BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam globalisasi ekonomi dan keuangan, isu nilai tukar kembali menjadi perhatian para peneliti dan pengambil kebijakan ekonomi. Interkoneksi lewat jalur nilai tukar menjadi makin penting selain jalur transaksi berjalan dalam perekonomian terbuka. Keterbukaan perekonomian yang ditandai dengan semakin dinamiknya mobilitas modal asing akan semakin meningkatkan interkoneksi antara nilai tukar dan investasi asing dengan variabelvariabel ekonomi makro utama lain seperti tingkat output, tingkat bunga, inflasi, transaksi berjalan. Dalam konteks kebijakan penargetan inflasi, peran nilai tukar menjadi kunci dalam desain kebijakan moneter untuk perekonomian terbuka. Selama ini nilai tukar masih menjadi perdebatan dalam kebijakan moneter, misal dalam Taylor (2001). Studi melalui pengembangan model ekonomi makro dalam konteks perekonomian terbuka yang mendasarkan perspektif ekonomi makro baru menjadi alternatif dari perdebatan-perdebatan para peneliti. Model ekonomi makro lebih memungkinkan menggambarkan interkoneksi dan interdependensi antar variabel sebagai dampak dari globalisasi yang penuh risiko dan ketidakpastian. Konsekuensinya kebijakan ekonomi khususnya kebijakan moneter akan lebih menekankan forward looking dan memandang penting peran kejutan dalam ekonomi makro. Pemodelan ekonomi makro tidak terlepas dari karakteristik data dari perekonomian yang akan diteliti. Pemodelan tergantung dari dukungan teori dan data, serta metodologi yang relevan. Data ekonomi makro pada umumnya mengandung akar unit yang menimbulkan masalah pada estimasi model, misal dalam Nelson dan Plosser (1982). Lebih lanjut, Engle dan Granger (1987), Johansen (1991) dan Phillips (1991) mengemukakan bahwa persoalan 1 akar unit menimbulkan masalah pada regresi model yang disebut dengan regresi spurious. Sementara itu kointegrasi antar variabel yang mengandung akar unit dimungkinkan terjadi. Kointegrasi merupakan hubungan jangka panjang antar variabel yang didasarkan pada teori. Hubungan dalam model yang didasarkan teori lebih berguna daripada hubungan-hubungan yang hanya didasarkan pada hubungan-hubungan yang umum (lazim) atas dasar data historis. Pernyataan tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip teori ekonomi makro pandangan baru yaitu Sintesis Neoklasik Baru (SNB) oleh Woodford (2009). Woodford (2009) mengemukakan pentingnya menggunakan data terobservasi, namun dalam pembentukan model menekankan pada model yang dibangun dari teori daripada model yang hanya didasarkan pada hubungan-hubungan yang lebih umum sebagaimana tertuang dalam prinsip-prinsip SNB maupun Makroekonomika Konsensus Baru (MKB). Perspektif MKB adalah varian dari SNB yang menekankan pada kebijakan moneter khususnya penargetan inflasi, yang dipelopori oleh Arestis (2007, 2009a). Penargetan harga sebagai kerangka dalam mencapai stabilisasi harga menjadi fokus dari MKB. Kesatuan antara aspek mikro dan ekonomi makro yang tak terpisahkan diperlukan sebagai dasar dalam menguji dampak jangka pendek dan jangka panjang oleh adanya perubahan dalam perekonomian. Model dengan perspektif MKB menggunakan pendekatan dan asumsi kombinasi antara Real Business Cycle (RBC) dan Keynesian Baru, mengingat bahwa MKB merupakan konvergensi antara teori RBC dan Keynesian Baru.Pendekatan MKB digunakan karena MKB lebih fokus kepada kebijakan moneter. DalamSNB dikatakan bahwa (1) kejutan (shock) dapat memengaruhi permintaan dan penawaran, dan (2) kebijakan moneter dapat memiliki efek stabilisasi terhadap perekonomian dalam jangka pendek.Pendekatan RBC yang digunakan adalah adanya peran kejutan dan pendekatan persamaan log-linier dalam estimasi model, sementara dari Keynesian Baru diasumsikan adanya kekakuan nominal.Adanya kejutan dan perilaku kekakuan nominal seperti harga dan upah memenuhi unsur-unsur dalam pendekatan 2 model ini. Di Indonesia dengan mengingat bahwa pasar tidak sempurna dan terdapat kekakuan harga, maka fakta ini bisa terjadi sebagai bukti bahwa pasar tidak efisien dalam mengalokasikan sumberdaya. Studi dengan fokus kebijakan moneter semakin berarti karena tren penerapan kebijakan penargetan inflasi negara-negara di dunia. Kemunculan MKB dengan prinsip-prinsip SNB yang fokus pada stabilisasi harga semakin menguatkan isu kebijakan penargetan inflasi yang perlu dieksplorasi dalam penelitian. Penargetan inflasi yang diumumkan telah diberlakukan di Indonesia sejak tahun 2001, meskipun kerangka penargetan inflasi secara resmi baru tahun 2005. Sebagian besar dalam penelitian runtut waktu yang fokus pada variabel-variabel ekonomi makro, khususnya di Indonesia, tidak menyelidiki adanya kointegrasi antar variabelvariabel yang diamati, kecuali yang menggunakan pendekatan Error Correction Model(ECM) dan Vector Error Correction Model (VECM). Penelitian yang berbasis regresi linear yang didasarkan pada teori kebanyakan tanpa penyelidikan kointegrasi di samping pada pendekatan Vector Autoregression (VAR) yang didasarkan pada mekanisme transmisi. Kointegrasi menjadi sifat penting dalam analisis runtut waktu kontemporer. Kemunculan model-model ekonometrika yang didasarkan pada ekspektasi rasional dan optimisasi intertemporal, sebagai konsekuensi peran akademik dan siklus kebijakan ekonomi, masih minim di Indonesia. Hal ini telah memberi dorongan perkembangan pemikiran ekonomi makro seperti SNB dan MKB yang merupakan konvergensi antara model RBC dan Keynesian Baru. Model ekonomi makro terkini yang fokus pada kebijakan moneter dalam kerangka penargetan inflasi adalah MKB, sementara SNB merupakan pendekatan terbaik untuk menganalisis fluktuasi jangka pendek. Analisis fluktuasi jangka pendek sebagaimana dalam pendekatan SNB maupun MKB berkaitan penting dengan hubungan jangka panjang yang 3 didasarkan pada teori dan peranan kejutan dalam model ekonomi makro yang menyebabkan fluktuasi ekonomi (Woodford, 2009). Hubungan jangka panjang yang tidak mengandung akar unit, I(0), menunjukkan bahwa dasar teori mendukungnya sebagaimana dikemukakan dalam Garratt dkk. (2003). Adanya kointegrasi atau hubungan jangka panjang yang didasarkan teori akan membuat analisis fluktuasi jangka pendek dan dampak kejutan menjadi lebih bermakna. Hal ini karena perubahan/perilaku jangka pendek bisa dibandingkan dengan ekuilibrium (jangka panjangnya) sebagai jangkarnya. Karena itu kerangka model tunggal yang tidak memisahkan perhatian pada mikroekonomi maupun ekonomi makro yang didasarkan pada teori ekonomi dan asumsi-asumsi yang relevan diperlukan daripada hubungan-hubungan yang lebih umum secara historis. Studi-studi yang mendasarkan pada pendekatan model yang sama, misalnya Insukindro dkk. (2014), menguji hubungan jangka panjang namun dengan perspektif yang berbeda. Studi yang mendasarkan pada pandangan Keynesian Baru untuk kebijakan moneter, misalnya Rahutami (2007) dan Sugeng (2012), menguji kointegrasi namun pendekatan modelnya berbeda. Studi Maryatmo (2004) dan Suhartoko (2013) mengembangkan model ekonomi makro namun dalam konteks kebijakan fiskal. Dalam konteks kekinian, studi empirik yang mendasarkan pada prinsip SNB maupun MKB tersebut belum sepenuhnya terwujud dalam pengembangan model makroekonomi di Indonesia yang bisa diselidiki dengan metode estimasi yang sesuai. Studi-studi yang sudah ada sebelumnya adalah studi dengan model-model yang menggunakan pendekatan Vector Autoregression (VAR), Structural Vector Autoregression (SVAR), Error Correction Model (ECM) maupun Vector Error Correction Model (VECM) yang belum memfokuskan pada kebijakan moneter khususnya penargetan inflasi. Studi-studi pendahulu terkait dengan model ekonomi makro dipelopori oleh Garratt dkk. (2003) di Inggris. Studi di Indonesia dengan topik yang sama pernah dilakukan, misalnya oleh Julaihah dan Insukindro (2004), Insukindro 4 dkk. (2006), Rahutami (2007), Sugeng (2012) dan Insukindro dkk. (2014). Studi-studi tersebut merupakan studi-studi awal yang fokusnya pada kebijakan moneter dan interaksi perekonomian domestik dan internasional. Masih terdapat gap pada studi-studi sebelumnya dengan perlunya studi yang mendasarkan pada pendekatan model yang memenuhi prinsipprinsip NSB maupun MKB sebagaimana dikemukakan oleh Woodford (2009) dan model Arestis (2007) dengan fokus kebijakan moneter dengan kerangka penargetan harga. Banyak penelitian yang menggunakan model VAR dalam makroekonometrika sejak diperkenalkan oleh Sims (1980). Dalam penggunaan pendekatan model VAR di Indonesia tidak jarang peneliti terjebak pada penggunaan langsung variabel yang dipilih tanpa memperhatikan pada penyelidikan terlebih dahulu ada atau tidaknya kointegrasi antar variabel, misalnya dalam studi Hafidh (2007) dan Nezky (2013). Implikasinya dengan tanpa uji kointegrasi maka justifikasi penggunaan VAR atau SVAR dengan data aras atau perbedaan pertama mungkin belum bisa dibenarkan. Oleh karena itu analisis jangka pendek bisa memberikan hasil yang kurang sesuai dengan hasil estimasi model yang lebih tepat harus diestimasi, misalnya estimasi dengan VECM atau SCVAR. Engle dan Granger (1987, 1991) menyatakan bahwa estimasi model VAR bisa dilakukan dengan menguji kointegrasi terlebih dahulu. Jika tidak terdapat kointegrasi maka penggunaan VAR bisa dilakukan dan variabel yang digunakan adalah variabel dalam perbedaan pertama. Jika terdapat kointegrasi maka ECM disarankan untuk digunakan. Namun demikian VAR yang menggunakan data perbedaan pertama memiliki keterbatasan pada interpretasi jangka pendek. Keterbatasan penelitian-penelitian di Indonesia selain pada verifikasi model yang belum tepat adalah studi-studi yang masih parsial dan masih minimnya studi dengan model ekonomi makro dalam konteks globalisasi ekonomi, yaitu adanya interkoneksitas dan interdependesi variabel-variabel ekonomi makro terhadap perekonomian dunia yang makin nyata. Analisis jangka pendek terhadap perubahan-perubahan dalam perekonomian akan lebih berdayaguna 5 dalam model yang melibatkan adanya hubungan jangka panjang dalam keterkaitan antar variabel-variabel ekonomi makro. Dalam Garratt dkk. (2003) dikemukakan bahwa adanya problem intertemporal optimization yang dihadapi rumah tangga dan perusahaan (sebagaimana dalam model RBC) memungkinkan adanya hubungansteady-state atau jangka panjang. Peran pentingnya kejutan dalam model sama pentingnya dengan identifikasi gangguan (disturbances) dalam makroekonomi melalui pendekatan intertemporal optimization. Kejutan sebagai gangguan makroekonomi dapat diidentifikasi, yang memunculkan adanya selera dan teknologi. Kejutan yang lain misalnya adanya gangguan cuaca atau iklim. Analisis respon dinamik jangka pendek terhadap kejutan ekonomi dapat dilakukan ketika terdapat hubungan antar variabel jangka panjang yang didasarkan pada teori melalui restriksi yang diberlakukan. Analisis terhadap pengaruh kejutan-kejutan yang dihasilkan dari estimasi model VAR adan SVAR sebagaimana dalam studi-studi sebelumnya di Indonesia, misal Hafidh (2007), Maruddani dan Safitri (2006), Nezky (2013), yang tanpa memperhitungkan ada hubungan jangka panjang, kurang memberikan hasil yang bermakna secara ekonomi. Garratt dkk. (2003) mengemukakan bahwa dengan restriksi yang didasarkan pada teori maka model SCVAR bisa memberikan fungsi respon impuls yang lebih bermakna terhadap kejutan. Hal ini dimungkinkan karena analisis dalam model menyandarkan pada hubungan jangka panjang (ekuilibrium) yang didasarkan teori sebagai jangkarnya. Kejutan sendiri memiliki implikasi pada kebijakan ekonomi makro khususnya kebijakan moneter. Oleh karena itu fungsi respon impuls yang bermakna juga akan memberikan keuntungan dalam analisis dampak kejutan terhadap kebijakan moneter. Studi-studi terdahulu yang berkaitan dengan kebijakan moneter tidak secara khusus mangkaitkan dengan isu penargetan inflasi dalam model meskipun di dalamnya telah memasukkan variabel inflasi target, misalnya studi Insukindro dkk (2006) dan Rahutami 6 (2007). Studi-studi tersebut melakukan simulasi dengan peramalan-peramalan. Studi-studi tidak menganalisis dampak kejutan kebijakan moneter dan variabel penargetan inflasi terhadap variabel-variabel ekonomi makro. Menurut Garratt dkk. (2003) kejutan kebijakan moneter berpengaruh terhadap keputusan dari agen-agen swasta. Dalam studinya, Eleftheriou (2009) mengemukakan bahwa dengan memperhatikan pada relevansi Kaidah Taylor, perhatian tertuju pada penyesuaian tingkat bunga jangka pendek terhadap kejutan yang berdampak pada output riil dan inflasi. Salah satu elemen dari SNB menurut Goodfriend dan King (1997) dan salah satu prinsip menurut Woodford (2009) adalah ekspektasi rasional. Telah ada sejumlah studi yang memasukkan unsur ekspektasi rasional di Indonesia antara lain Price dan Insukindro (1994), Maryatmo (2004), Rahutami (2007) dan Suhartoko (2013). Studi-studi tersebut tidak mengkaitkan secara spesifik perilaku forward looking harga terhadap penargetan inflasi. Dalam kebijakan penargetan inflasi perilaku forward looking penting untuk dipertimbangkan karena berhubungan dengan efektivitas dan kredibilitas kebijakan penargetan inflasi. Perilaku forward looking berdampak pada penyesuaian jangka pendek menuju ekuilibrium. Ekspektasi inflasi diperkirakan tidak hanya berdampak pada harga, namun juga variabel-variabel lainnya seperti output dan tingkat bunga. Selain itu respon variabel-variabel terhadap kejutan juga akan dipengaruhi bekerjanya ekspektasi rasional. Dalam konteks kebijakan penargetan inflasi, yang menjadi fokus dari MKB, maka ekspektasi inflasi relevan dilibatkan dalam model ekonomi makro Indonesia dalam konteks perekonomian terbuka atau globalisasi ekonomi. Asumsi-asumsi utama yang mendasari prinsip-prinsip SNB maupun MKB, yaitu adanya kekakuan harga dan ketidaksempurnaan pasar (persaingan monopolistik), cukup realisitik dengan fakta di Indonesia daripada asumsi harga fleksibel dan pasar persaingan sempurna. Pendekatan model Structural Cointegrating VAR (SCVAR) yang diperkenalkan salah 7 satunya pleh Garratt dkk (2003) bisa mengakomodir gap tersebut untuk melakukan studi yang memenuhi prinsip-pinsip SNB dan MKB. Pendekatan model SCVAR tetap bisa mendasarkan pada teori ekonomi yang ada pada hubungan jangka panjangnya di dalam sistem model, sementara dinamik jangka pendeknya juga bisa diestimasi sebagaimana dalam kerangka VAR. Pendekatan model SCVAR memungkinkan diterapkan pada data ekonomi makro Indonesia yang difokuskan pada kebijakan moneter penargetan inflasi. Data ekonomi makro Indonesia yang mengindikasikan adanya akar unit memberikan peluang untuk mengidentifikasi hubungan-hubungan jangka panjang antar variabel makro berdasarkan teori dan asumsi-asumsi yang mendasari. Asumsi kekakuan harga dan upah dan adanya perilaku forward looking didukung oleh fakta di Indonesia. Pasar yang cederung persaingan monopolistik, adanya ketidaksempurnaan pasar, peran institusional (termasuk tradisi dan budaya) yang cukup nyata mengindikasikan dukungan pada asumsi-asumsi pendekatan SNB dan MKB di Indonesia. Terdapat gap yang bisa diisi melalui studi dengan mengembangkan model ekonomi makromelalui kointegrasi-kointegrasi yang menggambarkan hubungan-hubungan jangka panjang antar variabel. Model yang dibangun tidak terpisahkan dengan dasar mikroekonomi melalui perspektif MKB dan asumsi-asumsinya yang fokus pada kebijakan moneter dalam kerangka penargetan inflasi. Dasar mikroekonomi dalam prinsip-prinsip SNB menurut Zouache (2004) adalah adanya; (1) prinsip dinamik, yang mengimplikasikan perilaku optimisasi rumah tangga dalam kerangka intertemporal; (2) prinsip agen representasi oleh agen-agen ekonomi individu dalam proses keputusan dan asumsi bahwa perilaku mikroekonomi adalah representasi perilaku seluruh agen dalam perekonomian; (3) prinsip keseimbangan umum yang mencerminkan perilaku variabel agregat sebagai hasil market clearing pilihan individu rumah tangga dan perusahaan, dan (4) prinsip verifikasi empiris, yaitu hasil model SNB harus dikonfrontasikan dengan fakta-fakta empirik. 8 Hubungan interdependensi antar variabel ekonomi makro lebih masuk akal daripada hubungan dependesi secara parsial dalam pendekatan model ekonomi makro untuk Indonesia. Dengan pemodelan interdependensi secara makro, maka lebih mungkin melakukan studi yang menghubungkan keterkaitan antara variabel-variabel ekonomi makro Indonesia dalam keterhubungannya dengan perekonomian global ke dalam kerangka kebijakan moneter. Terhadap isu kebijakan moneter dan globalisasi perlu dibangun model penelitian dalamkonteks perekonomian terkini. Model dengan perspektif MKB relevan dikembangkan untuk melakukan studi tentang isu tersebut. Model bisa diterapkan untuk Indonesia yang dicirikan sebagai negara emerging market dengan derajat keterbukaan, terintegrasinya pasar keuangan dan dinamika arus investasi asing yang cukup besar. Nilai tukardi Indonesia fleksibel di era nilai tukar mengambang bebas dan dalam kerangkapenargetan inflasi. Model dikonstruksi denganpendekatan ekonomi makro baru dengan pengembangan dan reformulasi model untuk mengakomodasi kritik dan kekurangan dari model sebelumnya dalam Arestis (2007), di antaranya memperluas aspek eksternal tidak hanya neraca transaksi berjalan, namun juga investasi asing (investasi langsung asing dan investasi portofolio) yang penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sebagaimana pandangan Post Keynesian (Harvey, 2006), dan memaksimalkan peranan variabel nilai tukar dalam sistem model. 1.2. Permasalahan Dalam globalisasi seperti saat ini interkoneksi lewat jalur nilai tukar menjadi makin penting selain jalur transaksi berjalan dalam perekonomian terbuka. Keterbukaan perekonomian yang ditandai dengan makin dinamiknya mobilitas modal asing dimungkinkan makin meningkatkan interkoneksi antar nilai tukar dan investasi asing dengan variabelvariabel ekonomi makro utama lain seperti tingkat output, tingkat bunga, inflasi, transaksi berjalan. Dalam konteks kebijakan penargetan inflasi, peran nilai tukar menjadi kunci dalam desain kebijakan moneter untuk perekonomian terbuka. Studi melalui pengembangan model 9 ekonomi makro dalam konteks perekonomian terbuka yang mendasarkan perspektif ekonomi makro baru menjadi alternatif dari perdebatan-perdebatan para peneliti. Dalam penelitian yang menggunakan runtut waktu, masih banyak penelitian di Indonesia yang tidak menyelidiki kointegrasi-kointegrasi yang didasarkan pada teori ekonomi di dalam modelnya, kecuali model dengan pendekatan ECM dan VECM. Pendekatan teori yang digunakan kebanyakan juga kurang memperhatikan aspek ekonomi mikro. Kointegrasi perlu untuk diselidiki ketika variabel ekonomi makro sebagian besar memiliki tren stokastik dalam analisis runtut waktu. Kointegrasi menjadi sifat penting dalam analisis runtut waktu kontemporer. Pendekatan kointegrasi juga berkaitan dengan kepentingan untuk menganalisis dampak jangka pendek dan jangka panjang terhadap perekonomian. Fluktuasi ekonomi jangka pendek memandang penting peran kejutan dan keterkaitannya dengan hubungan jangka panjang variabel-variabel ekonomi makro, yang mana studi terkait dengan hal ini perlu dilakukan. Dalam konteks perekonomian terbuka, peran kejutan makin penting seiring dengan meningkatnya hubungan-hubungan antar variabel ekonomi makro. Hubunganhubungan antar variabel ekonomi makro dalam perekonomian semakin menjadi perhatian terutama dalam kaitannya dengan kebijakan moneter yang fokus pada penargetan inflasi sebagaimana perspektif dari MKB. Dalam konteks kekinian yaitu globalisasi ekonomi dan keuangan, diperlukan studi empirik yang mendasarkan pada prinsip SNB maupun MKB dalam pengembangan model makroekonomi di Indonesia. Diperlukan penyesuaian dari studi-studi pendahulu yang sudah ada berdasarkan ruang lingkup topik/studi yang sama, baik dari sisi pendekatan teori, metodologi maupun pemilihan dan pengukuran variabel. Hal ini dilakukan dan disesuaikan dengan fokus penelitian yang diperlukan. Studi dengan model yang menggambarkan multi hubungan jangka panjang yang berdasarkan teori perlu melibatkannya dalam pengaruhnya terhadap variabel-variabel endogen secara individu. Model tersebut sebagai model yang 10 menggambarkan interdependensi dan interkoneksi variabel-variabel ekonomi makro di Indonesia dalam globalisasi ekonomi dan keuangan sebagai konsekuensi dari perekonomian terbuka pada masa kini. Variabel-variabel kunci dalam masalah ini adalah nilai tukar, investasi langsung asing dan investasi portofolio karena ketiganya memiliki hubungan penting dengan variabel-variabel utama ekonomi makro yaitu kesenjangan output, harga dan tingkat bunga, serta variabel krusial yaitu transaksi berjalan. Penggunaan model runtut waktu yang tidak tepat sebelum diuji kointegrasinya jika datanya memiliki tren stokastik, maka akan memberikan implikasi estimasi perubahan jangka pendek yang tidak tepat. Oleh karena itu uji pengaruh perubahan jangka pendek variabelvariabel yang ditetapkan lebih dulu (predetermined variables), dalam hal ini variabel lag (sebagaimana dalam estimasi model-model runtut waktu, seperti VAR dan VECM) terhadap perubahan variabel-variabel yang menjadi perhatian menjadi tidak valid dan kurang bermakna secara ekonomi karena tanpa mengkaitkan terhadap hubungan jangka panjangnya. Estimasi model runtut waktu yang dilakukan tanpa memperhitungkan hubungan jangka panjang, memberikan hasil analisis dampak kejutan yang kurang bermakna secara ekonomi. Diperlukan pendekatan model yang menetapkan restriksi berdasarkan teori untuk menentukan hubungan jangka panjang sebagai jangkarnya. Dalam memahami interdependensi antar variabel-variabel ekonomi makro, maka kejutan-kejutan variabel ekonomi makro perlu diidentifikasi dengan model SCVAR untuk studi pengaruh kejutan terhadap perubahan variabel-variabel ekonomi makro itu sendiri. Belum terdapat studi mengenai hal ini, yang menjadi permasalahan dalam pemodelan ekonomi makro dengan perspektif MKB yang relevan dengan kondisi di Indonesia dan konteks perekonomian global bagi Indonesia. Dalam konteks kebijakan moneter yang fokus pada stabilisasi harga, maka perilaku deviasi inflasi dari inflasi targetnya menjadi bagian penting dalam analisis kebijakan 11 penargetan inflasi dan implikasinya pada variabel-variabel ekonomi makro lainnya. Pengaruh gap inflasi dan inflasi targetnya memberikan dampak pada kejutan tingkat bunga yang selanjutnya berdampak pada perubahan tingkat bunga dan variabel-variabel ekonomi makro lainnya. Karena itu dalam relevansinya dengan kaidah Taylor, maka peranan deviasi inflasi dari inflasi targetnya menjadi faktor berpengaruh terhadap efektifitas dan kredibilitas kebijakan moneter melalui penargetan inflasi. Studi-studi terdahulu tidak mengkhususkan pada isu ini. Konsisten dengan hasil penelitian Insukindro dkk. (2006) bahwa kebijakan moneter yang bersifat kaidah akan lebih berdayaguna dalam proses stabilisasi perekonomian di Indonesia. Variabel ekspektasi harga sebagai representasi dari unsur forward looking dalam model ekonomi makro perlu dilibatkan lebih lanjut dalam kaitannya dengan kebijakan penargetan inflasi. Ekspektasi harga perlu diselidiki apakah memengaruhi respon variabel-variabel makro dalam merespon kejutan khususnya terhadap kejutan tingkat bunga (kejutan kebijakan moneter). Pengaruh respon ini dipengaruhi oleh bekerjanya ekspektasi harga. Studi-studi terdahulu tidak mengkaitkannya dengan persoalan ini. Dari uraian permasalahan di atas dapat dikemukakan pertanyaan penelitian yang akan dibuktikan secara empirik dalam penelitian ini. 1. Apakah terdapat kointegrasi-kointegrasi antar variabel-variabel ekonomi makro di Indonesia dalam konteks perekonomian terbuka? 2. Apakah terdapat signifikansi kointegrasi-kointegrasi antar variabel ekonomi makro Indonesia terhadap variabel-variabel endogen (kesenjangan output, harga, tingkat bunga, nilai tukar transaksi berjalan, investasi langsung asing dan investasi portofolio) secara individual di Indonesia? 3. Apakah terdapat pengaruh jangka pendek variabel-variabel lag: (a) kesenjangan output, (b) harga, (c) tingkat bunga, (d) nilai tukar, (e) transaksi berjalan, (f) investasi langsung 12 asing, dan (g) investasi portofolio terhadap perubahan jangka pendek variabel-variabel ekonomi makro secara individu di Indonesia? 4. Apakah terdapat pengaruh kejutan variabel: (a) kesenjangan output, (b) harga, (c) tingkat bunga, (d) nilai tukar, (e) transaksi berjalan, (f) investasi langsung asing, dan (g) investasi portofolio terhadap variasi variabel-variabel ekonomi makro di Indonesia? 5. Apakah terdapat pengaruh variabel gap inflasi aktual dan inflasi target terhadap variabelvariabel ekonomi makro di Indonesia? 6. Apakah terdapat pengaruh variabel ekspektasi harga terhadap variabel-variabel ekonomi makro di Indonesia? 1.3.Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian, maka penelitian ini bertujuan untuk sebagai berikut. 1. Menguji kemungkinan kointegrasi yang melibatkan variabel-variabel:(a) kesenjangan output, (b)harga,(c) tingkat bunga, (d) nilai tukar, (e) transaksi berjalan,(f) investasi langsung asing, dan (g) investasi portofolio dalam model ekonomi makroIndonesia. 2. Menguji signifikansi kointegrasi-kointegrasi antar variabel ekonomi makro Indonesia (sebagaimana tujuan nomor 1) terhadap variabel-variabel individu (kesenjangan output, harga, tingkat bunga, nilai tukar transaksi berjalan, investasi langsung asing dan investasi portofolio) secara individual dalam model aekonomi makro Indonesia. 3. Menguji pengaruh jangka pendek variabel-variabel lag:(a) kesenjangan output, (b)harga,(c) tingkat bunga, (d) nilai tukar, (e) transaksi berjalan,(f) investasi langsung asing, dan (g) investasi portofolio terhadap perubahan jangka pendek variabel-variabel ekonomi makro secara individu di Indonesia. 4. Menguji pengaruh kejutan variabel:(a) kesenjangan output, (b)harga,(c) tingkat bunga, (d) nilai tukar, (e) transaksi berjalan,(f) investasi langsung asing, dan (g) investasi portofolio terhadap variasi variabel-variabel ekonomi makro di Indonesia. 13 5. Menguji pengaruh variabel gap inflasi aktual dan inflasi target terhadap variabel-variabel ekonomi makro di Indonesia. 6. Menguji pengaruh variabel ekspektasi inflasi terhadap variabel-variabel ekonomi makro di Indonesia. 1.4.Keaslian Penelitian Keaslian penelitian ini dapat ditinjau dari berbagai aspek. Pertama, permasalahan penelitian yang menarik untuk diteliti dan belum terjawab sepenuhnya oleh studi-studi sebelumnya, yang mayoritas masih mendasarkan pada model secara parsial. Kedua, meskipun bukan merupakan hal baru karena sudah banyak diteliti, namun isu mengenai investasi asing dan nilai tukar menjadi menarik untuk diteliti kembali dengan konteks perekonomian terkini untuk Indonesia dengan perspektif ekonomi makro baru. Ketiga, studistudi sebelumnya bukan merupakan studi dengan pengembangan model ekonomi makro khususnya yang fokus pada penargetan inflasi dengan metode estimasi yang sesuai harapan. Letak perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya dapat ditunjukkan pada rangkuman tabel sejumlah penelitian terdahulu, yang diurutkan menurut kelompok isu. Penelitian yang akan dilakukan ini bersifat memperbaiki kekurangankekurangan dan keterbatasan-keterbatasan dari penelitian-penelitian sebelumnya baik dari aspek cakupan isu maupun metodologi berdasarkan perspektif ekonomi makro baru yaitu MKB. Tabel 1.1. Rangkuman Penelitian Terdahulu Studi Balasubramanyam dkk. al. (1996) Isu-Isu Investasi Langsung Asing dan Nilai Tukar Tujuan Metode dan Alat Menguji peran investasi langsung asing dalam proses pertumbuhan di negara-negara berkembang yang dicirikan oleh perbedaan kebijakan perdagangan. Pengujian dilakukan terhadap data crosssection dengan sampel 46 negara berkembang. Hasil Investasi langsung asing berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. 14 Studi Tujuan Metode dan Alat Hasil Investasi langsung asing dipengaruhi signifikan oleh nilai tukar riil bilateral, dan perdagangan dipengaruhi oleh investasi langsung asing dalam kasus negaranegara Asia Tenggara dan Amerika latin dengan Amerika Serkat dan Jepang Investasi langsung asing merupakan motor penting untuk transfer teknologi yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dibandingkan investasi domestik, dengan syarat negara memiliki kapasitas sumberdaya manusia yang memadai dan kapabilitas menyerap teknologi baru. Investasi langsung asing tidak sepenuhnya selalu mendorong pertumbuhan ekonomi melalui limpahan teknologi (technology spillover). Tidak menemukan pengaruh PDB terhadap investasi langsung asing di Australia. Tingkat bunga, perubahan upah, tingkat keterbukaan perekonomian dan variabel yang mencerminkan perselisihan industri merupakan faktor penting penentu aliran investasi langsung asing. Tarif, nilai tukar, pajak, kredit, dan PDB berpengaruh signifikan terhadap aliran investasi langsung asing di Pakistan. Goldberg dan Klein (1998) Menyelidikihubungan antaraperdagangan, investasi langsung asing dannilai tukar riilantara kelompok negara-negara (AsiaTenggaradan AmerikaLatin),dan negara-negara (Amerika Serikat danJepang). Melakukan regresi data panel yang terdiri regresi investasi asing dan regresi perdagangan. Borenztein dkk. (1998) Menguji pengaruh investasi langsung asingterhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang. Pengujian dilakukan dengan regresi data antar negara dengan sampel sebanyak 69 negara berkembang. Aitken dan Harrison (1999) Menguji efek spillover investasi langsung asing terhadap produkstivitas perusahaan domestik. Yang dkk. (2000) Menyelidiki faktor-faktor yang berpengaruh terhadap investasi langsung asing di Australia sebagai salah satu negara yang mendapatkan aliran masuk investasi langsung asing yang besar. Metode pengujian dengan regresi data panel dengan membedakan antara kelompok perusahaan besar dan kecil. Dengan menggunakan model regresi runtut waktu sejak pertengahan tahun 1980. Aqeel dan Nishat (2005) Mengidentifikasi secara empirik penentu pertumbuhan investasi langsung asing di Pakistan. Dengan data runtut waktu 1961 – 2003 digunakan teknik analisis kointegrasi dan error correction untuk variabel independen tarif, nilai tukar, pajak, kredit, indeks harga, upah dan PDB per kapita. 15 Schnabl (2007) Menelitidampakvolatilitas nilai tukarpada pertumbuhandiEropadan Asia Timur Metode analisis yang digunakan adalah data panel dengan generalized least squares fixed effcet (GLS) dan GMM. Ditemukan hubungan negatif yang kuat antara volatilitas nilai tukar dan pertumbuhan untuk negara-negara yang mengejar proses dengan neraca kapital terbuka. Studi Tujuan Metode dan Alat Hasil Kyereboah-Coleman dan Agyire-Tettey (2008) Menguji efek volatilitas nilai tukar riil terhadap investasi langsung asing di Ghana Estimasi menggunakan data runtut waktu dengan model kointegrasi dan ECM Udomkerdmongkol dkk. (2009) Menginvestigasi efek nilai tukar terhadap investasi langsung asing AS ke 16 emerging markets Menggunakan regresi data panel periode 1990 -2002. Singhania dan Gupta (2011) Menguji faktor-faktor penentu investasi langsung asing di India Chaudhary dkkl. (2012) Menginvestigasi efek volatilitas nilai tukar pada investasi langsung asing di negara-negara Asia. Penelitian ini melakukan penentuan model paling tepat (ARIMA) dalam menjelaskan variasi aliran investasi langsung asing di India dengan menggunakan variabel-variabel PDB, inflasi, tingkat bunga, hak cipta, pertumbuhan uang dan perdagangan internasional. Menggunakan pendekatan ARDL untuk kointegrasi dan ECM yang dikembangkan oleh Pesaran, Shin dan Smith (2001) Volatilitas nilai tukar riil berpengaruh negatif terhadap aliran masuk investasi asing dan proses liberalisasi tidak menyebabkan arus masuk investasi asing yang lebih besar. Terdapat hubungan negatif antara investasi langsung asing dan mata uang lokal yang lebih mahal, ekspektasi depresiasi mata uang lokal dan volatilitas nilai tukar. Manajemen nilai tukar yang stabil akan menarik investasi asing Inflasi, PDB, dan perubahan kebijakan berdampak signifikan terhadap investasi langsung asing di India Tapsoba (2012) Menyelidiki efek penargetan inflasi terhadap investasi langsung asing di negara-negara berkembang. Menggunakan data panel 53 negara berkembang selama periode 1980 – 2007 Volatilitas nilai tukar berasosiasi negatif (jangka pendek) dan positif/negatif (jangka panjang) dengan investasi langsung asing di beberapa negara terpilih Asia Efek treatment dari penargetan inflasi terhadap investasi langsung asing adalah 16 dan model estimasinya adalah model probit. Ray (2012) Studi Bin Shaari dkk. (2012) Studi Taylor (2001) Dennis (2003) Mohanty dan Klau (2004) Menganalisis hubungan kausalitas antara investasi langsung asing dan pertumbuhan ekonomi di India serta mengestimasi pengaruh investasi langsung asing terhadap pertumbuhan ekonomi. Metode analisis menggunakan pendekatan kointergasi dengan model ECM selama periode 1990/1991 – 2010/2011. Tujuan Metode dan Alat Menguji hubungan antara investasi langsung asing dan PDB riil di Malaysia. Metode analisis yang digunakan adalah VAR terhadap data tahunan selama periode 1971 – 2010. Isu-Isu Kebijakan Moneter Tujuan Metode dan Alat Menjelaskan temuan yang berkaitan dengan kaidah kebijakan moneter yang bereaksi langsung terhadap nilai tukar, inflasi dan output, dengan memposisikan pengaruh tidak langsung nilai tukar terhadap tingkat bunga. Membahas masalah model estimasi yang berkaitan dengan nilai tukar dalam kebijakan moneter di Australia Dengan menggunakanfungsi reaksiperekonomian terbukastandar, penelitian inimenguji apakahbank sentraldi negara berkembangbereaksi terhadap perubahaninflasi, kesenjanganoutput dannilai tukarsecara konsistendan dapat diprediksi. positif. Jika dilakukan dengan baik maka penargetan inflasi bisa menjadi bagian dari instrumen kebijakan yang dapat membuat pengambil kebijakan mampu bersaing dalam menarik investasi asing lebih tinggi Terdapat hubungan positif antara investasi langsung asing dan PDB, dan sebaliknya. Estimasi model ECM mendapatkan koefisien ECT yang signifikan dan negatif. Hasil Investasi langsung asing dan PDB riil memiliki efek kausalitas di Malaysia. Hasil Metode yang digunakan adalah membandingkan hasil model-model linier kaidah kebijakan moneter Tidak ada konsensus terhadap peran yang harus dimainkan oleh nilai tukar dalam kaidah kebijakan moneter Menggunakan model ekonometrika makro dari Gali dan Monacelli (2000) dan McCallum dan Nelson (2001). Data yang digunkan adalah data periode 1959Q3 -2001Q2. Pengujian didasarkan pada fungsi rekasi tingkat bunga menurut Taylor (2001) bahwa rekasi bank sentral dalam menentukan tingkat bunga adalah terhadap inflasi, Nilai tukar berperan signifikan dalam kebijakan moneter melalui kaidah kebijakan moneter di Australia Bank sentral di emerging market bereaksi secara sistemik terhadap pergerakan nilai tukar. Dalam kebanyakannegarapasar negara berkembangtingkat bungameresponkuat 17 kesenjangan output dan perubahan nilai tukar. Wollmershauser (2006) Cavoli dan Rajan (2008) Studi Mengevaluasi kinerja kaidah kebijakan dalam model perekonomian terbuka. Mengestimasi kaidah kebijakan moneter Taylor di India Model dasar yang digunakan adalah modifikasi dari Estimasi dilakukan dengan regresi baik dengan OLS maupun 2TSLS. Data yang digunakan adalah data periode 1993:1 – 2007:12. Isu-Isu Investasi Portofolio Tujuan Metode dan Alat Agarwal (1997) Menguji faktor-faktor penentu investasi portofolio asing dan dampaknya terhadap perekonomian nasional di enam negara berkembang Asia. Penelitian ini menggunakan teknik regresi dengan variabel-variabel independen tingkat inflasi, nilai tukar riil, indeks kegiatan ekonomi, pangsa pasar modal domestik, investasi langsung asing, perdagangan internasional dan transaksi berjalan terhadap variabel dependen investasi portofolio asing. Tarzi (2001) Tujuan penelitian ini melihatdanmeneliti perankebijakan ekonomi makropemerintahsertaatributekonomi dan keuangandarinegara-negaratuan rumahdalam menarik sebagai tujuan investasi portofolio Menguji hubungan antara investasi portofolio asing dan kinerja ekonomi Penelitian ini menggunakan metode estimasi korelasi Duasa dan Kassim (2009) Metode penelitian menggunakan uji terhadapnilai tukar dan di beberapa negara, responnyalebih tinggidari respon terhadapperubahan inflasi atauoutput gap. Nilai tukar signifikan dalam kaidah kebijakan moneter. Suku bunga tidak bereaksi terhadap nilai tukar di India yang menerapkan penargetan inflasi Hasil Tingkat inflasi, nilai tukar riil, indeks kegiatan ekonomi dan pangsa pasar modal domestik di dunia merupakan empat faktor yang signifikan menentukan investasi portofolio asing. Variabel inflasi memiliki koefisien negatif sedangkan tiga variabel lainnya memiliki koefisien positif. Investasi langsung asing, perdagangan internasional dan defisit transaksi berjalan tidak signifikan memengaruhinya. Ditemukan korelasi positif langsung antara aliran masuk kapital portofolio dan peningkatan kinerja ekonomi makro negara tuan rumah. Kinerja perekonomian yang direpresentasikan 18 Malaysia yang diukur dengan PDB. Ekeocha dkk. (2012) Studi Herwartz dan Siedenburg (2007) Studi Penelitian iniuntuk mengetahuifaktor-faktor penentujangka panjangdariinvestasi portofolio asingdi Nigeria. kausalitas Granger dan uji non kausalitas Toda dan Yamamoto (1995) untuk mengidentifikasi arah kausalitas dari dua variabel. Menggunakan model jangka panjang terhadap data runtut waktu kuartalan periode 1981 – 2010. Modelnya merupakan model finite distributed lag. Variabel dalam model meliputi kapitalisasi pasar, nilai tukar riil, tingkat bunga riil, PDB riil dan keterbukaan perdagangan. Isu-Isu Ketidakseimbangan Transaksi Berjalan Tujuan Metode dan Alat Tujuan penelitian ini adalah mengungkap secara empirik faktorfaktor penentu ketidakseimbangan transaksi berjalan. Tujuan oleh pertumbuhan ekonomi menjadi faktor penarik utama aliran masuk investasi portofolio asing di Malaysia Investasi portofolio asing memiliki hubungan positif jangka panjang dengan kapitalisasi pasar dan keterbukaan perdagangan di Nigeria Hasil Penelitian ini menggunakan teknik data panel dengan sampel data 16 negara OECD. Keseimbangan anggaran pemerintah, kesenjangan output domestik dan perubahan terms of trade berdampak pada neraca transaksi berjalan di negara-negara OECD Metode dan Alat Hasil Efek kurva-J tidak sepenuhnya terbukti pada setiap industri. Hanya sebagian kecil dari industri yang diteliti yang memiliki efek kurva-J, yaitu efek depresiasi nilai tukar terhadap peningkatan perdagangan komoditi industri di AS. Konsidi Marshall-Lerner terpenuhi, depresiasi riil mendorong ekspansi perdagangan dalam jangka panjang, namun hanya permintaan impor jangka pendek yang mengikuti efek kurva-J dalam kasus China- Ardalani dan Bahmani-Oskooee (2007) Penelitian ini bertujuan menyelidiki efek jangka pendek dan jangka panjang dari depresiasi nilai tukar terhadap keseimbangan neraca perdagangan di Amerika Serikat. Model yang digunakan adalah model errorcorrection dari Pesaran dkk. (2001) dengan variabel neraca perdagangan, PDB AS dan sisa dunia, nilai tukar efektif riil. Chee-Wooi dan Tze-Haw (2008) Tujuan dari penelitian ini adalah menguji hubungan dinamik dampak nilai tukar terhadap aliran ekspor dan impor antara China dan Malaysia. Model analisis yang digunakan adalah autoregressive distributed lag (ARDL) terhadap data bulanan selama periode Januari 1990 – Januari 2008 19 Hsing (2008) Studi Garratt dkk. (2003) Studi Jacobs dkk. (2003) Tujuan penelitian ini untuk menguji bukti efek kurva J di negara-negara terpilih Amerika Latin Selatan. Model yang diestimasi adalah model persamaan kointegrasi dengan variabel neraca perdagangan terhadap variabelvariabel independen nilai tukar riil, pendapatan riil domestik dan pendapatan riil AS. Isu-Isu dengan Model Ekonomi Makro Tujuan Metode dan Alat Malaysia. Depresiasi nilai tukar berdampak buruk pada neraca perdagangan dalam jangka pendek dan memperbaikinya dalam jangka panjang, yang mendukung efek kurva-J di Chili, Ekuador dan Uruguay. Hasil Penelitian ini memodelkan dan mengestimasi model makroekonometri untuk Inggris. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan strategi pemodelan baru dengan pendekatan praktis untuk menggabungkan hubungan struktural jangka panjang yang didasarkan pada teori ekonomi ke dalam model VAR dengan studi kasus di Inggris. Model yang dikembangkan adalah model SCVAR dengan 9 variabel, yaitu output domestik dan luar negeri, harga dan tingkat bunga, harga minyak, nilai tukar efektif nominal, keseimbangan uang riil. Data yang digunakan merupakan data kuartalan selama periode 1965.1 – 1999.4. Uji hubungan jangka panjang memenuhi hubungan jangka panjang berdasarkan teori ekonomi. Sifat dinamik dari model dapat dijelaskan dan kejutan kebijakan moneter dapat diidentifikasi dalam kasus di Inggris. Tujuan Metode dan Alat Hasil Penelitian ini mengkonstruksi model Structural Vector Autoregression (SVAR) untuk negara Eropa dengan tujuan melakukan studi mengenai isu kebijakan ekonomi makro di negaranegara tersebut. Estimasi model penelitian dilakukan terhadap data runtut waktu bulanan dari tahun 1991 sampai dengan 2000. Model memasukkan variabel-variabel AS dalam interaksi Eropa-AS. Variabelvariabelnya meliputi output, harga, nilai tukar, tingkat bunga, surplus anggaran dan hutang pemerintah dan harga minyak. Model mengasumsikan Kejutan kebijakan moneter yang tidak diantisipasi, yaitu kenaikan tingkat bunga jangka pendek menghasilkan penurunan output dalam jangka pendek. Selanjutnya dekomposisi varian mengungkapkan bahwa kejutan variabel stance kebijakan fiskal memainkan peran dalam sistem. 20 Pesaran dan Smith (2006) Tujuan dari penelitian ini memberikan tinjauan terhadap model Global VAR (GVAR) dan menunjukkan bagaimana VARX sebagai perluasan dari VAR bagi negara spesifik dapat diturunkan dari Dynamic Stocastic General Equilibrium (DSGE). Schneider dkk. (2008) Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan bukti empirik melalui penerapan strategi model sebagaimana dilakukan oleh Garrattdkk. (2003) untuk kasus Jerman. Studi Insukindro dkk. (2006) bahwa harga minyak eksogen dan adanya restriksi teori, serta memasukkan variabel stance kebijakan fiskal dan moneter Studi ini didasarkan pada model GVAR yang dikembangkan oleh Dees, Pesaran dan Shin (2005) terhadap sampel data 33 negara. Variabelvariabelnya meliputi output riil, inflasi, nilai tukar riil, harga. Model yang digunakan mirip dengan modelnya Garratt dkk. (2003) dengan pendekatan SCVAR untuk mengindentifikasi lima hubungan kointegasi yaitu uncovered interest parity (UIP), purchasing power parity (PPP), fungsi produksi, keseimbangan perdagangan dan keseimbangan uang riil. Hasil studinya berdasarkan Global VAR (GVAR) memberikan kesimpulan empirik yaitu bahwa kejutan variabel-variabel keuangan seperti harga saham dan tingkat bunga bertransmisi secara lebih cepat secara internasional dan lebih signifikan daripada kejutan variabel riil. Hasil studinya mampu mengindentifikasi lima kointegrasi dalam model VECM bersyarat dan overidentification restrictiondari lima kointegrasi seperti UIP, PPP, fungsi produksi, transaksi perdagangan yang tidak ditolak oleh data yang digunakan. Isu-Isu dengan Model Ekonomi Makro di Indonesia Tujuan Metode dan Alat Tujuan penelitian: (1) mengkaji perubahan struktural ekonomi; (2) menganalisis dampak kebijakan moneter berdasarkan kaidah pada interaksi pasar barang dan pasar uang; dan (3) menganalisis hasil simulasi. Pengembangan model dilakukan dengan menguji kointegrasi. Model persamaan simultan digunakan dengan memadukan persamaanpersamaan ECM dengan mempertimbangkan perubahan struktur. Data yang digunakan adalah data periode 1980.1 – 2006.4. Hasil Perubahan struktur mempengaruhi variabelvariabel konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, nilai tukar, inflasi, suku bunga riil dan jumlah uang beredar, M1 riil. Variabel-variabel dalam persamaan struktural dipengaruhi oleh variabel-variabel penjelasnya yang sesuai dengan teori. Persamaan struktural terdiri dari persamaan kesenjangan output, persamaan uang beredar riil, persamaan 21 Rahutami (2007) Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk menganalisis interaksi sektor moneter dan fiskal dalam sistem ekonomi simultan; dan (2) melakukan simulasi model untuk mengetahui pengaruh perubahan instrumen kebijakan moneter terhadap stabilitas ekonomi dan kondisi anggaran pemerintah. Model penelitian adalah model simultan dinamik. Model jangka panjang menggunakan kointegrasi, sedangkan model jangka pendek menggunakan ECM. Data yang digunakan adalah data periode 1980.1 – 2006.4. Sugeng (2012) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengakaji pengaruh aliran modal portofolio asing terhadap efektivitas kebijakan moneter. Model yang digunakan adalah model simultan dinamik yang dipecahkan dengan metode Two Stages Least Squares (2SLS). Perilaku dinamiknya diamati dengan menggunakan model Engel-Granger ECM. Data yang digunakan merupakan data kuartalan, 2000.1 – 2010.2. Suhartoko (2013) Tujuan penelitian ini adalah: (1) Model yang paritas tingkat bunga, dan persamaan Kurva Phillips. Dalam jangka panjang Kurva Phillips berbentuk vertikal. Variabel ekspektasi turut berpengaruh dalam jangka pendek. Kebijakan moneter yang bersifat kaidah lebih berdaya guna daripada kebijakan yang bersifat diskresi. Dalam jangka panjang perilaku variabel sektor moneter dan fiskal sesuai dengan teori. Dalam jangka pendek, variabel ekspektasi berpengaruh terhadap variabel moneter, khsusnya ekspektasi inflasi. Simulasi menunjukkan bahwa dalam dua tahun ke depan pencapaian sasaran inflasi dan penggunaan benchmark kebijakan kaidah perlu dipertimbangkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meningkatnya aliran modal portofolio masuk menghambat efektifitas kebijakan moneter dalam menekan inflasi. Likuiditas global, perbedaan suku bunga diliput antara Indonesia dan AS, dan volatilitas nilai tukar rupiah merupakan determinan utama aliran modal portofolio masuk ke Indonesia. Aliran modal portofolio asing mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai tukar rupiah. Kebijakan moneter di Indonesia tidak independen terhadap aliran modal portofolio masuk, karena oreintasi kebijakan moneter tidak hanya mengendalikan inflasi, namun juga menjaga stabilitas nilai tukar. Dalam jangka pendek, 22 menganalisis pengaruh kebijakan fiskal defisit primer anggaran belanja terhadap PDB riil, suku bunga, inflasi dan neraca transaksi berjalan dalam keranga teori MKB dan Teori Fiskal Aras Harga (TFAH); (2) menganalisis pengaruh perubahan suku bunga terhadap inflasi dalam kerangka teori MKB dan TFAH; dan (3) melakukan simulasi pengaruh goncangan atau shock kebijakan fiskal defisit primer anggaran belanja terhadap variabel inflasi, neraca transaksi berjalan dan PDB riil. digunakan adalah Vector Error Correction (VECM) yang diestimasi dengan pendekatan 2SLS, SUR dan GMM. kenaikan defisit primer anggaran belanja akan mnurunkan PDB, sedangkan dalam jangka panjang akan meningkatkan PDB. Kenaikan defisit primer anggaran belanja akan menyebabkan kenaikan suku bunga dalam jangka pendek dan penurunan suku bunga dalam jangka panjang. Kenaikan defisit primer anggaran belanja akan menyebabkan penurunan inflasi dalam jangka pendek, sedangkan dalam jangka panjang akan menyebabkan kenaikan inflasi. Berdasarkan hasil simulasi, kenaikan defisit primer anggaran akan menyebabkan kenaikan PDB dengan pola semakin tinggi PDB, kenaikannya akan makin besar. Dengan pendekatan model MKB, penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya tersebut paling tidak dari aspek metodologi melalui sistem persamaan untuk menganalisis investasi asing dan nilai tukar sekaligus. Dibandingkan dengan model MKB sebelumnya, model ini dikembangkan dengan menambahkan beberapa variabel misalnya investasi langsung asing dan investasi portofolio.Sistem model ini mengembangkan persamaan investasi langsung asing dan investasi portofolio asing, di samping persamaan neraca transaksi berjalan yang sudah ada pada model Arestis (2009a) sebelumnya.Karena itu, model ini melibatkan tidak hanya pada persamaan yang merepresentasikan aliran barang dan jasa, namun juga aliran kapital yang bersifat jangka pendek dan jangka panjang. Model ini melibatkan variabel-variabel yang lebih bermakna seperti kesenjangan output antara domestik dan dunia, variabel tingkat harga relatif domestik terhadap dunia, variabel tingkat bunga relatif domestik terhadap dunia dan variabel forward looking, yaitu harga ekspektasi. 23 Sistem persamaan diestimasi dengan metode pendekatan dan model yang tidak dilakukan pada umumnya, yaitu dengan pendekatan teori MKB dan pendekatan metode dengan model SCVAR yang bisa menjawab permasalahan sesuai dengan perspektif teorinya. 1.5.Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Dari aspek empirik penelitian ini mengisi kesenjangan empirik, teori dan fakta tentang isu nilai tukar dan investasi asing dengan pendekatan MKB yang fokus pada kebijakan moneter penargetan inflasi, dengan memaksimalkan peran nilai tukar, investasi langsung asing dan investasi portofolio dalam model ekonomi makro di Indonesia. 2. Dari aspek metodologis penelitian ini turut memperkenalkan penerapan model ekonomi makro yang didasarkan pada perspektif ekonomi makro baru untuk kebijakan moneter dalam konteks perekonomian terbuka, sebagai metode estimasi alternatif di Indonesia. 3. Dari aspek metodologis penelitian ini memberikan gambaran pentingnya hubunganhubungan teori yang didasarkan pada perilaku mikro sebagai sandaran dalam menganalisis dampak kejutan-kejutan terhadap variabel-variabel ekonomi makromelalui pemodelan dan metode yang sesuai dengan data ekonomi makro di Indonesia. 4. Dari aspek implikasi terhadap kebijakan penelitian ini memberikan saran-saran dalam kerangka kebijakan khususnya kebijakan moneter di Indonesia berdasarkan hasil-hasil estimasi model yang dibangun. 24