kayanya vaskularisasi yang terdapat di
dalam rongga hidung yang berfungsi sebagai konduksi dari panas dan
karena adanya perputaran dari udara inspirasi serta ekspirasi.
B. Faring
Merupakan bagian belakang dari rongga hidung dan rongga mulut, terdiri
dari nasofagus (bagian yang berbatasan dengan rongga hidung), orofaring (bagian
yang berbatasan dengan rongga mulut) dan hipofaring (bagian yang berbatasan
dengan laring), yakni bagian di mana pemisahan antara udara dan makanan
terjadi.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
19
C. Laring
Walaupun fungsi utamanya adalah sebagai alat suara, akan tetapi di dalam
saluran pernapasan fungsi laring adalah sebagai jalan udara, karena celah suara di
antara pita suara berfungsi sebagai pelindung dari jalan udara. Bila dilihat secara
fontal maupun lateral, pada bagian laring dapat dilihat adanya epiglotis, tulang
hioid, tulang rawan tiroid, tulang aritenoid dan tulang rawan krikoid. Tulang
rawan krikoin merupakan batasan terbawah dari tulang rawan laring, yaitu terletak
2-3 cm di bawah laring. Di bawah dari tulang krikoid inilah biasanya dilakukan
tindakan trakeotomi yang bertujuan untuk memperkecil “dead space”(bagian
konduksi) dan mempermudah melakukan penghisakan sekresi.
D. Trakea
Trakea merupakan suatu cincin tulang rawan yang tidak lengkap (UShapped/berbentuk huruf U), di mana pada bagian belakangnya terdiri dari 16-20
cincin tulang rawan. Panjang trakea ± 10 cm, tebalnya 4-5 mm, diameternya lebih
kurang 2,5 cm, dan luas permukaannya 5 cm2 . Lapisan trakea terdiri dari mukosa,
kelenjar submukosa dan dibawahnya terdapat jaringan otot yang terletak pada
bagian depan yang menghubungkan kedua bagian tulang rawan. Diameter trakea
ini berveriasi pada saat inspirasi dan ekspirasi.
E. Paru
Paru kanan dan kiri adalah jaringan yang elastis yang bekerja seperti
bunga karang dan teraba seperti karet spons. Paru kanan terbagi menjadi 3 lobus
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
20
dan terpisah oleh dua fisura lengkap. Paru kiri terbagi menjadi dua lobus oleh satu
fisura. (Basmajian dan J.V. slonecker,1995).
Bila dalam keadaan sehat aliran udara dari hidung atau mulut sampai ke
alveoli dapat dikatakan tidak mengalami hambatan berarti, lain halnya waktu
serangan asma. Aliran udara disini akan menjadi lambat karena saluran napas
menyempit. Penyempitan ini disebabkan oleh otot-otot yang melingkar pada
saluran napas mengkerut atau mengalami bronkospasme. Lapisan sel-sel
permukaan saluran napas membengkak disertai infiltrasi sel-sel radang
disekitarnya dan produksi mukus atau lendir berlebihan.
F. Bronkus
Dinding bronkus dan bronkiolus mengandung otot polos dan dilapisi oleh
sistem saraf otonom. Pada umumnya, parasimpatis yang merangsang melalui
nervus vagus menyebabkan bronkus menyempit dan simpatis yang merangsang
melalui reseptor β2-adrenergik menyebabkan bronkus melebar. Selain itu terdapat
persarafan noradrenergik yang menyebabkan bronkodilatasi. Fungsi otot-otot
bronkus masih diperdebatkan, tetapi mungkin salah satu fungsinya membantu
mempertahankan penyebaran ventilasi. Otot-otot bronkus juga melindungi
bronkus selama batuk dan memiliki irama sirkadian pada tonus bronkus, dengan
kontriksi maksimal sekitar jam 06:00 dan dilatasi maksimal sekitar jam 18:00,
itulah sebabnya mengapa asma menyerang lebih hebat pada tengah malam dan
pagi hari (Ganong, 1983).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
21
2. Jalan Napas
Paru-paru terdiri dari dua bagian yang terpisah, masing-masing mengisi
rongga dada kiri dan kanan. Kedua bagian tersebut dilapisi oleh suatu selaput,
pleura viseralis yang berhubungan dengan pleura parietalis dengan perantaraan
suatu cairan. pleura parietalis ini melapisi dinding toraks bagian dalam diagfagma
dan mediatinu. Kedua pleura yang sering disebut juga selaput dada, dapat
bergesek satu sama lain. Pada hilus paru-paru (tempat masuknya bronkus utama
dan pembuluh pada paru-paru) pleura viselaris yang menjadi pleura parietalis.
Paru-paru dibagi menjadi beberapa bolus oleh suatu lekukan yang dalam. Paruparu kanan terdiri dari tiga bolus, paru-paru kiri terdiri dari dua bolus.
Udara yang dihirup secara fisiologis akan masuk melalui hidung, yaitu
tempat udara dihangatkan, dilembabkan dan dibersihkan, kemudian menuju faring
(kerongkongan) lalu ke larings (tenggorokan). Pada pernapasan yang dipaksakan
udara juga masuk melalui rongga mulut. Sampai faring, jalan udara dan makanan
sama. Pada laring jalan udara dan makanan terpisah, udara akan mengalir melalui
trakea, bronkus utama dan masuk kecabang bronkus kecil selanjutnya.
Trakea merupakan saluran jaringan ikat berlumen besar, di mana terdapat
tulang rawan berbentuk tapal kuda dan serabut otot polos. Pada ruas tulang
belakang kelima, trakea akan membagi dua membentuk batang bronkus, yang
masuk ke dalam paru-paru pada daerah hilus kiri dan kanan. Dinding bagian
dalam trakea dan bronkus dilapisi dengan epitil respirasi yang mempunyai bulu
yang dapat bergetar. Jika pada gerakan mulut ada partikel yang terhirup, bulu ini
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
22
akan mendorongnya ke arah luar. Di bawah epitel terdapat berbagai kelenjar
campuran yang menghasilkan sekret serosa maupun mukus.
Bronkus yang kecil akan bercabang-cabang membentuk bronkhioli, yang
akhirnya pada percabangan terakhir bermuara di duktus alveoli (saluran alveoli).
Alveoli berbentuk setengah lingkaran dengan diameter sekitar 0.1-0.2 mm
dikelilingi oleh jaringan kapiler yang rapat yang dialiri oleh darah vena dari
arteria pulmonalis. Karena kontak yang sangat berdekatan anatara darah kapiler
dengan udara alveoli maka pertukaran gas pernapasan akan dipermudah di sini.
Pasokan udara alveoli (ventilasi alveolar) yang diperlukan bagi pertukaran
gas didapat dengan proses pertukaran ritmik antara inspirasi (menarik napas) dan
ekspirasi (mengeluarkan napas). Pada waktu inspirasi udara segar yang
mengandung oksigen akan masuk ke ruang alveoli, sedangkan pada waktu
ekspirasi udara yang miskin oksigen yang mengandung banyak karbondioksida
akan dikeluarkan ke udara sekitar. Inspirasi merupakan proses aktif, di mana pada
kontraksi otot inspirasi, volume intratorakal membesar. Dengan meregangnya
paru-paru tekanan intrapulmonal akan turun lebih rendah dari tekanan atmosfer,
dan karena perbedaan tekanan ini udara masuk ke dala alveoli. Sebaliknya
ekspirasi (pada pernapasan biasa) berlangsung pasif. Karena keelastisan/
kekenyalannya, maka paru-paru yang menempel pada rongga dada dengan
perantaraan cairan pleural akan kembali ke bentuk semula. (Mutschler,1991).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
23
D. Asma Bronkial
1. Pengertian
Asma
bronkial
termasuk
dalam
Gangguan
Ventilasi
Obstruktif
(menghalangi), yang termasuk gangguan ventilasi obstruksi adalah semua
gangguan ventilasi yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas dan dengan
demikian terjadi pengingkatan tahanan aliran udara.
Yang termasuk gangguan ventilasi obstruktif antara lain :
a. asma bronkial, dan
b. bronkitis kronis
Asma bronkial merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
hiperreaktivitas respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan.
Manifestasi dari penyakit ini berupa penyempitan jalan nafas yang luas dan
derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan
(Mutschler,1991).
Asma ditandai dengan adanya serangan sesak napas dan mengi
(wheezing) serta peningkatan respon trakea dan Bronkus terhadap berbagai
stimulus dan penyempitan luas pada saluran pernapasan yang berubah-ubah
keparahannya, baik spontan atau sebagai akibat terapi. Tanda klinik asma berupa
serangan episodik berulang batuk, napas pendek, dada terasa terikat dan wheezing
(Katzung,1995).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
24
Inflamasi
Pemicu
Asma
Hipereaktifitas Bronkus
Gangguan Saluran Napas
Gambar 2. Siklus Asma
Yang utama secara klinis pada asma bronkial adalah kesulitan pernapasan
yang parah dengan kurangnya oksigen dalam jaringan. Akibat spasmus otot polos
bronkhioli dan Bronkus kecil serta akibat adanya lendir yang kental dalam lumen
Bronkus yang menyempit ini, akan terjadi ekspirasi yang sulit dan berdengik serta
diperlambat. Serangan dapat berlangsung beberapa menit tetapi juga berjam-jam
dan malahan berhari-hari dalam bentuk status asmaticus yang membahayakan
jiwa. Serangan umumnya diakhiri dengan batuk yang hebat dan keluarnya dahak
yang kental dan bening.
2. Pembagian Asma Secara Klinis
Secara klinis asma dapat dibagi menjadi tiga bagian :
a. Asma akut intermiten
Tidak ada gejala sama sekali di luar serangan. Pemeriksaan fungsi paru
tanpa provokasi tetap normal. Penderita ini sangat jarang jatuh ke dalam
status asmatikus dan dalam pengobatannya sangat jarang memerlukan
kortikosteroid.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
25
b. Asma akut dan status asmatikus
Serangan asma dapat sedemikian beratnya sehingga penderita segera
mencari pertolongan. Bila serangan asma akut tidak bisa diatasi dengan
obat-obat adrenergik beta dan teofilin, disebut status asmatikus.
c. Asma kronik persisten
Pada asma kronik persisten selalu ditemukan gejala-gejala obstruksi jalan
napas, sehingga diperlukan pengobatan yang terus-menerus. Hal tersebut
disebabkan oleh karena saluran jalan napas penderita terlalu sensitif selain
adanya faktor pencetus yang terus-menerus (Baratawidjaya,1990).
3. Gejala Asma
Dasar kelainan asma adalah keadaan bronkus (saluran napas bagian
dalam) yang hiperreaktif terhadap berbagai rangsangan. Jika ada rangsangan pada
bronkus yang hiperreaktif maka akan terjadi :
a. otot bronkus akan mengerut atau menyempit.
b. selaput lendir bronkus membengkak.
c. produksi lendir menjadi banyak dan kental. Lendir yang kental ini sulit
dikeluarkan
atau
dibatukkan
sesak(Abidin dan Ekarini,2002).
sehingga
penderita
menjadi
lebih
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
26
Gambar 3. Saat asma menyerang (www.MayoClinic.com, 2006)
Keadaan bronkus yang sangat peka dan hiperreaktif pada penderita asma
menyebabkan saluran napas menjadi sempit, akibatnya pernapasan menjadi
terganggu. Hal ini menimbulkan gejala asma yang khas yaitu : batuk, sesak napas
dan wheeling atau mengi. Manifestasi serangan asma tidak sama pada setiap
orang, bahkan pada satu penderita yang sama, berat dan lamanya serangan asma
dapat berbeda dari waktu ke waktu. Beratnya serangan dapat bervariasi mulai dari
yang ringan sampai yang berat, demikian pula dengan lama serangan. Serangan
bisa saja singkat, sebaliknya dapat pula berlangsung sampai berhari-hari (Abidin
dan Ekasari,2002).
4. Faktor-Faktor Penyebab Asma
Asma dapat disebabkan oleh berbagai faktor, dan tiap penderita mungkin
berlainan antara lain :
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
27
a. faktor dasar
Faktor dasar atau kausa adalah faktor yang sudah ada pada diri manusia itu
untuk timbulnya asma.
1. faktor genetik: berhubungan dengan keturunan dimana gen tunggal
sebagai pembawa sifat keturunan yang dominan.
2. faktor hiperreaktivitas bronkus; bronkus bereaksi hebat terhadap
rangsangan yang pada orang normal tidak ada reaksi.
3. faktor alergi.
b. faktor pencetus
Faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan asma akut :
1. alergen merupakan faktor pencetus asma yang sering dijumpai pada
penderita seperti tepung sari, spora jamur, debu rumah, tungau, bulu
binatang, bakteri, alergen makanan seperti coklat, tepung, telur atau
ikan.
2. lingkungan kerja, terutama dalam pabrik-pabrik atau perusahaan
seperti lingkungan pabrik roti, pabrik tenun, peternakan.
3. polusi udara seperti asap rokok, semprotan obat nyamuk, semprotan
rambut, asap industri dan asap kendaraan bermotor.
4. iklim, terdiri dari hawa dingin dan kelembaban udara yang tinggi.
5. infeksi saluran napas.
6. olah raga atau kegiatan jasmani, seperti bersepeda, lari-lari, berenang,
naik turun tangga.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
28
7. emosi, seperti rasa takut, rasa senang berlebihan, sedih dan sebagainya
8. obat-obatan, seperti propanolol (obat jantung), narkotik, reserpin,
aspirin (Sutaryo,1985)
5. Patogenesis
Berdasarkan
macam
rangsangan
atau
faktor
pencetus
asma,
patogenesisnya dapat dibedakan mejadi dua :
a. asma ekstrinsik (Imunologik)
Bentuk asma ekstrinsik biasanya terdapat pada anak-anak dengan riwayat
keluarga alergi terhadap suatu zat. Asma imunologik ekstrinsik adalah
suatu hepersensitivitas tipe I yang diperantarai oleh imonoglobulin E yang
selanjutnya disebut Ig E, yang dapat membentuk anti bodi Ig E bila
terkena alergen. Antibodi ini terikat pada sel mati dan basofil di dalam
mukosa trakea bronkial, sel ini bila terkena alergen akan mengeluarkan
histamin. Histamin dengan simultan dapat merangsang pembentukan
indikator-indikator prostaglandin (PGD2) dan leukotrien (LDT). Derivatderivat lain yang dihasilkan selain histamin adalah asam arakihidonat
termasuk LTB4 (suatu kemoantraktan yang paten) dan tromboksanA2
(aktifator dan agresor dari platelet). Berdasarkan cara ini, sel mengi, segala
bentuk sel darah putih dan platelet bereaksi di dalam bronkus. Sel-sel ini
akan merangsang terlepasnya lebih banyak mediator seperti serotonin dan
juga kinin (Robbinson dan Kumar, 1987).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
29
b. asma intrinsik (non imunologik)
Asma intrinsik dapat terjadi pada segala usia dan mempunyai
kecenderungan lebih sering kambuh dan lebih tinggi tingkat keparahannya
dibandingkan asma ekstrinsik. Asma intrinsik dan imunologi di
postulasikan sebagai hasil berbagai abnormalitas kontrol parasimpatik
fungsi saluran napas. Otot polos saluran udara, kelenjar submukosa dan
kapilar diatur oleh sistem saraf otonom, rangsang kolinergik dan alfa
andrenergik menyebabkan bronkokontriksi dan sekresi mukosa, adanya
rangsangan beta – alfa reseptor dari sel mukosa bronkial menyebabkan
banyaknya gejala asma. Kemungkinan beberapa intervensi yang
menghambat
jalur
beta
adrenergik
dapat
juga
menyebabkan
bronkokontriksi (Robbins dan kumar,1987).
Menurut teori, pasien dapat mengalami bronkokontriksi pada suhu dingin,
kenaikan ventilasi dengan olah raga, polusi udara dan rangsangan imunologik lain
seperti yang meminum aspirin. Faktor tersebut dapat menyebabkan vagal aferen
kolinergik dan alfa adrenergik mengadakan perubahan karakteristik asma. Aspirin
dapat berbahaya bagi pasien asma karena aspirin adalah mediator melalui asam
arakidonat dengan menghambat siklo oksigenase mediator leukotrien yang dapat
memacu timbulnya asma (robinson dan Kumar,1987).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
30
6. Pengobatan Asma
a. Pengobatan asma ditujukan pada macam-macam aspek:
1. Kausal ; mencari dan menentukan sebabnya. Bila diketahui sebabnya
maka dengan menghindari sebab itu akan mengurangi kemungkinan
mendapat serangan, terutama dari faktor pencetus.
2. Simtomatis : pengobatan yang hanya untuk menghilangkan gejala
asma.
3. Obat pencegahan serangan : berguna untuk mencegah agar serangan
asma tidak sering terjadi.
4. Immunoterapi : dengan jalan mengurangi bahan-bahan yang
menyebabkan timbulnya serangan asma. (Sutaryo,1985).
b. Prinsip-prinsip umum pengobatan asma bronkial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan napas dengan segera
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai
penyakit asma maupun tentang perjalanan penyakitnya, sehingga
penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerja sama
dengan dokter yang merawatnya (Baratawidjaya, 1990)
c. Obat-obat asma
Obat-obat asma terdiri dari dua bagian yaitu saat serangan dan pencegah
serangan.
1. Obat saat serangan asma.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
31
a. Bronkodilator : menyebabkan relaksasi otot-otot halus yang berada
di saluran pernapasan. (Warfield, 1996). Bronkodilator terdiri dari
3 golongan yaitu :
1. Simpatomimetik
2. Xantin
3. Atropin
b. Kortikosteroid : obat anti alergi dan anti peradangan contohnya
prednison, metil prednisolon, hidrokortison. Cara kerjanya sebagai
obat anti alergi yang kuat, mengurangi pembengkakan saluran
napas dan memperbaiki kerja bronkodilator yang sudah melemah.
(Sundaru,1995).
2. Obat untuk pencegah serangan asma
a. Kromon ; mekanisme secara pasti belum diketahui, tetapi kromon
telah terbukti dapat menghalangi EAR (Early Asthmatic Respons)
dan LAR (Late Asthmatic Respons) serta mencegah meningkatnya
hiperreaktifitas bronki berikutnya. (Kelly dan Kamada, 1997)
b. Ketotifen
c. Kortikosteroid aerosol : bekerja sebagai anti alergi dan anti
peradangan
serta
memperkuat
kerja
dari
bronkodilator
(Sundaru,1995)
d. Nedokromik : diduga mempunyai efek anti peradangan seperti
halnya natrium kromolin. Dipakai untuk mencegah asma ringan
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
32
dan sedang , terutama yang disebabkan alergen, kegiatan jasmani
maupun iritan seperti hawa dingin atau asap. (Sundaru,1995)
e. Antileukotrien : mencegah terbentuknya leukotrien.
f. Suntikan alergen (Laprin) : untuk membentuk zat anti di dalam
tubuh. (Sundaru, 1995)
E. Keterangan Empiris
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran pola peresepan
yang meliputi karakteristik pasien, jumlah obat, jenis obat, golongan obat, bentuk
sediaan, cara pakai, dan kesesuain obat yang diberikan berdasarkan standar
pelayanan medis, ketepatan dosis dan potensi terjadinya interaksi obat asma
bronkial yang diberikan pada pasien asma bronkial yang ada di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai kajian penatalaksanaan resep Pasien Asma Bronkial
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005
merupakan penelitian deskriptif non ekperimental (observasional) yang dilakukan
dengan metode retrospektif. Penelitian ini termasuk penelitian non-eksperimental
karena tidak ada perlakuan pada subjek uji. Data yang digunakan adalah catatan
rekam medik dari pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005.
B. Definisi Operasional
1. Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali adalah tempat yang digunakan untuk
mendapatkan data yang digunakan untuk mengkaji penatalaksanaan resep
asma bronkial pada skripsi ini.
2. Asma bronkial merupakan suatu kelainan dengan ciri meningkatnya respon
trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya
penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik
secara sepontan maupun hasil dari pengobatan
3. Kajian profil peresepan adalah gambaran tata cara pemberian obat kepada
pasien yang meliputi pemilihan jumlah obat, golongan obat, jenis obat, bentuk
sediaan dan cara pemakaian serta lama perawatan pasien dewasa asma
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
34
bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada
tahun 2005.
4. Kriteria pasien adalah semua penderita asma bronkial yang mendapat
perawatan medis di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah BangliBali tahun 2005.
5. Kelompok balita (0 sampai 5 tahun), anak-anak (5<n≤12 tahun), dewasa
(12<n≤65 tahun), dan lanjut usia (di atas 65 tahun)
6. Kartu rekan medik adalah berkas yang memberikan catatan tentang identitas
pasien yang meliputi nomor rekam medis, nama, umur, pekerjaan, jenis
kelamin, diagnosis, jenis obat, dosis obat, lama pemberian, rute pemberian dan
hasil pengobatan.
7. Golongan obat adalah kelompok obat berdasarkan kelas terapi yang diberikan
kepada pasien dewasa asma bronkial, misalnya bronkodilator, kortikosteroid,
rehidrasi, oksigen, antiinfeksi, obat batuk dan anti histamine.
8. Jenis obat adalah nama generik obat yang diberikan kepada pasien asma
bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada
tahun 2005, misalnya terbutain sulfat.
9. Indikasi tidak butuh obat yaitu pasien lebih baik disembuhkan dengan non
drug therapy, pasien mendapat obat dalam jumlah berlebih, pemakaian
multiple drug yang seharusnya cukup dengan single drug terapi, serta obat
diberikan untuk mencegah efek samping obat lain yang seharusnya dapat
dihindarkan
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
35
10. Pemilihan obat tidak tepat yaitu obat yang diberikan kepada pasien tidak
efektif (kurang sesuai dengan indikasinya), pasien mempunyai alergi terhadap
obat tersebut, obat yang diberikan memiliki kontraindikasi dengan obat lain,
efektif namun bukan yang paling murah dan aman, serta adanya kombinasi
obat yang tidak perlu.
11. Dosis terlalu rendah adalah pasien mendapat obat dengan kandungan zat aktif
terlalu rendah untuk memberikan efek.
12. Dosis terlalu tinggi adalah pasien mendapat obat dengan kandungan zat aktif
terlalu tinggi untuk memberikan efek.
13. Adverse Drug Reaction adalah munculnya efek samping obat yang tidak
diharapkan yang dialami pasien beserta interaksi obatnya.
14. Kerasionalan terapi adalah kesesuaian pemberian obat dan perlakuan dengan
standar yang telah ditetapkan.
15. Interaksi obat adalah peristiwa berubahnya efek suatu obat akibat adanya obat
atau zat aktif lain yang diberikan secara bersamaan.
C. Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
rekam medik (RM), dan informasi dari instalasi farmasi rumah sakit mengenai
pasien asma bronkial di Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun
2005. Data dari rekam medik tiap pasien kemudian dikelompokan berdasarkan
parameter yang telah ditentukan.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
36
D. Lokasi penelitian
Penelitian mengenai kajian penatalaksanaan resep Pasien Asma Bronkia
dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali
(RSUD Bangli-Bali).
E. Jalannya Penelitian
Penelitian mengenai kajian penatalaksanaan resep Pasien Asma Bronkial
dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut :
1. Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan analisis situasi, penentuan masalah serta
pencarian informasi standar penatalaksanaan asma bronkial di RSUD Bangli-Bali.
Pada tahap analisis situasi dilakukan dengan mencari informasi pada bagian
rekam medik mengenai distribusi penyakit asma bronkial pada pasien dewasa di
Instalasi Rawat Inap RSUD Bangli-Bali pada tahun 2005.
.2. Pencarian dan pencatatan Data
Proses pencarian data diawali dengan penelusuran data pasien yang
mengalami penyakit asma bronkial. Selanjutnya dilakukan pengumpulan bahan
dan pencatatan data ke dalam lembaran laporan.
a. Proses pencarian data, diperolah dengan melihat laporan sub-bagian rekam
medik yang berupa laporan jumlah kasus pasien dewasa asma bronkial di
Instalasi Rawat Inap yang berisi nama, umur dan jenis kelamin pasien.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
37
Kemudian dilakukan pengambilan data pada lembar-lembar rekam medik
sesuai jumlah sampel yang ada serta pencarian informasi dari bagian rekam
medik mengenai kekurangan data bila ditemukan data yang tidak lengkap.
b. Proses pencatatan data, yaitu dengan mencatat yang ada di lembar rekam
medik tiap pasien . Data yang diambil adalah meliputi nomor rekam medik,
umur, jenis kelamin, lama perawatan, anamnesis, hasil diagnosis awal, hasil
diagnosis keluar, obat yang diberikan, dosis, komplikasi penyakit lain, cara
pemberian obat, jumlah obat, bentuk sediaan dan keterangan akhir pasien.
3. Pengolahan Data
Data yang diperoleh kemudian diolah, hasil yang diperoleh disajikan
dalam bentuk tabel dan ada pula yang disajikan dalam bentuk gambar.
4. Tahap analisis hasil
Data dianalisis secara deskriptif kemudian hasilnya disajikan dalam
bentuk tabel beserta uraian penjelasan. Analisis tersebut berdasarkan :
a. Jenis kelamin, umur
b. Golongan dan jenis obat
c. Evaluasi kasus asma bronkial yang terjadi dengan melihat data pada rekam
medik
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Tujuan pengobatan asma bronkial adalah menghilangkan gejala atau
serangan asma secepat mungkin, mengusahakan agar penderita asma dapat
menjalankan kehidupan sehari-harinya dengan normal, serta mencegah atau
mengurangi berat dan banyaknya serangan asma berikutnya. Hal ini dapat dicapai
dengan jalan mengobati serangan asma bronkial dengan mempertimbangkan
beberapa parameter seperti: jumlah obat, golongan obat, cara pemberian obat dan
kerasionalan pengobatan yang terkait dengan drug related problems (DRPs).
Evaluasi pengobatan mutlak dilakukan, mengingat panjangnya terapi yang
diberikan kepada pasien asma bronkial karena asma bronkial merupakan penyakit
yang tidak dapat disembuhkan secara total dan merupakan penyakit turunan.
Evaluasi akan menjadikan penanganan pasien asma bronkial semakin baik
(rasional) hal ini disebabkan karena evaluasi akan memberikan kajian yang
mendalam tentang pengobatan yang dilakukan baik yang berhasil (pasien sembuh)
ataupun yang gagal (pasien tidak sembuh). Pengkajian setiap proses pengobatan
dengan melihat penatalaksanaan pengobatan melalui rekam medik akan
memberikan gambaran yang jelas tentang proses pengobatan yang telah dijalani
sehingga dapat diketahui penyebab keberhasilan ataupun kegagalan suatu proses
terapi terhadap pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
39
Peran farmasis dalam evaluasi pengobatan mutlak diperlukan, sesuai
dengan kewajiban dan kewenangannya yang tercantum dalam Standar
Kompetensi Farmasi Indonesia 2004 yang dikeluarkan oleh ISFI ( Ikatan Sarjana
Farmasi Indonesia ). Lima diantaranya mengatur tentang kewenangan farmasis
untuk mengkaji pengguanaan obat dalam proses terapi, kelima poin tersebut
berbunyi:
1. mengkaji penggunaan obat melalui rekam medik pasien, resep dan atau rekam
farmasi lain.
2. mengidentifikasi, memastikan kebenaran dan kebaikan suatu obat.
3. menghitung dosis, menentukan sedian yang paling cocok.
4. membuat keputusan profesional mengenai ada tidaknya atau kemungkinan
terjadinya kesalahan dengan obat beserta penyelesaiannya.
5. memonitor penggunaan obat dan mengevaluasi pengguanaan obat.
Dalam mengevaluasi suatu penatalaksanaan pengobatan perlu diketahui
gambaran umum pengobatan yang telah dilakukan. Gambran umum tersebut
meliputi :
A. Karakteristik Pasien
Karakteristik pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 berdasarkan jenis kelamin pasien, umur
pasien dan diagnosis pasien.
1. Jenis kelamin
Perbandingan jumlah dan persentase dari pasien laki-laki dan perempuan
pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
40
Bangli-Bali tahun 2005 adalah 66,7% untuk jenis kelamin laki-laki dan 33,3%
untuk jenis kelamin perempuan.
Tabel I. Distribusi pasien asma bronkial berdasarkan jenis kelamin di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun
2005.
No
1
2
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah
Pasien
12
6
18
Persentase
(%)
66,7
33,3
100
Data di atas menunjukan, bahwa pasien asma bronkial dengan jenis
kelamin laki-laki jumlahnya lebih banyak bila dibandingkan dengan pasien asma
bronkial yang berkelamin perempuan hal ini dipengaruhi oleh pola hidup pasien.
Pasien berjenis kelamin laki-laki memiliki kencenderungan lebih besar untuk
menjadi perokok aktif maupun pasif dibanding pasien perempuan, sehingga
kemungkinan laki-laki untuk mengidap asma bronkial lebih besar dibandingkan
mereka yang berjenis kelamin perempuan.
2. Umur
Berdasarkan umurnya, pasien asma bronkial di Insatalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005 dikelompokan dalam 4
kelompok. Diantaranya kelompok Balita (0 sampai 5 tahun), anak-anak (5<n≤12
tahun), dewasa (12<n≤65 tahun), dan lanjut usia (di atas 65 tahun). Dari penelitian
didapati terjadi 18 kasus asma bronkial, yang terdistribusi dalam persentase
sebagai berikut.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
41
Tabel II. Distribusi pasien asma bronkial berdasarkan Umur di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005
No.
Umur
0 sampai 5 tahun
Jumlah
Pasien
6
Persentase
(%)
33,3
1
2
5<n≤12 tahun
1
5,6
3
12<n≤65 tahun
7
38,9
4
di atas 65 tahun
4
22,2
Jumlah
18
100
Data penelitian di atas menunjukan bahwa pasien asma bronkial di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005
didominasi oleh pasien balita dan dewasa, yakni masing-masing 33,3% dan 38,9%
dari seluruh kasus yang ada. Sedangkan pasien lanjut usia sebesar 22,2% dari
seluruh kasus yang ada. Hal ini menunjukan bahwa pasien Balita dan dewasa
cenderung lebih rentan terkena serangan asma bronkial dibandingkan pasien
lanjut usia, atau pasien asma bronkial memiliki kencenderungan untuk tidak dapat
mencapai usia lanjut (terapi gagal). Dugaan ini muncul karena pada penelitianpenelitian terdahulu, kecenderungan asma bronkial menyerang justru pada usia
balita, anak-anak dan lanjut usia. Hal ini disebabkan karena pada usia dewasa,
pasien sudah dapat mengenali dan menghindari faktor pencetus serangan asma
pada dirinya, sehingga tindakan antisipasi sudah dapat disiapkan sebelum
serangan asma terjadi.
Pada usia balita dan anak-anak serangan asma sangat sering diakibatkan
karena saluran napas yang mereka miliki masih sangat kecil, sehingga mudah
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
42
sekali menyempit jika terinfeksi, sedangkan pada usia lanjut serangan diakibatkan
karena fungsi organ tubuh sudah menurun.
3. Diagnosis
Pada penelitian ini data yang diambil hanyalah data pasien asma bronkial
non-komplikasi, data pasien dengan diagnosis asma (selain asma bronkial) atau
penyakit lain diabaikan. Dari pengambilan data diketahui 16 kasus pasien asma
bronkial terdiagnosis awal sebagai penderita asma bronkial dan hanya 2 kasus
yang terdiagnosis awal sebagai penderita asmatikus, namun pada diagnosis akhir
ditetapkan bahwa ke-18 kasus asma bronkial tersebut sebagai penderita asma
bronkial. Secara persentase dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel III. Distribusi pasien asma bronkial berdasarkan Diagnosis awal dan
akhir di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah BangliBali tahun 2005
No.
Jenis
Penyakit
Diagnosis
awal
akhir
1
Asma Bronkial
88,9%
100%
2
Asma lain
(asmatikus)
Jumlah
11,1%
-
100%
100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa telah terjadi perubahan diagnosis,
perubahan ini terjadi karena terjadinya perubahan status pasien dari asmatikus
menjadi asma bronkial. Asmatikus merupakan serangan asma yang sangat berat,
bahkan pada serangan ini obat-obat adrenergik beta dan teofilin tidak memberikan
respon.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
43
B. Gambaran Umum Peresepan
Pada penelitian ini gambaran umum peresepan pasien asma bronkial di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005
dapat dilihat dari beberapa variabel, antara lain : jumlah jenis obat, golongan obat,
jenis obat, bentuk sediaan, dan cara pemakaian obat.
1. Jumlah jenis Obat
Jumlah jenis obat yang dipakai untuk pengobatan pasien asma bronkial di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005
adalah 4-11 macam obat dengan jumlah obat terbanyak yang diberikan adalah 7
macam obat pada 6 pasien. Jumlah jenis obat yang diberikan pada pasien asma
bronkial tidak diberikan dalam jumlah dan waktu yang bersamaan, tetapi menurut
selang waktu dan dosis tertentu berdasarkan pada unit dose dispensing, yaitu
distribusi obat yang diberikan pada pasien menurut dosis yang dibutuhkan selama
masa perawatan pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Bangli-Bali.
Tabel IV. Jumlah jenis obat yang diberikan pada pasien asma bronkial di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun
2005
No.
1
Jumlah jenis Obat yang
diterima pasien
4 jenis
Jumlah
Pasien
1
Persentase
(%)
5,5
2
6 jenis
3
16,7
3
7 jenis
6
33,3
4
8 jenis
3
16,7
5
9 jenis
2
11,1
6
10 jenis
3
16,7
Jumlah
18
100
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
44
Jumlah macam obat yang bervariasi diantara pasien asma bronkial
disebabkan karena perbedaan diagnosis yang diberikan oleh dokter, berdasarkan
gejala-gejala yang dialami oleh pasien serta keadaan pasien itu sendiri (faktor
usia, kehamilan dan jenis kelamin). Jumlah obat yang diberikan pada pasien
tergantung pada tingkat keparahan dari penyakit pasien serta diagnosis yang
diberikan, misalnya pada pasien yang terdiaknosis asma bronkial yang tergolong
ringan dengan pasien berusia 70 tahun hanya diberikan 4 macam obat ( 1
bronkodilator, 1 anti-mikroba, 1 obat saluran pencernaan dan 1 mukolitik ), pasien
asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Daerah Bangli-Bali pada
tahun 2005 sebagian besar (50%) mendapat 6-7 macam obat. Macam obat yang
biasa diberikan antara lain anti-hipoksemia, bronkodilator, anti-mikroba,
analgesik, mukolitik, kortikosteroid, antihistamin dan obat saluran pencernaan.
Menurut Sundaru (1995), perbedaan jumlah obat yang diberikan
disebabkan oleh sifat variabilitas dan individulitas dari pasien asma dengan respon
pengobatan tiap pasien berbeda-beda, ada pasien yang memerlukan satu macam
obat dan ada pasien yang memerlukan bermacam-macam obat. Misalnya ada
salah satu pasien asma yang memerlukan antihistamin untuk meringankan
alerginya, antasida untuk meringankan gangguan pencernaannya dan espektoran
untuk meredakan batuk berdahaknya. Jumlah obat yang diberikan menunjukan
bahwa dalam proses terapi penyakit asma tidak hanya khusus untuk asma saja,
tetapi juga untuk gejala-gejala yang menyertainya. Hal ini sesuai dengan tujuan
pengobatan asma yakni menghilangkan atau memperingan gejala sehingga pasien
asma bronkial dapat beraktifitas secara normal.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
45
2. Golongan Obat
Data rekam medik menunjukan selain obat asma, pasien asma bronkial di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005
juga mendapat obat-obat lain, seperti analgesik, anti infeksi (anti-mikroba), obat
saluran pencernaan, vitamin dan mineral.
Tabel V. Distribusi golongan obat yang diberikan pada pasien asma bronkial
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali
tahun 2005
No
Golongan Obat
Jumlah Obat
(n=148)
34
19
20
17
Persentase
(%=100)
22,7
12,8
13,5
11,5
1
2
3
4
Bronkodilator
Mukolitik
Kortikosteroid
Penganti cairan tubuh
5
6
7
Anti-mikroba
Anti-hipoksemia
Analgesik
22
13
6
14,9
8,8
4,1
8
9
10
11
Anti-histamin
Obat saluran pencernaan
Anti-diabetik
Anti-serotonin
5
5
1
1
3,4
3,4
0,7
0,7
12
Anti-epilepsi
1
0,7
13
Anti-hipertensi
1
0,7
14
Anti-angina
1
0,7
15
Anti-koagulan
1
0,7
16
Vitamin
1
0,7
148
100
Jumlah
Obat-obat selain obat asma digunakan untuk mengurangi gejala yang
menyertai serangan asma, seperti analgesik antipiretik digunakan untuk
mengurangi nyeri yang ditimbulkan oleh penyempitan bronkus pada saluran
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
46
pernapasan dan menurunkan panas, anti-mikroba digunakan untuk mengatasi
infeksi mikroba yang dapat memperparah asma bronkial, pengganti kalori tubuh
digunakan untuk mencegah terjadinya malnutrisi pada pasien-pasien yang dalam
keadaan tidak sadar atau kesulitan dalam mengkonsumsi makanan, vitamin dan
mineral diberikan untuk memulihkan kondisi tubuh setelah sakit dan mengatasi
defisiensi unsur tertentu dalam tubuh, obat saluran pencernaan diberikan untuk
mengatasi gangguan pencernaan yang disebabkan oleh sekresi asam lambung
yang berlebihan atau proses pencernaan makanan yang kurang baik (tidak
normal), oksigen diberikan untuk menghindari terjadinya hipoksemia pada pasien
karena kekurangan udara (O2) karena kesulitan bernapas akibat menyempitnya
bronkus. Dalam IONI (Informatorium Obat Nasional Indonesia) tahun 2000
dijelaskan bahwa oksigen harus dipertimbangkan sebagai obat, oksigen
diresepkan pada pasien yang mengalami atau mencegah hipoksemia, hal ini
diberikan untuk meningkatkan tekanan oksigen di alveolar dan mengurangi kerja
pernapasan yang dibutuhkan untuk mempertahankan tekanan oksigen di arterial,
kadar yang diberikan tergantung kondisi pasien.
Menurut Sundaru (1995) pemberian terapi oksigen bertujuan untuk
mengatasi kesulitan dalam menghembuskan napas yang berakibat udara terjebak
dalam alveoli dan menyebabkan rongga dada menjadi besar dan pertukaran
oksigen dan karbondioksida (CO2) terganggu, sehingga kadar karbondioksida
meningkat di atas normal dan menyebabkan kapiler-kapiler pembuluh darah
menyempit sehingga dapat meningkatkan kerja jantung.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
47
3. Jenis Obat
Jenis-jenis obat yang diberikan pada pasien asma bronkial di instalasi
rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 antara lain :
bronkodilator, anti-mikroba, mukolitik, kortikosteroid, obat saluran pencernaan,
analgesik-antipiretik, anti-hipoksemia, anti-diabetik, anti-histamin, anti-serotonin,
anti-epilepsi, anti-angina, anti-koagulan, vitamin dan pengganti kalori tubuh.
a. Bronkodilator
Bronkodilator yang diberikan pada pasien asma bronkial di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005 terdiri dari
golongan simpatomimetik (salbutamol) sebanyak 38,3% dan golongan metilxanti
(aminofilin, teofilin) sebanyak 61,7%.
Tabel VI. Distribusi golongan obat bronkodilator yang diberikan pada
pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Bangli-Bali tahun 2005
No
Jenis Obat Golongan
Bronkodilator
Jumlah Obat
Persentase
(%)
1
Metilxantin (aminopilin,
teofilin)
Simpatomimetika
(salbutamol)
Jumlah
21
61,7
13
38,3
34
100
2
Golongan simpatomimetika dapat merelaksasikan otot polos saluran
pernapasan dan menghambat pelepasan senyawa bronkokontriksi dari mediator
pencetus alergi. Salbutamol dan golongan simpatomimetika lain seperti terbutain
sulfat dan prokaterol hidroklorida memiliki toksisitas sistemik yang lebih rendah
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
48
dibandingkan dengan aminofilin dan teofilin (golongan metilxantin) serta lebih
efektif bila digunakan dalam sediaan inhalasi seperti aerosol dan spray inhaler,
karena efek dari zat-zat simpatomimetika lebih cepat menuju saluran pernapasan
yang mengalami bronkokontriksi dan merelaksasikan otot polos saluran
pernapasan.
Menurut Sundaru (1995), pemakaian kombinasi antara bronkodilator
metilxantin dan simpatomimetika dapat memperkuat efek terhadap jantung yaitu
menyebabkan kerja jantung bertambah sehingga menyebabkan pasien merasa
gemetar dan dada berdebar-debar. Efek ini dapat dikurangi dengan menggunakan
obat bronkodilator dalam bentuk aerosol dan dengan pemantauan dokter
pemakaian teofilin dimulai dengan dosis terkecil dan secara bertahap setiap tiga
hari dosisnya ditingkatkan dengan memperhatikan kadarnya didalam darah.
b. Pengganti Cairan Tubuh
Pada perawatan pasien asma bronkial biasanya pemberian cairan elektrolit
diberikan bersama aminofilin. Data menunjukan bahwa pemberian cairan
elektrolin dekstrosa 5% (D5) bersama dengan aminofilin sebanyak 13 kasus
(72,2%), sedangkan pemberian dekstrosa 5% tanpa aminofilin hanya sebanyak 5
kasus (27,8%).
Sediaan rehidrasi hanya perlu diberikan untuk mengkoreksi dehidrasi
akibat efek diuretika dari teofilin dan kehilangan cairan yang tak terasakan yang
berasal dari peningkatan ventilasi dan pasien yang sukar untuk minum akibat dari
susahnya bernapas (Anonim, 1995).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
49
Tabel VII. Distribusi pemberian cairan elektrolit pada pasien asma bronkial
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali
tahun 2005
No
Jenis cairan elektrolit
1
Dektrosa 5% (D5)
2
Dektrosa 5% (D5) +
aminofilin
Jumlah
Jumlah
kasus
5
Persentase
(%)
27,8
13
72,2
18
100
c. Mukolitik
Jenis obat golongan mukolitik yang diberikan pada pasien asma bronkial
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005
adalah ambroksol sebanyak 84,2% dan bromheksin sebanyak 15,8%.
Tabel VIII. Distribusi golongan obat mukolitik yang diberikan pada pasien
asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Bangli-Bali tahun 2005
No
1
Jenis Obat
Golongan
Mukolitik
Ambroksol
2
Bromheksin
Jumlah
Jumlah
Obat
Persentase
(%)
16
84,2
3
15,8
19
100
Mukolitik (ambroksol, bromheksin) mengurangi kekentalan mucus dengan
cara mengubah mukoproteinnya. Obat ini dapat meringgankan perasaan sesak
napas pada serangan asma yang terjadi sumbatan lendir kental sehingga tak dapat
dikeluarkan. Ambroksol merupakan metabolit aktif dari bromheksin yang
dimetabolit di hati. Ambroksol lebih banyak digunakan karena ambroksol
merupakan metabolit yang stabil sehingga dapat mengurangi efek samping yang
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
50
ditimbulkan oleh bromheksin (Tjay dan Raharja, 2002). Mukolitik sering
diresepkan untuk mempercepat ekspektorasi dengan mengurangi viskositas
sputum pada asma bronkitis (Anonim, 2000).
d. Kortikosteroid
Jenis obat golongan kortikosteroid yang diberikan pada pasien asma
bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun
2005 adalah deksametason sebanyak 55 %, metil prednisolon sebanyak 40% dan
deksametason kalium fosfat sebanyak 5%.
Tabel IX. Distribusi golongan obat kortikosteroid yang diberikan pada
pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Bangli-Bali tahun 2005
No
1
Jenis Obat Golongan
Kortikosteroid
Deksametason
2
Metil Prednisolon
8
40
3
Deksametason Na Fosfat
1
5
20
100
Jumlah
Jumlah
Obat
11
Persentase
(%)
55
Menurut Faisal Yunus, obat pengontrol asma yang paling efektif adalah
kortikosteroid. Cara pemberian yang paling baik adalah dengan jalan inhalasi.
Pemakaian kortikosteroid inhalasi jangka panjang dapat menurunkan kebutuhan
terhadap kortikosteroid sistemik.
Menurut Tjay dan Raharja (2002), zat-zat ini berdaya bronkodilatasi
berdasarkan cara meningkatkan kepekaan reseptor β2 hingga efek β2
simpatomimetika diperkuat dengan melawan efek-ekek mediator seperti radang
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
51
dan gatal melalui blokade enzime fosfolipase-A2 sehingga pelepasan asam
arakidonat oleh sel mastosis dihalangi sehingga sintesis leukotrien dan
prostaglandin tidak terjadi.
e. Anti-mikroba
Jenis obat golongan anti-mikroba yang diberikan pada pasien asma
bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada
tahun 2005 adalah golongan penisilin (ampisilin, amoksisilin) sebanyak 63,6%,
golongan sefalosporin (sefotaksim) sebanyak 22,7%, golongan makrolida
(eritromisin) sebanyak 9,1% dan golongan kuinolon (siprofloksasin) sebanyak
4,6%.
Tabel X. Distribusi golongan obat anti-mikroba yang diberikan pada pasien
asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Bangli-Bali tahun 2005
No
2
Jenis Obat Golongan Antimikroba
Penisilin
(ampisilin,
amoksisilin)
Sefalosporin (sefotaksim)
3
Makrolida (eritromisin)
2
9,1
4
Kuinolon (siprofloksasin)
1
4,6
22
100
1
Jumlah
Jumlah
Obat
14
Persentase
(%)
63,6
5
22,7
f. Anti-histamine
Jenis obat golongan anti-histamin yang diberikan pada pasien asma
bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun
2005 adalah mebhidrolin napadisilat (30%), simetidin (10%) dan ranitidine (60%)
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
52
Tabel XI. Distribusi golongan obat anti-histamin yang diberikan pada pasien
asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Bangli-Bali tahun 2005
No
1
2
3
Jenis Obat Golongan Antihistamin
Mebhidrolin napadisilat
Ranitidine
simetidin
Jumlah
Jumlah
Obat
3
6
1
10
Persentase
(%)
30
60
10
100
Obat-obat ini banyak digunakan pada pasien asma bronkial dengan gejala
alergi karena debu dan udara dingin. Obat-obat anti histamin mengatasi alergi
dengan menghambat pelepasan mediator-mediator histamin oleh sel mastosit pada
saluran pernapasan sehingga bronkus tidak mengalami konstriksi (Tjay dan
Raharja, 2002).
Pada kasus asma bronkial di daerah perbukitan seperti Bangli yang
memiliki temperatur udara yang dingin, sangat besar kemungkinan untuk
terserang alergi udara dingin. Alergi ini cenderung menyerang anak-anak karena
pertahanan tubuh mereka yang lemah dan saluran napas yang
masih kecil,
sehingga mudah sekali menyempit jika terinfeksi oleh alergen.
Alergen yang masuk kedalam tubuh dapat merangsang reseptor H2, hal ini
dapat membuat produksi cairan lambung meningkat sehingga dapat menimbulkan
rasa nyeri pada daerah lambung. Simetidin dan ranitidin dapat menghambat
reseptor H2 secara selektif dan reversibel. Penghambatan reseptor H2 akan
menghambat sekresi cairan lambung sehingga pasien terhindar dari nyeri
lambung.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
53
g. Analgesik Anti-piretik
Jumlah obat analgesik anti-piretik yang digunakan adalah 6. Keenam obat
tersebut adalah parasetamol yang merupakan golongan analgesik anti-piretik non
opioid. Analgesik opioid dan anti migren tidak digunakan dalam pengobatan 18
kasus asma bronkial di RSUD Bangli-Bali tahun 2005.
Penggunaan analgesik bertujuan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri
dan demam yang timbul akibat serangan asma. Parasetamol menjadi obat pilihan
karena merupakan obat yang relatif aman dan memiliki efek samping yang ringan
jika digunakan sesuai ketentuan. Penggunaan parasetamol secara terus-menerus
dengan dosis yang berlebihan akan mengakibatkan kerusakan organ tubuh
terutama organ ginjal dan hati.
Tabel XII. Distribusi golongan obat analgesik anti-piretik yang diberikan
pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005
No
1
Jenis Obat Golongan Antihistamin
Analgesik anti-piretik non
opioid (parasetamol)
Jumlah
Jumlah
Obat
6
Persentase
(%)
100
6
100
h. Anti-hipoksemia
Terapi anti hipoksemia yang digunakan dalam penanganan kasus asma
bronkial di Instalasi Rawat Inap RSUD Bangli-Bali pada tahun 2005 adalah
oksigen (O2). Dalam IONI (Informatorium Obat Nasional Indonesia) ditekankan
bahwa oksigen harus dipertimbangkan sebagai obat sehingga dapat diresepkan
dalam penanganan kasus hipoksemia. Penggunaan oksigen bertujuan untuk
meningkatkan tekanan oksigen alveolar dan mengurangi kerja pernapasan yang
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
54
dibutuhkan untuk mempertahankan tekanan oksigen arterial. Kadar pemberian
tergantung pada kondisi pasien, dan kadar yang tidak sesuai dapat memberikan
efek serius sampai letal.
Dalam penanganan asma tidak selalu diperlukan terapi anti hipoksemia
dengan menggunakan oksigen. Penggunaan terapi oksigen tergantung pada
tingkat keparahan serangan asma. Dari data yang didapat 13 (72,2%) dari 18
kasus asma bronkial di Instalasi Rawat Inap RSUD Bangli-Bali menggunakan
terapi oksigen.
Tabel XIII. Distribusi penggunaan oksigen pada pasien asma bronkial di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun
2005
No
1
2
Jenis obat
Oksigen
Tanpa oksigen
Jumlah
Jumlah
kasus
13
5
18
Persentase
(%)
72,2
27,8
100
i. Obat Saluran Pencernaan
Obat saluran pencernaan yang diberikan pada pasien asma bronkial di
Instalasi Rawat Inap RSUD Bangli-Bali pada tahun 2005 terdiri dari ranitidin HCl
dan simetidin. Ranitidin HCl dan simetidin bekerja dengan menghambat reseptor
H2 secara selektif dan reversibel. Perangsangan reseptor H2 akan merangsang
sekresi asam lambung, sehingga pada pemberian ranitidin HCl dan simetidin akan
menghambat sekresi asam lambung.(Ganiswara, 1995).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
55
Tabel XIV. Distribusi penggunaan obat saluran pencernaan pada pasien
asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Bangli-Bali tahun 2005
No
1
2
Jenis obat
Ranitidin HCl
Simetidin
Jumlah
Jumlah
kasus
5
1
6
Persentase
(%)
83,3
16,7
100
j. Obat-obat pendukung lainnya
Dalam penanganan asma bronkial di Instalasi Rawat Inap RSUD BangliBali pada tahun 2005 juga digunakan obat-obat pendukung terapi untuk masa
pemulihan seperti vitamin dan obat-obat untuk mengatasi gejala atau penyakit
yang menyertai, seperti obat anti-diabetes, anti epilepsi, anti-angina dan anti
koagulan.
Pemberian vitamin pada pasien asma bronkial bertujuan untuk
memulihkan kondisi serta daya tahan pasien terhadap penyakit penyerta, selain
obat yang diberikan untuk pengobatan penyakit asma lainnya.
4. Cara Pemberian
Pada umumnya cara pemberian (bentuk sediaan) yang digunakan pada
pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Daerah Bangli-Bali ada
tiga macam, yakni oral, parenteral dan inhalasi.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
56
Tabel XV. Distribusi cara pemberian obat pada pasien asma bronkial di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun
2005
No
Cara Pemberian
1
Oral
82
Persentase
(%)
55,4
2
Parenteral
37
25
3
Inhalasi
29
19,6
148
100
Jumlah
Jumlah Obat
Pemberian oral paling banyak digunakan dalam penanganan asma bronkial
di instalasi Rawat Inap RSUD Bangli-Bali tahu 2005 yakni sebesar 55.4%, hal ini
berkaitan dengan kenyamanan dan kepatuhan pasien. Cara pemberian oral
memberikan keuntungan, yakni mudah dalam pemberian obat. Pada anak-anak
pemberian secara oral akan menghindarkan mereka pada ketakutan pengobatan.
Jika dibandingkan dengan parenteral ataupun inhalasi, pemberian oral relatif lebih
mudah dan murah.
Selain keuntungan, pemberian oral juga memiliki kekurangan, antara lain ;
dosis obat terkadang tidak terpenuhi secara maksimal karena pasien dengan
mudah dapat memuntahkan obatnya, terutama pada pasien anak dan pasien yang
kesulitan dalam menelan, obat peroral campuran seperti puyer mempermudah
pemberian karena obat dapat diberikan dalam sekali pemberian, namun cara ini
akan meningkatkan kemungkinan untuk terjadinya interaksi obat dan seringkali
rasa dan bau obat tidak dapat ditutupi.
Pemberian secara parenteral diberikan untuk mengatasi serangan asma
yang berat, dimana pemberian oral sudah tidak dimungkinkan lagi. Dengan
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
57
pemberian secara parenteral (suntikan/injeksi) efek obat akan didapat dengan
cepat. Pemberian secara parenteral juga dapat digunakan untuk pendukung terapi
yang diberikan, seperti pemberian infus, selain untuk pengganti ion tubuh, infus
juga dapat digunakan untuk mendukung terapi aminofilin yang diberikan.
Pemberian parenteral juga efektif diberikan pada pasien yang tidak sadar. Selain
keuntungan tersebut pemberian parenteral juga memiliki kerugian, diantaranya;
kesalahan pemberian obat atau dosis tidak dapat diperbaiki lagi dan biaya relatif
mahal. Di Instalasi Rawat Inap RSUD Bangli-Bali penggunaan sedian parenteral
mencapai 25%, lebih sedikit dibanding penggunaan oral.
Cara pemberian inhalan dalam penanganan asma bronkial, membantu
untuk membawa obat langsung ke dalam saluran pernapasan. Biasanya obat-obat
ini akan diberikan dengan alat bantu yang disebut dengan nebulizer. Pemberian
inhalan biasanya diberikan kepada pasien asma akut yang harus mendapatkan obat
secara secara rutin dalam bentuk aerosol, namun pembersihan dan pengeringan
nebulizer yang tidak sempurna dapat mengakibatkan nebuliser menjadi sumber
infeksi. Di Instalasi Rawat Inap RSUD Bangli-Bali penggunaan sediaan inhalasi
mencapai 19.6%, lebih sedikit dibanding penggunaan oral dan parenteral.
C. Ketidaksesuaian Dosis
Dalam uji kesesuaian dosis, penulis membandingkan dosis obat yang
diresepkan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap RSUD Bangli-Bali
pada tahun 2005 dengan dosis yang tertera pada tiga buku penunjang yang
menjadi standar terapi yang digunakan baik dalam skala nasional, Informatorium
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
58
Obat Nasional Indonesia (IONI) maupun dalam skala internasional, Physicians
Drug Handbook (PDH) dan Drug Information Handbook (DIH). Tujuan dari
perbandingan ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kesesuaian dosis yang
diberikan dokter, sebagai tenaga medis yang bertanggungjawab dalam menangani
kasus asma bronkial di Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali. Dengan
didapatkannya perbandingan kesesuaian dosis, diharapkan dapat menjadi masukan
yang bermanfaat untuk perkembangan penanganan kasus asma bronkial di
Kabupaten Bangli. Dari penelitian didapatkan:
1. Uji ketidaksesuaian berdasarkan standar IONI (Informatorium Obat
Nasional Indonesia)
Dalam peresepan obat pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap
RSUD Bangli-Bali pada tahun 2005 jika dibandingkan dengan standar yang
tertera dalam IONI ada beberapa ketidaksesuaian tentang dosis yang harus
diberikan. Dalam penelitian ini tercatat 23 jenis obat dalam resep atau 15,6% tidak
sesuai dengan standar dosis yang tertera dalam IONI.
Tabel XVI. Distribusi kesesuaian dosis pada pasien asma bronkial di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun
2005 dengan standar IONI
No
1
2
3
Pemberian Dosis
Tidak sesuai standar
Sesuai strandar
Obat tidak tertera
Jumlah
Jumlah
23
69
Persentase
15,6
46,6
56
37,8
100
148
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
59
2. Uji ketidaksesuaian berdasarkan standar PDH (Physicians Drug
Handbook)
Dalam peresepan obat pada pasien asma bronkial di instalasi rawat inap
RSUD Bangli-Bali pada tahun 2005 jika dibandingkan dengan standar yang
tertera dalam PDH (Physicians Drug Handbook) ada beberapa ketidaksesuaian
tentang dosis yang harus diberikan. Dalam penelitian ini tercatat 25 jenis obat
dalam resep atau 16,9% obat dalam resep tidak sesuai dengan standar dosis yang
tertera dalam PDH.
Tabel XVII. Distribusi kesesuaian dosis pada pasien asma bronkial di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun
2005 dengan standar PDH
No
Pemberian Dosis
Jumlah
Persentase
1
Tidak sesuai standar
25
16,9
2
Sesuai standar
43
29
3
Obat tidak tertera
80
54,1
148
100
Jumlah
3. Uji ketidaksesuaian berdasarkan standar DIH (Drug Information
Handbook)
Dalam peresepan obat pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap
RSUD Bangli-Bali pada tahun 2005 jika dibandingkan dengan standar yang
tertera dalam DIH (Drug Information Handbook) ada beberapa ketidaksesuaian
tentang dosis yang harus diberikan. Dalam penelitian ini tercatat 17 jenis obat
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
60
dalam resep atau 11,5% obat dalam resep tidak sesuai dengan standar dosis yang
tertera dalam DIH.
Tabel XVIII. Distribusi kesesuaian dosis pada pasien asma bronkial di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun
2005 dengan standar DIH
No
1
2
3
Pemberian Dosis
Tidak sesuai standar
Sesuai standar
Obat tidak tertera
Jumlah
17
55
76
Persentase
11,3
37,1
48,6
Jumlah
148
100
Dari ketiga evaluasi yang didapat berdasarkan data di atas, diketahui
bahwa ketidaksesuan dosis justru terlihat memalui standart yang diperuntukkan
bagi dokter yakni Physicians Drug Handbook (PDH) sebesar 16.9% lebih besar
dibanding dengan standart Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI) sebesar
15,6% dan Drug Information Handbook (DIH) sebesar 11.3%. hal ini menunjukan
bahwa perlu pengkajian ulang tentang dosis obat yang diresepkan kepada pasien
asma bronkial di intalasi rawat Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun
2005.
D. Interaksi Obat
a. Teofilin dan ranitidine
Pemberian teofilin bersamaan dengan ranitidin terbukti dapat meningkatkan
efek farmakokinetik dari teofilin. Dalam suatu penelitian yang melibatkan
total 8 orang pasien, dilaporkan bahwa 7 diantaranya mengalami efek toksik
saat diberikan teofilin bersama-sama dengan ranitidin.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
61
Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun
2005 dari 18 pasien terdapat 3 orang pasien yang mendapat teofilin yang
diberikan bersamaan dengan ranitidin. Pasien tersebut merupakan pasien
dengan NRM (No Rekam Medik) 041151 (60 th), 042769 (75 th) dan
005244 (16 th).
b. Teofilin dan penobarbital
Pemberian teofilin bersama dengan penobarbital dapat mengurangi atau
menurunkan efek teofilin sampai 30% dan menambah clearance teofilin
sebesar 35% (range 12-71%). Dari suatu kasus didapatkan bahwa bayi
premature memerlukan lebih dari dosis normal teofilin untuk mendapat efek
farmakokinetik dari teofilin saat diberikan bersama dengan penobarbital.
Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun
2005 dari 18 pasien terdapat 1 orang pasien yang mendapat teofilin yang
diberikan bersamaan dengan ranitidin. Pasien tersebut merupakan pasien
dengan No Rekam Medik 045794.
c. Teofilin dan simetidine
Pemberian teofilin yang bersamaan dengan simetidine diketahui dapat
meningkatkan efek teofilin, peningkatan efek bahkan mencapai efek toksik.
Interaksi antara teofilin dan simetidine juga berpengaruh pada t½ dan
clearen teofilin, dimana t ½ akan meningkat sebesar 60% dan clearen turun
sebesar 30-40%. Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Bangli-Bali pada tahun 2005 dari 18 pasien terdapat 1 orang pasien yang
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
62
mendapat teofilin yang diberikan bersamaan dengan ranitidin. Pasien
tersebut merupakan pasien dengan No Rekam Medik 005244.
d. Teofilin dan salbutamol
Pemberian teofilin yang bersamaan dengan salbutamol dapat meningkatkan
potensi terjadinya hypokalaemia dan tachykarsdia serta meningkatkan
potensi gangguan pada jantung. Interaksi ini juga dapat mengurangi kadar
dalam plasma atau efek dari teofilin.
Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun
2005 dari 18 pasien terdapat 1 orang pasien yang mendapat teofilin yang
diberikan bersamaan dengan ranitidin. Pasien tersebut merupakan pasien
dengan No Rekam Medik 046526.
e. Teofilin dan siprofloksasin
Interaksi antara teofilin dan siprofloksasin dapat meningkatkan kadar
teofilin dalam plasma (dalam suatu uji 7.8 menjadi 14.6 µg/ml) yang
mengakibatkan efek tiofilin juga meningkat. Dalam suatu penelitian terhapat
33 pasien, 7 diantaranya mengalami keracunan teofilin. Pada tahun 1988
CSM pengawas obat inggris mendapat laporan bahwa 2 orang wanita lanjut
usia meninggal setelah mengkonsumsi ciproflosasin bersamaan dengan
teofilin. Kasus interaksi antara ciproflosasin dan teofilin juga terjadi di
amerika dimana terdapat 36 kasus pada tahun 1992 dengan 3 orang
meninggal.
Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun
2005 dari 18 pasien terdapat 1 orang pasien yang mendapat teofilin yang
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
63
diberikan bersamaan dengan ranitidin. Pasien tersebut merupakan pasien
dengan No Rekam Medik 049402
f. Aminofilin dan erotomisin
Dalam suatu pengujian kepada 12 orang pasien, didapatkan dengan
memberikan aminopilin bersamaan dengan eritromisin akan mengakibatkan
meingkatnya kadar aminofilin dalam plasma sebesar 28% dan clearence
aminofilin turun sebesar 22%. Namun hal ini bertolak belakang dengan apa
yang dialami oleh eritromisin, pemberian bersama dengan aminofilin justru
membuat kadar dalam plasma eritromisin menjadi turun lebih dari 30%.
Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun
2005 dari 18 pasien terdapat 2 orang pasien yang mendapat teofilin yang
diberikan bersamaan dengan ranitidin. Pasien tersebut merupakan pasien
dengan No Rekam Medik 040827 dan 044741
g. Methil prenisolon dan eritromisin
Pemberian metal prednisolon dan eritromisisn secara bersamaan dapat
menurunkan clearance dari metal prednisolon sebesar 46% (range 28-61%)
dan meperpanjang t½ dari eritromisin sebesar 51% (dari 2.34 jam menjadi
3.45 jam)
Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun
2005 dari 18 pasien terdapat 1 orang pasien yang mendapat teofilin yang
diberikan bersamaan dengan ranitidin. Pasien tersebut merupakan pasien
dengan No Rekam Medik 040827
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang penatalaksanaan
peresepan pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Bangli-Bali tahun 2005, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. distribusi jenis kelamin pasien asma bronkial laki-laki sebesar 66,7%, dan
perempuan sebesar 33,3% sedangkan distribusi umur pasien asma bronkial
dibagi menjadi 4 kelompok antara lain, Balita (0≤5 tahun) sebesar 33,3%,
anak-anak (5<n≤12 tahun)sebesar 5,6%, dewasa (12<n≤65 tahun) sebesar
38,9%, dan lanjut usia (> 65 tahun) sebesar 22,2%.
2. Gambaran umum peresepan antara lain :
a. jumlah obat yang terbanyak diberikan pada pasien asma bronkial dalam
satu periode pengobatan adalah 6 obat sebesar 33,3%
b. distribusi golongan obat yang digunakan untuk terapi antara lain,
bronkodilator 22,9%, mukolitik 12,8%, kortikosteroid 13,5%, pengganti
ion tubuh 11,5%, anti-mikroba 14,9%, anti-hipoksemia 8,8%, analgesik
4,1, anti-histamin 3,4% dan obat-obat penyerta (anti-diabetik, antiserotonin, anti-epilepsi, anti-hipertensi, anti-angina, anti-koagulan dan
vitamin) yang diberikan masing-msing sebesar 0,7%
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
65
c. cara pemberian obat yang digunakan untuk pasien asma bronkial antara
lain secara oral sebesar 55,4%, parenteral sebesar 25%, dan inhalasi
sebesar 19,6%
3. distribusi ketidaksesuaian dalam pemberian obat berdasarkan standar
Informatorium Obat Nasional Indonesia sebesar 15,4%, Physicians Drug
Handbook 11,5%, dan Drug Information Handbook 16,9% serta interakasi
obat terjadi pada pemberian Teofilin dan ranitidine, teofilin dan penobarbital,
teofilin dan simetidine, teofilin dan salbutamol, teofilin dan siprofloksasin,
aminofilin dan eritromisin, methil prednisolon dan eritromisin.
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan antara lain :
1. perlu dilakukan pengkajian terhadap kasus DRP secara lebih mendalam
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
66
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2004, Standar Kompetensi Farmasis Indonesia, 14-15, ISFI, Jakarta
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000 (IONI),
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktur Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan 2000, CV. Agung Seto, Jakarta,
Indonesia.
Barnes P., Rodger I., Thomson, 1998, Asthma third edition : Mechanisms and
Clinical Management, Academic Press, California USA
Basmajian, J.V.,Slonecker,CE.,1995. Grant’s Method of Anatomy, diterjemahkan
oleh
Widjaja,S.,kindagen,.K.,Hardjasudarma,M.,Santoso
G.M.S.
Gunadi,H., Edisi II, hal 52-55., Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Bratawidjaya,K,1990, Asma Bronkial dalam waspadji,suparman (ED), Ilmu
Penyakit Dalam, edisi II,28-38, Balai Penrbitan FKUS, Jakarta
Bonin E., 2003, adapting your practice : treatment and recommendations for
homless patients with asthma Hearth care for the homeless clinicians’
network
Clayton T.C., 2003, Physicians Drug Handbook 10th edition, Lippicott Williams
& Wilkins, United States of Amnerica
Charles F.L, of all, 2003, Drug Information Handbook 11th edition, American
Pharmaceutical Association, Lexi-comp inc, United state of America.
Ganong,W.G,1995, Fisiologi Kedokteran,halaman 635-660 alih bahasa Petrus
Andriano, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta
Lusius L.F., 2002, Kajian peresepan Pasien Dewasa Asma Bronkial NonKomplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
tahun 2000, Skripsi, USD, Yogyakarta
Mutschler E, 1991, Dinamika Obat : Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi
edisi kelima, Penerbit ITB, Bandung
Nasution,H.R., Lubis,Y.M.1992, Pengantar Farmakologi ,76-79, Pustaka
Widyasarana, Medan
Neal.M.J.,2006, At a Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima, Penerbit
Erlangga, Jakarta
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
67
Robbins,L.S. dan Kumar,U.,1987,Education of Pathophysiology II, ditertemahkan
oleh staf pengajar laboratorium patologi Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Edisi IV,144-145,CV EGC, Jakarta.
Setiadji, R., 1996, Pemberian Informasi Obat Kepada Pasien Merupakan
Penggunaan Obat Rasional, Medika, No. 5, 384-386, Jakarta.
Stockley,I.H., 1995, Drug Interaction, A Source Book of Interactions, Their
Mechanisms Importance and Management, 3th edition, Blackwell
Science, Australia.
Sulistia G.G., 1995, Farmakologi dan Terapi edisi 4, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta
Sundaru, H., 1995, Asma: Apa dan Bagaimana Pengobatannya, Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Suryawati, S., 1995, Farmakokinetika dan Interaksi Obat, dalam S. Suryawati:
Efek Samping Obat, Edisi II, 245-247, Pusat studi Farmakologi Klinik
dan Kebijakan Obat, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Sutaryo,1985, Kusus Penyegar Asma Bronkial, Kumpulan Makalah Asma
Bronkial,1-7,Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Yusriana C.S., 2002, Pola Pengobatan Penyakit Asma Bronkial Pada Pasien Anak
Rawat Inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode 1999-2001,
Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran
68
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
69
Lampiran 1. Data penelitian kajian penatalaksanaan resep pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Bangli-Bali pada tahun 2005
No
No Rekam
Medik
Umur
L/P
Lama
perawata
n
(hari)
1
040827
60th
L
3
Diagnosa
Da : asma
broncial
Dk : asma
broncial
Anamnesa
Obat
Jmlh
Obat
Dosis
Sesak napas
(kumatan)
tambah sesak
sejak tadi
pagi, panas,
batuk
berdahak,
nyeri pada
dada.
- O2
- InfD5+amminophi
lin (16tts/mnt)
- nebulizer
- dexamethason
9
3l/mnt
16tts/mnt
-
2
3
041010
041151
6th
L
60th
P
4
3
Da : asma
broncial
Dk : asma
broncial
Sesak napas
sejak tadi
pagi, batuk,
suara napas
(mengi),
muntah,
panas.
-
Da : asma
broncial
Sesak napas
berulang,
-
mucopect
paracetamol
salbutamol
eritromicin
methyl
prednisolon
amminophilin (bw
pulang)
O2
InfD5 (14tts/mnt)
ampicillin
ambroxol
salbutamol
ventolin
parasetamol
aminophillin
kalmethason
salbutamol/dexam
etopan
InfD5+amminofili
n (12 tts/mnt)
5mg/ml (1
amp)
1cth
500 mg
4 mg
500 mg
4 mg
200 mg
10
8
2ltr/mnt
14tts/mnt
500 mg
¾ cth
2 mg
1amp
1 ½ cth
3 ½ cc
4mg/inj
2 mg
16tts/mnt
Frekuensi
Pemberian
Diberikan
pada hari
ke -
Bentuk
Sediaan
Cara
Pakai
1
1,2
Infus
Inhalan
i.v
3x sehari
1
1
Injeksi
i.v
3x sehari
4x sehari
3x sehari
3x sehari
2x sehari
3x sehari
1,2,3
1,2
1,3
2,3
2,3
3
Sirup
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
tablet
oral
oral
oral
oral
oral
oral
3x sehari
3x sehari
3x sehari
1x
3x sehari
3x sehari
3x sehari
3x sehari
1
1,2
1
1,2,3,4
1,4
1
1,2,3
1,2,3
1,2,3
1,4
Inhalan
Infus
Injeksi
Sirup
Puyer
Injeksi
Sirup
Infus
Injeksi
puyer
Inhalan
i.v
i.v
oral
oral
i.v
oral
i.v
i.v
oral
1
Infus
i.v
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
70
Dk : asma
broncial
4
5
6
041160
042294
042769
47th
L
1th
6bln
P
75th
L
1
4
5
Da : asma
broncial
Dk : asma
broncial
Da : asma
broncial
Dk : asma
broncial
Da : asma
broncial
Dk : asma
broncial
mual,
- amoxan
muntah,nyeri - ranitidin
di ulu hati
- narfos
- nebulizer
- epexol
- euphillin
- methyl
prednisolon
- robamox
Sesak napas - nebulizer
- O2
- InfD5 (20 tts/mnt)
- aminophillin
- dexometopan
- paracetamol
- mukopect
- cafolasin
- metil prednisolon
- bisolvon
Sesak napas, - O2
sejak 2 hari
- InfD5+amminofili
lalu batuk,
n (14 tts/mnt)
muntah
- ampicillin
- ambroxol
- dexametason
- ventolin
Sesak napas, - O2
batuk disertai - InfD5+amminofili
dengan
n (20 tts/mnt)
berlendir
- epeaxol
kental
- ranitidin
- dexametason
- euphilin
500mg
100mg
4mg
1x
1cth
250 mg
4mg
250 mg
9
6
7
1x
3-4ltr/mnt
20tts/mnt
24 mg
1g
500mg
1cth
1g
4mg
2 mg
1ltr/mnt
14tts/mnt
3x sehari
2x sehari
2x sehari
1x sehari
3x sehari
2x sehari
2x sehari
1x sehari
1
1,2,3
1
1
1,2,3
2
2
1,2,3
Tablet
Tablet
Tablet
Sirup
tablet
Tablet
Sirup
oral
oral
oral
Oral
Oral
Oral
Oral
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1,2,3,4
Inhalan
Ampul
Ampul
Tablet
Tablet
Sirup
Tablet
Tablet
injeksi
Inhalan
Infus
Inhalan
i.v
i.v
oral
oral
oral
Oral
Oral
i.v
Inhalan
i.v
1
3x sehari
3x sehari
3x sehari
3x sehari
3x sehari
2x sehari
k/p
500mg
½ cth
0.3cc
500mg
2-3ltr/mnt
20tts/mnt
3x sehari
3x sehari
3x sehari
2x sehari
1,2,3
1,2,3,4
1,2,3
1,2,3
1,2,3,4
1,2,3
tablet
Sirup
Injeksi
tablet
Inhalan
Infus
oral
oral
i.v
oral
Inhalan
i.v
1cth
100mg
1 amp
(5mg/ml)
250 mg
3x sehari
2x sehari
2x sehari
1,2,3,4,5
1,2,3,4
1,2,3
Sirup
Tablet
Injeksi
oral
oral
i.v
2x sehari
5
tablet
oral
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
71
- metil prednisolon
7
8
9
10
043190
044058
044741
045144
1th
L
2th
L
70th
L
27th
P
6
4
10
2
Da : asma
broncial
Dk : asma
broncial
Sesak napas,
batuk
4mg
8
Da : asma
tikus
Dk : asma
broncial
Sesak napas,
batuk
- O2
- InfD5+aminofilin
(12 tts/mnt)
- mucopect
- salbutamol
- dexametason
- ampicillin
- amoxisilin
- theophilin
- O2
- InfD5 (10 tts/mnt)
- amminophillin
- interpec
- paracetamol
- dexametason
Da : asma
broncial
Dk : asma
broncial
Sesak napas, - InfD5+amminofili
batuk dengan
n (16 tts/mnt)
lendir kental - ampicillin
- insulin
- bisolvon
- ranitidin
- eritomisin
- euphilin
Sesak napas, - InfD5 (20tts/mnt)
batuk,
- nebulizer
pusing,
- amoxan
memiliki
- salbutamol
riwayat sesak - bisolvon
napas.
- interhistin
- InfD5+amminofili
n (12 tts/mnt)
7
Da : asma
tikus
Dk : asma
broncial
6
6
2x sehari
2 ltr/mnt
12tts/mnt
3ml
1g
5 mg
200mg
1 cth
1 cth
1l/mnt
10 tts/mnt
40mg
15 mg
120mg
¼amp
(5mg /ml)
16 tts/mnt
1g
1 cth
100mg
500 mg
250 mg
20tts/mnt
2x
500mg
2mg
1 cth
50 mg
12 tts
3x sehari
3x sehari
3x sehari
3x sehari
3x sehari
3x sehari
3x sehari
3x sehari
3x sehari
3x sehari
3x sehari
3x sehari
3x sehari
2x sehari
2x sehari
2x sehari
2x sehari
3x sehari
3x sehari
3x sehari
3x sehari
5
tablet
oral
1
1,2,3,4,5
Inhalan
Infus
Inhalan
i.v
1,2,3,4,5,6
1,2,3,4,5
1,2,3,4,5
1,2,3,4,5
6
6
1,2,3,4
1,2,3,4
1,2,3,4
1,2,3,4
1,2,3,4
1,2,3,4
Sirup
Tablet
Injeksi
Tablet
Sirup
sirup
Inhalan
Infus
Pulvis
Eliksir
Sirup
injeksi
oral
oral
i.a
Oral
Oral
Oral
Inhalan
i.v
oral
oral
Oral
i.v
1-10
Infus
i.v
1-6
3-6
7,8,9,10
7,8,9,10
7
7,8,9,10
1
1,2
1
1
1,2
2
2
Tablet
Sirup
Tablet
Tablet
Tablet
Infus
Tablet
Tablet
Sirup
Sirup
infus
oral
Oral
Oral
Oral
Oral
i.v
Oral
Oral
oral
oral
i.v
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
72
11
12
045794
005244
2th
8bln
L
2
16th
L
3
Da : asma
broncial
Dk : asma
broncial
Sesak napas,
batuk,
kejang,
muntah,
panas.
-
InfD5 10 tts/mnt
O2
Amphisillin
Cefotaxin
Dexamethason
Efexol
Luminal
Theobron
8
Da : asma
broncial
Dk : asma
broncial
Sesak napas,
suara napas
(mengi),
tenggorokan
terasa gatal.
- O2
- InfD5+amminofili
n (12 tts/mnt)
- dexamethason
- apexol
- nebulizer
- cefotaxime
- ranitidin
10
13
046526
51th
L
3
Da : asma
broncial
Dk : asma
broncial
7
3x sehari
3x sehari
3x sehari
3x sehari
2x sehari
3x sehari
3l /mnt
12 tts/mnt
5 mg
1 cth
2x
1 amp(1g)
1 amp
(50mg/ml)
1 amp
(500mg)
50 mg
4 mg
500mg
- ulcimet
- interhistin
- methyl
prednisolon
- euphillin
Sesak napas, - O2
batuk,
- InfD5+amminofili
mempunyai
n (20tts/mnt)
riwayat asma - metil prednisolon
sejak 32
tahun
- ephexol
- amoxcillin
- salbutamol
- euphilin
10tts/mnt
2-4ltr/mnt
500 mg
500 mg
5 mg
¾ cth
30 mg
¾ cth
1
1,2
3x sehari
3x sehari
2x sehari
2x sehari
2x sehari
1
1
1
1,2
1
2x sehari
2,3
Infus
Inhalas
i
Injeksi
Injeksi
Injeksi
Sirup
tablet
sirup
Inhalas
i
Infus
Injeksi
Sirup
Injeksi
Injeksi
i.v
Inhalan
i.m
i.m
Bolus
Oral
Oral
Oral
Inhalan
i.v
i.m
oral
i.v
i.v
i.v
Injeksi
3x sehari
3x sehari
2x sehari
2-3 l/mnt
20tts/mnt
1 amp
(40mg/ml)
1 cth
500mg
2 mg
500 mg
1
1
1
1
1
1
1,2
1,2
2,3
2,3
3
2
1,2,3
2x sehari
Sirup
Tablet
Tablet
Inhalas
i
Infus
1
Oral
Oral
Oral
Inhalan
i.v
i.v
Injeksi
3x sehari
3x sehari
3x sehari
2x sehari
1,2,3
1
1
3
Sirup
Tablet
Tablet
Tablet
oral
oral
oral
oral
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
73
14
15
16
17
045182
049402
049535
048968
1th
P
70th
L
75 th
L
39th
P
3
7
1
3
Da : asma
broncial
Dk : asma
broncial
Da : asma
broncial
Dk : asma
broncial
Da : asma
broncial
Dk : asma
broncial
Da : asma
broncial
Dk : asma
broncial
Sesak napas,
batuk, pilek,
panas
Sesak napas,
batuk
berdahak,
nyari pada
dada.
- O2
- InfD5+aminofilin
(10 tts/mnt)
- ampicilin
- sanmol
- ambroxol
- dexametazon/salb
utamol
- amoxicilin
- InfD5+amminophi
llin (20tts/mnt)
- efexol
- cefotaxin
- captopril
- methyl
prednisolon
- ciprofloksasin
- ISDN
- warfarin
- aminophillin
Sesak napas - infD5+aminofilin
dialami sejak
(16 tts/mnt)
2 minggu lalu - cefotaxim
pada pagi
- ranitidin
hari
memberat,
- epexol
batuk,
berlendir,
demam
Sesak napas, - O2
batuk
- Salbutamol
- Ambroxol
- Methyl
6
9
4
1-2 l/mnt
10tts/mnt
500mg
¾ cth
¾ cth
2 mg
2x sehari
3x sehari
3x sehari
2x sehari
1,2
1,2
1,2,3
2,3
1 cth
3x sehari
3
20tts/mnt
Inhalas
i
Infus
Tablet
Sirup
Sirup
Tablet
Inhalan
i.v
oral
oral
oral
oral
oral
1-5
sirup
Inhalan
Inhalan
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
1 cth
1g
12.5 mg
4 mg
500mg
10 mg
5 mg
40 mg
3x sehari
2x sehari
2x sehari
2x sehari
2x sehari
2x sehari
2x sehari
3x sehari
1
1-7
2,7
3-6
5-7
7
1-4
6
Sirup
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Pulvis
16 tts/mnt
16 tetes
permenit
2x sehari
2x sehari
1
Infus
i.v
1
1
Injeksi
Injeksi
i.v
i.v
3x sehari
1
sirup
oral
3x sehari
3x sehari
2x sehari
1
1
1
1,2
Inhalan
Tablet
Tablet
Tablet
Inhalan
Oral
Oral
Oral
1g
1 amp
(50mg/ml)
1 cth
7
1,2
1,2
3 l/ mnt
2 mg
1 tab
4 mg
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
74
prednisolon
- Neurodex
18
050065
2.5th
P
6
Da : asma
broncial
Dk : asma
broncial
Sesak napas,
demam,
batuk, pilek
muntah
-
Vit B1:
100mg, vit
B6 :
200mg, vit
B12:
250mcg
150 mg
50 mg
Ranitidine
Interhistin
O2
InfD5+amminofili
n (12 tts/mnt)
ampicillin
ambroxol
paracetamol
dexametason
salbutamol/theoph
ilin
amoksisilin
7
1x sehari
2,3
Tablet
Oral
2x sehari
3x sehari
2,3
1,2,3
Tablet
Tablet
Oral
Oral
1
1-4
Inhalan
Infus
Inhalan
i.v
2-3 l/mnt
12 tts/mnt
½g
½ cth
1 cth
0.3cc/2 mg
1g
3x sehari
3x sehari
4x sehari
3x sehari
3x sehari
1-4
1-7
1,2,3
1,2,3
2-7
Tablet
Sirup
Sirup
Injeksi
Tablet
oral
Oral
Oral
i.v
Oral
1 cth
3x sehari
6,7
Sirup
Oral
Lampiran 2. Nama generik, Golongan Obat dan Lama Pemberian Obat Asma Bronkiale Pada Pasien Asma Bronkiale di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005
No
1
No. Rekam
Medik
040827
Obat
- O2
- InfD5+amminophilin
(16tts/mnt)
- nebulizer
- dexamethason
- mucopect
- paracetamol
Nama Generik
-
oksigen
Glukosa monohidrat
aminophylline
Alat inhalasi
deksametason
ambroksol
parasetamol
Golongan obat
- antihipoksimia
+ - pengganti kalori tubuh+ bronkodilator
-
alat inhalasi
kortikosteroid
mukolitik
analgesik antipiretik
Lama Pemberian
(hari)
1
2
1
1
3
2
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
75
2
041010
3
041151
4
041160
-
salbutamol
eritomisin HCL
metil prednisolon
aminophylline
-
bronkodilator
anti-histamin
kortikosteroid
bronkodilator
2
2
2
1
-
-
antihipoksimia
pengganti kalori tubuh
antimikroba
mukolitik
bronkodilator
bronkodilator
analgesik antipiretik
bronkodilator
kortikosteroid
1
2
1
4
2
1
3
3
3
- salbutamol/dexametopan - InfD5+amminofilin (12
tts/mnt)
- amoxan
- ranitidin
- narfos
- nebulizer
- epexol
- euphillin
- methyl prednisolon
- robamox
-
oksigen
Glukosa monohidrat
ampisilin
ambroksol
salbutamol
salbutamol
parasetamol
aminophylline
deksametason
kalsium
fosfat
salbutamol
Glukosa monohidrat +
aminophylline
amoksisilina
ranitidin HCL
ondansentron
alat inhalasi
ambroksol
teofilina anhidrat
metil prednisolon
amoksisilina
-
alat inhalasi
oksigen
Glukosa monohidrat
aminopilin
deksametason
parasetamol
ambroksol
-
salbutamol
eritromicin
methyl prednisolon
amminophilin (bw
pulang)
O2
InfD5 (14tts/mnt)
ampicillin
ambroxol
salbutamol
ventolin
parasetamol
aminophillin
kalmethason
nebulizer
O2
InfD5 (20 tts/mnt)
aminophillin
dexometopan
paracetamol
mukopect
-
- bronkodilator
- pengganti kalori tubuh+ bronkodilator
2
1
-
antimikroba
obat saluran pencernaan
antiserotonin
alat inhalasi
mukolitik
bronkodilator
kortikosteroid
antimikroba
1
3
1
1
3
1
1
3
-
alat inhalasi
antihipoksimia
pengganti kalori tubuh
bronkodilator
kortikosteroid
analgesik antipiretik
mukolitik
1
1
1
1
1
1
1
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
76
5
6
7
8
042294
042769
043190
044058
-
cafolaxime
metil prednisolon
bisolvon
O2
InfD5+amminofilin (12
tts/mnt)
ampicillin
ambroxol
dexametason
ventolin
O2
InfD5+amminofilin (20
tts/mnt)
epeaxol
ranitidin
dexametason
euphilin
metil prednisolon
O2
InfD5+aminofilin (12
tts/mnt)
mucopect
salbutamol
dexametason
ampicillin
amoxisilin
theophilin
O2
InfD5 (10 tts/mnt)
amminophillin
interpec
paracetamol
dexametason
-
cefotaxime
Metil prednisolon
bromheksin
oksigen
Glukosa monohidrat
aminophylline
ampisilin
ambroksol
deksametason
salbutamol
oksigen
Glukosa monohidrat
aminophylline
ambroksol
ranitidin HCL
deksametason
teofilina anhidrat
metil prednisolon
oksigen
Glukosa monohidrat
aminophylline
ambroksol
salbutamol
deksametason
ampisilin
amoxilin
theofilin
oksigen
Glukosa monohidrat
teofilin etilendiamin
ambroksol
parasetamol
deksametason
+ -
antimikroba
kortikosteroid
mukolitik
antihipoksimia
pengganti kalori tubuh+ bronkodilator
1
1
1
1
4
+ -
antimikroba
mukolitik
kortikosteroid
bronkodilator
antihipoksimia
pengganti kolori tubuh+ bronkodilator
3
4
3
3
4
3
+ -
mukolitik
obat saluran pencernaan
kortikosteroid
bronkodilator
kortikosteroid
antihipoksimia
pengganti kalori tubuh + bronkodilator
5
4
3
1
1
1
5
mukolitik
bronkodilator
kortikosteroid
antimikroba
antimikroba
bronkodilator
antihipoksimia
pengganti kalori
bronkodilator
mukolitik
analgesik anti piretik
kortikosteroid
6
5
5
5
1
1
4
4
4
4
4
4
-
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
77
9
044741
10
045144
11
045794
12
005244
- InfD5+amminofilin (16
tts/mnt)
- ampicillin
- insulin
- bisolvon
- ranitidin
- eritomisin
- euphilin
- InfD5 (20tts/mnt)
- nebulizer
- amoxan
- salbutamol
- bisolvon
- interhistin
- InfD5+amminofilin (12
tts/mnt)
- InfD5 10 tts/mnt
- O2
- Amphisillin
- Cefotaxin
- Dexamethason
- Efexol
- Luminal
- Theobron
- O2
- InfD5+amminofilin (12
tts/mnt)
- dexamethason
- apexol
- nebulizer
- cefotaxin
- ranitidin
- ulcimet
- interhistin
-
Glukosa monohidrat + - penganti kalori tubuh+ bronkodilator
aminophylline
ampisilin
- antimikroba
insulin
- antidiabetik
bromheksin
- mukolitik
ranitidin HCL
- obat saluran pencernaan
eritomisin
- antimikroba
teofilina anhidrat
- bronkodilator
Glukosa monohidrat
- Pengganti kalori tubuh
Alat inhalsi
- Alat inhalasi
Amoksisilina
- Antimikroba
Salbutamol
- Bronkodilator
Bromheksin
- Mukolitik
mebhidrolina napadisilat
- Antihistamin
Glukosa monohidrat + - Pengganti kalori tubuh+ bronkodilator
aminophylline
Gloukosa monohidrat
- Pengganti kalori tubuh
oksigen
- Antihipoksimia
Ampisilin
- Antimikroba
sefotaksim
- Antimikroba
Deksametason
- Kortikosteroid
Ambroksol
- Mukolitik
phenobarbital
- Antiepilepsi
Teofilina
- Bronkodilator
oksigen
- antihipoksimia
Glukosa monohidrat + - pengganti kalori tubuh+ bronkodilator
aminophylline
deksametason
- kortikosteroid
ambroksol
- mukolitik
alat inhalasi
- alat inhalasi
sefotaksim
- antimikroba
ranitidin HCL
- obat salauran pencernaan
simetidina
- Obat saluran pencernaan
mebhidrolina napadisilat
- antihistamin
10
6
4
4
4
1
4
1
2
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
2
1
1
1
2
1
2
2
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
78
13
14
046526
045182
-
15
16
17
049402
049535
048968
methyl prednisolon
euphillin
O2
InfD5+amminofilin
(20tts/mnt)
metil prednisolon
ephexol
amoxcillin
salbutamol
euphilin
O2
InfD5+aminofilin (16
tts/mnt)
ampicilin
sanmol
ambroxol
dexametazon/salbutamol
- InfD5+amminophillin
(20tts/mnt)
- efexol
- cefotaxin
- captopril
- methyl prednisolon
- ciprofloksasin
- ISDN
- warfarin
- aminophillin
- infD5+aminofilin (16
tts/mnt)
- cefotaxim
- ranitidin
- epexol
- O2
-
metil prednisolon
teofilina anhidrat
oksigen
Glukosa monohidrat
aminophylline
metil prednisolon
ambroksol
amoksisilin
salbutamol
teofilina anhidrat
oksigen
Glukosa monohidrat
aminophylline
ampisilin
parasetamol
ambroksol
deksametason
amoxicilin
Glukosa monohidrat
aminophylline
ambroksol
sefotaksim
kaptopril
Metil prednisolon
ciprofloksasin
Isosorbit dinitrat
warfarin
Teofilina etilendiamina
Glukosa monohidrat
aminophylline
Sefotaksim
ranitidin HCL
ambroksol
oksigen
+ -
kortikosteroid
bronkodilator
antihipoksimia
pengganti kalori tubuh + bronkodilator
2
1
1
3
+ -
kortikosteroid
mukolitik
antimikroba
bronkodilator
bronkodilator
anti-hipoksimia
pengganti kalori + bronkodilator
1
3
1
1
1
2
2
+ -
antimikroba
analgesik anti piretik
mukolitik
kortikosteroid
antimikroba
Pengganti kalori tubuh+ bronkodilator
2
2
3
2
1
5
+ -
Mukolitik
Antimikroba
Antihipertensi
Kortikosteroid
Antimikroba
Antiangina
Antikoagulan
bronkodilator
pengganti kalori + bronkodilator
1
7
2
4
3
1
4
1
1
anti-mikroba
obat saluran pencernaan
mukolitik
antihipoksimia
1
1
1
1
-
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
79
18
050065
-
Salbutamol
Ambroxol
Methyl prednisolon
Neurodex
Ranitidine
Interhistin
O2
InfD5+amminofilin (12
tts/mnt)
ampicillin
ambroxol
paracetamol
dexametason
salbutamol/theophilin
-
Salbutamol
- bronkodilator
Ambroksol
- mukolitik
Metil prednisolon
- kortikosteroid
Vit B1,vit B6, Vit B12
- vitamin
Ranitidin HCL
- obat saluran pencernaan
mebhidrolina napadisilat
- antihistamin
oksigen
- antihipoksimia
Glukosa monohidrat + - pengganti kalori tubuh + bronkodilator
aminophylline
ampisilin
- antimikroba
ambroksol
- mukolitik
parasetamol
- analgesik antipiretik
deksametason
- kortikosteroid
salbutamol
- bronkodilator
amoksisilin
- antimikroba
1
1
2
2
2
3
1
4
4
7
3
3
6
2
Lampiran 3. Interaksi yang mungkin terjadi dalam resep yang diberikan.
No
No. Rekam Medik
1
040827
2
041010
Diagnosa
Da : asma broncial
Dk : asma broncial
Da : asma broncial
Obat
- O2
- InfD5+amminophilin
(16tts/mnt)
- nebulizer
- dexamethason
- mucopect
- paracetamol
- salbutamol
- eritromicin
- methyl prednisolon
- amminophilin (bw
pulang)
- O2
Nama Generik
-
oksigen
Glukosa
monohidrat
aminophylline
Alat inhalasi
deksametason
ambroksol
parasetamol
salbutamol
eritomisin HCL
metil prednisolon
aminophylline
-
oksigen
+ -
Interaksi
yang mungkin terjadi
aminophylline dan eritomicin
eritomisine
dan
metil
prednisolon
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
80
Dk : asma broncial
3
041151
Da : asma broncial
Dk : asma broncial
4
041160
Da : asma broncial
Dk : asma broncial
5
042294
Da : asma broncial
Dk : asma broncial
-
InfD5 (14tts/mnt)
ampicillin
ambroxol
salbutamol
ventolin
parasetamol
aminophillin
kalmethason
salbutamol/dexametopan
InfD5+amminofilin (12
tts/mnt)
amoxan
ranitidin
narfos
nebulizer
epexol
euphillin
methyl prednisolon
robamox
nebulizer
O2
InfD5 (20 tts/mnt)
aminophillin
dexometopan
paracetamol
mukopect
ceproflokasin
cafolasin/bisolvon
metil prednisolon
bisolvon
O2
InfD5+amminofilin (12
tts/mnt)
ampicillin
-
Glukosa monohidrat
ampisilin
ambroksol
salbutamol
salbutamol
parasetamol
aminophylline
deksametason kalsium fosfat
salbutamol
Glukosa
monohidrat
+ aminophylline
amoksisilina
ranitidin HCL
ondansentron
alat inhalasi
ambroksol
teofilina anhidrat
metil prednisolon
amoksisilina
alat inhalasi
oksigen
Glukosa monohidrat
aminopilin
deksametason
parasetamol
ambroksol
Bromheksin
Simetidina
Metil prednisolon
bromheksin
oksigen
Glukosa
monohidrat
+
aminophylline
ampisilin
amoksisilin dan teofilin
amoksisilin dan ranitidin
teofilin dan ranitidin
teofilin dan metil prednisolon
deksametason dan simetidina
parasetamol dan simetidina
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
81
6
7
042769
043190
Da : asma broncial
Dk : asma broncial
-
Da : asma broncial
Dk : asma broncial
-
8
044058
Da : asma broncial
Dk : asma broncial
9
044741
Da : asma broncial
Dk : asma broncial
10
045144
Da : asma broncial
Dk : asma broncial
-
ambroxol
paracetamol
dexametason
ventolin
O2
InfD5+amminofilin (20
tts/mnt)
epeaxol
ranitidin
dexametason
euphilin
O2
InfD5+aminofilin (12
tts/mnt)
mucopect
salbutamol/theophilin
dexametasom
ampicillin
O2
InfD5 (10 tts/mnt)
amminophillin
interpec
paracetamol
dexametason
InfD5+amminofilin (16
tts/mnt)
ampicillin
insulin
bisolvon
ranitidin
eritomisin
euphilin
InfD5 (20tts/mnt)
nebulizer
-
ambroksol
parasetamol
deksametason
salbutamol
oksigen
Glukosa
monohidrat
aminophylline
ambroksol
ranitidin HCL
deksametason
teofilina anhidrat
oksigen
Glukosa
monohidrat
aminophylline
ambroksol
salbutamol
deksametason
ampisilin
oksigen
Glukosa monohidrat
teofilin etilendiamin
ambroksol
parasetamol
deksametason
Glukosa
monohidrat
aminophylline
ampisilin
insulin
bromheksin
ranitidin HCL
eritomisin
teofilina anhidrat
Glukosa monohidrat
Alat inhalsi
+ -
ranitidine dan teofilin
deksametason dan teofilin
+
-
+ -
teofilin dan deksametason
aminophylline dan eritromisin
ampisilin dan teofilin
ampisilin dan eritromisin
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
82
11
12
13
045794
005244
046526
Da : asma broncial
Dk : asma broncial
Da : asma broncial
Dk : asma broncial
-
Da : asma broncial
Dk : asma broncial
-
amoxan
salbutamol
bisolvon
interhistin
InfD5+amminofilin (12
tts/mnt)
InfD5 10 tts/mnt
O2
Amphisillin
Cefotaxin
Dexamethason
Efexol
Luminal
Theobron
O2
InfD5+amminofilin (12
tts/mnt)
dexamethason
apexol
nebulizer
cefotaxin
ranitidin
ulcimet
interhistin
methyl prednisolon
euphillin
O2
InfD5+amminofilin
(20tts/mnt)
metil prednisolon
ephexol
amoxcillin
salbutamol
euphilin
-
Amoksisilina
Salbutamol
Bromheksin
mebhidrolina napadisilat
Glukosa
monohidrat
aminophylline
Gloukosa monohidrat
oksigen
Ampisilin
sefotaksim
Deksametason
Ambroksol
phenobarbital
Teofilina
oksigen
Glukosa
monohidrat
aminophylline
deksametason
ambroksol
alat inhalasi
sefotaksim
ranitidin HCL
simetidina
mebhidrolina napadisilat
metil prednisolon
teofilina anhidrat
oksigen
Glukosa
monohidrat
aminophylline
metil prednisolon
ambroksol
amoksisilin
salbutamol
teofilina anhidrat
+
-
Deksametason
dan
phenobrbital
Deksamatason dan teofilin
Phenobarbital dan teofilin
+ -
deksametason dan simetidina
deksametason dan teofilin
ranitidine dan teofilin
simetidine dan teofilin
metil prednisolon dan teofilin
+ -
metil prednisolon dan teofilin
amoksisilin dan teofilin
salbutamol dan teofilin
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
83
14
15
16
045182
049402
049535
Da : asma broncial
Dk : asma broncial
Da : asma broncial
Dk : asma broncial
Da : asma broncial
Dk : asma broncial
17
048968
Da : asma broncial
Dk : asma broncial
18
050065
Da : asma broncial
Dk : asma broncial
- O2
- InfD5+aminofilin (16
tts/mnt)
- ampicilin
- sanmol
- ambroxol
- dexametazon/salbutamol
- InfD5+amminophillin
(20tts/mnt)
- efexol
- cefotaxin
- captopril
- methyl prednisolon
- ciprofloksasin
- ISDN
- warfarin
- aminophillin
- infD5+aminofilin (16
tts/mnt)
- cefotaxim
- ranitidin
- epexol
- O2
- Salbutamol
- Ambroxol
- Methyl prednisolon
- Neurodex
- Ranitidine
- Interhistin
- O2
- InfD5+amminofilin (12
tts/mnt)
- ampicillin
- ambroxol
-
oksigen
Glukosa
monohidrat
aminophylline
ampisilin
parasetamol
ambroksol
deksametason
Glukosa
monohidrat
aminophylline
ambroksol
sefotaksim
kaptopril
Metil prednisolon
ciprofloksasin
Isosorbit dinitrat
warfarin
Teofilina etilendiamina
Glukosa
monohidrat
aminophylline
Sefotaksim
ranitidin HCL
ambroksol
oksigen
Salbutamol
Ambroksol
Metil prednisolon
Vit B1,vit B6, Vit B12
Ranitidin HCL
mebhidrolina napadisilat
oksigen
Glukosa
monohidrat
aminophylline
ampisilin
ambroksol
+
+ -
+
+
Aminophylin
dan
ciprofloxasin
Metil prednisolon dan teofilin
Ciprofloxasin dan teofilin
Ciprofloxasin dan warfarin
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
84
- paracetamol
- dexametason
- salbutamol/theophilin
-
parasetamol
deksametason
salbutamol
Lampiran 4. kesesuaian dosis dengan standart.
No
1
Nama Generik
-
Dosis
PDH
Dosis Menurut
DIH
IONI
PDH
Kesesuaian Dosis
DIH
IONI
3l/mnt
16tts/mnt
6mg/kg
-
2-4 liter/mnt
24 mg/ml
sesuai
-
Sesuai
Sesuai
5mg/ml (1
amp)
0.5-2mg/kg/hari
dalam dosis
terbagi tiap 6 jam
Tidak sesuai
Tidak sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
-
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
-
Sesuai
-
oksigen
Glukosa monohidrat
+ aminophylline
Alat inhalasi
Deksametason
-
ambroksol
parasetamol
1cth (30 mg)
500 mg
10-15 mg/kg tiap
4-6 jam
-
salbutamol
4 mg
-
-
eritomisin HCL
500 mg
20-40 mg/kg/hari
terbagi tiap 6 jam
-
metil prednisolon
4 mg
-
aminophylline
0.5-1.7
mg/kg/hari dalam
dosis terbagi tiap
6-12 jam
6 mg/kg
200 mg
0.75-9 mg/hari 0.5-20 mg/hari
dlm dosis
terbagi tiap 612 jam
325-650mg tiap 0.5-1g tiap 4-6
4-6 jam atau 1g
jam, max 4 g
3-4 kali/hari
2-4 mg tiap 3-4
3-4mg sehari
kali perhari
dosis tunggal
max 32 mg/hari
max 8 mg
250-500mg tiap 250-500mg tiap
6-8 jam
6 jam atau 0.51 g tiap 12 jam
2-60 mg/hari
2-40 mg tiap
dalam 1-4 dosis
hari
terbagi
-
100-300mg, 34 kali sehari
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
85
2
3
-
oksigen
Glukosa monohidrat
Ampisilin
2ltr/mnt
14tts/mnt
500 mg
-
ambroksol
salbutamol
¾cth (22.5 mg)
2 mg
50-100 mg/kg
dosis terbagi tiap
6 jam
-
100-400
mg/kg/hari tiap
6 jam
2mg tiap 3-4
kali/hari
2mg tiap 3-4
kali/hari
-
salbutamol
1amp (2mg)
-
-
parasetamol
1 ½ cth (180
mg)
120-480 mg
tiap 4-6 jam
-
aminophylline
3 ½ cc (84mg)
10-15 mg/kg
dosis terbagi
4-6 jam
6 mg/kg
-
deksametason
4mg/inj
0.5-2mg/kg/hari
dalam dosis
terbagi tiap 6 jam
-
kalsium fosfat
salbutamol
2 mg
-
-
16tts/mnt
-
-
Glukosa monohidrat
+ aminophylline
Amoksisilina
0.5-2mg/kg
/hari dlm dosis
terbagi tiap 6
jam
2mg tiap 3-4
kali/hari
-
500mg
-
ranitidin HCL
100mg
25-50 mg/kg/hari
dalam dosis
terbagi tiap 8 jam
4-5 mg/kg/hari
tiap 8-12 jam
250-500mg tiap
8jam max 2-3
g/hari
100 mg 2 kali
sehari
-
ondansentron
4mg
8 mg tiap 12 jam
-
-
2-4 liter/mnt
250 mg tiap 4-6
jam
Sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
Tidak sesuai
2 mg 3-4 kali
sehari
250 mcg
diulang jika
perlu
250-500mg tiap
4-6 jam
-
Sesuai
Sesuai
-
Sesuai
Sesuai
sesuai
Sesuai
Tidak sesuai
100-300mg 3-4
kali sehari
sesudah makan
0.2-0.5
mg/kg/hari
sesuai
-
Tidak sesuai
sesuai
Sesuai
Sesuai
2 mg 3-4 kali
sehari
24 mg/ml
-
Sesuai
Sesuai
-
-
-
250-500 mg
tiap 8 jam
Sesuai
Sesuai
Sesuai
150 mg 2 kali
sehari atau 300
mg sebelum
tidur
8 mg tiap 12
Sesuai
Sesuai
Tidak sesuai
Tidak sesuai
-
Tidak sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
86
4
-
alat inhalasi
ambroksol
teofilina anhidrat
1x
1cth (30 mg)
250 mg
-
metil prednisolon
4mg
-
amoksisilina
-
alat inhalasi
oksigen
Glukosa monohidrat
Aminopilin
-
deksametason
-
250 mg
1x
3-4ltr/mnt
20tts/mnt
24 mg
20-24 mg/kg/hari
dosis terbagi tiap
6 jam
4.7
mg/kg/dosis
tiap 6 jam
2-60 mg/hari
0.5-1.7
mg/kg/hari dalam dalam 1-4 dosis
terbagi
dosis terbagi tiap
6-12 jam
25-50 mg/kg/hari 250-500mg tiap
8 jam max 2-3
dalam dosis
g/hari
terbagi tiap 8 jam
6mg/kg/hari dosis
terbagi 3-4 kali
1g
0.5-2mg/kg/hari
dalam dosis
terbagi tiap 6 jam
parasetamol
500mg
10-15 mg/kg tiap
4-6 jam
-
ambroksol
cefotaxime
1cth (30mg)
1g
100-200
mg/kg/hari tiap
6-8 jam
-
Metil prednisolon
4mg
0.5-1.7
mg/kg/hari dalam
0.75-9 mg/hari
dlm dosis
terbagi tiap 612 jam
325-650mg tiap
4-6 jam atau 1g
3-4 kali/hari
1-2 g tiap 8 jam
2-60 mg/ hari
dlm 1-4 dosis
jam
130-150 mg
dapat dinaikan
2x lipatnya
sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
2-40 mg tiap
hari
tidak sesuai
Sesuai
Sesuai
250-500 mg
tiap 8 jam
tidak sesuai
sesuai
sesuai
2-4 liter/mnt
100-300 mg
dosis terbagi 34 kali sehari
0.5-20 mg/hari
Tidak sesuai
-
Sesuai
Sesuai
Tidak sesuai
Tidak sesuai
Tidak sesuai
0.5-1 g tiap 4-6
jam max 4 g
/hari
1 g tiap 12 jam
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
Sesuai
2-40 mg tiap
hari
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
87
5
6
-
bromheksin
oksigen
Glukosa monohidrat
+ aminophylline
-
Ampisilin
-
ambroksol
deksametason
-
salbutamol
-
oksigen
Glukosa monohidrat
+ aminophylline
ambroksol
ranitidin HCL
-
deksametason
-
-
2 mg
1ltr/mnt
14tts/mnt
500mg
dosis terbagi tiap
6-12 jam
-
terbagi
-
2-4 liter/mnt
-
-
-
Sesuai
-
50-100 mg/kg
dosis terbagi tiap
6 jam
0.5-2mg/kg/hari
dalam dosis
terbagi tiap 6 jam
125-500mg tiap
6 jam, 30 mnt
sblm makan
0.2-0.5
mg/kg/hari
Tidak sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
200 mcg/kg 4x
sehari
2-4 liter/mnt
-
-
Tidak sesuai
Tidak sesuai
-
-
Sesuai
-
150 mg 2 kali
sehari atau 300
mg sebelum
tidur
0.5-10 mg/hari
Sesuai
Sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
130-150 mg
dapat dinaikan
2x lipatnya
2-40 mg tiap
hari
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
500mg
-
2-3ltr/mnt
20tts/mnt
-
50-150mg/kg
/hari tiap 6 jam
max 2-3 g/ hari
0.5-2
mg/kg/hari
dosis terbagi
tiap 6 jam
2mg tiap 3-4
kali/hari
-
1cth (30mg)
100mg
4-5 mg/kg/hari
tiap 8-12 jam
100 mg 2 kali
sehari
1 amp
(5mg/ml)
0.5-2mg/kg/hari
dalam dosis
terbagi tiap 6 jam
teofilina anhidrat
250 mg
20-24 mg/kg/hari
dosis terbagi 4
0.75-9 mg/hari
dlm dosis
terbagi tiap 612 jam
4.7 mg/kg /
dosis tiap 6 jam
metil prednisolon
4mg
0.5-1.7
mg/kg/hari dalam
2-60 mg/ hari
dlm 1-4 dosis
½ cth (15mg)
0.3cc (1.5mg)
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
88
7
8
9
-
terbagi
2 ltr/mnt
12tts/mnt
dosis terbagi tiap
6-12 jam
-
-
2-4 liter/mnt
-
-
-
Sesuai
-
3ml (18 mg)
1g
-
Tidak sesuai
Tidak sesuai
0.5-2mg/kg/hari
dalam dosis
terbagi tiap 6 jam
200 mcg/kg 4x
sehari
0.2-0.5
mg/kg/hari
-
5 mg
2mg tiap 3-4
kali/hari
0.5-2
mg/kg/hari
dosis terbagi
tiap 6 jam
50-150mg/kg
/hari tiap 6 jam
max 2-3 g/ hari
20-50
mg/kg/hari
dosis terbagi
tiap 8 jam
4-6 mg/kg/hari
Sesuai
Sesuai
Sesuai
125-500mg tiap
6 jam, 30 mnt
sblm makan
125-250 mg
tiap 8 jam
Tidak Sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
Sesuai
65-150 mg 3-4
kali sehari
2-4 liter/mnt
65-150 mg 3-4
kali sehari
250-500mg tiap
4-6 jam
0.2-0.5
mg/kg/hari
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
Sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
-
-
-
-
-
oksigen
Glukosa monohidrat
+ aminophylline
ambroksol
salbutamol
-
deksametason
-
ampisilin
200mg
-
amoxilin
1 cth (250mg)
-
theofilin
1 cth (130mg)
50-100 mg/kg
dosis terbagi tiap
6 jam
25-50 mg/kg/hari
dalam dosis
terbago tiap 8
jam
20-24 mg/kg/hari
-
oksigen
Glukosa monohidrat
teofilin etilendiamin
1l/mnt
10 tts/mnt
40mg
6 mg/kg
4-6 mg/kg/hari
-
ambroksol
parasetamol
15 mg
120mg
-
deksametason
10-15 mg/kg tiap
4-6 jam
0.5-2mg/kg/hari
dalam dosis
terbagi tiap 6 jam
-
Glukosa monohidrat
+ aminophylline
120-480 mg
tiap 4-6 jam
0.5-2
mg/kg/hari
dosis terbagi
tiap 6 jam
-
¼amp (5mg
/ml)
16 tts/mnt
-
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
89
10
-
Ampisilin
-
insulin
bromheksin
ranitidin HCL
1 cth
100mg
-
eritomisin
500 mg
20-40 mg/kg/hari
terbagi tiap 6 jam
-
teofilina anhidrat
250 mg
20-24 mg/kg/hari
-
Glukosa monohidrat
Alat inhalsi
Amoksisilina
20tts/mnt
2x
500mg
-
Salbutamol
2mg
25-50 mg/kg/hari
dalam dosis
terbagi tiap 8 jam
-
-
1 cth
50 mg
-
12 tts
-
-
-
Bromheksin
mebhidrolina
napadisilat
Glukosa monohidrat
+ aminophylline
Gloukosa monohidrat
oksigen
Ampisilin
10tts/mnt
2-4ltr/mnt
500 mg
-
Sefotaksim
50-100 mg/kg
dosis terbagi tiap
6 jam
100-200
mg/kg/hari tiap
50-150mg/kg
/hari tiap 6 jam
max 2-3 g/ hari
50-180
mg/kg/hari
11
1g
500 mg
250-500 mg tiap
6 jam
4-5 mg/kg/hari
tiap 8-12 jam
Tidak sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Tidak sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
-
Sesuai
Sesuai
-
-
-
-
-
-
-
2-4 liter/mnt
125-500mg tiap
6 jam, 30 mnt
sblm makan
100-150
mg/kg/hari dlm
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
Tidak sesuai
250-500 mg
tiap 6 jam
100 mg 2 kali
sehari
0.25-1g tiap 6
jam
150 mg 2 kali
sehari atau 300
mg sebelum
tidur
250-500mg tiap 250-500mg tiap
6-8 jam
6 jam atau 0.51 g tiap 12 jam
4.7 mg/kg /
130-150 mg
dosis tiap 6 jam dapat dinaikan
2x lipatnya
250-500mg tiap
250-500 mg
8 jam max 2-3
tiap 8 jam
g/hari
2-4 mg tiap 3-4
3-4mg sehari
kali perhari
dosis tunggal
max 32 mg/hari
max 8 mg
-
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
90
6-8 jam
12
-
Deksametason
5 mg
0.5-2mg/kg/hari
dalam dosis
terbagi tiap 6 jam
-
Ambroksol
phenobarbital
Teofilina
¾cth (22.5 mg)
30 mg
¾cth (97.5mg)
20-24 mg/kg/hari
dosis terbagi
tiap 4-6 jam
0.5-2
mg/kg/hari
dosis terbagi
tiap 6 jam
4-6 mg/kg/hari
-
3l /mnt
12 tts/mnt
-
-
-
oksigen
Glukosa monohidrat
+ aminophylline
Deksametason
5 mg
0.5-2mg/kg/hari
dalam dosis
terbagi tiap 6 jam
-
ambroksol
alat inhalasi
sefotaksim
1 cth (30 mg)
2x
1 amp(1g)
100-200
mg/kg/hari tiap
6-8 jam
-
ranitidin HCL
1 amp
(150mg)
-
simetidina
1 amp (500mg)
-
mebhidrolina
napadisilat
metil prednisolon
-
50 mg
4 mg
2-4x pemberian
0.2-0.5
mg/kg/hari
Sesuai
Sesuai
Sesuai
60-180 mg
65-150 mg 3-4
kali sehari
2-4 liter/mnt
-
Tidak sesuai
sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
-
-
Sesuai
-
0.75-9 mg/hari
dlm dosis
terbagi tiap 612 jam
1-2 g tiap 8 jam
0.5-10 mg/hari
Sesuai
Sesuai
Sesuai
1 gram tiap 12
jam
Sesuai
Sesuai
Sesuai
4-5 mg/kg/hari
tiap 8-12 jam
100 mg 2 kali
sehari
Tidak sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
20-40 mg/kg I.V
atu P.O dalam
dosis terbagi
-
-
Sesuai
-
Sesuai
-
150 mg 2 kali
sehari atau 300
mg sebelum
tidur
200 mg tiap 4-6
jam max 2,4 g
sehari
-
-
-
-
0.5-1.7
mg/kg/hari dalam
2-60 mg/ hari
dlm 1-4 dosis
2-40 mg tiap
hari
Tidak sesuai
Sesuai
Sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
91
13
14
500mg
dosis terbagi tiap
6-12 jam
20-24 mg/kg/hari
2-3 l/mnt
20tts/mnt
-
-
1 amp
(40mg/ml)
2 mg
0.5-1.7
mg/kg/hari dalam
dosis terbagi tiap
6-12 jam
2.5-50
mg/kg/hari dalam
dosis terbagi tiap
8 jam
-
500 mg
20-24 mg/kg/hari
1-2 l/mnt
10tts/mnt
-
500mg
50-100 mg/kg
dosis terbagi tiap
6 jam
10-15 mg/kg tiap
4-6 jam
0.5-2mg/kg/hari
dalam dosis
-
teofilina anhidrat
-
oksigen
Glukosa monohidrat
+ aminophylline
metil prednisolon
-
ambroksol
amoksisilin
1 cth (30 mg)
500mg
-
salbutamol
-
teofilina anhidrat
-
oksigen
Glukosa monohidrat
+ aminophylline
Ampisilin
-
parasetamol
¾ cth (90 mg)
-
ambroksol
deksametason
¾ cth (22.5mg)
2 mg
terbagi
4.7 mg/kg /
dosis tiap 6 jam
130-150 mg
dapat dinaikan
2x lipatnya
2-4 liter/mnt
-
Tidak sesuai
Tidak sesuai
Tidak sesuai
-
-
Sesuai
-
2-60 mg/ hari
dlm 1-4 dosis
terbagi
2-40 mg tiap
hari
Sesuai
sesuai
Sesuai
250-500mg tiap
8 jam max 2-3
g/hari
250-500 mg
tiap 8 jam
Sesuai
Sesuai
Sesuai
2-4 mg tiap 3-4
kali perhari
max 32 mg/hari
4.7 mg/kg /
dosis tiap 6 jam
-
Sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
Tidak sesuai
Tidak sesuai
-
3-4mg sehari
dosis tunggal
max 8 mg
130-150 mg
dapat dinaikan
2x lipatnya
2-4 liter/mnt
-
-
-
Sesuai
-
50-150mg/kg
/hari tiap 6 jam
max 2-3 g/ hari
120-480 mg
tiap 4-6 jam
0.5-2
mg/kg/hari
125-500mg tiap
6 jam, 30 mnt
sblm makan
250-500mg tiap
4-6 jam
0.2-0.5
mg/kg/hari
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Tidak sesuai
Tidak sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
Sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
92
terbagi tiap 6 jam
15
16
-
amoxicilin
-
Glukosa monohidrat
+ aminophylline
ambroksol
sefotaksim
-
kaptopril
-
1 cth (250 mg)
20tts/mnt
2.5-50
mg/kg/hari dalam
dosis terbagi tiap
8 jam
-
dosis terbagi
tiap 6 jam
20-50
mg/kg/hari
dosis terbagi
tiap 8 jam
-
125-250 mg
tiap 8 jam
Sesuai
Sesuai
Sesuai
-
-
-
-
1 cth (30mg)
1g
100-200
mg/kg/hari tiap
6-8 jam
1-2 g tiap 8 jam
1 gram tiap 12
jam
Sesuai
Sesuai
Sesuai
12.5 mg
-
Sesuai
Sesuai
4 mg
Tidak sesuai
Sesuai
Sesuai
-
Isosorbit dinitrat
warfarin
Teofilina
etilendiamina
10 mg
5 mg
40 mg
0.5-1.7
mg/kg/hari dalam
dosis terbagi tiap
6-12 jam
2-5 mg / hari
6 mg/kg
12.5-25mg tiap
2-3 kali sehari
2-40 mg tiap
hari
-
Metil prednisolon
12.5-25 mg tiap
3 hari sehari
2-60 mg/ hari
dlm 1-4 dosis
terbagi
5mg/hari
4.7 mg/kg /
dosis tiap 6 jam
Sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
Tidak sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
Tidak sesuai
-
16 tts/mnt
-
-
-
-
-
-
Glukosa monohidrat
+ aminophylline
Sefotaksim
30-120 mg/hari
10 mg sehari
130-150 mg
dapat dinaikan
2x lipatnya
-
1g
100-200
mg/kg/hari tiap
6-8 jam
1-2 g tiap 8 jam
1 gram tiap 12
jam
Tidak sesuai
Sesuai
Sesuai
-
ranitidin HCL
1 amp (150
mg)
4-5 mg/kg/hari
tiap 8-12 jam
100 mg 2 kali
sehari
150 mg 2 kali
sehari atau 300
mg sebelum
tidur
Tidak sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
93
17
18
-
ambroksol
oksigen
Salbutamol
1 cth (30mg)
3 l/ mnt
2 mg
-
-
Ambroksol
Metil prednisolon
1 tab (30 mg)
4 mg
0.5-1.7
mg/kg/hari
-
Vit B1,vit B6, Vit
B12
-
Ranitidin HCL
Vit B1: 100mg,
vit B6 :
200mg, vit
B12: 250mcg
150 mg
-
-
mebhidrolina
napadisilat
oksigen
Glukosa monohidrat
+ aminophylline
Ampisilin
-
ambroksol
parasetamol
-
deksametason
-
salbutamol
-
2-4 liter/mnt
3-4mg sehari
dosis tunggal
max 8 mg
2-40 mg tiap
hari
-
2-4 mg tiap 3-4
kali perhari
max 32 mg/hari
2-60 mg/ hari
dlm 1-4 dosis
terbagi
-
4-5 mg/kg/hari
tiap 8-12 jam
100 mg 2 kali
sehari
50 mg
-
2-3 l/mnt
12 tts/mnt
½g
½ cth (15 mg)
1 cth (120 mg)
0.3cc/2 mg
1g
-
Sesuai
Sesuai
Tidak sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
Sesuai
-
-
-
-
Tidak sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
-
150 mg 2 kali
sehari atau 300
mg sebelum
tidur
-
-
-
-
-
-
2-4 liter/mnt
-
-
-
Sesuai
-
50-100 mg/kg
dosis terbagi tiap
6 jam
10-15 mg/kg tiap
4-6 jam
0.5-2mg/kg/hari
dalam dosis
terbagi tiap 6 jam
50-150mg/kg
/hari tiap 6 jam
max 2-3 g/ hari
120-480 mg
tiap 4-6 jam
0.5-2
mg/kg/hari
dosis terbagi
tiap 6 jam
2mg tiap 3-4
kali/hari
125-500mg tiap
6 jam, 30 mnt
sblm makan
250-500mg tiap
4-6 jam
0.2-0.5
mg/kg/hari
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Tidak sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
-
Tidak sesuai
Tidak sesuai
-
200 mcg/kg 4x
sehari
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
94
-
amoksisilin
1 cth (250mg)
2.5-50
mg/kg/hari dalam
dosis terbagi tiap
8 jam
20-50
mg/kg/hari
dosis terbagi
tiap 8 jam
125-250 mg
tiap 8 jam
Sesuai
Sesuai
Sesuai
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
95
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
96
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
97
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi yang berjudul Kajian Profil
Peresepan Pasien Asma Bronkial di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah BangliBali Tahun 2005 ini bernama Simon Andi
Wibowo. Penulis dilahirkan di Bangli-Bali pada
tanggal 14 oktober 1985, anak pertama dari tiga
bersaudara, pasangan Bapak Y. Basuki Mulyono
dan Ibu Istiwati.
Pendidikan penulis dimulai dari tingkat pendidikan taman kanak-kanak (TK)
Kusumayudha Tabanan-Bali pada tahun 1989, lalu dilanjutkan dengan sekolah
dasar (SD) di SD Negeri 1 Cempage (1991-1993). Pada tahun ketiga pendidikan
di SD Negeri 1 cempage penulis pindah ke SD Negeri 3 tamanBali (1993-1997)
karena harus pindah tempat tinggal. Pendidikan penulis dilanjutkan ke tingkat
menengah pertama (SMP) pada tahun 1997-2000 di SLTP Negeri 3 Bangli. Pada
tahun 2000-2003 penulis menuntut ilmu di sekolah menengah umum yakni SMU
Negeri 1 Bangli. dan pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan sarjana di
Universitas Sanata Dharma Fakultas Farmasi.
Download