Ditarget 162 Jurnal Terindeks Scopus, FK UNAIR

advertisement
Ditarget 162 Jurnal Terindeks
Scopus, FK UNAIR Perkuat
Aktivitas Reworking
UNAIR NEWS – Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga terus
berupaya mengembangkan strategi percepatan demi tercapainya
target publikasi jurnal di tingkat internasional. Salah satu
bentuk strategi yang saat ini sedang gencar disosialisasikan
di kalangan dosen maupun mahasiswa adalah dengan cara
memperkuat aktivitas reworking.
Seperti disampaikan oleh Wakil Dekan III FK UNAIR Prof. Dr. Ni
Made Mertaniasih, dr., MS., Sp.MK (K) bahwa reworking
merupakan bentuk aktivitas mengubah naskah hasil penelitian
berupa skripsi, thesis, disertasi maupun laporan hasil
penelitian dosen
menjadi bentuk artikel jurnal secara umum.
“Target FK UNAIR tahun 2017 adalah 162 jurnal yang terindeks
scopus, bahkan kalau bisa kita bisa capai lebih.
Untuk
mencapai itu, kita lakukan percepatan dengan memperkuat
aktivitas reworking,” ungkapnya usai menghadiri acara
Lokakarya Pembinaan Publikasi Jurnal Internasional, di Grhamik
FK UNAIR, 17/5.
Lokakarya yang diikuti oleh puluhan dosen dari 29 Departemen
di lingkungan FK UNAIR, rencananya akan berlanjut sampai ke
tahap pendampingan pengiriman artikel untuk diajukan ke jurnal
internasional.
Kriteria penelitian yang akan di reworking merupakan ketentuan
dari masing-masing bidang ilmu kedokteran. Dosen pembimbing
atau ketua program studi dan ketua departemen berwenang untuk
memilih penelitian yang dianggap memenuhi kriteria untuk dapat
diperjuangkan di tingkat internasional.
Beberapa perguruan tinggi di Indonesia sebenarnya sudah ada
yang lebih dulu menerapkan aktivitas reworking di setiap
publikasi jurnal. Sementara di FK UNAIR lebih sering
menggunakan repository.
“Bukan berarti kita (UNAIR) terlambat menerapkan ini. Secara
individu, saya yakin masing-masing dosen di berbagai fakultas
sudah ada yang menerapkan reworking ketika membimbing
penelitian mahasiswa S1 dan S2. Yang kita bangun sekarang
adalah memperkuat aktivitas reworking secara serentak dan
sistematis di seluruh fakultas di UNAIR,” ungkapnya.
Made juga mengatakan, aktivitas reworking ini sebenarnya
membawa banyak keuntungan. Selain bagi penulisnya, hal
tersebut juga akan berdampak baik bagi institusi pendidikan
terkait. Menurutnya, dengan merubah penelitian menjadi jurnal,
penulis akan termotivasi untuk mempertahankan pengembangan
ilmu. Karena ketika
penulis sungguh-sunggu ingin
mengembangkan penelitiannya menjadi jurnal, otomatis penulis
akan berupaya melakukan perbaikan dan menyempurnakan hasil
karyanya.
“Ketika penelitian masih sebagai prasarat kelulusan, maka
mahasiswa atau dosen cenderung lebih fokus mengejar target
kelulusan saja sehingga seringkali kualitas penelitian kurang
maksimal. Namun ketika dikembangkan menjadi sebuah jurnal,
maka tanggung jawab untuk mengembangkan ilmu jadi lebih
besar,” ungkapnya.
Selain dalam bentuk
jurnal penelitian, bentuk publikasi
internasional lainnya bisa dalam bentuk review articel, case
report, sistematic review, maupun opini yang termuat di media.
Made menghimbau agar sebaiknya kalangan dosen mulai
membiasakan menulis opini sesuai dengan bidang keilmuan
masing-masing. Wujud publikasi lainnya juga bisa dalam bentuk
mereview beberapa artikel , kemudian mengkonsep sesuai dengan
hasil review yang diperoleh dari beberapa sumber jurnal ,
maupun history textbook.
Rencananya, acara lokakarya tersebut masih akan dilanjutkan
hingga pada tahapan pendampingan submit penelitian ke jurnal
internasional. Artinya, ketika manuscript masih dalam bahasa
Indonesia
maka perlu di translet terlebih dulu ke bahasa
inggris, kemudian dilakukan penyempurnaan kalimat. Selanjutnya
dilakukan penyesuaian guideline for author. Setelah itu, masuk
ke tahap kelengkapan data untuk proses afiliasi.
Penulis: Sefya Hayu
Editor: Nuri Hermawan
Tak Ada Rintangan, Tim Atlet
Siap Mendaki Denali
UNAIR NEWS – Setelah tiba di Kota San Francisco, Amerika
Serikat pada tanggal 18 Mei lalu, kini tim atlet Airlangga
Indonesia Denali Expedition (AIDeX) Unit Kegiatan Mahasiswa
Pecinta Alam Universitas Airlangga (Wanala UNAIR) bertolak
menuju Anchorage, Alaska, Minggu (21/5) waktu setempat.
Perjalanan tersebut membuat para atlet AIDeX kian dekat dengan
Gunung Mc. Kinley, tempat mereka akan melakukan pendakian.
Sesampainya di Anchorage pada pada pukul 20.30 malam, tim
bertemu dengan pemandu Sofyan Arief Fesa yang terlebih dahulu
sampai di sana. Suhu di Anchorage berkisar antara sembilan
hingga sebelas derajat Celcius. Meskipun sudah memasuki musim
panas, kedatangan tim AIDeX disambut gerimis.
Esoknya, Senin (22/5) kondisi tubuh masing-masing atlet sudah
mulai beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Para atlet sudah
mulai bisa menjalani istirahat dan aktivitas seperti biasa.
Siangnya, tim AIDeX bertemu dengan Warga Negara Indonesia yang
sudah puluhan tahun tinggal di Alaska, Lenny. Mereka
mendapatkan rekomendasi tersebut dari Konsul Jenderal RI di
San Francisco.
“Kami mendapat sambutan baik dari beliau (Lenny). Beliau
bangga dengan para pemuda yang ingin mengharumkan nama Merah
Putih apalagi beliau sudah 27 tahun tinggal di Alaska dan
jarang mendapatkan tamu dari Indonesia. Terus terang beliau
antusias terhadap tim Airlangga Indonesia Denali Expedition,”
terang M. Faishal Tamimi, atlet AIDeX.
Selama di Alaska, tim AIDeX yang beranggotakan dua atlet
lainnya M. Roby Yahya (Fakultas Perikanan dan Kelautan) dan
Yasak (alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) kembali
mengecek dan membeli perlengkapan pendakian di salah satu toko
di sana. Mereka membeli peralatan pendakian seperti kacamata
serta memenuhi kebutuhan logistik selama hampir satu bulan di
Denali.
Sampai saat ini, tim AIDeX tak menghadapi rintangan berarti
untuk memulai pendakian yang rencananya akan dilakukan pada
tanggal 26 Mei waktu setempat. Termasuk suhu di Alaska yang
memungkinkan para atlet untuk melakukan pendakian.
Sejak persiapan di Indonesia hingga sampai di Alaska, tim
AIDeX juga dibantu PT. PP Properti (Tbk) dan PT. Pegadaian
Persero.
Tim AIDeX akan mendaki Denali selama 18 sampai 22 hari. Mereka
bertolak dari Surabaya ke Jakarta pada 10 Mei, kemudian
berangkat ke Amerika Serikat pada 17 Mei. Mereka kemudian
melanjutkan perjalanan ke Anchorage pada tanggal 21 Mei.
Sedangkan, pendakian di Denali akan dimulai pada 26 Mei sampai
9 Juni.
Denali bukanlah puncak pertama yang didaki oleh anggota Unit
Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam (UKM Wanala). Empat dari tujuh
puncak tertinggi yang telah tim digapai adalah Puncak Cartenz
(Indonesia/1994), Kilimanjaro (Tanzania/2009), Elbrus
(Rusia/2011), dan Aconcagua (Argentina/2013).
Selain ke Denali, ekspedisi ke Vinson Massif di Antartika
serta Everest di Himalaya akan menggenapi ekspedisi seven
summits anggota UKM Wanala.
Penulis: Wahyu Nur Wahid (manajer atlet AIDeX)
Editor: Defrina Sukma S
Download