B A B II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi sebagai proses Simbolik Salah satu kebutuhan pokok manusia, seperti dikatakan Sussane K. Langer, adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Manusia memang satu-satunya hewan yang menggunakan lambang, dan itulah yang membedakan manusia dengan manusia lainnya. Ernest Cassiner mengatakan bahwa keunggulan manusia atau mahluk lainnya adalah keistimewaan mereka sebagai animal symbolicum. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal, dan objek yang maknanya yang disepakati.4 Kebutuhan dasar yang memang hanya ada pada manusia, adalah kebutuhan akan simbolisasi. Fungsi pembentukan simbol ini adalah satu diantara kegiatan-kegiatan dasar manusia, seperti makan, melihat, dan bergerak. Ini adalah proses fundamental dari pikiran, dan berlangsung setiap waktu. Presentasi-presentasi manusia tergantung pada penggunaan simbol-simbol (Susaane K Langer). Dari pengantar tersebut, menggambarkan yang dikejar manusia dalam kehidupan manusia di tengah-tengah masyarakat adalah status 4 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi suatu pengantar, PT. Rosdakarya, Bandung, 2011 hal.92 13 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 simbo-simbol yang berlaku universal. Seperti piala, piagam, penghargaan, tanda jasa, jabatan, pangkat, dll. Pada manusia kegiatan secara arbitrer menjadikan hal-hal tertentu untuk mewakili hal-hal lainnya bisa disebut juga proses simbolik. Kapan pun dua atau lebih manusia dapat berkomunikasi satu sama lain, mereka dapat berkomunikasi satu sama lainnya, misalnya, berikut ini adalah 1 simbol : x dan y. Kita bisa sepakat untuk menggunakan x sebagai mewakili pengaruh (sebab), dan y mewakili pengaruh (akibat) ; kemudian kita dapat secara bebas menggunakan kesepakatan kita dan menggunakan x sebagai mewakili bangsa Israel dan y mewakili bangsa Arab Palestina, x mewakili oposisi, y mewakili Pemerintah, x mewakili Partai Liberal, y mewakili Partai Republik,dll. Artinya bahwa manusia secara unik, bebas menghasilkan, mengubah, dan menentukan nilai bagi simbol-simbol sesuka kita, bahwa kita dapat menjadikan simbol-simbol bagi simbol-simbol. Kemudian kita dan menjadikan (+) bagi wanita yang positif, yang merupakan simbol bagi simbol-simbol kebebasan untuk menciptakan simbol-simbol bagi simbol-simbol lainnya adalah penting bagi apa yang kita sebut sebagai proses simbolik 5 5 Ahmad Suhabudin, Komunikasi AntarBudaya, PT. Bumi Aksara, Jakarta 2016 hal 64-65 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 2.2 Bahasa Sebagai Simbol Banyak teori telah ditemukan untuk menjelaskan asal mula bahasa, beberapa diantaranya di cari-cari. Sebuah teori yang dianut oleh sejumlah ahli antropologi dewasa ini, adalah manusia dimulai sebagai sistem gerakan tubuh. Beberapa faktor lingkungan bersama dengan perubahan biologis pada hominida zaman purba merupakan latar belakang bahasa, dan mungkin gerakan mulut memegang peranan yang penting dalam perubahan itu. Menurut Hayakawa dalam Mulyana dan Rahmat (1990:104) diantara semua bentuk simbol, bahasa merupakan simbol yang paling rumit, halus, dan berkembang. Telah kita ketahui bahwa manusia sebagai kesepakatan bersama, dapat menjadikan sesuatu simbol bagi suatu hal lainnya. Menurut Havyland (1988:359) bahasa adalah suatu sistem bunyi yang kalau digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan arti, yang dapat ditangkap boleh semua orang yang berbicara dalam bahasa. Sistem untuk mengkomunikasikan dalam bentuk lambang, dan berbagai macam informasi. Lambang dalam definisi ini, berarti setiap jenis suara atau gerakan yang kita beri arti sebagai pengganti sesuatu dan bukan sesuatu yang memiliki arti alamiah biologis, yang kita sebut tanda (sinyal). Kita cenderung menganggap bahasa sebagai sesuatu yang biasa, maka mungkin tidak begitu jelas bagi kita bahwa bahasa juga merupakan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 suatu sistem yang memungkinkan kita untuk meengutarakan keprihatinan, kepercayaan dan pengertian dalam bentuk lambang yang dapat dipahami dan ditafsirkan orang lain. Namun proses simbolik yang memungkinkan absurditas perilaku manusia, juga memungkinkan timbulnya bahasa, dan oleh karenanya semua perolehan atau prestasi manusia bergantung pada bahasa. Jadi dengan perantara bahasa, pengertian-pengertian yang bersifat abstrak sifatnya dapat disimpan didalam pikiran manusia, yang kemudian dapat di informasikan kepada manusia lain. Artinya manusia dapat menggembangkan kemampuannya untuk berfikir simbolik, yaitu menggunakan pengertian-pengertian yang abstrak dengan alat bahasa. Manusia dapat berbicara, menggembangkan kapasitasnya untuk inovasi, dan berinteraksi dalam masyarakatnya dengan bahasa. 6 2.3 Simbolik Secara etimologis, simbol (symbol) berasal dari kata Yunani “symballein” yang berarti melemparkan bersama suatu (benda, perbuatan) dikaitkan dengan suatu ide. Adapula yang menyebutkan “symbolos”, yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang. Biasanya simbol terjadi berdasarkan metonimi (metonimy), yakni nama untuk benda lain yang berasosiasi atau yang menjadi atributnya (misalnya si kaca mata untuk seseorang yang berkacamata) 6 Ibid. Hal 66-68 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 dan metafora (metaphor), yaitu pemakaian kata atau ungkapan lain untuk objek atau konsep lain berdasarkan kias atau persamaan (misalnya kaki gunung, kaki meja, berdasarkan kias pada kaki manusia).7 Semua simbol melibatkan tiga unsur: simbol itu sendiri, satu rujukan atau lebih, dan hubungan antara simbol dengan rujukan. Ketiga hal itu merupakan dasar bagi semua makna simbolik. Simbol adalah bentuk yang menandai sesuatu yang lain diluar perwujudan bentuk simbolik itu sendiri. Simbol yang tertuliskan sebagai bunga, misalnya, mengacu dan mengemban gambaran fakta yang disebut “bunga” sebagai sesuatu yangn ada diluar bentuk simbolik itu sendiri. Dalam kaitan ini Pierce mengemukakan bahwa “A symbol is a sign which refers to the object that is denotes by virtue of a law, usually an association of general ideas, which operates to cause the symbol to be interpreted as referring to that object”. Dengan demikian, dalam konsep Pierce simbol diartikan sebagai tanda yang mengacu pada objek tertentu diluar tanda itu sendiri. Hubungan antara simbol sebagai penanda dengan sesuatu yang ditandakan (petanda) sifatnya konfensional. Berdasarkan konfensi itu pula masyarakat pemakainya menafsirkan ciri hubungan antara simbol dengan objek yang di acu dengan menafsirkan maknanya. Dalam arti demikian, kata misalnya, merupakan salah satu bentuk simbol karena hubungan kata dengan dunia acuannya ditentukan berdasarkan kaidah 7 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT. Rosdakarya, Bandung, 2009 hal 155. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 kebahasaannya. Kaidah kebahasaan itu secara artifisial dinyatakan ditentukan berdasarkan konfensi masyarakat pemakainya.8 2.4 Komunikasi Non-Verbal komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vokal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan. Atau dapat juga dikatakan bahwa semua kejadian disekeliling situasi komunikasi yang tidak berhubungan dengan kata-kata yang diucapkan atau dituliskan. Dengan komunikasi nonverbal orang dapat mengekspresikan perasaannya melalui ekspresi wajah dan nada atau kecepatan berbicara. Misalnya seorang pimpinan berbicara dengan suara keras dan wajah yang merah padam, itu menandakan bahwa pimpinan itu sedang marah pada karyawan tersebut. 9 Tanda-tanda komunikasi nonverbal belumlah dapat diidentifikasi seluruhnya tetapi hasil penelitian menunjukan bahwa cara kita duduk, berdiri, berjalan, berpakaian, semuanya itu menyampaikan informasi pada orang lain. Tiap-tiap gerakan yang kita buat dapat menyatakan asal kita, sikap kita, kesehatan atau bahkan keadaan psikologis kita. Misalnya gerakan-gerakan seperti mengerutkan alis, menggigit bibir, menunjuk dengan jari, tangan di pinggang, melipat tangan bersilang di dada 8 9 Ibid. hal 156 Dr. Arni Muhammad, Komunikasi OrganisasI, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hal 130 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 semuanya mengandung arti tertentu.10 Definisi Carey menegaskan bahwa komunitas dan realitas saling berhubungan. Komunikasi adalah proses yang tertanam dalam kehidupan kita sehari-hari yang menginformasikan cara kita menerima, memahami, dan mengkontruksi pandangan kita tentang realitas dan dunia. “ Dengan kata lain, “ demikian ujar Fiske dalam buku ini, “ determinan-determinan komunikasi berada di masyarakat dan dunia sekitar kita, bukan dalam proses komunikasi itu sendiri.”11 komunikasi non-verbal mempunyai beberapa karakteristik. Pertama, karakteristik komunikasi non-verbal yang meliputi eksistensinya, peranannya dalam mentransmisikan perasaan, sifat menduanya, dan keterkaitannya dengan suatu budaya tertentu. Selain itu upaya untuk memahami komunikasi non-verbal dapat pula dilihat dari kategorinya yang mencakup postur, isyarat (gestural), pengunaan wajah dan mata, suara, sentuhan, cara berpakaian, dan sebagainya.12 Teori komunikasi non-verbal kontemporer dapat digolongkan ke dalam tiga pendekatan, yaitu pendekatan etrologis, pendekatan atropologis, dan pendekatan fungsional. Teori-teori dalam pendekatan teologis mendukung asusmi dasar Darwin bahwa komunikasi nonverbal bersifat universal dan memiliki kesamaan dalam berbagai kultur yang berbeda. Dengan demikian komunikasi nonverbal merupakan suatu 10 Ibid. Hal 130-131 Ibid. Hal 10 12 Drs. Daryanto, Teori komunikasi , PT.Gaya Media, Yogyakarta, 2016 Hal 168 11 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 fungsi alamiah. Sebagai tambahan, dikemukakan pula bahwa ekspresi emosi melalui komunikasi nonverbal adalah sama antara manusia dan hewan lainnya. Pendekatan antropologis menempatkan kultur sebagai bagian penting dalam studi komunikasi non-verbal. Teori-teori dalam pendekatan ini menganggap bahwa komunikasi non verbal dipelajari melalui aturan-aturan sosial yang berbeda antara kultur satu dengan kultur lainnya, dan subkultural satu dengan subkultural lainnya. Teoriteori dalam pendekatan fungsional tidak menaruh perhatian pada apakah penandaan non verbal merupakan pembawaan yang bersifat universal dan alamiah, atau diperoleh melalui belajar atau dipengaruhi oleh spesifikasi kultural. Teori-teori fungsional lebih menekankan pada fungsi, peran, dan hasil yang diperoleh dari penggunaan perilaku non verbal dalam situasi komunikasi.13 2.4.1 Fungsi Komunikasi Non-Verbal Fungsi-fungsi pesan non verbal menurut Simon Capper, (Suzugamine Women‟s College, Hiroshima, 1997) setidaknya ada lima kategori fungsi komunikasi non verbal : 14 a. Fungsi Regulasi Fungsi regulasi menjelaskan bahwa simbol non verbal yang digunakan mengisyaratkan bahwa proses komunikasi berbak sudah 13 14 Ibid. Hal 184 repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/50617/4/Chapter%20II.pdf peneliti mengakses pada 6/06/2017 jam 10.41 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 berakhir. Dalam percakapan dengan sesama, kita akan menyatakan diri, atau memberikan reaksi balik (feedback). Fungsi regulasi dimaksudkan untuk membantu orang yang sedang mendengarkan anda memberikan interpretasi yang tepat terhadap apa yang sedang anda sampaikan secara verbal. Jadi fungsi regulasi bermanfaat untuk mengatur pesan non verbal secara seksama untuk meyakinkan orang lain menginterpretasi makna yang disampaikan secara verbal. b. Fungsi Interpersonal Fungsi ini membantu kita untuk menyatakan sikap dan emosi dalam relasi antarpribadi (affect displays). Dalam beberapa peneilitian yang berkaitan dengan pertukaran non verbal ditunjukkan bahwa ada sinkrinisasi, kongruens dan konvergensi yang dapat ditujukan oleh pesan non verbal (Wallbott,1995). c. Fungsi Embelamtis Untuk menerangkan bahwa pesan non verbal dapat disampaikan melalui isyarat-isyarat gerakan anggota tubuh, terutama tangan. d. Fungsi Ilustrasi Fungsi ini dapat menerangkan bahwa pesan non verbal digunakan untuk mengindikasikan ukuran, bentuk, jarak dan lainnya. (Simon, capper 1997). e. Fungsi Adaptasi Fungsi adaptasi disini merupakan sebagai suatu funsgi non verbal untuk menyesuaikan berbagai pesan verbal maupun non verbal. Gerakan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 reflex seperti menyisir rambut dengan tangan, memegang-megang kumis termasuk dalam kategori fungsi adaptasi. 2.4.2 Macam-Macam Perilaku Non-Verbal Menurut Ruben,1984 : 129-155). Adapun macam-macam Perilaku non verbal dapat dibagi secara garis besar ke dalam beberapa bagian seperti : 15 1) Penampilan (Objecties) Merupakan salah satu hal yang paling berpengaruh dalam melakukan komunikasi dengan seseorang. Tak jarang untuk memutuskan akankah memulai sebuah komunikasi dengan orang lain kita dipengaruhi oleh penampilan. Dari penampilan tersebut banyak orang menilai tentang status sosial, profesi, atau kecerdasan dilihat dari apa yang mereka tampilkan. Misalnya saja cara bedandan ataupun berpakaian. 2) Gerakan badaniah (Kinecis) Dalam beberapa tahun terakhir, buku-buku dan akrike, mengenai „bahasa badan‟ (bodylanguage) telah memusatkan 15 perhatian pada cara-cara manusia repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/50617/4/Chapter%20II.pdf peneliti mengakses pada 6/06/2017 jam 10.41 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 menggunakan gerak isyarat badan sebagai suatu bentuk komunikasi. Studi sistematik yang berupaya untuk memformulasikan dan mengkordifikasikan perilaku badaniah ini disebut Kinecis. Studi kinecis mempelajari bagaimana isyarat-isyarat non verbal ini, baik yang sengaja ataupun tidak, dapat mempengaruhi komunikasi. Salah satu contoh adalah ketika kita menyatakan sikap kepada orang-orang lain dengan beberapa cara seperti menunjukkan kita tertarik pada seseorang dengan menghadapkan badan . setiap kebudayaan mempertunjukan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 gerakan badan dan sikap badan yang baik. Misalnya dalam hal : postur atau sikap badan, isyarat badan, gerakan kepala, ekspresi muka,kontak mata,serta gerakan tangan dan lengan. 3) Persepsi indrawi (Sensoric) a. Rabaan atau Sentuhan Kebudayaan mengajarkan kepada anggota- angotanya sejak kecil tentang siapa yang dapat kita raba, bilamana dan dimana kita bisa raba atau sentuh. Dalam banyak hal bagaimana juga kebudayaan menafsirkan mengajarkan tindakan perabaan kita atau sentuhan. Dalam hal berjabat tangan juga ada variasi kebudayaan. b. Penciuman (Olafaction) Indra penciuman dapat berfungsi sebagai saluran untuk membangkitkan makna. Berapa contoh dibawah ini melukiskan peranan penciuman dalam berbagai kebudayaan. Dinegara-negara yang penduduknya tidak terlalu banyak mengkonsumsi ikan dan daging sapi, ada anggapan bahwa orang-orang Amerika Serikat mengeluarkan bau yang tidak enak karena terlalu banyak makan daging. Persepsi memang berbeda antara satu http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 kebudayaan dengan budaya lainnya. Jika orang Amerika cerminan kebudayaan yang anti bau, maka berdo‟a di negara Arab, prianya menginginkan etnis wanita untuk mempunyai bau alam, yang dianggap sebagai perluasan dari pribadi individu. c. Penggunaan Ruang Jarak (Proxemics) Cara kita mengunakan ruang jarak sering kali menyatakan kepada orang lain sesuatu mengenai diri kita secara pribadi maupun kebudayaan. Aturan-aturan dan prosedur-prosedur dipelajari yang sebagai menentukan bagian dari ruang jarak masing-masing kebudayaan. Sebagai contoh ruang jarak pada kantorkantor di Amerika, mereka lebih suka ada meja yang membatasi mereka dengan orang lain. Namun dalam kebudayaan lain seperti Amerika. d. Paralanguage Sesungguhnya linguistik, yaitu diungkapkan “Paralanguage” dan termasuk dalam bagaimana cara bukan pesan isi memberikan unsur-unsur suatu informasi itu pesan sendiri. mengenai informasi, atau disebut “metakomunikasi” (Ruben, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 1984:115). Termasuk didalamnya berupa aksen, volume, suara, nada, inotasi, kecepatan bicara, waktu berhenti dalam bicara. Dalam kebanyakan peristiwa komunikasi perilaku non-verbal digunakan secara bersama-sama dengan bahasa verbal (Samovar, et-al, 1981:1661). Perilaku non-verbal memberikan aksen atau penekanan pada pesan verbal. Contohnya : menyatakan “terima kasih” dengan tersenyum ataupun menggangkat tangan. Perilaku non-verbal sebagai pengulangan dari bahasa verbal. Contohnya : menyatakan arah tempat dengan mengatakan “ruangan dosen berada didepan gedung E”, kemudian mengulang pesan yang sama dengan menunjuk kearah tersebut. Tindakan non-verbal melengkapi pernyataan verbal, misalnya: mengatakan kepada teman karena tidak mengantarkan pulang, dan mimic wajah yang sungguh-sungguh mengekspresikan keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengantarkan pulang. Perilaku non-verbal sebagai pengganti dari bahasa verbal. Contoh : menyatakan rasa bahagia tanpa menggunakan kata-kata, melainkan dengan ekspresi gerak seluruh tubuh yang sumringah atas kebahagiaan yang dicapai. Tindakan non-verbal berlawanan dengan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 unsur-unsur verbal. Contohnya : raut muka menyatakan tidak tertarik dengan mobil yang ditunjuk oleh seorang teman tanpa melihatnya sekalipun. 2.5 Gesture Gesture adalah bentuk perilaku non verbal pada gerakan tangan, bahu, dan jari-jari. Gestur menurut Kendon adalah suatu bentuk komunikasi non verbal dengan aksi tubuh yang terlihat mengkomunikasikan pesan-pesan tertentu, baik sebagai pengganti bicara atau bersamaan dan paralel dengan kata-kata.16 Gestur berbeda dengan komunikasi fisik non verbal yang tidak mengkomunikasikan pesan tertentu, seperti tampilan ekspresif, proksemik, atau memperlihatkan atensi bergabung. Ada dua elemen dalam berkomunikasi yang sangat penting yaitu lisan (komunikasi verbal) dan gesture (komunikasi non verbal). Gesture tidak membuat rasa tanpa bahasa lisan yang menyertainya dan sebaliknya lisan tidak membuat rasa tanpa gesture yang menyertainya, sehingga keduanya sebagai sistem gabungan, bukan sebagai dua hal yang terpisah. Jadi, keduanya adalah komunikasi yang selalu beriringan dan tidak bisa dipisahkan. 16 http://www.tappdf.com/read/13928-bab-ii-kajian-pustaka-a-gesture-1-komunikasi-non-verbal Peneliti mebgakses pada 6/06/2017 jam 11.52 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 Gesture mengkomunikasikan arti dari pernyataan yang dikatakan manusia. Namun, ada juga yang menyatakan bahwa gesture tidak hanya memberikan informasi tentang tingkah laku dan proses berfikir seseorang, tetapi juga gesture dapat menyampaikan informasi yang tidak mudah disampaikan melalui bahasa lisan. Selain itu, gesture digunakan sebagai bagian dari tindakan komunikasi yang disengaja sebagai pelengkap dalam berkomunikasi. Gesture, merupakan sumber informasi penting, karena gerakan tubuh mendukung komunikasi lisan, mengurangi ambiguitas bahas, dan meningkatkan pemahaman konsep. Jadi, gesture sangat penting didalam berkomunikasi, karena gesture membantu penerima informasi untuk dapat memahami apa yang disampaikan oleh pemberi informasi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gesture adalah komunikasi non verbal berupa gerak tubuh yang meliputi ekspresi wajah, tangan, bahu, jari-jari atau tubuh lainnya yang biasanya digunakan secara bersamaan tanpa disadari ataupun secara sadar pada saat berkomunikasi untuk memberikan pemahaman pada saat berkomunikasi yang juga memiliki pesan-pesan tertentu. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 2.5.1 Jenis Gesture Menurut Alibali & Nathan melakukan modifikasi pada skema pengkodean McNeil yang sesuai.Ada tiga jenis-Jenis Gesture, yaitu :17 1) Pointing gesture (menunjuk) Pointing gesture (menunjuk) ditandai dengan menggunakan jari-jari, tangan dan kadang-kadang alat tulis untuk menunjukkan sebuah benda secara fisik, tempat atau ruang. Secara khusus melihat gerakan menunjuk dibuat mengacu pada artefak dan representasi visual yang berkaitan dengan tugas-tugas (misal Menurut Clark (dalam Shein) menggunakan gerakan pointing (menunjuk) sebagai index, perlu memenuhi persyaratan: a) peserta mencapai fokus perhatian bersana, b) mencari objek dalam ruang dan waktu, c) membuat koneksi fisik dengan objek, d) menspesifikasikan objek dibawah deskripsi tertentu, dan e) memastikan bahwa pendengar dapat mengikuti upaya pembicara. 2) Representasional gestur (representasi) Representasional gesture (representasi) adalah tindakan atau gerakan yang menggambarkan ide-ide konkret dan abstrak, entitas, atau peristiwa yang disampaikan dalam katakata. Dari pihak lai menyatakan bahwa gerakan representasi adalah gerakan yang mewakili isi pidato, baik dengan menunjuk ke sebuah rujukan dalam lingkungan fisik (deintic), dengan meniru rujukan dengan gerakan atau bentuk tangan (iconic), atau dengan membuat rujukan fisik 17 . http://www.tappdf.com/read/13928-bab-ii-kajian-pustaka-a-gesture-1-komunikasi-non-verbal Peneliti mebgakses pada 6/06/2017 jam 11.52 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 abstrak ide (metafora). Menurut Robt dalam bukunya Shein menyatakan bahwa beberapa gerakan representasional mungkin tampak seperti menunjuk, mereka melakukan lebih dari membuat indikasi, dan mereka melakukannya sebagai tambahan makna objek yang ditunjukkan. 3) Writing gesture (menulis) Writing gesture (menulis) terjadi ketika tindakan isyarat meninggalkan bekas permanen pada media baru (misalnya, lembar kerja, papan tulis, atau represensi visual). Seperti dijelaskan oleh Vygotsky dalam bukunya Shein bahwa yang merupakan isyarat itu tulisan di udara dan tanda tertulis sangat sering hanya sikap tetap. Menurut Shein menyatakan bahwa writing gesture berfokus pada setiap tulisan atau gambar yang terjadi bersama dengan percakapan. 2.6 Tarian Tarian merupakan sebuah ungkapan ekspresi diri kita. Dikala kita merasa senang tanpa kita sadari kita melakukan beberapa gerakan tarian untuk mengekspresikan kegembiraan yang sedang kita rasakan, gerakangerakan tersebut mempunyai ritme tersendiri sebagai ungkapan apa yang sedang kita rasakan saat itu. Tarian yang dilakukan oleh para seniman sudah pasti mempunyai nilai seni yang tinggi. Bahkan dari beberapa tarian yang ada juga mengandung pesan moral yang ingin disampaikan kepada setiap orang yang melihatnya. Menurut J. Donald Walters, tarian merupakan satu cara lain yang sangat bagus untuk mengembangkan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 kemampuan otak. Gerakan-gerakan tubuh sangat erat kaitannya dengan sikap-sikap pikiran.18 2.7 Remaja Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Remaja sering kali didefinisikan sebagai periode transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau seseorang yang menunjukan tingkah laku tertentu seperti sudah di atur, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya. Kartini Kartono “masa remaja disebut pula sebagai penghubung antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa”. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksual. Disisi lain Rusmini dan Siti Sundari “menjelaskan masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkemmbangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa”. World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja dalam) adalah suatu masa ketika: 18 https://carapedia.com/pengertian_definisi_tarian_info2185.html. peneliti mengakses pada 6/03/2016 jam 16.00. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 A. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. B. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. C. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. Berdasarkan beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan para ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang sedang berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial.19 2.8 Kreatifitas Dalam KBBI (kamus besar bahasa Indonesia) kreatif didefinisikan sebagai kemampuan untuk mencipta atau proses timbulnya ide baru. Pada intinya pengertian kreatifitas adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan karya nyata, dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, dan semuanya relative berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya. Sebenarnya ada banyak pengertian kreatifitas, misalnya ada yang mengartikan kreatifitas sebagai 19 http://digilib.uinsby.ac.id/1883/5/Bab%202.pdf . peneliti mengakses pada 6/03/2016 jam 16.00. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 upaya melakukan aktifitas baru dan mengagumkan. di lain pihak ada yang menganggap bahwa kreatifitas adalah menciptakan inovasi baru yang mencenangkan. Menurut Widayatun kreatifitas adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah, yang memberikan individu menciptakan ide-ide asli/adaptive fungsi kegunaannya secara penuh untuk berkembang. 2.9 Komunikasi dan Budaya Studi komunikasi dan budaya telah menjadi bagian yang penting dari teori masyarakat kontemporer, di mana budaya dan komunikasi tengah memainkan peran yang lebih penting. Teorisi media, James W. Carey (1989), pernah melakukan dua pandangan tentang komunikasi model transmisi dan nodel ritual. Apa yang disebut “media lama” seperti radio, televisi, dan surat kabar termasuk dalam model transmisi. Karena media ini, dengan sifatnya, mempromosikan sistem transmisi langsung, satu arah, dan dari atas ke bawah, yang secara teoritis menganggap khalayak pasif dan media kuat. Model Carey yang lain melukiskan aspek ritualingstik dari komunikasi dan hubungan komunikasi dengan perkembangan komunitas. Lebih jauh, Carey menjelaskan pandangannya mengenai komunikasi ini: “ A ritual view of communication is directed not toward the extension of messages in space but toward the maintenance of society in time ; not the act of imparting information but the representation of shared beliefs “20 Carey juga menawarkan definisi kultural tentang komunikasi yang telah 20 Op.cit. Drs. Daryanto, hal 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 memiliki dampak yang cukup penting pada cara ilmuwan komunikasi memandang hubungan antara komuniikasi dan kebudayaan. Carey mengemukakan, “ communication is a symbolic process whereby reality is produced, maintained, repaired and transformed.” Teori komunikasi non-verbal kontemporer dapat digolongkan ke dalam tiga pendekatan, yaitu pendekatan etrologis, pendekatan atropologis, dan pendekatan fungsional. Teori-teori dalam pendekatan teologis mendukung asusmi dasar Darwin bahwa komunikasi nonverbal bersifat universal dan memiliki kesamaan dalam berbagai kultur yang berbeda. Dengan demikian komunikasi nonverbal merupakan suatu fungsi alamiah. Sebagai tambahan, dikemukakan pula bahwa ekspresi emosi melalui komunikasi nonverbal adalah sama antara manusia dan hewan lainnya. Pendekatan antropologis menempatkan kultur sebagai bagian penting dalam studi komunikasi nonverbal. Teori-teori dalam pendekatan ini menganggap bahwa komunikasi non verbal dipelajari melalui aturan-aturan sosial yang berbeda antara kultur satu dengan kultur lainnya, dan subkultural satu dengan subkultural lainnya. Teoriteori dalam pendekatan fungsional tidak menaruh perhatian pada apakah penandaan non verbal merupakan pembawaan yang bersifat universal dan alamiah, atau diperoleh melalui belajar atau dipengaruhi oleh spesifikasi kultural. Teori-teori fungsional lebih menekankan pada fungsi, peran, dan hasil yang diperoleh dari penggunaan perilaku non verbal dalam situasi komunikasi.21 21 Ibid. Drs. Daryanto, Hal 184 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 Definisi Carey menegaskan bahwa komunitas dan realitas saling berhubungan. Komunikasi adalah proses yang tertanam dalam kehidupan kita sehari-hari yang menginformasikan cara kita menerima, memahami, dan mengkontruksi pandangan kita tentang realitas dan dunia. “ Dengan kata lain, “ demikian ujar Fiske dalam buku ini, “ determinan-determinan komunikasi berada di masyarakat dan dunia sekitar kita, bukan dalam proses komunikasi itu sendiri.”22 2.10 Teori Fenomenologi Istilah phenomenon mengacu pada sebuah benda, kajadian atau kondisi yang dilihat. Oleh karena itu, fenomenologi merupakan cara yang digunakan manusia untuk memahami dunia melalui pengalaman langsung. Dengan demikian, fenomenologi membuat pengalaman nyata sebagai data pokok sebuah realitas. Fenomenologi berarti membiarkan segala sesuatu menjadi jelas sebagaimana adanya 23 Stanley Deetz menyimpulkan tiga prinsip dasar fenomenologi : (a) pengetahuan ditemukan secara langsung dalam pengalaman sadar kita akan mengetahui dunia ketika berhubungan dengannya; (b) makna benda terdiri atas kekuatan benda dalam kehidupan seseorang. Dengan kata lain, bagaimana anda berhubungan dengan benda menentukan maknanya bagi anda; (c) bahasa merupakan kendaraan makna. Kita mengalami dunia melalui bahasa yang digunakan untuk mendefinisikan dan mengekspresikan dunia itu. Kita 22 23 Ibid. Drs. Daryanto, Hal 10 Elvinaro Ardianto, Metodologi Penelitian Untuk Public Relations KUANTITATIF DAN KUALITATIF, PT. Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2010. Hal 146 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 mengetahui kunci karena bahasa yang kita hubungkan dengan : menutup, membuka, besi berat dan sebagainya. Bagi kebanyakan pemikiran fenomenologis, proses interpretasi penting. Interpretasi dikenal dalam bahasa Jerman dengan verstehen (pemahaman), merupakan proses menentukan makna dengan pengalaman. Dalam tradisi semiotika, interpretasi dianggap terpisah dari realitas; tetapi dengan fenomenologi, interpretasi biasanya membentuk apa yang nyata bagi seseorang. Interpretasi merupakan proses aktif dalam tindakan kreatif dalam mengklarifikasi pengalaman pribadi.24 Menurut Alfred Schutz, Fenomenologi berasumsi bahwa orang-orang secara aktif menginterpretasi pengelaman-pengelamannya dan mencoba memahami dunia dengan pengelaman pribadinya. Fenomena yang tampak adalah refleksi dari realitas yang tidak dapat berdiri sendiri, karena ia memiliki makna yang memerlukan penafsiran yang lebih lanjut. Tokoh-tokoh fenomenologi ini diantaranya Edmund Husserl, Alfred Schutz dan Peter. L Berger dan lainnya. Fenomenologi menerobos fenomena untuk dapat mengetahui makna hakikat terdalam dari fenomena tersebut untuk mendapatkan hakikatnya. Alfred berpendapat bahwa tindakan manusia menjadi suatu hubungan sosial bila manusia memberikan arti atau makna tertentu terhadap tindakannya itu, dan manusia lain memahami pula tindakannya itu sebagai sesuatu yang penuh arti. Pemahaman 24 secara subyektif terhadap sesuatu Ibid. Hal 147 http://digilib.mercubuana.ac.id/ tindakan sangat 37 menentukan terhadap kelangsungan proses interaksi sosial. Baik bagi aktor yang memberikan arti terhadap tindakannya sendiri maupun bagi pihak lain yang akan menerjemahkan dan memahaminya serta yang akan beraksi atau bertindak sesuai dengan yang dimaksudkan oleh aktor. Schutz mengkhususkan perhatiannya kepada satu bentuk dari subyektivitas yang disebutnya, antar subyektivitas. Konsep ini menunjuk kepada pemisahan keadaan subyektif atau secara sederhana menunjuk kepada dimensi dari kesadaran umum ke kesadaran khusus kelompok sosial yang sedang saling berintegrasi. Intersubyektivitas yang memungkinkan pergaulan sosial itu terjadi, tergantung kepada pengetahuan tentang peranan masingmasing yang diperoleh melalui pengalaman yang bersifat pribadi.25 25 http://digilib.uinsby.ac.id/5934/5/Bab%202.pdf. Peneliti mengakses pada 5/05/2016 jam 20.00 http://digilib.mercubuana.ac.id/