Laporan Bulanan - Badan Kebijakan Fiskal

advertisement
DAN
Minggu I / Oktober / 2016
http://www.fiskal.kemenkeu.go.id
“Perekonomian global dan nasional mulai menunjukkan perkembangan positif”
Indikator
7 Okt ‘16
WoW
Perubahan (%)
YoY
Ytd
T1 ----- Nilai Tukar/USD -----
Sumber Data : Bloomberg,Reuters,CNBC,The Street,Investing,WSJ,CNN Money,Channel News Asia,BBC,New York Times,BPS,Kontan, Kompas,Media
Indonesia,Tempo,Antara News,Bisnis Indonesia,Vibiz news.
Perekonomian negara maju
Rilis data dari the Institute of Supply Management (ISM)
menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur AS pada bulan September
mengalami ekspansi setelah pada bulan sebelumnya terkontraksi.
Data tersebut juga menunjukan bahwa aktivitas sektor jasa AS
selama bulan tersebut mengalami rebound ke level tertinggi dalam
setahun terakhir. Sementra itu, walaupun jumlah lapangan kerja baru
bertambah sebanyak 156.000, tingkat pengangguran mengalami
kenaikan akibat bertambahnya para pencari kerja baru. Dari sektor
perdagangan, defisit neraca perdagangan melebar seiring dengan
capaian ekspor yang di bawah ekspektasi.
Markit manufacturing PMI dan Services PMI kawasan Eropa pada
bulan September mengalami kenaikan yang mengindikasikan masih
berlanjutnya ekspansi pada kedua sektor tersebut. Sementara itu,
Composite PMI tercatat lebih rendah dibandingkan dengan bulan
sebelumnya meskipun masih berada di zona ekspansi. Di sisi lain,
penjualan ritel pada bulan Agustus mengalami penurunan terutama
didorong oleh penurunan penjualan bahan pangan.
Ekonomi UK mulai menunjukan pemulihan setelah sempat
mengalami shock akibat Brexit. Hal ini ditunjukkan oleh data indeks
manufaktur, jasa, dan konstruksi pada bulan September yang
mengindikasikan adanya ekspansi pada ketiga sektor tersebut. Pada
bulan sebelumnya, produksi industri mengalami penurunan terutama
disebabkan oleh penurunan produksi minyak dan gas bumi.
Sementara itu, defisit neraca perdagangan di bulan September
semakin melebar seiring dengan depresiasi poundsterling yang
masih berlanjut.
Euro
Yen
GBP
Real
Rubel
Rupiah
Rupee
Yuan
KRW
SGD
Ringgit
Baht
Peso
1,1201
103,5
1,5208
0,2646
0,01548
12989
66,5075
6,6718
1.113,47
1,3698
4,1432
34,829
46,926
0,30
0,41
1,96
(1,50)
1,46
0,41
(0,11)
0,00
(1,32)
(0,74)
(0,45)
(0,87)
(0,45)
0,59
7,39
1,75
17,00
21,18
1,59
(0,10)
(2,76)
2,83
(1,57)
(6,39
0,54
(5,61)
(3,18)
14,57)
(2,50)
28,24
(5,74)
6,08
(0,82)
(2,74)
4,85
2,76
3,17
3,20
(6,96)
1,46
3,16
(3,32)
1,95
18,28
1,26
4,77
10,21
11,96
1,97
(0,86)
(2,87)
6,79
4,53
4,68
5,37
(11,42)
4,72
39,33
12,41
(14,59)
17,07
8,84
(15,10)
(0,26)
(1,60)
16,79
9,01
T2 ---- Pasar Modal ---DJIA
S&P500
Nikkei
KOSPI
Brazil IBX
MICEX
SENSEX
JCI
Hangseng
Shanghai
STI
FBMKLCI
SET
PCOMP
18.240,49
2.153,74
16.860,09
2.053,8
25.265,92
1.980,02
22.343,45
5.377,149
23.851,82
3.004,703
2.875,24
1.665,38
1.504,34
7.578,29
(0,37)
(0,67)
2,49
0,50
4,51
0,10
(0,92)
0,23
2,38
0,00
0,20
0,78
1,42
(0,67)
T3 ---- Surat Berharga Negara ---Yield FR56
Kep, Asing*
7,07
39,11
6 bps
4 bps
N/A (165 bps)
144 bps (90 bps)
T4 ---- Komoditas ---Oil
CPO
Gold
Coal
Nickel
51,93
2.650,00
1.257,08
49,81
10,200
3,47
(4,50)
(4,47)
3,25
(3,55)
12,38
0,57
1,54
16,82
11,72
16,96
10,51
18,47
34,48
15,65
T5 ---- Rilis Data ----Mnaufactur
PMI
Suku Bunga
AS
Sep : 51,5
Agt : 49,4
Inggris
Jerman
Australia
India
Australia
Sep : 55,4
Sep : 54,3
Okt : 1,5
Okt : 6,25
Agt : 0,4
Agt : 53,3
Agt : 54,3
Sep : 1,5
Okt : 6,50
Jul : 0,0
Di tengah apresiasi yen, hasil survei Tankan yang dilakukan oleh
Penjualan
Bank of Japan (BoJ) menunjukkan bahwa sentimen bisnis pada sektor
Ritel
manufaktur di Jepang pada Q3-2016 relatif stabil, meskipun lebih
Service PMI
Inggris
Sep : 52,6
Agt : 52,9
rendah dari perkiraan. Di sisi lain, sentimen bisnis pada sektor jasa
*) Data kepemilikan asing per (6 Oktober 2016)
mengalami penurunan, sementara aktivitas sektor manufaktur
Jepang pada bulan September mengalami ekspansi, seperti yang tercermin dari rilis data Nikkei Manufacturing PMI yang
menunjukkan kenaikan. Kenaikan tersebut sejalan dengan meningkatnya permintaan ekspor Jepang untuk pertama kalinya
dalam delapan bulan terakhir.
Perekonomian negara berkembang
Aktivitas sektor jasa perusahaan skala kecil dan menengah di Tiongkok kembali mengalami ekspansi, meskipun Caixin
Services PMI bulan September mengalami penurunan. Perekonomian yang mulai membaik dengan data-data ekonomi
yang stabil tersebut sejalan dengan asumsi para analis bahwa bank sentral Tiongkok tidak akan memberikan stimulus
moneter lanjutan, setidaknya hingga akhir tahun ini.
Pengarah: Kepala Badan Kebijakan Fiskal
Penanggung Jawab: Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan
Penyusun: Syaifullah, Ronald Yusuf, Munafsin Al Arif, Alfan Mansur, Priska Amalia, Nurul Fatimah
Didukung oleh Pusat Kebijakan Ekonomi Makro
Dokumen ini disusun hanya sebatas sebagai informasi. Semua hal yang relevan telah dipertimbangkan untuk memastikan informasi ini benar, tetapi tidak ada
jaminan bahwa informasi tersebut akurat dan lengkap serta tidak ada kewajiban yang timbul terhadap kerugian yang terjadi atas tindakan yang dilakukan dengan
mendasarkan pada laporan ini. Hak cipta Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan.
Aktivitas manufaktur dan jasa di India kembali mengalami ekspansi, walaupun Markit Manufacturing PMI dan Services PMI
pada bulan September 2016 tercatat lebih rendah dari bulan sebelumnya. Pelemahan kedua sektor tersebut disebabkan oleh
rendahnya pertumbuhan bisnis baru, meskipun terjadi kenaikan permintaan dari dalam maupun luar negeri. Sementara itu,
dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi negara tersebut, bank sentral India memangkas suku bunga acuannya
sebanyak 25 bps menjadi 6 persen di tengah rendahnya tingkat inflasi.
Surplus neraca perdagangan Brazil mengalami kenaikan pada bulan September 2016, didorong oleh peningkatan ekspor ke
level tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Rilis data lainnya menunjukkan bahwa inflasi Brazil pada bulan September
tercatat lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya. Sementara itu, produksi sektor industri turun ke level
terendah dalam 4,5 tahun terakhir terutama didorong oleh penurunan pada produksi manufaktur.
Perekonomian nasional
Inflasi pada bulan September tercatat sebesar 0,22 persen mom dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) berada pada level
125,41. Secara ytd, inflasi tercatat sebesar 1,97 persen, sementara secara yoy inflasi tercatat sebesar 3,07 persen. Inflasi pada
bulan September bersumber dari inflasi pada komponen administered price (AP) yang dipengaruhi oleh kenaikan harga rokok
kretek filter, tarif listrik, rokok kretek, rokok putih, dan tarif air minum PAM. Sementara itu, inflasi komponen inti tercatat
sebesar 0,33 persen mom sejalan dengan masih terbatasnya permintaan domestik, terkendalinya ekspektasi inflasi, dan relatif
stabilnya nilai tukar rupiah.
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2016 tercatat sebesar USD115,7 miliar, lebih tinggi dari bulan
sebelumnya yang sebesar USD113,5 miliar. Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh penerimaan cadangan devisa,
antara lain berasal dari penerimaan pajak dan devisa migas, penarikan pinjaman luar negeri Pemerintah, dan hasil lelang Surat
Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas yang melampaui kebutuhan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan
SBBI valas jatuh tempo.
Survei konsumen Bank Indonesia mengindikasikan bahwa konsumen masih optimis terhadap kondisi perekonomian Indonesia,
meskipun Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) mengalami penurunan. IKK pada bulan September 2016 berada pada level 110,0,
turun jika dibandingkan dengan IKK bulan sebelumnya yang sebesar 113,3.
Perkembangan komoditas global
Harga minyak mentah global pada akhir perdagangan pekan ini mengalami penguatan secara mingguan setelah cadangan
minyak mentah AS menurun. Harga batubara pada perdagangan akhir pekan ini juga mengalami penguatan mingguan.
Peningkatan harga komoditas tersebut diperkirakan juga didorong oleh penurunan produksi batubara di India. Di sisi lain,
harga emas, nikel dan CPO mengalami pelemahan mingguan.
Perkembangan sektor keuangan
Indeks global pada perdagangan akhir pekan ini mengalami pergerakan yang bervariasi di tengah laporan ekonomi dan
keuangan yang menunjukkan hasil bervariasi. Sejalan dengan pergerakan indeks global, nilai tukar mata uang global juga
bergerak bervariasi terhadap dolar AS.
Di pasar keuangan domestik, IHSG mengalami penguatan mingguan dimana pada penutupan pekan ini tercatat berada pada
level 5.377,149 atau menguat 0,23 persen secara mingguan. Dari sisi aktivitas perdagangan bursa, transaksi di BEI
membukukan rata-rata volume transaksi harian yang lebih rendah dibandingkan dengan pekan sebelumnya dengan transaksi
investor nonresiden yang mencatatkan net buy sebesar Rp33,90 triliun secara ytd, lebih rendah dibandingkan dengan posisi
pada pekan sebelumnya yang mencapai Rp34,45 triliun.
Nilai tukar rupiah mencatatkan penguatan mingguan dan ditutup pada level Rp12.989 per dolar AS. Penguatan rupiah sejalan
dengan penguatan mata uang global, kecuali Real Brazil, Rupee India, Won Korea, Dollar Singapura dan Ringgit Malaysia.
Tekanan terhadap nilai tukar rupiah berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat pada akhir pekan sebagaimana tercermin
dari spread antara nilai spot dan non deliverable forward 1 bulan.
Di pasar SUN, pergerakan yield SUN seri benchmark berfluktuasi sepanjang pekan dan pada akhir pekan pergerakan yield
secara umum meningkat secara mingguan. Yield SUN tercatat naik antara 1 s.d. 12 bps dengan kenaikan terbesar dialami oleh
seri FR00053 tenor 5 tahun. Berdasarkan data setelmen Bank Indonesia, per tanggal 6 Oktober 2016, kepemilikan nonresiden
atas SBN tercatat sebesar Rp684,98 T (39,11%), atau secara nominal naik Rp1,35 T dibandingkan dengan pekan sebelumnya
(30/09) yang mencapai Rp683,63 T (39,07%),
Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report
2
ISU UTAMA 1: Katalis Positif Membaiknya Daya Tahan Perekonomian Nasional

Inflasi pada bulan September tercatat sebesar 0,22% mom atau 3,07% secara yoy.

Secara kumulatif, inflasi sampai dengan bulan September 2016 mencapai 1,97%.

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar menjadi kelompok penyumbang kenaikan inflasi terbesar.

Konsumen masih optimis terhadap kondisi perekonomian Indonesia.
Inflasi bulan September
Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia pada bulan September 2016 mengalami kenaikan sebesar 0,22% dibandingkan
dengan bulan Agustus 2016 atau sebesar 3,07% dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu. Secara kumulatif, inflasi
Indonesia hingga September mencapai sebesar 1,97%. Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi terbesar berasal dari
kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar dengan andil sebesar 0,07% dan kenaikan indeks sebesar 0,29%.
Inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan yang terjadi pada tarif sewa rumah, tarif listrik, tarif kontrak rumah dan tarif air
minum PAM. Kelompok yang mengalami inflasi terbesar kedua yaitu Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
dengan andil sebesar 0,06% dan kenaikan indeks sebesar 0,34%. Inflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh
kenaikan harga rokok. Sementara itu, kelompok Bahan Makanan pada bulan September mengalami deflasi sebesar -0,07%.
Inflasi energi dan tantangan pengendalian inflasi
Harga minyak mentah yang masih bergerak di kisaran yang relatif rendah telah memberikan dampak positif bagi
perkembangan harga energi di Indonesia. Pada bulan September, harga energi masih mengalami deflasi sebesar 6% yoy.
Perkembangan harga minyak ke depan diperkirakan masih belum akan mengalami kenaikan secara signifikan, sehingga
diharapkan inflasi energi di Indonesia ke depannya tetap akan rendah.
Selain inflasi energi, hal lain yang perlu menjadi perhatian Pemerintah dalam mengendalikan inflasi adalah kelompok
volatile food. Datangnya musim penghujan dan fenomena la nina berpotensi untuk menjadi sumber risiko naiknya harga
bahan-bahan makanan. Oleh karena itu, upaya yang dapat ditempuh Pemerintah adalah dengan menjaga pasokan dan
distribusi barang, terutama untuk komoditas bahan makanan pokok.
Survei konsumen bulan September
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia, tingkat keyakinan konsumen Indonesia pada bulan September
mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia berada pada level
110,0, sementara indeks pada bulan Agustus mencapai 113,3. Pelemahan tersebut disebabkan oleh penurunan yang terjadi
pada indeks pembentuknya, yaitu indeks ekspektasi konsumen yang turun dari 129,5 menjadi 124,0 dan indeks persepsi
konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini yang turun dari 97 menjadi 96. Meskipun demikian, nilai indeks yang masih
berada pada level di atas 100 tersebut menunjukkan bahwa konsumen masih memandang optimis kondisi perekonomian
Indonesia.
Peningkatan cadangan devisa bulan September
Katalis positif lainnya yang mendukung cukup baiknya daya tahan perekonomian nasional adalah meningkatnya cadangan
devisa. Posisi cadangan devisa pada akhir September 2016 tercatat sebesar USD115,7 miliar, lebih tinggi dibandingkan
dengan posisi akhir Agustus 2016 yang sebesar USD113,5 miliar, sekaligus merupakan level tertinggi sepanjang sembilan
bulan pertama tahun ini. Jumlah tersebut cukup untuk membiayai 8,9 bulan impor atau 8,5 bulan impor ditambah
pembayaran utang luar negeri pemerintah. Tren peningkatan cadangan devisa dipengaruhi oleh meningkatnya arus modal
masuk yang cukup besar hingga September 2016. Program amnesti pajak yang sejauh ini sudah mencatatkan besaran dana
repatriasi sebesar Rp137T tentunya akan meningkatkan suplai valas ke dalam negeri, sehingga akan memberikan dampak
positif bagi penguatan rupiah dan peningkatan jumlah cadangan devisa lebih lanjut.
Rendahnya tekanan harga di dalam negeri, optimisnya konsumen, dan cukup baiknya ketahanan sektor eksternal tentunya
akan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkesinambungan. Rendahnya inflasi juga akan
membuka ruang pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut, meskipun masih terdapat risiko kenaikan suku bunga the Fed.
Berbagai katalis positif tersebut diharapkan akan membuat capaian pertumbuhan ekonomi pada tahun ini bisa di atas 5%.
Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report
3
ISU UTAMA 2: IMF - WB ANNUAL MEETING 2016

Pada tanggal 4-11 Oktober 2016 telah diselenggarakan rangkaian pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional dan
Bank Dunia (IMF-WB Annual Meeting) tahun 2016.

Menteri Keuangan RI untuk kedua kalinya melakukan tugasnya sebagai Chair Development Committee (DC).

Secara umum tema rangkaian pertemuan ini masih terkait dengan ketidakpastian perekonomian global dan upayaupaya untuk mencapai target pembangunan.

Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan antara lain agar meningkatkan sinergi kebijakan yang menguntungkan
bagi semua pihak untuk mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan.
Pertemuan IMF - WB
Dalam pertemuan ini, Menteri Keuangan RI untuk kedua kalinya melakukan tugasnya sebagai Chair Development
Committee (DC) untuk memimpin pertemuan para Gubernur (yang dijabat oleh para Menteri Keuangan dan Menteri
Pembangunan Ekonomi) dari 25 negara anggota dari masing-masing kelompok regional dan mengambil keputusan
mewakili keseluruhan 189 negara anggota WB dan IMF. Pada saat ini DC Chair dijabat oleh Sri Mulyani Indrawati, Menteri
Keuangan RI sampai dengan pertemuan tahunanWB/IMF tahun 2018 yang akan berlangsung di Bali, Indonesia.
Tema dan isu prioritas
Secara umum tema rangkaian pertemuan ini masih terkait dengan ketidakpastian perekonomian global, upaya-upaya dan
program yang nyata untuk mencapai target pemberantasan kemiskinan, pembangunan ekonomi yang inklusif serta
efektivitas pendanaan pembangunan.
Pertemuan ini menghasilkan sebuah komunike/kesepakatan, diantaranya adalah mendorong kinerja IMF-WB
bersama dengan negara-negara anggota untuk meningkatkan sinergi kebijakan reformasi moneter, fiskal dan
struktural, merangsang pertumbuhan, menciptakan lapangan kerja, dan memperkuat keuntungan dari
multilateralisme untuk semua kalangan. Dalam hal pencapaian tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan
Perjanjian COP21, WB diminta untuk lebih kuat dan inovatif dengan melibatkan lembaga-lembaga keuangan
internasional dan mitra global lainnya, mengoptimalkan dana swasta tambahan, pemanfaatan perubahan teknologi
dan peningkatan kapasitas/sumberdaya nasional negara anggota.
Isu prioritas yang juga dihasilkan dalam pertemuan ini adalah peningkatan laju keterlibatan sektor swasta untuk
menciptakan lapangan kerja, membuat pasar lebih kompetitif, dan meningkatkan keterbukaan dan prediktabilitas
investasi yang lebih tinggi. Mobilisasi sumber daya domestik dan pencegahan kegiatan keuangan yang tidak
legal/haram juga menjadi salah satu hal yang mendesak bagi DC untuk menjadi prioritas kegiatan/program WB-IMF.
Sementara terkait dengan isu perubahan iklim, DC meminta pelaksanaan Rencana Aksi Perubahan Iklim WBG dan
negara-negara lainnya diarahkan kepada hasil dari perjanjian COP21.
Agenda pertemuan lainnya
Pada kesempatan yang lain, Menteri Keuangan juga diundang dalam pertemuan terbatas International Monetary
Financial Committee (IMFC). Pertemuan terbatas ini dihadiri oleh para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank
Sentral dari negara terpilih termasuk Indonesia, yang diundang untuk membahas isu-isu agenda ekonomi global,
antara lain terkait dengan perkembangan perkonomian yang masih lambat dan rapuh yang juga tercermin dari inflasi
yang rendah karena permintaan yang rendah dan kelebihan kapasitas industri.
Sebagai Gubernur Bank Dunia untuk Indonesia, Menteri Keuangan dengan didampingi Kepala BKF juga telah
melakukan beberapa pertemuan dengan pejabat tinggi WB untuk membahas kerjasama, termasuk percepatan
pembiayaan beberapa program yang menjadi prioritas nasional. Pertemuan ini dilakukan oleh Menteri Keuangan
melalui The Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA), International Finance Cooperation (IFC) untuk
membahas Technical Assistance WBG’s strategy di Indonesia serta International Development Association (IDA) untuk
membahas inisiatif dan kontribusi Indonesia bagi negara-negara miskin. Dalam hal ini, Menteri Keuangan juga
menyampaikan dorongan pembiayaan infrastruktur agar tetap menjadi fokus pembiayaan WB di Indonesia
sebagaimana yang telah dijabarkan di dalam Country Partenership Framework Indonesia-WB tahun 2016-2020.
Beberapa pertemuan lainnya yang juga strategis adalah pertemuan antara Menteri Keuangan dengan tiga lembaga
rating yaitu Standard & Poor’s (S&P), Fitch dan Moody’s dan pertemuan bilateral dengan Secretary of U.S.
Department of the Treasury, Jacob J.Lew untuk membicarakan kelanjutan dukungan dan kerja sama program
peningkatan tata kelola dan administrasi perpajakan di Indonesia serta pertemuan dengan Queen Maxima sebagai
UN Envoy for financial inclusion. Berbagai pertemuan tersebut diharapkan bisa menjadi forum guna mendapatkan
dukungan dari lembaga internasional untuk proyek-proyek yang termasuk dalam strategi dan prioritas nasional.
Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report
4
Download