pola persebaran keruangan proses erosi permukaan

advertisement
POLA PERSEBARAN KERUANGAN PROSES EROSI PERMUKAAN
SEBAGAI RESPON LAHAN TERHADAP HUJAN
DI DAERAH ALIRAN SUNGAI SECANG, KABUPATEN KULONPROGO
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Oleh: Suprapto Dibyosaputro
Seminar Nasional
"Restorasi DAS: Mencari Keterpaduan di Tengah
lsu Perubahan lklim”
Kerjasama BPTKPDAS, UNS dan UMS Surakarta
25 Agustus 2015
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang

Geografi mempelajari hubungan sebab akibat, gejala,
dan peristiwa yang terjadi di muka Bumi baik secara fisik
maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, ekologi
dan kompleks kewilayahan

Geomorfologi
mendeskripsikan
(secara
genetik)
bentuklahan dan proses-proses yang mengakibatkan
terbentuknya bentuklahan oleh tenaga-tenaga geomorfologi, diantaranya berupa limpasan permukaan
(Overland flow)dan aliran permukaan (Run off) yang
menyebabkan terjadinya erosi (erosi permukaan dan
linier)

Bentuklahan dicirikan oleh oleh relief, lereng, batuan
penyusun, dan proses geomorfologi. Sejalan dengan
pergantian waktu, batuan mengalami lapuk, terjadi
perkembangan tanah, tumbuhnya vegetasi alami
maupun budidaya tanaman oleh manusia, dan
akhirnyaberbagai unit lahan,
Lanjutan: Latar Belakang
• Hujan yang jatuh pada lahan  dinamika pergerakan
air, mengisi pori-pori tanah  tanah menjadi jenuh, 
limpasan permukaan (overland flow)  aliran permukaan (run off).
• Perbedaan karakeristik lahan menyebabkan respon
lahan terhadap hujan yang jatuh padanya 
perbedaan limpasan permukaan dan aliran permukaan
 terjadi erosi permukaan,
• Respon lahan terjadi akibat adanya interaksi antar
parameter lahan (internal dan eksternal), dan akan
berpengaruh terhadap jarak awal terjadinya limpasan
permukan (JLP) dan erosi permukaan (JEP) dari
puncak /igir lereng lahan. Demikian pula terhadap
waktu awal terjadinya limpasan permukaan (WLP)
dan erosi permukaan (WEP) dari waktu mulainya
hujan berlangsung.
Lanjutan: LATAR BELAKANG (DAS Secang)
• DAS Secang di atas Waduk Sermo tersusun atas
beberapa formasi geologi meliputi Formasi Nanggulan,
Formasi Andesit Tua, Formasi Andesit, dan Formasi
Jonggrangan.
• Akibat proses eksogen (hujan, temperatur)  proses
geomorfologi variasi relief, kemiringan lereng,
morfologi berbeda (dataran, perbukitan dan
pegunungan)  bentuklahan
• Adanya interaksi antar parameter fisik bentuklahan
(relief, batuan, tanah, iklim, air permukaan dan bawah
permukaan) dan parameter non fisik (vegetasi baik
hasil campur tangan manusia (budidaya) dalam
memanfaatkan lahan maupun vegetasi non budidaya 
terbentuklah unit-unit lahan
Lanjutan: Latar Belakang (DAS Secang)
• DAS Secang mempunyai luas sekitar 2.092,05 ha,
denbgan macam tanah yang telah berkembang
adalah Latosol Coklat Kemerahan dan Kompleks
Litosol dan Latosol.
• Jenis dan luas masing-masing penggunaan lahan :
hutan (36,31 ha), semak belukar (15,64 ha), kebun
campuran (1.643,32 ha), lahan tegalan (182,65 ha),
permukiman (57,25 ha), padang rumput (3,13 ha),
dan genangan air waduk (134,46 ha).
• Kebun campuran dan tegalan (seluas 1,825,97 Ha)
pada berbagai kemiringan lereng mempunyai tingkat
bahaya erosi yang besar sekitar 85,7 ton/ha/tahun.
• Tetapi dimana JLP dan JEP terjadi, serta kapan WLP
dan WEP terjadi, tidak diketahui.
Catatan:
Ho : Limpasan permukaan Horton
(Horton overlandflow)
So : Limpasan permukaan pada tanah
jenuh (Saturated overland flow)
F : Infiltrasi (infiltration)
Tu : Aliran bawah permukaan tanah
pada tanah tak jenuh (Unsaturated
throughflow)
Ts : Aliran bawah permukaan tanah
pada tanah jenuh (Saturated
throughflow)
Dp : Perkolasi yang dalam (deep
percolation)
A, B, C : Lapisan tanah atas, tengah dan
bawah (horison).
m.a.t : muka air tanah
: Lapisan tanah
hujan
H
A
B
C
Tu
aliran pipa
Dp
So
s
DINAMIKA GERAKAN
AIR DI TANAH
Alasan DAS Secang dipilih sebagai
daerah penelitian:
1) Luas Latosol Coklat Kemerahan mendominasi tanah yang
ada di dalam DAS Secang,
2) Latosol Coklat Kemerahan merupakan hasil pelapukan
batuan vulkanik (Andesit) sebagai bahan induknya,
3) Sebaran batuan vulkanik (Andesit) mendominasi dalam
DAS Secang sebgai bahan induk tanah Latosol Coklat
Kemerahan dan Litosol.
4) Secara umum di Indonesia tanah tersebut sangat luas,
mencapai luas ± 17.856.000 ha (9,36% luas Indonesia),
5) Solum tanah tebal hingga sangat tebal,
6) Kepekaan tanah terhadap erosi sedang hingga tinggi,
7) Pada umumnya tanah berkembang di daerah berbukit
hingga bergunung dengan kemiringan lereng bervariasi
dari miring hingga terjal, dan
8) Tanah berkembang di daerah beriklim tropik basah
dengan curah hujan 2000-5000 mm/tahun.
HUJAN
(durasi, tebal
dan intensitas hujan)
1. Bentuklahan: kesan
topografi (relief),
ekspresi topografi
(lereng), material
(batuan dan tanah) dan
proses geomorfologi
2 Tanah (macam tanah,
tekstur, permeabilitas,
kelembapan, tebal solum,
kandungan bahan organik
tanah)
3 Vegetasi (vegetasi penutup
alami/budidaya dan
penggunaan lahan)
Tipe lahan
(lahan
dengan
lereng yang
mempunyai
puncak
berupa igir
sebagai
pemisah
arah aliran
air/wataer
devide)
Tetes hujan
langsung
jatuh ke
permukaan
tanah
Tetes hujan
tidak lansung
jatuh ke permukaan
tanah(dari
tajuk pohon)
Erosi
percik
Intersepsi
oleh daun
pohon,
semak
Tetes hujan
dari
dedaunan
pohon
Sebagian air
meresap dan
mengisi poripori tanah
Mengisi
ledokan di
permukaan terisi
air
Tanah
menjadi
jenuh air
Aliran
batang
(stem
flow)
Erosi
permu
kaan
Tipe erosi, tebal
erosi, kenampakan hasil
proses erosi
Limpasan:
(JLP dan JEP
pada bidang
lereng suatu
lahan)
Variasi Tipe
Lahan
Pola keruangan
persebaran JLP
dan JEP serta
fenomena hasil
proses erosi
permukaan pada
lereng suatu lahan
Dasar teori
II. PERMASALAHAN PENELITIAN
(dirumuskan dalam tiga pertanyaan penelitian
1. Parameter-parameter lahan apa saja yang menjadi
faktor pengontrol dan mempengaruhi perbedaan JLP
dan JEP, serta WLP dan WEP sebagai respon lahan
yang mempunyai karakteristik tertentu terhadap
hujan,
2. Parameter lahan apa yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap terjadinya perbedaan JLP dan
JEP, serta WLP dan WEP diantara parameter lahan
lainnya sebagai respon lahan terhadap hujan,
3. Bagaimana pola persebaran keruangan JLP dan JEP,
dan kenampakan-kenampakan hasil erosi serta
jaraknya dari puncak lereng suatu lahan (water
devide) sebagai respon lahan terhadap hujan.
III. TUJUAN PENELITIAN
1. Mempelajari parameter-parameter lahan dan hujan
yang relevan sebagai variabel bebas yang mempengaruhi terhadap perbedaan JLP dan JEP, serta
WLP dan WEP,
2. Menentukan parameter lahan dan hujan yang paling
berpengaruh terhadap perbedaan JLP dan JEP,
serta WLP dan WEP pada lahan sebagai respon
lahan terhadap hujan,
3. Menganalisis pola persebaran keruangan JLP dan
JEP, pada lahan sebagai respon lahan terhadap
hujan,
IV. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah metode
survai
 Tiga tahapan dalam penelitian
- tahap persiapan,
- tahap kerja lapangan,
- tahap pasca kerja lapangan

Kegiatan setiap tahapan
1.Tahap persiapan:
1). Pemilihan daerah penelitian dan lokasi
sampel,
2). Penetapan variabel penelitian,
3). Penyiapan bahan dan materi penelitian,
4). Interpretasi foto/citra untuk pembuatan
bentuklahan,
5). Pembuatan peta-peta tentati (bentuk
lahan, lereng, dan satuan lahan),
6). Penyiapan alat-alat untuk pengukuran dan
pengumpulan data di lapangan.
Lanjutan: Tahapan penelitian
2.Tahap kerja lapangan:
Pengumpulan (observasi, pengukuran dan
pencatatan) data primer & data sekunder di
lapangan.
3.Tahap pasca kerja lapangan:
1) Interpretasi ulang foto udara, citra, peta,
dan penggambaran kembali peta-peta
bentuk lahan, lereng, dan satuan lahan,
2) Analisis data di laboratorium,
3) Analisis data primer dan sekunder, dan
4) Penulisan laporan penelitian
PETA
ADMINSTRASI
DAN LOKASI TIPE
LAHAN PEWAKIL
Sayarat Lahan yang ditetapkan sebagai
daerah sampel observasi (Tipe Lahan)
1)
2)
3)
4)
Hanya lahan yang berada pada tanah yang
sama yaitu Latosol Coklat Kemerahan,
Lahan mempunyai puncak lereng berupa
igir memanjang alami, atau berupa
gundukan tanah baik alami maupun buatan
manusia, dengan lebar minimal 0,5 meter;
Igir tersebut berfungsi sebagai batas/garis
pemisah limpasan permukaan (water
devide) saat hujan jatuh pada igir dan
gundukan;
masing-masing lahan mempunyai nilai
parameter-parameter lahan yang berbeda
satu sama lain.
Variabel Penelitian
Variabel tergantung (V.T)
1.
2.
3.
4.
Jarak awal kejadian limpasan permukaan (JLP)
Waktu awal kejadian limpasan permukaan (WLP)
Jarak awal kejadian erosi permukaan (JEP)
Waktu awal kejadian erosi permukaan (WEP)
Variabel bebas (V.B)
1.
2.
3.
Intensitas hujan (Ih);
Komponen fisik lahan (kemiringan lereng (Kl), tebal
solum tanah (St), permeabilitas tanah (Pt),
kelembapan tanah (Kt), kandungan bahan organik
tanah (Bo)
komponen non fisik lahan terdiri dari variabel
kerapatan penuutp lahan (gabungan kerapatan
tajuk/kanopi pohon/tumbuhan dan tumpukan daundaun/seresah (Kt), tinggi tanaman /pohon (Tp);
Persamaan Umum Regresi Linier Ganda
Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4+ b5X5+ b6V6+ b7X7+ b8X8 + b9X9
Catatan:
Y = Dapat berupa: YJLP, YJEP, YWLP, atau YWEP
X1 = Intensitas hujan (Ih) (mm/jam)
X2 = Kemiringan lereng (Kl) (...o)
X3 = Kelembapan tanah (Kt) (%)
X4 = Ketebalan solum tanah (St) (cm)
X5 = Permeabilitas tanah (Pt) (cm/jam)
X6 = Kandungan bahan organik tanah (Bo) (%)
X7 = Tekstur tanah (Tt)
X8 = Kerapatan penutupan lahan oleh tajuk /kanopi, seresah dan
rumput (Pl) (%)
X9 = Tinggi pohon (Tp) (m)
b1 .. b9 = Koefisien regresi masing-masing variabel bebas ( V.B)
a
= Konstante yang diperoleh dari perhitungan regresi.
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.
Persamaan Regresi Linier Ganda
1). 4 (empat) variabel tergantung (V.T)
masing-masing: JLP, JEP, WLP, WEP)
2). 9 (semblan) variabel bebas (V.B.) yang
diusulkan yaitu: intensitas hujan (Ih);
kemiringan lereng (Kl), tebal solum
tanah (St), permeabilitas tanah (Pt),
kelembapan tanah (Kt), kandungan
bahan organik tanah (Bo), tekstur tanah
(Tt), permeabilitas tanah (Pt);
kerapatan penutupan lahan (Pl), dAn
tinggi pohon (Tp).
Tabel. Ringkasan hasil observasi parameter-parameter lahan masing-masing tipe
lahan di DAS Secang, Kabupaten Kulonprogo
Tipe Lahan
Unsur
1 (Sungapan 1)
2 (Hargorejo)
3 (Sermo 3)
Jenis batuan
Andesit
Andesit
Andesit
Pelapukan batuan
Tebal solum (cm)
Sudah lanjut
Latosol coklat
kemerahan
85
Sudah lanjut
Latosol coklat
kemerahan
80
Sudah lanjut
Latosol coklat
kemerahan
65
Tekstur
Geluh
Geluh
Geluh pasiran
Struktur
Gumpal
Gumpal
Bahan organik (%)
Permeabilitas
(cm/jam)
1,41
0.36
Gumpal agak
menyudut
1,48
0,058
1,62
Perkebunan
campuran
Jenis tanaman
Tinggi pohon rerata
(m)
Tanah
Pengguaan lahan
Kerapatan penutup
lahan (tajuk pohon/
semak/ perdu/
rumput)
4 (Klepu)
Andesit,
Breksi Andesit
Sudah lanjut
Latosol coklat
kemerahan
75
Geluh
lempung
5 (Hargowilis)
Andesit, Breksi
Andesit
Sudah lanjut
Latosol coklat
kemerahan
85
Geluh pasiran
6 (Sungapan 2)
7 (Tegalrejo)
8 (Nganti)
Andesit
Andesit
Andesit
Sudah lanjut
Latosol coklat
kemerahan
110
Sudah lanjut
Latosol coklat
kemerahan
120
Sudah lanjut
Latosol coklat
kemerahan
130
Lempung
Geluh
Geluh
Gumpal-masif
Gumpal
Gumpal
0,36
0,704
0,21
14,00
Gumpal agak
menyudut
0,343
11,19
21,23
15,19
2,92
1,42
1.99
Perkebunan
campuran
Perkebunan
campuran
Hutan
(budidaya)
Perkebunan
campuran dan
tegalan
Perkebunan
campuran
Perkebunan
campuran
Perkebunan
campuran
Durian, kelapa,
petai, cengkih,
Mangga, kelapa,
sengon laut,
belinjo, petai , ubi
kayu
Dominan kayu
putih dan
rumput
Dominan
pohon mahoni
Sengon laut,
mahoni , ubi
kayu
Kelapa, sengon
tahun, semak,
garut, mahoni
Kelapa, petai,
sengon tahun,
ubi kayu
Kelapa,
mahoni, petai,
sengon laut,
durian, dan
garut
20
15
7,5 .
25
Pohon 20
Semak 2,5
10
20
25
Tajuk pohon
kayu putih
=30%, rumput
10-15 cm
dengan
kerapatan 90%)
Tajuk pohon
=75%, dan
seresah
sampah
dengan tebal
15-20 cm
dengan
kerapatan
penutupan
±90%
75% (75% tajuk
pohon dan
perdu, 20%
ketela, 40%
tumpukan
seresah)
90% (garut dan
semak 90%,tajuk
pohon 15%)
85% (tajuk
pohon 85%,
semak dan
ketela 20%)
Rerata 90%
(Tajuk pohon
85%, perdu/
semak 15%,
tumpukan
seresah 30%)
Tajuk pohon =
60%, daun perdu
dan ketela 15%
rumput dan
seresah 50%
Sumber: Observasi lapangan, 2009
Tajuk pohon
=40%, tajuk
daun ketela=
25%), sampah
dan rumput 40%
Gumpal
Tabel. Ringkasan data intensitas hujan, kelembapan tanah , JLP, JEP, WLP, WEP dan
fenomena proses dan hasil proses erosi masing-masing tipe lahan di DAS Secang,
Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo
No
1
2
Fenomena
Intensitas rata-2
(mm/jam)
Kelembapan tanah
rerata (%)
Sungapan 1
Hargorejo
SD Sermo 3
Klepu
Tegalrejo
Nganti
21,81
14,43
13,53
14,79
14,00
17,96
16,30
59.4
60,38
68,00
59,28
63,00
63,19
68,52
62,93
1,37
1,64
1,80
2,10
22,73
2,31
25,19
24,74
3,52
28,21
19,24
2,49
21,03
8,0-9,0;
8,0;
6,0; 10,011,0
14,07
2.79
16,21
6,15-8,5;
13,0-14,0;
19,0-20,0
4,0-5,50;
8,0-9,0
(material
kasar dan
seresah)
3,0-5,0
(material
kasar)
8.0-90; 11,0;
6,25-8,15; 4;
10
(material da
n seresah)
12,0-13,0;
20,0-21,0
(material
dan
seresah)
4,0-4,5
4,0-5,15;
tidak
dijumpai
armour
tidak ada
akar muncul
tidak ada
akar muncul
4; 11
sekitar ujung
profil (16,0;
15,5 )
tidak ada
limpasan
permukaan
tidak terjadi
15,0-21,0 ke
arah bawah
lereng
0 - ujung
profil
(seresah
dari daun
setebal 1520 cm)
13,0-14,0;
19,0-20,0; 22,0;
29,0.
JLP rerata (m)
2,68
2,31
1,96
4
5
6
WLP rerata (menit)
JEP rerata (m)
WEP rerata (menit)
26,66
3,14
30,46
23,29
2,82
25,30
20,68
2,63
22,29
7
Erosi Alur (meter
dari igir)
6,75; 10,0;
15,25-18,0
3,0; 10,15
15,25; 16,15
8
3,0-4,0; 5,0Deposisi material
9,0; 15-16.
(hasil erosi, seresah material
dll)
kasar dan
seresah
4,0-5,25;
3,0-6,0; 4,011,0; 11-15;
(mate rial
kasar &
seresah)
11,0-15,0;
9
Armour (meter dari
igir)
1,0; 3,5; 6;
7,0-7,5
bercampura
n seresah
tidak dijumpai
armour
Akar muncul (meter
dari igir)
11
6,5
tidak ada akar 10, 15, 19,
muncul
ujung profil
27,0; 28,0
6,0; 8,0
-
Pedestal (meter dari
11
igir)
Sungapan 2
13,12
3
10
Hargowoilis
sekitar ujung
profil lereng
(135,5;
136,0)
8,0-9,0; 6,0
tidak ada
akar
muncul
3,25; 4,15;
tidak ada
akar
muncul
2,0; 3,0;
90.
Tabel. Hasil analisis statistik Persamaan Regresi Linier Ganda
Untuk JLP, JEP, WLP daan WEP
Variabel Bebas (V.B) = X
No
1.
2.
Var.
Tgt
(Y)
JLP
JEP
Persamaan Regresi Linier Ganda
YJLP = 6,16-0,07 Kt+0,03 Kl+
+0,002Tt+0,02Tp-0,39 Bo+
-0,03 Pt-0,01 Ih
YJEP = 6,89-0,07 Kt+0,001 Pl +
+0,06 tP+0,02 St–0,02 Ih
3.
WLP
Jmlh
V.B
diterima
sbg
predi
k-tor
Paling besar
Perannya
(koef.
regresi / (b)
Paling
besar
pengaruhnya (koef.
terbakukan/
Beta (ß =)
V,B
Nilai
V.B
Bobot
Penga
ruh
V.B
(%)
Nilai
ß
7
Bo
–0,37
Kp
–74
74
5
Tp
+0,06
Kp
–52
59
8
Bo
–4,72
St
0,89
79
8
Bo
–4,91
St
0,78
78
YWLP = 74,72-0,62 Kt+ 0,28 St +
–0,95 Pt+ 0,21Pl+0,19Kl+
–0,08 Ih+3,30 Tt–4,72 Bo
4.
WEP
YWEP = 85,87-0,76 Kt+0,29 St+
–1,01 Pt+0,22 Pl+0,21Kl+
–0,10 Ih–3,68 Tt–4,91 Bo.
Tabel . Variabel bebas yang diterima dan tidak diterima
dalam persamaan regresi linier ganda
Variabel Bebas
Variabel
tergantung
(V.T)
Entrance
Diterima
1
Jarak
kejadian JLP
(m)
Kl, St, Pt,
Kt, Bo, Tt,
Pl, Tp, Ih
2
Waktu
kejadian
WLP (menit)
Remo
ved
Nilai toleran
minimal
kolinieritas
statistik
Kt, Kl, Tt, Tp,
Bo, Pt, Ih
Pt
St
0,367
0,349
Kl, St, Pt,
Kt, Bo, Tt,
Pl, Tp, Ih
Kt, Pl, Tp, St,
Ih,
Kl
Pt
Tp
Bo
0,422
0,488
0,398
0,352
Kl, St, Pt,
Kt, Bo, Tt,
Pl, Tp, Ih
Kt, St, Pt, Pl,
Kl, Ih, Tt, Bo
Kt
0,396
3
Jarak
kejadian JEP
(m)
Kl, St, Pt,
Kt, Bo, Tt,
Pl, Tp, Ih
Kt, St, Pt, Pl,
Kl, Ih, Tt, Bo
Kt
0,398
4
Waktu
kejadian
WEP (menit)
No
Tabel. Perbedaan jarak awal kejadian antara JLP dengan JEP, dan perbedaan
waktu awal kejadian antara WLP dengan WEP masing-masing tipe lahan pewakil
Beda jarak rerata
kejadian JLP dan JEP
No
Tipe lahan
JLP
(m)
JEP
(m)
Beda
jarak
(m)
Beda waktu rerata
kejadian WLP dan WEP
WLP
WEP
(menit) (menit)
Beda
waktu
(menit)
1
Sungapan 1
2,68
3,14
0,46
26,64
30,46
3,82
2
Hargorejo
2,31
2,82
0,51
23,29
25,90
2,01
3
S.D.N. Sermo 3
1,96
2,63
0,67
20,68
22,29
1,61
4
Klepu*)
tidak
terjadi
tidak
terjadi
tidak
terjadi
tidak
terjadi
5
Hargowilis
1,37
2,31
0,94
22,73
25,19
2,46
6
Sungapan 2
1,64
3,52
1,88
24,74
28,21
3,47
7
Tegalrejo
1,80
2,49
0,69
19,24
21,03
1,79
8
Nganti
2,10
2,79
0,69
14,07
16,21
2,14
Rerata
1,73
2,46
0,90
18,92
21,16
2,25
tidak tidak
terjadi terjadi
Catatan:
*) Tidak terjadi limpasan permukaan maupun erosi permukaan
Hasil Analisis Data
1. Tidk semua dari 9 (sembilan) variabel yang diusul
kan sebagai V.B, diterima sebagai V.B. dalam
per-samaan regresi linier ganda dengan JLP, JEP,
WLP dan WEP sebagai VT.
2. Hasil uji asumsi klasik statistik terhadap keempat
persamaan regresi linier ganda tersebut dinyatakan
layak dan valid digunakan dalam penelitian ini
dengan derajat kepercayaan tinggi yakni sebesar
95%c.
3. Beda Nilai (residual value) antara data lapangan dan
data hasil prediksi menggunakan persamaan
regresi linier ganda adalah sangat kecil (JLP lap &
regresi =-0,02 m, JEP lap & regresi =-0,05 m,
WLP lap & regrresi=-0,17 mnt, dan WEP lap &
regresi=-0,15 mnt)
Lanjutan: Persamaan Regresi Linier Berganda
4. Variabel bebas yang paling besar berpengaruh terhadap
variabel tergantung:
a. JLP adalah kelembapan tanah (nilai koefisien
terbakukan/standardized coefficient (Beta) = -0,74) ,
b. JEP adalah kelembapan tanah (nilai koefisien
terbakukan /standardized coefficient (Beta) = -0,52),
c. WLP adalah ketebalan solum tanah (nilai
koefisien terbakukan /standardized coefficient (Beta)
= +0,89),
d. WEP adalah ketebalan solum tanah (nilai
koefisien terbakukan /standardized coefficient (Beta)
= +0,78).
3. Pola persebaran keruangan JLP dan JEP:
a. Pola mengelompok
b. Pola memencar
Perbedaan nilai rerata JLP, JEP, WLP, dan WEP hasil pengukuran
lapangan dengan prediksi menggunakan regresi linier ganda
Tipe lahan
Selisih nilai rerata V.T. Hasil Pengukuranb Lapangan dan Prediksi V.T.
JLP (meter)
No
JEP (meter)
WLP (menit)
WEP (menit)
Lokasi
Lap
Pre
d
Slh.
Lap
Pred.
Slh.
Lap
Pred.
Slh.
Lap
Pred.
Slh.
1
Sungapan 1
1,69
1,74
0,05
2,30
2,33
0,03
22,48
23,24
0,76
29,20
30,25
0,31
2
Hargorejo
2,30
2,25
0,05
2,82
2,96
0,15
22,57
23,63
1,06
25,90
26,62
0,72
3
SD. Sermo 3
1,93
1,88
0,05
2,83
2,56
0,07
20,68
20,27
0,41
21,94
21,67
0,27
4
Klepu
*)
*)
*)
*)
*)
*)
*)
*)
*)
*)
*)
*)
5
Hargowilis
1,37
1,41
0,05
2,13
2,32
0,29
22,83
2240
0,43
25,13
24,88
0,03
6
Sungapan 2
1,64
1,75
0,11
3,25
3,34
0,09
25,67
25,63
0,04
28,21
28,25
0,04
7
Tegalrejo
1,80
1,82
0,02
2,49
2,44
0,05
19,44
19,44
0,20
21,03
21,04
0,01
8
Nganti
2,10
2,11
0,01
2,79
2,80
0,01
21,43
21,00
0,43
16,21
16,65
0,44
IV. KESIMPULAN
1. Tidk semua dari 9 (sembilan) variabel yang diusulkan sebagai V.B,
diterima sebagai V.B. dalam persamaan regresi linier ganda dengan
JLP, JEP, WLP dan WEP sebagai VT.
a. Persamaan regresi linier berganda:
YJLP = 6,16-0,07Kt+0,03Kl+0,002Tt+0,02Tp–0,37Bo-0,03Pt+
-0,01Ih
YJEP = 6,89-0,07Kt+0,001Pl+0,06Tp+0,02St-0,02Ih,
YWEP = 74,72-0,62Kt+0,28St-0,95Pt+0,21Pl+0,19Kl-0,08Ih+
+3,30Tt-4,72Bo
YWEP = 85,80-0,76Kt+0,29St-1,01Pt+0,22Pl+0,21Kl- 0,10Ih+
-3,68Tt-4,91Bo
b. Hasil uji asumsi klasik statistik terhadap keempat persamaan regresi
linier ganda tersebut dinyatakan layak dan valid digunakan dalam
penelitian ini dengan derajat kepercayaan tinggi yakni sebesar 95%c.
c. Beda Nilai (residual value= Rv) antara data lapangan dan data hasil
prediksi dengan persamaan regresi linier ganda adalah sangat kecil
(RV. JLP lap & regresi =-0,02 m, Rv. JEP lap & regresi =-0,05 m,
Rv. WLP lap & regrresi=-0,17 mnt, dan Rv. WEP lap & regresi=-0,15
mnt)
Lanjutan: Kesimpulan
2. Variabel bebas yang paling besar berpengaruh
terhadap variabel tergantung:
a. JLP adalah kelembapan tanah (nilai koefisien
terbakukan (Beta) = -0,74) ,
b. JEP adalah kelembapan tanah (nilai koefisien
terbakukan (Beta) = -0,52),
c. WLP adalah ketebalan solum tanah (nilai koefisien
terbakukan (Beta) = +0,89),
d. WEP adalah ketebalan solum tanah (nilai koefisien
terbakukan (Beta) = +0,78).
3. Pola persebaran keruangan JLP dan JEP adalah:
a. Pola mengelompok
b. Pola memencar
Gambar
Peta Pola Persebaran JLP dan
JEP Setiap Tipe Lahan Pewakil
di DAS Secang,Kecamatan
Kokap, Kabaputen Kulonprogo,
Daerah Istimewa Yogyakarta
Seresah/sampah (15-20 cm)
Pasir kasar, kerikil, kerakal.
Rembesan (seepage)
Tanah
Download