BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Pemerintah Kota Depok 4.1.1 Profile Pemerintah Kota Depok Depok bermula dari sebuah Kecamatan yang berada di lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung Kabupaten Bogor, kemudian pada tahun 1976 perumahan mulai dibangun baik oleh Perum Perumnas maupun pengembang yang kemudian diikuti dengan dibangunnya kampus Universitas Indonesia (UI), serta meningkatnya perdagangan dan Jasa yang semakin pesat sehingga diperlukan kecepatan pelayanan. Pada tahun 1981 Pemerintah membentuk Kota Administratif Depok berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1981 yang peresmiannya pada tanggal 18 Maret 1982 oleh Menteri dalam Negeri (H. Amir Machmud) yang terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan dan 17 (tujuh belas) Desa, yaitu : 1. Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam) Desa, yaitu Desa Depok, Desa Depok Jaya, Desa Pancoram Mas, Desa Mampang, Desa Rangkapan Jaya, Desa Rangkapan Jaya Baru. 2. Kecamatan Beji, terdiri dari 5 (lima) Desa, yaitu : Desa Beji, Desa Kemiri Muka, Desa Pondok Cina, Desa Tanah Baru, Desa Kukusan. 3. Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 6 (enam) Desa, yaitu : Desa Mekarjaya, Desa Sukma Jaya, Desa Sukamaju, Desa Cisalak, Desa Kalibaru, Desa Kalimulya. 1 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Selama kurun waktu 17 tahun Kota Administratif Depok berkembang pesat baik dibidang Pemerintahan, Pembangunan dan Kemasyarakatan. Khususnya bidang Pemerintahan semua Desa berganti menjadi Kelurahan dan adanya pemekaran Kelurahan , sehingga pada akhirnya Depok terdiri dari 3 (Kecamatan) dan 23 (dua puluh tiga) Kelurahan, yaitu : 1. Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam) Kelurahan, yaitu : Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan Pancoran Mas, Kelurahjn Rangkapan Jaya, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru. 2. Kecamatan Beji terdiri dari (enam) Kelurahan, yaitu : Kelurahan Beji, Kelurahan Beji Timur, Kelurah Pondok Cina, Kelurahan Kemirimuka, Kelurahan Kukusan, Kelurahan Tanah Baru. 3. Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 11 (sebelas) Kelurahan, yaitu : Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan Suka Maju,. Kelurahan Mekarjaya, Kelurahan Abadi Jaya, Kelurahan Baktijaya, Kelurahan Cisalak, Kelurahan Kalibaru, Kelurahan Kalimulya, Kelurahan Kali Jaya, Kelurahan Cilodong, Kelurahan Jati Mulya, Kelurahan Tirta Jaya. Dari tahun 1982 – 1999, penyelenggaraan pemerintah Kota Administratif Depok mengalami pergantian Kepemimpinan sebagai berikut : 1. Drs. Moch Rukasah Suradimadja (Alm) [Walikotatif] 1982 – 1984 2. Drs. H.M.I Tamdjid [Walikotatif] 1984 – 1988 3. Drs. Abdul Wachyan [Walikotatif] 1988 – 1991 4. Drs. Moch. Masduki [Walikotatif] 1991 – 1992 5. Drs. H.Sofyan Safari Hamim [Walikotatif] 1992 – 1996 2 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 6. Drs. H. Yuyun WS [Plh Walikotatif] 1996 – 1997 7. H. Badrul Kamal [Walikotatif] 1997 – 1999 8. H. Nur Mahmudi Isma`il (Walikota ) 2006 - 2011 9. H. Nur Mahmudi Isma`il (Walikota) 2011 – 2016 a. Terbentuknya Kota Depok Dengan semakin pesatnya perkembangan dan tuntutan aspirasi masyarakat yang semakin mendesak agar Kota Administratif Depok diangkat menjadi Kotamadya dengan harapan pelayanan menjadi maksimum. Disis lain Pemerintah Kabupaten Bogor bersama – sama Pemerintah Propinsi Jawa Barat memperhatikan perkembangan tesebut, dan mengusulkannya kepada Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat. Berdasarkan Undang – undang No. 15 tahun 1999, tentang pembentukan Kotamadya Daerah Tk. II Depok yang ditetapkan pada tanggal 20 April 1999, dan diresmikan tanggal 27 April 1999 berbarengan dengan Pelantikan Pejabat Walikotamadya Kepala Daerah Tk. II Depok yang dipercayakan kepada Drs. H. Badrul Kamal yang pada waktu itu menjabat sebagai Walikota Kota Administratif Depok. Momentum peresmian Kotamadya Daerah Tk. II Depok dan pelantikan pejabat Walikotamadya Kepala Daerah Tk. II Depok dapat dijadikan suatu landasan yang bersejarah dan tepat untuk dijadikan hari jadi Kota Depok. 3 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Berdasarkan Undang – undang nomor 15 tahun 1999 Wilayah Kota Depok meliputi wilayah Administratif Kota Depok, terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan sebagaimana tersebut diatas ditambah dengan sebagian wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor, yaitu : 1. Kecamatan Cimanggis, yang terdiri dari 1 (satu) Kelurahan dan 12 (dua belas) Desa , yaitu : Kelurahan Cilangkap, Desa Pasir Gunung Selatan, Desa Tugu, Desa Mekarsari, Desa Cisalak Pasar, Desa Curug, Desa Hajarmukti, Desa Sukatani, Desa Sukamaju Baru, Desa Cijajar, Desa Cimpaeun, Desa Leuwinanggung. 2. Kecamatan Sawangan, yang terdiri dari 14 (empat belas) Desa, yaitu : Desa Sawangan, Desa Sawangan Baru, Desa Cinangka, Desa Kedaung, Desa Serua, Desa Pondok Petir, Desa Curug, Desa Bojong Sari, Desa Bojong Sari Baru, Desa Duren Seribu, Desa Duren Mekar, Desa Pengasinan Desa Bedahan, Desa Pasir Putih. 3. Kecamatan Limo yang terdiri dari 8 (delapan) Desa, yaitu : Desa Limo, Desa Meruyung, Desa Cinere, Desa Gandul, Desa Pangkalan Jati, Desa Pangkalan Jati Baru, Desa Krukut, Desa Grogol. 4. Dan ditambah 5 (lima) Desa dari Kecamatan Bojong Gede, yaitu : Desa Cipayung, Desa Cipayung Jaya, Desa Ratu Jaya, Desa Pondok Terong, Desa Pondok Jaya. Kota Depok selain merupakan Pusat Pemerintahan yang berbatasan langsung dengan Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta juga merupakan wilayah penyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk kota pemukiman , 4 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Kota Pendidikan, Pusat pelayanan perdagangan dan jasa, Kota pariwisata dan sebagai kota resapan air. b. Lambang dan Identitas PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK Nomor : 01 Tahun 1999 Tentang Hari Jadi dan Lambang Kota Depok BENTUK, ARTI, LAMBANG KOTA DEPOK 1. Lambang Kota Depok berbentuk Perisai bersisi 5 (lima) dengan warna dasar biru yang didalamnya terdapat gambar, warna dan bentuk serta di bagian atas terdapat tulisan ― KOTA DEPOK‖ dan dibagian bawah terdapat tulisan ― PARICARA DHARMA‖ dengan warna putih. 2. Lambang Kota terdiri dari 3 (tiga) bagian, dengan perincian sebagai berikut : a. Bagian Depan terdiri dari : 5 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 1. Gambar Kujang dengan posisi tegak; 2. Kujang merupakan senjata/alat kerja masyarakat Jawa Barat, Kujang dianggap sebagai manifestasi satria-satria Pajajaran, yang identik dengan nilai-nilai kejuangan pahlawan Depok, yang memiliki sifat tak gentar dalam menegakkan kebenaran dan rela berkorban; 3. Pada gambar Kujang terdapat 2 (dua) buah Lubang, dengan lengkungan luar sebanyak 7 (tujuh) buah dan tangkai (gagang) mempunyai lekukan 4 (empat) buah, yang dikelilingi rangkain padi dan bunga kapas yang terdiri dari 9 (sembilan) butir padi dan 9 (sembilan) kuntum bungan kapas yang mempunyai arti Kota Depok dilahirkan pada tanggal ― 27 April 1999‖. Padi dan Kapas melambangkan cita-cita pemerintahan dan masyarakat Kota Depok guna mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran; 4. Di bawah gambar Kujang terdapat gambar sebuah mata pena dan gambar sebuah buku terbuka, yang melambangkan Depok sebagai Kota Pendidikan. b. Bagian Tengah terdiri dari : 1. Gambar Pendopo merupakan simbol Pusat Pemerintahan Kota Depok dalam melaksanakan tugas Pemerintahan, Pembangunan dan Kemasyarakatan. 2. Gambar Bangunan Gedung melambangkan Kota Depok sebagai Kota Pemukiman serta sebagai pusat perdagangan dan jasa; 6 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3. Gambar tumpukan batu bata membentuk rangkaian kesatuan yang menggambarkan dinamika masyarakat Kota Depok dalam melaksanakan Pembangunan di segala bidang; 4. Gambar gelombang air menggambarkan aliran sungai yang mengalir di wilayah Kota Depok melambangkan kesuburan serta menunjukkan Depok sebagai Kota Resapan Air; c. Bagian dasar terdiri dari : 1. Bentuk Perisai yang memiliki 5 (lima) sisi melambangkan tameng dan benteng, yang mampu mengayomi, memberikan rasa aman dan tenram baik lahir maupun batin bagi masyarakat Depok serta melambangkan ketahanan fisik dan mental masyarakat Depok dalam menghadapi segala macam gangguan, halangan dan tantangan yang datang dari manapun juga terhadap kehidupan Bangsa dan Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Dan ke 5 (lima) sisi tersebut melambangkan pula fungsi/pesan yang diemban oleh Pemerintah Kota Depok yaitu sebagai : a) Kota Pemukiman; dan Jasa; 2. b) Kota Pendidikan; d) Kota Wisata; c) Pusat Perdagangan e) Kota Resapan Air; Tulisan ― Kota Depok‖ menunjukkan sebutan bagi Kota dan Pemerintah Kota Depok; 3. Tulisan Paricara Dharma : berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata Paricara yang berarti Abdi, sedangkan Dharma adalah Kebaikan, Kebenaran dan Keadilan jadi Paricara Dharma mengandung makna bahwa 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Pemerintah Kota Depok sebagai Abdi Masyarakat dan Abdi Negara senantiasa mengutamakan kepada Kebaikan, Kebenaran dan Keadilan. Warna dalam lambang Kota mempunyai arti sebagai berikut : a. Kuning emas melambangkan kemuliaan; b. Merah bata melambangkan keberanian; c. Putih melambangkan kesucian; d. Hijau melambangkan harapan masa depan serta menunjukkan Daerah yang subur; e. Hitam melambangkan keteguhan; f. Warna Biru melambangkan keluasan wawasan dan kerjernihan pikiran. Logo Kota Depok (ukuran besar) 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/ c. Belimbing sebagai ikon Kota Depok d. VISI MISI KOTA DEPOK 2011-2016 Visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kota Depok Tahun 2011–2016 selaras dengan arahan Rencana pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Depok Tahun 2006–2025 untuk pembangunan daerah tahap kedua. Perumusan visi dan misi ini dilakukan untuk menjawab permasalahan umum daerah yang berlaku saat ini, dan prediksi kondisi umum daerah yang diperkirakan akan berlaku. - Visi Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada di Kota Depok serta mempertimbangkan budaya yang hidup dalam masyarakat, maka visi Pemerintah Kota Depok tahun 2011–2016 yang hendak dicapai dalam tahapan kedua Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Depok aTerwujudnya Kota Depok yang Maju dan Sejahtera 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Maju didefinisikan sebagai : Kota yang maju dalam pelayanan publik, serta warganya berbudaya dan berakhlak mulia. Sejahtera didefinisikan sebagai : Kota yang aman dan nyaman, serta warganya hidup makmur dan bahagia. - Misi Sebagai penjabaran visi Pemerintah Kota Depok diatas disusunlah misi pembangunan Kota Depok 2011 – 2016 dalam rangka mewujudkan visi Terwujudnya Kota Depok yang Maju dan Sejahtera, dengan rincian sebagai berikut : 1. Mewujudkan pelayanan publik yang profesional, berbasis teknologi informasi; 2. Mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat berbasis potensi lokal; 3. Mewujudkan Infrastruktur dan lingkungan yang nyaman; 4. Mewujudkan SDM unggul, kreatif dan religius. e. Tujuan dan Sasaran Tujuan merupakan sesuatu yang diinginkan. Tujuan juga bisa digunakan sebagai evaluasi dan pengendalian terhadap misi yang telah disusun. Sementara sasaran merupakan tolok ukur keberhasilan misi yang dijalankan dalam mencapai Tujuan. Berikut ini beberapa tujuan dan sasaran setiap misi Pembangunan Kota Depok Tahun 2011–2016 : 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Misi I (Pertama) : Mewujudkan pelayanan publik yang profesional, berbasis teknologi informasi.Tujuan misi pertama adalah :Meningkatkan kualitas pelayanan publik, Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik.Sasaran: Tujuan : A. Meningkatkan kualitas pelayanan publik. Sasaran dari tujuan ini adalah : Meningkatnya pelayanan yang efisien, efektif dan transparan. Tujuan : B. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik. Sasaran dari tujuan ini adalah : 1. Meningkatnya kualitas manajemen pemerintahan; 2. Meningkatnya tertib administrasi kependudukan; 3. Meningkatnya ketertiban dan ketentraman masyarakat; 4. Meningkatnya pelayanan penanggulangan bencana. Misi II (Kedua) :Mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat berbasis potensi lokal. Tujuan misi kedua adalah : 1. Mengembangkan potensi ekonomi lokal dan investasi daerah; 2. Mengoptimalkan pendapatan dan pembiayaan pembangunan daerah. Sasaran Tujuan : A. Mengembangkan potensi ekonomi lokal dan investasi daerah. Sasaran dari tujuan ini adalah : 1. Meningkatnya kemandirian dan daya saing Koperasi dan UKM; 2. Meningkatnya nilai tambah pertanian perkotaan; 3. Meningkatnya daya saing dan potensi industri lokal/kreatif; 11 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 4. Meningkatnya efisiensi dan perluasan perdagangan dan jasa; 5. Berkembangnya pariwisata daerah; 6. Meningkatnya investasi dan kegiatan ekonomi masyarakat; 7. Meningkatnya kompetensi dan perlindungan tenaga kerja. Tujuan : B. Mengoptimalkan pendapatan dan pembiayaan pembangunan daerah. Sasaran dari tujuan ini adalah : 1. Meningkatnya penerimaan daerah secara optimal; 2. Meningkatnya kapasitas pembiayaan pembangunan daerah. Misi III (Ketiga) : Mewujudkan Infrastruktur dan lingkungan yang nyaman Tujuan misi ketiga adalah : 1. Meningkatkan kapasitas dan kualitas infrastruktur dasar; 2. Menciptakan kondisi kota yang ramah lingkungan. Sasaran Tujuan : A. Meningkatkan kapasitas dan kualitas infrastruktur dasar. Sasaran dari tujuan ini adalah : 1. Meningkatnya kualitas permukiman; 2. Tertanganinya kemacetan kota; 3. Tertanggulanginya banjir; 4. Meningkatnya sanitasi lingkungan. Tujuan : B. Menciptakan kondisi kota yang ramah lingkungan. Sasaran dari Tujuan ini adalah : 12 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Meningkatnya kualitas pemanfaatan ruang dan lingkungan hidup. Misi IV (Keempat) : Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang unggul, kreatif dan religius Tujuan misi keempat adalah : 1. Menciptakan iklim kondusif bagi berkembangnya kreativitas dan prestasi masyarakat; 2. Meningkatkan kualitas kehidupan keluarga, berbangsa dan beragama; 3. Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan sosial masyarakat. Sasaran Tujuan : A. Menciptakan iklim kondusif bagi berkembangnya kreatifitas dan prestasi masyarakat. Sasaran dari Tujuan ini adalah : 1. Meningkatnya akses dan kualitas pendidikan; 2. Berkembangnya potensi pemuda, olah raga dan seni budaya. Tujuan : B. Meningkatkan kualitas kehidupan keluarga, berbangsa dan beragama. Sasaran dari Tujuan ini adalah : 1. Meningkatnya peran agama dan masyarakat dalam pembangunan; 2. Meningkatnya keberdayaan perempuan, anak dan keluarga. Tujuan : C. Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan sosial masyarakat. Sasaran dari Tujuan ini adalah : 13 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 1. Meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat; 2. Meningkatnya ketahanan pangan dan kesejahteraan sosial masyarakat. f. VISI MISI KOTA DEPOK 2006-2011 Perumusan visi dan misi ini dilakukan berdasarkan hasil analisis dari kondisi umum daerah yang berlaku saat ini, dan prediksi kondisi umum daerah yang diperkirakan akan berlaku di masa mendatang. Visi dan misi jangka menengah lima tahunan, yang akan ditetapkan pemangku jabatan WaliKota selama periode jabatannya tahun 2006-2011, mencerminkan prioritas pembangunan Kota Depok untuk lima tahun ke depan. g. VISI RPJMD KOTA DEPOK Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk lima tahun ke depan, yaitu: ‖Menuju Kota Depok yang melayani dan mensejahterakan‖. Visi Walikota yang tertuang dalam RPJMD Kota Depok lima tahun ke depan, terkandung pengertian yaitu Melayani berarti meningkatkan kualitas pelayanan aparatur dan penyediaan sarana dan prasarana bagi warga Depok dengan meningkatkan kemampuan lembaga dan aparatur pemerintahan dalam memberikan dan menyediakan barang-barang publik dengan cara-cara yang paling efisien dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan daerah. Mensejahterakan berarti meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengembangkan potensi ekonomi yang dapat memberikan lapangan pekerjaan dan kehidupan bagi masyarakat banyak dan juga keuangan daerah. 14 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Depok 2006-2011, mencerminkan bahwa titik berat pembangunan lima tahun ke depan Kota Depok adalah penataan pemerintahan yang berorientasi pada kualitas pelayanan dan penyediaan barang-barang publik dan juga penyediaan sarana prasarana ekonomi untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat, sebagai landasan untuk tahapan pembangunan RPJMD berikutnya. Visi jangka menengah lima tahunan Kota Depok, dilandasi oleh analisis kondisi umum daerah saat ini dan prediksi kondisi umum ke depan Kota Depok yaitu: a. Adanya tekanan yang sangat berat terhadap kondisi geomorfologi dan lingkungan hidup Kota Depok saat ini, akibat pertumbuhan penduduk, yang mana pada tahun 2011 kepadatan penduduk Kota Depok akan mencapai 7.887 orang per kilometer persegi, sedangkan pada tahun 2005 tingkat kepadatan penduduknya baru 6.696 orang per kilometer persegi. Hal ini berarti terjadi peningkatan jumlah penduduk Kota Depok dari tahun 2005 sebanyak 1.374.000 orang menjadi 1.667.000 orang pada tahun 2011. Hal ini juga akan berakibat terjadinya persaingan untuk mendapatkan sumberdaya lahan, sumberdaya air dan sumberdaya lainnya. Diprediksikan di masa depan tekanan terhadap lingkungan hidup akan semakin berat, sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Kota Depok. Tekanan terhadap geomorfologi dan lingkungan hidup dirasakan warga Depok sebagai problem serius berupa: kemacetan 15 http://digilib.mercubuana.ac.id/ lalulintas, kerusakan lingkungan seperti situ, masalah kebersihan lingkungan dan sampah. b. Adanya berbagai permasalahan demografi Kota Depok saat ini, terutama permasalahan kepadatan penduduk, jumlah angkatan kerja dan juga tingkat pendidikan tenaga kerja yang tersedia masih didominasi tingkat pendidikan rendah, hampir 38,30% tenaga kerja yang tersedia masih berpendidikan SD ke bawah sedangkan yang berpendidikan diploma keatas hanya mencapai 11,10%, sehingga masalah kualitas dan kompetensi tenaga kerja yang tersedia juga merupakan satu permasalahan daerah yang perlu mendapat perhatian khusus dan lebih fokus dalam mencari solusinya, selain itu jumlah pencari kerja yang meningkat terus dari tahun ke tahun juga merupakan persoalan yang harus segera ditanggulangi. Sehingga prediksi kondisi demografi di masa mendatang mengindikasikan adanya peningkatan intensitas terhadap permasalahanpermasalahan demografis tersebut. Dalam hal ini warga Depok merasakan adanya gejala masalah serius: peningkatan pengangguran, biaya pendidikan dan biaya sosial lainnya yang tinggi, juga masalah ketaatan masyarakat dalam menggunakan sarana prasarana umum seperti ketertiban penggunaan jalan/trotoar. c. Adanya kondisi ekonomi dan sumberdaya alam Kota Depok saat ini, yang sudah mengerucut pada struktur ekonomi tertentu, yaitu struktur ekonomi moderen yang bertumpu pada sektor tersier dan didukung sektor sekunder, untuk pengembangan sektor tersier ini juga merupakan masalah yang sudah harus ditangani dari saat ini, yaitu mengembangkan aktivitas usaha 16 http://digilib.mercubuana.ac.id/ perdagangan dan jasa yang mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi karena selama ini dominasi pertumbuhan ekonomi di sektor tersier ini adalah perdagangan bidang retail dalam sekala usaha kecil yang mempunyai nilai tambah yang juga kecil secara ekonomi. d. Adanya sumbangan PDRB yang dominan dari Sektor Sekunder, namun persentase jumlah penduduk Kota Depok yang terlibat di sektor ini makin menurun dari tahun ke tahun. Hal ini antara lain disebabkan adanya perbaikan efisiensi yang terus menerus pada lapangan usaha industri pengolahan (manufaktur) dan lapangan usaha Listrik, Gas & Air minum. Di masa depan, efisiensi industri pengolahan akan meningkat terus akibat dari adanya kemajuan teknologi mesin-mesin, sehingga pengurangan tenaga kerja manusia tidak dapat dihindari. Walaupun sektor sekunder memberikan nilai tambah yang besar kepada PDRB Kota Depok, namun hanya sedikit jumlah penduduk yang bekerja di sektor ini. Dalam hal ini warga Depok merasakan kekurangan lapangan kerja dan kebutuhan akan pelatihan kerja yang tepat yang sangat dibutuhkan untuk menanggulangi masalah di bidang ketenaga kerjaan. e. Adanya peningkatan signifikan pada persentase jumlah penduduk yang bekerja di Sektor Tersier, walaupun kontribusi sektor ini terhadap PDRB makin mengecil. Kontribusi PDRB yang kecil dengan jumlah pekerja yang banyak, mengindikasikan bahwa nilai tambah yang dihasilkan masing-masing pekerja sangat kecil. Perlu ada upaya peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia di sektor ini agar nilai tambah yang dihasilkan masing-masing pekerja menjadi besar. Sehingga total kontribusi 17 http://digilib.mercubuana.ac.id/ nilai tambahnya terhadap PDRB menjadi besar. Di masa depan diprediksikan bahwa tumpuan utama ekonomi Kota Depok akan lebih condong ke sektor tersier. Dalam hal ini warga Depok merasakan kebutuhan pelatihan kerja, kebutuhan pemberantasan buta huruf, kebutuhan tempat perdagangan (pasar) yang layak, kebutuhan pengaturan izin mini market. f. Adanya kondisi sosial budaya Kota Depok yang saat ini sudah mengarah pada budaya metropolis yang multi etnis dan dari berbagai tingkat intelektualitas, namun masih dalam ikatan satu homogenitas agama tanpa mengucilkan agama minoritas. Di masa depan, kondisi sosial budaya yang ada akan terus berkembang dan ikatan homogenitas agama akan masih ada dengan kadar yang berbeda. Di lain pihak warga Depok merasakan terjadinya peningkatan penggunaan narkoba, perjudian, pelacuran yang merupakan penyakit masyarakat yang tidak dapat dilepaskan dari persoalan secara menyeluruh yang terjadi di Kota Depok dan masalah sosial lainnya yaitu menfasilitasi warga lanjut usia terlantar. g. Adanya kondisi sarana dan prasarana Kota Depok yang saat ini cukup baik dalam segi kualitas, walaupun masih kurang dalam segi rasio kuantitas per penduduk, terutama rasio rumah sakit umum per penduduk. Di masa depan diprediksikan rasio jumlah sarana dan prasarana per penduduk di Kota Depok akan semakin kecil akibat tidak sebandingnya pertumbuhan jumlah penduduk dengan pertumbuhan jumlah sarana dan prasarana umum yang merupakan kebutuhan dasar dari masyarakat. Dalam hal ini warga Depok merasakan kerusakan jalan, kekurangan kualitas dan jumlah pasar, kekurangan kualitas 18 http://digilib.mercubuana.ac.id/ dan jumlah sarana kesehatan dan pendidikan, kekurangan kualitas pelayanan air bersih, kekurangan kualitas terminal dan stasiun kereta api, serta kekurangan sarana olah raga dan seni budaya. Hal ini harus menjadi prioritas utama program kerja pemerintah Kota Depok sesuai dengan Visi dan Misi kepala daerah terpilih periode tahun 2006 sampai dengan 2011. h. Adanya kondisi Pemerintahan Kota Depok yang saat ini semakin dituntut untuk meningkatkan kinerja dalam segi kualitas pelayanan, kehandalan pelayanan, cepat tanggap dalam pelayanan, keyakinan pelayanan, bagi rasa dan perhatian dalam pelayanan. Diprediksikan di masa depan tuntutan terhadap kinerja pemerintahan akan semakin tinggi. Dalam hal ini warga Depok merasakan kebutuhan akan ketertiban, transparansi, dan akuntabilitas dalam pemungutan-pemungutan biaya administrasi oleh pemerintah kepada masyarakat yang membutuhkan jasa pelayanan seperti kependudukan (KTP, Kartu Keluarga) dan biaya perizinan (IMB, dan lain-lain), serta kebutuhan akan sosialisasi PERDA yang terkait dengan kepentingan masyarakat. h. MISI RPJMD KOTA DEPOK Untuk mewujudkan Visi RPJMD Kota Depok lima tahun ke depan, maka telah dirumuskan Misi RPJMD tahun 2006-2011 yaitu: a. Mewujudkan pelayanan yang ramah, cepat dan transparan b. membangun dan mengelola sarana dan prasarana infrastruktur yang cukup, baik dan merata. 19 http://digilib.mercubuana.ac.id/ c. Mengembangkan perekonomian masyarakat, dunia usaha dan keuangan daerah. d. Meningkatkan kualitas keluarga, pendidikan, kesehatan dan kesejahtera an masyarakat berlandaskan nilai-nilai agama. Penjabaran 4 (empat) misi RPJMD Kota Depok Tahun 2006-2011 dimaksudkan untuk memayungi arah kebijakan dan strategi pencapaian program pembangunan lima tahunan yaitu: Misi Pertama,mewujudkan pelayanan yang ramah, cepat dan transparan. Pada misi ini dititikberatkan pada peningkatan kualitas pelayanan publik yang diharapkan dapat meningkatkan indeks kepuasan masyarakat pengguna layanan, dengan kebijakan strategis pencapaiannya diantaranya peningkatan integrasi pelayanan melalui pembentukan pelayanan terpadu terhadap beberapa jenis pelayanan pemerintah. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan minat investor dengan pelayanan yang ramah, cepat dan transparan. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan diperlukan pula adanya penyesuaian waktu dan jangkauan pelayanan terhadap beberapa jenis pelayanan tertentu yang memudahkan akses masyarakat memperoleh pelayanan seperti halnya pelayanan kesehatan yang diberikan pada hari Sabtu. Selain itu kebijakan strategis yang diperlukan adalah pengembangan sistem informasi pelayanan (egovernment), pengembangan konsep penilaian kinerja pelayanan serta penerapan penilaian kinerja pelayanan tersebut. 20 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Kebijakan pemekaran kecamatan dari 6 kecamatan menjadi 10 kecamatan serta penataan kewenangan Walikota seperti pendelegasian kewenangan kepada kecamatan dan kelurahan diharapkan dapat mendekatkan pelayanan kepada masyarakat yang direncanakan dapat diwujudkan pada tahun 2007. Dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pelayanan tersebut, maka diperlukan pula kebijakan pengembangan kapasitas pemerintahan daerah melalui penataan kelembagaan, keuangan dan sumber daya manusia, baik melalui pelatihan etika pelayanan maupun kegiatan lainnya. Selain itu diperlukan pula peningkatan peran dan fungsi legislatif, peningkatan kualitas pengawasan, peningkatan kualitas produk hukum daerah serta peningkatan kerjasama antar lembaga. Pada misi ini juga perlu dikembangkan peningkatan kualitas perencanaan daerah dan partisipasi publik melalui peningkatan kualitas perencanaan dan pengendalian pembangunan yang aspiratif dan partisipatif. Misi kedua,membangun dan mengelola sarana & prasarana infrastruktur yang cukup, baik dan merata. Misi ini dimaksudkan untuk meningkatkan pendistribusian pelayanan sarana dan prasarana yang merata di seluruh wilayah Kota Depok. Hal ini dilakukan melalui peningkatan pelayanan transportasi dengan kegiatan pembangunan, serta peningkatan, rehabilitasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana transportasi seperti pembukaan ruas jalan baru maupun dengan pembangunan ruas jalan tol serta pengembangan manajemen transportasi. Misi ini juga menekankan pada kebijakan peningkatan pengelolaan kebersihan dan lingkungan hidup seperti peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan hidup, 21 http://digilib.mercubuana.ac.id/ pengendalian banjir serta meningkatkan manajemen pengelolaan persampahan di TPA maupun TPS. Sebelum ini paradigma pengelolaan sampah hanya sebatas kumpul-angkut-buang dengan tetap meninggalkan masalah. Meskipun ada program ― sanitary landfill‖ di TPA tetapi dalam kenyataannya berakhir dengan ― open dumping‖ yang meninggalkan masalah. Oleh karena itu, paradigma pengelolaan sampah perlu dirubah secara bertahap kearah ― Reduce-ReuseRecycle-Participation‖ sehingga tidak semua sampah akan menjadi masalah, sebaliknya akan berkontribusi membuka lapangan kerja. Paradigma ini dapat dilakukan dengan membangun Sistem Pengolahan dan Pengelolaan Sampah Terpadu (SIPESAT) berupa unit-unit pengelolaan sampah di berbagai kawasan perumahan, kawasan pemukiman penduduk, kawasan industri, pasar dan berbagai areal publik. Selain menciptakan tenaga kerja serta potensi pendapatan daerah. Pada misi kedua ini juga menekankan pada pengendalian tata ruang dan bangunan secara efektif dan efisien melalui revisi Perda RTRW 2006-2010, sehingga diharapkan dapat mengendalikan ruang terbuka hijau dan kawasan terbangun. Kebijakan lainnya pada misi ini yaitu meningkatkan kualitas lingkungan permukiman melalui penataan lingkungan permukiman terutama di wilayah squatter (pemukiman tak berijin) serta juga melalui peningkatan jangkauan layanan air bersih. Misi ketiga,mengembangkan perekonomian masyarakat, dunia usaha dan keuangan daerah. Melalui misi ketiga ini akan melahirkan berbagai kebijakan, diantaranya peningkatan perekonomian masyarakat melalui peningkatan jaringan kemitraan 22 http://digilib.mercubuana.ac.id/ koperasi, UKM dan dunia usaha; meningkatkan investasi daerah berbasis tenaga kerja dengan menciptakan kebijakan yang memberi kemudahan bagi investor yang disertai dengan peningkatan kualitas tenaga kerja terlatih. Kebijakan lainnya adalah meningkatkan agribisnis perkotaan dan pelayanan pertanian; mengembangkan pusat pertumbuhan perekonomian baru dengan menyiapkan kawasan niaga industri yang ramah lingkungan; meningkatkan kapasitas keuangan daerah melalui upaya peningkatan pendapatan daerah dan manajemen pengelolaan keuangan daerah, serta peningkatan akuntabilitas pengadaan barang dan jasa melalui sertifikasi pejabat pembuat komitmen dan panitia pengadaan barang dan jasa. Di bidang pariwisata akan dilakukan kebijakan pengembangan potensi pariwisata, seni dan budaya melalui peningkatan pelestarian seni dan budaya; dan pengembangan obyek wisata. Misi Keempat. meningkatkan kualitas keluarga, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai agama. Pada misi ini beberapa kebijakan yang disusun diantaranya meningkatkan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan dan peningkatan kualitas pendidikan, serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam pendidikan, baik melalui peningkatan peran serta dunia usaha dalam penyelenggaraan pendidikan maupun melalui gerakan masyarakat peduli pendidikan. Misi keempat ini juga menggulirkan kebijakan peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya pelayanan kesehatan yang lebih baik melalui penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama bagi masyarakat ekonomi lemah berupa Asuransi Kesehatan Keluarga Miskin 23 http://digilib.mercubuana.ac.id/ (Askeskin) melalui penyediaan dana pendampingan dari APBD dengan kerjasama antara Pemerintah Kota dan 12 Rumah Sakit Swasta di Depok serta 4 Rumah Sakit di luar Depok. Peningkatan pelayanan kesehatan juga dilakukan dengan peningkatan pelayanan puskesmas menjadi puskesmas DTP (rawat inap). Peningkatan derajat kesehatan masyarakat ini juga dilakukan melalui penyelenggaraan dan peningkatan kesehatan keluarga, peningkatan kewaspadaan pangan dan gizi, penanganan penyakit menular serta penyakit tidak menular serta penyelenggaraan promosi kesehatan dengan motto PHBS (perilaku hidup bersih sehat) lebih baik mencegah dari pada mengobati. Kebijakan terhadap pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui peningkatan penanganan masalah-masalah sosial, penyelenggaraan jaminan sosial seperti pemberian santunan kematian yang diintegrasikan melalui asuransi kematian yang pelaksanaannya dilakukan melalui sistem informasi administrasi kependudukan (SIAK) Kota Depok, pelaksanaan nikah gratis sebagai upaya untuk melegalkan status perkawinan, terutama bagi masyarakat miskin. Selain itu dikembangkan juga kebijakan peningkatan pelayanan hak-hak dasar masyarakat melalui peningkatan kualitas kehidupan beragama, peningkatan kualitas kehidupan politik, peningkatan kualitas penyelenggaraan manajemen kependudukan, pembinaan organisasi kemasyarakatan serta penganggulangan bencana. Pada misi ini juga akan dilakukan kebijakan peningkatan potensi dan prestasi olah raga, serta meningkatkan pemahaman dan pengamalan prinsip serta nilai agama yang benar dalam kehidupan sehari-hari sehingga terbentuk akhlak, 24 http://digilib.mercubuana.ac.id/ moral, mental yang mulia, spirit dan daya juang yang tinggi serta jiwa inovatif dan kewirausahaan yang profesional. Dengan nilai-nilai tersebut warga Depok diharapkan dapat membangun basis komunitas yang mandiri dalam menopang kokohnya kehidupan berbangsa dan bernegara. 25 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Gambar Struktur Organisasi Pemerintah Kota Depok 4.1.2 OPD Dinas /Badan di Pemerintah Kota Depok, terdiri dari: Dinas Pendidikan, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil/ Disdukcapil, Dinas Kesehatan, Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata Seni dan Budaya, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air, Dinas Tenaga Kerja dan Sosial, Dinas Tata Ruang dan Permukiman, Dinas Pemadam Kebakaran, Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar, Dinas \Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian dan Perikanan, Dinas Perhubungan, Dinas Komunikasi dan Informatika, Sekretariat Daerah, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Kepegawaian Daerah, Badan Penanaman Modal Pelayanan dan Perijinan Terpadu, Inspektorat Daerah, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga, Badan Lingkungan Hidup, Kantor Arsip dan Perpustakaan, Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik, Rumah Sakit Umum Daerah, Sekretariat DPRD, Satuan Polisi Pamong Praja, Sekretariat Tim Penggerak PKK. 4.1.3 Jumlah Pegawai Pemerintah Kota Depok Jumlah Pegawai di Pemerintah Kota Depok adalah 7689.Jika dilihat berdasarkan eselon, jumlah pegawai terdiri dari: 28 Eselon II, 138 Eselon III, 625 Eselon IV, 27 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2396 Pelaksana, dan 4501 Fungsional, belum terdata 1. Berdasarkan jenis kelamin: terdiri dari 3269 laki – laki dan 4420 perempuan. Jumlah Pegawai berdasarkan tingkat pendidikan: terdiri dari 37 SD, 64 SMP, 1494 SMA, 73 DI, 967 D2, 762 D3, 30 D4, 3862S1, 394 S2, 1 S3, belum terdata 1. Jumlah pegawai berdasarkan agama, terdiri dari: 7182 Islam, 370 Kristen, 127 Katolik, 10 Hindu, 0 Budha, 0 Konghucu. Sedangkan Jumlah Pegawai berdasarkan golongan, terdiri dari: 6 orang I/a, 2 orang I/b, 29 orang I/c, 17 orang I/d, 172 orang II/a, 283 orang II/b, 723 orang II/c, 557 orang II/d, 855 orang III/a, 917 orang III/b, 709 orang III/c, 921 orang III/d, 2228 orang IV/a, 232 orang IV/b, 33 orang IV/c, 5 orang IV/c, 5 orang IV/d, IV/e 0 . 28 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 4.1.4 ProfileDr.Ir.H.Nur Mahmudi Ismail M.Sc Walikota Depok ke-2 Masa jabatan 26 Januari 2006 – 26 Januari 2016 Susilo Bambang Yudhoyono Presiden Gubernur Joko Widodo Danny Setiawan 29 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Ahmad Heryawan Yuyun WS. (2006–11) Wakil Idris A. Shomad (2011–16) Didahului oleh Badrul Kamal Arifin H. Kertasaputra (Pj.) Digantikan oleh Idris A. Shomad Menteri Kehutanan dan Perkebunan Indonesia ke-6 Masa jabatan 23 Oktober 1999 – 15 Maret 2001 Presiden Abdurrahman Wahid Didahului oleh Muslimin Nasution Digantikan oleh Marzuki Usman PresidenPartai Keadilan ke-1 Masa jabatan 9 Agustus 1998 – 16 April 2000 Digantikan oleh Hidayat Nur Wahid Informasi pribadi 11 November1961 (umur 54) Lahir Kediri, Jawa Timur 30 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Kebangsaan Partai politik Alma mater Indonesia Partai Keadilan Sejahtera Institut Pertanian Bogor Dr.Ir.H.Nur Mahmudi Ismail, Msc. (lahir di Kediri, Jawa Timur, 11 November1961; umur 54 tahun) adalah seorang ilmuwanpangan dan politikusIndonesia dari Partai Keadilan (kini Partai Keadilan Sejahtera). Ia menjabat sebagai wali kotaDepok periode 2006-2011 sejak 26 Januari2006, berpasangan dengan Yuyun Wirasaputra. Pada Pilkada Depok 2010 maju mencalonkan kembali sebagai Calon Walikota Depok dengan no urut 3 bersama Sekretaris MUI Depok yaitu KH. Dr. Idris Abdul Shomad MA. Di bawah pemerintahannya, Depok menjadi satu dari 10 kota di Indonesia yang mendapatkan Penghargaan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.[1] Penghargaan ini diberikan kepada pemerintah daerah yang mampu meningkatkan pendapatan daerah. Setiap tahun, Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) "disetor" ke Kementerian Dalam Negeri sebagai indikator tingkat keberhasilan suatu pemerintahan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah. Pendidikan Program S3 Doctor of Philosophy Science Food and Science Technology Texas A & M University (Ph.D.) 31 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Program S2 Master Science Food and Science Technology Texas A & M University (M.Sc.) Program S1 Teknologi PertanianInstitut Pertanian Bogor - Jawa Barat Keanggotaan Organisasi Profesi 1995 – Sekarang : Persatuan Insinyur Indonesia 1994 – Sekarang : Texas A & M University Former Student Association 1991 – 1999 : Poultry Science Association, U.S.A. 1989 – 1999 : Institute of Food Technologists, U.S.A. 1985 – Sekarang : Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia 1984 – Sekarang : Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor Keanggotaan Organisasi Politik dan Kemasyarakatan 2001 – Sekarang : Pendiri dan Pembina pada PSDA WATCH 1996 – Sekarang : Pendiri dan Pembina pada Institute for Science and Technology Studies (ISTECS). 1998 – 2000 : Pendiri dan Presiden Partai Keadilan 1997 – 1999 : Anggota Komisi Fatwa, MAJELIS ULAMA INDONESIA, PUSAT – JAKARTA. Di bawah Nur Mahmudi Ismail, Pemerintah Kota Depok meraih beberapa prestasi diantaranya penghargaan: Satya Lencana Karya Bhakti Praja tahun 2010, 2011, 2012, dan 2014 32 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Rekor MURI ― Pelatihan Tenaga Penyuluh Tuberculosis Dengan Peserta Terbanyak‖ dan World Rekor ― The Most Trainee Participated For Tuberculosis Handling Workshop‖ dengan pelatihan tenaga penyuluh TBC terbanyak, yaitu 6.845 orang, (2013) Piagam tanda kehormatan Satya Lencana Karya Bhakti Praja Nugraha dari Presiden RI, yang diserahkan langsung oleh Gamawan Fauzi. (2013) Opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian), yang didasarkan pada hasil pemeriksaan LKPD Pemkot Depok Tahun Anggaran 2011, 2012, 2013, dan 2014. Penghargaan Anubhawa Sasana Kelurahan dari Kementerian Hukum dan HAM (2013) Penghargaan Nasional Adikarya Pangan Nusantara 2013dan 2014 Kota Sehat Nasional 2013 Walikota Teladan dalam gerakan Diversifikasi Pangan Tahun 2013 yang diberikan langsung oleh Presiden SBY dalam acara puncak Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) XXXIII, di Kota Padang, Sumatera Barat Upakarti 2014 Sanipura Award 2014 dari Menko Kesra Enam sekolah di Depok meraih penghargaan Adiwiyata Nasional 2014 Manggala Karya Kencana 2014 Anugerah Parahita Ekapraya 2014 33 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Depok mendapatkan penghargaan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terbaik dalam Akuntabilitas Kinerja tahun 2014. Kota Metropolitan Terbersih 2015. Kota Layak Anak 2015 oleh presiden RI Kota Cerdas ke-4 se-Indonesia oleh Harian Kompas (2015) 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Identitas Informan Konsep berikutnya yang dapat diteliti adalah beberapa orang ASN (Aparatur Sipil Negara) atau PNS yang memiliki jabatan dan posisi strategis tertentu sehingga memungkinkan untuk terjadinya komunikasi antara Walikota Depok dengan Aparatur Pemerintah Kota Depok. Beberapa diantaranya merupakan kepala OPD yang memimpin suatu Dinas atau Badan, dan ASN (Aparatur Sipil Negara) yang dalam kesehariannya dalam menjalankan tugas selalu berhubungan dengan Walikota dan juga ASN (Aparatur Sipil Negara) yang menjalankan tugas dibidangnya masing- masing. Dengan melihat jabatan seseorang dan keseharian tugas nya, maka akan dapat memetakan dan memahami bagaimana proses komunikasi yang pada akhirnya, akan melihat Pola Komunikasi. Hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa identitas dari para informan adalah: 34 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 1. Walikota Depok H. Nur Mahmudi Isma`il, yang merupakan Key Informan, atau informan kunci pada penelitian ini. Beliau merupakan Walikota Depok Periode 2011-2016 sejak terpilih kembali pada periode kedua. Bapak 3 orang anak yang berusia 55 tahun ini juga merupakan ilmuan pangan yang menamatkan S3 nya Program S3 Doctor of Philosophy Science Food and Science Technology pada Texas A & M University (Ph.D). 2. Wijayanto, merupakan Kepala OPD yang memimpin Badan Lingkungan Hidup Pemkot Depok. Orang yang memimpin Badan Lingkungan Hidup ini merupakan pribadi yang humble dan easy going. Bapak lima orang anak yang mempunyai hoby olahraga taekondo. Usianya 51 tahun, Beliau sangat concern dan melakukan kerja nyata demi menjaga kelestarian Lingkungan Hidup di Kota Depok. Beliau juga lebih suka menghabiskan waktu liburan bersama keluarga, salahsatunya dengan bernyanyi bersama anggota keluarga. 3. Diah Sadiah, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kota Depok. Ibu dua orang anak yang selalu menerapkan totalitas dalam menjalankan pekerjaannya. Tidak segan turun kelapangan memberikan bentuan ke tempat bencana dan mengunjungi serta menangani masalah sosial di Kota Depok. Selain work a holic Ibu Diah Sadiah sangat menyukai olahraga, dan menjaga kesehatan, kebugaran berat badan idealnya. 4. Rokhmi Handayani, staf pelaksana pada Bagian Humas dan Protokoler tepatnya di subbag humas ini, sudah 6 tahun menjadi PNS. 35 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Ibu sekaligus wanita karier ini telah memilki dua anak. Menjalankan tugas keseharian juga mendampingi Walikota dan Wakil Walikota sekaligus meliput, dan menghimpun kegiatannya, dalam bentuk tulisan atau berupa press releas. 5. Andri Setiawan, staf pelaksana pada bagian umum, merupakan sosok pegawai yang dikenal religius. Andri Setiawan, Pria 38 tahun, merupakan pegawai yang disiplin, menjalankan tugasnya pada bidangbidang pekerjaan bagian umum Setda Kota Depok. 4.2 Tabel Informan Nama Jabatan Pendidikan Usia H. Nur Mahmudi Walikota Depok S-3 55 Isma`il 2011-2016 Wijayanto Kepala BLH S-2 51 S-2 48 Staf Humas D-3 34 Staf Bagian S- 1 38 Kota Depok Diah Sadiah Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Depok Rokhmi Handayani Andri Setiawan Umum 36 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 4.2.2 Gambaran Komunikasi Walikota Depok H. Nur Mahmudi Isma`il Dengan Aparatur Pemerintah Kota Depok Walikota Depok Periode 2011-2016 H. Nur Mahmudi Isma`il, kerap kali melakukan komunikasi internal. Internal dalam hal ini, dalam organisasi itu sendiri yaitu kepada orang- orang / pegawai Negeri di Pemerintah Kota Depok. Beliau berkomunikasi kepada ASN (Aparatur Sipil Negara) di Pemerintah Kota Depok secara umum atau menyeluruh. Komunikasi internal adalah pertukaran gagasan diantara para administrator dan karyawan mereka dalam suatu perusahaan atau jawatan tersebut, lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi), dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertical di dalam suatu perusahaan jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (opreasi dan manajemen) (Brennan, dalam Effendy, 1984:155). Komunikasi Walikota Depok H. Nur Mahmudi Isma`il, dalam memimpin aparatur Pemerintah Kota Depok tergolong kedalam komunikasi internal. Dimana Beliau melakukan pertukaran gagasan diantara para administrator dan karyawan dalam hal ini adalah ASN (Aparatur Sipil Negara) di lingkungan Pemerintah Kota Depok, lengkap 37 http://digilib.mercubuana.ac.id/ dengan struktur organisasi pertukaran pesan atau gagasan dilakukan secara horizontal dan vertical didalam organisasi yang menyebabkan program Pemerintah dapat berjalan. Komunikasi Walikota Depok H. Nur Mahmudi Isma`il kepada ASN (Aparatur Sipil Negara) Pemerintah Kota secara menyeluruh dilakukan dalam berbagai kesempatan. Komunikasi dilakukan pada saat menjadi Pembina pada Apel pagi. Apel pagi yang dipimpin khusus oleh Walikota dilaksanakan setiap hari Selasa di Lapangan Upacara Balaikota Depok. Selaku Pembina Apel pagi Walikota bertindak sebagai komunikator yang menyampaikan berbagai pesan kepada seluruh ASN (Aparatur Sipil Negara) yang mengikuti apel pagi. Pesan yang Beliau sampaikan pada apel pagi berisikan evaluasi kepada Kepala OPD, serta himbauan kepada ASN (Aparatur Sipil Negara) Kota Depok secara keseluruhan diantaranya, untuk selalu melaksanakan One Day No Rice, One Day No Car dan menerapkan kedisiplinan kerja. Komunikasi juga dilakukan pada saat Walikota menjadi inspektur upacara, baik Upacara Hari Kesadaran Nasional, ataupun Upacara HariHari besar, kesempatan berkomunikasi ketika menyampaikan amanat. Komunikasi Walikota Depok H. Nur Mahmudi Isma`il melalui social media seperti menggunakan Twitter, Facebook, dan group WhatssApp berupa himbauan kepada seluruh ASN (Aparatur Sipil Negara), ajakan atau berisikan suatu kehijakan baru. 38 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Pola Komunikasi yang dilakukan oleh Walikota Depok terbangun melalui interaksi yang sehari- hari dilakukan Beliau di berbagai kesempatan, salah satunya melalui moment Rapat. Pada moment rapat ini, biasanya dikumpulkan seluruh ASN yang mendudukin suatu jabatan tertentu. Dalam rapat ini terjadilah proses komunikasi kelompok. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis, Komunikasi Kelompok terlihat pada saat Beliau memimpin Rapat OPD, yang rutin dilakukan setiap hari Selasa, di lantai 5 Gedung Setda Balaikota Depok. Dalam rapat ini, seluruh OPD, Camat dan Lurah se-Kota Depok wajib hadir untuk memberikan laporan kinerjanya, dan siap ditanya oleh Walikota terkait bidang dan tanggung jawab pekerjaannya masing-masing. Seperti definisi Komunikasi kelompok itu sendiri: (group communication) ialah komunikasi antara seseorang dengan sekelompok orang lain dalam situasi tatap muka. Kelompok ini bisa kecil, dapat juga besar, tetapi berapa jumlah orang yang termasuk kelompok kecil dan berapa jumlah yang termasuk kelompok besar tidak ditentukan perhitungan secara pasti. Seperti halnya dengan komunikasi antarpersona, yang dimaksudkan dengan kelompok disini ialah komunikasi secara tatap muka, seperti komunikasi yang terjadi dalam rapat, briefing, (pembicaraan singkat) brains storming (sumbang saran) upacara bendera dan sebagainya. Saat berkomunikasi Walikota Depok lebih sering menggunakan Komunikasi Formal. Salah satunya terlihat pada Rapat Koordinasi yang Beliau pimpin, yaitu rapat rutin yang dilaksanakan setiap hari Selasa, di 39 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Gedung Sekretariat Daerah lantai 5, Rapat dipimpin langsung oleh Walikota dan dihadiri oleh seluruh Kepala OPD, Lurah dan Camat se-Kota Depok. Dalam rapat ini, Walikota berkomunikasi secara langsung kepada seluruh hadirin, serta berkomunikasi kepada masing- masing individu yang terkait evaluasi program kinerjanya. Komunikasi pada rapat ini, berlangsung interaktif, karena biasanya Walikota menerima jawaban dari Lurah, Camat atau kepala OPD yang terkait pada evaluasi program dan kinerjanya masing- masing. Seluruh hadirin pada kesempatan ini juga melaporkan hasil kerja dan peningkatan program kerjanya masing- masing kepada Walikota. Komunikasi juga dilakukan secara khusus saat rapat-rapat tertentu yang terdiri dari TIM, atau suatu kegiatan, dimana Walikota menjadi Pembinanya, atau Walikota harus mengetahui semua rencana program tersebut dari mulai tahapan hingga pelakaanaan dan evaluasinya. Hal ini juga disimpulkan berdasarkan hasil wawancara dengan informan (Wijayanto,51): ― Komunikasi dengan Walikota dilakukan Pada semua kesempatan, Rapat khusus membahas Badan Lingkungan Hidup atau secara makro, pada Rapat Koordinasi (Rakor), komunikasi saat; secara khusus dipanggil untuk laporan, menyampaikan suatu kegiatan, arahan pimpinan. Itu salah satu formal communicaciton juga disampaikan dalam bantuk surat laporan. 40 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Komunikasi ke Pimpinan meminta padangan- pandangan, Tupoksi Kita dst‖. Seperti pendapat salah satu ahli, Fredrick Taylor mengemukakan bahwa Komunikasi formal adalah komunikasi yang mengikuti rantai komando yang dicapai oleh hirarki wewenang. Terdapat dua jenis komunikasi yang eksis bersamaan pada komunikasi Pemerintahan, yaitu : Komunikasi Formal dan Komunikasi Informal. Komunikasi formal adalah komunikasi yang terjadi di dalam struktur formal organisasi. Pemahaman ini menjadi inti pemahaman komunikasi organisasi dalam perspektif scientific management yang diperkenalkan oleh Fredrick Taylor dan Hendy Fayol. Komunikasi yang formal tidak berbeda dengan komunikasi yang hierarkal. Walikota Depok H. Nur Mahmudi Isma`il, selain melakukan komunikasi formal Beliau juga sering kali melakukan komunikasi informal dalam berbagai kesempatan. . Komunikasi informal adalah komunikasi yang terjadi diluar dan tidak tergantung pada herarki wewenang. Komunikasi informal ini timbul karena adanya berbagai maksud, yaitu - Pemuasan kebutuhan manusiawi, - Perlawanan terhadap pengaruh yang monoton dan membosankan, - Keinginan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, - Sumber informasi hubungan pekerjaan. 41 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 1. Komunikasi informal dilakukan pada saat makan siang bersama Seperti dikutip berdasarkan hasil wawancara : Wijayanto(51) ― Yang Informal Comuniccation, alhamdulilah Pak H. Nur Mahmudi Isma`il tipe yang casual, komunikasi informal dilakukan biasanya ketika sambil berjalan usai apel pagi atau upacara, ketika satu mobil, ketika makan bersama, sambil berolahraga, dan sering kali juga melalui Whats App.‖ Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, bahwa komunikasi informal yang dilakukan oleh Walikota Depok H. Nur Mahmudi Isma`il, adalah ketika setelah menghadiri suatu acara, misalnya saja seusai menerima penghargaan dari Gubernur Jawa Barat di Gedung Sate Bandung. Sebelum pulang ke Jakarta, rombongan pejabat terkait dan staf makan bersama satu meja. Ketika makan bersama ini, terjadi komunikasi, dari pembicaraan yang ringan, sampai yang masih ada kaitannya, dengan pekerjaan atau acara yang baru saja dihadiri, dari evaluasi pekerjaan, berbagai bidang, sampai gelak tawa dan canda mewarnai obrolan. Beberapa kali kesempatan Beliau berkomunikasi dengan ASN mulai dari pejabat sampai staf, memang lebih sering dilakukan pada kesempatan makan bersama. 2.Komunikasi Informal saat menikmati wisata kuliner bersama Pada lain kesempatan, peneliti juga mengamati, pembicaraan ringan, dilakukan Walikota ketika makan siang bersama sebelum mengikuti acara Penilaian di Gedung Bidakara Jakarta. Beliau meminta 42 http://digilib.mercubuana.ac.id/ untuk mampir dan makan siang bersama, disebuah Warung Sate terkenal di daerah Pancoran. Disinilah terjadi proses komunikasi. Obrolan- onrolan ringan seperti menanyakan keluarga, tempat kuliah dahulu, pendapat tentang suatu fenomena sosial, dan tambahan materi yang akan menjadi penilaian yang akan Beliau hadiri. Sedangkan berdasarkan hasil Pengamatan, juga. Komunikasi secara langsung dengan ASN yang levelnya staff juga terjadi meski hal ini sangat jarang. Yaitu ketika makan malam dan sekedar jajan pinngir jalan, untuk menikmati sejenis sego kucing di Solo. Usai melakukan kunjungan kerja pada siang harinya, rombongan menikmati jalan- jalan makan malam, di tenda sego kucing. Disinalah Walikota melakukan komunikasi dengan seluruh rombongan, tanpa melihat level jabatannya. Suasana cukup cair, meski tergambar dari raut wajah beberapa staf ada yang merasa sedikit cannggung, dan bangga. 3. Komunikasi informal pada pertemuan yang tidak disengaja Beliau juga kerap kali melakukan komunikasi informal dengan ASN pada beberapa kesempatan, terutama memang ASN yang beberapa kali sering ketemu meski tidak sengaja. Seperti halnya ketika, seorang ASN yang sedang menunggu reda hujan di lobi, kebetulan H. Nur Mahmudi Isma`il, juga mnuju ke mobilnya. Disini Beliau menggunakan kesempatan dan tidak langsung masuk ke mobil, namun berbincang- bincang dulu, soal apa saja. 43 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Bahkan pernah ada ASN yang di ajak naik mobil, seorang Ibu – Ibu yang memang kakinya sakit menggunakan bantuan tongkat, untuk kemudian diantar ke Gerbang depan oleh mobil Beliau. Komunikasi informal adalah komunikasi antara orang yang ada dalam suatu organisasi , akan tetapi tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam struktur organisasi . Fungsi komunikasi informal adalah untuk memelihara hubungan sosial persahabatan kelompok informal , penyebaran informasi yang bersifat pribadi dan privat seperti isu , gossip , atau rumor . Di dalam perkembangannya ternyata komunikasi organisasi tidak saja terjadi secara formal, namun juga informal, Sejalan dengan munculnya pemimpin- pemimpin infornal muncul pula struktur komunikasi informal. Struktur komunikasi informal terbentuk sebagai bagian nyata dari keberadaan menusia di dalam organisasi. Eksistensi komunikasi informal secara rinci disebabkan oleh: - Keberdaan manusia yang tidak bisa dibatasi oleh volume komunikasinya. - Motivasi manusia di dalam organisasi yang berbeda-beda. - Ada masalah organisasi yang lebih efektif diselesaikan melalui komunikasi informal. - Terjadinya kemacetan komunikasi di dalam organisasi - Terjadinya krisis kepemimpinan dalam organisasi. 44 http://digilib.mercubuana.ac.id/ a. Komunikasi Walikota Depok H. Nur Mahmudi Isma`il kepada Pejabat Eselon II Sebagai Walikota, atau pemegang Kekuasaan tertinggi di lingkup Pemerintah Kota, dalam menjalankan tugasnya, Walikota dibantu oleh para ASN (Aparatur Sipil Negara) yang merupakan bawahan Walikota. Bawahan dalam hal ini memang tidak semuanya memiliki akses langsung untuk berkomunikasi secara intens dengannya. Hanya orang-orang tertentu saja yang dapat melakukannnya, biasanya mereka yang memiliki jabatan. Pejabat eselon, akan lebih mudah berkomunikasi dengan Walikota karena mereka pasti akan menyampaikan hasil kerja mereka. Apalagi mereka juga akan mendapatkan arahan kerja ataupun evaluasi oleh Walikota. Proses arahan kerja dan evaluasi ini, dilakukan melalui proses komunikasi. Pejabat yang dimaksud mempunyai komunikasi paling dekat dalam hal ini adalah mereka yang menduduki posisi Eselon II. Eselon II yaitu: Para Kepala OPD (Kepala Dinas di Lingkup Pemerintah Kota Depok). Seluruh Kepala OPD hampir seluruhnya selalu melakukan komunikasi yang cukup intens dengan Walikota. Diantaranya: 1. Komunikasi Walikota Dengan Sekretaris Daerah Komunikasi Walikota dengan Sekretaris Daerah dapat dibilang paling intens, jika dibandingkan dengan Pejabat Eselon II lainnya, yang memimpin suatu OPD. Sekretaris Daerah juga merupakan Kepala OPD yang memimpin OPD Sekretariat Daerah, tetapi juga merupakan orang 45 http://digilib.mercubuana.ac.id/ ketiga di Pemerintah Kota Depok, setelah Walikota, dan Wakil Walikota. Sekretaris Daerah tentunya, paling sering berkomunikasi dengan Walikota, baik secara Kebijakan ataupun terkait perputaran rotasi dan mutasi Pejabat di Lingkup Pemerintah Kota Depok. Komunikasi Walikota dengan Sekretaris Daerah tentu dilakukan Walikota lebih sering di ruang kerja Walikota komunikasi tatap muka, dan juga melalui media telepon jika sudah diluar jam kantor. Komunikasi Walikota dan Sekretaris Daerah biasanya, bersifat tertutup atau internal, karena membahas hal- hal yang sangat penting dan biasanya bersifat urgen. Komunikasi kerap kali dilakukan di ruang kerja Walikota, lebih mudah dan cukup sering, mengingat Ruang Kerja, Walikota dan Wakil Walikota, serta Sekretaris Daerah letaknya bersebelahan, bahkan ruangan Walikota dan Wakil Walikota terdapat connecting door yang dapat dibuka jika suatu saat diperlukan. Bahasan ketika berkomunikasi dengan Sekretaris Daerah, sering merupakan terbatas yang hanya melibatkan orang yang betul – betul terkait dengan suatu urusan yang dibahas. Seperti contohnya, pembahasan anggaran, Rencana Pembangunan, Penempatan Jabatan, rotasi dan Promosi Jabatan, serta berbagai hal penting lainnya, terkait suatu kebijakan dan keputusan yang besar. 2. Komunikasi Walikota dengan Kepala Dinas Kesehatan 46 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Komunikasi dilakukan Walikota Depok membicarakan bagaimana program kesehatan di tengah masyarakat apakah berjalan dengan baik. Jaminan kesehatan masyarakat yang dicover Pemerintah Daerah berupa Jamkesda selalu di monitoring oleh Walikota agar jangan sampai menyulitkan masyarakat kurang mampu dalam prosesnya. Proses peralihan masyarakat berstatus Jamkesda yang akan dialihkan ke BPJS Kesehatan juga selalu diingtakan oleh Walikota agar berjalan dengan lancar. Beberapa kegiatan atau program yang menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan seperti sosialisasi pengetahuan kesehatan, pencegahan, dan penanganan penyakit. Penanggulangan DBD dan potensi penyakit menular. Walikota Depok H. Nur Mahmudi Isma`il, lebih sering berkomunikasi dengan Kepala Dinas Kesehatan dengan memanggil yang bersangkutan beserta Pejabat eselon dibawahnya, serta beberapa staff ke ruang kerjanya dan mendiskusikan berbagai hal seperti dijabarkan diatas. Komunikasi Dengan Kepala Dinas Kesehatan juga kerap kali dilakukan dengan menggunakan media tekelomunikasi telpon selular dan WhatsApp. 3. Komunikasi dengan Kepala Dinas Pendidikan Juuga sering dilakukan ketika Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok dipanggil ke ruang kerja Walikota untuk berdiskusi membahas seluruh program, kebijakan dan realiasi dilapangan terkait Pendidikan di Kota Depok. Seperti: Kondisi- kondisi sekolah se- Kota Depok, Perkembangan dan kelancaran program kejar Paket C, Penggunaan Dana Bos, Pembangunan sekolah- sekolah baru, Proses PPDB (Penerimaan siswa 47 http://digilib.mercubuana.ac.id/ baru mellaui system online), siswa berpretasi, MoU beasiswa full dengan beberapa Universitas Negeri, dan seterusnya. Walikota juga sering kali turun kelapangan untuk peninjauan pelaksanaan Ujian Nasional didampingi Kepala Dinas Pendidikan beserta beberapa jajaran. Pada saat peninjauan proses komunikasi dengan Kepala Dinas Pendidikan juga dilakukan secara efektif. Karena tidak hanya berkomunikasi, saat peninjauan evaluasi kerja langsung dapat Beliau sampaikan setelah melihat kondisi di lapangan. 4. Komunikasi Dengan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Depok Komunikasi juga dilakukan dengan memanggil secara pribadi Kepala BLH ke ruangan kerja Walikota. Berbagai hal dibahas terkait kondisi lingkungan hidup di Kota Depok, dari mulai kondisi kualitas udara di Kota Depok, pengendalian polusi udara dan lingkungan, kebersihan dan kelestarian Setu, pengendalian emisi dari kendaraan bermotor, berbagai upaya pencegahan dan penaggulangan pencemaran lingkungan hidup. Semua hal terus di monitor oleh Walikota Depok. Jika ada kesempatan bertemu di saat peninjauan lapangan, serta kesempatan lain misalnya seusai beribadah di Masjid, atau sekedar makan siang bersama, komunikasi intens juga sering dilakukan Beliau. Komunikasi membahas evaluasi kerja, atau sekedar komunikasi informal. 48 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 5. Komunikasi dengan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kota Depok, juga dilakukan dengan memanggil yang bersangkutan beserta beberapa jajarannya ke ruang kerja Walikota. Diskusi biasanya membahas berbagai hal seputar permasalahan tenaga kerja di Kota Depok, masalah social. Pengentasan Anjal dan Gepeng (anak jalanan, gelandangan dan pengemis). Komunikasi secara langsung yang disertai dengan evaluasi terjadi, saat Walikota ikut meninjau dengan didampingi Kadisnakersos, seperti meninjau keberadaan anjal, dan gepeng yang biasanya terdapat di Jalan Raya Margonda Depok untuk segera ditertibkan, meninjau warga miskin yang tertimpa musibah atau menderita suatu penyakit, meninjau wilayah dan maysarakat yang terkena banjir, longsor atau kebakaran. Komunikasi juga kerap kali dilakukan saat Kadisnakesos menghadap Walikota untuk menjembatani audiensi Walikota dengan Para Persatuan Buruh se- Kota Depok, dan tenaga kerja di Kota Depok, pelepasan para calon transmigran asal Kota Depok ke luar Pulau Jawa. 6. Komunikasi Walikota Dengan Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, saat Kadisdukcapil dipanggil untuk berbincang mengenai berbagai hal terkait pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil. Komunikasi Walikota terkait evaluasi kinerja kepala dinas dan evaluasi pelayanan terhadap masyarakat secara tegas pasti dilakukan Beliau, terlepas diluar jam kantor atau diluar Kedinasan misalnya para kepala OPD memiliki kedekatan. Walikota terus mengawal kerja- kerja para Kepala Dinas secara keseluruhan, khususnya Kinerja Kepala 49 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Disdukcapil Mengingat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil ini berkenaan langsung dengan kepentingan masyarakat, pengurusan dokumen kependudukan dan catatan sipil masih menjadi suatu hal yang vital ditengah masyarakat. Walikota pada saat bersiskusi menanyakan sejauh apa capaian E-KTP, bagaimana kondisi pelayanan dilapangan, jangan sampai menyusahkan masyarakat atau menghambat, proses pembuatan Akte kelahiran dan akta pernikahan, KK, dan sebagainya harus terus dilakukan sesuai aturan dan perundang- undangan yang berlaku. Onkum yang melakukan pungli, harus segera ditindak. Walikota selalu menghimbau Kepada Kadisdukcapil agar pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil harus memudahkan masyarakat dan pengawasan terhadap kerja-kerja jajarannya, harus terus dalam pengawasan. Pada Proses Komunikasi yang Beliau lakukan dengan Para Pejabat Eselon II, dalam hal ini tergambar Pola berdasarkan arus pesan yaitu: Downward Communication. Dalam dimensi komunikasi internal kita berbicara tentang downward communication dan Upward Communication, Horizontal Communication, Cross channel Communication. Downward Communication(komunikasi vertikal/komunikasi dari atas ke bawah) yang artinya adalah informasi yang berlangsung secara formal dari seseorang yang memiliki wewenang atau kedudukan yang 50 http://digilib.mercubuana.ac.id/ lebih tinggi (atasan) kepada orang lain yang kedudukanya lebih rendah (bawahan). Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan, terlihat bahwa Walikota Depok H. Nur Mahmudi Isma`il lebih banyak melakukan komunikasi vertical, yaitu Downward Communication komunikasi dari atas ke bawah) informasi atau pesan yang Beliau sampaikan kepada Aparatur Pemerintah Kota Depok pada umumnya, dan secara intens kepada para Kepala OPD berlangsung secara formal. Karena dalam hal ini, Walikota selaku Kepala Daerah yang memimpin organisasi yaitu Pemerintah Kota Depok memiliki wewenang atau kedudukan yang lebih tinggi (atasan) dalam memimpin ASN (Aparatur Sipil Negara) yang ada diposisi sebagai bawahan. Dalam melakukan Downward commucication isi- isi pesan yang disampaikan Walikota antara lain adalah: Informasi tentang bagaimana kita melaksanakan tugas/ pekerjaan, mengapa pekerjaan itu harus dilakukan, alasan melaksanakan berbagai tugas/pekerjaan itu, kebijakan dan petunjuk praktis, evaluasi pekerjaan, menyamakan persepsi agar pekerjaan yang dilakukan dapat semakin jelas arah dan tujuannnya, perintah kerja, pembagian wewenang dan tanggung jawab, meskipun dalam hal ini biasanya sudah jelas terlihat dari jabatan yang diemban oleh Kepala Dinas/OPD sesuai bidangnya masing- masing. 51 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Komunikasi yang sama juga dilakukan Walikota terhadap seluruh Kepala Dinas lainnya dalam memimpin Pemerintah Kota Depok. Pola Komunikasi berdasarkan arus pesan, downward communication ini berisikan rata-rata tentang arahan pekerjaan, atau instruksi, seperti yang dikatakan Walikota Depok H. Nur Mahmudi Isma`il, ketika diwawancara: ― Ketika berkomunikasi yang disampaikan tentu saja hal – hal yang berkaitan dengan pekerjaan, tentang bagaimana mereka harus membantu saya bekerja dalam memimpin Pemerintah Kota Depok ini. Kaitannya dengan tugas pekerjaan atau Tupoksi masing- masing Kepala Dinas, mengapa suatu program perlu dijalankan, berbagai kebijakan dan himbauan, evaluasi kinerja para Kepala OPD masing- masing, ataupun ASN secara keseluruhan jika saya berkomunikasi Pada kesempatan Upacara atau ketika memimpin apel pagi.‖ Hal ini serupa dengan yang dikemukakan oleh (Kahn & Katz), 1996, dalam Pace : Terdapat lima jenis informasi yang biasanya dikomunikasikan dari atasanke bawahan (Kahn & Katz), 1996, dalam (Pace, 2010 : 185) 1. Informasi tentang bagaimana kita melaksanakan tugas/ pekerjaan 2. Informasi tentang apa alasan melaksanakan berbagai tugas/pekerjaan itu, 3. Informasi tentang kebijakan dan petunjuk praktis 4. Informasi tentang kinerja karyawan dan 5. Informasi untuk mengembangkan kesamaan misi Dalam proses komunikasi downward tersebut terjadi komunikasi dua arah sebagai feed back dari komunikasi yang telah dilakukan oleh Walikota. Komunikasi yang berlangsung dua arah, dan menimbulkan feedback menandakan bahwa komunikasi tersebut berjalan cukup efektif. 52 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Upward Communication (komunikasi vertikal/ komunikasi dari bawah keatas) adalah informasi yang berlangsung dari seseorang yang memiliki kedudukan lebih rendah (bawahan) kepada seseorang yang memiliki kedudukan lebih tinggi (atasan). Dari hasil yang diamati oleh penulis, juga tergambar Pola berdasarkan arus pesan yaitu: Upward Communication yaitu: (komunikasi vertikal/ komunikasi dari bawah keatas) komunikasi ini dilakukan oleh para Kepala OPD adalah informasi yang berlangsung dari Kepala OPD yang kedudukannya lebih rendah sebagai bawahannya Walikota. Melalui upward communication yang dilakukan Kepala OPD memungkinkan Kepala OPD ataupun ASN (Aparatur Sipil Negara) bisa menyampaikan informasi kepada pimpinan paling tinggi dalam hal ini Walikota Depok. Menyampaikan informasi yang dibutuhkan oleh Walikota. Kepala OPD di Pemkot Depok memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan - pengaduan dan sebagainya kepada pimpinan (Walikota). Kutipan wawancara dengan Wijayanto, Kepala BLH Kota Depok: ― Sebagai bawahan jelas saya harus berkomunikasi dengan pimpinan, mulai dari berkonsultasi, minta arahan, minta pendapat. Komunikasi bawahan kepada atasan, upward: dalam hal berkonsultasi, minta arahan, minta pendapat. Komunikasi seperti anak kepada Bapaknya. Komunikasi dilakukan pada semua kesempatan, salah satunya pada rapat khusus membahas Badan Lingkungan Hidup atau secara makro, pada Rapat Koordinasi (Rakor), komunikasi saat; secara khusus dipanggil untuk laporan, menyampaikan suatu kegiatan, arahan pimpinan. Itu salah satu formal communicaciton juga disampaikan dalam bantuk surat laporan. 53 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Komunikasi ke Pimpinan meminta padangan- pandangan, Tupoksi Kita dst‖. Wawancara dengan Diah Sadiah, M.Si Kepala Disnakersos Kota Depok ―Komunikasi sering dilakukan di dalam ruang ataupun diacaraacara tertentu dibanyak agenda, kita sebagai bawahan mempunyai atasan yaitu Walikota dalam hal ini yang memimpin Kota Depok, komunikasi yang dilakukan seperti laporan tertulis tentang kegiatan, laporan kinerja kita. Moment tertentu kita juga berkomunkasi apakah kaitannya dengan permohonan membuka acara, memohon arahan yang berkaitan dengan bidang ketenagakerjaan dan sosial ―. Komunikasi dua arah secara timbal balik dalam organisasi sangatlah penting, jika hanya satu arah saja dari pimpinan ke bawahan, roda organisasi tidak akan berjalan dengan baik. Pimpinan dalam hal ini Walikota perlu mengetahui laporan , tanggapan atau saran para ASN di Pemkot Depok, sehingga suatu keputusan atau kebijaksanaan dapat diambil dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. b. Komunikasi Walikota Depok H. Nur Mahmudi Isma`il dengan staf Komunikasi vertikal dapat dilakukan secara langsung antara pimpinan tertinggi dengan seluruh karyawan, bisa juga bertahap melalui eselon-eselon yang banyaknya tergantung dari besar dan kompleksnya organisasi. Hal ini tergambar dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti, yaitu: Ketika Wawancara dengan Nur Mahmudi Isma`il 54 http://digilib.mercubuana.ac.id/ ― Selain dalam rapat, Komunikasi dengan seluruh aparatur Pemerintah Kota Depok terutama Dinas yang berada di lingkungan Kompleks Pemda, saya lakukan pada saat memimpin Apel Pagi, atau Upacara.Kalau komunikasi nya baik dengan kepala OPD ataupun staf sama, Namun secara intensitas, media dan cara mungkin agak sedikit berbeda.Karena dalam Birokrasi ada yang namanya, Tingkatan Hierarki, contoh, jika staf salah maka yang menegur atasan langsungnya, yaitu Kasubbag, Kasubbag yang bertanggung Jawab Adalah Kabag, dan Kabag yang bertanggung Jawab Kepala Dinas atau Kepala OPD. Begitu juga dalam hal komunikasi, atau penyampaian sebuah perintah. Nah, karena kedekatan dan intensitas pertemuan antara Walikota dengan Kepala OPD lebih dekat dan intens, maka secara makro, Jika ada komunikasi yang perlu dilakukan kepada Kabag atau Kasubbag, dan staf dilakukan melalui Kepala Dinas, baru kepala Dinas menyampaikan kepada yang bersangkutan, atau secara menyeluruh. Pernah komunikasi langsung dengan staf, tentu saja yang paling sering adalah kepada Ajudan (staf keprotokoleran), kemudian kepada salah satu staff humas, menelpon ke ybs disambungkan oleh ajudan, (hal terkait pemberitaan, atau data dari program sosial masyarakat), kemudian, komunikasi secara langsung ketika tidak sengaja bertemu dalam kesempatan makan dikantin, atau menunggu di loby, kemudian ketika kesempatan bertemu tidak sengaja di luar acara kantor, di toko buku misalnya ― . Wawancara dengan Wijayanto, Kepala BLH: ― Pasti melalui saya, misalnya : ― itu Pak Wi ! si ini, begini- begini tolong diginiin, termasuk tidak pernah langsung ya Pak Wali, hampir tidak pernah. Komunikasi ke Sekretaris Badan juga pasti melalui saya, Pak Nur sangat menjaga itu. (Komunikasi berjenjang). Biasanya, ketika saya dipanggil, dan tidak bisa, saya baru mewakilkan. Nanti staf menyampaikan ke saya apa yang Walikota komunikasikan. Pak Wali juga keesokannya pasti akan menyampaikan ke saya langsung ― Pak Wi, kemarin pas waktu rapat ngga ada, saya menyampaikan ini nih, bla bla bla‖, oh iya Pak siap monitor ! ― . Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti, ketika berkomunikasi Walikota Depok menggunakan media komunikasi lain, selain komunikasi tatap muka yang kerap kali Beliau lakukan. Komunikasi 55 http://digilib.mercubuana.ac.id/ paling sering dilakukan Walikota Depok menggunakan telepon selular, untuk menghubungi para Kepala OPD, Camat dan Lurah, Aplikasi pesan, Whats App, yang sedang diminati masyarakat juga menjadi komunikasi yang favorite dipilih oleh Beliau, karena dirasakan cepat, hemat, cukup efektif, serta tidak membosankan, dapat menggunakan group, sehingga menyampaikan suatu pesan yang dapat dibaca oleh semua anggota group. Komunikasi bermedia (mediated communication) Komunikasi menggunakan media yang dilakukan Beliau merupakan Komunikasi persona bermedia adalah komunikasi dengan menggunakan alat, seperti telepon, memorandum dan lain-lain.Karena melalui alat, maka antara kedua orang tersebut tidak terdapat kontal pribadi. Hal ini, sesuai dengan yang Walikota Depok katakan pada kutipan wawancara yaitu , sebagai berikut: ― Selain yang utamanya menggunakan telepon karena lebih cepat dan pasti, Saya juga lebih menyukai dan sering melakukan komunikasi dengan whatsApp, mengggunakan groupnya juga cukup seru. Iya, apalagi jika ada sesuatu yang mendesak, dan tidak semua kepala OPD, atau aparatur yang berkaitan dengan tugas melekat, senantiasa selalu ada dekat dalam artian jarak, maka penggunaan media sangat membantu‖. 4.2.3 Hambatan Komunikasi Walikota Depok H. Nur Mahmudi Isma`il Dalam Memimpin Aparatur Komunikasi dilakukan Walikota Depok H.Nur Mahmudi Ismail secara berkesinnambungan, tidak terbatas ruang dan waktu, apalagi jika di dukung dengan media komunikasi seperti telepon dan Aplikasi Pesan. Namun, hambatan di dalam proses komunikasi masih dapat saja terjadi. 56 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Beberapa hambatan tersebut diantaranya: 1. Hambatan Kebisingan, saat Walikota Depok berkomunikasi Hal ini didapati penulis berdasarkan hasil pengamatan, yaitu: Komunikasi dapat saja membuat pesan sulit dimengerti yang diakibatkan oleh distorsi lingkungan. Misalnya saja, pada saat suatu acara yang dihadiri oleh Walikota, Wakil Walikota, Sekda beserta jajaran, serta Unsur Fokorpimda. Sebagai contoh acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, yang menjadi distori seringkali, bisingnya suara dari kerumunan hadirin yang belum duduk dengan teratur dan sering ngobrol sendiri, atau suara music rebana dan marawis yang pengaturam sound pendukungnya terlalu besar. Ketika ini juga Walikota berkomunikasi dengan salah satu kepala OPD, yah mengajak ngobrol. Kepala OPD karena rasa hormatnya, tetap memberikan respons angguk- angguk kepala, padahal tidak mengerti apa yang dikatakan Walikota. Kebisingan sudah mengganggu penyampaian pesan pada saat itu. 2. Hambatan Gaya Komunikasi Walikota Depok yang bertele tele Yang Kedua, gaya berkomunikasi seseorang dan gaya memimpin seseorang memang memiliki cirri khas sendiri- sendiri. Peneliti menemukan dari hasil observasi, bahwa dari sekian banyak komunikasi kelompok yang dilakukan Walikota Depok H. Nur Mahmudi Isma`il, berupa arahan, sambutan di rapat ataupun di dalam acara, Beliau berkomunikasi terlalu bertele- tele dan menggunakan gaya- gaya sindiran. 57 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Hal ini menyebabkan pesan tidak dapat langsung dimengerti oleh komunikan, Kepala OPD atau ASN Pemkot Depok pada umumnya. Seseorang harus mempunyai pemikiran yang cepat, dan otak yang cekatan untuk cepat menangkap pesan yang Beliau sampaikan. Tetapi bagi orang yang biasa- biasa saja, meungkin butuh waktu lama untuk mencerna pesan, atau harus diingtakan dan diberitahu oleh pihak lain, mengenai maksud dari pesan yang disampaikan oleh Walikota. Sebuah contoh teguran kepada salah satu Pimpinan Wilayah (Camat dan Lurah), ― Pagi ini saya melewati sebuah Kecamatan di daerah dekat Setu Pengasinan, saya menemukan banyak tanah merah berserakan ke jalan raya dan sangat kotor sekali, tetapi padahal hal tersebut harusnya dapat segera dikontrol agar tidak menggangu masyarakat‖. 3. Hambatan lain, yaitu kondisi emosi Walikota Depok H. Nur Mahmudi Isma`il Emosi seseorang memang seringkali terpancar dari raut wajah seseorang. Peneliti menemukan, bahwa bawahan Walikota, dalam hal ini ASN merasa takut untuk mendekati, dan apalagi mengajak komunikasi, mereka merasa lebih baik menghindari apabila, raut wajah Walikota sedang tidak enak. Raut wajah tidak enak, merupakan salah satu bentuk komunikasi non verbal seseorang, apabila ada sesuatu yang kurang berkenan dihati dan tidak sesuai dengan pengharapannya. Biasanya jika sangat terpaksa baru komunikasi dilakukan. 58 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Hal ini seperti yang dikatakan Para Ahli yaitu: Conor Hanaway dan Gabriel Hunt, hambatan-hambatan komunikasi yang biasa terjadi dalam organisasi sebagai berikut: -Bahasa Jika Anda menginginkan komunikasi yang sukses, pengirim pesan harus mempersiapkan pesan dalam bahasa penerima pesan. Laporan ilmiah yang sangat teknis tidak akan mempengaruhi kaum profesional dari bidang lain untuk melakukan tindakan. -Kebisingan Istilah ― kebisingan‖ (noise) mengacu pada semua hal yang mengganggu atau memperburuk komunikasi dalam organisasi. Misalnya, pesan Anda mengalami ― bentrok‖ dengan pesan lain yang sama-sama harus diperhatikan. Jika si penerima mendapatkan banyak sekali memo setiap harinya, Anda harus memikirkan cara lain untuk mengirimkan pesan Anda. -Terlalu bertele-tele Hindari gaya militer yang berlapis-lapis. Gunakan sesedikit mungkin tahap dalam komunikasi Anda.Pembuka adalah penting, namun hendaknya jangan sampai membuat Anda menjadi lupa terhadap inti pesan yang ingin Anda sampaikan sehingga penerima mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi pesan. -Kesulitan mendengar 59 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Ada banyak sekali kesulitan mendengar di pihak penerima. Tekanan kerja, masalah pribadi, prioritas lain atau kelebihan komunikasi merupakan penyebab munculnya kesulitan mendengarkan. -Ketidakpercayaan Ada banyak alasan mengapa pihak penerima tidak percaya dan bersikap sinis terhadap suatu komunikasi. Sebagian rasa tidak percaya tersebut bisa jadi disebabkan oleh pihak pengirim—misalnya, jika Anda menandai semua surat Anda, ― penting‖, atau jika Anda tidak begitu terbuka dalam komunikasi sebelumnya. -Emosi Emosi mempengaruhi komunikasi dalam, setidaknya, dua cara. Pertama, situasi yang sarat emosi dapat menyebabkan terjadinya banyak ebisingan yang menyebabkan penyimpangan komunikasi. Kedua, cara paling efektif untuk membuat seseorang melakukan tindakan adalah melalui emosi mereka. -Lingkaran umpan-balik Tidak adanya lingkaran umpan-balik membuat pihak pengirim tidak yakin bahwa pesan telah sepenuhnya dimengerti . (The Management Quick Reference Book, terj. Yosep Bambang Margono, (Bandung: Kaifa, 2004), hlm. 260-261 4.2.4 Pola Komunikasi Walikota Depok H. Nur Mahmudi Isma`il Dalam Memimpin Aparatur Pemkot Dalam melakukan komunikasi Walikota Depok H. Nur Mahmudi Isma`il, berperan sebagai sumber pemberi pesan yang utama, kepada 60 http://digilib.mercubuana.ac.id/ seluruh Kepala OPD di Kota Depok, juga kepada seluruh ASN (Aparatur Sipil Negara) se- Kota Depok, terutama yang berada di lingkup Balaikota. Berdasarkan hal tersebut, maka posisi Walikota Depok berada ditengah kemudian, pesan- pesan disebarkan ke segala arah. Ini sesuai dengan Pola Struktur Jaringan Roda, menurut Devito (Devito, 2011: 382- 382) Keterangan: Pola Roda Sumber: (Devito, 2011: 382- 382) Dalam struktur roda, sebuah organisasi memiliki pemimpin yang jelas, yaitu posisinya dipusat. Struktur ini memasukan satu orang yang berkomunikasi dengan masing- masing orang dari sejumlah orang lainnya, satu orang tersebut adalah pemimpin. Orang (pemimpin) ini merupakan satu-satunya yang mengirim dan menerima pesan dari semua anggota. 61 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Oleh karena itu, jika seorang anggota ini berkomunikasi dengan anggota lain maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya. Orang yang berada ditengah (pemimpin) mempunyai wewenang dan kekuasaan penuh untuk mempengaruhi anggotanya. Hal ini serupa dengan gambaran hasil wawancara penulis dengan Walikota, berikut kutipannya: ― Komunikasinya sering dan kadang tidak mengenal waktu, sesuai dengan kebutuhan pekerjaan, terutama yang berkenaan dengan kepentingan masyarakatKetika berkomunikasi yang disampaikan tentu saja hal – hal yang berkaitan dengan pekerjaan, tentang bagaimana mereka harus membantu saya bekerja dalam memimpin Pemerintah Kota Depok ini. Kaitannya dengan tugas pekerjaan atau Tupoksi masing- masing Kepala Dinas, mengapa suatu program perlu dijalankan, berbagai kebijakan dan himbauan, evaluasi kinerja para Kepala OPD masing- masing, ataupun ASN secara keseluruhan jika saya berkomunikasi Pada kesempatan Upacara atau ketika memimpin apel pagi‖. Berdasarkan hasil pengamatan, dan analisis penulis, juga tergambar Strukrut Y. Struktur Y relative kurang tersentralisasi di banding dengan struktur roda tetapi lebih tersentraslisasi dibandingkan dengan pola lainnya. Pola struktur Y juga terdapat pemimpin yang jelas tetapi semua anggota lain berperan sebagai pemimpin kedua. Anggota ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Ketiga anggota lainnya komunikasinya terbatas hanya dengan satu orang. Jaringan Y memasukan dua orang sentral yang menyampaikan informasi kepada yang lainnya pada batas luarr suatu pengelompokan. Pada jaringan ini, seperti pada jaringan rantai, sejumlah saluran terbuka dibatasi dan komunikasi bersifat disentralisasi atau dipusatkan. Orang hanya bias secara resmi berkomunikasi dengan orang- orang tertentu saja, (Devito, 2011: 382- 382) 62 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Keterangan: Pola Y Pola Y ini, menempatkanWalikota dan Wakil Walikota, sebagai dua orang sentral yang menyampaikan informasi kepada anggota lainnya yaitu; Sekretaris Daerah, Lalu Sekretaris Daerah menyampaikan kembali kepada Kepala Dinas dan kemudian diteruskan kepada jajaran dibawahnya, baik eselon III, dan IV lalu ke tingkat staff. Walikota dalam hal ini memang sebagai komunikator utama, Wakil Walikota sebagai orang nomer dua yang mewakili Beliau dan juga mempunyai hak yang sama dalam berkomunikasi dan memimpin (kecuali membuat kebijakan) sedangkan, Sekretaris Daerah merupakan orang ketiga di Pemerintah Daerah yang nantinya wajib meneruskan arahan / disposisi dari kedua pimpinan tersebut kepada seluruh Kepala OPD dan seluruh Camat di Kota Depok. 4.3 Pembahasan Pola Komunikasi merupakan fokus pada penelitian ini, berdasarkan hasil pengamatan dan interview yang dilakukan penulis, dapat dijelaskan beberapa hal penting. Peneliti berhasil mengambil pemahaman bahwa adanya beberapa pola, baik berdasarkan alur pesan dan pola berdasarkan struktur jaringan komunikasi dalam proses 63 http://digilib.mercubuana.ac.id/ komunikasi yang dilakukan oleh Walikota Depok ( Periode 2011-2016 ) H. Nur Mahmudi Isma`il. Komunikasi Internal dilakukan Beliau dalam memimpin aparatur Pemerintah Kota Depok. Dalam proses komunikasi internal, dalam memimpin aparatur Pemerintah Kota Depok, Walikota lebih banyak menggunakan komunikasi vertikal. Diantaranya: - Downward commucication, dalam melakukan Downward commucication isiisi pesan yang disampaikan Walikota antara lain adalah: Informasi tentang bagaimana kita melaksanakan tugas/ pekerjaan, mengapa pekerjaan itu harus dilakukan, alasan melaksanakan berbagai tugas/pekerjaan itu, kebijakan dan petunjuk praktis, evaluasi pekerjaan, menyamakan persepsi agar pekerjaan yang dilakukan dapat semakin jelas arah dan tujuannnya, perintah kerja, pembagian wewenang dan tanggung jawab, meskipun dalam hal ini biasanya sudah jelas terlihat dari jabatan yang diemban oleh Kepala Dinas/OPD sesuai bidangnya masing- masing. - Upward Communication, Dari hasil yang diamati oleh penulisterjadi Upward Communicationyaitu: (komunikasi vertikal/ komunikasi dari bawah keatas) komunikasi ini dilakukan oleh para Kepala OPD adalah informasi yang berlangsung dari Kepala OPD yang kedudukannya lebih rendah sebagai bawahannya Walikota. 64 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Komunikasi Walikota Depok H. Nur Mahmudi Isma`il dilakukan dalam berbagai kesempatan. Komunikasi dilakukan pada saat menjadi Pembina pada Apel pagi. Apel pagi yang dipimpin khusus oleh Walikota dilaksanakan setiap hari Selasa di Lapangan Upacara Balaikota Depok. Selaku Pembina Apel pagi Walikota bertindak sebagai komunikator yang menyampaikan berbagai pesan kepada seluruh ASN yang mengikuti apel pagi. Pesan yang Beliau sampaikan pada apel pagi berisikan evaluasi kepada Kepala OPD, serta himbauan kepada ASN Kota Depok secara keseluruhan diantaranya, untuk selalu melaksanakan One Day No Rice dan menerapkan kedisiplinan kerja. 65 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis, Komunikasi Kelompok terlihat pada saat Beliau memimpin Rapat OPD, yang rutin dilakukan setiap hari Selasa, di lantai 5 Gedung Setda Balaikota Depok. - Komunikasi Formal, Saat berkomunikasi Walikota Depok lebih sering menggunakan Komunikasi Formal. Salah satunya terlihat pada Rapat Koordinasi yang Beliau pimpin. beliau juga kerap kali melakukan komunikasi informal dengan ASN pada beberapa kesempatan, terutama memang ASN yang beberapa kali sering ketemu meski tidak sengaja. Sedangkan hambatannya, beberapa hal yang penulis temukan, yang menjadi hambatan dalam proses komunikasi Walikota diantaranya; kebisingan, gaya bertele- tele, dan kondisi emosional. Tergambar Pola utama, Pola berdasarkan strutur jaringan yang paling dominan adalah Pola Struktur Roda. Pola komunikasi yang dilakukan lebih banyak bersifat sentralistik, dari pusat kemudian disebarkan ke semua. Beliau cukup berkomunikasi dengan Kepala Dinasnya saja (kepala OPD), lalu kemudian nanti pesan tersebut akan disebarkan kepada seluruh ASN di Kota Depok melalui Pimpinan OPD nya masing- masing, biasanya didahului dengan komunikasi secara lisan, lalu kemudian secara resmi melalui surat. Hal ini tergambar sekali komunikasi formal dilakukan beliau dalam memimpin aparatur sipil negara pada Pemerintah Kota Depok. Jika dilihat berdasarkan struktur jaringan komunikasi kelompok maka, terlihat Pola Struktur Roda. Walikota sebagai orang yang berada ditengah 66 http://digilib.mercubuana.ac.id/ sebagain pemimpin yang mempunyai wewenang dan kekuasaan penuh untuk mempengaruhi anggotanya. Namun pola ini juga menggambarkan beliau bebas melakukan komunikasi kepada staf atau ASN secara umum, tanpa meilhat jabatannya. Komunikasi biasanya dilakukan saat memimpin upacara, atau saat memberikan arahan kerja pada staf yang kesehariannya tugasnya sering bersama Beliau. Pola Y ini, menempatkan Walikota dan Wakil Walikota, sebagai dua orang sentral yang menyampaikan informasi kepada anggota lainnya yaitu; 67 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Sekretaris Daerah, Lalu Sekretaris Daerah menyampaikan kembali kepada Kepala Dinas dan kemudian diteruskan kepada jajaran dibawahnya, baik eselon III, dan IV lalu ke tingkat staff. Walikota bersama Wakil Walikota dalam hal ini memang sebagai komunikator utama, tetapi Sekretaris Daerah merupakan orang nomer tiga di tingkat Pemkot, kemudian pesan diteruskan kepada Kepala Dinas merupakan pimpinan utama di tiap- tiap OPD, dimana perintah atau disposisi Kepala OPD wajib diikuti dan dilaksanakan oleh seluruh ASN di OPD tersebut. 68 http://digilib.mercubuana.ac.id/