BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen Risiko Risiko adalah

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Manajemen Risiko
Risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau
kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang
ingin dicapai.
Menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim pengertian risiko pada
tiga hal yaitu pertama, keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil
khusus, dimana hasilnya dapat diperoleh dengan kemungkinan yang telah
diketahui oleh pengambilan keputusan. kedua, variasi dalam keuntungan,
penjualan, atau varibel keuangan lainnya dan ketiga, masalah keuangan
yang dapat mempengaruhi kinerja posisi keuangan seperti risiko ekonomi,
ketidakpastian politik, dan masalah industri.23
1. Pengertian Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah suatu bidang ilmu yang membahas
tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam
memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan
berbagai pendekan manajemen secara komprehensif dan sistematis.24
2. Manfaat Manajemen Risiko
Diterapkannya manajemen risiko di suatu perusahaan ada beberapa
manfaat yang akan diperoleh yaitu perusahaan memiliki ukuran kuat
23
Irham Fahmi, Manajemen Risiko (Teori, Kasus dan Solusi), (Bandung : Alfabeta,
2010), Hlm 2
24
Ibid… Hlm 2-3
19
20
sebagai pijakan dalam mengambil setiap keputusan, mampu memberi
arah bagi suatu perusahaan, mendorong para manajer dalam
mengambil keputusan untuk menghindari risiko, memungkinkan
perusahaan memperoleh risiko kerugian minimum, dan perusahaan
telah membangun arah dan mekanisme secara suistainable.25
3. Jenis-jenis risiko26
Risiko-risiko perbankan pada umumnya dibandingkan dengan bank
syariah, mengacu pada Bab II pasal 4 butir 1 PBI No. 5/8/PBI/2003
antara lain sebagai berikut:
a. Risiko Kredit (credit risk)
Risiko yang terjadi karena counter part gagal memenuhi
kewajibannya kepada perusahaan sesuai dengan perjanjian yang
disepakati. Syariah membedakan antara dua jenis gagal bayar
yaitu yang mampu (gagal bayar sengaja) dan gagal bayar karena
bangkrut, tidak mampu membayar kembali utangnya karena
alasan-alasan yang diakui syariah. Dalam pembiayaan murabahah
apabila bank melakukan assesment terhadap calon debitur dan
bank kurang monitoring (pengawasan/pemantauan) nasabah dapat
menyebabkan pembiayaan macet pada pembiayaan murabahah.
25
26
111
Idroes Ferry N, Manajemen Risiko Perbankan, (Jakarta:Rajawali Press, 2011), Hlm 5-6
Sumar’in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, (Yogyakarta:Graha Ilmu,2012), Hlm
21
Bentuk risiko kredit terdiri dari :
1. Risiko yang bersifat jangka pendek
Adalah
risiko
yang
disebabkan
karena
ketidakmampuan suatu perusahaan memenuhi dan
menyelesaikan kewajibannya yang bersifat jangka
pendek terutama kewajiban likuiditas.
2. Risiko yang bersifat jangka panjang
Ketidakmampuan suatu perusahaan menyelesaikan
berbagai kewajibannya yang bersifat jangka panjang,
seperti
kegagalan
untuk
menyelesaikan
utang
perusahaan yang bersifat jangka panjang dan juga
kemampuan untuk menyelesaikan proyek hingga tuntas.
b. Risiko pasar, merupakan risiko yang terjadi dari pergerakan harga
di pasar.
c. Risiko likuiditas, risiko
yang ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan kas.
d. Risiko operasional, risiko yang disebabkan pada kegiatan
operasional yang tidak berjalan dengan lancar.
e. Risiko Hukum, risiko yang disebabkan adanya kelemahan aspek
yudiris. Kelemahan aspek yudiris antara lain disebabkan tuntutan
hukum, ketidaan peraturan perundang-undangan yang mendukung
atau lemahnya perikatan seperti tidak terpenuhinya syarat sahnya
kontrak.
22
f. Risiko kepatuhan, risiko akibat bank syariah tidak mematuhi
dan/atau tidak melaksanakan perundang-undangan
perundang undangan dan ketentuan
yang berlaku, serta Prinsip Syariah.27
g. Risiko imbal hasil, risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil
yang dibayarkan bank kepada nasabah karena
karena terjadi perubahan
tingkat imbal hasil yang diterima bank dari penyaluran dana, yang
dapat memengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga bank
bank.28
4. Proses Manajemen Risiko29
Proses manajemen risiko merupakan tindakan dari seluruh en
entitas
terkait di dalam organisasi. Proses manajemen risiko yang di dalamnya
mencakup semua tahapan yang harus dilakukan oleh bank.
Alur proses manajemen risiko dapat dilihat pada gambar berikut ini
Menentukan Konteks
Identifikasi Risiko
Analisis Risiko
Evaluasi Risiko
Perlakuan Risiko
Gambar 2.1
Sumber : ISO 31000 (2009), diolah lebih lanjut
27
Bambang Riyanto Rustman, Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia,
(Jakarta:Salemba empat, 2013) Hlm 233
28
Ibid., Hlm 253
29
Imam Wahyudi, Miranti Kartika Dewi, dkk, Manajemen Risiko Bank Islam,
(Jakarta:Salemba empat, 2013) Hlm 61-62
61
23
Proses manajemen risiko pada bank Islam dapat diawali dengan
melakukan tahap penentuan konteks. Pada tahap ini, semua hal terkait
dengan rincian manajemen risiko diperjelas dan didefinisikan. Tahap
penentuan konteks tersebut bertujuan untuk memperoleh gambaran
menyeluruh atas pemetaan dasar, ruang lingkup, dan kerangka kerja
manajemen risiko, mengidentifikasi lingkungan penerapan manajemen
risiko, mengetahui dan menetapkan para pemangku kepentingan
utama, dan menetapkan kriteria untuk menganalisa dan mengevaluasi
risiko. Oleh karena itu, hal-hal yang dilakukan dalam tahapan
penentuan konteks meliputi : (i) Identifikasi risiko menjadi area asal
kepentingan (domain of interest), (ii) Perencanaan proses manajemen,
(iii) pemetaan lingkup sosial manajemen risiko, identitas dan tujuan
pemangku kepentingan, (iv) kriteria dan dasar untuk mengevaluasi
risiko, (v) mendifinisikan kerangka kerja untuk aktivitas dan agenda
identifikasi, (vi) mengembangkan kriteria analisis risiko-risiko yang
terlibat dalam proses, dan (vii) mitigasi atau solusi risiko dengan
menggunakan teknologi, SDM, dan sumber daya yang ada.
Kotak berwarna putih pada gambar merupakan rincian dari risk
assesment yang dilakukan oleh bank Islam. Sebagaimana di dalamnya
terdapat tahapan identifikasi risiko dapat dimulai dari sumber
permasalahan (source analysis) maupun dari permasalahan itu sendiri
(problem analysis). Selain itu, metodologi yang digunakan dalam
24
identifikasi risiko sangat bergantung pada budaya, praktik di industri,
dan kepatuhan pada berbagai peraturan yang berlaku.
B. Murabahah
1. Pengertian Murabahah
Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati. Berdasarkan akad jual beli
tersebut bank membeli barang yang dipesan oleh nasabah dan
menjualnya kepada nasabah. Harga jual bank adalah harga beli dari
suplier ditambah keuntungan yang disepakati.
disepakati. Bank harus memberi
tahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya
yang diperlukan. Tingkat keuntungan bisa dalam bentuk lumpsum atau
presentase tertentu dari biaya perolehan. Pembayaran bisa dilakukan
secara spot (tunai) bisa dilakukan di kemudian hari yang disepakati
bersama.30
2. Landasan Hukum Murabahah31
a. Landasan Al-Qur’an
Al
Ayat-ayat
ayat alquran yang dapat dijadikan rujukan dasar akad
transaksi murabahah, adalah :
30
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2008),
Hlm 81-82
31
Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Islam
Islam, (Yogyakarta:UII
Press,2000), Hlm 23
25
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu
makan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara
kamu”. (QS. An-nisa’: 29)
b. Landasan Sunnah
Hadis-hadis Rasul yang dapat dijadikan rujukan dasar akad
transaksi murabahah adalah :
“Dari Abu Said al-hudriyyi bahwa Rasulullah saw. Bersabda:
Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan secara suka sama
suka”. (HR. Al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan Sahih menurut Ibn
Hibban).
“Pedagang yang jujur dan benar berada di surga bersama para
nabi, siddqin dan syuhada”. (Imam Tirmizi berkata hadis ini
hasan).
c. Undang-Undang Perbankan Syariah
Berdasarkan UU Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun
2008 bahwa Akad Murabahah adalah akad pembiayaan suatu
barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan
pembeli
membayarnya
dengan
harga
yang
lebih
sebagai
keuntungan yang disepakati.
d. Fatwa DSN-MUI
1. Ketentuan tentang murabahah (Fatwa DSN no. 04/DSNMUI/IV/2000).
2. Uang
muka
MUI/IX/2000).
murabahah
(Fatwa
DSN
no.
13/DSN-
26
3. Diskon murabahah (Fatwa DSN No. 16/DSN-MUI IX/2000)
4. Sanksi
atas
nasabah
mampu
yang
menunda-nunda
pembayaran (Fatwa DSN No. 17 / DSN-MUI/IX/2000)
5. Potongan
pelunasan
dalam
murabahah
(Fatwa
DSN
No.23/DSN-MUI/III/2002).
e. Kompilasi Hukun Ekonomi Syariah (KHES)
1. Ketentuan umum murabahah (Buku II tentang akad, Bab V,
bagian keenam, pasal 116).
2. Uang muka murabahah (Buku II tentang akad, Bab V, bagian
keenam pasal 121).
3. Potongan pelunasan dalam murabahah (Buku II tentang akad,
Bab V, bagian ketujuh pasal 125).
4. Penyelesaian pembiayaan bermasalah. (Buku II tentang akad,
Bab V, bagian ketujuh pasal 126-133).
3. Rukun Murabahah
Rukun dari akad murabahah yang harus dipenuhi dalam transaksi
ada beberapa , yaitu :32
1) Pelaku akad, yaitu penjual adalah pihak yang memiliki barangg
untuk dijual, dan pembeli adalah pihak yang memerlukan dan akan
membeli barang;
2) Objek akad, yaitu barang dagangan dan harga,
3) Ijab dan Qabul.
32
Ibid, Hlm 82
27
4. Syarat Murabahah33
a. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.
b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
c. Kontrak harus bebas dari riba.
d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian.
e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembeli dilakukan secara utang.
5. Jenis Murabahah
Murabahah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
1.
Murabahah tanpa pesanan, maksudnya ada yang pesan atau
tidak, bank syariah menyediakan barangnya.
2.
Murabahah berdasarkan pesanan, maksudnya bank syariah
baru akan melakukan transaksi murabahah apabila ada
nasabah yang memesan barang sehingga penyediaan
barang baru dilakukan jika ada pesanan.
33
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta:Gema Insani
Press, 2001), Hlm 102
28
6. Skema Akad Murabahah
Berikut merupakan bagan murabahah sederhana :34
2a. Barang/mobil
PENJUAL
1. Akad murabahah
PEMBELI
2b. Cost + Margin
Gambar 2.2
Keterangan :
1. Penjual dan pembeli melakukan kesepakatan menggunakan
akad murabahah. Dimana harga pokok penjualan dan margin
telah ditetapkan.
2. Penjual mengirimkan barang sesuai dengan kriteria yang
diinginkan oleh pembeli.
3. Pembeli
membayar
harga
pokok
dan
margin
sesuai
kesepakatan diawal secara tangguh.
C. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan dalam lembaga keuangan syariah non bank maupun
bank sangat di perlukan demi kelangsungan kemajuan sebuah lembaga
keuangan syariah non bank maupun bank. Pembiayaan sering digunakan
untuk menunjukkan aktivitas utama lembaga keuangan syariah bank
34
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah….. Hlm 82
29
maupun non bank, karena berhubungan dengan rencana memperoleh
pendapatan.35
Berdasarkan UU no 7 tahun 1992, yang dimaksud pembiayaan
adalah :
“Penyediaan uang atau tagihan atau yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu ditambah dengan sejumlah bunga,
imbalan atau pembagian hasil”
Sedangkan menurut PP No. 9 tahun 1995, tentag pelaksanaan
simpan pinjam oleh koperasi, pengertian pinjaman adalah:36
“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan disertai
pembayaran sejumlah imbalan”.
Dalam pengertian sederhana pembiayaan merupakan penyaluran
dana dari pemilik dana kepada pihak yang memerlukan dana. Penyaluran
dana tersebut didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik
dana kepada pengguna dana.37
35
Muhammad Ridwan , Manajemen Baitul Maal wa Tamwil, (Yogyakarta:UII Press,
2004), Hlm 163
36
Ibid, Hlm 164
37
Ismail,Manajemen Perbankan dari teori menuju aplikasi cet 1, (Jakarta : Kencana
,2010) Hlm 93
30
Agar dapat memaksimalkan pengelola dana, maka manajemen
BMT/BTM harus memperhatikan tiga aspek penting dalam pembiayaan,
yakni:38
1. Aman
Keyakinan bahwa dana yang telah dilempar dapat ditarik
kembali sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Untuk
menciptakan kondisi tersebut, sebelum dilakukan pencairan
pembiayaan, terlebih dahulu harus melakukan survey usaha
untuk memastikan bahwa usaha yang dibiayai layak. Dilarang
memberikan pembiayaan hanya faktor kasian, harus betul-betul
jeli dalam melihat usaha yang diajukan.
2. Lancar
Keyakinan bahwa dana dapat berputar dengan lancar dan cepat.
Semakin
cepat
dan
lancar
perputaran
dananya,
maka
pengembangan koperasi/BMT/BTM akan semakin membaik.
3. Menguntungkan
Perhitungan dan proyeksi yang tepat, untuk memastikan bahwa
dana yang dilempar akan menghasilkan pendapatan. Semakin
tepat dalam memproyeksi usaha, kemungkinan besar gagal
dapat diminimalisasi. Kepastian pendapatan ini memliki
pengaruh yang besar bagi kelangsungan koperasi/BMT/BTM.
38
Ibid.,Muhammad Ridwan, Hlm 164-165
31
2. Macam-macam Pembiayaan
Pembiayaan dibagi menjadi dua, yakni pembiayaan produktif dan
pembiayaan konsumtif.39
a. Pembiayaan Produktif
Yaitu pembiayaan yang di tunjukkan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti yang sangat luas seperti pemenuhan
kebutuhan modal untuk menigkatkan volume penjualan dan
produksi, pertanian, perkebunan maupun jasa.
Pembiayaan produktif dibagi menjadi dua yaitu :
1. Pembiayaan modal kerja.
2. Pembiayaan investasi.
b. Pembiayaan Konsumtif
Yaitu pembiayaan yang ditunjukkan untuk pemenuhan
kebutuhan konsumsi, baik digunakan sesaat maupun dalam jangka
waktu yang relatif panjang. Berbagai bentuk pembiayaan tersebut,
harus selalu berlandaskan pada aturan syariah. Penyimpangan dari
prinsip-prinsip syariah dapat berakibat pada batal/rusaknya akad
sehingga dikhawatirkan dapat terjerumus pada riba yang haram.
3. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan
Pemberian suatu fasilitas pembiayaan mempunyai tujuan tertentu.
Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan lepas dari misi bank
39
Ibid., Hlm 166
32
tersebut didirikan. Adapun tujuan utama pemberian pembiayaan antara
lain:40
1. Mencari keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian
pembiayaan tersebut. Hasil tersebut dalam bentuk bagi hasil atau
margin yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya
administrasi pembiayaan yang dibebankan kepada nasabah.
2. Membantu usaha nasabah
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah
yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana
untuk modal kerja.
3. Membantu pemerintah
Bagi pemerintah, semakin banyak pembiayaan atau kredit
yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik,
mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan
pembangunan di berbagai sektor.
Keuntungan bagi pemerintah adalah:41
1. Penerimaan
pajak
dari
keuntungan
yang
diperoleh
nasabah dan bank.
2. Membuka
kesempatan
kerja
sehingga
mengurangi
pengangguran.
40
Kartika Puspitawati, Prosedur Restrukturisasi Pada Pembiayaan Murabahah
Bermasalah di BNI Syariah Cabang Semarang, (Semarang:IAIN Semarang,2012) hlm 32-34
41
Ibid.,
33
3. Dapat
menghemat
devisa
negara,
terutama
untuk
produk yang sebelumnya diimpor.
4. Meningkatkan
devisa
negara
apabila
barang
yang
diproduksi dapat diekspor.
Kemudian,
disamping
tujuan
diatas
suatu
fasilitas
pembiayaan atau kredit memiliki fungsi sebagai berikut:42
1. Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar menukar barag dan
jasa.
2. Pembiayaan merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan
idle fund.
3. Pembiayaan dapat menciptakan alat pembayaran yang baru.
4. Pembiayaan sebagai alat pengendali harga.
5. Pembiayaan dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat
ekonomi yang ada.
D. Risiko Pembiayaan Murabahah
Risiko pembiayaan dapat terjadi apabalia peminjam (debitur) tidak
dapat mengembalikan dana yang dipinjam namun risiko lain dapat terjadi
pada pembiayaan dengan akad murabahah yaitu :
a. Default atau kelalaian; nasabah sengaja tidak membayar angsuran.
b. Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang dipasar
naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa
mengubah harga jual tersebut.
42
Ibid.,Ismail …. Hlm 96-97
34
c. Penolakan nasabah; barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah
karena berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan
sehingga nasabah tidak mau menerimanya. Karena itu, sebaiknya
dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah merasa
spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan. Bila bank
telah menandatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, barang
tersebut akan menjadi milik bank. Dengan demikian, bank mempunyai
risiko untuk menjualnya kepada pihak lain.
d. Dijual; karena bai’al-murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka
ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah.
Nasabah bebas melakukan apa pun terhadap asset miliknya tersebut,
termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian, risiko untuk default
akan besar.
Apabila pihak bank menerapkan perwakilan pembelian barang
kepada nasabah maka, risiko yang akan di alami, yaitu :43
1. Hutang nasabah lebih kecil dibandingkan dengan hutang dalam
transaksi murabahah.
Dengan diserahkan uang kepada nasabah sebagai wakil dengan
akad wakalah maka hutang nasabah kepada bank hanya sebesar uang
yang diterima nasabah, hal ini sangat berbeda jika terjadi jual beli
murabahah, dimana yang terhutang nasabah adalah sebesar harga jual
barang, yaitu harga perolehan ditambah keuntungan. Pada saat
43
Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta:UII Press, 2005) Hlm 69-71
35
penyerahan uang kepada nasabah sebagai wakil dengan akad
wakalah, belum terjadi transaksi jual beli murabahah, sehingga jika
nasabah setelah penyerahan uang tersebut, kemudian mereka tidak
membeli barang maka nasabah hanya utang sebesar uang yang
diserahkan.
2. Peluang besar untuk penyalahgunaan dana
Dengan diterimanya uang ini menjadi peluang besar bagi nasabah
untuk mengunakan dana tersebut untuk kepentingan lain, karena bagi
nasabah hutangnya hanya sebesar uang yang diterima. Dengan
penyalahgunaan dana ini akan mengakibatkan ketidaklancaran dalam
melakukan pembayaran angsuran, karena dalam melakukan analisis
pembayaran angsuran didasarkan pada data-data yang terkait dengan
pemanfaatan dari barang yang dibeli tersebut.
Download