analisis pengaruh jumlah uang beredar (jub

advertisement
ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR (JUB),
PEMBIAYAAN MUDHARABAH (PM) DAN KONTRIBUSI PERTUMBUHAN
ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH (ZIS) TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI DI INDONESIA PERIODE 2007 – 2010
Oleh:
MAWADDAH
107084000345
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433H/2011M
Curriculum Vitae
Personal Data
Nama
: MAWADDAH
Tempat Tanggal Lahir
: Tangerang, 27 April 1989
Umur
: 22 tahun
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Jl. Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Gontory
03/005 Perigi Baru Pondok Aren, Tangerang
Selatan - Banten
Nomor Telpon
: 08567870736
Email
: [email protected]
[email protected]
Facebook
: mawaddah sundusi
i
Pendidikan Formal
Pendidikan
Sarjana Ekonomi
Nama Sekolah
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Sekolah Menengah Atas
SMA Negeri 13 Tangerang
Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 3 Tangerang
Sekolah Dasar
SD Negeri V Perigi Baru
Sekolah Dasar
SD Negeri Kunciran 1
Tahun
2007 – 15 Desember
2011
2004 - 2007
2001 - 2004
2000 - 2001
1995 - 2000
Pengalaman Organisasi
Organisasi
Dewan Pengawas Pusat
Ikatan Ahli Ekonomi
Islam (IAEI)
Lingkar Studi Ekonomi
Syariah (LiSEnSi) UIN
Syarif Hidayatullah
Jakarta
Ikatan Mahasiswa
Ekonomi Syariah (IMES)
Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Lingkar Studi Ekonomi
Syariah (LiSEnSi) UIN
Syarif Hidayatullah
Jakarta
Lingkar Studi Ekonomi
Syariah (LiSEnSi) UIN
Syarif Hidayatullah
Jakarta
Himpunan Mahasiswa
Kota Tangerang Selatan
Redaksi Buletin Badan
Eksekutif Mahasiswa
Fakultas (BEMF)
Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah
Amanat
Departemen Pasar Modal
dan Investasi
Biro Institusional
Pengurus Majelis
Pertimbangan LiSEnSi
(MPL)
Tahun
Oktober 2011 - 2016
Februari 2011 - Sekarang
Pengurus
Maret 2010 - Sekarang
Bendahara Umum
Februari 2010 – Februari
2011
Bendahara Departemen
JarKomInfo
Juli 2009 – Februari 2010
Pengurus
Juli 2009 – Juli 2010
Pengurus
Juli 2009 – Januari 2010
ii
Jakarta
Badan Eksekutif
Mahasiswa Jurusan
(BEMJ) Ilmu Ekonomi
dan Studi Pembangunan
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Kelas XII IPA 4 SMAN
13 Tangerang
Kelas XI IPA 2 SMAN
13 Tangerang
Majelis Perwakilan Kelas
(MPK) SMAN 13
Tangerang
Teater SMAN 13
Tangerang
Staff Divisi
Kemahasiswaan
2008 - 2009
Bendahara
2006 - 2007
Bendahara
2005 - 2006
Sekretaris 1
2004 - 2006
Tim
2004 - 2006
Seminar dan Training
Institusi
Korp Alumni Forum
Studi Ekonomi Islam
(KaFoSSEI), STEI
Tazkia, Forum Studi
Ekonomi Islam (FoSSEI),
Progres
Masyarakat Ekonomi
Syariah (MES), BNI
Syariah
Ikatan Mahasiswa
Ekonomi Syariah (IMES)
dan Badan Eksekutif
Mahasiswa Jurusan
(BEMJ) Ilmu Ekonomi
dan Studi Pembangunan
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
HIMA PUI
Nama Kegiatan
Diskusi Bulanan
KaFoSSEI “Indonesian
Islamic Economic &
Finance Outlook”
Tahun
2011
Seminar Bulanan
Ekonomi Syariah “
Kemilau Emas dan
Keberlangsungan Bisnis
Perbankan Syariah di
Indonesia”
Seminar “ Sharia Banking
Management “
2011
Diskusi Ilmiah “ Syariah
2010
2011
iii
Ikatan Mahasiswa
Ekonomi Syariah (IMES)
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Ikatan Mahasiswa
Ekonomi Syariah (IMES)
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Ikatan Mahasiswa
Ekonomi Syariah (IMES)
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta bekerja sama PT.
Valbury Asia Securities
Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas
(BEMF) Syariah dan
Hukum, Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas
(BEMF) Ekonomi dan
Bisnis, BMT Al-Fath dan
DEKOPIN
LIPI, Masyarakat
Ekonomi Syariah (MES),
Ikatan Ahli Ekonomi
Islam (IAEI)
Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas
(BEMF) Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta,
ACA Asuransi dan CAR
Life Insurance
Forum Silaturahim Studi
Ekonomi Islam (FoSSEI),
Universal Islamic
dalam Perspektif Holistik
“
Visit to Museum Bank
Indonesia dan Museum
Bank Mandiri
2010
Magang
2010
Seminar “ Peluang
Berkarir di Dunia Syariah
“
2010
Visit to Company
2010
Seminar “ Optimalisasi
BMT dalam Menguatkan
Sektor UMKM “
2010
6th Sharia Economics
Research Day “
Pemasaran Kontemporer
Produk Halal dan
Keuangan Syariah di
Indonesia “
Seminar Nasional “ Peran
Asuransi dalam Era
Globalisasi “
2010
Temu Ilmiah Nasional
FoSSEI IX “ Revitalisasi
Entrepreneurship Ummat
2010
2010
iv
Economics, IAIN
Sumatera Utara
PT. Shell Indonesia
Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas
(BEMF) Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Badan Eksekutif
Mahasiswa Jurusan
(BEMJ) Ilmu Ekonomi
dan Studi Pembangunan
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Badan Eksekutif
Mahasiswa Jurusan
(BEMJ) Ilmu Ekonomi
dan Studi Pembangunan
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Badan Eksekutif
Mahasiswa Jurusan
(BEMJ) Ilmu Ekonomi
dan Studi Pembangunan
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Badan Eksekutif
Mahasiswa Jurusan
(BEMJ) Ilmu Ekonomi
dan Studi Pembangunan
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Badan Eksekutif
Mahasiswa Jurusan
(BEMJ) Ilmu Ekonomi
dan Studi Pembangunan
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
untuk Indonesia Sejahtera
“
Shell LiveWIRE Bright
Ideas Workshop
Bedah Buku “ Perawan “
dan Seminar Nasional “
Sastra sebagai Media
Penghapusan Kekerasan
terhadap Perempuan “
Debat “ Perbandingan
Sistem Perbankan
Konvensional vs
Perbankan Syariah “
2010
2009
2009
Seminar Internasional “
Religion in The
Contemporary World “
Seminar “ Peran Ekonomi
Islam dalam Menghadapi
Krisis Global “
2009
Studi Banding
2008
Seminar “ Dampak
Kenaikkan BBM dari
Sudut Pandang APBN “
2008
Seminar “ Inflasi dan
Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia “
2008
2008
v
Badan Eksekutif
Mahasiswa Jurusan
(BEMJ) Ilmu Ekonomi
dan Studi Pembangunan
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Badan Eksekutif
Mahasiswa Jurusan
(BEMJ) Ilmu Ekonomi
dan Studi Pembangunan
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Seminar “ Kuliah
Lancar… Kerja Sukses “
2008
Seminar “ Stabilitas
Perekonomian Indonesia
Era SBY – JK “
2008
Prestasi
Prestasi
Institusi
Tahun
Beasiswa DIPA UIN
Kementrian Departemen
2010 – 2011
Syarif Hidayatullah
Agama
Jakarta
Beasiswa Provinsi Banten
Pemerintah Provinsi
2010
Banten
Juara 3 Olimpiade
Forum Silaturahim Studi
Ekonomi Syariah
Ekonomi Islam (FoSSEI),
2010
Universal Islamic
Economics, IAIN
Sumatera Utara
Beasiswa DIPA UIN
Kementrian Departemen
Syarif Hidayatullah
Agama
2009 – 2010
Jakarta
vi
Beasiswa BKM
UIN Syarif Hidayatullah
2008
Jakarta
Siswa SMA Negeri 13
UIN Syarif Hidayatullah
Tangerang masuk
Jakarta
2007
Universitas Negeri
Melalui Jalur Penelusuran
Minat dan Bakat
(PMDK)
Pengalaman Kerja
Institusi
Posisi
Tahun
Direktorat Perbankan
Forum Riset Perbankan
September-Desember
Syariah Bank Indonesia
Syariah Bank Indonesia
2011
(DPbS BI), Masyarakat
sebagai Komite
Ekonomi Syariah (MES),
Akademik
Ikatan Ahli Ekonomi
Islam (IAEI), Forum
Silaturahim Studi
Ekonomi Islam
(FoSSEI), Universitas
Padjajaran
Direktorat Perbankan
Forum Riset Perbankan
Syariah Bank Indonesia
Syariah Bank Indonesia
(DPbS BI), Masyarakat
sebagai Komite
Ekonomi Syariah (MES),
Akademik
Juli – September 2011
vii
Ikatan Ahli Ekonomi
Islam (IAEI), Forum
Silaturahim Studi
Ekonomi Islam
(FoSSEI), IAIN
Sumatera Utara
Lingkar Studi Ekonomi
Pengajar Kuliah
Syariah (LiSEnSi) UIN
Informal
April 2011 - Sekarang
Syarif Hidayatullah
Jakarta
Lingkar Studi Ekonomi
Mentor Ekonomi Syariah
Syariah (LiSEnSi) UIN
Fakultas Ekonomi dan
Syarif Hidayatullah
Bisnis
2010 – Februari 2011
Jakarta
Karyawan
2010
Lingkar Studi Ekonomi
Asisten Mentor Ekonomi
2010 – Februari 2011
Syariah (LiSEnSi) UIN
Syariah
Magang Koperasi
Karyawan Al-Azhar
Serpong
Syarif Hidayatullah
Jakarta dengan SMK
Negeri 20 Jakarta
Multi Level Marketing
Oriflame
Manager
Agustus 2008 –
Desember 2009
viii
Abstract
This study aims to analyze the influence of the Money Supply (JUB), Mudharaba
Financing (PM) and acceptance Growth of Zakah, infak and Alms (ZIS) on
Economic Growth in Indonesia. The analysis was using monthly time series data
which published by Bank Indonesia, Central Bureau of Statistics and Zakah Forum
period 2007 to 2010. The method which is used in this study applies dynamic Engle
and Granger Error Correction Model (ECM).
The analysis showed that a variable money supply and mudharaba financing had
no influence on economic growth, in the short term. But acceptance zakah, infak and
alm had no contribution on economic growth, in the short term . For the longer term,
the money supply and mudharaba financing have a influence whereas acceptance of
Zakah, infak and alms have contribution on economic growth.
Keywords: Gross domestic product (GDP), Money supply (JUB), mudharaba
financing (PM), Zakah, infak and alms (ZIS), Error Correction Model
(ECM)
ix
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Jumlah Uang Beredar
(JUB), Mudharabah Pembiayaan (PM) dan kontribusi pertumbuhan Zakat, infak dan
Sedekah (ZIS) pada Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Analisis ini menggunakan
data time series bulanan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, Biro Pusat Statistik
dan Forum Zakat periode 2007-2010. Metode yang digunakan dalam studi ini
menerapkan model dinamis Engle dan Granger Error Correction Model (ECM).
Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam jangka pendek variabel jumlah uang
beredar dan pembiayaan mudharabah berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi, dan
penerimaan zakat, infak dan sedekah tidak memiliki kontribusi kepada pertumbuhan
ekonomi. Untuk jangka panjang, jumlah uang beredar dan pembiayaan mudharabah
memiliki dampak sedangkan penerimaan Zakat, infak dan sedekah memiliki
kontribusi
terhadap
pertumbuhan
ekonomi.
Keywords: Produk domestik bruto (PDB), uang beredar (JUB), pembiayaan
mudharabah (PM), zakat, infak dan sedekah (ZIS), Model Koreksi
Kesalahan (ECM)
x
Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’allaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang
telah menurunkan Islam sebagai tuntunan kehidupan yang membawa kepada
kesejahteraan, keadilan, keberkahan, dan kesempurnaan. Shalawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Salallahu A’laihi Wassalam,
pembawa risalah, penyampai amanah, dan pemberi nasihat kepada umat manusia,
serta para sahabat, keluarga dan orang-orang sholeh yang Allah ridhoi.
Penelitian ini yang berjudul “Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB),
Pembiayaan Mudharabah (PM) dan Kontribusi Pertumbuhan Zakat, Infak dan
Sedekah (ZIS) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Periode 2007 – 2010 ” dengan
tujuan untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu
Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Alhamdulillah, dengan pertolongan dan rahmat
Allah Subhanahu Wata’ala, skripsi ini telah selesai, walaupun penulis menyadari
masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Namun didalam lubuk hati
yang paling dalam semoga skripsi ini sedikit banyaknya mudah-mudahan dapat
bermanfaat bagi banyak orang.
xi
Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini:
1. Teruntuk kedua Orang Tua dan keluargaku tercinta. Yayah, Mamah, A’ Ika, A’
Adi, A’ Zulfa, Nana dan Alvi yang tidak pernah bosan memberikan kasih sayang,
cinta, doa, nasihat dan supportnya untuk Dadah selama ini. Untuk kedua
keponakan tante: Wildan dan Khumairah senyum kalian semangat buat tante.
Syukron katsiron yang tak terhingga dari lubuk hati ini.
2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS beserta
jajarannya yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat serta sekaligus sebagai
penguji ketika ujian komprehensif.
3. Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Bapak Dr. Lukman, M.Si,
yang telah memberikan ilmunya serta motivasi.
4. Bapak Dr.Ir.H.Roikhan Mochamad Aziz, MM, selaku Dosen Pembimbing 1 yang
dengan sabar membimbing penulis dan juga sebagai penggagas Sinlammim dan
319913616, serta pengampu Pasar Modal Syariah, Ekonomi Makro Syariah dan
Moneter Syariah. Terima kasih banyak ya Pak, semoga Allah membalas segala
kebaikan Bapak baik di dunia maupun di akhirat kelak. AMIN..
5. Ibu Utami Baroroh, M.Si, selaku dosen Pembimbing 2 serta Sekretaris Jurusan
yang telah memberikan ilmunya, motivasi, saran dan dengan sabar membimbing
penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan Ibu
di dunia maupun di akhirat kelak. AMIN..
xii
6. Untuk Teman/Sahabat/Abang/ Kak Syamsuddin. Syukron Katsiron atas
bimbingan, Ilmu dan nasihat akademik selama ini.
7. Seluruh dosen dan Staf jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan yang telah
sabar dan membantu selama perjalanan di kampus, mudah-mudahan segala
kebaikan Bapak/Ibu dibalas oleh Allah swt. AMIN…
8. Teruntuk sahabat-sahabat seperjuangan saya wabil khusus Widhi Wicaksono,
akhirnya kita lulus wid… dengan perjuangan dan pengalaman yang luar biasa…
Mudah-mudahan bisa membuat kita semakin dewasa, berdiri tegak dan bersyukur
sama Allah, benar apa kata orang “Semua akan indah kalau waktunya sudah
tiba….” MANTAP. Untuk Tyo Adiyanto, Finsa Ramadhan, Nur Hikmah
Maulidina, Karmila Fitriningtyas,Endang Nurjaya terima kasih banyak ya atas
doa, dukungan dan nasihatnya selama ini yang luar biasa. Untuk Noor Azizah…
gak percuma ya tiga hari full sampai-sampai ditilang polisi waktu ke Salemba,
akhirnya kita bisa lulus Nur Azizah,S.ESy dan Mawaddah SE. Untuk Dyta
Herdiana, Rosa Pasaribu, Elva Ayu Mutia, Ade Raselawati.. Akhirnya kita
berlima bisa menyelesaikan sesuai dengan target kita, makasi kawan.. Slamet
Widodo dan Rif’al Reza, makasie ya sudah memberikan ilmunya ke mawaddah.
Dan Putri Kusumawardani yang selalu memberikan nasihat dan doanya selama
ini.
9. Terima kasih banyak untuk teman-teman seperjuangan di Ikatan Mahasiswa
Ekonomi
Islam
(IMES)
2007
atas
kekeluargaan,
pengalaman
dan
persahabatannya selama ini, sungguh luar biasa.
xiii
10. Untuk seluruh teman-teman seperjuangan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
(IESP) angkatan 2007, terima kasih banyak atas pertemanan dan pengalamannya
selama ini. Ratna, Muhammad Ahmad, Mario, Pranowo, Mahmudah, Mudahmudahan kita semua bisa mendapatkan keberkahan ilmu dan gelar SE yang
berkualitas. AMIN
11. Untuk Kakak-kakakku di G-Syah, Ka Yunita, Ka Wastriati, Ka Lia, Ka Laras, Ka
Dafi terima kasih banyak atas bantuan dan doanya selama ini.
12. Terima kasih untuk Pak Achmad Tjahya dosen sekaligus penasehat spiritual dan
penasehat hidup selama ini. Syukron atas support, doa dan nasihat yang
menyejukkan hati pak. Untuk Pak Nurul Huda (IAEI), Pak Gustian Djuanda, Pak
Ali Sakti (DPbS BI), Pak Irfan Syauqi Beik (BAZNAS), Pak Rifki Ismal (DPbS
BI), Pak Agustianto Mingka (IAEI), Pak Zuhairan Yunmi Yunan, Pak Yoghi
Citra Pratama, Pak Suhenda Wiranata, terima kasih banyak atas diskusi dan
ilmunya untuk skripsi dan ekonomi syariah selama ini. Mudah-mudahan
keberkahan Allah selalu menaungi kita semua. Amin.
13. Teman-teman seperjuangan di Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSEnSi) UIN
Jakarta. LiSEnSi 2006: Kak Riza, Kak Arie, Kak Giska, Kak Ashbah, Kak
Berlian dan Kak Murni (Almarhumah). Terima kasih kakak-kakakku tersayang
atas doa, support dan semangatnya selama ini. Wabil khusus Kak Murni
tersayang, yang sudah membina, berbagi pengalaman dan memperkenalkan
LiSEnSi yang luar biasa ke Mawaddah. LiSEnSi 2007: Fitoyo Pambudi, Amalia
Nasuha, Noor Azizah, Bimo Ali Guntoro, Khaikal Mulki dan teman-teman
xiv
seperjuangan yang lain yang tidak tersebutkan satu persatu, mudah-mudahan
tidak mengurangi rasa terima kasih Mawaddah kekalian. Banyak pengalaman
besar yang kita lalui bersama. LiSEnSi 2008: Yaman Hizas, Wulan Asnuri, Tya
Riyandini, Ida Bagus, Pupah Maspupah, Putri Rizki Amalia, Arif dan temanteman pengurus lainnya. Sungguh pengalaman besar Ekonomi Syariah banyak
kita lalui bersama, mudah-mudahan kita bisa senantiasa istiqomah untuk terus
berdakwah, tetap bersemangat memperjuangkannya dan siap-siap untuk mengukir
sejarah kehidupan yang manis untuk diceritakan kegenerasi penerus kita. SALAM
EKONOM RABBANI…!!!
14. Untuk tim Masyarakat Ekonomi Syariah (MES): Bang Achmad Iqbal (Direktur
Eksekutif MES), Kak Giska, Kak Dedi, Fikri, Dea. Ikatan Ahli Ekonomi Syariah
(IAEI): Kak Ronie (Direktur Eksekutif IAEI), Kak Ivo. Iqtishod: Mas Joko, Kak
Amalia Husna. The Maestro: Kak Rifky, Kak Leila, Kak Yunita. Tim ST 29: Kak
Riza, Dedi, Putut. Syukron Katsiron atas doa, support, nasihat dan diskusinya
setiap makan siang berkenaan penelitian ilmiah, banyak ilmu yang bisa
Mawaddah ambil dari sana.
15. Terima Kasih Banyak untuk Keluarga Besar Pondok Pesantren Al-Amanah AlGontory yang telah memberikan supportnya selama ini.
Jakarta, 15 Desember 2011
Penulis
xv
DAFTAR ISI
CURICULUM VITAE ........................................................................................ ……
i
ABSTACT ............................................................................................................ .…… ix
ABSTRAK ........................................................................................................... ……
x
KATA PENGANTAR ......................................................................................... …… xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ...… xvi
DAFTAR TABEL................................................................................................ …... xxii
DAFTAR GAMBAR . ......................................................................................... …. xxiii
DAFTARLAMPIRAN ................................................................. .... xxiv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….. ……. 1
A. Latar Belakang …………………………………………………………………..… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………... 8
C. Tujuan Penelitiam .................................................................................................. ….….. 8
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………......... ….…. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………. 11
A. Teori Pertumbuhan Ekonomi ……………………………………………..………. 11
1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi …………………………………………………. 11
2. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Ekonomi Islam ……...……………………….… 13
B. Teori Jumlah Uang Beredar (JUB) ……………………………………………….. 15
xvi
1. Definisi Jumlah Uang Beredar (JUB) ......................................................... …….. 15
2. Teori Kuantitas Uang (Quantity Theory of Money) .................................... …….. 17
3. Jumlah Uang Beredar Menurut Ekonomi Islam .......................................... …...… 20
C. Teori Perbankan Syariah ................................................................................ ……... 23
1. Definisi Perbankan Syariah ........................................................................ …….. 23
2. Prinsip dan Tujuan Sistem Bank Islam ....................................................... ……... 24
3. Pembiayaan ................................................................................................ .……. 26
a. Definisi Pembiayaan .............................................................................. ….…. 26
b. Jeni-Jenis Pembiayaan ........................................................................... ….…. 27
c. Fungsi Pembiayaan ................................................................................ ….…. 29
D. Teori Pembiayaan Mudharabah ..................................................................... ….…. 30
1. Definisi Mudharabah .................................................................................. ….…. 30
2. Dasar Hukum ............................................................................................ .…….. 30
3. Rukun Pembiayaan Mudharabah ................................................................ ..……. 31
4. Manfaat Mudharabah ................................................................................. .….…. 32
5. Bentuk-Bentuk Mudharabah ...................................................................... ..……. 33
6. Nisbah Keuntungan .................................................................................... .….…. 35
E. Teori Zakat, Infak dan Sedekah ...................................................................... .….…. 37
1. Teori Zakat ……………………………………………………………….….… 39
xvii
a.Definisi Zakat ………………………………….….…………………….…... 40
b. Dasar Hukum ………………… ………………………………………......... .41
c. Syarat Wajib Zakat …………………………….………………………......… 42
d. Delapan Kelompok yang Berhak Menerima Zakat …………….…………..… 44
e. Hikmah dan Manfaat Zakat ……………………………………….……..…... 45
2. Teori Infak ………………………………………………………….………...… 46
a. Definisi Infak ……………………………………………………………...…. 46
b. Dasar Hukum ………………………………………………………………... 46
3. Teori Sedekah …………………………………………………………………... 47
a. Definisi Sedekah …………………………………………………………….. 47
b. Dasar Hukum ……………………………………………………………...… 47
4. Implikasi ZIS terhadap Perkembangan Mikroekonomi dan Makroekonomi ……... 48
a. Implikasi Mikro ZIS ...................................................................................... ….….. 48
1) ZIS dan Konsumsi Agregat ..................................................................... ……... 48
2) ZIS dan Tabungan Nasional ................................................................... ….….. 49
3) Zakat dan Produksi Agregat .................................................................... ….…. 49
4) ZIS dan Investasi ..................................................................................... .……. 50
b. Implikasi Makro ZIS ..................................................................................... .……. 51
1) ZIS dan Efisiensi Alokatif ....................................................................... .……. 51
xviii
2) ZIS, Kebijakan Fiskal dan Stabilisasi Makroekonomi .......................... ……... 52
3) ZIS dan Penciptaan Lapangan Kerja ...................................................... ….….. 53
4) ZIS dan Pengentasan Kemiskinan .......................................................... ….….. 54
5) ZIS dan Distribusi Pendapatan ............................................................... ……... 55
6) ZIS dan Pertumbuhan Ekonomi ............................................................. ……... 56
F. Penelitian Terdahulu ………………………………………………………….……. 58
G. Kerangka Berfikir ……………………………………………………………….… 71
H. Hipotesis ……………...…………………………………………………………… 72
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….……...………………………….…. 73
A. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………………………….... 73
B. Teknik Penentuan Sampel ............................................................................. ........... 73
C. Metode Pengumpulan Data ……………………………………………………… 74
D. Metode Analisis Data …………………………………………………………….. 74
1. Uji Normalitas …………………………………………………………………. 75
2. Uji Linieritas ………………………………………………………………….. 76
3. Uji Stasioneritas ……………………………………………………………....
77
a. Unit Root Test …………………….………………………………………... 77
b. Uji Derajat Integrasi …………………………………………………………. 78
4. Uji Kointegrasi ………..……………………………………………………….. 79
xix
5. Uji Asumsi Klasik ……………………………………………………………... 80
a. Uji Multikolinieritas ……………………………………………………….… 81
b. Uji Heteroskedastisitas ……………………………………………………... 81
b. Uji Autokolerasi ……………………………………………………………. 83
6. Uji Error Corection Model (ECM) …………………………………………….. 83
E. Operasional Variabel Penelitian ………………………………………………….. 85
1. Variabel Bebas ………………………………………………………………… 86
2. Variabel Terikat ……………………………………………………………….. 86
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ………………………………………. 88
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ………………………………………... 88
1. Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB)………………………………….... 88
2. Perkembangan Jumlah Uang Beredar (JUB) …………………………………...… 93
3. Perkembangan Pembiayaan Mudharabah (PM) ………………...…………...…..... 95
4. Perkembangan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) ………………………………….. 98
B. Hasil Analisa dan Pembahasan …….…………………………………………...... 101
1. Uji Normalitas ………………………………………………………….. …... 102
2. Uji Linieritas ………………………………………………………………… 103
3. Uji Stasioneritas …………………………………………………………….. 104
a. Unit Root Test ………………………………………………………..…… 104
xx
b. Uji Derajat Integrasi ………………………………………………………. 105
4. Uji Kointegrasi ……………………………………………………………….. 107
5. Uji Asumsi Klasik ……………………………………………………………. 108
a. Multikolinieritas ………………………………………………………...….. 108
b. Heteroskedastisitas …………………………………………………………. 109
c. Autokorelasi ……………………………………………………………….. 110
6. Uji ECM ……………………………………………………………………... 111
C. Interpretasi Analisis Teknik ……………………………………………….. 115
1. Konstanta ....................................................................................... …… 115
2. Jumlah Uang Beredar (JUB) dan Produk Domestik Bruto (PDB)………. 115
3. Pembiayaan Mudharabah (PM) dan Produk Domestik Bruto (PDB)…… 117
4. Penerimaan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) dan Produk Domestik Bruto
(PDB) …………………………………………………………………...…118
D. Interpretasi Analisis Ekonomi …………………………………………..…. 120
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ……………………………………….…. 127
A. Kesimpulan ………………………………………………………………… 127
B. Implikasi dan Saran …………………………………………………................. 128
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………....... 131
LAMPIRAN ………………………………………………………………………. 136
xxi
DAFTAR TABEL
No
Keterangan
1.1
Produk Domestik Bruto Periode 2007 - 2010
1.2
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), Jumlah
Halaman
1
Uang Beredar (JUB), Pembiayaan Mudharabah (PM)
dan Penerimaan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) Periode
2007 - 2010
7
2.1
Penelitian Terdahulu
4.1
Lembaga Amil Zakat dan Badan Amil Zakat di FOZ
101
4.2
Uji Normalitas
102
4.3
Ramsey RESET Test
103
4.4
Ramsey RESET Test Transformasi
104
4.5
Hasil Estimasi Phillip Perron Pada Level Intercept
105
4.6
Hasil Estimasi Akar Unit Pada Derajat Integrasi
pertama-Intercept
4.7
67
106
Hasil Estimasi Akar Unit Pada Derajat Integrasi
Pertama-Trend and Linier
106
4.8
Nilai Regresi Uji Kointegrasi
107
4.9
Hasil Uji Correlation Matrix
109
4.10
Hasil Uji White Heteroskedasticity
110
4.11
Hasil Regresi Langrange Multiplier-Test
110
4.12
Hasil Regresi Penyembuhan First Difference
111
4.13
Hasil Uji ECM
113
4.14
Hasil Perhitungan Koefisien ECM
114
xxii
DAFTAR GAMBAR
No
Keterangan
2.1
Hubungan antara Supply dan Demand terhadap Uang
dengan Tingkat Harga
2.2
Halaman
Pergeseran Equilibrium Harga akibat Peningkatan
18
18
Jumlah Uang Beredar
2.3
Skema Pembiayaan Mudharabah
30
2.4
Bentuk-Bentuk Mudaharabah di Bank Syariah
35
2.5
Pendayagunaan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS)
38
2.6
Kerangka Berfikir
71
4.1
Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB)
89
4.2
Perkembangan Jumlah Uang Beredar (JUB)
94
4.3
Perkembangan Pembiayaan Mudharabah (PM)
95
4.4
Perkembangan Penerimaan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS)100
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
No
Keterangan
Halaman
1
Data Penelitian
136
2
Uji Normalitas
138
3
Uji Linieritas
139
4
Uji Stasioneritas
141
5
Uji Kointegrasi
153
6
Uji Asumsi Klasik
154
7
Uji Error Correction Term
157
8.
Hasil Perhitungan Koefisien ECM
158
xxiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang disebabkan oleh barang dan jasa yang diproduksi dalam
masyarakat bertambah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi keinginan
dan tujuan bagi setiap negara maupun daerah. Ketika pertumbuhan ekonomi
suatu negara mengalami kenaikkan dalam kurun waktu tertentu maka
perekonomian suatu negara tersebut dapat dikatakan mengalami peningkatan
atau bernilai positif.
Pertumbuhan ekonomi nasional yang dihitung melalui PDB (Produk
Domestik Bruto) dapat dijadikan indikator atas laju perekonomian nasional,
dalam hal ini permintaan dan penawaran agregat, konsumsi dan tabungan, dan
tingkat investasi. Selama kurun waktu empat tahun terakhir (periode 2007
sampai dengan 2010) terlihat perubahan yang signifikan. Berikut adalah
perkembangan PDB di Indonesia sejak tahun 2007 sampai dengan 2010:
Tabel 1.1
Produk Domestik Bruto tahun 2007 – 2010
Tahun
2007
2008
2009
2010
Jumlah
(Milyar Rupiah)
1.964.328
2.082.456,1
2.177.741.7
2.310.689,8
Sumber: Biro Pusat Statistik 2011
1
Pertumbuhan ekonomi sangatlah dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan
yang diambil oleh pemerintah dalam menyeimbangkan kondisi perekonomian
suatu negara. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah dapat berupa kebijakan
moneter maupun kebijakan fiskal. Kebijakan moneter merupakan kebijakan
yang digunakan untuk mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat
berjalan sesuai yang diinginkan oleh pemerintah melalui pengaturan jumlah
uang beredar (JUB) dalam perekonomian. JUB dalam perekonomian
berpengaruh terhadap tingkat inflasi di suatu negara, dan tingkat inflasi inilah
berimplikasi pula pada kondisi perekonomian suatu negara. Kebijakan
moneter melalui JUB ini dapat dilakukan oleh Bank Sentral (Bank Indonesia)
yang bekerja sama dengan Bank-Bank Umum yang ada.
Bank merupakan lembaga yang mempunyai peran dalam kebijakan
moneter. Seperti yang diketahui, perbankan dalam suatu negara ibarat seperti
jantung pada manusia. Ketika jantung itu berdetak dengan sehat dan dapat
mengalirkan darah keseluruh tubuh dengan lancar maka sehatlah manusia
tersebut, begitupun dengan perbankan. Ketika Bank dalam menyalurkan
dananya berbentuk pembiayaan dengan lancar kepada nasabah-nasabah yang
mengajukan pinjaman atau pembiayaan, maka siklus perputaran uang tersebut
dapat menghasilkan laba yang besar untuk dunia perbankan.
Di Indonesia, pengembangan sistem perbankan menggunakan sistem
dual banking dimana Arsitektur Perbankan Indonesia (API) menghadirkan
alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia
2
bersama-sama yaitu sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional
secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk
meningkatkan kemampuan pembiayaan sektor-sektor perekonomian nasional
(Bank Indonesia, akses 9 Oktober 2011).
Terlebih lagi di tengah-tengah krisis keuangan global yang melanda
dunia pada penghujung akhir tahun 2008, lembaga keuangan syariah kembali
membuktikan daya tahannya dari terpaan krisis. Lembaga-lembaga keuangan
syariah tetap stabil dan memberikan keuntungan, kenyamanan serta keamanan
bagi para pemegang sahamnya, pemegang surat berharga, peminjam dan para
penyimpan dana di bank-bank syariah. Karakteristik sistem perbankan syariah
yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem
perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta
menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika,
mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi,
dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan
menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang dengan
skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif
sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan
masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.
Dalam
konteks
pengelolaan
perekonomian
makro,
meluasnya
penggunaan berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat
merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta
3
menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin meluasnya
penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung
kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksitransaksi yang bersifat spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem
keuangan secara keseluruhan, yang pada gilirannya akan memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka
menengah-panjang.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan
industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang
memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi.
Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata
pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir, maka
diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian
nasional akan semakin signifikan.
Dalam perbankan syariah terdapat 3 jenis pembiayaan, yaitu Jual Beli
(al-Ba’i), Sewa menyewa (Ijarah) dan kerjasama (syirkah). Pembiayaan yang
banyak peminatnya adalah dari pembiayaan Jual Beli dengan akad murabahah
dan
pembiayaan
kerjasama
dengan
akad
mudharabah.
Pembiayaan
mudharabah merupakan pembiayaan yang mempunyai dampak yang cukup
panjang yang masih diawasi oleh pihak Bank Syariah, dikarenakan pada
pembiayaan ini dimana Bank bertindak sebagai shahibul maal dan nasabah
4
bertindak sebagai mudharib. Dalam kerjasama pada kurun waktu tertentu,
Bank Syariah melakukan pengawasan dalam berjalannya kerjasama ini agar
tetap sesuai dengan kesepakatan yang telah
disepakati oleh kedua belah
pihak. Tercatat pembiayaan mudharabah (PM) di Bank Syariah tiap tahunnya
mengalami peningkatan.
Kebijakan kedua yang dapat diambil oleh Pemerintah selain kebijakan
moneter adalah kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan
ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi
lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Kabijakan fiskal masa sekarang ini berkaitan dengan pajak. Pajak merupakan
pemasukan negara yang memiliki kontribusi besar dalam hal pembangunan
negara yang digunakan untuk melengkapi fasilitas-fasilitas umum suatu
negara, seperti pembangunan gedung, pembangunan jalan raya dan pengadaan
barang-barang publik lainnya. Dalam agama Islam juga memiliki kebijakan
fiskal yang sudah diterapkan sejak zaman Nabi Muhammad.
Kebijakan fiskal pada masa Rasulullah, pajak paling sering dipungut
dari berbagai jenis asset tertentu, tetapi Islam tidak membatasi pungutan pajak
pada asset tertentu tetapi juga dipungut dari asset-aset lain yang produktif.
Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) merupakan pendapatan yang utama bagi
negara pada masa Rasulullah hidup. Pendapatan dari ZIS berbeda dengan
pajak dan tidak diperlakukan seperti pajak. Zakat merupakan kewajiban
5
agama Islam yang tercantum dalam rukun Islam, infak dan sedekah
merupakan gambaran ketaatan seorang hamba kepada Allah Swt.
Zakat, infak dan sedekah (ZIS) merupakan unsur dari religiusitas
fundamental dalam Islam yang merupakan imperatif dari rukun Islam. Sebagai
negara yang memiliki mayoritas penduduknya beragama Islam, Indonesia
sejatinya memiliki potensi besar untuk pengumpulan dan pengelolaan Zakat,
Infak dan Sedekah (ZIS). Perkembangan pengelolaan ZIS di Indonesia
semakin menunjukkan peningkatan yang berarti, baik dari segi penghimpunan,
pengelolaan, pendayagunaan maupun pertanggungjawaban. Berdasarkan hasil
sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk di Indonesia sudah mencapai
237,6 juta jiwa. Sekitar 85,1% penduduk Indonesia adalah pemeluk Agama
Islam (Wikipedia, 2011).
Secara formal keberadaan zakat diatur dalam UU No. 38/1999
tentang pengelolaan zakat. Lembaga zakat baik Badan Amil Zakat (BAZ)
maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ) memiliki peran dan kontribusi yang
sangat signifikan di dalam penanganan daerah-daerah. Kondisi ini
seharusnya semakin menyadarkan para pengambil kebijakan negeri ini untuk
senantiasa berupaya menjadikan ZIS sebagai agenda nasional.
Potensi zakat menurut riset BAZNAS dan FEM IPB tahun 2011
(Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB) menunjukkan bahwa potensi zakat
nasional mencapai angka 3,4 persen dari total Produk Domestik Bruto.
Dengan prosentase ini, maka potensi zakat di negara kita setiap tahunnya tidak
6
kurang dari 217 trilyun rupiah. Tercatat pertumbuhan Produk Domestik Bruto
(PDB), Jumlah Uang Beredar (JUB), Pembiayaan Mudharabah dan ZIS
selama kurun waktu 2007 sampai dengan 2010 yang semakin meningkat ditiap
tahunnya:
Tabel 1.2
Pertumbuhan PDB, JUB, PM dan ZIS Periode 2007 – 2010
Tahun
PDB
JUB
PM
ZIS
(Milyar)
(Milyar)
(Milyar)
(Milyar)
2007
1.964.328
17.538.124
57.080
1.495
2008
2.082.456,1
20.457.862
57.277
6.048
2009
2.177.741,7
23.689.943
110.005
11.400
2010
2.310.689,8
26.587.357
134.266
30.645
Sumber: Biro Pusat Statistik, Bank Indonesia, Forum Zakat (2011)
Berdasarkan data pada tabel 1.2 yang menggambarkan pertumbuhan
dari PDB, JUB, PM dan ZIS cenderung mengalami peningkatan signifikan
disetiap tahunnya. Setiap peningkatan pada instrumen ekonomi baik yang
bersifat kecil maupun menengah akan memberikan dampak terhadap
perekonomian negara. Peningkatan yang dialami oleh JUB, PM dan ZIS, baik
secara
langsung maupun tidak juga memberikan dampak terhadap
perekonomian di Indonesia. Dampak yang ditimbulkan mungkin saja bersifat
positif ataupun cenderung negatif, dengan segala program-program yang
dibuat oleh Pemerintah pada masing-masing variabel tersebut.
7
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dalam penelitian ini peneliti ingin
meneliti pengaruh JUB, PM dan ZIS kepada PDB dengan mengambil judul “
Analisis
Pengaruh
Jumlah
Uang
Beredar
(JUB),
Pembiayaan
Mudharabah (PM) dan Kontribusi Pertumbuhan Zakat, Infak dan
Sedekah (ZIS) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode
2007-2010 “.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, adapun
permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh jangka pendek dan jangka panjang Jumlah Uang
Beredar (JUB) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia masa periode
2007-2010?
2. Apakah ada pengaruh jangka pendek dan jangka panjang Pembiayaan
Mudharabah (PM) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia masa
periode 2007-2010?
3. Apakah ada kontribusi jangka pendek dan jangka panjang pertumbuhan
Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia masa periode 2007-2010?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
tuujuan dari penelitian ini yaitu:
8
1. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh jangka pendek dan jangka
panjang Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia masa periode 2007-2010.
2. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh jangka pendek dan jangka
panjang Pembiayaan Mudharabah (PM) terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Indonesia masa periode 2007-2010.
3. Untuk menganalisis apakah ada kontribusi pengaruh jangka pendek dan
jangka panjang Pertumbuhan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia masa periode 2007-2010.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah
a. Sebagai pertimbangan dalam menetapkan kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal dalam hal ini berkenaan JUB, Perbankan dan ZIS
yang berkaitan.
b. Sebagai upaya perbaikan kondisi perekonomian Indonesia.
c. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah agar mendukung secara
penuh keberadaan ZIS di Indonesia.
2. Bagi Peneliti
a. Penemuan dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
khazanah ilmu pengetahuan pada umumnya dan ekonomi pada
khususnya.
9
b. Menambah wawasan aplikasi ilmu yang telah diperoleh dalam masa
perkuliahan di Prodi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Konsentrasi Ekonomi Islam.
c. Menambah pengetahuan dan wawasan terutama yang terkait dengan
keadaan ekonomi makro yang terjadi di Indonesia.
d. Penemuan dalam penelitian ini berguna sebagai tugas akhir dari
penulis untuk memperoleh derajat pendidikan S1 di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bagi Pembaca dan Pengembangan Penelitian Selanjutnya
a. Sebagai sumber referensi yang dapat memberikan kontribusi pemikiran
bagi penulis lain dalam kerangka pengembangan yang ingin menulis
tentang pertumbuhan ekonomi.
b. Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang pertumbuhan
ekonomi dilihat dari kebijakan moneter dan fiskal dan menambah
kepekaan terhadap gejolak kondisi.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Pertumbuhan Ekonomi
1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan faktor yang penting
bagi suatu negara sebagai syarat untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup
manusia. Model pertumbuhan neo klasik berpendapat bahwa ”
Pertumbuhan ekonomi tergantung perkembangan faktor-faktor produksi “
(dalam tesis Sahira, 2007:24). Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari
pendapatan nasional suatu negara. Pendapatan nasional adalah jumlah
barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode tertentu
biasanya satu tahun.
Menurut Huda (2008:22), ada beberapa pendekatan dalam
menghitung pendapatan nasional adalah sebagai berikut:
a. Pendapatan Nasional dengan Pendekatan produksi (Produk
Domestik Bruto/PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa
akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu
tertentu. GDP dapat disebut nilai barang jadi yang diproduksi dari
semua sektor industri yang ada di suatu negara . Sesuai dengan
standar International Standard Industrial Classification (ISIC),
sektor industri tersebut yaitu:
1. Sektor Produksi Pertanian
2. Sektor Produksi Pertambangan dan Penggalian
3. Sektor Industri Manufaktur
4. Sektor Produksi Listrik, Gas dan Air Minum
5. Sektor Produksi Bangunan
6. Sektor Produksi Perdagangan, Hotel dan Restoran
7. Sektor Produksi Transportasi dan Komunikasi
8. Sektor Produksi Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
9. Sektor Produksi Sewa Rumah
10. Sektor Produksi Pemerintah dan Pertahanan
11
11. Sektor Produksi Jasa Lainnya
Penghitungan pendapatan dengan konsep nilai tambah bertujuan
agar terhidar dari penghitungan ganda (double-count). GDP
nominal (atau disebut PDB Atas Dasar Harga Berlaku) adalah
merujuk kepada nilai PDB tanpa memperhatikan pengaruh harga.
Sedangkan GDP Rill (atau disebut PDB Atas Dasar Harga
Konstan) adalah nilai menggoreksi angka PDB Nominal dengan
memasukkan pengaruh dari harga.
b. Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Pengeluaran (Gross
National Product/GNP)
GNP adalah Nilai barang yang diproduksi baik di dalam negeri
dan di luar negeri. Rumus umum untuk untuk pendekatan
pengeluaran adalah:
Y = Consumption + Investment + Government + Export – Import
.. (1)
Dimana:
Consumption adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah
tangga.
Investnment adalah investasi oleh sektor usaha.
Government adalah pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah.
Eksport dan Import adalah kegiatan yang melibatkan sktor luar
negeri.
c. Pendapatan Nasional dengan Pendekatan pengeluaran (Net
National Product/NNP)
NNP adalah nilai barang yang diproduksi baik di dalam negeri
dan di luar negeri. Pendekatan pendapatan menghitung
pendapatan yang diterima dari faktor produksi:
Y=Sewa + Upah + Bunga + Laba ……...……..…………….. (2)
Dimana:
Sewa adalah pendapatan pemilik faktot produksi tetap seperti
tanah
Upah adalah upah untuk tenaga kerja
Bunga adalah bunga untuk pemilik modal
Laba adalah laba untuk pengusaha
Secara teori, pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus
menghasilkan angka yang sama. Namun karena dalam prakteknya
12
menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka
yang sering adalah dengan pendekatan pengeluaran.
Peningkatan pendapatan nasional tentu saja merupakan kontribusi
dari kegiatan konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah serta aktifitas
ekspor-impor. Peningkatan angka masing-masing sussistem tersebut tentu
saja harus didukung oleh kegiatan ekonomi dibawahnya, konsumsi
didukung oleh industri pendukung seperti makanan, minuman dan ini
membawa akibat kebutuhan sumber daya menjadi bertambah, termasuk
manusia.
Sama halnya dengan pendapatan nasional dengan pendekatan
produksi, peningkatan produksi akan berdampak pada tingginya kebutuhan
sumber daya dalam setiap sektor yang digunakan dalam penyusunan angka
PDB. Semakin banyak sumber daya (manusia) yang terlibat maka semakin
besar kemungkinan terjadinya distribusi pendapatan yang pada gilirannya
akan mengurangi jumlah penduduk miskin.
2. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Ekonomi Islam
Dalam ekonomi Islam dikenal adanya Falah. Falah adalah
kesejahteraan yang hakiki, kesejahteraan yang sebenar-benarnya, dimana
komponen-komponen rohaniah masuk ke dalam pengertian falah ini.
Ekonomi Islam dalam arti sebuah sistem ekonomi (nidhom al-iqtishad)
merupakan sebuah sistem yang dapat mengantar umat manusia kepada
real welfare (falah), kesejahteraan yang sebenarnya. Al-falah dalam
13
pengertian Islam mengacu kepada konsep Islam tentang manusia itu
sendiri.
Maka dari itu, selain harus memasukkan unsur falah dalam
menganalisis kesejahteraan, perhitungan nasional berdasarkan Islam juga
harus mampu mengenali bagaimana interaksi instrumen-instrumen wakaf,
zakat dan sedekah dalam meningkatkan kesejahteraan umat. Pada intinya,
ekonomi Islam harus mampu menyediakan suatu cara untuk mengukur
kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial berdasarkan sistem moral
dan sosial Islam.
Di sejumlah negara muslim, jumlah dan kisaran dari kegiatan dan
transaksi yang didasarkan pada keinginan untuk melakukan amal
kebajikan, memiliki peran lebih penting dibanding di negara Barat. Tidak
hanya karena luasnya kisaran dari kegiatan ekonomi yang diambil alih
oleh keluarga maupun suku, tetapi juga ada begitu banyak ragam
kewajiban santunan di antara anggota keluarga. Tidak terjadi semuanya
melibatkan jumlah uang yang besar, karena yang terjadi kadang-kadang
hanya merupakan hibah berupa barang atau jasa yang kecil nilainya. Ada
satu kesenjangan keterkaitan antara jasa dan pembayaran, misalnya donasi
untuk pemeliharaan masjid, menggaji imam masjid, kegiatan pedesaan dan
lain-lain.
Penting untuk menentukan sifat alami dan tingkatan dari amal
sedekah antar saudara. Melalui peningkatan pencatatan dan sektor
14
tambahan dan jenis tambahan dari aktivitas ini dapat dikaji untuk
pengambilan keputusan. Dibanding amal sedekah yang sering dikeluarkan
umat Islam kepada mereka yang kurang beruntung, sesungguhnya lebih
mudah mengestimasi zakat, satu kewajiban pembayaran transfer yang
paling penting di negara muslim. Kini sedang diupayakan mengukur
pendapatan dari zakat sebagai presentase dari GDP Pengukuran ini akan
sangat bermanfaat sebagai variabel kebijakan di dalam pengambilan
keputusan di bidang sosial dan ekonomi, sebagai bagian dari rancangan
untuk mengentaskan kemiskinan. Pendayagunaan peran zakat untuk
mengatasi masalah kemiskinan di negara-negara muslim kini tengah
menjadi negara-negara tersebut.
B. Teori Jumlah Uang Beredar (M2)
1. Definisi Jumlah Uang Beredar
Terdapat beberapa definisi menurut para ahli ekonomi, diantaranya:
Pengertian uang secara luas adalah sesuatu yang dapat diterima
secara umum sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu
atau sebagai alat pembayaran hutang sebagai alat untuk melakukan
pembelian barang dan jasa. (Kasmir,2002:156)
Sedangkan uang menurut Mankiw, sebagai berikut:
Uang adalah persediaan aset yang dapat segera digunakan untuk
melakukan transaksi. (Mankiw,2003:76)
Uang selalu didefinisikan sebagai benda-benda yang disetujui
oleh masyarakat sebagai alat perantara untuk tukar menukar atau
perdagangan. Yang dimaksud dengan kata “disetujui” dalam definisi
ini adalah terdapat di antara anggota-anggota masyarakat untuk
menggunakan satu atau beberapa benda sebagai alat perantara dalam
15
kegiatan tukar menukar. Agar masyarakat menyetujui penggunaan
suatu benda sebagai uang, haruslah benda itu memenuhi syarat-syarat
berikut (Sukirno,2004:267):
a. Nilainya tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu
b. Mudah dibawa-bawa
c. Mudah disimpan tanpa mengurangi nilainya
d. Tahan lama
e. Jumlahnya terbatas (tidak berlebih-lebihan)
f. Bendanya mempunyai mutu yang sama
Definisi jumlah uang beredar terbagi menjadi dua yaitu (dalam
skripsi wastriati, 2010:48):
1) Uang dalam arti sempit (M1).
M1 diartikan sebagai uang tunai (uang kartal dan logam) yang
dipegang oleh masyarakat. Uang tersebut dikenal dengan uang kartal.
Kemudian ditambah uang yang berada dalam rekening giro perbankan
yang dapat langsung digunakan untuk menguangkan cek, dan biasa
disebut dengan uang giral, sehingga bentuk persamaan M1 adalah :
M1 = C + DD …………….……………….………………………. (3)
Dimana :
M1
= uang dalam arti sempit
C
= currency, uang kartal
DD
= Demand deposit, uang kartal
Pengertian uang giral (DD) di atas hanya mencakup saldo
rekening koran atau giro milik masyarakat umum yang disimpan di
bank dan belum digunakan pemiliknya untuk berbelanja atau
membayar.
2) Uang dalam arti luas (M2)
M2 merupakan perluasan dari definisi M1 dengan uang kuasi.
Uang kuasi adalah bentuk kekayaan yang sangat likuid yang terdiri
dari deposito berjangka atau rekening tabungan pada bank, sehingga
persamaan M2 sebagai berikut:
M2 = M1 + TD + SD ………….…………………………..……….. (4)
Keterangan:
M2 = Uang dalam arti luas
M1 = Uang dalam arti sempit
TD = time deposits (deposito berjangka)
SD = saving deposits (saldo tabungan)
16
Banyaknya uang beredar dalam masyarakat dapat digambarkan
sebagai proses pasar. Jumlah Uang Beredar juga mempunyai keterikatan
dengan suku bunga deposito. Semakin banyak jumlah uang yang beredar
dimasyarakat, investasi menjadi lebih menarik bila dibandingkan dengan
menyimpan dalam bentuk tabungan.
Kebijakan mengenai jumlah uang beredar ditentukan oleh Bank
Sentral yang dalam hal ini adalah Bank Indonesia. Namun jumlah uang
beredar tidak hanya ditentukan oleh bank sentral tetapi juga oleh perilaku
rumah tangga (yang memegang uang) dan bank (dimana uang disimpan).
2.
Teori Kuantitas Uang (Quantity Theory of Money)
Nilai uang ditentukan oleh supply dan demand terhadap uang.
Jumlah uang beredar ditentukan oleh Bank Sentral, sementara jumlah uang
yang diminta (money demand) ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain
tingkat harga rata-rata dalam perekonomian.
Jumlah uang yang diminta oleh masyarakat untuk melakukan
transaksi bergantung pada tingkat harga barang dan jasa yang
tersedia. Semakin tinggi tingkat harga, semakin besar jumlah uang
yang diminta (Mankiw:1).
17
Gambar 2.1
Hubungan antara Supply dan Demand terhadap Uang dengan
Tingkat Harga
Sumber: Mankiw, Principles of Macroeconomics edisi 3
Kurva kedua menggambarkan supply dan demand terhadap
uang. Kurva supply berbentuk vertikal karena jumlah uang beredar
ditetapkan oleh Bank Sentral.
Gambar 2.2
Pergeseran Equilibrium Harga akibat Peningkatan Jumlah
Uang Beredar
Sumber: Mankiw, Principles of Macroeconomics edisi 3
Kurva demand memiliki slope negatif, mengindikasikan bahwa
saat nilai uang rendah dan tingkat harga tinggi, maka permintaan
18
terhadap uang akan tinggi. Pada titik equilibrium, A, jumlah uang
yang diedarkan dan jumlah uang yang diminta masyarakat berada
dalam keseimbangan. Ekuilibrium antara supply dan demand
terhadap uang menentukan nilai uang dan tingkat harga barang dan
jasa. Jika Bank Sentral mengubah jumlah uang yang beredar,
misalnya dengan mencetak lebih banyak uang, ekuilibrium supply
dan demand terhadap uang akan berubah.
Pada Gambar 2.2 Bertambahnya jumlah uang beredar
menggeser kurva supply dari MS1 ke MS2, sehingga titik
equilibrium ikut bergeser dari A ke B. Akibatnya, nilai uang turun
dari ½ ke ¼, dan tingkat harga equilibrium naik dari 2 ke 4. Dengan
kata lain, meningkatnya jumlah uang beredar mendorong terjadinya
kenaikan harga yang menyebabkan nilai uang menjadi turun.
Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa dampak langsung dari
injeksi moneter yang dilakukan Bank Sentral adalah meningkatnya
supply uang. Sebelum injeksi, perekonomian berada pada titik
equilibrium A. Pada titik ini, tingkat harga seimbang dengan jumlah
uang yang diminta masyarakat. Saat jumlah uang beredar meningkat,
pada tingkat harga yang sama masyarakat memiliki lebih banyak
uang dari yang mereka minta.
Bertambahnya jumlah uang beredar menggeser kurva supply
dari MS1 ke MS2, sehingga titik equilibrium ikut bergeser dari A ke
B. Akibatnya, nilai uang turun dari ½ ke ¼, dan tingkat harga
equilibrium naik dari 2 ke 4. Dengan kata lain, meningkatnya jumlah
uang beredar mendorong terjadinya kenaikan harga yang
menyebabkan nilai uang menjadi turun. Lebih lanjut dapat dijelaskan
bahwa dampak langsung dari injeksi moneter yang dilakukan Bank
Sentral adalah meningkatnya supply uang. Sebelum injeksi,
perekonomian berada pada titik equilibrium A. Pada titik ini, tingkat
harga seimbang dengan jumlah uang yang diminta masyarakat. Saat
jumlah uang beredar meningkat, pada tingkat harga yang sama
masyarakat memiliki lebih banyak uang dari yang mereka minta.
Meningkatnya jumlah uang menyebabkan naiknya permintaan
terhadap barang dan jasa. Jika jumlah barang dan jasa yang diminta
tidak seimbang dengan jumlah barang dan jasa yang diproduksi,
maka akan terjadi peningkatan harga. Peningkatan harga kemudian
mendorong naiknya jumlah uang yang diminta masyarakat. Pada
akhirnya, perekonomian akan mencapai equilibrium baru, yaitu titik
B, saat jumlah uang yang diminta kembali seimbang dengan jumlah
uang yang diedarkan.
19
Penjelasan
yang
menggambarkan
bagaimana
tingkat
harga
ditentukan dan berubah seiring dengan perubahan jumlah uang beredar
disebut teori kuantitas uang (quantity theory of money). Berdasarkan teori
ini, jumlah uang yang beredar dalam suatu perekonomian menentukan
nilai uang, sementara pertumbuhan jumlah uang beredar merupakan sebab
utama
terjadinya
inflasi.
Secara
umum,
teori
kuantitas
uang
menggambarkan pengaruh jumlah uang beredar terhadap perekonomian,
dikaitkan dengan variabel harga dan output. Hubungan antara jumlah uang
beredar, output, dan harga dapat ditulis dalam persamaan matematis
sebagai berikut:
M x V = P x Y ................................................................................... (5)
Keterangan:
P adalah tingkat harga (GDP deflator)
Y adalah jumlah output (real GDP)
PxY adalah nominal GDP
M adalah jumlah uang beredar
V adalah velocity of money (perputaran uang). Persamaan ini disebut
sebagai persamaan kuantitas (quantity equation).
3. Jumlah Uang Beredar Menurut Ekonomi Islam
Dalam ekonomi Islam, Uang didefinisakan sebagai sesuatu yang
dipergunakan untuk mengukur harga setiap barang dan jasa (Hidayat,
2009:254). Tanpa mata uang sebagai standar harga dan alat tukar maka
20
proses pemenuhan kebutuhan manusia menjadi sulit. Transaksi jual beli
harus melalui barter. Dari uraian diatas terlihat bahwa menurut ekonomi
Islam, uang di pandang sebagai alat tukar, bukan sutu komoditi.
Diterimanya peranan uang ini secara luas, dengan maksud untuk
mempermudah proses transaksi sebagai alat ukur dan menghapuskan
ketidakadilan dan kezaliman dalam ekonomi tukar-menukar. Karena
ketidakadilan dalam ekonomi barter, digolongkan sebagai riba fadhl.
Nabi Muhammad SAW mengatur uang sebagai gudang nilai (store of
value) yaitu ketika beliau mewajibkan zakat atas asset moneter (emas dan
perak). Secara tidak langsung Nabi mengatakan, bahwa uang sebagai
faktor produksi mempunyai potensi untuk berkembang melalui usahausaha produktif. Menurut Karim, “ uang adalah flow concept, artinya
semakin cepat perputaran uang akan semakin baik dan besar perannya dalam
mendorong aktifitas ekonomi ” (Karim, 2001:47).
Uang dianalogikan dengan air, sewaktu air mengalir dengan lancar, maka
dia akan senantiasa bersih memberi manfaat yang baik bagi kehidupan.
Sebaliknya, ketika air dibiarkan menggenang pada suatu tempat, maka
keadaannya dapat kotor atau bahkan dapat mematikan suatu kehidupan yang
telah berjalan.
Merujuk pada Al-Qur’an, al-Ghazali mengecam orang yang
menimbun uang. Menimbun uang berarti menarik uang secara sementara
dari peredaran. Dalam ekonomi moneter, penimbunan uang berarti
21
meperlambat perputaran uang, ini berarti memperkecil terjadinya transaksi
sehingga perekonomian lesu. Menurut Hidayat, “ dalam ekonomi Islam,
Jumlah Uang Beredar ditentukan di dalam perekonomian sebagai variabel
endogen, yaitu yang ditentukan oleh banyaknya permintaan uang di sektor
riil” (Hidayat, 2009:157).
Ada dua alasan utama memegang uang dalam ekonomi Islam, yaitu
motivasi transaksi dan berjaga-jaga. Besarnya persediaan uang tunai akan
berhubungan dengan tingkat pendapatan dan frekuensi pengeluaran.
Jumlah uang tunai yang diperlukan dalam ekonomi Islam hanya
berdasarkan motivasi transaksi dan berjaga-jaga, merupakan fungsi dari
tingkat pendapatan, pada tingkat tertentu di atas yang telah ditentukan
zakat atas asset yang kurang produktif.
Menurut Metwally, meningkatnya pendapatan akan meningkatkan
permintaan atas uang oleh masyarakat, untuk tingkat pendapatan tertentu
terkena zakat. Secara sistematis dirumuskan sebagai berikut:
MD = f (Y/µ) ……..…………….…………..………………………….. (6)
Dimana:
MD
= Permintaan uang dalam masyarakat
Y
= Pendapatan
µ
= Tingkat biaya karena menyimpan uang dalam bentuk kas
22
Dahlan Siamat (2001) menyatakan bahwa perkembangan uang
beredar di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kegiatan
luar negeri, sektor pemerintah, sektor swasta domestik, dan sektor lainnya.
Transaksi-transaksi dari sektor-sektor tersebut dicatat dalam neraca sistem
moneter yang memperlihatkan besarnya jumlah uang beredar dan faktorfaktor yang memepengaruhi.
C. Perbankan Syariah
1. Definisi Perbankan Syariah
Perbankan merupakan perangkat kebijakan moneter dalam
perekonomian di Indonesia yang memiliki tugas utamanya adalah sebagai
intermediasi antara pihak yang kekurangan dana dengan pihak yang
memiliki kelebihan dana. “Kata bank berasal dari kata “banque” dalam
bahasa Prancis, dan dari kata “Banco” dalam bahasa Italia, yang dapat
berarti peti/lemari atau bangku “ (Arifin,2005:1).
Menurut Arifin, mendefinisikan Bank adalah suatu lembaga
intermediasi keuangan yang paling penting dalam sistem perekonomian
kita, yaitu sebagai lembaga khusus yang menyediakan layanan finansial “
(Arifin,2002:2). Sedangkan Karim mendefinisikan “Bank adalah lembaga
yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan uang,
meminjamkan uang dan memberikan jasa “ (Karim,2007:18).
23
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bank
adalah
suatu
lembaga
keuangan
yang
mempunyai tugas untuk
mengumpulkan dan menyalurkan dana dari dan untuk masyarakat sesuai
tugas utamanya yaitu sebagai intermediasi. Bank Islam dapat diartikan
sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan
jasa-jasa, dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Bank
Syariah adalah lembaga perantara (intermediary) antara satu-satuan
kelompok masyarakat atau unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan
dana (surplus unit) dengan unit-unit lain yang mengalami kekurangan
dana (deficit unit), melalui bank kelebihan dana tersebut dapat disalurkan
kepada pihak-pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat kepada
kedua belah pihak.
2. Prinsip dan Tujuan Sistem Bank Islam
Islam adalah suatu dien (way of life) yang praktis, mengajarkan
segala yang baik dan bermanfaat bagi manusia. Selain itu, Islam adalah
agama fitrah, yang sesuai dengan sifat dasar manusia (human nature).
Aktivitas keuangan dan perbankan dapat dipandang sebagai wahana bagi
masyarakat modern untuk membawa mereka kepada pelaksanaan dua
ajaran Qur’an, yaitu:
24
1. Prinsip At Ta’awun, yaitu saling membantu dan saling bekerja sama
diantara anggota masyarakat untuk kebaikan, sebagaimana dinyatakan
dalam Al-Qur’an:
              
Artinya: “ … dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya. “ (Q.S.Al-Maa-idah
[5]:2)
2. Prinsip menghindari Al Iktinaz, yaitu menahan uang (dana) dan
membiarkannya menganggur (idle) dan tidak berputar dalam transaksi
yang bermanfaat bagi masyarakat umum.
Pendirian dari Bank Islam, mempunyai beberapa tujuan diantaranya:
1. Meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat muslim,
sehingga kesenjangan sosial di bidang ekonomi semakin berkurang.
2. Melayani masyarakat muslim secara leluasa dalam dunia perbankan
yang berdasarkan syariah, karena bank yang ada selama ini adalah
sifatnya konvensional
yang operasionalnya menggunakan bunga.
Sementara masyarakat muslim beranggapan bahwa bunga dalam
prinsip Islam adalah riba, sedangkan riba adalah haram.
3. Meningkatkan
partisipasi
masyarakat
banyak
dalam
proses
pembangunan, terutama dalam bidang ekonomi keuangan.
4. Mengembangkan lembaga bank dan sistem perbankan yang sehat
berdasarkan efisiensi dan keadilan, mempu meningkatkan partisipasi
25
rakyat banyak, sehingga dapat menggalakkan usaha-usaha ekonomi
rakyat.
5. Mendidik dan membimbing masyarakat untuk berfikir secara
ekonomis serta berprilaku bisnis, dan meningkatkan kualitas hidup
mereka.
Prinsip utama yang dianut oleh Bank Islam adalah:
1. Larangan riba (bunga) dalam berbagai bentuk transaksi
2. Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada
perolehan keuntungan yang sah menurut syariah
3. Memberikan zakat. Zakat sebagai instrumen untuk pemenuhan
kewajiban penyisihan harta yang merupakan hak orang lain yang
memenuhi syarat untuk menerima, demikian juga anjuran yang kuat
untuk mengeluarkan infak dan sedekah sebagai manifestasi dari
pentingnya pemerataan kekayaan dan memerangi kemiskinan.
3. Pembiayaan
a.
Definisi Pembiayaan
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok yang diemban
oleh bank, baik Bank Syariah maupun Bank Konvensional. Pada
bank syariah, pembiayaan diberikan berdasarkan nisbah bagi hasil,
untuk menghindari penerimaan dan pembayaran bunga (riba) maka
perbankan syariah menempuh cara
memberikan pembiayaan
(financing) berdasarkan prinsip jual beli (al bai’), prinsip sewa
26
(ijarah) dan berdasarkan prinsip kerja sama (syirkah). Menurut
Arifin, Pembiayaan (financing) adalah:
“ Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu
pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi
kebutuhan nasabah yang merupakannya dan layak
memperolehnya” (Arifin,2005:185).
Menurut Undang-undang Perbankan nomor 10 tahun 1998,
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau
tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau
bagi hasil.
b. Jenis-Jenis Pembiayaan
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian
fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan defisit unit.
Menurut Zainul Arifin (2002:185), jenis-jenis pembiayaan
perbankan syariah terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Pembiayaan Konsumtif
Yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi, yang akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan.
2. Pembiayaan Produktif
Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
produksi dalam arti luas yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha
produksi, perdagangan maupun investasi.
Sedangkan menurut Antonio, pembiayaan menurut keperluannya
dibagi menjadi 2 yaitu (2001:160):
27
a.
1.
2.
Pembiayaan modal kerja
Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan
(a) Peningkatan produksi baik secara kuantitatif, yaitu
jumlah hasil produksi maupun secara kualitatif, yaitu
peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi.
(b) Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility
of place dari suatu barang.
Pembiayaan Investasi
Yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang
modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat
kaitannya dengan itu. Dalam menyalurkan dananya pada
nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah
terbagi ke dalam tiga kategori yang dibedakan berdasarkan
tujuan penggunaannya, yaitu:
1. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli (al Bai’)
a. Pembiayaan Murabahah
Berasal dari kata ribhu (keuntungan) adalah
transaksi jual beli di mana bank menyebutkan jumlah
keuntungannya, pembayaran dilakukan dengan cara
pembayaran cicilan/tangguh dan barang diserahkan
segera setelah akad. Dalam hal ini, bank bertindak
sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli.
b. Pembiayaan Salam
Yaitu transaksi jual beli di mana barang yang
diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang
diserahkan secara tangguh sementara pembayaran
dilakukan tunai.
c. Pembiayaan Isthishna’
Yaitu transaksi jual beli di mana barang
yangdiperjualbelikannya belum ada, oleh karena itu
barang diserahkan diakhir setelah masa cicilan selesai.
2. Pembiayaan dengan prinsip sewa (Ijarah’)
Ijarah yaitu kegiatan penyewaan suatu barang
dengan imbalan pendapatan sewa. Transaksi Ijarah
dilandasi adanya perpindahan manfaat dan objeknya
adalah jasa. Bila terdapat kesepakatan pengalihan
pemilikan pada akhir masa sewa disebut Ijarah
mumtahiya bi tamlik (sama dengan operating lease)
3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
a. Pembiayaan Musyarakah
Transaksi ini dilandasi adanya keinginan para
pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai
asset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua
28
bentuk usaha yang melibatkan dua pihak ayau lebih di
mana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh
bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak
berwujud.
b. Pembiayaan Mudharabah
Bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di
mana pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan
sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan
suatu perjanjian dengan menyepakati nisbah bagi hasil
atas keuntungan yang akan diperoleh sedangkan
kerugian yang timbul adalah resiko pemilik dana
sepanjang tidak terdapat bukti bahwa mudharib
melakukan kecurangan atau tindakan yang tidak
amanah (misconduct).
c. Fungsi Pembiayaan
Adapun fungsi dari pembiayaan yaitu:
1. Pembiayaan Sebagai Penggerak Ekonomi
Pembiayaan dapat diartikan sebagai aktivitas menyalurkan dana
yang terkumpul kepada nasabah atau pengguna dana, memiliki jenis
usaha dan menentukan nasabah mana yang akan dibiayai agar diperoleh
jenis usaha yang produktif atau menguntungkan serta dikelola nasabah
yang jujur dan bertanggung jawab.
2. Pembiayaan Sebagai Aktiva Produktif
Aktiva produktif adalah penempatan dana oleh bank dalam aset
yang menghasilkan pendapatan untuk menutupi beban-beban yang
dikeluarkan oleh bank, dari aktiva ini bank mengharapkan adanya selisih
keuntungan
dari
kegiatan
pengumpulan
dan
penyaluran
dana.
Penanaman dana bank pada aktiva produktif wajib dilaksanakan
berdasarkan prinsip kehati-hatian.
29
3. Pembiayaan Sebagai Proses Intermediasi
Bank
Syariah
dalam
melakukan
intermediasi
keuangan
mempunyai cara yang sangat berbeda dengan bank-bank konvensional
karena model pendanaan dan investasi sistem profit and loss sharing
dalam perdagangan dan perniagaan sangat menonjol dalam aktivitasaktivitas intermediasi.
D. Pembiayaan Mudharabah
1. Definisi Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak
di mana pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah modal
kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian
keuntungan. Berikut adalah skema pembiayaan mudharabah:
Gambar 2.3
Skema Pembiayaan Mudharabah
Rp.
Rp.
Mudharib
Bank Syariah
Shahib al-mal
(Pelaksana usaha)
(Intermediasi keuangan)
(Pemilik dana)
Bagi hasil
Bagi hasil
30
2. Dasar Hukum
Melakukan Mudharabah itu boleh (mubah). Dasar hukumnya ialah
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Shuhaib r.a.,
bahwasannya Rasulullah Saw telah bersabda:
Artinya: “ Ada tiga perkara yang diberkati: jual beli yang
ditangguhkan, member modal dan mencampur gandum dengan
jelai untuk keluarga, bukan untuk dijual. “
3. Rukun Pembiayaan Mudharabah
Rukun dalam pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut:
1. Adanya pelaku. Dalam pembiayaan ini harus ada minimal dua pelaku,
dimana pelauk pertama bertindak sebagai pemilik modal (shahib almal), sedangkan pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha
(mudharib).
2. Adanya Objek. Pemilik modal harus menyerahkan modalnya sebaga
objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya
sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan bisa berbentuk
uang atau barang yang dirinci berapa nilai uangnya. Sedangkan kerja
yang diserahkan bisa berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill,
management skill, dan lain-lain.
3. Persetujuan kedua belah pihak (ijab qabul). Ijab qabul ini merupakan
konsekuensi dari prinsip an-taraddin minkum (sama-sama rela). Disini
kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri
dalam akad mudharabah.
31
4. Nisbah keuntungan. Rukun ini adalah rukun yang khas dalam
pembiayaan mudharabah yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah
ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah
pihak yang bermudharabah. Mudharib mendapatkan imbalan atas
kerjanya, sedangkan shahib al-mal mendapat imbalan atas penyertaan
modalnya.
4. Manfaat Mudharabah
Adapun
manfaat
Mudharabah
pada
perbankan
syariah
(Azhari,2009:56)
a.
b.
c.
d.
e.
Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat
keuntungan usaha nasabah meningkat.
Bank tidak mewajibkan membayar bagi hasil kepada
nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan
pendapatan atau hasil usaha bank sehingga bank tidak akan
pernah mengalami negatif spread.
Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan arus
kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang
benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena
keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah
yang akan dibagikan.
Prinsip bagi hasil dalam mudharabah/musyarakah ini
berbeda dengan prinsip bunga di mana bank akan menagih
penerima pembiayaan (nasabah) satu sejumlah bunga tetap
berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun
merugi dan terjadi krisis ekonomi.
Dalam Pembiayaan ada beberapa ketentuan dasar, antara lain:
a. Pembiayaan yang diajarkan Islam berada dalam bingkai halal dan
haram sebagai wujud penciptaan kemaslahatan umat dan menjauhkan
kerusakan.
Islam
mengajarkan
agar
dalam
berusaha
hanya
32
mengambil yang halal dan yang baik. Halal dan haram disini identik
dengan baik dan buruk. Termasuk kategori yang diharamkan adalah
segala sesuatu yang membahayakan manusia baik secara agama, jiwa
dan akalnya.
b. Obyek pembiayaan mencakup semua lapangan muamalah dengan
memperhatikan kemaslahatan masyarakat sebagai skala prioritas
syarat dengan cara konsekuwen kepada ajaran agama Islam kearah
perbaikan dan ketinggian akhlak.
c. Berusaha untuk memperolehan keuntungan yang proporsional/adil.
Islam
membolehkan
kepada
para
investor
untuk
mengejar
keuntungan yang besar (proporsional) selama sesuai dengan keadilan
kedua belah pihak; antara penjual dan pembeli atau antara investor
dan pengelola.
d. Tidak hanya untuk mengembangkan harta tapi juga untuk
memperluas ruang lingkup ZIS kepada masyarakat. Tujuan utama
pembiayaan
bukan
sekedar
untuk
mengembangkan
dan
memperbanyak nilai harta tapi berimplikasi pada bertambahnya
secara kuantitas pada harta yang salurkan melalui ZIS karena pada
harta itu terdapat hak orang lain (fakir miskin dan pemita-peminta).
5. Bentuk-Bentuk Mudharabah
Pada prinsipnya, mudharabah sifatnya mutlak dimana shahib almal tidak menetapkan restriksi atau syarat-syarat tertentu kepada si
33
mudharib. Pembiayaan mudharabah pada umumnya terbagi menjadi dua,
yaitu Bentuk mudharabah ini disebut mudharabah mutlaqah atau dalam
bahasa Inggrisnya dikenal sebagai Unrestricted Investment Account
(URIA). Namun demikian, apabila dipandang perlu, shahib al-mal boleh
menetapkan
batasan-batasan
atau
syarat-syarat
tertentu
guna
menyelamatkan modalnya dan resiko kerugian. Syarat-syarat atau
batasan-batasan ini harus dipenuhi oleh si mudharib. Apabila mudharib
melanggar batasan-batasan ini, ia harus bertanggungjawab atas
kerugianya yang timbul. Jenis mudharabah seperti ini disebut
mudharabah muqayyadah (mudharabah terbatas atau dalam bahasa
Inggrisnya Restricted Investment Account). Jadi pada dasarnya terdapat
dua bentuk mudharabah yakni mutlaqah dan muqayyadah.
Pada praktiknya perbankan syariah modern, kini dikenal dengan
dua bentuk mudharabah muqayyadah yaitu on balance sheet dan off
balance sheet:
Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet yaitu aliran dananya
terjadi dari satu nasabah investor ke sekelompok pelaksana udaha
dalam beberapa sektor terbatas, misalnya pertanian, manufaktur
dan jasa(Karim,2007:212) . Mudharabah Muqayyadah off Balance
Sheet dimana aliran dana berasal dari satu nasabah investor kepada
satu nasabah pembiayaan”. (Karim,2007:212).
Berikut adalah bentuk-bentuk Mudharabah di Bank Syariah:
34
Gambar 2.4
Bentuk-Bentuk Mudharabah di Bank Syariah
Off Balance Sheet
Muqayyadah
Mudharabah
On Balance Sheet
Mutlaqah
6. Nisbah Keuntungan
a. Prosentase
Nisbah keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk prosentase antara
kedua belah pihak.
b. Bagi Untung dan Bagi Rugi
Ketentuan di atas itu merupakan konsekuensi logis dari karakteristik
akad mudharabah itu sendiri, yang tergolong dalam kontrak investasi
(natural uncertainty contracts). Dalam kontrak ini, return and timing
cash flow kita tergantung kepada kinerja sektor riilnya. Bila laba
bisnisnya besar, kedua belah pihak mendapat bagian yang besar pula
dan begitupun sebaliknya. Filosofi ini hanya berjalan jika nisbah laba
ditentukan dalam bentuk prosentase, bukan dalam nominal rupiah
tertentu.
35
Bila bisnis mudharabah mengalami kerugian, maka pembagian
kerugian itu bukan berdasarkan atas nisbah tetapi berdasarkan porsi
modal masing-masing pihak. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan
kemampuan untuk menanggung kerugian diantara kedua belah pihak.
Kemampuan shahib al-mal untuk menanggung kerugian financial
tidak sama dengan kemampuan mudharib. Dari sisi mudharib
sebenarnya mengalami kerugian pula, hanya saja kerugiannya dari sisi
pekerjaan. Artinya ketika pembiayaan mudharabah mengalami
kerugian maka mudharib terancam hilangnya kerja, usaha dan waktu
yang telah dia curahkan untuk menjalankan bisnis itu. Sebenarnya
kedua belah pihak mengalami kerugian, tetapi bentuk kerugiannya
yang ditanggung oleh keduanya berbeda, sesuai dengan objek
mudharabah yang dikontribusikannya.
c. Jaminan
Ketentuan pembagian diatas hanya berlaku bila kerugian terjadi hanya
murni diakibatkan oleh resiko bisnis (business risk), bukan karena
karakter buruk, misalnya karena mudharib lalai dan/atau melanggar
persyaratan-persyaratan kontrak mudharabah, maka shahib al-mal
tidak perlu menanggung kerugian seperti ini.
d. Menentukan Besarnya Nisbah
Besarnya nisbah ditentukan berdasarkan kesepakatan masing-masing
pihak yang berkontrak. Angka besaran nisbah ini muncul sebagai hasil
36
tawar menawar antara shahibul al-mal dengan mudharib. Dengan
demikian, angka nisbah ini bervariasi, bisa 50:50, 60:40, 70:30, 80:20.
Dalam praktiknya di perbankan modern, tawar menawar nisbah antara
pemilik modal (yakni investor atau deposan) dengan Bank Syariah adi
bagi hanya terjadi bagi deposan/investor dengan jumlah besar, karena
mereka ini memiliki daya tawar relatif tinggi. Kondisi ini disebut
sebagai special nisbah. Sedangkan untuk deposan kecil, biasanya tawar
menawar tidak terjadi. Bank Syariah hanya mencantumkan nisbah
yang ditawarkan, setelah itu deposan boleh setuju boleh tidak. Bila
setuju maka ia akan melanjutkan menabung. Bila tidak setuju, ia
dipersilahkan mencari Bank Syariah lain yang menawarkan nisbah
yang lebih menarik.
e. Cara Menyelesaikan Kerugian
Jika terjadi kerugian, cara menyelesaikannya adalah:
1. Diambil terlebih dahulu dari keuntungan, karena keuntungan
merupakan pelindung modal.
2. Bila kerugian melebihi keuntungan, baru diambil dari pokok
modal.
E. Teori Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS)
Pada pasal 16 ayat (1) dan (2) UU No. 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat, secara eksplisit dinyatakan bahwa pendayagunaan zakat
adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup para mustahik sesuai dengan
37
ketentuan agama (delapan ashnaf) dan dapat dimanfaatkan untuk usaha
produktif. Secara lebih spesifik, dalam Keputusan Menteri Agama (KMA)
Nomor 373 Tahun 20035 pasal 28 ayat (2) dijelaskan bahwa pendayagunaan
zakat untuk usaha produktif dilakukan apabila zakat sudah dapat memenuhi
kebutuhan hidup para mustahik dan ternyata masih terdapat kelebihan. Jadi,
Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS), dapat dimanfaatkan untuk usaha produktif
apabila terdapat usaha-usaha nyata yang berpeluang menguntungkan.
Gambar 2.5
Pendayagunaan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS)
Pendayagunaan
zakat, infak, sedekah (ZIS)
Konsumtif
Kesehata
Pendidikan
Produktif
Sosial
Pengembangan
Pemberdayaan
(emerge
&
Komunitas
ncy
pemberdayaan
fund,
UMKM
bencana
alam,
dll )
38
Secara garis besar, dana ZIS dapat didistribusikan pada dua jenis
kegiatan, yaitu kegiatan-kegiatan yang bersifat konsumtif dan produktif.
Kegiatan produktif adalah pemberian bantuan yang diperuntukkan bagi
kegiatan usaha produktif sehingga dapat memberikan dampak jangka
menengah-panjang bagi para mustahik. Pendayagunaan ZIS secara produktif
dapat dilakukan dengan memberikan pembiayaan produktif kepada para
mustahik. “Pembiayaan produktif adalah pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha,
baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi “(Antonio,2001:87).
Berdasarkan jenis keperluannya, pembiayaan produktif dibagi menjadi
dua, yaitu:
1) Pembiayaan modal kerja, yang merupakan pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan peningkatan produksi secara kuantitatif (jumlah hasil produksi)
dan kualitatif (peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi) serta untuk
keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.
2) Pembiayaan investasi, yang merupakan pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan barang-barang modal (capital goods). Serta fasilitas-fasilitas
yang erat kaitannya dengan investasi.
1. Teori Zakat
a. Definisi Zakat
Definisi zakat menurut Ketua Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS), Didin Hafidhuddin sebagai berikut:
39
Secara etimologis, zakat menurut Didin Hafidhuddin memiliki arti
kata berkembang (an-namaa), mensucikan (at-thabaratu) dan
berkah ( al-barakatu). Secara terminologis, zakat berarti
mengeluarkan sebagian harta dengan persyaratan tertentu untuk
diberikan kepada kelompok tertentu (mustahik) dengan persyaratan
tertentu pula (dalam zakat & empowering Jurnal Pemikiran dan
Gagasan, 2009: 48).
Zakat menurut istilah agama Islam artinya kadar harta yang
tertentu, yang diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan
beberapa syarat. Menurut al-Qardhawi, “ tujuan mendasar ibadah zakat
untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan sosial, seperti
pengangguran, kemiskinan dan lain-lain “. (al-Qardhawi,2002:122).
Sedangkan menurut Pramanik berpendapat, “ zakat dapat memainkan
peran yang sangat signifikan dalam mendistribusikan pendapatan dan
kekayaan dalam masyarakat muslim”. (dalam zakat & empowering
Jurnal Pemikiran dan Gagasan, 2009:49). Menurut Ghozali, implikasi
dari zakat ialah:
Tumbuhnya harta akibat zakat tersebut dapat dijelaskan dengan
pengaruh zakat terhadap pendapatan, konsumsi tabungan, investasi
dan tenaga kerja dan implikasi zakat yang bersifat berlipat ganda
(multiplier effect) terhadap perekonomian secara keseluruhan.
(dalam penelitian yang dilakukan oleh Suprayitno,dkk,2009:15)
Secara formal keberadaan zakat diatur dalam UU No. 38/1999
tentang pengelolaan zakat. Pengelolaan zakat ini tidak hanya dimonopoli
oleh BAZIS yang dikelola oleh Negara tetapi dikelola secara swadaya
oleh masyarakat. Dalam konteks lebih makro, konsep ZIS memiliki
dampak yang luar biasa. Dari aspek lain, dapat dilihat ZIS dari sisi
40
pandangan ekonomi secara makro, ZIS dapat dijadikan salah satu
sumber ekonomi suatu negara atau daerah, karena ZIS dijadikan sebagai
salah satu bentuk distribusi masyarakat yang memiliki kekayaan atau
yang berkecukupan terhadap masyarakat yang kurang mampu. ZIS
dapat membantu beban biaya negara yang harus diperuntukkan untuk
para fakir miskin, sesuai dengan jiwa Undang-undang Dasar 1945 bahwa
orang miskin adalah termasuk tanggung jawab negara, supaya dapat
hidup bahagia dan sejahtera.
Zakat memiliki fungsi yang sangat penting dan strategis, yaitu
sebagai pengentasan kemiskinan dan pemerataan ekonomi yang
berkeadilan. Di lihat dari sisi zakat sebagai instrument pengentasan
kemiskinan yang efektif, ramah pasar dan lestari. “ Zakat sebagai
instrumen pengentasan kemiskinan memiliki banyak keunggulan
dibanding instrumen fiskal konvensional “ (M. Syafe’ie El-Bantanie:
2009:76).
b. Dasar Hukum
Zakat adalah salah satu dari lima rukun Islam, oleh karena itu setiap
muslim yang memiliki harta yang nisabnya sudah cukup dan haulnya
sudah tiba wajib menunaikan zakat hartanya itu. Mengenai hukum itu,
Rasulullah saw bersabda:
Artinya: “ Islam mempunyai lima sendi ( rukun ), yaitu: yang
pertama syahadatain, yakni mengakui bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah, kedua mendirikan shalat, ketiga menunanikan zakat,
41
keempat puasa bulan Ramadhan dan kelima melaksanakan ibadah
haji ” (Bahreisy,1983:61).
Dasar hukum wajib tersebut terdapat juga dalam firman Allah Swt,
seperti terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 43:
       
Artinya: “ Dan dirikanlah olehmu shalat dan keluarkanlah zakat
dan tunduklah bersama orang-orang yang tunduk “ (Q.S. AlBaqarah[2]:43)
Kemudian dalam surat Al Bayyinah ayat 5:
           
     
Artinya: “ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama
yang lurus. “ (Q.S. Al-Bayyinah[98]:5)
c. Syarat Wajib Zakat
Karena zakat merupakan ibadah yang berfungsi menyucikan jiwa
orang berzakat (muzakki) maka haya orang muslimah yang dikenakan
kewajiban zakat, adapun syaratwajib zakat adalah sebagai berikut:
-
Baligh dan berakal
Ahli fiqih mazhab hanafi menetapkan baligh dan berakal sebagai
syarat wajib zakat.
-
Mencukupi nishab
42
Nishab adalah jumlah harta yang ditentukan secara hukum, di mana
harta tidak wajib dizakati jika kurang dari ukuran tersebut. Syarat ini
berlaku pada uang, perak, barang dagangan dan hewan ternak.
Diantara syarat wajib zakat adalah apabila jumlah harta itu mencapai
satu nisab.
-
Harta itu milik sendiri secara sempurna
Yang dimaksud dengan istilah ini ialah harta yang tidak ada di
dalamnya hak orang lain yang wajib dibayarkan. Atas dasar syarat ini
seorang yang memiliki harta yang cukup satu nishab, tetapi ia masih
mempunyai hutang pada orang lain yang jika dibayarkan sisa
hartanya tidak lagi mencapai satu nishab, maka dalam hal ini tidak
wajib zakat padanya, karena hartanya bukanlah miliknya secara
sempurna.
-
Sampai haul
Haul adalah perputaran waktu selama satuan atau 12 bulan. Harta
yang sudah cukup senishab baru wajib dizakatkan jika sudah sampai
setahun sampai setahun dimiliki secara sempurna.
-
Berkembang
Pengertian berkembang menurut bahasa sekarang adalah bahwa sifat
kekayaan itu memberikan keuntungan atau pendapatan, keuntungan
investasi,
ataupun
pemasukan
sesuai
dengan
istilah
yang
dipergunakan oleh ahli-ahli perpajakan. Ataupun kekayaan itu
43
berkembang dengan sendirinya, artinya bertambah dan menghasilkan
produksi.
d. Delapan kelompok yang berhak menerima zakat
Orang yang berhak menerima zakat terbagi atas delapan
golongan. Sebagaimana yang telah diterangkan Allah dalam Al-Qur’an
surat At Taubah[9]: 60.
1. Fakir
Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak
mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup.
2. Miskin
Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan dasar untuk hidup.
3. Amil
Amil adalah mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat.
4. Muallaf
Muallaf adalah mereka yang diharapkan kecenderungan hatinya
atau keyakinannya dapat bertambah terhadap islam, atau
terhalangnya niat jahat mereka atas kaum muslimin atau terhalang
akan adanya kemanfaatan mereka dalam membela dan menolong
kaum muslimin dari musuh.
5. Riqab ( budak )
Riqab adalah budak yang sedang berusaha untuk membebaskan
dirinya dari tuannya.
6. Gharimin ( orang yang berhutang )
Gharimin yang artinya orang-orang yang terjerat lehernya atau
terikat kebebasannya oleh hutang, sedang mereka tidak berdaya
untuk membebaskan diri.
7. Sabilillah
Sabilillah adalah kalimat yang bersifat umum, mencakup segala
amal perbuatan ikhlas, yang dipergunakan untuk bertakarub
kepada Allah ‘Azza Wa Jalla, dengan melaksanakan segala
perbuatan wajib, sunnah dan bermacam kebajikan lainnya.
Diantara tafsir ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu
mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan
sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
8. Ibnu Sabil
44
Ibnu sabil adalah orang yang dalam perjalanan atau dalam keadaan
musafir yang kehabisan bekal meskipun tadinya mereka tergolong
orang kaya di negeri asalnya, karena jauhnya dari tempat harta
mereka, mereka tidak dapat mempergunakan harta itu untuk
kepentingan dan kebutuhannya.
e. Hikmah dan Manfaat Zakat
Setiap kewajiban yang diperintahkan Allah SWT, termasuk
adanya kewajiban berzakat, pasti memiliki hikmah dan manfaat.
Mengemukakan
beberapa
peran
dan
hikmah
zakat,
yaitu
(Hafidhuddin,1998:54):
a) Zakat merupakan perwujudan iman kepada Allah SWT, mensyukuri
nikmat-Nya, menumbuhkan rasa kepedulian yang tinggi,
menghilangkan sifat kikir dan rakus, sekaligus mengembangkan dan
mensucikan harta yang dimiliki.
b) Zakat sesungguhnya tidak hanya ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan konsumtif yang bersifat sesaat, melainkan juga
memberikan
kecukupan
kepada
mustahiq
dengan
cara
menghilangkan atau memperkecil penyebab kemiskinan.
c) Zakat sebagai pilar jama’i antara kelompok aghniya yang
berkecukupan dengan para mujahid yang waktunya sepenuhnya
untuk berjuang di jalan Allah sehingga tidak memiliki waktu yang
cukup untuk berusaha bagi kepentingan nafkah diri dan keluarganya.
d) Zakat merupakan salah satu bentuk kongkrit jaminan sosial yang
disyari’atkan oleh ajaran Islam bagi para mustahiq.
e) Zakat merupakan salah satu sumber dana pembangunan sarana dan
prasarana yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana pendidikan,
kesehatan, sosial-ekonomi, dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia muslim.
f) Zakat dapat memasyarakatkan etika bisnis yang benar. Hal ini karena
zakat berarti mengeluarkan bagian dari hak orang lain dari harta yang
diusahakan dengan baik dan benar.
g) Zakat merupakan salah satu instrumen pemerataan pendapatan.
h) Dorongan ajaran Islam yang begitu kuat untuk berzakat, berinfak, dan
bersedekah menunjukkan bahwa Islam mendorong umatnya untuk
bekerja dan berusaha agar mampu memenuhi kebutuhan hidup diri
dan keluarganya, serta berlomba-lomba menjadi muzakki dan munfiq
(orang yang berinfaq).
45
2. Teori Infak
a. Definisi Infak
Definisi
menurut
Infak
menurut
Hidayat,
“Infak
adalah
pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang setiap kali memperoleh
rezeki sebanyak yang dikehendakinya” (Hidayat,2010:316). Sedangkan
definisi menurut Hafidhuddin, “Infak berasal dari kata “anfaqa” yang
berarti
mengeluarkan
sesuatu
(harta)
untuk
suatu
kepentingan”
(Hafidhuddin,2002).
b. Dasar Hukum
Infak dalam surat Al-Baqarah ayat 1 s/d 5 disebut merupakan
salah satu prasarat bagi seseorang untuk dapat disebut muttaqien yang
mendapat jaminan selalu memperoleh petunjuk dari Tuhan dan selalu
diberikan kemenangan atau kejayaan.
       
Artinya: “mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang
mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami
anugerahkan kepada mereka. “ (Q.S. Al-Baqarah[2]:2)
Kemudian pada surat Al-Baqarah ayat 219, disebutkan bahwa
besarnya nilai rejeki yang harus diinfakkan adalah “kelebihan dari
keperluan”, sangat relatif sekali.
46
           
           
       
Artinya: “ Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.
Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa
manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka
nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu supaya kamu berfikir. “
(Q.S. A-Baqarah[2]:219)
3. Teori Sedekah
a. Definisi Sedekah
Sedekah ini hukumnya adalah sunnah, bukan wajib. Karena itu,
untuk membedakannya dengan zakat yang hukumnya wajib, para fuqaha
menggunakan istilah sedekah atau shadaqah atau ash shadaqah an
nafilah. Menurut Hidayat, “Sedekah adalah pemberian sukarela yang
dilakukan seseorang kepada orang lain terutama kepada orang-orang
miskin” (Hidayat,2010:316).
b. Dasar Hukum
Sedekah adalah sesuatu yang ma’ruf (benar dalam pandangan
syara). Pengertian ini didasarkan pada hadits shahih riwayat Imam
Muslim bahwa Nabi SAW bersabda : Kullu marufin shadaqah (Setiap
kebajikan adalah shadaqah). Firman Allah Swt dalam surat Al-Baqarah
ayat 245:
47
            
    
Artinya: “ Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah,
pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah),
Maka Allah akan memperlipat gandakan pembayaran kepadanya
dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan
melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”
(Al-Baqarah[2]:245)
4.
Implikasi
ZIS
terhadap
perkembangan
mikroekonomi
dan
makroekonomi
Zakat adalah sistem fiskal pertama di dunia pada abad ke-7 M yang
memiliki kelengkapan aturan yang luar biasa mulai dari subjek zakat,
objek harta zakat dan masing-masing tarifnya. Pada saat yang sama, ZIS
juga memiliki berbagai karakteristik dan implikasi ekonomi yang penting
dan signifikan, yang membuat diinginkan secara sosial. Dalam konteks
sosial-ekonomi, institusi ZIS memiliki berbagai implikasi ekonomi baik
tingkat mikro atau makro.
a. Impilkasi Mikro ZIS
1). ZIS dan Konsumsi Agregat
ZIS merupakan pendistribusian kekayaan dalam Islam yang
diterapkan sejak zaman dahulu, masyarakat yang berlebih harta dapat
menyalurkan hartanya melalui ZIS. Dengan adanya pentransferan
pendapatan maka pihak yang menerima ZIS dapat
mengalami
peningkatan pendapatan disposable, akan meningkatkan konsumsi dan
48
sekaligus mengizinkan penerima ZIS untuk mulai menabung. Dalam
jangka panjang, transfer ZIS akan membuat ekspektasi pendapatan dan
tingkat kekayaan penerima ZIS meningkat yang pada gilirannya
membuat konsumsi menjadi lebih tinggi lagi. Dengan kata lain, selain
akan meningkatkan kuantitas konsumsi, penerapan zis juga akan
meningkatkan kualitas konsumsi perekonomian.
2). ZIS dan Tabungan Nasional
Dalam perspektif Islam, tabungan bukanlah aktivitas residual,
melainkan sebuah tindakan rasional yang memiliki tujuan tertentu
yang positif bukan untuk ditimbun. “Tabungan untuk persiapan di
masa depan adalah diperbolehkan bahkan dianjurkan “ (QS. AlHasyr:8), di saat yang sama, Islam melarang bersikap berlebih-lebihan
(QS. Al-Furqan:67).
Motivasi untuk menabung dalam perekonomian Islam adalah
expected rate of return on savings, bukan suku bunga.
Untuk
mempertahankan tingkat kekayaan konstan atau mengembangkannya,
maka tabungan harus diinvestasikan pada kegiatan produktif di sektor
riil. “ Dengan demikian rate of return on saving sepenuhnya
ditentukan tingkat bagi hasil dan pengembalian proyek karena tarif
zakat adalah konstan “ (Khan,1995:54).
3). Zakat dan Produksi Agregat
49
Pada sistem perpajakan, zakat adalah sistem pajak yang ramah
terhadap dunia usaha (market friendly). Zakat memiliki tarif yang
rendah dan tetap serta tidak pernah berubah-ubah karena sudah diatur
dalam syariat. Sebagai instrumen fiskal, zakat memberi insentif untuk
kemajuan dunia usaha, sehingga menaikkan output dan menurunkan
harga. Sebagai instrument pasar, zakat adalah instrumen yang memiliki
distorsi pasar yang minimal. Pada kasus zakat perniagaan, hal ini
terlihat pada kenyataan bahwa objek zakat adalah keuntungan
perdagangan. Dengan demikian, penerapan zakat tidak mempengaruhi
struktur biaya dan tingkat keuntungan, harga jual dan kuantitas
produksi. “ Upaya perusahaan memaksimalkan keuntungan akan
berjalan
beriringan
dengan
upaya
memaksimalkan
zakat
“(Karim:2007).
4). ZIS dan Investasi
Industri ZIS memiliki dampak positif pada investasi dengan
mempenalti penumpukkan dana, sumber daya yang menganggur dan
penggunaan sumber daya di asset yang tidak produktif. Jika kekayaan
diinvestasikan secara produktif, maka nilai kekayaan akan turun dari
tahun ke tahun hingga mencapai nilai nishab kalau untuk zakat. Dalam
perekonomian Islam dimana riba dilarang, maka penerapan ZIS ini
memberi insentif yang kuat bagi pemilik kekayaan untuk melakukan
50
investasi di sektor riil dalam rangka mempertahankan tingkat kekayaan
mereka.
Penerapan ZIS akan membuat permintaan investasi untuk setiap
expected rate of return akan selalu lebih tinggi dalam perekonomian
Islam dibandingkan perekonomian konvensional. Hal ini terjadi karena
dalam perekonomian Islam meminjamkan modal untuk mendapat
bunga adalah dilarang, sehingga alternatif bagi investasi riil hanyalah
membiarkan modal menganggur. Modal yang menganggur ini akan
terkena penalti zakat.
Karena zakat dikenakan terhadap keseluruhan kekayaan, tidak
hanya terhadap pendapatan, maka selain mempenalti harta yang
menganggur, zakat juga secara otomatis mempenalti penggunaan
sumber daya di aset-aset yang tidak produktif dan berkembang seperti
emas-perak, property mewah dan lain-lain. dengan demikian, dalam
perekonomian Islam dimana ZIS diterapkan, akan terjadi investment
switching dari investasi di aset-aset yang tidak produkrif ke investasi di
asset-aset produktif.
b. Implikasi Makro ZIS
1). ZIS dan Efisiensi Alokatif
ZIS mentransfer sebagian pendapatan kelompok kaya yang
merupakan bagian kecil dalam masyarakat kekelompok miskin yang
merupakan bagian terbesar dalam masyarakat. Hal ini secara langsung
51
akan meningkatkan permintaan barang dan jasa dari kelompok miskin
yang umumnya adalah kebutuhan dasar seperti pangan, sandang dan
papan. Permintaan yang lebih tinggi untuk kebutuhan dasar
masyarakat terkait ZIS ini, akan mempengaruhi komposisi produksi
barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian, sehingga akan
membawa pada alokasi sumber daya menuju ke sektor-sektor yang
lebih diinginkan secara social. Hal ini akan meningkatkan efisiensi
alokatif dalam perekonomian.
Dalam perekonomian yang tidak memiliki mekanisme transfer
pendapatan wajib dan sebagian besar penduduknya adalah miskin,
maka kebutuhan riil masyarakat sering tidak tercermin dalam
permintaan pasar. Dengan ZIS yang mentransfer pendapatan ke orang
miskin, maka permintaan barang dan jasa orang miskin akan
meningkat. Dalam hal ini, kita dapat memandang fungsi alokatif ZIS
yang merealokasi sumber daya dari orang kayak ke orang miskin ini,
sebagai cara yang efektif untuk memerangi kemiskinan (S.I. Tag ElDin:1995).
2). ZIS, Kebijakan Fiskal dan Stabilisasi Makroekonomi
ZIS telah dianjurkan sebagai instrumen kebijakan fiskal dengan
adanya diskresi yang dimiliki oleh pemerintah atau otoritas fiskal. Di
sini belanja ZIS bisa tidak sama dengan dana ZIS yang terkumpul,
tergantung pada situasi perekonomian.
52
Pada perekonomian dalam kondisi ekspansi, pengumpulan dana
zakat meningkat akibat naiknya basis ZIS. Namun pada saat yang
sama, jumlah penerima ZIS akan berkurang karena kondisi
ekonomi yang sedang baik (IZDR,2010:57).
Dalam kerangka institusi sosial-ekonomi Islam, ZIS memiliki
dampak stabilisasi terhadap perekonomian melalui jalur tabungan dan
investasi. Dalam perekonomian Islam, dimana ZIS diterapkan dan riba
dilarang, keputusan investasi menjadi bagian integral dari keputusan
menabung. ZIS dikenakan terhadap tabungan dan dana yang
menganggur. Jika investasi tidak menjadi bagian terintegrasi dalam
keputusan menabung, maka tingkat kekayaan akan menurun. Jika
tabungan diikuti investasi, maka tingkat pengembalian proyek akan
tergantung sepenuhnya
pada
tingkat
bagi
hasil dan
tingkat
pengembalian proyek, karena tarif zakat adalah konstan.
3). ZIS dan Penciptaan Lapangan Kerja
Kerangka sosial-ekonomi perekonomian Islam mendorong
penciptaan langan kerja melalui dua jalur, yaitu: penciptaan pekerjaan
dengan upah tetap (fixed-wage job) dan penciptaan peluang
wirausahawan (entrepreneurial opportunities). “ Dan salah satu
kerangka institusional terpenting dalam perekonomian islam untuk
penciptaan lapangan kerja ini adalah zakat “ (M. Fahim Khan:1995).
Islam memiliki institusi zakat yang merupakan sedekah wajib, serta
menganjurkan sedekah tidak wajib seperti wakaf dan infak.
53
Keberadaan institusi jaminan sosial ini akan menjamin setiap
penduduk
memperoleh
tingkat
kehidupan
minimum.
Dengan
demikian, partisipasi dalam sumber daya manusia akan meningkat.
Selain mendorong penciptaan peluang wirausahawan, penciptaan
lapangan kerja dengan upah-tetap juga akan meningkat dalam
perekonomian Islam. Hal ini terjadi karena akumulasi modal juga akan
terjadi secara massif dalam perekonomian Islam sehingga investasi dan
penciptaan lapangan kerja dengan upah-tetap terus meningkat. Sumber
pertama akumulasi modal adalah melalui kegiatan nirlaba seperti
qardhul hasan, zakat, infak, sedekah dan wakaf. Motivasi tanpa
mengharap balasan ini sulit kita temui di perekonomian konvensional.
Sumber akumulasi modal lain adalah tabungan para pengusaha.
Jumlah wirausahawan yang lebih besar dalam perekonomia Islam
secara implisit menegaskan bahwa jumlah tabungan dan dana yang diinvestasikan
ulang
akan
lebih
banyak
dibandingkan
pada
perekonomian konvensional dimana jumlah wirausahawan adalah
sedikit.
Sumber akumulasi modal terakhir berasal dari kombinasi
penerapan zakat dan pelarangan riba. Semua tabungan dalam
perekonomian Islam akan diarahkan untuk kegiatan investasi
produktif, melalui pelarangan riba, spekulasi dan judi atau pemiliki
54
modal financial akan mendapati modal mereka berkurang oleh zakat
setiap tahunnya.
4). ZIS dan Pengentasan Kemiskinan
Kemiskinan membawa pada kehinaan yang dilarang dalam Islam
dan menjadi sumber kejahatan dalam seluruh aspek kehidupan sosialekonomi. Institusi ZIS adalah program pengentasan kemiskinan wajib
(mandatory expenditure) dalam perekonomian Islam. Dampak ZIS
terhadap upaya pengentasan kemiskinan adalah sesuatu yang
signifikan dan berjalan secara otomatis (built-in) di dalam sistem
islam. Keberadaan ZIS dalam kerangka sosial-ekonomi Islam menjadi
basis yang kuat bagi program pengentasan kemiskinan secara
berkelanjutan. Sebagai sebuah instrumen fiskal yang berpihak pada
kelompok miskin dan menjadi program wajib pengentasan kemiskinan
bagi setiap rezim pemerintahan, ZIS sangat superior dibandingkan
instrument fiskal konvensional.
5). ZIS dan Distribusi Pendapatan
Pertumbuhan ekonomi hanya sedikit member manfaat bagi
kesejahteraan masyarakat jika tidak di distribusikan secara merata.
Secara umum, distribusi pendapatan dapat diklasifikasikan menjadi 2
kelompok. Pertama, distribusi pendapatan fungsional, yang ditujukan
dengan pembagian pendapatan menurut kelompok faktor produksi,
seperti tenaga kerja dan modal. Kedua, distribusi pendapatan personal,
55
yang ditujukan dengan pembagian pendapatan antar individu dalam
masyarakat. Selain disebabkan oleh konsentrasi kepemilikan faktor
produksi, kesenjangan pendapatan personal juga banyak disebabkan
oleh ketiadaan instrumen distribusi pendapatan dan minimnya
ketersediaan barang-barang publik penting seperti, pendidikan,
kesehatan, infrastruktur dasar dan lain-lain.
ZIS memiliki fungsi redistribusi baik melalui distribusi
pendapatan faktorial maupun melalui distribusi pendapatan personal.
ZIS diterapkan pada harta yang memiliki potensi untuk berkembang,
termasuk modal financial (uang) dan modal fisik seperti gedung dan
pabrik. Sementara itu, sebagai mekanisme redistribusi pendapatan, ZIS
secara efektif akan meredistribusi pendapatan dari kelompok kaya ke
kelompok miskin. Redistribusi pendapatan melalui ZIS dapat
dilakukan dengan melakukan transfer payment atau negative incometax secara langsung keorang miskin ataupun melalui penyediaan
barang-barang publik yang sangat dibutuhkan orang miskin yang juga
memiliki dampak redistributif yang kuat seperti kesehatan dan
pendidikan.
6). ZIS dan Pertumbuhan Ekonomi
ZIS berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi baik melalui jalur
permintaan agregat maupun jalur penawaran agregat. Dampak positif
ZIS pada konsumsi dan investasi secara jelas akan menaikkan
56
permintaan agregat dalam perekonomian. Kombinasi dampak zis
terhadap konsumsi dan investasi akan meningkatkan permintaan
agregat perekonomian. “ Melalui dampak pengganda (multiplier effect)
dalam perekonomian, hal ini akan membawa pada peningkatan
pendapatan nasional “ (Skousen,2005:190).
Belanja dana ZIS akan meningkatkan konsumsi kelompok
miskin, yang kemudian akan memicu kenaikan produksi barang dan
jasa terkait belanja konsumsi kelompok miskin. Kenaikkan produksi
dipastikan akan menggerakkan roda perekonomian secara luas berupa
permintaan terhadap input faktor produksi, seperti tenaga kerja, modal
fisik, energi dan bahan baku hingga permintaan terhadap input antara
(intermediary input), terutama produk dan jasa kebutuhan dasar yang
umumnya dihasilkan oleh produsen domestik. Penerapan ZIS juga
akan member dampak positif pada tabungan kelompok miskin dan
pada saat yang sama memberi dampak netral terhadap tabungan
kelompok kaya. Dengan demikian secara agregat, tabungan nasional
akan meningkat. Peningkatan tabungan ini akan mendorong kenaikkan
investasi. Kenaikkan investasi ini pada gilirannya akan menghasilkan
kenaikkan produksi barang dan jasa, menurunkan harga dan
meningkatkan pendapatan riil masyarakat optimal. Demikian juga
potensi zakat yang besar perlu dikonsolidasikan dalam kerangka
otonomi daerah.
57
F. Penelitian Terdahulu
Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa
Jumlah Uang Beredar, Pembiayaan Mudharabah dan Penerimaan ZIS
terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Diantaranya:
1. Arif Pujiyono ( 2003 )
Penelitian ini dengan judul Teori Endogenus Uang dalam Sistem
Moneter Islam. Pada penelitian ini ingin memfungsikan Jumlah Uang
Beredar melalui uji kausalitas dengan pertumbuhan ekonomi dengan
menggunakan Granger Causality Test, Variace Decomposition, Error
Correction Model dan Asumsi Klasik. Hasil dari penelitian ini menyatakan
bahwa Jumlah Uang Beredar (M1) mempunyai hubungan dua arah Gross
Domestic Bruto (GDP). Artinya Variabel GDP dapat menerangkan
terhadap variabel M1, dan variabel M1 dapat menerangkan variabel M1.
Dan hasil dari uji ECM menghasilkan mempunyai hubungan positif yang
signifikan terhadap pertumbuhan Gross Domestic Bruto (GDP) baik untuk
jangka pendek dan jangka panjang. Untuk Jumlah Uang Beredar (M2),
hasil dari Granger menyatakan bahwa kedua variabel ini berdiri sendirisendiri artinya GDP tidak dapat menerangkan M2 begitupun sebaliknya
M2 tidak dapat menerangkan GDP. Hal ini dikarenakan pertambahan pada
M2 di Indonesia lebih ditentukan oleh faktor-faktor yang sifatnya di luar
sistem.
Adanya
pertambahan
M2
akan
dipengaruhi
pula
oleh
meningkatnya tagihan bersih pada pemerintah pusat. Indikasi ini terlihat
58
berdasarkan data laporan BI menunjukkan bahwa obligasi yang diterbitkan
oleh pemerintah dalam rangka menyehatkan perbankan yang mencapai Rp
510,1 trilyun. Penerbitan obligasi oleh pemerintah ini tentunya akan ikut
meningkatkan jumlah uang kuasi yang ada, dimana uang kuasi sebagai
komponen dari M2.
2. Muhamad Nafik H.R (2007)
Penelitian ini dengan judul Dampak Bunga dan Bagi Hasil pada
Perekonomian. Pada penelitian ini menggunakan data dari Januari 2001
sampai dengan Desember 2006, dan akan menganalisis berkenaan
pengaruh bunga dan bagi hasil terhadap tabungan, pembiayaan (kredit),
harga dan perekonomian. Perekonomian dalam hal ini yaitu penawaran
dana (tabungan), penerimaan dana (kredit pembiayaan), investasi, biaya
produksi dan harga, inflasi, uang beredar, pertumbuhan ekonomi,
pengangguran dan kesejahteraan masyarakat. Pada penelitian ini
menggunakan teknik analisis Kuantitatif dan didukung dengan deskriptif
kualitatif. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa:
a. Dampak Bunga pada Tabungan dan Kredit
Penawaran dana (uang) mempunyai hubungan positif dengan tingkat
suku bunga, sedangkan permintaan dana (uang) mempunyai hubungan
negatif dengan tingkat suku bunga.
b. Dampak Bagi Hasil Pada Tabungan dan Pembiayaan
59
Hubungan positif antara tabungan dan pembiayaan dengan bagi hasil
dan ini merupakan bukti bahwa sistem bagi hasil relevan dengan
perilaku ekonomi masyarkat.
c. Dampak Bunga Pada Harga
Tinggi rendahnya bunga akan berpengaruh terhadap harga barang dan
jasa. Naiknya tingkat bunga akan menaikan biaya produksi Apabila
tingkat bunga naik maka berdampak terhadap naiknya harga barang
dan jasa, dan sebaliknya, apabila tingkat bunga turun maka berdampak
terhadap turunnya harga barang dan jasa.
d. Dampak Bagi Hasil pada Harga
Besar kecilnya nilai pembayaran bagi hasil baru dapat diketahui dan
ditentukan oleh pendapatan yang diperolehnya (based of income),
sehingga bagi hasil bukan merupakan biaya modal. Dengan demikian
pembayaran bagi hasil tidak merubah kondisi keseimbangan dari
kurva permintaan dan penawaran barang dan jasa.
e. Dampak Bagi Hasil pada Investasi
Apabila
pendapatan
dari
bagi
hasil
meningkat
maka
akan
meningkatkan penawaran dan permintaan investasi.
f. Dampak Bunga pada Investasi
Apabila tigkat bunga naik maka biaya modal mengalami kenaikkan
dampaknya adalah menurunnya permintaan investasi dan sebaliknya
60
apabila tingkat bunga turun maka akan meningkatkan permintaan
investasi.
g. Dampak Bunga pada Inflasi dan Peredaran Uang
Bunga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan inflasi
(inflatoir) atau yang lebih tepat menyebabkan cost push inflation.
Tingkat suku bunga yang lebih tinggi akan menurunkan permintaan
uang, dalam kondisi yang demikian masyarakat akan mengalihkan
uang pada aset finansial karena akan memperoleh pendapatan bunga
yang lebih tinggi. Tetapi apabila ekonomi tumbuh maka masyarakat
meninginkan memegang uang lebih banyak karena ingin membeli
barang dan jasa yang lebih banyak. Apabila terjadi kenaikan produksi
barang dan jasa maka permintaan uang akan meningkat sedemikian
sehingga sama dengan penawaran uang.
h. Dampak Bagi Hasil pada Inflasi dan Peredaran Uang
Besar kecilnya tingkat pendapatan dari sistem bagi hasil tidak
berpengaruh terhadap tingkat inflasi. Kurva permintaan dan
penawaran uang dalam sistem ekonomi bagi hasil (ekonomi Islam)
akan berhimpit dengan slope positif.
i. Dampak Bunga pada Pertumbuhan Ekonomi
Tingkat bunga berkorelasi negatif dengan permintaan investasi, maka
kenaikan tingkat bunga akan menurunkan permintaan investasi
dampaknya produksi barang dan jasa akan tertahan atau mungkin
61
akan mengalami penurunan. Berdasarkan uraian di atas maka tingkat
bunga secara tidak langsung mempunyai korelasi negatif dengan
pertumbuhan ekonomi.
j. Dampak Bagi Hasil pada Pertumbuhan Ekonomi
Apabila tingkat pendapatan bagi hasil meningkat maka kondisi ini
merupakan indikator meningkatnya output suatu perekonomian dan
sebaliknya apabila ouput dalam perekonomian meningkat (ekonomi
tumbuh) maka pandapatan bagi hasil akan cenderung meningkat pula.
k. Dampak Bunga pada Pengangguran dan Kesejahteraan Masyarakat
Dampak bunga tidak memiliki pengaruh secara langsung terhadap
pengangguran
dan
kesejahteraan
masyarakat.
Ketikan
bunga
mengalami peningkatan maka akan menaikkan biaya produksi, dengan
naiknya biaya produksi akan menaikkan harga jual produk. Ketika
harga naik maka akan menurunkan kuantitas produk yang terjual.
Penurunan tersebut mengakibatkan menurunnya jumlah permintaan
tenaga kerja yang mengakibatkan meningkatkan tingkat pengangguran
di suatu negara. Dampak meningkatnya pengangguran berarti
menurunkan
pendapatan
masyarakat
yang
akan
berimplikasi
penurunan pada kesejahteraan masyarakat. Jadi hubungan tingkat
bunga terhadap pengangguran dan kesejahteraan masyarakat bersifat
negatif.
62
l. Dampak Bagi Hasil pada Pengangguran dan Kesejahteraan
Masyarakat
Seperti halnya dengan bunga, bagi hasilpun mempunyai dampak
yang
tidak
langsung.
Bagi
hasil
pada
pengangguran
dan
kesejahteraan mempunyai hubungan searah.
3. Mohammed B. Yussof ( 2009 ).
Penelitian ini dengan judul An Analysis of Zakat Expenditure and
Real Output Theory and Empirical Evidence. Pada penelitian ini
menggunakan variabel 3 sektor Islam yaitu Sektor Rumah Tangga,
Perusahaan dan Pemerintah. Studi ini menggunakan data Malaysia 20032006 menggunakan data panel dari 14 daerah di Malaysia. Data tahunan
pada pengeluaran zakat dan PDB diperoleh dari Pusat Pungutan Zakat,
Majlis Agama Islam Wilayah Persekutuan (Zakat Koleksi Pusat, Dewan
Agama Islam Wilayah Federal) dan Unit Perencanaan Ekonomi (EPU)
masing-masing. Hasil dari penelitian ini adalah Studi ini mencoba untuk
menganalisis potensi zakat sebagai instrumen kebijakan fiskal dalam
negara Islam dengan menggunakan model Keynesian sederhana. Kami
merumuskan persamaan konsumsi untuk kedua pembayar zakat dan
penerima, dan pengumpulan zakat untuk menurunkan persamaan
ekuilibrium di pasar yang baik yang menunjukkan hubungan antara
pengeluaran zakat dan output riil. Bukti empiris menggunakan data panel
Malaysia mendukung hipotesis bahwa pengeluaran zakat adalah instrumen
63
fiskal ampuh untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini
disarankan di sini bahwa negara-negara Muslim harus melakukan semua
upaya untuk menetapkan zakat sebagai alat utama untuk memacu
pertumbuhan ekonomi. Dalam rangka untuk membuat ini sukses, kita
harus mengatur koleksi zakat dan pengeluaran zakat dengan cara yang
paling efektif dan efisien. Selama pengumpulan zakat dan pengeluaran
yang tidak teratur, kita tidak pernah dapat mencapai potensi zakat sebagai
instrumen fiskal yang efektif.
4. Eko Suprayitno, Radiah Abdul Kader & Azhar Harun (2009)
Dalam penelitian ini melihat Pengelolaan zakat dan dampaknya
terhadap variabel makroekonomi di Malaysia seperti pertumbuhan
ekonomi, inflasi, pengangguran dan pemasukan pajak. Dari hasil dari
regresi menggunakan OLS mendapati hasil bahwa: Zakat dalam hasil
analisis diatas memiliki pengaruh yang positif dan signifikan pada α=1%
artinya
jika
penerimaan
dan penagihan zakat
pertumbuhan ekonomi juga meningkat.
meningkat
maka
Pembagian zakat dalam hasil
analisis di atas memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan pada α=1%
artinya jika penagihan zakat meningkat maka inflasi akan mengalami
penurunan. Penerimaan zakat dalam hasil analisis di atas memiliki
pengaruh yang negatif dan signifikan pada α=1% artinya jika penerimaan
dan zakat meningkat maka kadar pengangguran akan menurun.
Penerimaan zakat dalam hasil analisis di atas memiliki pengaruh yang
64
negatif dan signifikan pada α=1% artinya jika penerimaan zakat meningkat
maka penerimaan pajak akan menurun.
5. Khairil Anwar ( 2011 )
Penelitian ini dengan judul Pengaruh Intermediasi Keuangan dan
Jumlah Uang Beredar terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Pada
penelitian ini menggunakan data time series yang menggunakan metode
analisis dengan pengujian Kointegrasi dan Granger Causality Test dengan
menggunakan variabel Produk Domestik Bruto (PDB), Jumlah Uang
Beredar (JUB), Loans, Central Bank Assets (ABC) dan Commercial Bank
Assets (ABCOM). Hasil dari penelitian ini, sebagai berikut:
a. Hasil Kointegrasi
Adanya
hubungan
intermediasi
jangka
keuangan
panjang.
berpengaruh
Memperlihatkan
terhadap
bahwa
peningkatan
pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang terutama pasca krisis.
b. Hasil Granger Causality Test
1. Jumlah Uang Beredar (JUB) mempunyai hubungan yang searah
signifikan dengan tingkat kepercayaan sebesar 1% dengan Produk
Domestik Bruto.
2. Central Bank Assets (ABC) mempunyai hubungan signifikan pada
tingkat kepercayaan 10% dengan Produk Domestik Bruto (PDB).
65
3. Commercial Bank Assets (ABCOM) mempunyai hubungan searah
signifikan dengan tingkat kepercayaan 5% dengan Produk
Domestik Bruto (PDB)
4. Loans mempunyai hubungan searah signifikan pada tingkat
kepercayaan 5% dengan Produk Domestik Bruto (PDB).
6. Yuni Fitriani ( 2011 )
Penelitian ini dengan judul Pengaruh Tingkat Pembiayaan Perbankan
Syariah (PPS), Jakarta Islamic Index (JII), Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) dan Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB). Pada penelitian ini menggunakan data time series
yang menggunakan metode analisis dengan pengujian Error Correction
Model (ECM) dengan menggunakan variabel Pembiayaan Perbankan
Syariah (PPS), Jakarta Islamic Index (JII), Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS), dan Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB). Hasil penelitan ini menghasilkan bahwa:
a. Pembiayaan Perbankan Syariah (PPS) terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB)
Pada jangka pendek, PPS tidak memiliki pengaruh terhadap PDB dan
pada jangka panjang PPS memiliki pengaruh yang negatif terhadap
PDB.
b. Jakarta Islamic Index (JII) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
66
Pada jangka pendek, JII tidak memiliki pengaruh terhadap PDB dan
jangka panjang JII memiliki pengaruh yang negatif terhadap PDB.
c. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB)
Pada jangka pendek, SBIS memiliki pengaruh yang negatif terhadap
PDB dan jangka panjang SBIS memiliki pengaruh yang negatif
terhadap PDB.
d. Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
Pada jangka pendek, JUB tidak memiliki pengaruh terhadap PDB dan
jangka panjang JUB pengaruh yang negatif terhadap PDB.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
NO.
Nama Peneliti
1
Arif Pujiyono
2
Muhamad
Nafik H.R
Tahun
2003
2007
Judul Penelitian
Metode
Penelitian
Teori
endogenus Granger
uang dalam sistem Causality
moneter Islam
Test,
ECM,
Asumsi Klasik
Dampak
bunga
dan bagi hasil
pada
perekonomian
Deskriptif
kualitatif
diperkuat
dengan
kuantitatif.
Hasil Penelitian
Uang
Beredar
(M1)
mempunyai
hubungan
positif kepada Pertumbuhan
GDP. Uang Beredar (M2)
berdiri
sendiri-sendiri
dengan pertumbuhan GDP.
a. Bunga pada tabugan
dan kredit
Bunga – Tabungan (+)
Bunga – Kredit (-)
b. Bagi
Hasil
tabungan
pembiayaan
pada
dan
Bagi hasil – tabungan
(+)
Bagi
hasil
67
–
pembiayaan (+)
c. Bunga pada harga (+)
d. Bagi Hasil pada harga
(tidak berpengaruh)
e. Bagi
hasil
investasi (+)
pada
f. Bunga pada investasi ()
g. Bunga pada inflasi dan
peredaran uang
Bunga – inflasi (+)
Bunga –
uang (+)
peredaran
h. Bagi hasil pada inflasi
dan peredaran uang
Bagi hasil – Inflasi
(tidak berpengaruh)
Bagi hasil – peredaran
uang (+)
i. Bunga
pada
pertumbuhan ekonomi
(-)
j. Bagi
hasil
pada
pertumbuhan ekonomi
(+)
k. Bunga
pengengguran
kesejahteraan
masyarakat
pada
dan
Bunga – pengangguran
(-)
Bunga – kesejahteraan
(-)
l. Bagi
hasil
pengangguran
pada
dan
68
kesejahteraan
masyarakat
3
Mohammed B.
Yussof
4
Eko
Suprayitno,
Radiah Abdul
Kader,
dan
Azhar Harun
5
Khairil Anwar
2009
2009
2011
An Analysis of
zakat expenditure
and real output:
theory
and
empirical
evidence
Pengelolaan
zakat
dan
dampaknya
terhadap
variabel
makroekonomi
di Malaysia
Pengaruh
intermediasi
keuangan
dan
jumlah
uang
beredar terhadap
pertumbuhan
ekonomi
di
Indonesia
Bagi
hasil
pengangguran (+)
–
Bagi
hasil
kesejahteraan (+)
–
Data Panel
dengan
metode
estimasi
kuadrat
terkecil
generalized
(GLS)
Pengeluaran zakat adalah
instrumen fiskal ampuh
untuk
menghasilkan
pertumbuhan ekonomi.
OLS
1.Pembagian
zakat
memiliki
pengaruh
signifikan
positif
terhadap Pertumbuhan
ekonomi.
2.Pembagian
zakat
memiliki
pengaruh
signifikan
negatif
terhadap inflasi.
3.Penerimaan
zakat
pengaruh
signifikan
negatif
terhadap
pengangguran.
4.Penerimaan
zakat
berpengaruf signifikan
negatif
terhadap
penerimaan pajak
Uji
Kointegrasi
dan Granger
Causality
test
Kointegrasi:
terdapat
hubungan jangka panjang
Granger:
1. JUB
berpengaruh
signifikan pada tingkat
kepercayaan
1%
terhadap PDB.
2. ABC
berpengaruh
signifikan pada tingkat
kepercayaan
10%
69
terhadap PDB.
3. ABCOM berpengaruh
signifikan pada tingkat
kepercayaan
5%
terhadap PDB.
4. Loans
berpengaruh
signifikan pada tingkat
kepercayaan
5%
terhadap PDB.
6
Yuni Fitriani
2011
Pengaruh Tingkat
Pembiayaan
Perbankan
Syariah
(PPS),
Jakarta Islamic
Index
(JII),
Sertifikat
Bank
Indonesia Syariah
(SBIS)
dan
Jumlah
Uang
Beredar
(JUB)
terhadap Produk
Domestik Bruto
(PDB).
Uji
Error
Correction
Model
a. PPS terhadap PDB
Jangka panjang: Tidak
berpengaruh
Jangka
panjang:
Signifikan negatif
b. JII terhadap PDB
Jangka pendek: Tidak
berpengaruh
Jangka
panjang:
Signifikan negatif.
c. SBIS terhadap PDB
Jangka
pendek:
Signifikan negatif.
Jangka
panjang:
Signifikan negatif.
d. JUB terhadap PDB
Jangka pendek: Tidak
berpengaruh.
Jangka
panjang:
signifikan negatif.
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
G. Kerangka Berfikir
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi
dari serangkaian masalah yang ditetapkan (Rodoni,2010). Kerangka
penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
70
Gambar 2.6
Kerangka Berfikir
Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB), Pembiayaan Mudharabah (PM) dan kontribusi
pertumbuhan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode
Apakah Ada Pegaruh Jangka Pendek dan Jangka Panjang Jumlah Uang Beredar (JUB), Pembiayaan
Mudharabah (PM), Kontribusi Pertumbuhan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia Periode 2007 sampai dengan 2010.
PDB (Y)
JUB (X1 )
PM (X2)
ZIS (X 3)
Uji Normalitas
Uji Linieritas
Tidak Stasioner
Uji Derajat Integrasi
Unit Root Test
Stasioner
Uji kointegrasi
Uji asumsi klasik
Uji error correction model
(ECM)
Kesimpulan dan Implikasi
H. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
masalah yang diajukan dan jawaban itu masih diuji secara empiris
71
kebenarannya. Adapun perumusan hipotesis penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. H0 : Diduga JUB (X1) tidak ada pengaruh jangka pendek dan
panjang terhadap Pertumbuhan Ekokonomi di Indonesia.
H1 : Diduga JUB (X1) ada pengaruh jangka pendek dan jangka
panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.
2. H0 : Diduga PM (X2) tidak ada pengaruh jangka pendek dan
jangka
panjang
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
di
Indonesia.
H1
: Diduga PM (X2) ada pengaruh jangka pendek dan jangka
panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.
3. H0 : Diduga Pertumbuhan ZIS (X3) tidak ada kontribusi jangka
pendek
dan
jangka
panjang
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia.
H1 : Diduga Pertumbuhan ZIS (X3) ada kontribusi jangka
pendek
dan
jangka
panjang
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi di Indonensia.
72
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh
Jumlah Uang Beredar (JUB), Pembiayaan Mudharabah (PM) dan
Penerimaan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Indonesia.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan
data runtun waktu (time series) dengan data bulanan dimulai dari Januari
2007 sampai dengan Desember 2010 .
B. Teknik Penentuan Sampel
“Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi
yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian” (Kuncoro,2009:118).
Metode sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quota
sampling. Dalam penentuan sampel ini menggunaka Metode Quota
Sampling. Metode Quota Sampling yaitu:
“ Sampel yang digunakan memastikan bahwa berbagai subgroup
dalam populasi telah terwakili dengan berbagai karakteristik
sampel sampai batas tertentu seperti yang dikehendaki oleh
peneliti” (Kuncoro,2009:140).
Statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Statistik
Bulanan Bank Indonesia, Statistik Biro Pusat Statistik (BPS) dan Statistik
Forum Zakat (FOZ).
73
C. Metode Pengumpulan data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Field Research
Data yang digunakan adalah data sekunder. Definisi data sekunder yaitu
“Data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan
dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data” (Kuncoro,2009:148).
Data ini seperti referensi dari Bank Indonesia (BI), Biro Pusat Statistik
(BPS) dan Forum Zakat (FOZ) yang diambil dari 33 LAZ dan BAZ.
2. Library research
Pada penelitian ini memperoleh bahan yang diperlukan untuk
mendukung penelitian antara lain melalui Al-Qur’an, buku-buku, jurnal,
media massa, kliping-kliping, dan makalah-makalah yang berkaitan
dengan penelitian tersebut.
3. Internet Research
Pada penelitian ini memperoleh bahan dengan menggunakan teknologi
yang berkembang yaitu internet data karena ilmu selalu berkembang.
D. Metode Analisis
Dalam penelitian ini untuk mengetahui analisis pengaruh Jumlah
Uang Beredar (JUB), Pembiayaan Mudharabah (PM) dan Kontribusi
Pertumbuhan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) terhadap Pertumbuhan
Ekonomi dengan menggunakan metode Regresi Linier Berganda dengan
74
menggunakan metode Error Correction Model. “Error Correction
Mechanism (ECM) adalah teknik untuk mengoreksi ketidakseimbangan
jangka pendek menuju keseimbangan jangka panjang” (Nachrowi,2006:371).
Error Correction Model adalah Model koreksi kesalahan adalah sistem
dinamik dengan karakteristik bahwa deviasi dari keadaan saat ini dari
hubungan jangka panjang akan dimasukkan ke dalam dinamika jangka
pendek.
Dalam penelitian ini menggunakan data linier karena dari dalam
penelitian data sudah data yang linier. Maka dalam penelitian ini dilakukan
beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel dependent, variabel independent atau keduanya
mempunyai distribusi normal ataukah tidak. “ Model regresi yang baik
adalah distribusi data normal atau mendekati normal “ (Gujarati,
2006:47).
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Data yang
dinilai normal maka baik untuk dilanjutkan sebagai bahan penelitian.
Langkah-langkah pengujian normailtas data sebagai berikut:
Hipotesis:
75
Ho: Model Normal
Ha: Model Tidak Normal
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Signifikan, Ho diterima
Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Tidak signifikan, Ho ditolak
2. Uji Linieritas
Uji yang sangat populer untuk menguji masalah linieritas adalah
uji yang dikembangkan oleg J.B Ramsey tahun 1969 untuk lebih dikenal
dengan nama Ramsey RESET Test. Uji ini biasanya didesain untuk
menguji apakah suatu variabel penjelas cocok atau tidak dimasukkan
dalam suatu model estimasi. Akan tetapi menurut Kennedy (1996) dalam
Insukindro (2003) uji yang dikembangkan oleh J.B Ramsey ini
digunakan untuk menguji apakah bentuk fungsi suatu model estimasi
linier atau tidak linier.
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho: Model Linear
Ha: Model Tidak Linear
Bila probabilitas Chi-Square > 0.05 → Signifikan, Ho diterima
Bila probabilitas Chi-Square < 0.05 → Tidak signifikan, Ho ditolak
76
3. Uji Stasioner
a. Unit Root Test
Uji Phillips-Perron memasukkan adanya autokorelasi di
dalam variabel gangguan dengan memasukkan variabel independen
berupa kelambanan diferensi. Phillips-Perron (PP) membuat uji akar
unit dengan menggunakan metode statistik nonperametrik dalam
menjelaskan adanya autokorelasi antara variabel gangguan tanpa
memasukkan
variabel
penjelas
kelambanan
diferensi
(Widarjono,2007).
Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak
dengan cara membandingkan antara nilai statistik PP dengan nilai
kritisnya yaitu distribusi statistik Mackinnon. Jika nilai absolut
statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang diamati
menunjukkan stasioner dan jika sebaliknya nilai absolut staistik PP
lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner.
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho : Data tersebut tidak stasioner pada derajat Nol
Ha : Data tersebut stasioner pada derajat Nol
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
Jika PP t-statistik > PP kritis statistik (critical value α = ....%)
maka Ho ditolak
77
Jika PP t-statistik < PP kritis statistik (critical value α = ....%)
maka Ho diterima
* critical value, 5% atau 10%
b. Uji Derajat Integrasi
Data time series pada umumnya adalah data yang tidak
stasioner.
Untuk
menghindari
regresi
lancung
maka
harus
ditransformasikan data nonstasioner menjadi data stasioner.
Menurut Nachrowi dalam berbagai studi ekonometrika, data
time series sangat banyak digunakan. Namun dibalik pentingnya data
tersebut,
ternyata
data
time
series
‘menyimpan’
berbagai
permasalahan, salah satunya yaitu otokorelasi. Otokorelasi ini
merupakan penyebab yang mengakibatkan data menjadi tidak
stasioner, sehingga bila data dapat distasionerkan maka otokorelasi
akan hilang dengan sendirinya, karena metode transformasi data untuk
membuat data yang tidak stasioner sama dengan transformasi data
untuk menghilangkan otokorelasi.
Dalam uji akar unit Phillip-Perron bila menghasilkan
kesimpulan bahwa data tidak stasioner, maka diperlukan proses
diferensi data. Uji stasioner data melalui proses diferensi ini disebut uji
derajat integrasi.
Seperti uji akar unit Phillip-Perron, keputusan sampai pada
derajat keberapa suatu data akan stasioner dapat dilihat dengan
78
membandingkan antara nilai statistik Phillip-Perron yang diperoleh
dari koefisien y dengan nilai kritis distribusi statistik Mackinnon. Jika
nilai absolut dari statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya pada
diferensi tingkat pertama, maka data dikatakan stasioner pada derajat
satu. Akan tetapi, jika nilainya lebih kecil maka uji derajat integrasi
perlu dilanjutkan pada diferensi yang lebih tinggi sehingga diperoleh
data yang stasioner. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho : Data tersebut tidak stasioner pada derajat 1, 2, ........ dst
Ha : Data tersebut stasioner pada derajat 1, 2, .........dst
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
Jika PP t-statistik > PP kritis statistik (critical value α = ....%)
maka Ho ditolak
Jika PP t-statistik < PP kritis statistik (critical value α = ....%)
maka Ho diterima
4. Uji Kointegrasi
Data time series yang tidak stasioner kemungkinan besar akan
menghasilkan regresi lancung (spurious regression). Regresi lancung terjadi
jika koefisien determinasi cukup tinggi tapi hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen tidak mempunyai makna. Hal ini terjadi
karena hubungan keduanya yang merupakan data time series hanya
79
menunjukkan trend saja. Jadi tingginya koefisien determinasi karena trend
bukan karena hubungan antar keduanya.
Berdasarkan uji stasionaritas, apabila data varibel makro tidak
stasioner pada tingkat level sedangkan pada tingkat diferensi pertama, kedua
data menjadi stasioner, maka penelitian dapat dilanjutkan pada Uji
Kointegrasi.
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho : Tidak terdapat hubungan jangka panjang antara variabel independen
dan variabel dependen.
Ha : Terdapat hubungan jangka panjang antara variabel independen dan
variabel dependen.
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
Jika nilai trace statistic > nilai critical value maka Ho ditolak
Jika nilai trace statistic < nilai critical value maka Ho diterima
5. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat
multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Uji asumsi klasik
penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang linier tidak bias
dengan varian yang minimum (Best Linier Unbiased Estimator =
BLUE), yang berarti model regresi tidak mengandung masalah. Untuk itu
diperlukannya pendeteksian lebih lanjut, diantaranya:
80
a. Multikolinieritas
Menurut Nachrowi, “multikolinieritas adalah hubungan linier
antarvariabel bebas ” (Nachrowi,2006:95). Dalam membuat regresi
berganda, variabel yang baik adalah variabel bebas yang mempunyai
hubungan dengan variabel terikat, tetapi tidak mempunyai hubungan
dengan variabel bebas lainnya. Atau bisa juga, pengujian yang
dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan linier di antara
variabel-variabel bebas dalam model regresi.
Dalam penelitian ini, peneliti memakai aturan main yang
terdapat didalam buku Nachrowi, dikatakan terdapat multikolinieritas
apabila koefisien korelasi lebih dari 0,8. Jika koefisien korelasi
kurang dari 0.8 maka tidak terdapat multikolinieritas.
b. Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar taksiran
parameter dalam model regresi bersifat BLUE (best linier unbiased
efficient) maka var (u1) harus sama dengan σ (konstanta) atau bisa
dikatakan semua residual atau error mempunyai varian yang sama
kondisi ini disebut sebagai homoskedastis. Sedangkan bila varian
tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan heteroskedastis.
Pada praktiknya Heteroskedastis banyak ditemui pada data cross
section karena pengamatan dilakukan pada individu yang berbeda
pada saat yang sama, akan tetapi bukan berarti tidak terdapat pada
81
data time series dikarenakan ketika menganalisis perilaku data yang
sama dari waktu ke waktu fluktuasinya akan relatif lebih stabil
(Widarjono,2007). Dalam penelitian ini, untuk heteroskedastisitas
menggunakan Uji White (White’s General Heteroskedasticity Test).
Uji ini mengasumsikan bahwa varian error merupakan fungsi yang
mempunyai hubungan dengan variabel bebas, kuadrat masing-masing
variabel bebas dan interaksi antar variabel bebas. Dimana keputusan
ada tidaknya heteroskedastisitas bisa dilihat dari besar kecilnya nilai
Obs* R square.
H0 : Tidak ada heteroskedastisitas
H1 : Ada Heteroskedastisitas
Criteria Uji White adalah:
Bila Probabilitas Obs* R2 < 0.05 = H0 ditolak
Bila Probabilitas Obs* R2 > 0.05 = H0 diterima
Adapun dampak yang akan ditimbulkan dari heteroskedastis
tersebut, diantaranya akibat dari varian koefisien regresi yang lebih
besar maka akan mengandung berbagai konsekuensi yaitu interval
kepercayaan semakin lebar, uji hipotesis baik uji-t atau uji-f akan
terpengaruh yang berakibat uji hipotesis tidak akurat, dan pada
akhirnya akan membawa dampak pula pada keakuratan kesimpulan.
82
c. Autokorelasi
Autokolerasi adalah korelasi yang terjadi antar observasi
dalam satu variabel. Atau bisa juga didefiniskan bahwa autokolersi
adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan
menurut
waktu
atau
ruang
(
dalam
data
cross-section)
(Gujarati,2006). Biasanya autokolerasi ini terjadi pada data time
series. Autokolerasi terjadi jika observasi yang berturut-turut
sepanjang waktu mempunyai korelasi antara satu dengan yang
lainnya.
Dalam penelitian ini untuk melihat adanya autokorelasi atau
Breusch and Godfrey atau yang lebih dikenal dengan Uji Langrange
Multiplier.
Pada Uji Lagrange Multiplier:
H0 : Tidak ada autokorelasi
Ha : Ada autokorelasi
Dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5% dan menggunakan distribusi
Chi-square, maka:
Jika Prob Chi-square < 0.05 Maka H0 ditolak
Jika Prob Chi-square < 0.05 Maka H0 diterima
6. Uji Error Correction Model (ECM)
“ Error Correction Mechanism (ECM) adalah teknik untuk
mengoreksi ketidakseimbangan jangka pendek menuju keseimbangan
83
jangka panjang” (Nachrowi,2009:371). Model ini untuk koreksi
kesalahan adalah sistem dinamik dengan karakteristik bahwa deviasi
dari keadaan saat ini dari hubungan jangka panjang akan dimasukkan
ke dalam dinamika jangka pendek.
Pada penelitian ini menggunakan ECM karena memiliki
keunggulan dapat melihat pengaruh jangka pendek dan jangka panjang.
Proses analisis yang akan dilakukan terdiri dari Unit Root Test dan Uji
derajat Integrasi, Uji kointegrasi, asumsi klasik serta pendekatan ECM.
Hubungan penerimaan ZIS dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
dapat diformulasikan sebagai berikut:
PDBt = f ( JUBt, PMt, ZISt )
model ECM, ditulis:
Yt = β0 + β1 X1t + β2 X2t + β3 X3t + β4 ECT …………………..…. (7)
Keterangan:
DlnPDBt = β0 + β1 DlnJUBt + β2 DlnPMt + β3 DlnZISt + β4 DlnJUBt-1 + β5 DlnPMt-1 + β6 DlnZISt-1+ β7 ECT ……. (8)
Y
= Pertumbuhan Ekonomi (PDB)
(dalam rupiah)
X1
= Jumlah Uang Beredar (JUB)
(dalam rupiah)
X2
= Pembiayaan Mudharabah (PM)
(dalam rupiah)
84
X3
= Penerimaan ZIS
(dalam rupiah)
DlnPDBt
= Produk Domestik Bruto
DlnJUBt
= Jumlah Uang Beredar (Jangka Pendek)
DlnPMt
= Pembiayaan Mudharabah (Jangka Pendek)
DlnZISt
= Penerimaan ZIS (Jangka Pendek)
DlnJUBt-1
= Jumlah Uang Beredar (Jangka Panjang)
DlnPMt-1
=Pembiayaan Mudharabah (Jangka Panjang)
DlnZISt-1
= Penerimaan ZIS (Jangka Panjang)
Β0
= Konstanta
β1, β2, β3, β4
= Koefisien regresi
ECT
= Error Correction Term
E. Operasional Variabel
1. Variabel Bebas (Independent variable)
Variabel
independen
identik
dengan
variabel
bebas,
penjelas,
explanatory variable. Variabel ini biasanya dianggap sebagai “ variabel
prdiktor atau penyebab karena memprediksi atau menyebabkan variabel
dependen ” (Kuncoro,2009:50).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas sebagai berikut:
a. Jumlah Uang Beredar (JUB)
Uang secara luas (M2) adalah sesuatu yang dapat diterima secara
umum sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau
85
sebagai alat pembayaran hutang sebagai alat untuk melakukan
pembelian barang dan jasa. M2 menggunakan satuan rupiah.
b. Pembiayaan Mudharabah (PM)
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di
mana pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah
modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian
pembagian keuntungan. Pada penelitian ini pembiayaan mudharabah
berkontribusi kepada modal investasi yang akan berpengaruh kepada
pertumbuha ekonomi. Pembiayaan Mudharabah menggunakan
satuan rupiah.
c. Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS).
Secara terminologis, zakat berarti mengeluarkan sebagian harta
dengan persyaratan tertentu untuk diberikan kepada kelompok
tertentu (mustahik) dengan persyaratan tertentu pula. Infak adalah
penggunaan harta untuk memenuhi kebutuhan (sharful maal ilal
haajah). Sedekah adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir,
orang yang membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak
menerima shadaqah, tanpa disertai imbalan. Dalam penelitian ini,
ZIS menggunakan satuan rupiah.
2. Variabel Terikat (Dependent variable)
“ Variabel terikat identik dengan variabel terikat, yang dijelaskan atau
dependent variable “ (Kuncoro,2009:50). Pada penelian ini, variabel
86
terikatnya adalah Produk Domestik Bruto (PDB). PDB adalah nilai pasar
dari semua barang dan jasa akhir (final) produksi dalam batas wilayah
suatu negara (domestic) selama satu tahun. Pada penelitian ini, data PDB
menggunakan PDB harga konstan tahun dasar 2000 dengan satuan
rupiah.
87
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB)
Pendapatan Nasional dapat diartikan jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan suatu negara pada periode tertentu biasanya satu tahun.
Perhitungan PDB ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara
yang bersangkutan. Di dalam perekonomian, di negara maju maupun
negara berkembang, barang dan jasa diproduksi bukan saja oleh
perusahaan milik produk negara tersebut tetapi penduduk negara lain.
Berdasarkan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa produk domestik
bruto yang tertinggi terjadi pada Desember 2010 sebesar Rp.195.154
milyar sedangkan produk domestik bruto yang terendah terjadi Januari
2007
sebesar
Rp.157.354
milyar.
Berdasarkan
gambar
diatas
pertumbuhan produk domestik bruto ditiap bulannya umumnya
meningkat terlihat pada gambar 4.1.
Indonesia merupakan negara small open economy sehingga imbas
dari krisis finansial global tahun 2008 sangat mempengaruhi kondisi
perekonomian dalam negeri. Salah satu dampak dari krisis finansial global
adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan tumbuh mencapai
88
6,1% pada tahun 2008 atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
tahun 2007 sebesar 6,3% (www.bi.go.id).
Gambar 4.1
Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB)
PDB
250000000000000
200000000000000
150000000000000
100000000000000
50000000000000
0
2007
5
9
2008
5
9
2009
5
9
2010
5
9
PDB
Sumber: Biro Pusat Statistik 201
Dampak negatif yang ditimbulkan dari krisis global ini diantaranya kinerja
neraca pembayaran yang menurun, tekanan pada nilai tukar Rupiah dan
dorongan pada laju inflasi.
Dalam menangani krisis global ini, Pemerintah melalui Bank
Indonesia (BI) menerapkan beberapa kebijakan diantaranya: pertama,
Kebijakan dalam sektor moneter. BI mengarahkan kebijakan pada
penurunan tekanan inflasi yang didorong oleh tingginya permintaan
agregat dan dampak lanjutan dari kenaikan harga BBM yang sempat
mendorong inflasi mencapai 12,14 % pada bulan September 2008. Untuk
mengantisipasi berlanjutnya tekanan inflasi, BI menaikkan BI rate dari 8
persen secara bertahap menjadi 9,5 persen pada oktober 2008. Dengan
kebijakan
moneter
tersebut
ekspektasi
inflasi
masyarakat
tidak
89
terakselerasi lebih lanjut dan tekanan neraca pembayaran dapat dikurangi.
Selanjutnya, memasuki triwulan II-2008, seiring dengan turunnya
harganya komoditi dunia serta melambatnya permintaan agregat sebagai
imbas dari krisis keuangan global, BI memperkirakan tekanan inflasi ke
depan menurun, sehingga BI rate pada bulan Desember 2008 diturunkan
sebesar 25 basis point (bps) menjadi 9,25 bps.
Kedua, kebijakan dalam sector perbankan. Kebijakan dalam sektor
perbankan lainnya adalah meningkatkan kapasitas pelayanan industri
perbankan syariah. Sistem perbankan syariah terbukti lebih tahan terhadap
hantaman krisis. Sistem perbankan ini juga sudah mulai digiatkan oleh
negara-negara non-muslim seperti Inggris, Italia, Hong Kong, China,
Malaysia, dan Singapura. Bahkan menurut anggota Komite Ahli Bank
Indonesia, perbankan syariah tetap stabil di saat krisis glonal berlangsung
dikarenakan perbankan syariah merupakan pilihan yang komprehensif,
progresif dan menguntungkan.
Seiring dengan semakin dalamnya tekanan krisis global, sejak
semester II-2008, kebijakan perbankan ditujukan pada upaya mengurangi
imbas krisis global pada perbankan domestik. Keketatan likuiditas yang
terjadi akibat krisis disikapi BI dengan mempermudah akses bank umum
dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) terhadap fasilitas pendanaan. Namun
upaya tersebut tetap dilakukan BI dengan memperhatikan risiko yang
terjadi pada perbankan nasional serta dampak yang lebih luas pada
90
perekonomian rakyat. Untuk itu, upaya menjaga ketersediaan pendanaan
bagi sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sebagai bantalan
perekonomian
rakyat,
juga
senantiasa
dicermati.
Terkait dengan kebijakan di sektor perbankan ini, BI telah
mengeluarkan ketentuan-ketentuan yang bertujuan untuk memberikan
ruang
bagi perbankan dalam
menyalurkan
kredit
dengan tetap
memperhatikan unsur kehati-hatian dan kestabilan ekonomi secara umum.
Ketentuan-ketentuan
tersebut
mencakup
beberapa
hal
seperti:
memperpanjang masa transisi penerapan Basel II untuk perhitungan beban
modal risiko operasional, menyederhanakan tatacara pembukuan kantor
bank (termasuk syariah), menyesuaikan bobot Aset Tertimbang Menurut
Resiko (ATMR) untuk Kredit Usaha Kecil dengan skim penjaminan,
menyesuaikan
tatacara
penilaian
kredit
dalam
jumlah
tertentu,
memberikan fasilitas transaksi USD repurchase agreement (repo) bank
kepada BI,
dan mengurangi kewajiban pembentukan penyisihan
penghapusan aktiva non produktif.
Ketiga, kebijakan di sektor pembayaran. BI turut berupaya
mencegah krisis global terhadap kelancaran sistem pembayaran nasional.
Dalam mencegah risiko sistemik dari risiko gagal bayar peserta yang
cenderung meningkat pada kondisi krisis dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran, BI telah melakukan perubahan jadwal setelmen sistem
pembayaran pada hari tertentu. Kebijakan BI dalam sistem pembayaran
91
terus dilakukan untuk meningkatkan pengedaran uang yang cepat, efisien,
aman, dan handal, meningkatkan layanan kas prima, dan meningkatkan
kualitas uang. Sementara kebijakan non tunai diarahkan untuk memitigasi
risiko sistem pembayaran melalui pengawasan sistem pembayaran,
mengatur kegiatan money remittances, meningkatkan efisiensi pengelolaan
rekening pemerintah, dan meningkatkan pembayaran non tunai.
Setelah mengalami gejolak yang cukup tajam pada tahun 2008,
perekonomian pada tahun 2009 relatif stabil. Suku bunga BI rate telah
turun sampai 6,50% jauh dibawah tingkat suku bunga yang berlaku pada
tahun 2008 dan juga pada tahun 2007. Pada akhir 2009 rupiah telah
menguat kembali dan berada pada level Rp. 9400 per US dollar atau sama
dengan level pada tahun 2007. Demikian juga harga BBM kembali turun
menjadi Rp. 4500 per liter.
Dengan tingkat harga berbagai komoditi yang kembali melemah
pada tahun 2009 setelah mencapai puncaknya pada tahun 2008, maka
inflasi cenderung rendah. Pada tahun 2009 inflasi hanya mencapai 2,78%
atau merupakan tingkat inflasi terendah dalam sepuluh tahun terakhir ini.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2009 terutama didukung oleh
pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah masingmasing 4,7% dan 10,2%. Sementara ekspor dan impor mengalami
penurunan. Ekspor mengalami penurunan sebesar 8,2% dan impor sebesar
18,3%
92
Pertumbuhan PDB Indonesia masih bisa tumbuh positif walaupun
ekspor menurun karena peranan pengeluaran sektor konsumsi yang besar
dalam ekonomi Indonesia. Pada tahun 2009 peran konsumsi rumah tangga
terhadap PDB mencapai 58% sedangkan ekspor hanya 23,5%, sehingga
ketika pasar ekspor melemah akibat sedang krisis finansial yang sedang
dihadapi negara besar yang menjadi tujuan ekspor utama Indonesia,
ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh dengan mengandalkan pasar
domestik.
2. Perkembangan Jumlah Uang Beredar (M2)
Pengertian uang secara luas adalah sesuatu yang dapat diterima
secara umum sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau
sebagai alat pembayaran hutang sebagai alat untuk melakukan pembelian
barang dan jasa (Kasmir,2002). Variabel Jumlah uang beredar yang
digunakan adalah jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) atau
likuiditas perekonomian dalam satuan milyar rupiah. Menurut Sadono
Sukirno (2004), M2 merupakan perluasan dari definisi M1 dengan uang
kuasi. Uang Kuasi adalah bentuk kekayaan yang sangat likuid terdiri dari
deposito berjangka atau rekening tabungan pada bank.
Berdasarkan gambar 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah uang
beredar yang tertinggi terjadi pada Desember 2010 sebesar 2.469.399
Milyar, sedangkan jumlah uang beredar yang terendah terjadi pada
93
Januari 2007 sebesar 1.363.907 Milyar. Berdasarkan gambar diatas
pertumbuhan jumlah uang beredar ditiap bulannya cenderung meningkat.
Gambar 4.2
Perkembangan Jumlah Uang Beredar (JUB)
JUB
3000000
2000000
1000000
JUB
JAN '07
APR
JUL
OKT
JAN '08
APR
JUL
OKT
JAN '09
APR
JUL
OKT
JAN '10
APR
JUL
OKT
0
Sumber: Bank Indonesia, 2011
Jumlah uang beredar (M 2) bergantung pada pendapatan riil
masyarakat
yang
meningkat
yang
diiringi
dengan
kestabilan
perekonomian. Naik turunnya jumlah uang beredar diperkirakan karena
basis moneter tersebut. Kenaikan basis moneter menyebabkan kenaikan
yang proporsional pada jumlah uang yang beredar. Sedangkan penurunan
rasio pada jumlah uang beredar dapat dikarenakan oleh lesunya kegiatan
perekonomian di suatu negara.
Permintaan akan uang oleh masyarakat, dapat mendorong gairah
berinvestasi baik di sektor finansial maupun di sektor riil. Jumlah uang
beredar di masyarakat bila dimanfaatkan secara bijak dengan
memperhatikan kegiatan sektor riil, akan memberi nilai positif pada
peningkatan ekonomi negara. Investasi masyarakat di sektor finansial
94
memiliki manfaat dalam pengumpulan modal usaha. Modal usaha yang
terkumpul sudah sewajarnya untuk disalurkan pada sektor-sektor industri
(sektor riil) yang pada akhirnya akan menciptakan keadaan ekonomi
yang seimbang.
3. Perkembangan Pembiayaan Mudharabah (PM)
Bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik
modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola
(mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Pembiayaan
mudharabah salah satu bentuk kerjasama yang cukup banyak peminatnya,
terbukti dengan peningkatan pembiayaan mudharabah dari tahun ke tahun.
Dapat dilihat dari gambar berikut:
Gambar 4.3
Perkembangan Pembiayaan Mudharabah
PM
15000
10000
5000
PM
JAN '07
APR
JUL
OKT
JAN '08
APR
JUL
OKT
JAN '09
APR
JUL
OKT
JAN '10
APR
JUL
OKT
0
Sumber: Bank Indonesia, 2010
Berdasarkan
gambar
4.3
dapat
terlihat
bahwa
pembiayaan
mudharabah mengalami kenaikkan dari tahun ke tahun. Pembiayaan
Mudharabah yang paling tertinggi di Desember 2010 sebesar Rp. 11.398
milyar, dan yang paling rendah di Januari 2007 sebesar Rp. 4.000 milyar.
95
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak
ukur keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Bank muamalat sebagai
bank syariah pertama dan menjadi pioneer bagi bank syariah lainnya telah
lebih dahulu menerapkan system ini ditengah menjamurnya bank-bank
konvensional. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah
menenggelamkan bank-bank konvensional dan banyak yang dilikuidasi
karena
kegagalan
system
bunganya.
Sementara
perbankan
yang
menerapkan system syariah dapat tetap eksis dan mampu bertahan.
Tidak hanya itu, di tengah-tengah krisis keuangan global yang melanda
dunia pada penghujung akhir tahun 2008, lembaga keuangan syariah
kembali membuktikan daya tahannya dari terpaan krisis. Lembagalembaga keuangan syariah tetap stabil dan memberikan keuntungan,
kenyamanan serta keamanan bagi para pemegang sahamnya, pemegang
surat berharga, peminjam dan para penyimpan dana di bank-bank syariah.
Meskipun market share Bank Syariah tercatat sampai akhir tahun 2010
baru mencapai 3,2% tetapi pertumbuhan Bank Syariah lebih tinggi
dibandingkan
dengan
pertumbuhan
Bank
Konvensional.
Tercatat
pertumbuhan perbankan syariah tahun 2010 sebesar 26,5% dan
pertumbuhan
perbankan
konvensional
sebesar
12,5%
(pesantrenvirtual.com, diakses tanggal 17 oktober 2011 pukul 00.07) yang
memberikan sumbangsih kepada perekonomian Indonesia.
96
Langkah strategis pengembangan perbankan syariah yang telah di
upayakan adalah pemberian izin kepada bank umum konvensional untuk
membuka kantor cabang Unit Usaha Syariah (UUS) atau konversi sebuah
bank konvensional menjadi bank syariah. Langkah strategis ini merupakan
respon dan inisiatif dari perubahan Undang – Undang perbankan no. 10
tahun 1998. Undang-undang pengganti UU no.7 tahun 1992 tersebut
mengatur dengan jelas landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat
dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah.
Pada tahun 2010 terjadi perbedaan terbesar dimana persentase
pembiayaan mudharabah dan musyarakah hanya sebesar 29 persen
sedangkan pembiayaan murabahah sebesar 54 persen. Semestinya,
pembiayaan dengan akad mudharabah dan akad musyarakah harus lebih
banyak. Karena pada akad inilah karakteristik dasar perbankan syariah
terbentuk. Kedua akad tersebut merupakan akad dengan sistem bagi hasil.
Perbankan syariah dengan sistem bagi hasil inilah yang menjadi pembeda
dengan bank konvensional.
Semakin banyaknya masyarakat yang nyaman akan pembiayaan
mudharabah yang ditawarkan oleh Bank Syariah. Masyarakat Indonesia
pada dasarnya banyak yang memiliki keahlian dan pengalaman mengenai
berbagai macam usaha tapi hanya saja modal yang dimiliki kurang
memadai terutama modal berbentuk uang. Ini yang melatarbelakangi
pembiayaan mudharabah setiap tahunnya meningkat.
97
4. Perkembangan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS)
Dalam agama Islam, ZIS merupakan salah satu cara yang
digunakan dalam distribusi pendapatan sejak zaman Rasulullah Saw
sampai sekarang. Prinsip utama dalam ZIS ini adalah mendorong
peningkatan hasil kekayaan disertai dengan sirkulasi kekayaan yang
lancar, yang mengarah kepada pembagian kekayaan yang merata di
berbagai
kalangan
masyarakat
yang
berbeda.
Dalam
rangka
pemberdayaan ekonomi umat Islam dan mengentaskan kemiskinan perlu
adanya lembaga yang mampu dalam pengumpulan dan pendistribusian
dana zakat. Dengan demikian terbentuklah UU RI No. 38 Tahun 1999
tentang pengelolaan zakat dari tingkat pusat sampai daerah-daerah.
Di Indonesia sendiri terdapat Asosiasi Organisasi Pengelola Zakat
Indonesia yang diberi nama FOZ (Forum Zakat) yang berfungsi sebagai
wadah berhimpunnya Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil
Zakat (LAZ) di seluruh Indonesia. Lembaga ini didirikan pada hari
Juma’at tanggal 19 September 1997 oleh 11 lembaga yang terdiri
Dompet Dhuafa Republika, Bazis DKI Jakarta, Baitul Mal Pupuk
Kujang, Baitul Mal PT. Pupuk Kaltim, Baitul Mal Pertamina, Telkom
Jakarta, Bapekis Bank Bumi Daya, Lembaga Keuangan Syariah Bank
Muamalat Indonesia, PT. Internusa Hasta Buana dan Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Indonesia (STIE) Jakarta. Pada awal berdirinya, Forum
Zakat berbentuk yayasan, namun sejak Musyawarah Kerja Nasional I
98
(Mukernas I) tanggal 7-9 Januari 1999 status yayasan tersebut dirubah
menjadi asosiasi dengan Ketua Umumnya Drs. Eri Sudewo. Perubahan
badan hukum dari Yayasan menjadi asosiasi, kemudian dicatatkan di
notaris sebagai perkumpulan. Badan hukum perkumpulan inilah yang
sampai sekarang dimiliki oleh Forum Zakat, dan sudah dicatatkan di
lembaran Negara.
Adapun visi FOZ yaitu Menjadi asosiasi Organisasi Pengelola
Zakat (OPZ) yang amanah dan professional guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Dan dari Misi Forum Zakat:
1.
Mengarahkan organisasi pengelola zakat sehingga mencapai
optimalisasi mobilisasi dan sinergi zakat untuk mencapai positioning
zakat di Indonesia yang mensejahterakan.
2.
Melakukan capacity building terhadap OPZ agar memenuhi standard
manajemen mutu pengelola zakat baik tingkat nasional, maupun
internasional
3.
Menjadi fasilitator OPZ di dalam menjalankan fungsinya
4.
Melakukan advokasi dalam rangka memperkuat OPZ dan mewujudkan
cita ideal zakat di Indonesia.
5.
Melakukan standardisasi dan akreditasi terhadap OPZ sehingga sesuai
dengan standard manajemen mutu pengelola zakat.
99
Adapun pelaporan penerimaan ZIS di Indonesia yang dilakukan oleh FOZ
yang berasal dari beberapa LAZ maupun BAZ, sebagai berikut:
Gambar 4.4
Perkembangan Penerimaan ZIS di 33 LAZ dan BAZ
Sumber: Forum Zakat, 2010
Berdasarkan gambar 4.4 dapat dilihat bahwa secara umum
penerimaan ZIS di 33 LAZ/BAZ merangkak naik. Penerimaan ZIS
tertinggi berada di bulan Desember 2010 sebesar Rp. 66.387.977.776 dan
terendah berada di bulan Januari 2007 sebesar Rp. 16.281.671.803.
Semakin meningkatnya penerimaan ZIS ini ditandai demgan semakin
meningkatnya masyarakat untuk menyalurkan dana ZIS ke BAZ/LAZ
khususnya sesuai dengan UU No. 38/1999 tentang pengelolaan zakat,
dimana penyaluran ZIS melalui LAZ ataupun BAZ mempunyai peranan
penting dalam pengembangan daerah sekitar. Tercatat sampai tahun 2010,
BAZ dan LAZ yang melaporkan dana ZIS yang diperoleh kepada Forum
Zakat (FoZ) terdapat 33 LAZ maupun BAZ, diantaranya:
100
Tabel 4.1
Lembaga Amil Zakat dan Badan Amil Zakat di FOZ
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Nama LAZ/BAZ
No.
Al-Azhar Peduli Ummat 21
BAZNAS
22
Baitul Maal
Hidayatullah
23
Baitul Maal Muamalat
24
Batulzzakah Pertamina 25
BAMUIS BNI
26
BAZIS DKI Jakarta
27
BPZIS Mandiri
28
BSM Ummat
29
Dompet Dhuafa
30
DPU Darut Tauhid
31
DSNI
32
LAGZIS Malang
33
LAZ Amanah Takaful
LAZ Dewan Dakwah
LAZIS Yaumil Bentang
LAZ GA
LAZ Muhammadiyah
LAZ NU
LAZ Persis
Nama LAZ/BAZ
Portal Infaq
Pos Keadilan Peduli Umat
Pupuk Kaltim
Pupuk Kujang
Rumah Zakat
YBM BRI
Rumah Yatim
YDSF
Lembaga Manajemen Infaq
Solo Peduli
Baytul Maal Bogor
Rumah Amal
PPPA Darul Qur'an
Sumber: FOZ, 2010
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
Semua data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
time series mulai dari periode Januari 2007 – Desember 2010. Penelitian ini
menggunakan data PDB sebagai variabel dependen (variabel terikat).
Sedangkan variabel independen (variabel bebas) terdiri dari Jumlah Uang
Beredar (JUB), Pembiayaan Mudharabah (PM) dan Penerimaan ZIS yang di
laporkan ke FoZ (Forum Zakat)
101
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, model yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Error Correction Model (ECM). Model ECM
digunakan untuk menguji spesifikasi moel dan kesesuaian teori dengan
kenyataan.
Pengolahan
data
dilakukan
secara
elektronik
dengan
menggunakan Microsoft Excel 2007 dan Eviews 6.0 untuk mempercepat
perolehan hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti.
Pembahasan penelitian sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel dependent, variabel independent atau keduanya
mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik
adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
Tabel 4.2
Uji Normalitas
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
JUB
1.84E+15
1.88E+15
2.47E+15
1.36E+15
3.03E+14
0.075411
1.931119
PDB
5.27E+14
5.27E+14
5.94E+14
4.48E+14
3.78E+13
-0.112268
2.254022
PM
7.85E+12
7.15E+12
1.14E+13
4.00E+12
2.59E+12
0.097162
1.490070
ZIS
1.07E+12
9.74E+11
2.22E+12
3.02E+11
5.71E+11
0.409793
1.973611
Jarque-Bera
Probability
2.330507
0.311844
1.213799
0.545038
4.635299
0.098505
3.450390
0.178138
Sum
Sum Sq. Dev.
8.82E+16
4.31E+30
2.53E+16
6.73E+28
3.77E+14
3.16E+26
5.11E+13
1.53E+25
48
48
48
48
Observations
Sumber: Lampiran 2
Pada tabel 4.2 menggambarkan bahwa data dalam penelitian ini
sudah berdistribusi normal, terlihat pada nilai probabilitas lebih dari
102
derajat kepercayaan dalam hal ini 0.05 (5%). Menurut Winarno
menyatakan bahwa, “ Jika nilai Probabilitasnya bernilai lebih dari 0.05
maka data dapat dikatakan hasir regresi tersebut sudah berdistribusi
normal ” (2009:5.39).
2. Uji Linieritas
Uji yang sangat populer untuk menguji masalah linieritas adalah
uji yang dikembangkan oleg J.B Ramsey tahun 1969 untuk lebih dikenal
dengan nama Ramsey RESET Test. Uji ini biasanya didesain untuk
menguji apakah suatu variabel penjelas cocok atau tidak dimasukkan
dalam suatu model estimasi. Akan tetapi menurut Kennedy uji yang
dikembangkan oleh J.B Ramsey ini digunakan untuk menguji apakah
bentuk fungsi suatu model estimasi linier atau tidak linier.
Tabel 4.3
Hasil Ramsey RESET Test
Ramsey RESET Test:
F-statistic
Log likelihood ratio
5.956416
6.227055
Prob. F(1,43)
Prob. Chi-Square(1)
0.0189
0.0126
Sumber: Lampiran 3
Dari
Uji
Linieritas
yang
digambarkan
pada
tabel
4.3
menggambarkan bahwa penelitian dengan model DPDBt = β0 + β1 DJUBt
+ β2 DPMt + β3 DZISt + β4 ECT dikatakan belum linier, dikarenakan nilai
dari Prob. Chi-Square sebesar 0.0126 > 0.05. Sehingga dalam penelitian
ini dapat disimpulkan pada penelitian ini data belum berdistribusi normal
pada model ini dan perlu adanya ditransformasikan data dalam bentuk ln.
103
Berikut adalah hasil transformasi data untuk diuji linieritas:
Tabel 4.4
Hasil Ramsey RESET Test Transformasi
Ramsey RESET Test:
F-statistic
Log likelihood ratio
0.055520
0.061936
Prob. F(1,43)
Prob. Chi-Square(1)
0.8148
0.8035
Sumber: Lampiran 3
Dari hasil tabel 4.4 dikatakan bahwa model setelah ditransformasikan
kebentuk log dikatakan sudah linier.
3. Uji Stasioner
a. Uji Akar Unit
Pengujian akar unit untuk semua variabel menggunakan
analisis time series perlu dilakukan untuk memenuhi keabsahan
analisis Error Correction Model (ECM). Dalam hal ini data harus
bersifat stasioner yang berarti tidak terlalu besar dan mempunyai
kecenderungan mendekati nilai rata-rata.
Uji akar unit dipandang sebagai uji stasioneritas karena
pengujian ini pada prinsipnya bertujuan untuk mengamati apakah
koefisien tertentu dari model otoregresif yang ditaksir mempunyai
nilai satu atau tidak.
Tahap awal yaitu menguji setiap varibel agar diketahui
stasioner atau tidaknya data yang digunakan dalam penelitian ini.
104
Tabel 4.5
Hasil Estimasi Phillip Perron Pada Level-Intercept
Variabel
Nilai t-Statistik
PP
Nilai Kritis
Statistik PP
Kesimpulan
LNPDB
LNJUB
LNPM
LNZIS
-0.963797
0.145567
-1.647364
-11.03373
-2.925169
-2.925169
-2.925169
-2.925169
Tidak Stasioner
Tidak Stasioner
Tidak Stasioner
Tidak Stasioner
Sumber: Lampiran 4
Hasil pada tabel 4.5 menunjukkan hasil uji akar dengan
menggunakan PP test pada tingkat level. Dari tabel di atas tersebut
dapat diketahui bahwa nilai t-statistik PP masing-masing variabel
tidak stasioner
pada derajat keyakinan 5%, dikarenakan nilai t-
statistik PP lebih besar dari nilai kritis statistik PP tabel. Oleh karena
itu perlu dilanjutkan dengan uji derajat integrasi pertama.
b. Uji Derajat Integrasi
Dalam Uji PP menghasilkan kesimpulan bahwa data belum
stasioner. Oleh karena itu, harus dilakukan Uji Derajat Integrasi. Hasil
diatas menunjukkan hasil uji akar dengan menggunakan PP test pada
tingkat First Difference - Intercept. Dari tabel di atas tersebut dapat
diketahui bahwa nilai t-statistik PP masing-masing variabel tidak
stasioner pada derajat keyakinan 5%, dikarenakan mayoritas memiliki
nilai t-statistik PP lebih besar dari nilai kritis statistik PP tabel. Oleh
karena itu perlu dilanjutkan dengan uji derajat integrasi pertama –
105
trend and intercept. Hasil dari Uji Derajat Integrasi Pertama sebagai
berikut:
Tabel 4.6
Hasil Estimasi Akar Unit Pada Derajat Integrasi
Pertama - Intercept
Variabel
LNPDB
LNJUB
LNPM
LNZIS
Nilai t-Statistik
PP
-7.629631
-7.916557
-7.498998
-0.928015
Nilai Kritis
Statistik PP
-2.926622
-2.926622
-2.926622
-2.926622
Kesimpulan
Tidak Stasioner
Tidak Stasioner
Tidak Stasioner
Tidak Stasioner
Sumber: Lampiran 4
Hasil dari table 4.6 menunjukkan hasil uji akar dengan menggunakan
PP test pada derajat intergrasi pertama belum stasioner.
Tabel 4.7
Hasil Estimasi Akar Unit Pada Derajat Integrasi
Pertama – Trend and Intercept
Variabel
LNPDB
LNJUB
LNPM
LNZIS
Nilai t-Statistik
PP
-7.505506
-7.800633
-7.884673
-4.689925
Nilai Kritis
Statistik PP
-3.510740
-3.510740
-3.510740
-3.510740
Kesimpulan
Stasioner
Stasioner
Stasioner
Stasioner
Sumber: Lampiran 4
Dari tabel di atas tersebut dapat diketahui bahwa nilai t-statistik PP
masing-masing variabel sudah stasioner pada derajat keyakinan 5%,
dikarenakan nilai t-statistik PP lebih besar dari nilai kritis statistik PP
tabel.
106
4. Uji Kointegrasi
Setelah diuji stasioner dan diyakini seluruh variabel yang diamati
merupakan variabel yang sudah stasioner dan memiliki derajat yang
sama, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji kointegrasi untuk
melihat jangka panjang dari model tersebut. “ Uji kointegrasi harus
diyakini memiliki derajat integrasi yang sama atau tidak " (
Insukindro,1993:261).
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah pada variabel ini
terdapat hubungan jangka panjang terhadap variabel independen terhadap
variabel dependen.
Tabel 4.8
Nilai Regresi Uji Kointegrasi
Null Hypothesis: D(RESID01) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Bandwidth: 7 (Newey-West using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-7.781210
-4.170583
-3.510740
-3.185512
0.0000
Sumber: Lampiran 5
Dari hasil estimasi di atas dapat dilihat nilai nilai PP Test Statistic
> Test Critical values 5%, ini menandakan bahwa terdapat pengaruh
jangka panjang dari variabel independen terhadap variabel dependen.
Adanya indikasi hubungan keseimbangan jangka panjang belum dapat
digunakan sebagai bukti bahwa terdapat hubungan jangka pendek.
Sehingga untuk mengetahui itu harus diuji Error Correction Model
107
(ECM). Sebelum menuju Uji ECM harus dilakukan Uji Asumsi Klasik
terlebih dahulu.
5. Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi Klasik digunakan untuk melihat apakah hasil estimasi
tersebut mempunyai penyakit atau tidak maka dilakukan pengujian
asumsi klasik ini. Penyakit yang dimaksud disini yaitu multikolinieritas,
heteroskedastisitas, dan autikorelasi di dalam model penelitian. Sehingga
dapat diketahui bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) yang
berarti tidak ada gangguan serius terhadap asumsi klasik dalam metode
kuadrat kecil tunggal (OLS).
a. Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas ini dilakukan untuk melihat apakah
terdapat ada atau tidaknya hubungan (korelasi) yang signifikan antar
variabel
independen
dalam
model
regresi.
Deteksi
adanya
multikolinieritas dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial
antar variabel independen. Dengan melihat nilai koefisien korelasi (r)
antar variabel independen. Dari hasil tabel uji multikolinieritas
dengan correlation matrix di atas terlihat bahwa koefisien korelasi
ada yang bernilai diatas 0.8, sehingga dapat disimpulkan variabelvariabel independen ini terdapat multikolinieritas. Hasil pengujian
milrikolinierita menggunakan uji korelasi (r) dapat dilihat sebagai
berikut:
108
Tabel 4.9
Hasil Uji Correlation Matrix
LNJUB
LNPM
LNZIS
LNJUB
LNPM
LNZIS
1
0.9746418332605923 0.9932450734475724
0.9746418332605923
1
0.9862657591374114
0.9932450734475724 0.9862657591374114
1
Sumber: Lampiran 6
Dalam penelitian ini apabila terdapat multikolinieritas dapat
diabaikan
karena
estimatornya
masih
dapat
bersifat
BLUE
(Wahyu,2009:5.7). Sifat BLUE tidak terpengaruh oleh ada tidaknya
korelasi antarvariabel independen. Namun harus diketahui bahwa
multikolinieritas akan menyebabkan SE yang besar.
b. Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar taksiran parameter
dalam model regresi bersifat BLUE (best linier unbiased efficient)
maka var (u 1) harus sama dengan σ (konstanta) atau bisa dikatakan
semua residual atau error mempunyai varian yang sama kondisi ini
disebut sebagai homoskedastis. Sedangkan bila varian tidak konstan
atau berubah-ubah disebut dengan heteroskedastis. Untuk mendeteksi
heteroskedastisitas menggunakan uji white. Dari tabel diketahui bahwa
koefisien Obs*R-Squared bernilai 3.605459, nilai probabilitas dari
Chi-Square sebesar 0.6075 yang lebih besar dari nilai 0.05 α=5% maka
H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model ini tidak
terdapat heteroskedastisitas.
109
Adapun hasil yang diperoleh untuk menguji heteroskedastisitas
seperti berikut ini:
Tabel 4.10
Hasil Uji White Heteroskedasticity Test
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic
Obs*R-squared
Scaled explained SS
0.682198
3.605459
9.706855
Prob. F(5,42)
Prob. Chi-Square(5)
Prob. Chi-Square(5)
0.6394
0.6075
0.0840
Sumber: Lampiran 6
c. Autokorelasi
Untuk menguji Autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan
Uji Langrange Multiplier (LM-test). Uji ini sangat berguna untuk
mengidentifikasi masalah ini ada atau tidaknya autokorelasi dalam
penelitian ini. Jika probabilitas Chi-square lebih besar dari tingkat
signifikansi 5% maka dapat disimpulkan tidak adanya autokorelasi
dalam penelitian tersebut.
Hasil regresi LM-test tersebut menghasilkan nilai Obs.*Rsquared sebesar 17.25043 nilai probabilitas dari Chi-Square sebesar
0.0002 lebih kecil dari nilai α sebesar 0.05 (5%) maka H0 ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa di dalam model ini terdapat
masalah autokorelasi. Adapun hasil regresi LM-test sebagai berikut:
Tabel 4.11
Hasil Regresi Langrange Multiplier-test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
11.78095
17.25043
Prob. F(2,42)
Prob. Chi-Square(2)
0.0001
0.0002
Sumber: Lampiran 6
110
Hasil regresi LM-test tersebut menghasilkan nilai Obs.*Rsquared sebesar 17.78095 nilai probabilitas dari Chi-Square sebesar
0.0002 lebih kecil dari nilai α sebesar 0.05 (5%) maka H0 ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa di dalam model ini terdapat
masalah autokorelasi. Untuk menyembuhkan dari autokorelasi maka
dapat
melakukan
beberapa
pengujian,
dalam
penelitian
ini
menggunakan Uji First Difference. Hasil regresi dari penyembuhan
autokorelasi sebagai berikut:
Tabel 4.12
Hasil Regresi Penyembuhan First Difference
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.108260
0.246901
Prob. F(2,41)
Prob. Chi-Square(2)
0.8977
0.8839
Sumber: Lampiran 6
Setelah disembuhkan maka nilai Obs* R-squarednya 0.246901
dan nilai Prob. Chi-Square 0.8839 lebih besar dari nilai α sebesar 0.05
(5%) maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam
model ini sudah terbebas dari autokorelasi.
6. Uji ECM
Setelah diuji kointegrasi untuk melihat jangka panjangnya, maka
tahap selanjutnya akan dilakukan pengujian ECM untuk melihat pengaruh
jangka pendeknya dari variabel yang digunakan. Error Correction Model
(ECM) merupakan pengujian yang dapat digunakan untuk melihat ada
111
atau tidaknya hubungan antar variabel dalam jangka pendek. Untuk
menyatakan apakah model ECM digunakan shohih atau tidak maka
koefisien Error Correction Term (ECT) harus signifikan maka model
tersebut tidak cocok dan perlu dilakukan perubahan spesifikasi lebih
lanjut..
ECM merupakan salah satu pendekatan untuk menganalisis model
time series yang digunakan untuk melihat konsistensi antara hubungan
jangka pendek dengan hubungan jangka panjang dari variabel-variabel
yang diuji. Dari hasil olah data Uji Error Correction Model, pada tabel
4.13 menunjukkan bahwa nilai koefisien ECT sebesar 0.494737 yang
berarti bahwa ketidaksesuaian pertumbuhan PDB aktual dengan
pertumbuhan PDB potensial akan dieliminasi atau dihilangkan dalam satu
periode penelitian sebesar 49,47%. Dapat dilihat nilai probabilitas 0.0006,
hal ini berarti ECT sudah signifikan pada tingkat kepercayaan α=0.05.
Oleh karena itu model dari pengujian ECM ini dapat dikatakan valid. Dari
hasil estimasi regresi dengan pendekatan ECM, variabel jangka pendek di
tunjukkan oleh D(JUB), D(PM) dan D(ZIS). Adapun hasil dari Uji ECM
sebagai berikut:
112
Tabel 4.13
Hasil Uji ECM
Dependent Variable: D(LNPDB)
Method: Least Squares
Date: 12/19/11 Time: 02:07
Sample (adjusted): 2007M02 2010M12
Included observations: 47 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
22.48864
7.464947
3.012565
0.0045
D(LNJUB)
0.028964
0.196909
0.147093
0.8838
D(LNPM)
-0.023523
0.093498
-0.251593
0.8027
D(LNZIS)
1.674554
1.054319
1.588280
0.1203
LNJUB(-1)
-0.789069
0.250802
-3.146179
0.0032
LNPM(-1)
-0.482891
0.155746
-3.100499
0.0036
LNZIS(-1)
-0.342053
0.132727
-2.577123
0.0139
ECT
0.494737
0.132953
3.721152
0.0006
R-squared
0.318817
Mean dependent var
0.004699
Adjusted R-squared
0.196554
S.D. dependent var
0.024074
S.E. of regression
0.021579
Akaike info criterion
-4.680388
Sum squared resid
0.018160
Schwarz criterion
-4.365469
Log likelihood
117.9891
Hannan-Quinn criter.
-4.561882
F-statistic
2.607624
Durbin-Watson stat
Prob(F-statistic)
0.026189
1.821302
Sumber: Lampiran 7
Namun dalam jangka panjang perlu dihitung dengan cara
menjumlahkan koefisien tiap variabel jangka panjang LNJUB(-1),
LNPM(-1) dan LNZIS(-1) dengan koefisien ECT kemudian dibagi
dengan koefisien ECT. Rumus koefisien jangka panjang sebagai berikut:
113
LNJUB (-1)
= C4 + C7
C7
LNPM (-1)
= C5 + C7
C7
LNZIS (-1)
= C6 + C7
C7
Tabel 4.14
Hasil Perhitungan Koefisien ECM
Variabel
Notasi
Konstanta
C
Jumlah Uang Beredar
D(LNJUB)
Pembiayaan
Mudharabah
D(LNPM)
Penerimaan ZIS
D(LNZIS)
Sumber: Lampiran 8 (data diolah)
Coefficiient
Jangka Pendek Jangka Panjang
22.48864
0.028964
22.48864
-1.59493
-0.023523
1.674554
-0.97606
-0.69138
Berdasarkan Tabel 4.12, maka hasil regresi ECM dalam jangka
pendek dan panjang di dapat hasil.
DPDB = 22.48864 + 0.028964*DJUB -0.023523*DPM + 1.674554*DZIS –
1.59493*JUB(-1) - 0.97606*PM(-1) – 0.69138*ZIS(-1) +
0.494737*ECT
Keterangan:
D(LNPDB) = Perubahan Penerimaan Indeks Produk Domestik Bruto
(PDB)
D(LNJUB)
= Perubahan Jumlah Uang Beredar periode t (jangka pendek)
114
D(LNPM)
= Perubahan Pembiayaan Mudharabah periode t (jangka
pendek)
D(LNZIS)
= Perubahan Penerimaan Zakat, Infak dan Sedekah periode t
(jangka pendek)
LNJUB(-1) = Pembiayaan Jumlah Uang Beredar t-1 (jangka panjang)
LNPM(-1) = Pembiayaan Mudharabah t-1 (jangka panjang)
LNZIS(-1) = Penerimaan Zakat, Infak dan Sedekah t-1 (jangka panjang)
ECT
= Error Correction Term
C. Interpretasi Data
1. Konstanta
Dalam jangka pendek dan jangka panjang nilai konstanta
22.48864 menunjukkan apabila nilai variabel independen konstan maka
besarnya penerimaan PDB naik sebesar 22,48864 persen.
2. Jumlah Uang Beredar (JUB) dan Produk Domestik Bruto (PDB)
a. Jangka Pendek
D(LNJUB) menunjukkan nilai probabilitasnya sebesar 0.8838
Hal ini berarti variabel JUB tidak berpengaruh pada tingkat
kepercayaan α = 0.05 pada jangka pendek sebesar 0,028964. Hal
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuni Fitriani bahwa
JUB (M2) mempunyai hubungan yang tidak signifikan terhadap PDB
(2011:108).
115
Pertambahan pada M2 di Indonesia lebih ditentukan oleh
faktor-faktor yang sifatnya di luar sistem. Adanya pertambahan M2
akan dipengaruhi pula oleh meningkatnya tagihan bersih pada
pemerintah pusat. Indikasi ini terlihat berdasarkan data laporan BI
menunjukkan bahwa obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah
dalam rangka menyehatkan perbankan yang mencapai Rp 510,1
trilyun. Penerbitan obligasi oleh pemerintah ini tentunya akan ikut
meningkatkan jumlah uang kuasi yang ada, dimana uang kuasi
sebagai komponen dari M2. Apalagi uang kuasi memiliki peranan
yang lebih besar dibandingkan M1.
b. Jangka Panjang
Sedangkan pada LNJUB(-1) nilai probabilitasnya 0.0032. Hal
ini berarti variabel JUB memiliki pengaruh yang signifikan negatif
pada tingkat kepercayaan α = 0.05. Dimana apabila JUB mengalami
kenaikkan sebesar satu persen maka akan menurunkan penerimaan
PDB sebesar 1,59493 persen atau sebaliknya apabila JUB menurun
sebesar satu persen maka akan menaikkan penerimaan PDB sebesar
1,59493 persen.
Jumlah uang beredar di masyarakat bila dimanfaatkan secara
bijak dengan memperhatikan kegiatan sektor riil, akan memberi nilai
positif pada peningkatan ekonomi negara. Investasi masyarakat di
sektor finansial memiliki manfaat dalam pengumpulan modal usaha.
116
Modal usaha yang terkumpul sudah sewajarnya untuk disalurkan
pada sektor-sektor industri (sektor riil) yang pada akhirnya akan
menciptakan keadaan ekonomi yang seimbang.
3. Pembiayaan Mudharabah (PM) dan Produk Domestik Bruto (PDB)
a. Jangka Pendek
D(LNPM) menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.8027.
Hal ini berarti variabel PM tidak berpengaruh terhadap penerimaan
PDB pada tingkat kepercayaan α = 0.05 pada jangka pendek
0.023523.
Pembiayaan di Perbankan Syariah masih didominasi oleh
pembiayaan untuk murabahah dengan market share 54 persen dan
pembiayaan mudharabah 29 persen. Dan pembiayaan mudharabah
merupakan pembiayaan jangka panjang sehingga tidak memiliki
dampak untuk jangka pendek.
b. Jangka Panjang
Sedangkan pada LNPM(-1) menunjukkan nilai probabilitas
sebesar 0.0032. Hal ini berarti variabel PM berpengaruh sebesar
0,97606 pada tingkat kepercayaan α = 0.05. Hal ini berarti bahwa
ketika PM mengalami kenaikkan sebesar satu persen maka
berpengaruh terhadap penururnan PDB sebesar 0,97606 persen atau
sebaliknya jika PM mengalami penurunan maka berpengaruh
terhadap kenaikan penerimaan PDB sebesar 0,97606 persen.
117
Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Muhamad Nafik H.R, menyatakan bahwa bagi hasil perbankan
syariah memiliki dampak signifikan positif terhadap petumbuhan.
Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini hanya difokuskan pada
variabel pembiayaan mudharabah yang memiliki market share 29%
(termasuk musyarakah) dan dalam pembiayaan Perbankan Syariah
masih didominasi oleh Pembiayaan Murabahah yang notabenenya
merupakan pembiayaan jangka pendek.
Market share pembiayaan mudharabah yang masih kecil
dikarenakan pembiayaan ini memiliki resiko yang cukup tinggi,
masih dilatarbelakangi dengan masyarakat Indonesia yang masih
bersifat konsumtif dan juga perbankan syariah belum mampu
membiayai proyek-proyek jangka panjang dikarenakan rumit dan
makan waktu dari sisi prosedur, dan kurangnya Sumber Daya Insani
(SDI). Sehingga apabila dibandingkan dengan pembiayaan jual beli
dalam hal ini adalah pembiayaan murabahah jauh lebih kurang
peminatnya.
Inilah
yang
belum
memiliki
dampak
terhadap
pertumbuhan ekonomi
4. Penerimaan ZIS dan Produk Domestik Bruto (PDB)
a. Jangka Pendek
D(LNZIS) menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.1203.
Hal ini berarti variabel ZIS tidak memiliki kontribusi kepada PDB.
118
Pendayagunaan ZIS dibagi menjadi dua yaitu untuk kegiatan
konsumtif dan produktif. Kedua kegiatan ekonomi tersebut akan
berdampak pada perekonomian dalam waktu yang cukup lama
terutama untuk penawaran dan permintaan agregat.
b. Jangka Panjang
Sedangkan pada LNZIS(-1) menunjukkan nilai probabilitasnya
sebesar 0.0139. Hal ini berarti variabel ZIS berkontribusi pada
tingkat kepercayaan α = 0.05. Hal ini memberi implikasi bahwa
terdapat kontribusi jangka panjang antara variabel ZIS sebesar
0,69138 persen terhadap PDB. Ketika ZIS mengalami kenaikkan
sebesar satu persen maka akan berkontribusi menurunkan PDB
sebesar 0,69138 persen dan jika ZIS mengalami kenaikkan sebesar
satu persen makan akan berkontribusi menurunkan PDB sebesar
0,69138 persen.
Hal ini tidak sejalan dengan teori yang dipaparkan oleh Mark
Skousen bahwa ZIS memiliki multiplier effect dalam perekonomian,
hal ini akan membawa pada peningkatan pendapatan nasional. Dan
diamini oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Mohammed B.
Yussof bahwa pengeluaran zakat adalah instrument fiskal yang
ampuh untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi di suatu negara.
Penelitian Eko Suprayitno dan kawan-kawan yang dilakukan di
Malaysia juga menghasilkan kesimpulan bahwa zakat memiliki
119
pengaruh yang signifikan pada pertumbuhan ekonomi pada tingkat
kepercayaan 1%.
D. Interpretasi Analisis Ekonomi
Error Correction Model (ECM) terlihat pada table 4.13 dapat diketahui
besarnya koefisien ECT sebesar 0.4947737 dengan taraf signifikansi sebesar
0.0006 artinya bahwa variabel tersebut signifikan pada taraf signifikansi 5%.
Dengan demikian, spesifikasi model menjelaskan hubungan jangka pendek
maupun jangka panjang. Oleh karena itu, persamaan ini sudah valid.
Hasil penelitian ini menghasilkan bahwa untuk jangka pendek, baik
dari variabel JUB, PM maupun ZIS tidak memberikan dampak maupun
kontribusinya kepada pertumbuhan ekonomi dalam hal ini PDB. Dan untuk
jangka panjang, ketiga variabel yaitu JUB, PM maupun ZIS memiliki
dampak dan kontribusi terhadap perekonomian negative meskipun itu
bernilai negatif.
Pemerintah
mempunyai
peranan
penting
dalam
perekonomian
Indonesia. Bahkan dalam sejarah Indonesia sejak orde baru hingga sekarang,
pemerintah selalu menjadi motor penggerak perekonomian nasional. Salah
satunya adalah melalui kebijakan moneter. Dimana pemerintah diupayakan
untuk mempengaruhi kegiatan perekonomian melalui manajemen jumlah
uang beredar. Implikasi kebijakan pemerintah dipengaruhi oleh teori
penawaran uang yang dianut.
120
Penambahan jumlah uang beredar dapat menurunkan tingkat suku
bunga. Ketika tingkat suku bunga menurun maka akan mendorong naikknya
kegiatan investasi di suatu negara. Kegaiatan investasi mengalami peningkatan
maka akan membutuhkan tenaga kerja pula untuk memenuhi jumlah output
yang meningkat, permintaan tenaga kerja meningkat maka akan mengurangi
tingkat pengangguran masyarakat. Peningkatan permintaan tenaga kerja akan
memperbaiki pendapatan masyarakat untuk menuju kehidupan yang sejahtera,
sehingga akan berimplikasi kepada pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Hal
ini sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Adiwarman karim yang
menyatakan bahwa uang adalah flow concept, artinya semakin cepat perputaran
uang akan semakin baik dan besar perannya dalam mendorong aktifitas ekonomi
(Karim, 2008:). Dan sesuai pula dengan teori kuantitas uang, semakin banyak
perputaran uang dilakukan maka akan menaikkan pertumbuhan ekonomi suatu
negara.
Tetapi pertambahan pada M2 di Indonesia lebih ditentukan oleh
faktor-faktor yang sifatnya di luar sistem. Adanya pertambahan M2 akan
dipengaruhi pula oleh meningkatnya tagihan bersih pada pemerintah pusat.
Indikasi ini terlihat berdasarkan data laporan BI menunjukkan bahwa
obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah dalam rangka menyehatkan
perbankan yang mencapai Rp 510,1 trilyun. Penerbitan obligasi oleh
pemerintah ini tentunya akan ikut meningkatkan jumlah uang kuasi yang
121
ada, dimana uang kuasi sebagai komponen dari M2. Apalagi uang kuasi
memiliki peranan yang lebih besar dibandingkan M1.
Pada tahun 2008, terjadinya krisis Bank Century, yang dimana
Pemerintah memberikan bailout untuk menyelamatkan Bank Century sebesar
4 triliun rupiah yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Padahal dana yang
berasal dari para pembayar pajak ini seharusnya dialokasikan bagi
kepentingan umum dan bukannya menjadi dana gelap yang mengalir tanpa
keterangan. Dana sebesar 4 triliun ini setidaknya bisa dipakai untuk
membantu penyelesaian tol trans-jawa atau membangun infrastruktur
pertanian maupun pertahanan.
Dampak lain dari pemberian bailout ini adalah dampak psikologis.
Dampak psikologis ini ibarat pisau bermata dua karena selain memberi efek
positif, tetapi juga memberi efek negatif. Efek positif dari pemberian dana ini
adalah menguatkan kepercayaan investor, khususnya di saat pemberian
bailout yang bertepatan dengan masa krisis global. Hal ini dapat memberi
rasa aman untuk berinvestasi di Indonesia saat itu karena adanya jaminan
dari pemerintah. Tetapi di sisi lain tidak adanya pertanggungjawaban dana
sebesar 4 triliun telah membuat para investor mempertanyakan kapabilitas
pemerintah dalam mengawasi penyaluran dana perbankan dan dalam skala
lebih besar mengawasi perekonomian Indonesia.
Bank Indonesia mencatat pertumbuhan aset bank syariah di Indonesia
sepanjang 2010 mencapai Rp100,26 triliun (antaranews.com, diakses 16
122
Oktober 2011 pukul 23.07). pertumbuhan asset Bank Syariah sendiri tak lepas
dari peran sertanya masyarakat yang menggunakan jasa perbankan syariah.
dalam penelitian yang dilakukan oleh Ali Rama yang berjudul Analyzing
Determinants of Assets and Liabilities in Islamic Banks: Evidence from
Indonesia yang dipresentasikan pada Forum Riset Perbankan Syariah Bank
Indonesia (FRPS BI) September 2011, menyatakan bahwa motif para nasabah
di Bank Syariah dipengaruhi oleh 2 motif yaitu motif keuntungan dan motif
keagamaan (BI, 2011:73). Pertumbuhan asset perbankan syariah ini ditandai
dengan semakin meningkatkan pembiayaan-pembiayaan yang disalurkan oleh
Bank Syariah. Seperti yang diketahui bahwa pembiayaan yang banyak
diminati oleh nasabah yaitu Murabahah (al-Ba’i) dan Mudharabah (syirkah).
Tercatat sebanyak 29 persen nasabah menggunakan pembiayaan
berbasis bagi hasil (mudharabah dan musyarakah) dan 54 persen nasabah
menggunakan pembiayaan murabahah. Total pembiayaan dengan prinsip
bagi hasil tidak pernah lebih dari setengah total pembiayaan dengan prinsip
jual beli. Hal tersebut merupakan fenomena yang menarik karena diharapkan
pembiayaan dengan prinsip bagi hasil lebih mendominasi pembiayaan
dengan prinsip bagi hasil diharapkan lebih menggerakkan sektor riil karena
menutup kemungkinan disalurkan pada kepentingan konsumtif dan hanya
pada usaha produktif. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat Indonesia
masih bersifat konsumtif dibandingkan dengan produktif.
123
Skim murabahah umumnya lebih disukai mengingat karakteristik
skim ini lebih tidak beresiko dan lebih mudah untuk dilaksanakan, karena
skim ini lebih berorientasi pada pembiayaan jangka pendek, sehingga untuk
Bank Syariah yang pada saat ini sedang mengalami pertumbuhan hal ini
lebih disukai. Meskipun profit and loss sharing merupakan konsep yang
ideal dalam perbankan syariah, namun dalam praktiknya pembiayaan dengan
sistem bagi hasil kurang diminati jika dibandingkan dengan murabahah,
ijarah atau istishna yang memiliki return relatif lebih pasti. Menurut Antonio
tahun 2001 dalam tesis yang ditulis oleh Anita Christie (PSTTI UI, 2007:85)
menyimpulkan bahwa terdapat resiko yang tinggi dalam pembiayaan
berbasis bagi hasil, diantaranya:
1. Side Streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti apa
yang disebutkan dalam kontrak.
2. Lalai dan kesalahan yang disengaja.
3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabah tidak jujur.
Selain dikarenakan memiliki tingkat resiko yang lebih tinggi, masih
kurangnya Sumber Daya Insani (SDI) pada perbankan dan ternyata
perbankan syariah belum mampu memberikan pembiayaan untuk jangka
panjang. Pengembangan porsi pembiayaan bagi hasil secara murni hingga
saat ini masih menjadi tantangan dan obsesi para praktisi dan pemikir
perbankan syariah karena memang pada dasarnya ciri utama dari perbankan
syariah adalah pembiayaan dengan skema bagi hasil. Secara tipikal dalam
pemberian pembiayaan bagi hasil, bank syariah menyerahkan modal (risk
capital) kepada manajer professional yang berkewenangan dan bertanggung
124
jawab dalam membuat keputusan operasional maupun strategi berkaitan
dengan usaha yang dikelola.
Zakat merupakan rukun Islam, Infak dan Sedekah merupakan bentuk
ketaatan hamba kepada Tuhannya. ZIS memiliki fungsi redistribusi baik
melalui distribusi pendapatan faktorial maupun melalui distribusi pendapatan
personal. ZIS diterapkan pada harta yang memiliki potensi untuk berkembang,
termasuk modal financial (uang) dan modal fisik seperti gedung dan pabrik.
Sementara itu, sebagai mekanisme redistribusi pendapatan, ZIS secara efektif
akan meredistribusi pendapatan dari kelompok kaya ke kelompok miskin.
Redistribusi pendapatan melalui ZIS dapat dilakukan dengan melakukan
transfer payment atau negative income-tax secara langsung keorang miskin
ataupun melalui penyediaan barang-barang publik yang sangat dibutuhkan
orang miskin yang juga memiliki dampak redistributif yang kuat seperti
kesehatan dan pendidikan.
Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa pendayagunaan ZIS ada
yang bersifat konsumtif dan produktif. ZIS berkontribusi pada pertumbuhan
ekonomi baik melalui jalur permintaan agregat maupun jalur penawaran
agregat. Dampak positif ZIS pada konsumsi dan investasi secara jelas akan
menaikkan permintaan agregat dalam perekonomian. Kombinasi dampak ZIS
terhadap konsumsi dan investasi akan meningkatkan permintaan agregat
perekonomian. “ Melalui dampak pengganda (multiplier effect) dalam
perekonomian, hal ini akan membawa pada peningkatan pendapatan nasional
125
“ (Mark Skousen,2005:190). Tetapi pada penelitian ini teori tersbut tidak
dapat dipakai dikarenakan kondisi masyarakat Indonesia yang berbeda dengan
negara lain khususnya masyarakat di Malaysia.
Apabila dilihat dari potensi masyarakat Indonesia 85,1% dari 237,6 juta
jiwa merupakan masyarakat beragama Islam, tetapi kenyataannya adalah
belum banyak yang sadar masyarakat Indonesia untuk menyalurkan dana
ZISnya ke Lembaga Amil Zakat dan Badan Amil Zakat. Masyarakat
Indonesia masih menyalurkan dana ZISnya untuk kerabat yang dekat, padahal
apabila disalurkan melalui LAZ dan BAZ akan memberikan dampak yang luar
biasa kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu juga belum adanya
sanksi yang dikenakan masyarakat yang tidak membayar ZIS oleh pemerintah.
Sehingga tidak ada yang mewajibkan masyarakat untuk membayar ZIS, lain
halnya dengan Pajak. Bagi masyarakat yang tidak membayar pajak, akan
dikenakan sanksi tegas oleh pemerintah sehingga masyarakat mempunyai
tanggungjawab untuk membayar pajak ke Pemerintah.
126
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Adanya indikasi hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara
variabel jumlah uang beredar, pembiayaan mudharabah dan penerimaan ZIS
terhadap pertumbuhan ekonomi sudah diakui oleh para ekonom beberapa
periode lalu. Dapat dilihat berbagai penelitian empiris yang kemudian
melahirkan berbagai teori ekonomi yang terdapat pada berbagai literatur.
Dari hasil pengujian empiris pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dalam jangka pendek, JUB mempunyai hubungan tidak sterhadap
PDB. Pada jangka panjang, terdapat hubungan signifikan negatif
variabel JUB dan PDB. Dimana apabila JUB mengalami kenaikkan
sebesar 1 persen maka akan menurunkan PDB sebesar 1,59493 persen
atau sebaliknya apabila JUB mengalami penurunan sebesar 1 persen
maka akan menaikkan PDB sebesar 1,59493 persen.
2. Dalam jangka pendek, PM tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi. Pada jangka panjang, PM berpengaruh kepada PDB.Di mana
PM mengalami kenaikkan sebesar satu persen maka berpengaruh
terhadap penururnan PDB sebesar 0,97606 persen atau sebaliknya jika
PM mengalami penurunan maka berpengaruh terhadap kenaikan
127
penerimaan PDB sebesar 0,97606 persen. Apabila Pembiayaan
Mudharabah mengalami peningkatan yang tinggi di tiap tahunnya
maka untuk 30-40 tahun kedepan Pembiayaan Mudharabah bisa
memberikan pengaruh yang besar kepada PDB.
3. Pada jangka pendek, ZIS tidak berpengaruh terhadap PDB. Untuk
jangka panjang,
ZIS berkontribusi pada penerimaan ZIS. Hal ini
memberi implikasi bahwa terdapat kontribusi jangka panjang antara
variabel ZIS sebesar 0,69138 persen terhadap PDB. Ketika ZIS
mengalami kenaikkan sebesar satu persen maka akan berkontribusi
menurunkan PDB sebesar 0,69138 persen dan jika ZIS mengalami
kenaikkan sebesar satu persen makan akan berkontribusi menurunkan
PDB sebesar 0,69138 persen. Apabila Penerimaan ZIS mengalami
peningkatan yang tinggi di tiap tahunnya maka untuk 30-40 tahun
kedepan Penerimmaan ZIS bisa memberikan pengaruh yang besar
kepada PDB.
B. Implikasi dan Saran
Beberapa implikasi dan saran yang ditujukan bagi Lembaga Amil Zakat
(LAZ) maupun Badan Amil Zakat (BAZ), perbankan maupun pemerintah
dalam menjalankan kegiatan ekonomi syariah serta saran bagi para peneliti
dan akademisi dengan maksud untuk dapat meningkatkan penelitian di
bidang ekonomi syariah adalah:
1. Bagi Pemerintah
128
Sekiranya Pemerintah ikut serta dan lebih mendukung lagi perkembangan
ekonomi syariah khususnya di dunia perbankan dan perzakatan di
Indonesia. Agar semakin terasanya dampak dari perbankan syariah dan
ZIS di Indonesia yang bisa memberikan kontribusi lebih kepada kondisi
perekonomian negara. Dengan adanya dual system yang digunakan
perbankan di Indonesia
bisa
memberikan
peluang
besar
untuk
meningkatkan kondisi perekonomian Indonesia kedepannya. Perlu adanya
penggalakan pendayagunaan maupun penyaluran dana dari pembiayaan
mudharabah dan dana ZIS agar dapat memberikan dampak dan kontribusi
positif terhapad pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
2. Perbankan Syariah
Pembiayaan prinsip bagi hasil memiliki keterkaitan langsung dengan
sektor riil karena pembiayaan bank langsung ditujukan kepada kegiatan
ekonomi yang diharapkan dapat memberikan nilai tambah yang dapat
dibagi hasilkan. Kondisi perekonomian yang kondusif memberikan
peluang
kepada
peningkatan
usaha
sehingga
penawaran
akan
pembiayaan diantaranya pembiayaan bagi hasil akan meningkat seiring
peningkatan profit yang diperoleh dari pembiayaan tersebut.
Hendaknya para praktisi yang terjun ke dunia Perbankan Syariah dapat
lebih giat lagi melakukan inovasi-inovasi produk yang terus dipantau oleh
DSN (Dewan Syariah Nasional) dan melakukan sosialisasi kepada
129
masyarakat agar masyarakat bisa lebih dekat dan akrab dengan perbankan
syariah.
3. LAZ dan BAZ
Untuk LAZ dan BAZ untuk dapat terus melakukan sosialisasi kepada
masyarakat untuk terus menyalurkan dana ZIS nya kepada LAZ maupun
BAZ, karena dengan disalurkannya ke LAZ dan BAZ tentunya dampaknya
akan sangat terasa terhadap pertumbuhan ekonomi karena penyalurannya
Insya Allah tepat pada sasaran atau orang-orang yang berhak
menerimanya.
4. Bagi peneliti
Dikarenakan keterbatasan peneliti dalam mengambil data yang ada di LAZ
dan BAZ, untuk itu kedepan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
referensi studi lanjutan dengan menggunakan data ZIS terdapat di LAZ
dan BAZ yang ada di Indonesia khususnya penelitian ZIS yang mengambil
perspektif makroekonomi Indonesia karena sampai saat ini pembahasan
ZIS yang bersifat makro masih sangat sedikit.
130
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qardawi. “Zakat Role in Curing Social and Economic Malaises, In Khaf (ed),
Economics of Zakat”, IRTI-IDB, Jeddah, 2002.
Ambarwati, Septiana. “ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan
Murabahah dan Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia “, Tesis
Eknomi dan Keuangan Syariah Pascasarjana Studi Timur Tengah dan Islam,
Universitas Indonesia. Jakarta. 208.
Antonio, Syafi’i. “Bank Syariah dari Teori ke Praktik”, Gema Insani, Jakarta,
2001.
Antonio, Syafii Muhammad. “ Muhammad SAW: The Super Leader Super
Manager “, Tazkia Multimedia dan ProLM Centre, Jakarta, 2007.
Arifin, Zainul. ”Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”, Edisi revisi, Cet. III,
Pustaka Alvabet, Jakarta, 2005
Azhari, Ismul. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nisbah Bagi Hasil
Sistem Pembiayaan Mudharabah Perbankan Syari’ah”, Tesis Magister
(dipublikasikan) Program Pascasarjana, Institute Agama Islam Negeri, Medan,
2009. Dari http://aacislamiceconomy,blogspot.com).
Bank Indonesia. “ Bahan-Bahan Terpilih dan Hasil Riset Terbaik “, BI, MES,
IAEI dan FoSSEI, Sumatera Utara, 2011.
Bahreisy, Salim. “Riyadus Sholihin”, Cet. ke-7, PT Al Ma’rif, Bandung, 1983.
Christie, Anita. “ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Pembiayaan
Mudharabah di Bank Muamalat Indonesia (Periode Maret 2001 s.d Februari
2006), Tesis Magister Program Pascasarjana Studi Timur Tengah dan Islam,
Universitas Indonesia, Jakarta, 2007.
Daud, Muhammad, dkk. “Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf”, Cet. ke-1,
Universitas Press, Jakarta, 1998.
D, Nachrowi dan Hardius Usman. “Pendekatan Populer dan Praktis
EKONOMETRIK Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”, FEUI, Jakarta,
2006.
El-Bantanie , M. Syafe’ie. “Gamtek-Gampang Praktek Zakat, Infaq dan
Sedekah”, Salamadani, Bandung, 2009.
131
Fitriani, Yuni. “ Analisis Pengaruh Pembiayaan Perbankan Syariah, Jakarta
Islamic Index (JII), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Jumlah
Uang Beredar (JUB) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Periode Tahun
2003 – 2010”, Skripsi Prodi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Gujarati. Damodar dan Sumarno Zain. “Ekonometrika Dasar”, Erlangga, Jakarta,
2006.
Hafiduddin, Didin. “Zakat dalam Perekonomian Modern”, Gema Insani Press,
Jakarta, 2002.
Hafidhuddin, Didin. “Panduan Praktis Tentang Zakat, Infaq dan Sedekah” Gema
Insani Press, Jakarta, 1998.
Hamja, Yahya. “Modul I Ekonometrika”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Hamja, Yahya. “Modul II Ekonometrika”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial,
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Harun, Salman, dkk. “Hukum zakat”, Cet. ke-4, PT Letera antamusa dan penerbit
mizan. 1996.
Hidayat, Mohamad. “An Introduction to The Sharia Economic Pengantar
Ekonomi Syariah”, Zikrul Hakim, Jakarta, 2010.
____________. “ Pengantar Ekonomi Islam “, Pusat Komunikasi Ekonomi
Syariah, Jakarta, 2009.
Hosen, Nadratuzzaman M, dkk. “Buku Saku Perbankan Syariah”, PKES, Jakarta,
2005.
_____________. “Buku Saku Bank-ku Syariah”, PKES, Jakarta, 2006.
Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution, dkk. “Ekonomi Makro Islam:
Pendekatan Teoritis”, Kencana Presada Media Group, Jakarta, 2008.
Indonesia Magnificence of Zakat. “Zakat & Empowering-Jurnal Pemikiran dan
Gagasan”, volume 2, Jumadil Tsani 1430/Juni 2009, IMZ, Jakarta, 2003.
____________. “Zakat & Empowering-Jurnal Pemikiran dan Gagasan”, volume
3, Syawal 1431/September 2010, IMZ, Jakarta, 2010.
____________. “Indonesia Zakat Developmen Report”, IMZ, Jakarta, 2007.
132
Insukindro. “Ekonomi Uang dan Bank”, BPFE UGM, Yogyakarta, 1993.
Karim, A. Adiwarman. “Bank Islam: Analisa Fiqih dan Keuangan”, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
____________. “Ekonomi Makro Islam”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2008.
____________. “ Ekonomi Mikro Islami, Edisi ketiga “, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2007.
Kasmir. “Manajemen Perbankan”, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2000.
Khan, M. Fahim. “ Essays In Islamic Economics “, The Islamic Foundation,
Leicester, 1995.
Khidir, Lalu. “Ibadah Zakat dan Masyarakat Pembangunan”, PT. Bina Ilmu,
1981.
Kuncoro, Mudrajad. “Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Bagaimana
meneliti dan Menulis Tesis?”. Erlangga, Jakarta, 2009.
Maharani, Reni. “Hubungan Kausalitas Antara Variabel Makro dan Harga
Saham Syariah Jakarta Islamic Index”, Jurnal Eksis, Vol. 2 No. 3, Juli –
September 2006.
Mankiw, N. Gregory. “Macroekonomics” edisi 5, Harvard University, Edisi
Indonesia. Erlangga, Jakarta, 2003.
___________. “ Principles of Macroeconomics “, Edisi 3 (e-book).
Maryanah. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Bagi Hasil di Bank
Syariah Mandiri”, Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islam, Vol. 4, No. 1,
Januari-Maret, Jakarta, 2006.
Mochamad Aziz, Roikhan. “New Paradigm On Sinlammim Kaffah In Islamic
Economics”, Jurnal Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009.
________. “Kaffah Thinking On Sinlammim Method Through Digital Root”,
Proceeding, ISOIT International Seminar On Islamic Thought, UKM, Bangi,
Malaysia, 2009.
133
_________. “Education On Root Of Islam”, Proceeding, International Seminar On
Islamic Education, UNJ, Jakarta, 2009.
_________. “Islamic Civilization Versus western System”, Proceeding,
International Conference On Islamic Civilization, Kahorem Pakistam, 2010.
_________. “New Paradigm on Sinlammim Kaffah in Islamic Economics”, Jurnal
Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2009.
Nasution, Mustafa Edwin, dkk. “ Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam “, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta, 2006.
Pramanik, A. H. “Development and distribution in islam”, Pelanduk Publications,
Petaling Jaya, 1993
Pusat Studi Ekonomi Syariah (PSES). “Dokumentasi-Kliping Edisi XVI
Perjalanan Zakat”, PSES Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, Jakarta,
2007.
Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES). “Khutbah Jum’at Ekonomi
Syariah”, PKES, Jakarta, 2008.
Rasjid, Sulaiman. “Fiqih Islam”, Cetakkan ke-27, Sinar Baru Algei, Bandung,
1994.
Rodoni, Ahmad. “Panduan Penulisan Skripsi”, Feis Uin Press, Jakarta, 2010.
Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan”, Edisi ketiga, FEUI, Jakarta,
2001.
Simorangkir, O P. “Lembaga Keuangan Bank dan Nonbank”, Ghalia Indonesia,
Bogor, 2004.
Sholahuddin. “Pola Pendayagunaan Zakat Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA)
Kota Tangerang dalam Mengentaskan Kemiskinan di Kecamatan
Cipondoh”, Skripsi Sarjana, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta,
2008.
Skousen, Mark. “ The Making of Modern Economics The Lives and Ideas of The
Great Thinking (Terj) “, Prenada, Jakarta, 2005.
134
Sudarsono, Heri. “Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar”. Ekonisia,
Yogyakarta, 2007.
Sudewo, Eri. “Manajemen Zakat Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip
Dasar”, Institut Manajemen Zakat, Jakarta, 2004.
Suhendi, Hendi. “Fiqih Muamalah”, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2002.
Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Ekonomi Makro”, PT. Grafindo Persada,
Jakarta, 2004.
Sukirno, Sadono. “Makro Ekonomi Teori Pengantar”,PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2004.
Tag El-Din, SI. “Allocation and Stabilization Function of Zakat in an Islamic
Economy , Mahamoud a. Gulaid and M. Aden Abdullah (Eds.) Reading in
Public Finance in Islam.” IRTI-IDB, Jakarta, 1995.
Widarjono, Agus. “Ekonometrika : Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan
Bisnis”, Ekonisia FE UII, Yogyakarta, 2007.
Wahyu Winarno, Wing. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”,
Edisi Kedua, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2009.
Wastriati. “Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro terhadap Nilai Jakarta
Islamic Index”, Skripsi Sarjana, jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2010.
Yunus, Mahmud. “Al Fiqhul wadhih juz II”, Maktabah as sadiyah putra, Padang,
1936.
[email protected]
www://id.wikipedia.org/wiki/idul_fitri
www.baznas.go.id
www.bi.go.id
www.bps.go.id
135
Lampiran 1: Data Penelitian
Thn.
2007
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
ZIS
(Rupiah)
16.281.671.803
32.763.562.254
49.330.683.235
67.298.510.050
85.624.977.940
105.607.045.291
127.285.657.093
149.784.418.093
172.774.030.983
203.760.120.905
228.635.753.085
256.452.644.030
JUB
(Rupiah)
1.363.907.000.000.000
1.366.820.000.000.000
1.375.947.000.000.000
1.383.577.000.000.000
1.393.097.000.000.000
1.451.974.000.000.000
1.472.952.000.000.000
1.487.541.000.000.000
1.512.756.000.000.000
1.530.145.000.000.000
1.556.200.000.000.000
1.643.203.000.000.000
PDB
(Rupiah)
157.354.710.000.000
158.149.790.000.000
158.413.760.000.000
161.209.603.000.000
162.274.540.000.000
162.628.090.000.000
166.663.670.000.000
168.226.330.000.000
168.738.500.000.000
166.144.130.000.000
165.010.710.000.000
164.634.440.000.000
PM
(Rupiah)
4.007.000.000.000
4.001.000.000.000
4.133.000.000.000
4.323.000.000.000
4.432.000.000.000
4.687.000.000.000
4.855.000.000.000
5.029.000.000.000
5.247.000.000.000
5.355.000.000.000
5.440.000.000.000
5.578.000.000.000
2008
284.620.454.953
1.588.962.000.000.000 166.920.420.000.000
5.564.000.000.000
2
314.491.376.068
1.596.090.000.000.000 167.910.980.000.000
5.719.000.000.000
3
345.711.955.748
1.586.795.000.000.000 168.239.850.000.000
5.835.000.000.000
4
378.578.771.648
1.608.874.000.000.000 171.319.970.000.000
6.609.000.000.000
5
412.670.552.069
1.636.383.000.000.000 172.485.460.000.000
6.242.000.000.000
6
447.650.364.681
1.699.480.000.000.000 172.872.400.000.000
6.518.000.000.000
7
483.240.056.782
1.679.020.000.000.000 177.117.450.000.000
6.522.000.000.000
8
519.237.822.472
1.675.431.000.000.000 178.737.150.000.000
6.602.000.000.000
9
557.386.929.292
1.768.250.000.000.000 179.274.890.000.000
6.750.000.000.000
10
593.399.347.892
1.802.932.000.000.000 179.547.130.000.000
6.590.000.000.000
11
630.320.329.865
1.841.163.000.000.000 179.547.040.000.000
6.440.000.000.000
668.498.949.967 1.883.851.000.000.000 173.400.060.000.000
12
Sumber : FoZ, BI dan BPS, 2007-2010
6.205.000.000.000
136
Thn.
2009
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
ZIS
(Rupiah)
708.369.621.776
750.179.840.476
792.336.658.076
835.336.475.966
878.814.307.586
923.095.274.698
968.082.929.018
1.013.101.604.915
1.063.231.265.585
1.109.231.265.585
1.156.048.469.456
1.203.169.289.234
JUB
(Rupiah)
1.874.145.000.000.000
1.900.208.000.000.000
1.916.752.000.000.000
1.912.623.000.000.000
1.927.070.000.000.000
1.977.533.000.000.000
1.963.180.000.000.000
1.995.294.000.000.000
2.018.031.000.000.000
2.021.517.000.000.000
2.062.206.000.000.000
2.141.384.000.000.000
PDB
(Rupiah)
175.018.630.000.000
175.773.850.000.000
176.024.590.000.000
178.720.150.000.000
179.747.630.000.000
180.088.750.000.000
184.501.760.000.000
186.197.920.000.000
186.761.050.000.000
184.176.670.000.000
183.028.930.000.000
187.046.014.000.000
PM
(Rupiah)
7.554.000.000.000
7.866.000.000.000
8.108.000.000.000
8.347.000.000.000
8.672.000.000.000
9.142.000.000.000
9.422.000.000.000
9.932.000.000.000
10.007.000.000.000
10.184.000.000.000
10.359.000.000.000
10.412.000.000.000
2010
1.252.748.256.359
2.073.860.000.000.000
184.664.650.000.000
10.655.000.000.000
2
1.304.627.938.169
2.066.481.000.000.000
185.548.480.000.000
10.855.000.000.000
3
1.358.298.653.059
2.111.350.000.000.000
185.841.920.000.000
10.979.000.000.000
4
1.414.178.573.160
2.115.125.000.000.000
189.311.340.000.000
11.198.000.000.000
5
1.471.107.718.941
2.142.339.000.000.000
191.054.830.000.000
11.228.000.000.000
6
1.531.000.384.976
2.230.237.000.000.000
191.220.230.000.000
11.264.000.000.000
7
1.592.122.097.976
2.216.597.000.000.000
195.427.380.000.000
11.290.000.000.000
8
9
1.656.903.779.345
1.732.097.250.357
2.235.497.000.000.000
2.271.516.000.000.000
197.076.770.000.000
197.624.370.000.000
11.325.000.000.000
11.334.000.000.000
10
1.797.688.006.546
2.308.155.000.000.000
196.109.400.000.000
11.346.000.000.000
11
1.863.488.266.307
2.346.801.000.000.000
195.392.580.000.000
11.394.000.000.000
1.929.876.244.083
2.469.399.000.000.000
12
Sumber : FoZ, BI dan BPS, 2007-2010
195.154.590.000.000
11.398.000.000.000
137
Lampiran 2: Uji Normalitas
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
JUB
1.84E+15
1.88E+15
2.47E+15
1.36E+15
3.03E+14
0.075411
1.931119
PDB
5.27E+14
5.27E+14
5.94E+14
4.48E+14
3.78E+13
-0.112268
2.254022
PM
7.85E+12
7.15E+12
1.14E+13
4.00E+12
2.59E+12
0.097162
1.490070
ZIS
1.07E+12
9.74E+11
2.22E+12
3.02E+11
5.71E+11
0.409793
1.973611
Jarque-Bera
Probability
2.330507
0.311844
1.213799
0.545038
4.635299
0.098505
3.450390
0.178138
Sum
Sum Sq. Dev.
8.82E+16
4.31E+30
2.53E+16
6.73E+28
3.77E+14
3.16E+26
5.11E+13
1.53E+25
Observations
48
48
48
48
138
Lampiran 3: Uji Linieritas
DLNPDBt = β0 + β1 DLNJUBt + β2 DLNPMt + β3 DLNZISt + β4 ECT
Ramsey RESET Test:
F-statistic
Log likelihood ratio
5.956416
6.227055
Prob. F(1,43)
Prob. Chi-Square(1)
0.0189
0.0126
Test Equation:
Dependent Variable: PDB
Method: Least Squares
Date: 12/19/11 Time: 01:41
Sample: 2007M01 2010M12
Included observations: 48
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
JUB
PM
ZIS
FITTED^2
1.18E+15
0.785928
13.12516
130.9352
-8.39E-15
3.47E+14
0.287875
5.797438
57.14106
3.44E-15
3.394293
2.730105
2.263959
2.291438
-2.440577
0.0015
0.0091
0.0287
0.0269
0.0189
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.871833
0.859910
1.42E+13
8.63E+27
-1518.996
73.12484
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
5.27E+14
3.78E+13
63.49985
63.69477
63.57351
0.923238
139
DLNPDBt = β0 + β1 DLNJUBt + β2 DLNPMt + β3 DLNZISt + β4 ECT
Ramsey RESET Test:
F-statistic
Log likelihood ratio
0.055520
0.061936
Prob. F(1,43)
Prob. Chi-Square(1)
0.8148
0.8035
Test Equation:
Dependent Variable: LNPDB
Method: Least Squares
Date: 12/19/11 Time: 01:44
Sample: 2007M01 2010M12
Included observations: 48
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
LNJUB
LNPM
LNZIS
FITTED^2
-253.7237
1.564794
0.940373
-2.748142
0.244102
1222.784
7.077145
4.249060
12.41569
1.035954
-0.207497
0.221105
0.221313
-0.221344
0.235630
0.8366
0.8261
0.8259
0.8259
0.8148
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.874004
0.862284
0.026900
0.031114
108.0818
74.57029
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
33.89503
0.072486
-4.295074
-4.100157
-4.221414
0.885456
140
Lampiran 4: Uji Stasioner
1. Uji Akar Unit
-
Level - Intercept
Null Hypothesis: LNPDB has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 5 (Newey-West using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-0.963797
-3.577723
-2.925169
-2.600658
0.7585
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction)
HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.000550
0.000332
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(LNPDB)
Method: Least Squares
Date: 12/19/11 Time: 01:47
Sample (adjusted): 2007M02 2010M12
Included observations: 47 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LNPDB(-1)
C
-0.059234
2.012288
0.049418
1.674901
-1.198634
1.201437
0.2369
0.2359
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.030939
0.009405
0.023960
0.025834
109.7054
1.436724
0.236945
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.004699
0.024074
-4.583210
-4.504480
-4.553584
1.960148
141
Null Hypothesis: LNJUB has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 2 (Newey-West using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
0.145567
-3.577723
-2.925169
-2.600658
0.9660
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction)
HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.000337
0.000216
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(LNJUB)
Method: Least Squares
Date: 12/19/11 Time: 01:49
Sample (adjusted): 2007M02 2010M12
Included observations: 47 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LNJUB(-1)
C
-0.000409
0.026981
0.017030
0.598217
-0.023990
0.045103
0.9810
0.9642
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.000013
-0.022209
0.018771
0.015855
121.1780
0.000576
0.980967
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.012630
0.018566
-5.071406
-4.992677
-5.041780
2.258952
142
Null Hypothesis: LNPM has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 5 (Newey-West using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-1.647364
-3.577723
-2.925169
-2.600658
0.4509
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction)
HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.001341
0.000999
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(LNPM)
Method: Least Squares
Date: 12/19/11 Time: 01:49
Sample (adjusted): 2007M02 2010M12
Included observations: 47 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LNPM(-1)
C
-0.024248
0.740610
0.016000
0.474052
-1.515478
1.562297
0.1366
0.1252
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.048559
0.027416
0.037427
0.063034
88.74429
2.296673
0.136645
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.022242
0.037950
-3.691246
-3.612517
-3.661620
2.283670
143
Null Hypothesis: LNZIS has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 4 (Newey-West using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-11.03373
-3.577723
-2.925169
-2.600658
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction)
HAC corrected variance (Bartlett kernel)
9.87E-06
2.34E-05
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(LNZIS)
Method: Least Squares
Date: 12/19/11 Time: 01:50
Sample (adjusted): 2007M02 2010M12
Included observations: 47 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LNZIS(-1)
C
-0.013693
0.419187
0.000808
0.022240
-16.94437
18.84811
0.0000
0.0000
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.864503
0.861492
0.003211
0.000464
204.1652
287.1117
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.042423
0.008628
-8.602776
-8.524046
-8.573149
1.245241
144
2. Uji Derajat Integrasi
- Intercept
Null Hypothesis: D(LNPDB) has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 7 (Newey-West using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-7.629631
-3.581152
-2.926622
-2.601424
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction)
HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.000579
0.000197
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(LNPDB,2)
Method: Least Squares
Date: 12/19/11 Time: 01:51
Sample (adjusted): 2007M03 2010M12
Included observations: 46 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(LNPDB(-1))
C
-1.007767
0.004690
0.150748
0.003696
-6.685089
1.268861
0.0000
0.2112
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.503892
0.492617
0.024612
0.026653
106.1589
44.69042
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
-5.25E-06
0.034553
-4.528650
-4.449144
-4.498866
2.001203
145
Null Hypothesis: D(LNJUB) has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 3 (Newey-West using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-7.916557
-3.581152
-2.926622
-2.601424
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction)
HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.000330
0.000247
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(LNJUB,2)
Method: Least Squares
Date: 12/19/11 Time: 01:51
Sample (adjusted): 2007M03 2010M12
Included observations: 46 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(LNJUB(-1))
C
-1.197733
0.015191
0.155022
0.003293
-7.726196
4.612775
0.0000
0.0000
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.575675
0.566031
0.018575
0.015182
119.1038
59.69411
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.001061
0.028197
-5.091471
-5.011965
-5.061687
1.996124
146
Null Hypothesis: D(LNPM) has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 1 (Newey-West using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-7.498998
-3.581152
-2.926622
-2.601424
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction)
HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.001406
0.001421
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(LNPM,2)
Method: Least Squares
Date: 12/19/11 Time: 01:52
Sample (adjusted): 2007M03 2010M12
Included observations: 46 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(LNPM(-1))
C
-1.121922
0.025528
0.149531
0.006596
-7.502918
3.870362
0.0000
0.0004
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.561289
0.551318
0.038346
0.064698
85.76230
56.29378
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
4.02E-05
0.057246
-3.641839
-3.562333
-3.612056
1.969051
147
Null Hypothesis: D(LNZIS) has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 1 (Newey-West using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-0.928015
-3.581152
-2.926622
-2.601424
0.7704
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction)
HAC corrected variance (Bartlett kernel)
1.22E-05
6.05E-06
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(LNZIS,2)
Method: Least Squares
Date: 12/19/11 Time: 01:52
Sample (adjusted): 2007M03 2010M12
Included observations: 46 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(LNZIS(-1))
C
-0.084835
0.003126
0.062363
0.002713
-1.360347
1.152046
0.1806
0.2555
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.040360
0.018550
0.003570
0.000561
194.9671
1.850544
0.180649
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
-0.000495
0.003604
-8.389874
-8.310368
-8.360091
3.002977
148
-
trend and intercept
Null Hypothesis: D(LNPDB) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Bandwidth: 7 (Newey-West using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-7.505506
-4.170583
-3.510740
-3.185512
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction)
HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.000579
0.000196
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(LNPDB,2)
Method: Least Squares
Date: 12/19/11 Time: 01:53
Sample (adjusted): 2007M03 2010M12
Included observations: 46 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(LNPDB(-1))
C
@TREND(2007M01)
-1.007829
0.004930
-9.80E-06
0.152499
0.007745
0.000277
-6.608751
0.636573
-0.035434
0.0000
0.5278
0.9719
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.503907
0.480833
0.024896
0.026653
106.1596
21.83863
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
-5.25E-06
0.034553
-4.485201
-4.365941
-4.440525
2.001146
149
Null Hypothesis: D(LNJUB) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Bandwidth: 3 (Newey-West using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-7.800633
-4.170583
-3.510740
-3.185512
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction)
HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.000330
0.000249
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(LNJUB,2)
Method: Least Squares
Date: 12/19/11 Time: 01:54
Sample (adjusted): 2007M03 2010M12
Included observations: 46 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(LNJUB(-1))
C
@TREND(2007M01)
-1.196982
0.014335
3.46E-05
0.156830
0.006147
0.000209
-7.632364
2.332089
0.165694
0.0000
0.0244
0.8692
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.575946
0.556222
0.018784
0.015172
119.1185
29.20106
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.001061
0.028197
-5.048631
-4.929372
-5.003956
1.998226
150
Null Hypothesis: D(LNPM) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Bandwidth: 4 (Newey-West using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-7.884673
-4.170583
-3.510740
-3.185512
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction)
HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.001322
0.001204
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(LNPM,2)
Method: Least Squares
Date: 12/19/11 Time: 01:54
Sample (adjusted): 2007M03 2010M12
Included observations: 46 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(LNPM(-1))
C
@TREND(2007M01)
-1.164149
0.043663
-0.000701
0.148877
0.012734
0.000424
-7.819553
3.428831
-1.653401
0.0000
0.0013
0.1055
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.587513
0.568327
0.037612
0.060830
87.17994
30.62283
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
4.02E-05
0.057246
-3.659997
-3.540738
-3.615322
2.002922
151
Null Hypothesis: D(LNZIS) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Bandwidth: 4 (Newey-West using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-4.689925
-4.170583
-3.510740
-3.185512
0.0024
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction)
HAC corrected variance (Bartlett kernel)
8.65E-06
1.05E-05
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(LNZIS,2)
Method: Least Squares
Date: 12/19/11 Time: 01:54
Sample (adjusted): 2007M03 2010M12
Included observations: 46 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(LNZIS(-1))
C
@TREND(2007M01)
-0.632715
0.035727
-0.000376
0.140875
0.008100
8.96E-05
-4.491328
4.410466
-4.199151
0.0001
0.0001
0.0001
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.319437
0.287783
0.003041
0.000398
202.8708
10.09148
0.000255
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
-0.000495
0.003604
-8.690033
-8.570774
-8.645358
2.278857
152
Lampiran 5: Uji Kointegrasi
Null Hypothesis: D(RESID01) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Bandwidth: 7 (Newey-West using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-7.781210
-4.170583
-3.510740
-3.185512
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction)
HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.000595
0.000184
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(RESID01,2)
Method: Least Squares
Date: 12/19/11 Time: 01:56
Sample (adjusted): 2007M03 2010M12
Included observations: 46 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(RESID01(-1))
C
@TREND(2007M01)
-1.017218
-0.001679
6.29E-05
0.152551
0.007810
0.000280
-6.668046
-0.215000
0.224373
0.0000
0.8308
0.8235
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.508373
0.485507
0.025225
0.027362
105.5555
22.23235
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.000193
0.035168
-4.458933
-4.339674
-4.414258
2.001852
153
Lampiran 6: Uji Asumsi Klasik
1. Multikolinieritas
LNJUB
LNJUB
LNPM
LNZIS
LNPM
LNZIS
0.9746418332 0.9932450734
1
605923
475724
0.9746418332
0.9862657591
605923
1
374114
0.9932450734 0.9862657591
475724
374114
1
2. Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic
Obs*R-squared
Scaled explained SS
0.682198
3.605459
9.706855
Prob. F(5,42)
Prob. Chi-Square(5)
Prob. Chi-Square(5)
0.6394
0.6075
0.0840
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 12/19/11 Time: 01:59
Sample: 2007M01 2010M12
Included observations: 48
Collinear test regressors dropped from specification
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
LNJUB
LNJUB*LNPM
LNJUB*LNZIS
LNPM
LNZIS^2
-30.97950
1.043470
-0.024411
-0.012027
0.861710
0.007694
32.21315
1.069613
0.025877
0.011246
0.908765
0.007199
-0.961704
0.975558
-0.943320
-1.069455
0.948221
1.068728
0.3417
0.3349
0.3509
0.2910
0.3484
0.2913
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.075114
-0.034992
0.001689
0.000120
241.5034
0.682198
0.639432
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.000649
0.001660
-9.812642
-9.578742
-9.724250
1.702258
154
3. Autokolinieritas
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
11.78095
17.25043
Prob. F(2,42)
Prob. Chi-Square(2)
0.0001
0.0002
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 12/19/11 Time: 02:01
Sample: 2007M01 2010M12
Included observations: 48
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
LNJUB
LNPM
LNZIS
RESID(-1)
RESID(-2)
0.997526
-0.045002
0.016955
0.002948
0.704331
-0.248422
4.931438
0.170091
0.059974
0.065214
0.148870
0.153826
0.202279
-0.264577
0.282699
0.045210
4.731174
-1.614952
0.8407
0.7926
0.7788
0.9642
0.0000
0.1138
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.359384
0.283120
0.021799
0.019958
118.7386
4.712379
0.001662
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
-7.35E-15
0.025746
-4.697442
-4.463542
-4.609051
2.115171
155
Penyembuhan Autokorelasi
Diferensiasi Tingkat Satu
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.108260
0.246901
Prob. F(2,41)
Prob. Chi-Square(2)
0.8977
0.8839
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 12/19/11 Time: 02:03
Sample: 2007M02 2010M12
Included observations: 47
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
D(LNJUB)
D(LNPM)
D(LNZIS)
RESID(-1)
RESID(-2)
-0.000311
-0.011711
-0.004990
0.012904
-0.014215
-0.072500
0.018997
0.207632
0.100422
0.439170
0.158491
0.159038
-0.016347
-0.056403
-0.049689
0.029384
-0.089691
-0.455866
0.9870
0.9553
0.9606
0.9767
0.9290
0.6509
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.005253
-0.116057
0.025340
0.026327
109.2612
0.043304
0.998837
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
3.97E-19
0.023987
-4.394094
-4.157905
-4.305214
2.027060
156
Lampiran 7: Uji Error Correction Model (ECM)
Dependent Variable: D(LNPDB)
Method: Least Squares
Date: 12/19/11 Time: 02:07
Sample (adjusted): 2007M02 2010M12
Included observations: 47 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
D(LNJUB)
D(LNPM)
D(LNZIS)
LNJUB(-1)
LNPM(-1)
LNZIS(-1)
ECT
22.48864
0.028964
-0.023523
1.674554
-0.789069
-0.482891
-0.342053
0.494737
7.464947
0.196909
0.093498
1.054319
0.250802
0.155746
0.132727
0.132953
3.012565
0.147093
-0.251593
1.588280
-3.146179
-3.100499
-2.577123
3.721152
0.0045
0.8838
0.8027
0.1203
0.0032
0.0036
0.0139
0.0006
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.318817
0.196554
0.021579
0.018160
117.9891
2.607624
0.026189
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.004699
0.024074
-4.680388
-4.365469
-4.561882
1.821302
157
Lampiran 8: Hasil Perhitungan Koefisien ECM
Variabel
Konstanta
Jumlah Uang Beredar
Pembiayaan
Mudharabah
Penerimaan ZIS
Notasi
Coefficiient
Jangka Pendek Jangka Panjang
C
D(LNJUB)
22.48864
0.028964
22.48864
-1.59493
D(LNPM)
D(LNZIS)
-0.023523
1.674554
-0.97606
-0.69138
158
Download