Informasi laba dalam laporan keuangan pada umumnya penting

advertisement
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
ANALISA MANAJEMEN DALAM PENYALURAN KREDIT PADA PT BANK BUKOPIN
Tbk CABANG UTAMA SURABAYA
Mukhamad Nurhidayat
[email protected]
Sapari
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
This research is meant to find out the policy of credit provision at PT. Bank BUKOPIN Tbk, Main
Branch Office Surabaya has implemented the 5C principles (Character, Collateral, Capital, Capacity,
Condition of economic) and the prudential principle. On the other hand, this research is meant to find
out the role of analysis which has been done by the Bank to the Bank customer which propose a credit
is the analysis of financial aspect and non-financial. Qualitative method with case study is applied in
this research at PT. Bank BUKOPIN Tbk which is a financial institution which fund is raised from
the public in the form of savings and transfer back in the form of credit. The implementation of credit
provision, congestion credit risk is a problem which severely affects the health of a bank, so bank is
required to have a reliable management credit.
Keywords: Credit analysis, Non Financial Analysis, and Financial analysis.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam kebijakan pemberian kredit pada
PT, Bank BUKOPIN Tbk, Kantor Cabang Utama di Surabaya telah menerapkan prinsip 5C
(Character, Collateral, Capital, Condition of economic) dan prinsip kehati-hatian, selain itu
penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui peranan analisa yang dilakukan bank
kepada calon nasabah yang akan mengajukan kredit adalah analisa aspek keuangan dan non
keuangan. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan studi kasus
pada PT. Bank BUKOPIN Tbk, yang merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit. Di
dalam pelaksanaan pemberian kredit , resiko kemacetan kredit merupakan masalah yang
sangat berpengaruh terhadap kesehatan bank, maka bank memerlukan manajemen kredit
yang handal.
Kata kunci:
Analisa kredit, Analisa non keuangan dan Analisa keuangan.
PENDAHULUAN
Globalisasi Ekonomi telah mendorong masyarakat untuk selalu memperhatikan
perusahaan perbankan, untuk melakukan evaluasi terhadap laporan keuangan yang
dikeluarkan oleh perbankan. Oleh karena itu masyarakat sangat membutuhkan informasi
perusahaan perbankan agar dapat membandingkan, menganalisa, menyimpulkan dan
selanjutnya mengambil keputusan berkaitan dengan kondisi perusahaan perbankan dimana
dana mereka di simpan dan melihat penawaran kredit yang dilakukan oleh bank.
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang tujuannya mengelola dana
masyarakat dan wajib menjaga dana masyarakat dan juga didalam penyaluran kredit dapat
dipertanggung jawabkan, sesuai dengan UU no 7 tahun 1992 tentang perbankan. Bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
2
menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Departemen perizinan dan informasi perbankan dalam ketentuan yang dikeluarkan
BI mengeluarkan kebijakan perbankan tahun 2012 yaitu prinsip kehati-hatian bagi bank
umum yang melakukan penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada pihak lain,
penerapan strategi anti fraud bagi bank umum, penerapan manajemen resiko pada bank
umum yang melakukan layanan nasabah prima, pedoman perhitungan ATMR (Aset
Tertimbang Menurut Resiko) resiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar,
transparansi informasi suku bunga dasar kredit, fungsi kepatuhan bank umum penerapan
manajemen resiko pada bank yang melakukan aktivitas pemberian kredit kepemilikikan
rumah dan kredit kendaraan bermotor, dan beberapa perubahan ketentuan perbankan
sebelumnya.
Pelayanan yang unggul dan pengembangan produk/jasa perbankan yang
berkualitas pada gilirannya akan memberikan kontribusi bagi kinerja bank. Kinerja bank
harus dikelola secara berkesinambungan agar dapat menghasilkan kinerja yang diinginkan.
Untuk mengelola kinerja harus didukung oleh informasi yang tepat guna, tepat waktu, dan
akurat serta adanya kemampuan manajemen dalam mengambil keputusan.
Keberhasilan suatu perbankan dalam meningkatkan penghasilan usaha perbankan
tergantung pada kemampuan menyalurkan kreditnya kepada masyarakat walaupun ada
target dalam penyaluran kredit, manajemen bank harus melakukan analisa kredit agar
dalam penyaluran kredit tidak menimbulkan kredit bermasalah, Akibat dari besarnya kredit
bermasalah maka banyak bank yang mengalami kesulitan dana dan terpaksa di sehatkan
atau dilikuidasi.
Kondisi bank yang buruk dapat menimbulkan ketidak percayaan dari masyarakat.
Bank-bank yang sangat buruk kinerjanya dilikuidasi oleh Bank indonesia dan disatu sisi
pemerintah melakukan penjaminan penuh sejak 1998 hingga pertengahan tahun 2005 dan
sejak itu hingga saat ini pemerintah memberlakukan penjaminan terbatas untuk simpanan
masyarakat. Disamping itu otorisasi pengawas memperketat regulasi perbankan dan telah
menetapkan arah kebijakan perbankan yang tercermin pada Arsitekture Perbankan
Indonesia.
Penyebab dan terjadinya kredit bermasalah tersebut salah satunya adalah berkaitan
dengan system dan prosedur penyaluran kredit yang terdapat dibank, penyimpangan
biasanya yang sering terjadi dapat berupa pemberian kredit kepada pihak yang seharusnya
tidak layak diberikan kredit. Hal ini terjadi dapat dilakukan dengan melakukan manipulasi
data nasabah dengan melakukan mark up data keuangan nasabah yang seharusnya
diberikan sesuai kemampuan dia bayar. Selain itu juga di data agunan, nilai agunan di
besarkan tidak sesuai dengan harga pasar wajar dan nilai likuidasinnya. Untuk itulah
diperlukan adanya prosedur penyaluran kredit yang memenuhi unsur-unsur dalam analisa
pencairan kredit, sehingga dapat meminimalkan terjadinya penyimpangan dalam prosedur
penyaluran kredit Sistem dan prosedur penyaluran kredit mempunyai system analisa kredit
yang baik apabila telah terdapat pemisahan fungsi-fungsi yang berkaitan dengan proses
penyaluran kredit, yaitu pihak penerima pengajuan kredit (calon nasabah), penilai jaminan
atau survey lokasi dan usaha, dan juga pemberi otorisasi pencairan kredit, sehingga dalam
pelaksanaan pencairan kredit terdapatnya satu system analisa kredit yang menimbulkan
adanya internal check antar bagian yang terlibat dalam penyaluran kredit.
Tujuan utama analisis permohonan kredit adalah untuk memperoleh keyakinan
apakah nasabah mempunyai kemauan dan kemampuan memenuhi kewajibanya kepada
bank secara tertib, baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunganya, sesuai dengan
kesepakatan dengan bank. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyelesaian kredit
nasabah, pemberian kredit harus memenuhi prinsip 5 C‟s Analisis kredit yaitu Character,
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
3
Capital, Capacity, Collateral, and Condition of Economic. Apabila calon nasabah memenuhi
prinsip 5 C‟s analisis maka bank akan melakukan pemberian kredit sesuai dengan
kemampuan nasabah untuk memenuhi kewajibanya.
Sebuah perusahaan atau individu yang menerima kredit dari bank akan direspon
positif oleh pasar, karena sebelum keputusan pemberian kredit yang dilakukan bank harus
menyeleksi dan mengevaluasi beberapa aspek dalam perusahaan yang akan melakukan
pengajuan kredit, aspek tersebut meliputi aspek non keuangan dan aspek keuangan. Pasar
menganggap bahwa perusahaan yang menerima pinjaman dari bank adalah perusahaan
yang sehat dan mempunyai prospek yang baik.
Mengambil keputusan pemberian kredit bukanlah suatu pekerjaan yang mudah,
pengambilan keputusan memegang peran penting bagi bank karena sangat menentukan
profit resiko kredit suatu bank. Kesalahan dalam pengambilan keputusan pemberian kredit
akan berakibat bank menempatkan dananya kepada debitur dengan resiko tinggi dan dapat
menimbulkan kerugian bagi bank maupun debitur yang berkualitas baik.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah di uraikan penulis maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut: „‟Bagaimana analisa manajemen dalam penyaluran kredit pada
PT. Bank BUKOPIN Cabang Utama Surabaya ?‟‟
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana
cara analisa manajemen dalam kebijakan pemberian kredit kepada calon nasabah PT. Bank
BUKOPIN Tbk, Cabang Utama Surabaya untuk mengurangi risiko kredit dan mitigasi risiko
kredit.
TINJAUAN TEORETIS
Pengertian Bank dan Perbankan
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berperan sebagai perantara
dana yaitu dari nasabah yang ingin menyimpan uangnya dan nasabah yang membutuhkan
uang. Menurut undang-undang no 14 tahun 1967, Bank adalah Lembaga Keuangan yang
usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu-lintas pembayaran dan
peredaran uang. Lembaga Keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatankegiatannya dibidang keuangan, menarik uang dari masyarakat dan menyalurkannya ke
dalam masyarakat
Pengertian bank menurut undang undang no 7 tahun 1992 tentang perbankan
sebagaimana telah diubah dengan undang-undang no 10 tahun 1998 sebagai berikut:
(1) „‟Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk bentuk
lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. (2) Bank umum adalah
bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan atau berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. (3)
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.”
Dari pengertian diatas bank mempunyai dua fungsi utama yaitu fungsi utama
perbankan Indonesia adalah (1) Penghimpun dana masyarakat. Kemampuan bank dalam
menghimpun dana dari masyarakat atau pihak ketiga dengan biaya yang relative rendah
merupakan masalah pokok dalam pengelolaan bank, selain masalah dalam hal
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
4
pengalokasikan sumber-sumber dana dimana bank memperoleh keuntungan atas selisih
biaya yang dikeluarkan dengan pendapatan yang diperoleh bank. (2) Penyalur dana
masyarakat. Di dalam bank selain sebagai tempat penghimpun dana masyarakat, juga
sebagai tempat penyaluran dana, dalam bentuk kredit. Penyaluran dana dalam bentuk
kredit merupakan kegiatan utama selain menghimpun dana karena pendapatan utama bank
berasal dari kegiatan penyaluran dana dalam bentuk kredit, sehingga tetap menjadi suatu
masalah dalam pengelolaan bank bisa dilihat dari kolektabilitasnya.
Menurut Taswan (2010:310) bank adalah suatu lembaga atau perusahaan yang
aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito tabungan dan simpanan yang lain
dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian menempatkanya kembali
kepada masyarakat yang membutuhkan dana (deficit spending unit) melalui penjualan jasa
keuangan yang pada giliranya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak.
Pengertian dan Manfaat Analisa Kredit
Definisi sistem analisa kredit tersebut menekankan tujuan yang hendak dicapai, dan
bukan unsur-unsur yang membentuk system tersebut. Dengan demikian pengertian analisa
kredit tersebut berlaku baik dalam perusahaan yang mengolah informasinya secara manual,
dengan pembukuan mesin maupun komputer.
Tujuan dari pengendalian adalah menjaga keamanan harta milik suatu organisasi,
memeriksa efesiensi dalam operasi, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akutansi,
memajukan efesiensi dalam operasi dan membantu menjaga agar tidak ada yang
menyimpang dari kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan bahwa tujuan analisa
kredit dapat dilihat dari dua segi kategori dasar tujuan manajerial yaitu pengendalian
akutansi dan pengendalian administratif, tujuan pengendalian akutansi berhubungan
dengan masalah pengamanan kekayaan perusahaan, mencegah terjadinya kewajiban yang
tidak semestinya dan memastikan kecermatan dan keandalan catatan keuangan, adapun
tujuan pengendalian administratif terutama menyangkut pencapaian sasaran- sasaran
operasional seperti humas, efesiensi produksi atau efesiensi operasional dan keefektifan
operasional.
Sistem Pengendalian Risiko Perbankan
Banyak jenis risiko yang dihadapi bank dalam kegiatan sehari-hari. Oleh sebab itu
pengawasan analisa kredit harus dilaksanakan dan diawasi, mengadakan tindakan koreksi
bila ada perbedaan. Risiko kredit yaitu merupakan kerugian yang diakibatkan oleh
kegagalan (default) debitur yang tidak dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan
perjanjian kredit. Risiko pasar yaitu merupakan resiko kerugian dalam nilai portofolio yang
diakibatkan oleh fluktuasi tingkat suku bunga, nilai tukar, harga komoditi, dan harga
saham. Risiko Operasional yaitu resiko kerugian yang langsung maupun tidak langsung
diakibatkan oleh kegagalan atas proses-proses operasional yang kurang memadai.
Kredit
Kredit berasal dari bahasa Italia „‟credere yang artinya kepercayaan yaitu kreditur
percaya bahwa debiturnya akan mengembalikan pinjaman sesuai perjanjian. Bank
memberikan jasa kredit kepada debiturnya adalah untuk memperoleh pendapatan dari
bunga kredit tersebut. Debitur mau mengambil kredit dari bank untuk memenuhi
kebutuhannya dan menambah permodalan atau investasi sehingga akan saling
mendapatkan keuntungan.
Ada beberapa pengertian dari kredit, Pengertian kredit menurut Muljono (2001:9)
adalah “kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
5
pinjaman dengan suatu janji”. Kredit merupakan untuk melaksanakan suatu pembelian atau
pengadaan suatu janji pembayaran akan dilakukan dan ditangguhkan pada suatu jangka
waktu tertentu adalah „‟semua jenis pinjaman uang dan barang yang wajib dibayar kembali
bersama bunganya oleh peminjam.
Dalam undang-undang pokok perbankan No. 10 tahun 1998 disebutkan bahwa
kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga.
Berdasarkan definisi kredit diatas maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
kredit adalah semua jenis pinjaman berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu bertentu beserta bunga, imbalan atau hasil pembagian.
Kebutuhan modal kerja tergantung pada lamanya modal kerja berputar, besarnya
perusahaan untuk membiayai operasional usaha, dan kemampuan perusahaan
mendapatkan kredit dari supplier, permohonan kredit yang melebihi kebutuhan akan
berakibat penyimpangan penggunaan kredit, sedangkan pemberian yang terlalu kecil
dibandingkan dengan kebutuhan akan berakibat bisnis yang dijalankan debitur akan
tersendat.
Jenis- jenis Kredit
Kredit pada dasarnya dapat di golongkan berdasarkan sebagai berikut: (a) Kredit
berdasarkan jangka waktu. Berdasarkan jangka waktu kredit dapat dibedakan menjadi
kredit jangka pendek (short term loan) adalah kredit yang pengembalianya kurang dari satu
tahun. Kredit jangka waktu menengah (medium term loan): kredit jangka waktu
pengembaliannya satu sampai tiga tahun. Kredit jangka panjang (long term loan ): kredit yang
jangka waktunya melebihi tiga tahun biasanya berbentuk investasi. (b) Kredit berdasarkan
penggunannya. Berdasarkan penggunaanya atau motif yang digunakan adalah sebagai
kredit modal kerja yaitu kredit modal jangka pendek yang diberikan sebagai modal dalam
mengembangkan usaha, kemudian kredit investasi yaitu kredit jangka menengah atau
panjang untuk pembelian barang produksi atau jasa yang sifatnya untuk investasi dan kredit
konsumsi, kredit yang diperlukan untuk dikonsumsi atau digunakan untuk kepentingan
perseorangan atau pribadi. (c) Jenis berdasarkan angsuran. Kredit berdasarkan dengan
angsuran yaitu kredit yang penarikan dilakukan sekaligus, sepenuhnya dipergunakan oleh
nasabah dan di kembalikan sesuai kesepakatan yang telah disepakati. Kredit tanpa angsuran
(rekening koran) penarikannya dilakukan sekaligus sesuai atau nasabah melakukan
penarikan-penarikan kreditnya sesuai dengan yang dibutuhkan sampai dengan maksimal
kreditnya.
Untuk angsuran pokoknya dapat dibayar sewaktu-waktu sedangkan untuk
bunga dapat dibedakan ke pinjaman sampai jangka waktu selesai.
Sistem Pemberian Kredit
Pengertian prosedur kredit menurut Muljono (2001:298) adalah suatu rangkaian
kesatuan kegiatan dari berbagai komponen yang saling berhubungan secara sistematis
dalam penyelenggaraan proses kegiatan pengumpulan dan penyajian informasi perkreditan
suatu bank pada umumnya dan khususnya dibidang perkreditan.
Dari pengertian tersebut manfaat dari administrasi kredit itu sendiri antara lain : (a)
Sebagai alat dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan dari proses perkreditan itu secara
individual maupun secara keseluruhan. (b) Sebagai alat dalam pengumpulan umpan balik
melalui system informasi manajemen yang dibangun didalamnya sebagai dasar untuk
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
6
pelaksanaan fungsi manajemen bank secara umum maupun manajemen perkreditan secara
khusus. Fungsi manajemen yang memerlukan umpan balik tersebut memiliki fungsi
planning, organizing, actuating, dan controlling.
Tujuan utama analis permohonan kredit adalah untuk memperoleh keyakinan
apakah nasabah mempunyai kemauan dan kemampuan memenuhi kewajibannya kepada
bank secara tertib, baik pembayaran pokok pinjaman sampai dengan bunganya, sesuai
dengan kesepakatan dengan bank. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyelesaian
kredit nasabah, terlebih dahulu harus terpenuhi prinsip 5 C‟s Analysis, yaitu sebagai berikut:
(1) Character. Adanya penyerahan uang kepada debitur itu didasari kepercayaan.
Kepercayaan timbul karena debitur memiliki character berupa moral,watak maupun sifatsifat personality yang positif dan kooperatif serta memiliki tanggung jawab. Debitur yang
memiliki character baik adalah debitur yang memiliki tingkat kejujuran yang tinggi dan
integritas yang tinggi untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya. (2) Capacitymerupakan
menyangkut kemampuan debitur untuk melunasi kreditnya. Penilaian ini akan dilihat dari
kemampuan jenis usahanya untuk mendatangkan penghasilan guna melunasi kredit.
Capacity ini dapat didekati dari aspek keuangan dan aspek yuridis. Aspek keuangan dilihat
dari cashflow yang dihasilkan dan dari aspek yuridis akan terlihat bahwa debitur itu
mempunyai kepastian untuk melakukan perjanjian kredit dan melunasi kembali sesuai
perjanjian. (3) Capitalmenyangkut modal yang dimiliki oleh perusahaan debitur. Semakin
besar modal sendiri yang dimiliki, maka akan semakin tangguh menghadapi kemungkinan
resiko yang dihadapi dikemudian hari. Capital ini umumnya dicerminkan oleh neraca calon
debitur dengan melihat komponen modal. Kemampuan capital ini dimanifestasikan dalam
bentuk kewajiban untuk menyediakan pembiayaan sendiri dalam praktik, yang jumlahnya
lebih besar dari pada, kredit yang dimintakan kepada bank. Bentuk pembiayaan ini tidak
harus dalam bentuk uang tunai, namun juga bisa dalam bentuk barang modal, seperti :
tanah, bangunan, mesin-mesin dan sebagainya. (4) Collateralmerupakan jaminan perusahaan
atas kredit yang diterima. Bank memerlukan jaminan ini untuk menutup kemungkinan
resiko terburuk, yaitu tidak terbayarnya utang akibat apapun. Jaminan merupakan
pengamanan bagi dana perbankan yang dikucurkan. Jaminan tersebut akan dianggap aman
apabila mampu meng-cover 120% dari total kreditnya. Hakikatnya bentuk collateral tidak
hanya berbentuk kebendaan, tetapi juga yang tidak berwujud atau non material seperti
jaminan pribadi. (5) Condition of Economic. Kondisi ekonomi yang dimaksud adalah kondisi
makro yang mempengaruhi kredit perbankan. Secara spesifik adalah kondisi makro yang
mempengaruhi bisnis debitur. Pada kondisi perekonomian yang relatif stabil akan
mendorong pertumbuhan dunia usaha sehingga pengucuran kredit akan aman. Sebaliknya
kondisi ekonomi yang buruk akan mendorong dunia bisnis kearah kebangkrutan.untuk itu
bank harus berhati-hati.
Kebutuhan modal kerja tergantung pada lamanya modal kerja berputar, besarnya
perusahaan untuk membiayai operasional usaha, dan kemampuan perusahaan
mendapatkan kredit dari supplier, permohonan kredit yang melebihi kebutuhan akan
berakibat penyimpangan penggunaan kredit, sedangkan pemberian yang terlalu kecil
dibandingkan dengan kebutuhan akan berakibat bisnis yang dijalankan debitur akan
tersendat.
Analisa Dan Evaluasi Pemberian Kredit
Analisa kredit adalah tugas yang sangat menentukan profit resiko kredit dimasa
depan suatu bank. Kesalahan dalam pemutusan pemberian kredit akan berakibat bank
menempatkan dananya kepada debitur dengan resiko tinggi dan dapat menimbulkan
kerugian bagi bank maupun debitur yang berkualitas baik.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
7
Menurut Taswan (2010-373) menyebutkan bahwa ada dua kelompok aspek yang
harus dianalisi dan harus dievaluasi oleh loan officer bank sebelum membuat kebijakan
pemberian kredit, kelompok aspek tersebut antara lain : (1) Aspek Non Keuangan terdiri
dari: (A) Asimetri Informasi dan Konsekuensinya Dalam Perkreditan. Analisi kredit adalah
tugas yang sangat menentukan profil risiko kredit di masa depan suatu bank. Kesalahan
dalam analisis kredit akan berakibat bank menempatkan dananya kepada debitur berisiko
tinggi. Kesalahan analisis kredit bisa menimbulkan kerugian bagi bank maupun debitur
yang berkualitas baik. Oleh karena itu dalam analisis kredit diperlukan kemampuan tinggi
analisis atau officer dalam menentukan kelayakan pemberian kredit, diperlukan instrumen
penilaian yang memadai dan dibutuhkan informasi yang komprehensif, lengkap dan benar,
tidak ada informasi yang disembunyikan.
Dalam pemberian kredit, bank bertindak sebagai principal dan debitur bertindak
sebagai agen. Hubungan principal dan agen akan selaras bila semua dilakukan secara
fair.Dalam banyak hal, hubungan keagenan ini tidak fair karena adanya informasi yang
tersembunyi. Dalam istilah perbankan sering disebut asimetri informasi, yang ini terjadi
karena agen memiliki informasi yang lebih baik, lengkap dan komprehensif tentang
bisnisnya daripada kreditur. Tingginya asimetri informasi akan menyesatkan bank dalam
pengambilan keputusan kredit dan bahkan menyulitkan kreditur dalam melakukan
pengawasan, sebaliknya semakin rendah asimetri informasi maka bank semakin berkualitas
dalam pengambilan keputusan kredit dan semakin mudah bagi bank dalam melakukan
pengawasan. Pada kondisi asimetri begitu tinggi, akan menimbulkan masalah yaitu bank
bisa melakukan salah pilih (adverse selection). Bank dapat melakukan kesalahan pengambilan
keputusan kredit karena bank kesulitan membedakan antara calon debitur yang berkualitas
baik dengan debitur yang berkualitas buruk. Kesalahan bank itu misalnya dalam hal
menetapkan tingkat suku bunga kredit. Akibat asimetri informasi yang tinggi, dimana bank
tidak mengetahui seluruh informasi tentang debitur dan debitur menyembunyikannya
(debitur lebih banyak mengetahui), maka bank bisa menetapkan tingkat bunga kredit yang
lebih mahal terhadap debitur yang berkualitas baik dan menetapkan tingkat bunga yang
lebih murah terhadap debitur yang berkualitas buruk. Ini jelas merugikan bank dan debitur
berkualitas baik dan menguntungkan debitur berkualitas rendah.
Secara teoritis semakin tinggi asimetri informasi maka semakin tinggi tingkat bunga
kredit, dan sebaliknya semakin rendah asimetri informasi maka semakin rendah harga atau
tingkat bunga kredit yang ditetapkan. Bank asing sering dipandang sebagai bank yang jauh
posisi geografisnya berpotensi memiliki asimetri informasi tinggi, bank asing kurang
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang komprehensif mengenai kondisi lokal,
sehingga tidak mudah mendapatkan informasi yang utuh dan berkualitas. Konsekuensinya
ini adalah bank asing menjadi lebih tinggi dalam menetapkan tingkat bunga kredit dari pada
bank domestik. Namun bila bank asing mampu mengurangi asimetri informasi dengan
menggunakan teknologi informasi yang modern, beroperasi dengan biaya yang lebih efisien,
memiliki sistem pengawasan yang lebih baik, maka bank asing dapat menetapkan bunga
kredit lebih murah dari pada bank domestik.
Masalah perkreditan juga bisa terjadi ketika ada kesamaan pemegang saham antara
pemegang saham bank dengan pemegang saham calon debitur. Kesamaan pemegang saham
di bank dengan debitur akan berakibat pemegang saham dengan menggunakan power-nya
untuk menekan manajer bank agar memberikan kredit dengan bunga murah pada
perusahaannya. Namun demikian, rendahnya harga kredit ini juga karena kepemilikan
saham yang sama antara bank dan debitur memang bisa menguntungkan bank berupa
rendahnya asimetri informasi yang dimiliki perusahaan debitur kelompok usahanya.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
8
Dengan adanya asimetri informasi di pihak debitur, maka analis kredit atau
pengambilan keputusan kredit perlu memahami cara dalam mengurangi kerugian akibat
asimetri informasi tersebut antara lain melalui cross monitoring maupun loan covenant. Cross
monitoring dilakukan bila debitur memiliki sekuritas yang telah diterbitkan di pasar modal.
Bank bisa menggunakan informasi dari analisis pasar modal, lembaga pemerintahan dan
Bursa. Namun demikian pengawasan ini sering dianggao kurang efektif karena pada
hakekatnya bank lebih mampu memiliki informasi yang lebih valid daripada informasi atau
data sekunder. Cara kedua adalah melalui loan covenant. Pada loan covenant, kreditur akan
melihat karakteristik debitur lebih lanjut. Bila debitur dipandang berkualitas buruk atau
mempunyai asimetri informasi tinggi maka bank dapat menetapkan kontrak kredit jangka
pendek; (B) Aspek Yuridis. Analisa terhadap aspek ini terkait dengan kemungkinan resiko
hukum pemberian kredit. Aspek ini umumnya menyangkut status usaha dan kewenangan
pihak calon debitur dalam membuat perjanjian kredit. Resiko hukum adalah potensi
timbulnya kerugian yang diakibatkan oleh kelemahan aspek yuridis, baik dalam hal adanya
tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundangan yang mendukung aktivitas, transaksi
atau kelemahan-kelemahan perikatan yang dilakukan. Dalam hal ini bank perlu meneliti
kelengkapan dokumen-dokumen hukum baik atas kepemilikan dan atau penguasaan aset
fisik maupun atas transaksi atau aktivitas yang dijalankan calon debitur. Aspek yuridis yang
lain adalah menyangkut siapa yang berwenang menandatangani perjanjian kredit dan siapa
yang bertanggung jawab atas kredit tersebut. Kalau dia berwenang apakah orang tersebut
memiliki kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum dalam arti membuat perjanjian.
Bila perjanjian kredit dilakukan dengan orang yang salah, maka perjanjian akan batal demi
hukum dan berarti resiko hukum muncul bagi bank;(C) Aspek Pemasaran. Aspek
pemasaran merupakan aspek yang bermuara pada arus kas perusahaan oleh karena itu
harus dikaji agar bank dapat memperoleh informasi kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan arus kas masuk yang dapat mendukung penjadwalan angsuran kredit.
Menurut Taswan (2010:379), evaluasi aspek pemasaran bagi calon debitur sedikitnya
memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:(1) Siklus Kehidupan Produk. Produk life cycle
suatu produk akan membimbing bank dalam menentukan jangka waktu kredit yang akan
diberikan yang dikaitkan dengan kemungkinan calon debitur memiliki kemampuan
membayar angsuran. (2) Variabel-Variabel Struktur dalam Persaingan. Variabel-variabel
struktural ini mempengaruhi persaingan dan kemampuan perusahaan memperoleh laba.
Menurut Taswan (2010:380). Faktor-faktor tersebut adalah: (a) Persaingan Akibat Barang
Substitusi. Dalam evaluasi pemasaran hendaknya bank memperhatikan produk yang
dihasilkan oleh perusahaan atau calon debitur tersebut termasuk produk yang memiliki
sedikit atau banyak barang substitusi. Bila produk tersebut memiliki banyak barang
substitusi maka pembeli akan sensitif terhadap harga. Artinya sedikit harga jual berubah,
maka pembelian akan besar kemungkinan untuk berpindah kebarang substitusi. (b)
Ancaman dari Pendatang Baru. Perusahaan yang sudah mendapatkan return yang relatif
tinggi dari penjualan produk yang dihasilkan, dipastikan cepat atau lambat akan
menghadapi pesaing baru. Return yang tinggi menjadi pemicu pelaku baru untuk masuk
pada pasar yang telah dikuasai. Bila pendatang baru masuk tanpa rintangan, jelas akan
menurunkan return yang diperoleh;(D) Aspek Jaminan. Aspek jaminan merupakan aspek
yang sangat penting dalam menghindari debitur melakukan moral hazard. Aspek jaminan
menjadi cover resiko ketika pihak debitur tidak mampu lagi melaksanakan kewajiban
terhadap bank. Eksekusi jaminan biasanya dilakukan terakhir oleh bank bila alternatif
penyelesaian lain tidak memungkinkan lagi. Eksekusi jaminan tersebut tentu harus melalui
proses pengadilan, dengan demikian eksekusi jaminan pun menimbulkan biaya bagi bank.
Eksekusi terhadap jaminan akan memberikan nilai manfaat bila nilai bersih jaminan dapat
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
9
menutup kerugian bank akibat kredit macet. Untuk itu penilaian jaminan menjadi mutlak
dilakukan oleh bank bila kredit yang telah diberikan ingin tetap memberikan keamanan bagi
bank.
Menurut Taswan (2010:383), jenis jaminan kredit perbankan secara umum
dikelompokkan menjadi dua macam yaitu: (1) Jaminan material / harta perusahaan
/perorangan / badan. Jaminan ini dapat berupa harta lancar atau harta tetap. Harta lancar
misalnya berupa piutang dagang, persediaan sertifikat deposito, surat berharga. Sedangkan
harta tetap berupa gedung, tanah, mesin, peralatan atau kendaraan. (2) Jaminan non
material. Jaminan non material sering disebut jaminan pihak ketiga. Jaminan pihak ketiga ini
dapat berupa jaminan perorangan, jaminan perusahaan atau jaminan bank. Jaminan
pribadi/personal dapat diterima karena bonafiditas atau kemampuan seseorang untuk
meng-cover kredit tersebut; (E) Aspek Teknis. Aspek teknis sering diterjemahkan sebagai
aspek operasional yang menyangkut aspek lokasi objek investasi, aspek fasilitas gedung,
plan layout, proses produksi. Untuk menilai aspek ini diperlukan kemampuan multidisiplin
keilmuan.
Menurut Taswan (2010:387). Beberapa aspek teknis yang dipertimbangkan dalam
perkreditan adalah (1) Aspek lokasi pabrik. Untuk pertimbangan aspek ini perlu
diperhatikan faktor dominan atau titik kritis yang mendukung operasional perusahaan yang
bersangkutan yang akan dibiayai. (2) Aspek bangunan. Aspek ini perlu dilihat kesesuaian
desain dan kontruksi bangunan dengan kemampuan untuk mengakomodasi setiap kegiatan
yang menghasilkan barang atau jasa pihak calon debitur. (3) Aspek layout pabrik. Pada
evaluasi masalah ini, perlu diperhatikan desain maupun layout pabrik dalam kaitannya
dengan kemampuan untuk mendukung rencana perusahaan, kemampuan penyesuaian
dengan perubahan teknologi dan alur pekerjaan. (4) Aspek mesin, pada aspek ini perlu
diperhatikan kapasitas mesin dalam mendukung permintaan pasar, kemudahan reparasi,
biaya operasional mesin, fasibilitas dengan perubahan teknologi. (5) Aspek proses produksi,
pada aspek ini akan dipertimbangkan mengenai efisiensi arus proses produksi, standar
proses produksi, desain perencanaan dan pengawasan proses produksi, faktor lingkungan
kerja dan masalah kemudahan melakukan reparasi mesin; (F) Aspek Sosial Ekonomi.
Menurut Taswan (2010:388). Aspek Sosial Ekonomi Aspek ini berkaitan dengan: (1) Aspek
sosial, aspek ini akan dilihat dari manfaat proyek bagi lingkungan masyarakat sekitarnya.
Proyek dapat menyerap tenaga kerja dan sekaligus mendukung program padat karya. (2)
Aspek ekonomi, pada aspek ini menyangkut kemungkinan proyek bisa memberikan
kontribusi bagi kemakmuran investor dan masyarakat. (3) Aspek profesionalisme, aspek ini
memberikan penilaian terhadap proyek tentang kemungkinan proyek investasi itu dapat
merubah pola berfikir masyarakat, pelaku bisnis, dan manajemen. Dengan demikian
profesioanlisme menjadi kebutuhan setiap individu. (4) Aspek pendidikan, aspek ini
memberikan informasi tentang kontribusi proyek ini pada motivasi masyarakat untuk
mendorong tumbuhnya suasana yang kondusif, dan menyenangkan bagi warga desa
dengan menyediakan jasa pelayanan pendidikan, kesehatan dan fasilitas infrastruktur lain;
(G) Aspek Dampak Lingkungan. Pembangunan proyek investasi dapat mempunyai dampak
pada lingkungannya baik secara langsung maupun tidak langsung, baik positif maupun
negatif terhadap komponen ekosistem. Proyek investasi yang layak dibiayai dengan kredit
adalah proyek yang tidak mengganggu ekosistem yang telah ada. Semakin kecil dampak
negatif terhadap lingkungannya, maka biaya ini semakin kecil.
(2) Aspek Keuangan
Aspek ini umumnya dievaluasi terakhir setelah aspek-aspek lain analisis kredit
dievaluasi. Untuk dapat mengevaluasi aspek keuangan, seorang analis kredit perlu
memahami laporan keuangan calon debitur, analisis kinerja keuangan (analisis rasio
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
10
keuangan), evaluasi arus kas yang mencerminkan kemampuan membayar angsuran, analisis
kebutuhan kredit bagi calon debitur.
Menurut Baridwan (2008:17) Laporan Keuangan merupakan ringkasan dari suatu
proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan transaksi-transaksi keuangan selama tahun
buku yang bersangkutan. Laporan Keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan
untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para
pemilik perusahaan. Disamping itu laporan keuangan juga dapat digunakan untuk
memenuhi tujuan-tujuan lainnya, yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak diluar
perusahaan.
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai
posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama
satu periode pelaporan. Laporan keuangan digunakan terutama untuk membandingkan
realisasi pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan dengan anggaran yang telah
ditetapkan, serta membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundangundangan. Fungsi Laporan Keuangan adalah: (a) Untuk memberikan informasi keuangan
yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan;
(b)Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan didalam
menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba; (c) Untuk memberikan informasi
penting lainya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti
informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi; (d) Untuk mengungkapkan sejauh
mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk
kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut
perusahaan.
Standart Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntansi Indonesia) tahun 2012 merumuskan
tujuan laporan keuangan sebagai berikut: Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja,serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakainya dalam pengambilan
keputusan.
Menurut Hanafi dan Halim (2007:12) menyatakan bahwa secara umum ada tiga (3)
bentuk laporan pokok yang dihasilkan oleh suatu perusahaan yaitu: (1) Neraca. Neraca
digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. Neraca bisa digambarkan
sebagai kondisi potret keuangan suatu perusahaan pada suatu waktu tertentu (snapshot)
Yang meliputi aset perusahaan dan klaim atas aset tersebut. Aset perusahaan menunjukkan
keputusan menggunakan dana atau keputusan investasi dalam masa lalu, sedangkan klaim
perusahaan menunjukkan sumber dana tersebut atau keputusan pendanaan pada masa lalu;
(2) Laporan Rugi-laba. Laporan Rugi-laba merupakan laporan presatasi perusahaan selama
jangka waktu tertentu. Berbeda dengan neraca yang merupakan snapshot, maka laporan
rugi-laba mencakup suatu periode tertentu. Dalam jangka waktu tertentu, total aset
perusahaan berubah disebabkan oleh kegiatan investasi, pendanaan, dan kegiatan
operasional; (3) Laporan Aliran Kas. Komponen laporan keuangan yang ke tiga adalah
Laporan Aliran Kas atau laporan perubahan posisi keuangan. Laporan ini menyajikan
informasi tentang aliran kas masuk atau keluar bersih pada suatu periode, hasil dari tiga
kegiatan pokok perusahaan, yaitu kegiatan operasi, kegiatan investasi dan pendanaan.
Kredit bermasalah
Kredit bermasalah adalah ketika pembayaran kembali pinjaman pokok maupun
bunganya sudah lewat waktu jatuh tempo, tidak sesuai jangka waktu dan rencana yang
telah ditetapkan. Dalam menangani kredit bermasalah ada kemungkinan pihak bank
terpaksa melakukan tindakan hukum atau menderita kerugian dalam jumlah yang jauh
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
11
lebih besar dari jumlah yang diperkirakan. Kolektibilitas atau pembayaran kredit dapat di
golongkan menjadi kredit lancar, dimana pinjaman dibayarkan sesuai dengan jangka waktu
dan tanggal, DPK (Dalam Perhatian Khusus) yaitu adanya keterlamabatan pembayaran 2,3
bulan menunggak, kredit kurang lancar di mana pembayaran tersebut terdapat tunggakan
pokok dan bunga lebih dari 4 bulan, Kredit diragukan, jika pembayaranya sudah lebih dari 5
bulan dan pihak bank sudah memberikan surat panggilan dan peringatan atas
tunggakannya, kemudian adalah Kredit Macet, pembayarannya lebih dari 9 bulan
menunggak dan pihak bank akan menyerahkan ke pengadilan atau pihak asuransi penjamin
untuk dilelang dan nasabah di daftar hitamkan di BI. dan juga saldo di bank di hapus
bukukan dari jumlah tunggakan atau sisa pinjaman semua nasabah dan dipindahkan di
daftar hitam.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor:7/2/PBI/2005 Tentang Penilaian
Kualitas Aktiva Bank Umum ditetapkan secara tegas penggolongan ditinjau dari segi
kualitas kredit, maka kredit dibagi menjadi 5 tingkatan, yaitu: (1) Lancar (pass), apabila
memenuhi kriteria: (a) Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu; dan
(2)Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau (c)Bagian dari kredit yang dijamin dengan
agunan tunai (cash collateral). (2) Dalam Perhatian Khusus (special mention), apabila
memenuhi kriteria: (a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum
melampaui 90 hari; atau (b)Kadang-kadang terjadi cerukan; atau (c)Mutasi rekening relatif
aktif; atau (d)Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau (e)
Didukung oleh pinjaman baru. (3) Kurang Lancar (Substandard), apabila memenuhi kriteria:
(a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 hari;
atau (b) Sering terjadi cerukan; atau (c) Frekuensi rekening relatif rendah; atau (d) Terjadi
pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari; atau (e) Terdapat indikasi
masalah keuangan debitor; atau (f) Dokumentasi pinjaman lemah. (4) Diragukan (doubtful),
apabila memenuhi kriteria: (a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang
telah melampaui 180 hari; atau (b) Terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau (c) Terjadi
wanprestasi lebih dari 180 hari; atau (d) Terjadi kapitalisasi bunga; atau (e) Dokumentasi
hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan. (5) Macet
(loss), apabila memenuhi kriteria: (a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga
yang telah melampaui 270 hari; atau (b). Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman
baru; atau (c) Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada
nilai wajar.
Dampak Kredit bermasalah
Kredit bermasalah adalah suatu resiko yang harus dilalui di dunia perbankan tetapi
bank berupaya untuk meminimalkan keadaan tersebut, empat dampak negative bagi bank
adalah: (a) Aktiva produktif lainya bermasalah; (b) Menurunkan profitibilitas usaha; (c)
Menambah beban operasional; (d) Menurunkan persentase (capital adequacy ratio).
Kunci sukses dari bisnis kredit adalah analisis kredit yang sistematis. Bila analisis
kurang cermat maka membuat kredit tersebut menjadi kredit yang berbahaya, bisa
menimbulkan resiko kredit. Analisis kredit selalu mengutamakan jaminan, dimana jaminan
dan karakter dari debitur dianggap sebagai determinan utama resiko kredit.
Penelitian Terdahulu
Yudiarini (2004), dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan Penyaluran Kredit
pada PT Bank Jatim cabang Jombang saat ini sedang menghadapi permasalahan dalam
prosedur penyaluran kredit yaitu masih terdapat berbagai kelemahan yang dapat
memberikan peluang terjadinya kecurangan dengan cara bagian analisa kredit melakukan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
12
mark up atas nilai jaminan kredit dan mendapatkan fee dari nasabah dan bagian otorisasi atau
pemutus kredit dalam hal ini pimpinan cabang memberikan jumlah kredit yang lebih besar
dari pada kemampuan debitur untuk membayar karena mendapat komisi dari debitur, hal
ini terjadi karena masih belum bisa dipenuhinya unsur internal control dan secara
keseluruhan dalam prosedur penyaluran kredit hal ini bisa di audit dalam nilai harga pasar
jaminan yang tidak sesuai dengan harga pasar yang sesungguhnya, perbandingan yang
cukup besar.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi (Objek) Penelitian
Di dalam penyusunan Penelitian ini penulis mengambil tentang analisa faktor-faktor
manajemen dalam kredit. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, Pendekatan
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain dan
secara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Dalam suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Karakteristik penelitian kualitatif menurut
Moleong (2004:4) adalah; (1) Penelitian
dilakukan pada latar belakang ilmiah atau konteks keseluruhan. Penulis melakukan
penelitian pada PT. Bank BUKOPIN Tbk, Cabang Utama Surabaya; (2) Manusia sebagai alat,
maksudnya manusia merupakan pengumpul, pengolah, dan penganalisa data; (3) Data yang
dikumpulkan bersifat deskriptif. Profil organisasi dan data lainnya dikumpulkan untuk
mendapatkan gambaran situasi calon nasabah; (4) Metode yang digunakan dalam
pendekatan kualitatif ini adalah metode studi kasus (case study) atas analisis laporan
keuangan para calon nasabah PT. Bank BUKOPIN Tbk, Cabang Utama di Surabaya.
Penggunaan metode studi kasus pada penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran
yang lebih jelas dan lebih mendalam tentang subyek dan obyek penelitian. Peneliti berusaha
menggambarkan kondisi non keuangan dan kondisi keuangan calon nasabah PT. Bank
BUKOPIN Tbk, Cabang Utama di Surabaya melalui ratio-ratio keuangan yang mewakili dan
pendekatan umum yang selanjutnya dianalisis dan disimpulkan apakah calon nasabah layak
untuk mendapatkan kredit.
Teknik Pengumpulan data
a. Sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang
diperoleh melalui wawancara dengan pihak-pihak terkait didalam perusahaan dan dapat
berupa kalimat tertulis atau lisan, perilaku, fenomena, peristiwa-peristiwa, pengetahuan,
atau obyek studi. (a) Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam
penelitian ini adalah:
(1) Interview. Interview adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
menggunakan wawancara langsung pada pihak yang dapat memberikan informasi serta
penjelasan tentang penelitian. Jenis wawan cara yang digunakan oleh peneliti adalah
wawancara bebas terpimpin, yaitu wawan cara yang dilakukan dengan mempersiapkan
pokok-pokok permasalahan terlebih dahulu yang kemudian dikembangkan dalam
wawancara, kemudian responden akan menjawab secara bebas sesuai dengan permasalahan
yang diajukan sehingga kebekuan atau kekakuan proses wawancara dapat terkontrol.
Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada staf-staf bank bukopin, account officer dan
beberapa karyawan bagian kredit untuk mengetahui prosedur pemberian kredit serta
analisis yang digunakan dalam keputusan pemberian kredit.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
13
(2) Observasi. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan
mengadakan pengamatan langsung pada objek penelitian. Untuk mengetahui secara
langsung jalannya prosedur pemberian kredit. Dalam penelitian ini dilakukan observasi
pada PT. Bank BUKOPIN Tbk, Cabang Utama di Surabaya yang menjadikan obyek
penelitian untuk mendapatkan data-data yang berupa dokumen dan bagaimana suatu
permohonan kredit yang diajukan calon nasabah kepada pihak bank supaya dapat diiterima.
(3) Dokumentasi. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis
dengan cara menguntip dan mencatat data-data dari objek penelitian. Dalam penelitian ini
dokumen yang diperlukan adalah: (a) Sejarah PT. Bank BUKOPIN Tbk; (b) Struktur
organisasi Bank Umum Koperasi Indonesia beserta tugas dan tanggung jawab dari setiap
unit organisasi Bank Umum Koperasi Indonesia, Cabang Utama di surabaya; (c) Laporan
keuangan beberapa nasabah yang digunakan sebagai sampel.
Satuan Kajian
Penelitian kualitatif umumnya dilakukan melalui pendekatan studi kasus, namun
tidak semua studi kasus berupa penelitian kualitatif karena studi kasus dapat juga dilakukan
dengan pendekatan kuantitatif. pada penelitian kualitatif juga perlu menjelaskan satuan
kajian yang merupakan satuan terkecil obyek penelitian yang diinginkan peneliti sebagai
klasifikasi pengumpulan data. Didalam penelitian ini obyek yang dibutuhkan meliputi:
(A)
Data non keuangan calon debitur, didalam kebijakan pemberian kredit, harus
dilakukan analisis terhadap data non keuangan yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
(1)
Aspek Yuridis; (2) Aspek Pemasaran; (3) Aspek Jaminan; (4) Aspek Teknis; (5) Aspek
Sosial Ekonomi; (6) Aspek Dampak Lingkungan
(B) Laporan Keuangan Calon Debitur
Laporan keuangan debitur merupakan salah satu hal yang terpenting dalam analisa
pemberian kredit, dengan laporan keuangan tersebut kita dapat melakukan analisa kinerja
keuangan (analisis ratio keuangan), evaluasi arus kas yang mencerminkan kemampuan
membayar angsuran, dan analisis kebutuhan kredit bagi calon debitur. Dalam penelitian ini
laporan keuangan yang dibutuhkan terdiri dari neraca dan laporan laba rugi calon nasabah
selama 2 tahun terakhir.
Teknik Analisa Data
Analisa data merupakan bagian yang penting dalam penyusunan suatu karya ilmiah.
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah sehingga menjadi informasi yang berguna
untuk memecahkan masalah. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik analisis model interaktif. Langkah-langkah analisa model tersebut diuraikan
sebagai berikut: (a) Pengumpulan data. Langkah pengumpulan data ini sesuai dengan
teknik pengumpulan data yang telah diuraikan diatas yang terdiri dari wawancara dan studi
dokumenter. (b) Reduksi Data. Reduksi data merupakan proses penyeleksian, pemfokusan,
penyederhanaan, dan abstraksi data yang diperoleh dari data yang kasar yang dimuat
dicatatan tertulis. (c) Penyajian Data. Sajian data merupakan rangkaian informasi yang
tersusun dalam kesatuan bentuk narasi yang memungkinkan untuk dapat ditarik suatu
kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. (d) Penarikan kesimpulan (verifikasi). Penarikan
kesimpulan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti yang perlu untuk di
verifikasi, berupa suatu pengulangan dari tahap pengumpulan data dan pendekatan umum
yang selanjutnya dianalisis dan disimpulkan apakah calon nasabah layak mendapatkan
kredit.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
14
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sejarah Singkat PT. Bank Bukopin, Tbk.
Keberadaan PT Bank Bukopin Tbk, Cabang Surabaya merupakan perwujudan
partispasi aktif dari usaha untuk melaksanakan dan melayani kepentingan gerakan koperasi
di Indoneisa. Dulu perusahaan ini didirikan dengan nama Bank Umum Koperasi Indonesia,
yang disingkat BUKOPIN. Berdasarkan surat keputusan Direktorat Jenderal Koperasi
Nomor 13/Dirjen/1970, tanggal 10 Juli 1970 BUKOPIN telah mendapatkan pengesahan
sebagai perusahaan berbadan hukum dan telah pula terdaftar dalam daftar umum
Direktorat Jendral Pajak Nomor 8521, tanggal 10 Juli 1970. sejak tanggal 16 Maret 1971,
perusahaan telah melakukan usaha sebagai Bank Umum Koperasi Indonesia. Usaha tersebut
dilaksanakan setelah mendapat izin dari Menteri Keuangan dengan Surat Keputusan No.
78/DDk/II/1971.
Di dalam anggaran penderiaannya, dikatakan bahwa usaha bank mencakup segala kegiatan
bank umum sebagai dimaksud dalam Undang-Undang Perbankan dengan tujuan utama
memperhatikan gerakan koperasi di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang
Perkoperasian yang berlaku.
Analis Calon Debitur Dengan Menggunakan Metode Analisis 5C
Dalam penilaian suatu kelayakan dalam pemberian kredit pada Bank Umum
Koperasi Indonesia menggunakan berbagai analisis baik secara non keuangan (kualitatif)
maupun keuangan (kuantitatif). Namun pertimbangan yang digunakan tidak hanya kedua
analisis tersebut, tapi juga memperhitungkan terhadap berbagai macam factor, misalnya
kondisi ekonomi, kondisi bank, serta factor-faktor internal bank yang juga mempengaruhi.
Dalam hal ini penulis menggunakan dua contoh debitur yang akan dianalisi. Debitur
ini mengajukan kredit untuk investasi dan menambah modal kerja dalam rangka
mengembangkan usahanya. Dua debitur yang dianalis yaitu PT.XYZ dan PT. ABC
mengajukan kredit dengan jumlah Rp. 2.452.000.000,- (Dua miliar empat ratus lima puluh
dua juta rupiah) dan Rp. 5.000.000.000,- (Lima miliar rupiah). Berikut adalah latar belakang
dan analisis 5C dari kedua nasabah tersebut.
Gambaran Umum Debitur
PT. XYZ adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan dan
transportasi. PT. XYZ adalah perusahaan yang telah berdiri sejak tahun 2008 dan Ybs
dikenal sebagai salah satu pedagang yang bergerak dibidang perdagangan tetes tebu. Usaha
yang dikelola tersebut merupakan usaha keluarga.
PT. XYZ adalah merupakan sister company dari PT. OPQ yang merupakan debitur
Bank BUKOPIN sejak tahun 2007 dengan plafond kredit sebesar Rp.5.000.000.000,- (Lima
miliar rupiah).
Dalam perjalanan usahanya, Ybs dibantu oleh sekitar 3 orang karyawan baik untuk
tenaga lapangan maupun administrasi.Ditahun 2009 omset penjualan tetes tebu PT.XYZ
adalah sebesar Rp. 1.240.230,-. Sedangkan penjualan tetes tebu s/d bulan September 2010
sudah mencapai sebesar Rp. 15.864.916.800,Aspek Pengadaan Tetes Tebu
Dalam pengadaan barang dagangannya berupa tetes tebu, Ybs memperolehnya dari
APTR-APTR dibawah PTPN X seperti sbb:PG. Candi, PG. Rejo Agung, PG. Pesantren Baru,
PG. Ngadirejo
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
15
Aspek Pemasaran Tetes Tebu
Kontrak kerja yang sudah dan akan dilakukan dengan PT.Miwon atas penjualan tetes
tebu.
Aspek Perbankan:
Sesuai dengan Bank Checking yang telah dilakukan pada tanggal 19 oktober 2010
PT.XYZ tidak tercatat sebagai debitur bank atau data tidak ditemukan dan sesuai dengan
hasil investasi yang dilakukan bahwa PT. XYZ tidak mempunyai fasilitas pinjaman dari
bank dan untuk rekening hanya mempunyai rekening Giro di Bank BUKOPIN.
Aspek Financial:
Analisis keuangan terhadap PT. XYZ harus dimulai dengan melengkapi seluruh
komponen dalam laporan keuangan PT.XYZ selama dua tahun terakhir sebagai bahan
analisis laporan keuangan dengan menggunakan metode rasio.
Keterangan:
Current Ratio 106,68 % di bulan September menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya cukup baik dengan
indikator setiap Rp. 1,- kewajiban lancer discover dengan aktiva lancer sebesar 1,06
Cash Ratio 19,82 % dibulan September 2010 menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk memenuhi setiap Rp.1,- kewajiban jangka pendek discover dengan uang tunai sebesar
Rp. 0,9
Debt to Asset Ratio 93,74 % di bulan September 2010, ratio yang menunjukkan porsi
hutang dibandingkan dengan total asset pada bulan September 2010 ini menunjukkan
angka 93,74 % yang berarti dalam setiap RP. 1 Asset di biayai oleh Rp. 0,93 hutang. Dengan
angka tersebut menunjukkan bahwa untuk semua mendanai asset, 93,74%
menggantungkan pada hutang.
Debt to Equity Ratio 1,496,68 % di bulan September 2010 porsi hutang cukup besar
yakni sebesar 1,496,68 % dibandingkan dengan porsi modal dalam struktur modal nya. Hal
ini menunjukkan komposisi hutang yang lebih besar dari pada modal nya, sehingga
aktivitas usaha Ybs lebih banyak didanai dengan hutang.
ROA (Return On Assets)4,63 % di bulan September 2010, menunjukkan bahwa atas
setiap RP. 1,- dana yang diinvestasikan dapat menghasilkan laba sebesar Rp.0,0463 atau
4,63 %.
ROE (Return On Equity) 73,85 % di bulan September 2010, menunjukkan bahwa atas
setiap Rp. 1,- yang diinvestasikan dengan modal sendiri dapat menghasilkan laba atau
keuntungan sebesar RP. 0,73 atau 73,85 %.
NPM (Net Profit Margin) sebesar 5,54 % di bulan September 2010, menunjukkan
bahwa setiap Rp. 1,- penjualan bersih yang dilakukan, perusahaan memperoleh laba bersih
sebesar RP. 0,0554 atau 5,54 %.
Kondisi Usaha Pada Saat ini dan Permasalahan Yang Dihadapi Oleh Debitur
Aspek usaha :
Sejak awal berdirinya dalam tahun 2008, PT. XYZ merupakan perusahaan yang
disiapkan untuk menangani pengadaan tetes tebu kepada PT. Miwon Indonesia dan PT.
Etanol namun dalam perjalanannya juga dilibatkan dalam penjualan tetes tebu kepada PT.
Sasa Inti yang selama ini selalu dihandle oleh PT. Z penjualan kepada PT. Sasa Inti yang
merupakan perusahaan industry bumbu masak / vistin dan apabila ada tetes tebu yang
tidak lolos uji kualitas di PT. Sasa Inti atau PT. Miwon Indonesia maka PT. XYZ akan
menjualnya ke PT. Molindo, PT. Indo Acida Tama dan PT. Utama Jaya.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
16
Sehubungan dengan kerjasama yang telah dilakukan dengan PT. Sasa Inti maupun
PT. Miwon Indonesia dalam hal pengadaan tetes tebu dimana untuk kebutuhan di tahun
2010 PT. Z dan PT. XYZ telah mendapatkan order dari PT. Sasa Inti untuk pengadaan tetes
tebu -/+ sebesar 85.000 ton atau senilai -/+ Rp 154.050.000.000,- maka untuk mendukung
kelancaran pengangkutan tetes tebu dari Pabrik Gula ke PT. Sasa Inti dan PT. Miwon
Indonesia dibutuhkan armada angkutan berupa Truck Tangki.
Adanya penawaran dari PT. Sasa Inti untuk pengangkutan limbah MSG
dipergunakan sebagai pupuk cair untuk perkebunan tebu. Sehingga hal ini menjadi peluang
bisnis untuk devisi pengangkutan dimana Truck Tangki yang mengangkut tetes tebu dari
poabrik gula ke pabrik PT.Sasa Inti pada saat kembali akan dimanfaatkan untuk
mengangkut limbah cair MSG ( pupuk cair ) yang dikirim ke APTR-APTR atau Pabrik Gula
yang membutuhkan.
Selama ini untuk pengangkutan tetes tebu, PT. XYZ maupun PT. Z bekerja sama
dengan PT. Rajawali yang mempunyai armada Truck Tangki sebanyak -/+ 150 unit dan
karena hubungan yang sudah baik, maka Truck Tangki yang akan dibeli nantinya akan
dititipkan atau dibawah pengawasan PT. Rajawali.
Aspek Kebutuhan Dana
Sehubungan dengan adanya pembelian 5 unit Truck Tangki Tronton merk Hino
Rangger maka perhitungan kebutuhan dananya adalah sbb :
H. Truck Tronton + BBN @ Rp 543.000.000 x 5 unit = Rp 2.715.000.000
H. Tangki kapasitas 35 ton @ Rp 70.000.000 x 5 unit = Rp 350.000.000
Total Investasi
= Rp 3.065.000.000
Uang Muka 20% dari Total Investasi ( dana sendiri ) =Rp 613.000.000
Dana yg dibiayai bank
(80% )
= Rp 2.452.000.000
Aspek PengembalianKredit
Pengembalian kredit berasal dari hasil operasional Truck Tangki yang digunakan
untuk menunjang pengangkutan tetes tebu dari Pabrik Gula ke pabrik PT. Sasa Inti di
Gending Kab.Pasuruan atau mengangkut pupuk cair yang merupakan limbah MSG dari
Pabrik PT. Sasa Inti ke Pabrik Gula.
Asumsi yg digunakan dalam perhitungan pendapatanm angkutan Truck Tangki adalah sbb :
Pendapatan ongkos angkut = Rp 70,- per kg
Kapasitas angkut
= Rp 35 ton per sekalim angkut
Biaya – biaya
= 40% dari total pendapatan untuk tahun ke 1
= 45% dari total pendapatan untuk tahun ke 2
= 50% dari total pendapatan untuk tahun ke 3
Hari kerja
= 15 kali dalam 1 bulan
Perhitungan pendapatan dan biaya setiap bulan untuk 5 unit Trucknya:
Pendapatan
: Rp 70 x 35.000 Kg x 15 x 5 unit
= Rp 183.750.000,Biaya- biaya
: Rp 183.750.000 x 40%
= Rp 73.500.000,Pendapatan bersih per bulan untuk 5 unit truck
= Rp 110.250.000,Kewajiban angsuran setiap bulannya untuk 5 unit truck= Rp 82.617.570,Pendapatan bersih perbulan setelah dikurangiangsuran = Rp 27.632.430,Berdasarkan proyeksi cash flow, maka prediksi keuntungan ( setelah dikurangi angsuran
bank ) yang akan diperoleh Ybs adalah sbb :
Tahun ke 1 sebesar
= Rp 331.589.160,Tahun ke 2 sebesar
= Rp 221.339.160,Tahun ke 3 sebesar
= Rp 111.089.1
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
17
Aspek Agunan
Agunan yang diserahkan oleh PT. XYZ adalah sbb :
5 ( lima ) unit Truck Tangki Trinton merk HINO Rangger type FL 235 tahun 2010
Harga Truck
Rp 507.500.000 x 5 unit
= Rp 2.537.500.000,BBM
Rp 35.000.000 x 5 unit
= Rp 177.500.000,Harga Tangki
Rp 70.000.000 x 5 unit
= Rp 350.000.000,= Rp 3.065.000.000,Ratio Jaminan adalah 125%
Aspek Analisa Resiko
Resiko yang mungkin timbul berkaitan dengan pembiayaan ini adalah ketidak
lancaran/ ketidak mampuan debitur dalam memenuhi kewajiban bunga maupun
pembayaran pokok pinjaman, namun kemungkinan reiko tersebut dapat dielimir dengan
beberapa hal sbb : (1) PT. XYZ adalah merupakan sosok pengusaha tetes yang cukup
berpengalaman, karena Ybs dibesarkan dikeluarga yang berkecimpung dengan bisnis gula
dan tepung. (2) PT. XYZ adalah merupakan sister company dari PT. Z yang sejak tahun 2007
telah bermitra sengan Bank Bukopin ddan selama ini performancenya sangat baik. (3)
Komoditi yang dijual adalah berupa tetes tebu dengan pembeli adalah perusahaan yang
cukup besar, yakni PT. Sasa Inti dan PT. Miwon. (4) Truck Tangki yang dibeli akan
digunakan untuk mendukuing usaha perdagangan tetes tebu yang saat ini sudah ada
kerjasama dengan PT. sasa Inti dan PT. Miwon Indonesia sehingga merupakan captive
market. (5) Jaminan berupa 5 ( lima ) unit Truck Tangki Tronton senilai Rp 3.065.000,- cukup
mengcover hutang sebesar Rp 2.452.000.000,- (6) Jaminan Truck Tangki Tronton merk Hino
Rangger FL235 relatif mudah dijual.Akan diupayakan adanya personal guaranti dari Direksi
dan Komisaris PT. XYZ
Aspek Manfaat
Manfaat Bagi Debitur
Dengan pemberian fasilitas kredit tersebut oleh Bank Bukopin kepada Ybs, maka Ybs
dapat merealisasikan rencananya untuk melakukan pembelian 5 unit Truck Tangki Tronton
sebagai alat transportasi sehingga dapat lebih menunjang usaha penjualan tetes tebu baik
kepada PT. Sasa Inti maupun kepada PT. Miwon dan pada akhirnya diharapkan Ybs akan
memperoleh keuntungan dari kegiatan tersebut.
Bagi Bank Bukopin
Dengan diberikannya fasilitas kredit tersebut manfaat bagi Bank Bukopin adalah sbb
: (1) Adanya pendapatan berupa bunga , provisi & administrasi bagi Bank Bukopin, (2)
Dapat meningkatkan asset bank Bukopin, khususnya Cabang Surabaya. (3) Adanya mutasi
keuangan yang sangat aktif dimana dalam 3 ( tiga ) bulan terakhir ( Juli 2010 s/d September
2010 ) rata-rata mutasi hariannya mencapai Rp 1.061.180.690,- kondisi ini merupakan sumber
Funding yang potensi bagi Cabang.
Kesimpulan Analisis 5C
Character (Watak)
(a) PT. XYZ adalah merupakan subjek hukum yang sah dan berwenang melakukan
perbuatan hukum, sesuai hasil analisa yuridis No. 2XX/XX-XXX/X/2010 tanggal 20-10-2010.
(b) Berdasarkan hasil investigasi serta hasil Bank Cheking, PT. XYZ belum pernah
mendapatkan fasilitas kredit bank manapun dan sejak tercatat nasabah Giran di Bank
Bukopin. (c) Selama berhubungan dengan Bank Bukopin, performance PT. XYZ dapat
terjaga dengan baik. (d) Direktur PT. XYZ merupakan figure pengusaha muda yang cukup
berpengalaman. Hal ini dapat dilihat dari trackrecord Ybs bersama dalam dengan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
18
perusahaan yang dikelolanya telah memiliki hubungan yang baik dengan beberapa
produsen tetes tebu, selain itu Ybs juga berasal dari keluarga pengusaha gula pasir, tepung
terigu yang telah lama berhubungan dengan Bank Bukopin.
Capacity (Kemampuan)
(a) Kondisi keuangan secara umum cukup baik, walaupun laba usaha sampai dengan
bulan September 2010 mengalami peningkatan dari sebesar Rp 91.491.623,- ditahun 2009 dan
sampai dengan bulan September 2010 mencapai sebesar Rp 879.542.699,- namun secara
persentase mengalami penurunan, hal ini disebabkan harga beli tetes tebu yang meningkat
sehingga Ybs menurunkan margin keuntungannya. (b) Mutasi rekening Koran cukup baik
dengan rata-rata saldo harian dalam 3 bulan terakhir sebesar -/+ Rp 1.061.180.690,-(c)
Sumber pengembalian atas fasilitas kredit tersebut sangat jelas yaitu dari hasil operasional
perusahaan.
Capital(Modal)
Modal awal disetor perusahaan adalah sebesar Rp 220 juta, namun selama ini untuk
membiayai usaha perdagangan tetes tebu yang mulai menunjukan peningkatan, Ybs selain
menggunakan dana sendiri juga dibantu pihak ke 3 ( keluarga ) , sehingga untuk pembelian
5 unit seharga Rp 3.065.000.000,- Ybs menyiapkan dana sendiri sebagai uang muka Rp
613.000.000,- atau 20% dari harga Truck Tangki
Collateral (Jaminan)
Jaminan berupa 5 unit Truck Tangki Tronton Merk Hino Rangger FL 235 seharga Rp
3.065.000.000,- relative mempunyai nilai jual yang stabil kerena tingkat populasi untuk merk
Hino cukup banyak
Adanya Personal guanranti dari Direksi dan Komisaris PT. XYZ.
Condition of Economy (Kondisi Ekonomi)
Tetes tebu merupakan bahan baku dari industry bumbu masak vistin, etanol/alcohol,
dan pakan ternak yang kebutuhannya relative cukup besar , selain itu sejak tahun 2004 s/d
2009 produksi gula di Indoneia meningkat secara otomatis ikut meningkat.
Latar Belakang dan Legalitas PT. ABC
PT. ABC adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan besar gula
pasir dan bahan pokok lainnya di Surabaya. Perusahaan ini membutuhkan tambahan modal
sebesar Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) untuk mengembangkan usahanya, karena hal
tersebut PT. ABC mengajukan permohonan kredit pada PT. Bank BUKOPIN Tbk, dengan
jumlah yang sesuai dengan modal kerja yang diperlukan.
KONDISI DEBITUR SAAT INI
Aspek Usaha:
Sejak awal berdirinya, perusahaan ini berangkat dari perdagangan hasil bumi yang
dijual keseluruh wilayah Jawa maupun luar Jawa. Dengan semakin banyaknya realisasi
bisnis yang dimiliki, maka PT. ABC kemudian mengembangkan bisinisnya sebagai
distributor minyak goreng.
Pada tahun 1995, perusahaan ini bisnisnya banyak berkembang dibidang
perdagangan gusir, yang pada akhirnya membuat perusahaan ini terdaftar sebagai rekan
lelang PTPN X dan XI sejak tahun 2000.
Dalam penjualan hasil bumi dan minyak goreng. Omzet yang dapat diraih oleh
perusahaan ini sekitar 45% dari total omzet dengan profit bersih anatar 3% s/d 5%
sedangkan omzet penjualan gusir ( terutama saat musim gusir lokal ) dapat mencapai
sebesar di atas 50% dari total omset yang diraih dengan jumlah antara 1.000 hingga 3.000 ton
dalam sebulan ( terutama saaat ramainya perdagangan gusir). Dari kondisi diatas Nampak,
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
19
bahwa meskipun gusir adalah barang yang lebih baru diantara barang dagangan yang lain,
namum omzetnya tertinggi diantara yang lain.
Aspek Pemasaran PT. ABC:
Bisnis Perdagangan :
Pola pemasaran yang diterapkan oleh PT. ABC adalah sebagai supplier
bagipedagang gusir level 2 dan 3, dimana wilayah pemasartan gusirnya saat ini meliputi
sebagian besar Jatim dan daerah di Jawa lainnya,Sumatra,Kalimantan, dan Sulawesi. Dalam
hal pemasaran gusir, perusahaan ini hampir tidak memenuhi masalah mengingat barang
tersebut merupakan salah satu kebutuhan pokok, sehingga seringkali permasalahan bukan
bagaimana menjual gusir tersebut, melainkan seberapa besar stok yang bisa disediakan
untuk dijual.Pola pembelian gusir dari pedagang D-1 ini secara umum harus dilakukan
secara tunai, namun ada beberapa supplier yang memberi kelonggaran pembayaran hingga
1 minggu. Namun kepada pada pelanggannya, Ybs sebagain besar dibayar mundur hingga
2 minggu terutama kepada para pelanggan dengan volume beli yang cukup besar( di atas
200 ton per bulan) dan sudah menjadi pelanggan tetap.
Untuk mempermudah distribusi barang dagangannya PT. ABC saat ini memiliki 24
truk besar, 4 truk kecil dan 3 mobil operasional.
Bisnis Perumahan
Dalam perkembangannya, pada tahun 2005, perusahaan ini mengembangkan
bisinisnya dalam bidang real estate. Pengembangan bisnis ini didasari pada kondisi dimana
PT. ABC banyak memiliki asset tanah didaerah yang saat ini menjadi daerah yang strategis (
kawasan Surabaya Barat ). Didukung adanya pengalaman Ybs dalam bidang pembangunan
perumahan sebelumnya. Dalam bidang real estate ini Ybs membuat perumahan dengan
nama The WEestern Regency dengan luas lahan 5 Ha dan saat ini sudah terjual sekitar 50
Unit.Sekilas mengenai bisnis property ini, bahwa perumahan milik PT. ABC dibangun
didaerah yang saat ini tumbuh dan berkembang di Surabaya Barat. Hal ini dikarenakan saat
ini Pemkot Surabaya sedang merencanakan pembangunan GOR 10 NOPEMBER yang akan
direlokasi ke tempat ini dan menjadi Sport Center. Disamping itu daerah ini juga berdiri
beberapa komplek perumahan elite, termasuk komplek Bukit PALMA milik P.Citraland.
Untuk dapat cepat dalam melakukan penjualan unit rumahnya, maka PT. ABC aktif
dalam mengikuti pameran perumahan yang ada di Surabaya maupun tempat lainnya.
Secara bisnis ,agar devisa perumahan ini dapat berjalan sesuai yang diharapkan, maka
pemilik menyewa beberapa tenaga ahli dalam desain, finance dan pemasaran. Saat ini Ybs
sudah merencanakan realisasi penjualannya melalui KPR bank BNI sebanyak 40 unit rumah
dengan nilai sekitar 6,7 Milyard.
Hubungan Perbankan :
Berdasarkan hasil bank Cheking yang yang dilakukan oleh Bank BUKOPIN No 5XX/
ID-XX tanggal 26 September 2006, dapat kami sampaikan bahwa PT. ABC tidak tercatat
sebagai debitur Bank Manapun.Namun dari investigasi kami dilapangan.Dapat kami
sampaikan bahwa saat ini PT. ABC memiliki pinjaman dibeberapa Bank. Yaitu: (a) Di Bank
BNI ( Surabaya ) dengan plafond sebesar 7 milyard dalam bentuk PRK ( Rp O/S per akhir
Agustus 2006 sebesar Rp 3,6 Milyard ) dan plafond sebesar 3 Milyard dalam bentuk PRK (
O/S per akhir Agustus 2006 sebesar 1,8 Milyard. (b) Di Bank BRI plafond sebesar 1,8 Milyard
untuk modal kerja perdagangan . sedangkan untuk mutasi bisnisnya Ybs menggunakan
beberapa bank, seperti BCA, Danamon dan BNI.
Permasalahan yang dihadapi
Selama ini PT. ABC menjadi debitur Bank BNI, dengan plafond yang didapatkan
sebesar Rp 10 milyar untuk modal kerja perdagangan sembakonya. Sejak dikembangkannya
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
20
usaha real estate pada tahun 2005, pihak BNI akhirnya membagi plafond kredit tersebut
nenjadi 7 Milyar untuk real estate dan sisanya tetap untuk perdagangan sembako.Atas
kondisi ini Ybs saat ini merasa kesulitan dengan modal kerja perdaganganya mengingat
bisnis yang semula di dukung dengan kredit Rp 10 Milyar, saat ini hanya Rp 3
Milyar.Berkaitan dengan hal tersebut, Ybs bermaksud untuk mengajukan kredir modal kerja
perdagangan sembakonya sebesar 5 Milyar kepada Bank Bukopin, mengingat usaha ini
adalah usaha inti yang kondisinya semakin berkembang.
Terkait dengan sumber pengembalian dari kredit kontruksi yang Rp 7 Milyar diatas
dapat kami sampaikan bahwa dengan adanya rencana realisasi penjualan rumah sebanyak
40 unit di Bank BNI, maka diperkirakan pinjaman tersebut juga akan lunas, sehingga dana
yang akan diterima dari Bank Bukopin, posisinya lebih dari kemungkinan digunakannya
dana kredit tersebut untuk pembayarann kewajiban BNI.
Analisa Likuiditas
Dari data keuangan yang disampaikan diatas, nampak bahwa current Ratio mengalami
penurunan dari 181% pada Desember 2005 menjadi 160% pada Juni 2006. penurunan ini
dikarenakan adanya penurunan aktiva lancar pada Juni 2006. Namun secara keseluruhan
perusahaan ini masih cukup likuid dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Analisa Solvabilitas.
Dari ratio antara Total hutang dengan asset maupun modal, menunjukkan adanya
pergerakan yang relatif stabil antara tahun 2005 dengan posisi Juni 2006. Yang menunjukkan
bahwa perusahaan ini relatif stabil dalam menggunakan hutang untuk operasionalnya.
Analisa Profitabilitas.
Net Profit Margin sebesar 1,09 % di tahun 2005 dan sedikit meningkat menjadi 1,77 % pada
Juni tahun 2006, yang menunjukkan bahwa perusahaan ini dapat melakukan efisiensi biaya
operasional perusahaan.
Aspek Kebutuhan Kredit
Dalam mengetahui kebutuhan kredit Ybs, maka Bukopin melakukan
pendekatanlaporan keuangan Ybs, mengingat bisnisnya dalam bidang perdagangan.
Dalamperhitungan ini kami asumsikan bahwa bisnis Ybs akan mengalami peningkatan
omset sebesar 10% dan atas asumsi ini Ybs membutuhkan dana kredit modal kerja tambahan
sebesar Rp. 6,3 milyar dan akan di penuhi oleh Bank Bukopin sebesar Rp. 3,25 milyar atas
pertimbangan bank tehnis.
Rencana Pembiayaan Dan Proyeksi Pengembalian Kredit
Rencana Pembiayaan:
Terhadap pengajuan calon debitur, maka staff Bukopin bermaksud untuk
merekomendir permohonan Ybs dengan syarat dan ketentuan bahwa Fasilitas kredit ini
diberikan untuk mendukung modal kerja khusus perdagangan sembako yang dilakukan
oleh PT. ABC, dengan plafond sebesar Rp. 3,5 milyar dan ratio kredit terhadap jaminan
sebesar 121% (kurang dari ketentuan minimal 125%). Kondisi ini kami ajukan dengan
pertimbangan ;Upaya ini dalam rangka untuk menarik prembiayaan kepada pedagang
Gusir (D-2)yang saat ini menjadi target market Bank Bukopin Surabaya.Jaminan Ybs terletak
di kawasan strategis yang memiliki potensi untuk berkembang, sehingga harganya akan
cepat meningkat.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
21
AGUNAN
Agunan yang diserahkan kepada Bank Bukopin untuk memback up fasilitas kredit
Ybs.adalah berupa sebidang tanah sesuai bukti pemilikan berupa SHGB No. 4735 terletak di
JI. Raya Benowo Kota Surabaya, Surat ukur No. 3338/ Babat Jerawat/ 2005, seluas 11.267
M2, atas nama PT. ABC.
Nilai pasar CI Bank Bukopin (Tgl./ 19 Sept 2006) Rp. 5.633.500.000,
Nilai Likuidasi (75%)
Rp. 4.225.000.000,
Ratio terhadap kredit
121%
ANALISA RESIKO
Resiko-resiko yang mungkin timbul berkaitan dengan pembiayaan ini serta
tindakanantisipasi terhadap resiko tersebut , adalah sebagai berikut :Dana kredit tidak
dipergunakan untuk modal kerja perdagangan.Terhadap kemungkinan resiko ini, maka
akan dipersyaratkan bahwa mutasi keuangan Ybs, minimal 50% dari total mutasi
keuangannya harus disalurkan melalui Bank Bukopin, adanya kemungkinan Ybs gagal
dalam menjalankan usaha perdagangannya, sehingga tidak mampu memenuhi
kewajibannya kepada bank Bukopin.Terhadap kemungkinan resiko ini, maka dapat kami
sampaikan bahwa Ybs menekuni usaha ini sejak tahun 1989 dan hingga saat ini
menunjukkan perkembangan yang positif.Disamping itu dari personal checking yang kami
lakukan terhadap beberapaRekaman Ybs dalam bidang perdagangan gusir (seperti PT.
Berlian Penta, PT. Citra Gemini Mulia dan PT. Kedung Agung) terdapat informasi yang
positif atas performance Ybs selama ini, adanya kemungkinan resiko dimana terjadi hal-hal
yang diluar prediksi Bank yang berdampak pada ketidakmampuan Ybs dalam memenuhi
kewajiban.Terhadap kemungkinan resiko ini backup oleh agunan kredit berupa fixed aset
milik Ybs yang cukup mengcover dan terletak dikawasan yang strategis dan berkembang.
ASPEK MANFAAT
Dengan diberikannya fasilitas kredit tersebut manfaat bagi BANK BUKOPIN adalah
sebagai berikut :Adanya keuntungan yang baik bagi Bank Bukopin berupa provisi,
administrasi dan bunga kredit, adanya kemungkinan bagiBank Bukopin untuk mentake
over fasilitas Ybs di Banklain yang selama ini dalam kondisi lancar dan Ybs adalah nasabah
yang banyakdijadikan target market bagi perbankan di Surabaya, untuk dapat mencapai
target KYD cabang Surabaya, ybs. merupakan pedagang gusir D-2 dan dengan adanya
pembiayaan ini, makadiharapkan akan menambah jumlah debitur Gusir D-2 yang saat ini
menjadi targetbisnis UKM Cabang Surabaya.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Secara Legalitas, Calon debitur adalah subyek hukum yang syah dalam melakukan
tindakan hukum.PT. ABC adalah pedagang gusir yang memiliki jaringan pemasaran
yangcukup luas baik di Jawa Timur maupun di beberapa daerah di luar Jawa Timur dan
memiliki pengalaman yang cukup dalam menekuni bisnis yang akan dibiayai.Barang
dagangan yang dijual adalah bahan kebutuhan pokok masyarakat, sehinggadari sisi
pemasarannyaYbs
tidak
akan
kesulitan
dalam
memasarkan
barangdagangannya.Berdasarkan informasi dari beberapa rekanan bisnisnya, Ybs selama ini
dikenal sebagai sosok pengusaha yang memiliki performance yang cukup baik.Jaminan
yang diberikan untuk memback up fasilitas kredit ini adalah fixed aset yang terletak
dikawasan yang strategis dan berkembang serta memiliki nilai yang cukup untuk
mengcover kreditnya dengan ratio minimal sebesar 120 %.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
22
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan pembahasan analisis dan pembahasan dari penelitian yang telah
dilaksanakan mengenai analisa manajemen dalam penyaluran kredit pada PT. Bank
BUKOPIN Tbk, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Tujuan bank
melaksanakan pemberian kredit adalah sebagai salah satu sumber utama pendapatan bank
dan membantu meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat dengan menyediakan bantuan
kredit untuk mengatasi masalah permodalan agar suatu usaha dapat berjalan dengan lancar
sehingga dapat mempekerjakan karyawan lebih banyak dan mampu mensejahterakan
masyarakat; (2) PT. Bank BUKOPIN Tbk, mempunyai harapan agar setiap kredit yang
diberikan dapat dilunasi oleh debitur dengan lancar dan tepat waktu baik angsuran pokok
maupun bunganya, sehingga dalam pemberian kredit harus menerapkan prinsip kehatihatian; (3) Pelaksanaan kebijakan kredit pada PT. Bank BUKOPIN Tbk, Cabang Utama
Surabaya sudah baik dan sudah sesuai dengan teori-teori yang ada karena telah menerapkan
prinsip 5 C dan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit pada calon debitur; (4)
Berdasarkan analisis dan pembahasan pada PT. XYZ dan PT. ABC menunjukkan bahwa
pelaksanaan analisis keuangan dan non keuangan dalam pemberian kredit pada PT. Bank
BUKOPIN Tbk, Cabang Utama Surabaya mempunyai peranan yang sama penting untuk
mengurangi kredit macet yang tidak diinginkan.
Saran
Setelah melakukan penelitian, pembahasan dan merumuskan kesimpulan dari hasil
penelitian, maka penulis memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian
yang telah dilakukan untuk dijadikan masukan dan bahan pertimbangan yang berguna bagi
pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain sebagai berikut: (1) PT. Bank BUKOPIN Tbk,
Kantor Cabang Utama di Surabaya dapat mempertahankan pelaksanaan kebijakan
pemberian kredit yang saat ini sudah efektif, sehingga tingkat kredit bermasalah tetap
berada pada persentase yang sesuai dengan ketetapan Bank Indonesia; (2) SDM (Sumber
Daya Manusia) merupakan aspek yang paling penting, sehingga untuk menjaga agar kinerja
karyawan tetap efektif dan memiliki pengetahuan yang luas maka di perlukan pengenalan
produk, motivasi untuk bekerja lebih giat lagi dan pelatihan-pelatihan karyawan secara rutin
harus tetap dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Z. 2008. Intermediate Accounting. Edisi Kedelapan. Cetakan Kedua.BPFE UGM.
Yogyakarta.
Hanafi, M dan A. Halim. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Edisi ketiga.Cetakan pertama.
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen. YKPN. Yogyakarta.
Kasmir, 2001. Dasar-dasar Perkreditan. Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta.
Moleong, L J. 2004. Metodologi penelitian Kualitatif. Edisi Revisi.Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Muljono, 1993. Manajemen perkreditan. BPFE. Yogyakarta.
Rachmadi, U. 2008. Hukum Jaminan Keperdataan. Sinar Grafika. Jakarta.
Taswan, 2010. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. UPP STIM YKPN.Yogyakarta.
Undang-undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 2009. Perbankan.
www.bi.go.id
●●●
Download