POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 1, Oktober 2010 ISSN : 1858-3709 Generator Reluktansi Model Baru New Model of Reluctance Generator Andi Pawawoi 1) & Anton 2) 1) Laboratorium Konversi Energi Elektri, Fakultas Teknik Unand, Kampus UNAND Limau Manis, Padang 25163 Tlp. 075172584, Fax 075172566, email: [email protected] 2) Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang Kampus Unand Limau Manis Padang 25163 Telp. 0751-72590 Fax.0751-72576 ABSTRACT Momentary electromagnetic torque of simple reluctance generator has unique character. At one time earns is valuable positiveness and at the time of valuable other of negativity. An idea to exploit the character is implementation with reluctance generator design specifically. Generator is design by merging two simple reluctance generators, consisted of two rotors attached at the same axis, two output entwises and a source of main field. This reluctance generator design model called Generator Reluktansi Model Baru ( GRMB). With this design expected electromagnetic torque at both rotors earns is each other eliminate so that generator input torque can be smaller. To test this design made testing prototype. Result of examination shows burden characteristic zero and burden looks like conventional generator. But, this generator output power can bigger than its the axis input power. Keywords : Reluctance Generator, Generator Reluktansi Model Baru,GRMB PENDAHULUAN. Permasalahan krisis energi belakangan ini khususnya energi listrik, sangat dirasakan dampaknya bagi kita semua. Untuk menambah ketersediaan jumlah energi listrik tersebut dibutuhkan suatu peralatan yang mampu membangkitkan energi listrik. Salah satu peralatan yang digunakan untuk membangkitkan energi listrik adalah generator. Generator merupakan suatu alat yang dapat mengubah energi mekanik menjadi energi listrik [1]. Generator reluktansi sangat mungkin untuk dilakukan pengembangan – pengembangan karena desainnya sederhana namun kokoh. Maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan unjuk kerja dari generator reluktansi dengan rancangan model, baik pada kondisi tanpa beban maupun kondisi berbeban. Torka elektromagnetik sesaat generator reluktansi sederhana memiliki keunikan tersendiri. Pada suatu saat dapat bernilai positif dan pada saat lain bernilai negatif. Sebuah ide untuk memanfaatkan keunikan tersebut diimplementasikan dengan mendesain generator reluktansi secara spesifik. Generator didesain dengan menggabungkan dua generator reluktansi sederhana, terdiri dari dua rotor yang dipasang pada poros yang sama, dua belitan output dan sebuah sumber medan utama. Model desain generator reluktansi ini diberi nama Generator Reluktansi Model Baru (GRMB). Dengan desain ini diharapkan torka elektromagnetik pada kedua rotor dapat saling menghilangkan sehingga torka input generator bisa lebih kecil METODOLOGI Teori Dasar Generator Reluktansi Generator reluktansi adalah generator induktor dimana belitan medan dan armatur keduanya tidak bergerak dan operasinya bergantung pada periode perubahan reluktansi celah udara. Generator ini memunginkan untuk dioperasikan pada kecepatan tinggi untuk membangkitkan tegangan, biasanya digunakan sebagai generator turbin angin atau generator turbin mikro gas. Gambar 1. menunjukkan prinsip operasi dari generator reluktansi satu phasa. Dua magnet permanen ditempatkan pada 19 POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 1, Oktober 2010 inti stator, berfungsi sebagai sumber medan utama. Rotor berupa kutub menonjol terbuat dari baja silikon, belitan ditempatkan pada kutub stator. Saat rotor diputar, akan terjadi perubahan reluktansi sehingga fluks dalam inti stator mengalami perubahan seiring dengan posisi rotor. Karena perubahan fluks tersebut dirangkum oleh belitan stator maka pada belitan itu akan terbangkit tegangan. ISSN : 1858-3709 Gambar 2. Grafik hubungan antara reluktansi dan pergeseran rotor Desain Generator Reluktansi Model Baru Desain Rotor Generator Reluktansi Desain dasar generator reluktansi terdiri dari stator, rotor dan poros sebagai tempat penyokong rotor. Pada generator ini terdapat rotor yang merupakan bagian bergerak berupa plat berbentuk cin-cin yang bahan dasarnya bersifat ferromagnetik. Rotor ini didesain secara khusus hingga mencapai ukuran tertentu seperti yang terlihat pada Gambar 3. Gambar 1. Generator Reluktansi Satu Phasa (Ichinokura et al, 2006) Dengan memperhatikan motor reluktnasi dasar seperti pada gambar 1, yang mana diasumsikan reluktansi magnetik adalah fungsi dari sudut posisi rotor denga persamaan : (1) Gambar 3. Desain Rotor Setelah rotor didesain secara khusus kemudian dihubungkan dengan poros sebagai sumbu pemutar, sesuai Gambar 3.2 berikut. dan grafiknya diillustrasikan pada gambar 2 Ggl induksi yang terbangkit pada belitan jika resistansinya diabaikan adalah: (2) dimana: Gambar 4. Rotor Terhubung Dengan Poros (3) dan (4) Desain Stator Generator Reluktansi Untuk bagian statornya juga digunakan plat ferromagnetik yang berbentuk E, pada plat ini dibuat belitan yang berfungsi sebagai sumber pembangkit medan (sumber DC) dan belitan armatur 20 POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 1, Oktober 2010 ISSN : 1858-3709 tempat terbangkitnya tegangan (Vout1 dan Vout2) seperti terlihat pada Gambar 3.3. Gambar 5. Desain Stator Generator Reluktansi Generator Reluktansi Model Baru Rotor yang telah dibuat ditempatkan pada celah yang terdapat pada stator. Dalam desaina generator ini, besarnya celah udara harus diperhatikan karena berpengaruh pada aliran fluks yang dihasilkan (Gambar 6). Celah udara antara rotor dan stator diusahakan seminimal mungkin agar fluks dapat menembus reluktansi udara, sedangkan antara poros dan stator tidak boleh terlalu dekat sehingga fluks tidak melewati poros. Gambar 7. Posisi Pertama Rotor pada Rangkaian Generator Reluktansi Gambar 8. Posisi Kedua Rotor pada Rangkaian Generator Reluktansi Keterangan : 1 = Celah udara antara stator dengan rotor 2 = Celah udara antara stator dengan poros Gambar 6. Model Rangkaian Reluktansi Generator Generator reluktansi ini diberi tegangan dc sebagai tegangan eksitasi sehingga dihasilkan fluks magnetik. Saat rotor diputar dan ketika rotor berada tepat pada celah stator (Gambar 7.), maka fluks akan mengalir melalui rotor dan masuk pada inti armatur sehingga tegangan akan dibangkitkan pada belitan armatur (Vout1). Kemudian saat rotor berada tepat pada celah stator (Gambar 8), maka fluks akan mengalir melalui rotor dan masuk pada inti armatur sehingga tegangan akan dibangkitkan pada belitan armatur (Vout2). Tegangan yang berhasil dibangkitkan terjadi karena adanya perubahan fluks yang terdapat pada belitan armatur (Vout). Hal ini dapat terjadi karena akibat desain rotor yang dibuat mengakibatkan adanya perubahan reluktansi saat diputar. Reluktansi minimum terjadi saat rotor berada tepat pada celah stator, sehingga fluks yang dihasilkan dari sumber DC akan cenderung mengalir pada bagian yang memiliki nilai reluktansi rendah. Reluktansi maksimum terjadi saat rotor berada di luar celah stator, pada keadaan ini fluks tidak dapat mengalir. Generator reluktansi yang telah dibuat dapat dilihat pada gambar yang terdapat di lampiran. Tegangan Generator Reluktansi Dalam menentukan fluks maksimum yang dirangkum belitan dilakukan dengan menentukan luas pertemuan permukaan rotor dan stator yang efektif dilalui fluks magnetik. Luas efektif 21 POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 1, Oktober 2010 maksimum terjadi pada saat rotor berada tepat pada celah stator, pada kondisi ini besarnya fluks magnetik paling optimum. Persamaan yang digunakan dalam menghitung luas tersebut yaitu persamaan luas sektor lingkaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini. ISSN : 1858-3709 Nilai reluktansi yang telah didapatkan digunakan untuk menghitung besarnya fluks magnetik dan kerapatan fluks sesuai dengan persamaan berikut : NI Â f B= A f = (9) ( 10 ) Dimana : f = Fluks magnetik ( Weber ) N = Jumlah lilitan I = Arus ( Ampere ) B = Rapat fluks ( Weber/m2 ) Tegangan yang dihasilkan dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut : ∂φ ∂t ¶ f = B l ds e = -N Permukaan kutub stator dimana ; Sehingga ; Gambar 9. Luas Rotor Yang Dilalui Fluks Magnetik e= -N π 360 0 Dimana : (m2 ) A = Luas permukaan efektif p = 3,14 r = (R2 –R1) ( m ) a = sudut ( derajat ) Setelah didapatkan luas efektif yang dilalui fluks magnetik, lalu dihitung besarnya reluktansi menggunakan persamaan berikut : ℜ= l μA m = mr mo ( 13 ) e = - N . B . r .ω ( 14 ) 2p n 60 ( 15 ) w= (6) (r 2 ) α 0 ( 12 ) dθ = ω ; kecepatan sudut dt Luas efektif rotor yang melewatkan fluks magnetik didekati dengan persamaan: A= BdA Brdθ = -N dt dt ( 11 ) Dimensi Protipe Uji Coba Generator Reluktansi Model Baru Untuk menguji desain Generator Reluktansi di atas. Dibuat generator uji coba dengan dimensi rotor dan stator seperti terlihat dalam gambar 10 dan gambar 11 berikut. (7) (8) Dimana : ℜ = Reluktansi ( A.turn/Weber ) l = Panjang lintasan ( m ) A = Luas permukaan ( m2 ) μ = Permeabilitas ( H/m ) mr = Permeabilitas bahan mo = Permeabilitas ruang hampa Keterangan : R1 = 3 cm R2 = 5,7 cm L = 2,4 cm α = 900 Gambar 10. Spesifikasi Rotor 22 POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 1, Oktober 2010 Sedangkan spesifikasi untuk bagian statornya dapat dilihat pada gambar berikut. ISSN : 1858-3709 digabung seri. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa pada kedua kondisi tersebut semakin tinggi kecepatan putaran generator maka tegangan yang berhasil dibangkitkan pada belitan armatur juga semakin besar. Secara lengkap hasil pengujian dapa dilhat pada grafik gambar 12 dan 13. Tegangan (Volt) 20 Keterangan : Ps = 15,2 cm Ts = 10,1 cm Ls = 6,3 cm Ps1 = Ps3 = 2,5 cm Ps2 = 5 cm Ts1 = 7,6 cm Jumlah lilitan = 530 lilitan Ukuran lilitan tembaga = 0,5 mm 15 10 5 0 700 1200 1700 2200 Putaran (rpm) output 1 Gambar 11. Stator Generator Reluktansi HASIL Generator reluktansi yang telah dibuat dapat dilihat pada foto berikut: output 2 Gambar 12. Karakteristik tegangan output terhadap kecepatan putaran untuk masing-masing belitan output. Bentuk tegangan keluaran saat kondisi tanpa beban untuk masing-masing belitan output dapat dilihat pada Gambar 14. Gelombang tersebut dihasilkan pada saat generator diputar dengan kecepatan 1000 rpm dan tegangan eksitasi 7,6 volt dimana belitan armatur tidak digabung. 60 Foto 1. Prototype Uji Coba Reluktansi Model Baru Generator Pengujian Generator Reluktansi Tanpa Beban a. Putaran Divariasikan Pada Arus Eksitasi Konstan Pada pengujian ini arus eksitasi yang diberikan pada generator diatur konstan 0,66 A, sedangkan kecepatan putaran divariasika. Pengujian dilakukan baik pada kondisi kedua belitan output terpisah maupun pada kedua belitan output Tegangan (Volt) 50 40 30 20 10 0 700 1200 1700 2200 Putaran (rpm) Gambar 13. Karakteristik tegangan output terhadap kecepatan putaran belitan output digabung seri 23 POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 1, Oktober 2010 ISSN : 1858-3709 Gambar 14. Gelombang tegangan keluaran tanpa beban untuk masing-masing belitan output Gelombang keluran dari generator ini merupakan gelombang ac, dimana bentuk gelombang tersebut berupa sinusoidal. Bentuk gelombang yang dihasilkan kurang sempurna, hal ini dapat terjadi akibat pengaruh dari konstruksi rotor yang kurang ideal. Berdasarkan gelombang keluaran tersebut dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan sudut fasa sebesar 1800 yang dihasilkan oleh kedua belitan armatur. Bentuk gelombang keluaran generator pada kondisi kedua belitan armatur digabung dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar ini diambil ketika generator diputar dengan kecepatan 1000 rpm dan tegangan eksitasi 7,6 volt. Desain rotor yang kurang sempurna memberikan efek distorsi pada tegangan keluaran. Gambar 15. Gelombang Tegangan Keluaran untuk Belitan Armatur digabungkan b. Arus Eksitasi Divariasikan Kecepatan Pada Putaran Konstan Pada pengujian ini eksitasi medan divariasikan pada kecepatan generator yang dipertahankan konstan 2000 rpm, Pengujian dilakukan baik pada kondisi kedua belitan output terpisah maupun pada kedua belitan output digabung seri. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa pada kedua kondisi tersebut semakin besar eksitasi yang diberikan, maka tegangan yang berhasil dibangkitkan pada belitan armatur juga semakin besar. Secara lengkap 24 POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 1, Oktober 2010 ISSN : 1858-3709 Tegangan hasil pengujian dapa dilhat pada grafik gambar 16 dan 17. Tegangan (Volt) 25 20 20 10 0 2000 15 1500 1000 500 0 Beban (Ohm) 10 output 1 output 2 5 0 0 0,2 0,4 0,6 0,8 Eksitasi (Ampere) output 1 output 2 Gambar 16. Karakteristik Tegangan Output terhadap arus eksitasi untuk masing-masing Belitan output. 70 60 Tegangan (Volt) 30 50 40 30 20 10 0 0 0,2 0,4 0,6 Eksitasi (Ampere) Gambar 17. Karakteristik Tegangan output terhadap Kecepatan putaran Belitan ouputdigabung seri Pengujian Generator Reluktansi Berbeban a. Putaran Dan Eksitasi Konstan Pengujian berbeban dilakukan dengan memberi beban tahanan variabel pada generator dalam kondisi kecepatan dan arus eksitasi dipertahankan konstan masingmasing 2000 rpm dan 0,7 Ampere. Grafik hasil pengujian untuk masing-masing output dapat dilihat pada gambar 18. 0,8 Gambar 18. Karakteristik Tegangan Output terhadap beban untuk masingmasing Belitan output. Tegangan output pada kondidi berbeban akan berkurang seiring dengan penurunan tahanan beban yang diberikan. Jika dibandingkan antara tegangan output antara belitan armatur satu dengan belitan armatur dua dapat dilihat bahwa tegangan output pada belitan armatur dua cenderung lebih besar. Hal ini dapat terjadi karena pembuatan generator yang kurang sempurna. Celah udara pada lintasan fluks menuju belitan output dua lebih kecil dibanding yang lainnya, sehingga fluks ke belitan armatur dua lebih besar, akibatnya tegangan output yang berhasil dibangkitkan juga lebih besar Pada pengujian dengan menggabungkan belitan armatur, karakteristik data yang diperoleh hampir sama dengan pengujian sebelumnya, dimana tegangan output semakin kecil seiring dengan penurunan tahanan beban yang diberikan pada generator reluktansi, sedangkan arusnya semakin besar. . Karakteristik Tegangan Output terhadap beban untuk belitan output digabung seri dapat dilihat pada gambar 19 berikut: 25 POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 1, Oktober 2010 Gambar 19. Karakteristik tegangan output terhadap beban belitan ouput digabung seri 60 Tegangan (volt) 50 40 30 20 10 0 2000 ISSN : 1858-3709 1500 1000 500 0 Beban (Ohm) PEMBAHASAN Bentuk gelombang keluaran pada kondisi berbeban diperlihatkan pada Gambar 20. Gelombang keluaran tersebut didapatkan dengan menggerakkan generator reluktansi pada putaran 1000 rpm, tegangan eksitasi 8 volt dan dibebani pada tahanan beban 407 Ohm. Gambar 20. Gelombang tegangan keluaran pada beban 407 Ohm a. Pengujian Daya input Output Pengujian ini ditujukan untuk mendapatkan data daya input output generator. Pada pengujian ini beban divariasikan, putaran dan tegangan output dipertahankan konstan sesuai dengan kemampuan enerator. Data hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 1 berikut: b. Analisa Daya input Output Dalam pengujian Generator reluktansi Model Baru digunakan motor DC shunt sebagai penggeraknya. selanjutnya dianalisa daya yang didapatkan. Sebelum motor dihubungkan ke generator reluktansi, diukur tegangan dan arus motor saat dioperasikan pada putaran nominal yaitu 2000 rpm. Tegangan dan arus yang didapatkan yaitu : Vin = 197 Volt (DC) Iin = 0,45 Ampere (DC) Iao = 0,15 Ampere (DC) Dari data yang diperoleh ini dapat dihitung besarnya daya yang dibutuhkan oleh motor yaitu : PinM = V I = 197 x 0,45 = 88.65 Watt 26 POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 1, Oktober 2010 ISSN : 1858-3709 Tabel 1. Daya input-output Generator Reluktansi Model Baru pada 2000 rpm Generator Reluktansi Beban N V I P Vout Iout Pout eks eks eks (Ohm) (rpm) (Vdc) (Adc) (W) (Vac) (mAac) (W) 1847 2000 5,3 0,37 1,96 27 15,4 0,42 1667 2000 5,3 0,38 2,01 27 16,6 0,45 1487 2000 5,3 0,39 2,07 27 19,4 0,52 1307 2000 5,4 0,39 2,11 27 23 0,62 1127 2000 5,8 0,41 2,38 27 27,2 0,73 947 2000 5,8 0,42 2,44 27 30,4 0,82 767 2000 6,3 0,44 2,77 27 40,3 1,09 587 2000 6,9 0,47 3,24 27 55 1,49 407 2000 8,7 0,59 5,13 27 89 2,4 227 2000 11,43 0,83 9,49 27 134,6 3,63 182 2000 13,16 0,96 12,63 27 161,3 4,36 137 2000 13,16 0,96 12,63 21,6 162,6 3,51 92 2000 13,16 0,96 12,63 16,5 166,8 2,75 Selanjutnya motor dihubungkan ke generator reluktansi lalu diberi eksitasi (0,37 A) dan diputar pada putaran nominal (2000 rpm), lalu diukur tegangan dan arus pada motor ; Vin = 197,6 Volt (DC) Iin = 0,5 Ampere (DC) Iax = 0,2 Ampere (DC) Dari data ini dapat ditentukan besarnya daya input motor setelah dihubungkan ke generator sebelum diberi beban, yaitu: PinM0 = 197,6 x 0,5 = 98,8 Watt. Daya input poros generator reluktansi tanpa beban (PinG0) dapat ditentukan dengan menghitung selisih antara daya input motor setelah dikopel dengan generator reluktansi (PinM0) dengan daya input motor sebelum dikopel dengan generator reluktansi (PinM) dikurangi dengan rugi–rugi Cu motor akibat pembebanan. PinG0= PinM0 – PinM – [( Iax – Iao )2 x Ra] = 98,8 – 88,65 – [( 0,2 – 0,15 )2 x 13] = 10,1175 Watt Daya input poros generator reluktansi saat berbeban merupakan selisih antara daya input motor kondisi berbeban (tabel 1) dengan kedaan tanpa beban dikurangi oleh rugi–rugi pada motor. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut. PinGx = PinMx – ( PinM0 + Rugi Motor ) Rugi Motor = ( Iax – Ia0 )2 x Ra PinGx (W) 1,98 1,98 1,98 1,98 1,98 1,98 1,98 1,98 1,98 1,98 1,98 1,98 1,98 ηp (%) 21,2 22,7 26,3 31,3 36,9 41,4 55,1 75,3 121,2 183,3 220,2 177,3 138,9 Motor V I (Vdc) (Adc) 197,6 0,51 197,6 0,51 197,6 0,51 197,6 0,51 197,6 0,51 197,6 0,51 197,6 0,51 197,6 0,51 197,6 0,51 197,6 0,51 197,6 0,51 197,6 0,51 197,6 0,51 Dimana ; PinGx = Daya input poros generator beban x (W) PinMx = Daya Input Motor pada Beban x (W) PinM0 = Daya Input Motor Tanpa Beban = 98,8 W Iax = Arus Jangkar Motor pada Beban x (A) Ia0 = Arus Jangkar Motor Tanpa Beban = 0,2 A Ra = Tahanan Jangkar (Ohm) Pada beban = 1847 Ω, PinM = 100,776 W, Ia =0,21 A, Ra = 13 Ω. Rugi motor = ( 0,21 – 0,2 )2 x 13 = 0,0013 W Sehingga: PinGx = 100,776 – ( 98,8 + 0,0013 ) = 1,98 W Dari hasil pengujian terlihat pada tabel 1 bahwa daya input motor selalu tetap (konstan) pada semua kondisi beban. Dengan demikian daya input poros generator juga konstan sebesar 1,98 W. Sementara daya output generator berubah sesuai beban sampai suatu titik tertentu kemudian turun, sebagaimana diperlihatkan dalam kurva gambar 21 Efisiensi (ηp ) generator terhadap daya input poros generator reluktansi ini dapat dihitung dengan membandingkan daya output dengan daya input poros pada generator reluktansi, secara matematis : P η p = outGx x 100% PinGx 27 POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 1, Oktober 2010 Daya output Daya input poros Daya eksitasi 14 Daya (W) 12 10 8 6 4 2 0 1847 1667 1487 1307 1127 947 767 587 407 227 182 137 Beban tahanan (Ohm) 92 Gambar 21. Kurva daya input poros dan daya output daya generator reluktansi model baru Pada kurva gambar 21 terlihat bahwa daya input poros generator reluktansi selalu konstan pada berbagai tingkat beban. Hal ini dapat terjadi akibat dari penggunaan dua rotor yang dipasang saling bersilangan. Saat generator reluktansi ini dioperasikan, torka elektromagnetik pada setiap saat akan selalu berlawan (saling menghilangkan). Dampak dari desain rotor tersebut adalah daya input poros generator akan konstan saat generator reluktansi ini dibebani yaitu sebesar 1,98 Watt. Jika dibandingkan dengan daya yang dihasilkan pada generator reluktansi ini, dapat dilihat bahwa akan diperoleh daya yang dihasilkan lebih besar dibandingkan daya input poros pada generator reluktansi (Gambar 21) yaitu saat generator dibebani pada tahanan beban 407 Ohm, 227 Ohm, 182 Ohm, 137 Ohm, 92 Ohm, 83 Ohm, 74 Ohm dan 65 Ohm. Sehingga efisiensi generator pada tahanan tersebut nilainya lebih dari 100 %. Daya yang dihasilkan mengalami penurunan dibandingkan daya sebelumnya disebabkan karena apabila tegangan eksitasi terus dinaikkan untuk mempertahankan tegangan maka bagian stator dan rotor akan bergesekan sehingga mengakibatkan rugi–rugi gesekan pada generator meningkat. Pada kondisi terakhir ini pengambilan data dihentikan karena kondisi kerja generator sudah tidak normal lagi ISSN : 1858-3709 Pada pengujian dengan mempertahankan tegangan keluaran ini terlihat bahwa saat penambahan beban (penurunan tahanan beban), daya eksitasi yang diperlukan oleh generator reluktansi ini semakin besar, saat yang bersamaan daya yang dihasilkan oleh generator juga semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara daya eksitasi dengan daya yang dihasilkan oleh generator, semakin besar daya eksitasi maka daya yang dihasilkan juga akan semakin besar. Ini menunjukan bahwa energi yang dikonversi generator reluktansi model baru berasal dari medan magnet eksitasinya. SIMPULAN 1. Tegangan beban nol generator reluktansi model baru sebanding dengan kecepatan dan eksitasinya. 2. Tegangan berbeban generator reluktansi model baru cenderung turun seiring dengan naiknya beban. 3. Daya output generator reluktansi model baru bisa lebih besar dari daya input porosnya. 4. Daya eksitasi generator reluktansi model baru akan naik seiring dengan naiknya daya output dan selalu lebih besar dari daya outputnya. SARAN. Perlu dibuat generator uji coba yang lebih stabil dengan daya yang lebih besar A,E, Fitzgerald.& Djoko A. 1992. Mesinmesin Listrik, Edisi keempat. Erlangga. Jakarta. Ichinokura, O., Ono, T., Takahashi, A., Nakamura, K., dan Watanabe, T. 2006. Three Phase Reluctance Generator with Permanent Magnet Buried in Stator Core. Jepang. Universitas Tohoku. I, J, Nagrath. 1989. Electric Machines. Tata McGraw Hill. New Delhi. 28 POLI REKAYASA Volume 6, Nomor 1, Oktober 2010 ISSN : 1858-3709 Matsch.L, W. Electromagnetic and Electromechanical Machines. Third Ed. John Wiley & Son. Inc. 1987. Pawawoi, A. 2004. Diktat Kuliah Energi dan Dasar Konversi Energi Elektrik. Padang. Tsukerman, D. dan Rabinovici, R. New Power Factor and Current Harmonic Mitigation for AC Variable Reluctance Generator with DC Excitation. Israel. Department of Electrical and Computer Engineering. University of The Negev. Zuhal. 1977. Dasar Tenaga Listrik. ITB. Bandung. 29