BAB II LANDASAN TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Destilasi Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau didefinisikan juga teknik pemisahan kimia berdasarkan perbedaan titik didih. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Gambar 2.1. Alat Destilasi Sederhana. (sumber http://chemistry35.blogspot.com/2011/08/pengertian-destilasi.html) Gambar 2.1 di atas merupakan alat destilasi atau yang disebut destilator, terdiri dari termometer, labu didih, steel head, pemanas, kondensor, dan labu penampung distilat. LAPORAN TUGAS AKHIR 4 BAB II LANDASAN TEORI Termometer biasanya digunakan untuk mengukur suhu uap zat cair yang didestilasi selama proses destilasi berlangsung. Labu didih berfungsi sebagai tempat suatu campuran zat cair yang akan didestilasi. Steel head berfungsi sebagai penyalur uap atau gas yang akan masuk ke alat pendingin (kondensor) dan biasanya labu destilasi dengan leher yang berfungsi sebagai steel head. Kondensor memiliki dua celah, yaitu celah masuk dan celah keluar yang berfungsi untuk aliran uap hasil reaksi dan untuk aliran air keran. Pendingin yang digunakan biasanya adalah air yang dialirkan dari dasar pipa, tujuannya adalah agar bagian dari dalam pipa lebih lama mengalami kontak dengan air, sehingga pendinginan lebih sempurna dan hasil yang diperoleh lebih sempurna. Penampung distilat bisa berupa erlenmeyer, labu, ataupun tabung reaksi tergantung pemakaiannya. Pemanasnya juga dapat menggunakan penangas, ataupun mantel listrik yang biasanya sudah terpasang pada destilator. Proses destilasi diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju condenser yaitu pendingin (perhatikan Gambar 2.1), proses pendinginan terjadi karena dialirkan air ke dalam dinding (bagian luar condenser), sehingga uap yang dihasilkan akan kembali cair. Cairan tersebut akan menuju penampung distilat karena pengaruh gravitasi yang disebabkan antara saluran celah masuk dan keluar condenser (kondensor) dibuat miring. Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya dapat memisahkan seluruh senyawa-senyawa yang ada dalam campuran homogen tersebut. 2.1.1 Pengertian Destilasi Air Laut Prinsip destilasi air laut yaitu mendapatkan air bersih melalui proses penyulingan air laut (perpindahan kalor, penguapan, dan pengembunan). Air laut jika dipanaskan terus menerus akan menguap menjadi uap jenuh. Uap jenuh hasil penguapan jika bersentuhan dengan permukaan benda dengan temperatur yang lebih rendah, maka akan terjadi proses kondensasi pada permukaan tersebut. Pada proses kondensasi uap jenuh akan berubah fasa dari uap ke cair. Karena pengaruh LAPORAN TUGAS AKHIR 5 BAB II LANDASAN TEORI gravitasi, zat cair atau air akan mengalir ke bawah dan tertampung dalam wadah. Zat cair yang tertampung dalam wadah inilah yang dinamakan air tawar. Destilasi merupakan cara yang efektif digunakan untuk menghasilkan air bersih yang bebas dari kuman, bakteri, dan kotoran yang berupa padatan kecil. Pada proses destilasi, yang diambil hanya air kondensatnya, kuman dan bakteri akan mati oleh proses pemanasan, dan kotoran akan mengendap di dasar basin. Yang mendasar pada proses destilasi yaitu proses evaporasi dan kondensasi. Kedua proses ini dipengaruhi oleh pemanasan air baku. Proses pemanasan air baku dipengaruhi oleh massa dari air baku yang dipanaskan. Berdasarkan teori kalau proses penguapan itu membutuhkan kalor yang banyak, jadi massa air baku yang banyak akan menyebabkan proses penyerapan kalor menjadi sedikit artinya banyak air yang tidak menguap, begitu pula sebaliknya massa air baku yang sedikit akan mempercepat proses penyerapan kalor oleh air laut itu sendiri. Proses penyerapan kalor oleh air laut dapat mempengaruhi performansi alat destilasi. 2.1.2 Jenis-jenis Destilasi Air Laut Dikelompokkan menjadi tiga yaitu, destilasi (suling), penukaran ion, dan filtrasi atau reverse osmosis (RO). Di Indonesia, teknik mengolah air menggunakan metode ketiga yang banyak dipilih. (sumber: majalah elfata edisi 09 volume 11 2011). - Metode Destilasi (Suling) Air bersih yang dihasilkan dari proses destilasi didapatkan dengan jalan melakukan penguapan terhadap air sumber/air baku. Cara ini efektif untuk menghilangkan garam yang menyebabkan rasa asin pada air. Ada dua cara sederhana dalam membuat alat destilasi air, yakni menggunakan kompor atau menggunakan sinar matahari. Stove-top still merupakan model sederhana untuk alat destilasi dengan menggunakan kompor. Pertama-tama kompor memanaskan air yang ada sebuah belanga. Pemanasan tersebut akan menghasilkan uap panas yang akan dipakai untuk memanaskan belanga kedua yang berisi air sumber yang nantinya LAPORAN TUGAS AKHIR 6 BAB II LANDASAN TEORI akan berisi air bersih. Pemanasan pada belanga kedua juga akan memicu munculnya uap air dari air sumber. Butiran-butiran uap air ini akan tertahan oleh membran plastik dan akhirnya akan jatuh pada wadah air bersih yang terletak di tengah-tengah belanga kedua. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 2.2 dibawah ini. Gambar 2.2. Alat Destilasi Stove-Top Still. (sumber http://aimyaya.com/id) Adapun cara yang kedua adalah menggunakan sinar matahari untuk menghasilkan uap air. Butiran uap-uap air tersebut, kemudian akan tertahan pada kaca tembus pandang. Setelah butiran semakin banyak, maka akan berubah menjadi tetesan air yang akan ditahan oleh palung/talang air yang akan mengarahkan butiran air ke dalam wadah untuk penampungan air bersih. - Penukaran Ion Metode penukaran ion sejatinya adalah suatu metode yang digunakan untuk memisahkan ion-ion yang tidak dikehendaki dalam suatu larutan untuk dipindahkan ke dalam media padat yang disebut dengan media penukar ion. Desalinasi menggunakan metode penukaran ion banyak memanfaatkan proses kimiawi untuk memisahkan garam dan air. Pada proses ini, ion garam yang memiliki kode NaCl ditukar dengan ion LAPORAN TUGAS AKHIR 7 BAB II LANDASAN TEORI lain seperti CA+2 dan SO4-2. Untuk menukar ion tersebut, digunakan materi penukar ion. Materi penukar ion yang berasal dari alam biasanya menggunakan zeolit. Zeolit adalah mineral alami berupa senyawa alumunium silikat hidrat yang mempunyai luas permukaan besar dan kapasitas tukar kation yang tinggi. Adapun materi penukaran ion yang berasal dari bahan buatan adalah sintesis resin (resin kation dan resin anion). - Osmosis Terbalik Pengolahan air laut menjadi air tawar dengan metode RO untuk wilayah Indonesia telah dilakukan di beberapa tempat, seperti di daerah Ancol. Di wilayah ini, pihak yang mengelola air laut menjadi air tawar adalah PT Pembangunan Jaya Ancol. Prinsip kerja dari RO adalah mendesak air laut agar melewati membran-membran semipermeable, sehingga garam yang terkandung dalam air laut tersebut tersaring. Proses ini memiliki keunggulan dalam segi kuantitas air yang dihasilkan karena air tawar yang dihasilkan bisa langsung berjumlah banyak. Sayangnya, seringkali garam yang ada dalam air yang diolah tidak bisa sepenuhnya hilang. Untuk benar-benar memisahkan garam dan air dibutuhkan tekanan yang sangat tinggi. Atas dasar itulah, pada praktik RO, air asin dipompa dengan tekanan tinggi ke dalam suatu modul membran osmosis terbalik yang mempunyai dua buah pipa keluaran. Pipa keluaran pertama digunakan untuk mengeluarkan air tawar yang dihasilkan. Adapun pipa keluaran yang kedua digunakan untuk mengeluarkan air garam yang pekat. Kemudian di dalam membran osmosis balik tersebut terjadi proses penyaringan dengan ukuran molekul (http://www.puspiptek.info). Sayangnya, dibalik kelebihan untuk menghasilkan air tawar yang banyak, teknologi ini memiliki kelemahan yaitu seringnya terjadi penyumbatan pada selaput membran oleh bakteri dan fosfat. LAPORAN TUGAS AKHIR 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.3 Cara Kerja Sistem Destilasi Kompresi Uap Gambar 2.3. Sistem Refrigerasi Destilasi Air Laut. Gambar 2.3 diatas merupakan konsep rancangan penulis tentang penggunaan sistem refrigerasi kompresi uap pada sistem destilasi air laut yang diperoleh dari inspirasi setelah membaca jenis-jenis destilasi dari sumber majalah elfata edisi 09 volume 11 2011. Mula-mula kompresor bekerja menghisap uap refrigeran dari evaporator dan mendorong dengan cara kompresi agar mengalir masuk ke kondensor. Karena kompresor mengalirkan refrigeran sementara piranti ekspansi membatasi alirannya, maka antara kedua komponen itu berbeda tekanan, yaitu di kondensor tekanan refrigeran menjadi tinggi, sedangkan di evaporator tekanan refrigeran menjadi rendah. Kondensor adalah komponen dimana terjadi proses perubahan fasa refrigeran, dari fasa uap menjadi fasa cair. Dari proses kondensasi (pengembunan) yang terjadi di dalamnya itulah maka komponen ini disebut kondensor. Proses kondensasi akan berlangsung apabila refrigeran dapat melepas kalor yang dikandungnya. Kalor tersebut dilepas dan dibuang ke lingkungan dimana pada sistem destilasi ini lingkungannya tertutup. Agar kalor dapat lepas ke lingkungan, maka suhu kondensasi harus lebih tinggi dari suhu lingkungan. Karena refrigeran adalah zat yang sangat mudah menguap, maka agar dapat dikondensasikan haruslah dibuat bertekanan tinggi. Kami memakai kondensor dari inspirasi kerja LAPORAN TUGAS AKHIR 9 BAB II LANDASAN TEORI evaporative cooling yang bekerja mula-mula nozzle sprayer akan menyemprotkan air laut berbentuk butiran-butiran kecil agar dihasilkan penguapan yang cepat dan tidak memerlukan penarikan kalor yang begitu besar untuk proses penguapan. Butiran air tersebut akan terjadi kontak dengan kondensor yang memiliki kalor lebih tinggi yang menyebabkan butiran air akan menangkap kalor dari panas kondensor, sehingga butiran air akan menguap. Butiran air yang sempat tidak menguap akan jatuh ke bak penampungan air laut, kemudian air laut pada bak tersebut disirkulasikan kembali oleh pompa melalui nozzle sprayer untuk proses penguapan sampai suplai air laut pada bak habis. Saat bersamaan dengan jatuhnya butiran air laut yang tidak sempat menguap, maka akan dihasilkan produk endapan kristalisasi garam pada penyaring endapan garam, sementara sisa butiran air laut yang bersama garam akan jatuh ke bak penampung air laut karena tidak tersaring oleh saringan garam. Evaporator adalah komponen dimana cairan refrigeran yang masuk ke dalamnya akan menguap. Proses penguapan itu terjadi karena cairan refrigeran menyerap kalor. Pada sistem destilasi yang kami buat, evaporator akan menyerap kalor berupa uap panas yang merupakan hasil penguapan air laut dari nozzle sprayer yang terkena pipa kondensor, kemudian penguapan air laut tersebut dihisap oleh kipas aksial menuju evaporator melalui saluran ducting. Di evaporator, uap panas akan terjadi kondensasi dikarenakan uap panas berkontak dengan refrigeran dingin atau titik embun evaporator lebih rendah dari temperatur udara yang memiliki kandungan uap tinggi. Karena proses penarikan kalor penguapan air laut oleh evaporator, refrigeran keluaran evaporator berubah fasa dari cair ke gas dan air tawar pun dihasilkan dari proses kondensasi. Hipotesa awal kami memperkirakan bahwa kristalisasi garam langsung terbentuk saat butiran air laut yang disemprotkan oleh nozzle sprayer mengenai kondensor, sehingga kristalisasi garam akan menempel pada pipa-pipa kondensor. Mudah-mudahan saja itu tidak terjadi karena jika itu terjadi, maka butiran air laut yang selanjutnya bergiliran mengalir akan menyapu bersih garam yang menempel di pipa kondensor, sehingga kristalisasi garam akan jatuh ke bak penyaring garam. LAPORAN TUGAS AKHIR 10 BAB II LANDASAN TEORI Sementara butiran air yang ikut bersama garam tidak ikut tersaring, tetapi jatuh ke bak penampungan air laut. Air tawar yang dihasilkan melalui proses pengembunan di evaporator akan ditampung ke bak penampungan air tawar yang selanjutnya disaring agar diperoleh air tawar yang bersih dan kalau bisa dapat langsung diminum. Air hasil distilat pada bak penampungan tersebut dapat digunakan dengan membuka keran airnya. 2.2 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sistem refrigerasi kompresi uap merupakan salah satu sistem refrigerasi mekanik yang saat ini merupakan sistem yang paling banyak dipakai karena dipandang secara komersial, harganya pun sesuai dengan masyarakat menengah dan komponen yang digunakan sederhana dibandingkan sistem refrigerasi lainnya. Sistem refrigerasi kompresi uap merupakan sistem yang mempergunakan kompresor sebagai alat pemompa refrigeran, yang mana uap refrigeran bertekanan rendah yang masuk ke sisi penghisap (suction), kemudian uap refrigeran tersebut ditekan di dalam kompresor, sehingga berubah menjadi uap bertekanan tinggi yang dikeluarkan pada sisi keluaran (discharge), sehingga dari proses tersebut dapat ditentukan sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah. Pada sistem refrigerasi ini akan terjadi berbagai macam proses yang akan mempengaruhi properti atau sifat udara, yang terjadi adalah perubahan suhu dan tekanan. Selain itu terjadi ekspansi isentalpi, kompresi isentropi, proses-proses adiabatis (tidak terjadi perubahan energi kalor) akibat pengisolasian sistem tertutup. Seluruh proses diatas dapat ditelusuri dengan menggunakan diagram tekanan-entalpi (pressure-entalphy, p-h) yang dikenal dengan diagram Mollier yang dapat dilihat pada gambar 2.4 di bawah ini. LAPORAN TUGAS AKHIR 11 BAB II LANDASAN TEORI Gambar 2.4. Diagram Mollier R22. Sistem refrigerasi kompresi uap ideal mengacu kepada konsep dari sistem refrigerasi Carnot. Pada kondisi semacam ini tidak ada perubahan berarti yang mempengaruhi untuk kerja sistem. Akan tetapi siklus ideal ini dapat menghasilkan efisiensi yang tinggi, yang tidak dapat dilampaui oleh siklus refrigerasi kompresi uap aktual. Proses-proses tersebut jika digambar ke dalam digram p-h (Mollier Chart) Pressure (bar absolute) menjadi. Pc Pe 3 4 h3 = h4 2 1 h1 h2 Enthalpy (kJ/kg) Gambar 2.5. Siklus Refrigerasi Kompresi Uap Ideal. - Kompresi Kompresor adalah komponen yang merupakan jantung dari sistem refrigerasi. Kompresor bekerja menghisap uap refrigeran dari evaporator dan mendorong dengan cara kompresi agar mengalir masuk ke kondensor. Karena LAPORAN TUGAS AKHIR 12 BAB II LANDASAN TEORI kompresor mengalirkan refrigeran sementara piranti ekspansi membatasi alirannya, maka antara kedua komponen itu berbeda tekanan, yaitu di kondensor tekanan refrigeran menjadi tinggi, sedang di evaporator tekanan refrigeran menjadi rendah. Kerja spesifik dilakukan kompresor qw = h2 – h1 ........................................................................................................... (1) dengan, h1 = Entalpi masukan kompresor (kJ/kg) h2 = Entalpi keluaran kompresor (kJ/kg) Rasio kompresi, perbandingan tekanan discharge terhadap tekanan suction rc = Pd Ps - ................................................................................................................... (2) Kondensasi Kondensor adalah komponen dimana terjadi proses perubahan fasa refrigeran, dari fasa uap menjadi fasa cair. Dari proses kondensasi (pengembunan) yang terjadi didalamnya itulah maka komponen ini disebut kondensor. Proses kondensasi akan berlangsung apabila refrigeran dapat melepas kalor yang dikandungnya. Kalor tersebut dilepas dan dibuang ke lingkungan. Agar kalor dapat lepas ke lingkungan, maka suhu kondensasi harus lebih tinggi dari suhu lingkungan. Karena refrigeran adalah zat yang sangat mudah menguap, maka agar dapat dikondensasikan haruslah dibuat bertekanan tinggi. Kalor dilepas di kondensor per satuan massa refrigeran qk = h2 – h3 ........................................................................................................... (3) dengan, h2 = Entalpi masukan kondensor (kJ/kg) h3 = Entalpi keluaran kondensor (kJ/kg) - Ekspansi Alat ekspansi berfungsi seperti gerbang yang mengatur banyaknya refrigeran cair yang boleh mengalir dari kondensor ke evaporator. Oleh sebab itu alat ini sering juga dimanakan refrigerant flow controller. Besarnya laju aliran LAPORAN TUGAS AKHIR 13 BAB II LANDASAN TEORI refrigeran merupakan salah satu faktor yang menentukan kapasitas besarnya refrigerasi. Untuk sistem refrigerasi yang kecil, maka laju aliran refrigeran yang besar pula. - Evaporasi Evaporator adalah komponen dimana cairan refrigeran yang masuk ke dalamnya akan menguap, proses penguapan itu terjadi karena cairan refrigeran menyerap kalor. Kalor yang diserap di evaporator dapat diketahui sebagai berikut: qe = h1 – h4 ........................................................................................................... (4) dengan, h1 = Entalpi keluaran evaporator (kJ/kg) h4 = Entalpi masukan evaporator (kJ/kg) Berdasarkan besaran-besaran di atas maka akan didapat kinerja sistem siklus kompresi uap standar atau yang biasa disebut dengan COP (Coefficient of Performance) sistem. COP didapat dari perbandingan antara efek refrigerasi dengan kerja kompresi. Menghitung besarnya COP dapat menggunakan persamaan sebagai berikut: 1. COP aktual adalah perbandingan kalor yang diserap oleh evaporator dari lingkungan terhadap kerja yang dilakukan oleh kompresor, sehingga berdasarkan persamaan 4 dan 1 dapat diturunkan menjadi : COP aktual = qe qw ....................................................................................... (5) 2. COP Carnot adalah koefisien kinerja teoritis yang merupakan ukuran standar efisiensi refrigerasi bagi sistem refrigerasi yang ideal dan tergantung pada 2 kunci sistem suhu, suhu evaporasi dan suhu kondensasi. COP Carnot yang tinggi dicapai dengan suhu evaporasi tinggi dan suhu kondensasi rendah. Namun COP Carnot hanyalah perbandingan suhu, perbandingan temperatur evaporasi dibandingkan dengan selisih temperatur kondensasi dan evaporasi, tanpa mempedulikan jenis LAPORAN TUGAS AKHIR 14 BAB II LANDASAN TEORI kompresinya. Satuan temperatur yang digunakan dalam rumus COP Carnot adalah Kelvin. COP Carnot = T evaporasi T kondensasi − T evaporasi ................................................... (6) 3. Efisiensi refrigerasi yaitu perbandingan COP aktual dan COP Carnot. Efisiensi refrigerasi = 2.3 COP aktual COP Carnot 𝑥 100 % ............................................. (7) Air - Sifat-Sifat Fisik Air Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 101,33 kPa (1 bar) dan temperatur 0 °C. Volume mengecil jika didinginkan sampai 4 0C, namun volumenya akan membesar jika didinginkan antara 4 0C – 0 0C. Air mendidih di suhu 100 0C dan membeku di 0 0 C pada tekanan 1 Atm. Air dapat dinaikkan tekanannya menggunakan pompa. Air mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah pada saluran tertutup. Air akan menimbulkan kebisingan jika mengalami turbulensi dan ekspansi. Air menyebarkan tekanan ke segala arah. Jika mengalir menimbulkan gesekan pada permukaan yang dilaluinya. Pada aliran rendah / lambat cenderung laminar, pada aliran cepat cenderung turbulen. - Sifat-Sifat Kimia Air Air merupakan pelarut yang baik, hampir semua zat kimia bisa dilarutkan dalam air, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik. Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O. Satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terkait secara kovalen pada satu atom oksigen. pH air dalam keadaan netral bernilai 7, bersifat asam jika pH di bawah 7 dan bersifat basa jika pH di atas 7. Air yang mengandung kalsium, magnesium, logam dan besi dengan kandungan yang cukup tinggi maka akan berpotensi menimbulkan kerak. Jika terdapat oksigen dan logam lalu bereaksi dengan air maka dapat terjadi karat. LAPORAN TUGAS AKHIR 15 BAB II LANDASAN TEORI 2.4 Pengujian Kualitas Air Pengujian kualitas air berdasarkan SNI 01-6241-2000 kategori air demineral. Air demineral adalah air minum yang diperoleh melalui proses pemurnian seperti destilasi, deionisasi, reverse osmosis atau proses yang setara dan aman diminum. Pada tabel 2.1 penulis sampaikan tentang pengujian kualitas air yang dikerjakan. Tabel 2.1. Parameter Sebagian Analisa Air SNI 01-6241-2000 No. 1 1.1 1.2 1.3 1.4 2 3 Jenis Uji Keadaan Penampakan Warna Bau Rasa pH Daya hantar listrik Pada 25 0C Satuan Unit Pt-Co µS/cm Persyaratan Jernih Maks. 1,5 Tidak berbau Tidak berasa 5,0 – 7,0 Maks. 1,3 (sumber : http://sisni.bsn.go.id/) 2.4.1 Fisik - Keadaan berupa cara uji penampakan, bau dan rasa diuji secara visual. - Penampakan adalah dalamnya lapisan air yang dapat ditembus oleh sinar matahari yang dinyatakan dalam satuan cm. - Suhu air adalah derajat panas air yang dinyatakan dalam satuan derajat Celcius. - Warna adalah warna nyata dari air yang dapat disebabkan oleh adanya ion metal (besi dan mangan) humus, plankton, tumbuhan air dan limbah industri, yang dimaksud dengan warna adalah warna nyata yang kekeruhannya telah dihilangkan, sedangkan yang dimaksud dengan warna tampak adalah warna yang tidak hanya disebabkan zat-zat terlarut dalam air akan tetapi juga zat tersuspensi, yang dinyatakan dalam satuan warna skala Pt-Co. - Kekeruhan adalah sifat optik dari suatu larutan yang menyebabkan cahaya yang melaluinya terabsorbsi dan terbias dan dihitung dalam satuan mg/L SiO2 atau Unit Kekeruhan Nephelometri (UKN). Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi seperti lumpur dan zat organic. LAPORAN TUGAS AKHIR 16 BAB II LANDASAN TEORI 2.4.2 Daya Hantar Listrik (DHL) adalah kemampuan dari larutan untuk menghantarkan arus listrik yang dinyatakan dalam mmhos/cm, kemampuan tersebut antara lain tergantung pada kadar zat terlarut yang mengion di dalam air, pergerakan ion, valensi dan suhu. - Derajat keasaman (pH) adalah logaritma negatif dan aktifitas ion hidrogen dalam suatu larutan. Derajat keasaman (pH) air, penting untuk Kimia menentukan nilai daya guna perairan baik untuk keperluan rumah tangga, irigasi, kehidupan organisme perairan dan kepentingan lainnya. Nilai pH suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan. Mengingat nilai pH ditentukan oleh interaksi berbagai zat dalam air termasuk zat-zat yang secara kimia maupun biokimia tidak stabil maka penentuan pH harus dilakukan setelah pengambilan contoh dan tidak dapat diawetkan. pH dapat diukur dengan metode kalorimetri dan elektrometri. Metode elektrometri lebih banyak digunakan di laboratorium dan lapangan karena lebih teliti dan praktis. LAPORAN TUGAS AKHIR 17