(pus) dalam melakukan pemeriksaan pap smear di desa mander

advertisement
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN MOTIVASI WANITA
PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DALAM MELAKUKAN
PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI DESA MANDER
KECAMATAN TAMBAKBOYO
KABUPATEN TUBAN
Yoana Widyasari
STIKES NU Tuban
Prodi DIII Kebidanan
ABSTRAK
Pap Smear merupakan tes penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan pra kanker serviks. Sehingga semua wanita yang aktif melakukan
hubungan seksual perlu melakukan Pap Smear. Namun tidak semua wanita PUS melakukan pemeriksaan Pap Smear. Dari studi pendahuluan
didapatkan 60% wanita PUS yang tidak mengerti tentang Pap Smear dan tidak termotivasi melakukan Pap Smear. Oleh karena itu, peneliti bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan motivasi wanita PUS dalam melakukan pemeriksaan Pap Smear di Desa Mander.
Desain penelitian adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah wanita PUS sebanyak 835 orang. Sampel
wanita PUS yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 263 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah multistage random sampling. Pengumpulan
data dengan kuesioner. Uji yang digunakan adalah Spearman Rank dengan α = 0,05. Variabel Indepent yaitu Pengetahuan dan Variabel Dependent
adalah motivasi.
Hasil penelitian menunjukkan didapatkan sebagian kecil (14,83%) responden berumur 25-27 tahun, setengahnya (43,35%) responden
bekerja sebagai ibu rumah tangga, setengahnya (50,57%) responden berpendidikan SD, setengahnya (63,50%) responden mempunyai pengetahuan
kurang, sebagian besar (72,62%) responden mempunyai motivasi kurang, sebagian besar (83,23%) wanita PUS berpengetahuan kurang mempunyai
motivasi kurang.
Berdasarkan uji analisa didapatkan menggunakan hasil SPSS versi 16 didapatkan hasil rs = 0,313 dengan ρ = 0,000 > ρ = 0,05 artinya Ho
ditolak yaitu ada hubungan antara pengetahuan dan motivasi
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa wanita PUS memiliki pengetahuan dan motivasi yang kurang terhadap pemeriksaan Pap
Smear. Dalam hal ini sebaiknya Tenaga kesehatan dalam hal preventif lebih banyak memberikan penyuluhan. Dengan pengetahuan yang cukup
mereka menyadari bahwa Pap Smear sangat penting dilakukan sehingga memunculkan motivasi untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear.
Kata kunci : pengetahuan, motivasi, Pap Smear
PENDAHULUAN
Kanker merupakan penyebab kematian nomor 2
setelah penyakit kardiovaskuler. Menurut laporan
Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003, setiap
tahun timbul lebih dari 10 juta kasus penderita baru
kanker dengan prediksi peningkatan setiap tahun
kurang lebih 20%. Diperkirakan pada tahun 2020
jumlah penderita baru penyakit kanker meningkat
hampir 20 juta penderita, 84 juta orang diantaranya
akan meninggal pada sepuluh tahun ke depan bila tidak
dilakukan intervensi yang memadai (Depkes RI, 2008).
Kanker serviks merupakan penyebab kematian
utama kanker pada wanita di Negara-negara sedang
berkembang. Setiap tahun diperkirakan terdapat
500.000 kasus kanker serviks baru diseluruh dunia,
77% diantaranya ada di Negara-negara sedang
berkembang. Di Indonesia diperkirakan sekitar 90-100
kanker baru diantara 100.000 penduduk pertahunnya,
atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun, dengan
kanker serviks menempati urutan pertama di antara
kanker pada wanita (Sjamsuddin, 2009).
Yayasan Kanker Indonesia memaparkan, angka
kematian kanker serviks terbanyak di antara jenis
kanker lain di kalangan perempuan. Diperkirakan, 52
juta perempuan Indonesia berisiko terkena kanker
serviks, sementara 36% perempuan dari seluruh
penderita kanker adalah pasien kanker serviks. Ada
15.000 kasus baru per tahun dengan kematian 8.000
orang per tahun. Angka harapan hidup lima tahun jika
kanker ini diketahui dan diobati pada stadium satu
sekitar 70-75%, pada stadium dua sekitar 60%, pada
stadium tiga tinggal 25%, dan pada stadium empat
penderita sulit diharapkan bertahan. Jika penyakit
ditemukan saat masih lesi pra kanker, penderita bisa
diobati secara sempurna (Administrator, 2009).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di
Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban di dapatkan hasil
cakupan Pap Smear yang terbanyak terdapat wilayah
Tambakboyo dengan prosentase sebanyak 1,6%
sedangkan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) tahun
2009 yaitu sebesar 234.632 orang dan wanita PUS
yang melakukan Pap Smear sebanyak 2088 orang
(0,89%). Sedangkan data dari Puskesmas Tambakboyo
jumlah PUS di kecamatan Tambakboyo tahun 2009
sebesar 89.430, dan wanita PUS yang melakukan Pap
Smear sebanyak 102 orang (0,114%). Dari data
Puskesmas Tambakboyo yang memiliki peringkat
terendah dalam pemeriksaan Pap Smear yaitu Desa
Mander dengan prosentase 0,56% dengan jumlah PUS
sebanyak 835 orang. Dan terdapat 60% wanita
Pasangan Usia Subur yang tidak mengerti Pap Smear
dan 60% wanita Pasangan Usia Subur yang tidak
termotivasi untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear.
Dari hasil penelitian mutakhir, karsinoma uteri
belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor yang
menonjol seperti : (a) umur pertama kali melakukan
hubungan seksual usia dibawah 20 tahun, (b) jumlah
kehamilan dan partus, (c) jumlah perkawinan atau
berganti-ganti pasangan, (d) infeksi virus Herpes
simplek (HSV-2), virus papiloma dan virus kondiloma
diduga sebagai penyebab, (e) sosial ekonomi, dan (f)
hygiene dan sirkumsisi (Admin, 2009).
Hingga saat ini Human Papiloma Virus (HPV)
merupakan penyebab 99,7% kanker serviks. Virus
papilloma ini berukuran kecil, diameter virus kurang
lebih 55 nm. Terdapat lebih dari 100 tipe HPV, HPV
tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56 dan 58 sering
ditemukan pada kanker maupun lesi pra kanker serviks.
HPV tipe 16 dan 18 merupakan 70% penyebab kanker
serviks. Sebenarnya sebagian besar virus HPV akan
menghilang sendiri karena ada sistem kekebalan tubuh
alami, tetapi ada sebagian yang tidak menghilang dan
menetap. HPV yang menetap inilah yang menyebabkan
perubahan sel leher rahim menjadi kanker serviks.
Perjalanan kanker serviks dari infeksi HPV, tahap pra
kanker hingga menjadi kanker serviks memakan waktu
10-20 tahun. Pada tahap awal infeksi virus akan
menyebabkan perubahan sel-sel epitel pada mulut
rahim,
sel-sel
menjadi
tidak
terkendali
perkembangannya dan bila berlanjut akan menjadi
kanker. Pada tahap atau stadium awal (pra kanker)
tidak ada gejala yang jelas, setelah berkembang
menjadi kanker timbul gejala-gejala keputihan yang
tidak sembuh walaupun sudah diobati, keputihan yang
keruh dan berbau busuk, perdarahan setelah
berhubungan seks, perdarahan di luar siklus haid dan
lain-lain. Pada stadium lanjut dimana sudah terjadi
penyebaran ke organ-organ sekitar mungkin terdapat
keluhan nyeri daerah panggul, sulit BAK, BAK
berdarah dan lain-lain (Rina, 2009).
Salah satu keberhasilan terbesar dalam kesehatan
masyarakat Amerika di abad ke dua puluh adalah
penurunan angka kematian akibat kanker serviks yang
cukup besar. Keberhasilan ini sebagian besar berkaitan
dengan adanya penemuan dan peningkatan smear
sitologi serviks, atau Pap Smear oleh George
Papanicolou pada tahun 1940-an. Didukung oleh
adanya teknologi
yang semakin mengalami
peningkatan, Pap Smear telah mengurangi kematian
akibat kanker serviks. Pemeriksaan Pap Smear saat ini
masih menjadi alat penapisan pertama untuk
mendeteksi adanya kanker serviks (Varney, 2006).
Pemeriksaan apusan Pap Smear saat ini
merupakan suatu keharusan bagi wanita sebagai sarana
pencegahan dan deteksi dini kanker serviks.
Pemeriksaan ini seyogyanya dilaksanakan oleh setiap
wanita yang telah menikah sampai dengan umur
kurang lebih 65 tahun bila dalam dua kali pemeriksaan
apusan Pap terakhir negatif dan tidak pernah
mempunyai riwayat hasil pemeriksaan abnormal
sebelumnya (Lestadi, 2009).
Pap Test (Pap Smear) merupakan pemeriksaan
sitologik epitel porsio dan endoservik uteri untuk
penentuan adanya perubahan praganas maupun ganas
di porsio atau servik uteri. Sedangkan menurut
Hariyono Winarto dalam seminarnya pada tanggal 0510-2008 tentang Pap Smear Sebagai Upaya
Menghindari Kanker Leher Rahim Bagi Wanita Usia
Reproduksi, pengertian Pap Test (Pap Smear) yaitu
suatu pemeriksaan dengan cara mengusap leher rahim
(scrapping) untuk mendapatkan sel-sel leher rahim
kemudian diperiksa sel-selnya, agar dapat diketahui
terjadinya perubahan atau tidak. Dari pengertian di
atas, dapat disimpulkan bahwa Pap Smear yaitu
pemeriksaan usapan pada leher rahim untuk
mengetahui adanya perubahan sel-sel yang abnormal
yang diperiksa dibawah mikroskop (Ayurai, 2009).
Sementara itu untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman masyarakat dalam pencegahan dan
penanggulangan kanker dilakukan melalui advokasi,
sosialisasi termasuk komunikasi, informasi, dan
edukasi (KIE) untuk masyarakat. Meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat termasuk menghindari
faktor risiko penyakit kanker seperti merokok atau
terpajan asap rokok (passive smoking), mengkonsumsi
makanan dengan gizi seimbang, serta menjaga
kebahagiaan
pasangan
suami-istri
untuk
menghindarkan perilaku seks tidak sehat (Depkes RI,
2009).
Selain KIE, untuk meningkatkan pengetahuan dan
motivasi wanita Pasangan Usia subur (PUS) dapat
dilakukan dengan cara melakukan penyuluhan pada
wanita PUS tentang penting melakukan pemeriksaan
Pap Smear terutama bagi mereka wanita yang sudah
menikah atau aktif melakukan hubungan seksual dan
wanita dengan usia lebih dari 45 tahun.
Motivasi adalah kekuatan atau dorongan yang
menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu
(Notoatmodjo, 2005).
Pengetahuan dapat memberikan informasi atau
fakta yang benar mengenai perilaku seseorang.
Semakin tinggi pengetahuan seseorang dalam hal ini
tentang Pap Smear maka akan semakin termotivasi
seseorang tersebut untuk melakukan Pap Smear.
Semakin luasnya pengetahuan dan wawasan berpikir
seseorang wanita mengenai Pap Smear, maka
diharapkan dapat berpikir lebih baik dan lebih banyak
kemungkinan yang dapat dijadikan pertimbangan
untuk memotivasinya melakukan Pap Smear
(Permatasari, 2006).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain penelitian
analitik korelasional. Penelitian analitik korelasional
yaitu penelitian dapat mencari, menjelaskan suatu
hubungan, memperkirakan, dan menguji berdasarkan
teori yang ada (Nursalam, 2008). Dalam penelitian
digunakan desain analitik koresional yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan motivasi
wanita Pasangan
Usia Subur (PUS) dalam melakukan pemeriksaan Pap
Smear di Desa Mander Kecamatan Tambakboyo
Kabupaten Tuban.
Di samping itu penelitian ini menggunakan
pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang
menekankan waktu pengukuran atau observasi data
variabel independent dan variabel dependent hanya
satu kali, pada satu saat (Nursalam, 2008)
Populasi dalam penelitian ini adalah semua
wanita Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertempat di
Desa Mander Kecamatan Tambakboyo Kabupaten
Tuban Tahun 2009 sebanyak 835 orang. Sampel dalam
penelitian ini adalah sebagian wanita Pasangan Usia
Subur (PUS) yang bertempatan di Desa Mander
Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban yang
memenuhi kriteria inklusi sebanyak 263 orang.
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek
penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau
yang akan diteliti (Nursalam, 2008), sedangkan kriteria
inklusi pada penelitian ini adalah :
1). Wanita Pasangan Usia Subur yang sudah menikah
dan bertempatan di Desa Mander kecamatan
Tambakboyo.
2). Wanita Pasangan Usia Subur yang sudah menikah
dan dapat berkomunikasi, membaca dan menulis
dengan benar.
3). Wanita Pasangan Usia Subur yang sudah menikah
dan bersedia menjadi responden.
4). Wanita Pasangan Usia Subur yang sudah menikah
dan belum melakukan pemeriksaan Pap Smear.
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau
mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria eksklusi
karena berbagai sebab antara lain :
1. Wanita Pasangan Usia Subur yang didiagnosa
kanker serviks
Dalam penelitian ini pengambilan sampel yaitu
dengan teknik sampel probability sampling cara
Multistage random sampling yaitu cara pengambilan
sample bila objek yang diteliti atau sumber data sangat
luas atau besar, yakni populasi heterogen. Cara
samplingnya adalah berdasarkan daerah dari populasi
yang telah ditetapkan, dengan melakukan randomisasi
cluster, kemudian dilakukan stratifikasi atas cluster
terpilih dan terakhir dilakukan randomisasi unit
populasi dari masing-masing strata. (Hidayat, 2009)
Pada penelitian ini variabel independentnya
adalah pengetahuan wanita PUS dalam melakukan
pemeriksaan Pap Smear. Sedangkan variabel
dependentnya adalah motivasi wanita PUS dalam
melakukan pemeriksaan Pap Smear.
Instrument yang digunakan dalam data penelitian
ini adalah kuesioner yang dipakai dalam penelitian.
Jenis kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner
terbuka berupa pernyataan yang jawabannya terdiri
dari 3 alternatif jawaban, 1 jawaban benar dan 2
jawaban salah. Bila menjawab benar atau ya skornya 1
dan jika menjawab salah atau tidak skornya 0.
HASIL DAN ANALISA DATA
Hasil penelitian ini disajikan dalam dua bentuk
yaitu data umum dan data khusus. Data umum
mengenai karakteristik responden yaitu umur,
pendidikan dan pekerjaan, sedangkan data khusus
mengenai karateristik responden yaitu pengetahuan dan
motivasi wanita Pasangan Usia Subur (PUS) dalam
melakukan pemeriksaan Pap Smear, serta hubungan
antara pengetahuan dan motivasi wanita Pasangan Usia
Subur (PUS) dalam melakukan pemeriksaan Pap
Smear.
Hasil Penelitian
Data Umum
Umur Wanita Pasangan Usia Subur
Tabel 1
Distribusi Responden Berdasarkan
Umur Wanita Pasangan Usia Subur
(PUS) Di Desa Mander Kecamatan
Tambakboyo Kabupaten Tuban Bulan
Juli 2010
No.
1
2
3
Umur
< 20 tahun
20-35 tahun
> 35 tahun
Jumlah
f
2
168
93
263
%
0,76
63,88
35,36
100
Tabel 1 menunjukkan bahwa setengahnya
(63,88%) wanita Pasangan Usia Subur (PUS) berumur
20-35 tahun sedangkan minoritas (0,76%) berumur <
20 tahun.
Pekerjaan Wanita Pasangan Usia Subur
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan
Pekerjaan Wanita Pasangan Usia
Subur (PUS) Di Desa Mander
Kecamatan Tambakboyo Kabupaten
Tuban Bulan Juli 2010
No.
1
2
3
4
5
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga
Petani
Swasta
Wiraswasta
PNS
Jumlah
f
102
114
35
8
4
263
%
38,78
43,35
13,31
3,04
1,52
100
Tabel 2 menunjukkan bahwa setengahnya
(43,35%) wanita Pasangan Usia Subur (PUS) yang
bekerja sebagai petani sedangkan minoritas (1,52%)
responden yang bekerja sebagai Pegawai Negeri.
Pendidikan Wanita Pasangan Usia Subur
Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan
Pendidikan Wanita Pasangan Usia
Subur (PUS) Di Desa Mander
Kecamatan Tambakboyo Kabupaten
Tuban Bulan Juli 2010
No.
1
2
3
4
Pendidikan
Sekolah Dasar
Sekolah Menengah Pertama
Sekolah Menengah Atas
Perguruan Tinggi
Jumlah
f
133
97
29
4
263
%
50,57
36,88
11,03
1,52
100
Tabel 3 menunjukkan bahwa setengahnya
(50,57%) wanita Pasangan Usia Subur (PUS) yang
berpendidikan sekolah dasar sedangkan minoritas
(1,52%) berpendidikan tinggi.
Data Khusus
Pengetahuan wanita Pasangan Usia Subur
Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan
Pengetahuan Wanita Pasangan Usia Subur
(PUS) Yang Melakukan Pemeriksaan Pap
Smear Di Desa
Mander Kecamatan Tambakboyo
Tuban Bulan Juli 2010
No.
Nama Desa
Jumlah
wanita
PUS
%
Kabupaten
Cakupan
Pap
Smear
(%)
Peringkat
1
Dasin
637
7,22
0,36
17
2
Klutuk
676
7,67
0,87
13
16
3
Sawir
586
6,65
0,39
4
Kenanti
278
3,15
2,1
6
5
Plajan
325
3,69
0
18
6
Gadon
234
2,65
3,06
1
7
Dikir
385
4,37
2,15
5
8
Pulogede
460
5,22
0,73
14
9
Cokrowati
678
7,69
1,72
9
10
Tambakboyo
682
7,74
1,88
8
11
Mander
835
9,47
0,56
15
12
Glondonggede
629
7,13
0,94
12
13
Sobontoro
547
6,20
2,16
4
14
Pabeyan
454
5,15
1,89
7
15
Sotang
267
3,03
1,33
11
16
Ngulahan
272
3,08
2,42
3
17
Belikanget
383
4,34
2,46
2
489
5,55
1,65
10
8817
100
18
Merkawang
Jumlah
Tabel 4 menunjukkan bahwa setengahnya
(63,50%) wanita Pasangan Usia Subur (PUS)
berpengetahuan kurang yang melakukan pemeriksaan
Pap
Smear
sedangkan
minoritas
(9,13%)
berpengetahuan baik yang melakukan pemeriksaan Pap
Smear.
Data Khusus
Pengetahuan wanita Pasangan Usia Subur
Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan
Pengetahuan Wanita Pasangan Usia
Subur (PUS)
Yang
Melakukan
Pemeriksaan Pap Smear Di Desa
Mander Kecamatan Tambakboyo
Kabupaten Tuban Bulan Juli 2010
No.
1
2
3
Pengetahuan wanita
Pasangan Usia Subur
Pengetahuan baik
Pengetahuan cukup
Pengetahuan kurang
Jumlah
Smear Di Desa Mander Kecamatan
Tambakboyo Kabupaten Tuban Bulan Juli
2010
f
%
24
72
167
263
9,13
27,38
63,50
100
Tabel 5 menunjukkan bahwa setengahnya
(63,50%) wanita Pasangan Usia Subur (PUS)
berpengetahuan kurang yang melakukan pemeriksaan
Pap
Smear
sedangkan
minoritas
(9,13%)
berpengetahuan baik yang melakukan pemeriksaan Pap
Smear.
Motivasi wanita Pasangan Usia Subur
Tabel 6 Distribusi
Responden
Berdasarkan
Motivasi Wanita Pasangan Usia Subur
(PUS) Yang Melakukan Pemeriksaan Pap
No.
1
2
3
Motivasi wanita
Pasangan Usia
Subur
Motivasi baik
Motivasi cukup
Motivasi kurang
Jumlah
f
%
6
66
191
263
2,28
25,10
72,62
100
Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar
(72,62%) wanita Pasangan Usia Subur (PUS) yang
mempunyai motivasi kurang yang melakukan
pemeriksaan Pap Smear sedangkan minoritas (2,28%)
yang mempunyai motivasi baik yang melakukan
pemeriksaan Pap Smear.
Hubungan Antara Pengetahuan Dan Motivasi
Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) Dalam
Melakukan Pemeriksaan Pap Smear Di Desa
Mander Kecamatan Tambakboyo Kabupaten
Tuban
Tabel 7 Hubungan Antara Pengetahuan Dan
Motivasi Wanita Pasangan Usia Subur (PUS)
Dalam Melakukan Pemeriksaan Pap Smear
Di Desa Mander Kecamatan Tambakboyo
Kabupaten Tuban Bulan Juli 2010
No.
1
2
3
Pengetahuan
Pengetahuan
Kurang
Pengetahuan
Cukup
Pengetahuan
Baik
Jumlah
rs = 0.313
Kurang
f
%
Motivasi
Cukup
f
%
f
Baik
%
f
%
139
83,23
28
16,77
0
0,00
167
100
46
63,89
23
31,94
3
4,17
72
100
6
25,00
15
62,50
3
12,50
24
100
191
72,62
66 25,10
ρ = 0.000
6
2,28
263
100
Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar
(83,23%) wanita Pasangan Usia Subur (PUS) yang
berpengetahuan kurang mempunyai motivasi kurang
dalam
melakukan
pemeriksaan
Pap Smear,
setengahnya (63,89%) wanita Pasangan Usia Subur
(PUS) yang berpengetahuan cukup mempunyai
motivasi kurang. Dan setengahnya (62,50%) wanita
Pasangan Usia Subur (PUS) yang berpengetahuan baik
mempunyai motivasi cukup.
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan
dengan menggunakan teknik komputerisasi di dapatkan
hasil rs = 0,313 dengan ρ = 0,000 > ρ = 0,05 artinya
Ho ditolak yaitu ada hubungan antara pengetahuan dan
motivasi wanita Pasangan Usia Sbur (PUS) dalam
melakukan pemeriksaan Pap Smear.
PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel 5 didapatkan setengahnya
(63,50%) adalah wanita Pasangan Usia Subur (PUS)
yang mempunyai pengetahuan kurang, sebagian kecil
(27,38%) adalah wanita Pasangan Usia Subur (PUS)
yang mempunyai pengetahuan cukup, sedangkan
minoritas (9,13%) adalah wanita Pasangan Usia Subur
(PUS) yang mempunyai pengetahuan baik.
Pengetahuan atau kognitif yang merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai
dorongan fisik dalam menumbuhkan rasa percaya diri
maupun dengan dorongan sikap perilaku setiap orang
sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan
merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan, kata dasarnya ‘tahu’, mendapatkan
awalan dan akhiran pe dan an. Imbuhan ‘pe-an’ berarti
menunjukkan adanya proses mengetahui, dan
menghasilkan sesuatu yang disebut ”pengetahuan”.
Diharapkan dengan pengetahuan yang dimiliki,
manusia dapat mengatasi masalah yang muncul dimasa
mendatang (Suhartono, 2005).
Pengetahuan banyak didapatkan di berbagai
media cetak dan elektronik. Namun dalam memperoleh
pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi beberapa
faktor salah satunya adalah pekerjaan. Dimana
setengahnya wanita Pasangan Usia Subur (PUS)
bekerja sebagai petani. Dimana pada umumnya petani
banyak menghabiskan waktunya mulai dari pagi
hingga sore berada di sawah. Hal ini ditunjang pada
saat melakukan penelitian dilakukan pada waktu sore
hari. Sehingga kecil kemungkinan wanita Pasangan
Usia Subur (PUS) ini untuk mengakses pengetahuan
yang ada di masyarakat.
Selain faktor pekerjaan, pendidikan dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Di Desa
Mander sebagian besar wanita Pasangan Usia Subur
(PUS) berpendidikan SD sehingga sangatlah sulit
untuk menerima informasi mengenai pentingnya
melakukan pemeriksaan Pap Smear. Makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang makin mudah pula
menerima informasi sehingga banyak pengetahuan
yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang
akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan sebagian besar
(72,62%) wanita Pasangan Usia Subur (PUS)
mempunyai motivasi kurang, sebgain kecil (25,10%)
wanita Pasangan Usia Subur (PUS) mempunyai
motivasi cukup sedangkan minoritas (2,28%) wanita
Pasangan Usia Subur mempunyai motivasi baik.
Motivasi adalah kekuatan atau dorongan yang
menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu
(Notoatmodjo, 2005).
Motivasi adalah kekuatan psikologi yang
menggerakkan seseorang kearah beberapa jenis
tindakan (Bastable, 2002).
Setengah dari pendidikan wanita Pasangan Usia
Subur (PUS) di Desa Mander berpendidikan Sekolah
Dasar (SD). Dimana pengetahuan yang didapatkan
oleh wanita Pasangan Usia Subur sedikit sehingga
pengetahuan mereka akan pentingnya kesehatan pun
kurang. Dan kesadaran mereka untuk melakukan
pemeriksaan Pap Smear juga kurang. Selain itu ada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan motivasi
wanita Pasangan Usia Subur (PUS) kurang diantaranya
faktor lingkungan. Dimana banyak wanita Pasangan
Usia Subur (PUS) yang tidak melakukan pemeriksaan
Pap Smear.
Dari hasil cakupan pemeriksaan Pap Smear di
dapatkan Desa Mander memiliki jumlah cakupan
pemeriksaan Pap Smear yang relatif rendah dengan
urutan ke-11 dengan jumlah wanita Pasangan Usia
Subur yang terbanyak. Dengan cakupan yang rendah
maka fasilitas yang ada pun kurang memadai seperti
sarana bagi wanita Pasangan Usia Subur (PUS) untuk
mencari informasi tentang Pap Smear yang kurang
misalnya kurangnya peran serta dari tenaga kesehatan
untuk memberikan penyuluhan tentang Pap Smear
(door to door), tidak adanya fasilitas pemeriksaan Pap
Smear di BPS.
Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar
(83,23%) wanita Pasangan Usia Subur (PUS) yang
berpengetahuan kurang mempunyai motivasi kurang
dalam
melakukan
pemeriksaan
Pap Smear,
setengahnya (63,89%) wanita Pasangan Usia Subur
(PUS) yang berpengetahuan cukup mempunyai
motivasi kurang. Dan setengahnya (62,50%) wanita
Pasangan Usia Subur (PUS) yang berpengetahuan baik
mempunyai motivasi cukup. Berdasarkan hasil
penelitian dan perhitungan dengan menggunakan
teknik komputerisasi di dapatkan hasil rs = 0,313
dengan ρ = 0,000 > ρ = 0,05 artinya Ho ditolak yaitu
ada hubungan antara pengetahuan dan motivasi wanita
Pasangan Usia Sbur (PUS) dalam melakukan
pemeriksaan Pap Smear.
Pengetahuan atau kognitif yang merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai
dorongan fisik dalam menumbuhkan rasa percaya diri
maupun dengan dorongan sikap perilaku setiap orang
sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan
merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2003).
Motivasi adalah dorongan psikologis yang
mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan. Motivasi
membuat keadaan dalam diri individu muncul, terarah,
dan mempertahankan perilaku, menurut Kartini
Kartono motivasi menjadi dorongan (driving force)
terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu
(Wikipedia, 2009).
Dalam hasil penelitian terdapat hasil pengetahuan
wanita Pasangan Usia Subur (PUS) kurang tetapi
motivasi untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear
kurang, hal ini disebabkan para wanita Pasangan Usia
Subur (PUS) enggan untuk diperiksa oleh karena rasa
malu, rasa takut, faktor biaya dan kurangnya kesadaran
mereka tentang kesehatan.
Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang akan
suatu penyakit, secara tidak langsung akan
mempengaruhi seseorang tersebut untuk melakukan
pencegahan. Tetapi pengetahuan tentang kanker
serviks yang dimiliki oleh wanita Pasangan Usia Subur
(PUS) sangatlah kurang sehingga mereka tidak
terdorongnya untuk melakukan pencegahan dengan
melakukan pemeriksaan Pap Smear.
Dengan adanya pengetahuan dapat menimbulkan
motivasi dari seseorang untuk melakukan sesuatu
sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Maka
sebaiknya petugas kesehatan agar memberikan
konseling yang sangat jelas dan lengkap sehingga
dapat diterima dan dimengerti dengan baik oleh wanita
Pasangan Usia Subur (PUS). Disarankan agar petugas
kesehatan dalam hal usaha preventif pencegahan
penyakit kanker serviks, lebih banyak memberikan
penyuluhan secara umum dan menyeluruh tentang
kanker rahim, tidak hanya himbauan untuk melakukan
Pap Smear saja, tetapi lebih menekankan pada
informasi tentang apa itu kanker serviks, gejala,
penyebab, pencegahan, dan pengobatannya. Dengan itu
mereka dapat menyadari bahwa Pap Smear sangat
penting dilakukan.
Hasil penelitian ini pada umumnya mencapai
tujuan dalam arti dapat diperoleh identifikasi
pengetahuan wanita Pasangan Usia Subur (PUS) dalam
melakukan pemeriksaan Pap Smear di Desa Mander
Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban, diperoleh
identifikasi motivasi wanita Pasangan Usia Subur
(PUS) dalam melakukan pemeriksaan Pap Smear di
Desa Mander Kecamatan Tambakboyo Kabupaten
Tuban dan diperoleh analisa hubungan antara
pengetahuan dan motivasi wanita Pasangan Usia Subur
(PUS) dalam melakukan pemeriksaan Pap Smear di
Desa Mander Kecamatan Tambakboyo Kabupaten
Tuban. Dengan dilakukan penelitian ini, diharapkan
wanita Pasangan Usia Subur (PUS) mengetahui
pentingnya dilakukan pemeriksaan Pap Smear.
KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil yang diperoleh selama
penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Setengahnya dari wanita Pasangan Usia Subur
(PUS) di Desa Mander Kecamatan
Tambakboyo Kabupaten Tuban mempunyai
pengetahuan kurang
yang
melakukan
pemeriksaan Pap Smear.
2. Sebagian besar dari wanita Pasangan Usia
Subur (PUS) di Desa Mander Kecamatan
Tambakboyo Kabupaten Tuban mempunyai
motivasi
kurang
dalam
melakukan
pemeriksaan Pap Smear.
3.
Terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dan motivasi wanita Pasangan
Usia Subur (PUS) dalam melakukan
pemeriksaan Pap Smear di Desa Mander
Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban.
DAFTAR PUSTAKA
Administrator. 2008. 52 Juta Perempuan Indonesia Berisiko kanker
Serviks. Rabu, 17 Februari 2010. http://cpddokter.com.
Ana. 2008. Pap Smear dan Kanker Leher rahim (Serviks). Kamis,
18 Februari 2010. http://mratrianimultiply.com.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Ayurai. 2009. Pap Smear. Jumat, 13 November 2010.
http://ayuraiwordpress.com.
Bastable, Susan. 2002. Perawat Sebagai Pendidik. EGC. Jakarta
Departemen Kesehatan RI. 2008. Deteksi Dini kanker Leher Rahim
dan Kanker Payudara. Rabu, 17 Februari 2010.
http://www.majalah-farmacia.com.
Evennett, Karen. 2003. Pap Smear, Apa Yang Anda Ketahui?.
Jakarta : Arcan.
Hidayat, Aziz. 2009. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa
Data. Jakarta : Salemba Medika.
Machfoedz, Ircham. 2007. Pendidikan Kesehatan Bagian Dari
Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya.
Lestadi, Julisar. 2009. Sitologi Pap Smear Alat pencegahan Dan
Deteksi Dini Kanker Leher Rahim, Panduan Dokter
Umum dan Bidan. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga
Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi penelitian Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Perilaku.
Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan
Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam dan Pariani S. 2001. Pendekatan Praktis Metodologu Riset
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Rina. 2009. Kanker Serviks. Selasa, 16 Februari 2010.
http://www.suaradokter.com.
Sjamsuddin, Sjahrul. 2009. Pencegahan dan Deteksi Dini. Kamis, 17
Februari 2010. http://www.kalbe.co.id.
Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Widayatun, (1999). Ilmu Perilaku. Jakarta : CV. Agung Seto.
Yulia. 2009. Pasangan Usia Subur. Rabu, 17 Februari 2010.
http://blogs.YuliaS.08.388.html.
dan ssesudah menstruasi, 7 (35%) siswi mengalami
keputihan yang berbau dan gatal. Pada siswi yang
mengalami keputihan fisiologis saat menstruasi
sebanyak 8 (61,5 %), dan sesudah menstruasi sebanyak
5 (38,5%).
sekitar kemaluan lembab dan kondisi tubuh,
perawatan saat menstruasi kurang benar (Susi, 2009).
Keputihan merupakan momok yang sangat
menakutkan bagi wanita. Ketika mengalaminya, para
wanita menjadi resah, risih, merasa bersalah, tidak
percaya diri dan perasaan gundah lainnya. Masalah
keputihan merupakan masalah yang sejak lama
menjadi persoalan bagi kaum wanita. Tidak banyak
wanita yang tahu tentang keputihan dan terkadang
menganggap mudah persoalan keputihan. Padahal
keputihan tidak bisa dianggap mudah, karena akibat
dari keputihan ini bisa sangat fatal bila terlambat
ditangani. Tidak hanya bisa mengakibatkan
kemandulan dan hamil di luar kandungan, keputihan
juga bisa merupakan gejala awal dari kanker leher
rahim, yang bisa berujung pada kematian (RS Mitra,
2009).
Hampir semua wanita pernah mengalami keputihan,
bahkan ada yang sampai merasa sangat terganggu.
Namun, rasa malu untuk diperiksa pada bagian bawah
tubuh yang satu ini, sering kali mengalahkan untuk
sembuh. Belum lagi masyarakat kita yang tidak
terbiasa memeriksa alat kelamin sendiri, sehingga
kalau ada gangguan tertentu tidak segera bisa
diketahui. Rasa malu untuk periksa ke dokter juga
menyebabkan banyak wanitamencoba untuk mengobati
keputihannya sendiri, baik dengan obat yang dibeli di
toko obat, maupun dengan ramuan tradisional. Apabila
pengobatan yang dilakukan tidak sesuai dengan jenis
penyebab keputihan tersebut, tentu saja pengobatan
akan sia-sia. Bahkan, bisa jadi justru menyebabkan
kerugian yang lain. Mestinya, rasa malu tersebut
dibuang jauh-jauh. Apalagi, jika mengingat betapa
seriusnya akibat yang dapat ditimbulkan oleh
keputihan yang berkepanjangan tanpa penanganan
yang tuntas (Wahyurini, 2005). Keputihan ada dua
macam, yaitu keputihan normal dan keputihan yang di
sebabkan oleh penyakit. Keputihan normal ciri-cirinya
ialah : warnanya bening, tidak berbau, tanpa disertai
keluhan (misalnya gatal, nyeri, rasa terbakar). Keluar
pada saat menjelang dan sesudah menstruasi atau pada
saat stress dan kelelahan. Sedangkan keputihan yang
tidak normal keputihan dengan ciri-ciri : jumlahnya
banyak,
timbul
terus
menerus,
warnanya
berubah(misalnya kuning, hijau, abu-abu menyerupai
susu/ yoghurt) di sertai adanya keluhan (seperti gatal,
panas, nyeri) serta berbau. (Wijayanti, 2009)
Berdasarkan data dari Rumah Sakit RSUD Dr.
Koesma pada tahun 2008 di dapatkan 13 remaja
mengalami keputihan dengan prosentase 32 % dari 41
semua penderita keputihan. Dan Pada tahun 2009 di
dapatkan 3 remaja putri mengalami keputihan dengan
prosentase 21 % dari 14 penderita keputihan.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada
bulan januari 2010 di SMP Negeri 1 Tambakboyo
Tuban dengan mengambil 20 responden di dapatkan
(100%) siswi mengalami keputihan,13 (65%) siswi
mengalami keputihan fisiologis yang terjadi sebelum
Penyebab keputihan berlebihan terkait dengan cara kita
merawat organ reproduksi. Misalnya, personal hygiene
kurang tepat, menggunakan celana yang tidak
menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam,
sering tidak mengganti pembalut saat menstruasi.
Secara alamiah bagian tubuh yang berongga dan
berhubungan dengan dunia luar akan mengeluarkan
semacam getah atau lendir. Demikian pula halnya
dengan saluran kemih wanita (vagina). Dalam keadaan
normal, getah atau lendir vagina adalah cairan bening
tidak berbau, jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa
rasa gatal atau nyeri. Keputihan apabila tidak segera di
obati dapat berakibat lebih parah dan bukan tidak
mungkin menjadi penyebab kemandulan. sehingga
alasan
peneliti
memilih
faktor-faktor
yang
melatarbelakangi kejadian keputihan di atas karena
faktor-faktor tersebut yeng paling rentan terjadinya
keputihan (wahyurini, 2005).
Para remaja harus waspada terhadap gejala
keputihan. Penelitian menunjukkan, keputihan yang
lama walau dengan gejala biasa-biasa saja, lama
kelamaan dapat merusak selaput dara. Sebagian besar
cairan itu mengandung kuman-kuman penyakit, dan
kuman penyakit dapat merusak selaput dara sampai
hampir habis, sehingga pada saat hubungan badan yang
pertama tidak mengeluarkan darah (Wahyurini, 2005).
Untuk mengatasi masalah keputihan dapat
dicegah dengan cara selalu jaga kebersihan diri,
terutama kebersihan alat kelamin Biasakan membasuh
vagina dengan cara yang benar, yaitu dengan gerakan
dari depan kebelakang, cuci dengan air bersih setiap
buang air dan mandi. Selalu gunakan panty liner dan
gantilah pada waktunya. Jangan terlalu lama agar
bakteri tidak terkumpul, hindari terlalu sering memakai
talk disekitar vagina, tissue harum, atau tissue toilet ini
akan membuat vagina kerap teriritasi, hindari suasana
vagina lembab misalnya dengan menggunakan celana
dengan bahan yang menyerap keringat, hindari
pemakaian celana terlalu ketat, penggunaan cairan
pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena
dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu,
lakukan
konsultasi
medis
dahulu
sebelum
menngunakan cairan pembersih vagina, hindari
pemakaian
barang-barang
yang
memudahkan
penularan seperti meminjam perlengkapan mandi, pola
hidup yang sehat yaitu diet seimbang, olahraga yang
rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta
hindari stres berkepanjangan (Hendrawan, 2008).
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis
ingin mengetahui bagaimana gambaran faktor-faktor
yang melatarbelakangi kejadian keputihan Di SMP
Negeri 1 Tambakboyo Tuban.
analisis data, teknik pengolahan data, alat ukur yang
digunakan, etika penelitian, dan keterbatasan.
Desain penelitian merupakan hasil akhir dari
suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti
berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa
diterapkan (Nursalam, 2003 : 80).
Penelitian menggunakan desain penelitian
deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan
untuk mendiskripsikan suatu keadaan secara obyektif.
Pendekatan pada penelitian ini menggunakan
pendekatan survey yaitu suatu cara penelitian deskriptif
yang dilakukan terhadap sekumpulan obyek yang
biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu.
Survey bertujuan untuk membuat penilaian terhadap
suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program di
masa sekarang, kemudian hasilnya digunakan untuk
menyusun perencanaan perbaikan program tersebut
(Notoatmodjo, 2005 : 140).
Populasi adalah setiap subyek misalnya manusia,
pasien atau yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan. (Nursalam, 2008 : 89)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi
SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban sejumlah 139 siswi
Sampel adalah sebagian yang diambil dari
keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005).
Sampel dari penelitian ini adalah sebagian siswi
SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban, Tahun ajaran
2009/2010 yang memenuhi kriteria inklusi, sebagai
berikut:
1. Siswi yang bersedia menjadi responden.
2. Siswi yang hadir saat dilakukan pengumpulan data.
3. Siswi yang sudah mengalami menstruasi
4. Siswi yang mengalami keputihan
Besar sampel adalah banyaknya anggota yang
akan dijadikan sampel (Nursalam dan Pariani, 2002).
Pada penelitian ini besar sampel yang akan diambil
adalah dengan menggunakan rumus:
n =
N
1 + N (d ) 2
n =
139
1 + 139(0,05) 2
=
139
1 + 139 ( 0,0025 )
=
139
1 + 0,3475
= 103,153
= 103 Responden
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau
pemecahan
suatu
masalah.
pada
dasarnya
menggunakan metode ilmiah (Notoatmodjo, 2005 :
19). Pada bab ini disajikan desain penelitian, populasi,
sampel, kriteria sampel dan sampling (sampling
desain), identifikasi variabel, definisi operasional,
lokasi dan waktu penelitian, pengumpulan data dan
Keterangan:
N : Besar populasi
n : Besar sampel
d : Tingkat signifikan (0,05)
(Nursalam, 2008)
Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah
sebagian siswi SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban
sejumlah 103 siswi
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari
populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam,
2008 : 93).
Penelitian ini menggunakan tehnik nonprobability sampling dengan metode purposive
sampling. Cara pengambilan sampel ini memilih
sampel di antara populasi sesui dengan yang
dikehendaki peneliti (tujuan/ masalah dalam
penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili
karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya
(Nursalam, 2008).
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai
ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki/ didapatkan oleh
sesuatu penelitian tentang sesuatu konsep pengertian
tertentu (Notoatmodjo, 2005).
Variabel dalam penelitian ini adalah Gambaran
Faktor-faktor
yang
melatarbelakangi
kejadian
keputihan di SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban.
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan
karakteristik yang diamati dari sesuatu yang
didefinisikan tersebut. Dapat diamati artinya
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi
atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek
atau fenomena yang kemudian dapat diulang lagi oleh
orang lain (Nursalam, 2008 : 106).
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan
oleh peneliti dalam mengumpulkan dan agar
pekerjaannya lebih mudah dan lebih baik, dalam arti
lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga lebih
mudah diolah (Arikunto, 2002).Instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian
ini pada variabel personal hygiene, perawatan saat
menstruasi, dan pemilihan jenis bahan pakaian dalam
instrumennya berupa checklist. Pada variabel
keputihan instrumennya berupa kuesioner.
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1
Tambakboyo Tuban.
Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juli
2010.
Setelah mendapat ijin dari Prodi D III Kebidanan
STIKES NU Tuban untuk melakukan penelitian,
kemudian peneliti mengajukan surat permohonan
penelitian pada kepala sekolah. Setelah mendapatkan
ijin dari kepala sekolah, peneliti melakukan pendekatan
kepada sebagian siswi SMP Negeri 1 Tambakboyo
Tuban untuk mendapatkan persetujuan sebagai
responden. Data dikumpulkan melalui cheklist dan
kuesioner oleh peneliti.
Pengolahan data atau disebut juga pra-analisis
mempunyai tahapan-tahapan sebagai berikut :
Editing adalah memeriksa data yang telah
terkumpul baik berupa daftar pertanyaan, kartu atau
buku register kemudian memeriksa data, menjumlah
dan melakukan koreksi (Budiarto, 2002 : 29).
Coding adalah cara untuk mempermudah
pengolahan, sebaiknya semua variabel diberi kode
terutama data klasifikasi (Budiarto, 2002 : 30).
Tabulasi data ini adalah tindakan pencacahan
terhadap setiap data dalam bentuk frekuensi sehingga
memudahkan analisi (Istijanto,2005).
Dalam penelitian ini, proses tabulasi dilakukan
secara manual, yaitu dengan membuat tabel frekuensi.
HASIL DAN ANALISA DATA
Analisa merupakan tindakan mengolah data
menjadi informasi yang bermanfaat untuk menjawab
masalah penelitian (Istijanto, 2005).
Setelah data terkumpul kemudian data tersebut
dikelompokkan atau diklasifikasikan sesuai dengan
tujuan penelitian, kemudian angka-angka hasil
perhitungan atau pengukuran dapat diproses dengan
cara dijumlahkan dan dikalikan 100% kemudian
hasilnya disajikan dalam bentuk prosentase .
Dalam pengolahan ini data menggunakan metode
deskriptif dengan rumus proporsi sebagai berikut:
P=
nk
x 100%
N
Keterangan :
P
: Proporsi
nk : Banyaknya subyek dalam kelompok
N
: Banyaknya subyek seluruhnya (Arikunto,
2006).
Kemudian dikelompokkan sesuai dengan ketegori:
100%
= seluruhnya
76% - 99%
= hampir seluruhnya
51% - 75 %
= sebagian besar
41% - 50%
= hampir setengahnya
26% - 40%
= setengahnya
1% - 25%
= sebagian kecil
0%
= tidak satupun
(Arikunto, 1997).
Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan
permohonan izin kepada Kepala sekolah untuk
mengambil sampel di SMP Negeri 1 Tambakboyo
Tuban, setelah mendapatkan persetujuan kemudian
kuesioner diberikan kepada responden yang diteliti
dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi:
Lembar persetujuan akan diedarkan sebelum
penelitian dilaksanakan kepada seluruh responden yang
akan diteliti, dengan maksud supaya responden
mengetahui tujuan penelitian. Jika subyek bersedia
diteliti harus menandatangai lembar persetujuan
tersebut, tetapi, jika tidak bersedia maka peneliti harus
tetap menghormati hak responden.
Kerahasiaan identitas responden dengan tidak
mencantumkan nama responden pada lembar
pengumpulan data yang diisi pada lembar tersebut dan
hanya di berikan kode tertentu.
Kerahasiaan informasi dari responden dijamin
oleh peneliti hanya kelompok data tertentu saja yang
akan dirahasiakan atau dilaporkan pada hasil
penelitian.
Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan
dalam meneliti (Nursalam,2003).
Instrumen pengumpulan data dirancang sendiri oleh
peneliti tanpa diuji coba terlebih dahulu, sehingga
validitas dan realiabilitas masih perlu diuji coba.
Alat ukur pengumpulan data menggunakan pertanyaan,
kemungkinan responden menjawab pertanyaan tidak
jujur atau responden tidak mengerti yang dimaksud dan
manimbulkan persepsi yang berbeda.
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan dan diuraikan
mengenai hasil penelitian mengenai “Gambaran
Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Kejadian
Keputihan di SMP NEGERI 1 Tambakboyo Tuban).
Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan pada
bulan Juni 2010 pada 103 responden didapatkan hasil
yang diuraikan pada tabel hasil pengolahan data.
Hasil penelitian ini disajikan dalam data khusus.
Yaitu meliputi kutihan normal, maupun keputihan
tidak normal dan faktor-faktor yang melatarbelakangi
kejadian keputihan. Data-data tersebut disajikan dalam
bentuk tabel frekuensi dan prosentase kemudian
diuraikan agar dapat memberikan informasi yang jelas.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi
terjadinya keputihan ditinjau dari personal hygiene,
perawatan saat menstruasi dan pemilihan jenis
bahan pakaian dalam dengan dilakukan penyajian
menggunakan tabel distribusi frekuensi.
Tabel 1 Distribusi Remaja Putri Berdasarkan
Umur Di SMP Negeri 1 Tambakboyo
Tuban, Periode April-Juli 2010
No
Umur
F
%
1.
2.
3.
13-13,2
14-14,2
15-15,2
Jumlah
8
53
42
103
7,76
51,45
40,77
100
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa dari 103
Remaja Putri sebagian besar berusia 14-14,2 sebanyak
53 siswi (51,45%), dan sebagian kecil siswi berusia 1313,2 sebanyak 8 (7,76%).
Data Khusus
Kejadian Keputihan Normal dan Tidak Normal
Tabel 2. Distribusi Remaja Putri Berdasarkan
Kejadian Keputihan Normal dan Tidak
Normal di SMP NEGERI 1 Tambakboyo
Tuban, periode April-Juli 2010
No
1.
2.
Keputihan
Normal
Tidak Normal
Jumlah
f
%
72
31
103
69,91
30,17
100
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari 103
remaja putri sebagian besar yang mengalami keputihan
normal yaitu sebanyak 72 Siswi (69,91%), dan
setengahnya Remaja putri yang mengalami keputihan
tidak nornal yaitu sebanyak 31 siswi (30,17%).
Personal Hygiene Genetalia Pada Remaja Putri Di
SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban 2010
Tabel
3. Distribusi Remaja Putri Berdasarkan
Faktor Personal Hygiene Genetalia Pada
Remaja Putri di SMP NEGERI 1
Tambakboyo Tuban, Periode April-Juli
2010
No
1.
2.
Personal Hygiene
Genetalia
Benar
Tidak Benar
Jumlah
f
%
44
59
103
42,71
57,28
100
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 103
remaja putri sebagian besar tidak melakukan personal
hygiene genetalia dengan benar yaitu sebanyak 59
siswi (57,28%), dan hampir setengahnya Remaja Putri
melakukan personal hygiene genetalia dengan benar
yaitu sebanyak 44 siswi (42,71%).
Perawatan Saat Menstruasi Pada Remaja Putri Di
SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban 2010
Tabel 4
Distribusi Remaja Putri Berdasarkan
Faktor Perawatan Saat Menstruasi Pada Remaja
Putri di SMP NEGERI 1 Tambakboyo Tuban,
Periode April-Juli 2010
No
Perawatan Saat
f
%
Menstruasi
1.
Benar
43
41,74
2.
Tidak Benar
60
58,25
Jumlah
103
100
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa dari
103 Remaja Putri sebagian besar tidak melakukan
perawatan saat menstruasi dengan benar yaitu
sebanyak 60 Siswi (58,25%), dan hampir setengahnya
Remaja Putri yang melakukan perawatan saat
menstruasi dengan benar yaitu sebanyak 43 Siswi
(41,74%).
Pemilihan Jenis Bahan Pakaian Dalam Pada
Remaja Putri Di SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban
201
Tabel 5 Distribusi Remaja Putri Berdasarkan
Faktor Pemilihan Jenis Bahan Pakaian
Dalam Pada Remaja Putri di SMP
NEGERI 1 Tambakboyo Tuban, Periode
April-Juli 2010
No
1.
2.
3.
Pemilihan Jenis
Bahan Pakaian
Dalam
Katun
Nylon
Campuran (Katun /
Nylon)
Jumlah
f
%
24
38
41
23,3
36,89
39,8
103
100
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa dari 103
Remaja Putri setengahnya yang memiliki celana dalam
yang berbahan campuran yaitu sebanyak 41 siswi
(39,85), dan sebagian kecil Remaja Putri yang
memiliki celana dalam yang berbahan katun yaitu
sebanyak 24 siswi (23,3%).
Kejadian Keputihan Ditinjau Dari Segi Personal
Hygiene Di SMP NEGERI 1 Tambakboyo Tuban
an
dalam
Katun
Tabel 6. Kejadian Keputihan Remaja Putri Di
Tinjau Dari Segi Personal Hygiene Di SMP
NEGERI 1 Tambakboyo Tuban, Periode
April-Juli 2010
Normal
Tidak
Normal
Personal Hygiene Genetalia
Jumlah
Total
Benar
Keputihan
Tidak Benar
n
%
n
%
n
%
Normal
35
48,61
37
51,38
72
100
Tidak
Normal
9
29
22
70,96
31
100
Jumlah
44
42,71
59
57,28
103
100
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa
sebagian besar Remaja Putri yang mengalami
keputihan normal tidak melakukan personal hygiene
genetalia dengan benar sebanyak 37 siswi (51,38%),
dan sebagian besar Remaja Putri yang mengalami
keputihan tidak normal tidak melakukan personal
hygiene genetalia dengan benar sebanyak 22 siswi
(70,96%).
Tabel 7.Kejadian Keputihan Remaja Putri Di
Tinjau Dari Perawatan Saat Menstruasi Di
SMP NEGERI 1 Tambakboyo Tuban,
Periode April-Juli 2010
Perawatan Saat
Menstruasi
Total
Tidak
Keputihan
Benar
Benar
n
%
n
%
n
%
Normal
32 44,44
40
55,55
72
100
Tidak
11 35,48
20
64,51
31
100
Normal
Jumlah
43 41,74
60
58,25 103 100
Berdasarkan tabel 7
menunjukkan bahwa
sebagian besar Remaja Putri yang mengalami
keputihan normal tidak melakukan perawatan saat
menstruasi dengan benar yaitu sebesar 40 Siswi
(55,55%), dan sebagian besar Remaja Putri yang
mengalami keputihan tidak normal tidak melakukan
perawatan saat menstruasi dengan benar sebesar 20
siswi (64,51%).
Kejadian Keputihan Ditinjau Dari Segi Pemilihan
Jenis Bahan Pakaian Dalam Di SMP NEGERI 1
Tambakboyo Tuban
Tabel
8. Kejadian Keputihan Remaja putri Di
Tinjau Dari Pemilihan Jenis Bahan
Pakaian Dalam Di SMP NEGERI 1
Tambakboyo Tuban, Periode April-Juli
2010
Keputih
Pemilihan Jenis Bahan Pakaian
Total
n
1
4
1
0
2
4
%
19,4
4
32,2
5
23.3
Nylon
N
24
14
38
%
33,3
3
45,1
6
36,8
9
Campur
an
n
%
3 47,2
4
2
22,5
7
8
4
39,8
1
n
72
31
10
3
Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa hampir
setengahnya remaja putri yang mengalami keputihan
normal yang menggunakan celana dalam berbahan
campuran (Katun/Nylon) sebesar 34 siswi (47,22%),
dan hampir setengahnya remaja putri yang mengalami
keputihan tidak normal menggunakan celana dalam
berbahan nylon sebesar 14 siswi (45,16%).
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah
ditetapkan, maka dalam bab ini akan dibahas tentang
hasil penelitian yaitu: Mengidentifikasi kejadian
keputihan serta faktor-faktor yang melatarbelakangi
kejadian keputihan ditinjau dari segi personal hygiene,
perawatan saat menstruasi, dan pemilihan jenis bahan
pakaian dalam di SMP Negeri 1 Tambakboyo Tuban
pada bulan juni 2010. Pembahasan ini akan
menguraikan hasil dari faktor personal hygiene,
perawatan saat menstruasi, dan jenis pemilihan
pemakaian dalam serta menguraikan kejadian
keputihan ditinjau dari segi personal hygiene,
perawatan saat menstruasi dan pemilihan jenis bahan
pakaian dalam.
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari 103
remaja putri sebagian besar yang mengalami keputihan
normal yaitu sebanyak 72 Siswi (69,91%), dan
setengahnya Remaja putri yang mengalami keputihan
tidak nornal yaitu sebanyak 31 siswi (30,17%).
Keputihan (Leukorea) adalah cairan putih yang
keluar dari liang senggama secara berlebihan
(Manuaba, 2009). Adapun keputihan merupakan cairan
yang keluar dari vagina selain darah, sumber cairan ini
dapat berasal dari sekresi vulva, sekresi serviks, atau
sekresi tuba fallopi, yang dipengaruhi fungsi ovarium
(Mansjoer, 1999).
Flour albus merupakan sekresi vagina abnormal
pada wanita. Keputihan ini disebabakan oleh infeksi
biasanya disertai dengan rasa gatal didalam vagina dan
disekitar bibir vagina bagian luar, yang sering
menimbulkan keputihan ini antara lain bakteri, virus,
jamur, atau juga parasit. Infeksi ini juga bisa menjalar
dan menimbulkan peradangan kesaluran kencing,
sehingga menimbulkan rasa pedih saat si penderita
buang air kecil (wijayanti, 2009).
Adapun keputihan disebabkan oleh non infeksi
yaitu, masuknya benda asing ke vagina baik sengaja
maupun tidak sengaja yang dapat melukai epitel
vagina, daerah sekitar vagina yang lembab, kondisi
tubuh stres, seperti kondisi tubuh yang selalu tegang,
cemas, menahan buang air kecil, duduk dan jongkok
sembarangan ditanah, personal hygiene yang buruk,
celana dalam yang kurang menyerap keringat, dan
%
10
0
10
0
10
0
kurangnya menjaga personal hygiene pada saat
menstruasi (Djuanda, 2005).
Menurut Wijayanti (2009) keputihan keputihan
dibedakan menjadi 2 macam yaitu, keputihan normal
dan tidak normal:
Keputihan normal ciri-cirinya adalah warnanya
kuning, kadang-kadang putih kental, tidak berbau,
tanpa disertai keluhan (misalnya gatal, nyeri, rasa
terbakar) keluar pada saat menjelang dan sesudah
menstruasi atau pada saat stres dan kekelahan.
Sedangkan keputihan tidak normal ialah
keputihan dengan ciri-ciri: jumlahnya banyak, timbul
terus menerus, warnanya berubah (misalnya kuning,
hijau, abu-abu, menyerupai susu/ yoghurt) disertai
adanya keluhan (sepert gatal, panas, nyeri) serta berbau
apek atau amis.
Keputihan bukanlah suatu penyakit melainkan
gejala dan merupakan gejala yang paling sering
dijumpai dalam ginekologi, Keputihan yang
berlangsung terus menerus dalam waktu yang cukup
lama dan menimbulkan keluhan perlu dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk diketahui penyebabnya.
Karena keputihan bisa mengakibatkan kemandulan dan
kanker.
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 103
remaja putri sebagian besar tidak melakukan personal
hygiene genetalia dengan benar yaitu sebanyak 59
siswi (57,28%), dan hampir setengahnya remaja putri
melakukan personal hygiene genetalia dengan benar
yaitu sebanyak 44 siswi (42,71%).
Perawatan diri pada alat kelamin yang dimaksud
adalah pada alat kelamin perempuan yaitu perawatan
organ eksternal kemudian bagian yang terkait
disekitarnya seperti uretra, vagina, perinium dan anus
(Alimul, 2006)
Secara umum, menjaga kesehatan berawal dari
menjaga kebersihan. Hal ini juga berlaku bagi
kesehatan organ-organ seksual, apalagi buat , yang
tinggal di daerah tropis. Udara yang panas cenderung
lembab sering bikin kita merasa gerah dan keringetan.
Keringat ini membuat tubuh kita lembab, terutama di
bagian tubuh yang tertutup dan lipatan-lipatan, yang
akan menyebabkan bakteri mudah berkembang biak,
menimbulkan bau yang tidak sedap dan juga
menimbulkan penyakit. Seperti yang diajarakan oleh
nenek moyang kita, mandi dua kali sehari itu baik
untuk kesehatan. Untuk menjaga kebersihan vagina,
yang perlu kita lakukan adalah secara teratur
membasuh bagian di antara vulva (bibir vagina) secara
hati-hati menggunakan air bersih dan sabun yang
lembut. Cara membasuh yang benar adalah dari arah
depan (vagina) ke belakang (anus), jangan terbalik,
karena akan menyebabkan bakteri yang ada di sekitar
anus terbawa masuk ke vagina. Gunakan air bersih,
lebih baik lagi air hangat, tetapi jangan terlalu panas
karena bisa menyebabkan kulit yang sensitif di daerah
vagina melepuh dan lecet (Siswono, 2001).
Perawatan genetalia sangatlah penting, banyak
remaja yang tidak memeperhatikan bagaimana
merawat genetalia dengan benar. Mereka cenderung
memeperhatikan perawatan pada wajah dan
mengabaikan cara merawat genetalia dengan baik dan
benar,
padahal
membersihkan
daerah
vital
membutuhkan cara khusus agar bakteri yang ada di
bagian belakang khususnya di daerah anus tidak
berpindah ke depan. Karena hal tersebut dapat
menyebabkan kelembapan.
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa dari 103
Remaja Putri sebagian besar tidak melakukan
perawatan saat menstruasi dengan benar yaitu
sebanyak 60 Siswi (58,25%), dan hampir setengahnya
Remaja Putri yang melakukan perawatan saat
menstruasi dengan benar yaitu sebanyak 43 Siswi
(41,74%).
Untuk menampung darah yang keluar itu wanita
menggunakan pembalut wanita. Di pasaran bisa
ditemui berbagai macam pembalut dengan berbagai
kelebihan yang ditawarkan. Maka pilih pembalut yang
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kantung.
Tetapi, yang penting adalah bahwa pembalut itu harus
berbahan yang lembut, menyerap dengan baik, tidak
mengandung bahan yang bikin alergi (seperti parfum
atau gel) dan merekat dengan baik pada celana dalam.
Pembalut itu perlu diganti sekitar empat sampai lima
kali dalam sehari untuk menghindari pertumbuhan
bakteri yang berkembang biak pada pembalut tersebut,
dan menghindari masuknya bakteri tersebut kedalam
vagina (Siswono,2001).
Perawatan diri saat menstruasi genetalia sangatlah
penting, banyak remaja yang tidak memeperhatikan
bagaimana merawat genetalia dengan benar. Karena
kurang menjaga personal hygiene saat menstruasi,
karena pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam
rahim sangat mudah terinfeksi, oleh karena itu
kebersihan alat kelamin harus lebih dijaga karena
kuman lebih mudah sekali masuk dan dapat
menimbulkan penyakit pada alat reproduksi. Pilihlah
pembalut yang daya serapnya tinggi, sehingga tetap
merasa nyaman saat menggunakannya. Sebaiknya pilih
pembalut yang tidak mengandung gel.
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa dari 103
Remaja Putri setengahnya yang memiliki celana dalam
yang berbahan campuran yaitu sebanyak 41 siswi
(39,85), dan sebagian kecil remaja putri yang memiliki
celana dalam yang berbahan katun yaitu sebanyak 24
siswi (23,3%).
Pakaian dalam (celana dalam) yang baik bukan
berarti harus yang mahal dan bermerek. Menggunakan
celana dalam yang sesuai adalah yang bahannya
terbuat dari bahan alami (katun), sehinga dapat
menyerap keringat, membiarkan kulit bernapas
sehingga membuat wanita merasa nyaman. Bahan
sintetis seperti nilon akan membuat kegerahan dan
mebuat vagina menjadi lembab. Hal ini sangat disukai
oleh bakteri dan jamur untuk berkembang biak. Ukuran
celana dalam juga perlu jadi pertimbangan jangan
memilih celana dalam yang terlalu ketat karena selain
gerah juga menyebabkan peredaran darah tidak lancar.
Pilih yang ukurannya sesuai, tidak terlalu ketat, tetapi
juga tidak kedodoran (Siswono, 2001).
Dari pernyataan diatas bahwa masih banyak
remaja putri yang menggunakan celana dalam yang
terbuat dari bahan nylon padahal bahan tersebut yang
terbuat dari bahan sistesis yang bisa membuat suasana
disekitar organ intim panas dan lembab. Apalagi buat
kita yang tinggal didaerah tropis, udara yang panas
cenderung lembab sering membuat keringetan,
sehingga celana dalam yang cocok yaitu celana dalam
yang terbuat dari bahan katun yang bisa menyerap
keringat.
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa
sebagian besar Remaja Putri yang mengalami
keputihan normal tidak melakukan personal hygiene
genetalia dengan benar sebanyak 37 siswi (51,38%),
dan sebagian besar Remaja Putri yang mengalami
keputihan tidak normal tidak melakukan personal
hygiene genetalia dengan benar sebanyak 22 siswi
(70,96%).
Menjaga kesehatan berawal dari menjaga
kebersihan. Hal ini juga berlaku bagi kesehatan organorgan seksual, apalagi buat yang tinggal di daerah
tropis. Udara yang panas cenderung lembab sering
bikin kita merasa gerah dan keringetan. Keringat ini
membuat tubuh kita lembab, terutama di bagian tubuh
yang tertutup dan lipatan-lipatan, yang akan
menyebabkan bakteri mudah berkembang biak,
menimbulkan bau yang tidak sedap dan juga
menimbulkan penyakit. Seperti yang diajarakan oleh
nenek moyang kita, mandi dua kali sehari itu baik
untuk kesehatan. Untuk menjaga kebersihan vagina,
yang perlu kita lakukan adalah secara teratur
membasuh bagian di antara vulva (bibir vagina) secara
hati-hati menggunakan air bersih dan sabun yang
lembut. setiap habis buang air kecil, buang air besar,
dan ketika mandi. Jika alergi dengan sabun yang
lembut sekalipun, cukup basuh dengan air hangat.
Yang penting adalah membersihkan bekas keringat dan
bakteri yang ada disekitar vulva di luar vagina. Bagian
dalam vagina biasanya akan
mampu menjaga
kebersihannya sendiri. Cara membasuh yang benar
adalah dari arah depan (vagina) ke belakang (anus),
jangan terbalik, karena akan menyebabkan bakteri
yang ada di sekitar anus terbawa masuk ke vagina, dan
gunakan air bersih (Siswono, 2001)
Dari pernyataan diatas banyak remaja putri yang
melakukan personal hygiene tidak benar dan banyak
pula yang mengeluhkan keputihan, sangat tidak
nyaman, gatal, berbau, bahkan terkadang perih,
ternyata itu terkait dengan kebiasaan sehari-hari. Salah
satu keputihan adalah masalah kebersihan disekitar
organ intim. Umumnya wanita sangat peduli dengan
kebersihan, terutama yang berhubungan dengan
penampilan. Setiap hari tidak lupa mandi dan selalu
telaten menyingkirkan sisa-sisa make up dari wajah.
Tetapi adapun beberapa banyak wanita yang tidak
mengeringkan bagian organ intimnya seusai buang air
kecil. Usai dibasuh langsung mengenakan celana
dalam, kemudian celana ikut basah akibatnya
vaginanya lembab. Organ intim wanita seperti vagina
sangat sensitif dengan kondisi lingkungan. Karena
letaknya tersembunyi dan tertutup, vagina memerlukan
suasana kering. Kondisi yang lembab akan
mengundang perkembangbiaknya jamur dan bakteri
pathogen. Ini salah satu penyebab keputihan. Dan
hindari pemakaian deodoran, sabun antiseptik yang
keras, atau cairan pewangi (parfum) untuk
menghilangkan bau di daerah kewanitaan karena bisa
berbahaya untuk kesehatan sebagaimana vagina yang
sehat juga hidup berbagai bakteri dan organisma
termasuk yang merugikan dan bisa menyebabkan
vaginitis. Biasanya bakteri ini tidak bikin masalah
karena masing-masing jumlahnya tidak banyak. Terlalu
sering membasuh vagina dengan cairan kimia
(douching) dan penggunaan deodorat dan farfume akan
merusak kesimbangan yang ada sehingga akan
memungkinkan terjadinya infeksi. Perhatikan juga
lingkungan karena keputihan bisa muncul lewat air
yang tidak bersih, jadi sebaiknya bersihkan bak mandi,
ember, gayung dan bibir kloset dengan dengan
antiseptik.
Berdasarkan tabel 7
menunjukkan bahwa
sebagian besar remaja putri yang mengalami keputihan
normal tidak melakukan perawatan saat menstruasi
dengan benar yaitu sebesar 40 siswi (55,55%), dan
sebagian besar remaja putri yang mengalami keputihan
tidak normal tidak melakukan perawatan saat
menstruasi dengan benar sebesar 20 siswi (64,51%).
Untuk menampung darah yang keluar itu cewek
menggunakan pembalut wanita. Di pasaran bisa kita
temui berbagai macam pembalut dengan berbagai
kelebihan yang ditawarkan. Pilih yang mana yang
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kantung.
Tetapi, yang penting adalah bahwa pembalut itu harus
berbahan yang lembut, menyerap dengan baik, tidak
mengandung bahan yang bikin alergi (misalnya parfum
atau gel) dan merekat dengan baik pada celana dalam.
Pembalut itu perlu diganti sekitar empat sampai lima
kali sehari atau pada saat hari pertama sampai ketiga
atau pada saat banyak-banyaknya darah keluar yang
berkembang biak pada pembalut tersebut, dan
menghindari masuknya bakteri tersebut kedalam
vagina (Siswono, 2001).
Menurut Djuanda (2005) kurang menjaga
personal hygiene saat menstruasi, karena pada saat
menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat
mudah terinfeksi, oleh karena itu kebersihan alat
kelamin harus lebih di jaga karena kuman lebih mudah
sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada
alat reproduksi. Pilihlah pembalut yang daya serapnya
tinggi, sehingga tetap merasa nyaman saat
menggunakannya. Sebaiknya pilih pembalut yang tidak
mengandung gel, sebab gel dalam pembalut
kebanyakan dapat menyebabkan keputihan/iritasi dan
timbulnya rasa gatal.
Dari pernyataan di atas bahwa masih banyak
remaja putri yang tidak memperhatikan cara perawata
saat menstruasi sehingga dapat menimbulkan iritasi
dan keputihan karena pemakaian pembalut yang
kurang tepat yaitu kurangnya mengganti pembalut atau
pada saat sudah ada banyak gumpalan darah pada
pembalut tidak segera diganti karena gumpalan darah
yang terdapat dalam permukaan pembalut tersebut
merupakan tempat yang sangat baik untuk
perkembangan bakteri dan jamur.
Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa hampir
setengahnya remaja putri yang mengalami keputihan
normal yang menggunakan celana dalam berbahan
campuran (Katun/Nylon) sebesar 34 siswi (47,22%),
dan hampir setengahnya remaja putri yang mengalami
keputihan tidak normal menggunakan celana dalam
berbahan nylon sebesar 14 siswi (45,16%).
Selain harus sering ganti celana dalam secara
teratur, kita juga perlu memilih pakaian dalam yang
baik. Pakaian dalam (celana dalam) yang baik bukan
berarti harus yang mahal dan bermerek. Yang penting
adalah bahan yang digunakan sebaiknya yang terbuat
dari bahan alami (katun), sehinga dapat menyerap
keringat, membiarkan kulit bernapas sehingga
membuat kita merasa nyaman. Bahan sintetis seperti
nilon akan membuat kita kegerahan dan membuat
vagina menjadi lembab. Hal ini sangat disukai oleh
bakteri dan jamur untuk berkembang biak. Ukuran
celana dalam juga perlu jadi pertimbangan. Jangan
pilih celana dalam yang terlalu ketat karena selain
gerah juga menyebabkan peredaran darah tidak lancar.
Pilih aja yang ukurannya sesuai, tidak terlalu ketat,
tetapi juga tidak kedodoran. (Siswono, 2001).
Dari pernyataan diatas masih banyak remaja putri
yang mengalami keputihan tidak normal
yang
menggunakan celana dalam yang berbahan nylon yang
terbuat dari bahan sintetik dimana bahan tersebut dapat
mambuat kita kegerahan dan membuat vagina menjadi
lembab, sehingga kita harus menghindari suasana
vagina yang lembab berkepanjangan karena pemakaian
celana dalam yang basah, jarang diganti dan tidak
menyerap keringat, sehingga gunakan celana dalam
yang terbuat dari katun yang bisa menyerap keringat,
untuk menghindari suasana yang lembab setelah cebok
segera dikeringkan karena suasana yang lembab sangat
baik untuk perkembangbiakan bakteri dan jamur.
6.
7.
normal tidak melakukan personal hygiene dengan
benar.
Sebagian besar remaja putri di SMP Negeri 1
Tambakboyo Tuban yang mengalami keputihan
normal tidak melakukan perawatan saat menstruasi
dengan benar.
Hampir setengahnya remaja putri di SMP Negeri 1
Tambakboyo Tuban yang mengalami keputihan
normal jenis bahan pakaian dalamnya terbuat dari
bahan campuran (Katun/Nylon).
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz.A (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia. Salemba Medika. Bandung
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta.
Jakarta
Aziz, Sriana (2009). Hidup Sehat Menyeluruh Dan
Alami Penyembuhan Penyakit Reproduksi
Perempuan. Indocamp. Jakarta.
Care, Decha. (2009). Cara mengatasi keputihan. Senin
10 Maret 2010.
Clayton
(2005).
Kejadian
Keputihan.
http://www.google.com
Dwiana, 2008. Wanita Tanggap Hadapi Keputihan.
Http://frisoftsehat.blogspot.com
Istijanto, (2005). Riset Sumber Daya Manusia: Cara
Praktis Mendesi Dimensi- Dimensi
Kerja
Karyawan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka
penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebagian besar remaja putri di SMP Negeri 1
Tambakboyo Tuban mengalami keputihan normal.
2. Sebagian besar remaja putri di SMP Negeri 1
Tambakboyo Tuban tidak melakukan personal
hygiene dengan benar.
3. Sebagian besar remaja putri di SMP Negeri 1
Tambakboyo Tuban tidak melakukan perawatan
saat menstruasi dengan benar.
4. Setengahnya remaja putri di SMP Negeri 1
Tambakboyo Tuban jenis bahan pakaian
dalamnya terbuat dari bahan campuran
(Katun/Nylon).
5. Sebagian basar remaja putri di SMP Negeri 1
Tambakboyo Tuban yang mengalami keputihan
Kemayoran, RS Mitra (2008). Awas Keputihan. 5
Januari 2010
http://www.bidanku.comfindex.com
Mansjoer,Arif (1999). Kapita Selekta Kedokteran Jilid
1.Media Aeusculapius. Jakarta
Manuaba, Ida Bagus Gde. (2009). Memahami
Kesehatan Reproduksi Wanita. EGC. Jakarta
Maretha, (2006). Detik News. 6 Desember 2008.
http://www.detiknews.com
Nadesul, Handrawan (2008). Fakta Tentang
Keputihan. Senin 10 Maret 2010 http: //
www.wikipedia.com
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi
penelitian
ilmu
keperawatan.Selamba
Medika.Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono (2005). Ilmu Kandungan.
YBP-SP. Jakarta
Sastrawinata, Sulaiman (1981). Ginekologi. Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran. Bandung
Shadine, Wijayanti (2009). Penyakit Wanita. Keen
Books.Bandung
Siswono. (2001), Merawat organ Reproduksi wanita
Sabtu,
22
September
2001.
http://www.google.com
Susi
(2009).
Faktor
Penyebab
Keputihan.
http://www.google.com
Wijayanti, Daru (2009). Fakta Penting Kesehatan
Reproduksi Wanita. Book Marks. Jakarta.
Wikipedia Bahasa Indonesia (2009). Keputihan. senin,
5 januari 2010. http://www.wikipedia.com
Download