ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR (JUB), PEMBIAYAAN MUDHARABAH (PM) DAN KONTRIBUSI PERTUMBUHAN ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH (ZIS) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE 2007 – 2010 Oleh: MAWADDAH 107084000345 JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433H/2011M Curriculum Vitae Personal Data Nama : MAWADDAH Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 27 April 1989 Umur : 22 tahun Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jl. Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Gontory 03/005 Perigi Baru Pondok Aren, Tangerang Selatan - Banten Nomor Telpon : 08567870736 Email : [email protected] [email protected] Facebook : mawaddah sundusi i Pendidikan Formal Pendidikan Sarjana Ekonomi Nama Sekolah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 13 Tangerang Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 3 Tangerang Sekolah Dasar SD Negeri V Perigi Baru Sekolah Dasar SD Negeri Kunciran 1 Tahun 2007 – 15 Desember 2011 2004 - 2007 2001 - 2004 2000 - 2001 1995 - 2000 Pengalaman Organisasi Organisasi Dewan Pengawas Pusat Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSEnSi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ikatan Mahasiswa Ekonomi Syariah (IMES) Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSEnSi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSEnSi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Himpunan Mahasiswa Kota Tangerang Selatan Redaksi Buletin Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMF) Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Amanat Departemen Pasar Modal dan Investasi Biro Institusional Pengurus Majelis Pertimbangan LiSEnSi (MPL) Tahun Oktober 2011 - 2016 Februari 2011 - Sekarang Pengurus Maret 2010 - Sekarang Bendahara Umum Februari 2010 – Februari 2011 Bendahara Departemen JarKomInfo Juli 2009 – Februari 2010 Pengurus Juli 2009 – Juli 2010 Pengurus Juli 2009 – Januari 2010 ii Jakarta Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan (BEMJ) Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Kelas XII IPA 4 SMAN 13 Tangerang Kelas XI IPA 2 SMAN 13 Tangerang Majelis Perwakilan Kelas (MPK) SMAN 13 Tangerang Teater SMAN 13 Tangerang Staff Divisi Kemahasiswaan 2008 - 2009 Bendahara 2006 - 2007 Bendahara 2005 - 2006 Sekretaris 1 2004 - 2006 Tim 2004 - 2006 Seminar dan Training Institusi Korp Alumni Forum Studi Ekonomi Islam (KaFoSSEI), STEI Tazkia, Forum Studi Ekonomi Islam (FoSSEI), Progres Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), BNI Syariah Ikatan Mahasiswa Ekonomi Syariah (IMES) dan Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan (BEMJ) Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta HIMA PUI Nama Kegiatan Diskusi Bulanan KaFoSSEI “Indonesian Islamic Economic & Finance Outlook” Tahun 2011 Seminar Bulanan Ekonomi Syariah “ Kemilau Emas dan Keberlangsungan Bisnis Perbankan Syariah di Indonesia” Seminar “ Sharia Banking Management “ 2011 Diskusi Ilmiah “ Syariah 2010 2011 iii Ikatan Mahasiswa Ekonomi Syariah (IMES) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ikatan Mahasiswa Ekonomi Syariah (IMES) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ikatan Mahasiswa Ekonomi Syariah (IMES) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bekerja sama PT. Valbury Asia Securities Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMF) Syariah dan Hukum, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMF) Ekonomi dan Bisnis, BMT Al-Fath dan DEKOPIN LIPI, Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMF) Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ACA Asuransi dan CAR Life Insurance Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI), Universal Islamic dalam Perspektif Holistik “ Visit to Museum Bank Indonesia dan Museum Bank Mandiri 2010 Magang 2010 Seminar “ Peluang Berkarir di Dunia Syariah “ 2010 Visit to Company 2010 Seminar “ Optimalisasi BMT dalam Menguatkan Sektor UMKM “ 2010 6th Sharia Economics Research Day “ Pemasaran Kontemporer Produk Halal dan Keuangan Syariah di Indonesia “ Seminar Nasional “ Peran Asuransi dalam Era Globalisasi “ 2010 Temu Ilmiah Nasional FoSSEI IX “ Revitalisasi Entrepreneurship Ummat 2010 2010 iv Economics, IAIN Sumatera Utara PT. Shell Indonesia Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMF) Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan (BEMJ) Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan (BEMJ) Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan (BEMJ) Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan (BEMJ) Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan (BEMJ) Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Indonesia Sejahtera “ Shell LiveWIRE Bright Ideas Workshop Bedah Buku “ Perawan “ dan Seminar Nasional “ Sastra sebagai Media Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan “ Debat “ Perbandingan Sistem Perbankan Konvensional vs Perbankan Syariah “ 2010 2009 2009 Seminar Internasional “ Religion in The Contemporary World “ Seminar “ Peran Ekonomi Islam dalam Menghadapi Krisis Global “ 2009 Studi Banding 2008 Seminar “ Dampak Kenaikkan BBM dari Sudut Pandang APBN “ 2008 Seminar “ Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia “ 2008 2008 v Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan (BEMJ) Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan (BEMJ) Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Seminar “ Kuliah Lancar… Kerja Sukses “ 2008 Seminar “ Stabilitas Perekonomian Indonesia Era SBY – JK “ 2008 Prestasi Prestasi Institusi Tahun Beasiswa DIPA UIN Kementrian Departemen 2010 – 2011 Syarif Hidayatullah Agama Jakarta Beasiswa Provinsi Banten Pemerintah Provinsi 2010 Banten Juara 3 Olimpiade Forum Silaturahim Studi Ekonomi Syariah Ekonomi Islam (FoSSEI), 2010 Universal Islamic Economics, IAIN Sumatera Utara Beasiswa DIPA UIN Kementrian Departemen Syarif Hidayatullah Agama 2009 – 2010 Jakarta vi Beasiswa BKM UIN Syarif Hidayatullah 2008 Jakarta Siswa SMA Negeri 13 UIN Syarif Hidayatullah Tangerang masuk Jakarta 2007 Universitas Negeri Melalui Jalur Penelusuran Minat dan Bakat (PMDK) Pengalaman Kerja Institusi Posisi Tahun Direktorat Perbankan Forum Riset Perbankan September-Desember Syariah Bank Indonesia Syariah Bank Indonesia 2011 (DPbS BI), Masyarakat sebagai Komite Ekonomi Syariah (MES), Akademik Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI), Universitas Padjajaran Direktorat Perbankan Forum Riset Perbankan Syariah Bank Indonesia Syariah Bank Indonesia (DPbS BI), Masyarakat sebagai Komite Ekonomi Syariah (MES), Akademik Juli – September 2011 vii Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI), IAIN Sumatera Utara Lingkar Studi Ekonomi Pengajar Kuliah Syariah (LiSEnSi) UIN Informal April 2011 - Sekarang Syarif Hidayatullah Jakarta Lingkar Studi Ekonomi Mentor Ekonomi Syariah Syariah (LiSEnSi) UIN Fakultas Ekonomi dan Syarif Hidayatullah Bisnis 2010 – Februari 2011 Jakarta Karyawan 2010 Lingkar Studi Ekonomi Asisten Mentor Ekonomi 2010 – Februari 2011 Syariah (LiSEnSi) UIN Syariah Magang Koperasi Karyawan Al-Azhar Serpong Syarif Hidayatullah Jakarta dengan SMK Negeri 20 Jakarta Multi Level Marketing Oriflame Manager Agustus 2008 – Desember 2009 viii Abstract This study aims to analyze the influence of the Money Supply (JUB), Mudharaba Financing (PM) and acceptance Growth of Zakah, infak and Alms (ZIS) on Economic Growth in Indonesia. The analysis was using monthly time series data which published by Bank Indonesia, Central Bureau of Statistics and Zakah Forum period 2007 to 2010. The method which is used in this study applies dynamic Engle and Granger Error Correction Model (ECM). The analysis showed that a variable money supply and mudharaba financing had no influence on economic growth, in the short term. But acceptance zakah, infak and alm had no contribution on economic growth, in the short term . For the longer term, the money supply and mudharaba financing have a influence whereas acceptance of Zakah, infak and alms have contribution on economic growth. Keywords: Gross domestic product (GDP), Money supply (JUB), mudharaba financing (PM), Zakah, infak and alms (ZIS), Error Correction Model (ECM) ix Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB), Mudharabah Pembiayaan (PM) dan kontribusi pertumbuhan Zakat, infak dan Sedekah (ZIS) pada Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Analisis ini menggunakan data time series bulanan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, Biro Pusat Statistik dan Forum Zakat periode 2007-2010. Metode yang digunakan dalam studi ini menerapkan model dinamis Engle dan Granger Error Correction Model (ECM). Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam jangka pendek variabel jumlah uang beredar dan pembiayaan mudharabah berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi, dan penerimaan zakat, infak dan sedekah tidak memiliki kontribusi kepada pertumbuhan ekonomi. Untuk jangka panjang, jumlah uang beredar dan pembiayaan mudharabah memiliki dampak sedangkan penerimaan Zakat, infak dan sedekah memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Keywords: Produk domestik bruto (PDB), uang beredar (JUB), pembiayaan mudharabah (PM), zakat, infak dan sedekah (ZIS), Model Koreksi Kesalahan (ECM) x Kata Pengantar Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’allaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah menurunkan Islam sebagai tuntunan kehidupan yang membawa kepada kesejahteraan, keadilan, keberkahan, dan kesempurnaan. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Salallahu A’laihi Wassalam, pembawa risalah, penyampai amanah, dan pemberi nasihat kepada umat manusia, serta para sahabat, keluarga dan orang-orang sholeh yang Allah ridhoi. Penelitian ini yang berjudul “Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB), Pembiayaan Mudharabah (PM) dan Kontribusi Pertumbuhan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Periode 2007 – 2010 ” dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Alhamdulillah, dengan pertolongan dan rahmat Allah Subhanahu Wata’ala, skripsi ini telah selesai, walaupun penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Namun didalam lubuk hati yang paling dalam semoga skripsi ini sedikit banyaknya mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi banyak orang. xi Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini: 1. Teruntuk kedua Orang Tua dan keluargaku tercinta. Yayah, Mamah, A’ Ika, A’ Adi, A’ Zulfa, Nana dan Alvi yang tidak pernah bosan memberikan kasih sayang, cinta, doa, nasihat dan supportnya untuk Dadah selama ini. Untuk kedua keponakan tante: Wildan dan Khumairah senyum kalian semangat buat tante. Syukron katsiron yang tak terhingga dari lubuk hati ini. 2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS beserta jajarannya yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat serta sekaligus sebagai penguji ketika ujian komprehensif. 3. Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Bapak Dr. Lukman, M.Si, yang telah memberikan ilmunya serta motivasi. 4. Bapak Dr.Ir.H.Roikhan Mochamad Aziz, MM, selaku Dosen Pembimbing 1 yang dengan sabar membimbing penulis dan juga sebagai penggagas Sinlammim dan 319913616, serta pengampu Pasar Modal Syariah, Ekonomi Makro Syariah dan Moneter Syariah. Terima kasih banyak ya Pak, semoga Allah membalas segala kebaikan Bapak baik di dunia maupun di akhirat kelak. AMIN.. 5. Ibu Utami Baroroh, M.Si, selaku dosen Pembimbing 2 serta Sekretaris Jurusan yang telah memberikan ilmunya, motivasi, saran dan dengan sabar membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan Ibu di dunia maupun di akhirat kelak. AMIN.. xii 6. Untuk Teman/Sahabat/Abang/ Kak Syamsuddin. Syukron Katsiron atas bimbingan, Ilmu dan nasihat akademik selama ini. 7. Seluruh dosen dan Staf jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan yang telah sabar dan membantu selama perjalanan di kampus, mudah-mudahan segala kebaikan Bapak/Ibu dibalas oleh Allah swt. AMIN… 8. Teruntuk sahabat-sahabat seperjuangan saya wabil khusus Widhi Wicaksono, akhirnya kita lulus wid… dengan perjuangan dan pengalaman yang luar biasa… Mudah-mudahan bisa membuat kita semakin dewasa, berdiri tegak dan bersyukur sama Allah, benar apa kata orang “Semua akan indah kalau waktunya sudah tiba….” MANTAP. Untuk Tyo Adiyanto, Finsa Ramadhan, Nur Hikmah Maulidina, Karmila Fitriningtyas,Endang Nurjaya terima kasih banyak ya atas doa, dukungan dan nasihatnya selama ini yang luar biasa. Untuk Noor Azizah… gak percuma ya tiga hari full sampai-sampai ditilang polisi waktu ke Salemba, akhirnya kita bisa lulus Nur Azizah,S.ESy dan Mawaddah SE. Untuk Dyta Herdiana, Rosa Pasaribu, Elva Ayu Mutia, Ade Raselawati.. Akhirnya kita berlima bisa menyelesaikan sesuai dengan target kita, makasi kawan.. Slamet Widodo dan Rif’al Reza, makasie ya sudah memberikan ilmunya ke mawaddah. Dan Putri Kusumawardani yang selalu memberikan nasihat dan doanya selama ini. 9. Terima kasih banyak untuk teman-teman seperjuangan di Ikatan Mahasiswa Ekonomi Islam (IMES) 2007 atas kekeluargaan, pengalaman dan persahabatannya selama ini, sungguh luar biasa. xiii 10. Untuk seluruh teman-teman seperjuangan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) angkatan 2007, terima kasih banyak atas pertemanan dan pengalamannya selama ini. Ratna, Muhammad Ahmad, Mario, Pranowo, Mahmudah, Mudahmudahan kita semua bisa mendapatkan keberkahan ilmu dan gelar SE yang berkualitas. AMIN 11. Untuk Kakak-kakakku di G-Syah, Ka Yunita, Ka Wastriati, Ka Lia, Ka Laras, Ka Dafi terima kasih banyak atas bantuan dan doanya selama ini. 12. Terima kasih untuk Pak Achmad Tjahya dosen sekaligus penasehat spiritual dan penasehat hidup selama ini. Syukron atas support, doa dan nasihat yang menyejukkan hati pak. Untuk Pak Nurul Huda (IAEI), Pak Gustian Djuanda, Pak Ali Sakti (DPbS BI), Pak Irfan Syauqi Beik (BAZNAS), Pak Rifki Ismal (DPbS BI), Pak Agustianto Mingka (IAEI), Pak Zuhairan Yunmi Yunan, Pak Yoghi Citra Pratama, Pak Suhenda Wiranata, terima kasih banyak atas diskusi dan ilmunya untuk skripsi dan ekonomi syariah selama ini. Mudah-mudahan keberkahan Allah selalu menaungi kita semua. Amin. 13. Teman-teman seperjuangan di Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSEnSi) UIN Jakarta. LiSEnSi 2006: Kak Riza, Kak Arie, Kak Giska, Kak Ashbah, Kak Berlian dan Kak Murni (Almarhumah). Terima kasih kakak-kakakku tersayang atas doa, support dan semangatnya selama ini. Wabil khusus Kak Murni tersayang, yang sudah membina, berbagi pengalaman dan memperkenalkan LiSEnSi yang luar biasa ke Mawaddah. LiSEnSi 2007: Fitoyo Pambudi, Amalia Nasuha, Noor Azizah, Bimo Ali Guntoro, Khaikal Mulki dan teman-teman xiv seperjuangan yang lain yang tidak tersebutkan satu persatu, mudah-mudahan tidak mengurangi rasa terima kasih Mawaddah kekalian. Banyak pengalaman besar yang kita lalui bersama. LiSEnSi 2008: Yaman Hizas, Wulan Asnuri, Tya Riyandini, Ida Bagus, Pupah Maspupah, Putri Rizki Amalia, Arif dan temanteman pengurus lainnya. Sungguh pengalaman besar Ekonomi Syariah banyak kita lalui bersama, mudah-mudahan kita bisa senantiasa istiqomah untuk terus berdakwah, tetap bersemangat memperjuangkannya dan siap-siap untuk mengukir sejarah kehidupan yang manis untuk diceritakan kegenerasi penerus kita. SALAM EKONOM RABBANI…!!! 14. Untuk tim Masyarakat Ekonomi Syariah (MES): Bang Achmad Iqbal (Direktur Eksekutif MES), Kak Giska, Kak Dedi, Fikri, Dea. Ikatan Ahli Ekonomi Syariah (IAEI): Kak Ronie (Direktur Eksekutif IAEI), Kak Ivo. Iqtishod: Mas Joko, Kak Amalia Husna. The Maestro: Kak Rifky, Kak Leila, Kak Yunita. Tim ST 29: Kak Riza, Dedi, Putut. Syukron Katsiron atas doa, support, nasihat dan diskusinya setiap makan siang berkenaan penelitian ilmiah, banyak ilmu yang bisa Mawaddah ambil dari sana. 15. Terima Kasih Banyak untuk Keluarga Besar Pondok Pesantren Al-Amanah AlGontory yang telah memberikan supportnya selama ini. Jakarta, 15 Desember 2011 Penulis xv DAFTAR ISI CURICULUM VITAE ........................................................................................ …… i ABSTACT ............................................................................................................ .…… ix ABSTRAK ........................................................................................................... …… x KATA PENGANTAR ......................................................................................... …… xi DAFTAR ISI ........................................................................................................ ...… xvi DAFTAR TABEL................................................................................................ …... xxii DAFTAR GAMBAR . ......................................................................................... …. xxiii DAFTARLAMPIRAN ................................................................. .... xxiv BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….. ……. 1 A. Latar Belakang …………………………………………………………………..… 1 B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………... 8 C. Tujuan Penelitiam .................................................................................................. ….….. 8 D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………......... ….…. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………. 11 A. Teori Pertumbuhan Ekonomi ……………………………………………..………. 11 1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi …………………………………………………. 11 2. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Ekonomi Islam ……...……………………….… 13 B. Teori Jumlah Uang Beredar (JUB) ……………………………………………….. 15 xvi 1. Definisi Jumlah Uang Beredar (JUB) ......................................................... …….. 15 2. Teori Kuantitas Uang (Quantity Theory of Money) .................................... …….. 17 3. Jumlah Uang Beredar Menurut Ekonomi Islam .......................................... …...… 20 C. Teori Perbankan Syariah ................................................................................ ……... 23 1. Definisi Perbankan Syariah ........................................................................ …….. 23 2. Prinsip dan Tujuan Sistem Bank Islam ....................................................... ……... 24 3. Pembiayaan ................................................................................................ .……. 26 a. Definisi Pembiayaan .............................................................................. ….…. 26 b. Jeni-Jenis Pembiayaan ........................................................................... ….…. 27 c. Fungsi Pembiayaan ................................................................................ ….…. 29 D. Teori Pembiayaan Mudharabah ..................................................................... ….…. 30 1. Definisi Mudharabah .................................................................................. ….…. 30 2. Dasar Hukum ............................................................................................ .…….. 30 3. Rukun Pembiayaan Mudharabah ................................................................ ..……. 31 4. Manfaat Mudharabah ................................................................................. .….…. 32 5. Bentuk-Bentuk Mudharabah ...................................................................... ..……. 33 6. Nisbah Keuntungan .................................................................................... .….…. 35 E. Teori Zakat, Infak dan Sedekah ...................................................................... .….…. 37 1. Teori Zakat ……………………………………………………………….….… 39 xvii a.Definisi Zakat ………………………………….….…………………….…... 40 b. Dasar Hukum ………………… ………………………………………......... .41 c. Syarat Wajib Zakat …………………………….………………………......… 42 d. Delapan Kelompok yang Berhak Menerima Zakat …………….…………..… 44 e. Hikmah dan Manfaat Zakat ……………………………………….……..…... 45 2. Teori Infak ………………………………………………………….………...… 46 a. Definisi Infak ……………………………………………………………...…. 46 b. Dasar Hukum ………………………………………………………………... 46 3. Teori Sedekah …………………………………………………………………... 47 a. Definisi Sedekah …………………………………………………………….. 47 b. Dasar Hukum ……………………………………………………………...… 47 4. Implikasi ZIS terhadap Perkembangan Mikroekonomi dan Makroekonomi ……... 48 a. Implikasi Mikro ZIS ...................................................................................... ….….. 48 1) ZIS dan Konsumsi Agregat ..................................................................... ……... 48 2) ZIS dan Tabungan Nasional ................................................................... ….….. 49 3) Zakat dan Produksi Agregat .................................................................... ….…. 49 4) ZIS dan Investasi ..................................................................................... .……. 50 b. Implikasi Makro ZIS ..................................................................................... .……. 51 1) ZIS dan Efisiensi Alokatif ....................................................................... .……. 51 xviii 2) ZIS, Kebijakan Fiskal dan Stabilisasi Makroekonomi .......................... ……... 52 3) ZIS dan Penciptaan Lapangan Kerja ...................................................... ….….. 53 4) ZIS dan Pengentasan Kemiskinan .......................................................... ….….. 54 5) ZIS dan Distribusi Pendapatan ............................................................... ……... 55 6) ZIS dan Pertumbuhan Ekonomi ............................................................. ……... 56 F. Penelitian Terdahulu ………………………………………………………….……. 58 G. Kerangka Berfikir ……………………………………………………………….… 71 H. Hipotesis ……………...…………………………………………………………… 72 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….……...………………………….…. 73 A. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………………………….... 73 B. Teknik Penentuan Sampel ............................................................................. ........... 73 C. Metode Pengumpulan Data ……………………………………………………… 74 D. Metode Analisis Data …………………………………………………………….. 74 1. Uji Normalitas …………………………………………………………………. 75 2. Uji Linieritas ………………………………………………………………….. 76 3. Uji Stasioneritas …………………………………………………………….... 77 a. Unit Root Test …………………….………………………………………... 77 b. Uji Derajat Integrasi …………………………………………………………. 78 4. Uji Kointegrasi ………..……………………………………………………….. 79 xix 5. Uji Asumsi Klasik ……………………………………………………………... 80 a. Uji Multikolinieritas ……………………………………………………….… 81 b. Uji Heteroskedastisitas ……………………………………………………... 81 b. Uji Autokolerasi ……………………………………………………………. 83 6. Uji Error Corection Model (ECM) …………………………………………….. 83 E. Operasional Variabel Penelitian ………………………………………………….. 85 1. Variabel Bebas ………………………………………………………………… 86 2. Variabel Terikat ……………………………………………………………….. 86 BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ………………………………………. 88 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ………………………………………... 88 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB)………………………………….... 88 2. Perkembangan Jumlah Uang Beredar (JUB) …………………………………...… 93 3. Perkembangan Pembiayaan Mudharabah (PM) ………………...…………...…..... 95 4. Perkembangan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) ………………………………….. 98 B. Hasil Analisa dan Pembahasan …….…………………………………………...... 101 1. Uji Normalitas ………………………………………………………….. …... 102 2. Uji Linieritas ………………………………………………………………… 103 3. Uji Stasioneritas …………………………………………………………….. 104 a. Unit Root Test ………………………………………………………..…… 104 xx b. Uji Derajat Integrasi ………………………………………………………. 105 4. Uji Kointegrasi ……………………………………………………………….. 107 5. Uji Asumsi Klasik ……………………………………………………………. 108 a. Multikolinieritas ………………………………………………………...….. 108 b. Heteroskedastisitas …………………………………………………………. 109 c. Autokorelasi ……………………………………………………………….. 110 6. Uji ECM ……………………………………………………………………... 111 C. Interpretasi Analisis Teknik ……………………………………………….. 115 1. Konstanta ....................................................................................... …… 115 2. Jumlah Uang Beredar (JUB) dan Produk Domestik Bruto (PDB)………. 115 3. Pembiayaan Mudharabah (PM) dan Produk Domestik Bruto (PDB)…… 117 4. Penerimaan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) dan Produk Domestik Bruto (PDB) …………………………………………………………………...…118 D. Interpretasi Analisis Ekonomi …………………………………………..…. 120 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ……………………………………….…. 127 A. Kesimpulan ………………………………………………………………… 127 B. Implikasi dan Saran …………………………………………………................. 128 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………....... 131 LAMPIRAN ………………………………………………………………………. 136 xxi DAFTAR TABEL No Keterangan 1.1 Produk Domestik Bruto Periode 2007 - 2010 1.2 Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), Jumlah Halaman 1 Uang Beredar (JUB), Pembiayaan Mudharabah (PM) dan Penerimaan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) Periode 2007 - 2010 7 2.1 Penelitian Terdahulu 4.1 Lembaga Amil Zakat dan Badan Amil Zakat di FOZ 101 4.2 Uji Normalitas 102 4.3 Ramsey RESET Test 103 4.4 Ramsey RESET Test Transformasi 104 4.5 Hasil Estimasi Phillip Perron Pada Level Intercept 105 4.6 Hasil Estimasi Akar Unit Pada Derajat Integrasi pertama-Intercept 4.7 67 106 Hasil Estimasi Akar Unit Pada Derajat Integrasi Pertama-Trend and Linier 106 4.8 Nilai Regresi Uji Kointegrasi 107 4.9 Hasil Uji Correlation Matrix 109 4.10 Hasil Uji White Heteroskedasticity 110 4.11 Hasil Regresi Langrange Multiplier-Test 110 4.12 Hasil Regresi Penyembuhan First Difference 111 4.13 Hasil Uji ECM 113 4.14 Hasil Perhitungan Koefisien ECM 114 xxii DAFTAR GAMBAR No Keterangan 2.1 Hubungan antara Supply dan Demand terhadap Uang dengan Tingkat Harga 2.2 Halaman Pergeseran Equilibrium Harga akibat Peningkatan 18 18 Jumlah Uang Beredar 2.3 Skema Pembiayaan Mudharabah 30 2.4 Bentuk-Bentuk Mudaharabah di Bank Syariah 35 2.5 Pendayagunaan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) 38 2.6 Kerangka Berfikir 71 4.1 Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) 89 4.2 Perkembangan Jumlah Uang Beredar (JUB) 94 4.3 Perkembangan Pembiayaan Mudharabah (PM) 95 4.4 Perkembangan Penerimaan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS)100 xxiii DAFTAR LAMPIRAN No Keterangan Halaman 1 Data Penelitian 136 2 Uji Normalitas 138 3 Uji Linieritas 139 4 Uji Stasioneritas 141 5 Uji Kointegrasi 153 6 Uji Asumsi Klasik 154 7 Uji Error Correction Term 157 8. Hasil Perhitungan Koefisien ECM 158 xxiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang disebabkan oleh barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi keinginan dan tujuan bagi setiap negara maupun daerah. Ketika pertumbuhan ekonomi suatu negara mengalami kenaikkan dalam kurun waktu tertentu maka perekonomian suatu negara tersebut dapat dikatakan mengalami peningkatan atau bernilai positif. Pertumbuhan ekonomi nasional yang dihitung melalui PDB (Produk Domestik Bruto) dapat dijadikan indikator atas laju perekonomian nasional, dalam hal ini permintaan dan penawaran agregat, konsumsi dan tabungan, dan tingkat investasi. Selama kurun waktu empat tahun terakhir (periode 2007 sampai dengan 2010) terlihat perubahan yang signifikan. Berikut adalah perkembangan PDB di Indonesia sejak tahun 2007 sampai dengan 2010: Tabel 1.1 Produk Domestik Bruto tahun 2007 – 2010 Tahun 2007 2008 2009 2010 Jumlah (Milyar Rupiah) 1.964.328 2.082.456,1 2.177.741.7 2.310.689,8 Sumber: Biro Pusat Statistik 2011 1 Pertumbuhan ekonomi sangatlah dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam menyeimbangkan kondisi perekonomian suatu negara. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah dapat berupa kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal. Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang digunakan untuk mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai yang diinginkan oleh pemerintah melalui pengaturan jumlah uang beredar (JUB) dalam perekonomian. JUB dalam perekonomian berpengaruh terhadap tingkat inflasi di suatu negara, dan tingkat inflasi inilah berimplikasi pula pada kondisi perekonomian suatu negara. Kebijakan moneter melalui JUB ini dapat dilakukan oleh Bank Sentral (Bank Indonesia) yang bekerja sama dengan Bank-Bank Umum yang ada. Bank merupakan lembaga yang mempunyai peran dalam kebijakan moneter. Seperti yang diketahui, perbankan dalam suatu negara ibarat seperti jantung pada manusia. Ketika jantung itu berdetak dengan sehat dan dapat mengalirkan darah keseluruh tubuh dengan lancar maka sehatlah manusia tersebut, begitupun dengan perbankan. Ketika Bank dalam menyalurkan dananya berbentuk pembiayaan dengan lancar kepada nasabah-nasabah yang mengajukan pinjaman atau pembiayaan, maka siklus perputaran uang tersebut dapat menghasilkan laba yang besar untuk dunia perbankan. Di Indonesia, pengembangan sistem perbankan menggunakan sistem dual banking dimana Arsitektur Perbankan Indonesia (API) menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia 2 bersama-sama yaitu sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan sektor-sektor perekonomian nasional (Bank Indonesia, akses 9 Oktober 2011). Terlebih lagi di tengah-tengah krisis keuangan global yang melanda dunia pada penghujung akhir tahun 2008, lembaga keuangan syariah kembali membuktikan daya tahannya dari terpaan krisis. Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan memberikan keuntungan, kenyamanan serta keamanan bagi para pemegang sahamnya, pemegang surat berharga, peminjam dan para penyimpan dana di bank-bank syariah. Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang dengan skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya penggunaan berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta 3 menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin meluasnya penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksitransaksi yang bersifat spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan, yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka menengah-panjang. Dengan diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan. Dalam perbankan syariah terdapat 3 jenis pembiayaan, yaitu Jual Beli (al-Ba’i), Sewa menyewa (Ijarah) dan kerjasama (syirkah). Pembiayaan yang banyak peminatnya adalah dari pembiayaan Jual Beli dengan akad murabahah dan pembiayaan kerjasama dengan akad mudharabah. Pembiayaan mudharabah merupakan pembiayaan yang mempunyai dampak yang cukup panjang yang masih diawasi oleh pihak Bank Syariah, dikarenakan pada pembiayaan ini dimana Bank bertindak sebagai shahibul maal dan nasabah 4 bertindak sebagai mudharib. Dalam kerjasama pada kurun waktu tertentu, Bank Syariah melakukan pengawasan dalam berjalannya kerjasama ini agar tetap sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Tercatat pembiayaan mudharabah (PM) di Bank Syariah tiap tahunnya mengalami peningkatan. Kebijakan kedua yang dapat diambil oleh Pemerintah selain kebijakan moneter adalah kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kabijakan fiskal masa sekarang ini berkaitan dengan pajak. Pajak merupakan pemasukan negara yang memiliki kontribusi besar dalam hal pembangunan negara yang digunakan untuk melengkapi fasilitas-fasilitas umum suatu negara, seperti pembangunan gedung, pembangunan jalan raya dan pengadaan barang-barang publik lainnya. Dalam agama Islam juga memiliki kebijakan fiskal yang sudah diterapkan sejak zaman Nabi Muhammad. Kebijakan fiskal pada masa Rasulullah, pajak paling sering dipungut dari berbagai jenis asset tertentu, tetapi Islam tidak membatasi pungutan pajak pada asset tertentu tetapi juga dipungut dari asset-aset lain yang produktif. Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) merupakan pendapatan yang utama bagi negara pada masa Rasulullah hidup. Pendapatan dari ZIS berbeda dengan pajak dan tidak diperlakukan seperti pajak. Zakat merupakan kewajiban 5 agama Islam yang tercantum dalam rukun Islam, infak dan sedekah merupakan gambaran ketaatan seorang hamba kepada Allah Swt. Zakat, infak dan sedekah (ZIS) merupakan unsur dari religiusitas fundamental dalam Islam yang merupakan imperatif dari rukun Islam. Sebagai negara yang memiliki mayoritas penduduknya beragama Islam, Indonesia sejatinya memiliki potensi besar untuk pengumpulan dan pengelolaan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS). Perkembangan pengelolaan ZIS di Indonesia semakin menunjukkan peningkatan yang berarti, baik dari segi penghimpunan, pengelolaan, pendayagunaan maupun pertanggungjawaban. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk di Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa. Sekitar 85,1% penduduk Indonesia adalah pemeluk Agama Islam (Wikipedia, 2011). Secara formal keberadaan zakat diatur dalam UU No. 38/1999 tentang pengelolaan zakat. Lembaga zakat baik Badan Amil Zakat (BAZ) maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ) memiliki peran dan kontribusi yang sangat signifikan di dalam penanganan daerah-daerah. Kondisi ini seharusnya semakin menyadarkan para pengambil kebijakan negeri ini untuk senantiasa berupaya menjadikan ZIS sebagai agenda nasional. Potensi zakat menurut riset BAZNAS dan FEM IPB tahun 2011 (Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB) menunjukkan bahwa potensi zakat nasional mencapai angka 3,4 persen dari total Produk Domestik Bruto. Dengan prosentase ini, maka potensi zakat di negara kita setiap tahunnya tidak 6 kurang dari 217 trilyun rupiah. Tercatat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), Jumlah Uang Beredar (JUB), Pembiayaan Mudharabah dan ZIS selama kurun waktu 2007 sampai dengan 2010 yang semakin meningkat ditiap tahunnya: Tabel 1.2 Pertumbuhan PDB, JUB, PM dan ZIS Periode 2007 – 2010 Tahun PDB JUB PM ZIS (Milyar) (Milyar) (Milyar) (Milyar) 2007 1.964.328 17.538.124 57.080 1.495 2008 2.082.456,1 20.457.862 57.277 6.048 2009 2.177.741,7 23.689.943 110.005 11.400 2010 2.310.689,8 26.587.357 134.266 30.645 Sumber: Biro Pusat Statistik, Bank Indonesia, Forum Zakat (2011) Berdasarkan data pada tabel 1.2 yang menggambarkan pertumbuhan dari PDB, JUB, PM dan ZIS cenderung mengalami peningkatan signifikan disetiap tahunnya. Setiap peningkatan pada instrumen ekonomi baik yang bersifat kecil maupun menengah akan memberikan dampak terhadap perekonomian negara. Peningkatan yang dialami oleh JUB, PM dan ZIS, baik secara langsung maupun tidak juga memberikan dampak terhadap perekonomian di Indonesia. Dampak yang ditimbulkan mungkin saja bersifat positif ataupun cenderung negatif, dengan segala program-program yang dibuat oleh Pemerintah pada masing-masing variabel tersebut. 7 Berdasarkan pemaparan diatas, maka dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti pengaruh JUB, PM dan ZIS kepada PDB dengan mengambil judul “ Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB), Pembiayaan Mudharabah (PM) dan Kontribusi Pertumbuhan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode 2007-2010 “. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, adapun permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh jangka pendek dan jangka panjang Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia masa periode 2007-2010? 2. Apakah ada pengaruh jangka pendek dan jangka panjang Pembiayaan Mudharabah (PM) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia masa periode 2007-2010? 3. Apakah ada kontribusi jangka pendek dan jangka panjang pertumbuhan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia masa periode 2007-2010? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tuujuan dari penelitian ini yaitu: 8 1. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh jangka pendek dan jangka panjang Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia masa periode 2007-2010. 2. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh jangka pendek dan jangka panjang Pembiayaan Mudharabah (PM) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia masa periode 2007-2010. 3. Untuk menganalisis apakah ada kontribusi pengaruh jangka pendek dan jangka panjang Pertumbuhan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia masa periode 2007-2010. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah a. Sebagai pertimbangan dalam menetapkan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal dalam hal ini berkenaan JUB, Perbankan dan ZIS yang berkaitan. b. Sebagai upaya perbaikan kondisi perekonomian Indonesia. c. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah agar mendukung secara penuh keberadaan ZIS di Indonesia. 2. Bagi Peneliti a. Penemuan dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan pada umumnya dan ekonomi pada khususnya. 9 b. Menambah wawasan aplikasi ilmu yang telah diperoleh dalam masa perkuliahan di Prodi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi Ekonomi Islam. c. Menambah pengetahuan dan wawasan terutama yang terkait dengan keadaan ekonomi makro yang terjadi di Indonesia. d. Penemuan dalam penelitian ini berguna sebagai tugas akhir dari penulis untuk memperoleh derajat pendidikan S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bagi Pembaca dan Pengembangan Penelitian Selanjutnya a. Sebagai sumber referensi yang dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi penulis lain dalam kerangka pengembangan yang ingin menulis tentang pertumbuhan ekonomi. b. Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang pertumbuhan ekonomi dilihat dari kebijakan moneter dan fiskal dan menambah kepekaan terhadap gejolak kondisi. 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Pertumbuhan Ekonomi 1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan faktor yang penting bagi suatu negara sebagai syarat untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia. Model pertumbuhan neo klasik berpendapat bahwa ” Pertumbuhan ekonomi tergantung perkembangan faktor-faktor produksi “ (dalam tesis Sahira, 2007:24). Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari pendapatan nasional suatu negara. Pendapatan nasional adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode tertentu biasanya satu tahun. Menurut Huda (2008:22), ada beberapa pendekatan dalam menghitung pendapatan nasional adalah sebagai berikut: a. Pendapatan Nasional dengan Pendekatan produksi (Produk Domestik Bruto/PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu. GDP dapat disebut nilai barang jadi yang diproduksi dari semua sektor industri yang ada di suatu negara . Sesuai dengan standar International Standard Industrial Classification (ISIC), sektor industri tersebut yaitu: 1. Sektor Produksi Pertanian 2. Sektor Produksi Pertambangan dan Penggalian 3. Sektor Industri Manufaktur 4. Sektor Produksi Listrik, Gas dan Air Minum 5. Sektor Produksi Bangunan 6. Sektor Produksi Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Sektor Produksi Transportasi dan Komunikasi 8. Sektor Produksi Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 9. Sektor Produksi Sewa Rumah 10. Sektor Produksi Pemerintah dan Pertahanan 11 11. Sektor Produksi Jasa Lainnya Penghitungan pendapatan dengan konsep nilai tambah bertujuan agar terhidar dari penghitungan ganda (double-count). GDP nominal (atau disebut PDB Atas Dasar Harga Berlaku) adalah merujuk kepada nilai PDB tanpa memperhatikan pengaruh harga. Sedangkan GDP Rill (atau disebut PDB Atas Dasar Harga Konstan) adalah nilai menggoreksi angka PDB Nominal dengan memasukkan pengaruh dari harga. b. Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Pengeluaran (Gross National Product/GNP) GNP adalah Nilai barang yang diproduksi baik di dalam negeri dan di luar negeri. Rumus umum untuk untuk pendekatan pengeluaran adalah: Y = Consumption + Investment + Government + Export – Import .. (1) Dimana: Consumption adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga. Investnment adalah investasi oleh sektor usaha. Government adalah pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah. Eksport dan Import adalah kegiatan yang melibatkan sktor luar negeri. c. Pendapatan Nasional dengan Pendekatan pengeluaran (Net National Product/NNP) NNP adalah nilai barang yang diproduksi baik di dalam negeri dan di luar negeri. Pendekatan pendapatan menghitung pendapatan yang diterima dari faktor produksi: Y=Sewa + Upah + Bunga + Laba ……...……..…………….. (2) Dimana: Sewa adalah pendapatan pemilik faktot produksi tetap seperti tanah Upah adalah upah untuk tenaga kerja Bunga adalah bunga untuk pemilik modal Laba adalah laba untuk pengusaha Secara teori, pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan angka yang sama. Namun karena dalam prakteknya 12 menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering adalah dengan pendekatan pengeluaran. Peningkatan pendapatan nasional tentu saja merupakan kontribusi dari kegiatan konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah serta aktifitas ekspor-impor. Peningkatan angka masing-masing sussistem tersebut tentu saja harus didukung oleh kegiatan ekonomi dibawahnya, konsumsi didukung oleh industri pendukung seperti makanan, minuman dan ini membawa akibat kebutuhan sumber daya menjadi bertambah, termasuk manusia. Sama halnya dengan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi, peningkatan produksi akan berdampak pada tingginya kebutuhan sumber daya dalam setiap sektor yang digunakan dalam penyusunan angka PDB. Semakin banyak sumber daya (manusia) yang terlibat maka semakin besar kemungkinan terjadinya distribusi pendapatan yang pada gilirannya akan mengurangi jumlah penduduk miskin. 2. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Ekonomi Islam Dalam ekonomi Islam dikenal adanya Falah. Falah adalah kesejahteraan yang hakiki, kesejahteraan yang sebenar-benarnya, dimana komponen-komponen rohaniah masuk ke dalam pengertian falah ini. Ekonomi Islam dalam arti sebuah sistem ekonomi (nidhom al-iqtishad) merupakan sebuah sistem yang dapat mengantar umat manusia kepada real welfare (falah), kesejahteraan yang sebenarnya. Al-falah dalam 13 pengertian Islam mengacu kepada konsep Islam tentang manusia itu sendiri. Maka dari itu, selain harus memasukkan unsur falah dalam menganalisis kesejahteraan, perhitungan nasional berdasarkan Islam juga harus mampu mengenali bagaimana interaksi instrumen-instrumen wakaf, zakat dan sedekah dalam meningkatkan kesejahteraan umat. Pada intinya, ekonomi Islam harus mampu menyediakan suatu cara untuk mengukur kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial berdasarkan sistem moral dan sosial Islam. Di sejumlah negara muslim, jumlah dan kisaran dari kegiatan dan transaksi yang didasarkan pada keinginan untuk melakukan amal kebajikan, memiliki peran lebih penting dibanding di negara Barat. Tidak hanya karena luasnya kisaran dari kegiatan ekonomi yang diambil alih oleh keluarga maupun suku, tetapi juga ada begitu banyak ragam kewajiban santunan di antara anggota keluarga. Tidak terjadi semuanya melibatkan jumlah uang yang besar, karena yang terjadi kadang-kadang hanya merupakan hibah berupa barang atau jasa yang kecil nilainya. Ada satu kesenjangan keterkaitan antara jasa dan pembayaran, misalnya donasi untuk pemeliharaan masjid, menggaji imam masjid, kegiatan pedesaan dan lain-lain. Penting untuk menentukan sifat alami dan tingkatan dari amal sedekah antar saudara. Melalui peningkatan pencatatan dan sektor 14 tambahan dan jenis tambahan dari aktivitas ini dapat dikaji untuk pengambilan keputusan. Dibanding amal sedekah yang sering dikeluarkan umat Islam kepada mereka yang kurang beruntung, sesungguhnya lebih mudah mengestimasi zakat, satu kewajiban pembayaran transfer yang paling penting di negara muslim. Kini sedang diupayakan mengukur pendapatan dari zakat sebagai presentase dari GDP Pengukuran ini akan sangat bermanfaat sebagai variabel kebijakan di dalam pengambilan keputusan di bidang sosial dan ekonomi, sebagai bagian dari rancangan untuk mengentaskan kemiskinan. Pendayagunaan peran zakat untuk mengatasi masalah kemiskinan di negara-negara muslim kini tengah menjadi negara-negara tersebut. B. Teori Jumlah Uang Beredar (M2) 1. Definisi Jumlah Uang Beredar Terdapat beberapa definisi menurut para ahli ekonomi, diantaranya: Pengertian uang secara luas adalah sesuatu yang dapat diterima secara umum sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau sebagai alat pembayaran hutang sebagai alat untuk melakukan pembelian barang dan jasa. (Kasmir,2002:156) Sedangkan uang menurut Mankiw, sebagai berikut: Uang adalah persediaan aset yang dapat segera digunakan untuk melakukan transaksi. (Mankiw,2003:76) Uang selalu didefinisikan sebagai benda-benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantara untuk tukar menukar atau perdagangan. Yang dimaksud dengan kata “disetujui” dalam definisi ini adalah terdapat di antara anggota-anggota masyarakat untuk menggunakan satu atau beberapa benda sebagai alat perantara dalam 15 kegiatan tukar menukar. Agar masyarakat menyetujui penggunaan suatu benda sebagai uang, haruslah benda itu memenuhi syarat-syarat berikut (Sukirno,2004:267): a. Nilainya tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu b. Mudah dibawa-bawa c. Mudah disimpan tanpa mengurangi nilainya d. Tahan lama e. Jumlahnya terbatas (tidak berlebih-lebihan) f. Bendanya mempunyai mutu yang sama Definisi jumlah uang beredar terbagi menjadi dua yaitu (dalam skripsi wastriati, 2010:48): 1) Uang dalam arti sempit (M1). M1 diartikan sebagai uang tunai (uang kartal dan logam) yang dipegang oleh masyarakat. Uang tersebut dikenal dengan uang kartal. Kemudian ditambah uang yang berada dalam rekening giro perbankan yang dapat langsung digunakan untuk menguangkan cek, dan biasa disebut dengan uang giral, sehingga bentuk persamaan M1 adalah : M1 = C + DD …………….……………….………………………. (3) Dimana : M1 = uang dalam arti sempit C = currency, uang kartal DD = Demand deposit, uang kartal Pengertian uang giral (DD) di atas hanya mencakup saldo rekening koran atau giro milik masyarakat umum yang disimpan di bank dan belum digunakan pemiliknya untuk berbelanja atau membayar. 2) Uang dalam arti luas (M2) M2 merupakan perluasan dari definisi M1 dengan uang kuasi. Uang kuasi adalah bentuk kekayaan yang sangat likuid yang terdiri dari deposito berjangka atau rekening tabungan pada bank, sehingga persamaan M2 sebagai berikut: M2 = M1 + TD + SD ………….…………………………..……….. (4) Keterangan: M2 = Uang dalam arti luas M1 = Uang dalam arti sempit TD = time deposits (deposito berjangka) SD = saving deposits (saldo tabungan) 16 Banyaknya uang beredar dalam masyarakat dapat digambarkan sebagai proses pasar. Jumlah Uang Beredar juga mempunyai keterikatan dengan suku bunga deposito. Semakin banyak jumlah uang yang beredar dimasyarakat, investasi menjadi lebih menarik bila dibandingkan dengan menyimpan dalam bentuk tabungan. Kebijakan mengenai jumlah uang beredar ditentukan oleh Bank Sentral yang dalam hal ini adalah Bank Indonesia. Namun jumlah uang beredar tidak hanya ditentukan oleh bank sentral tetapi juga oleh perilaku rumah tangga (yang memegang uang) dan bank (dimana uang disimpan). 2. Teori Kuantitas Uang (Quantity Theory of Money) Nilai uang ditentukan oleh supply dan demand terhadap uang. Jumlah uang beredar ditentukan oleh Bank Sentral, sementara jumlah uang yang diminta (money demand) ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain tingkat harga rata-rata dalam perekonomian. Jumlah uang yang diminta oleh masyarakat untuk melakukan transaksi bergantung pada tingkat harga barang dan jasa yang tersedia. Semakin tinggi tingkat harga, semakin besar jumlah uang yang diminta (Mankiw:1). 17 Gambar 2.1 Hubungan antara Supply dan Demand terhadap Uang dengan Tingkat Harga Sumber: Mankiw, Principles of Macroeconomics edisi 3 Kurva kedua menggambarkan supply dan demand terhadap uang. Kurva supply berbentuk vertikal karena jumlah uang beredar ditetapkan oleh Bank Sentral. Gambar 2.2 Pergeseran Equilibrium Harga akibat Peningkatan Jumlah Uang Beredar Sumber: Mankiw, Principles of Macroeconomics edisi 3 Kurva demand memiliki slope negatif, mengindikasikan bahwa saat nilai uang rendah dan tingkat harga tinggi, maka permintaan 18 terhadap uang akan tinggi. Pada titik equilibrium, A, jumlah uang yang diedarkan dan jumlah uang yang diminta masyarakat berada dalam keseimbangan. Ekuilibrium antara supply dan demand terhadap uang menentukan nilai uang dan tingkat harga barang dan jasa. Jika Bank Sentral mengubah jumlah uang yang beredar, misalnya dengan mencetak lebih banyak uang, ekuilibrium supply dan demand terhadap uang akan berubah. Pada Gambar 2.2 Bertambahnya jumlah uang beredar menggeser kurva supply dari MS1 ke MS2, sehingga titik equilibrium ikut bergeser dari A ke B. Akibatnya, nilai uang turun dari ½ ke ¼, dan tingkat harga equilibrium naik dari 2 ke 4. Dengan kata lain, meningkatnya jumlah uang beredar mendorong terjadinya kenaikan harga yang menyebabkan nilai uang menjadi turun. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa dampak langsung dari injeksi moneter yang dilakukan Bank Sentral adalah meningkatnya supply uang. Sebelum injeksi, perekonomian berada pada titik equilibrium A. Pada titik ini, tingkat harga seimbang dengan jumlah uang yang diminta masyarakat. Saat jumlah uang beredar meningkat, pada tingkat harga yang sama masyarakat memiliki lebih banyak uang dari yang mereka minta. Bertambahnya jumlah uang beredar menggeser kurva supply dari MS1 ke MS2, sehingga titik equilibrium ikut bergeser dari A ke B. Akibatnya, nilai uang turun dari ½ ke ¼, dan tingkat harga equilibrium naik dari 2 ke 4. Dengan kata lain, meningkatnya jumlah uang beredar mendorong terjadinya kenaikan harga yang menyebabkan nilai uang menjadi turun. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa dampak langsung dari injeksi moneter yang dilakukan Bank Sentral adalah meningkatnya supply uang. Sebelum injeksi, perekonomian berada pada titik equilibrium A. Pada titik ini, tingkat harga seimbang dengan jumlah uang yang diminta masyarakat. Saat jumlah uang beredar meningkat, pada tingkat harga yang sama masyarakat memiliki lebih banyak uang dari yang mereka minta. Meningkatnya jumlah uang menyebabkan naiknya permintaan terhadap barang dan jasa. Jika jumlah barang dan jasa yang diminta tidak seimbang dengan jumlah barang dan jasa yang diproduksi, maka akan terjadi peningkatan harga. Peningkatan harga kemudian mendorong naiknya jumlah uang yang diminta masyarakat. Pada akhirnya, perekonomian akan mencapai equilibrium baru, yaitu titik B, saat jumlah uang yang diminta kembali seimbang dengan jumlah uang yang diedarkan. 19 Penjelasan yang menggambarkan bagaimana tingkat harga ditentukan dan berubah seiring dengan perubahan jumlah uang beredar disebut teori kuantitas uang (quantity theory of money). Berdasarkan teori ini, jumlah uang yang beredar dalam suatu perekonomian menentukan nilai uang, sementara pertumbuhan jumlah uang beredar merupakan sebab utama terjadinya inflasi. Secara umum, teori kuantitas uang menggambarkan pengaruh jumlah uang beredar terhadap perekonomian, dikaitkan dengan variabel harga dan output. Hubungan antara jumlah uang beredar, output, dan harga dapat ditulis dalam persamaan matematis sebagai berikut: M x V = P x Y ................................................................................... (5) Keterangan: P adalah tingkat harga (GDP deflator) Y adalah jumlah output (real GDP) PxY adalah nominal GDP M adalah jumlah uang beredar V adalah velocity of money (perputaran uang). Persamaan ini disebut sebagai persamaan kuantitas (quantity equation). 3. Jumlah Uang Beredar Menurut Ekonomi Islam Dalam ekonomi Islam, Uang didefinisakan sebagai sesuatu yang dipergunakan untuk mengukur harga setiap barang dan jasa (Hidayat, 2009:254). Tanpa mata uang sebagai standar harga dan alat tukar maka 20 proses pemenuhan kebutuhan manusia menjadi sulit. Transaksi jual beli harus melalui barter. Dari uraian diatas terlihat bahwa menurut ekonomi Islam, uang di pandang sebagai alat tukar, bukan sutu komoditi. Diterimanya peranan uang ini secara luas, dengan maksud untuk mempermudah proses transaksi sebagai alat ukur dan menghapuskan ketidakadilan dan kezaliman dalam ekonomi tukar-menukar. Karena ketidakadilan dalam ekonomi barter, digolongkan sebagai riba fadhl. Nabi Muhammad SAW mengatur uang sebagai gudang nilai (store of value) yaitu ketika beliau mewajibkan zakat atas asset moneter (emas dan perak). Secara tidak langsung Nabi mengatakan, bahwa uang sebagai faktor produksi mempunyai potensi untuk berkembang melalui usahausaha produktif. Menurut Karim, “ uang adalah flow concept, artinya semakin cepat perputaran uang akan semakin baik dan besar perannya dalam mendorong aktifitas ekonomi ” (Karim, 2001:47). Uang dianalogikan dengan air, sewaktu air mengalir dengan lancar, maka dia akan senantiasa bersih memberi manfaat yang baik bagi kehidupan. Sebaliknya, ketika air dibiarkan menggenang pada suatu tempat, maka keadaannya dapat kotor atau bahkan dapat mematikan suatu kehidupan yang telah berjalan. Merujuk pada Al-Qur’an, al-Ghazali mengecam orang yang menimbun uang. Menimbun uang berarti menarik uang secara sementara dari peredaran. Dalam ekonomi moneter, penimbunan uang berarti 21 meperlambat perputaran uang, ini berarti memperkecil terjadinya transaksi sehingga perekonomian lesu. Menurut Hidayat, “ dalam ekonomi Islam, Jumlah Uang Beredar ditentukan di dalam perekonomian sebagai variabel endogen, yaitu yang ditentukan oleh banyaknya permintaan uang di sektor riil” (Hidayat, 2009:157). Ada dua alasan utama memegang uang dalam ekonomi Islam, yaitu motivasi transaksi dan berjaga-jaga. Besarnya persediaan uang tunai akan berhubungan dengan tingkat pendapatan dan frekuensi pengeluaran. Jumlah uang tunai yang diperlukan dalam ekonomi Islam hanya berdasarkan motivasi transaksi dan berjaga-jaga, merupakan fungsi dari tingkat pendapatan, pada tingkat tertentu di atas yang telah ditentukan zakat atas asset yang kurang produktif. Menurut Metwally, meningkatnya pendapatan akan meningkatkan permintaan atas uang oleh masyarakat, untuk tingkat pendapatan tertentu terkena zakat. Secara sistematis dirumuskan sebagai berikut: MD = f (Y/µ) ……..…………….…………..………………………….. (6) Dimana: MD = Permintaan uang dalam masyarakat Y = Pendapatan µ = Tingkat biaya karena menyimpan uang dalam bentuk kas 22 Dahlan Siamat (2001) menyatakan bahwa perkembangan uang beredar di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kegiatan luar negeri, sektor pemerintah, sektor swasta domestik, dan sektor lainnya. Transaksi-transaksi dari sektor-sektor tersebut dicatat dalam neraca sistem moneter yang memperlihatkan besarnya jumlah uang beredar dan faktorfaktor yang memepengaruhi. C. Perbankan Syariah 1. Definisi Perbankan Syariah Perbankan merupakan perangkat kebijakan moneter dalam perekonomian di Indonesia yang memiliki tugas utamanya adalah sebagai intermediasi antara pihak yang kekurangan dana dengan pihak yang memiliki kelebihan dana. “Kata bank berasal dari kata “banque” dalam bahasa Prancis, dan dari kata “Banco” dalam bahasa Italia, yang dapat berarti peti/lemari atau bangku “ (Arifin,2005:1). Menurut Arifin, mendefinisikan Bank adalah suatu lembaga intermediasi keuangan yang paling penting dalam sistem perekonomian kita, yaitu sebagai lembaga khusus yang menyediakan layanan finansial “ (Arifin,2002:2). Sedangkan Karim mendefinisikan “Bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan memberikan jasa “ (Karim,2007:18). 23 Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bank adalah suatu lembaga keuangan yang mempunyai tugas untuk mengumpulkan dan menyalurkan dana dari dan untuk masyarakat sesuai tugas utamanya yaitu sebagai intermediasi. Bank Islam dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa, dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Bank Syariah adalah lembaga perantara (intermediary) antara satu-satuan kelompok masyarakat atau unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana (surplus unit) dengan unit-unit lain yang mengalami kekurangan dana (deficit unit), melalui bank kelebihan dana tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat kepada kedua belah pihak. 2. Prinsip dan Tujuan Sistem Bank Islam Islam adalah suatu dien (way of life) yang praktis, mengajarkan segala yang baik dan bermanfaat bagi manusia. Selain itu, Islam adalah agama fitrah, yang sesuai dengan sifat dasar manusia (human nature). Aktivitas keuangan dan perbankan dapat dipandang sebagai wahana bagi masyarakat modern untuk membawa mereka kepada pelaksanaan dua ajaran Qur’an, yaitu: 24 1. Prinsip At Ta’awun, yaitu saling membantu dan saling bekerja sama diantara anggota masyarakat untuk kebaikan, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an: Artinya: “ … dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya. “ (Q.S.Al-Maa-idah [5]:2) 2. Prinsip menghindari Al Iktinaz, yaitu menahan uang (dana) dan membiarkannya menganggur (idle) dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum. Pendirian dari Bank Islam, mempunyai beberapa tujuan diantaranya: 1. Meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat muslim, sehingga kesenjangan sosial di bidang ekonomi semakin berkurang. 2. Melayani masyarakat muslim secara leluasa dalam dunia perbankan yang berdasarkan syariah, karena bank yang ada selama ini adalah sifatnya konvensional yang operasionalnya menggunakan bunga. Sementara masyarakat muslim beranggapan bahwa bunga dalam prinsip Islam adalah riba, sedangkan riba adalah haram. 3. Meningkatkan partisipasi masyarakat banyak dalam proses pembangunan, terutama dalam bidang ekonomi keuangan. 4. Mengembangkan lembaga bank dan sistem perbankan yang sehat berdasarkan efisiensi dan keadilan, mempu meningkatkan partisipasi 25 rakyat banyak, sehingga dapat menggalakkan usaha-usaha ekonomi rakyat. 5. Mendidik dan membimbing masyarakat untuk berfikir secara ekonomis serta berprilaku bisnis, dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Prinsip utama yang dianut oleh Bank Islam adalah: 1. Larangan riba (bunga) dalam berbagai bentuk transaksi 2. Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada perolehan keuntungan yang sah menurut syariah 3. Memberikan zakat. Zakat sebagai instrumen untuk pemenuhan kewajiban penyisihan harta yang merupakan hak orang lain yang memenuhi syarat untuk menerima, demikian juga anjuran yang kuat untuk mengeluarkan infak dan sedekah sebagai manifestasi dari pentingnya pemerataan kekayaan dan memerangi kemiskinan. 3. Pembiayaan a. Definisi Pembiayaan Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok yang diemban oleh bank, baik Bank Syariah maupun Bank Konvensional. Pada bank syariah, pembiayaan diberikan berdasarkan nisbah bagi hasil, untuk menghindari penerimaan dan pembayaran bunga (riba) maka perbankan syariah menempuh cara memberikan pembiayaan (financing) berdasarkan prinsip jual beli (al bai’), prinsip sewa 26 (ijarah) dan berdasarkan prinsip kerja sama (syirkah). Menurut Arifin, Pembiayaan (financing) adalah: “ Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang merupakannya dan layak memperolehnya” (Arifin,2005:185). Menurut Undang-undang Perbankan nomor 10 tahun 1998, Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. b. Jenis-Jenis Pembiayaan Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Menurut Zainul Arifin (2002:185), jenis-jenis pembiayaan perbankan syariah terbagi menjadi 2 yaitu: 1. Pembiayaan Konsumtif Yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan. 2. Pembiayaan Produktif Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi. Sedangkan menurut Antonio, pembiayaan menurut keperluannya dibagi menjadi 2 yaitu (2001:160): 27 a. 1. 2. Pembiayaan modal kerja Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan (a) Peningkatan produksi baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi. (b) Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang. Pembiayaan Investasi Yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu. Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam tiga kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu: 1. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli (al Bai’) a. Pembiayaan Murabahah Berasal dari kata ribhu (keuntungan) adalah transaksi jual beli di mana bank menyebutkan jumlah keuntungannya, pembayaran dilakukan dengan cara pembayaran cicilan/tangguh dan barang diserahkan segera setelah akad. Dalam hal ini, bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. b. Pembiayaan Salam Yaitu transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan tunai. c. Pembiayaan Isthishna’ Yaitu transaksi jual beli di mana barang yangdiperjualbelikannya belum ada, oleh karena itu barang diserahkan diakhir setelah masa cicilan selesai. 2. Pembiayaan dengan prinsip sewa (Ijarah’) Ijarah yaitu kegiatan penyewaan suatu barang dengan imbalan pendapatan sewa. Transaksi Ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat dan objeknya adalah jasa. Bila terdapat kesepakatan pengalihan pemilikan pada akhir masa sewa disebut Ijarah mumtahiya bi tamlik (sama dengan operating lease) 3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil a. Pembiayaan Musyarakah Transaksi ini dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua 28 bentuk usaha yang melibatkan dua pihak ayau lebih di mana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud. b. Pembiayaan Mudharabah Bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian dengan menyepakati nisbah bagi hasil atas keuntungan yang akan diperoleh sedangkan kerugian yang timbul adalah resiko pemilik dana sepanjang tidak terdapat bukti bahwa mudharib melakukan kecurangan atau tindakan yang tidak amanah (misconduct). c. Fungsi Pembiayaan Adapun fungsi dari pembiayaan yaitu: 1. Pembiayaan Sebagai Penggerak Ekonomi Pembiayaan dapat diartikan sebagai aktivitas menyalurkan dana yang terkumpul kepada nasabah atau pengguna dana, memiliki jenis usaha dan menentukan nasabah mana yang akan dibiayai agar diperoleh jenis usaha yang produktif atau menguntungkan serta dikelola nasabah yang jujur dan bertanggung jawab. 2. Pembiayaan Sebagai Aktiva Produktif Aktiva produktif adalah penempatan dana oleh bank dalam aset yang menghasilkan pendapatan untuk menutupi beban-beban yang dikeluarkan oleh bank, dari aktiva ini bank mengharapkan adanya selisih keuntungan dari kegiatan pengumpulan dan penyaluran dana. Penanaman dana bank pada aktiva produktif wajib dilaksanakan berdasarkan prinsip kehati-hatian. 29 3. Pembiayaan Sebagai Proses Intermediasi Bank Syariah dalam melakukan intermediasi keuangan mempunyai cara yang sangat berbeda dengan bank-bank konvensional karena model pendanaan dan investasi sistem profit and loss sharing dalam perdagangan dan perniagaan sangat menonjol dalam aktivitasaktivitas intermediasi. D. Pembiayaan Mudharabah 1. Definisi Mudharabah Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Berikut adalah skema pembiayaan mudharabah: Gambar 2.3 Skema Pembiayaan Mudharabah Rp. Rp. Mudharib Bank Syariah Shahib al-mal (Pelaksana usaha) (Intermediasi keuangan) (Pemilik dana) Bagi hasil Bagi hasil 30 2. Dasar Hukum Melakukan Mudharabah itu boleh (mubah). Dasar hukumnya ialah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Shuhaib r.a., bahwasannya Rasulullah Saw telah bersabda: Artinya: “ Ada tiga perkara yang diberkati: jual beli yang ditangguhkan, member modal dan mencampur gandum dengan jelai untuk keluarga, bukan untuk dijual. “ 3. Rukun Pembiayaan Mudharabah Rukun dalam pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut: 1. Adanya pelaku. Dalam pembiayaan ini harus ada minimal dua pelaku, dimana pelauk pertama bertindak sebagai pemilik modal (shahib almal), sedangkan pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha (mudharib). 2. Adanya Objek. Pemilik modal harus menyerahkan modalnya sebaga objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan bisa berbentuk uang atau barang yang dirinci berapa nilai uangnya. Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill, management skill, dan lain-lain. 3. Persetujuan kedua belah pihak (ijab qabul). Ijab qabul ini merupakan konsekuensi dari prinsip an-taraddin minkum (sama-sama rela). Disini kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah. 31 4. Nisbah keuntungan. Rukun ini adalah rukun yang khas dalam pembiayaan mudharabah yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak yang bermudharabah. Mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan shahib al-mal mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. 4. Manfaat Mudharabah Adapun manfaat Mudharabah pada perbankan syariah (Azhari,2009:56) a. b. c. d. e. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. Bank tidak mewajibkan membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negatif spread. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah. Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah/musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga di mana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu sejumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi. Dalam Pembiayaan ada beberapa ketentuan dasar, antara lain: a. Pembiayaan yang diajarkan Islam berada dalam bingkai halal dan haram sebagai wujud penciptaan kemaslahatan umat dan menjauhkan kerusakan. Islam mengajarkan agar dalam berusaha hanya 32 mengambil yang halal dan yang baik. Halal dan haram disini identik dengan baik dan buruk. Termasuk kategori yang diharamkan adalah segala sesuatu yang membahayakan manusia baik secara agama, jiwa dan akalnya. b. Obyek pembiayaan mencakup semua lapangan muamalah dengan memperhatikan kemaslahatan masyarakat sebagai skala prioritas syarat dengan cara konsekuwen kepada ajaran agama Islam kearah perbaikan dan ketinggian akhlak. c. Berusaha untuk memperolehan keuntungan yang proporsional/adil. Islam membolehkan kepada para investor untuk mengejar keuntungan yang besar (proporsional) selama sesuai dengan keadilan kedua belah pihak; antara penjual dan pembeli atau antara investor dan pengelola. d. Tidak hanya untuk mengembangkan harta tapi juga untuk memperluas ruang lingkup ZIS kepada masyarakat. Tujuan utama pembiayaan bukan sekedar untuk mengembangkan dan memperbanyak nilai harta tapi berimplikasi pada bertambahnya secara kuantitas pada harta yang salurkan melalui ZIS karena pada harta itu terdapat hak orang lain (fakir miskin dan pemita-peminta). 5. Bentuk-Bentuk Mudharabah Pada prinsipnya, mudharabah sifatnya mutlak dimana shahib almal tidak menetapkan restriksi atau syarat-syarat tertentu kepada si 33 mudharib. Pembiayaan mudharabah pada umumnya terbagi menjadi dua, yaitu Bentuk mudharabah ini disebut mudharabah mutlaqah atau dalam bahasa Inggrisnya dikenal sebagai Unrestricted Investment Account (URIA). Namun demikian, apabila dipandang perlu, shahib al-mal boleh menetapkan batasan-batasan atau syarat-syarat tertentu guna menyelamatkan modalnya dan resiko kerugian. Syarat-syarat atau batasan-batasan ini harus dipenuhi oleh si mudharib. Apabila mudharib melanggar batasan-batasan ini, ia harus bertanggungjawab atas kerugianya yang timbul. Jenis mudharabah seperti ini disebut mudharabah muqayyadah (mudharabah terbatas atau dalam bahasa Inggrisnya Restricted Investment Account). Jadi pada dasarnya terdapat dua bentuk mudharabah yakni mutlaqah dan muqayyadah. Pada praktiknya perbankan syariah modern, kini dikenal dengan dua bentuk mudharabah muqayyadah yaitu on balance sheet dan off balance sheet: Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet yaitu aliran dananya terjadi dari satu nasabah investor ke sekelompok pelaksana udaha dalam beberapa sektor terbatas, misalnya pertanian, manufaktur dan jasa(Karim,2007:212) . Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet dimana aliran dana berasal dari satu nasabah investor kepada satu nasabah pembiayaan”. (Karim,2007:212). Berikut adalah bentuk-bentuk Mudharabah di Bank Syariah: 34 Gambar 2.4 Bentuk-Bentuk Mudharabah di Bank Syariah Off Balance Sheet Muqayyadah Mudharabah On Balance Sheet Mutlaqah 6. Nisbah Keuntungan a. Prosentase Nisbah keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk prosentase antara kedua belah pihak. b. Bagi Untung dan Bagi Rugi Ketentuan di atas itu merupakan konsekuensi logis dari karakteristik akad mudharabah itu sendiri, yang tergolong dalam kontrak investasi (natural uncertainty contracts). Dalam kontrak ini, return and timing cash flow kita tergantung kepada kinerja sektor riilnya. Bila laba bisnisnya besar, kedua belah pihak mendapat bagian yang besar pula dan begitupun sebaliknya. Filosofi ini hanya berjalan jika nisbah laba ditentukan dalam bentuk prosentase, bukan dalam nominal rupiah tertentu. 35 Bila bisnis mudharabah mengalami kerugian, maka pembagian kerugian itu bukan berdasarkan atas nisbah tetapi berdasarkan porsi modal masing-masing pihak. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan kemampuan untuk menanggung kerugian diantara kedua belah pihak. Kemampuan shahib al-mal untuk menanggung kerugian financial tidak sama dengan kemampuan mudharib. Dari sisi mudharib sebenarnya mengalami kerugian pula, hanya saja kerugiannya dari sisi pekerjaan. Artinya ketika pembiayaan mudharabah mengalami kerugian maka mudharib terancam hilangnya kerja, usaha dan waktu yang telah dia curahkan untuk menjalankan bisnis itu. Sebenarnya kedua belah pihak mengalami kerugian, tetapi bentuk kerugiannya yang ditanggung oleh keduanya berbeda, sesuai dengan objek mudharabah yang dikontribusikannya. c. Jaminan Ketentuan pembagian diatas hanya berlaku bila kerugian terjadi hanya murni diakibatkan oleh resiko bisnis (business risk), bukan karena karakter buruk, misalnya karena mudharib lalai dan/atau melanggar persyaratan-persyaratan kontrak mudharabah, maka shahib al-mal tidak perlu menanggung kerugian seperti ini. d. Menentukan Besarnya Nisbah Besarnya nisbah ditentukan berdasarkan kesepakatan masing-masing pihak yang berkontrak. Angka besaran nisbah ini muncul sebagai hasil 36 tawar menawar antara shahibul al-mal dengan mudharib. Dengan demikian, angka nisbah ini bervariasi, bisa 50:50, 60:40, 70:30, 80:20. Dalam praktiknya di perbankan modern, tawar menawar nisbah antara pemilik modal (yakni investor atau deposan) dengan Bank Syariah adi bagi hanya terjadi bagi deposan/investor dengan jumlah besar, karena mereka ini memiliki daya tawar relatif tinggi. Kondisi ini disebut sebagai special nisbah. Sedangkan untuk deposan kecil, biasanya tawar menawar tidak terjadi. Bank Syariah hanya mencantumkan nisbah yang ditawarkan, setelah itu deposan boleh setuju boleh tidak. Bila setuju maka ia akan melanjutkan menabung. Bila tidak setuju, ia dipersilahkan mencari Bank Syariah lain yang menawarkan nisbah yang lebih menarik. e. Cara Menyelesaikan Kerugian Jika terjadi kerugian, cara menyelesaikannya adalah: 1. Diambil terlebih dahulu dari keuntungan, karena keuntungan merupakan pelindung modal. 2. Bila kerugian melebihi keuntungan, baru diambil dari pokok modal. E. Teori Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) Pada pasal 16 ayat (1) dan (2) UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, secara eksplisit dinyatakan bahwa pendayagunaan zakat adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup para mustahik sesuai dengan 37 ketentuan agama (delapan ashnaf) dan dapat dimanfaatkan untuk usaha produktif. Secara lebih spesifik, dalam Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 373 Tahun 20035 pasal 28 ayat (2) dijelaskan bahwa pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dilakukan apabila zakat sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup para mustahik dan ternyata masih terdapat kelebihan. Jadi, Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS), dapat dimanfaatkan untuk usaha produktif apabila terdapat usaha-usaha nyata yang berpeluang menguntungkan. Gambar 2.5 Pendayagunaan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) Pendayagunaan zakat, infak, sedekah (ZIS) Konsumtif Kesehata Pendidikan Produktif Sosial Pengembangan Pemberdayaan (emerge & Komunitas ncy pemberdayaan fund, UMKM bencana alam, dll ) 38 Secara garis besar, dana ZIS dapat didistribusikan pada dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan-kegiatan yang bersifat konsumtif dan produktif. Kegiatan produktif adalah pemberian bantuan yang diperuntukkan bagi kegiatan usaha produktif sehingga dapat memberikan dampak jangka menengah-panjang bagi para mustahik. Pendayagunaan ZIS secara produktif dapat dilakukan dengan memberikan pembiayaan produktif kepada para mustahik. “Pembiayaan produktif adalah pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi “(Antonio,2001:87). Berdasarkan jenis keperluannya, pembiayaan produktif dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Pembiayaan modal kerja, yang merupakan pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan produksi secara kuantitatif (jumlah hasil produksi) dan kualitatif (peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi) serta untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang. 2) Pembiayaan investasi, yang merupakan pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods). Serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan investasi. 1. Teori Zakat a. Definisi Zakat Definisi zakat menurut Ketua Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Didin Hafidhuddin sebagai berikut: 39 Secara etimologis, zakat menurut Didin Hafidhuddin memiliki arti kata berkembang (an-namaa), mensucikan (at-thabaratu) dan berkah ( al-barakatu). Secara terminologis, zakat berarti mengeluarkan sebagian harta dengan persyaratan tertentu untuk diberikan kepada kelompok tertentu (mustahik) dengan persyaratan tertentu pula (dalam zakat & empowering Jurnal Pemikiran dan Gagasan, 2009: 48). Zakat menurut istilah agama Islam artinya kadar harta yang tertentu, yang diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan beberapa syarat. Menurut al-Qardhawi, “ tujuan mendasar ibadah zakat untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan sosial, seperti pengangguran, kemiskinan dan lain-lain “. (al-Qardhawi,2002:122). Sedangkan menurut Pramanik berpendapat, “ zakat dapat memainkan peran yang sangat signifikan dalam mendistribusikan pendapatan dan kekayaan dalam masyarakat muslim”. (dalam zakat & empowering Jurnal Pemikiran dan Gagasan, 2009:49). Menurut Ghozali, implikasi dari zakat ialah: Tumbuhnya harta akibat zakat tersebut dapat dijelaskan dengan pengaruh zakat terhadap pendapatan, konsumsi tabungan, investasi dan tenaga kerja dan implikasi zakat yang bersifat berlipat ganda (multiplier effect) terhadap perekonomian secara keseluruhan. (dalam penelitian yang dilakukan oleh Suprayitno,dkk,2009:15) Secara formal keberadaan zakat diatur dalam UU No. 38/1999 tentang pengelolaan zakat. Pengelolaan zakat ini tidak hanya dimonopoli oleh BAZIS yang dikelola oleh Negara tetapi dikelola secara swadaya oleh masyarakat. Dalam konteks lebih makro, konsep ZIS memiliki dampak yang luar biasa. Dari aspek lain, dapat dilihat ZIS dari sisi 40 pandangan ekonomi secara makro, ZIS dapat dijadikan salah satu sumber ekonomi suatu negara atau daerah, karena ZIS dijadikan sebagai salah satu bentuk distribusi masyarakat yang memiliki kekayaan atau yang berkecukupan terhadap masyarakat yang kurang mampu. ZIS dapat membantu beban biaya negara yang harus diperuntukkan untuk para fakir miskin, sesuai dengan jiwa Undang-undang Dasar 1945 bahwa orang miskin adalah termasuk tanggung jawab negara, supaya dapat hidup bahagia dan sejahtera. Zakat memiliki fungsi yang sangat penting dan strategis, yaitu sebagai pengentasan kemiskinan dan pemerataan ekonomi yang berkeadilan. Di lihat dari sisi zakat sebagai instrument pengentasan kemiskinan yang efektif, ramah pasar dan lestari. “ Zakat sebagai instrumen pengentasan kemiskinan memiliki banyak keunggulan dibanding instrumen fiskal konvensional “ (M. Syafe’ie El-Bantanie: 2009:76). b. Dasar Hukum Zakat adalah salah satu dari lima rukun Islam, oleh karena itu setiap muslim yang memiliki harta yang nisabnya sudah cukup dan haulnya sudah tiba wajib menunaikan zakat hartanya itu. Mengenai hukum itu, Rasulullah saw bersabda: Artinya: “ Islam mempunyai lima sendi ( rukun ), yaitu: yang pertama syahadatain, yakni mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, kedua mendirikan shalat, ketiga menunanikan zakat, 41 keempat puasa bulan Ramadhan dan kelima melaksanakan ibadah haji ” (Bahreisy,1983:61). Dasar hukum wajib tersebut terdapat juga dalam firman Allah Swt, seperti terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 43: Artinya: “ Dan dirikanlah olehmu shalat dan keluarkanlah zakat dan tunduklah bersama orang-orang yang tunduk “ (Q.S. AlBaqarah[2]:43) Kemudian dalam surat Al Bayyinah ayat 5: Artinya: “ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. “ (Q.S. Al-Bayyinah[98]:5) c. Syarat Wajib Zakat Karena zakat merupakan ibadah yang berfungsi menyucikan jiwa orang berzakat (muzakki) maka haya orang muslimah yang dikenakan kewajiban zakat, adapun syaratwajib zakat adalah sebagai berikut: - Baligh dan berakal Ahli fiqih mazhab hanafi menetapkan baligh dan berakal sebagai syarat wajib zakat. - Mencukupi nishab 42 Nishab adalah jumlah harta yang ditentukan secara hukum, di mana harta tidak wajib dizakati jika kurang dari ukuran tersebut. Syarat ini berlaku pada uang, perak, barang dagangan dan hewan ternak. Diantara syarat wajib zakat adalah apabila jumlah harta itu mencapai satu nisab. - Harta itu milik sendiri secara sempurna Yang dimaksud dengan istilah ini ialah harta yang tidak ada di dalamnya hak orang lain yang wajib dibayarkan. Atas dasar syarat ini seorang yang memiliki harta yang cukup satu nishab, tetapi ia masih mempunyai hutang pada orang lain yang jika dibayarkan sisa hartanya tidak lagi mencapai satu nishab, maka dalam hal ini tidak wajib zakat padanya, karena hartanya bukanlah miliknya secara sempurna. - Sampai haul Haul adalah perputaran waktu selama satuan atau 12 bulan. Harta yang sudah cukup senishab baru wajib dizakatkan jika sudah sampai setahun sampai setahun dimiliki secara sempurna. - Berkembang Pengertian berkembang menurut bahasa sekarang adalah bahwa sifat kekayaan itu memberikan keuntungan atau pendapatan, keuntungan investasi, ataupun pemasukan sesuai dengan istilah yang dipergunakan oleh ahli-ahli perpajakan. Ataupun kekayaan itu 43 berkembang dengan sendirinya, artinya bertambah dan menghasilkan produksi. d. Delapan kelompok yang berhak menerima zakat Orang yang berhak menerima zakat terbagi atas delapan golongan. Sebagaimana yang telah diterangkan Allah dalam Al-Qur’an surat At Taubah[9]: 60. 1. Fakir Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup. 2. Miskin Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup. 3. Amil Amil adalah mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat. 4. Muallaf Muallaf adalah mereka yang diharapkan kecenderungan hatinya atau keyakinannya dapat bertambah terhadap islam, atau terhalangnya niat jahat mereka atas kaum muslimin atau terhalang akan adanya kemanfaatan mereka dalam membela dan menolong kaum muslimin dari musuh. 5. Riqab ( budak ) Riqab adalah budak yang sedang berusaha untuk membebaskan dirinya dari tuannya. 6. Gharimin ( orang yang berhutang ) Gharimin yang artinya orang-orang yang terjerat lehernya atau terikat kebebasannya oleh hutang, sedang mereka tidak berdaya untuk membebaskan diri. 7. Sabilillah Sabilillah adalah kalimat yang bersifat umum, mencakup segala amal perbuatan ikhlas, yang dipergunakan untuk bertakarub kepada Allah ‘Azza Wa Jalla, dengan melaksanakan segala perbuatan wajib, sunnah dan bermacam kebajikan lainnya. Diantara tafsir ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain. 8. Ibnu Sabil 44 Ibnu sabil adalah orang yang dalam perjalanan atau dalam keadaan musafir yang kehabisan bekal meskipun tadinya mereka tergolong orang kaya di negeri asalnya, karena jauhnya dari tempat harta mereka, mereka tidak dapat mempergunakan harta itu untuk kepentingan dan kebutuhannya. e. Hikmah dan Manfaat Zakat Setiap kewajiban yang diperintahkan Allah SWT, termasuk adanya kewajiban berzakat, pasti memiliki hikmah dan manfaat. Mengemukakan beberapa peran dan hikmah zakat, yaitu (Hafidhuddin,1998:54): a) Zakat merupakan perwujudan iman kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-Nya, menumbuhkan rasa kepedulian yang tinggi, menghilangkan sifat kikir dan rakus, sekaligus mengembangkan dan mensucikan harta yang dimiliki. b) Zakat sesungguhnya tidak hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif yang bersifat sesaat, melainkan juga memberikan kecukupan kepada mustahiq dengan cara menghilangkan atau memperkecil penyebab kemiskinan. c) Zakat sebagai pilar jama’i antara kelompok aghniya yang berkecukupan dengan para mujahid yang waktunya sepenuhnya untuk berjuang di jalan Allah sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk berusaha bagi kepentingan nafkah diri dan keluarganya. d) Zakat merupakan salah satu bentuk kongkrit jaminan sosial yang disyari’atkan oleh ajaran Islam bagi para mustahiq. e) Zakat merupakan salah satu sumber dana pembangunan sarana dan prasarana yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana pendidikan, kesehatan, sosial-ekonomi, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia muslim. f) Zakat dapat memasyarakatkan etika bisnis yang benar. Hal ini karena zakat berarti mengeluarkan bagian dari hak orang lain dari harta yang diusahakan dengan baik dan benar. g) Zakat merupakan salah satu instrumen pemerataan pendapatan. h) Dorongan ajaran Islam yang begitu kuat untuk berzakat, berinfak, dan bersedekah menunjukkan bahwa Islam mendorong umatnya untuk bekerja dan berusaha agar mampu memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya, serta berlomba-lomba menjadi muzakki dan munfiq (orang yang berinfaq). 45 2. Teori Infak a. Definisi Infak Definisi menurut Infak menurut Hidayat, “Infak adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang setiap kali memperoleh rezeki sebanyak yang dikehendakinya” (Hidayat,2010:316). Sedangkan definisi menurut Hafidhuddin, “Infak berasal dari kata “anfaqa” yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk suatu kepentingan” (Hafidhuddin,2002). b. Dasar Hukum Infak dalam surat Al-Baqarah ayat 1 s/d 5 disebut merupakan salah satu prasarat bagi seseorang untuk dapat disebut muttaqien yang mendapat jaminan selalu memperoleh petunjuk dari Tuhan dan selalu diberikan kemenangan atau kejayaan. Artinya: “mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. “ (Q.S. Al-Baqarah[2]:2) Kemudian pada surat Al-Baqarah ayat 219, disebutkan bahwa besarnya nilai rejeki yang harus diinfakkan adalah “kelebihan dari keperluan”, sangat relatif sekali. 46 Artinya: “ Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu supaya kamu berfikir. “ (Q.S. A-Baqarah[2]:219) 3. Teori Sedekah a. Definisi Sedekah Sedekah ini hukumnya adalah sunnah, bukan wajib. Karena itu, untuk membedakannya dengan zakat yang hukumnya wajib, para fuqaha menggunakan istilah sedekah atau shadaqah atau ash shadaqah an nafilah. Menurut Hidayat, “Sedekah adalah pemberian sukarela yang dilakukan seseorang kepada orang lain terutama kepada orang-orang miskin” (Hidayat,2010:316). b. Dasar Hukum Sedekah adalah sesuatu yang ma’ruf (benar dalam pandangan syara). Pengertian ini didasarkan pada hadits shahih riwayat Imam Muslim bahwa Nabi SAW bersabda : Kullu marufin shadaqah (Setiap kebajikan adalah shadaqah). Firman Allah Swt dalam surat Al-Baqarah ayat 245: 47 Artinya: “ Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan memperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (Al-Baqarah[2]:245) 4. Implikasi ZIS terhadap perkembangan mikroekonomi dan makroekonomi Zakat adalah sistem fiskal pertama di dunia pada abad ke-7 M yang memiliki kelengkapan aturan yang luar biasa mulai dari subjek zakat, objek harta zakat dan masing-masing tarifnya. Pada saat yang sama, ZIS juga memiliki berbagai karakteristik dan implikasi ekonomi yang penting dan signifikan, yang membuat diinginkan secara sosial. Dalam konteks sosial-ekonomi, institusi ZIS memiliki berbagai implikasi ekonomi baik tingkat mikro atau makro. a. Impilkasi Mikro ZIS 1). ZIS dan Konsumsi Agregat ZIS merupakan pendistribusian kekayaan dalam Islam yang diterapkan sejak zaman dahulu, masyarakat yang berlebih harta dapat menyalurkan hartanya melalui ZIS. Dengan adanya pentransferan pendapatan maka pihak yang menerima ZIS dapat mengalami peningkatan pendapatan disposable, akan meningkatkan konsumsi dan 48 sekaligus mengizinkan penerima ZIS untuk mulai menabung. Dalam jangka panjang, transfer ZIS akan membuat ekspektasi pendapatan dan tingkat kekayaan penerima ZIS meningkat yang pada gilirannya membuat konsumsi menjadi lebih tinggi lagi. Dengan kata lain, selain akan meningkatkan kuantitas konsumsi, penerapan zis juga akan meningkatkan kualitas konsumsi perekonomian. 2). ZIS dan Tabungan Nasional Dalam perspektif Islam, tabungan bukanlah aktivitas residual, melainkan sebuah tindakan rasional yang memiliki tujuan tertentu yang positif bukan untuk ditimbun. “Tabungan untuk persiapan di masa depan adalah diperbolehkan bahkan dianjurkan “ (QS. AlHasyr:8), di saat yang sama, Islam melarang bersikap berlebih-lebihan (QS. Al-Furqan:67). Motivasi untuk menabung dalam perekonomian Islam adalah expected rate of return on savings, bukan suku bunga. Untuk mempertahankan tingkat kekayaan konstan atau mengembangkannya, maka tabungan harus diinvestasikan pada kegiatan produktif di sektor riil. “ Dengan demikian rate of return on saving sepenuhnya ditentukan tingkat bagi hasil dan pengembalian proyek karena tarif zakat adalah konstan “ (Khan,1995:54). 3). Zakat dan Produksi Agregat 49 Pada sistem perpajakan, zakat adalah sistem pajak yang ramah terhadap dunia usaha (market friendly). Zakat memiliki tarif yang rendah dan tetap serta tidak pernah berubah-ubah karena sudah diatur dalam syariat. Sebagai instrumen fiskal, zakat memberi insentif untuk kemajuan dunia usaha, sehingga menaikkan output dan menurunkan harga. Sebagai instrument pasar, zakat adalah instrumen yang memiliki distorsi pasar yang minimal. Pada kasus zakat perniagaan, hal ini terlihat pada kenyataan bahwa objek zakat adalah keuntungan perdagangan. Dengan demikian, penerapan zakat tidak mempengaruhi struktur biaya dan tingkat keuntungan, harga jual dan kuantitas produksi. “ Upaya perusahaan memaksimalkan keuntungan akan berjalan beriringan dengan upaya memaksimalkan zakat “(Karim:2007). 4). ZIS dan Investasi Industri ZIS memiliki dampak positif pada investasi dengan mempenalti penumpukkan dana, sumber daya yang menganggur dan penggunaan sumber daya di asset yang tidak produktif. Jika kekayaan diinvestasikan secara produktif, maka nilai kekayaan akan turun dari tahun ke tahun hingga mencapai nilai nishab kalau untuk zakat. Dalam perekonomian Islam dimana riba dilarang, maka penerapan ZIS ini memberi insentif yang kuat bagi pemilik kekayaan untuk melakukan 50 investasi di sektor riil dalam rangka mempertahankan tingkat kekayaan mereka. Penerapan ZIS akan membuat permintaan investasi untuk setiap expected rate of return akan selalu lebih tinggi dalam perekonomian Islam dibandingkan perekonomian konvensional. Hal ini terjadi karena dalam perekonomian Islam meminjamkan modal untuk mendapat bunga adalah dilarang, sehingga alternatif bagi investasi riil hanyalah membiarkan modal menganggur. Modal yang menganggur ini akan terkena penalti zakat. Karena zakat dikenakan terhadap keseluruhan kekayaan, tidak hanya terhadap pendapatan, maka selain mempenalti harta yang menganggur, zakat juga secara otomatis mempenalti penggunaan sumber daya di aset-aset yang tidak produktif dan berkembang seperti emas-perak, property mewah dan lain-lain. dengan demikian, dalam perekonomian Islam dimana ZIS diterapkan, akan terjadi investment switching dari investasi di aset-aset yang tidak produkrif ke investasi di asset-aset produktif. b. Implikasi Makro ZIS 1). ZIS dan Efisiensi Alokatif ZIS mentransfer sebagian pendapatan kelompok kaya yang merupakan bagian kecil dalam masyarakat kekelompok miskin yang merupakan bagian terbesar dalam masyarakat. Hal ini secara langsung 51 akan meningkatkan permintaan barang dan jasa dari kelompok miskin yang umumnya adalah kebutuhan dasar seperti pangan, sandang dan papan. Permintaan yang lebih tinggi untuk kebutuhan dasar masyarakat terkait ZIS ini, akan mempengaruhi komposisi produksi barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian, sehingga akan membawa pada alokasi sumber daya menuju ke sektor-sektor yang lebih diinginkan secara social. Hal ini akan meningkatkan efisiensi alokatif dalam perekonomian. Dalam perekonomian yang tidak memiliki mekanisme transfer pendapatan wajib dan sebagian besar penduduknya adalah miskin, maka kebutuhan riil masyarakat sering tidak tercermin dalam permintaan pasar. Dengan ZIS yang mentransfer pendapatan ke orang miskin, maka permintaan barang dan jasa orang miskin akan meningkat. Dalam hal ini, kita dapat memandang fungsi alokatif ZIS yang merealokasi sumber daya dari orang kayak ke orang miskin ini, sebagai cara yang efektif untuk memerangi kemiskinan (S.I. Tag ElDin:1995). 2). ZIS, Kebijakan Fiskal dan Stabilisasi Makroekonomi ZIS telah dianjurkan sebagai instrumen kebijakan fiskal dengan adanya diskresi yang dimiliki oleh pemerintah atau otoritas fiskal. Di sini belanja ZIS bisa tidak sama dengan dana ZIS yang terkumpul, tergantung pada situasi perekonomian. 52 Pada perekonomian dalam kondisi ekspansi, pengumpulan dana zakat meningkat akibat naiknya basis ZIS. Namun pada saat yang sama, jumlah penerima ZIS akan berkurang karena kondisi ekonomi yang sedang baik (IZDR,2010:57). Dalam kerangka institusi sosial-ekonomi Islam, ZIS memiliki dampak stabilisasi terhadap perekonomian melalui jalur tabungan dan investasi. Dalam perekonomian Islam, dimana ZIS diterapkan dan riba dilarang, keputusan investasi menjadi bagian integral dari keputusan menabung. ZIS dikenakan terhadap tabungan dan dana yang menganggur. Jika investasi tidak menjadi bagian terintegrasi dalam keputusan menabung, maka tingkat kekayaan akan menurun. Jika tabungan diikuti investasi, maka tingkat pengembalian proyek akan tergantung sepenuhnya pada tingkat bagi hasil dan tingkat pengembalian proyek, karena tarif zakat adalah konstan. 3). ZIS dan Penciptaan Lapangan Kerja Kerangka sosial-ekonomi perekonomian Islam mendorong penciptaan langan kerja melalui dua jalur, yaitu: penciptaan pekerjaan dengan upah tetap (fixed-wage job) dan penciptaan peluang wirausahawan (entrepreneurial opportunities). “ Dan salah satu kerangka institusional terpenting dalam perekonomian islam untuk penciptaan lapangan kerja ini adalah zakat “ (M. Fahim Khan:1995). Islam memiliki institusi zakat yang merupakan sedekah wajib, serta menganjurkan sedekah tidak wajib seperti wakaf dan infak. 53 Keberadaan institusi jaminan sosial ini akan menjamin setiap penduduk memperoleh tingkat kehidupan minimum. Dengan demikian, partisipasi dalam sumber daya manusia akan meningkat. Selain mendorong penciptaan peluang wirausahawan, penciptaan lapangan kerja dengan upah-tetap juga akan meningkat dalam perekonomian Islam. Hal ini terjadi karena akumulasi modal juga akan terjadi secara massif dalam perekonomian Islam sehingga investasi dan penciptaan lapangan kerja dengan upah-tetap terus meningkat. Sumber pertama akumulasi modal adalah melalui kegiatan nirlaba seperti qardhul hasan, zakat, infak, sedekah dan wakaf. Motivasi tanpa mengharap balasan ini sulit kita temui di perekonomian konvensional. Sumber akumulasi modal lain adalah tabungan para pengusaha. Jumlah wirausahawan yang lebih besar dalam perekonomia Islam secara implisit menegaskan bahwa jumlah tabungan dan dana yang diinvestasikan ulang akan lebih banyak dibandingkan pada perekonomian konvensional dimana jumlah wirausahawan adalah sedikit. Sumber akumulasi modal terakhir berasal dari kombinasi penerapan zakat dan pelarangan riba. Semua tabungan dalam perekonomian Islam akan diarahkan untuk kegiatan investasi produktif, melalui pelarangan riba, spekulasi dan judi atau pemiliki 54 modal financial akan mendapati modal mereka berkurang oleh zakat setiap tahunnya. 4). ZIS dan Pengentasan Kemiskinan Kemiskinan membawa pada kehinaan yang dilarang dalam Islam dan menjadi sumber kejahatan dalam seluruh aspek kehidupan sosialekonomi. Institusi ZIS adalah program pengentasan kemiskinan wajib (mandatory expenditure) dalam perekonomian Islam. Dampak ZIS terhadap upaya pengentasan kemiskinan adalah sesuatu yang signifikan dan berjalan secara otomatis (built-in) di dalam sistem islam. Keberadaan ZIS dalam kerangka sosial-ekonomi Islam menjadi basis yang kuat bagi program pengentasan kemiskinan secara berkelanjutan. Sebagai sebuah instrumen fiskal yang berpihak pada kelompok miskin dan menjadi program wajib pengentasan kemiskinan bagi setiap rezim pemerintahan, ZIS sangat superior dibandingkan instrument fiskal konvensional. 5). ZIS dan Distribusi Pendapatan Pertumbuhan ekonomi hanya sedikit member manfaat bagi kesejahteraan masyarakat jika tidak di distribusikan secara merata. Secara umum, distribusi pendapatan dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok. Pertama, distribusi pendapatan fungsional, yang ditujukan dengan pembagian pendapatan menurut kelompok faktor produksi, seperti tenaga kerja dan modal. Kedua, distribusi pendapatan personal, 55 yang ditujukan dengan pembagian pendapatan antar individu dalam masyarakat. Selain disebabkan oleh konsentrasi kepemilikan faktor produksi, kesenjangan pendapatan personal juga banyak disebabkan oleh ketiadaan instrumen distribusi pendapatan dan minimnya ketersediaan barang-barang publik penting seperti, pendidikan, kesehatan, infrastruktur dasar dan lain-lain. ZIS memiliki fungsi redistribusi baik melalui distribusi pendapatan faktorial maupun melalui distribusi pendapatan personal. ZIS diterapkan pada harta yang memiliki potensi untuk berkembang, termasuk modal financial (uang) dan modal fisik seperti gedung dan pabrik. Sementara itu, sebagai mekanisme redistribusi pendapatan, ZIS secara efektif akan meredistribusi pendapatan dari kelompok kaya ke kelompok miskin. Redistribusi pendapatan melalui ZIS dapat dilakukan dengan melakukan transfer payment atau negative incometax secara langsung keorang miskin ataupun melalui penyediaan barang-barang publik yang sangat dibutuhkan orang miskin yang juga memiliki dampak redistributif yang kuat seperti kesehatan dan pendidikan. 6). ZIS dan Pertumbuhan Ekonomi ZIS berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi baik melalui jalur permintaan agregat maupun jalur penawaran agregat. Dampak positif ZIS pada konsumsi dan investasi secara jelas akan menaikkan 56 permintaan agregat dalam perekonomian. Kombinasi dampak zis terhadap konsumsi dan investasi akan meningkatkan permintaan agregat perekonomian. “ Melalui dampak pengganda (multiplier effect) dalam perekonomian, hal ini akan membawa pada peningkatan pendapatan nasional “ (Skousen,2005:190). Belanja dana ZIS akan meningkatkan konsumsi kelompok miskin, yang kemudian akan memicu kenaikan produksi barang dan jasa terkait belanja konsumsi kelompok miskin. Kenaikkan produksi dipastikan akan menggerakkan roda perekonomian secara luas berupa permintaan terhadap input faktor produksi, seperti tenaga kerja, modal fisik, energi dan bahan baku hingga permintaan terhadap input antara (intermediary input), terutama produk dan jasa kebutuhan dasar yang umumnya dihasilkan oleh produsen domestik. Penerapan ZIS juga akan member dampak positif pada tabungan kelompok miskin dan pada saat yang sama memberi dampak netral terhadap tabungan kelompok kaya. Dengan demikian secara agregat, tabungan nasional akan meningkat. Peningkatan tabungan ini akan mendorong kenaikkan investasi. Kenaikkan investasi ini pada gilirannya akan menghasilkan kenaikkan produksi barang dan jasa, menurunkan harga dan meningkatkan pendapatan riil masyarakat optimal. Demikian juga potensi zakat yang besar perlu dikonsolidasikan dalam kerangka otonomi daerah. 57 F. Penelitian Terdahulu Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa Jumlah Uang Beredar, Pembiayaan Mudharabah dan Penerimaan ZIS terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Diantaranya: 1. Arif Pujiyono ( 2003 ) Penelitian ini dengan judul Teori Endogenus Uang dalam Sistem Moneter Islam. Pada penelitian ini ingin memfungsikan Jumlah Uang Beredar melalui uji kausalitas dengan pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan Granger Causality Test, Variace Decomposition, Error Correction Model dan Asumsi Klasik. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa Jumlah Uang Beredar (M1) mempunyai hubungan dua arah Gross Domestic Bruto (GDP). Artinya Variabel GDP dapat menerangkan terhadap variabel M1, dan variabel M1 dapat menerangkan variabel M1. Dan hasil dari uji ECM menghasilkan mempunyai hubungan positif yang signifikan terhadap pertumbuhan Gross Domestic Bruto (GDP) baik untuk jangka pendek dan jangka panjang. Untuk Jumlah Uang Beredar (M2), hasil dari Granger menyatakan bahwa kedua variabel ini berdiri sendirisendiri artinya GDP tidak dapat menerangkan M2 begitupun sebaliknya M2 tidak dapat menerangkan GDP. Hal ini dikarenakan pertambahan pada M2 di Indonesia lebih ditentukan oleh faktor-faktor yang sifatnya di luar sistem. Adanya pertambahan M2 akan dipengaruhi pula oleh meningkatnya tagihan bersih pada pemerintah pusat. Indikasi ini terlihat 58 berdasarkan data laporan BI menunjukkan bahwa obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah dalam rangka menyehatkan perbankan yang mencapai Rp 510,1 trilyun. Penerbitan obligasi oleh pemerintah ini tentunya akan ikut meningkatkan jumlah uang kuasi yang ada, dimana uang kuasi sebagai komponen dari M2. 2. Muhamad Nafik H.R (2007) Penelitian ini dengan judul Dampak Bunga dan Bagi Hasil pada Perekonomian. Pada penelitian ini menggunakan data dari Januari 2001 sampai dengan Desember 2006, dan akan menganalisis berkenaan pengaruh bunga dan bagi hasil terhadap tabungan, pembiayaan (kredit), harga dan perekonomian. Perekonomian dalam hal ini yaitu penawaran dana (tabungan), penerimaan dana (kredit pembiayaan), investasi, biaya produksi dan harga, inflasi, uang beredar, pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan kesejahteraan masyarakat. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis Kuantitatif dan didukung dengan deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa: a. Dampak Bunga pada Tabungan dan Kredit Penawaran dana (uang) mempunyai hubungan positif dengan tingkat suku bunga, sedangkan permintaan dana (uang) mempunyai hubungan negatif dengan tingkat suku bunga. b. Dampak Bagi Hasil Pada Tabungan dan Pembiayaan 59 Hubungan positif antara tabungan dan pembiayaan dengan bagi hasil dan ini merupakan bukti bahwa sistem bagi hasil relevan dengan perilaku ekonomi masyarkat. c. Dampak Bunga Pada Harga Tinggi rendahnya bunga akan berpengaruh terhadap harga barang dan jasa. Naiknya tingkat bunga akan menaikan biaya produksi Apabila tingkat bunga naik maka berdampak terhadap naiknya harga barang dan jasa, dan sebaliknya, apabila tingkat bunga turun maka berdampak terhadap turunnya harga barang dan jasa. d. Dampak Bagi Hasil pada Harga Besar kecilnya nilai pembayaran bagi hasil baru dapat diketahui dan ditentukan oleh pendapatan yang diperolehnya (based of income), sehingga bagi hasil bukan merupakan biaya modal. Dengan demikian pembayaran bagi hasil tidak merubah kondisi keseimbangan dari kurva permintaan dan penawaran barang dan jasa. e. Dampak Bagi Hasil pada Investasi Apabila pendapatan dari bagi hasil meningkat maka akan meningkatkan penawaran dan permintaan investasi. f. Dampak Bunga pada Investasi Apabila tigkat bunga naik maka biaya modal mengalami kenaikkan dampaknya adalah menurunnya permintaan investasi dan sebaliknya 60 apabila tingkat bunga turun maka akan meningkatkan permintaan investasi. g. Dampak Bunga pada Inflasi dan Peredaran Uang Bunga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan inflasi (inflatoir) atau yang lebih tepat menyebabkan cost push inflation. Tingkat suku bunga yang lebih tinggi akan menurunkan permintaan uang, dalam kondisi yang demikian masyarakat akan mengalihkan uang pada aset finansial karena akan memperoleh pendapatan bunga yang lebih tinggi. Tetapi apabila ekonomi tumbuh maka masyarakat meninginkan memegang uang lebih banyak karena ingin membeli barang dan jasa yang lebih banyak. Apabila terjadi kenaikan produksi barang dan jasa maka permintaan uang akan meningkat sedemikian sehingga sama dengan penawaran uang. h. Dampak Bagi Hasil pada Inflasi dan Peredaran Uang Besar kecilnya tingkat pendapatan dari sistem bagi hasil tidak berpengaruh terhadap tingkat inflasi. Kurva permintaan dan penawaran uang dalam sistem ekonomi bagi hasil (ekonomi Islam) akan berhimpit dengan slope positif. i. Dampak Bunga pada Pertumbuhan Ekonomi Tingkat bunga berkorelasi negatif dengan permintaan investasi, maka kenaikan tingkat bunga akan menurunkan permintaan investasi dampaknya produksi barang dan jasa akan tertahan atau mungkin 61 akan mengalami penurunan. Berdasarkan uraian di atas maka tingkat bunga secara tidak langsung mempunyai korelasi negatif dengan pertumbuhan ekonomi. j. Dampak Bagi Hasil pada Pertumbuhan Ekonomi Apabila tingkat pendapatan bagi hasil meningkat maka kondisi ini merupakan indikator meningkatnya output suatu perekonomian dan sebaliknya apabila ouput dalam perekonomian meningkat (ekonomi tumbuh) maka pandapatan bagi hasil akan cenderung meningkat pula. k. Dampak Bunga pada Pengangguran dan Kesejahteraan Masyarakat Dampak bunga tidak memiliki pengaruh secara langsung terhadap pengangguran dan kesejahteraan masyarakat. Ketikan bunga mengalami peningkatan maka akan menaikkan biaya produksi, dengan naiknya biaya produksi akan menaikkan harga jual produk. Ketika harga naik maka akan menurunkan kuantitas produk yang terjual. Penurunan tersebut mengakibatkan menurunnya jumlah permintaan tenaga kerja yang mengakibatkan meningkatkan tingkat pengangguran di suatu negara. Dampak meningkatnya pengangguran berarti menurunkan pendapatan masyarakat yang akan berimplikasi penurunan pada kesejahteraan masyarakat. Jadi hubungan tingkat bunga terhadap pengangguran dan kesejahteraan masyarakat bersifat negatif. 62 l. Dampak Bagi Hasil pada Pengangguran dan Kesejahteraan Masyarakat Seperti halnya dengan bunga, bagi hasilpun mempunyai dampak yang tidak langsung. Bagi hasil pada pengangguran dan kesejahteraan mempunyai hubungan searah. 3. Mohammed B. Yussof ( 2009 ). Penelitian ini dengan judul An Analysis of Zakat Expenditure and Real Output Theory and Empirical Evidence. Pada penelitian ini menggunakan variabel 3 sektor Islam yaitu Sektor Rumah Tangga, Perusahaan dan Pemerintah. Studi ini menggunakan data Malaysia 20032006 menggunakan data panel dari 14 daerah di Malaysia. Data tahunan pada pengeluaran zakat dan PDB diperoleh dari Pusat Pungutan Zakat, Majlis Agama Islam Wilayah Persekutuan (Zakat Koleksi Pusat, Dewan Agama Islam Wilayah Federal) dan Unit Perencanaan Ekonomi (EPU) masing-masing. Hasil dari penelitian ini adalah Studi ini mencoba untuk menganalisis potensi zakat sebagai instrumen kebijakan fiskal dalam negara Islam dengan menggunakan model Keynesian sederhana. Kami merumuskan persamaan konsumsi untuk kedua pembayar zakat dan penerima, dan pengumpulan zakat untuk menurunkan persamaan ekuilibrium di pasar yang baik yang menunjukkan hubungan antara pengeluaran zakat dan output riil. Bukti empiris menggunakan data panel Malaysia mendukung hipotesis bahwa pengeluaran zakat adalah instrumen 63 fiskal ampuh untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini disarankan di sini bahwa negara-negara Muslim harus melakukan semua upaya untuk menetapkan zakat sebagai alat utama untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Dalam rangka untuk membuat ini sukses, kita harus mengatur koleksi zakat dan pengeluaran zakat dengan cara yang paling efektif dan efisien. Selama pengumpulan zakat dan pengeluaran yang tidak teratur, kita tidak pernah dapat mencapai potensi zakat sebagai instrumen fiskal yang efektif. 4. Eko Suprayitno, Radiah Abdul Kader & Azhar Harun (2009) Dalam penelitian ini melihat Pengelolaan zakat dan dampaknya terhadap variabel makroekonomi di Malaysia seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran dan pemasukan pajak. Dari hasil dari regresi menggunakan OLS mendapati hasil bahwa: Zakat dalam hasil analisis diatas memiliki pengaruh yang positif dan signifikan pada α=1% artinya jika penerimaan dan penagihan zakat pertumbuhan ekonomi juga meningkat. meningkat maka Pembagian zakat dalam hasil analisis di atas memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan pada α=1% artinya jika penagihan zakat meningkat maka inflasi akan mengalami penurunan. Penerimaan zakat dalam hasil analisis di atas memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan pada α=1% artinya jika penerimaan dan zakat meningkat maka kadar pengangguran akan menurun. Penerimaan zakat dalam hasil analisis di atas memiliki pengaruh yang 64 negatif dan signifikan pada α=1% artinya jika penerimaan zakat meningkat maka penerimaan pajak akan menurun. 5. Khairil Anwar ( 2011 ) Penelitian ini dengan judul Pengaruh Intermediasi Keuangan dan Jumlah Uang Beredar terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Pada penelitian ini menggunakan data time series yang menggunakan metode analisis dengan pengujian Kointegrasi dan Granger Causality Test dengan menggunakan variabel Produk Domestik Bruto (PDB), Jumlah Uang Beredar (JUB), Loans, Central Bank Assets (ABC) dan Commercial Bank Assets (ABCOM). Hasil dari penelitian ini, sebagai berikut: a. Hasil Kointegrasi Adanya hubungan intermediasi jangka keuangan panjang. berpengaruh Memperlihatkan terhadap bahwa peningkatan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang terutama pasca krisis. b. Hasil Granger Causality Test 1. Jumlah Uang Beredar (JUB) mempunyai hubungan yang searah signifikan dengan tingkat kepercayaan sebesar 1% dengan Produk Domestik Bruto. 2. Central Bank Assets (ABC) mempunyai hubungan signifikan pada tingkat kepercayaan 10% dengan Produk Domestik Bruto (PDB). 65 3. Commercial Bank Assets (ABCOM) mempunyai hubungan searah signifikan dengan tingkat kepercayaan 5% dengan Produk Domestik Bruto (PDB) 4. Loans mempunyai hubungan searah signifikan pada tingkat kepercayaan 5% dengan Produk Domestik Bruto (PDB). 6. Yuni Fitriani ( 2011 ) Penelitian ini dengan judul Pengaruh Tingkat Pembiayaan Perbankan Syariah (PPS), Jakarta Islamic Index (JII), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Pada penelitian ini menggunakan data time series yang menggunakan metode analisis dengan pengujian Error Correction Model (ECM) dengan menggunakan variabel Pembiayaan Perbankan Syariah (PPS), Jakarta Islamic Index (JII), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Hasil penelitan ini menghasilkan bahwa: a. Pembiayaan Perbankan Syariah (PPS) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Pada jangka pendek, PPS tidak memiliki pengaruh terhadap PDB dan pada jangka panjang PPS memiliki pengaruh yang negatif terhadap PDB. b. Jakarta Islamic Index (JII) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) 66 Pada jangka pendek, JII tidak memiliki pengaruh terhadap PDB dan jangka panjang JII memiliki pengaruh yang negatif terhadap PDB. c. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Pada jangka pendek, SBIS memiliki pengaruh yang negatif terhadap PDB dan jangka panjang SBIS memiliki pengaruh yang negatif terhadap PDB. d. Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Pada jangka pendek, JUB tidak memiliki pengaruh terhadap PDB dan jangka panjang JUB pengaruh yang negatif terhadap PDB. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu NO. Nama Peneliti 1 Arif Pujiyono 2 Muhamad Nafik H.R Tahun 2003 2007 Judul Penelitian Metode Penelitian Teori endogenus Granger uang dalam sistem Causality moneter Islam Test, ECM, Asumsi Klasik Dampak bunga dan bagi hasil pada perekonomian Deskriptif kualitatif diperkuat dengan kuantitatif. Hasil Penelitian Uang Beredar (M1) mempunyai hubungan positif kepada Pertumbuhan GDP. Uang Beredar (M2) berdiri sendiri-sendiri dengan pertumbuhan GDP. a. Bunga pada tabugan dan kredit Bunga – Tabungan (+) Bunga – Kredit (-) b. Bagi Hasil tabungan pembiayaan pada dan Bagi hasil – tabungan (+) Bagi hasil 67 – pembiayaan (+) c. Bunga pada harga (+) d. Bagi Hasil pada harga (tidak berpengaruh) e. Bagi hasil investasi (+) pada f. Bunga pada investasi () g. Bunga pada inflasi dan peredaran uang Bunga – inflasi (+) Bunga – uang (+) peredaran h. Bagi hasil pada inflasi dan peredaran uang Bagi hasil – Inflasi (tidak berpengaruh) Bagi hasil – peredaran uang (+) i. Bunga pada pertumbuhan ekonomi (-) j. Bagi hasil pada pertumbuhan ekonomi (+) k. Bunga pengengguran kesejahteraan masyarakat pada dan Bunga – pengangguran (-) Bunga – kesejahteraan (-) l. Bagi hasil pengangguran pada dan 68 kesejahteraan masyarakat 3 Mohammed B. Yussof 4 Eko Suprayitno, Radiah Abdul Kader, dan Azhar Harun 5 Khairil Anwar 2009 2009 2011 An Analysis of zakat expenditure and real output: theory and empirical evidence Pengelolaan zakat dan dampaknya terhadap variabel makroekonomi di Malaysia Pengaruh intermediasi keuangan dan jumlah uang beredar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia Bagi hasil pengangguran (+) – Bagi hasil kesejahteraan (+) – Data Panel dengan metode estimasi kuadrat terkecil generalized (GLS) Pengeluaran zakat adalah instrumen fiskal ampuh untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi. OLS 1.Pembagian zakat memiliki pengaruh signifikan positif terhadap Pertumbuhan ekonomi. 2.Pembagian zakat memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap inflasi. 3.Penerimaan zakat pengaruh signifikan negatif terhadap pengangguran. 4.Penerimaan zakat berpengaruf signifikan negatif terhadap penerimaan pajak Uji Kointegrasi dan Granger Causality test Kointegrasi: terdapat hubungan jangka panjang Granger: 1. JUB berpengaruh signifikan pada tingkat kepercayaan 1% terhadap PDB. 2. ABC berpengaruh signifikan pada tingkat kepercayaan 10% 69 terhadap PDB. 3. ABCOM berpengaruh signifikan pada tingkat kepercayaan 5% terhadap PDB. 4. Loans berpengaruh signifikan pada tingkat kepercayaan 5% terhadap PDB. 6 Yuni Fitriani 2011 Pengaruh Tingkat Pembiayaan Perbankan Syariah (PPS), Jakarta Islamic Index (JII), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Uji Error Correction Model a. PPS terhadap PDB Jangka panjang: Tidak berpengaruh Jangka panjang: Signifikan negatif b. JII terhadap PDB Jangka pendek: Tidak berpengaruh Jangka panjang: Signifikan negatif. c. SBIS terhadap PDB Jangka pendek: Signifikan negatif. Jangka panjang: Signifikan negatif. d. JUB terhadap PDB Jangka pendek: Tidak berpengaruh. Jangka panjang: signifikan negatif. Sumber: Diolah dari berbagai referensi G. Kerangka Berfikir Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan (Rodoni,2010). Kerangka penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 70 Gambar 2.6 Kerangka Berfikir Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB), Pembiayaan Mudharabah (PM) dan kontribusi pertumbuhan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode Apakah Ada Pegaruh Jangka Pendek dan Jangka Panjang Jumlah Uang Beredar (JUB), Pembiayaan Mudharabah (PM), Kontribusi Pertumbuhan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode 2007 sampai dengan 2010. PDB (Y) JUB (X1 ) PM (X2) ZIS (X 3) Uji Normalitas Uji Linieritas Tidak Stasioner Uji Derajat Integrasi Unit Root Test Stasioner Uji kointegrasi Uji asumsi klasik Uji error correction model (ECM) Kesimpulan dan Implikasi H. Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah yang diajukan dan jawaban itu masih diuji secara empiris 71 kebenarannya. Adapun perumusan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. H0 : Diduga JUB (X1) tidak ada pengaruh jangka pendek dan panjang terhadap Pertumbuhan Ekokonomi di Indonesia. H1 : Diduga JUB (X1) ada pengaruh jangka pendek dan jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. 2. H0 : Diduga PM (X2) tidak ada pengaruh jangka pendek dan jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. H1 : Diduga PM (X2) ada pengaruh jangka pendek dan jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. 3. H0 : Diduga Pertumbuhan ZIS (X3) tidak ada kontribusi jangka pendek dan jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. H1 : Diduga Pertumbuhan ZIS (X3) ada kontribusi jangka pendek dan jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonensia. 72 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB), Pembiayaan Mudharabah (PM) dan Penerimaan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan data runtun waktu (time series) dengan data bulanan dimulai dari Januari 2007 sampai dengan Desember 2010 . B. Teknik Penentuan Sampel “Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian” (Kuncoro,2009:118). Metode sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quota sampling. Dalam penentuan sampel ini menggunaka Metode Quota Sampling. Metode Quota Sampling yaitu: “ Sampel yang digunakan memastikan bahwa berbagai subgroup dalam populasi telah terwakili dengan berbagai karakteristik sampel sampai batas tertentu seperti yang dikehendaki oleh peneliti” (Kuncoro,2009:140). Statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Statistik Bulanan Bank Indonesia, Statistik Biro Pusat Statistik (BPS) dan Statistik Forum Zakat (FOZ). 73 C. Metode Pengumpulan data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Field Research Data yang digunakan adalah data sekunder. Definisi data sekunder yaitu “Data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data” (Kuncoro,2009:148). Data ini seperti referensi dari Bank Indonesia (BI), Biro Pusat Statistik (BPS) dan Forum Zakat (FOZ) yang diambil dari 33 LAZ dan BAZ. 2. Library research Pada penelitian ini memperoleh bahan yang diperlukan untuk mendukung penelitian antara lain melalui Al-Qur’an, buku-buku, jurnal, media massa, kliping-kliping, dan makalah-makalah yang berkaitan dengan penelitian tersebut. 3. Internet Research Pada penelitian ini memperoleh bahan dengan menggunakan teknologi yang berkembang yaitu internet data karena ilmu selalu berkembang. D. Metode Analisis Dalam penelitian ini untuk mengetahui analisis pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB), Pembiayaan Mudharabah (PM) dan Kontribusi Pertumbuhan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan menggunakan metode Regresi Linier Berganda dengan 74 menggunakan metode Error Correction Model. “Error Correction Mechanism (ECM) adalah teknik untuk mengoreksi ketidakseimbangan jangka pendek menuju keseimbangan jangka panjang” (Nachrowi,2006:371). Error Correction Model adalah Model koreksi kesalahan adalah sistem dinamik dengan karakteristik bahwa deviasi dari keadaan saat ini dari hubungan jangka panjang akan dimasukkan ke dalam dinamika jangka pendek. Dalam penelitian ini menggunakan data linier karena dari dalam penelitian data sudah data yang linier. Maka dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Uji Normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependent, variabel independent atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. “ Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal “ (Gujarati, 2006:47). Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Data yang dinilai normal maka baik untuk dilanjutkan sebagai bahan penelitian. Langkah-langkah pengujian normailtas data sebagai berikut: Hipotesis: 75 Ho: Model Normal Ha: Model Tidak Normal Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Signifikan, Ho diterima Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Tidak signifikan, Ho ditolak 2. Uji Linieritas Uji yang sangat populer untuk menguji masalah linieritas adalah uji yang dikembangkan oleg J.B Ramsey tahun 1969 untuk lebih dikenal dengan nama Ramsey RESET Test. Uji ini biasanya didesain untuk menguji apakah suatu variabel penjelas cocok atau tidak dimasukkan dalam suatu model estimasi. Akan tetapi menurut Kennedy (1996) dalam Insukindro (2003) uji yang dikembangkan oleh J.B Ramsey ini digunakan untuk menguji apakah bentuk fungsi suatu model estimasi linier atau tidak linier. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis: Ho: Model Linear Ha: Model Tidak Linear Bila probabilitas Chi-Square > 0.05 → Signifikan, Ho diterima Bila probabilitas Chi-Square < 0.05 → Tidak signifikan, Ho ditolak 76 3. Uji Stasioner a. Unit Root Test Uji Phillips-Perron memasukkan adanya autokorelasi di dalam variabel gangguan dengan memasukkan variabel independen berupa kelambanan diferensi. Phillips-Perron (PP) membuat uji akar unit dengan menggunakan metode statistik nonperametrik dalam menjelaskan adanya autokorelasi antara variabel gangguan tanpa memasukkan variabel penjelas kelambanan diferensi (Widarjono,2007). Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak dengan cara membandingkan antara nilai statistik PP dengan nilai kritisnya yaitu distribusi statistik Mackinnon. Jika nilai absolut statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang diamati menunjukkan stasioner dan jika sebaliknya nilai absolut staistik PP lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis: Ho : Data tersebut tidak stasioner pada derajat Nol Ha : Data tersebut stasioner pada derajat Nol Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria: Jika PP t-statistik > PP kritis statistik (critical value α = ....%) maka Ho ditolak 77 Jika PP t-statistik < PP kritis statistik (critical value α = ....%) maka Ho diterima * critical value, 5% atau 10% b. Uji Derajat Integrasi Data time series pada umumnya adalah data yang tidak stasioner. Untuk menghindari regresi lancung maka harus ditransformasikan data nonstasioner menjadi data stasioner. Menurut Nachrowi dalam berbagai studi ekonometrika, data time series sangat banyak digunakan. Namun dibalik pentingnya data tersebut, ternyata data time series ‘menyimpan’ berbagai permasalahan, salah satunya yaitu otokorelasi. Otokorelasi ini merupakan penyebab yang mengakibatkan data menjadi tidak stasioner, sehingga bila data dapat distasionerkan maka otokorelasi akan hilang dengan sendirinya, karena metode transformasi data untuk membuat data yang tidak stasioner sama dengan transformasi data untuk menghilangkan otokorelasi. Dalam uji akar unit Phillip-Perron bila menghasilkan kesimpulan bahwa data tidak stasioner, maka diperlukan proses diferensi data. Uji stasioner data melalui proses diferensi ini disebut uji derajat integrasi. Seperti uji akar unit Phillip-Perron, keputusan sampai pada derajat keberapa suatu data akan stasioner dapat dilihat dengan 78 membandingkan antara nilai statistik Phillip-Perron yang diperoleh dari koefisien y dengan nilai kritis distribusi statistik Mackinnon. Jika nilai absolut dari statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya pada diferensi tingkat pertama, maka data dikatakan stasioner pada derajat satu. Akan tetapi, jika nilainya lebih kecil maka uji derajat integrasi perlu dilanjutkan pada diferensi yang lebih tinggi sehingga diperoleh data yang stasioner. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis: Ho : Data tersebut tidak stasioner pada derajat 1, 2, ........ dst Ha : Data tersebut stasioner pada derajat 1, 2, .........dst Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria: Jika PP t-statistik > PP kritis statistik (critical value α = ....%) maka Ho ditolak Jika PP t-statistik < PP kritis statistik (critical value α = ....%) maka Ho diterima 4. Uji Kointegrasi Data time series yang tidak stasioner kemungkinan besar akan menghasilkan regresi lancung (spurious regression). Regresi lancung terjadi jika koefisien determinasi cukup tinggi tapi hubungan antara variabel independen dan variabel dependen tidak mempunyai makna. Hal ini terjadi karena hubungan keduanya yang merupakan data time series hanya 79 menunjukkan trend saja. Jadi tingginya koefisien determinasi karena trend bukan karena hubungan antar keduanya. Berdasarkan uji stasionaritas, apabila data varibel makro tidak stasioner pada tingkat level sedangkan pada tingkat diferensi pertama, kedua data menjadi stasioner, maka penelitian dapat dilanjutkan pada Uji Kointegrasi. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis: Ho : Tidak terdapat hubungan jangka panjang antara variabel independen dan variabel dependen. Ha : Terdapat hubungan jangka panjang antara variabel independen dan variabel dependen. Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria: Jika nilai trace statistic > nilai critical value maka Ho ditolak Jika nilai trace statistic < nilai critical value maka Ho diterima 5. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Uji asumsi klasik penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang linier tidak bias dengan varian yang minimum (Best Linier Unbiased Estimator = BLUE), yang berarti model regresi tidak mengandung masalah. Untuk itu diperlukannya pendeteksian lebih lanjut, diantaranya: 80 a. Multikolinieritas Menurut Nachrowi, “multikolinieritas adalah hubungan linier antarvariabel bebas ” (Nachrowi,2006:95). Dalam membuat regresi berganda, variabel yang baik adalah variabel bebas yang mempunyai hubungan dengan variabel terikat, tetapi tidak mempunyai hubungan dengan variabel bebas lainnya. Atau bisa juga, pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan linier di antara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Dalam penelitian ini, peneliti memakai aturan main yang terdapat didalam buku Nachrowi, dikatakan terdapat multikolinieritas apabila koefisien korelasi lebih dari 0,8. Jika koefisien korelasi kurang dari 0.8 maka tidak terdapat multikolinieritas. b. Heteroskedastisitas Salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar taksiran parameter dalam model regresi bersifat BLUE (best linier unbiased efficient) maka var (u1) harus sama dengan σ (konstanta) atau bisa dikatakan semua residual atau error mempunyai varian yang sama kondisi ini disebut sebagai homoskedastis. Sedangkan bila varian tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan heteroskedastis. Pada praktiknya Heteroskedastis banyak ditemui pada data cross section karena pengamatan dilakukan pada individu yang berbeda pada saat yang sama, akan tetapi bukan berarti tidak terdapat pada 81 data time series dikarenakan ketika menganalisis perilaku data yang sama dari waktu ke waktu fluktuasinya akan relatif lebih stabil (Widarjono,2007). Dalam penelitian ini, untuk heteroskedastisitas menggunakan Uji White (White’s General Heteroskedasticity Test). Uji ini mengasumsikan bahwa varian error merupakan fungsi yang mempunyai hubungan dengan variabel bebas, kuadrat masing-masing variabel bebas dan interaksi antar variabel bebas. Dimana keputusan ada tidaknya heteroskedastisitas bisa dilihat dari besar kecilnya nilai Obs* R square. H0 : Tidak ada heteroskedastisitas H1 : Ada Heteroskedastisitas Criteria Uji White adalah: Bila Probabilitas Obs* R2 < 0.05 = H0 ditolak Bila Probabilitas Obs* R2 > 0.05 = H0 diterima Adapun dampak yang akan ditimbulkan dari heteroskedastis tersebut, diantaranya akibat dari varian koefisien regresi yang lebih besar maka akan mengandung berbagai konsekuensi yaitu interval kepercayaan semakin lebar, uji hipotesis baik uji-t atau uji-f akan terpengaruh yang berakibat uji hipotesis tidak akurat, dan pada akhirnya akan membawa dampak pula pada keakuratan kesimpulan. 82 c. Autokorelasi Autokolerasi adalah korelasi yang terjadi antar observasi dalam satu variabel. Atau bisa juga didefiniskan bahwa autokolersi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang ( dalam data cross-section) (Gujarati,2006). Biasanya autokolerasi ini terjadi pada data time series. Autokolerasi terjadi jika observasi yang berturut-turut sepanjang waktu mempunyai korelasi antara satu dengan yang lainnya. Dalam penelitian ini untuk melihat adanya autokorelasi atau Breusch and Godfrey atau yang lebih dikenal dengan Uji Langrange Multiplier. Pada Uji Lagrange Multiplier: H0 : Tidak ada autokorelasi Ha : Ada autokorelasi Dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5% dan menggunakan distribusi Chi-square, maka: Jika Prob Chi-square < 0.05 Maka H0 ditolak Jika Prob Chi-square < 0.05 Maka H0 diterima 6. Uji Error Correction Model (ECM) “ Error Correction Mechanism (ECM) adalah teknik untuk mengoreksi ketidakseimbangan jangka pendek menuju keseimbangan 83 jangka panjang” (Nachrowi,2009:371). Model ini untuk koreksi kesalahan adalah sistem dinamik dengan karakteristik bahwa deviasi dari keadaan saat ini dari hubungan jangka panjang akan dimasukkan ke dalam dinamika jangka pendek. Pada penelitian ini menggunakan ECM karena memiliki keunggulan dapat melihat pengaruh jangka pendek dan jangka panjang. Proses analisis yang akan dilakukan terdiri dari Unit Root Test dan Uji derajat Integrasi, Uji kointegrasi, asumsi klasik serta pendekatan ECM. Hubungan penerimaan ZIS dengan faktor-faktor yang mempengaruhi dapat diformulasikan sebagai berikut: PDBt = f ( JUBt, PMt, ZISt ) model ECM, ditulis: Yt = β0 + β1 X1t + β2 X2t + β3 X3t + β4 ECT …………………..…. (7) Keterangan: DlnPDBt = β0 + β1 DlnJUBt + β2 DlnPMt + β3 DlnZISt + β4 DlnJUBt-1 + β5 DlnPMt-1 + β6 DlnZISt-1+ β7 ECT ……. (8) Y = Pertumbuhan Ekonomi (PDB) (dalam rupiah) X1 = Jumlah Uang Beredar (JUB) (dalam rupiah) X2 = Pembiayaan Mudharabah (PM) (dalam rupiah) 84 X3 = Penerimaan ZIS (dalam rupiah) DlnPDBt = Produk Domestik Bruto DlnJUBt = Jumlah Uang Beredar (Jangka Pendek) DlnPMt = Pembiayaan Mudharabah (Jangka Pendek) DlnZISt = Penerimaan ZIS (Jangka Pendek) DlnJUBt-1 = Jumlah Uang Beredar (Jangka Panjang) DlnPMt-1 =Pembiayaan Mudharabah (Jangka Panjang) DlnZISt-1 = Penerimaan ZIS (Jangka Panjang) Β0 = Konstanta β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi ECT = Error Correction Term E. Operasional Variabel 1. Variabel Bebas (Independent variable) Variabel independen identik dengan variabel bebas, penjelas, explanatory variable. Variabel ini biasanya dianggap sebagai “ variabel prdiktor atau penyebab karena memprediksi atau menyebabkan variabel dependen ” (Kuncoro,2009:50). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas sebagai berikut: a. Jumlah Uang Beredar (JUB) Uang secara luas (M2) adalah sesuatu yang dapat diterima secara umum sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau 85 sebagai alat pembayaran hutang sebagai alat untuk melakukan pembelian barang dan jasa. M2 menggunakan satuan rupiah. b. Pembiayaan Mudharabah (PM) Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Pada penelitian ini pembiayaan mudharabah berkontribusi kepada modal investasi yang akan berpengaruh kepada pertumbuha ekonomi. Pembiayaan Mudharabah menggunakan satuan rupiah. c. Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS). Secara terminologis, zakat berarti mengeluarkan sebagian harta dengan persyaratan tertentu untuk diberikan kepada kelompok tertentu (mustahik) dengan persyaratan tertentu pula. Infak adalah penggunaan harta untuk memenuhi kebutuhan (sharful maal ilal haajah). Sedekah adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir, orang yang membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima shadaqah, tanpa disertai imbalan. Dalam penelitian ini, ZIS menggunakan satuan rupiah. 2. Variabel Terikat (Dependent variable) “ Variabel terikat identik dengan variabel terikat, yang dijelaskan atau dependent variable “ (Kuncoro,2009:50). Pada penelian ini, variabel 86 terikatnya adalah Produk Domestik Bruto (PDB). PDB adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir (final) produksi dalam batas wilayah suatu negara (domestic) selama satu tahun. Pada penelitian ini, data PDB menggunakan PDB harga konstan tahun dasar 2000 dengan satuan rupiah. 87 BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) Pendapatan Nasional dapat diartikan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode tertentu biasanya satu tahun. Perhitungan PDB ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Di dalam perekonomian, di negara maju maupun negara berkembang, barang dan jasa diproduksi bukan saja oleh perusahaan milik produk negara tersebut tetapi penduduk negara lain. Berdasarkan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa produk domestik bruto yang tertinggi terjadi pada Desember 2010 sebesar Rp.195.154 milyar sedangkan produk domestik bruto yang terendah terjadi Januari 2007 sebesar Rp.157.354 milyar. Berdasarkan gambar diatas pertumbuhan produk domestik bruto ditiap bulannya umumnya meningkat terlihat pada gambar 4.1. Indonesia merupakan negara small open economy sehingga imbas dari krisis finansial global tahun 2008 sangat mempengaruhi kondisi perekonomian dalam negeri. Salah satu dampak dari krisis finansial global adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008. Pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan tumbuh mencapai 88 6,1% pada tahun 2008 atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar 6,3% (www.bi.go.id). Gambar 4.1 Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) PDB 250000000000000 200000000000000 150000000000000 100000000000000 50000000000000 0 2007 5 9 2008 5 9 2009 5 9 2010 5 9 PDB Sumber: Biro Pusat Statistik 201 Dampak negatif yang ditimbulkan dari krisis global ini diantaranya kinerja neraca pembayaran yang menurun, tekanan pada nilai tukar Rupiah dan dorongan pada laju inflasi. Dalam menangani krisis global ini, Pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) menerapkan beberapa kebijakan diantaranya: pertama, Kebijakan dalam sektor moneter. BI mengarahkan kebijakan pada penurunan tekanan inflasi yang didorong oleh tingginya permintaan agregat dan dampak lanjutan dari kenaikan harga BBM yang sempat mendorong inflasi mencapai 12,14 % pada bulan September 2008. Untuk mengantisipasi berlanjutnya tekanan inflasi, BI menaikkan BI rate dari 8 persen secara bertahap menjadi 9,5 persen pada oktober 2008. Dengan kebijakan moneter tersebut ekspektasi inflasi masyarakat tidak 89 terakselerasi lebih lanjut dan tekanan neraca pembayaran dapat dikurangi. Selanjutnya, memasuki triwulan II-2008, seiring dengan turunnya harganya komoditi dunia serta melambatnya permintaan agregat sebagai imbas dari krisis keuangan global, BI memperkirakan tekanan inflasi ke depan menurun, sehingga BI rate pada bulan Desember 2008 diturunkan sebesar 25 basis point (bps) menjadi 9,25 bps. Kedua, kebijakan dalam sector perbankan. Kebijakan dalam sektor perbankan lainnya adalah meningkatkan kapasitas pelayanan industri perbankan syariah. Sistem perbankan syariah terbukti lebih tahan terhadap hantaman krisis. Sistem perbankan ini juga sudah mulai digiatkan oleh negara-negara non-muslim seperti Inggris, Italia, Hong Kong, China, Malaysia, dan Singapura. Bahkan menurut anggota Komite Ahli Bank Indonesia, perbankan syariah tetap stabil di saat krisis glonal berlangsung dikarenakan perbankan syariah merupakan pilihan yang komprehensif, progresif dan menguntungkan. Seiring dengan semakin dalamnya tekanan krisis global, sejak semester II-2008, kebijakan perbankan ditujukan pada upaya mengurangi imbas krisis global pada perbankan domestik. Keketatan likuiditas yang terjadi akibat krisis disikapi BI dengan mempermudah akses bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) terhadap fasilitas pendanaan. Namun upaya tersebut tetap dilakukan BI dengan memperhatikan risiko yang terjadi pada perbankan nasional serta dampak yang lebih luas pada 90 perekonomian rakyat. Untuk itu, upaya menjaga ketersediaan pendanaan bagi sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sebagai bantalan perekonomian rakyat, juga senantiasa dicermati. Terkait dengan kebijakan di sektor perbankan ini, BI telah mengeluarkan ketentuan-ketentuan yang bertujuan untuk memberikan ruang bagi perbankan dalam menyalurkan kredit dengan tetap memperhatikan unsur kehati-hatian dan kestabilan ekonomi secara umum. Ketentuan-ketentuan tersebut mencakup beberapa hal seperti: memperpanjang masa transisi penerapan Basel II untuk perhitungan beban modal risiko operasional, menyederhanakan tatacara pembukuan kantor bank (termasuk syariah), menyesuaikan bobot Aset Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) untuk Kredit Usaha Kecil dengan skim penjaminan, menyesuaikan tatacara penilaian kredit dalam jumlah tertentu, memberikan fasilitas transaksi USD repurchase agreement (repo) bank kepada BI, dan mengurangi kewajiban pembentukan penyisihan penghapusan aktiva non produktif. Ketiga, kebijakan di sektor pembayaran. BI turut berupaya mencegah krisis global terhadap kelancaran sistem pembayaran nasional. Dalam mencegah risiko sistemik dari risiko gagal bayar peserta yang cenderung meningkat pada kondisi krisis dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, BI telah melakukan perubahan jadwal setelmen sistem pembayaran pada hari tertentu. Kebijakan BI dalam sistem pembayaran 91 terus dilakukan untuk meningkatkan pengedaran uang yang cepat, efisien, aman, dan handal, meningkatkan layanan kas prima, dan meningkatkan kualitas uang. Sementara kebijakan non tunai diarahkan untuk memitigasi risiko sistem pembayaran melalui pengawasan sistem pembayaran, mengatur kegiatan money remittances, meningkatkan efisiensi pengelolaan rekening pemerintah, dan meningkatkan pembayaran non tunai. Setelah mengalami gejolak yang cukup tajam pada tahun 2008, perekonomian pada tahun 2009 relatif stabil. Suku bunga BI rate telah turun sampai 6,50% jauh dibawah tingkat suku bunga yang berlaku pada tahun 2008 dan juga pada tahun 2007. Pada akhir 2009 rupiah telah menguat kembali dan berada pada level Rp. 9400 per US dollar atau sama dengan level pada tahun 2007. Demikian juga harga BBM kembali turun menjadi Rp. 4500 per liter. Dengan tingkat harga berbagai komoditi yang kembali melemah pada tahun 2009 setelah mencapai puncaknya pada tahun 2008, maka inflasi cenderung rendah. Pada tahun 2009 inflasi hanya mencapai 2,78% atau merupakan tingkat inflasi terendah dalam sepuluh tahun terakhir ini. Pertumbuhan ekonomi tahun 2009 terutama didukung oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah masingmasing 4,7% dan 10,2%. Sementara ekspor dan impor mengalami penurunan. Ekspor mengalami penurunan sebesar 8,2% dan impor sebesar 18,3% 92 Pertumbuhan PDB Indonesia masih bisa tumbuh positif walaupun ekspor menurun karena peranan pengeluaran sektor konsumsi yang besar dalam ekonomi Indonesia. Pada tahun 2009 peran konsumsi rumah tangga terhadap PDB mencapai 58% sedangkan ekspor hanya 23,5%, sehingga ketika pasar ekspor melemah akibat sedang krisis finansial yang sedang dihadapi negara besar yang menjadi tujuan ekspor utama Indonesia, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh dengan mengandalkan pasar domestik. 2. Perkembangan Jumlah Uang Beredar (M2) Pengertian uang secara luas adalah sesuatu yang dapat diterima secara umum sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau sebagai alat pembayaran hutang sebagai alat untuk melakukan pembelian barang dan jasa (Kasmir,2002). Variabel Jumlah uang beredar yang digunakan adalah jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) atau likuiditas perekonomian dalam satuan milyar rupiah. Menurut Sadono Sukirno (2004), M2 merupakan perluasan dari definisi M1 dengan uang kuasi. Uang Kuasi adalah bentuk kekayaan yang sangat likuid terdiri dari deposito berjangka atau rekening tabungan pada bank. Berdasarkan gambar 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah uang beredar yang tertinggi terjadi pada Desember 2010 sebesar 2.469.399 Milyar, sedangkan jumlah uang beredar yang terendah terjadi pada 93 Januari 2007 sebesar 1.363.907 Milyar. Berdasarkan gambar diatas pertumbuhan jumlah uang beredar ditiap bulannya cenderung meningkat. Gambar 4.2 Perkembangan Jumlah Uang Beredar (JUB) JUB 3000000 2000000 1000000 JUB JAN '07 APR JUL OKT JAN '08 APR JUL OKT JAN '09 APR JUL OKT JAN '10 APR JUL OKT 0 Sumber: Bank Indonesia, 2011 Jumlah uang beredar (M 2) bergantung pada pendapatan riil masyarakat yang meningkat yang diiringi dengan kestabilan perekonomian. Naik turunnya jumlah uang beredar diperkirakan karena basis moneter tersebut. Kenaikan basis moneter menyebabkan kenaikan yang proporsional pada jumlah uang yang beredar. Sedangkan penurunan rasio pada jumlah uang beredar dapat dikarenakan oleh lesunya kegiatan perekonomian di suatu negara. Permintaan akan uang oleh masyarakat, dapat mendorong gairah berinvestasi baik di sektor finansial maupun di sektor riil. Jumlah uang beredar di masyarakat bila dimanfaatkan secara bijak dengan memperhatikan kegiatan sektor riil, akan memberi nilai positif pada peningkatan ekonomi negara. Investasi masyarakat di sektor finansial 94 memiliki manfaat dalam pengumpulan modal usaha. Modal usaha yang terkumpul sudah sewajarnya untuk disalurkan pada sektor-sektor industri (sektor riil) yang pada akhirnya akan menciptakan keadaan ekonomi yang seimbang. 3. Perkembangan Pembiayaan Mudharabah (PM) Bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Pembiayaan mudharabah salah satu bentuk kerjasama yang cukup banyak peminatnya, terbukti dengan peningkatan pembiayaan mudharabah dari tahun ke tahun. Dapat dilihat dari gambar berikut: Gambar 4.3 Perkembangan Pembiayaan Mudharabah PM 15000 10000 5000 PM JAN '07 APR JUL OKT JAN '08 APR JUL OKT JAN '09 APR JUL OKT JAN '10 APR JUL OKT 0 Sumber: Bank Indonesia, 2010 Berdasarkan gambar 4.3 dapat terlihat bahwa pembiayaan mudharabah mengalami kenaikkan dari tahun ke tahun. Pembiayaan Mudharabah yang paling tertinggi di Desember 2010 sebesar Rp. 11.398 milyar, dan yang paling rendah di Januari 2007 sebesar Rp. 4.000 milyar. 95 Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Bank muamalat sebagai bank syariah pertama dan menjadi pioneer bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu menerapkan system ini ditengah menjamurnya bank-bank konvensional. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah menenggelamkan bank-bank konvensional dan banyak yang dilikuidasi karena kegagalan system bunganya. Sementara perbankan yang menerapkan system syariah dapat tetap eksis dan mampu bertahan. Tidak hanya itu, di tengah-tengah krisis keuangan global yang melanda dunia pada penghujung akhir tahun 2008, lembaga keuangan syariah kembali membuktikan daya tahannya dari terpaan krisis. Lembagalembaga keuangan syariah tetap stabil dan memberikan keuntungan, kenyamanan serta keamanan bagi para pemegang sahamnya, pemegang surat berharga, peminjam dan para penyimpan dana di bank-bank syariah. Meskipun market share Bank Syariah tercatat sampai akhir tahun 2010 baru mencapai 3,2% tetapi pertumbuhan Bank Syariah lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan Bank Konvensional. Tercatat pertumbuhan perbankan syariah tahun 2010 sebesar 26,5% dan pertumbuhan perbankan konvensional sebesar 12,5% (pesantrenvirtual.com, diakses tanggal 17 oktober 2011 pukul 00.07) yang memberikan sumbangsih kepada perekonomian Indonesia. 96 Langkah strategis pengembangan perbankan syariah yang telah di upayakan adalah pemberian izin kepada bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang Unit Usaha Syariah (UUS) atau konversi sebuah bank konvensional menjadi bank syariah. Langkah strategis ini merupakan respon dan inisiatif dari perubahan Undang – Undang perbankan no. 10 tahun 1998. Undang-undang pengganti UU no.7 tahun 1992 tersebut mengatur dengan jelas landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Pada tahun 2010 terjadi perbedaan terbesar dimana persentase pembiayaan mudharabah dan musyarakah hanya sebesar 29 persen sedangkan pembiayaan murabahah sebesar 54 persen. Semestinya, pembiayaan dengan akad mudharabah dan akad musyarakah harus lebih banyak. Karena pada akad inilah karakteristik dasar perbankan syariah terbentuk. Kedua akad tersebut merupakan akad dengan sistem bagi hasil. Perbankan syariah dengan sistem bagi hasil inilah yang menjadi pembeda dengan bank konvensional. Semakin banyaknya masyarakat yang nyaman akan pembiayaan mudharabah yang ditawarkan oleh Bank Syariah. Masyarakat Indonesia pada dasarnya banyak yang memiliki keahlian dan pengalaman mengenai berbagai macam usaha tapi hanya saja modal yang dimiliki kurang memadai terutama modal berbentuk uang. Ini yang melatarbelakangi pembiayaan mudharabah setiap tahunnya meningkat. 97 4. Perkembangan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) Dalam agama Islam, ZIS merupakan salah satu cara yang digunakan dalam distribusi pendapatan sejak zaman Rasulullah Saw sampai sekarang. Prinsip utama dalam ZIS ini adalah mendorong peningkatan hasil kekayaan disertai dengan sirkulasi kekayaan yang lancar, yang mengarah kepada pembagian kekayaan yang merata di berbagai kalangan masyarakat yang berbeda. Dalam rangka pemberdayaan ekonomi umat Islam dan mengentaskan kemiskinan perlu adanya lembaga yang mampu dalam pengumpulan dan pendistribusian dana zakat. Dengan demikian terbentuklah UU RI No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat dari tingkat pusat sampai daerah-daerah. Di Indonesia sendiri terdapat Asosiasi Organisasi Pengelola Zakat Indonesia yang diberi nama FOZ (Forum Zakat) yang berfungsi sebagai wadah berhimpunnya Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) di seluruh Indonesia. Lembaga ini didirikan pada hari Juma’at tanggal 19 September 1997 oleh 11 lembaga yang terdiri Dompet Dhuafa Republika, Bazis DKI Jakarta, Baitul Mal Pupuk Kujang, Baitul Mal PT. Pupuk Kaltim, Baitul Mal Pertamina, Telkom Jakarta, Bapekis Bank Bumi Daya, Lembaga Keuangan Syariah Bank Muamalat Indonesia, PT. Internusa Hasta Buana dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIE) Jakarta. Pada awal berdirinya, Forum Zakat berbentuk yayasan, namun sejak Musyawarah Kerja Nasional I 98 (Mukernas I) tanggal 7-9 Januari 1999 status yayasan tersebut dirubah menjadi asosiasi dengan Ketua Umumnya Drs. Eri Sudewo. Perubahan badan hukum dari Yayasan menjadi asosiasi, kemudian dicatatkan di notaris sebagai perkumpulan. Badan hukum perkumpulan inilah yang sampai sekarang dimiliki oleh Forum Zakat, dan sudah dicatatkan di lembaran Negara. Adapun visi FOZ yaitu Menjadi asosiasi Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) yang amanah dan professional guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dan dari Misi Forum Zakat: 1. Mengarahkan organisasi pengelola zakat sehingga mencapai optimalisasi mobilisasi dan sinergi zakat untuk mencapai positioning zakat di Indonesia yang mensejahterakan. 2. Melakukan capacity building terhadap OPZ agar memenuhi standard manajemen mutu pengelola zakat baik tingkat nasional, maupun internasional 3. Menjadi fasilitator OPZ di dalam menjalankan fungsinya 4. Melakukan advokasi dalam rangka memperkuat OPZ dan mewujudkan cita ideal zakat di Indonesia. 5. Melakukan standardisasi dan akreditasi terhadap OPZ sehingga sesuai dengan standard manajemen mutu pengelola zakat. 99 Adapun pelaporan penerimaan ZIS di Indonesia yang dilakukan oleh FOZ yang berasal dari beberapa LAZ maupun BAZ, sebagai berikut: Gambar 4.4 Perkembangan Penerimaan ZIS di 33 LAZ dan BAZ Sumber: Forum Zakat, 2010 Berdasarkan gambar 4.4 dapat dilihat bahwa secara umum penerimaan ZIS di 33 LAZ/BAZ merangkak naik. Penerimaan ZIS tertinggi berada di bulan Desember 2010 sebesar Rp. 66.387.977.776 dan terendah berada di bulan Januari 2007 sebesar Rp. 16.281.671.803. Semakin meningkatnya penerimaan ZIS ini ditandai demgan semakin meningkatnya masyarakat untuk menyalurkan dana ZIS ke BAZ/LAZ khususnya sesuai dengan UU No. 38/1999 tentang pengelolaan zakat, dimana penyaluran ZIS melalui LAZ ataupun BAZ mempunyai peranan penting dalam pengembangan daerah sekitar. Tercatat sampai tahun 2010, BAZ dan LAZ yang melaporkan dana ZIS yang diperoleh kepada Forum Zakat (FoZ) terdapat 33 LAZ maupun BAZ, diantaranya: 100 Tabel 4.1 Lembaga Amil Zakat dan Badan Amil Zakat di FOZ No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nama LAZ/BAZ No. Al-Azhar Peduli Ummat 21 BAZNAS 22 Baitul Maal Hidayatullah 23 Baitul Maal Muamalat 24 Batulzzakah Pertamina 25 BAMUIS BNI 26 BAZIS DKI Jakarta 27 BPZIS Mandiri 28 BSM Ummat 29 Dompet Dhuafa 30 DPU Darut Tauhid 31 DSNI 32 LAGZIS Malang 33 LAZ Amanah Takaful LAZ Dewan Dakwah LAZIS Yaumil Bentang LAZ GA LAZ Muhammadiyah LAZ NU LAZ Persis Nama LAZ/BAZ Portal Infaq Pos Keadilan Peduli Umat Pupuk Kaltim Pupuk Kujang Rumah Zakat YBM BRI Rumah Yatim YDSF Lembaga Manajemen Infaq Solo Peduli Baytul Maal Bogor Rumah Amal PPPA Darul Qur'an Sumber: FOZ, 2010 B. Hasil Analisis dan Pembahasan Semua data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data time series mulai dari periode Januari 2007 – Desember 2010. Penelitian ini menggunakan data PDB sebagai variabel dependen (variabel terikat). Sedangkan variabel independen (variabel bebas) terdiri dari Jumlah Uang Beredar (JUB), Pembiayaan Mudharabah (PM) dan Penerimaan ZIS yang di laporkan ke FoZ (Forum Zakat) 101 Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Error Correction Model (ECM). Model ECM digunakan untuk menguji spesifikasi moel dan kesesuaian teori dengan kenyataan. Pengolahan data dilakukan secara elektronik dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan Eviews 6.0 untuk mempercepat perolehan hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti. Pembahasan penelitian sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Uji Normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependent, variabel independent atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Tabel 4.2 Uji Normalitas Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis JUB 1.84E+15 1.88E+15 2.47E+15 1.36E+15 3.03E+14 0.075411 1.931119 PDB 5.27E+14 5.27E+14 5.94E+14 4.48E+14 3.78E+13 -0.112268 2.254022 PM 7.85E+12 7.15E+12 1.14E+13 4.00E+12 2.59E+12 0.097162 1.490070 ZIS 1.07E+12 9.74E+11 2.22E+12 3.02E+11 5.71E+11 0.409793 1.973611 Jarque-Bera Probability 2.330507 0.311844 1.213799 0.545038 4.635299 0.098505 3.450390 0.178138 Sum Sum Sq. Dev. 8.82E+16 4.31E+30 2.53E+16 6.73E+28 3.77E+14 3.16E+26 5.11E+13 1.53E+25 48 48 48 48 Observations Sumber: Lampiran 2 Pada tabel 4.2 menggambarkan bahwa data dalam penelitian ini sudah berdistribusi normal, terlihat pada nilai probabilitas lebih dari 102 derajat kepercayaan dalam hal ini 0.05 (5%). Menurut Winarno menyatakan bahwa, “ Jika nilai Probabilitasnya bernilai lebih dari 0.05 maka data dapat dikatakan hasir regresi tersebut sudah berdistribusi normal ” (2009:5.39). 2. Uji Linieritas Uji yang sangat populer untuk menguji masalah linieritas adalah uji yang dikembangkan oleg J.B Ramsey tahun 1969 untuk lebih dikenal dengan nama Ramsey RESET Test. Uji ini biasanya didesain untuk menguji apakah suatu variabel penjelas cocok atau tidak dimasukkan dalam suatu model estimasi. Akan tetapi menurut Kennedy uji yang dikembangkan oleh J.B Ramsey ini digunakan untuk menguji apakah bentuk fungsi suatu model estimasi linier atau tidak linier. Tabel 4.3 Hasil Ramsey RESET Test Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio 5.956416 6.227055 Prob. F(1,43) Prob. Chi-Square(1) 0.0189 0.0126 Sumber: Lampiran 3 Dari Uji Linieritas yang digambarkan pada tabel 4.3 menggambarkan bahwa penelitian dengan model DPDBt = β0 + β1 DJUBt + β2 DPMt + β3 DZISt + β4 ECT dikatakan belum linier, dikarenakan nilai dari Prob. Chi-Square sebesar 0.0126 > 0.05. Sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan pada penelitian ini data belum berdistribusi normal pada model ini dan perlu adanya ditransformasikan data dalam bentuk ln. 103 Berikut adalah hasil transformasi data untuk diuji linieritas: Tabel 4.4 Hasil Ramsey RESET Test Transformasi Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio 0.055520 0.061936 Prob. F(1,43) Prob. Chi-Square(1) 0.8148 0.8035 Sumber: Lampiran 3 Dari hasil tabel 4.4 dikatakan bahwa model setelah ditransformasikan kebentuk log dikatakan sudah linier. 3. Uji Stasioner a. Uji Akar Unit Pengujian akar unit untuk semua variabel menggunakan analisis time series perlu dilakukan untuk memenuhi keabsahan analisis Error Correction Model (ECM). Dalam hal ini data harus bersifat stasioner yang berarti tidak terlalu besar dan mempunyai kecenderungan mendekati nilai rata-rata. Uji akar unit dipandang sebagai uji stasioneritas karena pengujian ini pada prinsipnya bertujuan untuk mengamati apakah koefisien tertentu dari model otoregresif yang ditaksir mempunyai nilai satu atau tidak. Tahap awal yaitu menguji setiap varibel agar diketahui stasioner atau tidaknya data yang digunakan dalam penelitian ini. 104 Tabel 4.5 Hasil Estimasi Phillip Perron Pada Level-Intercept Variabel Nilai t-Statistik PP Nilai Kritis Statistik PP Kesimpulan LNPDB LNJUB LNPM LNZIS -0.963797 0.145567 -1.647364 -11.03373 -2.925169 -2.925169 -2.925169 -2.925169 Tidak Stasioner Tidak Stasioner Tidak Stasioner Tidak Stasioner Sumber: Lampiran 4 Hasil pada tabel 4.5 menunjukkan hasil uji akar dengan menggunakan PP test pada tingkat level. Dari tabel di atas tersebut dapat diketahui bahwa nilai t-statistik PP masing-masing variabel tidak stasioner pada derajat keyakinan 5%, dikarenakan nilai t- statistik PP lebih besar dari nilai kritis statistik PP tabel. Oleh karena itu perlu dilanjutkan dengan uji derajat integrasi pertama. b. Uji Derajat Integrasi Dalam Uji PP menghasilkan kesimpulan bahwa data belum stasioner. Oleh karena itu, harus dilakukan Uji Derajat Integrasi. Hasil diatas menunjukkan hasil uji akar dengan menggunakan PP test pada tingkat First Difference - Intercept. Dari tabel di atas tersebut dapat diketahui bahwa nilai t-statistik PP masing-masing variabel tidak stasioner pada derajat keyakinan 5%, dikarenakan mayoritas memiliki nilai t-statistik PP lebih besar dari nilai kritis statistik PP tabel. Oleh karena itu perlu dilanjutkan dengan uji derajat integrasi pertama – 105 trend and intercept. Hasil dari Uji Derajat Integrasi Pertama sebagai berikut: Tabel 4.6 Hasil Estimasi Akar Unit Pada Derajat Integrasi Pertama - Intercept Variabel LNPDB LNJUB LNPM LNZIS Nilai t-Statistik PP -7.629631 -7.916557 -7.498998 -0.928015 Nilai Kritis Statistik PP -2.926622 -2.926622 -2.926622 -2.926622 Kesimpulan Tidak Stasioner Tidak Stasioner Tidak Stasioner Tidak Stasioner Sumber: Lampiran 4 Hasil dari table 4.6 menunjukkan hasil uji akar dengan menggunakan PP test pada derajat intergrasi pertama belum stasioner. Tabel 4.7 Hasil Estimasi Akar Unit Pada Derajat Integrasi Pertama – Trend and Intercept Variabel LNPDB LNJUB LNPM LNZIS Nilai t-Statistik PP -7.505506 -7.800633 -7.884673 -4.689925 Nilai Kritis Statistik PP -3.510740 -3.510740 -3.510740 -3.510740 Kesimpulan Stasioner Stasioner Stasioner Stasioner Sumber: Lampiran 4 Dari tabel di atas tersebut dapat diketahui bahwa nilai t-statistik PP masing-masing variabel sudah stasioner pada derajat keyakinan 5%, dikarenakan nilai t-statistik PP lebih besar dari nilai kritis statistik PP tabel. 106 4. Uji Kointegrasi Setelah diuji stasioner dan diyakini seluruh variabel yang diamati merupakan variabel yang sudah stasioner dan memiliki derajat yang sama, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji kointegrasi untuk melihat jangka panjang dari model tersebut. “ Uji kointegrasi harus diyakini memiliki derajat integrasi yang sama atau tidak " ( Insukindro,1993:261). Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah pada variabel ini terdapat hubungan jangka panjang terhadap variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel 4.8 Nilai Regresi Uji Kointegrasi Null Hypothesis: D(RESID01) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 7 (Newey-West using Bartlett kernel) Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level Adj. t-Stat Prob.* -7.781210 -4.170583 -3.510740 -3.185512 0.0000 Sumber: Lampiran 5 Dari hasil estimasi di atas dapat dilihat nilai nilai PP Test Statistic > Test Critical values 5%, ini menandakan bahwa terdapat pengaruh jangka panjang dari variabel independen terhadap variabel dependen. Adanya indikasi hubungan keseimbangan jangka panjang belum dapat digunakan sebagai bukti bahwa terdapat hubungan jangka pendek. Sehingga untuk mengetahui itu harus diuji Error Correction Model 107 (ECM). Sebelum menuju Uji ECM harus dilakukan Uji Asumsi Klasik terlebih dahulu. 5. Uji Asumsi Klasik Uji Asumsi Klasik digunakan untuk melihat apakah hasil estimasi tersebut mempunyai penyakit atau tidak maka dilakukan pengujian asumsi klasik ini. Penyakit yang dimaksud disini yaitu multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autikorelasi di dalam model penelitian. Sehingga dapat diketahui bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) yang berarti tidak ada gangguan serius terhadap asumsi klasik dalam metode kuadrat kecil tunggal (OLS). a. Multikolinieritas Uji Multikolinieritas ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat ada atau tidaknya hubungan (korelasi) yang signifikan antar variabel independen dalam model regresi. Deteksi adanya multikolinieritas dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial antar variabel independen. Dengan melihat nilai koefisien korelasi (r) antar variabel independen. Dari hasil tabel uji multikolinieritas dengan correlation matrix di atas terlihat bahwa koefisien korelasi ada yang bernilai diatas 0.8, sehingga dapat disimpulkan variabelvariabel independen ini terdapat multikolinieritas. Hasil pengujian milrikolinierita menggunakan uji korelasi (r) dapat dilihat sebagai berikut: 108 Tabel 4.9 Hasil Uji Correlation Matrix LNJUB LNPM LNZIS LNJUB LNPM LNZIS 1 0.9746418332605923 0.9932450734475724 0.9746418332605923 1 0.9862657591374114 0.9932450734475724 0.9862657591374114 1 Sumber: Lampiran 6 Dalam penelitian ini apabila terdapat multikolinieritas dapat diabaikan karena estimatornya masih dapat bersifat BLUE (Wahyu,2009:5.7). Sifat BLUE tidak terpengaruh oleh ada tidaknya korelasi antarvariabel independen. Namun harus diketahui bahwa multikolinieritas akan menyebabkan SE yang besar. b. Heteroskedastisitas Salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar taksiran parameter dalam model regresi bersifat BLUE (best linier unbiased efficient) maka var (u 1) harus sama dengan σ (konstanta) atau bisa dikatakan semua residual atau error mempunyai varian yang sama kondisi ini disebut sebagai homoskedastis. Sedangkan bila varian tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan heteroskedastis. Untuk mendeteksi heteroskedastisitas menggunakan uji white. Dari tabel diketahui bahwa koefisien Obs*R-Squared bernilai 3.605459, nilai probabilitas dari Chi-Square sebesar 0.6075 yang lebih besar dari nilai 0.05 α=5% maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model ini tidak terdapat heteroskedastisitas. 109 Adapun hasil yang diperoleh untuk menguji heteroskedastisitas seperti berikut ini: Tabel 4.10 Hasil Uji White Heteroskedasticity Test Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS 0.682198 3.605459 9.706855 Prob. F(5,42) Prob. Chi-Square(5) Prob. Chi-Square(5) 0.6394 0.6075 0.0840 Sumber: Lampiran 6 c. Autokorelasi Untuk menguji Autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan Uji Langrange Multiplier (LM-test). Uji ini sangat berguna untuk mengidentifikasi masalah ini ada atau tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini. Jika probabilitas Chi-square lebih besar dari tingkat signifikansi 5% maka dapat disimpulkan tidak adanya autokorelasi dalam penelitian tersebut. Hasil regresi LM-test tersebut menghasilkan nilai Obs.*Rsquared sebesar 17.25043 nilai probabilitas dari Chi-Square sebesar 0.0002 lebih kecil dari nilai α sebesar 0.05 (5%) maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa di dalam model ini terdapat masalah autokorelasi. Adapun hasil regresi LM-test sebagai berikut: Tabel 4.11 Hasil Regresi Langrange Multiplier-test Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared 11.78095 17.25043 Prob. F(2,42) Prob. Chi-Square(2) 0.0001 0.0002 Sumber: Lampiran 6 110 Hasil regresi LM-test tersebut menghasilkan nilai Obs.*Rsquared sebesar 17.78095 nilai probabilitas dari Chi-Square sebesar 0.0002 lebih kecil dari nilai α sebesar 0.05 (5%) maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa di dalam model ini terdapat masalah autokorelasi. Untuk menyembuhkan dari autokorelasi maka dapat melakukan beberapa pengujian, dalam penelitian ini menggunakan Uji First Difference. Hasil regresi dari penyembuhan autokorelasi sebagai berikut: Tabel 4.12 Hasil Regresi Penyembuhan First Difference Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared 0.108260 0.246901 Prob. F(2,41) Prob. Chi-Square(2) 0.8977 0.8839 Sumber: Lampiran 6 Setelah disembuhkan maka nilai Obs* R-squarednya 0.246901 dan nilai Prob. Chi-Square 0.8839 lebih besar dari nilai α sebesar 0.05 (5%) maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model ini sudah terbebas dari autokorelasi. 6. Uji ECM Setelah diuji kointegrasi untuk melihat jangka panjangnya, maka tahap selanjutnya akan dilakukan pengujian ECM untuk melihat pengaruh jangka pendeknya dari variabel yang digunakan. Error Correction Model (ECM) merupakan pengujian yang dapat digunakan untuk melihat ada 111 atau tidaknya hubungan antar variabel dalam jangka pendek. Untuk menyatakan apakah model ECM digunakan shohih atau tidak maka koefisien Error Correction Term (ECT) harus signifikan maka model tersebut tidak cocok dan perlu dilakukan perubahan spesifikasi lebih lanjut.. ECM merupakan salah satu pendekatan untuk menganalisis model time series yang digunakan untuk melihat konsistensi antara hubungan jangka pendek dengan hubungan jangka panjang dari variabel-variabel yang diuji. Dari hasil olah data Uji Error Correction Model, pada tabel 4.13 menunjukkan bahwa nilai koefisien ECT sebesar 0.494737 yang berarti bahwa ketidaksesuaian pertumbuhan PDB aktual dengan pertumbuhan PDB potensial akan dieliminasi atau dihilangkan dalam satu periode penelitian sebesar 49,47%. Dapat dilihat nilai probabilitas 0.0006, hal ini berarti ECT sudah signifikan pada tingkat kepercayaan α=0.05. Oleh karena itu model dari pengujian ECM ini dapat dikatakan valid. Dari hasil estimasi regresi dengan pendekatan ECM, variabel jangka pendek di tunjukkan oleh D(JUB), D(PM) dan D(ZIS). Adapun hasil dari Uji ECM sebagai berikut: 112 Tabel 4.13 Hasil Uji ECM Dependent Variable: D(LNPDB) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 02:07 Sample (adjusted): 2007M02 2010M12 Included observations: 47 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 22.48864 7.464947 3.012565 0.0045 D(LNJUB) 0.028964 0.196909 0.147093 0.8838 D(LNPM) -0.023523 0.093498 -0.251593 0.8027 D(LNZIS) 1.674554 1.054319 1.588280 0.1203 LNJUB(-1) -0.789069 0.250802 -3.146179 0.0032 LNPM(-1) -0.482891 0.155746 -3.100499 0.0036 LNZIS(-1) -0.342053 0.132727 -2.577123 0.0139 ECT 0.494737 0.132953 3.721152 0.0006 R-squared 0.318817 Mean dependent var 0.004699 Adjusted R-squared 0.196554 S.D. dependent var 0.024074 S.E. of regression 0.021579 Akaike info criterion -4.680388 Sum squared resid 0.018160 Schwarz criterion -4.365469 Log likelihood 117.9891 Hannan-Quinn criter. -4.561882 F-statistic 2.607624 Durbin-Watson stat Prob(F-statistic) 0.026189 1.821302 Sumber: Lampiran 7 Namun dalam jangka panjang perlu dihitung dengan cara menjumlahkan koefisien tiap variabel jangka panjang LNJUB(-1), LNPM(-1) dan LNZIS(-1) dengan koefisien ECT kemudian dibagi dengan koefisien ECT. Rumus koefisien jangka panjang sebagai berikut: 113 LNJUB (-1) = C4 + C7 C7 LNPM (-1) = C5 + C7 C7 LNZIS (-1) = C6 + C7 C7 Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Koefisien ECM Variabel Notasi Konstanta C Jumlah Uang Beredar D(LNJUB) Pembiayaan Mudharabah D(LNPM) Penerimaan ZIS D(LNZIS) Sumber: Lampiran 8 (data diolah) Coefficiient Jangka Pendek Jangka Panjang 22.48864 0.028964 22.48864 -1.59493 -0.023523 1.674554 -0.97606 -0.69138 Berdasarkan Tabel 4.12, maka hasil regresi ECM dalam jangka pendek dan panjang di dapat hasil. DPDB = 22.48864 + 0.028964*DJUB -0.023523*DPM + 1.674554*DZIS – 1.59493*JUB(-1) - 0.97606*PM(-1) – 0.69138*ZIS(-1) + 0.494737*ECT Keterangan: D(LNPDB) = Perubahan Penerimaan Indeks Produk Domestik Bruto (PDB) D(LNJUB) = Perubahan Jumlah Uang Beredar periode t (jangka pendek) 114 D(LNPM) = Perubahan Pembiayaan Mudharabah periode t (jangka pendek) D(LNZIS) = Perubahan Penerimaan Zakat, Infak dan Sedekah periode t (jangka pendek) LNJUB(-1) = Pembiayaan Jumlah Uang Beredar t-1 (jangka panjang) LNPM(-1) = Pembiayaan Mudharabah t-1 (jangka panjang) LNZIS(-1) = Penerimaan Zakat, Infak dan Sedekah t-1 (jangka panjang) ECT = Error Correction Term C. Interpretasi Data 1. Konstanta Dalam jangka pendek dan jangka panjang nilai konstanta 22.48864 menunjukkan apabila nilai variabel independen konstan maka besarnya penerimaan PDB naik sebesar 22,48864 persen. 2. Jumlah Uang Beredar (JUB) dan Produk Domestik Bruto (PDB) a. Jangka Pendek D(LNJUB) menunjukkan nilai probabilitasnya sebesar 0.8838 Hal ini berarti variabel JUB tidak berpengaruh pada tingkat kepercayaan α = 0.05 pada jangka pendek sebesar 0,028964. Hal sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuni Fitriani bahwa JUB (M2) mempunyai hubungan yang tidak signifikan terhadap PDB (2011:108). 115 Pertambahan pada M2 di Indonesia lebih ditentukan oleh faktor-faktor yang sifatnya di luar sistem. Adanya pertambahan M2 akan dipengaruhi pula oleh meningkatnya tagihan bersih pada pemerintah pusat. Indikasi ini terlihat berdasarkan data laporan BI menunjukkan bahwa obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah dalam rangka menyehatkan perbankan yang mencapai Rp 510,1 trilyun. Penerbitan obligasi oleh pemerintah ini tentunya akan ikut meningkatkan jumlah uang kuasi yang ada, dimana uang kuasi sebagai komponen dari M2. Apalagi uang kuasi memiliki peranan yang lebih besar dibandingkan M1. b. Jangka Panjang Sedangkan pada LNJUB(-1) nilai probabilitasnya 0.0032. Hal ini berarti variabel JUB memiliki pengaruh yang signifikan negatif pada tingkat kepercayaan α = 0.05. Dimana apabila JUB mengalami kenaikkan sebesar satu persen maka akan menurunkan penerimaan PDB sebesar 1,59493 persen atau sebaliknya apabila JUB menurun sebesar satu persen maka akan menaikkan penerimaan PDB sebesar 1,59493 persen. Jumlah uang beredar di masyarakat bila dimanfaatkan secara bijak dengan memperhatikan kegiatan sektor riil, akan memberi nilai positif pada peningkatan ekonomi negara. Investasi masyarakat di sektor finansial memiliki manfaat dalam pengumpulan modal usaha. 116 Modal usaha yang terkumpul sudah sewajarnya untuk disalurkan pada sektor-sektor industri (sektor riil) yang pada akhirnya akan menciptakan keadaan ekonomi yang seimbang. 3. Pembiayaan Mudharabah (PM) dan Produk Domestik Bruto (PDB) a. Jangka Pendek D(LNPM) menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.8027. Hal ini berarti variabel PM tidak berpengaruh terhadap penerimaan PDB pada tingkat kepercayaan α = 0.05 pada jangka pendek 0.023523. Pembiayaan di Perbankan Syariah masih didominasi oleh pembiayaan untuk murabahah dengan market share 54 persen dan pembiayaan mudharabah 29 persen. Dan pembiayaan mudharabah merupakan pembiayaan jangka panjang sehingga tidak memiliki dampak untuk jangka pendek. b. Jangka Panjang Sedangkan pada LNPM(-1) menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.0032. Hal ini berarti variabel PM berpengaruh sebesar 0,97606 pada tingkat kepercayaan α = 0.05. Hal ini berarti bahwa ketika PM mengalami kenaikkan sebesar satu persen maka berpengaruh terhadap penururnan PDB sebesar 0,97606 persen atau sebaliknya jika PM mengalami penurunan maka berpengaruh terhadap kenaikan penerimaan PDB sebesar 0,97606 persen. 117 Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Nafik H.R, menyatakan bahwa bagi hasil perbankan syariah memiliki dampak signifikan positif terhadap petumbuhan. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini hanya difokuskan pada variabel pembiayaan mudharabah yang memiliki market share 29% (termasuk musyarakah) dan dalam pembiayaan Perbankan Syariah masih didominasi oleh Pembiayaan Murabahah yang notabenenya merupakan pembiayaan jangka pendek. Market share pembiayaan mudharabah yang masih kecil dikarenakan pembiayaan ini memiliki resiko yang cukup tinggi, masih dilatarbelakangi dengan masyarakat Indonesia yang masih bersifat konsumtif dan juga perbankan syariah belum mampu membiayai proyek-proyek jangka panjang dikarenakan rumit dan makan waktu dari sisi prosedur, dan kurangnya Sumber Daya Insani (SDI). Sehingga apabila dibandingkan dengan pembiayaan jual beli dalam hal ini adalah pembiayaan murabahah jauh lebih kurang peminatnya. Inilah yang belum memiliki dampak terhadap pertumbuhan ekonomi 4. Penerimaan ZIS dan Produk Domestik Bruto (PDB) a. Jangka Pendek D(LNZIS) menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.1203. Hal ini berarti variabel ZIS tidak memiliki kontribusi kepada PDB. 118 Pendayagunaan ZIS dibagi menjadi dua yaitu untuk kegiatan konsumtif dan produktif. Kedua kegiatan ekonomi tersebut akan berdampak pada perekonomian dalam waktu yang cukup lama terutama untuk penawaran dan permintaan agregat. b. Jangka Panjang Sedangkan pada LNZIS(-1) menunjukkan nilai probabilitasnya sebesar 0.0139. Hal ini berarti variabel ZIS berkontribusi pada tingkat kepercayaan α = 0.05. Hal ini memberi implikasi bahwa terdapat kontribusi jangka panjang antara variabel ZIS sebesar 0,69138 persen terhadap PDB. Ketika ZIS mengalami kenaikkan sebesar satu persen maka akan berkontribusi menurunkan PDB sebesar 0,69138 persen dan jika ZIS mengalami kenaikkan sebesar satu persen makan akan berkontribusi menurunkan PDB sebesar 0,69138 persen. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang dipaparkan oleh Mark Skousen bahwa ZIS memiliki multiplier effect dalam perekonomian, hal ini akan membawa pada peningkatan pendapatan nasional. Dan diamini oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Mohammed B. Yussof bahwa pengeluaran zakat adalah instrument fiskal yang ampuh untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Penelitian Eko Suprayitno dan kawan-kawan yang dilakukan di Malaysia juga menghasilkan kesimpulan bahwa zakat memiliki 119 pengaruh yang signifikan pada pertumbuhan ekonomi pada tingkat kepercayaan 1%. D. Interpretasi Analisis Ekonomi Error Correction Model (ECM) terlihat pada table 4.13 dapat diketahui besarnya koefisien ECT sebesar 0.4947737 dengan taraf signifikansi sebesar 0.0006 artinya bahwa variabel tersebut signifikan pada taraf signifikansi 5%. Dengan demikian, spesifikasi model menjelaskan hubungan jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu, persamaan ini sudah valid. Hasil penelitian ini menghasilkan bahwa untuk jangka pendek, baik dari variabel JUB, PM maupun ZIS tidak memberikan dampak maupun kontribusinya kepada pertumbuhan ekonomi dalam hal ini PDB. Dan untuk jangka panjang, ketiga variabel yaitu JUB, PM maupun ZIS memiliki dampak dan kontribusi terhadap perekonomian negative meskipun itu bernilai negatif. Pemerintah mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Bahkan dalam sejarah Indonesia sejak orde baru hingga sekarang, pemerintah selalu menjadi motor penggerak perekonomian nasional. Salah satunya adalah melalui kebijakan moneter. Dimana pemerintah diupayakan untuk mempengaruhi kegiatan perekonomian melalui manajemen jumlah uang beredar. Implikasi kebijakan pemerintah dipengaruhi oleh teori penawaran uang yang dianut. 120 Penambahan jumlah uang beredar dapat menurunkan tingkat suku bunga. Ketika tingkat suku bunga menurun maka akan mendorong naikknya kegiatan investasi di suatu negara. Kegaiatan investasi mengalami peningkatan maka akan membutuhkan tenaga kerja pula untuk memenuhi jumlah output yang meningkat, permintaan tenaga kerja meningkat maka akan mengurangi tingkat pengangguran masyarakat. Peningkatan permintaan tenaga kerja akan memperbaiki pendapatan masyarakat untuk menuju kehidupan yang sejahtera, sehingga akan berimplikasi kepada pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Hal ini sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Adiwarman karim yang menyatakan bahwa uang adalah flow concept, artinya semakin cepat perputaran uang akan semakin baik dan besar perannya dalam mendorong aktifitas ekonomi (Karim, 2008:). Dan sesuai pula dengan teori kuantitas uang, semakin banyak perputaran uang dilakukan maka akan menaikkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Tetapi pertambahan pada M2 di Indonesia lebih ditentukan oleh faktor-faktor yang sifatnya di luar sistem. Adanya pertambahan M2 akan dipengaruhi pula oleh meningkatnya tagihan bersih pada pemerintah pusat. Indikasi ini terlihat berdasarkan data laporan BI menunjukkan bahwa obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah dalam rangka menyehatkan perbankan yang mencapai Rp 510,1 trilyun. Penerbitan obligasi oleh pemerintah ini tentunya akan ikut meningkatkan jumlah uang kuasi yang 121 ada, dimana uang kuasi sebagai komponen dari M2. Apalagi uang kuasi memiliki peranan yang lebih besar dibandingkan M1. Pada tahun 2008, terjadinya krisis Bank Century, yang dimana Pemerintah memberikan bailout untuk menyelamatkan Bank Century sebesar 4 triliun rupiah yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Padahal dana yang berasal dari para pembayar pajak ini seharusnya dialokasikan bagi kepentingan umum dan bukannya menjadi dana gelap yang mengalir tanpa keterangan. Dana sebesar 4 triliun ini setidaknya bisa dipakai untuk membantu penyelesaian tol trans-jawa atau membangun infrastruktur pertanian maupun pertahanan. Dampak lain dari pemberian bailout ini adalah dampak psikologis. Dampak psikologis ini ibarat pisau bermata dua karena selain memberi efek positif, tetapi juga memberi efek negatif. Efek positif dari pemberian dana ini adalah menguatkan kepercayaan investor, khususnya di saat pemberian bailout yang bertepatan dengan masa krisis global. Hal ini dapat memberi rasa aman untuk berinvestasi di Indonesia saat itu karena adanya jaminan dari pemerintah. Tetapi di sisi lain tidak adanya pertanggungjawaban dana sebesar 4 triliun telah membuat para investor mempertanyakan kapabilitas pemerintah dalam mengawasi penyaluran dana perbankan dan dalam skala lebih besar mengawasi perekonomian Indonesia. Bank Indonesia mencatat pertumbuhan aset bank syariah di Indonesia sepanjang 2010 mencapai Rp100,26 triliun (antaranews.com, diakses 16 122 Oktober 2011 pukul 23.07). pertumbuhan asset Bank Syariah sendiri tak lepas dari peran sertanya masyarakat yang menggunakan jasa perbankan syariah. dalam penelitian yang dilakukan oleh Ali Rama yang berjudul Analyzing Determinants of Assets and Liabilities in Islamic Banks: Evidence from Indonesia yang dipresentasikan pada Forum Riset Perbankan Syariah Bank Indonesia (FRPS BI) September 2011, menyatakan bahwa motif para nasabah di Bank Syariah dipengaruhi oleh 2 motif yaitu motif keuntungan dan motif keagamaan (BI, 2011:73). Pertumbuhan asset perbankan syariah ini ditandai dengan semakin meningkatkan pembiayaan-pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah. Seperti yang diketahui bahwa pembiayaan yang banyak diminati oleh nasabah yaitu Murabahah (al-Ba’i) dan Mudharabah (syirkah). Tercatat sebanyak 29 persen nasabah menggunakan pembiayaan berbasis bagi hasil (mudharabah dan musyarakah) dan 54 persen nasabah menggunakan pembiayaan murabahah. Total pembiayaan dengan prinsip bagi hasil tidak pernah lebih dari setengah total pembiayaan dengan prinsip jual beli. Hal tersebut merupakan fenomena yang menarik karena diharapkan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil lebih mendominasi pembiayaan dengan prinsip bagi hasil diharapkan lebih menggerakkan sektor riil karena menutup kemungkinan disalurkan pada kepentingan konsumtif dan hanya pada usaha produktif. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat Indonesia masih bersifat konsumtif dibandingkan dengan produktif. 123 Skim murabahah umumnya lebih disukai mengingat karakteristik skim ini lebih tidak beresiko dan lebih mudah untuk dilaksanakan, karena skim ini lebih berorientasi pada pembiayaan jangka pendek, sehingga untuk Bank Syariah yang pada saat ini sedang mengalami pertumbuhan hal ini lebih disukai. Meskipun profit and loss sharing merupakan konsep yang ideal dalam perbankan syariah, namun dalam praktiknya pembiayaan dengan sistem bagi hasil kurang diminati jika dibandingkan dengan murabahah, ijarah atau istishna yang memiliki return relatif lebih pasti. Menurut Antonio tahun 2001 dalam tesis yang ditulis oleh Anita Christie (PSTTI UI, 2007:85) menyimpulkan bahwa terdapat resiko yang tinggi dalam pembiayaan berbasis bagi hasil, diantaranya: 1. Side Streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti apa yang disebutkan dalam kontrak. 2. Lalai dan kesalahan yang disengaja. 3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabah tidak jujur. Selain dikarenakan memiliki tingkat resiko yang lebih tinggi, masih kurangnya Sumber Daya Insani (SDI) pada perbankan dan ternyata perbankan syariah belum mampu memberikan pembiayaan untuk jangka panjang. Pengembangan porsi pembiayaan bagi hasil secara murni hingga saat ini masih menjadi tantangan dan obsesi para praktisi dan pemikir perbankan syariah karena memang pada dasarnya ciri utama dari perbankan syariah adalah pembiayaan dengan skema bagi hasil. Secara tipikal dalam pemberian pembiayaan bagi hasil, bank syariah menyerahkan modal (risk capital) kepada manajer professional yang berkewenangan dan bertanggung 124 jawab dalam membuat keputusan operasional maupun strategi berkaitan dengan usaha yang dikelola. Zakat merupakan rukun Islam, Infak dan Sedekah merupakan bentuk ketaatan hamba kepada Tuhannya. ZIS memiliki fungsi redistribusi baik melalui distribusi pendapatan faktorial maupun melalui distribusi pendapatan personal. ZIS diterapkan pada harta yang memiliki potensi untuk berkembang, termasuk modal financial (uang) dan modal fisik seperti gedung dan pabrik. Sementara itu, sebagai mekanisme redistribusi pendapatan, ZIS secara efektif akan meredistribusi pendapatan dari kelompok kaya ke kelompok miskin. Redistribusi pendapatan melalui ZIS dapat dilakukan dengan melakukan transfer payment atau negative income-tax secara langsung keorang miskin ataupun melalui penyediaan barang-barang publik yang sangat dibutuhkan orang miskin yang juga memiliki dampak redistributif yang kuat seperti kesehatan dan pendidikan. Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa pendayagunaan ZIS ada yang bersifat konsumtif dan produktif. ZIS berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi baik melalui jalur permintaan agregat maupun jalur penawaran agregat. Dampak positif ZIS pada konsumsi dan investasi secara jelas akan menaikkan permintaan agregat dalam perekonomian. Kombinasi dampak ZIS terhadap konsumsi dan investasi akan meningkatkan permintaan agregat perekonomian. “ Melalui dampak pengganda (multiplier effect) dalam perekonomian, hal ini akan membawa pada peningkatan pendapatan nasional 125 “ (Mark Skousen,2005:190). Tetapi pada penelitian ini teori tersbut tidak dapat dipakai dikarenakan kondisi masyarakat Indonesia yang berbeda dengan negara lain khususnya masyarakat di Malaysia. Apabila dilihat dari potensi masyarakat Indonesia 85,1% dari 237,6 juta jiwa merupakan masyarakat beragama Islam, tetapi kenyataannya adalah belum banyak yang sadar masyarakat Indonesia untuk menyalurkan dana ZISnya ke Lembaga Amil Zakat dan Badan Amil Zakat. Masyarakat Indonesia masih menyalurkan dana ZISnya untuk kerabat yang dekat, padahal apabila disalurkan melalui LAZ dan BAZ akan memberikan dampak yang luar biasa kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu juga belum adanya sanksi yang dikenakan masyarakat yang tidak membayar ZIS oleh pemerintah. Sehingga tidak ada yang mewajibkan masyarakat untuk membayar ZIS, lain halnya dengan Pajak. Bagi masyarakat yang tidak membayar pajak, akan dikenakan sanksi tegas oleh pemerintah sehingga masyarakat mempunyai tanggungjawab untuk membayar pajak ke Pemerintah. 126 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Adanya indikasi hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara variabel jumlah uang beredar, pembiayaan mudharabah dan penerimaan ZIS terhadap pertumbuhan ekonomi sudah diakui oleh para ekonom beberapa periode lalu. Dapat dilihat berbagai penelitian empiris yang kemudian melahirkan berbagai teori ekonomi yang terdapat pada berbagai literatur. Dari hasil pengujian empiris pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam jangka pendek, JUB mempunyai hubungan tidak sterhadap PDB. Pada jangka panjang, terdapat hubungan signifikan negatif variabel JUB dan PDB. Dimana apabila JUB mengalami kenaikkan sebesar 1 persen maka akan menurunkan PDB sebesar 1,59493 persen atau sebaliknya apabila JUB mengalami penurunan sebesar 1 persen maka akan menaikkan PDB sebesar 1,59493 persen. 2. Dalam jangka pendek, PM tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada jangka panjang, PM berpengaruh kepada PDB.Di mana PM mengalami kenaikkan sebesar satu persen maka berpengaruh terhadap penururnan PDB sebesar 0,97606 persen atau sebaliknya jika PM mengalami penurunan maka berpengaruh terhadap kenaikan 127 penerimaan PDB sebesar 0,97606 persen. Apabila Pembiayaan Mudharabah mengalami peningkatan yang tinggi di tiap tahunnya maka untuk 30-40 tahun kedepan Pembiayaan Mudharabah bisa memberikan pengaruh yang besar kepada PDB. 3. Pada jangka pendek, ZIS tidak berpengaruh terhadap PDB. Untuk jangka panjang, ZIS berkontribusi pada penerimaan ZIS. Hal ini memberi implikasi bahwa terdapat kontribusi jangka panjang antara variabel ZIS sebesar 0,69138 persen terhadap PDB. Ketika ZIS mengalami kenaikkan sebesar satu persen maka akan berkontribusi menurunkan PDB sebesar 0,69138 persen dan jika ZIS mengalami kenaikkan sebesar satu persen makan akan berkontribusi menurunkan PDB sebesar 0,69138 persen. Apabila Penerimaan ZIS mengalami peningkatan yang tinggi di tiap tahunnya maka untuk 30-40 tahun kedepan Penerimmaan ZIS bisa memberikan pengaruh yang besar kepada PDB. B. Implikasi dan Saran Beberapa implikasi dan saran yang ditujukan bagi Lembaga Amil Zakat (LAZ) maupun Badan Amil Zakat (BAZ), perbankan maupun pemerintah dalam menjalankan kegiatan ekonomi syariah serta saran bagi para peneliti dan akademisi dengan maksud untuk dapat meningkatkan penelitian di bidang ekonomi syariah adalah: 1. Bagi Pemerintah 128 Sekiranya Pemerintah ikut serta dan lebih mendukung lagi perkembangan ekonomi syariah khususnya di dunia perbankan dan perzakatan di Indonesia. Agar semakin terasanya dampak dari perbankan syariah dan ZIS di Indonesia yang bisa memberikan kontribusi lebih kepada kondisi perekonomian negara. Dengan adanya dual system yang digunakan perbankan di Indonesia bisa memberikan peluang besar untuk meningkatkan kondisi perekonomian Indonesia kedepannya. Perlu adanya penggalakan pendayagunaan maupun penyaluran dana dari pembiayaan mudharabah dan dana ZIS agar dapat memberikan dampak dan kontribusi positif terhapad pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 2. Perbankan Syariah Pembiayaan prinsip bagi hasil memiliki keterkaitan langsung dengan sektor riil karena pembiayaan bank langsung ditujukan kepada kegiatan ekonomi yang diharapkan dapat memberikan nilai tambah yang dapat dibagi hasilkan. Kondisi perekonomian yang kondusif memberikan peluang kepada peningkatan usaha sehingga penawaran akan pembiayaan diantaranya pembiayaan bagi hasil akan meningkat seiring peningkatan profit yang diperoleh dari pembiayaan tersebut. Hendaknya para praktisi yang terjun ke dunia Perbankan Syariah dapat lebih giat lagi melakukan inovasi-inovasi produk yang terus dipantau oleh DSN (Dewan Syariah Nasional) dan melakukan sosialisasi kepada 129 masyarakat agar masyarakat bisa lebih dekat dan akrab dengan perbankan syariah. 3. LAZ dan BAZ Untuk LAZ dan BAZ untuk dapat terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk terus menyalurkan dana ZIS nya kepada LAZ maupun BAZ, karena dengan disalurkannya ke LAZ dan BAZ tentunya dampaknya akan sangat terasa terhadap pertumbuhan ekonomi karena penyalurannya Insya Allah tepat pada sasaran atau orang-orang yang berhak menerimanya. 4. Bagi peneliti Dikarenakan keterbatasan peneliti dalam mengambil data yang ada di LAZ dan BAZ, untuk itu kedepan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi studi lanjutan dengan menggunakan data ZIS terdapat di LAZ dan BAZ yang ada di Indonesia khususnya penelitian ZIS yang mengambil perspektif makroekonomi Indonesia karena sampai saat ini pembahasan ZIS yang bersifat makro masih sangat sedikit. 130 DAFTAR PUSTAKA Al-Qardawi. “Zakat Role in Curing Social and Economic Malaises, In Khaf (ed), Economics of Zakat”, IRTI-IDB, Jeddah, 2002. Ambarwati, Septiana. “ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah dan Mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia “, Tesis Eknomi dan Keuangan Syariah Pascasarjana Studi Timur Tengah dan Islam, Universitas Indonesia. Jakarta. 208. Antonio, Syafi’i. “Bank Syariah dari Teori ke Praktik”, Gema Insani, Jakarta, 2001. Antonio, Syafii Muhammad. “ Muhammad SAW: The Super Leader Super Manager “, Tazkia Multimedia dan ProLM Centre, Jakarta, 2007. Arifin, Zainul. ”Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”, Edisi revisi, Cet. III, Pustaka Alvabet, Jakarta, 2005 Azhari, Ismul. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nisbah Bagi Hasil Sistem Pembiayaan Mudharabah Perbankan Syari’ah”, Tesis Magister (dipublikasikan) Program Pascasarjana, Institute Agama Islam Negeri, Medan, 2009. Dari http://aacislamiceconomy,blogspot.com). Bank Indonesia. “ Bahan-Bahan Terpilih dan Hasil Riset Terbaik “, BI, MES, IAEI dan FoSSEI, Sumatera Utara, 2011. Bahreisy, Salim. “Riyadus Sholihin”, Cet. ke-7, PT Al Ma’rif, Bandung, 1983. Christie, Anita. “ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Pembiayaan Mudharabah di Bank Muamalat Indonesia (Periode Maret 2001 s.d Februari 2006), Tesis Magister Program Pascasarjana Studi Timur Tengah dan Islam, Universitas Indonesia, Jakarta, 2007. Daud, Muhammad, dkk. “Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf”, Cet. ke-1, Universitas Press, Jakarta, 1998. D, Nachrowi dan Hardius Usman. “Pendekatan Populer dan Praktis EKONOMETRIK Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”, FEUI, Jakarta, 2006. El-Bantanie , M. Syafe’ie. “Gamtek-Gampang Praktek Zakat, Infaq dan Sedekah”, Salamadani, Bandung, 2009. 131 Fitriani, Yuni. “ Analisis Pengaruh Pembiayaan Perbankan Syariah, Jakarta Islamic Index (JII), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Periode Tahun 2003 – 2010”, Skripsi Prodi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Gujarati. Damodar dan Sumarno Zain. “Ekonometrika Dasar”, Erlangga, Jakarta, 2006. Hafiduddin, Didin. “Zakat dalam Perekonomian Modern”, Gema Insani Press, Jakarta, 2002. Hafidhuddin, Didin. “Panduan Praktis Tentang Zakat, Infaq dan Sedekah” Gema Insani Press, Jakarta, 1998. Hamja, Yahya. “Modul I Ekonometrika”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008. Hamja, Yahya. “Modul II Ekonometrika”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008. Harun, Salman, dkk. “Hukum zakat”, Cet. ke-4, PT Letera antamusa dan penerbit mizan. 1996. Hidayat, Mohamad. “An Introduction to The Sharia Economic Pengantar Ekonomi Syariah”, Zikrul Hakim, Jakarta, 2010. ____________. “ Pengantar Ekonomi Islam “, Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah, Jakarta, 2009. Hosen, Nadratuzzaman M, dkk. “Buku Saku Perbankan Syariah”, PKES, Jakarta, 2005. _____________. “Buku Saku Bank-ku Syariah”, PKES, Jakarta, 2006. Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution, dkk. “Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis”, Kencana Presada Media Group, Jakarta, 2008. Indonesia Magnificence of Zakat. “Zakat & Empowering-Jurnal Pemikiran dan Gagasan”, volume 2, Jumadil Tsani 1430/Juni 2009, IMZ, Jakarta, 2003. ____________. “Zakat & Empowering-Jurnal Pemikiran dan Gagasan”, volume 3, Syawal 1431/September 2010, IMZ, Jakarta, 2010. ____________. “Indonesia Zakat Developmen Report”, IMZ, Jakarta, 2007. 132 Insukindro. “Ekonomi Uang dan Bank”, BPFE UGM, Yogyakarta, 1993. Karim, A. Adiwarman. “Bank Islam: Analisa Fiqih dan Keuangan”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007. ____________. “Ekonomi Makro Islam”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008. ____________. “ Ekonomi Mikro Islami, Edisi ketiga “, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007. Kasmir. “Manajemen Perbankan”, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2000. Khan, M. Fahim. “ Essays In Islamic Economics “, The Islamic Foundation, Leicester, 1995. Khidir, Lalu. “Ibadah Zakat dan Masyarakat Pembangunan”, PT. Bina Ilmu, 1981. Kuncoro, Mudrajad. “Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Bagaimana meneliti dan Menulis Tesis?”. Erlangga, Jakarta, 2009. Maharani, Reni. “Hubungan Kausalitas Antara Variabel Makro dan Harga Saham Syariah Jakarta Islamic Index”, Jurnal Eksis, Vol. 2 No. 3, Juli – September 2006. Mankiw, N. Gregory. “Macroekonomics” edisi 5, Harvard University, Edisi Indonesia. Erlangga, Jakarta, 2003. ___________. “ Principles of Macroeconomics “, Edisi 3 (e-book). Maryanah. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Bagi Hasil di Bank Syariah Mandiri”, Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islam, Vol. 4, No. 1, Januari-Maret, Jakarta, 2006. Mochamad Aziz, Roikhan. “New Paradigm On Sinlammim Kaffah In Islamic Economics”, Jurnal Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009. ________. “Kaffah Thinking On Sinlammim Method Through Digital Root”, Proceeding, ISOIT International Seminar On Islamic Thought, UKM, Bangi, Malaysia, 2009. 133 _________. “Education On Root Of Islam”, Proceeding, International Seminar On Islamic Education, UNJ, Jakarta, 2009. _________. “Islamic Civilization Versus western System”, Proceeding, International Conference On Islamic Civilization, Kahorem Pakistam, 2010. _________. “New Paradigm on Sinlammim Kaffah in Islamic Economics”, Jurnal Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. Nasution, Mustafa Edwin, dkk. “ Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam “, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006. Pramanik, A. H. “Development and distribution in islam”, Pelanduk Publications, Petaling Jaya, 1993 Pusat Studi Ekonomi Syariah (PSES). “Dokumentasi-Kliping Edisi XVI Perjalanan Zakat”, PSES Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, Jakarta, 2007. Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES). “Khutbah Jum’at Ekonomi Syariah”, PKES, Jakarta, 2008. Rasjid, Sulaiman. “Fiqih Islam”, Cetakkan ke-27, Sinar Baru Algei, Bandung, 1994. Rodoni, Ahmad. “Panduan Penulisan Skripsi”, Feis Uin Press, Jakarta, 2010. Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan”, Edisi ketiga, FEUI, Jakarta, 2001. Simorangkir, O P. “Lembaga Keuangan Bank dan Nonbank”, Ghalia Indonesia, Bogor, 2004. Sholahuddin. “Pola Pendayagunaan Zakat Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang dalam Mengentaskan Kemiskinan di Kecamatan Cipondoh”, Skripsi Sarjana, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2008. Skousen, Mark. “ The Making of Modern Economics The Lives and Ideas of The Great Thinking (Terj) “, Prenada, Jakarta, 2005. 134 Sudarsono, Heri. “Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar”. Ekonisia, Yogyakarta, 2007. Sudewo, Eri. “Manajemen Zakat Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar”, Institut Manajemen Zakat, Jakarta, 2004. Suhendi, Hendi. “Fiqih Muamalah”, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2002. Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Ekonomi Makro”, PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2004. Sukirno, Sadono. “Makro Ekonomi Teori Pengantar”,PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004. Tag El-Din, SI. “Allocation and Stabilization Function of Zakat in an Islamic Economy , Mahamoud a. Gulaid and M. Aden Abdullah (Eds.) Reading in Public Finance in Islam.” IRTI-IDB, Jakarta, 1995. Widarjono, Agus. “Ekonometrika : Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan Bisnis”, Ekonisia FE UII, Yogyakarta, 2007. Wahyu Winarno, Wing. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”, Edisi Kedua, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2009. Wastriati. “Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro terhadap Nilai Jakarta Islamic Index”, Skripsi Sarjana, jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 2010. Yunus, Mahmud. “Al Fiqhul wadhih juz II”, Maktabah as sadiyah putra, Padang, 1936. [email protected] www://id.wikipedia.org/wiki/idul_fitri www.baznas.go.id www.bi.go.id www.bps.go.id 135 Lampiran 1: Data Penelitian Thn. 2007 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 ZIS (Rupiah) 16.281.671.803 32.763.562.254 49.330.683.235 67.298.510.050 85.624.977.940 105.607.045.291 127.285.657.093 149.784.418.093 172.774.030.983 203.760.120.905 228.635.753.085 256.452.644.030 JUB (Rupiah) 1.363.907.000.000.000 1.366.820.000.000.000 1.375.947.000.000.000 1.383.577.000.000.000 1.393.097.000.000.000 1.451.974.000.000.000 1.472.952.000.000.000 1.487.541.000.000.000 1.512.756.000.000.000 1.530.145.000.000.000 1.556.200.000.000.000 1.643.203.000.000.000 PDB (Rupiah) 157.354.710.000.000 158.149.790.000.000 158.413.760.000.000 161.209.603.000.000 162.274.540.000.000 162.628.090.000.000 166.663.670.000.000 168.226.330.000.000 168.738.500.000.000 166.144.130.000.000 165.010.710.000.000 164.634.440.000.000 PM (Rupiah) 4.007.000.000.000 4.001.000.000.000 4.133.000.000.000 4.323.000.000.000 4.432.000.000.000 4.687.000.000.000 4.855.000.000.000 5.029.000.000.000 5.247.000.000.000 5.355.000.000.000 5.440.000.000.000 5.578.000.000.000 2008 284.620.454.953 1.588.962.000.000.000 166.920.420.000.000 5.564.000.000.000 2 314.491.376.068 1.596.090.000.000.000 167.910.980.000.000 5.719.000.000.000 3 345.711.955.748 1.586.795.000.000.000 168.239.850.000.000 5.835.000.000.000 4 378.578.771.648 1.608.874.000.000.000 171.319.970.000.000 6.609.000.000.000 5 412.670.552.069 1.636.383.000.000.000 172.485.460.000.000 6.242.000.000.000 6 447.650.364.681 1.699.480.000.000.000 172.872.400.000.000 6.518.000.000.000 7 483.240.056.782 1.679.020.000.000.000 177.117.450.000.000 6.522.000.000.000 8 519.237.822.472 1.675.431.000.000.000 178.737.150.000.000 6.602.000.000.000 9 557.386.929.292 1.768.250.000.000.000 179.274.890.000.000 6.750.000.000.000 10 593.399.347.892 1.802.932.000.000.000 179.547.130.000.000 6.590.000.000.000 11 630.320.329.865 1.841.163.000.000.000 179.547.040.000.000 6.440.000.000.000 668.498.949.967 1.883.851.000.000.000 173.400.060.000.000 12 Sumber : FoZ, BI dan BPS, 2007-2010 6.205.000.000.000 136 Thn. 2009 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 ZIS (Rupiah) 708.369.621.776 750.179.840.476 792.336.658.076 835.336.475.966 878.814.307.586 923.095.274.698 968.082.929.018 1.013.101.604.915 1.063.231.265.585 1.109.231.265.585 1.156.048.469.456 1.203.169.289.234 JUB (Rupiah) 1.874.145.000.000.000 1.900.208.000.000.000 1.916.752.000.000.000 1.912.623.000.000.000 1.927.070.000.000.000 1.977.533.000.000.000 1.963.180.000.000.000 1.995.294.000.000.000 2.018.031.000.000.000 2.021.517.000.000.000 2.062.206.000.000.000 2.141.384.000.000.000 PDB (Rupiah) 175.018.630.000.000 175.773.850.000.000 176.024.590.000.000 178.720.150.000.000 179.747.630.000.000 180.088.750.000.000 184.501.760.000.000 186.197.920.000.000 186.761.050.000.000 184.176.670.000.000 183.028.930.000.000 187.046.014.000.000 PM (Rupiah) 7.554.000.000.000 7.866.000.000.000 8.108.000.000.000 8.347.000.000.000 8.672.000.000.000 9.142.000.000.000 9.422.000.000.000 9.932.000.000.000 10.007.000.000.000 10.184.000.000.000 10.359.000.000.000 10.412.000.000.000 2010 1.252.748.256.359 2.073.860.000.000.000 184.664.650.000.000 10.655.000.000.000 2 1.304.627.938.169 2.066.481.000.000.000 185.548.480.000.000 10.855.000.000.000 3 1.358.298.653.059 2.111.350.000.000.000 185.841.920.000.000 10.979.000.000.000 4 1.414.178.573.160 2.115.125.000.000.000 189.311.340.000.000 11.198.000.000.000 5 1.471.107.718.941 2.142.339.000.000.000 191.054.830.000.000 11.228.000.000.000 6 1.531.000.384.976 2.230.237.000.000.000 191.220.230.000.000 11.264.000.000.000 7 1.592.122.097.976 2.216.597.000.000.000 195.427.380.000.000 11.290.000.000.000 8 9 1.656.903.779.345 1.732.097.250.357 2.235.497.000.000.000 2.271.516.000.000.000 197.076.770.000.000 197.624.370.000.000 11.325.000.000.000 11.334.000.000.000 10 1.797.688.006.546 2.308.155.000.000.000 196.109.400.000.000 11.346.000.000.000 11 1.863.488.266.307 2.346.801.000.000.000 195.392.580.000.000 11.394.000.000.000 1.929.876.244.083 2.469.399.000.000.000 12 Sumber : FoZ, BI dan BPS, 2007-2010 195.154.590.000.000 11.398.000.000.000 137 Lampiran 2: Uji Normalitas Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis JUB 1.84E+15 1.88E+15 2.47E+15 1.36E+15 3.03E+14 0.075411 1.931119 PDB 5.27E+14 5.27E+14 5.94E+14 4.48E+14 3.78E+13 -0.112268 2.254022 PM 7.85E+12 7.15E+12 1.14E+13 4.00E+12 2.59E+12 0.097162 1.490070 ZIS 1.07E+12 9.74E+11 2.22E+12 3.02E+11 5.71E+11 0.409793 1.973611 Jarque-Bera Probability 2.330507 0.311844 1.213799 0.545038 4.635299 0.098505 3.450390 0.178138 Sum Sum Sq. Dev. 8.82E+16 4.31E+30 2.53E+16 6.73E+28 3.77E+14 3.16E+26 5.11E+13 1.53E+25 Observations 48 48 48 48 138 Lampiran 3: Uji Linieritas DLNPDBt = β0 + β1 DLNJUBt + β2 DLNPMt + β3 DLNZISt + β4 ECT Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio 5.956416 6.227055 Prob. F(1,43) Prob. Chi-Square(1) 0.0189 0.0126 Test Equation: Dependent Variable: PDB Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:41 Sample: 2007M01 2010M12 Included observations: 48 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C JUB PM ZIS FITTED^2 1.18E+15 0.785928 13.12516 130.9352 -8.39E-15 3.47E+14 0.287875 5.797438 57.14106 3.44E-15 3.394293 2.730105 2.263959 2.291438 -2.440577 0.0015 0.0091 0.0287 0.0269 0.0189 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.871833 0.859910 1.42E+13 8.63E+27 -1518.996 73.12484 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 5.27E+14 3.78E+13 63.49985 63.69477 63.57351 0.923238 139 DLNPDBt = β0 + β1 DLNJUBt + β2 DLNPMt + β3 DLNZISt + β4 ECT Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio 0.055520 0.061936 Prob. F(1,43) Prob. Chi-Square(1) 0.8148 0.8035 Test Equation: Dependent Variable: LNPDB Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:44 Sample: 2007M01 2010M12 Included observations: 48 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C LNJUB LNPM LNZIS FITTED^2 -253.7237 1.564794 0.940373 -2.748142 0.244102 1222.784 7.077145 4.249060 12.41569 1.035954 -0.207497 0.221105 0.221313 -0.221344 0.235630 0.8366 0.8261 0.8259 0.8259 0.8148 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.874004 0.862284 0.026900 0.031114 108.0818 74.57029 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 33.89503 0.072486 -4.295074 -4.100157 -4.221414 0.885456 140 Lampiran 4: Uji Stasioner 1. Uji Akar Unit - Level - Intercept Null Hypothesis: LNPDB has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 5 (Newey-West using Bartlett kernel) Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level Adj. t-Stat Prob.* -0.963797 -3.577723 -2.925169 -2.600658 0.7585 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.000550 0.000332 Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(LNPDB) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:47 Sample (adjusted): 2007M02 2010M12 Included observations: 47 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNPDB(-1) C -0.059234 2.012288 0.049418 1.674901 -1.198634 1.201437 0.2369 0.2359 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.030939 0.009405 0.023960 0.025834 109.7054 1.436724 0.236945 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 0.004699 0.024074 -4.583210 -4.504480 -4.553584 1.960148 141 Null Hypothesis: LNJUB has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 2 (Newey-West using Bartlett kernel) Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level Adj. t-Stat Prob.* 0.145567 -3.577723 -2.925169 -2.600658 0.9660 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.000337 0.000216 Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(LNJUB) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:49 Sample (adjusted): 2007M02 2010M12 Included observations: 47 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNJUB(-1) C -0.000409 0.026981 0.017030 0.598217 -0.023990 0.045103 0.9810 0.9642 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.000013 -0.022209 0.018771 0.015855 121.1780 0.000576 0.980967 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 0.012630 0.018566 -5.071406 -4.992677 -5.041780 2.258952 142 Null Hypothesis: LNPM has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 5 (Newey-West using Bartlett kernel) Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level Adj. t-Stat Prob.* -1.647364 -3.577723 -2.925169 -2.600658 0.4509 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.001341 0.000999 Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(LNPM) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:49 Sample (adjusted): 2007M02 2010M12 Included observations: 47 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNPM(-1) C -0.024248 0.740610 0.016000 0.474052 -1.515478 1.562297 0.1366 0.1252 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.048559 0.027416 0.037427 0.063034 88.74429 2.296673 0.136645 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 0.022242 0.037950 -3.691246 -3.612517 -3.661620 2.283670 143 Null Hypothesis: LNZIS has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 4 (Newey-West using Bartlett kernel) Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level Adj. t-Stat Prob.* -11.03373 -3.577723 -2.925169 -2.600658 0.0000 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) HAC corrected variance (Bartlett kernel) 9.87E-06 2.34E-05 Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(LNZIS) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:50 Sample (adjusted): 2007M02 2010M12 Included observations: 47 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNZIS(-1) C -0.013693 0.419187 0.000808 0.022240 -16.94437 18.84811 0.0000 0.0000 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.864503 0.861492 0.003211 0.000464 204.1652 287.1117 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 0.042423 0.008628 -8.602776 -8.524046 -8.573149 1.245241 144 2. Uji Derajat Integrasi - Intercept Null Hypothesis: D(LNPDB) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 7 (Newey-West using Bartlett kernel) Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level Adj. t-Stat Prob.* -7.629631 -3.581152 -2.926622 -2.601424 0.0000 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.000579 0.000197 Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(LNPDB,2) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:51 Sample (adjusted): 2007M03 2010M12 Included observations: 46 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LNPDB(-1)) C -1.007767 0.004690 0.150748 0.003696 -6.685089 1.268861 0.0000 0.2112 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.503892 0.492617 0.024612 0.026653 106.1589 44.69042 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat -5.25E-06 0.034553 -4.528650 -4.449144 -4.498866 2.001203 145 Null Hypothesis: D(LNJUB) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 3 (Newey-West using Bartlett kernel) Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level Adj. t-Stat Prob.* -7.916557 -3.581152 -2.926622 -2.601424 0.0000 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.000330 0.000247 Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(LNJUB,2) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:51 Sample (adjusted): 2007M03 2010M12 Included observations: 46 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LNJUB(-1)) C -1.197733 0.015191 0.155022 0.003293 -7.726196 4.612775 0.0000 0.0000 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.575675 0.566031 0.018575 0.015182 119.1038 59.69411 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 0.001061 0.028197 -5.091471 -5.011965 -5.061687 1.996124 146 Null Hypothesis: D(LNPM) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 1 (Newey-West using Bartlett kernel) Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level Adj. t-Stat Prob.* -7.498998 -3.581152 -2.926622 -2.601424 0.0000 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.001406 0.001421 Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(LNPM,2) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:52 Sample (adjusted): 2007M03 2010M12 Included observations: 46 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LNPM(-1)) C -1.121922 0.025528 0.149531 0.006596 -7.502918 3.870362 0.0000 0.0004 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.561289 0.551318 0.038346 0.064698 85.76230 56.29378 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 4.02E-05 0.057246 -3.641839 -3.562333 -3.612056 1.969051 147 Null Hypothesis: D(LNZIS) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 1 (Newey-West using Bartlett kernel) Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level Adj. t-Stat Prob.* -0.928015 -3.581152 -2.926622 -2.601424 0.7704 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) HAC corrected variance (Bartlett kernel) 1.22E-05 6.05E-06 Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(LNZIS,2) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:52 Sample (adjusted): 2007M03 2010M12 Included observations: 46 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LNZIS(-1)) C -0.084835 0.003126 0.062363 0.002713 -1.360347 1.152046 0.1806 0.2555 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.040360 0.018550 0.003570 0.000561 194.9671 1.850544 0.180649 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat -0.000495 0.003604 -8.389874 -8.310368 -8.360091 3.002977 148 - trend and intercept Null Hypothesis: D(LNPDB) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 7 (Newey-West using Bartlett kernel) Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level Adj. t-Stat Prob.* -7.505506 -4.170583 -3.510740 -3.185512 0.0000 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.000579 0.000196 Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(LNPDB,2) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:53 Sample (adjusted): 2007M03 2010M12 Included observations: 46 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LNPDB(-1)) C @TREND(2007M01) -1.007829 0.004930 -9.80E-06 0.152499 0.007745 0.000277 -6.608751 0.636573 -0.035434 0.0000 0.5278 0.9719 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.503907 0.480833 0.024896 0.026653 106.1596 21.83863 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat -5.25E-06 0.034553 -4.485201 -4.365941 -4.440525 2.001146 149 Null Hypothesis: D(LNJUB) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 3 (Newey-West using Bartlett kernel) Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level Adj. t-Stat Prob.* -7.800633 -4.170583 -3.510740 -3.185512 0.0000 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.000330 0.000249 Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(LNJUB,2) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:54 Sample (adjusted): 2007M03 2010M12 Included observations: 46 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LNJUB(-1)) C @TREND(2007M01) -1.196982 0.014335 3.46E-05 0.156830 0.006147 0.000209 -7.632364 2.332089 0.165694 0.0000 0.0244 0.8692 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.575946 0.556222 0.018784 0.015172 119.1185 29.20106 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 0.001061 0.028197 -5.048631 -4.929372 -5.003956 1.998226 150 Null Hypothesis: D(LNPM) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 4 (Newey-West using Bartlett kernel) Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level Adj. t-Stat Prob.* -7.884673 -4.170583 -3.510740 -3.185512 0.0000 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.001322 0.001204 Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(LNPM,2) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:54 Sample (adjusted): 2007M03 2010M12 Included observations: 46 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LNPM(-1)) C @TREND(2007M01) -1.164149 0.043663 -0.000701 0.148877 0.012734 0.000424 -7.819553 3.428831 -1.653401 0.0000 0.0013 0.1055 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.587513 0.568327 0.037612 0.060830 87.17994 30.62283 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 4.02E-05 0.057246 -3.659997 -3.540738 -3.615322 2.002922 151 Null Hypothesis: D(LNZIS) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 4 (Newey-West using Bartlett kernel) Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level Adj. t-Stat Prob.* -4.689925 -4.170583 -3.510740 -3.185512 0.0024 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) HAC corrected variance (Bartlett kernel) 8.65E-06 1.05E-05 Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(LNZIS,2) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:54 Sample (adjusted): 2007M03 2010M12 Included observations: 46 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LNZIS(-1)) C @TREND(2007M01) -0.632715 0.035727 -0.000376 0.140875 0.008100 8.96E-05 -4.491328 4.410466 -4.199151 0.0001 0.0001 0.0001 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.319437 0.287783 0.003041 0.000398 202.8708 10.09148 0.000255 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat -0.000495 0.003604 -8.690033 -8.570774 -8.645358 2.278857 152 Lampiran 5: Uji Kointegrasi Null Hypothesis: D(RESID01) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Bandwidth: 7 (Newey-West using Bartlett kernel) Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level Adj. t-Stat Prob.* -7.781210 -4.170583 -3.510740 -3.185512 0.0000 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.000595 0.000184 Phillips-Perron Test Equation Dependent Variable: D(RESID01,2) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:56 Sample (adjusted): 2007M03 2010M12 Included observations: 46 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(RESID01(-1)) C @TREND(2007M01) -1.017218 -0.001679 6.29E-05 0.152551 0.007810 0.000280 -6.668046 -0.215000 0.224373 0.0000 0.8308 0.8235 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.508373 0.485507 0.025225 0.027362 105.5555 22.23235 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 0.000193 0.035168 -4.458933 -4.339674 -4.414258 2.001852 153 Lampiran 6: Uji Asumsi Klasik 1. Multikolinieritas LNJUB LNJUB LNPM LNZIS LNPM LNZIS 0.9746418332 0.9932450734 1 605923 475724 0.9746418332 0.9862657591 605923 1 374114 0.9932450734 0.9862657591 475724 374114 1 2. Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS 0.682198 3.605459 9.706855 Prob. F(5,42) Prob. Chi-Square(5) Prob. Chi-Square(5) 0.6394 0.6075 0.0840 Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 01:59 Sample: 2007M01 2010M12 Included observations: 48 Collinear test regressors dropped from specification Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C LNJUB LNJUB*LNPM LNJUB*LNZIS LNPM LNZIS^2 -30.97950 1.043470 -0.024411 -0.012027 0.861710 0.007694 32.21315 1.069613 0.025877 0.011246 0.908765 0.007199 -0.961704 0.975558 -0.943320 -1.069455 0.948221 1.068728 0.3417 0.3349 0.3509 0.2910 0.3484 0.2913 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.075114 -0.034992 0.001689 0.000120 241.5034 0.682198 0.639432 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 0.000649 0.001660 -9.812642 -9.578742 -9.724250 1.702258 154 3. Autokolinieritas Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared 11.78095 17.25043 Prob. F(2,42) Prob. Chi-Square(2) 0.0001 0.0002 Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 02:01 Sample: 2007M01 2010M12 Included observations: 48 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C LNJUB LNPM LNZIS RESID(-1) RESID(-2) 0.997526 -0.045002 0.016955 0.002948 0.704331 -0.248422 4.931438 0.170091 0.059974 0.065214 0.148870 0.153826 0.202279 -0.264577 0.282699 0.045210 4.731174 -1.614952 0.8407 0.7926 0.7788 0.9642 0.0000 0.1138 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.359384 0.283120 0.021799 0.019958 118.7386 4.712379 0.001662 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat -7.35E-15 0.025746 -4.697442 -4.463542 -4.609051 2.115171 155 Penyembuhan Autokorelasi Diferensiasi Tingkat Satu Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared 0.108260 0.246901 Prob. F(2,41) Prob. Chi-Square(2) 0.8977 0.8839 Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 02:03 Sample: 2007M02 2010M12 Included observations: 47 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C D(LNJUB) D(LNPM) D(LNZIS) RESID(-1) RESID(-2) -0.000311 -0.011711 -0.004990 0.012904 -0.014215 -0.072500 0.018997 0.207632 0.100422 0.439170 0.158491 0.159038 -0.016347 -0.056403 -0.049689 0.029384 -0.089691 -0.455866 0.9870 0.9553 0.9606 0.9767 0.9290 0.6509 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.005253 -0.116057 0.025340 0.026327 109.2612 0.043304 0.998837 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 3.97E-19 0.023987 -4.394094 -4.157905 -4.305214 2.027060 156 Lampiran 7: Uji Error Correction Model (ECM) Dependent Variable: D(LNPDB) Method: Least Squares Date: 12/19/11 Time: 02:07 Sample (adjusted): 2007M02 2010M12 Included observations: 47 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C D(LNJUB) D(LNPM) D(LNZIS) LNJUB(-1) LNPM(-1) LNZIS(-1) ECT 22.48864 0.028964 -0.023523 1.674554 -0.789069 -0.482891 -0.342053 0.494737 7.464947 0.196909 0.093498 1.054319 0.250802 0.155746 0.132727 0.132953 3.012565 0.147093 -0.251593 1.588280 -3.146179 -3.100499 -2.577123 3.721152 0.0045 0.8838 0.8027 0.1203 0.0032 0.0036 0.0139 0.0006 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.318817 0.196554 0.021579 0.018160 117.9891 2.607624 0.026189 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 0.004699 0.024074 -4.680388 -4.365469 -4.561882 1.821302 157 Lampiran 8: Hasil Perhitungan Koefisien ECM Variabel Konstanta Jumlah Uang Beredar Pembiayaan Mudharabah Penerimaan ZIS Notasi Coefficiient Jangka Pendek Jangka Panjang C D(LNJUB) 22.48864 0.028964 22.48864 -1.59493 D(LNPM) D(LNZIS) -0.023523 1.674554 -0.97606 -0.69138 158