BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari pendengaran dan penglihatan. (Notoatmodjo. 2003) 2.1.2 Tingkat Pengetahuan Pengetahuan mencakup 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2003), yaitu : a) Know (Tahu) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b) Comprehension (Memahami) Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham tentang objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkannya terhadap objek yang telah di pelajarinya. c) Aplication (Aplikasi) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang tekah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Universitas Sumatera Utara d) Analysis (Analisa) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e) Synthesis (Sintesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f) Evaluation (Evaluasi) Evaluation ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilain-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahawa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan (Notoatmodjo, 2003) yaitu : a. Awareness (Kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (Objek). b. Interest (daya tarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. c. Evaluation (Menimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. d. Trial (Mencoba) dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang di kehendaki oleh stimulus. e. Adoption (Menerima) dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap tahu di atas. (Notoatmodjo 2003) Universitas Sumatera Utara 2.2. Sikap 2.2.1 Definisi Sikap Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek . Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap mempunyai 3 komponen pokok : a. Afektif Merupakan aspek emosional dari faktor sosio psikologis atau evaluasi terhadap suatu objek. b. Kognitif Merupakan aspek intelektual, kepercayaan, ide dan konsep yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. c. Konatif Merupakan aspek fungsional yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap secara utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2007). 2.2.2. Tingkat Sikap Sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu(Notoatmojo, 2003): a. Menerima (receiving) Menerima berarti mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. b. Merespon (responding) Merespon berarti memberikan jawaban jika ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. c. Menghargai (valuing) Universitas Sumatera Utara Pada tingkat menghargai, individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. d. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab berarti menerima semua resiko terhadap sesuatu yang telah dipilih. 2.2.3 Ciri-ciri Sikap Sikap memiliki beberapa ciri yaitu: (Maulana, 2009). a. Sikap tidak dibawa dari lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu. b. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu, sehingga dapat dipelajari. c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek sikap. d. Sikap dapat tertuju pada satu atau banyak objek. e. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi, hal ini yang membedakan dengan pengetahuan 2.3. Tindakan 2.3.1. Definisi Tindakan Tindakan atau praktik (practice) adalah suatu sikap belum otomatis yang terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Setelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa telah yang diketahui untuk dilaksanakan atau dipraktekkan. Agar terwujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung berupa fasilitas dan dukungan dari pihak lain.(Notoatmodjo, 2007) 2.3.2. Tingkat Tindakan Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan: (Notoatmodjo, 2007). a. Persepsi (perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. Universitas Sumatera Utara b. Respon terpimpin (guided response) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik yang kuat. c. Mekanisme (mecanism) Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. d. Adopsi (adoption) e. Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. 2.3.3. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan, Sikap dan Tindakan a. Umur adalah lamanya seseorang hidup dihitung dari tahun lahirnya sampai dengan ulang tahunnya yang terakhir. Variabel umur merupakan sebuah konsep yang masih abstrak, bahkan cenderung menimbulkan variasi dalam pengukurannya.Umur sangat erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang, semakin bertambah umur maka semakin bertambah pula pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Semakin cukup umur seseorang, tingkat kematangan dan kekuatan akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. (Nursalam, 2001). b. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik mampu mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya. c. Pendidikan dapat menentukan pola pikir dan wawasan seseorang, semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan kemampuannya semakin meningkat pula. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam kualitas, melalui pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan. Dengan Universitas Sumatera Utara pendidikan yang tinggi maka seseorang akan mudah untuk menerima informasi baik dari orang lain maupun dari media informasi lainnya, sebaliknya tingkat pendidikan yang rendah akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan (Nursalam, 2001). Menurut Notoatmodjo (2007), konsep dasar pendidikan merupakan suatu proses belajar yang berarti, didalam pendidikan terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih matang baik pada individu, kelompok maupun masyarakat. d. Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa lamanya seseorang bekerja dapat berkaitan dengan pengalaman yang diperoleh ditempat kerja, semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pengetahuan dan keterampilan yang akan didapat. 2.4. Kanker Payudara 2.4.1. Anatomi Payudara Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media. Kelenjar ini dimiliki oleh pria dan wanita. Namun, pada masa pubertas, payudara wanita lambat laun akan membesar hingga membentuk setengah lingkaran, sedangkan pada pria tidak. Pembesaran ini terutama terjadi akibat penimbunan lemak dan dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium. (Snell, 2006) Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus dari jaringan kelenjar. Jumlah lobus tidak berhubungan dengan ukuran payudara. Setiap lobus terbuat dari ribuan kelenjar kecil yang disebut alveoli atau acini. Kelenjar ini bersamasama membentuk sejumlah gumpalan, mirip buah anggur yang merambat. Alveoli (alveolus dan acinus singular) menghasilkan susu dan substansi lainnya selama masa menyusui. (Snell, 2006) Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1: Anatomi Payudara Menurut Audrey et al, (2009), untuk mempermudah menyatakan letak suatu kelainan, payudara dibagi menjadi lima region, yaitu: a. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant) b. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant) c. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant) d. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant) e. Regio puting susu (nipple) 2.4.2 Definisi Kanker Payudara Kanker payudara adalah massa ganas yang berasal dari pembelahan diluar kendali sel-sel yang ada di jaringan payudara. Kanker payudara dapat berasal dari jaringan payudara itu sendiri atau dari jaringan lain yang merupakan hasil metastase dari kanker lain (Azamris, 2006). Menurut Nurcahyo (2010) kanker payudara adalah terganggunya sistem pertumbuhan sel di dalam jaringan payudara. Universitas Sumatera Utara 2.4.3 Etiologi dan Faktor Resiko Mengikut Azamris (2006) etiologi yang jelas tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan seorang wanita menjadi lebih mungkin menderita kanker payudara. Beberapa faktor resiko tersebut adalah. a. Usia. Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan pada wanita berusia diatas 75 tahun. b. Pernah menderita kanker payudara. Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki resiko tertinggi untuk menderita kanker payudara. Setelah payudara yang terkena diangkat, maka resiko terjadinya kanker pada payudara yang sehat meningkat sebesar 0.5-1% /tahun. c. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara. Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara. d. Faktor genetik dan hormonal. Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan dalam terjadinya kanker payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang mwanita memiliki salah satu dari gen tersebut, maka kemungkinan menderita kanker payudara sangat besar. Gen lainnya yang juga diduga berperan dalam terjadinya kanker payudara adalah p53, BARD1, BRCA3 dan Noey2. Kenyataan ini menimbulkan dugaan bahwa kanker payudara disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel yang secara genetik mengalami kerusakan. Faktor hormonal juga penting karena hormon memicu pertumbuhan sel. Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif wanita, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormonal karena kehamilan, tampaknya meningkatkan peluang tumbuhnya sel-sel yang secara genetik telah mengalami kerusakan dan menyebabkan kanker. e. Pernah menderita penyakit payudara non-kanker. Resiko menderita kanker payudara agak lebih tinggi pada wanita yang pernah menderita penyakit payudara non-kanker yang menyebabkan bertambahnya Universitas Sumatera Utara jumlah saluarn air susu dan terjadinya kelainan struktur jaringan payudara (hiperplasia atipik). f. Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil. Semakin dini menarke, semakin besar resiko menderita kanker payudara. Resiko menderita kanker payudara adalah 2-4 kali lebih besar pada wanita yang mengalami menarke sebelum usia 12 tahun. Demikian pula halnya dengan menopause ataupun kehamilan pertama. Semakin lambat menopause dan kehamilan pertama, semakin besar resiko menderita kanker payudara g. Pemakaian pil KB atau terapi sulih estrogen. Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, yang tergantung kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko kanker payudara dan resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama. h. Obesitas pasca menopause. Obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara masih diperdebatkan. Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang obes. i. Pemakaian alkohol. Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas /hari bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara. j. Bahan kimia. Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industri lainnya) mungkin meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara. k. DES (dietilstilbestrol). Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki resiko tinggi menderita kanker payudara. Universitas Sumatera Utara l. Penyinaran. Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada masa kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara. m. Faktor resiko lainnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker rahim, ovarium dan kanker usus besar serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara. 2.4.4. Klasifikasi Kanker Payudara Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara diklasifikasikan sebagai berikut: (Peter Devilee 2003). 1. Non-invasif karsinoma o Non-invasif duktal karsinoma o Lobular karsinoma in situ 2. Invasif karsinoma o o Invasif duktal karsinoma Papilobular karsinoma Solid-tubular karsinoma Scirrhous karsinoma Special types Mucinous karsinoma Medulare karsinoma Invasif lobular karsinoma Adenoid cystic karsinoma karsinoma sel squamos karsinoma sel spindel Apocrin karsinoma Karsinoma dengan metaplasia kartilago atau osseus metaplasia Tubular karsinoma Sekretori karsinoma Lainnya Universitas Sumatera Utara 3. Paget's Disease 2.4.5. Stadium Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen , USG, dan bila memungkinkan dengan CT scan, scintigrafi, dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer dari World Health Organization)/AJCC (American Joint Committee On cancer yang disponsori oleh American Cancer Society dan American College of Surgeons). (Djamaloeddin, 2005) Sistem TNM TNM merupakan singkatan dari "T" yaitu tumor size atau ukuran tumor , "N" yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan "M" yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut: ( Djamaloeddin, 2005) • T (tumor size), ukuran tumor : o T 0 : tidak ditemukan tumor primer o T 1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang o T 2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm o T 3 : ukuran tumor diameter > 5 cm o T 4 : ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, Universitas Sumatera Utara edema atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama • N (node), kelenjar getah bening regional (kgb) : o N 0: tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak/aksilla o N 1: ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan o N 2: ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan o N 3: ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau pada kgb di mammary interna di dekat tulang sternum • M (metastasis), penyebaran jauh : o M x: metastasis jauh belum dapat dinilai o M 0: tidak terdapat metastasis jauh o M 1: terdapat metastasis jauh Setelah masing-masing faktor T, N, dan M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian digabung dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut: • Stadium 0 : T0 N0 M0 • Stadium 1 : T1 N0 M0 • Stadium II A : T0 N1 M0/T1 N1 M0/T2 N0 M0 • Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0 • Stadium III A : T0 N2 M0/T1 N2 M0/T2 N2 M0/T3 N1 M0/T2 N2 M0 • Stadium III B : T4 N0 M0/T4 N1 M0/T4 N2 M0 • Stadium III C : Tiap T N3 M0 • Stadium IV : Tiap T-Tiap N-M1 Universitas Sumatera Utara 2.4.6. Gejala Klinis Kanker Payudara Antara gejala klinis kanker payu dara adalah seperti berikut: (Purwoastuti, 2008). • Ada bejolan yang keras di payudara. Benjolan menyerupai bunga kubis dan mudah berdarah. • Bentuk umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu. • Puting berubah (bisa masuk kedalam, atau terasa sakit terus-menerus), mengeluarkan cairan atau darah • Kulit atau puting susu menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi odema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk, mengkerut, atau timbul borok pada payudara. Borok itu semakin lama akan semakin membesar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah. Ciri-ciri lainnya antara lain pendarahan pada puting susu, rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah timbul borok, atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang, kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh • Ada perubahan pada kulit payudara diantara berkerut, iritasi, seperti kulit jeruk. • Adanya benjolan-benjolan kecil • Ada luka di payudara yang sulit sembuh • Payudara terasa panas, memerah, dan bengkak • Terasa sakit atau nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker, tetapi tetap harus diwaspadai) • Terasa sangat gatal di daerah sekitar puting • Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada awal tidak terasa sakit • Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu payudara. • Metastase (menyebar) kekelenjar getah bening sekitar dan tubuh lain Universitas Sumatera Utara 2.4.7. Patafisiologi Kanker Payudara Kanker payudara, seperti bentuk lain dari kanker, adalah hasil dari faktor lingkungan dan turun-temurun beberapa. Beberapa faktor-faktor ini meliputi: (San Antonio Breast Cancer Symposium) a) Lesi pada DNA seperti mutasi genetik. Mutasi yang dapat menyebabkan kanker payudara telah eksperimental dikaitkan dengan paparan estrogen. b) Kegagalan pengawasan kekebalan (Failure of immune surveillance), sebuah teori di mana sistem kekebalan tubuh menghilangkan sel-sel ganas sepanjang hidup seseorang. c) Faktor pertumbuhan abnormal sinyal dalam interaksi antara sel-sel stroma dan sel epitel dapat memfasilitasi pertumbuhan sel ganas. d) Cacat diwariskan dalam gen perbaikan DNA, seperti''''BRCA1, BRCA2''''dan''''TP53. Orang-orang di negara-negara berkembang melaporkan tingkat kejadian lebih rendah dibandingkan di negara maju. 2.4.8. Diagnosa Kanker Payudara Diagnosis dari kanker payudara dapat ditegakkan dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan tambahan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. a) Anamnesa Pada anamnesa ditanyakan keluhan di payudara atau daerah aksila dan riwayat penyakitnya. Keluhan dapat berupa adanya benjolan, rasa nyeri, nipple discharge, nipple retraction, krusta pada areola, kelainan kulit berupa penebalan seperti kulit jeruk, ulserasi, dan perubahan warna kulit. b) Selain itu juga ditanyakan apakah terdapat penyebaran pada regio kelenjar limfe, seperti timbulnya benjolan di aksila, dan adanya benjolan di leher ataupun tempat lain. Adanya gejala metastase juga ditanyakan, seperti sesak napas atau batuk yang tidak sembuh meskipun sudah diobati, dan nyeri pada tulang belakang, serta rasa penuh di ulu hati (sebah). Universitas Sumatera Utara c) Riwayat penyakit yang pernah diderita pasien, serta obat-obat yang digunakan dan jenis pengobatan yang didapat, serta faktor resiko kanker payudara pada pasien juga ditanyakan dalam anamnesa (Gleadle, 2007). d) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan ini terdiri atas inspeksi dan palpasi. Pada inspeksi dilakukan pengamatan ukuran dan bentuk kedua payudara pasien, serta kelainan pada kulit, antara lain : benjolan, perubahan warna kulit (eritema), tarikan pada kulit (skin dimpling), luka/ulkus, gambaran kulit jeruk (peau de orange), nodul satelit, kelainan pada areola dan puting, seperti puting susu tertarik (nipple retraction), eksema dan keluar cairan dari puting. Ada atau tidaknya benjolan pada aksila atau tanda-tanda radang serta benjolan infra dan supra klavikula juga diperhatikan (Gleadle, 2007). e) Pada palpasi dilakukan perabaan dengan menggunakan kedua tangan bagian polar distal jari 2, 3, dan 4, dimana penderita dalam posisi berbaring dengan pundak diganjal bantal kecil dan lengan di atas kepala. Palpasi harus mencakup 5 regio, terutama daerah lateral atas dan subareola, karena merupakan tempat lesi tersering. Cara melakukan palpasi ada 3 cara, yaitu sirkular, radier dan dilakukan dari pinggir payudara menuju ke areola dan meraba seluruh bagian payudara bertahap. Hal yang harus diamati bila didapati benjolan adalah lokasi benjolan (5 regio payudara, aksila, infra dan supra klavikula), konsistensi (keras, kenyal, lunak/fluktuasi), permukaan (licin rata, berbenjol-benjol), mobilitas (dapat digerakkan, terfiksir jaringan sekitarnya), batas (tegas atau tidak tegas), nyeri (ada atau tidak ada), ukuran (Gleadle, 2007). f) Pada saat palpasi daerah subareola amati apakah ada keluar sekret dari puting payudara dan perhatikan warna, bau, serta kekentalan sekret tersebut. Sekret yang keluar dari puting payudara dapat berupa air susu, cairan jernih, bercampur darah, dan pus. Palpasi kelenjar aksila dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat yang bersamaan dengan benjolan pada payudara didapati juga benjolan pada kelenjar getah bening aksila yang merupakan tempat penyebaran limfogen kanker payudara. Begitu juga dengan palpasi pada infra dan supra klavikula (Gleadle, 2007). Universitas Sumatera Utara g) Pemeriksaan Tambahan : - Mamografi payudara - CT & MRI pada payudara - Ultrasonografi (USG) - Skrining tulang h) Pemeriksaan biopsi jarum halus Pada pemeriksaan ini dilakukan sitologi pada lesi atau luka yang secara klinis dan radiologik dicurigai merupakan suatu keganasan (Davey, 2006). i) Pemeriksaan Laboratorium dan Histopatologik Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa pemeriksaan darah rutin dan kimia darah yang sesuai dengan perkiraan metastase. Pemeriksaan reseptor ER dan PR juga perlu dilakukan. Pemeriksaan tumor marker juga harus dilakukan untuk follow up (Davey, 2006). Jika pada pemeriksaan-pemeriksaan tersebut di atas dijumpai adanya kelainan, baik berupa benjolan atau gambaran radiologi yang abnormal, maka perlu dilakukan biopsi untuk mendapatkan contoh jaringan yang akan diperiksa di bawah mikroskop dan dipastikan ada atau tidaknya sel kanker. j) Sebagai langkah pendeteksian dini, para wanita disarankan untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di rumah atau pemeriksaan payudara oleh tenaga kesehatan secara rutin. Pada pemeriksaan ini, dapat ditemukan adanya benjolan pada payudara, baik disertai nyeri ataupun tanpa nyeri. Berdasarkan lokasinya, kanker payudara sering ditemukan pada (Hoskins et al, 2005): a. Kuadran atas bagian lateral : 50% b. Regio sentral (1cm dari areola mamma) : 17% c. Kuadran atas bagian medial : 15 % d. Kuadran bawah bagian lateral : 10 % e. Kuadran bawah bagian medial :8% Universitas Sumatera Utara 2.4.9. Penatalaksanaan Tujuan utama pengobatan kanker payudara pada tahap awal adalah untuk mengangkat tumor dan membersihkan jaringan sekitar tumor. Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan, yaitu lumpectomy dimana tumor tersebut diangkat, atau dengan pembedahan mastectomy, dimana sebagian payudara yang mengandung sel kanker diangkat, atau seluruh payudara diangkat. Selain terapi pembedahan juga ada radioterapi adjuvan, dimana ini berfungsi untuk mengurangi resiko rekurensi tumor lokal setelah operasi. Selain pembedahan dan radioterapi, juga dilakukan kemoterapi dan terapi hormon (Davey, 2006). 2.4.10. Pencegahan Berikut ini adalah beberapa langkah sederhana untuk mencegah terjadinya kanker payudara. (WHO cancer prevention) a) Berolah raga secara teratur Berolah raga dapat menurunkan kadar estrogen yang terdapat dalam tubuh sehinggah mengurangi resiko kanker payudara. b) Jangan memasak daging terlalu matang Daging-daging yang dimasak/dipanggang menghasilkan senyawa karsinogenik. Semakin lama dimasak semakin banyak senyawa ini. c) Konsumsi buah dan sayuran Makanan dari tumbuh-tumbuhan banyak mengadung anti oksidan yang tinggi, diantara nya vitamin A,C,E dan mineral selenium, yang dapat mencegah kerusakan sel yang bisa menjadi penyebab kanker d) Konsumsi suplemen anti oksidan Suplemen tidak dapat digantikan dengan sayur dan buahan, tetapi suatu formula anti oksidan bisa merupakan tambahan makanan yang dapat mencegah kanker payudara. e) Konsumsi kacang-kacangan Selain dalam kedelai, fitro estrogen juga terdapat dalam kacang-kacangan lainya. f) Hindari Alkohol Universitas Sumatera Utara Penelitian menunjukan bahawa alkohol meningkatkan kadar estrogen dalam darah g) Berjemur Di bawah matahari Sedikit sinar matahari pagi dapat membatu mencegah kanker payudara, karena pada saat matahari mengenai kulit, tubuh membuat vitamin D. Vitamin D akan membantu jaringan payudara menyerap kalsium sehingga mengurangi resiko kanker payudara. h) Jangan merokok Rokok mengandung nikotin yang bisa menyebankan kanker. Oleh karena itu dianjurkan wanita maupun pria jangan merokok. i) Memberikan ASI rutin Menyusui berhubungan dengan berkurangnya resiko kanker payudara sebelum masa menopause. 2.4.11. Komplikasi a) Lymphedema atau Lengan Bengkak -komplikasi dari operasi kanker payudara.(American Cancer Society) b) Osteoporosis -Pengobatan kanker payudara dapat mengakibatkan osteoporosis.osteoporosis atau tulang menipis adalah salah satu komplikasi yang dapat terjadi setelah mengobati kanker payudara dengan hormon-blocking terapi, sebuah proses yang melibatkan pemblokiran hormon untuk mengobati kanker. Ini digunakan untuk menyusut dan mengendalikan kanker payudara.(Mayo Clinic) c) Pengeluaran cairan pada puting (Nipple Discharge). (Mayo Clinic) 2.4.12. Prognosis Kelangsungan hidup pasien kanker payudara dipengaruhi oleh banyak hal seperti karakteristik tumor, status kesehatan, factor genetik, level stress, imunitas, keinginan untuk hidup, dan lain-lain. Stadium klinis dari kanker payudara merupakan indikator terbaik untuk menentukan prognosis penyakit ini. Harapan hidup pasien kanker payudara dalam lima tahun digambarkan dalam five-year survivak rate. (Breastcancer.Org ) Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 : Harapan hidup pasien kanker payudara dalam lima tahun (Breastcancer.Org) Breast Cancer Stage 5-Year Survival Rate for Women 0 93% I 88% IIA 81% IIB 74% IIIA 67% IIIB 41% IIIC 49% IV 15% Note: The numbers are correct as written -- stage IIIB has worse survival than stage IIIC. Universitas Sumatera Utara