UNSUR UNSUR KEJAHATAN UNSUR KEJAHATAN

advertisement
UNSUR-UNSUR KEJAHATAN
UNSURTERHADAP KEMANUSIAAN
Oleh: Rudi M. Rizki
Disampaikan
s p
ddalam Training,
g, “Trainingg Hukum
u u HAM bbagi
g Dosen
ose
Pengajar Hukum dan HAM di Fakultas Hukum pada Perguruan
Tinggi Negeri dan Swasta di Indonesia, diselenggarakan oleh Pusat
Suti HAM UII bekerjasama dengan NCHR University of Oslo
Norway, di Yogyakarta tanggal 22-24 September 2005
K j h t
Kejahatan
thdp
thd Kemanusiaan
K
i
(Ps. 9 UU 26/2000)
z
“salah satu perbuatan yg dilakukan sbg bagian dr
serangan yg meluas / sistematis yg diketahuinya bhw
serangan tsb ditujukan secara langsung thdp pddk
sipil, berupa:
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
pembunuhan
pemusnahan
perbudakan
d
deportasi
t i
pencabutan kebebasan sewenang-wenang
p y
penyiksaan
pemerkosaan / kejahatan seksual lainnya
penganiayaan / persekusi / penindasan
penghilangan paksa
apartheid”
Pengantar
9
9
9
9
Petersburg Declaration 1868: crimes against
humanity
Hague Convention 1907: laws of humanity
dsr perlindungan kombatan & penduduk sipil
Pembunuhan thdp WN Turki keturunan
Armenia 1915: crimes against humanity and
civilization → intervensi humaniter
Negara harus bertanggung jawab atas KTK
yg dilakukan negara thdp warganegaranya.
9
9
9
IMT : kejahatan perang – KTK
KTK:
pembunuhan,
pemusanahan,
perbudakan,
b d k
d
deportasi
t i
perbuatan
b t
tdk
manusiawi lainnya yg dilakukan thdp pddk
sipil,
i il dilakukan
dil k k
sebelum
b l
/ ketika
k tik perang
berlangsung. Meliputi persekusi thdp pddk
sipil
i il yg didasarkan
did
k
pd
d alasan2
l
2 politik,
litik rasial/
i l/
agama (Art. 6 London Charter )
Nuremberg principles: pertanggungjawaban
pidana secara individual →1954 UN Code of
Offences Against The Peace and Security of
Mankind
9
Pertanggungjawaban
P
t
j
b
Prinsip Nuremberg :
i di id
individu
d l
dalam
9 Setiap
orang yg melakukan kejahatan int’l
bertgjwb atas perbuatannya & harus dihukum.
9 Jika
Jik hk nasional
i
l tdk mengatur
t tdk berarti
b
ti pelaku
l k
bebas
9 Jabatan Kepala Negara / Pejabat Pemerintah tidak
membebaskannya dr tg jwb menurut HI
9 No superior order principle.
principle
9 Setiap orang yg didakwa melakukan kejahatan
internasional mempunyai hak atas fair trial
Kejahatan menurut hukum internasional :
9 kejahatan terhadap perdamaian;
9 kejahatan perang
9 KTK : pembunuhan, pemusnahan, perbudakan,
deportasi
dan
perbuatan
yg
tidak
b
berperikemanusiaan
ik
i
thd
thdp
penduduk
d d k
sipil/
i il/
persekusi berdasarkan alasan politik, ras, agama,
9
Keterlibatan
Kete
lib t
(complicity
li it ) dlm
dl pelaksanaan
l k
KTK
=
kejahatan
menurut
hukum
inte nasional
internasional.
9
UU 26/2000 Pasal 1 (4) : “Setiap orang
adalah orang perseorangan, kelompok orang,
baik sipil,
sipil militer,
militer maupun polisi yang
bertanggungjawab secara individual”
9
Prinsip yurisdiksi universal: no safe haven
9
hostis humanis generis
9
ICC : Most serious crimes:
– Genosida
– Kejahatan Perang
– Kejahatan
h
terhadap
h d Kemanusiaan
UNSUR--UNSUR KTK
UNSUR
“salah satu perbuatan”
9 Setiap
S ti
ti d k
tindakan
yg disebutkan
di b tk
dl
dlm
P 9
Ps
adalah KTK.
9 Tidak
Tid k disyaratkan
di
tk
h lebih
hrs
l bih dr
d satu
t tindak
ti d k
pidana (mis : pembunuhan & perkosaan)
“yang dilakukan sebagai bagian dari
serangan …””
9 Tindakan harus mrpkn bagian dari serangan
“serangan”
9
Tidak harus :
9
9
9
9
9
9
merupakan
k serangan militer
ilit / yg melibatkan
lib tk kekuatan
k k t
militer,
menggunakan kekuatan bersenjata atau pasukan2 dgn
k k
kekerasan
terjadi krn balas dendam sbg akibat dr permusuhan
bersenjata
berhubungan dgn sengketa bersenjata
Termasuk kampanye / operasi yg ditujukan
thdp pddk sipil
Perbuatan berganda (muliple acts): bukan
perbuatan tunggal/tersendiri / acak (random)
“meluas
meluas atau sistematik”
sistematik
9 Yang membedakan dr kejahatan biasa shg
menjadikannya sbg kejahatan internasional
9 tdk mensyaratkan bhw setiap unsur kejahatan yg
dilakukan harus selalu meluas / sistematis.
9 Jika
Jik terjadi
t j di pembunuhan,
b
h
perkosaan
k
dan
d
pemukulan, setiap kejahatan itu tidak perlu harus
meluas / sistematis,, jika
j
kesatuan dari tindakantindakan di atas sudah memenuhi unsur meluas
atau sistematis.
9“meluas”
9 Jumlah korban
9 Perbuatan yg:
9 massive,
9 se
sering
g ((frequent),
eque t),
berulang-ulang
9 skala besar,
9 Dilakukan secara kolektif dgn “considerable
considerable seriousness
seriousness”
9“sistematik”
9 Adanya pola atau rencana mengenai cara2 yg akan
dilakukan
9 mencerminkan “suatu pola / metode tertentu” yg
diorganisir secara menyeluruh & menggunakan pola yg
tetap
9 Unsur “meluas” atau “sistematis” tdk hrs
dibuktikan keduanya.
Akayesu
z
a.
b.
c.
d.
e.
z
a.
b.
c
c.
“meluas”
meluas sebagai :
tindakan massive,
berulang-ulang,
g
g,
berskala besar,
dilakukan secara kolektif dgn dampak serius
diarahkan thdp sejumlah besar korban (multiplicity
of victim)”
”sistematis” sebagai:
diorganisasikan dgn baik
mengikuti pola tertentu yg terus menerus
berdasarkan kebijakan yg melibatkan sumberdaya
publik / privat yg substansial meskipun bkn mrpkn
kebijakan Neg sec formal
9
Rencana tidak harus dinyatakan tegas / terang terangan
9
Indikasi adanya rencana (Blaskic)
9 Latar blk politik & historis atas kejahatan yg dilakukan
9 Latar belakang organsatoris & institusional
p g
media
9 Propaganda
9 Mobilisasi angkatan bersenjata
9 Serangan militer yg berulang & terkoordinasi
9 Hubungan hirarki antara: militer - struktur politik program politiknya.
9 Perubahan komposisi etnis penduduk
9 Aturan2 yg diskriminatif
9 Skala tindak kekerasan, khususnya pembunuhan dan
kekerasan fisik lainnya, perkosaan, penahanan sewenangwenang, deportasi dan pengusiran / perusakan benda2
non-militer, khususnya benda2 suci
9
9
Utk membuktikan sebagai “bagian
bagian dr serangan meluas /
sistematis thdp penduduk sipil” : adanya keterkaitan
antara tindakan pelaku dgn serangan
keterkaitan tergantung pd situasi setiap kasus.
kasus Mis:
9 ada kesamaan antara tindakan pelaku dgn penyerangan ;
9 keadaan ketika serangan terjadi dgn keadaan ketika
pelaku melakukan tindak pidana ;
9 kedekatan waktu & tempat tindak pidana dilakukan
dengan serangan
9
9
Harus “ditujukan kepada penduduk sipil”, tidak berati
semua penduduk suatu negara, entitas / wilayah harus
menjadi sasaran serangan.
serangan
“penduduk sipil”: semua org yg tdk ikut sec aktif dlm
permusuhan, yg bkn lagi pihak peserta tempur, hors de
combat karena sakit,
sakit terluka,
terluka ditawan / karena alasan
lain
Penjelasan Psl 9 UU 26/2000: “serangan yang
ditujukan secara langsung terhadap penduduk
sipil” adalah suatu rangkaian perbuatan yg
dilakukan thdp penduduk sipil sebagai
kelanjutan kebijakan penguasa atau kebijakan
yg berhubungan
g dengan
g organisasi.
g
9 “directed”: ditujukan
9 Serangan yg dilakukan oleh sekelompok orang
thdp tempat2 kesatuan / polisi, bukan KTK
9
“yang diketahuinya bhw
serangan
g
tsb …”
– Pelaku hrs melakukan dgn memiliki pengetahuan
ttg luasnya / sistematiknya serangan.
– Pengetahuan
P
t h
d
dptt b
bersifat
if t aktual
kt l / kkonstruktif
t ktif
– Tdk hrs mengetahui:
z
z
kkeseluruhan
l h serangan dgn
d rinci
i i
bhw perbuatannya itu tidak manusiawi atau
menimbulkan KTK
“pembunuhan”
p
9 ILC: sudah dilarang dlm hukum semua
negara
9 Sesuai KUHP Psl 338 / 340
9 Akayesu : pembunuhan thdp manusia secara
tdk sah dan sengaja dgn unsur2:
9 korbannya mati;
9 kematiannya disebabkan krn perbuatan tdk sah /
pembiaran dr pelaku
p
/ bawahannya
y
krn p
9 Pd waktu kejadian, pelaku / bawahannya
mengetahui bhw perbuatan thdp fisik korban dpt
menyebabkan
b bk kematian,
k
ti
tidak
tid k perlu
l menunjukan
j k
telah menimbulkan kematian / tidak.
9 Celebici
C l bi i: sama dgn
d “grave
“
b
breaches”
h ” dlm
dl
Konvensi Jenewa, dgn syarat “adanya niat
pelaku
l k utk
tk membunuh
b
h / menimbulkan
i b lk luka
l k
serius thdp korban”
“pemusnahan”
pemusnahan
• Unsur2nya :
1. Pelaku membunuh
(bagian dr pembunuhan
massal suatu kel)
2 Menimbulkan
2.
M i b lk kondisi
k di i
kehdpn yg menyebabkan
kehancuran suatu kel.
•
Sama dgn Konvensi Genosida tp bkn thdp
protected group
p
g p sbgmn
g
halnya
y genosida
g
Karateristik brdsrkan p
praktek int’l :
9 Pembunuhan dlm skala yg besar, menimbulkan
korban yg banyak dan memenuhi persyaratan
pembunuhan
b
h dlm
dl Psl.
P l 9a
9
9 Penghancuran massal
9 Termasuk situasi ketika sekelompok orang dgn
karakteristik yg berbeda terbunuh
9 Pelaku tdk perlu mengetahui siapa korbannya, bisa
meliputi klp politik, klp sosial tertentu, dll.
• Psl 9 (b) UU 26/2000 : pemusnahanÆ
menimbulkan penderitaan dgn sengaja a.l :
Menghambat pemasokkan barang dan obatobat
obatan yg dpt menimbulkan pemusnahan
p
penduduk
“perbudakan”
perbudakan
9
a.
b.
9
9
Unsur : pelaku
U
l k menggunakan
k kekuasaan
k k
apapun yg
melekat atas hak kepemilikan trhdp seorg/lbh,
co to
contoh:
membeli, menjual, meminjamkan, atau
mempertukarkan org
Mengambil keuntungan dr mereka atas tecabutnya
kebebasan mereka
Perbudakan dlm arti luas, tmsk praktek2 yg
menyerupai perbudakan (perhambaan, buruh
paksa, traficking)
Slavery Convention 1926: status / kondisi dimana
seseorang berada
b d di
d bwh
b h status pemilikan
l k orang
lain
9
Servitude
Se
tude: se
semua
ua bentuk
be tu dominasi
do
as /
perendahan martabat seseorg oleh org lain,
tmsk
s p
praktek2
a
menyerupai
y upa perbudakan
p buda a
9
Buruh paksa: semua pekerjaan/jasa yg
diperoleh dr seseorg yg dibawah ancaman/sbg
hukuman dmn org ybs tdk mempunyai
hukuman,
kerelaan utk melakukannya (ILO)
9
ILC: “… memberikan status/memperlakukan
seseorg sbg budak / pekerja paksa,
bertetangan dgn HI
“Pengusiran / pemindahan penduduk
secara p
paksa” (deportasi
( p
paksa)
p
)
9 Pengusiran
(deportation): pemindahan
paksa
k dari
d i satu
t neg ke
k neg lain
l i
9 Pemindahan p
penduduk sec paksa:
p
pemindahan paksa penduduk dr satu
g
daerah ke daerah lain dlm satu negara.
9 “paksa” (forced): segala bentuk
tekanan yg membuat mereka
meninggalkan tempat asalnya.
“perampasan
pe a pasa kemerdekaan
e e de aa / kebebasan
ebebasa
fisik lain sec. sewenangsewenang-wenang yg
melanggar hukum internasional
internasional”
9 Perampasan kebebasan / pemenjaraan / penahanan
se wenang2 yg dilarang dlm instrumen HAM & HHI
se-wenang2
9 “Non-derogable rights”
9 Perampasan kemerdekaan …
9 Jika tdk ada dasar hukum seseorg tetap ditahan setelah
menjalani
j
hukuman / diberi amnesti
9 Tidak sesuai dgn hak atas peradilan yg adil
9 Jika kondisinya menunjukan adanya penyiksaan / perlakuan
k j
kejam,
tdk manusiawi
i i & merendahkan
d hk martabat.
t b t
“ketentuan pokok hukum internasional”
9 Treaty
9 custom
9 general principles
9
Standard minimum:
9 Hak utk bebas dr penahanan se-wenang2
9 Hak atas fair trial : i.e
9
9
9
9
Akses kpd pengadilan
Bersalah / tidak hrs ditentukan pengadilan
Membebaskan jika terbukti tdk bersalah
P
Pengadilan
dil yg kompeten
k
t & tdk berpihak
b ih k
“penyiksaan”
p y
b.
Unsurnya:
U
Pelaku membuat korban
mengalami rasa sakit yg
mendalam ((severe)) baik
fisik/mental
Korban berada dlm tahanan/di bwh kontrol
pelaku
Bukan akibat dr penghukuman yg sah
9
Non derogable rights
9
a.
a.
9
9
9
9
9
9
9
Definisi sama dgn
g Konvensi Anti Penyiksaan:
y
perbuatan sengaja
rasa sakit / p
penderitaan
yg hebat
jjasmani / rohani
dilakukan oleh/ hasutan
/persetujuan /
sepengetahuan aparat
tujuan: info / pengakuan
/ hukuman / ancaman,
diskriminasi
tdk trmsk rasa sakit dr penghukuman sah
“perkosaan,
perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran
paksa, kehamilan paksa, sterilisasi paksa /
bentuk2 kekerasan seksual lainnya”
lainnya
z
Definisi:
– “dimasukannya
“di
k
setiap
ti
b d
benda,
t
trmsk
k (dan
(d
tid k
tidak
terbatas) pd penis, thdp vagina / anus korban dlm
pemaksaan / tekanan,, atau
kondisi kekerasan,, p
dimasukannya penis ke dalam mulut korban dlm
kondisi kekerasan atau pemaksaan”.
– “serangan
“
thd fisik
thdp
fi ik seseorang dlm
dl bentuk
b t k seksual
k
l
thdp seseorang dlm keadaan yg memaksa”
(Akayeshu
y
, ICTR))
– “non-consensual intercourse”
– dapat melibatkan pemasukan benda dan atau
penggunaan lubang2 pd tubuh manusia yg bukan
utk sesuatu yg seksual.
z
Delalic & Furundzija: unsur2 obyektif
perkosaan
k
:
– penetrasi seksual
walaupun ringan;
– thdp vagina / anus
korban oleh penis pelaku
/ benda
b d lain
l i yg digunakan
di
k
pelaku; atau
– thdp mulut korban oleh
penis pelaku
– dengan tekanan, kekerasan / ancaman
thdp korban / orang ketiga.
ketiga
Ak
Akayeshu
h :
– “kondisi memaksa / menekan (coercive)
tdk perlu dibuktikan dgn diperlihatkannya
kekuatan fisik
– “ancaman, intimidasi, pemaksaan dan
bentuk-bentuk p
penekanan lainnya
y dimana
korban dlm ketakutan / keputusasaan dpt
menunjukan
j
adanya
y p
penekanan”
– “keadaan menekan biasanya terjadi pd
situasi2 tertentu spt adnya konflik
bersenjata / kehadiran militer”
z
z
z
““perbudakan
b d k
seksual”
k
l” dianggap
d
sbg
b bentuk
b
k
lain dr perbudakan.
“ k
“seksual”:
l” akibat
kib dr
d perbudakan
b d k ini
i i tdk
dk hanya
h
mrpkn pembatasan seseorang / kebebasan
bergerak tetapi juga pelanggaran atas hak
bergerak,
seseorang untuk menentukan aktivitas
seksualnya.
seksualnya
perbudakan seksual meliputi situasi dimana
perempuan mengalami kawin paksa,
paksa
ditempatkan sebagai hamba / sebagai buruh
paksa (forced labour) yg p
p
pd akhirnya
y
melibatkan
pemaksaan
seksual,
tmsk
perkosaan oleh pelakunya.
Pelapor Khusus WG Bentuk2 Kontemporer
Perbudakan:
– semua praktek penahanan perempuan pd kamp2
perkosaan, comfort station, kawin paksa / kawin
perkosaan
sementara dgn tentara, dan praktek2 yg
menganggap
g gg p p
perempuan
p
sebagai
g benda bergerak,
g
,
merupakan bentuk2 perbudakan yg dilarang
berdasarkan norma hukum yg memaksa
(peremptory
t
norms).
)
z
z
“pelacuran paksa”: utk mencakup situasi yg
bk mrpkn
bkn
k perbudakan,
b d k
ttp utkk situasi
i
i
dimana seseorang terpaksa melakukan
aktivitas
ki i
seksual
k
l guna memperoleh
l h suatu
kebutuhan hidupnya (mis: makanan) / utk
menghindari
hi d i suatu
t kerusakan
k
k / kerugian
k
i yg
lebih besar lagi.
“pelacuran paksa” tdk sama dgn “perkosaan”
krn sulit utk memenuhi unsur paksaan,
tekanan /ancaman kekerasan sebagaimana
diintepretasikan kasus Akayeshu
z
“
“penghamilan
h il paksa”
k ”.
– “paksa”
menunjukan bhw penghamilan itu
dil k
dilakuan
d
dgn
melibatkan
lib tk
k k
kekerasan
/ paksaan,
k
tmsk penggunaan ancaman kekerasan.
– Segala bentuk kekerasan menghilangkan kerelaan
(consent) korban utk menjadi hamil
– tidak mensyaratkan korban hrs berada dlm
tahanan / di bawah kekuasaan pelaku.
– namun dpt juga melibatkan perkosaan atau tmsk
“bentuk lain dr “kekerasan seksual yang
kekejiannya setara”.
z
z
z
z
Kekerasan seksual memp arti yg lebih luas,
luas
bukan perkosaan saja.
Statuta ICC “bentuk lain dr kekerasan seksual
yg kekejiannya setara”, mencakup setiap
tindak kekerasan yg dilakukan utk maksud
seksual / dgn sasaran seksualitas.
Akayeshu: kekerasan seksual,
seksual
termasuk
perkosaan: setiap perbuatan bersifat seksual
yg d
dilakukan
a u a tthp
p seseo
seseorang
a g yg be
berada
ada d
di
bawah tekanan.
Kekerasan
asa sseksual
sua tdk
d terbatas
ba as pd sserangan
a ga
fisik thdp badan manusia tp dpt mencakup
perbuatan yg tdk mengandung penetrasi /
bahkan kontak fisik.
z
z
Kekerasan
k
seksual
k
l mencakup
k serangan fisik
f k&
psikis yg ditujukan thdp seseorang yg
brersifat seksual.
seksual
Furundzija:
kekerasan seksual menurut
aturan hk pidana int
int’ll tdk hanya perkosaan
saja, ttp meliputi setiap serangan seksual yg
serius yg tdk cukup dgn adanya penetrasi
aktual saja, tp mencakup semua serangan yg
serius yg sifatnya
y seksual yg dilakukan thdp
p
integritas fisik & moral seseorang dgn cara2
yg
mengandung
paksaan,
ancaman
kekerasan / intimidasi shg merendahkan &
menghina martabat korban.
z
“sterilisasi paksa”
– diilhami p
percobaan medis yg terjadi
j
di kamp-kamp
p
p
konsentrasi PD II, dilakukan thdp tawanan perang
/ penduduk sipil.
– Sterilisasi tanpa persetujuan korban dapat
dinyatakan sebagai kejahatan genosida apabila
dilakukan dgn maksud utk menghancurkan /
memusnahkan suatu kelompok tertentu baik
secara keseluruhan atau sebagian.
– Dalam artian genosida: sterilisasi paksa termasuk
ke
dalam
“mengenakan
g
tindakan2
yg
dimaksudkan utk mencegah kehamilan dlm suatu
kelompok”
“penganiayaan”
p g
y
9
9
9
a.
b.
c
c.
“penganiayaan” bukan dlm pengertian KUHP
tapi “persecution” (persekusi)
dpt berupa setiap perbuatan pelanggaran HAM
yg lain yg tdk tercantum dlm KTK
Unsurnya :
Pelaku mencabut hak2 fundamental korban
dgn kejam
Korban dijadikan target dgn alasan identitas yg
didasarkan pd politik,
politik ras,
ras kebangsaan,
kebangsaan atnis,
atnis
budaya, agama, gender, dll
Tindakan tsb berkaitan dgn Statuta Roma psl
7(1)/kejahatan lain dlm jurisdiksi Mahkamah
9
9
9
orang2 / kelompok tertentu secara berulangulang / konstan hak-hak dasarnya disangkal /
ditolak
“kelompok” / “perkumpulan” tertentu didasari
persamaan paham, politik, ras, kebangsaan,
agama, jenis kelamin / alasan2 lain
Kelompok / kolektivitas hrs “identifiable”
identifiable / tdk
sama dgn klp pelaku
“alasan”
9
9
9
9
9
9
Nuremberg: dgn alasan politik, ras, agama
Tokyo:
y agama
g
Draft Code 1945: “sosial, politik, agama,
budaya”
y
ICTR: politik, ras, agama, bangsa, etnis
ICTR: Maksud diskriminatif (ICTY Tadic)
SC: politis, ras, bagsa, etnis, budaya, agama,
jenis kelamin
“alasan
alasan lain yang diakui secara universal
universal”
9 International Standards: UDHR & ICCPR
“penghilangan orang secara paksa”
Deklarasi PBB ttg Penghilangan Paksa 1992
z Praktek sistematik kejahatan ini mrpkn bentuk dr KTK
z “seseorang
seseorang ditangkap
ditangkap, ditahan / diculik berlawanan
dgn kehendaknya / dicabut kebebasannya oleh
pejabat resmi dr cabang / tingkatan tertentu dr
P
Pemerintah
i t h / oleh
l h kelompok
k l
k tergorganisir
t
i i / oleh
l h
perorangan yg bertindak atas nama / dgn dukungan
(langsung / tdk langsung), dgn izin / pengetahuan
Pemerintah, yg diikuti dgn perahasiaan ttg nasib dan
keberadaan korban / dgn penolakan ttg pencabutan
kebebasannya shg ybs berada di luar jangkauan
kebebasannya,
perlindungan hukum”
z
Pencabutan kebebasan dgn:
–
–
–
–
z
Penangkapan
Penahanan
Penculikan; atau
Cara2 lain
Partisipasi Negara /
Organisasi Politik :
– Semula: hrs melibatkan agen negara / atas izin /
sepengetahuan agen negara
– Diperluas : “penangkapan, penahanan /
penculikan oleh atau dgn otorisasi, dukungan /
pengetahuan dari ….. suatu organisasi politik”
– Maksud: untuk menjauhkan korban dr
perlindungan hukum
– Penolakan memberitahukan ttg
g pencabutan
p
kebebasannya / ttg keberadaannya.
“apartheid”
z
z
z
z
““pemisahan
i h ras yg kaku
k k dlm
dl bid perumahan,
h
pendidikan, pelayanan kesehatan, pekerjaan, dlm
setiap
set
ap kehidupan
e dupa pub
publik & swasta
s asta d
dlm p
prakteknya
a te ya
melibatkan pelanggaran HAM yg meluas &
sistematik”
K
Konvensi
i Apartheid:
A th id “apartheid
“
th id merupakan
k KTK”
Protokol I Konvensi Jenewa: “praktek apartheid &
perlakuan tdk manusiawi & merendahkan martabat
yg melibatkan penyerangan thdp martabat pribadi,
yg didasari diskrimnasi ras merupakan pelanggaran
b t thd
berat
thdp iinstumen
t
i i”
ini”
“praktek & kebijakan pemisahan & diskriminasi ras
sbgmn yg di Afrika Selatan
Download