Pemerintah Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Buruh Jakarta – Dalam rangka perayaan Hari Buruh Internasional 2016, pemerintah mene gaskan komitmennya untuk terus meningkatkan kesejahteraan buruh dan pekerja di Indonesia. Komitmen tersebut merupakan program pemerintahan Joko Widodo – Ju suf Kalla seperti yang diamanatkan dalam pasal 100-101 UU No.13 tahun 2003 tent ang Ketenagakerjaan. Untuk menjalankan amanat undang-undang, Kementerian Ketenagakerjaan bersam a dengan Kementerian/Lembaga terkait telah melakukan berbagai terobosan kebijak an dan program. Kebijakan tersebut antara lain, Peraturan Pemerintah No.78 Tahun 2015 mengenai pengupahan, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.6 Tahun 2016 mengenai tunjangan hari raya keagaamaan, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 7 Tahun 2016 mengenai uang servis di hotel dan restoran pada hotel, serta UndangUndang No.4 Tahun 2016 mengenai Tabungan Perumahan Rakyat. “PP Pengupahan adalah bukti kehadiran negara dalam memastikan Buruh/Pekerja ti dak jatuh dalam upah murah, karena pasti upah akan naik tiap tahunnya. PP ini juga memberikan kepastian bagi dunia usaha karena besaran kenaikan upah yang teruk ur, sehingga pengusaha jadi bisa mengembangkan usahanya. Dengan begitu dihara pkan peluang kerja juga meningkat,” ujar Menteri Ketenagakerjaan Republik Indone sia, Hanif Dhakiri dalam siaran pers tertulisnya, Minggu 1 Mei 2016. Dijelaskan Hanif, PP ini tidak menghilangkan kebutuhan hidup layak dalam menentu kan besaran upah. Sebab, dalam rumusan formula upah minimum, jenis kebutuhan yang ada dalam kebutuhan hidup layak juga merupakan jenis kebutuhan yang mene ntukan inflasi. Selain itu, formula penghitungan juga masih mengikutsertakan peran pekerja dalam proses perundingan. Hal tersebut tertera di pasal 42 ayat (2), yaitu: u pah Pekerja/Buruh dengan masa kerja lebih dari satu tahun atau lebih dirundingkan secara bipartit antara pekerja dan pengusaha. Sebagai turunan dari PP Pengupahan , Permenaker THR menyebutkan bahwa pekerja dengan masa kerja minimal satu b ulan (secara terus menerus) berhak mendapatkan THR sebesar satu bulan upah. Be sarannya dihitung secara proporsional sesuai masa kerja. Sementara itu Permenake r uang servis mengatur pengusaha hotel dan restoran di hotel untuk dapat memberik an 95% dari uang servis yang terkumpul dalam sebulan untuk dibagikan kepada pek erjanya. Pembagiannya mempertimbangkan prinsip pemerataan dan pelayanan prim a, yaitu 50% dibagi sama besar dan sisanya dibagi berdasarkan senioritas dan kinerj a. Program pemerintah lainnya untuk menopang kesejahteraan pekerja dan buruh dari sisi kebijakan sosial, yaitu dengan kebijakan tentang Kartu Indonesia Pintar, Kartu In donesia Sehat, kebijakan tentang perumahan dan transportasi murah bagi pekerja. Pemerintah berupaya memenuhi kebutuhan papan Buruh/Pekerja melalui program S ejuta Rumah, pembangunan 10.000 rusunawa bagi Buruh/Pekerja, dan program Tap era. Program Sejuta Rumah akan membangun 603.516 unit rumah bagi kelompok M asyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) termasuk pekerja/buruh, nelayan, TNI/Polr i dan PNS. Selain itu, pemerintah juga berupaya untuk mewujudkan transportasi mur ah dari dan untuk ke tempat kerja bagi Buruh/Pekerja. Sedangkan bagi Buruh/Pekerja yang berminat untuk menjalankan usaha produktif, p emerintah memberikan kemudahan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Beberapa penerima nya adalah calon Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri, TKI purna, an ggota keluarga pekerja yang berpenghasilan tetap dan pekerja ter-PHK yang mengik uti pelatihan kewirausahaan. Bunga KUR yang diberikan pun terus menurun tiap tah unnya. Di tahun 2014 bunga KUR sebesar 22%, tahun 2015 12%, tahun 2016 9%, d an tahun 2017 akan turun menjadi 7%. Percepatan Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja Selain kesejahteraan pekerja/buruh, pemerintah juga fokus pada percepatan pening katan kompetensi tenaga kerja. Hal ini menjadi krusial terutama dalam menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Berdasarkan Survey Angkatan Kerja Nasio nal (Sakernas) per Agustus 2015, angkatan kerja Indonesia berjumlah 122,38 juta o rang dengan jumlah 114,82 juta orang telah bekerja. Dari data tersebut, sekitar 50,8 3 juta angkatan kerja Indonesia berpendidikan SD ke bawah telah bekerja. Untuk tin gkat pendidikan Menengah Pertama (SMP/sederajat), 20,7 juta telah bekerja. Ting kat pendidikan menengah atas (SMA/MA/SMK/sederajat) sebanyak 30,65 juta telah bekerja. Sedangkan tingkat pendidikan Diploma/Sarjana ke atas hanya sebanyak 12 ,64 juta telah bekerja. Angkatan kerja akan sulit terserap ke dunia kerja tanpa kualifik asi keterampilan dan keahlian yang cukup. Untuk mengatasinya Kemnaker terus mel akukan berbagai tindakan percepatan peningkatan kompetensi. Salah satunya yaitu revitalisasi, reorientasi dan rebranding Balai Latihan Kerja. Saat ini jumlah BLK secar a total adalah 279. Sebanyak 17 milik pusat dan 262 BLK milik pemda Provinsi, Kab /kota. “Sekarang masuk BLK sudah tanpa syarat batas umur dan syarat pendidikan. Siapa pun bisa mendapat akses. Itu perlu didorong agar yang menganggur bisa masuk pas ar kerja setelah ketrampilannya meningkat dan yang sudah bekerja meningkat komp etensinya sehingga daya saing dan upahnya ikut meningkat.”kata Hanif. Upaya lainnya yang ditempuh untuk meningkatkan kompetensi adalah kerjasama de ngan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia untuk program pelatihan terpadu . Program ini meliputi pelatihan, pemagangan dan sertifikasi yang dilakukan secara b ersama antara lembaga pelatihan, lembaga sertifikasi dan industri. Diharapkan kerja sama ini dapat menghasilkan SDM kompeten berdaya saing. Kerjasama ini menarge tkan 200.000 pemagangan tiap tahunnya. Rinciannya, 2.000 perusahaan di bawah K adin akan berpartisipasi dengan menerima 100 pemagang per perusahaan tiap tahu nnya. “Mengutip kata presiden, negara dan bangsa yang memenangkan persaingan adala h yang unggul di skill dan kompetensi. Oleh karena itu pelatihan dan pendidikan vok asional menjadi penting guna meningkatkan kompetensi pekerja.” ujar Hanif. BIRO HUMAS KEMNAKER dan Tim PKP Kemkominfo