skripsi perlindungan hukum atas karya cipta seni lukis konsentrasi

advertisement
SKRIPSI
PERLINDUNGAN HUKUM ATAS KARYA CIPTA SENI LUKIS
(Analisis Putusan Mahkamah Agung No.596k/Pdt.Sus/2011)
Disusun Oleh:
Alinda Yani
109048000007
KONSENTRASI HUKUM BISNIS
P R O G R AM S T UD I I L M U H UK UM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013M
PERLINDUNGAN HUKUM ATAS KARYA CIPTA SENI LUKIS (Analisis
Putusan Mahkamah Agung No. 596K/Pdt.Sus/2011)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
Alinda Yani
NIM.
109048000007
Pembimbing
7bl9
KONSENTRASI HUKUM BISNIS
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 HJ20t3
M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul "PERLINDUNGAN HUKUM ATAS KARYA CIPTA SENI
LIKIS (Analisis Putusan Mahkamah Agung No.596K/Pdt.Sus/2011)" telah diajukan
dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Ilmu Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarla pada tanggal 25 September
2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Program Strata Satu (S-l) pada Prograrn Studi Ilmu Hukum.
Jakafia, 25 September 2073
Ar,
&t-_
-
& ii*7
€,"fi n $
d
mmad Amin Suma
51982031012
PANITIA UJIAN:
1. Ketua
Dr. Djawahir Hejazzielu. S.H..M.A.
NIP. 1 95 5 1 0 I 5197 903 1 002
2. Sekretaris
Drs. Abu Tarnrin. S.H..M.Hum.
NrP. 1 9650908 1 99s03 1 001
3. Pembimbing: Dr. Djawahir Hejazziey. S.H..lVI.A.
NIP. 1 9ss 101 51979031002
4. Penguji
1
NIP. 195505051 98201012
5. Penguji
2
: H. Syafrudin Makmur, SH.,MH.
rWt
LEMBAR PERIYYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa
1.
:
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar Strata 1
(Sl) di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
di Universitas Islam Negeri rurN)
Syarif HidayatuI lah Jakarta.
3.
Jika dikemudian hari terbukti hasil karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di universitas Islam Negeri
rur$
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2013
Yani
ilt
ABSTRAK
ALINDA YANI. NIM 109048000007. Perlindungan Hukum Atas Karya Cipta Seni
Lukis (Analisis Putusan MA No.596K/Pdt.Sus/2011). Program Studi Ilmu Hukum,
Konsentrasi Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 1434 H / 2013 M. ix + 74 halaman + 4 halaman daftar
pustaka + 34 halaman lampiran.
Menurut Undang-undang No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, Hak Cipta adalah
merupakan hak ekseklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya, yang timbul secara otomatis setelah
suatu ciptaanya dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut perundang-undang
yang berlaku. Tujuan untuk mengetahui implementasi Undang-Undang No. 19 Tahun
2002 tentang Hak Cipta serta sejauh mana undang-undang tersebut memberi
perlindungan hukum terhadap Lukisan Dua Ikan pada CV. Asian Pasific Aquatics
Mahkamah Agung No.596K/Pdt.Sus/2011.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dengan pendekatan
perundang-undangan, pendekatan perbandingan dan pendekatan konseptual.
Informasi didapatkan dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan
hukum tersebut kemudian diolah dan dianalisis dengan melakukan perbandingan
antara undang-undang Hak Cipta dan putusan Mahkamah Agung
No.596K/Pdt.Sus/20.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang berlaku maka dapat disimpulkan:
Putusan kasasi Mahkamah Agung No.596K/Pdt.Sus/2011 dalam sengketa hak cipta
cipta seni lukis „Dua Ikan‟ pada merek makanan ikan , tidak sesuai dengan UndangUndang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Pasal 6 dan 7. Mahkamah Agung
mengedepankan ketentuan Pasal 8 (3) sebagai legal standing dalam membuat amar
putusannya.
Kata Kunci: analisis yuridis sengketa Hak Cipta, seni lukis, gambar “Dua Ikan”.
Pembimbing : Dr. Djawahir Hejazziey, S.H.,M.A.
Daftar Pustaka : Tahun 1983 sampai Tahun 2013
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang hanya dengan hidayah dan
nikmat dari-Nyalah skripsi Penulis “PERLINDUNGAN HUKUM ATAS KARYA
CIPTA SENI LUKIS (Analisis Putusan MA No.596K/Pdt.Sus/2011)” dapat
terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam tercurahlimpahkan pada Nabi
Muhammad saw yang dengan kemuliaan akhlaknya menuntut kita pada agama yang
diridhoi oleh Allah.
Tentunya masih banyak terdapat kekurangan dalam penelitian ini. Namun
demikian Penulis tetap berusaha menyelesaikannya dengan kesungguhan dan kerja
keras. Selesainya penelitian ini tidak terlepas dari elaborasi keilmuan yang Penulis
dapatkan dari kontribusi banyak pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini ingin
Penulis sampaikan setulus hati ucapan terima kasih kepada Yang Terhormat:
1.
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA., Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan Drs.
Abu Tamrin, SH., M.Hum., Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3.
Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA., MM., yang juga Dosen Pembimbing yang
telah mengajarkan Penulis lebih mengenal Hukum Bisnis. Semoga beliau selalu
mendapat rizki yang berlimpah dan dikaruniai anak-anak yang sholeh dan
segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah membagi ilmunya dan
mengajarkan akhlak dalam hukum, semoga Penulis bisa membalas jasa-jasa
beliau dengan menjadi anak didik yang dapat dibanggakan kelak.
v
4.
Bapak (Ahmad Yani)
dan Ibu (Elim Nurlaelah) yang telah berjuang keras
membesarkan, mendidik Penulis menjadi seorang Warga Negara Indonesia,
menjadi seorang muslimah, membiayai Penulis, berkorban untuk penulis.
Semoga segala amal ibadah Penulis dapat menjadi pemberat timbangan kebaikan
mereka di Hari Yaumul Hisab nanti dan Adik (Muhamad Rizqi Nurrobani) yang
telah bersabar mengahadapi penulis.
5.
Keluarga Besarku yang telah memberikan pengarahan, motivasi, doa , dan kasih
sayangnya yang begitu besar kepada penulis. Semoga Allah selalu melimpahkan
kebahagian dan melindunggi kita semua.
6.
Keluarga besar Ilmu Hukum, Khususnya Hukum Bisnis, teman seperjuangan
yang banyak sekalin kisah kasih yang tidak bisa diceritakan oleh penulis.
Semoga kita semua menjadi orang-orang yang bermanfaat bagi agama dan
negara.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat menjadi rujukan untuk adik-adik kelas
selanjutnya dan bermanfaat untuk setiap pembaca. Sekian terima kasih.
Jakarta, Agustus 2013
Alinda Yani
vi
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ............
i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .....................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................ ............
iii
ABSTRAK ....................................................................................... ............
iv
KATA PENGANTAR .................................................................... ............
v
DAFTAR ISI ...............................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... ............
ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ...............................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................
7
D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ......................................
8
E. Kerangka Konseptual ..............................................................
9
F.
Metode Penelitian ...................................................................
10
G. Sistematika Penulisan .............................................................
14
TINJAUAN TEORI
A. Perlindungan Hukum Hak Cipta..............................................
16
1.
Pengertian Perlindungan Hukum......................................
16
2.
Bentuk Perlindungan Hukum.............................................
18
3.
Pengertian Hak Cipta ........................................................
20
4.
Ciptaan Yang Dilindungi .....................................................
26
5.
Pemegang Hak Cipta................ ..........................................
28
vii
6.
Sistem Pendaftaran Hak Cipta...............................................
34
7.
Masa Berlaku Hak Cipta.........................................................
35
8.
Dewan Hak Cipta....................................................................
37
BAB III GAMBARAN UMUM MAHKAMAH AGUNG
A. Sejarah ......................................................................................
39
B. Profil............................................................................................
54
C. Jumlah Hakim Agung...................................................................
55
D. Tugas Dan Wewenang Mahkamah Agung.................................
56
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM ATAS KARYA CIPTA SENI LUKIS
A. Perlindungan Hukum Atas Karya Cipta Seni Lukis Analisis Putusan
MA No.596K/Pdt.Sus/2011 ....................................................
60
B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hakim Dalam Memberikan
Putusan MA No.596K/Pdt.Sus/2011........................................... ... 62
C. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Memberikan Putusan MA
No.596K/Pdt.Sus/2011..................................................................... 64
D. Analisis Penulis................................................................................ 65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................
69
B. Saran ...........................................................................................
72
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
74
LAMPIRAN .....................................................................................................
76
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta.
2. Putusan Mahkamah Agung No.596k/Pdt.Sus/2011.
3. Putusan Pengadilan Niaga No. 35/Hak Cipta/2011/PN. Niaga. Jkt. Pst.
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses globalisasi membawa akibat tolak ukur utama hubungan antar
bangsa atau negara tidak lagi ideologi, melainkan ekonomi yakni keuntungan 1
atau hasil nyata apa yang dapat diperoleh dari adanya hubungan tersebut.
Pengaruh luar dapat cepat sekali masuk ke Indonesia sebagai implikasi
terciptanya sistem ekonomi yang terbuka. Aspek dari sistem ekonomi adalah
masalah produk yang pemasarannya tidak lagi terbatas pada satu negara
melainkan juga mengglobal. Hal ini menuntut standar kualitas dan persaingan
yang fair, serta terhindarnya produk industri palsu, berdasarkan pada
kesepakatan-kesepakatan dunia internasional.
Globalisasi mengandung makna yang dalam dan terjadi di segala aspek
kehidupan seperti ekonomi, politik, sosial budaya, IPTEK, dan sebagainya.
Globalisasi, dalam dunia bisnis misalnya, tidak hanya sekedar berdagang di
seluruh dunia dengan cara baru, yang menjaga keseimbangan antara kualitas
global hasil produksi dengan kebutuhan khas yang bersifat lokal dari konsumen.
Cara baru ini dipengaruhi oleh saling ketergantungan antar bangsa yang semakin
meningkat,
berlakunya
standar-standar
dan
kualitas
baku
internasional,
melemahnya ikatan ikatan etnosentrik yang sempit, peningkatan peran swasta
1
Rahmadi Usman, Hukum Atas Kekayaan Intelektual: Perlindungan dan Dimensi Hukumnya
di Indonesia. (Bandung:alumni,2008) h. 158
1
2
dalam bentuk korporasi internasional, melemahnya ikatan-ikatan nasional di
bidang ekonomi, peranan informasi sebagai kekuatan meningkat, munculnya
kebutuhan akan manusia-manusia brilyan tanpa melihat kebangsaannya dan
sebagainya.
Ekspansi perdagangan dunia dan juga dilakukannya rasionalisasi tarif
tercakup dalam GATT (the General Agreement on Tarif and Trade). GATT
sebenarnya merupakan kontrak antar partner dagang untuk tidak memperlakukan
secara diskriminatif, proteksionis atas dasar law of the jungle dalam perdagangan
dunia. Kesepakatan-kesepakatan dilaksanakan pada kegiatan putaran-putaran,
sejak 19472hingga putaran Uruguay (1986) yang menarik karena berhasilnya
dibentuk WTO (World Trade Organization) yang mulai 1 Januari 1995.WTO
tercakup pula Persetujuan TRIPs3 (Agreement on Trade Related Aspect of
Intellectual Property Rights, including Trade in Counterfeit Goods) atau
Persetujuan Perdagangan mengenai aspek hak kekayaan intelektual (HKI)
termasuk perdagangan barang palsu), dan Indonesia telah meratifikasinya dengan
UU No. 7 Tahun 1994, yang sudah berlaku sejak 1 Januari 2000.
Keberadaan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dalam hubungan antar
manusia dan antar negara merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri. HKI
juga merupakan sesuatu yang given dan inheren dalam sebuah masyarakat
2
Suyud Maryono, Hukum Hak Cipta Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010)
H. OK.Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, (Jakarta:Raja Grafindo
Persada,2007)h. 27
3
3
industri atau yang sedang mengarah ke sana.
4
Keberadaannya senantiasa
mengikuti dinamika perkembangan masyarakat itu sendiri. Begitu pula halnya
dengan masyarakat dan bangsa Indonesia yang mau tidak mau bersinggungan dan
terlibat langsung dengan masalah HKI.
Secara umum Hak Kekayaan Intelektual dapat terbagi dalam dua kategori
yaitu: Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri.5 Sedangkan Hak Kekayaan Industri
meliputi Paten, Merek, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu,
Rahasia Dagang dan Varietas Tanaman. HKI telah diatur dengan berbagai
peraturan‐perundang‐undangan sesuai dengan tuntutan TRIPs, yaitu UU No. 29
Tahun 2000 (Perlindungan Varietas Tanaman), UU No. 30 Tahun 2000 (Rahasia
Dagang), UU No. 31 Tahun 2000 (Desain Industri), UU No. 32 Tahun 2000
(Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu), UU No. 14 Tahun 2001 (Paten),UU No. 15
Tahun 2001 (Merek),dan UU No. 19 Tahun 2002 (Hak Cipta).6UUHC ini lahir
karena adanya kebutuhan untuk mengakui atau melindungi dan memberi
penghargaan terhadap pengarang, artis, pencipta perangkat lunak (software)
dan ciptaan lain serta akses atas hasil karya mereka demi kepentingan manusia
yang mulai dirasakan di Indonesia.
HKI terkait dengan kreativitas manusia, dan daya cipta manusia dalam
memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah kehidupannya, baik dalam seni,
4
Tim Lindsey, dkk, Hak Kekayaan Intelektual(suatu Pengantar),(Bandung: Pt Alumni,
2006)h.71
5
Moerdino, Hak Milik Intelektual dan Alih Teknologi, Jakarta: Prisma,LP3ES, April 1987, h.
68
6
Tim Lindsey, Hak Kekayaan Intelektual: Suatu Pengantar ,(Bandung:Alumni, 2004) h. 190
4
ilmu pengetehuan dan teknologi maupun produk unggulan suatu masyarakat.
Oleh karena itu, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi disertai dengan
eksistensi HKI sangat penting. Dimana kegiatan penelitian ini tidak dapat
menghindar dari masalah HKI apabila menginginkan suatu penghormatan hak
maupun inovasi baru, dan orisinalitasnya.
Permasalahan mengenai Hak Kekayaan Intelektual akan menyentuh
berbagai aspek seperti aspek teknologi, industri, sosial, budaya, dan berbagai
aspek lainnya. Akan tetapi, aspek terpenting jika dihubungkan dengan upaya
perlindungan bagi karya intelektual adalah aspek hukum. Hukum diharapkan
mampu mengatasi berbagai permasalahan yang timbul berkaitan dengan Hak
Kekayaan Intelektual tersebut. Hukum harus dapat memberikan perlindungan
bagi karya intelektual, sehingga mampu mengembangkan daya kreasi masyarakat
yang akhirnya bermuara pada tujuan berhasilnya perlindungan Hak Kekayaan
Intelektual.
Di Indonesia, permasalahan hak cipta merupakan permasalah yang banyak
dijumpai dan menjadi sorotan masyarakat. Salah satunya adalah sengketa hak
cipta karya seni lukis antara CV.Asian Fasific Aquatics melawan seseorang yang
menjipalak lukisan dua ikan yaitu dengan nama “kiki pets”. Dalam sengketa
tersebut, gugatan dilakukan oleh perusahaan asian Fasific Aquatics yang menggap
bahwa lukisan kiki pets telah melakukan pelanggaran hak-hak ekonomi yaitu hak
eksekutif dan hak moral milik pencipta dengan memperjual-belikan, mengambil,
memperbanyak hak cipta. Dalam kasus tersebut berakhir di Peradilan Kasasi
5
Mahkamah
Agung
No.596k/Pdt.Sus/2011.
Dalam
putusan
MA
yang
dimenangkan Cv.Asian Aquatics sebagai pemilik hak cipta, itu bermakna lukisan
“kiki Pets” melanggar hak cipta.
Dalam putusan MA No.596k/Pdt.Sus/2011 terdapat permasalahan yang
muncul meliputi: pertama, Putusan MA yang memenangkan Cv.Asian Aquatics
kurang memberikan perlindungan hukum dan kepastian hukum bagi pemilik
lukisan “kiki Pets”. Padahal secara umum melanggar tentang merek dagang
dimana pada mempermasalahkan merek dagang pada makanan ikan. Berdasarkan
uraian latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti masalah tentang
perlindungan hukum bagi pemegang dan pemilik hak cipta dengan menyusun
skripsi yang berjudul:
PERLINDUNGAN HUKUM ATAS KARYA CIPTA SENI LUKIS (Analisis
Putusan Mahkamah Agung No.596k/Pdt.Sus/2011).
Penulis memberi judul diatas, karena menurut penulis judul di atas telah
sesuai pada permasalahan yang telah diuraikan diatas yaitu tentang permasalahan
hak cipta seni lukis yang dalam hal ini berkaitan dengan perlindungan hukum
bagi
pemilik
hak
cipta
seni
lukis
pada
putusan
Mahkamah
Agung
No.596K/Pdt.Sus/2011.
Pertimbangan hukum itu seperti dogma, pendapat-pendapat hakim, atau
Undang-undang yang dijadikan acuan dalam menganalisis suatu permasalahan.
Dan pertimbangan hukum ini digunakan juga pada skripsi penulis yang dimana
melihat dari pertimbangan hakim dalam memberikan putusan Mahkamah Agung
No.596K/Pdt.Sus/2011 yaitu melihat dari ketentuan peraturan perundang-undang
6
yang berlaku diindonesia. yaitu Undang-undang tentang Hak Cipta No. 19 Tahun
2002. Dan dilihat dari pengetahuan hakim dalam memberikan purtusan ini. Yang
dimana dalam pertimbangan hukum diatas dapat menghasilkan perlindungan
hukum bagi pemegang hak cipta.
Maksud dan tujuan perlindungan hukum bila dikaitkan dengan hak cipta
seni lukis yaitu untuk merangsang aktivitas untuk melahirkan karya cipta karena
tujuan akhir dari perlindungan hak cipta adalah untuk memberikan penghargaan
dan insentif kepada pemilik hak cipta dan untuk melindungi dan memberikan
jaminan yang pasti terhadap Hak Cipta kepada si pencipta atau pemegang hak,
agar aparat penegak hukum melakukan penyidikan secara tuntas setiap hasil
penindakan kasus pembajakan/jiplakan agar terjadi image positif terhadap
penegak hukum oleh polri maupun hakin dalam memberi putusanya dan sekaligus
sebagai daya cegah bagi pelaku lain.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan Hak Kekayaan Intelektual yang meliputi hak
cipta, paten, merek ,Varietas Tanaman, Rahasia Dagang ,Desain Industri, Desain
Tata Letak Sirkuit Terpadu. maka penelitian ini difokuskan hanya pada masalah
pengaturan perlindungan hukum atas karya cipta seni lukis.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
7
a. Bagaimana perlindungan hukum atas karya cipta seni lukis dalam analisis
putusan Mahkamah Agung No.596 k/Pdt.Sus/2011?
b. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hakim dalam memberikan putusan
MA No.596k/Pdt.Sus/20011?
c. Bagaimana pertimbangan hakim dalam memberikan putusan MA No.
596K/Pdt.Sus/2011?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui tentang
perlindungan hukum atas karya cipta seni lukis bagi menurut ketentuan UndangUndang No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Sedangkan secara khusus
penelitian ini bertujuan:
a. Untuk mengetahui perlindungan hukum atas karya cipta seni lukis dalam
analisis putusan MA. No.596k/Pdt.Sus/2011.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hakim dalam
memberikan putusan MA. No.596k/Pdt.Sus/2011.
c. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam memberikan putusan MA.No.
596K/Pdt.Sus/2011.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
1) Penelitian ini digunakan untuk sumber data dan informasi yang dipercaya
8
dan dapat di pertanggung jawabkan secara ilmiah sebagai bahan
menambah ilmu pengetahuan di bidang ilmu Hukum khususnya Hukum
Perdata dan Hukum Bisnis.
2) Sebagai acuan untuk pembelajaran dan pembuatan karya ilmiah
khususnya yang berkaitan dengan hak kekayaan intelektual terutama Hak
Cipta.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai sumber
kajian bagian yang berkepentingan, terutama bagi praktisi hukum. dan
juga diharapkan dapat berguna sebagai jawaban dari berbagai persoalan
yang terjadi dalam lingkup hak cipta terutama karya cipta seni lukis.
D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
Pernah ada penelitian mengenai Hak Cipta pada skripsi yang berjudul “
Prospek Perlindungan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dalam Kesenia
Tradisional Di Indonesia” yang disusun oleh Agnes Vira Radian, fakultas Hukum
Universita Diponogoro Tahun 2008,yang membahas tentang perlindungan hukum
hak kekayaan intelektual dalam kesenian tradisional di Indonesia, dan untuk
mengetahui dan menganalisis mengenai prospek hukum hak kekayaan intelektual
di Indonesia dalam rangka memberikan perlindungan bagi kesenian tradisional
dari pembajakkan oleh negara lain.Yang membedakan skripsi ini dengan
penelitian yang diangkat oleh penulis adalah pada skripsi tersebut menulis tentang
9
perlindungan hukum Atas karya cipta seni lukis,sedangkan yang akan diteliti oleh
penulis adalah tentang bagaimana perlindungan Hukum atas karya cipta seni lukis
terkait dengan putusan MA No.596k/Pdt.Sus/2011.
Skripsi selanjutnya yang terkait dengan Hak Cipta adalah Skripsi yang
berjudul “ Perlindungan Hak Cipta Karya Musik Independen ” yang disusun oleh
Wahyu
Andika
Putra,
fakultas
hukum
universitas
sebelas
maret,
Surakarta,2009,yang membahas mengenai tujuan untuk mengetahui hubungan
hukum antara pencipta atau pemegang hak cipta dengan
PT Musikita,
pelaksanaan perlindungan hak cipta karya ”musik independen” dan hambatanhambatan yang dihadapi oleh PT Musikita Solo-Indonesia. Yang membedakan
skripsi ini dengan penelitian yang diangkat oleh penulis adalah pada skripsi
tersebut perlindungan hukum atas musik independen dan untuk mengetuhui
hubungan hukum antara pencipta atau pemegang hak cipta dengan PT musikita,
sedangkan yang akan diteliti oleh penulis tentang perlindungan hukum terhadap
hak cipta seni lukis dan mengetahui faktor-faktor apasaja yang jadi pertimbangan
hakim dalam memberikan putusan.
E. Kerangka Konsep
Dalam pembahasan kerangka konseptual, akan diuraikan beberapa konsep
– konsep terkait terhadap beberapa istilah yang akan sering digunakan dalam
penelitian ini, yaitu:
10
1. Hak Atas Kekayaan Intelektual
Hak Kekayaan Intelektual adalah hak yang berasal atau bersumber dari hasil
pemikiran seseorang atau seseorang yang memiliki ide7, baik dalam bidang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, industri atau kesemuanya, yang hasilnya
berupa sebuah karya yang dapat dikategorikan karya intelektual dan memiliki
nilai komersial.
2. Hak Cipta
Hak cipta adalah hak eksekusif yang dimiliki oleh pencipta atau pemegang
hak cipta dalam bidang ilmu pengetahuan,seni, dan sastra untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya sesuai dengan UU yang
terkait.
3. Pencipta
Pencipta adalah seseorang atau beberapa orang yang memiliki kemampuan
pikiran, keterampilan, kecekatan,8 atau keahlain untuk menghasilkan suatu
karya yang baru dan dalam bentuk yang khas.
4. Pemegang Hak Cipta
Pemegang Hak Cipta adalah pemilik dari hak cipta itu sendiri atau pihak yang
diberikan hak lebih lanjut dari pihak yang menerima hak tersebut.
5. Merek
Merak adalah berupa tanda, huruf, tulisan, warna, kata, angka-angka, yang
7
Brian Martin, Against Intellectual Property, http:// WWW.Gogle.com, Departement of
Science And Thecnology, University of wollongong, Australia, h.1
8
Rooseno Harjowidigdo,s.h, Mengenal Hak Cipta Di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan,1992.
11
dikombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dari
kompetitornya9 dan dapat digunakan kegiatan perdagangan barang atau jasa.
6. Lisensi
Lisensi adalah izin yang diberikan pencipta atau pemegang hak cipta kepada
orang lain untuk menggumumkan dan/memperbanyak ciptaannnya dengan
persyaratan tertentu.
F. Metode Penelitan
1. Tipe Penelitian
Penelitian merupakan salah satu cara yang tepat untuk memecahkan
masalah. Selain itu penelitian juga dapat digunakan untuk menemukan,
mengembangkan dan menguji kebenaran. Dilaksanakan untuk mengumpulkan
data guna memperoleh pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban atas
pokok-pokok permasalahan yang dirumuskan dalam bab I Pendahuluan,
sehingga diperlukan rencana yang sistematis, metodelogi merupakan suatu
logika yang menjadi dasar suatu penelitian ilmiah.10 Oleh karenanya pada saat
melakukan penelitian seseorang harus memperhatikan ilmu pengetahuan yang
menjadi induknya.
Pada penelitian hukum ini, peneliti menjadikan bidang ilmu hukum
sebagai landasan ilmu pengetahuan induknya. Oleh karena itu maka penelitian
yang digunakan adalah penelitian hukum. Menurut Soerjono Soekanto yang
9
HKInet,( Wacana Kekayaan Intelektual Indonesia) , Regulasi Bidang HKI, http://
WWW.Gogle.com, Lembaga Kajian Hukum Teknologi , FH UI,h.1
10
Ronny Hanintijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurumetri, (Jakarta:Ghalia
Indonesia,1998),h.9
12
dimaksud dengan penelitian hukum adalah kegiatan ilmiah yang didasarkan
pada metode, sistematika,11 dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk
mempelajari satu atau segala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya.
Tipe penelitian yang di gunakan dalam Penulis skripsi ini adalah
metode yuridis normatif,12 yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan
hanya meneliti bahan pustaka atau data sekunder, yang mungkin mencakup
bahan hukum primer, sekunder, dan tertier. Tujuan dari penelitian hukum
normatif mencakup penelitian asas-asas hukum, penelitian terhadap
sistematika hukum,13 penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum, penelitian
sejarah hukum dan penelitian perbandingan hukum.
2. Pendekatan Masalah
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
perundang-undangan (statue approach).14 Karena analisi kasus hukum dalam
skripsi ini tentang analisi putusan Ma No.596/k/Pdt.Sus/ 2011 yang sudah
pasti mengacu pada pendekatan tentang perundang-undangan. Selain
pendekatan perundang-undangan, skripsi ini juga menggunakan Pendekatan
Kasus (case approach), dipergunakan untuk menggambarkan dan menunjang
suatu pendapat atau dalil. Pendekatan ini digunakan untuk memecahkan suatu
problema melalui pengumpulan data dalam bentuk beberapa case yang
11
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI,1986), h.43
Soerjono soekanto dan marmudji,Pengertian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 14
13
Ibid, h.61
14
Ronny Hanitjo Soemitro, Metode Penelitian Hukum Dan Jurimentri, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1994) h. 11
12
13
kongkret dan terperinci.pendekatan konsep (conceptual approach), yang
dimana untuk memahami konsep dalam skrisi ini dalam konsep-konsep hak
cipta terutama hak cipta dalam seni lukis, sehingga tidak terjadi pelanggaran
hak cipta.
3. Sumber Hukum
Pengumpulan data mempunyai hubungan erat dengan sumber data,
karena dengan pengumpulan data akan diperoleh data yang diperlukan untuk
selanjutnya dianalisis sesuai kehendak yang diharapkan.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer yang merupakan bahan hukum yang
mengikat berupa peraturan perundang-undangan, beberapa putusan
pengadilan yang antara lain Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, dan peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan Hak Cipta.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang erat kaitannya
dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa,
memahami, dan menjelaskan bahan hukum primer. Yang termasuk dalam
bahan hukum sekunder yaitu semua publikasi tentang hukum yang bukan
14
merupakan dokumen-dokumen resmi.15 sebagai contoh buku-buku, jurnal,
majalah, buleti dan internet.
c. Bahan Non-Hukum (Tersier)
Bahan Non-Hukum adalah yang merupakan bahan-bahan hukum
yang primer dan sekunder, serperti : Kamus Inggris-Indonesia, Kamus
Hukum Belanda-Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
4.Pengelolaan dan Analisis Bahan Hukum
Metode yang digunakan dalam menganalisis dan mengolah data-data yang
terkumpul adalah analisis kualitatif.16 Maksud dari penggunaan metode tersebut
adalah memberikan gambaran terhadap permasalahan yang ada didalam Bab I
dengan berdasarkan pada pendekatan yuridis normatif.
Pada metode ini data-data yang diperoleh yaitu data sekunder, akan
diinventarisasi dan disistematiskan dalam uraian yang bersifat deskriptifanalisis.17
Setelah dilakukan proses inventarisasi dan penyusunan data secara sistematis
maka langkah selanjutnya ialah menganalisa data-data tersebut.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun berdasarkan buku “Petunjuk Penulisan Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011” dengan
15
Peter, Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010), cetakan keenam, h. 141.
16
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 104
17
Soerjono soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Rajawali
Press, 1998) h. 35
15
sistematika yang terbagi dalam lima bab. Masing-masing bab terdiri atas beberapa
subbab sesuai pembahasan dan materi yang diteliti. Adapun perinciannya sebagai
berikut:
BAB I
Pendahuluan, memuat: Latar Belakang, dilanjutkan dengan Batasan
dan RumusanMasalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan
(Review) kajian Terdahulu, Kerangka Konseptual, Metode Penelitian,
dan Sistematika Penulisan.
BAB II Tinjauan Teori ,Dalam Bab ini berisi uraian materi hasil penelitian
kepustakaan yang meliputi: landasan teori, bab ini menguraikan materimateri dan teori-teori yang berhubungan dengan masalah perlindungan
hukum dan hak cipta, materi-materi ini merupakan landasan untuk
menganalisis putusan Mahkamah Agung No.596k/Pdt.Sus/2011.
BAB III Gambaran Umum Tentang Mahkamah Agung No.596k/Pdt.Sus/2011,
yang dimana didalamnya membahas tentang sejarah MA.
BAB IV Hasil Putusab Ma No.596k/Pdt.Sus/2011, yang dimana pada bab ini
membahas tentang perlindungan hukum bagi hak cipta,faktor-faktor
yang mempengaruhi hakim dalam memberiakan putusan, dasar
pertimbangan hakim dalam memberikan putusan, analisis penulis.
BAB V Penutup yaitu berisi tentang kesimpulan dan saran. Pada bab ini
merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, untuk itu penulis
menari beberapa kesimpulan dari hasil penelitian, disamping itu penulis
menengahkan beberapa saran yang dianggap perlu.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Perlindungan Hukum Hak Cipta
1. Pengertian Perlindungan Hukum
Kehadiran hukum dalam masyarakat adalah untuk mengintegrasikan
dan mengkoordinasikan kepentingan- kepentingan yang bisa bertentangan
satu
sama
lain.
Berkaitan
dengan
itu,
hukum
harus
mampu
mengintegrasikannya sehingga benturan-benturan kepentingan itu dapat
ditekan sekecil-kecilnya. Dimana perlindungan terhadap kepentingankepentingan tertentu, dalam suatu lalu lintas kepentingan, hanya dapat
dilakukan dengan cara membatasi kepentingan pihak lain.
Menurut pendapat Lili Rasjidi dan B. Arief Sidharta1 tentang fungsi
hukum untuk memberi perlindungan adalah bahwa hukum itu ditimbulkan dan
dibutuhkan manusia justru berdasarkan produk penilaian manusia untuk
menciptakan kondisi yang melindungi dan memajukan martabat manusia serta
untuk memungkinkan manusia menjalani kehidupan yang wajar sesuai dengan
martabatnya.
Perlindungan terhadap masyarakat mempunyai banyak dimensi yang
salah satunya adalah perlindungan hukum. Perlindungan hukum bagi setiap
Warga Negara Indonesia tanpa terkecuali, dapat ditemukan dalam Undang-
1
Lili Rasjidi dan B Arief Sidharta, Filsafat Hukum Madzab dan Refleksi, (Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya, 1994), h. 64
16
17
undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD 1945), untuk itu setiap
produk yang dihasilkan oleh legislatif harus senantiasa mampu memberikan
jaminan perlindungan hukum bagi semua orang, bahkan harus mau
menangkap aspirasi-aspirasi hukum dan keadilan yang berkembang di
masyarakat. Hal tersebut, dapat dilihat dari ketentuan yang mengatur tentang
adanya persamaan kedudukan hukum bagi setiap Warga Negara Indonesia
tanpa terkecuali.
Ada beberapa pendapat yang dapat dikutip sebagai suatu patokan
mengenai perlindungan hukum:
a. Menurut Satjipto Rahardjo,2 Perlindungan Hukum adalah adanya upaya
melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu
kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya
tersebut.
b. Menurut Setiono,3 Perlindungan Hukum adalah tindakan atau upaya untuk
melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa
yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan
ketentraman
sehingga
memungkinkan
manusia
untuk
menikmati
martabatnya sebagai manusia.
c. Menurut Muchsin,4 Perlindungan Hukum merupakan kegiatan untuk
melindungi individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau
2
Satjipto Rahardjo, Sisi-sisi Lain dari Hukum di Indonesia, (Jakarta : Kompas, 2003), h. 121
Setiono, Rule of Law, (Surakarta: Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas
Sebelas Maret, 2004), h. 3
4
Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, (Surakarta :
Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret, 2003), h. 14
3
18
kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam
menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antara sesama
manusia.
d. Menurut Hetty Hasanah,5 Perlindungan Hukum yaitu merupakan segala
upaya yang dapat menjamin adanya kepastian hukum, sehingga dapat
memberikan perlindungan hukum kepada pihak-pihak yang bersangkutan
atau yang melakukan tindakan hukum.
2. Bentuk Perlindungan Hukum
Perlindungan Hukum merupakan suatu hal yang melindungi subyeksubyek hukum melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu saksi. Perlindungan hukum dapat
dibedakan menjadi dua,6 yaitu:
a. Perlindungan Hukum Preventif
Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk
mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam
peraturan perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah suatu
pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam
melakukan suatu kewajiban.
b. Perlindungan Hukum Represif
Perlindungan Hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa
5
Hetty Hasanah, Perlindungan Konsumen dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen atas
Kendaraan Bermotor dengan Fidusia. (http//jurnal.unikom.ac.id/vol3/perlindungan.html, 2004) h, 1
6
Musrihah, 2002, h. 30
19
sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan
apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.
Salah satu sifat dan sekaligus merupakan tujuan darii hukum adalah
memberikan perlindungan ( Pengayoman) kepada masyarakat. Oleh
karena itu, perlindungan hukum terhadap masyarakat tersebut harus
diwujudkan dalam bentuk adanya kepastian hukum.7 Sehigga dalam
penulisan ini, perlindungan hukum diberi batasan sebagai salah satu upaya
yang dilakukan dibidang hukum dengan maksud dan tujuan memberi hasil
karya cipta khususnya di bidang kesenian
tradisional/Folklore demi
mewujudkan kepastian hukum.
3. Pengertian Hak Cipta
Istilah Hak cipta mula-mula diusulkan oleh St. Moh. Syah pada Tahun
1951 di Bandung8 dalam kongres kebudayaan (yang kemudian diterima oleh
kongres tersebut) sebagai pengganti istilah Hak Pengarang yang dapat
dianggap kurang luas lingkup pengertiannya. Istilah Hak Penggarang itu
sendiri merupakan terjemahan dari bahasa Belanda Auteursrecht.
Dinyatakan kurang luas karena istilah Hak Penggarang itu
memberikan kesan penyempitan arti, seolah-olah yang dicakup oleh Hak
Pengarang itu hanyalah berasal dari Hak Pengarang saja. Sedangkan istilah
7
Shidarta, Krakteristik Penalaran Hukum dalam Konteks Ke-Indonesia-an, Disertasi,
(Bandung: Program Dokter Ilmu Hukum Universitas Katolik Parahyangan, 2004), h. 112
8
Naning Ramdlon, Perihal Hak Cipta Indonesia, Tinjauan Terhadap Auteursrecht 1912 Dan
Undang-undang Hak Cipta 1997, Yogyakarta, Liberty, 1997.
20
hak cipta adalah luas, dan mencangkup juga tentang karang-mengarang.
Untuk lebih jelasnya batasab pengertian hak cipta dan pencipta ini dapat
dilihat pada Pasal 1 Undang-undang Hak Cipta Tahun 2002, yaitu:
Hak Cipta merupakan hak ekseklusif bagi pencipta atau pemegang hak
cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya, yang timbul secara
otomatis setelah suatu ciptaanya dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan
menurut perundang-undang yang berlaku.
Pencipta atau pemegang hak cipta atas karya Sinema fotografi dan
Program Komputer (Software) memiliki hak untuk memberikan izin atau
melarang orang lain yang tanpa persetujuan menyewakan ciptaan tersebut
untuk kepentingan yang bersifat komersial.
Sebagai
perbandingan,
penulis
juga
menguraikan
beberapa
pengertian Hak Cipta menurut Auteurswet 1912 dan Universal Copyright
Convention.
Menurut Auteurswet 1912 Pasal 1 menyebutkan:
“Hak Cipta adalah Hak tunggal dari pada pencipta, atau hak dari pada yang
mendapat hak tersebut, atas hasil ciptaannya dalam lapangan kesusastraan,
pengetahuan dan kesenian, untuk mengumumkan dan memperbanyaknya
dengan mengingat pembatasan-pembatasan yang ditentukan oleh undangundang.
Selanjutnya oleh Universal Copyright Convention dalam Pasal 5
21
menyebutkan bahwa: Hak Cipta meliputi Hak Tunggal dari si pencipta untuk
membuat, menerbitkan dan memberi kuasa untuk membuat terjemahan dari
pada karya yang dilindungi perjanjian ini.
Jika dibandingkan batasan pengertian yang diberikan oleh ketentuan
tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa semuanya memberikan
pengertian yang sama.
Dalam Auteurswet 19129 maupun Universal Copyright Convention
menggunakan “Hak Tunggal” sedangkan Undang-undang Hak Cipta Nomor
19 Tahun 2002 menggunakan istilah “Hak Eksklusif” bagi pencipta.
Jika dilihat penjelasan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Hak Cipta No.
19 Tahun 2002, yang dimaksud Hak Eksklusif dari pencipta ialah tidak ada
orang lain yang boleh melakukan hak itu kecuali dengan izin pencipta.
Perkataan “tidak ada orang lain” mempunyai pengertian yang sama dengan
hak tunggal, yang menunjukkan bahwa pencipta yang boleh melakukan hak
itu.
Sebagai Hak Khusus (Exclusive Rights), Hak Cipta mengandung 2
(dua) esensi hak, yaitu Hak Ekonomi (Economic Rights) dan Hak Moral
(Moral Right). Kandungan hak ekonomi meliputi hak untuk mengumumkan
dan hak untuk memperbanyak ciptaan tersebut. Kandungan hak moral
meliputi hak untuk menuntut agar nama pencipta tetap dicantumkan dalam
9
Sophar Maru Hutagalung, Hak Cipta Kedudukan dan Perananya dalam Pembangunan,
(Jakarta: Sinar Grafika) h. 143
22
ciptaannya, hak untuk melarang perubahan suatu ciptaan tersebut.
Menurut M. Hutauruk ada 2 (dua) unsur penting yang terkandung dari
rumusan pengertian Hak Cipta,10 yakni:
a. Hak yang dapat dipindahkan, dialihkan kepada pihak lain.
b. Hak moral yang dalam keadaan bagaimanapun dan dengan jalan apapun
tidak dapat ditinggalkan dari padanya (mengumumkan karyanya,
menetapkan judulnya, mencantumkan nama sebenarnya atas nama
samarannya dan mempertahankan keutuhan atau integritas ceritanya).
Dibandingkan
dengan
Auteurswet
1912
Universal
Copyright
Convention mencakup pengertian yang lebih luas,11 karena disana memuat
kata-kata menerbitkan terjemahan. Yang pada akhirnya tidak saja melibatkan
pencipta tetapi juga pihak penerbit dan pencetak. Menurut Ajip Rosidi
mengandung sifat economic interest (kepentingan atau arti ekonomi).
Bagian akhir Pasal 2 Undang-undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun
2002, menyebutkan bahwa dalam penggunaan hak tersebut diberikan
ketentuan harus sesuai dan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, tidak mengurangi hakhak orang lain dan tidak menimbulkan kerugian bagi pihak ketiga.
Dalam konsep Hak Cipta, tersimpul 3 (tiga) jenis hak khusus yang
dilindungi undang-undang. Ketiga hak khusus itu adalah hak untuk
mengumumkan ciptaan, hak untuk memperbanyak ciptaan, hak untuk
10
M. Hutauruk, Pengaturan Hak Cipta Nasional, (Jakarta : Erlangga, 1997) h. 40
Ajip Rosidi, Undang-Undang Hak Cipta 1982. Pandangan seorang awam Djambatan.
Jakarta. 1984, h. 40
11
23
memberi izin mengumumkan dan memperbanyak ciptaan, tanpa mengurangi
pembatasan-pembatasan menurut Peraturan Perundang-undangan Hak Cipta.
a. Hak Untuk Mengumumkan Ciptaan
Yang
dimaksud
menyuarakan,
dengan
menyiarkan,
"mengumumkan"
atau
adalah
menyebarkan
membacakan,
ciptaan
dengan
menggunakan alat apa pun dan dengan cara sedemikian rupa, sehingga
ciptaan itu dapat dibaca, didengar atau dilihat oleh orang lain. Termasuk
hak mengumumkan adalah distribution right, public performance right,
broadcasting right, cable-casting right.
b. Hak Untuk Memperbanyak Ciptaan
Yang dimaksud dengan "memperbanyak" adalah menambah jumlah suatu
ciptaan dengan pembuatan yang sama, hampir sama, atau menyerupai
ciptaan tersebut dengan menggunakan bahan-bahan yang sama maupun
tidak sama, termasuk mengalihwujudkan suatu ciptaan. Termasuk hak
memperbanyak adalah printing right, copying right.
c. Hak Untuk Memberi Izin
Yang dimaksud dengan “memberi izin” adalah memberi lisensi kepada
pihak lain berdasarkan surat perjanjian lisensi untuk melaksanakan
perbuatan mengumumkan atau memperbanyak ciptaan. Perbuatan hak
khusus ini harus dilaksanakan dengan perjanjian tertulis dalam bentuk akta
otentik atau tidak otentik. Perbuatan yang diizinkan untuk dilaksanakan
24
adalah perbuatan yang secara tegas disebutkan di dalam akta.
Setiap ciptaan seseorang atau badan hukum dilindungi oleh undangundang karena pada ciptaan itu melekat Hak Cipta. Setiap pencipta atau
pemegang Hak Cipta bebas menggunakan Hak Ciptanya, tetapi undangundang menentukan pula pembatasan terhadap kebebasan penggunaan Hak
Cipta yaitu Karena sudah ditentukan pembatasannya, maka kebebasan
menggunakan Hak Cipta tidak boleh melanggar pembatasan tersebut.
Pembatasan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Kesusilaan Dan Ketertiban Umum
Kebebasan penggunaan Hak Cipta tidak boleh melanggar kesusilaan dan
ketertiban umum. Termasuk contoh melanggar kesusilaan adalah
penggunaan hak untuk mengumumkan atau memperbanyak VCD
kebebasan
seks.
Termasuk
melanggar
ketertiban
umum
adalah
memperbanyak dan menyabarkan buku yang berisi ajaran yang
memperbolehkan wanita bersuami lebih dari 1 (satu) poliandri.
b. Fungsi Sosial Hak Cipta
Kebebasan penggunaan Hak Cipta tidak boleh meniadakan atau
mengurangi, fungsi sosial Hak Cipta memberi kesempatan kepada
masyarakat
memanfaatkan
ciptaan
seseorang
untuk
kepentingan
pendidikan dan ilmu pengetahuan, bahan pemecahan masalah, pembelaan
perkara di pengadilan, bahan ceramah, tetapi harus disebutkan sumbernya
secara lengkap.
c. Pemberi Lisensi Wajib
25
Pemegang Hak Cipta memberi lisensi (Compulsory Licensing) kepada
pihak lain untuk menerjemahkan atau memperbanyak ciptaannya dengan
imbalan yang wajar. Pemberian lisensi wajib didasari pertimbangan bila
negara memandang perlu atau menilai suatu ciptaan sangat penting artinya
bagi kehidupan masyarakat dan negara, misalnya untuk kepentingan
pendidikan, ilmu pengetahuan, penelitian, keamanan dan ketertiban.
Mengenai
Hak
Turunan
yang
merupakan
terjemahan
dari
Neighbouring Right diartikan sama dengan Hak Salinan berpangkal pada atau
berasal dari Hak Cipta yang bersifat asal (origin). Hak Turunan ini dilindungi
karena banyak berhubungan dengan perangkat teknologi, yaitu fasilitas
rekaman, fasilitas pertunjukan, dan fasifitas penyiaran. Perlindungan Hak
Turunan terutama ditujukan kepada orang yang berprofesi di bidang
pertunjukan, perekaman dan penyiaran
4. Ciptaan Yang Dilindungi
Yang menjadi objek pengaturan Hak Cipta adalah karya-karya cipta
dibidang ilmu pengetahuan, sastra dan di bidang seni. Karya apa saja yang
jelasnya dilindungi Hak Cipta, ditentukan dalam Pasal 12 Undang-undang
Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002.
Jenis ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu
pengetahuan, seni dan sastra yang meliputi karya:
a. Buku, Program Komputer (Software), pamflet, perwajahan (layout) karya
tulis yang diterbitkan dan semua karya tulis lain.
b. Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu.
26
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan.
d. Lagu atau musik dengan teks atau tanpa teks.
e. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan dan pantomin.
f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni
kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase dan seni terapan.
g. Arsitek
h. Peta
i. Seni Batik
j. Fotografi
k. Sinematografi.
l. Terjemahaan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari
hasil pengalihwujudan.
Jika diperhatikan rincian yang diberikan menurut huruf a hingga k ini
dapat dikualifikasikan sebagai ciptaan asli. Sedangkan ciptaan pada huruf 1
merupakan pengolahan selanjutnya dari ciptaan-ciptaan asli.
Ciptaan karya hasil pengolahan tersebut juga dilindungi sebagai Hak
Cipta, sebab bentuk pengolahan itu merupakan suatu ciptaan yang baru dan
tersendiri pula. Pemberian perlindungan dimaksud selanjutnya ditentukan
tidak mengurangi Hak Cipta atau ciptaan aslinya.
Untuk pengolahan dari ciptaan asli ini sering disebut dengan istilah
27
tweedehandse auteursrecht (Hak Cipta saduran), untuk membedakan dari Hak
Cipta asli. Istilah ini diterjemahkan dengan istilah Hak Cipta saduran,
dinamakan demikian karena seolah-oleh disadur dari ciptaan asli.
Perlindungan Hak Cipta adalah sebagai salah satu tujuan dari Undangundang No. 19 tahun 2002 Tentang Hak Cipta diatur dalam Pasal 12 ayat (2)
oleh karena adalah wajar perlindungan yang diberikan terhadap pengolahan
dari ciptaan asli kepada si pengelola, dengan memperhatikan hak-hak si
pencipta asli itu, si pengelola diharuskan pula mendapatkan izin lebih dahulu
dari pengarang Hak Cipta asli atau si penerima haknya. Demikianlah halnya
jika hendak menterjemahkan karya orang lain, si penerjemah harus terlebih
dahulu menerima izin dari pemegang hak cipta asli.
Selanjutnya perlindungan juga diberikan terhadap ciptaan yang sudah
merupakan suatu bentuk kesatuan yang nyata, yang memungkinkan
perbanyakan karya itu, tetapi belum diumumkan dalam bahasa asing ciptaan
semacam itu disebut unpublished works (karya cipta yang belum
diumumkan), dan ini diatur dalam Pasal 12 ayat (3) Undang-undang Hak
Cipta Nornor 19 Tahun 2002. Pasal tersebut berbunyi dalam perlindungan
sebagaimana yang dimaksud termasuk juga semua ciptaan yang tidak atau
belum diumumkan, akan tetapi sudah merupakan bentuk kesatuan yang nyata,
yang memungkinkan perbanyakan hasil karya itu.
28
5. Pemegang Hak Cipta
Yang dimaksud dengan pemegang Hak Cipta adalah, pencipta sebagai
pemilik Hak Cipta atau orang lain yang menerima hak tersebut dari pencipta,
atau orang lain yang menerima lebih lanjut hak dari orang tersebut diatas,
sebagaimana yang dimaksudkan oleh Pasal 1 ayat (4) Undang-undang Hak
Cipta Nomor 19 Tahun 2002 bahwa Pemegang Hak Cipta adalah pencipta
sebagai pemilik Hak Cipta atau pihak yang menerima hak tersebut dari
Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang
menerima hak tersebut.
Jika dikaitkan dengan Hak Cipta, maka yang menjadi subjeknya
sebagaimana yang dimaksud oleh Pasal 3 Undang-undang Hak Cipta ialah
pemegang hak yaitu pencipta atau orang atau badan hukum yang secara sah
memperoleh hak untuk itu. Yaitu dengan jalan pewarisan, hibah, wasiat,
dijadikan milik negara atau dengan perjanjian, sedangkan yang menjadi objek
ialah benda yang dalam hal ini adalah Hak Cipta, sebagai benda immateril.
Selanjutnya, yang dimaksud dengan pencipta dalam hal ini, Pasal 5
sampai dengan Pasal 9 Undang-undang Hak Cipta Nomor 19 tahun 2002
memberikan penjelasan sebagai berikut:
Pasal 5 (1)
Kecuali ada bukti tentang hal sebaliknya, maka yang dianggap sebagai
pencipta adalah orang yang untuk ciptaan itu namanya terdaftar sebagai
pencipta menurut ketentuan Pasal 29 atau jika ciptaannya itu didaftarkan,
29
orang yang dalam atau pada ciptaannya itu disebut atau dinyatakan sebagai
pencipta, atau orang yang pada pengumuman sesuatu ciptaan diumumkan
sebagai penciptanya.
Pasal 5 (2)
Jika pada ceramah yang tidak tertulis tidak ada pemberitahuan siapa yang
menjadi penciptanya, maka orang yang berceramah dianggap sebagai
penciptanya.
Pasal 6
Jika suatu ciptaan terdiri dari beberapa bagian tersendiri yang diciptakan dua
orang atau lebih, maka yang dianggap sebagai pencipta ialah orang yang
memimpin serta mengawasi penyelesaian seluruh ciptaan itu, atau jika tidak
ada orang itu, orang yang menghimpunnya dengan tidak mengurangi Hak
Cipta masing-masing atas bagian ciptaannya.
Pasal 7
Jika suatu ciptaan yang dirancang seseorang, diwujudkan dan dikerjakan oleh
orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan orang yang merancang, maka
penciptanya adalah orang yang merancang ciptaan itu.
Pasal 8 (1)
Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain dalam
lingkungan pekerjaannya, maka pihak lain untuk dan dalam dinasnya ciptaan
itu dikerjakan adalah pemegang hak cipta kecuali ada perjanjian lain antara
kedua pihak, dengan tidak mengurangi hak si pembuat sebagai penciptanya
apabila penggunaan ciptaan itu diperluas keluar hubungan dinas.
30
Pasal 8 (2)
Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan kerja dengan pihak lain dalam
lingkungan pekerjaannya, maka pihak yang membuat karya cipta itu sebagai
pencipta adalah pemegang Hak Cipta, kecuali apabila diperjanjikan lain antara
kedua pihak.
Penjelasan Pasal 8
Yang dimaksud dengan hubungan dinas adalah hubungan kepegawaian negeri
dengan instansinya, sedangkan yang dimaksud dengan hubungan kerja adalah
hubungan karyawan dengan pemberi kerja di lembaga swasta.
Pasal 9
Jika suatu badan hukum mengumumkan bahwa ciptaan berasal dari padanya
dengan tidak menyebut seseorang sebagai penciptanya maka badan hukum
tersebut dianggap sebagai penciptanya, kecuali jika dibuktikan sebaliknya.
Demikian dapat dilihat siapa-siapa yang dianggap sebagai pencipta
menurut Undang-undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002. Selanjutnya
mengenai Negara sebagai pemegang Hak Cipta, dalam hal ini menurut
ketentuan Pasal 3 ayat (2) menyatakan: "Hak Cipta dapat beralih atau
dialihkan karena menjadi milik Negara. Dalam hal ini dipertegas oleh Pasal 10
ayat (3) yang menyebutkan, ketentuan lebih lanjut mengenai Hak Cipta yang
dipegang oleh negara sebagaimana yang dimaksud dalam pasal ini, diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Hak Cipta sebagai Hak Milik dalam penggunaannya harus pula
dilandaskan atas fungsi sosial. Hal ini dinyatakan dalam penjelasan umum
31
Undang-undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002, menyebutkan bahwa
undang-undang ini selain dimasukkan unsur baru mengingat perkembangan
teknologi, diletakkan juga unsur kepribadian Indonesia yang mengayomi baik
kepentingan individu maupun masyarakat, sehingga terdapat keseimbangan
yang serasi antara kedua kepentingan dimaksud.
Atas pertimbangan inilah negara dapat sewaktu-sewaktu menjadi
pemegang Hak Cipta. Tidak semua jenis Hak Cipta dapat dijadikan milik
negara, hal ini tergantung pada fungsi kegunaan bagi negara.
Dalam hal ini Ali Said ketika memberi keterangan pemerintah
dihadapan sidang paripurna DPR, dalam pembahasan RUU Hak Cipta Nomor
7 Tahun 1987 mengatakan:
… Pelaksanaan pengambilalihan Hak Cipta oleh negara tidaklah semudah
diduga orang, karena yang dapat diambilalih negara hanyalah apabila
dianggap perlu atas dasar kepentingan nasional. Dengan demikian berarti
hanya dengan pertimbangan nasional semata-mata. Selanjutnya beliau
memberi contoh bahwa Hak Cipta yang dapat diambilalih adalah:
1. Hak cipta atas suatu lagu yang dijadikan lagu kebangsaan.
2. Hak cipta atas lambang yang dijadikan lambang negara.
3. Hak cipta atas rumusan Pancasila yang dijadikan dasar negara.
Demikian contoh yang dimaksudkan Ali Said tentang Hak Cipta yang
dapat diambilalih oleh negara.
32
Menurut JCT. Simorangkir, bahwa:
Istilah dapat dijadikan milik negara yang dipakai oleh Undang-Undang
Hak Cipta, memberikan arti bahwa peralihan hak kepada negara itu hanya
merupakan suatu kemungkinan saja. Bukan suatu kekhususan dan untuk itu
harus dipenuhi beberapa syarat, yaitu:
a. Demi kepentingan negara.
b.
Dengan sepengetahuan pengarangnya.
c. Dengan keputusan Presiden.
d. Atas dasar pertimbangan Dewan Hak Cipta.
e. Kepada pemegang Hak Cipta diberi imbalan penghargaan yang ditetapkan
oleh Presiden.
Selanjutnya menurut beliau,12 dengan dijadikan Hak Cipta suatu karya
menjadi milik negara setelah memenuhi segala macam persyaratan itu.
Atas dasar ini istilah yang digunakan Ali Said dengan mengatakan
diambilalih, walaupun sebenarnya ada pihak yang keberatan dengan istilah
itu. Keberatan itu dari pihak pengarang sendiri.
Demikian halnya dengan Hak Cipta, jika digunakan kata persetujuan,
si pencipta akan mempersulit persoalan jika ternyata si pencipta tidak
memberikan persetujuan. Oleh karena itu undang-undang telah menetapkan
syarat-syarat tertentu, misalnya atas dasar pertimbangan Dewan Hak Cipta
Nasional sebagai wakil si pencipta.
12
JTC Simorangkir, Hak Cipta, Jakarta, Djambatan. 1987. H. 37
33
6. Sistem Pendaftaran Hak Cipta
Salah satu perbedaan yang dianggap cukup penting antara Auteurswet
dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 adalah tentang Pendaftaran
Hak Cipta. Auteurswet 1912 tidak ada memberi ketentuan tentang pendaftaran
Hak Cipta ini. Menurut KoIIewijn sebagaimana yang dikutip oleh Widya
Pramono menyebutkan, Ada 2 (dua) jenis pendaftaran atau stelsel
pendaftaran,13 yaitu stelsel konstitutif dan stelsel deklaratif.
Stelsel konstitutif berarti bahwa hak atas ciptaan baru terbit karena
pendaftaran yang telah mempunyai kekuatan hukum. Stelsel deklaratif bahwa
pendaftaran itu, bukanlah menerbitkan hak, melainkan hanya memberikan
dugaan atau prasangka saja bahwa menurut undang-undang orang yang
ciptaannya terdaftar itu adalah yang berhak atas ciptaannya.
Dalam stelsel konstitutif letak titik beratnya guna memperoleh hak atas
ciptaan dalam pendaftarannya, sedangkan pada stelsel deklaratif titik beratnya
diletakkan pada anggapan sebagai pencipta terhadap hak yang didaftarkan itu,
hingga orang lain dapat membuktikan sebaliknya.
Selama orang lain tidak dapat membuktikan sebagaimana yang
diisyaratkan oleh Undang-undang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 Pasal 11,
maka pendaftar dianggap satu-satunya orang yang berhak atas ciptaan yang
terdaftar, dan setiap pihak ketiga harus menghormati haknya dengan mutlak.
13
Widyo Pramono. Tindak Pidana Hak Cipta. Sinar Grafika. Jakarta. 1997, h. 72
34
Dalam penjelasan umum Undang-undang Hak Cipta disebutkan bahwa
pendaftaran ciptaan dilakukan secara pasif, artinya bahwa semua permohonan
pendaftaran diterima dengan tidak terlalu mengadakan penelitian hak
pemohon, kecuali sudah jelas ada pelanggaran Hak Cipta.
Sikap pasif ini membuktikan bahwa pendaftaran ciptaan dalam daftar
umum ciptaan tidak mengandung arti sebagai pengesahan atas isi, arti atau
bentuk dari ciptaan yang didaftarkan.
7.
Masa Berlaku Hak Cipta
Sejarah perkembagan Hak Cipta di Indonesia, pada umumnya sama
dengan negara-negara yang tumbuh dan berkembang, sangat terkait dengan
perkembangan ilmu dan teknologi. Namun landasan dasarnya tetap tidak
berubah. Demikianlah jika dilihat dalam Auteurswet 1912 mengenai
pembatasan jangka waktu Hak Cipta sampai 50 (lima puluh) tahun, tetapi hal
itu pada Undang-undang Hak Cipta Nomor 6 Tahun 1982 menjadi 25 (dua
puluh lima) tahun, dengan Undang-undang Nomor 19 tahun 2002 mengenai
hal ini kembali mengalami perubahan, dan jangka waktu yang dipakai
kembali menjadi 50 (lima puluh) tahun.
Jadi yang dikatakan dengan landasan dasarnya yang tidak berubah itu,
jika dilihat dalam konsepsi hak milik yang dalam hal ini di Indonesia
didasarkan atas fungsi sosial. Sehingga dengan diberikannya pembatasan
jangka waktu pemilikan Hak Cipta maka diharapkan Hak Cipta itu tidak
tertahan lama ditangan si pencipta yang sekaligus sebagai pemiliknya.
35
Sehingga dengan demikian dapat dinikmati oleh rakyat atau masyarakat luas,
Selama ini Hak Cipta yang telah berakhir masa berlakunya hanya
menguntungkan pihak tertentu, khususnya pihak produser dalam hal karya
cipta lagu dan bagi penerbit dalam hal karya cipta buku.
Hak Cipta jika dilihat sepintas lalu adalah merupakan hak milik
absolut dari si pencipta atau si pemegang hak, namun sifat kemutlakannya itu
berkurang setelah adanya pembatasan terhadap pemilikan Hak Cipta.
Dalam hal ini dapat dilihat apa yang dikatakan oleh Mahadi:
Hak Cipta,14 jika dibandingkan dengan hak milik lainnya, kalah kuatnya dan
kalah penuhnya. Hal ini karena Hak Cipta berlaku hanya selama hidup si
pencipta ditambah dengan beberapa tahun setelah meninggalnya si pencipta
sesuai dengan ketentuan di masing-masing negara.
Pendapat yang dikemukakan oleh Mahadi di atas, sebenarnya cukup
beralasan, sebab hanya beberapa negara saja di dunia ini yang tidak
membatasi pemilikan Hak Cipta.
Sebenarnya mengenai pembatasan jangka waktu Hak Cipta adalah
merupakan penjelamaan dari pandangan tentang hakekat pemilikan dikaitkan
dengan kedudukan manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk
bermasyarakat, dimana hak milik itu dianggap mempunyai fungsi sosial.
Sampai pada batas tertentu memang Hak Cipta itu dimaksudkan untuk
memperhatikan keseimbangan umum (masyarakat luas). Dua kepentingan ini
14
Mahabi. Hak Milik Immateril BPHN. Jakarta, 1985, h. 15.
36
tidak dipisahkan, oleh hukum pengakuan milik perorangan dan milik umum
diakui, karena itu dapatlah dimengerti bahwa pembatasan jangka waktu Hak
Cipta itu merupakan pertimbangan atas milik umum dan milik individu
(perorangan), antara kepentingan individu dan masyarakat tidak dapat
dipisahkan atau dengan lainnya.
Ketentuan mengenai jangka waktu perlindungan bagi hak cipta atas
ciptaan segala bentuk rupa terutama seni lukis berlaku selama hidup pencipta
dan terus berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun setelah pencipta
meninggal dunia. Banyak yang berpandangan dengan perpanjangan waktu itu
Undang-undang Hak Cipta yang sekarang ini semakin individualis, namun
disisi lain perlu untuk menjamin atau melindungi kepentingan pencipta.
8.
Dewan Hak Cipta
Di dalam Pasal 39 dan Pasal 40 UU No.6 Tahun 1982 terdapat
ketentuan-ketentuan mengenai Dewan Hak Cipta, ketentuan mana tidak
mendapat perubahan, dalam arti tetap seperti yang diatur dalam UU No.6
Tahun 1982.
Ketentuan Pasal 39 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)
menyatakan sebagai berikut:
a. Untuk membantu pemerintah dalam memberikan penyuluhan dan
bimbingan, serta untuk pembinaan hak cipta, dibentuk dewan hak cipta.
b. Anggota Dewan Hak Cipta terdiri dari wakil departement atau instansi
pemerintah yang bersangkutan, serta wakil dari organisasi menurut bidang
37
keahlian dan profesi yang bersangkutan.
c. Syarat organisasi pencipta yang dapat mengirimkan wakilnya dalam
Dewan Hak Cipta, jumlah wakil dan syaratnya, ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
d. Penetapan anggota ahli atau wakil profesi dalam bidang hak cipta dan
tambahan keanggotaan diputuskan oleh pemerintah bersama-sama dengan
anggota yang mewakili anggotanya.
Pada Pasal 40 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dalam ketentuannya berbunyi:
a. Ketua, wakil ketua, sekertaris, wakil sekertaris dan anggota Dewan Hak
Cipta lainya diangkat dan diberentikan oleh presiden atas usul Menteri
Kehakiman.
b. Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, fungsi, susunan, tata kerja,
pembiayaan dan tatacara penggantian lowongan dalam Dewan Hak Cipta
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
c. Biaya untuk Dewan Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dibebankan kepada Anggaran Belanja Departement Kehakiman.
BAB III
GAMBARAN UMUM MAHKAMAH AGUNG
A. Sejarah
Sejarah berdirinya Mahkamah Agung RI tidak dapat dilepaskan dari masa
penjajahan atau sejarah penjajahan di bumi Indonesia ini.1Hal mana terbukti
dengan adanya kurun-kurun waktu, dimana bumi Indonesia sebagian waktunya
dijajah oleh Belanda dan sebagian lagi oleh Pemerintah Inggris dan terakhir oleh
Pemerintah Jepang. Oleh karenanya perkembangan peradilan di Indonesia pun
tidak luput dari pengaruh kurun waktu tersebut.
1. Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda
Pada tahun 1807 Mr. Herman Willem Deandels diangkat
menjadi Gubernur Jenderal oleh Lodewijk Napoleon untuk mempertahankan
jajahan-jajahan Belanda di Indonesia terhadap serangan-serangan pihak
Inggris. Deandels banyak sekali mengadakan perubahan-perubahan di
lapangan peradilan terhadap apa yang diciptakan oleh Kompeni, diantaranya
pada tahun 1798 telah merubah Raad van Justitie menjadi Hooge Raad.
Kemudian tahun 1804 Betaafse Republiek telah menetapkan suatu Charter
atau Regeringsreglement buat daerah-daerah jajahan di Asia. Dalam Pasal 86
Charter tersebut, yang merupakan perubahan-perubahan nyata dari jaman
Pemerintahan Daendels terhadap peradilan di bumi Indonesia, ditentukan
sebagai berikut :
1
Zamroni, 2009. Sejarah Mahkamah Agung: (Online), (http/www.zamroni.com/40-sejarahMahkamah-Agung.html, diakses tanggal 13 Mei 2013).
38
39
“Susunan pengadilan untuk bangsa Bumiputera akan tetap tinggal menurut
hukum serta adat mereka. Pemerintah Hindia Belanda akan menjaga dengan
alat-alat yang seharusnya, supaya dalam daerah-daerah yang langsung ada
dibawah kekuasaan Pemerintahan Hindia Belanda sedapat-dapatnya
dibersihkan segala kecurangan-kecurangan, yang masuk dengan tidak
diketahui, yang bertentangan dengan tidak diketahui, yang bertentangan
degan hukum serta adat anak negeri, lagi pula supaya diusahakan agar
terdapat keadilan dengan jalan yang cepat dan baik, dengan menambah
jumlah
pengadilan-pengadilan
negeri
ataupun
dengan
mangadakan
pengadilan-pengadilan pembantu, begitu pula mengadakan pembersihan dan
pengenyahan segala pengaruh-pengaruh buruk dari kekuasaan politik apapun
juga”;
Charter tersebut tidak pernah berlaku, oleh karena Betaafse Republiek
segera diganti oleh Pemerintah Kerajaan , akan tetapi ketentuan didalam
“Charter” tidak sedikit mempengaruhi Deandels di dalam menjalankan
tugasnya.
2. Masa Pemerintahan Inggris
Sir Thomas Stamford Raffles, yang pada tahun 19811 diangkat
menjadi Letnan Gubernur untuk pulau Jawa dan wilayah di bawahnya,
mengadakan perubahan-perubahan antara lain :
Di kota-kota Batavia, Semarang dan Surabaya dimana dulu ada Raad
van Justitie, didirikan Court Of Justitice, yang mengadili perkara sipil maupun
40
kriminil. Court of Justitice yang ada di Batavia merupakan juga Supreme
Court of Justitice, pengadilan appel terhadap putusan-putusan Court
onvoeldoende gemotiveerd Justitice yang ada di Semarang dan Surabaya.
3. Masa kembalinya Pemerintahan Hindia Belanda (1816-1942)
Setelah peperangan di Eropa berakhir dengan jatuhnya Kaisar Napoleon,
maka menurut Conventie London 1814, semua daerah-daerah jajahan Belanda
yang diduduki oleh Inggris, dikembalikan kepada negeri Belanda. Penyerahan
kembali Pemerintahan Belanda tersebut di atur dalam St.1816 No.5, yang
berisi ketetapan bahwa akan dibuat Reglement yang mengatur acara pidana
dan acara perdata yang berlaku bagi seluruh Jawa dan Madura, kecuali
Jakarta, Semarang dan Surabaya dengan daerah sekitarnya. Bagi Jakarta,
Semarang dan Surabaya dengan daerah sekitarnya untuk perkara pidana dan
sipil tetap menjadi kekuasaan Raad van Justitie. Dengan demikian ada
perbedaan dalam susunan pengadilan buat Bangsa Indonesia yang bertempat
tinggal di kota-kota dan sekitarnya dan bangsa Indonesia yang bertempat
tinggal di “desa-desa” (di pedalaman).
Untuk bangsa Eropa, berlaku susunan Pengadilan sebagai berikut:
Hooggerechtshof di Jakarta dengan Raad van Justitie yaitu masing-masing di
Jakarta, Semarang dan Surabaya.
Dengan Keputusuan Gubernur Jenderal tanggal 3 Desember 1847
No.2a (St.1847 No.23 yo No.57) yang diperlakukan tanggal 1 Mei 1948 (R.O)
ditetapkan bahwa Susunan Peradilan di Jawa dan Madura sebagai berikut :
41
a. districtgerecht
b. regentschapsgerecht
c. landraad
d. rechtbank van omgang
e. raad van Justitie
f. hooggerechtshof
Dalam fungsi judisialnya, Hooggrechtshof memutus perkara-perkara
banding mengenai putusan–putusan pengadilan wasit tingkat pertama di
seluruh Indonesia, jikalau nilai harganya lebih dari £.500 dan mengenai
putusan-putusan residentiegerechten – di luar Jawa dan Madura.
4. Masa Pendudukan Jepang (1942-1945)
Setelah pulau Jawa diduduki dan dikuasai sepenuhnya oleh Bala
tentara Jepang, maka dikeluarkanlah Undang-Undang No.1 tanggal 8 Maret
1942, yang menentukan bahwa buat sementara segala Undang-Undang da
peraturan-peraturan dari Pemerintahan Hindia Belanda dahulu terus berlaku,
asal tidak bertentangan dengan peraturan-peraturan Balatentara Jepang.
Mengenai peradilan sipil, maka dengan Undang-Undang 1942 No.14
ditetapkan “Peraturan Pengadilan Pemerintah Balatentera Dai Nippon”. Atas
dasar peraturan ini didirikan pengadilan-pengadilan sipil yang akan mengadili
perkara-perkara
pidana
dan
perdata.
Disamping
itu
dibentuk
juga
Kejaksaan.Pengadilan-pengadilan bentukan Dai Nippon adalah sebagai
berikut :
42
a. Gun Hooin (Pengadilan Kewedanaan) lanjutan districtsgerecht dahulu.
b. Ken Hooi (Pengadilan Kabupaten) lanjutan regentschapgerecht dahulu.
c. Keizai Hooin (Pengadilan Kepolisian) lanjutan landgerecht dahulu.
d. Tihoo Hooin (Pengadilan Negeri) lanjutan Landraad dahulu, akan tetapi hanya
dengan seorang hakim saja (tidak lagi majelis ), kecuali terhadap perkara
tertentu apabila Pengadilan Tinggi menentukan harus diadili dengan 3 orang
Hakim.
Dengan dicabutnya Undang-Undang 1942 No.14 dan diganti dengan
Undang-Undang 1942 No.34, maka ada penambahan badan pengadilan
diantaranya Kootoo Hooin (Pengadilan Tinggi), lanjutan dari Raad van
Justitie dahulu dan Saikoo Hooin (Mahkamah Agung) , lanjutan dari
Hooggerechtshof dahulu.
5. Masa setelah Republik Indonesia
Pada saat berlakunya Undang-undang Dasar 1945 di Indonesia tidak
ada badan Kehakiman yang tertinggi. Satu satunya ketentuan yang menunjuk
kearah badan Kehakiman yang tertinggi adalah pasal 24 ayat 1 UndangUndang Dasar 1945. Maka dengan keluamya Penetapan Pemerintah No.
9/S.D. tahun 1946 ditunjuk kota Jakarta Raya sebagai kedudukan Mahkamah
Agung Republik Indonesia. Peraturan tersebut hanya penunjukan tempatnya
saja. Penetapan Pemerintah tersebut pada alinea II berbunyi sebagai berikut:
Menunjukkan sebagai tempat kedudukan Mahkamah Agung tersebut ibu-kota
DJAKARTA-RAJA:
43
Baru dengan Undang-Undang No. 7 tahun 1947 ditetapkan tentang
susunan kekuasaan Mahkamah Agung dan Kejaksaaan Agung yang mulai
berlaku pada tanggal 3 Maret 1947.Pada tahun 1948, Undang-Undang No. 7
tahun 1947 diganti dengan Undang-Undang No. 19 tahun 1948 yang dalam
pasal 50 ayat 1 mengandung : Mahkamah Agung Indonesia ialah pengadilan
federal tertinggi.
Pengadilan-pengadilan federal yang lain dapat diadakan dengan
Undang-Undang federal, dengan pengertian, bahwa dalam Distrik Federal
Jakarta akan dibentuk sekurang-kurangnya satu pengadilan federal yang
mengadili dalam tingkat pertama, dan sekurankurangnya satu pengadilan
federal yang mengadili dalam tingkat apel.
Oleh karena kita telah kembali ke Undang-Undang Dasar 1945 dan
tidak sesuai dengan keadaan, maka pada tahun 1965 dibuat UndangUndang
yang mencabut Undang-Undang No. 19 tahun 1948 dan Undang-Undang No.
1 tahun 1950 dengan Undang-Undang Nomor 13 tahun 1965 tentang
Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum den Mahkamah Agung.
6. Masa Republik Indonesia
Di jaman pendudukan Jepang pernah Badan Kehakiman tertinggi
dihapuskan (Saikoo Hooin) pada tahun 1944 dengan Undang-Undang (Osamu
Seirei) No. 2.tahun 1944, yang melimpahkan segala tugasnya yaitu kekuasaan
melakukan pengawasan tertinggi atas jalannya peradilan kepada Kooto Hooin
(Pengadilan Tinggi). Meskipun demikian kekuasaan kehakiman tidak pernah
mengalami kekosongan.
44
Namun sejak Proklamasi Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945
dari sejak diundangkannya Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
tanggal 18 Agustus 1945, 2semakin mantaplah kedudukan Mahkamah Agung
sebagai badan tertinggi bidang Yudikatif (peradilan) dengan kewenangan
yang diberikan oleh pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945, dimana Mahkamah
Agung diberi kepercayaan sebagai pemegang kekuasaan Kehakiman tertinggi.
Mahkamah Agung pernah berkedudukan di luar Jakarta yaitu pada
bulan Juli 1946 di Jogyakarta dan kembali ke Jakarta pada tanggal 1 Januari
1950, setelah selesainya KMB dan pemulihan Kedaulatan. Dengan demikian
Mahkamah Agung berada dalam pengungsian selama 3 1/2 (tiga setengah)
tahun.
Susunan Mahkamah Agung sewaktu di Jogyakarta :
K e t u a : Mr. Dr. Kusumah Atmadja.
WakilKetua : Mr. R. Satochid Kartanegara.
Anggota-anggota:
1. Mr. Husen Tirtasmidjaja.
2. Mr. WWono Prodjodikoro.
3. Sutan Kali Malikul Add.
Panitera : Mr. Soebekti.
Kepala Tara Usaha : Ranuatmadja.
2
Moh. Kusnadi, dan Marmaly Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat
Studi Hukum Tata Negara, Fak. Hukum UI, Cet Ketujuh, hlm. 145.
45
Mulai pertama kali berdirinya Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung
itu berada dibawah satu atap dengan Mahkamah Agung, bahkan: bersama
dibawah satu departemen, yaitu: Departemen Kehakiman. Dulu namanya:
Kehakiman Agung pada Mahkamah Agung, seperti Kejaksaan Negeri dulu
namanya: Kejaksaan Pengadilan Negeri.
Kejaksaan Agung mulai memisahkan diri dari Mahkamah Agung yaitu
sejak lahirnya Undang-Undang Pokok Kejaksaan (Undang-Undang No. 15
tahun 1961) dibawah Jaksa Agung Gunawan, SH yang telah menjadi Menteri
Jaksa Agung.
Para pejabat Mahkamah Agung.(Ketua, Wakil Ketua, Hakim Anggota
dan Panitera) mulai diberikan pangkat militer tutiler adalah dengan Peraturan
Pemerintah 1946 No. 7 tanggal 1 Agustus 1946, sebagai pelaksanaan pasal 21
Undang-Undang No. 7 tahun 1946 tentang Pengadilan Tentara.
7. Masa menjelang pengakuan Kedaulatan (tanggal 12 Desember 1947)
Pemerintah Belanda Federal yang mengusai daerah-daerah yang
dibentuk oleh Belanda sebagai negara-negara Bagian seperti Pasundan, Jawa
Timur, Sumatera Timur, Indonesia Timur, mendirikan Pengadilan Tertinggi
yang dinamakan Hoogierechtshof yang beralamat di Jl. Lapangan Banteng
Timur 1 Jakarta, disamping Istana Gubemur Jenderal yang sekarang adalah
gedung Departemen Keuangan.
Susunan Hooggerechtshof terdiri atas:Ketua : Mr. G. Wijers.Anggota
:2 orang Indonesia : Mr. Notosubagio dan Mr. Oeanoen, 2 orang Belanda :
46
Mr. Peter, Procursur General (Jaksa Agung) : Mr. Bruyns, Procureur General
(Jaksa Agung): Mr. Oerip Kartodirdjo.
Hooggerechtshof juga menjadi instansi banding terhadap putusan Raad
no Justitie. Mr. G. Wjjers adalah Ketua Hooggerechtshof terakhir, yang
sebelum perang dunia ke II terkenal sebagai Ketua dari Derde kamar Read
van Instills Jakarta yang memutusi perkara-perkara banding yang mengenai
Hukum Adat (kamar ketiga, hanya terdapat di Road van Justitie Jakarta).
Pada saat itu Mahkamah Agung masih tetap berkuasa di daerahdaerah
Republik Indonesia yang berkedudukan di Yogyakarta. Dengan dipulihkan
kembali kedaulatan Republik Indonesia area seluruh wilayah Indonesia
(kecuali Irian Barat) maka pekerjaan Hooggerechtshof harus diserahkan
kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia.
Pada tanggal 1 Januari 1950 Mr. Dr. Kusumah Atmadja mengoper
gedung dan personil serta pekerjaan Hooggerechtshof. Dengan demikian
maka para anggota Hooggerechtshof dan Procurer Genera meletakkan jabatan
masing-masing dan selanjutnya pekerjaannya diserahkan pada Mahkamah
Agung Republik Indonesia Serikat.
Pada waktu ini Mahkamah Agung terdiri dari:Ketua : Dr. Mr.
Kusumah Atmadja, Wakil : Mr. Satochid Kartanegara, Anggota : 1. Mr.
Husen Tirteamidjaja.2. Mr. Wiijono Prodjodikoro.3. Sutan Kali Malikul
Adil.Panitera : Mr. Soebekti.Jaksa Agung : Mr. Tirtawinata.
Mahkamah Agung pada saat itu tidak terbagi dalam majelis-majelis.
Semua Hakim Agung ikut memeriksa dan memutus baik perkara-perkara
47
Perdata maupun perkara-perkara Pidana. Hanya penyelesaian perkara pidana
diserahkan kepada Wakil Ketua.
8. Masa Republik Indonesia Serkat (RIS) 27 Desember 1949 sampai dengan
17 Agustus 1950
Sebagaimana lazimnya dalam suatu negara yang berbentuk suatu
Federasi atau Serikat, maka demikian pula dalam negara Republik Indonesia
Serikat diadakan 2 macam Pengadilan;3 yaitu Pengadilan dari masing-masing
negara Bagian disatu pihak.
Pengadilan dari Federasi yang berkuasa disemua negara-negara Bagian
dilain pihak untuk seluruh wilayah Republik Indonesia Serikat (RIS) ada satu
Mahkamah Agung Republik Indonesia Serikat sebagai Pengadilan Tertinggi,
sedang lain Badan-Badan pengadilan menjadi urusan. masing-masing negara
Bagian. Undang-Undang yang mengatur Mahkamah Agung Republik
Indonesia Serikat adalah Undang-Undang No. 1 tahun 1950 tanggal 6 Mei
1950 (I-N. tahun 1950 No. 30) yaitu tentang Susunan dan Kekuasaan
Mahkamah Agung Republik Indonesia Serikat yang mulai berlaku tanggal 9
Mei 1950.
Undang-Undang tersebut adalah hasil pemikiran Mr. Supomo yang
waktu itu menjabat sebagai Menteri Kehakiman Republik Indonesia Serikat,
yang pertama (Menteri Kehakiman dari negara Bagian Republik Indonesia di
Yogya adalah Mr. Abdul Gafar Pringgodigdo menggantikan Mr. Susanto
3
Padmo Wahyono. Negara RI. Cet.Pertama. Jakarta: Rajawali Pers, 1982.
48
Tirtoprodjo - lihat halaman 34. “Kenang-kenangan sebagai Hakim selama 40
tahun mengalami tiga jaman” Oleh Mr. Wirjono Prodjodikoro - terbitan tahun
1974). Menurut Undang-Undang Dasar RIS pasal 148 ayat 1 Mahkamah
Agung merupakan forum privilegiatum bagi pejabat-pejabat tertinggi negara.
Fungsi ini telah dihapuskan sewaktu kita kembali kepada Undang-Undang
Dasar 1945.
Beruntunglah dengan keluarnya Undang-Undang No. 1 tahun 1950
(I.N. tahun 1950 No. 30) lembaga kasasi diatur lebih lanjut yang terbatas pada
lingkungan peradilan umum saja. Pada tahun 1965 diundangkan sebuah
Undang-Undang No. 13 tahun 1965 yang mengatur tentang: Pengadilan dalam
lingkungan Peradilan Umum dan Mahkamah Agung. Sayang sekali bahwa
Undang-Undang tersebut tidak memikirkan lebih jauh mengenai akibat
hukum yang timbul setelah diundangkannya tanggal 6 Juni 1965, terbukti
pasal 70 Undang-Undang tersebut menyatakan Undang-Undang Mahkamah
Agung No. 1 tahun 1950 tidak berlaku lagi. Sedangkan acara berkasasi di
Mahkamah Agung diatur secara lengkap dalam Undang-Undang No. 1 tahun
1950 tersebut. Timbullah suatu problema hukum yaitu adanya kekosongan
hukum acara kasasi. Jalan keluar yang diambil oleh Mahkamah Agung untuk
mengatasi kekosongan tersebut adalah menafsirkan pasal 70” tersebut sebagai
berikut:
“Oleh karena Undang-Undang No. 1 tahun 1950 tersebut disamping
mengatur tentang susunan, kekuasaan Mahkamah Agung, mengatur
49
pula tentang jalannya pengadilan di Mahkamah Agung, sedangkan
Undang-Undang No. 13 tahun 1965 tersebut hanya mengatur tentang
susunan, kedudukan Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum
dan Mahkamah Agung, dan, tidak mengatur tentang bagaimana
beracara di Mahkamah Agung, maka Mahkamah Agung menganggap
pasal 70 Undang-Undang No. 13 tahun 1965 hanya menghapus
Undang-Undang No. 1 tahun 1950 sepanjang mengenai dan
kedudukan Mahkamah Agung saja, sedangkan bagaimana jalan
peradilan di Mahkamah Agung masih tetap memperlakukan UndangUndang No. 1 tahun 1950”.
Pendapat Mahkamah Agung tersebut dikukuhkan lebih lanjut dalam
Jurisprudensi Mahkamah Agung yaitu dengan berpijak pada pasal 131
Undang-Undang tersebut.
Perkembangan selanjutnya dengan Undang-Undng No. 14 tahun 1970
tentang; “Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman” tanggal 17
Desember 1970, antara lain dalam pasal 10 ayat (2) disebutkan bahwa
Mahkamah Agung adalah Pengadilan Negara tertinggi dalam arti Mahkamah
Agung sebagai badan pengadilan kasasi (terakhir) bagi putusan-putusan yang
berasal dari Pengadilan-pengadilan lain yaitu yang meliputi keempat
lingkungan peradilan yang masing-masing terdiri dari:1) Peradilan Umum; 2)
Peradilan Agama; 3) Peradilan Militer; 4) Peradilan Tata Usaha Negara.
Bahkan Mahkamah Agung sebagai pula pengawas tertinggi atas
perbuatan Hakim dari semua lingkungan peradilan. Sejak tahun 1970 tersebut
50
Mahkamah Agung mempunyai Organisasi, administrasi dan keuangan sendiri.
Mahkamah Agung menjalankan tugasnya dengan melakukan 5 fungsi yang
sebenarnya sudah dimiliki sejak Hooggerechtshof, sebagai berikut: 1)Fungsi
Paradilan; 2)Fungsi Pengawasan; 3) Fungsi Pengaturan; 4)Fungsi Memberi
Nasehat; 5)Fungsi Administrasi.
SUSUNAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIAKURUN
WAKTU TAHUN 1950 - 1952.
Ketua:Mr. Dr. Kusumah Atmadja(beliau mengoper gedung dan personil
beserta pakerjaan Hooggerechtshof pada bulan Januari 1950 setelah
Mahkamah Agung kembali dari pengungsiannya di Jogyakarta selama 3 1/2
tahun)
Wakil Ketua : Mr. Satochid Kartanegara
Hakim Agung : Mr. Wirjono Prodjodikoro
:Mr. Husen Tirtamidjaja
Panitera
: Mr. Soebekt
Wakil Panitera : Ranoeatmadja
Bulan September 1952 Dr. Mr. Kusumah Atmadja Meninggal dunia.
Sejak itu kedudukan Ketua Mahkamah Agung menjadi lowong. Dr. Mr.
Kusumah Atmadja Ketua Mahkamah Agung Pertama. Periode Juli 1946 –
Januari 1950 adalah, Ketua: Mr. Satochid Kertanegara, Wakil Ketua
Mahkamah Agung.
Periode Juli 1946 – Januari 1950:Mr. Wijono ProdjodikoroHakim
Agung Mahkamah Agung. Periode Juli 1946 – Januari 1950 :Mr.
51
SoebektiPanitera Mahkamah Agung. Periode Juli 1946 – Januari 1950 dan
Kurun Waktu Tahun 1952 – 1966 anatara lain Untuk jabatan Ketua
Mahkamah Agung diminta calon 2 orang atau lebih yang diajukan oleh
Dewan Perwakilan Rakyat, demikian pula untuk jabatan Wakil Ketua
Mahkamah Agung. Untuk Jabatan Katua Mahkamah Agung yang dicalonkan
oleh DPR adalah 2 orang yaitu: Mr. Wirjono Prodjodikoro dan Mr.
Tirtawinata bekas Jaksa Agung. Sedang untuk Wakil Ketua Mahkamah
Agung DPR mencalonkan: Mr. R. Satochid Kartanegara sebagai satu-satunya
calon.
Kemudian dengan keputusan Presiden Republik Indonesia pada
tanggal 13 Oktober 1952 diangkatKetua : Mr. Wiijono Prodjodikoro, Wakil
Ketua : Mr. R. Satochid Kartanegara, Hakim Agung :Prof. Mr. R.
Soekardono.Sutan Kali Mahkul Adil.Mr. Husen Tirtamidjaja. Mr. R.
Surjopokro. Mr. Sutan Abdul Hakim. Mr. Wirjono Kusumo. Mr. A.
Abdurrachman.Panitera:R.
Ranuatmadja.J.
TamaraMoeh.
Ishak
Soemosmidjojo, SH, Susunan Majelis:hanya ada satu majelis.
Di samping perkara yang masuk tidak terlalu padat, pula duduk
sebagai Ketua Majelis dimungkinkan bergantian antara Ketua dan Wakil
Ketua Mahkamah Agung. Untuk memperlancar penyelesaian perkara pada
waktu itu, Mahkamah Agung sudah mengenal pembidangan tanggungjawab,
seperti bidang Perdata dipimpin oleh Ketua Mahkamah Agung sendiri, dan
bidang Pidana dipimpin oleh Wakil Ketua Mahkamah Agung, dan sekaligus
52
mengetuai sidang-sidang yang bersangkutan. Sedangkan para Hakim Agung
tetap memeriksa baik perkara perdata maupun perkara pidana. Adanya Forum
"Privilegiatum" yang dimungkinkan oleh Undang. undang yang berlaku pada
waktu itu, Mahkamah Agung mengadili dalam tingkat pertama dan terakhir.
Tokoh politik: Sultan Abdul Hamid yang mengaku terus terang ingin
menggunakan tenaga Westerling untuk mempersiapkan pembarontakan
terhadap Pemerintah Republik Indonesia, yaitu akan membunuh: Sri Sultan
Hamengku Buwono ke IX, Kol. Simatupang dan Ali Budihardjo, SH Pada
tanggal 8 April 1953 dijatuhi hukuman 10 tahun penjara.
B. Profil
Mahkamah agung adalah lembaga tertinggi dalam system ketatanegaraan
Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama
dengan Mahkamah Konstitusi. 4Mahkamah agung membawahi badan peradilan
dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha Negara.
Saat ini lembaga Mahkamah Agung berdasarkan pada UU. No. 48 Tahun
2009 tentang kekuasaan kehakiman UU ini juga telah mencabut dan membatalkan
berlakunya UU No. 4 tahun 2004.5 Undang-undang ini di susun karena UU No.4
Tahun 2004 secara substansi dinilai kurang mengakomodir masalah kekuasaan
4
http://kepaniteraan.mahkamahagung.go.id/beranda.html, diunduh Pada Tanggal 20 mei
2013. Jam: 17:30
5
www. Mahkamah Agung. Co. Id.
53
kehakiman yang cakupannya cukup luas, selain itu juga karena adanya judicial
review ke Mahkamah Konstitusi atas pasal 34 UU No.4 Tahun 2004, karena
setelah pasal dalam undang-undang yang di-review tersebut diputus bertentangan
dengan UUD, maka saat itu juga pasal dalam undang-undang tersebut tidak
berlaku, sehingga untuk mengisi kekosongan aturan/hukum, maka perlu segera
melakukan perubahan pada undang-undang dimaksud.
Baik Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 maupun 2 jo. Pasal 10 UU No.4/2004,
tetap mengikuti pola dan sistem MA yang digariskan Pasal 10 ayat (1) UU No.14
Tahun
1970,
yakni
dalam
menyelengarakan
kekuasaan
Kehakiman,
pelaksanaanya dilakukan oleh MA beserta badan lingkungan peradilan yang ada
dibawahnya. Pola dan sistem MA dengan lingkungan peradilan yang sudah ada
sebelumnya tidak mengalami perubahan.
Keberadaan
MA
bukan
satu-satunya
penyelenggaraan
kekuasaan
Kehakiman, ditegaskan juga pada Pasal 1 UU No. 14 Tahun 1985, sebagaimana
diubah dengan UU No.5 Tahun 2004 (UU MA), yang berbunyi:
“Mahkamah Agung adalah salah satu pelaku kekuasaan Kehakiman sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945”
Jadi, menurut Pasal 1 UU MA ini pun:
1. MA bukan lagi satu-satunya pelaku dan penyelenggaraan kekuasaan
Kehakiman,
2. Akan tetapi, MA hanya salah satu dari pelaku dan penyelenggaraan kekuasaan
Kehakiman menurut UUD 1945.
54
C. Jumlah Hakim Agung
Pasal 4 ayat (3) MA berbunyi:
“jumlah Hakim Agung paling banyak 60 (enam puluh) orang”.
Baru sekarang undang-undang sendiri menentukan jumlah maksimal
Hakim Agung ( selanjutnya ditulis HA), 6yakni paling banyak 60 orang. Berarti
kurang dari 60 orang, boleh. Sebaliknya, lebih dari 60 orang dilarang undangundang.
Pengaturan yang demikian mengandung untung dan rugi. Keuntungannya,
sudah ada batas tertentu yang tidak boleh dilampaui. Kapan saja dibutuhkan dapat
diangkat HA, asal belum sampai batas 60 orang. Kerugiannya, apabila keadaan
membutuhkan jumlah HA harus melebihi 60 orang,tuntutan ini tidak terlaksana
segera sebeum ketentuan Pasal 4 ayat (3) diamandemen melalui DPR, sehingga
kebutuhan yang mendesak tidak bisa direalisasi selama DPR melakukan
perubahan atas ketentuan tersebut.
D. Tugas Dan Wewenang Mahkamah Agung
Menurut Undang-undang Dasar 1945, wewenang Mahkamah Agung
adalah:
1. Mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada tingkat
terakhir oleh pengadilan di semua lingkungan peradilan yang berada di bawah
Mahkamah Agung, kecuali undang-undang menentukan lain;
6
M. Yahya Harahap, S.H., Kekuasaan Mahkamah Agung Pemeriksaan Kasasi dan
Peninjauan Kembali Perkara Perdata, ( Jakarta: Sinar Grafika, Cetakan Pertama 2008).
55
2. menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap
undang-undang; dan
3. kewenangan lainnya yang diberikan undang-undang. Sedangkan Fungsi
Mahkamah Agung menurut UUD 1945 ada 5, yaitu:
a. Fungsi Peradilan
1) Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi,7 Mahkamah Agung merupakan
pengadilan kasasi yang bertugas membina keseragaman dalam
penerapan hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan kembali
menjaga agar semua hukum dan undang-undang diseluruh wilayah
negara RI diterapkan secara adil, tepat dan benar.
2) Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung
berwenang memeriksa dan memutuskan pada tingkat pertama dan
terakhir semua sengketa tentang kewenangan mengadili. permohonan
peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap (Pasal 28, 29,30,33 dan 34 Undang-undang
Mahkamah Agung No. 14 Tahun 1985) dan semua sengketa yang
timbul karena perampasan kapal asing dan muatannya oleh kapal
perang Republik Indonesia berdasarkan peraturan yang berlaku (Pasal
33 dan Pasal 78 Undang-undang Mahkamah Agung No 14 Tahun
1985)
7
M. Yahya Harahap. 1997. Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan Dan
Penyelesaian Sengketa. Bandung: Citra Aditya Bakti.
56
3) Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil, yaitu
wewenang menguji/menilai secara materiil peraturan perundangan
dibawah Undang-undang tentang hal apakah suatu peraturan ditinjau
dari isinya (materinya) bertentangan dengan peraturan dari tingkat
yang lebih tinggi (Pasal 31 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor
14 Tahun 1985).
b. Fungsi Pengawasan
1) Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya
peradilan di semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan
yang dilakukan
Pengadilan-pengadilan
diselenggarakan
dengan
seksama dan wajar dengan berpedoman pada azas peradilan yang
sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa mengurangi kebebasan
Hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal
10 Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun
1970).
2) Mahkamah Agung juga melakukan pengawasan :Terhadap pekerjaan
Pengadilan dan tingkah laku para Hakim dan perbuatan Pejabat
Pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas pokok Kekuasaan Kehakiman, yakni dalam hal
menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikansetiap perkara
yang diajukan kepadanya, dan meminta keterangan tentang hal-hal
yang bersangkutan dengan teknis peradilan serta memberi peringatan,
57
teguran dan petunjuk yang diperlukan tanpa mengurangi kebebasan
Hakim (Pasal 32 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun
1985).Terhadap Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang yang
menyangkut peradilan (Pasal 36 Undang-undang Mahkamah Agung
Nomor 14 Tahun 1985).
c. Fungsi Mengatur8
1) Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan
bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal
yang belum cukup diatur dalam Undang-undang tentang Mahkamah
Agung sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan
hukum yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan
(Pasal 27 Undang-undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79 Undangundang No.14 Tahun 1985).
2) Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana
dianggap perlu untuk mencukupi hukum acara yang sudah diatur
Undang-undang.
d. Fungsi Nasehat
1) Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau pertimbanganpertimbangan dalam bidang hukum kepada Lembaga Tinggi Negara
lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985).
8
2005.
HP Pangabean, Fungsi MA Bersifat Pengaturan, Tahun 1966-2003,Liberty Yogyakarta
58
Mahkamah Agung memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala
Negara dalam rangka pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35
Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Selanjutnya
Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945
Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah Agung diberikan kewenangan untuk
memberikan pertimbangan kepada Presiden selaku Kepala Negara
selain grasi juga rehabilitasi. Namun demikian, dalam memberikan
pertimbangan hukum mengenai rehabilitasi sampai saat ini belum ada
peraturan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaannya.
2) Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi
petunjuk kepada pengadilan disemua lingkunga peradilan dalam
rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undang-undang No.14 Tahun
1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.
(Pasal 38 Undang-undang No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung).
e. Fungsi Adminstratif
1) Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan
Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana dimaksud
Pasal 10 Ayat (1) Undang-undang No.14 Tahun 1970 secara
organisatoris, administrative dan finansial sampai saat ini masih
berada dibawah Departemen yang bersangkutan, walaupun menurut
59
Pasal 11 (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah dialihkan
dibawah kekuasaan Mahkamah Agung.
2) Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab,
susunan organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan (Undangundang No. 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang
No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan
Kehakiman).
BAB IV
PERLINDUNGAN HUKUM ATAS KARYA CIPTA SENI LUKIS
A. Perlindungan Hukum Atas Karya Cipta Seni Lukis Dalam Analisis Putusan
MA No.596 K/Pdt.Sus/2011.
Menurut Putusan MA No.596K/Pdt.Sus/2011 Perlindungan Hukum Atas
Karya Cipta Seni Lukis itu terdapat dalam Undang-Undang No.19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta, Undang-Undang No. 48 Tahun 20091 dan Undang-Undang
No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 5
Tahun 20042 dan Perubahan kedua dengan Undang-undang No.3 Tahun 2009.
Menurut Pasal 2 ayat (1) Undang-undang No.19 Tahun 2002 Tentang Hak
Cipta yang Berbunyi :
“Hak Cipta merupakan hak eksekutif bagi pencipta atau pemegang hak cipta
untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara
otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku .
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat an-Nissa ayat 59:3
               
                 
  
1
Lampiran Undang-undang No. 49 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
Perubahan Undang-undang No. 5 Tahun 2004 dan di Ubah menjadi No. 3 Tahun 2009
3
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-qur’an dan Terjemahnya. Bandung: CV
Diponegoro, 2009.
2
60
61
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu,
Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS: An Nisa/4:59)
Didalam Surat An-Nisa ayat 59 ada konsep ketaatan terhadap ulil amri, dimana
ulil amri yang diyakini dalam hal ini adalah pemerintah atau juga DPR yang telah
sepakat menetapkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta,
Yang diantara Pasalnya Menyebutkan Mengenai Pencipta dalam Undang-Undang
Hak Cipta mempunyai hak eksekutif.
Yang dimana dalam Putusan Ini yang terkait menurutut pasal 2 ayat (1)
Undang-undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak cipta diatas pada dasarnya
perlindungan terhadap ciptaan hanya diberikan kepada pihak pertama kali
mengumumkan ciptaannya kepada masyarakat.yang dimana terkait dalam putusan
ini yaitu yang pertama kali mengumumkan ciptaanya dan memperbanyak yaitu
perusahaan “Astic-Pets” jadi perlindungan ini diberikan kepada pertama kali yang
memperbanyak dan yg memgumumkan pertama kali.
Menurut Pasal 42 Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
yang berbunyi:
“Dalam hal ciptaan yang didaftar menurut Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2) serta
Pasal 39, Pihak lain menurut Pasal 2 berhak atas hak cipta dapat mengajuan
pembatalan melalui pengadilan niaga”.
Perlindungan Hukum dalam Pasal ini sudah jelas yang dimana dalam Perkara
Perdata yang dimana Perusahaan “Astic-Pets”
yang pertamakali yang
62
memperbanyak dan mengumumkan hasil ciptaanya yang memiliki hak seksekutif
yang dimaksud dalam pasal (2) ,menempuh jalur hukum melalui pengadilan niaga
Jakarta Pusat pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk mengajukan
GUGATAN PEMBATALAN PENDAFTARAN HAK CIPTA, Nomor 031961,
milik tergugat yaitu pada lukisan “Kiki-Pets.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hakim Dalam Memberikan Putusan
MA No..596k/Pdt.Sus/2011.
Hakim adalah manusia biasa, banyak faktor yang dapat mempengaruhi hakim
dalam membuat putusan.4 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hakim dalam
membuat putusan terdiri dari :
1. Faktor Internal:
a. Iman dan kepercayaan.
b. Pengalaman.
c. Pengetahuan.
d. Kebutuhan dan perilaku hakim.
2. Faktor Eksternal.
a. Ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
b. Kemauan politik penguasa.
c. Tekanan dari masyarakat.
d. Suap dan keadaan lingkungan.
4
http://www.saurasi.com/pedoman-membuat-putusan/, Tanggal 12 Juni 2013, Jam 15:35
63
Bagi hakim faktor-faktor tersebut ibarat pisau bermata dua, pada satu sisi
dapat menjadi faktor yang mempengaruhi hakim membuat putusan yang tidak
baik dan tidak bermutu, pada sisi yang lain dapat menjadi faktor pendukung bagi
hakim untuk membuat putusan yang baik dan bermutu. Dengan demikian sudah
seharusnya faktor-faktor tersebut dipahami dan dikelola dengan baik hingga
menjadi faktor pendukung untuk membuat putusan yang baik dan bermutu.
Dari uraian diatas dari faktor-faktor hakim dalam memutuskan suatu putusan
Ada 2 Faktor yaitu Faktor ekternal dan faktor internal. maka pada intinya Faktorfaktor
yang
mempengaruhi
hakim
dalam
memberikan
putusan
MA
No.596K/Pdt.Sus/2011. Itu tidak jauh beda dari faktor eksternal dan internal.
Misalnya dalam putusan MA No.596K/Pdt.Sus/2011faktor yang mempengaruhi
hakim dalam meberikan putusan itu melihat dari segi undang-undang dan hukum
yang terkait yaitu pada Undang-undang Hak Cipta No.19 Tahun 2002 tentang
Hak Cipta.
C. Dasar
Pertimbangan
Hakim
Dalam
Memberikan
Putusan
MA
No.596K/Pdt.Sus/2011
Pertimbangan hakim terhadap perkara perdata khususnya dalam kasus HAKI
dimulai dari tahap-tahap pemeriksaan yang meliputi: gugatan penggugat, jawaban
tergugat, replik penggugat, duplik penggugat, dan pembuktian adalah sebagai
duduk perkaranya yaitu segala sesuatu yang terjadi di persidangan. Pertimbangan
hakim dalam putusanya adalah berdasarkan pada pembuktian yaitu berdasarkan
64
pada pembuktian yaitu berdasarkan keterangan-keterangan dari saksi dan bukti
surat. Putusan hakim berdasarkan pada gugatan yang berdasarkan hukum, dengan
pembuktian kepemilikan hak cipta apakah sudah sesuai dengan Undang-Undang
No.19 Tahun 2002 tentang hak cipta? Alasan-alasan Penggugat benar atau tidak
harus dibuktikan dengan bukti surat. Sehingga hakim yakin kalau alasan
penggugat benar dan perkara tersebut dapat diutus.
Bahwa sesudah Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat dijatuhkan dengan hadirnya Tergugat pada tanggal 6 juli 2011 kemudian
terhadapnya oleh Tergugat dengan perantaraan kuasanya, 5berdasarkan Surat
Kuasa Khusus tertanggal 25 juli 2011 diajukan permohonan kasasi secara lisan
pada tanggal 25 Juli 2011 sebagaimana ternyata dari Tanda Terima Permohonan
Kasasi
Terhadap
Putusan
Gugatan
25K/HaKI/2011/PN.Niaga.Jkt.Pst.,
jo
Pembatalan
Nomor
Hak
35/Hak
Cipta
Nomor
Cipta/2011/PN.
Niaga.Jkt.Pst., yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat, permohonan mana disertai dengan memori kasasi yang
memuat alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri tersebut pada tanggal 04 Agustus 2011;
Bahwa permohonan kasasi tersebut diterima di Kepaniteraan Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 25 juli 2011, sedangkan
putusan yang dimohon kasasi i.c. putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat No. 35/Hak Cipta/2011/PN.Niaga.Jkt.Pst., dijatuhkan pada
5
Lampiran Putusan Mahkamah Agung No.596k/Pdt.Sus/2011. Hal. 15
65
tanggal 06 Juli 2011, dengan demikian pengajuan permohonan kasasi tersebut
telah melampaui tenggang waktu yang ditentukan dalam Pasal 62 Undang-undang
No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, maka oleh karena itu permohonan kasasi
tersebut harus dinyatakan tidak dapat diterima;
Bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi dinyatakan
tidak dapat diterima, maka Pemohon Kasasi dihukum membayar biaya perkara
dalam tingkat kasasi.
D. Analisis Penulis
Setelah mengikuti duduk perkara dan pertimbangan perlindungan hukum
perkara
tentang
hak
cipta
dalam
putusan
Mahkamah
Agung
No.
596K/Pdt.Sus/2011, ada beberapa hal yang menjadi perhatian penulis untuk
dianalisis. Di bawah ini penulis akan memaparkan hasil pandangan penulis
terhadap kasus tersebut.
Pertama,kasus dalam putusan MA No.596K/Pdt.Sus/2011 yang dimana
penggugat rekonvensi adalah pemegang hak eksklusif atas lukisan yang
menggambarkan 7 (tujuh) ekor ikan dan 1 (satu) ekor kura-kura, dimana 2(dua)
ekor ikan diantaranya 7 (tujuh) ekor ikan tersebut digambar lebih besar dari
5(lima) ekor ikan lainya, sehingga pemakaian gambar/seni lukisan yang dimana
penggugat
selalu
menyampaikan
rumusan-rumusan
yang
justru
lazim
dipergunakan dalam hukum merek dan paten. Yaitu tentang “kemasan makanan
ikan”. Serta kata “TUBIFEX WORMS” pada kemasan ikan tersebut, padahal
66
antara hukum hak cipta, terdapat perbedaan yang mendasar dengan hukum merek
maupun paten.
Kedua, pada putusan ini penggugat juga mendalilkan bahwa hak cipta
penggugat dipakai dalam bidang perdagangan barang yang secara konkrit
dijadikan pula sebagai merek dagang dengan cara melekatnya hak cipta pada
produk barang yang diproduksi oleh pengugat, sehingga selain terdapat
kekacauan dalil-dalil serta rumusan-rumusan hukum pengugat dalam gugatannya.
Hal ini juga menunjukan bahwa pengugat adalah pemegang hak cipta yang
beritikad tidak baik dengan mempergunakan karya cipta untuk keperluan merek
dagang.
Ketiga, dalam undang-undang Hak Cipta tidak dikenal adanya batal atau
pembatalan hak cipta; namun yang ada adalah “hapus atau penghapusan”,
sehingga menjadi jelas bahwa semakin kabur, sehingga sudah seharusnyalah
gugatan tergugat tidak diterima.
Dari pemaparan penulis diatas maka sudah jelas penulis tidak setuju tentang
Putusan Mahkamah Agung No. 596K/Pdt.Sus/2011 tentang kasus pendaftaran
Hak cipta yang dimana hakim melihat dari segi Hukum yang berlaku yaitu
Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. yang dimana pada kasus
ini memenangkan pemegang hak cipta dan yang pertama kali mengumumkan
hasil ciptaanya kepada masyarakat yaitu lukisan “DUA IKAN” milik perusahaan
CV. ASIAN PASIFIC AQUATICS, berdasarkan SURAT IZIN USAHA
67
PERDAGANGAN.
Padahal hakim harusnya melihat dari Faktor-faktor lain yaitu dari faktor
undang-undang lain yang berlaku di indonesia seperti dalam permasalahan diatas
yaitu Undang-undang Merek. Yang menurut penulis dalam Kasus ini harusnya
masuk kedalam kasus HAKI juga tapi dalam pelanggaran merek dagang yaitu
dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 pasal (1)6 yaitu Merek adalah tanda
yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau
kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan
dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.dan juga berlanjut dalam ayat (2)
Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan
oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum
untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya. Nah dalam UU di atas
sudah jelas bahwa dalam kasus di putusan MA No.596K/Pdt.Sus/2011 itu masuk
dalam pelanggaran merek dagang yang dimana selalu dibahas gambar pada
makanan merek ikan.
Kasus
yang
terjadi
Dalam
Putusan
Mahkamah
Agung
No.
596K/Pdt.Sus/2011 tentang pendaftaran Hak Cipta, sudah sesuai dengan firman
Allah SWT;surat Al-Baqarah, ayat: 194.
6
Lampiran No. 15 Tahun 2001 Tentrang Merek
68
            
 
      
        
  
Bulan Haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati,
Berlaku hukum qishaash. oleh sebab itu Barangsiapa yang menyerang kamu,
Maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. bertakwalah
kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.
(QS. Al-Baqarah/2: 194)
Tafsir ayat ini mengungkapkan bahwa jika orang lain melakukan aniaya
kepada kita hendaklah dibalas dengan perlakuan yang sama, dan tidak melampaui
batas dari padanya,7 dengan kata lain, jika orang lain melakukan kerugian maka
mintalah kerugian itu sesuai dengan kadarnya dan janganlah berlebihan, karena
hal akan berakiba riba. Dalam Hal ini Allah menggungkap kan bahwa orangorang yang bertakwa kepada-Nya hendaknya dapat berlaku adil dan menghin
dari hal-hal yang menimbulkan ketidak halalan seperti riba. Sesuai dengan
Firman-Nya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan riba ( yang belum dipungut ) jika kamu orang beriman”. Yang dimana
dalam Putusan MA No.596K/Pdt.Sus/2011 Menghukum permohon Kasasi yang
Telah terbukti Meniru secara kasat mata jelas lukisan “Dua Ikan” yang harus
membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp. 5000.000,- (lima
juta rupiah).
7
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishab: Pesan, Kesan, dan Keseharian al-Quran, h. 433
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya mengenai pokok permasalahan yang diajukan oleh
penulis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Perlindungan hukum yang diberikan oleh UUHC No. 19 Tahun 2002
terhadap Karya Cipta Seni Lukis pada gambar dua ikan adalah untuk
merangsang aktivitas dan kreativitas agar para pencipta memiliki
gairah dan semangat untuk melahirkan karya cipta karena tujuan akhir
dari perlindungan hak cipta adalah untuk memberikan penghargaan
dan insentif kepada pemilik hak cipta.
Perlindungan hukum berlangsung selama jangka waktu yang
ditentukan menurut bidang dan klasifikasinya. Apabila seseorang ingin
menikmati manfaat ekonomi dari hasil ciptaan orang lain maka wajib
memperoleh izin dari orang yang berhak. Penggunaan hasil karya seni
lukis orang lain tanpa izin dari pemiliknya atau pemalsuan atau
menyerupai gambar seni lukis yang sama persis, hal ini merupakan
suatu pelanggaran hukum.
Jika terjadi pelanggaran, maka pelanggar tersebut harus diproses
secara hukum dan bila terbukti melakukan pelanggaran akan dijatuhi
hukuman sesuai dengan ketentuan UUHC mengatur jenis perbuatan
70
71
serta ancaman hukumannya, baik secara Perdata maupun secara
Pidana.
a. Akibat hukum secara Perdata.
Yaitu upaya hukum yang mengajukan gugatan ganti rugi yang intinya
dapat meminta penyitaan atas barang yang dibajak.
b. Akibat hukum secara Pidana.
Yaitu dapat diPidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta) rupiah.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hakim dalam memberikan putusan
MA No.596K/Pdt.Sus/2011 secara umum dilihat dari pandangan
umum yaitu: a. Faktor Internal : 1) iman dan kepercayaan, 2)
pengalaman, 3) pengetahuan, 4) kebutuhan dan prilaku hakim. b.
Faktor Ekternal : 1) ketentuan peraturan perundang-undangan, 2)
kemauan politik penguasa, 3) tekanan dari masyarakat, 4) suap dan
keadaan lingkungan.
Dari faktor-faktor umum diatas maka dapat disimpulkan bahwasanya
faktor-faktor yang mempengaruhi hakim dalam memberikan putusan
MA No. 596K/Pdt.Sus/2011. Tidak jauh dari faktor-faktor internal dan
eksternal yaitu dilahat dari faktor peraturan perundang-undangan yaitu
Undang-undang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002.
3. Pertimbangan
hakim
dalam
memberikan
putusan
Ma
No.596K/Pdt.Sus/2011 secara umum pertimbangan hakim terhadap
perkara perdata khususnya dalam kasus HAKI dimulai dari tahap-
72
tahap pemeriksaan yang meliputi: gugatan penggugat, jawaban
tergugat, replik penggugat, duplik penggugat, dan pembuktian adalah
sebagai duduk perkaranya yaitu segala sesuatu yang terjadi di
persidangan.
Pertimbangan
hakim
dalam
putusanya
adalah
berdasarkan pada pembuktian yaitu berdasarkan pada pembuktian
yaitu berdasarkan keterangan-keterangan dari saksi dan bukti surat.
Putusan hakim berdasarkan pada gugatan yang berdasarkan hukum,
dengan pembuktian kepemilikan hak cipta apakah sudah sesuai dengan
Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang hak cipta? Alasan-alasan
Penggugat benar atau tidak harus dibuktikan dengan bukti surat.
Sehingga hakim yakin kalau alasan penggugat benar dan perkara
tersebut dapat diutus.
Dari uraian secara umum diatas maka sudah jelas bahwa pertimbangan
hakim dalam memberikan putusan MA No.596K/Pdt.Sus/2011 antara
lain: 1) Bahwa sesudah Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat dijatuhkan dengan hadirnya Tergugat pada
tanggal 6 juli 2011 kemudian terhadapnya oleh Tergugat
dengan
perantaraan kuasanya, 1berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 25
juli 2011 diajukan permohonan kasasi secara lisan pada tanggal 25 Juli
2011 sebagaimana ternyata dari Tanda Terima Permohonan Kasasi
Terhadap
Putusan
Gugatan
Pembatalan
Hak
Cipta
Nomor
25K/HaKI/2011/PN.Niaga.Jkt.Pst., jo Nomor 35/Hak Cipta/2011/PN.
1
Lampiran Putusan Mahkamah Agung No.596k/Pdt.Sus/2011. Hal. 15
73
Niaga.Jkt.Pst., yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, permohonan mana disertai dengan
memori kasasi yang memuat alasan-alasan yang diterima di
Kepaniteraan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri tersebut pada
tanggal 04 Agustus 2011; 2) Bahwa permohonan kasasi tersebut
diterima di Kepaniteraan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat pada tanggal 25 juli 2011, sedangkan putusan yang
dimohon kasasi i.c. putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat No. 35/Hak Cipta/2011/PN.Niaga.Jkt.Pst., dijatuhkan
pada tanggal 06 Juli 2011, dengan demikian pengajuan permohonan
kasasi tersebut telah melampaui tenggang waktu yang ditentukan
dalam Pasal 62 Undang-undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta,
maka oleh karena itu permohonan kasasi tersebut harus dinyatakan
tidak dapat diterima; 3) Bahwa oleh karena permohonan kasasi dari
Pemohon Kasasi dinyatakan tidak dapat diterima, maka Pemohon
Kasasi dihukum membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi.
B. Saran
1. Kepada para pembaca agar dapat kiranya memberikan penghargaan
yang layak dan sewajarnya atas Hak Cipta seni lukis. Sikap
menghargai dan melindungi hak milik orang lain ini selain tidak
langsung dapat menunjukkan etika dalam melakukan suatu usaha. Di
sisi lain akan menghindari resiko adanya tuntutan-tuntutan hukum
74
yang dapat dilakukan oleh pemilik Hak Cipta karena adanya suatu
pelanggaran.
2. Untuk melindungi dan memberikan jaminan yang pasti terhadap Hak
Cipta kepada si pencipta atau pemegang hak, agar aparat penegak
hukum melakukan penyidikan secara tuntas setiap hasil penindakan
kasus pembajakan agar terjadi image positif terhadap penegak hukum
oleh Polri maupun Hakim dalam memberi putusannya dan sekaligus
sebagai daya cegah bagi pelaku lain.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-qur’an dan Terjemahnya. Bandung:
CV Diponegoro, 2009.
Buku-Buku
Ashshofa, Burhan Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004)
HP Pangabean, Fungsi MA Bersifat Pengaturan, (Tahun 1966-2003, Liberty
Yogyakarta 2005)
Hutagalung, Sophar, Maru, Hak Cipta Kedudukan dan Perananya dalam
Pembangunan, (Jakarta: sinar Grafika)
JTC Simorangkir. Hak Cipta, (Jakarta, Djambatan. 1987)
Kusnadi, Moh, dan Ibrahim, Marmaly, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia,
Pusat Studi Hukum Tata Negara, Fak. Hukum UI, Cet Ketujuh.
Lindsey, Tim, dkk, Hak Kekayaan Intelektual(suatu Pengantar), (Bandung: Pt
Alumni, 2006)
Lindsey, Tim, Hak Kekayaan Intelektual: Suatu Pengantar ,(Bandung: Alumni,
2004)
Marzuki, Mahmud Peter, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010), cetakan keenam.
Mahadi. Hak Milik Immateril BPHN.( Jakarta, 1985)
M. Hutauruk, Pengaturan Hak Cipta Nasional, Erlangga,( Jakarta, 1997)
Shihab, M Quraish,Tafsir al-Mishab: Pesan, Kesan, dan Keseharian al-Quran.
Naning, Ramdlon, Perihal Hak Cipta Indonesia, Tinjauan Terhadap Auteursrecht
1912 Dan Undang-undang Hak Cipta 1997, (Yogyakarta, Liberty, 1997)
75
76
Pramono, Widyo, Tindak Pidana Hak Cipta, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007)
Rasjidi, Lili dan B Arief Sidharta, Filsafat Hukum Madzab dan Refleksi,
(Bandung : PT. RemajaRosda Karya, 1994)
Rosidi, Ajip, Undang-Undang Hak Cipta 1982. Pandangan Seorang Awam
Djambatan. ( Jakarta. 1984)
Etiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), (Surakarta : Magister Ilmu Hukum
ProgramPascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2004)
Soemitro, Hanitijo, Ronny, Metode Penelitian Hukum dan Jurumetri, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1998)
Soekanto, Soerjono Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI, 1986)
Soekanto, Soerjono dan Marmudji, Pengertian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004)
Soekanto, Soerjono,
Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: Rajawali Press, 1998)
Saidin, OK,
H,
Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, (Jakarta:
Raja
Grafindo Persada, 2007)
Usman, Rahmadi, Hukum Atas Kekayaan Intelektual: Perlindungan dan Dimensi
Hukumnya di Indonesi. (Bandung: alumni, 2008)
Wahyono, Padmo, Negara RI. Cet.Pertama. (Jakarta: Rajawali Pers, 1982)
Yahya, Harahap, M, S.H., Kekuasaan Mahkamah Agung Pemeriksaan Kasasi
dan Peninjauan Kembali Perkara Perdata, ( Jakarta: Sinar Grafika, Cetakan
Pertama 2008).
77
Yahya, Harahap, M, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan Dan
Penyelesaian Sengketa. (Bandung: Citra Aditya Bakti,1997)
Penelitian
Hasanah, Hetty Perlindungan Konsumen dalam Perjanjian Pembiayaan
Konsumen
atas
Kendaraan
Bermotor
dengan
Fidusia,
(http//jurnal.unikom.ac.id/vol3/perlindungan.html, 2004)
Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia,
(Surakarta : Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret, 2003)
Rahardjo, Satjipto, Sisi-sisi Lain dari Hukum di Indonesia, (Jakarta : Kompas,
2003)
Shidarta, Karakteristik Penalaran Hukum dalam Konteks Ke-Indonesia-an,
Disertasi, (Bandung: Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Katholik
Parahyangan, 2004)
Peraturan Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. ( Burgerlijk Wetboek ).
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta.
Lampiran Putusan Mahkamah Agung No.596k/Pdt.Sus/2011.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Mahkamah Agung.
78
Internet
www. Mahkamah Agung. co. id
HKInet, ( Wacana Kekayaan Intelektual Indonesia) , Regulasi Bidang HKI,
http://WWW.Gogle.com, Lembaga Kajian Hukum Teknologi , FH UI, h. 1
Martin,
Brian,
Against
Intellectual
Property,
http://
WWW.Gogle.com,
Departement of Science And Thecnology, University of wollongong, Australia.
Zamroni, 2009. Sejarah Mahkamah Agung: (Online).
(http/www.zamroni.com/40-sejarah-Mahkamah-Agung. html, diakses tanggal 13
Mei 2013).
http://kepaniteraan.mahkamahagung.go.id/beranda.html, diunduh Pada Tanggal
20 mei 2013. Jam: 17:30
http://www.saurasi.com/pedoman-membuat-putusan/, Tanggal 12 Juni 2013, Jam
15:35
R
ep
ub
putusan.mahkamahagung.go.id
P U T U S A N
No. 596 K/Pdt .Sus / 2011
perka r a
In t e l e k t u a l
(hak
c ip t a )
H A R L I,
B2
No.
RT.
ah
Tendean
No.
kasas i
te l a h
di Taman Grisenda Blok
Kapuk
BATUBARA,
Muara,
Penjar i ngan ,
member i
SH. ,
kuasa kepada
MH.,
para Advoka t ,
Tendean , Lan ta i
Kekayaan
da lam perka r a anta r a :
007/02 ,
SH. ,
atas
t i n g ka t
da lam ha l i n i
P.
SINUHAJI ,
Hak
ber tempat t i ngga l
2,
RYNALDO
m
da lam
pu tusan sebaga i ber i k u t
Jakar t a Utara ,
ka
khusus
dan
berkan t o r
ub
mengambi l
perda t a
lik
A
gu
memer i k sa
A G U N G
do
MA H K A MA H
In
ng
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
ne
si
a
ARIF IN
di
Plaza
3, Ruang Sadewa, Ja l an Kapten P.
45 ,
Jaka r t a
Sela t a n ,
25 Ju l i
ep
Sura t Kuasa Khusus te r t a n gga l
berdasa r kan
2011 ;
Roos Raya No.
34 RT.
Kecamatan
Prov i n s i
DKI
002/RW.
Tebet ,
Jaka r t a ,
da lam ha l
A
gu
Ruang 306,
SH. ,
Ja l an
06,
Jaka r t a
in i
Advoka t ,
Kuasa Khusus te r t a n gga l
Timur ,
berkan t o r
di
Lanta i
3,
lik
ka
m
ah
MANUSIA REPUBLIK
ub
DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA REPUBLIK INDONESIA) u.b .
HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL u.b .
Kekayaan In t e l e k t ua l
(HKI )
ep
ah
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI
bera l amat di Jl .
kuasa
9 Agustus 2011 ;
D A N
(dahu lu
Sela t an ,
berdasa r kan Sura t
Termohon Kasasi dahulu Penggugat ;
INDONESIA
Buk i t
member i
No. 357 Graha Sar t i k a ,
Cawang, Jaka r t a
Lapangan
Kelu r ahan
Kotamadya
kepada PALTAK SIBURIAN,
Ja l an Dewi Sar t i k a
di
In
Dur i ,
bera l ama t
do
TEGUH,
ng
THEDY GUNARDI
si
T E R H A D A P
R
ah
Pemohon Kasasi dahulu Tergugat ;
ne
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
DIREKTORAT JENDERAL
Direk tu r
u.b .
Jendera l
Direk tu r
Hak
Hak Cipta ,
Daan Mogot Km. 24, Tangerang ;
Mahkamah Agung te r s ebu t
A
dar i
sura t - sura t
Hal .
te r s ebu t
1 dar i
te r n ya t a
ne
bahwa
do
gu
Menimbang ,
yang bersangku t an ;
16 ha l . Put . No. 596
K/Pd t . Sus / 2 011
In
ng
M
Membaca sura t - su ra t
;
s
R
Turut Termohon Kasasi dahulu Turut Tergugat ;
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 1
R
ep
ub
bahwa
seka rang
te l a h
menga jukan
di
Pusa t
AQUATICS,
berdasa r kan
Depar t emen
Perdagangan
perdagangan
usaha
Dur i ,
Perdagangan
te r s ebu t ,
PASIF IC
AQUATICS
Repub l i k
ng
Undang
iz i n
Gangguan ,
Keten t r aman
dan
4. Bahwa j en i s
has i l
per i k anan ,
DKI
produks i
ASIA
PASIF IC
produks i
ep
dengan gambar sen i
luk i s
dengan aneka hewan l au t ,
R
ng
gu
13
has i l -
P1) ;
i kan
dengan
s ingka t an
dar i
PENGGUGAT)
yang
DUA IKAN da lam 4 (empat )
yang d i l u k i s
dengan warna
P4) ;
dengan menggunakan
TUBIFEX WORMS, produks i
PASIF IC
makanan
mi l i k
merah , h i j a u dan abu- abu. (Buk t i
ASIA
Kanto r
te r t a n gga l
"As t i c - Pets "
AQUATICS (pe ru sahaan
6. Bahwa perdagangan makanan i kan
A
kemasan
ub
TUBIFEX WORMS,
dar i
Jaka r t a ,
pada
PENGGUGAT yang d ipe r dagangkan
ka ta
dengan ka ta
berdasa r kan Undang-
makanan i kan dan udang (Buk t i
PENGGUGAT mempergunakan
bi r u ,
melakukan
dagangan utama PENGGUGAT ada lah
oleh
perseg i
usaha ,
te l a h
P3) ;
5. Bahwa makanan i kan
di se r t a i
Nomor
696/3 / JB /X / 1 994 ,
Kete r t i b a n
barang
dengan
30 November 1990 (Buk t i
te r s ebu t ,
tempat
Nomor
November 1994 (Buk t i
pada
pemi l i k / p e nanggung j awab perusahaan
AQUATICS
kembal i
te r s ebu t
lik
A
gu
penda f t a r a n
mendaf t a r k an
Indones i a
Penda f t a r a n 09033600164 , te r t a n gga l
3. Bahwa PENGGUGAT sebaga i
te l a h
"As t i c - Pets "
AQUATICS (pe r usahaan
Hal .
2 dar i
mi l i k
kemasan
s ingka t an
PENGGUGAT)
s
Depar t emen
R
ASIA
PASIF IC
Kecamatan Tebet ,
pemi l i k / p e nanggung j awab perusahaan
AQUATICS
CV.
ASIA
Raya Lapangan Roos
P1) ;
perusahaan
CV.
makanan
si
PASIF IC
PENYALUR dan
per i k anan ,
Ja l an
ep
ASIA
di
23 Jun i
ne
Sela t an (Buk t i
EXPORT,
has i l - has i l
Kelu r ahan Buk i t
2. Bahwa PENGGUGAT sebaga i
P2) ;
Repub l i k
do
berupa
keg i a t a n
USAHA
do
j en i s
No. 34, RT. 002/06 ,
CV.
SURAT IZ IN
Nomor 2212 /P / 1331 / 09 - 04/PM/87 te r t a n gga l
dan udang yang bera l ama t
Jaka r t a
perusahaan
16 ha l . Put . No. 596
K/Pd t . Sus / 2 011
In
i kan
pemi l i k / p e nanggung j awab
(S IUP) ,
untuk
IMPORT,
ka
m
ah
pada pokoknya
In
ah
1987 ,
m
Jaka r t a
Pengad i l a n
ne
PASIF IC
Indones i a
ka
pers i d angan
In
A
gu
ASIA
PERDAGANGAN
ah
Pemohon Kasas i
LUKISAN "DUA IKAN" ADALAH HAK CIPTA PENGGUGAT.
CV.
M
Pengguga t
:
1. Bahwa PENGGUGAT ada lah
ah
seka rang
muka
Neger i
sebaga i
do
atas da l i l - da l i l
I.
te r hadap
Terguga t
pada Pengad i l a n
dahu l u
lik
Niaga
sebaga i
Kasas i
guga tan
ng
dahu l u
Termohon
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
ub
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 2
R
ep
ub
putusan.mahkamahagung.go.id
perseg i
dengan
ng
dengan warna b i r u ,
di l a k u kan
gambar
o leh
sen i
aneka
lu k i s
hewan
DUA IKAN da lam 4
l au t ,
yang
di l uk i s
merah , h i j a u dan abu- abu te r s ebu t ,
PENGGUGAT sebaga i
te l a h
pemi l i k / p e nanggung j awab
CV. ASIA PASIF IC AQUATICS se j ak tahun 1995;
PENGGUGAT
makanan i kan
Pets "
mi l i k
te l a h
s i ngka t an
dar i
a. PT.
PASIF IC
perseg i
warna
Cont r a c t
pembuatan
bi ru ,
Baru ) ,
No.
kemasan
produks i
AQUATICS
(pe r usahaan
merah ,
hi j au
Gedong
Jaka r t a
00309 /S IM ,
14440
dan
Panjang
-
Ujung
No.
Sales
13- 10- 1995 ,
nama
(Buk t i
P5) ;
Plu i t ,
bera l ama t
Jakar t a
untuk
S No.
Indones i a ,
makanan
i kan ,
ng
bundar
14450 ,
Blok
TUBIFEX WORMS 60 gram, te r t a n gga l
1,
j en i s
des i gn
dan
Rp.
300.000 , -
untuk pembayaran co l ou r
TUBIFEX WORMS, te r t a n gga l
d. KWITANSI
buk t i
AQUATICS,
e. INVOICE ( f a k t u r )
Rp.
dar i
300.000 , -
pr i n t i n g
Rp.
f i lm
ASIA
(t iga
Uta ra
ra t u s
(t iga
kepada
134 .400
ju t a
r ibu
P9) ;
30- 11- 1995, PT.
Ujung Nomor 12B
CV.
pcs
ASIA
PASIF IC
Polyce l l o
TUBIFEX WORMS 5 gram 5 co l ou r s
3.843 . 840 , -
PASIF IC
TUBIFEX WORMS 60
Gedong Pan jang
pen jua l a n
P8) ;
de lapan
bag
dengan
to t a l
ra t u s
empat
r i b u de lapan ra t u s empat pu luh rup i a h )
ng
pu luh t i g a
untuk
R
AQUATICS
Jakar t a
r ibu
4 (empat )
Nomor 009937 te r t a n gga l
ep
Baru )
PASIF IC
ra t u s
CV.
30- 09- 1995 (Bukt i
SUPER INDAH MAKMUR, J l .
harga
separas i
untuk pembayaran f i l m separas i
gram , te r t a n gga l
(Muara
( t i ga
ub
rup i a h ) ,
ASIA
27- 07- 1995 (Bukt i
pembayaran
sebesa r
CV.
lik
rup i a h ) ,
sebesa r
dar i
P6) .
In
A
gu
AQUATICS,
pembayaran
warna
28- 11- 1995 (Buk t i
P7) ;
buk t i
barang
28- 11- 1995 (Buk t i
Dan TUBIFEX WORMS 110 gram, te r t a n gga l
c . KWITANSI
Kawasan
ne
R
COMETA CAN CORP. ,
ka l eng
ka
m
ah
abu- abu
TUBIFEX WORMS 10 gram dan TUBIFEX WORMS 5 gram
Indus t r i
ah
yang
Indones i a ,
te r t a ngga l
DUA
barang
b. PT.
M
"As t i c -
dengan aneka hewan l au t ,
d i perusahaan :
(Muara
kemasan
dengan gambar sen i l u k i s
SUPER INDAH MAKMUR, J l .
12B,
da lam
do
m
ASIA
ep
ah
dengan
te r s ebu t ,
ka
melakukan
PENGGUGAT) yang d i se r t a i
di l u k i s
i kan
dengan nama TUBIFEX WORMS,
IKAN da lam 4 (empat )
ah
makanan
In
te r s ebu t ,
perdagangan
do
da lam
lik
di
ub
A
gu
7. Bahwa
(Buk t i
3 dar i
do
Hal .
16 ha l . Put . No. 596
K/Pd t . Sus / 2 011
In
A
gu
P10) ;
s
(empat )
dengan
si
di se r t a i
ne
yang
ne
si
a
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 3
R
ep
ub
Nomor 009940 te r t a ngga l
SUPER INDAH MAKMUR, J l .
untuk
pen jua l a n
kepada
153 .600
g. INVOICE ( f a k t u r )
( l i ma
ju t a
Utara
pen jua l a n
pcs
TUBIFEX
WORMS
10
(t iga
gram,
ju ta
(Bukt i
Jakar t a
untuk
Utara
ng
i . INVOICE ( f a k t u r )
kepada
60.000
CV.
pcs
Polyce l l o
pr i n t i n g
de lapan
r ibu
Jakar t a
Gedong Pan jang
Utara
pen jua l a n
388.960 , -
06- 12- 1995, PT.
kepada
13.600
(t iga
ra t u s
Ujung Nomor 12B
CV.
pcs
ASIA
co l ou r s
de lapan
dengan
pu luh
Utara
kepada
12.000
pcs
dengan
to t a l
Ujung
CV.
ASIA
Polyce l l o
dan 13.000
harga
Rp.
te r s ebu t
(Buk t i
dengan
te l a h
ka ta
P15) ;
TUBIFEX
dipamerkan
Hal .
WORMS produks i
atau
4 dar i
d ipe r t u n j u k k an
do
i kan
ng
makanan
gu
12- 12-
(de l a pan ra t u s empat pu luh sembi l a n r i b u empat
ra t u s dua pu luh rup i ah )
A
gram
P- 14) ;
Gedong Panjang
pen jua l a n
WORMS 10
to t a l
de lapan
te r t a ngga l
TUBIFEX WORMS 5 gram 5 co l ou r s
R
ah
TUBIFEX
Ast i c s - Pets
Jaka r t a
AQUATICS untuk
bag pr i n t i n g
849.420 , -
Baru ) ,
ep
PASIF IC
8. Bahwa
010068
PT. SUPER INDAH MAKMUR, J l .
Nomor 12B (Muara
pcs
Nomor
bag
16 ha l . Put . No. 596
K/Pd t . Sus / 2 011
In
1995 ,
(fak tu r )
ub
INVOICE
PASIF IC
Polyce l l o
r i b u sembi l a n ra t u s enam pu luh rup i a h ) . ( B u k t i
j.
enam
P13) ;
TUBIFEX WORMS 5 gram 5
Rp.
bag
dan 51.000 pcs
Nomor 010001 te r t a ngga l
untuk
PASIF IC
s
AQUATICS
ASIA
harga Rp. 3.768 . 600 , -
enam pu luh
SUPER INDAH MAKMUR, J l .
Baru ) ,
Rp.
Ujung Nomor 12B
lik
A
gu
ra t u s
(Bukt i
harga
02- 12- 1995, PT.
Gedong Pan jang
pen jua l a n
tu j u h
ra t u s rup i a h )
harga
to t a l
TUBIFEX WORMS 10 gram 5 co l ou r s
ju t a
(Muara
dan 38.800 pcs
P12) ;
TUBIFEX WORMS 5 gram dengan to t a l
(t iga
bag
ne
pr i n t i n g
PASIF IC
Polyce l l o
Nomor 009957 te r t a ngga l
R
AQUATICS
dengan
ep
Baru ) ,
ASIA
de lapan ra t u s sembi l a n pu luh enam
SUPER INDAH MAKMUR, J l .
ka
m
ah
CV.
TUBIFEX WORMS 5 gram 5 co l ou r s
h. INVOICE ( f a k t u r )
ka
84.000
Ujung Nomor 12B
pr i n t i n g
r i b u dua ra t u s rup i a h )
ah
kepada
t iga
30- 11- 1995, PT.
ub
ah
untuk
3.896 . 200 , -
m
Jakar t a
ra t u s
P10) ;
Gedong Pan jang
bag
dengan to t a l
sembi l a n
(Bukt i
PASIF IC
Polyce l l o
lik
Baru ) ,
AQUATICS
M
pcs
Nomor 009991 te r t a ngga l
SUPER INDAH MAKMUR, J l .
(Muara
ASIA
do
5.913 . 600 , -
be las r i b u enam ra t u s rup i a h ) .
(Muara
CV.
TUBIFEX WORMS 10 gram 5 co l ou r s
Rp.
A
gu
Utara
In
pr i n t i n g
harga
Jakar t a
Ujung Nomor 12B
si
AQUATICS
Gedong Pan jang
ne
Baru ) ,
ng
(Muara
01- 12- 1995, PT.
do
f . INVOICE ( f a k t u r )
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
In
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 4
R
ep
ub
putusan.mahkamahagung.go.id
oleh PENGGUGAT d ida l am Pameran INTER ZOO ' 98 ,
14- 17 Mei
1998 d i
ng
pada tangga l
NURNBERG, GERMANY, dan menempat i
ASIA PASIF IC AQUATICS Hal l :
ne
si
a
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
3 Stand . 6- 46 (Bukt i
Stand
P16) ;
9. Bahwa dengan demik i an PENGGUGAT sebaga i pemi l i k / p e n anggung jawab CV. ASIA PASIF IC AQUATICS d i
TUBIFEX WORMS,
produks i
"As t i c - Pets "
ASIA PASIF IC AQUATICS (pe r usahaan mi l i k
1995 (Bukt i
PENGGUGAT sebaga i
ah
(to
make
m
atau
ASIA
yang
di se r t a i
PASIF IC
perseg i
gambar
sen i
dengan
aneka
merah ,
perdagangan
bahwa
makanan
"As t i c - Pets "
mi l i k
lu k i s
hi j au
dar i
yang mengumumkan
kemasan
hewan
i kan
s ingka t an
PENGGUGAT)
DUA IKAN da lam 4
l au t ,
yang
di l uk i s
dan abu- abu te r s ebu t ,
ep
ka
usaha
membukt i k a n
AQUATICS (pe r usahaan
dengan
dengan warna b i r u ,
da lam
menggunakan
TUBIFEX WORMS, produks i
dar i
(empat )
dan te l a h
pihak yang per tama kal i
pub l i c )
dengan ka ta
P4) ,
lik
tahun
s ingka t an
PENGGUGAT) te r s ebu t
ub
se j a k
do
ka ta
te l a h menggunakan kemasan makanan i kan dengan
In
A
gu
makanan i kan ,
da lam usaha perdagangan
makanan
i kan
dan
j uga
di
te l a h
dibe r i k a n
kepada
p ihak
c ip t a annya
kepada masyaraka t
(pe r usahaan
sen i
luk i s
yang
yang
P16)
PASIF IC
d i se r t a i
ada lah
ka l i
WORMS,
atas
"As t i c - Pets "
l uk i s
hi j au
mempubl i k a s i k a n
sebaga i
P12, P13,
hukum (seca r a
kemasan makanan i kan
R
gambar sen i
merah ,
P5, P6, P7, P8, P9, P10, P11,
dan membawa ak iba t
produks i
gambar
dengan aneka
PENGGUGAT
kepada PENGGUGAT yang merupakan penc i p t a
Hak Cip t a
dengan
perseg i
per t ama
AQUATICS
j awab CV. ASIA PASIF IC AQUATICS se j a k
AQUATICS (pe ru sahaan mi l i k
seka l i g u s Pemegang
dengan
s ingka t an
otomat i s )
dar i
ka ta
ASIA PASIF IC
PENGGUGAT) yang d i se r t a i
DUA IKAN da lam 4 (empat )
TUBIFEX
dengan
perseg i
dengan
dengan warna bi r u ,
merah ,
hi j a u
sebaga imana dimaksud di dalam keten tuan
A
Hal .
5 dar i
16 ha l . Put . No. 596
K/Pd t . Sus / 2 011
In
dan abu- abu,
do
yang d i l u k i s
ng
aneka hewan l au t ,
gu
M
ASIA
ub
tahun 1995 (Bukt i
P15,
produks i
dengan warna b i r u ,
mengumumkan
pemi l i k / p e nanggung -
P14,
TUBIFEX WORMS,
ep
ka
m
ah
ah
te r s ebu t ,
mengumumkan
bera r t i
PENGGUGAT) yang
yang d i l u k i s
abu- abu
atau
dar i
ka l i
hanya
dengan demik i a n
DUA IKAN da lam 4 (empat )
hewan l au t ,
dan
atau
dengan ka ta
s i ngka t an
mi l i k
per t ama
c ip t a an
P15,
s
"As t i c - Pets "
te r hadap
P14,
ne
A
gu
kemasan makanan i kan
yang
P13,
si
per l i n d ungan
P12,
ne
ng
10. Bahwa pada dasa rnya
P1 1 ,
do
P16) ;
P9, P10,
In
P5, P6, P7, P8,
R
(Buk t i
lik
ah
di t u n j u k kan atau d ipamerkan di da lam Pameran INTER ZOO '98 .
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 5
R
ep
ub
yang berbunyi :
hak
A
gu
cip t aannya ,
cip t aan
cip t a
yang
hak
eksklus i f
untuk
mengumumkan
t imbu l
di l a h i r k a n
bagi
secara
tanpa
penc i p t a
atau
otomat i s
mengurang i
memperbanyak
sete l a h
pembatasan
pera t u r a n perundang - undangan yang ber l aku" .
11. Bahwa d ika r enakan PENGGUGAT menyadar i
PASIF IC
perseg i
dengan
warna
dida f t a r k a n
ka
dengan
Repub l i k
gambar
dengan
bi ru ,
pada
aneka
merah ,
ah
dengan ka ta
dar i
ng
IKAN da lam 4 (empat )
dengan
te r s ebu t
pada
2007 (Bukt i
Cip t aan
P17) ,
Nomor
In
AQUATICS
merah ,
Hukum dan
hi j au
dan
di
Hak
te r t a n gga l
06
wi l a yah
memahami
untuk
tempat
M
maksud
A
ka l i
di
kemasan
Manus ia
di
wi l a yah
t idak
di
dan
atau
tempat
atau di
dan
tempat
t idak
diumumkan
atau
di
l ua r
tangga l
wi l a yah
dan
Indones i a
c i p t a an PENGGUGAT yang
dengan
Hal .
Repub l i k
menger t i
menger t i
Indones i a
(Bukt i
te r sebu t
Indones i a
dan
per t ama ka l i
i kan
Repub l i k
Manus ia
maka PENGGUGAT menganggap
makanan
Pendaf t a r a n
2007
tangga l
tangga l
wi l a yah
10 Apr i l
lik
Asas i
wi l a yah Indones i a has i l
ng
di
Asas i
c i p t a annya
ar t i
karena
ar t i
d iumumkan untuk
gu
ada
dar i
Indones i a ,
atau d i l ua r
abu- abu
Manus ia
PENGGUGAT t i d a k
dar i
per t ama ka l i
Indones i a ,
per t ama
wi l a yah
maksud
Hak
yang
ka ta
6 dar i
TUBIFEX WORMS,
16 ha l . Put . No. 596
K/Pd t . Sus / 2 011
In
diumumkan untuk
lua r
dan
(TURUT TERGUGAT),
memahami
mendaf t a r
DUA
dan
Jun i
ub
t i dak
(pe r usahaan
da lam Sura t
Hak Asas i
ep
Indones i a
Hukum
R
ka
m
ah
ah
Depar t emen
"As t i c -
dengan aneka hewan l au t ,
Hukum
12 . Bahwa PENGGUGAT pada saa t
i t i kad
kemasan
produks i
P18) ;
pada
dengan
dengan gambar sen i l u k i s
dan te r da f t a r
033488 ,
be lum
Manus ia
(TURUT TERGUGAT) pada tangga l
Depar t emen
Indones i a
Hak Asas i
maka
PASIF IC
bi ru ,
Depar t emen
di l uk i s
abu- abu ,
TUBIFEX WORMS,
perseg i
warna
Indones i a
A
gu
Repub l i k
dan
yang
c ip t a annya yang ada d i
PENGGUGAT) yang d i se r t a i
di l u k i s
l au t ,
Hukum dan
ASIA
R
s i ngka t an
mi l i k
hewan
PENGGUGAT)
DUA IKAN da lam 4
(TURUT TERGUGAT),
baik PENGGUGAT mendaf t a r k an
Pets "
lu k i s
hi j au
Depar t emen
Indones i a
makanan i kan
sen i
mi l i k
s ingka t an
do
di se r t a i
menurut
In
yang
AQUATICS (pe r usahaan
lik
ASIA
"As t i c - Pets "
ub
dar i
(empat )
m
TUBIFEX WORMS, produks i
suatu
kemasan makanan i kan
ep
ah
dengan ka ta
atau
s
pemegang
merupakan
si
c ip t a
ne
"Hak
Undang- Undang No. 19 Tahun 2002 ten t ang
do
Hak Cipta ,
(1 )
ne
2 ayat
do
Pasal
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
ng
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 6
R
ep
ub
(pe r usahaan
luk i s
yang d i l u k i s
dan abu- abu te r s ebu t ,
A
gu
PENGGUGAT
perdagangan
dip r oduks i
te l a h
ada lah
pada tangga l
dengan
di
l ua r
P5,
P6,
d i t u n j u k kan
neger i ,
P7,
P8,
P9,
P10,
hi j au
10 Apr i l
2007 ,
mela l u i
usaha
TUBIFEX WORMS yang
se j ak tahun 1995 dan
di
da lam Pameran INTER
P11,
P12,
dengan ala t
P13,
P14,
P15,
penanggung j awab
usaha
CV.
perdagangan
makanan i kan
dengan ka ta
s i ngka t an
mi l i k
PASIF IC
makanan
dar i
i kan
sebaga i
pemi l i k /
AQUATICS yang
mempunya i
yang
menggunakan
TUBIFEX WORMS,
ASIA
R
Pets "
ASIA
PENGGUGAT
PASIF IC
produks i
AQUATICS
PENGGUGAT) yang bergambar sen i l u k i s
perseg i
dengan
ng
(empat )
dengan warna b i r u ,
aneka
hewan
kemasan
"As t i c -
(pe r usahaan
si
sepenge tahuan
DUA IKAN da lam 4
l au t ,
yang
di l uk i s
ne
tanpa
ep
m
merah ,
TERGUGAT MENDAFTARKAN HAK CIPTA ATAS SENI LUKISAN "Kik i -
13 . Bahwa
ka
gambar
dengan aneka
sebagaimana te r buk t i
Pets"
ah
ka ta
o leh " Ast i c - Pets " te r s ebu t ,
P16;
II .
perseg i
mengumumkannya
i kan
atau
dengan
lik
ah
buk t i
d i se r t a i
dengan warna b i r u ,
te l a h
makanan
dipamerkan
ZOO '98
ASIA PASIF IC AQUATICS
DUA IKAN da lam 4 (empat )
hewan l au t ,
walaupun
dar i
PENGGUGAT) yang
ng
sen i
mi l i k
s ingka t an
do
"As t i c - Pets "
In
produks i
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
ub
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
merah , h i j a u dan abu- abu , dan yang te l a h
melakukan usaha perdagangan makanan i kan
se ja k
tahun 1995
Ternya t a ,
bereda r
WORMS,
produks i
P19) ,
kemasan
yang gambar kemasannya sanga t
mir i p
makanan
mi l i k
DUA IKAN da lam 4 (empat )
lau t ,
yang di l u k i s
j uga
TUBIFEX
ASIA PASIF IC
perseg i
sen i
dengan aneka hewan
merah , h i j a u dan abu-
l ama diumumkan oleh PENGGUGAT sebaga i
d iumumkan
di
ka ta
dar i
perdagangan makanan i kan
te l a h
INTER ZOO '98
s ingka t an
ep
dan
mela l u i
dengan
dengan warna b i r u ,
dan yang te l a h
Pemi l i k
i kan
PENGGUGAT) yang bergambar
lu k i s
abu,
makanan i kan
mi l i k
"As t i c - Pets "
AQUATICS (pe ru sahaan
perdagangan
dengan nama "K i k i - Pets "
l ua r
atau
neger i
R
ka
m
ah
ah
gambar
pasaran
makanan i kan
TERGUGAT (Bukt i
dengan
di
se j ak
dipamerkan
(Bukt i
P5,
tahun 1995
da lam
P6,
P7,
pameran
P8,
P9,
s
te l a h
do
P16) .
P5, P6, P7, P8, P9, P10, P1 1 , P12, P13, P14,
In
P15,
(Bukt i
ub
neger i
lik
A
gu
dan ser t a te l a h d ipamerkan d i pameran INTER ZOO ' 98 d i l ua r
A
gu
makanan i kan dengan nama "K i k i - Pets "
Hal .
adanya
mi l i k
7 dar i
perdagangan
TERGUGAT (Bukt i
ne
PENGGUGAT mengetahu i
do
se te l a h
16 ha l . Put . No. 596
K/Pd t . Sus / 2 011
In
14 . Bahwa
ng
M
P10, P11, P12, P13, P14, P15, P16) ;
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 7
R
ep
ub
yang
gambar
kemasannya
kemasan makanan i kan
(pe r usahaan
mi l i k
melapo r kan
di l a k u kan
Indones i a
dar i
TERGUGAT di
Metro
TUBIFEX WORMS,
hak
Jaya ,
produks i
AQUATICS
maka
PENGGUGAT
c ip t a
Tanda
gambar
PASIF IC
te r sebu t
Kepo l i s i a n
TBL/611 / I I / 2 0 1 1 / PMJ /D i t r e s k r i m sus ,
2011 (Bukt i
dengan
te r sebu t ,
pe langga ran
Daerah
mir i p
ASIA
PENGGUGAT)
perka r a
A
gu
te l a h
dengan ka ta
s i ngka t an
ng
"As t i c - Pets "
sanga t
Negara
Bukt i
Repub l i k
Lapor
te r t a ngga l
P20) ;
yang
do
P19) ,
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
19
Nomor
Februa r i
In
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
15 . Bahwa se te l a h PENGGUGAT melapo r kan TERGUGAT di Kepo l i s i a n
ba i k ,
ya i t u
te r n ya t a
tanpa i z i n
atau perse t u j u an
TERGUGAT)
luk i s
perseg i
dengan aneka hewan l au t
mendaf t a r k an
Repub l i k
DUA IKAN
da lam
dengan ka ta
(empat )
TUBIFEX WORMS,
PENGGUGAT sebaga imana dimaksud d i da lam Bukt i
P9,
ng
dan te l a h
luk i san
A
gu
Manus ia
te l a h
menerb i t k a n
Hukum
dan
031961 ,
di r u bah
9 November 2006 .
dan Hak Asas i
Hak
P12,
Sura t
P13,
atau d igan t i
"K i k i - Pets "
(Bukt i
j udu l
Pendaf t a r a n
Cip t aan ,
Repub l i k
cip ta
atas menunjukkan adanya i t i k a d
Indones i a ,
menguasa i
TERGUGAT (Bukt i
mempunya i
sen i
maksud
luk i s
c ip t a an
dengan warna b i r u ,
mi l i k
TUBIFEX WORMS,
merah ,
hi j a u
produks i
TUBIFEX WORMS,
dan abu- abu,
"As t i c - Pets "
mi l i k
s i ngka t an
dar i
ASIA
PENGGUGAT) se j a k
tahun
neger i
(Buk t i
pameran INTER
P5, P6, P7, P8, P9, P10, P11,
Hal .
8 dar i
16 ha l . Put . No. 596
K/Pd t . Sus / 2 011
In
ng
gu
(empat )
PENGGUGAT umumkan atau
1995 dan d ipamerkan atau d i t u n j u k k an mela l u i
A
4
untuk
usaha perdagangan makanan i kan dengan ka ta
PASIF IC AQUATICS (pe r usahaan
ZOO ' 98 d i l ua r
tu j u an
da lam
dengan ka ta
PENGGUGAT yang te l a h
pamerkan mela l u i
dan
DUA IKAN
dengan aneka hewan l au t
yang di l u k i s
di
t i d a k ba i k dan melawan hukum
ep
perseg i
gambar
Nomor
TERGUGAT te r sebu t
ub
TERGUGAT yang
R
dar i
Depar t emen
lik
hak
c ip t a annya
(TURUT TERGUGAT)
18 Desember 2006 mi l i k
penda f t a r a n
P16
TERGUGAT, pada
P22) ;
16 . Bahwa buk t i
P15,
dan Depar t emen Hukum
Indones i a
Manus ia
P14,
oleh
P21) ,
Repub l i k
Asas i
te r t a ngga l
P11 ,
do
tangga l
sen i
P10,
dan abu- abu
ne
P8,
hi j a u
do
P7,
dengan judu l
ka
m
ah
4
c ip t a an mi l i k
te r s ebu t ,
ah
Indones i a
dengan warna b i r u ,
P6,
merah ,
pada
yang d i l u k i s
P5,
M
maupun tanpa
Manus ia
ep
(TURUT
R
ah
ka
Depar t emen Hukum dan Hak Asas i
P20) ,
TERGUGAT dengan i t i k a d
PENGGUGAT, TERGUGAT te l a h
sen i
(Buk t i
In
m
sepenge tahuan
Jaya
s
t i dak
mengetahu i
Metro
ne
PENGGUGAT baru
Daerah
si
Indones i a
lik
Repub l i k
ub
ah
Negara
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 8
R
ep
ub
P12,
P13,
te l a h
P14,
te r buk t i
P16) ,
dan
has i l
TERGUGAT yang
TERGUGAT
te l a h
te l a h
mendaf t a r k an
has i l
JIPLAKAN sen i l u k i s
"K i k i - Pets " pada Depar t emen
Hukum
Hak
Repub l i k
Manus ia
TERGUGAT)
dengan
Nomor
perbua t an
melawan
hukum,
te r s ebu t
sanga t
mir i p
(empat )
perseg i
abu- abu,
karena
diumumkan
dengan
da lam
TUBIFEX WORMS,
aneka
l au t
dengan
makanan
mi l i k
ep
atau
neger i
ka ta
merah , h i j a u
PENGGUGAT yang
i kan
"As t i c - Pets "
d ipamerkan
l ua r
"K i k i - Pets "
DUA IKAN da lam 4
hewan
perdagangan
di
ada lah
lu k i s
luk i s
mi l i k
PASIF IC AQUATICS (pe r usahaan
INTER ZOO ' 98
031961 ,
dengan warna b i r u ,
c i p t a an
produks i
1995 dan te l a h
sen i
dengan sen i
ada lah
(TURUT
Pendaf t a r a n :
ka ta
dar i
ASIA
PENGGUGAT) se j a k
tahun
d i t u n j u k k an
(Buk t i
sudah
dengan
s i ngka t an
ub
dan
Indones i a
do
Asas i
In
dan
A
gu
ah
itu
karya c ip t a
TUBIFEX WORMS, yang d i l u k i s
m
karena
karya c i p t a PENGGUGAT;
17 . Bahwa perbua t an
ka
o leh
dengan nya ta - nya ta dan dengan senga j a
ng
menj i p l a k
P15,
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
lik
P5,
da lam pameran
P6,
P7,
P8,
P9,
ah
P10, P11, P12, P13, P14, P15, P16) ;
18 . Bahwa
R
d i ka r enakan
pemi l i k / p e nanggung j awab
PENGGUGAT
perusahaan
sebaga i
CV.
ASIA
si
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
PASIF IC
TUBIFEX WORMS,
ASIA
PASIF IC
produks i
"As t i c - Pets "
AQUATICS (pe r usahaan
mi l i k
ne
ka ta
ng
AQUATICS dan yang te l a h memperdagangkan makanan i kan dengan
s ingka t an
dar i
PENGGUGAT) se j a k
INTER
sebaga i
penc i p t a
eksk l u s i f
ZOO ' 98
di
l ua r
neger i ,
atau pemegang hak c ip t a
sebaga imana
d imaksud
di
maka
da lam
Pasa l
Neger i
Jakar t a
Pusat
PENDAFTARAN HAK
TERGUGAT, sebaga imana
untuk
CIPTA,
d imaksud
di
dan aya t
c ip t a an yang dida f t a r
(2 )
berhak atas
ser t a
Pasa l
hak c i p t a
menuru t
dapat
p ihak
la i n
pada
GUGATAN
031961 ,
mi l i k
42 Undang-
yang berbuny i
Pasa l
37 aya t
menuru t
mengajukan pembata l an
:
(1 )
Pasa l
2
mela l u i
s
R
pengad i l a n niaga " .
39,
Pusat
da lam Pasa l
Undang No. 19 Tahun 2002 ten t ang Hak Cip t a ,
"Da l am ha l
Undang-
mengajukan
Nomor
hak
menempuh j a l u r
Jaka r t a
ub
PEMBATALAN
Niaga
2
lik
Pengad i l a n
Pengad i l a n
ep
ka
m
ah
ah
mela l u i
PENGGUGAT
yang memi l i k i
Undang No. 19 Tahun 2002 ten t ang Hak Cip t a ,
hukum
do
pameran
In
A
gu
tahun 1995 dan j uga te l a h d ipamerkan atau d i t u n j u k k an da lam
dengan
A
gu
Cip t aan
di s impu l k an
Nomor
bahwa Sura t
Pendaf t a r a n
Hal .
Pendaf t a r a n
031961 ,
9 dar i
mi l i k
ne
maka dapat
do
atas ,
16 ha l . Put . No. 596
K/Pd t . Sus / 2 011
In
di
ng
M
19. Bahwa dengan adanya dasar dan alasan - alasan hukum te r s ebu t
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 9
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
TERGUGAT,yang te l a h d i l a k u kan oleh TERGUGAT pada Depar t emen
Asas i
ten t a ng
dar i
atau
Cip t a ,
Asas i
dengan
4
(empat )
TUBIFEX WORMS,
hi j a u
dan abu- abu,
atas
sen i
lu l us
o leh TERGUGAT pada Depar t emen
Repub l i k
Indones i a
Penda f t a r a n
dar i
ep
dan d i co r e t
ha l - ha l
Pengad i l a n
da lam
c ip t a an
Manus ia
Nomor
Bahwa berdasa r kan
031961 ,
daf t a r
pada
harus l a h
umum c i p t a an ;
te r s ebu t
Niaga
(TURUT
di
atas
Pengguga t
Pengad i l a n
Neger i
Pusat supaya member i kan putusan sebaga i ber i k u t
:
R
Jaka r t a
merah ,
ub
ah
Hak
mempunya i
hak c ip t a untuk membuat
dengan ka ta
penda f t a r a n
Hukum
kepada
Pendaf t a r a n
hak dan melawan hukum
DUA IKAN
dengan warna b i r u ,
dinya t a kan bata l
ah
luk i s
yang d ida f t a r k a n
TERGUGAT)
ka
sen i
karenanya
dan
Nomor
TERGUGAT t i d a k
pemi l i k
"K i k i - Pets "
mohon
tanpa
dengan aneka hewan l au t
o leh
sah dan melawan hukum,
dengan
d i ka r enakan
PENGGUGAT sebaga i
yang di l u k i s
(TURUT
dengan Undang- Undang No. 19 Tahun 2002
memperbanyak
perseg i
m
TERGUGAT ada lah
Indones i a
lik
iz i n
Hak
t idak
"K i k i - Pets "
ber t en t a ngan
A
gu
ser t a
dan
P22) ada l ah
penda f t a r a n
031961 mi l i k
Repub l i k
si
ng
karena
Manus ia
do
Hak
In
Hukum dan
TERGUGAT) (Buk t i
1. Mener ima dan mengabulkan gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya;
"Ast i c - Pets"
A
gu
produksi
kemasan makanan ikan
(perusahaan mil i k
singka tan
dar i
ASIA
perseg i
yang di l uk i s dengan warna bi ru ,
pendaf t a r an
hak
TUBIFEX WORMS,
PASIFIC
PENGGUGAT) yang dise r t a i
DUA IKAN dalam 4 (empat )
3. Menyatakan
dengan kata
dengan aneka
Iuk i s
hewan lau t ,
merah, hi j au dan abu- abu;
cip t a
dengan
Nomor
Pendaf t a r an
lik
melakukan
i t i k ad
t i dak
baik
dan
melawan hukum dalam mendaf ta r kan seni luk i s "Kik i - Pets" ;
hak
cip ta
seni
luk i s
ub
5. Membata lkan atau set i dak - t i daknya menyatakan bata l pendaf t a r an
"Kik i - Pets"
031961 , mil i k TERGUGAT;
6. Menghukum dan
pendaf t a r an
memerin tahkan
hak
cip t a
dengan
ep
ka
m
ah
TERGUGAT te l ah
AQUATICS
gambar seni
033488 , mil i k PENGGUGAT adalah sah;
4. Menyatakan
pemegang hak
ne
atas
dan atau
In
cip t a
pencip ta
do
ng
2. Menyatakan PENGGUGAT sebagai
seni
Nomor
Pendaf ta r an
TURUT TERGUGAT untuk
luk i s
"Kik i - Pets"
mencoret
dengan
Nomor
R
Pendaf t a r an 031961 mil i k TERGUGAT dar i Daf ta r Umum Ciptaan ;
A
pada Pengadi l an
Neger i
Jakar t a
Hakim yang memeriksa dan memutus perkara
Hal .
10 dar i
do
gu
Pusat cq. Ketua Maje l i s
Niaga
ne
Pengadi l an
16 ha l . Put . No. 596
K/Pd t . Sus / 2 011
In
Ketua
ng
Apabi l a
s
7. Menghukum TERGUGAT untuk membayar biaya perkara ;
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
R
ep
ub
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Halaman 10
te r hadap
dan
guga tan
guga tan
pokoknya atas da l i l - da l i l
te r s ebu t
ba l i k
( r e konvens i )
sebaga i ber i k u t
do
A
gu
Gugatan Penggugat Obscuur Libe l ;
1. Bahwa Pengguga t mengajukan guga tan te r h adap Terguga t ,
ah
tangga l
Sura t
Penda f t a r a n
9 November 2006 yang d im i l i k i
2. Bahwa
walau
demik i a n ,
da lam
Pengguga t
da l i l - da l i l n y a ,
" TUBIFEX WORMS" pada
anta r a
ka
ya i t u
hukum hak
c ip t a ,
kemasan
konkr i t
hak
Pengguga t
d ipaka i
da lam
di j ad i k an
c ip t a
pu la
pada
b idang
sebaga i
produk
hukum Pengguga t
da lam
mendal i l k a n
yang
bahwa
barang
d ip r oduks i
kekacauan da l i l - da l i l
da lam guga tannya ,
ha l
Pengguga t ada l ah pemegang hak c ip t a
in i
se r t a
dengan
hak
c ip t a
yang
o leh
juga
padaha l
mendasa r
merek dagang dengan ca ra
barang
te r dapa t
te r s ebu t ,
yang
perdagangan
ng
seh ingga se la i n
juga
R
ah
Pengguga t
itu,
se l a l u
d ipe r gunakan
i kan
perbedaan
ep
se la i n
Pengguga t
la z im
makanan
te r dapa t
hukum merk maupun paten ;
3. Bahwa
Nomor 031961
ten t a ng "kemasan makanan i kan " , ser t a
ub
m
ka ta
Cip t aan
o leh Terguga t ;
menyampai - kan rumusan- rumusan yang j u s t r u
hukum merk maupun paten ,
o leh Terguga t ,
In
permohonan pembata l a n
pada i n t i n y a
lik
ser t a
pada
:
DALAM EKSEPSI:
dengan a lasan adanya pe langga ran hak c ip t a
Terguga t
seca ra
meleka t k an
Pengguga t ,
rumusan- rumusan
menunjukkan
yang ber i t i k a d
bahwa
t i d a k ba i k dengan
d ikena l
dar i
itu
is t i l a h
pu la ,
bata l
da lam
atau
pembata l an
ada lah "hapus atau penghapusan" ,
t idak
je l a s
bahkan
Undang- undang
semak in
hak
c ip t a ;
kabur ,
seh i ngga
hak
o leh
lu k i s
KALINYA d i
c ip t a
ber j u du l
Jaka r t a ,
mohon d imasukkan pu la
pada
ub
7
9
te l a h
ber j u du l
(tu juh )
ekor
ekor
i kan
November
2006
bahwa jen i s
yang
c ip t a an
d iumumkan UNTUK PERTAMA
November
Hal .
lu k i s
Nomor
ekor i kan la i n n ya ;
tangga l
yang d ibe r i k a n
c ip t a
i kan dan 1 (sa t u )
menyebu t kan
9
hak
c ip t a an sen i
ekor
d ian t a r a
te r sebu t
tangga l
in i ;
pemegang
5 ( l ima )
031961
Rekonvens i ,
Rekonvens i
gu
i kan
besar dar i
"K i k i - Pets "
seha rusnya l a h
lik
ekor
Nomor
Pengguga t
kepada Pengguga t
A
(dua )
ada
menjad i
o leh
2006
dan
per i l n d u ngan
Depar t emen Hukum dan
11 dar i
16 ha l . Put . No. 596
K/Pd t . Sus / 2 011
In
2
d igambarkan l eb i h
d im i l i k i
sen i
9 November 2006 , atas j en i s
yang menggambarkan 7 ( t u j u h )
d imana
Bahwa
ada lah
R
te r s ebu t
Rekonvens i ,
ep
"K i k i - Pets " ,
da lam konvens i ,
mutand i s da lam guga tan rekonvens i
Pengguga t
031961 tangga l
kura - kura ,
yang te rmua t
ng
ka
m
ah
Bahwa
t i dak
namun yang
sudah
guga tan Pengguga t d inya t a kan t i d a k dapa t d i t e r i ma ;
seca ra muta t i s
Cip t a
seh i ngga guga tan Pengguga t
DALAM REKONVENSI:
Bahwa ha l - ha l
Hak
do
j auh
do
4. Leb i h
In
A
gu
mempergunakan karya c ip t a untuk keper l u an merek dagang ;
s
ekseps i
ng
menga jukan
bahwa
aequo
si
et bono) ;
mohon putusan yang seadi l - adi l nya (ex
ne
berpendapat la i n ,
ne
in i
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang ,
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
R
ep
ub
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Halaman 11
ber l a ngsung
ng
Bahwa h ingga har i
pada
Rekonvens i
o leh
luk i s
luk i san
"K i k i - Pets "
(dua )
i kan
besa r
gambar / sen i
sepenge tahuan
perbua t an
dan
yang
gambar / sen i
dengan
adanya
te r dapa t
bahwa
A
gu
lu k i s
untuk
te r s ebu t
seh ingga
dar i
t idak
te r ban t a hkan
Terguga t
tangga l
Terguga t
pada guga tan
Rekonvens i
031961
da lam
nya t a
2006
sampai
Terguga t
perbua t annya ,
d im i l i k i
sampai
sebaga i
sebe l umnya ,
2007
pemegang hak c ip t a
gambarnya
luk i s
seca ra
ber j u du l
dan te l a h
Nomor 031961 tangga l
10 Apr i l
te r sebu t
pu la
10
da lam per i o de
Apr i l
A
gu
tangga l
akh i r n y a
yang
baru
d ida l i l k a n
seh i ngga SEOLAH-OLAH
atas sen i
Rekonvens i
luk i s
mata
te l a h
ber j u du l
mempunya i
"Dua
kemi r i p a n
melah i r k a n
Sura t
Penda f t a r a n
Cip t aan
9 November 2006 ;
ng
dic i p t a kan
menyadar i
"K i k i - Pets " yang te l a h d iumumkan jauh
Bahwa karena Terguga t Rekopens i
te l a h
I kan "
Terguga t
kasa t
Rekonvens i
akh i r n y a
2007 ,
10
2007 ,
maka
te l a h menggunakan sen i l u k i s
tangga l
je las
9 November
perbua t an
Hal .
2006 sampai
Terguga t
12 dar i
yang
dengan
Rekonvens i
16 ha l . Put . No. 596
K/Pd t . Sus / 2 011
In
notabene
dengan gambar / s en i
har i
Apr i l
tangga l
mendapa t Sura t
Rekonvens i
"Dua
ep
yang
10
Terguga t
Pengguga t
SECARA TANPA
Terguga t
Rekonvens i
ber j u du l
merupakan c ip t a annya pada tangga l
I kan "
o leh
dengan
dengan
ub
lu k i s
Terguga t
menggunakan /memaka i
lik
karena
gambar / sen i
te r l e g i t i m a s i
pemaka i
Rekonvens i
yang d ip r oduks i n y a ,
R
ka
m
ah
hukum ak i ba t
tangga l
ada lah
dar i
dar i
te l a h
te r s ebu t
9 November
Nomor
Bahwa kemudian ,
se ja k
nya ta
dan per i o de se j a k Pengguga t Rekonvens i
Cip t aan
mendaf t a r k an
tanpa
konvens i n ya ,
mendapa t kan Sura t Penda f t a r a n Cip t aan Nomor 033488 ;
res i k o
la in
ba i k
Konvens i
produk makanan i kan
2007 , ya i t u
Penda f t a r a n
ku ra - kura ,
i kan
p ihak
it i kad
luk i san
Ia i n n ya ,
Rekonvens i
adanya
yang hak c i p t a n ya
HAK da lam per i o de
Apr i l
ekor
ekor
i kan
o leh
Pengguga t
guga tan
Pengguga t
pengakuan - pengakuan
Rekonvens i
(tu juh )
ekor
9 November
atas
te r sebu t ;
sebaga i
gambar / sen i
7
te r sebu t
menun jukkan
pos i s i n y a
Rekonvens i
dan 1 (sa t u )
( l i ma )
perse t u j u a n
ng
Bahwa
5
luk i s
t idak
lu k i s
d ian t a r a
dar i
dan
s
ka
pemaka ian
ah
ekor
l eb i h
mata
d iumumkan
Nomor 031961 tangga l
i kan
10
si
2
d igambarkan
ekor
dan
ne
d imana
7 (tu juh )
tangga l
9 November 2006 ;
pemegang hak eksk l u s i f
R
m
yang menggambarkan
pengumuman
pada
yang
pada tangga l
pemegang hak c i p t a
ada lah
s i dang
"Dua I kan " , yang seca ra kasa t
ber j u du l
Rekonvens i
Rekonvens i
pangg i l a n
adanya
ub
Pengguga t
adanya
Rekonvens i
ep
ah
Bahwa sebaga i
saa t
mengetahu i
d ida f t a r k a n o leh Pengguga t Rekonvens i
2006 ,
Pengguga t
sebaga imana guga tan konvens i
Terguga t
ber j u du l
se t e l a h
ne
dengan
baru
d i l a k u kan
2007 atas sen i
Rekonvens i
tahun
dun ia ;
masih h idup ;
sekonyong - konyong
dan
Pengguga t
yang
pu luh )
do
A
gu
penda f t a r a n
mir i p
( l i ma
meningga l
Pengguga t Rekonvens i
Terguga t
sebe lumnya ,
te r s ebu t - l ah
Apr i l
in i ,
se lan j u t n y a ,
guga tan dar i
d isebu t kan
50
do
Bahwa
mendapa t
h ingga
c a s u Pengguga t Rekonvens i )
Rekonvens i
do
te r u s
(in
se lama Pengguga t
In
dan
ada lah
lik
h idup
Rekonvens i
In
HAM RI kepada Pengguga t
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
penc i p t a
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
R
ep
ub
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Halaman 12
te r s ebu t
ada l ah
perbua t an
yang t i d a k
ber i t i k a d
ba i k
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
bahkan merupakan
sua t u perbua t an yang ber t e n t a ngan dengan hukum;
mendaf t a r k a n
menggambarkan 7 ( t u j u h )
5 ( l i ma )
A
gu
dan
sebaga imana Sura t
Pengguga t
ah
7 ( tu j uh )
ekor
i kan
Penda f t a r a n
la i n n ya
kasa t
pada
Rekonvens i ,
Rekonvens i
maka j e l a s l a h
mempunya i
d imana 2
d igambarkan l eb i h
9 November
ber j u du l
dengan sen i
penda f t a r a n
2006
sedangkan Terguga t
luk i s
kemi r i p a n
yang
tangga l
Cip t aan Nomor 031961 ;
mata mempunya i
"K i k i - Pets "
ekor ku ra - kura ,
ekor i kan te r s ebu t
mengumumkan dan mendaf t a r k a n sen i
yang seca ra
Terguga t
ber j u du l
te l a h
"Dua I kan "
luk i s
yang
c ip t a an
d i l a k u kan
kecaca t an hukum karena t i d a k
o leh
bersesua i a n
lik
Rekonvens i
luk i s
ekor i kan dan 1 (sa t u )
(dua ) ekor i kan d ian t a r a
besa r
sen i
Rekonvens i
do
dan
ng
mengumumkan
ka rena nya ta bahwa Pengguga t
In
Bahwa se l an j u t n y a ,
dengan ke ten t uan Undang- undang Nomor 19 Tahun 2002 ten t a ng Hak Cip t a ;
Bahwa karena penda f t a r a n
d iduga te l a h
Terguga t
yang d i l a k u kan o leh Terguga t
d i l a k u kan mela l u i
Rekonvens i ,
sedangkan
Turu t
Terguga t
Sura t
Pendaf t a r a n
caca t
hukum, maka sudah seharusnya l a h
ah
033488 tangga l
10 Apr i l
Rekonvens i
Sura t
2007 te r s ebu t
te l a h
la l a i
yang menyebabkan te l a h te r b i t
Nomor 033488 tangga l
ep
ka
da lam memer i k sa s ta t u s pemegang hak c ip t a
Cip t aan
Rekonvens i
proses yang d i t e t a p kan o leh Turu t
ub
m
patu t
10 Apr i l
2007 seca ra
Penda f t a r a n
Cip t aan Nomor
dinya takan harus ,
atau set i dak -
A
gu
9
November
Rekonvens i ,
dan mengad i l i
10
Rekonvens i
2006 ,
maka
Apr i l
2007
in i ,
Jaka r t a
ber i k u t
:
kasa t
mata
"K i k i - Pets "
yang
per t ama
sepa tu t n ya l a h
atas
Maje l i s
ka l i
Turu t
Penda f t a r a n
d i ke l u a r k a n
si
yang
10 Apr i l
Terguga t
Cip t aan
nama
pada
Nomor
Terguga t
Hakim yang memer i k sa
menja t uhkan putusan dan memer in t a h kan Turu t
melaksanakan penghapusan te r s ebu t ;
ha l - ha l
mohon kepada
Neger i
yang
seca ra
dan d iumukan
Sura t
p ihak
tangga i
ber j u du l
yang te r ho rma t
Bahwa berdasa r kan
Rekonvens i
yang
sudah
menghapus
perka r a
I kan "
luk i s
untuk
segera se te l a h
Terguga t Rekonvens i
"Dua
sen i
033488
Pusa t
te r s ebu t
Pengad i l a n
supaya
di
atas
Niaga
member i kan
pada
Pengguga t
Pengad i l a n
putusan
sebaga i
1. Mener ima guga tan Pengguga t Rekonvens i untuk se lu r u hnya ;
ng
Rekonvens i
A
gu
da lam menggunakan dan melakukan
ada lah sah dan berkekua t an
te l a h
melakukan
penda f t a r a n
Hal .
13 dar i
sen i
i t i kad
t idak
luk i s
mi l i k
s
3. Menyatakan bahwa Terguga t
ba i k
Rekonvens i
9
ne
hukum;
Nomor 031961 tangga l
do
Pengguga t
Cip t aan
R
November 2006 mi l i k
Pendaf t a r a n
16 ha l . Put . No. 596
K/Pd t . Sus / 2 011
In
2. Menyatakan bahwa Sura t
ep
ka
m
ah
Pengguga t
d ihukum
tangga l
ber j u du l
dengan
ada lah
Nomor
ne
o leh
Rekonvens i
033488
lu k i s
Rekonvens i
Cip t aan
do
sen i
kesamaan
d ic i p t a k a n
Terguga t
In
ng
atas
mempunya i
tangga l
Turu t
Penda f t a r a n
lik
karena
Sura t
ub
Bahwa
menerb i t k a n
R
t i daknya t i dak mempunyai kekuatan hukum;
2007
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
R
ep
ub
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Halaman 13
R
ep
ub
putusan.mahkamahagung.go.id
Pengguga t
Rekonvens i
seh ingga te r b i t
10 Apr i l
sebaga imana
pu la Sura t
Sura t
Pendaf t a r a n
Pendaf t a r a n
Nomor
031961
Cip t aan Nomor 033488 tangga l
2007 atas nama Terguga t Rekonvens i ;
ng
4. Menyatakan bahwa Sura t Penda f t a r a n Cip t aan Nomor 033488 tangga l
Apr i l
2007 atas nama Terguga t
Rekonvens i
Cip t aan
un tuk
Nomor 033488 tangga l
Terguga t Rekonvens i
perka r a i n i
Rekonvens i
dar i
Daf t a r
do
Terguga t
menghapus
10 Apr i l
Umum Cip t aan ,
Sura t
2007 atas
nama
segera se te l a h putusan
In
A
gu
Penda f t a r a n
Turu t
10
ada lah hapus atau se t i d a k -
t i d a kn ya t i d a k mempunya i kekua t an hukum;
5. Memer in t a h kan
ne
si
a
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
d i j a t u h kan ;
perka r a
in i
aequo e t
te r ho rma t
Maje l i s
berpendapa t
la in ,
Hak im
yang
mohon putusan
bono ) ;
tangga l
6 Ju l i
35 /Hak
te l a h
putusan ,
Cip t a / 2 011 /PN .N i aga . J k t . P s t .
:
R
:
Terguga t t i d a k dapa t d i t e r i ma ;
ng
Menya takan ekseps i
Dalam Pokok Perka ra :
1. Mengabu l kan guga tan Pengguga t un tuk se l u r u hnya ;
perseg i
atas gambar sen i
atau
o leh Pengguga t
10 Apr i l
pemegang
dua i kan da lam empat
yang menggunakan warna
merah , h i j a u dan abu- abu ;
hak c ip t a
yang te l a h
d i l a k u kan
tangga l
dengan No. Pendaf t a r a n
033488 ,
2007 ada lah sah menuru t hukum;
da l am empat
perseg i
November
2006
t i d a k ber i t i k a d
5. Menya takan
ada l ah
penda f t a r a n
ng
gu
Umum Cip t aan No. 031961 ,
perbua t an
melawan
hukum dan
ba i k ;
d i l a k u kan o leh Terguga t
A
dan abu- abu
c i p t a an
yang
te l a h
dengan No. Penda f t a r a n
031961
Hal .
a
quo
14 dar i
s
9
d ida l am Daf t a r
hi j au
do
yang te r da f t a r
merah ,
ep
yang menggunakan warna b i r u ,
dengan aneka hewan l au t
16 ha l . Put . No. 596
K/Pd t . Sus / 2 011
In
dua i kan
ub
4. Menya takan perbua t an Terguga t yang mendaf t a r k a n gambar
R
ka
m
ah
ah
luk i s
dengan aneka hewan l au t
3. Menya takan penda f t a r a n
M
penc i p t a
lik
bi ru ,
sebaga i
do
hak c ip t a
Pengguga t
In
A
gu
2. Menetapkan
ne
ah
-
Pusat
( ex
Niaga pada
ber i k u t
No.
DALAM KONVENSI :
Dalam Ekseps i
Pengad i l a n
2011 yang amarnya sebaga i
Jaka r t a
mengad i l i
sead i l - ad i l n y a
ub
ka
putusan
dan
mengambi l
Neger i
ya i t u
yang
ep
m
Bahwa te r hadap guga tan te r sebu t
Pengad i l a n
memer i k sa
si
yang
ne
Apab i l a
lik
ah
6. Membebankan b iaya - b iaya kepada Terguga t Rekonvens i ;
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 14
t i d a k mempunya i kekua t an hukum;
6. Memer in t a h kan
agar
Turu t
ng
No. Penda f t a r a n
Terguga t
menghapus
0311961 te r s ebu t
dar i
atau
Daf t a r
Umum Cip t aan ;
(empat
A
gu
491 .000 , -
kepada Terguga t
ra t u s
sembi l a n
sebesa r
pu luh
sa tu
rup i a h ) ;
Dalam Pokok Perka ra :
Menolak guga tan rekonvens i ;
lik
ah
-
r ibu
In
DALAM REKONVENSI :
Rp.
do
7. Membebankan b iaya perka ra
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
mencore t
Menimbang , bahwa sesudah putusan Pengad i l a n Niaga pada
seca ra
l i san
te r n ya t a
dar i
Putusan
Gugatan
25 Ju l i
2011 d ia j u k an
pada tangga l
Tanda
Ter ima
25 Ju l i
Pembata l a n
Hak
ng
Niaga
pada
Pengad i l a n
A
gu
permohonan mana d i se r t a i
a lasan - a lasan
Niaga
pada
yang
Cip t a
d ibua t
Neger i
di
Neger i
pada
Pusat
Niaga
pada tangga l
yang d imohonkan kasas i
Pengad i l a n
i.c.
Neger i
Jaka r t a
te r s ebu t
dengan
te l a h
da lam Pasa l
Cip t a ,
demik i a n
melampau i
Pengad i l a n
d i j a t u h k an
penga j uan
tenggang
Neger i
sedangkan putusan
Pusat
ep
2011 ,
04
d i t e r i ma
Pengad i l a n
2011 ,
pu tusan
Cip t a / 2 011 /PN .N i aga . J k t . P s t . ,
Ju l i
pada
25 Ju l i
tangga l
lik
Jaka r t a
Pengad i l a n
Pusa t ,
Pengad i l a n
te r s ebu t
ub
Kepan i t e r a a n
Pan i t e r a
yang memuat
Kepan i t e r a an
te r s ebu t
25
35/Hak
o leh
kasas i
bahwa permohonan kasas i
Niaga pada
No.
pada
35 /Hak
tangga l
permohonan
waktu
yang
06
kasas i
d i t e n t u kan
62 Undang- Undang No. 19 Tahun 2002 ten t ang Hak
maka
o leh
R
ka
m
ah
di
Nomor
Jaka r t a
Agustus 2011 ;
Menimbang ,
Terhadap
Nomor
dengan memor i
d i t e r i ma
Pengad i l a n
yang
permohonan
Kasas i
jo
Niaga . J k t . P s t . ,
Sura t
2011 sebaga imana
Permohonan
K/HaKI / 2011 /PN .N i aga . J k t . P s t . ,
Pengad i l a n
berdasa r kan
karena
itu
permohonan
kasas i
te r s ebu t
do
15 dar i
16 ha l . Put . No. 596
K/Pd t . Sus / 2 011
In
A
gu
ng
ne
harus d inya t a kan t i d a k dapa t d i t e r i ma ;
Hal .
s
ah
kasas i
te r t a n gga l
kuasanya ,
si
Kuasa Khusus
peran t a r a an
ne
dengan
2011 kemud ian te r hadapnya o leh
ep
ka
Terguga t
6 Ju l i
d i j a t u h kan dengan had i r n ya
R
m
Terguga t pada tangga l
Pusat
do
Jaka r t a
In
Neger i
ub
Pengad i l a n
Cip t a / 2 011 /PN .
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
R
ep
ub
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Halaman 15
R
ep
ub
Menimbang ,
Pemohon
Kasas i
kasas i
karena
d inya t a kan
t i dak
in i
dapa t
kasas i
dar i
d i t e r i ma ,
maka
;
Memperha t i k a n ,
A
gu
Undang- Undang No.
Tahun
permohonan
d ihukum membayar b iaya perka r a da lam t i n g ka t
ng
Pemohon Kasas i
bahwa o leh
1985
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
Undang- Undang
No.
19
Tahun
2002 ,
48 Tahun 2009 dan Undang- Undang No.
sebaga imana
te l a h
d iubah
dengan
14
do
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Undang- Undang
ME N G A D I L I
Menya takan permohonan kasas i
t i d a k dapa t d i t e r i ma ;
har i
A.
5.000 . 000 , -
rapa t
Rabu tangga l
TUMPA,
SH. ,
MH.,
ng
28 September
Hakim
un tuk
A
gu
te r buka
sebaga i
PRI
PAMBUDI
dan
SH. ,
d iucapkan
itu
Anggo ta - anggo ta
TEGUH,
t i d a k d ihad i r i
MH.,
j uga
Penggan t i
lik
Ttd . /
I MADE TARA, SH. ,
o leh
dengan
Ttd . /
DR. HARIFIN A. TUMPA,
ep
SH. , MH.,
Biaya - b iaya
:
Penggan t i ,
R
Pani t e r a
Maje l i s
Pan i t e r a
K e t u a,
H. MUHAMMAD TAUFIK, SH. , MH.,
Ketua
s idang
dan d iban t u
o leh para p ihak .
Ttd . /
da lam
Hak im-
te r s ebu t
Anggo ta - anggo ta ,
1. M e t e r a i ………. Rp.
M
o leh
ub
ka
m
ah
Anggo ta
yang
Ketua Maje l i s ,
MH., dan I MADE TARA, SH. ,
umum pada har i
dengan d ihad i r i
Agung
s
Agung
2011
In
hak im
( l i ma
permusyawara t an
d i t e t a p kan o leh Ketua Mahkamah Agung sebaga i
H. MUHAMMAD TAUFIK, SH. ,
6.000 , -
16 dar i
do
Hal .
16 ha l . Put . No. 596
K/Pd t . Sus / 2 011
In
A
gu
ng
ne
Ttd . /
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
ik
ah
da lam
R
ah
HARIFIN
Rp.
si
d ipu t u s kan
Mahkamah Agung pada
DR.
sebesa r
;
Demik i an l a h
o leh
in i
: H A
ne
rup i a h )
kasas i
ub
ka
t i n g ka t
Pemohon Kasas i
untuk membayar b iaya perka ra
ep
m
Menghukum Pemohon Kasas i
ju ta
dar i
do
R L I te r s ebu t
da lam
yang bersangku t an ;
lik
ah
No. 3 Tahun 2009 dan pera t u r a n l a i n
In
No. 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang- Undang
Halaman 16
R
ep
ub
putusan.mahkamahagung.go.id
2. R e d a k s i ……… Rp.
ne
si
a
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
5.000 , -
PRI
PAMBUDI TEGUH, SH. , MH.,
kasas i
Rp. 4.989 . 000 , -
ng
3. Admin i s t r a s i
J u m l a h … Rp. 5.000 . 000 , -
do
In
A
gu
Untuk Sal i n an
MAHKAMAH AGUNG R. I .
A.N. PANITERA
PANITERA MUDA PERDATA KHUSUS
s
ne
17 dar i
do
Hal .
16 ha l . Put . No. 596
K/Pd t . Sus / 2 011
In
A
gu
ng
M
R
ah
ep
ub
lik
ka
m
ah
In
A
gu
do
ng
ne
si
R
ah
ep
ka
ub
m
lik
ah
( RAHMI MULYATI , SH.MH. )
NIP : 040049629
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 17
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 19 TAHUN 2002
TENTANG
HAK CIPTA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
a. bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman etnik/suku bangsa
dan budaya serta kekayaan di bidang seni dan sastra dengan pengembanganpengembangannya yang memerlukan perlindungan Hak Cipta terhadap kekayaan
intelektual yang lahir dari keanekaragaman tersebut;
b. bahwa Indonesia telah menjadi anggota berbagai konyensi/perjanjian internasional di
bidang hak kekayaan intelektual pada umumnya dan Hak Cipta pada khususnya yang
memerlukan pengejawantahan lebih lanjut dalam sistem hukum nasionalnya;
c. bahwa perkembangan di bidang perdagangan, industri, dan inyestasi telah sedemikian
pesat sehingga memerlukan peningkatan perlindungan bagi Pencipta dan Pemilik Hak
Terkait dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat luas;
d. bahwa dengan memperhatikan pengalaman dalam melaksanakan Undang-undang Hak
Cipta yang ada, dipandang perlu untuk menetapkan Undang-undang Hak Cipta yang
baru menggantikan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 7 Tahun 1987 dan terakhir
diubah dengan Undang-undang No. 12 Tahun 1997;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut dalam huruf a, huruf b, huruf
c, dan huruf d, dibutuhkan Undang-undang tentang Hak Cipta.
Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 28 C ayat (1), dan Pasal 33 Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing
the World Trade Organization (Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia),
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia No.3564).
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
UNDANG-UNDANG TENTANG HAK CIPTA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku.
2. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas
inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran,
imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam
bentuk yang khas dan bersifat pribadi.
3. Ciptaan adalah hasil setiap karya Pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam
lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.
4. Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau pihak yang
menerima hak tersebut dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut
hak dari pihak yangmenerima hak tersebut.
5. Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran,
atau penyebaran suatu Ciptaan dengan menggunakan alat apa pun, termasuk
media internet, atau melakukan dengan cara apa pun sehingga suatu Ciptaan dapat
dibaca, didengar atau dilihat orang lain.
6. Perbanyakan adalah penambahan jumlah sesuatu Ciptaan, baik secara keseluruhan
maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang
sama ataupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan secara permanen atau
temporer.
7. Potret adalah gambar dari wajah orang yang digambarkan, baik bersama bagian
tubuh lainnya ataupun tidak, yang didptakan dengan cara dan alat apa pun.
8. Program Komputer adalah sekumpulan instruksi yang diwujudkan dalam bentuk
bahasa, kode, skema, ataupun bentuk lain, yang apabila digabungkan dengan
media yang dapat dibaca dengan komputer akan mampu membuat komputer
bekerja untuk melakukan fungsi-fungsi khusus atau untuk mencapai hasil yang
khusus, termasuk persiapan dalam merancang instruksi-instruksi tersebut.
9. Hak Terkait adalah hak yang berkaitan dengan Hak Cipta, yaitu hak eksklusif
bagi Pelaku untuk memperbanyak atau menyiarkan pertunjukannya; bagi
Produser Rekaman Suara untuk rnemperbanyak atau menyewakan karya rekaman
suara atau rekaman bunyinya; dan bagi Lembaga Penyiaran untuk membuat,
memperbanyak, atau menyiarkan karya siarannya.
10. Pelaku adalah aktor, penyanyi, pemusik, penari, atau mereka yang menampilkan,
memperagakan,
mempertunjukkan,
menyanyikan,
menyampaikan,
mendeklamasikan, atau memainkan suatu karya musik, drama, tari, sastra, foIklor,
atau karya seni lainnya.
11. Produser Rekaman Suara adalah orang atau badan hukum yang pertama kali
merekam dan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan perekaman suara
atau perekaman bunyi, baik perekaman dari suatu pertunjukan maupun perekaman
suaraatau perekaman bunyi lainnya.
12. Lembaga Penyiaran adalah organisasi penyelenggara siaran yang berbentuk badan
hukum, yang melakukan penyiaran atas suatu karya siaran dengan menggunakan
transmisi dengan atau tanpa kabel atau melalui sistem elektromagnetik.
13. Permohonan adalah Permohonan pendaftaran Ciptaan yang diajukan oleh
pemohon kepada Direktorat Jenderal.
14. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemegang Hak
Terkait kepada pihak lain untuk mengumumkan dan/atau memperbanyak
Ciptaannya atau produk Hak Terkaitnya dengan persyaratan tertentu.
15. Kuasa adalah konsultan Hak Kekayaan Intelektual sebagaimana diatur dalam
ketentuan Undang-undang ini.
16. Menteri adalah Menteri yang membawahkan departemen yang salah satu lingkup
tugas dan tanggung jawabnya meliputi pembinaan di bidang Hak Kekayaan
Intelektual, termasuk Hak Cipta.
17. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang
berada di bawah departemen yang dipimpin oleh Menteri.
BAB II
LINGKUP HAK CIPTA
Bagian Pertama
Fungsi dan Sifat Hak Cipta
Pasal 2
(1) Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah
suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku.
(2) Pencipta atau Pemegang Hak Cipta atas karya sinematografi dan Program Komputer
memiliki hak untuk memberikan izin atau melarang orang lain yang tanpa
persetujuannya menyewakan Ciptaan tersebut untuk kepentingan yang bersifat
komersial.
Pasal 3
(1) Hak Cipta dianggap sebagai benda bergerak.
(2) Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruhnya maupun sebagian karena:
a. Pewarisan;
b. Hibah;
c. Wasiat;
d. Perjanjian tertulis; atau
e. Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
Pasal 4
(1) Hak Cipta yang dimiliki oleh Pencipta, yang setelah Penciptanya meninggal dunia,
menjadi milik ahli warisnya atau milik penerima wasiat, dan Hak Cipta tersebut tidak
dapat disita, kecuali jika hak itu diperoleh secara melawan hukum.
(2) Hak Cipta yang tidak atau belum diumumkan yang setelah Penciptanya meninggal
dunia, menjadi milik ahli warisnya atau milik penerima wasiat,dan Hak Cipta tersebut
tidak dapat disita, kecuali jika hakitu diperoleh secara melawan hukum.
Bagian Kedua
Pencipta
Pasal 5
(1) Kecuali terbukti sebaliknya, yang dianggap sebagai Pencipta adalah:
a. orang yang namanya terdaftar dalam Daftar Umum Ciptaan pada Direktorat
Jenderal ; atau
b. orang yang namanya disebut dalam Ciptaan atau diumumkan sebagai Pencipta
pada suatu Ciptaan.
(2) Kecuali terbukti sebaliknya, pada ceramah yang tidak rnenggunakan bahan tertulis
dan tidak ada pemberitahuan siapa Penciptanya, orang yang berceramah dianggap
sebagai Pencipta ceramah tersebut.
Pasal 6
Jika suatu Ciptaan terdiri atas beberapa bagian tersendiri yang diciptakan oleh dua orang
atau lebih, yang dianggap sebagai Pencipta ialah orang yang memimpin serta mengawasi
penyelesaian seluruh Ciptaan itu, atau dalam hal tidak ada orang tersebut, yang dianggap
sebagai Pencipta adalah orang yang menghimpunnya dengan tidak mengurangi Hak Cipta
masing-masing atas bagian Ciptaannya itu.
Pasal 7
Jika suatu Ciptaan yang dirancang seseorang diwujudkan dan dikerjakan oleh orang lain
di bawah pimpinan dan pengawasan orang yang merancang, Penciptanya adalah orang
yang merancang ciptaan itu.
Pasal 8
(1) Jika suatu Ciptaan dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain dalam lingkungan
pekerjaannya, Pemegang Hak Cipta adalah pihak yang untuk dan dalam dinasnya
Ciptaan itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak
mengurangi hak Pencipta apabila penggunaan Ciptaan itu diperluas sampai ke luar
hubungan dinas.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ber1aku pula bagi Ciptaan yang
dibuat pihak lain berdasarkan pesanan yang dilakukan dalam hubungan dinas.
(3) Jika suatu Ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan, pihak
yang membuat karya cipta itu dianggap sebagai Pencipta dan Pemegang Hak Cipta,
kecuali apabila diperjanjikan lain antara kedua pihak.
Pasal 9
Jika suatu badan hukum mengumumkan bahwa Ciptaan berasal dari padanya dengan
tidak menyebut seseorang sebagai Penciptanya, badan hukum tersebut dianggap sebagai
Penciptanya, kecuali jika terbukti sebaliknya.
Bagian Ketiga
Hak Cipta atas Ciptaan yang Penciptanya Tidak Diketahui
Pasal 10
(1) Negara memegang Hak Cipta atas karya peninggalan prasejarah, sejarah, dan benda
budaya nasional lainnya.
(2) Negara memegang Hak Cipta atas folklordan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi
milik bersama, seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan
tangan, koreografi, tarian, kaligrafi, dan karya seni lainnya.
(3) Untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaan tersebut pada ayat (2), orang yang
bukan warga negara Indonesia harus terlebih dahulu mendapat izin dari instansi yang
terkait dalam masalah tersebut.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Hak Cipta yang dipegang oleh Negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal ini, diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 11
(1) Jika suatu Ciptaan tidak diketahui Penciptanya dan Ciptaan itu belum diterbitkan,
Negara memegang Hak Cipta atas Ciptaan tersebut untuk kepentingan Penciptanya.
(2) Jika suatu Ciptaan telah diterbitkan tetapi tidak diketahui Penciptanya atau pada
Ciptaan tersebut hanya tertera nama samaran Penciptanya, Penerbit memegang Hak
Cipta atas Ciptaan tersebut untuk kepentingan Penciptanya.
(3) Jika suatu Ciptaan telah diterbitkan tetapi tidak diketahui Penciptanya dan/atau
Penerbitnya, Negara memegang Hak Cipta atas Ciptaan tersebut untuk kepentingan
penciptanya.
Bagian Keempat
Ciptaan yang Dilindungi
Pasal 12
(1) Dalam Undang-undang ini Ciptaan yang dilindungi adalah Ciptaan dalam bidang
ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup:
a. buku, Program Komputer, pamf1et, perwajahan (layout) karya tulis yang
diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;
b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan lain yang, sejenis dengan itu;
c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
d. lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
e. drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
f. seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi,
seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;
g. arsitektur;
h. peta;
i. seni batik;
j. fotografi;
k. sinematografi;
l. tejemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil
pengalihwujudan..
(2) Ciptaan sebagaimana dimaksud dalam huruf l dilindungi sebagai Ciptaan tersendiri
dengan tidak mengurangi Hak Cipta atas Ciptaan asli.
(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), termasuk juga semua
Ciptaan yang tidak atau belum diumumkan, tetapi sudah merupakan suatu bentuk
kesatuan yang nyata, yang memungkinkan Perbanyakan hasil karya itu.
Pasal 13
Tidak ada Hak Cipta atas:
a. hasil rapat terbuka lembaga-lembaga Negara;
b. peraturan perundang-undangan;
c. pidato kenegaraan atau pidato pejabat Pemerintah;
d. putusan pengadilan atau penetapan hakim; atau
e. keputusan badan arbitrase atau keputusan badan-badan sejenis lainnya.
Bagian Kelima
Pembatasan Hak Cipta
Pasal 14
Tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta:
a. Pengumuman dan/atau Perbanyakan lambang Negara dan lagu kebangsaan menurut
sifatnya yang asli;
b. Pengumuman dan/atau Perbanyakan segala sesuatu yang diumumkan dan/atau
diperbanyak oleh atau atas nama Pemerintah, kecuali apabila Hak Cipta itu
dinyatakan dilindungi, baik dengan peraturan perundang-undangan maupun dengan
pemyataan pada Ciptaan itu sendiri atau ketika Ciptaan itu diumumkan dan/atau
diperbanyak; atau
c. Pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor berita,
Lembaga Penyiaran, dan surat kabar atau sumber sejenis lain, dengan ketentuan
sumbernya harus disebutkan secara lengkap.
Pasal 15
Dengan syarat bahwa sumbemya harus disebutkan atau dicantumkan, tidak dianggap
sebagai pelanggaran Hak Cipta:
a. penggunaan Ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta;
b. pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan
pembelaan di dalam atau di luar Pengadilan;
c. pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan:
(i) ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan; atau
(ii) pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan tidak
merugikan kepentingan yang wajar dari Pendpta;
d. Perbanyakan suatu Ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dalam huruf
braille guna keperluan para tunanetra, kecuali jika Perbanyakan itu bersifat komersial;
e. Perbanyakan suatu Ciptaan selain program Komputer, secara terbatas dengan cara
atau alat apa pun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu
pengetahuan atau pendidikan dan pusatdokumentasi yang nonkomersial semata-mata
untuk keperluan aktiyitasnya;
f. perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis atas karya
arsitektur, seperti Ciptaan bangunan;
g. pembuatan salinan cadangan suatu Program Komputer oleh pemilik Program
Komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri.
Pasal 16
(1) Untuk kepentingan pendidikan, ilmu pengetahuan, serta kegiatan penelitian dan
pengembangan, terhadap Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan dan sastra, Menteri
setelah mendengar pertimbangan Dewan Hak Cipta dapat:
a. mewajibkan Pemegang Hak Cipta untuk melaksanakan sendiri penerjemahan
dan/atau Perbanyakan Ciptaan tersebut di wilayah Negara Republik Indonesia
dalam waktu yang ditentukan;
b. mewajibkan Pemegang Hak Cipta yang bersangkutan untuk memberikan izin
kepada pihak lain untuk menerjemahkan dan/atau memperbanyak Ciptaan
tersebut di wilayah Negara Republik Indonesia dalam waktu yang ditentukan
dalam hal Pemegang Hak Cipta yang bersangkutan tidak melaksanakan sendiri
atau melaksanakan sendiri kewajiban sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
c. menunjuk pihak lain untuk melakukan penerjemahan dan/atau Perbanyakan
Ciptaan tersebut dalam hal Pemegang Hak Cipta tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam huruf b.
(2) Kewajiban untuk menerjemahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan
setelah lewat jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya Ciptaan di bidang ilmu
pengetahuan dan sastra selama karya tersebut belum pernah diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia.
(3) Kewajiban untuk memperbanyak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
setelah lewatjangka waktu:
a. 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya buku di bidang matematika dan ilmu
pengetahuan alam dan buku itu belum pernah diperbanyak di wilayah Negara
Republik Indonesia;
b. 5 (lima) tahun sejak diterbitkanya buku di bidang ilmu sosial dan buku itu belum
pemah diperbanyak di wilayah Negara Republik Indonesia;
c. 7 (tujuh) tahun sejak diumumkannya buku di bidang seni dan sastra dan buku itu
belum pernah diperbanyak di wilayah Negara Republik Indonesia.
(4) Penerjemahan atau Perbanyakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
digunakan untuk pemakaian di dalam wilayah Negara Republik Indonesia dan tidak
untuk diekspor ke wilayah Negara lain.
(5) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c
disertai pemberian imbalan yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
(6) Ketentuan tentang tata cara pengajuan Permohonan untuk menerjemahkan dan/atau
memperbanyak sebagaimana dirnaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)
diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.
Pasal 17
Pemerintah melarang Pengumuman setiap Ciptaan yang bertentangan dengan
kebijaksanaan Pemerintah di bidang agama, pertahanan dan keamanan Negara,
kesusilaan, serta ketertiban umum setelah mendengar pertimbangan Dewan Hak Cipta.
Pasal 18
(1) Pengumuman suatu Ciptaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah untuk
kepentingan nasional melalui radio, teleyisi dan/atau sarana lain dapat dilakukan
dengan tidak meminta izin kepada Pemegang Hak Cipta dengan ketentuan tidak
merugikan kepentingan yang wajar dari Pemegang Hak Cipta, dan kepada Pemegang
Hak Cipta diberikan imbalan yang layak.
(2) Lembaga Penyiaran yang mengumumkan Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berwenang mengabadikan Ciptaan itu semata-mata untuk Lembaga Penyiaran itu
sendiri dengan ketentuan bahwa untuk penyiaran selanjutnya, Lembaga Penyiaran
tersebut harus memberikan imbalan yang layak kepada Pemegang Hak Cipta yang
bersangkutan.
Bagian Keenam
Hak Cipta atas Potret
Pasal 19
(1) Untuk memperbanyak atau mengumumkan Ciptaannya, Pemegang Hak Cipta atas
Potret seseorang harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari orang yang dipotret,
atau izin ahli warisnya dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun setelah orang yang
dipotret meninggal.
(2) Jika suatu Potret memuat gambar 2 (dua) orang atau lebih, untuk Perbanyakan atau
Pengumuman setiap orang yang dipotret, apabila Pengumuman atau Perbanyakan itu
memuat juga orang lain dalam Potret itu, Pemegang Hak Cipta harus ter1ebih dahulu
mendapatkan izin dari setiap orang dalam Potret itu, atau izin ahli waris masingmasing dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun setelah yang dipotret meninggal
dunia.
(3) Ketentuan dalam Pasal ini hanya ber1aku terhadap Potret yang dibuat:
a. atas permintaan sendiri dari orang yang dipotret;
b. atas permintaan yang dilakukan atas nama orang yang dipotret; atau
c. untuk kepentingan orang, yang dipotret.
Pasal 20
Pemegang Hak Cipta atas Potret tidak boleh mengumumkan potret yang dibuat:
a. tanpa persetujuan dari orang yang dipotret;
b. tanpa persetujuan orang lain atas nama yang dipotret; atau
c. tidak untuk kepentingan yang dipotret,
apabila Pengumuman itu bertentangan dengan kepentingan yang wajar dari orang yang
dipotret, atau dari salah seorang ahli warisnya apabila orang yang dipotret sudah
meninggal dunia.
Pasal 21
Tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta, pemotretan untuk diumumkan atas
seorang Pelaku atau lebih dalam suatu pertunjukan umum walaupun yang bersifat
komersial, kecuali dinyatakan lain oleh orang yang berkepentingan.
Pasal 22
Untuk kepentingan keamanan umum dan/atau untuk keperluan proses peradilan pidana,
Potret seseorang dalam keadaan bagaimanapun juga dapat diperbanyak dan diumumkan
oleh instansi yang berwenang.
Pasal 23
Kecuali terdapat persetujuan lain antara Pemegang Hak Cipta dan pemilik Ciptaan
fotografi, seni lukis, gambar, arsitektur, seni pahat dan/atau hasil seni lain, pemilik
berhak tanpa persetujuan Pemegang Hak Cipta untuk mempertunjukkan Ciptaan di dalam
suatu pameran untuk umum atau memperbanyaknya dalam satu katalog tanpa
mengurangi ketentuan Pasal19 dan Pasal 20 apabila hasil karya seni tersebut berupa
Potret.
Bagian Ketujuh
Hak Moral
Pasal 24
(1) Pencipta atau ahli warisnya berhak menuntut Pemegang Hak Cipta supaya nama
Pencipta tetap dicantumkan dalam Ciptaannya.
(2) Suatu Ciptaan tidak boleh diubah walaupun Hak Ciptanya telah diserahkan kepada
pihak lain, kecuali dengan persetujuan Pencipta atau dengan persetujuan ahli
warisnya dalam hal Pencipta telah meninggal dunia.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku juga terhadap perubahan
judul dan anak judul Ciptaan, pencantuman dan perubahan nama atau nama samaran
Pencipta.
(4) Pencipta tetap berhak mengadakan perubahan pada Ciptaannya sesuai dengan
kepatutan dalam masyarakat.
Pasal 25
informasi manajemen
(1) Infomrasi elektronik tentang
hak Pencipta tidak boleh
ditiadakan atau diubah.
(2) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 26
(1) Hak Cipta atas suatu Ciptaan tetap berada di tangan Pencipta selama kepada pembeli
Ciptaan itu tidak diserahkan seluruh Hak Cipta dari Pencipta itu.
(2) Hak Cipta yang dijual untuk seluruh atau sebagian tidak dapat dijual untuk kedua
kalinya oleh penjual yang sama;
(3) Dalam hal timbul sengketa antara beberapa pembeli Hak Cipta yang sama atas suatu
Ciptaan, perlindungan diberikan kepada pembeli yang lebih dahulu memperoleh Hak
Cipta itu.
Bagian Kedelapan
Sarana Kontrol Teknologi
Pasal 27
Kecuali atas izin Pencipta, sarana kontrol teknologi sebagai pengaman hak Pencipta tidak
diperbolehkan dirusak, ditiadakan, atau dibuat tidak berfungsi.
Pasal 28
(1) Ciptaan-ciptaan yang menggunakan sarana produksi berteknologi tinggi, khususnya
di bidang cakram optik (optica/ disc), wajib memenuhi semua peraturan perizinan dan
persyaratan produksi yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sarana produksi berteknologi tinggi yang
memproduksi cakram optik sebagaimana diatur pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
BAB III
MASA BERLAKU HAK CIPTA
Pasal 29
(1) Hak Cipta atas Ciptaan:
a. buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lain;
b. drama atau drama musikal, tari, koreografi;
c. segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni pahat, dan seni patung;
d. seni batik;
e. lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
f. arsitektur;
g. ceramah, kuliah, pidato dan Ciptaan sejenis lain;
h. alat peraga;
i. p e t a;
j. terjemahan, tafsir, saduran, dan bunga rampai,
berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung hingga 5O (lima puluh) tahun
setelah Pencipta meninggal dunia.
(2) Untuk Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dimiliki oleh 2 (dua) orang
atau lebih, Hak Cipta berlaku selama hidup Pencipta yang meninggal dunia paling
akhir dan berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun sesudahnya.
Pasal 30
(1) Hak Cipta atas Ciptaan:
a. Program Komputer;
b. sinematografi;
c. fotografi;
d. database; dan
e. karya hasil pengalihwujudan,
berlaku selama So (lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan.
(2) Hak Cipta atas perwajahan karya tulis yang diterbitkan berlaku selama 50 (lima
puluh) tahun sejak pertama ka'iditerbitkan.
(3) Hak Cipta atas Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) Pasal ini
serta Pasal 29 ayat (1) yang dimiliki atau dipegang oleh suatu badan hukum berlaku
selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan.
Pasal 31
(1) Hak Cipta atas Ciptaan yang dipegang atau dilaksanakan oleh Negara berdasarkan:
a. Pasal 10 ayat (2) berlaku tanpa batas waktu;
b. Pasal 11 ayat (1) dan ayat (3) berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak Ciptaan
tersebut pertama kali diketahui umum.
(2) Hak Cipta atas Ciptaan yang dilaksanakan oleh Penerbit berdasarkan Pasal11 ayat (2)
berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak Ciptaan tersebut pertama kali diterbitkan.
Pasal 32
(1) Jangka waktu berlakunya Hak Cipta atas Ciptaan yang diumumkan bagian demi
bagian dihitung mulai tanggal Pengumuman bagian yang terakhir.
(2) Dalam menentukan jangka waktu berlakunya Hak Cipta atas Ciptaan yang terdiri atas
2 (dua) jilid atau lebih, demikian pula ikhtisar dan berita yang diumumkan secara
berkala dan tidak bersamaan waktunya, setiap jilid atau ikhtisar dan berita itu masingmasing dianggap sebagai Ciptaan tersendiri.
Pasal 33
Jangka waktu perlindungan bagi hak Pencipta sebagaimana dimaksud dalam:
a. Pasal 24 ayat (1) berlaku tanpa batas waktu;
b. Pasal 24 ayat (2) dan ayat (3) berlaku selama berlangsungnya jangka waktu Hak Cipta
atas Ciptaan yang bersangkutan, kecuali untuk pencantuman dan perubahan nama atau
nama samaran Penciptanya.
Pasal 34
Tanpa mengurangi hak Pencipta atas jangka waktu perlindungan Hak Cipta yang dihitung
sejak lahirnya suatu Ciptaan, penghitungan jangka waktu perlindungan bagi Ciptaan yang
dilindungi :
a. selama 50 (lima puluh) tahun;
b. selama hidup Pencipta dan terus berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun setelah
Pencipta meninggal dunia, dimulai sejak 1 Januari untuk tahun berikutnya setelah
Ciptaan tersebut diumumkan, diketahui oleh umum, diterbitkan, atau setelah Pencipta
meninggal dunia.
BAB IY
PENDAFTARAN CIPTAAN
Pasal 35
(1) Direktorat Jenderal menyelenggarakan pendaftaran Ciptaan dan dicatat dalam Daftar
Umum Ciptaan.
(2) Daftar Umum Ciptaan tersebut dapat dilihat oleh setiap orang, tanpa dikenai biaya.
(3) Setiap orang dapat memperoleh untuk dirinya sendiri suatu petikan dari Daftar Umum
Ciptaan tersebut dengan dikenai biaya.
(4) Ketentuan tentang pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak merupakan
kewajiban untuk mendapatkan Hak Cipta.
Pasal 36
Pendaftaran Ciptaan dalam Daftar Umum Ciptaan tidak mengandung arti sebagai
pengesahan atas isi, arti, maksud, atau bentuk dari Ciptaan yang didaftar.
Pasal 37
(1) Pendaftaran Ciptaan dalam Daftar Umum Ciptaan dilakukan atas Permohonan yang
diajukan oleh Pencipta atau oleh Pemegang Hak Cipta atau Kuasa.
(2) Permohonan diajukan kepada Direktorat Jenderal dengan surat rangkap 2 (dua) yang
ditulis dalam bahasa Indonesia dan disertai contoh Ciptaan atau penggantinya dengan
dikenai biaya.
(3) Terhadap Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktorat Jenderal akan
memberikan keputusan paling lama 9 (sembilan) bulan terhitung sejak tanggal
diterimanya Permohonan secara lengkap.
(4) Kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah konsultan yang terdaftar pada
Direktorat Jenderal.
(5) Ketentuan mengenai syarat-syarat dan tata cara untuk dapat diangkat dan terdaftar
sebagai konsultan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Pemerintah.
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang syarat dan tata cara Permohonan ditetapkan dengan
Keputusan Presiden.
Pasal 38
Dalam hal Permohonan diajukan oleh lebih dari seorang atau suatu badan hukum yang
secara bersama-sama berhak atas suatu Ciptaan, Permohonan tersebut dilampiri salinan
resmi akta atau keterangan tertulis yang membuktikan hak tersebut.
Pasal 39
Dalam Daftar Umum Ciptaan dimuat, antara lain:
a. nama Pencipta dan Pemegang Hak Cipta;
b. tanggal penerimaan surat Permohonan;
c. tanggal lengkapnya persyaratan menurut Pasal 37; dan
d. nomor pendaftaran Ciptaan.
Pasal 40
(1) Pendaftaran Ciptaan dianggap telah dilakukan pada saat diterimanya Permohonan
oleh Direktorat Jenderal dengan lengkap menurut Pasal 37, atau pada saat diterimanya
Permohonan dengan lengkap menurut Pasal 37 dan Pasal 38 jika Permohonan
diajukan oleh lebih dari seorang atau satu badan hukum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38.
(2) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan dalam Berita Resmi
Ciptaan oleh Direktorat Jenderal.
Pasal 41
(1) Pemindahan hak atas pendaftaran Ciptaan, yang terdaftar menurut Pasal 39 yang
terdaftar dalam satu nomor, hanya diperkenankan jika seluruh Ciptaan yang terdaftar
itu dipindahkan haknya kepada penerima hak.
(2) Pemindahan hak tersebut dicatat dalam Daftar Umum Ciptaan atas permohonan
tertulis dari kedua belah pihak atau dari penerima hak dengan dikenai biaya.
(3) Pencatatan pemindahan hak tersebut diumumkan dalam Berita Resmi Ciptaan oleh
Direktorat Jenderal.
Pasal 42
Dalam hal Ciptaan didaftar menurut Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasa139, pihak
lain yang menurut Pasal 2 berhak atas Hak Cipta dapat mengajukan gugatan pembatalan
melalui Pengadilan Niaga.
Pasal 43
(1) Perubahan nama dan/atau perubahan alamat orang atau badan hukum yang namanya
tercatat dalam daftar Umum Ciptaan sebagai Pencipta atau Pemegang Hak Cipta,
dicatat dalam Daftar Umum Ciptaan atas permintaan tertulis Pencipta atau Pemegang
Hak Cipta yang mempunyai nama dan alamat itu dengan dikenai biaya.
(2) Perubahan nama dan/atau perubahan alamat tersebut diumumkan dalam Berita Resmi
Ciptaan oleh Direktorat Jenderal.
Pasal 44
Kekuatan hukum dari suatu pendaftaran Ciptaan hapus karena:
a. penghapusan atas permohonan orang atau badan hukum yang namanya tercatat
sebagai Pencipta atau Pemegang Hak Cipta;
b. lampau waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Pasal 30, dan, Pasal 31 dengan
mengingat Pasal 32;
c. dinyatakan batal oleh putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap.
BAB Y
LISENSI
Pasal 45
(1) Pemegang Hak Cipta berhak memberikan Lisensi kepada pihak lain berdasarkan surat
perjanjian Lisensi untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2.
(2) Kecuali diperjanjikan lain, lingkup Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi semua perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 berlangsung selama
jangka waktu Lisensi diberikan dan berlaku untuk seluruh wilayah Negara Republik
Indonesia.
(3) Kecuali diperjanjikan lain, pelaksanaan perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) disertai dengan kewajiban pemberian royalti kepada Pemegang Hak
Cipta oleh penerima Lisensi.
(4) Jumlah royalti yang wajib dibayarkan kepada Pemegang Hak Cipta oleh penerima
Lisensi adalah berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak dengan berpedoman
kepada kesepakatan organisasi profesi.
Pasal 46
Kecuali diperjanjikan lain, Pemegang Hak Cipta tetap boleh melaksanakan sendiri atau
memberikan Lisensi kepada pihak ketiga untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2.
Pasal 47
(1) Perjanjian Lisensi dilarang memuat ketentuan yang dapat menimbulkan akibat yang
merugikan perekonomian Indonesia atau memuat ketentuan yang mengakibatkan
persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam peraturan perundangundangan yang berlaku.
(2) Agar dapat mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga, perjanjian Lisensi wajib
dicatatkan di Direktorat Jenderal.
(3) Direktorat Jenderal wajib menolak pencatatan perjanjian Lisensi yang memuat
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pencatatan perjanjian Lisensi diatur dengan
Keputusan Presiden.
BAB YI
DEWAN HAK CIPTA
Pasal 48
(1) Untuk membantu Pemerintah dalam memberikan penyuluhan dan pembimbingan
serta pembinaan Hak Cipta, dibentuk Dewan Hak Cipta.
(2) Keanggotaan Dewan Hak Cipta terdiri atas wakil pemerintah, wakil organisasi
profesi, dan anggota masyarakatyang memiliki kompetensi di bidang Hak Cipta, yang
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Menteri.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, fungsi, susunan, tata kerja, pembiayaan, masa
bakti Dewan Hak Cipta ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
(4) Biaya untuk Dewan Hak Cipta sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibebankan
kepada anggaran belanja departemen yang melakukan pembinaan di bidang Hak
Cipta Kekayaan Intelektual.
BAB YII
HAK TERKAIT
Pasal 49
(1) Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang
tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara
dan/atau gambar petunjukannya.
(2) Produser Rekaman Suara memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau
melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya memperbanyak dan/atau menyewakan
karya rekaman suara atau rekaman bunyi.
(3) Lembaga Penyiaran memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang
pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, dan/atau menyiarkan
ulang karya siarannya melalui transmisi dengan atau tanpa kabel, atau melalui sistem
elektro-magnetik lain.
Pasal 50
(1) Jangka waktu perlindungan bagi :
a. Pelaku, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak karya tersebut pertama kali
dipertunjukkan atau dimasukkan ke dalam media audio atau media audioyisual;
b. Produser Rekaman Suara, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak karya
tersebut selesai direkam;
c. Lembaga Penyiaran, berlaku selama 20 (dua puluh) tahun sejak karya siaran
tersebut pertama kali disiarkan.
(2) Penghitungan jangka waktu perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimulai sejak tanggal 1 Januari tahun berikutnya setelah:
a. karya pertunjukan selesai dipertunjukkan atau dimasukkan ke dalam media audio
atau media audioyisual;
b. karya rekaman suara selesai direkam;
c. karya siaran selesai disiarkan untuk pertama kali.
Pasal 51
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal
8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 14 huruf b dan huruf c, Pasal 15, Pasal 17, Pasal 18,
Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 35, Pasal 36, Pasal 37, Pasal 38,
Pasal 39, Pasal 40, Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, Pasal 45, Pasal 46, Pasal 47,
Pasal 48, Pasal 52, Pasal 53, Pasal 54, Pasal 55, Pasal 56, Pasal 57, Pasal 58, Pasal 59,
Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62, Pasal 63, Pasal 64, Pasal 65, Pasal 66, Pasal 68, Pasal 69,
Pasal 70, Pasal 71, Pasal 74, Pasal 75, Pasal 76, dan Pasal 77 berlaku mutatis mutandis
terhadap Hak Terkait.
BAB YIII
PENGELOLAAN HAK CIPTA
Pasal 52
Penyelenggaraan administrasi Hak Cipta sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal.
Pasal 53
Direktorat Jenderal menyelenggarakan sistem jaringan dokumentasi dan informasi Hak
Cipta yang bersifat nasional, yang mampu menyediakan informasi tentang Hak Cipta
seluas mungkin kepada masyarakat.
BAB IX
BIAYA
Pasal 54
(1) Untuk setiap pengajuan Permohonan, permintaan petikan Daftar Umum Ciptaan,
pencatatan pengalihan Hak Cipta, pencatatan perubahan nama dan/atau alamat,
pencatatan perjanjian Lisensi pencatatan Lisensi wajib, serta lain-lain yang ditentukan
dalam Undang- undang ini dikenai biaya yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, jangka waktu, dan tata cara pembayaran
biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Keputusan Presiden.
(3) Direktorat Jenderal dengan persetujuan Menteri dan Menteri Keuangan dapat
menggunakan penerimaan yang berasal dari biaya sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
BAB X
PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 55
Penyerahan Hak Cipta atas seluruh Ciptaan kepada pihak lain tidak mengurangi hak
Pencipta atau ahli warisnya untuk menggugat yang tanpa persetujuannya.
a. meniadakan nama Pencipta yang tercantum pada Ciptaan itu;
b. mencantumkan nama Pencipta pada Ciptannya;
c. mengganti atau mengubah judul Ciptaan; atau
d. mengubah isi Ciptaan.
Pasal 56
(1) Pemegang Hak Cipta berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan
Niaga atas pelanggaran Hak Ciptanya dan meminta penyitaan terhadap benda yang
diumumkan atau hasil Perbanyakan Ciptaan itu.
(2) Pemegang Hak Cipta juga berhak memohon kepada Pengadilan Niaga agar
memerintahkan penyerahan seluruh.atau sebagian penghasilan yang diperoleh dari
penyelenggaraan ceramah, pertemuan ilmiah, pertunjukan atau pameran karya, yang
merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta.
(3) Sebelum menjatuhkan putusan akhir dan untuk mencegah kerugian yang lebih besar
pada pihak yang haknya dilanggar, hakim dapat memerintahkan pelanggar untuk
menghentikan kegiatan Pengumuman dan/atau Perbanyakan Ciptaan atau barang
yang merupakan hasil pelariggaran Hak Cipta.
Pasal 57
Hak dari Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 tidak berlaku
terhadap Ciptaan yang berada pada pihak yang dengan itikad baik memperoleh Ciptaan
tersebut semata-mata untuk keperluan sendiri dan tidak digunakan untuk suatu kegiatan
komersial dan/atau kepentingan yang berkaitan dengan kegiatan komersial.
Pasal 58
Pencipta atau ahli waris suatu Ciptaan dapat mengajukan gugatan ganti rugi atas
pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24.
Pasal 59
Gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55, Pasal 56, dan Pasal 58 wajib diputus
dalam tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak gugatan didaftarkan di
Pengadilan Niaga yang bersangkutan.
Pasal 60
(1) Gugatan atas pelanggaran Hak Cipta diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga.
(2) Panitera mendaftarkan gugatan tersebut pada ayat (1) pada tanggal gugatan diajukan
dan kepada penggugat diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani oleh
pejabat berwenang dengan tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran.
(3) Panitera menyampaikan gugatan kepada Ketua Pengadilan Niaga paling lama 2 (dua)
hari terhitung setelah gugatan didaftarkan.
(4) Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari setelah gugatan didaftarkan, Pengadilan
Niaga mempelajari gugatan dan menetapkan hari sidang.
(5) Sidang pemeriksaan atas gugatan dimulai dalam jangka waktu paling lama 60 (enam
puluh) hari setelah gugatan didaftarkan.
Pasal 61
(1) Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lama 7 (tujuh) hari setelah
gugatan didaftarkan.
(2) Putusan atas gugatan harus diucapkan paling lama 90 (sembilan puluh) hari setelah
gugatan didaftarkan dan dapat diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh) hari atas
persetujuan Ketua Mahkamah Agung.
(3) Putusan atas gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang memuat secara
lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut harus diucapkan
dalam sidang terbuka untuk umum dan apabila diminta dapat dijalankan teriebih
dahulu meskipun terhadap putusan tersebut dijukan suatu upaya hukum.
(4) Isi putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib disampaikan
oleh juru sita kepada para pihak paling lama 14 (empat belas) hari setelah putusan
atas gugatan diucapkan.
Pasal 62
(1) Terhadap putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (4)
hanya dapat diajukan kasasi.
(2) Permohonan kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan paling lama 14
(empat belas) hari setelah tanggal putusan yang dimohonkan kasasi diucapkan atau
diberitahukan kepada para pihak dengan mendaftarkan kepada Pengadilan yang telah
memutus gugatan tersebut.
(3) Panitera mendaftar permohonan kasasi pada tanggal permohonan yang bersangkutan
diajukan dan kepada pemohon kasasi diberikan tanda terima tertulis yang
ditandatangani oleh panitera dengan tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan
pendaftaran.
Pasal 63
(1) Pemohon kasasi wajib menyampaikan memori kasasi kepada panitera dalam waktu
14 (empat belas) hari sejak tanggal permohonan kasasi didaftarkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 62 ayat (2).
(2) Panitera wajib mengirimkan permohonan kasasi dan memori kasasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada pihak termohon kasasi paling lama 7 (tujuh) hari
setelah memori kasasi diterima oleh panitera.
(3) Termohon kasasi dapat mengajukan kontra memori kasasi kepada panitera paling
lama 14 (empat belas) hari setelah tanggal termohon kasasi menerima memori kasasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan panitera wajib menyampaikan kontra
memori kasasi kepada pemohon kasasi paling lama 7 (tujuh) hari setelah kontra
memori kasasi diterima oleh panitera.
(4) Panitera wajib mengirimkan berkas perkara kasasi yang bersangkutan kepada
Mahkamah Agung paling lama 14 (empat belas) hari setelah lewatjangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
Pasal 64
(1) Mahkamah Agung wajib mempelajari berkas perkara kasasi dan menetapkan hari
sidang paling lama 7 (tujuh) hari setelah permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah
Agung.
(2) Sidang pemeriksaan atas permohonan kasasi mulai dilakukan paling lama 60 (enam
puluh)hari setelah permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung.
(3) Putusan atas permohonan kasasi harus diucapkan paling lama 90 (sembilan puluh)
hari setelah permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung.
(4) Putusan atas permohonan kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang memuat
secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut harus
diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum.
(5) Panitera Mahkamah Agung wajib menyampaikan salinan putusan kasasi kepada
panitera paling lama 7 (tujuh) hari setelah putusan atas permohonan kasasi diucapkan.
(6) Juru sita wajib menyampaikan salinan putusan kasasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) kepada pemohon kasasi dan termohon kasasi paling lama 7 (tujuh) hari
setelah putusan kasasi diterima oleh panitera.
Pasal 65
Selain penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 dan Pasal 56, para
pihak dapat menyelesaikan perselisihan tersebut melalui arbitrase atau alternatif
penyelesaian sengketa.
Pasal 66
Hak untuk mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55, Pasal 56, dan
Pasal 65 tidak mengurangi hak Negara untuk melakukan tuntutan pidana terhadap
pelanggaran Hak Cipta.
BAB XI
PENETAPAN SEMENTARA PENGADILAN
Pasal 67
Atas permintaan pihak yang merasa dirugikan, Pengadilan Niaga dapat menerbitkan surat
penetapan dengan segera dan efektif untuk:
a. mencegah berlanjutnya pelanggaran Hak Cipta, khususnya mencegah masuknya
barang yang diduga melanggar Hak Cipta atau Hak Terkait ke dalam jalur
perdagangan, termasuk tindakan importasi;
b. menyimpan bukti yang berkaitan dengan pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
tersebut guna menghindari terjadinya penghilangan barang bukti;
b. meminta kepadapihak yang merasa dirugikan, untuk memberikan bukti yang
menyatakan bahwa pihak tersebut memang berhak atas Hak Cipta atau Hak Terkaitf
dan hak Pemohon tersebut memang sedang dilanggar.
Pasal 68
Dalam hal penetapan sementara pengadilan tersebut telah dilakukan para pihak harus
segera diberitahukan mengenai hal itu, termasuk hak untuk didengar bagi pihak yang
dikenai penetapan sementara tersebut.
Pasal 69
(1) Dalam hal hakim Pengadilan Niaga telah menerbitkan penetapan sementara
pengadilan, hakim Pengadilan Niaga harus memutuskan apakah mengubah,
membatalkan, atau menguatkan penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67
huruf a dan huruf b dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
dikeluarkannya penetapan sementara pengadilan tersebut.
(2) Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari hakim tidak melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penetapan sementara pengadilan tidak
mempunyai kekuatan hukum.
Pasal 70
Dalam hal penetapan sementara dibatalkan, pihak yang merasa dirugikan dapat menuntut
ganti rugi kepada pihak yang meminta penetapan sementara tersebut.
BAB XII
PENYIDIKAN
Pasal 71
(1) Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri
Sipil tertentu di lingkungan departemen yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya
meliputi pembinaan Hak Kekayaan Intelaktual diberi wewenang khusus sebagai
Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang
Hak Cipta.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud Dada ayat (1) berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan
dengan tindak pidana di bidang Hak Cipta;
b. melakukan pemeriksaan terhadap pihak atau badan hukum yang diduga
melakukan tindak pidana di bidang Hak Cipta;
c. meminta keterangan dari pihak atau badan hukum sehubungan dengan tindak
pidana di bidang Hak Cipta;
d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana di bidang Hak Cipta;
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat barang bukti
pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain;
f. melakukan penyitaan bersama-sama dengan pihak Kepolisian terhadap bahan dan
barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana
di bidang Hak Cipta; dan
g. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
di bidang Hak Cipta.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penyidik Pejabat Polisi
Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undangundang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 72
(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling
sedikit Rp l.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, menjual
kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak
Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
(3) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk
kepentingan komersial suatu Program Komputer dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
(4) Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 17 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
(5) Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 19, Pasal 20, atau Pasal 49 ayat (3)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp l50.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
(6) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 24 atau Pasal 55 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
(7) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 25 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
l50.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
(8) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 27 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
l50.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
(9) Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 28 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp l.500.000.000,00 (satu
miliar lima ratus juta rupiah).
Pasal 73
(1) Ciptaan atau barang yang merupakan hasil tindak pidana Hak Cipta atau Hak Terkait
serta alat-alat yang digunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut dirampas oleh
Negara untuk dimusnahkan.
(2) Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di bidang seni dan bersifat unik, dapat
dipertimbangkan untuk tidak dimusnahkan.
BAB XIY
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 74
Dengan ber1akunya Undang-undang ini segala peraturan perundang-undangan di bidang
Hak Cipta yang telah ada pada tanggal ber1akunya Undang-undang ini, tetap ber1aku
selama tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan Undangundang ini.
Pasal 75
Terhadap Surat Pendaftaran Ciptaan yang telah dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
berdasarkan Undang-undang No.6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta sebagaimana diubah
dengan Undang-undang No.7 Tahun 1987 dan terakhir diubah dengan Undang-undang
No.12 Tahun 1997, masih berlaku pada saat diundangkan Undang-undang ini dinyatakan
tetap berlaku untuk selama sisa jangka waktu perlindungannya.
BAB XY
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 76
Undang-undang ini ber1aku terhadap :
a. semua Ciptaan warga negara, penduduk, dan badan hukum Indonesia;
b. semua Ciptaan bukan warga negara Indonesia, bukan penduduk Indonesia, dan
badan hukum Indonesia yang diumumkan untuk pertama kali di Indonesia;
c. semua Ciptaan bukan warga negara Indonesia, bukan penduduk Indonesia, dan
badan hukum Indonesia dengan ketentuan :
(i) negaranya mempunyai perjanjian bilateral mengenai perlindungan Hak
dengan Negara Republik Indonesia; atau
(ii) negaranya dan Negara Republik Indonesia merupakan pihak atau peserta
perjanjian multilateral yang sama mengenai perlindungan Hak Cipta.
bukan
bukan
Cipta
dalam
Pasal 77
Dengan ber1akunya Undang-undang ini, Undang-undang No. 6 Tahun 1982 tentang Hak
Cipta sebagaimana diubah dengan Undang-undang No.7 Tahun 1987 dan terakhir diubah
dengan Undang-undang No.12 Tahun 1997 dinyatakan tidak ber1aku.
Pasal 78
Undang-undang ini mulai ber1aku 12 (dua belas) bulan sejak tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan . pengundangan Undang-undang ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 29 Juli 2002 ,
PRESIDEN RI,
ttd.
MEGAWAT1 SOEKARNOPUTRI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 29 Juli 2002
SEKRETARIS NEGARA RI,
ttd.
BAMBANG KESOWO
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2002 NOMOR 85
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 19 TAHUN 2002
TENTANG
HAK CIPTA
I. UMUM
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni dan budaya
yang sangat kaya. Hal itu sejalan dengan keaneka-ragaman etnik, suku bangsa, dan
agama yang secara keseluruhan merupakan potensi nasional yang perlu dilindungi.
Kekayaan seni dan budaya itu merupakan salah satu sumber dari karya intelektual yang
dapat dan perlu dilindungi oleh undang-undang. Kekayaan itu tidak semata-mata untuk
seni dan budaya itu sendiri, tetapi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan
di bidang perdagangan dan industri yang melibatkan para Penciptanya. Dengan demikian,
kekayaan seni dan budaya yang dilindungi itu dapat meningkatkan kesejahteraan tidak
hanya bagi penciptanya saja, tetapi juga bagi bangsa dan negara.
Indonesia telah ikut serta dalam pergaulan masyarakat dunia dengan menjadi
anggota dalam Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan
Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia ) yang mencakup pula Agreement on Trade
Related Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan tentang Aspek-aspek
Dagang Hak Kekayaan Intelektual), selanjutnya disebut TRIPs, melalui Undang-undang
No.7 Tahun 1994. Selain itu, Indonesia juga meratifikasi Berne Convention for the
Protection of Artistic and Literary Works (Konvensi Berne tentang Perlindungan Karya
Seni dan Sastra) melalui Keputusan Presiden No.18 Tahun 1997 dan World Intellectual
Property Organization Copyrights Treaty (Perjanjian Hak Cipta WIPO), selanjutnya
disebut WCT; melalui Keputusan Presiden No.19 Tahun 1997.
Saat ini Indonesia telah memiliki Undang-undang No.6 Tahun 1982 tentang Hak
Cipta sebagaimana telah diubah dengan Undang- undang No.7 Tahun 1987 dan terakhir
diubah dengan Undang-undang No.12 Tahun 1997 yang selanjutnya disebut Undangundang Hak Cipta. Walaupun perubahan itu telah memuat beberapa penyesuaian pasal
yang sesuai dengan TRIPs, namun masih terdapat beberapa hal yang perlu
disempurnakan untuk memberi perlindungan bagi karya-karya intelektual di bidang Hak
Cipta, termasuk upaya untuk memajukan perkembangan karya intelektual yang berasal
dari keanekaragaman seni dan budaya tersebut di atas. Dari beberapa konvensi di bidang
Hak Kekayaan Intelektual yang disebut di atas, masih terdapat beberapa ketentuan yang
sudah sepatutnya dimanfaatkan. Selain itu, kita perlu menegaskan dan memilah
kedudukan Hak Cipta di satu pihak dan Hak Terkait di lain pihak dalam rangka
memberikan perlindungan bagi karya intelektual yang bersangkutan secara lebih jelas.
Dengan memperhatikan hal-hal di atas dipandang perlu untuk mengganti Undangundang Hak Cipta dengan yang baru. Hal itu disadari karena kekayaan seni dan budaya,
serta pengembangan kemampuan intelektual masyarakat Indonesia memerlukan
perlindungan hukum yang memadai agar terdapat iklim persaingan usaha yang sehat
yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan nasional.
Hak Cipta terdiri atas hak ekonomi (economic right) dan hak moral (moral
rights). Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta
produk Hak Terkait. Hak moral adalah hak yang melekat pada diri Pencipta atau Pelaku
yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apapun, walaupun Hak apta atau
Hak Terkait telah dialihkan.
Perlindungan Hak Cipta tidak diberikan kepada ide atau gagasan karena karya
cipta harus memiliki bentuk yang khas, bersifat pribadi dan menunjukkan keasliannya
sebagai Ciptaan yang lahir berdasarkan kemampuan, kreativitas, atau keahlian sehingga
Ciptaan itu dapat dilihat, dibaca, atau didengar.
Undang-undang ini memuat beberapa ketentuan baru, antara lain, mengenai :
1. database merupakan salah satu Ciptaan yang dilindungi;
2. penggunaan alat apa pun baik melalui kabel maupun tanpa kabel, termasuk media
internet, untuk pemutaran produk-produk cakram optik (optical disc) melalui media
radio, media audio yisual dan/ atau sarana telekomunikasi;
3. penyelesaian sengketa oleh Pengadilan Niaga, arbitrase, atau alternatif penyelesaian
sengketa;
4. penetapan sementara pengadilan untuk mencegah kerugian lebih besar bagi
Pemegang hak;
5. batas waktu proses perkara perdata di bidang Hak Cipta dan Hak Terkait, baik di
Pengadilan Niaga maupun di Mahkamah Agung;
6. pencantuman hak informasi menajemen elektronik dan sarana kontrol teknologi;
7. pencantuman mekanisme pengawasan dan perlindungan terhadap produk-produk
yang menggunakan sarana produksi berteknologi tinggi;
8. ancaman pidana atas pelanggaran Hak Terkait;
9. ancaman pidana dan denda minimal;
10. ancaman pidana tetap terhadap perbanyakan penggunaan Program Komputer untuk
kepentingan komersial secara tidak sah dan melawan hukum.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan hak eksklusif adalah hak yang semata-mata diperuntukkan
bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut
tanpa izin pemegangnya.
Dalam pengertian "mengumumkan atau memperbanyak", termasuk kegiatan
menerjemahkan,
mengadaptasi,
mengaransemen,
mengalihwujudkan,
menjual,
menyewakan, meminjamkan, mengimpor, memamerkan, mempertunjukkan kepada
publik, menyiarkan, merekam, dan mengkomunikasikan Ciptaan kepada publik melalui
sarana apa pun.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Beralih atau dialihkannya Hak Cipta tidak dapat dilakukan secara lisan, tetapi
harus dilakukan secara tertulis baik dengan maupun tanpa akta notariil.
Huruf a s.d. d
Cukup jelas
Huruf e
Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan, misalnya
pengalihan yang disebabkan oleh putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
Pasal 4
Ayat (1)
Karena manunggal dengan Penciptanya dan bersifat tidak berwujud, Hak Cipta pada
prinsipnya tidak dapat disita, kecuali Hak Cipta tersebut diperoleh secara melawan
hukum.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Pada prinsipnya Hak Cipta diperoleh bukan karena pendaftaran, tetapi dalam hal terjadi
sengketa di pengadilan mengenai Ciptaan yang terdaftar dan yang tidak terdaftar
sebagaimana dimaksud pada ketentuan ayat (1) huruf a dan huruf b serta apabila pihakpihak yang berkepentingan dapat membuktikan kebenarannya, hakim dapat menentukan
Pencipta yang sebenamya berdasarkan pembuktian tersebut.
Pasal 6
Yang dimaksud dengan bagian tersendiri, misalnya suatu Ciptaan berupa film serial, yang
isi setiap seri dapat lepas dari isi seri yang lain, demikian juga dengan buku, yang untuk
isi setiap bagian dapat dipisahkan dari isi bagian yang lain.
Pasal 7
Rancangan yang dimaksud adalah gagasan berupa gambar atau kata atau gabungan
keduanya, yang akan diwujudkan dalam bentuk yang dikehendaki pemilik rancangan.
Oleh karena itu, perancang disebut Pencipta, apabila rancangannya itu dikerjakan secara
detail menurut desain yang sudah ditentukannya dan tidak sekadar gagasan atau ide saja.
Yang dimaksud dengan di bawah pimpinan dan pengawasan adalah yang dilakukan
dengan bimbingan, pengarahan, ataupun koreksi dari orang yang memiliki rancangan
tersebut.
Pasal 8
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan hubungan dinas adalah hubungan kepegawaian antara pegawai
negeri dengan instansinya.
Ayat (2)
Ketentuan ini dimaksudkan untuk menegaskan bahwa Hak Cipta yang dibuat oleh
seseorang berdasarkan pesanan dari instansi Pemerintah tetap dipegang oleh instansi
Pemerintah tersebut selaku pemesan, kecuali diperjanjikan lain.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan hubungan kerja atau berdasarkan pesanan di sini adalah Ciptaan
yang dibuat atas dasar hubungan kerja di lembaga swasta atau atas dasar pesanan pihak
lain.
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Dalam rangka melindungi fo/k/or dan hasil kebudayaan rakyat lain, Pemerintah
dapat mencegah adanya monopoli atau komersialisasi serta tindakan yang merusak atau
pemanfaatan komersial tanpa seizin negara Republik Indonesia sebagai Pemegang Hak
Cipta. Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindari tindakan pihak asing yang dapat
merusak nilai kebudayaan tersebut.
Folkor sebagai sekumpulan Ciptaan tradisional, baik yang dibuat oleh kelompok
maupun perorangan dalam masyarakat, yang menunjukkan identitas sosial dan
budayanya berdasarkan standar dan nilai-nilai yang diucapkan atau diikuti secara turuntemurun, termasuk:
a. cerita rakyat, puisi rakyat;
b. lagu-Iagu rakyat dan musik instrumen tradisional;
c. tari-tarian rakyat, perrnainan tradisional;
d. hasil seni antara lain berupa; lukisan, gambar, ukiran-ukiran, pahatan, mosaik,
perhiasan, kerajinan tangan, pakaian, instrumen musik dan tenun tradisional.
Ayat (3) dan Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 11
Ayat (1)
Ketentuan ini dimaksudkan untuk menegaskan status Hak Cipta dalam hal suatu karya
yang Penciptanya tidak diketahui dan tidak atau belum diterbitkan, sebagaimana
layaknya Ciptaan itu diwujudkan. Misalnya, dalam hal karya tulis atau karya musik
Ciptaan tersebut belum diterbitkan dalam bentuk buku atau belum direkam. Dalam hal
demikian, Hak Cipta atas Karya tersebut dipegang oleh Negara untuk melindungi Hak
bagi kepentingan Penciptanya, sedangkan apabila karya tersebut berupa karya tulis dan
telah diterbitkan Hak Cipta atas Ciptaan yang bersangkutan dipegang oleh Penerbit.
Ayat (2)
Penerbit dianggap Pemegang Hak Cipta atas Ciptaan yang diterbitkan dengan
menggunakan nama samaran Penciptanya. Dengan demikian suatu Ciptaan yang
diterbitkan tetapi tidak diketahui siapa Penciptanya atau terhadap Ciptaan yang hanya
tertera nama samaran Penciptanya, Penerbit yang namanya tertera di dalam aptaan dan
dapat membuktikan sebagai Penerbit yang pertama kali menerbitkan aptaan tersebut
dianggap sebagai Pemegang Hak Cipta. Hal ini tidak berlaku apabila Pencipta di
kemudian hari menyatakan indentitasnya dan ia dapat membuktikan bahwa Ciptaan
tersebut adalah Ciptaannya.
Ayat (3)
Penerbit dianggap Pemegang Hak Cipta atas Ciptaan yang telah diterbitkan tetapi tidak
diketahui Penciptanya atau pada Ciptaan tersebut hanya tertara nama samaran
Penciptanya, Penerbit yang pertama kali menerbitkan Ciptaan tersebut dianggap
mewakili Pencipta. Hal ini tidak ber1aku apabila Pencipta dikemudian hari menyatakan
identitasnya dan ia dapat membuktikan bahwa Ciptaan tersebut adalah Ciptaannya.
Pasal 12
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan perwajahan karya tulis adalah karya cipta yang lazim dikenal
dengan "typholographical arrangement", yaitu aspek seni pada susunan dan bentuk
penulisan karya tulis. Hal ini mencakup antara lain format, hiasan, warna dan susunan
ataL tata letak huruf indah yang secara keseluruhan menampilkan wujud yang khas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan aptaan lain yang sejenis adalah Ciptaan-ciptaan yang belum
disebutkan, tetapi dapat disamakan dengan Ciptaan-ciptaan seperti ceramah, kuliah, dan
pidato.
Huruf c
Yang dimaksud dengan alat peraga adalah Ciptaan yang berbentuk dua ataupun tiga
dimensi yang berkaitan dengan geografi, topografi, arsitektur; biologi atau.ilmu
pengetahuan lain.
Huruf d
Lagu atau musik dalam Undang-undang ini diartikan sebagai karya yang bersifat
utuh, sekalipun terdiri atas unsur lagu atau melodi, syair atau lirik, dan aransemennya
termasuk notasi.
Yang dimaksud dengan utuh adalah bahwa lagu atau musik tersebut merupakan
satu kesatuan karya cipta.
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Yang dimaksud dengan gambar antara lain meliputi: motif; diagram, sketsa, logo dan
bentuk huruf indah, dan gambar tersebut dibuat bukan untuk tujuan desain industri.
Yang dimaksud dengan kolase adalah komposisi artistik yang dibuat dari berbagai bahan
(misalnya dari kain, kertas, kayu) yang ditempelkan pada permukaan gambar.
Seni terapan yang berupa kerajinan tangan sejauh tujuan pembuatannya bukan untuk
diproduksi secara massal merupakan suatu Ciptaan.
Huruf g
Yang dimaksud dengan arsitektur antara lain meliputi: seni gambar bangunan, seni
gambar miniatur dan seni gambar maket bangunan.
Huruf h
Yang dimaksud dengan peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan/atau
buatan manusia yang berada di atas ataupun di bawah permukaan bumi yang
digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu.
Huruf i
Batik yang dibuat secara konvensional dilindungi dalam Undang-undang ini sebagai
bentuk Ciptaan tersendiri. Karya-karya sepertii itu memperoleh perlindungan karena
mempunyai nilai seni, baik pada aptaan motif atau gambar maupun komposisi warnanya.
Disamakan dengan pengertian seni batik adalah karya tradisional lainnya yang
merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang terdapat di berbagai daerah, seperti seni
songket, ikat, dan lain-Iain yang dewasa ini terus dikembangkan.
Huruf j
Cukup jelas
Huruf k
Kaya sinematografi merupakan media komunikasi massa gambar gerak (moving images)
antara lain meliputi: film dokumenter, film iklan, repartase atau film cerita yang dibuat
dengan skenario, dan film kartun. Karya sinematografi dapat dibuat dalam pita seluloid,
pita video, piringan video, cakram optik dan/atau media lain yang memungkin untuk
dipertunjukkan di bioskop, di layar lebar atau ditayangkan di televisi atau di media
lainnya. Karya serupa itu dibuat oleh perusahaan pembuat film, stasiun televisi atau
perorangan.
Huruf l
Yang dimaksud dengan bunga rampai meliputi : Ciptaan dalam bentuk buku yang
berisi kumpulan karya tulis pilihan, himpunan lagu-lagu pilihan yang direkam dalam satu
kaset, cakram optik atau media lain, serta komposisi berbagai karya tari pilihan.
Yang dimaksud dengan database adalah kompilasi data dalam bentuk apapun
yang dapat dibaca oieh mesin (komputer) atau dalam bentuk lain, yang karena alasan
pemilihan atau pengaturan atas isi data itu meupakan kreasi intelektual. Perlindungan
terhadap database dibelikan dengan tidak mengurangi hak Pencipta lain yang Ciptaannya
dimasukkan dalam database tersebut.
Yang dimaksud dengan pengalihwujudan adalah pengubahan bentuk, misalnya
dari bentuk patung menjadi lukisan, cerita roman menjadi drama menjadi sandiwara
radio, dan novel menjadi film.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Ciptaan yang belum diumumkan, sebagai contoh sketsa, manuskrip, cetak biru (blue
print), dan yang sejenisnya dianggap Ciptaan yang sudah merupakan suatu kesatuan yang
lengkap.
Pasal 13
Huruf a s.d. Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Yang dimaksud dengan keputusan badan-badan sejenis lain, misalnya keputusankeputusan yang memutuskan suatu sengketa, termasuk keputusan-keputusan Panitia
Penyelesaian Perselisihan Perburuhan, dan Mahkamah Pelayaran.
Pasal 14
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Contoh dari Pengumuman dan Perbanyakan atas nama Pemerintah adalah Pengumuman
dan Perbanyakan mengenai suatu hasil riset yang dilakukan dengan biaya negara.
Huruf c
Yang dimaksud dengan berita aktual adalah berita yang diumumkan dalam waktu 1 x 24
jam sejak pertama kali diumumkan.
Pasal 15
Pembatasan ini perlu dilakukan karena ukuldn kuantitatif untuk menentukan
pelanggaran Hak Cipta sulit diterapkan. Dalam hal ini akan lebih tepat apabila penentuan
pelanggaran Hak Cipta didasarkan pada ukuran kualitatif. Misalnya, pengambilan bagian
yang paling substansial dan khas yang menjadi ciri dari Ciptaan, meskipun pemakaian itu
kurang dari 10%. Pemakaian seperti itu secara substantif merupakan pelanggaran Hak
Cipta, Pemakaian Ciptaan tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta apabila
sumbernya disebut atau dicantumkan dengan jelas dan hal itu dilakukan terbatas untuk
kegiatan yang bersifat nonkomersial termasuk untuk kegiatan sosial. Misalnya, kegiatan
dalam lingkup pendidikan dan ilmu pengetahuan, kegiatan penelitian dan pengembangan,
dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Penciptanya. Termasuk
dalam pengertian ini adalah pengambilan Ciptaan untuk pertunjukan atau pementasan
yang tidak dikenakan bayaran. Khusus untuk pengutipan karya tulls, penyebutan atau
pencantuman sumber Ciptaan yang dikutip harus dilakukan secara lengkap. Artinya,
dengan mencantumkan sekurang-kurangnya nama Pencipta, judul atau nama Ciptaan, dan
nama Penerbit jika ada.
Yang dmaksud dengan kepentingan yang wajar dari Pencipta atau Pemegang Hak
Cipta adalah suatu kepentingan yang didasarkan pada keseimbangan dalam menikmati
manfaat ekonomi atas suatu Ciptaan.
Huruf b s.d Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Seorang pemilik (bukan Pemegang Hak Cipta) Program Komputer dibolehkan membuat
salinan atas Program Komputer yang dimilikinya, untuk djjadikan cadangan semata-mata
untuk digunakan sendiri Pembuatan salinan cadangan seperti di atas tidak dianggap
sebagai pelanggaran Hak Cipta.
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah beredarnya Ciptaan yang apabila
diumumkan dapat merendahkan nilai-nilai keagamaan, ataupun menimbulkan masalah
kesukuan atau ras, dapat menimbulkan gangguan atau bahaya terhadap pertahanan
keamanan negara, bertentangan dengan norma kesusilaan umum yang berlaku dalam
masyarakat, dan ketertiban umum. Misalnya buku-buku atau karya- karya sastra atau
karya-karya fotografi.
Pasal 18
Ayat (1)
Maksud ketentuan ini adalah Pengumuman suatu Penciptaan melalui penyiaran radio,
televisi dan sarana lainnya yang diselenggarakan oleh Pemerintah haruslah diutamakan
untuk kepentingan publik yang secara nyata dibutuhkan oleh masyarakat umum.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 19
Ayat (1)
Tidak selalu orang yang dipotret akan setuju bahwa potretnya diumumkan tanpa diminta
persetujuannya. Oleh karena itu ditentukan bahwa harus dimintakan persetujuan yang
bersangkutan atau ahli warisnya.
Ayat (2) dan Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 20
Dalam suatu pemotretan dapat terjadi bahwa seseorang telah dipotret tanpa diketahuinya
dalam keadaan yang dapat merugikan dirinya.
Pasal 21
Misalnya, seorang penyanyi dalam suatu pertunjukan musik dapat berkeberatan jika
diambil potretnya untuk diumumkan.
Pasal 22 dan Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Dengan hak moral, Pencipta dari suatu karya cipta memiliki hak untuk :
a. dicantumkan nama atau nama samarannya di dalam Ciptaannya ataupun salinannya
dalam hubungan dengan penggunaan secara umum;
b. mencegah bentuk-bentuk distorsi, mutilasi atau bentuk perubahan lainnya yang
meliputi pemutarbalikan, pemotongan, perusakan, penggantian yang berhubungan
dengan karya cipta yang pada akhirnya akan merusak apresiasi dan reputasi Pencipta.
Selain itu tidak satupun dari hak-hak tersebut di atas dapat dipindahkan selama
Penciptanya masih hidup, kecuali atas wasiat Pendpta berdasarkan peraturan perundangundangan.
Ayat (3) dan Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 25
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan informasi manajemen hak Pencipta adalah informasi yang
melekat secara elektronik pada suatu Ciptaan atau muncul dalam hubungan dengan
kegiatan Pengumuman yang menerangkan tentang suatu Ciptaan, Pencipta, dan
kepemilikan hak maupun informasi persyaratan penggunaan, nomor atau kode informasi.
Siapa pun dilarang mendistribusikan, mengimpor, menyiarkan, mengkomunikasikan
kepada publik karya-karya pertunjukan, rekaman suara atau siaran yang diketahui bahwa
perangkat informasi manajemen hak Pencipta telah ditiadakan, dirusak, atau diubah tanpa
izin pemegang hak.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 26
Ayat (1)
Pembelian hasil Ciptaan tidak berarti bahwa status Hak Ciptanya berpindah kepada
pembeli, akan tetapi Hak Cipta atas suatu Ciptaan tersebut tetap ada di tangan
Penciptanya. Misalnya, pembelian buku, kaset dan lukisan.
Ayat (2) dan Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 27
Yang dimaksud dengan sarana kontrol teknologi adalah instrumen teknologi
dalam bentuk antara lain kode rahasia, password, bar code, serial number, teknologi
dekripsi (decryption) dan enkripsi (en- cryption)yang digunakan untuk melindungi
Ciptaan.
Semua tindakan yang dianggap pelanggaran hukum meliputi: memproduksi atau
mengimpor atau menyewakan peralatan apa pun yang dirancang khusus untuk
meniadakan sarana kontrol teknologi atau untuk mencegah, membatasi Perbanyakan dari
suatu Ciptaan.
Pasal 28
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan ketentuan persyaratan sarana produksi berteknologi tinggi,
misalnya, izin lokasi produksi, kewajiban membuat pembukuan produksi, membubuhkan
tanda pengenal produsen pada produknya, pajak atau cukai serta memenuhi syarat
inspeksi oleh pihak yang berwenang.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 29 s.d. Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Ketentuan ini menegaskan bahwa tanggal 1 Januari sebagai dasar perhitungan jangka
waktu perlindungan Hak Cipta, dimaksudkan semata-mata untuk memudahkan
perhitungan berakhirnya jangka perlindungan. Titik tolaknya adalah tanggal 1 Januarj
tahun berikutnya setelah Ciptaan tersebut diumumkan, diketahui oleh umum, diterbitkan
atau Penciptanya meninggal dunia. Cara perhitungan seperti itu tetap tidak mengurangi
prinsip perhitungan jangka waktu perlindungan yang didasarkan pada saat dihasilkannya
suatu Ciptaan apabila tanggal tersebut diketahui secara jelas
Pasal 35
Ayat (1) s.d. ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Pendaftaran Ciptaan bukan merupakan suatu keharusan bagi Pencipta atau Pemegang
Hak Cipta, dan timbulnya perlindungan suatu Ciptaan dimulai sejak Cjptaan itu ada atau
terwujud dan bukan karena pendaftaran. Hal ini berarti suatu Ciptaan baik yang terdaftar
maupun yang tidak terdaftar tetap dilindungi.
Pasal 36
Direktorat Jenderal yang menyelenggarakan pendaftaran Ciptaan tidak bertanggung
jawab atas isi, arti, maksud, atau bentuk dari Ciptaan yang terdaftar.
Pasal 37
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan Kuasa adalah Konsultan Hak Kekayaan Intelektual yaitu orang
yang memiliki keahlian di bidang Hak Kekayaan Intelektual dan secara khusus
memberikan jasa mengurus permohonan Hak Cipta, Paten, Merek, Desain Industri serta
bidang-bidang Hak Kekayaan Intelektuallain dan terdaftar sebagai Konsultan Hak
Kekayaan Intelektual di Direktorat Jenderal.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan pengganti Ciptaan adalah contoh Ciptaan yang dilampirkan
karena Ciptaan itu sendiri secara teknis tidak mungkin untuk dilampirkan dalam
Permohonan, misalnya, patung yang berukuran besar diganti dengan miniatur atau
fotonya.
Ayat (3)
Jangka waktu proses permohonan dimaksudkan untuk memberi kepastian hukum kepada
Pemohon.
Ayat (4) s.d. ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 38 s.d. Pasal 48
Cukup jelas
Pasal 49
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan menyiarkan termasuk menyewakan, melakukan pertunjukan
umum (public performance}, mengkomunikasikan pertunjukan langsung (life
performance}, dan mengkomunikasikan secara interaktif suatu karya rekaman Pelaku.
Ayat (2) dan Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 50 s.d Pasal 53
Cukup jelas
Pasal 54
Ayat (1) dan ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan menggunakan penerimaan adalah penggunaan Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) sesuai dengan sistem dan mekanisme yang berlaku. Dalam
hal ini seluruh penerimaan disetorkan langsung ke kas negara sebagai PNBP. Kemudian,
Direktorat Jenderal melalui Menteri mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan
untuk menggunakan sebagian PNBP sesuai dengan keperluan yang dibenarkan oleh
Undang-undang, yang saat ini diatur dengan Undang-undang No.20 Tahun 1997 tentang
Penerimaan Negara Bukan Pajak (LN RI Tahun 1997 No.43, TLN RI No.3687).
Pasal 55 s.d. Pasal 59
Cukup jelas
Pasal 60
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan Ketua Pengadilan Niaga adalah Ketua Pengadilan
Negeri/Pengadilan Niaga.
Ayat (2) s.d. Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 61
Cukup jelas
Pasal 62
Ayat (1) dan Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dengan "panitera" pada ayat ini adalah panitera
Pengadilan Negeri/Pengadilan Niaga.
Pasal 63 dan Pasal 64
Cukup jelas
Pasal 65
Yang dimaksud dengan altematif penyelesaian sengketa adalah negosiasi, mediasi,
konsiliasi, dan cara lain yang dipilih oleh para pihak sesuai dengan Undang-undang yang
berlaku.
Pasal 66
Cukup jelas
Pasal 67
Huruf a
Ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah kerugian yang lebih besar pada pihak yang
haknya dilanggar;sehingga hakim Pengadilan Niaga diberi kewenangan untuk
menerbitkan penetapan sementara guna mencegah berlanjutnya pelanggaran dan
masuknya barang yang diduga melanggar Hak Cipta dan Hak Terkait ke jalur
perdagangan termasuk tindakan importasi.
Pasal 68 s.d. Pasal 70
Cukup jelas
Pasal 71
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu adalah pegawai yang
diangkat sebagai penyidik berdasarkan Keputusan Menteri.
Ayat (2) dan ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 72
Ayat (1) dan ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan memperbanyak penggunaan adalah menggandakan, atau
menyalin Program Komputer dalam bentuk kode sumber (source code) atau program
aplikasinya.
Yang dimaksud dengan kode sumber adalah sebuah arsip (file) program yang
berisi pernyataan-pernyataan (statements) pemrograman, kode-kode instruksi/perintah,
fungsi, prosedur dan objek yang dibuat oleh seorang pemrogram (programmer).
Misalnya: A membeli Program Komputer dnegan hak Lisensi untuk digunakan
pada suatu unit komputer; atau B mengadakan pelianjian Lisensi untuk penggunaan
aplikasi Program Komputer pada 10 (sepuluh) unit komputer. Apabila A atau B
menggandakan atau menyalin aplikasi Program Komputer di atas untuk lebih dari yang
telah ditentukan atau diPelianjikan, tindakan itu merupakan pelanggaran, kecuali untuk
arsip.
Ayat (4) s.d. Ayat (9)
Cukup jelas
Pasal 73
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "bersifat unik" adalah bersifat lain dari pada yang lain, tidak ada
persamaan dengan yang lain, atau yang bersifat khusus.
Pasal 74 s.d Pasal 77
Cukup jelas
Pasal 78
Diberlakukan 12 (dua belas) bulan sejak tanggal diundangkan dimaksudkan agar
Undang-undang ini dapat disosialisasikan terutama kepada pihak-pihak yang terkait
dengan Hak Cipta, misalnya, perguruan tinggi, asosiasi-asosiasi di bidang Hak Cipta, dan
lain-lain.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4220
Download