BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyakit gigi dan mulut penduduk Indonesia masih tinggi. Penyakit gigi dan mulut yang sering diderita masyarakat Indonesia adalah penyakit jaringan penyangga gigi dan karies gigi (Anonim, 2004). Salah satu penyebab terjadinya penyakit gigi dan mulut adalah plak. Upaya untuk menghilangkan plak gigi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara mekanis dan kimiawi (Marya, 2011). Secara mekanis, pertumbuhan plak dapat dikendalikan dengan menyikat gigi. Efektivitasnya tergantung dari beberapa hal, yaitu bentuk sikat gigi, frekuensi, lama menyikat gigi dan cara menyikat gigi (Widyanti, 2011). Cara menyikat gigi merupakan hal yang perlu diperhatikan. Banyak anak yang masih salah dalam memperagakan cara menyikat gigi. Anak-anak biasanya mempunyai kecenderungan untuk menyikat gigi hanya pada bagianbagian tertentu saja, yaitu permukaan labial gigi anterior dan permukaan oklusal gigi molar bawah (Marya, 2011). Terdapat berbagai teknik menyikat gigi yang telah diperkenalkan. Sebagian besar anak menggunakan metode horizontal pada saat menyikat gigi walau tanpa diberikan instruksi apapun (Hermann, 1987). Dalam pelaksanaannya, teknik ini memiliki kelemahan yang berakibat buruk untuk kesehatan gigi dan mulut anak. Menyikat gigi dengan arah horizontal dan dengan penekanan berlebih serta secara terus menerus akan mengakibatkan abrasi dan resesi gingiva sehingga akar gigi terlihat (Ginanjar, 2006). Untuk mengatasi hal tersebut, pendidikan mengenai cara – cara menyikat gigi dengan 1 baik dan benar harus ditanamkan sejak masih anak-anak. Menurut Susanto (2012), teknik menyikat gigi yang baik adalah dengan teknik kombinasi horizontal dan memutar yang sering disebut teknik Fones. Teknik Fones adalah gerakan menyikat gigi yang dilakukan pada saat gigi dalam keadaan oklusi dan sikat digerakan secara sirkuler. (Pratiwi, 2009). Keunggulan dari teknik Fones adalah cukup mudah untuk diajarkan kepada anak-anak dan menghasilkan pembersihan gigi yang baik dengan menghasilkan pemijatan pada gingiva serta dapat membersihkan sisa makanan di daerah interdental. Pendapat lain oleh Kusumawardani (2011) yang menganjurkan teknik menyikat gigi yang dinilai paling efektif untuk membersihkan plak gigi yaitu dengan teknik Bass. Teknik Bass merupakan metode menyikat gigi yang baik dan terbukti yang paling efektif untuk membersihkan plak sampai celah interdental dan soket gingiva. Dalam pelaksanaannya, teknik Bass lebih membutuhkan keterampilan untuk melakukannya. Keterampilan merupakan kemampuan-kemampuan mendasar yang terus dikembangkan hingga menjadi terlatih, sedangkan keterampilan menyikat gigi adalah kemampuan untuk mengerjakan atau melaksanakan tindakan menyikat gigi yang dilakukan dengan latihan agar mendapatkan pembersihan gigi yang baik (Nasution, 2007). Keterampilan menyikat gigi yang baik diharapkan dapat meningkatkan kebersihan mulut terutama oleh plak gigi. Usia dini merupakan saat yang ideal untuk melatih kemampuan motorik seorang anak, termasuk di antaranya menyikat gigi. Menyikat gigi termasuk keterampilan motorik halus, yaitu gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan hanya dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan dalam menggunakan jari dan gerakan pergelangan tangan (Bambang, 2007). Kemampuan motorik merupakan salah satu unsur yang membentuk intelegensi (Azwar, 1996). Intelegensi merupakan totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak yang meliputi fungsi mental, berfikir, mengingat, mempelajari, mengadopsi dan merasakan yang biasanya diukur menggunakan suatu indeks ukuran kemampuan intelektual yang disebut Intelligence Quotient (IQ). Tingkatan IQ anak normal menurut Binet terdiri dari kategori normal (90-110), pandai (110-120) dan cerdas (120-140). Tingkat kecerdasan yang dimiliki tersebut akan menjadi bekal potensial yang akan memudahkan seseorang dalam belajar serta mendapatkan hasil yang lebih optimal (Azwar, 1996). Menurut Alfred Binet (1904) cit. Azwar (1996), Intelligence Quotient (IQ) anak akan terus bertambah sampai usia 14 tahun, setelah itu yang bertambah hanya pengetahuannya saja. Finn (1962) juga menyatakan bahwa sampai usia 14 tahun, anak – anak sudah dapat menekan keinginannya dan menjadi penurut, sehingga pada usia ini perilaku atau kebiasaan baik pada anak dapat dengan mudah dibentuk dengan mengulang tingkah laku yang baru sampai saraf-saraf terbiasa. Pada usia 12-14 tahun gigi-gigi permanen sebagian besar sudah erupsi sempurna. Semua gigi permanen umumnya erupsi pada usia 12 tahun, kecuali empat gigi geraham kedua yang erupsi pada usia sekitar 13 tahun dan gigi geraham ketiga yang erupsi antara usia 17-21 tahun (Pinkham dkk, 2000). Pada usia itu pula telah memasuki usia rentan karies pada gigi permanen yang salah satu penyebabnya adalah plak gigi (Wong dkk, 2008). Tumbuhnya gigi-gigi permanen yang masih baru ini harus segera dirawat sedini mungkin sebelum timbul permasalahan gigi yang lebih kompleks. Apalagi sejak usia 12 tahun, anak mulai memperlihatkan keterampilan-keterampilan manipulatif menyerupai kemampuan orang dewasa dengan gerakan-gerakan yang kompleks dan rumit 3 untuk menghasilkan suatu keterampilan yang bermutu (Desmita, 2001). Pemberian edukasi teknik menyikat gigi yang baik dan benar walaupun memerlukan keterampilan tertentu dapat menjadi sebuah pengajaran yang patut dikenalkan ke anak-anak usia tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin meneliti perbedaan teknik menyikat gigi terhadap keterampilan dan skor plak gigi anak usia 12-14 tahun berdasarkan tingkat kecerdasan agar dapat mengetahui edukasi promotif tentang menyikat gigi yang tepat dan meningkatkan kegiatan preventif untuk mencegah karies gigi sedini mungkin dengan teknik menyikat gigi yang lebih baik dan benar. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, timbul permasalahan berikut: Bagaimanakah perbedaan teknik menyikat gigi terhadap keterampilan dan skor plak gigi anak usia 12-14 tahun berdasarkan tingkat kecerdasan? C. Keaslian Penelitian Penelitian terkait pernah dilakukan oleh Sekar Arum Novita Dewi, dkk dari Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga pada tahun 2012 dalam jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Simulasi Menggosok Gigi Teknik Modifikasi Bass dengan Keterampilan dan Kebersihan Gigi dan Mulut pada Anak MI AtTaufiq Kelas V”. Penelitian tersebut membandingkan keterampilan anak menyikat gigi dengan metode Bass sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan gigi dengan metode simulasi. Pada penelitian ini, peneliti membandingkan keterampilan dan skor plak gigi anak dalam mempraktekan teknik menyikat gigi Fones dan Bass dilihat dari tingkat kecerdassan intelegensinya dengan menggunakan metode demonstrasi. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan teknik menyikat gigi terhadap keterampilan dan skor plak gigi anak usia 12-14 tahun berdasarkan tingkat kecerdasan. E. Manfaat Penelitian 1. Ilmu Pengetahuan Sebagai informasi tentang perbedaan teknik menyikat gigi terhadap keterampilan dan skor plak gigi anak usia 12-14 tahun berdasarkan tingkat kecerdasan. 2. Masyarakat a. Memberikan informasi teknik menyikat gigi yang tepat untuk anakanak usia 12-14 tahun. b. Membantu para penyuluh kesehatan gigi dengan memberikan solusi teknik menyikat gigi yang paling efektif dan mudah diterapkan untuk anak-anak. c. Membantu anak-anak usia 12-14 tahun merawat gigi-gigi permanennya yang sebagian besar sudah erupsi secara sempurna dengan menerapkan teknik menyikat gigi yang efektif dan tidak menimbulkan kerusakan jaringan pada rongga mulutnya. 5