STRATEGI KOMPENSASI, KEPUASAN KERJA, DAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP INTENSITAS KELUAR MASUK KARYAWAN Yusran Setiawan 1), Bambang Purwoko2), Edy Supriyadi3) PT. Swadharma Sarana Informatika 1) Sekolah Pascasarjana, Universitas Pancasila2) Sekolah Pascasarjana, Universitas Pancasila3) Email: [email protected] (Received: 10-11-2016; Reviewed: 17-11--2016; Revised: 20-11-2016; Accepted: 05-12-2016; Published: 15-12-2016bln-thn) Abstrak PT. Swadharma Sarana Informatika PT Swadharma Sarana Informatika, PT. Sarana Reswara Abadi dan PT. Jagarti Sarana Telekomunikasi adalah perusahaan yang mempunyai tingkat turnover karyawan yang cukup tinggi. Karyawan baru yang disiapkan dan dilatih terpaksa harus menggantikan posisi karyawan yang resign. Hal ini tentu saja sangat merugikan perusahaan baik dari segi biaya, waktu, dan kualitas karyawan. Kondisi ini melandasi dilakukannya penelitian ini, yaitu bagaimana Strategi Kompensasi, Kepuasan Kerja, dan Pengembangan Karir Terhadap Intensitas Keluar Masuk Karyawan berpengaruh terhadap tingkat keluar masuk Karyawan PT. Swadharma Sarana Informatika, PT Sarana Reswara Abadi, and PT. Jagarti Sarana Telekomunikasi. Metodologi penelitian menggunakan pendekatan deskriptif analitikal. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Model (SEM). Data yang diperoleh dirunning dengan menggunakan software LISREL 8.70. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi dalam hal kompensasi terbukti tidak berpengaruh signifikan terhadap turnover intention, kepuasan kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap turnover intention dan pengembangan karir berpengaruh signifikan terhadap turnover intention. Diharapkan perusahaan dapat memberikan perhatian dan peluang pengembangan karir karyawan agar dapat menurunkan keinginan karyawan untuk mencari pekerjaan di perusahaan lain. Kata kunci : Kompensasi, kepuasan kerja, pengembangan karir, tingkat keluar masuk karyawan Abstract PT. Swadharma Sarana Informatika, PT. Sarana Reswara Abadi, and PT. Jagarti Sarana Telekomunikasi are the companies having high turn over of employees rates are quite high. New employees are prepared to be trained to replace employees acquiring the company . This of course is very detrimental to the company both in terms of cost, time, and quality of employees. This condition underlies this study, how strategy namely whether compensation, job satisfaction, and career development effect on employee turnover intention PT Sarana Reswara Abadi, and PT Jagarti Sarana Telekomunikasi. The research methodology uses descriptive analytical approach. The analysis technique used in this research is Structural Equation Model (SEM). Data obtained running by using the software LISREL 8.70 The results showed that compensation proved has no effect on turnover intention and job satisfaction has no effect influence turnover intention and career development significantly influence turnover intention. It is expected that the company can provide the attention and employee career development opportunities in order to decrease the desire of employees to seek employment in another company. Keywords: Compensation, job satisfaction, career development, turnover intention 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, banyak fungsi Sumber Daya Manusia (SDM) mengalami perubahan yang berkaitan erat dengan visi, strategi, struktur, proses, dalam sistem organisasi. Namun demikian, untuk kelangsungan tranformasi fungsi-fungsi SDM, professional SDM harus mengembangkan dan menunjukkan kompetensi baru untuk memenuhi peran dan tanggung jawab mereka. Fungsi-fungsi SDM telah mengalami perubahan yang belum pernah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Untuk mencapai nilai lebih tinggi pada perusahaan mereka, banyak fungsi SDM ditunjukkan untuk menurunkan biaya SDM, meningkatkan kualitas pelayanan SDM, meningkatkan hubungan yang lebih kuat dengan kebutuhan bisnis dan meningkatkan kinerja perusahaan (Yeung et al, 1998). Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan aspek krusial yang menentukan keefektifan suatu organisasi. Oleh karena itu, organisasi senantiasa perlu melakukan investasi dengan melaksanakan fungsi sumber daya manusia yaitu mulai perekrutan, penyeleksian sampai mempertahankan sumber daya manusia. Akan tetapi fenomena yang sering terjadi adalah manakala kinerja perusahaan telah baik dapat terjadi penurunan kembali, baik secara langsung maupun tidak langsung oleh berbagai perilaku karyawan. Salah satu bentuk perilaku karyawan tersebut adalah intensi keluar (turnover intentions) yang dapat berujung pada keputusan karyawan meninggalkan pekerjaannya. Intensi keluar (turnover intentions) dapat diartikan yaitu pergerakan tenaga kerja keluar dari organisasi. Turnover dapat berupa pengunduran diri, perpindahan keluar unit organisasi, pemberhentian, atau kematian anggota organisasi. Tingkat turnover yang tinggi akan menimbulkan dampak negatif bagi organisasi, hal ini seperti menciptakan ketidakstabilan dan ketidakpastian (uncertainity) terhadap kondisi tenaga kerja dan peningkatan biaya sumber daya manusia yakni yang berupa biaya pelatihan yang sudah diinvestasikan pada karyawan sampai biaya rekrutmen dan pelatihan kembali. Turnover yang tinggi juga mengakibatkan organisasi tidak efektif karena perusahaan kehilangan karyawan yang berpengalaman dan perlu melatih kembali karyawan baru. Alasan untuk mencari pekerjaan alternatif lain di antaranya adalah kompensasi yang diterima. Kompensasi adalah apa yang diterima karyawan sebagai ganti kontribusi mereka kepada organisasi. Tujuan pemberian kompensasi adalah untuk memperoleh karyawan yang berkualitas, mempertahankan para karyawan yang ada sekarang, menjamin keadilan, menghargai perilaku yang diinginkan, mengendalikan biaya dan memenuhi peraturan legal. (Simamora, 1997, hal. 78). Kompensasi dari bentuknya dapat dibedakan atas 2 (dua) jenis yaitu finansial (seperti gaji atau upah, bonus, premi, pengobatan, asuransi dan lain-lain yang dibayar oleh organisasi) dan nonfinansial (berupa program pelayanan bagi karyawan seperti program rekreasi, cafeteria dan tempat beribadah) (Cascio, 1998; Umar, 2001). Kompensasi juga dapat dibagi menjadi kompensasi langsung (direct compensation) berupa gaji, upah, insentif ; dan kompensasi tidak langsung (indirect compensation) yang berupa hal-hal untuk kesejahteraan karyawan (Umar, 2001). Disamping kompensasi, kepuasan kerja juga dihubungkan negatif dengan keluarnya karyawan (turnover intention) tetapi faktor-faktor lain seperti kondisi pasar kerja, kesempatan kerja alternatif, dan panjangnya masa kerja merupakan kendala yang penting untuk meninggalkan pekerjaan yang ada (Robbins, 2001; Tett and Meyer, 1995; Johnson et. al, 1987). Individu yang merasa terpuaskan dengan pekerjaannya cenderung untuk bertahan dalam organisasi. Sedangkan individu yang merasa kurang terpuaskan dengan pekerjaannya akan memilih untuk keluar dari organisasi. Kepuasan kerja yang dirasakan dapat mempengaruhi pemikiran seseorang untuk keluar organisasi. Evaluasi terhadap berbagai alternatif pekerjaan, pada akhirnya akan mewujudkan terjadinya turnover karena individu yang memilih keluar organisasi akan mengharapkan hasil yang lebih memuaskan di tempat lain. Penelitian yang dilakukan Meyer et al. (1993) mendukung bahwa peningkatan komitmen berhubungan dengan peningkatan produktivitas dan turnover yang semakin rendah. Pengembangan karir merupakan sebuah alat penting dimana manajemen dapat meningkatkan produktivitas, memperbaiki sikap karyawan dalam bekerja, dan mengembangkan kepuasan karyawan yang semakin besar. Bahkan, program perencanaan karir juga mampu mengurangi perputaran karyawan, 2 khususnya bagi mereka yang memiliki mobilitas pengembangan karir yang cepat (Mangkuprawira, 2011:181). Cianni dan Wnuck (1997) menyatakan bahwa karyawan yang mempunyai kesempatan yang tinggi meningkatkan karirnya akan merangsang motivasinya untuk bekerja lebih baik dan mengurangi keinginan untuk keluar dari organisasi. Perusahaan yang mempunyai model yang sistematis dalam pengembangan karir karyawannya akan mempunyai kinerja yang baik. Hasil penelitian tersebut didukung oleh Appelbaum et al (2001) yang menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai manajemen karir yang baik akan meningkatkan kemauan karyawan untuk terus bertahan dalam organisasi dan berpartisipasi dalam aktivitas pengembangan dan perilaku dalam melakukan pengembangan, dimana hal tersebut akan meningkatkan kinerjanya. Berdasarkan kedua penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengembangan karir yang baik yang diraih karyawan maka kinerjanya akan meningkat atau dengan kata lain pengembangan karir berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. PT Swadharma Sarana Informatika, PT Sarana Reswara Abadi, dan PT Jagarti Sarana Telekomunikasi merupakan perusahaan yang bergerak dibidang IT yang memiliki potensi sumber daya manusia dalam kapasitas yang beragam untuk menjalankan berbagai fungsi kegiatan sarana informatikaTingkat turnover karyawan yang tinggi merupakan ukuran yang sering digunakan sebagai indikasi adanya masalah yang mendasar pada organisasi. Turnover karyawan dapat menelan biaya yang tinggi, oleh karena itu organisasi-organisasi perlu menguranginya sampai pada tingkat-tingkat yang dapat diterima. Namun demikian, mempertahankan tingkat perputaran sebesar nol adalah tidak realistis dan bahkan tidak dikehendaki. Jumlah turnover tertentu adalah diperlukan karena para karyawan mengembangkan keahliankeahlian baru dan dipromosikan ke tingkat tanggung jawab yang lebih besar. Turnover yang tinggi juga mengakibatkan organisasi tidak efektif karena perusahaan kehilangan karyawan yang berpengalaman dan perlu melatih kembali karyawan baru. Berikut disajikan data turnover karyawan dan data kinerja perusahaan selama lima tahun belakangan: Tabel 1. Data Turnover karyawan selama beberapa tahun belakangan Tahun Jumlah karyawan 2010 2011 1804 2012 2426 2013 3588 2014 4208 2015 5248 2016 Data: Data primer, perusahaan. Masuk Persentase Jumlah SDM 1208 823 45% 950 39% 1689 47% 1325 32% 1606 31% Jumlah SDM 5431 Keluar Persentase 227 328 527 705 566 13% 14% 15% 17% 11% Tabel 2. Data Kinerja Perusahaan Keterangan 2011 Net Margin (%) 100% Data: Data primer, perusahaan 2011 138% Tahun 2012 2013 115% -19% 2014 22% 2015 38% Dari tabel 1. tersebut terlihat bahwa terdapat trend dari tahun ke tahun dimana persentase jumlah karyawan yang keluar senantiasa meningkat. Tingginya tingkat turnover tenaga kerja dapat diprediksi dari seberapa besar keinginan berpindah yang dimiliki anggota (staff) suatu organisasi atau perusahaan. Penelitian-penelitian dan literatur yang ada menunjukkan bahwa keinginan berpindah seseorang terkait 3 erat dengan kepuasan gaji, kepuasan kerja dan komitmen organisasional. Menurut Mobley (1977) pada Judge (1993), keinginan untuk mengakhiri tugas atau meninggalkan organisasi berhubungan negatif dengan kepuasan kerja. Kepuasan kerja yang dirasakan dapat mempengaruhi pemikiran seseorang untuk keluar. Evaluasi terhadap berbagai alternatif pekerjaan, pada akhirnya akan mewujudkan terjadinya turnover karena individu yang memilih keluar organisasi akan mengharapkan hasil yang lebih memuaskan di tempat lain. Dari tabel 2. tersebut terlihat juga bahwa terdapat trend dari tahun ke tahun dimana persentase net margin perusahaan terus meningkat , adapun pada tahun 2013, terjadi penurunan net margin dibandingkan dengan tahun 2012. Identifikasi Masalah Saat ini tingginya tingkat turnover intention telah menjadi masalah serius bagi banyak perusahaan, bahkan beberapa perusahaan mengalami frustasi ketika mengetahui proses rekrutmen yang telah berhasil menjaring staf yang berkualitas pada akhirnya ternyata menjadi sia-sia karena staf yang direkrut tersebut telah memilih pekerjaan di perusahaan lain (Toly, 2001). Dengan tingginya tingkat turnover pada perusahaan akan semakin banyak menimbulkan berbagai potensi biaya baik itu biaya pelatihan yang sudah diinvestasikan pada karyawan, tingkat kinerja yang mesti dikorbankan, maupun biaya rekrutmen dan pelatihan kembali. Turnover intention yang tinggi menyita perhatian perusahaan karena mengganggu operasi, melahirkan permasalahan moral pada karyawan yang tinggal, dan juga melambungkan biaya dalam rekrutmen, wawancara, tes, pengecekan referensi, biaya administrasi pemrosesan karyawan baru, tunjangan, orientasi, dan biaya peluang yang hilang karena karyawan baru harus mempelajari keahlian yang baru. Individu yang merasa terpuaskan dengan pekerjaannya cenderung untuk bertahan dalam organisasi. Sedangkan individu yang merasa kurang terpuaskan dengan pekerjaannya akan memilih untuk keluar dari organisasi. Melihat permasalahan yang ada, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang ”Strategi Kompensasi, Kepuasan Kerja, dan Pengembangan Karir Terhadap Intensitas Keluar Masuk Karyawan (PT Swadharma Sarana Informatika, PT Sarana Reswara Abadi, dan PT Jagarti Sarana Telekomunikasi)”. Perumusan Masalah Dengan tingginya tingkat intensitas keluar masuk karyawan sangat mengganggu stabilitas jalannya kegiatan organisasi. Banyak kerugian-kerugian yang ditimbulkan dari intensitas turnover tinggi terhadap perusahaan, baik dari segi finansial, waktu dan sumber daya manusia yang memadai. Kebijakan strategi retensi meliputi pemberian kompensasi yang dirasa kurang mencukupi, kepuasan kerja yang kurang dirasakan oleh karyawan, dan pengembangan karir yang sangat lamban, sedikit banyak akan berpengaruh terhadap intensitas keluar masuk karyawan. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh pemberian kompensasi, kepuasan kerja, pengembangan karir sebagai strategi retensi terhadap intensitas keluar masuk karyawan sehingga masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana pemberian kompensasi berpengaruh terhadap intensitas keluar masuk karyawan, bagaimana kepuasan kerja berpengaruh terhadap intensitas keluar masuk karyawan, bagaimana pengembangan karir berpengaruh terhadap intensitas keluar masuk karyawan, dan bagaimana strategi yang dijalankan dalam mengurangi intensitas keluar masuk karyawan. Pokok Permasalahan Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas, pertanyaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah pemberian kompensasi berpengaruh terhadap intensitas keluar masuk karyawan? 2. Apakah kepuasan kerja berpengaruh terhadap intensitas keluar masuk karyawan? 3. Apakah pengembangan karir berpengaruh terhadap intensitas keluar masuk karyawan? 4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis dan membuktikan pengaruh kompensasi terhadap intensitas keluar masuk karyawan 2. Menganalisis dan membuktikan pengaruh kepuasan kerja terhadap intensitas keluar masuk karyawan 3. Menganalisis dan membuktikan pengaruh pengembangan karir terhadap intensitas keluar masuk karyawan Manfaat Penelitian Manfaat praktis deskripsi mengenai turnover intention ini memang masih belum sempurna namun paling tidak bisa dijadikan sebagai referensi dan bentuk pemahaman awal mengenai cara yang lebih baik lagi dalam mempertahankan karyawan. Untuk pengenalan yang lebih baik tentang turnover intention, perusahaan dapat menerapkan kebijakan yang lebih baik, seperti pemberian kompensasi yang tepat, menimbulkan kepuasan kerja bagi karyawan serta memberikan kesempatan untuk pengembangan karir mereka di perusahaan yang akan berdampak pula kepada efektivitas organisasi. Manfaat akademik penelitian ini dapat menyajikan konsep strategi retensi mengenai hubungan antara kompensasi, kepuasan kerja dan pengembangan karir terhadap turnover intention serta bagaimana strategi yang dapat dijalankan dalam mengurangi turnover intention. Ruang Lingkup Penelitian Fokus penelitian ini adalah menganalisi turnover karyawan yang tinggi sebagai variable laten endogen dengan menjadikan tiga variable laten eksogen yakni kompensasi, kepuasan dan pengembangan karir. Penelitian ini dilakukan di PT Swadharma Sarana Informatika, PT Sarana Reswara Abadi, dan PT Jagarti Sarana Telekomunikasi yang berdomisili di Jakarta. Penulis memilih kantor pusat yang berada di wilayah Jakarta sebagai sumber informasi sekaligus pengumpulan data dalam penelitian ini. Dipilihnya kantor pusat di Jakarta untuk mempermudah dan mempersingkat waktu yang digunakan dalam proses pengumpulan data dikarenakan lokasi tersebut lebih dekat dengan domisili peneliti. Waktu dalam proses pengumpulan data dilakukan pada bulan September 2015. TINJAUAN PUSTAKA Turnover Intention Harnoto (2002:2) menyatakan: “turnover intentions adalah kadar atau intensitas dari keinginan untuk keluar dari perusahaan, banyak alasan yang menyebabkan timbulnya turnover intentions ini dan diantaranya adalah keinginan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.” Pendapat tersebut juga relatif sama dengan pendapat yang telah diungkapkan sebelumnya, bahwa turnover intentions pada dasarnya adalah keinginan untuk meninggalkan (keluar) dari perusahaan. Pergantian karyawan atau keluar masuknya karyawan dari organisasi adalah suatu fenomena penting dalam kehidupan organisasi. Ada kalanya pergantian karyawan memiliki dampak positif. Namun sebagian besar pergantian karyawan membawa pengaruh yang kurang baik terhadap organisasi, baik dari segi biaya maupun dari segi hilangnya waktu dan kesempatan untuk memanfaatkan peluang. Dalam arti luas, “turnover diartikan sebagai aliran para karyawan yang masuk dan keluar perusahaan” (Ronodipuro dan Husnan, 1995: 34). Sedangkan Mobley (1999: 13), mengemukakan bahwa batasan umum tentang pergantian karyawan adalah: “berhentinya individu sebagai anggota suatu organisasi dengan disertai pemberian imbalan keuangan oleh organisasi yang bersangkutan”. Faktor-faktor tersebut bisa digunakan sebagai acuan untuk memprediksikan turnover intentions karyawan dalam sebuah perusahaan. a. Absensi yang meningkat 5 Karyawan yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, biasanya ditandai dengan absensi yang semakin meningkat. Tingkat tanggung jawab karyawan dalam fase ini sangat kurang dibandingkan dengan sebelumnya. b. Mulai malas bekerja Karyawan yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, akan lebih malas bekerja karena orientasi karyawan ini adalah bekerja di tempat lainnya yang dipandang lebih mampu memenuhi semua keinginan karyawan bersangkutan. c. Peningkatan terhadap pelanggaran tatatertib kerja Berbagai pelanggaran terhadap tata tertib dalam lingkungan pekerjaan sering dilakukan karyawan yang akan melakukan turnover. Karyawan lebih sering meninggalkan tempat kerja ketika jam-jam kerja berlangsung, maupun berbagai bentuk pelanggaran lainnya. d. Peningkatan protes terhadap atasan Karyawan yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, lebih sering melakukan protes terhadap kebijakan-kebijakan perusahaan kepada atasan. Materi protes yang ditekankan biasanya berhubungan dengan balas jasa atau aturan lain yang tidak sependapat de ngan keinginan karyawan. e. Perilaku positif yang sangat berbeda dari biasanya Biasanya hal ini berlaku untuk karyawan yang karakteristik positif. Karyawan ini mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang dibebankan, dan jika perilaku positif karyawan ini meningkat jauh dan berbeda dari biasanya justru menunjukkan karyawan ini akan melakukan turnover. Kompensasi Handoko (2000) menyatakan bahwa kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Dessler (2001) menyatakan bahwa kompensasi karyawan adalah setiap bentuk pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada karyawan dan timbul dari dipekerjakannya karyawan itu. Flippo (2003) menyatakan bahwa program-program kompensasi karyawan dirancang untuk menarik karyawan yang cakap ke dalam organisasi, untuk memotivasi mereka mencapai prestasi yang unggul dan untuk di masa dinas yang panjang. Menurut Dessler (2001) kompensasi dibedakan atas 2 macam yaitu : a. Pembayaran tidak langsung (Indirect financial payment) Pembayaran tidak langsung ini diwujudkan dalam bentuk tunjangan-tunjangan seperti : 1. Tunjangan suplemen seperti asuransi ketatanegaraan apabila karyawan diberikan uang libur, uang sakit, uang pesangon apabila karyawan diberhentikan. 2. Tunjangan asuransi adalah tunjangan dalam bentuk asuransi jiwa, perawatan, pengobatan. 3. Tunjangan masa tua seperti pensiun. 4. Tunjangan pelayanan karyawan seperti koperasi simpan pinjam, penyuluhan aktivitas sosial dan rekreasi pelayanan yang berhubungan dengan pekerjaan seperti transportasi, pelayanan makanan dan fasilitas pekerjaan. b. Pembayaran secara langsung (Direct Financial Payment) Pembayaran secara langsung terdiri dari: 1. Gaji/Upah Istilah upah/gaji memberikan banyak variabel dalam metode pemberian kompensasi kepada karyawan yang dibayar menurut lamanya jam kerja, misalnya karyawan harian dalam hal ini pada karyawan bagian produksi. Sedangkan gaji adalah pembayaran yang diberikan secara tetap kepada karyawan tetap seperti karyawan tata usaha, manajer/bagian lainnya. 2. Insentif 6 Selain memberikan upah dan gaji sebaiknya perusahaan memberikan insentif kepada karyawan. Kepuasan Kerja Hubungan antara perusahaan dengan karyawan adalah hubungan yang saling menguntungkan. Di satu sisi perusahaan ingin mendapatkan keuntungan yang besar, disisi lain karyawan menginginkan harapan dan kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi perusahaan. Karena itu SDM sebagai asset yang berharga, perusahaan harus memperhatikan aspek-aspek yang dapat memunculkan rasa aman dan kepuasan karyawan terhadap pekerjaannya atau yang sering disebut dengan kepuasan kerja (Job Satisfaction). Banyak pengertian yang dikemukakan para ahli tentang kepuasan kerja, dan masing-masing ahli memberikan batasan-batasan tersendiri dari kepuasan tersebut. Diantaranya menurut Robbins (1998), mengemukakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap umum seseorang terhadap pekerjaannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan yang tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap kerjanya, sedangkan yang tidak puas dengan pekerjannya menunjukkan sikap yan g negatif terhadap pekerjaannya. Pandangan ini bersifat individual tentang perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Sementara Luthans (1995), berpendapat bahwa kepuasan kerja adalah ungkapan kepuasan karyawan tentang bagaimana pekerjaan mereka dapat memberikan manfaat bagi organisasi, yang berarti apa yang diperoleh dalam bekerja sudah memenuhi apa yang dianggap penting. Kepuasan kerja dinyatakan sebagai sesuatu yang menyenangkan atau sisi hasil emosional yang positif atas penilaian pekerjaan atau pengalaman kerja seseorang (Loche, dalam Vanderberg dan Lance, 1992). Kepuasan kerja seseorang ditentukan oleh perbedaan antara semua yang diharapkan dengan semua yang dirasakan dari pekerjaannya atau semua yang diterimanya secara aktual. Howel dan Dipboye (1986) yang menyatakan bahwa kepuasan kerja merupakan hasil keseluruhan dari derajat rasa suka atau tidaknya karyawan terhadap berbagai aspek pekerjaannya. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja mencerminkan sikap seseorang terhadap pekerjaannya, yang akan mempengaruhi terhadap kinerja dari seseorang dalam bekerja. Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja seseorang. Secara umum tahap yang diamati adalah kepuasan dalam pekerjaan itu sendiri, gaji, pengakuan, hubungan antara supervisor dengan tenaga kerja, dan kesempatan untuk maju. Karyawan memiliki dampak yang penting dalam meningkatkan produktivitas kerja. Hal ini memberikan dampak yang menguntungkan perusahaan dan juga bagi karyawan. Kepuasan kerja dapat mempengaruhi hidup seseorang secara keseluruhan. Karena tingkat tingkat kepuasan kerja sifatnya relatif, maka untuk mengukur kepuasan kerja tersebut penulis menggunakan teori Luthans (1992) “There are a number of factor that influence job satisfacation the major are can summerized by recalling the demensions identified earlier : pay, work it self, promotions, supervision, and working condition”. (Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja dimana faktor-faktor yang utama dapat diidentifikasikan sebagai berikut : gaji, pekerjaan itu sendiri, promosi, pengawasan, dan kondisi bekerja). Pengembangan Karir Suatu karir mencerminkan perkembangan para anggota organisasi (karyawan) secara individu dalam jenjang jabatan atau kepangkatan yang dapat dicapai selama masa kerja dalam organisasi yang bersangkutan. Dengan demikian, suatu karir menunjukkan orang-orang pada masing-masing peranan atau status mereka. Karir pada dasarnya merupakan istilah teknis dalam admimistrasi personalia. Menurut Hani Handoko (1991) suatu karir adalah: semua pekerjaan (atau jabatan) yang dipunyai (atau dipegang) selama kehidupan kerja seseorang. Karir menunjukkan perkembangan para karyawan secara individual dalam jenjang jabatan atau kepangkatan yang dapat dicapai selama masa kerja dalam suatu organisasi. 7 Pengembangan karir merupakan sebuah alat penting dimana manajemen dapat meningkatkan produktivitas, memperbaiki sikap karyawan dalam bekerja, dan mengembangkan kepuasan karyawan yang semakin besar. Bahkan, program perencanaan karir juga mampu mengurangi perputaran karyawan, khususnya bagi mereka yang memiliki mobilitas pengembangan karir yang cepat (Mangkuprawira, 2011). Menurut Dessler (1999) menyatakan pengembangan karir adalah seri kegiatan sepanjang hidup (seperti lokakarya) yang menyumbang kepada perbelanjaan, penetapan, keberhasilan dan pemenuhan. Pengembangan karir adalah suatu yang menunjukkan adanya peningkatan-peningkatan status seseorang dalam dalam suatu organisasi dalam jalur karir yang telah ditetapkan dalam organisasi yang bersangkutan (Robbins, 1996). Hasibuan, (2001:34) menyatakan bahwa pengembangan karier meliputi pendidikan, pelatihan dan mutasi. Pengembangan karier merupakan tahap atau bagian dari proses perencanaan sumber daya manusia secara keseluruhan. Dijelaskan bahwa pendidikan bertujuan untuk pengembangan individu. Pelatihan bertujuan untuk merespon apa yang dikehendaki organisasi. Sedangkan mutasi dalam hal ini membuat karyawan dapat bertindak sesuai dengan keinginan berdasarkan cara/prosedur yang telah ditetapkan. Pendidikan, pelatihan dan mutasi merupakan suatu alat yang memungkinkan tentang respon individu untuk ditingkatkan atau tidak, pengetahuan umum dan pemahaman atas lingkungan secara menyeluruh. Mathis dan Jackson (2007) menyatakan sumber daya manusia dalam organisasi perlu dididik, dilatih dan dimutasi untuk mewujudkan efektivitas pengembangan karier. Secara keseluruhan dapat dipahami bahwa pengembangan karier dalam suatu perusahaan pada dasarnya dikembangkan atas empat fokus yaitu pendidikan, pelatihan, mutasi dan promosi jabatan. a. Pendidikan Pendidikan adalah suatu upaya sadar dan terencana untuk dapat memberikan suatu wahana dan wawasan tentang pengetahuan kerja dan cara mengerjakan pekerjaan sesuai orientasi kemajuan pekerjaan. Akan berbeda karyawan yang memiliki pendidikan yang tinggi dengan karyawan yang tidak memiliki pendidikan tinggi. b. Pelatihan Pelatihan secara keseluruhan merupakan suatu fungsi yang mengandung perencanaan, pengaturan, pengendalian dan penilaian kegiatan umum dan pelatihan khusus bagi individu sumber daya manusia. Pengaturan meliputi kegiatan formulasi, kebijakan pemberian pelayanan yang memuaskan, bimbingan, perizinan dan penyeliaan. Sastrohadiwiryo (2002) mengemukakan pelatihan menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu pelatihan umum, pelatihan keahlian dan pelatihan kejuruan. Pelatihan umum dilaksanakan di dalam dan diluar suatu organisasi, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta dengan tujuan mempersiapkan dan mengusahakan para peserta pendidikan memperoleh pengetahuan dan keterampilan umum. c. Mutasi Mutasi karyawan merupakan proses kegiatan yang dapat mengembangkan posisi atau status seorang karyawan dalam lingkup organisasi. Karena itu merupakan kekuatan yang sanggup mengubah posisi karyawan, maka dikatakan bahwa mutasi merupakan salah satu cara yang paling baik untuk mengembangkan sumber daya manusia aparatur dalam lingkup organisasi. Saydam (1996) menyatakan mutasi dalam manajemen sumber daya manusia aparatur dapat mencakup dua pengertian. Pertama, kegiatan pemindahan karyawan dari satu tempat kerja ke tempat kerja yang baru yang sering disebut dengan ”alih tempat” (tour of area). Kedua, kegiatan pemindahan karyawan dari tugas yang satu ke tugas yang lain dalam satu unit kerja yang sama, atau dalam perusahaan, yang sering pula disebut dengan istilah 8 d. ”alih tugas” (tour of duty). Demikian pula pada dasarnya mutasi dapat terjadi disebabkan oleh keinginan perusahan/organisasi atau keinginan karyawan yang bersangkutan. Promosi jabatan Organisasi mencapai tujuan melalui promosi kerja. Keberhasilan suatu organisasi dalam mengembangkan SDMnya ditentukan oleh Sejauh mana penerapan promosi kerja bagi karyawan. Hal ini menjadikan promosi mempunyai kaitan terhadap suatu pencapaian tujuan organisasi. Organisasi yang berhasil dalam kenyataannya menunjukkan bahwa suatu tujuan tercapai banyak ditentukan oleh SDM yang memiliki kepentingan organisasi tersebut untuk maju. Ukuran dalam melihat suatu kepentingan SDM dalam suatu organisasi tercermin dari kegiatan promosi yang sering diterapkan. Kerangka Konsep Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji apakah ada pengaruh antara kompensasi, kepuasan kerja, dan pengembangan karir terhadap turnover intention. Kompensasi H1 Turnover Intention Kepuasan Kerja H2 Pengembangan Karir H3 Gambar 1: Kerangka konsep penelitian Hipotesis Penelitian Mengacu kepada kerangka konseptual penelitian, maka peneliti merumuskan tiga hipotesa utama sebagai berikut : H1 : Kompensasi berpengaruh signifikan terhadap turnover intention. H2 : Kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap turnover intention. H3 : Pengembangan karir berpengaruh signifikan terhadap turnover intention. METODE PENENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dalam bentuk studi hubungan (correlation studies) dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah menggambarkan profil responden dan persepsi responden. Sedangkan metode kuantitatif yang digunakan adalah analisis regresi yang digunakan untuk menganalisis pengaruh antara kompensasi, kepuasan kerja, dan pengembangan karir terhadap turnover intention. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer 9 Data primer yaitu data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli dan data dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang sesuai dengan keinginan peneliti (Fuad Mas’ud, 2004). Data primer ini khusus dikumpulkan untuk kebutuhan riset yang sedang berjalan. Data primer dalam penelitian ini adalah data tentang profil sosial dan identifikasi responden, berisi data responden yang berhubungan dengan identitas responden dan keadaan sosial seperti: jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan lama bekerja dari karyawan di PT Swadharma Sarana Informatika, PT Sarana Reswara Abadi, dan PT Jagarti Sarana Telekomunikasi. 2. Data Sekunder Fuad Mas’ud (2004) menyatakan bahwa data sekunder adalah data yang merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data ini dapat diperoleh melalui literatur, jurnal, dan sumber–sumber yang mendukung penelitian ini. Selain itu, data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan yang berguna sebagai tambahan argumen logis. Adapun data sekunder yang diperoleh oleh peneliti yaitu dokumen perusahaan berupa profil perusahaan dan data karyawan yang berkaitan dengan penelitian ini. Populasi dan Sampel Langkah selanjutnya setelah menentukan jenis dan sumber data adalah menentukan target yang akan disurvei yakni populasi target. Populasi target adalah sekelompok orang yang mempunyai pengetahuan dan pandangan serta mampu memberikan tanggapan terhadap isi survei. Populasi adalah jumlah dari keseluruhan obyek (satuan–satuan/individu–individu) yang karakteristiknya hendak diduga (Djarwanto dan Pengestu, 1998). Populasi pada penelitian ini adalah karyawan PT Swadharma Sarana Informatika yang berjumlah 1.296 orang, PT Sarana Reswara Abadi yang berjumlah 30 orang, dan PT Jagarti Sarana Telekomunikasi yang berjumlah 25 orang. Sampel menurut Ferdinand (2006), didefinisikan sebagai subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota populasi. Subset ini diambil karena dalam banyak kasus tidak mungkin kita meneliti seluruh anggota populasi, oleh karena itu kita membentuk sebuah perwakilan populasi yang disebut sampel.Selanjutnya dari jumlah populasi tersebut akan ditarik sampel yang dapat mewakili penelitian ini yaitu sebanyak 200 karyawan. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dengan sumber data menggunakan data primer yang sumber datanya diperoleh langsung dari responden yaitu karyawan PT. Swadharma Sarana Informatika PT Sarana Reswara Abadi, dan PT Jagarti Sarana Telekomunikasi di Jakarta. Peneliti menggunakan salah satu dari teknik probability sampling yaitu cluster sampling. Cluster sampling merupakan teknik pengambilan sampel dimana pemilihan mengacu pada kelompok bukan pada individu. Cara seperti ini baik sekali untuk dilakukan apabila tidak terdapat atau sulit menentukan/menemukan kerangka sampel meski dapat juga dilakukan pada populasi yang kerangka sampel sudah ada. Operasionalisasi Variabel Penggunaan definisi operasional (indicator empiric) untuk mengukur konsep, dipakai untuk menjawab permasalahan-permasalahan penelitian. Untuk mengukur suatu konsep, maka harus diukur adalah makna atau konsepsi dari konsep tersebut, yang harus diungkap lewat definisi yang jelas. 1. Variabel Pemberian Kompensasi (X1) Secara konseptual, yang dimaksud kompensasi merupakan bentuk penghargaan yang berupa uang maupun bukan uang yang diberikan organisasi kepada pegawai sebagai balas jasa terhadap apa yang diberikan pegawai kepada organisasi. Variabel ini diukur melalui dimensi: gaji, bonus, fasilitas, penghargaan dan lingkungan kerja. 2. Variabel Kepuasan Kerja (X2) Kepuasan kerja merupakan ungkapan kepuasan karyawan tentang bagaimana pekerjaan mereka dapat memberikan manfaat bagi organisasi, yang berarti apa yang diperoleh dalam 10 bekerja sudah memenuhi apa yang dianggap penting (Luthans, 1995). Variabel ini diukur melalui dimensi: faktor psikologis, faktor social, fisik dan finansial. 3. Variabel Pengembangan Karir (X3) Pengembangan karir adalah suatu yang menunjukkan adanya peningkatan-peningkatan status seseorang dalam dalam suatu organisasi dalam jalur karir yang telah ditetapkan dalam organisasi yang bersangkutan (Robbins, 1996). Variabel ini diukur melalui dimensi: pendidikan, pelatihan, mutasi, dan promosi jabatan. 4. Variabel Intensitas Keluar Masuk Karyawan (Y) Turnover intention adalah kadar atau intensitas dari keinginan untuk keluar dari perusahaan, banyak alasan yang menyebabkan timbulnya turnover intentions ini dan diantaranya adalah keinginan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. (Handoko, 2002:2). Variabel ini diukur melalui dimensi: absensi yang meningkat, mulai malas bekerja, Peningkatan terhadap pelanggaran tata tertib kerja, Peningkatan protes terhadap atasan, dan Perilaku positif yang sangat berbeda dari biasanya. Metode Analisis Data 1. Analisis Konfirmatori Disebut sebagai teknik analisis confirmatory factor karena pada tahap ini model akan mengkonfirmasi apakah indikator yang diamati dapat mencerminkan faktor yang dianalisis. Confirmatory Factor Analysis (CFA) suatu metode yang menggabungkan analisis korelasi, analisis regresi, analisis lintas dan analisa faktor (Suharjo 2007). Peneliti dapat menspesifikasikan struktur permodelan berdasarkan teori yang baik dan menggunakan bantuan CFA untuk melihat apakah ada dukungan empiris terhadap pembentukan model tersebut. Terdapat uji dasar dalam confirmatory factor analysis yaitu uji signifikansi bobot factor. Uji signifikansi bobot faktor dilakukan untuk menguji apakah sebuah indikator dapat digunakan untuk mengkonfirmasi bahwa indikator itu dapat bersama-sama dengan indikator lainnya menjelaskan sebuah variabel laten. 2. Analisis Inferensial Untuk menguji model dan hubungan yang dikembangkan dalam penelitian ini diperlukan suatu teknik analisis. Adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM). Model persamaan structural Structural Equation Model (SEM) adalah sekumpulan teknik-teknik statistikal yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan relatif “rumit” secara simultan (Ferdinand, 2006, hal:181). HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Data Penelitian ini adalah explanatory research yaitu penelitian yang bertujuan menjelaskan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Jenis desain ini biasa disebut dengan desain kausal atau desain pengujian hipotesis, yaitu studi yang termasuk menjelaskan hubungan tertentu atau menentukan perbedaan antar kelompok atau kebebasan (independensi) dua atau lebih faktor dalam suatu situasi (Uma Sekaran, 2009:162, Istijanto, 2010:27, Husen Umar, 2013:10-11). Desain penelitian ini memiliki tujuan utama dalam menggambarkan sesuatu. Peranan penelitian deskriptif dalam hal ini adalah mengungkapkan informasi yang menggambarkan seberapa besar tingkat pengaruh antar beberapa variable. Indikator pengukuran yang digunakan adalah Goodness-of-Fit (GOF), digunakan untuk mengetahui kesesuaian model terhadap data yang dikumpulkan. Construct Reliability (CR) untuk keakurasian responden dalam mengisi data, serta Variance Extraction (VE) untuk melihat apakah model yang diusulkan termasuk hubungan antar variabel laten di dalamnya benar-benar menggambarkan data yang dikumpulkan di lapangan. Adapun pengujian tersebut akan diuraikan sebagai berikut. 11 Gambar 1. Standardized Loading Factor dan (t-value) full model Berdasarkan hasil output di atas dapat dilihat bahwa persamaan pengukuran untuk full model dengan nilai t-value sebesar ≥ 1.96 menunjukkan terdapat hubungan antar variable yang tidak valid terhadap variable endogen dengan tingkat signifikansi 5%, yakni kepuasan kerja dan kompensasi. Berdasarkan nilai loading factor tersebut dapat diketahui bahwa variable pengembangan karir memiliki pengaruh yang signifikan terhadap turnover, dan adapun kompensasi dan kepuasan kerja tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap turnover. Selanjutnya dilakukan uji kriteria Goodness of fit full model hasil modifikasi sesuai kriteria yang sudah ditetapkan. Hasilnya dipaparkan pada tabel 3. Tabel 3. Hasil Kriteria Kesesuaian Model SEM Goodness-of-Fit Chi Square Degree of Freedom CMIN/DF Significancy Probability RMSEA(Root Mean square Error of Approximation) GFI(Goodness of Fit) AGFI(Adjusted Goodness of Fit Index) CFI (Comparative Fit Index) NNFI Cutt-off-Value Diharapkan kecil Keterangan 2,00 0,05 Hasil 302,91 154 1,96 0,00000 0,08 0,070 Good Fit 0,90 0,91 Good Fit 0,90 0,90 Good Fit 0,90 0,90 0,95 0,94 Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Marginal Fit Berdasarkan tabel 3, maka secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa model hasil modifikasi sudah dapat diterima karena sudah memenuhi kriteria goodness of fit. 12 Langkah berikutnya setelah model terbukti sesuai terhadap data secara keseluruhan, adalah evaluasi atau uji kecocokan model pengukuran. Evaluasi ini dilakukan terhadap setiap konstruk atau model pengukuran (hubungan antara sebuah variabel laten dengan beberapa variabel teramati/indikator) secara terpisah melalui evaluasi terhadap validitas (validity) dari model pengukuran dan evaluasi terhadap reliabilitas (reliability) dari model pengukuran. Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas Full Model N o Konstruk 1. Kompensasi 2. Dimensi /Indikator Tvalue 9,72 0,66 0,4356 0,57 Bonus 10,24 0,67 0,4489 0,55 Tabungan 13,34 0,81 0,6561 0,35 Proteksi 13,79 0,83 0,6889 0,31 Upah 12,95 0,80 0,6400 0,37 Fasilitas 10,75 0,70 0,4900 0,51 Penghargaa n Lingkunga n kerja 5,72 0,40 0,1600 0,84 4,35 0,30 0,0900 0,91 5,17 3,6092 4,41 Kepuasan Psikologi 11,51 0,76 0,5776 0,53 Sosial 11,76 0,78 0,6084 0,40 Fisik 12,07 0,80 0,6400 0,36 2,34 1,826 1,29 Pengemban gan karir Pendidikan 11,26 0,72 0,5184 0,49 Pelatihan 13,69 0,81 0,6561 0,35 Mutasi 11,05 0,71 0,5041 0,50 Promosi 14,36 0,86 0,7396 0,27 3,10 2,4182 1,61 4. ; Gaji 3. Error Varia nce Turnover Absen 9,56 0,74 0,5476 0,45 Malas 9,18 0,71 0,5041 0,50 CR 0,7 VE 0,5 0,85 0,75 0,81 0,59 0,86 0,60 0,86 0,55 Keterangan Reliabilitas Baik Validitas Baik Validitas Baik Validitas Baik Validitas Baik Validitas Baik Validitas Baik Validitas Baik Validitas Baik Reliabilitas Baik Validitas Baik Validitas Baik Validitas Baik Reliabilitas Baik Validitas Baik Validitas Baik Validitas Baik Validitas Baik Realibilitas Baik Validitas Baik Validitas Baik 13 Melanggar 10,01 0,77 0,5929 0,41 Protes 9,44 0,75 0,5625 0,54 Berbeda 11,62 0,78 0,6084 0,39 3,75 2,8155 2,29 Validitas Baik Validitas Baik Validitas Baik Pada Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa, hasil analisis pengolahan data terlihat bahwa konstruk yang digunakan untuk membentuk sebuah model penelitian seluruhnya terbukti fit karena telah memenuhi kriteria goodness of fit yang telah ditetapkan. Nilai Construct Reliability (CR) dan Variance Extraction (VE) model diatas 0,70 dan 0,50 . Nilai CR yang dihasilkan mengindikasikan keakurasian responden dalam mengisi data diatas standar nilai yang ditentukan yaitu 0,7. Nilai VE diatas standar nilai yang ditentukan yaitu 0,50 menjelaskan bahwa semua indikator–indikator (observed) pada konstruk yang dipakai sebagai observed variable sudah mampu menjelaskan hubungan antar konstruk dengan variabel laten yang dibentuknya. Hasil Hubungan Kausalitas Setelah menganalisis hasil dari goodness of fit, construct reliability dan variance extracted model penelitian, analisis berikutnya adalah dengan melakukan analisis hubungan kausal pada model struktural dengan tingkat signifikasi 5% sehingga nilai kritis dan t-value adalah ±1.96. Dari hasil output LISREL 8.70 dapat diperoleh persamaan hubungan kausal. dapat dilihat bahwa ada nilai t- hitung yang lebih kecil daripada t tabel, dengan α 5% yaitu 1.96 maka artinya koefisien lintasan tersebut adalah tidak signifikan, dan ada nilai t-hitung yang lebih besar dari t tabel yang artinya koefisien lintasan tersebut adalah signifikan. (Wijayanto 200). Berikut ini adalah tabel ringkasan dari t-hitung dan koefisien pada model structural. Tabel 5. Hasil Evaluasi SEM dan Nilai T-Hitung Lintasan Kompensasi terhadap Turnover Kepuasan terhadap Turnover Pengembangan karir terhadap turnover γ11 γ12 γ13 Koefisien Lintasan -0,09 -0,06 -0,72 t-hitung -1,36 -0,99 -8,52 Keterangan Non Significant Non Significant Significant Dari hasil di atas, dapat dilihat terdapat dua koefisien lintasan yang tidak signifikan dan satu koefisien lintasan yang signifikan. Interpretasi dari koefisien lintasan akan dijelaskan lebih lanjut pada pengujian hipotesis. Berdasarkan hasil analisis output software LISREL terhadap model structural tersebut diperoleh satu persamaan structural, yakni: Turnover= -0,72*Pengembangan karir Berdasarkan persamaan struktural yang dihasilkan dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa variabel pengembangan karir memiliki pengaruh negatif terhadap turnover karyawan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien jalurnya sebesar -0,72 dan nilai T hitung yang lebih besar dibanding T tabel, yakni -8,52 lebih besar dari angka mutlak 1,96. Sedangkan pengaruh kompensasi dan kepuasan terhadap turnover berpengaruh negative namun tidak significant. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien jalur sebesar -0,09 dan -0,06 dengan nilai T hitung yang lebih kecil dibanding nilai T tabel yakni -1,36 dan -0,99. Hasil Uji Hipotesis Tabel evaluasi SEM dan t-hitung, menunjukkan bahwa pengaruh kompensasi terhadap intensitas turnover memiliki koefisien path sebesar -0.09 dengan absolut t hitung -1,36. Karena nilai t 14 hitung lebih kecil dari t tabel dengan alpha 5% yaitu 1,96 maka artinya pengaruh kompensasi terhadap intensitas turnover tidak signifikan. Nilai koefisien path yang negative mengindikasikan kompensasi berpengaruh negative terhadap intensitas turnover. Dengan demikian hipotesis pertama ditolak. Berdasarkan tabel evaluasi SEM dan t-hitung, pengaruh kepuasan kerja terhadap turnover memiliki koefisien path sebesar -0,06 dengan t-hitung -0,99. Karena nilai t hitung lebih kecil dari t tabel dengan alpha 5% yaitu 1,96 maka artinya pengaruh kepuasan kerja terhadap intensitas turnover tidak signifikan. Nilai koefisien path yang negative mengindikasikan kepuasan berpengaruh negative terhadap turnover. Dengan demikian hipotesis kedua ditolak. Berdasarkan tabel evaluasi SEM dan t-hitung, pengaruh pengembangan karir terhadap turnover memiliki koefisien path sebesar -0,72 dengan t-hitung -8,52. Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel dengan alpha 5% yaitu 1,96 maka artinya pengaruh pengembangan karir terhadap turnover signifikan. Hal ini mengindikasikan ada hubungan yang kuat antara pengembangan karir terhadap intensitas turnover. Nilai koefisien path yang negatif menunjukkan bahwa pengembangan karir berpengaruh negatif kuat terhadap intensitas turnover. Dengan demikian hipotesis ketiga diterima.. Tabel 6. Kesimpulan Hipotesis Hipotesis H1 H2 H3 Kompensasi berpengaruh signifikan terhadap intensitas turnover Kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap intensitas turnover Pengembangan karir berpengaruh signifikan terhadap intensitas turnover. Hasil Uji Ditolak Ditolak Diterima Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Hipotesis yang terbukti dalam penelitian ini adalah Pengembangan karir berpengaruh signifikan terhadap intensitas turnover. Pengembangan karir merupakan pendekatan formal yang dilakukan organisasi untuk menjamin orang-orang dalam organisasi mempunyai kualifikasi dan kemampuan serta pengalaman yang cocok ketika dibutuhkan. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengelola karir dan mengembangkannya dengan baik supaya produktivitas karyawan tetap terjaga dan mampu mendorong karyawan untuk selalu melakukan hal yang terbaik dan menghindari frustasi kerja yang berakibat penurunan kinerja perusahaan. Pengelolaan dan pengembangan karir akan meningkatkan efektifitas dan kreatifitas sumber daya manusia dalam upaya mendukung perusahaan untuk mencapai tujuannya (Robbins, 1996). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh pengembangan karir terhadap turnover karyawan memiliki koefisien path sebesar -0.72 dengan t-hitung -8,52. Nilai t hitung yang diperoleh lebih besar dari t tabel dengan alpha 5% yaitu 1.96, hal ini menunjukkan bahwa pengembangan karir berpengaruh secara signifikan terhadap turmover karyawan. Nilai koefisien path yang negative menunjukkan pengembangan karir berpengaruh negative kuta terhadap turnover karyawan, dengan demikian hipotesis diterima. Penelitian ini membuktikan bahwa faktor penyebab terjadinya turnover di PT. SSI, SRA, JST adalah pengembangan karir dengan koefesien path sebesar -0,72. Yang berarti 72% pengembangan karir berpengaruh terhadap turnover. Jika pengembangan karir karyawan diperbaiki maka secara signifikan turnover akan berkurang. Adapun dua variable operasional lain yakni kompensasi dan kepuasan kerja juga berpengaruh negative terhadap intensitas turnover akan tetapi tidak berpengaruh signifikan. 15 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian pada studi kasus di PT. SSI, SRA dan JST ini adalah sebagai berikut: 1. Kompensasi berpengaruh negative terhadap intesitas turnover. Dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%, nilai t-tabel sebesar 1,96 maka pengaruh tersebut tidak signifikan sebab nilai t-hitung sebesar -1,36 lebih kecil dibanding t-tabel. Dimensi kompensasi yang harus menjadi penekanan sesuai hasil penelitian adalah proteksi karyawan. Dimensi kompensasi berikutnya secara berturutturut tabungan, upah, fasilitas, bonus dan gaji. 2. Kepuasan kerja berpengaruh negative terhadap intensitas turnover. Dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%, nilai t-tabel sebesar 1,96 maka pengaruh tersebut tidak segnifikan sebab nilai t-hitung sebesar -0,99 lebih kecil dibanding t-tabel. Dimensi fisik, merupakan faktor dominan dalam pembentukan kepuasan. Dimensi berikutnya secara berturut-turut adalah social dan psikologi. 3. Pengembangan karir berpengaruh negative terhadap intensitas turnover. Dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%, nilai t-tabel sebesar 1,96 maka pengaruh tersebut signifikan sebab nilai t-hitung sebesar -8,52 lebih besardibanding t-tabel. Promosi merupakan faktor paling signifikan dalam pembentukan pengembangan karir. Dimensi berikutnya secara berturut-turut adalah pelatihan, pendidikan dan mutasi. Saran Saran yang dapat direkomendasikan berdasarkan kesimpulan di atas pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengambangan karir terbukti berpengaruh signifikan terhadap turnover karyawan di PT. SSI, PT. SRA dan PT. JST. Oleh karena itu direkomendasikan untuk membuat diagram pola karier (carier path diagram) untuk memberikan jaminan karir bagi masa depan setiap karyawan diperusahaan sehingga intensitas keluar masuk bisa teratasi. 2. Persyaratan jenjang pendidikan untuk jabatan tertentu. Hal ini dimaksudkan agar karyawan termotivasi untuk mengikuti program pendidikan dan pelatihan. Program pendidikan dan pelatihan ini dibiayai oleh perusahaan, sehingga antara karyawan dan perusahaan terikat perjanjian ikatan dinas, dimana melarang karyawan yang bersangkutan mengundurkan diri untuk (pindah) bekerja pada perusahaan sejenis dan/atau membuka usaha sejenis yang dapat menjadi pesaing sehingga merusak “pasar” produk perusahaan dimaksud. 3. Untuk agenda penelitian yang akan datang direkomendasikan untuk menambah variabel lain, yaitu kepemimpinan dan budaya organisasi. Kepemimpinan memiliki peran yang penting dalam perusahaan. Karyawan yang bekerja di perusahaan dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan manajer perusahaan tersebut. Hubungan pemimpin dengan anggota haruslah mencakup tingkat keakraban dan penerimaan anggota pada pemimpinnya. Semakin yakin dan percaya anggota pada pemimpinnya, maka akan semakin baik hubungan antara pemimpin dengan anggota dan dapat mencapai tujuan organisasi dengan baik pula. Pemimpin yang baik adalah mereka yang selain memiliki kemampuan pribadi baik berupa sifat maupun bakat, juga mampu membaca keadaan pengikut dan lingkungannya. Budaya organisasi juga berpengaruh dalam pencapaian tujuan perusahaan. Jika karyawan merasa terikat dengan nilai-nilai organisasi berupa budaya organisasi yang ada, maka dia merasa senang dalam bekerja dan mereka akan melakukan tugas dan kewajibannya dengan baik sehingga diharapkan dapat mengurangi dampak terhadap absensi, turnover, dan keterlambatan bekerja. Hal demikian akan muncul komitmen kerja dan sekaligus akan menambah kesetian karyawan terhadap organisasi yang bersangkutan. 4. Selain penambahan variabel seperti dijelaskan diatas, kedepannya penelitian ini dapat dikembangkan agar dilakukan studi banding terhadap perusahaan yang murni non BUMN. Hal ini dikarenakan budaya antara perusahaan BUMN dan non BUMN berbeda. 16 DAFTAR PUSTAKA Abelson, M.A., 1987. “Examination of Avoidable and Unavoidable Turnover”, Journal of Applied Psychology, Vol.72, No.3,382-386 Arnold, Hugh, J. dan Daniel C. Feldman. 1982. “A Multivariate Analysis of the Determinants of Job Turnover”, Journal of Applied Psychology, Vol.67, No.3, 350-360 Arin, Djamhur, dan M. Djudi. 2014. Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Kerja Terhadap Turnover Intention. As'ad, M, 2003, Psikologi Industri : Seri Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Liberty. Asnawi, S. 2002. Hubungan dan pengaruh keterlibatan pelaksanaan tugas dengan disiplin terhadap peraturan keselamatan kerja (K3). Jurnal Phronesis : Universitas Persada Indonesia, 4 (7): 24-34 Carsten, Jeanne, M. dan Paul E. Spector, 1987, “Unemployment, Job Satisfaction, and Employee Turnover: A Meta-Analytic Test of the Muchinsky Model”, Journal of Applied Psychology, Vol.72, No.3, 374-381 Carmeli, Abraham dan Jacob Weisberg, 2006, “Exploring Turnover Intention among Three Professional Groups of Employees”, Human Resource Development International, Vol.9, No.2,191-206, Juni Cianni, Mary, dan Donna Wnuck, 1997, Individual Growth and Team Enhancement: Moving Toward a New Model of Career Development, Academy of Management excecutive, Vol 11, No.1. Dessler, Gary. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Prenhallindo. Flippo, Edwin B. 2003. Manajemen Personalia. Terjemahan Moh. Masud. Edisi Keenam, Jakarta: Erlangga. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Cetakan Keempat. Semarang: Badan Penerbit UNDIP. Handoko, Hani. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE. Harnoto. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi kedua, Jakarta: PT. Pre nhallindo. Hasibuan, M. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Howell, J. M., & Frost P. J. 1986. A Laboratory Study of Charismatic Leadership. Organizational Behaviour and Human Decision Processes, 43: 243-69. Hwang, Ing-San, Dr. dan Jyh-Huei Kuo, 2006, “Effects of Job Satisfaction and Perceived Alternative Employment Opportunities on Turnover Intention – An Examination of Public Sector Organizations”, The Journal of American Academy of Business, Cambridge, Vol.8, March Lum, L., Kervin J. Clark K., Reid F., dan Sirola W. 1998. Explaining Nursing Turnover Intent : Job Satisfaction, Pay Satisfaction, or Organizational Commitment. Journal of Organizational Behavior, 19 : 305 – 320. Luthans, F. 2006. Organizational Behavioral. 7th Edition, McGraw-Hill, New York. March, James G. and Heerbert A. Simon. 1958. Organization. New York: Wiley and sons. Martoyo, Susilo, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: BPFE. Mas’ud, Fuad. 2004. Survai Diagnosis Organisasional : Konsep dan Aplikasi. Ba dan Penerbit UNDIP, Semarang. Mathis, Robert.L, & John Jackson. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Salemba Empat. Meyer, L. dan J.R. Coleman. 1993. Organisasi dan Administrasi. Jakarta: Penerbit Binarupa Aksara. Mobley, Judge dan Bono, 1999, “Five-Factor Model of Personality and Transformational Leadership”, Journal of Applied Psychology, 85 (5): 751- 765. Rahman, Raqvi & Ramay, 2008, Measuring Turnover Intention: A Study of IT Professionals in Pakistan. Riski, 2012, Pengaruh Kompensasi, Lingkungan Kerja, dan Pengembangan Karir terhadap Tingkat Turnover Pegawai. Robbins, 1996. Organizational Behaviour, Jakarta: Erlangga. Robbins, S. P. 2001. Perilaku Organisasi : Konsep, Kontroversi, Aplikasi. edisi kedelapan versi Bahasa Indonesia, Jilid 1 & 2, Jakarta: PT Prenhallindo. Schult, Duane P. 1990. Psychology and Industry Today. New York: Max Well McMillan International Edition. 17 Simamora, Henry, 1996, Manajemen Sumber Daya Manusia, STIE YKPN, Yogyakarta. Sjafri, Mangkuprawira, 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Bogor: Ghalia Indonesia. Strom C, Ginsberg N, Applebaum M, et al. 2001. Analyses of 95 First Trimester Spontaneous Abortions by Chorionic Villus Sampling And Karyotipe. J assist reprod genet 9: 458 Sulastri (2012), “Pengaruh Kompensasi, Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi terhadap Keinginan Untuk Pindah Kerja pada PT. Surya Sumber Daya Energi Surabaya”. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Suwandi, dan Nur Indriantoro. 1999. “Pengujian Model Turnover Pasewark dan Strawser: Studi Empiris pada Lingkungan Akuntansi Publik”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, No.2,halaman 173-195. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 “Tentang Ketenagakerjaan”. 18