bab ii tinjauan pustaka

advertisement
 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Aksi Korporasi
1.6.1
Definisi
Aksi korporasi (corporate action) merupakan istilah di pasar modal yang
menunjukkan aktivitas strategis emiten atau perusahaan tercatat yang berpengaruh
terhadap kepentingan pemegang saham. Aksi korporasi menurut Tjiptono
Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2006:177) merupakan aktivitas emiten
yang berpengaruh terhadap jumlah saham yang beredar maupun terhadap harga
saham di pasar.”
23
Sedangkan menurut Tambunan (2007: 41) mengatakan bahwa, “Secara
umum, corporate action adalah aksi yang dilakukan perusahaan, yang berdampak
signifikan terhadap berbagai kepentingan, antara lain kelangsungan operasi
perusahaan, harga saham serta pemegang saham”. Hal tersebut diperkuat oleh
Dyah Ratuh Sulistyastuti (2002:25) yang mengatakan bahwa, “Aksi emiten
adalah kegiatan yang dilakukkan oleh emiten yang bobotnya cukup material
sehingga mempunyai kemungkinan mempengaruhi harga saham perusahaan
tersebut di bursa efek maupun keputusan investor”. Serta diperkuat pula oleh
Jogiyanto (2010) dalam bukunya yang mengemukakan bahwa, “Aksi korporasi
adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh emiten secara sadar dan mempengaruhi
harga saham yang cukup material”
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aksi korporasi
merupakan aktivitas atau tindakan emiten yang dapat mempengaruhi jumlah
saham yang beredar, harga saham dan keputusan investor .
24
25
1.6.2
Jenis-jenis Aksi Korporasi
Menurut Saleh Basir dan Hendy M. Fakhruddin (2005:77)
mengemukakan
bahwa “Beberapa bentuk
aksi korporasi yang umumnya
24
dilakukan emiten antara lain adalah:
1. Dividen
Investor memiliki perspektif yang berbeda dalam hal dividen. Sebagian
menganggap dividen sebagai harapan utama dalam berinvestasi dan
sebagian lagi (terutama investor dengan horison jangka pendek) lebih
mengedepankan capital gain daripada perolehan dividen. Pada sisi lain,
tidak sedikit perusahaan yang lebih mementingkan pertumbuhan
perusahaan dari pada distribusi dividen dengan keyakinan bahwa
menginvestasikan kembali laba yang diperoleh akan meningkatkan nilai
perusahaan
dan
pemegang
saham.
Ada
beberapa
hal
yang
melatarbelakangi pembagian dividen, diantaranya:
a.
Memberikan return kepada investor
b.
Sebagai pemenuhan janji di prospectus
c.
Emiten membukukan keuntungan dan memiliki sumber dana
yang cukup untuk dibagikan dalam bentuk dividen
2. Stock Split dan Reverse Stock split adalah pemecahan nominal saham
menjadi nominal yang lebih kecil, misalnya dari nominal Rp 1.000 per
saham menjadi Rp 500 per 25 saham. Pemecahan saham ini
mengakibatkan jumlah lembar saham menjadi lebih banyak. Kebalikan
dari stock split adalah reverse stock split. Jika pada stock split nilai
nominal dipecah menjadi lebih kecil, pada reverse stock split nilai
nominal saham digabungkan sehingga menjadi lebih besar. Akibat
reverse stok split adalah jumlah lembar saham setelah di-reverse akan
menjadi sekian kali lebih sedikit dari sebelumnya.
3. Saham Bonus
26
Saham bonus adalah saham yang dibagikan perusahaan kepada
pemegang saham yang merupakan kapitalisasi dari agio saham. Karena
merupakan kapitalisasi dari agio saham, pemegang saham tidak
menyetorkan kas atau aktiva lainnya kepada perusahaan untuk
mendapatkan saham bonus tersebut.
4. Right Issue
Right issue atau istilah formalnya Penambahan Modal dengan Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) adalah suatu cara bagi
emiten untuk meningkatkan jumlah modal disetornya dengan
memberikan penawaran terlebih dahulu kepada pemegang saham lama
untuk menambah modalnya di perusahaan tersebut. Jika seorang
investor tidak ingin menggunakan hak tersebut, maka hak tersebut dapat
diperjualbelikan.
5. Pembelian kembali saham (stock buy back)
Pembelian kembali saham yang telah dilepas ke publik atau sering
disebut dengan istilah stock buy back merupakan salah satu bentuk
tindakan korporasi yang dilakukan emiten. Bahkan di bursa-bursa
saham yang sudah maju, aksi tersebut merupakan hal yang umum
dilakukan emiten.
Alasan emiten melakukan pembelian kembali saham adalah:
a.
Untuk menjaga kewajaran harga saham
b.
Sinyal psikologi ke pasar
c.
Melakukan pembelian kembali saham dan untuk dijual kembali
d.
Melakukan pembelian kembali saham untuk dibagikan kepada
karyawan
e.
Untuk menghindari diri dari akuisisi oleh perusahaan yang lain
karena memiliki dana kas yang melimpah
f.
Pertimbangan pajak
g.
Faktor fleksibilitas bagi emiten
h.
Sebagai upaya penghematan dividen
27
1.2
1.2.1
Definisi
Ada beberapa pengertian tentang pemecahan saham antara lain:
Stock Split
Pemecahan saham adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan go
public untuk menaikkan jumlah saham yang beredar (Brigham dan Gapenski,
1994). Pemecahan saham adalah pemecahan jumlah lembar saham menjadi
jumlah
lembar yang lebih banyak dengan pengurangan harga nominal
perlembarnya secara proporsional (Bambang Riyanto, 1995: 275).
Ewijaya dan Nur Indriantoro (1999:55) mengemukakan bahwa,
“Pemecahan saham adalah perubahan nilai nominal per lembar saham dan
menambah jumlah saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecahan (split
factor)”.
Sedangkan
Robbert
Ang
(1997:6.17) mengemukakan
bahwa,
“Pemecahan saham adalah suatu aksi emiten dimana dilakukan pemecahan nilai
nominal saham menjadi nilai nominal yang lebih kecil”. Pemecahan saham
menurut Khomsiyah dan Sulistyo (2001) dalam Haryanto dan Hermawan
(2005) merupakan perubahan nilai nominal per lembar saham dan menambah
jumlah saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecahan (split factor).
Menurut James C. Van Horne (1971: 473), menyatakan definisi pemecahan
saham dengan ilustrasi sebagai berikut:
Stock split adalah peningkatan jumlah saham yang beredar dengan
mengurangi nilai nominal saham. Dengan stock split, jumlah saham
meningkat melalui pengurangan proporsional dalam nilai nominal saham.
Misalkan struktur permodalan perusahaan sebelum dua-untuk-satu stock
split adalah:
28
Sebelum Perlakuan Stock Split
Common stock ($ 5 par, 400,000 shares)
Paid-in capital
Retained earnings
Net worth
$ 2,000,000
$ 1,000,000
$ 7,000,000
$10,000,000
Setelah perlakuan Stock Split
Common stock ($ 2,5 par, 800,000 shares)
Paid-in capital
Retained earnings
Net worth
$ 2,000,000
$ 1,000,000
$ 7,000,000
$ 10,000,000
(Van Horne, 1971: 473)
Jadi pemecahan saham merupakan kegiatan meningkatkan jumlah saham
yang beredar menjadi lebih banyak dengan cara menurunkan nilai pari saham
secara proporsional, sedangkan saldo modal dan laba ditahan tetap.
1.2.2
Tujuan Stocksplit
Menurut Nany (2005) Tujuan umum yang diperoleh dari stock split
adalah penurunan harga saham yang selanjutnya menambah daya tarik untuk
memiliki saham tersebut sehingga membuat saham lebih likuid diperdagangkan
dan mengubah investor odd lot menjadi round lot. Add lot adalah kondisi dimana
investor membeli saham dibawah 500 lembar (1 lot), sedangkan round lot adalah
investor yang membeli saham minimal 500 lembar (1 lot) dan kelipatannya (1000,
1500, 2000, dst). Haningsih (2009) dalam bukunya memperkuat pernyataan
tersebut:
Tindakan stock split memiliki berbagai motif. Jika harga pasar terlalu
tinggi, maka dilakukan stock split untuk menambah jumlah saham yang
beredar sekaligus menurunkan harga saham di pasar sehingga terjangkau
oleh investor selain itu, stock split dapat membuat likuiditas saham di
pasar meningkat dan pada gilirannya dapat meningkatkan citra saham
perusahaan sebagai saham yang likuid diperdagangkan. (Haningsih:
2009)
29
Keputusan untuk melakukan stock split berarti harga yang harus dibayar
mahal oleh perusahaan yang melakukannya. Karena, kebijakan tersebut
mengandung
biaya yang cukup tinggi seperti biaya administrasi, komisi untuk
broker, biaya publikasi untuk emiten dan lain sebagainya. Meskipun kebijakan
pemecahan saham tidak memiliki nilai ekonomis, namun tetap ada saja
perusahaan yang melakukannya. Ini terkait dengan sinyal yang ingin disampaikan
oleh emiten kepada investor tentang prospek positif saham di masa depan. Maka
dari itu, dikatakan oleh Copeland (1979) bahwa perusahaan yang melakukan
stock split ini biasanya adalah perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja
yang mampu menanggung biaya ini dan sebagai akibatnya pasar bereaksi
terhadapnya.
Dengan demikian, tujuan yang melatarbelakangi perusahaan untuk
melakukan pemecahan saham (stock split) antara lain adalah:
1.
Untuk menurunkan harga saham sehingga terjangkau oleh investor
2.
Untuk menambah daya tarik dari saham yang harganya lebih murah
3.
Untuk membuat saham menjadi lebih likuid diperdagangkan
4.
Mengubah odd lot menjadi round lot, yaitu kondisi dimana investor
mampu membeli saham minimal 500 lembar.
5.
Menyampaikan sinyal positif kepada investor tentang prospek positif
saham di masa depan
6.
Untuk meningkatkan citra perusahaan atas likuidnya perdagangan
dari saham tersebut.
Secara teoritis, Manson & Roger (dalam Supriyadi, 2007 : 9)
menyebutkan bahwa motivasi yang melatarbelakangi tujuan perusahaan
melakukan stock split serta dampak yang ditimbulkannya sejalan dengan teoriteori adalah sebagai berikut :
30
1.
Trading Range Theory
Trading range theory menyatakan perusahaan emiten melakukan
pemecahan saham karena didorong oleh perilaku praktisi pasar
yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan
pemecahan saham, mereka dapat menjaga harga saham agar tidak
terlalu mahal. Saham dipecah karena ada batas harga yang optimal
untuk saham dan untuk meningkatkan daya beli investor sehingga
tetap banyak investor yang mau memperjualbelikannya yang
dampaknya akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham.
2.
Signalling Theory
Signaling
theory
menyatakan
bahwa
pemecahan
saham
memberikan sinyal yang positif karena manajer perusahaan akan
menginformasikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan
kepada publik yang belum diketahuinya. Sebagaimana disebutkan
diatas, keputusan melakukan pemecahan saham yang dilakukan
oleh manajemen perusahaan merupakan suatu keputusan yang
mahal karena semakin tingginya tingkat komisi saham dan
menurunnya harga saham akan mengakibatkan bertambahnya biaya
yang
dikeluarkan
manajemen
perusahaan
yang
melakukan
kebijakan tersebut. Selain itu, dengan tingkat biaya komisi yang
tinggi, tentu akan menjadi daya tarik tersendiri bagi broker untuk
benar-benar melakukan analisa setepat mungkin agar harga saham
berada pada tingkat perdagangan optimal serta mampu memberikan
informasi yang menguntungkan bagi perusahaan dan investor.
Sebaliknya, perusahaan yang tidak memiliki prospek yang baik
yang mencoba memberikan sinyal tidak valid lewat pemecahan
saham
31
1.2.3
1. Manfaat Melakukan Kebijakan Stock Split
Keown, Scoot Martin dan Petty dalam Rohana dkk (2003)
menyebutkan beberapa alasan manajer perusahaan melakukan stock split
antara lain yaitu:
Manfaat dan Kerugian Stock Split
a. Stock split membuat harga saham tidak terlalu mahal sehingga
dapat meningkatkan jumlah pemegang saham dan meningkatkan
likuiditas perdagangan saham.
b. Adanya publikasi stock split akan mengembalikan harga dan
ukuran perdagangan rata-rata saham kepada kisaran yang telah
ditargetkan.
c. Stock split mampu membawa informasi mengenai kesempatan
investasi yang berupa peningkatan laba dan deviden kas.
2. Kerugian stock split
Selain keuntungan yang diperoleh dari stock split, stock split yang
dilakukan juga mempunyai beberapa kerugian yaitu :
a. Manfaat yang ilusionistis dari stock split harus dibeli dengan
beberapa konsekuensi oleh pemodal, yaitu biaya surat saham
akan naik karena kepemilikan yang tadinya cukup diawali oleh
selembar surat saham kemudian menjadi 2 lembar. Biaya back
office diperusahaan efek, biaya kliring dan biaya kustodian
dipengaruhi oleh jumlah fisik surat saham adalah biaya broker
setelah pemecahan saham akan menjadi lebih tinggi.
b. Menurut Mc Gouch (1993) satu kerugian dilakukannya
pemecahan saham bagi perusahaan adalah adanya biaya
pemecahan yang termasuk didalamnya biaya transfer agen untuk
proses sertifikat dan biaya lainnya, sedangkan bagi pemegang
saham tidak ada kerugiannya. Biaya broker setelah stock split
menimbulkan bertambahnya biaya yang dikeluarkan perusahaan
akibat stock split. Tingginya biaya broker ini merupakan daya
tarik bagi broker untuk benar-benar melakukan analisis setepat
32
mungkin agar harga saham berada pada tingkat perdagangan
yang optimal serta mampu memberikan informasi yang
menguntungkan bagi perusahaan dan investor.
1.3
Likuiditas Saham
Likuiditas saham menurut Ali Arifin (2007:15) “…diartikan sebagai
tingkat kecepatan sebuah sarana investasi (asset) untuk dicairkan menjadi dana
cash (uang) atau ditukar dengan sesuatu nilai.”
Tandelilin (2001:50) menyatakan bahwa “Risiko likuditas berkaitan
dengan
kecepatan
suatu
sekuritas
yang
diterbitkan
perusahaan
bisa
diperdagangkan dipasar sekunder.”
Merujuk pada pendapat di atas, maka likuiditas saham dapat diartikan
sebagai kecepatan suatu sekuritas dapat diperdagangkan di pasar modal.
Likuiditas mencerminkan laju perdagangan saham atau sejauh mana suatu saham
aktif atau tidaknya diperdagangkan. Semakin tinggi frekuensi transaksi maka
semakin tinggi likuiditas saham, ini berarti saham tersebut semakin diminati oleh
para investor. Minat yang tinggi dimungkinkan karena saham yang likuiditasnya
tinggi memberikan kemungkinan yang lebih tinggi untuk mendapatkan
returndibandingkan saham yang likuiditasnya rendah. Secara sederhana likuiditas
saham menunjukkan kemudahan menjual dan membeli efek pada harga yang
wajar. Menurut Koetin (2001:106) mengemukakan bahwa “Likuiditas saham
adalah mudahnya saham yang dimiliki seseorang dapat dirubah menjadi uang
tunai melalui mekanisme pasar.”
Mantan Direktur Utama BEJ, Hasan Zein Mahmud dalam Putri Nur
Aprilia (2007) berpendapat bahwa ada beberapa kriteria saham yang likuid.
Pertama, selalu ada calon pembeli kapanpun saham tersebut dijual. Kedua, spread
(selisih) antara harga permintaan dan penawaran tidak terlalu lebar. Ketiga, harga
saham tersebut tidak berubah jika dijual di lantai bursa. Berdasarkan pendapat-
33
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa likuiditas saham merupakan
kemudahan saham tersebut di taransaksikan dan dirubah menjadi uang tunai atau
bentuk lainnya yang sejenis.
Menurut Ang (1999) dalam Ela Rohyucih Nurhasanah (2006:15)
mengemukakan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas suatu saham
antra lain:
1. Jumlah saham tercatat
2. Harga saham
3. Faktor fundamental emiten
4. Keterbukaan informasi
5. Sentimen pasar
Sedangkan parameter yang sering digunakan untuk mengukur likuiditas
suatu saham menurut Conroy et.al (1990) dalam Agus Setiyanto (2006:11)
adalah:
1. Volume perdagangan
2. Tingkat Spread
3. Information flow (aliran informasi).
4. Jumlah pemegang saham.
5. Jumlah saham yang beredar.
6. Transaction cost (besarnya biaya transaksi).
7. Harga saham
8. Volatilitas Harga saham
Dalam penelitian ini, penulis hanya akan mencoba menggunakan volume
perdagangan sebagai parameter dari likuiditas saham dengan alasan untuk
memfokuskan
permasalahan
hanya
kepada
perubahan
jumlah
volume
perdagangan pada periode sebelum dan sesudah kebijakan pemecahan saham.
34
1.4
Trading Volume Activity
Trading Volume Activity (TVA), yang juga disebut dengan aktivitas
volume
perdagangan saham merupakan suatu rasio yang dapat digunakan untuk
melihat reaksi pasar modal terhadap informasi-informasi yang masuk pada pasar
modal. Foster (1986) dalam Suntoro dan Subekti (2003) menyatakan bahwa,
“Trading Volume Activity merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk
melihat reaksi pasar modal terhadap suatu informasi melalui parameter pergerakan
aktivitas
volume perdagangan di pasar”. Suryawijaya (1998:42) menyebutkan
bahwa, “Trading Volume Activity merupakan suatu instrumen yang dapat
digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap suatu informasi melalui
parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan di pasar”.
Volume perdagangan merupakan penjualan maupun pembelian dari
setiap transaksi yang terjadi di bursa saham pada saat waktu dan saham tertentu,
dan merupakan salah satu faktor yang juga memberikan pengaruh terhadap
pergerakan harga saham. Oleh pasar, volume perdagangan merupakan unsur kunci
dalam melakukan prediksi terhadap pergerakan harga saham.
Trading Volume Activity (TVA) dianggap sebagai ukuran dari kekuatan
atau kelemahan pasar. Ketika TVA cenderung mengalami peningkatan saat harga
mengalami peningkatan penurunan, maka pasar diindikasikan dalam keadaan
bearish. Ketika trading volume activity cenderung meningkat selama harga
mengalami peningkatan maka pasar diindikasikan dalam keadaan bullish. Ketika
TVA cenderung mengalami penurunan selama harga mengalami penurunan maka
pasar berada dalam keadaan bearish.
Perhitungan Trading Volume Activity dilakukan dengan membandingkan
jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu
dengan keseluruhan jumlah saham yang beredar dari perusahaan tersebut pada
35
kurun waktu yang sama, menurut Jones (1986:375) didapat persamaan sebagai
berikut:
ࡶ࢛࢓ ࢒ࢇࢎ࢙ࢇࢎࢇ࢓ ࢏࢟ࢇ࢔ࢍࢊ࢏࢖ࢋ࢘ࢊࢇࢍࢇ࢔ࢍ࢑ࢇ࢔࢖ࢇࢊࢇ࢖ࢋ࢘࢏࢕ࢊࢋ࢚
ࢀࢂ࡭ ൌ ࡶ࢛࢓ ࢒ࢇࢎ࢙ࢇࢎࢇ࢓ ࢏࢟ࢇ࢔ࢍ࢈ࢋ࢘ࢋࢊࢇ࢘࢖ࢇࢊࢇ࢖ࢋ࢘࢏࢕ࢊࢋ࢚
(Jones, 1986:375)
Dengan menggunakan rasio Trading Volume Activity sebagai salah satu
indikator
likuiditas saham, diharapkan dapat memperlihatkan likuiditas suatu
saham. Yaitu, pada saat angka TVA semakin besar, maka dinyatakan likuid. Jika
sebaliknya semakin kecil, maka dinyatakan kurang likuid.
Dalam penelitian ini, rasio tersebut akan digunakan sebagai alat untuk
mengukur likuiditas saham sebelum dan sesudah kebijakan pemecahan saham.
TVA pada periode sebelum dan sesudah kebijakan tersebut akan diuji untuk
memperlihatkan efek kebijakan pemecahan saham terhadap likuiditas pada
periode pengamatan; dan sekaligus memperlihatkan perbedaan efek kebijakan
pemecahan saham yang diperlakukan terhadap saham papan utama dengan saham
papan pengembangan.
1.5
Saham
1.5.1
Definisi
Menurut Robbert Ang (1997) menyatakan bahwa, “Saham adalah surat
berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun instansi dalam
suatu perusahaan.”
Menurut Marzuki Usman (1995) dikatakan bahwa, “Saham adalah surat
bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan terbatas”.
Menurut Farid Harianto (1998:66) dikatakan bahwa, “Saham adalah surat
bukti pemilikan bagian modal atau tanda penyertaan modal pada perseroan
36
terbatas yang memberi hak atas dividen dan lain-lain menurut besar kecil modal
disetor.”
Kieso & Weygant (2001:760), menyatakan bahwa saham adalah “The
residual corporate interest that bears the ultimate risk of loss and receives the
benefit of success”.
Menurut Sawidji Widoatmojo, yaitu:
Saham adalah tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan
usaha dalam suatu perusahaan. Sedangkan selembar saham adalah
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah
pemilik (berapapun porsinya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan
kertas (saham) tersebut, sesuai porsi kepemilikannya yang tertera pada
saham. (Sawidji Widoatmojo, 2000:43)
Menurut Tjiptono Darmadji, yaitu:
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik
kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat
berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar
penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. (Tjiptono
Darmadji, 2001:5)
Jadi kesimpulannya dari pengertian saham menurut para ahli tersebut
yaitu, saham merupakan representasi ekuiti atau kepemilikan posisi seseorang
dalam suatu perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas dan yang telah GoPublic, selain itu para pemegang saham (shareholders) berhak mendapatkan
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan setiap tahunnya.
1.5.2
Sifat dan Karakteristik Saham
Adapun yang menjadi karakteristik saham menurut Hasan Zein (1999)
dalam Putri Nur Aprilia M (2007) adalah sebagai berikut:
1. Saham termasuk financial asset
37
Investor membeli saham karena mengharapkan akan diperolehnya
pendapatan atau keuntungan baik berupa dividen ataupun capital gain.
2. Saham mengandung risiko
Risiko yang melekat pada saham pada umumnya dapat dibagi atas
risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis akan
dialami oleh semua saham dan tidak dapat dihindari. Sedangkan risiko
tidak sistematis adalah risiko yang dapat dihindari dan tidak semua
perusahaan mengalaminya. Risiko ini tidak sama besar antara satu
perusahaan dengan perusahaan lainnya.
3. Saham mengandung unsur ketidakpastian.
Harga saham terkadang naik dan turun. Tingkat keuntungan yang
berbentuk dividen juga tidak tetap dan selalu berfluktuasi, bahkan bisa
saja terjadi perusahaan tidak membagikan dividen
4. Meskipun terlihat sama, pada kenyataannya saham antara satu
perusahaan dengan perusahaan yang lain adalah berbeda, baik dari
segi harga maupun kualitasnya.
5. Transaksi pembelian dan penjualan saham hanya dapat dilakukan di
tempat tertentu, melalui pialang dan lantai bursa.
1.5.3
Jenis-jenis Saham
Dalam penawaran saham di pasar modal, ada bermacam-macam jenis
saham yang dapat dibedakan menurut cara peralihan haknya dan manfaat yang
diperoleh para pemegang sahamnya, yaitu:
1.
Berdasarkan segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka
saham dibagi atas:
a. Saham biasa (common stock) menurut A.J Keown dkk.
Merupakan saham yang menunjukkan kepemilikan dalam
perusahaan dan apabila terjadi kebangkrutan maka pemegang
saham biasa tidak dapat menuntut terhadap aktiva sebelum
kewajiban
terhadap kreditor perusahaan, termasuk pemegang
38
obligasi dan pemegang saham preferen yang telah dipenuhi. (A.J
Keown dkk, 1999:281)
Karakteristik saham biasa:
1).
Pemegang saham biasa berhak atas pendapatan perusahaan
(claims on income).
2).
Pemegang saham biasa berhak atas harta perusahaan
(claims on assets).
3).
Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh
laba.
4).
Pemegang saham biasa berhak mengeluarkan hak suara
dalam rapat umum pemegang saham (voting rights).
Pemegang saham biasa tanggung jawabnya terbatas sesuai
dengan jumlah modal yang disetor (limited liability).
5).
Pemegang saham biasa memiliki kesempatan pertama
membeli apabila perusahaan menerbitkan saham baru
(preemptive rights).
6).
Memiliki hak terakhir dalam hal pembagian kekayaan
perusahaan
jika
perusahaan
tersebut
dilikuidasi
(dibubarkan) setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.
b. Saham Preferen (preferred stock) menurut A.J Keown adalah:
Merupakan saham gabungan antara obligasi dan saham biasa.
Artinya selain memiliki karakteristik seperti obligasi, saham
preferen juga memiliki karakteristik seperti saham biasa. Saham
preferen sama dengan saham biasa karena memiliki tanggal jatuh
tempo yang ditetapkan, dividen yang tidak dibayarkan tidak akan
menyebabkan kebangkrutan bagi perusahaan dan dividen tidak
dapat mengurangi pembayaran pajak. Dilain pihak, saham preferen
sama dengan obligasi karena jumlah dividennya memiliki batas
tertentu. (A.J Keown, 1999:274)
39
Karakteristik saham preferen:
1).
Memiliki hak lebih dahulu memperoleh dividen.
2).
Pemegang saham preferen lebih diprioritaskan dalam
melakukan tagihan terhadap aktiva jika terjadi kebangkrutan.
3).
Bersifat konvertibel artinya dapat ditukar berdasarkan
kesepakatan pemegangnya menjadi sejumlah saham biasa.
4).
Pemegang saham preferen tidak memiliki hak suara.
5).
Bersifat kumulatif artinya bahwa seluruh dividen saham
preferen yang belum terlunasi harus diselesaikan sebelum
perusahaan membayar dividen saham biasa.
Kelebihan dan kelemahan saham preferen, yaitu:
1).
Lebih aman daripada saham biasa, karena memiliki hak
klaim terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian
dividen terlebih dahulu.
2).
Pembayaran dividen secara tetap sulit dinaikkan.
3).
Tidak memiliki waktu jatuh tempo.
4).
Sulit diperjualbelikan dibanding saham biasa karena
jumlah saham preferen yang beredar jauh lebih sedikit.
5).
Pada saat perusahaan dilikuidasi yang dibayarkan hanyalah
nilai nominalnya.
2.
Berdasarkan cara peralihan, saham dibedakan atas:
a. Saham atas tunjuk (bearer stocks) menurut Juli Irmayanto dkk:
Merupakan saham yang tidak tertera nama pemiliknya, agar mudah
dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain. Pihak yang
memegang saham tersebut, maka ia diakui sebagai pemiliknya dan
berhak untuk ikut hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS). (Juli Irmayanto dkk, 1999:214)
b. Saham atas nama (registered stocks) menurut Juli Irmayanto dkk:
Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemilik
saham tersebut. Apabila terjadi peralihan saham maka harus melalui
40
prosedur tertentu terlebih dahulu, yaitu dengan dokumen peralihan
dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan
yang khusus memuat daftar nama pemegang saham. (Juli
Irmayanto dkk,1999:214)
Tabel 2.1
Perbedaan Saham Atas Unjuk dengan saham atas Nama
Saham Atas Nama
Saham Atas Tunjuk
2.7.1. Mudah dan cepat
1. Prosedur perdagangan perlu
waktu karena perlu
diperdagangkan
pemindahan nama kepemilikan
2.7.2. Tidak perlu daftar
(registrasi)
pemilik saham
2.7.3. Nama pemilik
2. Harus ada pihak yang mencatat
nama/daftar pemilik saham
saham sukar diketahui
3. Nama pemilik saham mudah
dan dipantau
diketahui dan dipantau
2.7.4. Sukar diganti kalau
4. Kalau hilang mudah diganti
hilang
2.7.5. Lebih mudah
5. Lebih sulit untuk dipalsukan
dipalsukan
3.
Berdasarkan kinerja perdagangan maka saham dapat dikategorikan
atas:
a. Blue Chips Stocks (saham unggulan)
Merupakan saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang besar
dan terkenal yang telah lama memperlihatkan kemampuannya
memperoleh keuntungan dan pembayaran dividen yang relatif
tinggi
kepada
pemegang
saham
yang
diikuti
dengan
pertumbuhan yang konsisten.
b. Growth Stocks (saham yang berkembang)
Yaitu saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang baik
penjualannya,
perolehan
labanya
dan
pangsa
pasarnya
41
mengalami perkembangan yang sangat cepat dari rata-rata
industri
c. Emerging Growth Stocks (saham yang sedang berkembang)
Merupakan saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang
relative lebih kecil dan memiliki daya tahan yang kuat meskipun
dalam kondisi ekonomi yang kurang mendukung.
d. Income Stocks (saham pendapatan)
Merupakan saham yang dapat membayar dividen melebihi
jumlah rata-rata pendapatan.
e. Cyclical Stocks (saham yang berfluktuasi)
Merupakan saham perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi
dan sangat dipengaruhi oleh siklus usaha.
f. Defensive Stocks (saham yang bertahan)
Merupakan saham perusahaan yang dapat bertahan dan tetap
stabil dari suatu periode atau kondisi yang tidak menentu dan
resesi.
g. Speculative Stocks (saham spekulasi)
Pada prinsipnya semua saham yang bisa diperdagangkan di
Bursa Efek dapat digolongkan sebagai speculative stocks.
1.5.4
Nilai Saham
Menurut Robert Ang (1997:6.17) makna surat berharga adalah sesuatu
yang mempunyai nilai dan tentunya dapat diperjualbelikan. Nilai suatu saham
berdasarkan fungsinya dapat dibagi 3 jenis, yaitu:
1. Nilai Nominal (Par Value). Nilai nominal adalah nilai yang
tercantum pada saham yang bersangkutan dan berfungsi untuk tujuan
akuntansi. Nilai ini tidak dipergunakan untuk mengukur sesuatu.
Nilai nominal ini merupakan suatu nilai yang berguna bagi
pencatatan akuntansi, dimana nilai nominal inilah yang dicatat
sebagai modal ekuitas perseroan di dalam neraca.
42
2. Harga Dasar (Base Price). Harga dasar adalah harga yang terjadi
pada saat saham pertama kali diperjualbelikan atau harga pada pasar
perdana. Harga pasar diperhitungkan didalam perhitungan indeks
harga saham.
3. Harga Pasar (Market Price). Harga pasar adalah harga yang terbentuk
berdasarkan harga yang terjadi di pasar. Jika pasar bursa efek sudah
tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price).
Jadi harga pasar inilah yang menyatakan naik turunnya suatu saham.
1.5.5
Keuntungan dan Risiko Kerugian Investasi Pada Saham
Setiap keputusan yang kita ambil dalam kehidupan memiliki sisi baik dan
jeleknya. Dalam dunia ekonomi ini sering disebut sebagai risk and return.
Begitupun dengan keputusan investasi pada saham memiliki keuntungan dan
kerugian, yaitu:
2. Keuntungan berinvestasi pada saham
Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2006:11)
pada dasarnya ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan
membeli atau memiliki saham, yaitu:
a. Dividen
Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan
penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai
(cash dividend) atau dapat pula berupa dividen saham (stock
dividend).
b. Capital Gain
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual .
Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan
saham di pasar sekunder. Investor dapat menikmati capital gain
jika harga jual melebihi harga beli saham tersebut. Di samping dua
keuntungan tesebut, maka pemegang saham juga dimungkinkan
untuk mendapatkan saham bonus (jika ada). Saham bonus adalah
43
saham yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham
yang diambil dari agio saham. Agio saham adalah selisih antara
harga jual terhadap harga nominal saham pada saat melakukan
penawaran umum di pasar perdana.
3. Kerugian berinvestasi pada saham
Saham dikenal dengan karakteristik high risk, high return. Artinya
saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang
keuntungan dan potensi risiko yang tinggi. Saham memungkinkan
investor untuk mendapatkan capital gain yang besar dalam waktu
singkat. Namun, seiring berfluktuasinya harga saham, maka saham
juga dapat membuat investor mengalami kerugian besar dalam waktu
singkat. Risiko investor yang memiliki saham menurut Tjiptono
Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2006:13) adalah sebagai
berikut:
a. Tidak mendapatkan dividen perusahaan akan membagikan dividen
jika operasinya menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu
perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika mengalami
kerugian.
b. Capital Loss, Investor akan mengalami capital loss ketika harga
beli saham lebih besar dari harga jual.
c. perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, Jika sebuah perusahaan
bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara langsung
terhadap
saham
perusahaan
tersebut.
Menurut
peraturan
pencatatan efek, jika sebuah perusahaan dilikuidasi maka secara
otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa.
Dalam kondisi0perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham
akan menempati posisi lebih rendah dibanding kreditor atau
pemegang obligasi.
d. Saham dikeluarkan dari bursa (Delisting), saham perusahaan didelist dari bursa umumnya dikarenakan kinerja yang buruk,
44
misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan,
mengalami kerugian dan lain sebagainya. Saham yang telah di delist tentu saja tidak lagi diperdagangkan di bursa.
1.6
Teori Efisiensi Pasar
Eduardus Tandelilin (2001:112) mengungkapkan bahwa “Pasar yang
efisien
adalah pasar di mana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah
mencerminkan semua informasi yang tersedia.” Hal tersebut diperkuat oleh
pendapat Suad Husnan (1998 : 264) bahwa “Pasar Modal yang efisien yaitu
pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi
yang relevan. ”Dengan demikian, jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat
untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan
informasi yang tersedia, maka kondisi seperti ini disebut dengan pasar efisien.
Informasi yang tersedia bisa meliputi semua informasi baik informasi di masa lalu
maupun saat ini, serta informasi yang bersifat pendapat atau opini rasional yang
beredar di pasar yang dapat mempengaruhi perubahan harga saham.
2.6.1
Bentuk-Bentuk Efisiensi Pasar
Fama
(1970)
dalam
Eduardus
Tandelilin
(2001:114)
mengklasifikasikan bentuk pasar yang efisien ke dalam tiga efficient market
hypothesis (EMH), yaitu:
i.
Efisiensi dalam bentuk lemah (Weak form)
Pasar efisien dalam bentuk lemah berarti semua informasi di
masa lalu akan tercermin dalam harga yang terbentuk sekarang.
ii.
Efisiensi dalam bentuk setengah kuat (semistrong)
Bentuk ini merupakan bentuk yang lebih komprehensif
karena dalam bentuk ini harga saham selain dipengaruhi oleh data
historis,
juga
dipengaruhi
oleh
semua
informasi
yang
dipublikasikan (seperti earning, dividen, pengumuman stock split,
45
penerbitan saham baru, dan kesulitan keuangan yang dialami
perusahaan)
iii.
Efisiensi dalam bentuk kuat (strong form)
Pasar efisien dalam bentuk kuat, semua informasi baik yang
terpublikasi atau tidak dipublikasikan sudah tercermin dalam harga
sekuritas saat ini. Dalam pasar efisien bentuk kuat, maka tidak akan
ada investor yang akan memperoleh abnormal return.
2.6.2
Alasan-alasan Pasar yang Efisien dan Tidak Efisien
Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan pasar menjadi efisien.
Menurut Jogiyanto (2000:375) pasar yang efisien dapat terjadi karena peristiwaperistiwa sebagai berikut:22
1.
Investor adalah penerima harga (price taker), yang berarti investor
seorang diri tidak akan mempengaruhi harga. Harga dari sekuritas
ditentukan oleh banyaknya investor yang menentukan demand dan
supply.
2.
Semua pelaku pasar dapat memperoleh informasi pada saat yang
sama dengan cara yang murah dan mudah.
3.
Informasi yang terjadi bersifat random. Informasi dihasilkan secara
random mempunyai arti bahwa investor tidak dapat memprediksi
kapan emiten akan mengumumkan informasi yang baru.
4.
Investor bereaksi dengan menggunakan informasi secara penuh dan
cepat, sehingga harga dari sekuritas berubah sesuai dengan
perubahan nilai sebenarnya akibat informasi tersebut. Sebaliknya,
jika kondisi di atas tidak terpenuhi maka kemungkinan pasar
efisien tidak dapat terjadi.
Hubungan teori efisiensi pasar dengan penelitian ini adalah lebih kepada
pemanfaatan informasi yang tersedia sebagai salah satu alat pengambilan
keputusan oleh investor. Informasi yang dimaksud yaitu informasi tentang
kebijakan pemecahan saham yang dilakukan oleh emiten. Sebagai sebuah alur
46
informasi tentunya hal ini akan berdampak kepada harga saham yang secara
langsung akan berdampak pula kepada reaksi pasar untuk melakukan tindakan
terhadap saham yang bersangkutan. Bentuk efisiensi pasar yang memiliki
relevansi
paling kuat dengan penelitian ini adalah bentuk efisiensi pasar setengah
kuat secara informasi.
1.7
Indeks harga Saham
Indeks Harga Saham merupakan salah satu informasi yang dapat
dimanfaatkan
oleh pelaku pasar modal untuk mengambil keputusan atas surat
berharga yang akan atau sedang dimiliki. Menurut Sunariyah (2010: 136)
mengemukakan bahwa:
Keputusan investor memilih suatu saham membutuhkan data historis
terhadap pergerakan saham yang beredar di bursa baik secara individual
(per saham), kelompok, maupun gabungan. Pemetaan terhadap
pergerakan harga saham tentu akan lebih mudah, efektif dan efisien
apabila informasi data yang disajikan dengan sistem tertentu yang
sederhana, konsisten, dan mudah ditafsirkan oleh para pelaku pasar
modal.
Bentuk
informasi
yang
dipandang
sangat
tepat
untuk
menggambakan pergerakan harga saham adalah angka indeks harga
saham yang memberikan deskripsi harga–harga saham pada suatu saat
tertentu maupun dalam periodisasi tertentu pula dalam bentuk
angka.(Sunariyah, 2010: 136)
Merujuk kepada pendapat Sunariyah tersebut, maka Indeks harga saham
dapat didefinisikan sebagai informasi yang menggambarkan pergerakan harga
saham pada suatu saat tertentu dan dalam periodisasi tertentu.
1.8
Indeks Papan Utama dan Indeks Papan Pengembangan
Emiten-emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dibagi atas 2 papan
pencatatan yaitu Papan Utama dan Papan Pengembangan dimana penempatan dari
47
emiten dan calon emiten yang disetujui pencatatannya didasarkan pada
persyaratan pencatatan pada masing-masing papan pencatatan.
Papan Utama ditujukan untuk emiten yang mempunyai ukuran (size)
besar dan mempunyai track record yang baik. Sementara Papan Pengembangan
dimaksudkan untuk perusahaan-perusahaan yang belum dapat memenuhi
persyaratan pencatatan di Papan Utama, termasuk perusahaan yang mempunyai
prospektif bagus namum belum menghasilkan keuntungan dan merupakan sarana
bagi perusahaan yang sedang dalam penyehatan.
A. Kriteria Pencatatan di Papan Utama
Calon emiten akan dicatatkan di Papan Utama apabila
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a.
Telah memenuhi persyaratan umum pencatatan.
b.
Sampai dengan diajukannya permohonan pencatatan, telah
melakukan kegiatan operasional dalam usaha utama (core
business) yang sama minimal 36 bulan berturut-turut.
c.
Laporan Keuangan telah diaudit 3 tahun buku terakhir,
dengan ketentuan Laporan Keuangan Auditan 2 tahun
buku terakhir dan Laporan Keuangan Auditan Internal
terakhir (jika ada) memperoleh pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP)
d.
Berdasarkan Laporan Keuangan Auditan terakhir memiliki
Aktiva Berwujud Bersih (Net Tangible Asset) minimal
Rp100 miliar.
e.
Jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham yang
bukan merupakan Pemegang Saham Pengendali (minority
shareholders) setelah Penawaran Umum atau perusahaan
yang sudah tercatat di Bursa Efek lain atau bagi
Perusahaan Publik yang belum tercatat di Bursa Efek lain
dalam periode 5 hari bursa sebelum permohonan
48
pencatatan, sekurang-kurangnya 100 juta saham atau 35%
dari Modal Disetor (mana yang lebih kecil)
f.
Jumlah pemegang saham paling sedikit 1.000 (seribu)
pemegang saham yang memiliki rekening Efek di Anggota
Bursa Efek dengan ketentuan:
1). Bagi calon Perusahaan Tercatat yang melakukan
penawaran umum, maka jumlah pemegang saham
tersebut adalah pemegang saham setelah penawaran
umum perdana
2). Bagi Calon Perusahaan Tercatat yang berasal dari
perusahaan publik, maka jumlah pemegang saham
tersebut adalah jumlah pemegang saham terakhir
selambatlambatnya 1 (satu) bulan sebelum mengajukan
permohonan pencatatan.
3). Bagi Calon Perusahaan Tercatat yang tercatat di Bursa
Efek lain, maka jumlah pemegang saham tersebut
adalah dihitung berdasarkan rata-rata per bulan selama
6 (enam) bulan terakhir.
B.
Kriteria Pencatatan di Papan Pengembangan
Calon emiten akan dicatatkan di Papan Pengembangan
apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Telah memenuhi persyaratan umum pencatatan saham
b. Sampai dengan diajukan permohonan pencatatan, telah
melakukan kegiatan operasional dalam usaham utama
(core business) yang sama minimal 12 bulan berturut-turut.
c. Laporan Keuangan Auditan tahun buku terakhir yang
mencakup minimal 12 bulan dan Laporan Keuangan
Auditan Interim terakhir (jika ada) memperoleh pendapat
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
49
d. Memiliki Aktiva Berwujud Bersih (net tangible asset)
minimal Rp5 miliar.
e. Jika calon emiten mengalami rugi usaha atau belum
membukukan keuntungan atau beroperasi kurang dari 2
tahun, wajib:
1) Selambat-lambatnya pada akhir tahun buku ke-2 sejak
tercatat sudah memperoleh laba usaha dan laba bersih
berasarkan proyeksi keuangan yang akan diumumkan
di Bursa.
2) Khusus bagi calon emiten yang bergerak dalam bidang
yang sesuai dengan sifatnya usahanya memerlukan
waktu yang cukup lama untuk mencapai titik impas
(seperti: infrastruktur, perkebunan tanaman keras,
konsesi Hak Pengelolaan Hutan (HPH) atau Hutan
Tanaman Industri (HTI) atau bidang usaha lain yang
berkaitan dengan pelayanan umum, maka berdasarkan
proyeksi keuangan calon perusahaan tercatat tersebut
selambat-lambatnya pada akhir tahun buku ke-6 sejak
tercatat sudah memperoleh laba usaha dan laba bersih.
f. Jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham yang
bukan merupakan Pemegang Saham Pengendali (minority
shareholders) setelah Penawaran Umum atau perusahaan
yang sudah tercatat di Bursa Efek lain atau bagi Perusahaa
Publik yang belum tercatat di Bursa Efek lain dalam
periode 5 (lima) hari bursa sebelum permohonan
pencatatan, sekurang-kurangnya 50 juta saham atau 35%
dari modal disetor (mana yang lebih kecil).
g. Jumlah pemegang saham paling sedikit 500 (lima ratus)
pemegang saham yang memiliki rekening Efek di Anggota
Bursa Efek, dengan ketentuan:
50
1) Bagi Calon Perusahaan Tercatat yang melakukan
penawaran umum, maka jumlahpemegang saham
tersebut adalah pemegang saham setelah penawaran
umum perdana.
2) Bagi Calon Perusahaan Tercatat yang berasal dari
perusahaan publik, maka jumlah pemegang saham
tersebut adalah jumlah pemegang saham terakhir
selambatlambatnya
1
(satu)
bulan
sebelum
mengajukan permohonan pencatatan
3) Bagi Calon Perusahaan Tercatat yang tercatat di Bursa
Efek lain, maka jumlah pemegang saham tersebut
adalah dihitung berdasarkan rata-rata per bulan selama
6 (enam) bulan terakhir.
h. Khusus calon emiten yang ingin melakukan IPO,
perjanjian penjaminan emisinya harus menggunakan
prinsip kesanggupan penuh (full commitment)
Per Desember 2009, dari 398 emiten yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia, 177 emiten masuk dalam Papan Utama sedangkan
sisanya sebanyak 221 emiten masuk dalam Papan Pengembangan.
Indeks Papan Utama dan Indeks Papan Pengembangan adalah
indeks harga saham yang diharapkan dapat menggambarkan
pergerakan indeks di masing-masing papan tersebut. Jumlah saham
yang digunakan untuk penghitungan indeks adalah seluruh saham
yang tercatat di masing-masing papan (kecuali beberapa saham
yang berdasarkan pertimbangan tertentu tidak masuk dalam
perhitungan seluruh indeks yang ada).
Indeks Papan Utama dan Indeks Papan Pengembangan diluncurkan
pada tanggal 8 April 2002, dengan menggunakan nilai dasar
tanggal 28 Desember 2001 dengan nilai indeks 100. Pada saat itu,
51
jumlah emiten yang tercatat di Papan Utama adalah 34 emiten dan
di Papan Pengembangan adalah 287 emiten serta porsi kapitalisasi
pasar untuk masing-masing papan adalah 62% dan 38%.
Download