pola pembiayaan usaha kecil (ppuk) usaha

advertisement
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)
USAHA PENYULINGAN
MINYAK DAUN CENGKEH
BANK INDONESIA
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : [email protected]
DAFTAR ISI
1. Pendahuluan ................................ ................................ ............... 2
2. Profil Usaha dan Pola Pembiayaan................................ ............... 7
a. Profil Usaha ................................ ................................ ............... 7
b. Pola Pembiayaan ................................ ................................ ........ 7
3. Aspek Pemasaran................................ ................................ ........ 9
a. Pasar ................................ ................................ ........................ 9
b. Pemasaran ................................ ................................ .............. 10
4. Aspek Produksi ................................ ................................ .......... 14
a. Lokasi Usaha ................................ ................................ ............ 14
b. Fasilitas Produksi dan Peralatan ................................ .................. 14
c. Bahan Baku ................................ ................................ ............. 16
d. Tenaga Kerja ................................ ................................ ........... 16
e. Teknologi................................ ................................ ................. 16
f. Proses Produksi ................................ ................................ ......... 18
g. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi ................................ ................. 18
h. Produksi Optimum ................................ ................................ .... 19
i. Kendala Produksi ................................ ................................ ....... 19
5. Aspek Keuangan ................................ ................................ ........ 20
a. Pemilihan Pola Usaha................................ ................................ . 20
b. Asumsi dan Parameter Perhitungan ................................ ............. 20
c. Biaya Operasional ................................ ................................ ..... 22
d. Kebutuhan Dana unuk Investasi dan Modal Kerja ........................... 24
e. Produksi dan Pendapatan ................................ ........................... 25
f. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point ................................ ...... 26
g. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek ................................ ...... 27
h. Analisa Sensitivitas ................................ ................................ ... 29
6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan .......................... 31
a. Aspek Sosial Ekonomi ................................ ................................ 31
b. Dampak Lingkungan ................................ ................................ .. 31
7. Penutup ................................ ................................ ..................... 32
a. Kesimpulan ................................ ................................ .............. 32
b. Saran ................................ ................................ ..................... 33
LAMPIRAN ................................ ................................ ..................... 34
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
1
1. Pendahuluan
Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, etherial oils, atau
volatile oils adalah salah satu komoditi yang memiliki potensi besar di
Indonesia. Minyak atsiri adalah ekstrak alami dari jenis tumbuhan tertentu,
baik berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga.
Setidaknya ada 70 jenis minyak atsiri yang selama ini diperdagangkan di
pasar internasional dan 40 jenis di antaranya dapat diproduksi di Indonesia
(Lutony, Rahmayati, 2000). Meskipun banyak jenis minyak atsiri yang bisa
diproduksi di Indonesia, baru sebagian kecil jenis minyak atsiri yang telah
diusahakan di Indonesia.
Peluang pasar komoditi minyak atsiri ini masih terbuka luas baik di dalam
maupun luar negeri. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa
hanya sebagian kecil jenis minyak atsiri yang telah diproduksi di Indonesia.
Permintaan minyak atsiri ini pun diperkirakan terus meningkat dengan
bertambahnya populasi penduduk dunia.
Kegunaan minyak atsiri sangat banyak, tergantung dari jenis tumbuhan yang
diambil hasil sulingnya. Minyak atsiri ini digunakan sebagai bahan baku
minyak wangi, komestik dan obat-obatan. Minyak atsiri juga digunakan
sebagai kandungan dalam bumbu maupun pewangi (flavour and fragrance
ingredients). Industri komestik dan minyak wangi menggunakan minyak
atsiri sebagai bahan pembuatan sabun, pasta gigi, samphoo, lotion dan
parfum. Industri makanan menggunakan minyak atsiri sebagai penyedap
atau penambah cita rasa. Industri farmasi menggunakannya sebagai obat
anti nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri. Fungsi minyak atsiri sebagai
wewangian juga digunakan untuk menutupi bau tak sedap bahan-bahan lain
seperti obat pembasmi serangga yang diperlukan oleh industri bahan
pengawet dan bahan insektisida.
Komoditi minyak atsiri banyak dikembangkan oleh negara-negara, seperti
Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jepang, Jerman, Swiss, Belanda,
Hongkong, Irlandia dan Kanada. Berdasarkan estimasi yang dilakukan oleh
Essential Oil Association of India dalam publikasinya yang berjudul Vasion
2005 India Essential Oil Industry, peringkat pertama produsen minyak atsiri
dunia adalah Brasil disusul oleh Amerika Serikat dan India.
Industri pengolahan minyak atsiri di Indonesia telah muncul sejak jaman
penjajahan (Lutony, Rahmayati, 2000). Namun jika dilihat dari kualitas dan
kuantitasnya tidak mengalami banyak perubahan. Ini disebabkan karena
sebagian besar pengolahan minyak atsiri masih menggunakan teknologi
sederhana/tradisional dan umumnya memiliki kapasitas produksi yang
terbatas.
Industri ini biasanya terletak di daerah pedesaan. Ada beberapa daerah di
Indonesia yang menjadi sentra industri minyak atsiri , misalnya Daerah
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
2
Istimewa Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat,
Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Maluku, dan Nusa Tenggara
Timur. Dari beberapa jenis minyak atsiri yang dapat diproduksi di Indonesia,
sebagian besar diekspor ke berbagai negara seperti ditunjukkan pada Tabel
1.1.
Tabel 1.1.
Ekspor Minyak Atsiri dengan Nilai Ekspor > 1 juta US$
Nilai (Juta US$)
No. Negara Tujuan
1999 2000
2001
1
Amerika Serikat
11,3
12,6
18,3
2
Singapura
17,5
10,5
14,2
3
Swiss
1
3,1
4
Perancis
3,7
3,5
3,5
5
Inggris
3,1
3,9
6
Spanyol
2,8
1,2
1
7
Jerman
1,1
1,3
8
Belanda
1,1
9
India
1
1,4
1,5
10 Jepang
,
1
11 Lain-lain
9,1
3,8
6
Total
46,5
38,2
53,8
Sumber: BPEN, 2002
Salah satu sentra minyak atsiri di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
adalah Kabupaten Kulon Progo, tepatnya di Kecamatan Samigaluh. Di
kecamatan tersebut terdapat kelompok usaha minyak atsiri yang terdiri dari
22 (dua puluh dua) pengusaha kecil. Sebagian besar minyak atsiri yang
dihasilkan adalah minyak daun cengkeh. Tanaman cengkeh (Eugenia
caryophillata) dapat digunakan untuk menghasilkan minyak cengkeh (clove
oil), minyak tangkai cengkeh (clove stem oil), dan minyak daun cengkeh
(clove leaf oil).
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
3
Gambar 1.1. Cengkeh
Minyak cengkeh merupakan hasil penyulingan serbuk bunga cengkeh kering.
Minyak atsiri jenis ini memiliki pasaran yang luas di industri farmasi,
penyedap masakan dan wewangian. Kandungan minyak cengkeh adalah
eugenol (90%), eugenil acetate, methyl n-hepthyl alcohol, benzyl alcohol,
methyl salicylate, methyl n-amyl carbinol, dan terpene caryo-phyllene.
Minyak tangkai cengkeh adalah minyak atsiri hasil penyulingan tangkai
kuntum cengkeh. Jenis ini jarang ditemukan di Kecamatan Samigaluh. Jenis
minyak cengkeh yang terakhir, minyak daun cengkeh (clove leaf oil) adalah
minyak atsiri hasil sulingan daun cengkeh kering (umumnya yang sudah
gugur) dan banyak ditemukan di lokasi survai di Kecamatan Samigaluh.
Minyak daun cengkeh mulai dikembangkan pada tahun 1960 yang digunakan
untuk bahan baku obat, pewangi sabun dan deterjen. Minyak daun cengkeh
juga digunakan di industri wewangian dengan ketetapan standar mutu
tertentu yang lebih ketat.
Tabel 1.2.
Standar mutu minyak daun cengkeh menurut SNI 1991
Minyak Daun Cengkeh
Karakteristik
o
Berat Jenis pada 15 C
1,03 - 1,06
Putaran Optik (ad)
- 1o 35
Indeks Refraksi pd 20oC
1,52 - 1,54
(nd20)
Kadar eugenol (%)
78 - 93 %
Minyak pelikan
Negatif
Minyak lemak
Negatif
Kelarutan dalam Alkohol 70%
Larut dalam dua
volume
Sumber : http://agribisnis.deptan.go.id
Minyak daun cengkeh berupa cairan berwarna kuning pucat sesaat setelah
disuling dan mudah berubah warna menjadi coklat atau ungu bila terkena
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
4
logam besi sehingga minyak ini lebih baik dikemas dalam botol kaca, drum
aluminium atau drum timah putih.
Alasan pemilihan jenis minyak daun cengkeh di wilayah Kecamatan
Samigaluh adalah kemudahan operasi pengolahan dan modal yang rendah.
Berdasarkan in-depth interview yang dilakukan dengan pengusaha setempat,
daun cengkeh menghasilkan minyak atsiri yang tidak terlalu keras
dibandingkan tangkai bunga cengkeh sehingga ketel yang digunakan tidak
cepat rusak dan dapat menggunakan hanya satu ketel saja (bahan baku dan
air dalam satu ketel) sehingga harganya lebih murah. Berbeda dengan
minyak nilam yang memerlukan dua ketel terpisah, yang berisi air dan daun
nilam dalam ketel terpisah, untuk menghasilkan minyak nilam dengan
kualitas yang diinginkan. Saat ini, kualitas untuk minyak daun cengkeh tidak
telalu ketat diberlakukan oleh pengusaha pengumpul yang membeli hasil
penyulingan. Ini menyebabkan proses produksi minyak daun cengkeh tidak
terlalu sulit.
Perhatian pemerintah daerah terhadap industri minyak daun cengkeh cukup
baik. Pemerintah melalui Departemen Pertanian telah memberikan pelatihanpelatihan mengenai pengembangan usaha minyak atsiri termasuk minyak
daun cengkeh untuk meningkatkan daya saing minyak atsiri melalui
peningkatan mutu, harga yang kompetitif dan keberlanjutan suplai melalui
pembinaan yang terintegrasi oleh instansi terkait.
Saat ini sedang dipertimbangkan pembangunan industri pengolahan yang
menggunakan bahan baku minyak atsiri di lingkup regional Kabupaten Kulon
Progo agar masyarakat dan pemerintah dapat menikmati nilai tambah yang
lebih besar dari pengolahan minyak atsiri. Jika minyak atsiri dapat diolah di
wilayah lokal, para pengusaha minyak atsiri tidak perlu menjual produknya
ke luar daerah.
Selain bantuan teknis, Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo juga telah
memberikan pinjaman berupa penguatan modal melalui PT. Bank
Pembangunan Daerah Yogyakarta (selanjutnya disebut BPD) sebagai bentuk
perhatian pemerintah daerah terhadap potensi usaha minyak atsiri di
wilayahnya. Pembuatan peta pewilayahan untuk usaha pengolahan minyak
atsiri juga bermanfaat untuk memberikan informasi keberadaan usaha
minyak atsiri yang umumnya terdapat di pedesaan dan berskala kecil.
Pemerintah juga berusaha untuk menyediakan data dan informasi mutakhir
yang akurat mengenai produksi, kebutuhan pasar, kecenderungan pasar dan
informasi harga minyak atsiri.
Industri minyak daun cengkeh ini tidak saja memproduksi minyak daun
cengkeh sebagai komoditas ekspor yang menghasilkan devisa, tetapi juga
menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Setiap unit usaha dapat
menyerap tenaga kerja rata-rata 6 orang di unit penyulingannya dan seratus
orang lebih sebagai tenaga pencari (pengumpul) daun cengkeh. Pekerjaan
memungut/mengumpulkan daun cengkeh ini pada umumnya merupakan
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
5
pekerjaan sambilan dan hasilnya dapat dijual dengan harga berkisar Rp 200Rp 350/kg. Tingkat harga sangat tergantung pada musim. Pada saat banyak
daun cengkeh kering yang gugur, harga akan turun dan sebaliknya.
Walaupun pada pengolahan minyak daun cengkeh sendiri penyerapan tenaga
kerja relatif sedikit, namun setidaknya dapat memberikan kesempatan kerja
bagi para pemuda yang sebelumnya tidak produktif. Di wilayah Kulon Progo,
para pekerja usaha minyak daun cengkeh ini dibayar secara borongan
(pekerja tidak tetap) dengan sistem bergilir (shift). Setidaknya dibutuhkan 3
orang pekerja untuk satu kali suling dengan satu ketel.
Usaha minyak daun cengkeh tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
Sisa daun yang telah disuling dapat dikeringkan dan digunakan sebagai
bahan bakar dan abunya dapat digunakan sebagai pupuk. Sisa air limbah
yang sudah dipisahkan secara sempurna dengan minyak daun cengkeh tidak
menimbulkan kerusakan lingkungan. Sampai saat ini, polusi udara berupa
asap yang ditimbulkan pada saat proses penyulingan sama sekali tidak
dikeluhkan oleh warga sekitar lokasi penyulingan.
Usaha penyulingan minyak daun cengkeh menggunakan modal yang
sebagian dapat diperoleh dari bank berupa pinjaman modal, baik modal
investasi maupun modal kerja. Untuk PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero),
Tbk (selanjutnya disebut Bank BRI) di tingkat Kantor Unit, modal yang dapat
diberikan adalah 25 juta rupiah ke bawah sedangkan keputusan pemberian
kredit di atas 25 juta rupiah ditentukan oleh kantor cabang. Plafon dana yang
berasal dari dana nasabah sendiri untuk modal investasi + 30% sedangkan
untuk modal kerja + 50%.Tingkat bunga yang diberlakukan adalah tingkat
bunga flat sebesar 18% per tahun.
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
6
2. Profil Usaha dan Pola Pembiayaan
a. Profil Usaha
Usaha minyak daun cengkeh adalah salah satu jenis minyak atsiri yang dapat
dihasilkan dari tanaman cengkeh yang diperoleh melalui proses distilasi atau
proses penyulingan daun cengkeh kering. Usaha ini relatif tidak memerlukan
modal yang besar. Bahan baku utama untuk menghasilkan minyak daun
cengkeh adalah daun cengkeh kering. Daun cengkeh kering relatif mudah
diperoleh pada musim kemarau karena perkebunan cengkeh di wilayah Kulon
Progo dan sekitarnya cukup banyak.
Lokasi penyulingan sebaiknya dekat dengan sumber bahan baku atau
setidaknya memiliki akses yang mudah untuk penyediaan bahan baku dan
dekat dengan sumber air. Sumber air yang melimpah seperti di Kulon Progo
memudahkan para penyuling memperoleh air untuk proses penyulingan dan
terutama pada proses pendinginan atau kondensasi.
Di Kecamatan Samigaluh, Kulon Progo terdapat 22 pengusaha minyak atsiri
yang tergabung dalam kelompok pengusaha penyulingan minyak atsiri.
Sebagian besar dari mereka menghasilkan minyak daun cengkeh sedangkan
penyulingan tangkai atau putik cengkeh hanya dilakukan jika ada pesanan
khusus dari pembeli. Minyak dari tangkai cengkeh memiliki sifat yang lebih
keras sehingga mudah merusak lapisan ketel yang digunakan untuk
menyuling. Pesanan dalam jumlah besar pada waktu tertentu kadang dapat
dilakukan secara berkelompok. Dari 22 pengusaha minyak atsiri di lokasi
survai, hanya satu pengusaha yang menghasilkan minyak atsiri jenis lain,
yaitu minyak nilam. Modal untuk usaha minyak nilam ini relatif lebih besar
karena ketel yang digunakan lebih baik dan lebih mahal. Khusus untuk
minyak nilam ini memang sudah memiliki standar yang baku. Secara umum,
teknologi yang digunakan tetap sama. Perbedaannya hanya pada pemisahan
tangki air dan tangki bahan baku dan jenis bahan ketel yang lebih baik untuk
menjaga mutu.
Ketersediaan bahan baku untuk daun cengkeh bersifat musiman, yaitu
kurang lebih enam bulan kerja dalam setahun. Pada saat musim kemarau
daun cengkeh gugur dan kering, barulah penyulingan dapat dilakukan.
Berbeda dengan penyulingan minyak nilam yang dapat dilaksanakan
sepanjang tahun.
b. Pola Pembiayaan
Pemberian kredit untuk usaha pengolahan minyak daun cengkeh di
Kecamatan Samigaluh sudah dilaksanakan sejak tahun 1990. Pada tahun
tersebut, banyak para pengusaha minyak daun cengkeh membutuhkan kredit
sebagai tambahan modal untuk mengembangkan usahanya. Seluruh usaha
minyak daun cengkeh di Samigaluh berskala kecil dengan pinjaman kredit
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
7
bervariasi dari Rp 5 juta sampai dengan Rp 25 juta. Saat ini pelayanan
pinjaman dari bank hanya diperoleh dari Bank BRI unit Samigaluh yang
memang merupakan satu-satunya bank yang ada di wilayah tersebut.
Karena sifat usahanya yang musiman, para pengusaha umumnya meminjam
dalam jangka waktu yang pendek, 6 bulan, dengan tingkat suku bunga flat
18% per tahun.
Bank BRI tidak memiliki skema pinjaman khusus untuk usaha minyak daun
cengkeh. Jenis pinjaman lebih banyak ditentukan secara subyektif oleh bank
dengan pendekatan secara personal. Jenis pinjaman seringkali ditentukan
oleh karakter usaha nasabah yang semuanya dikelola secara perseorangan.
Pada tahun 2003 terdapat 10 nasabah individu (pengusaha minyak atsiri)
yang telah menjadi nasabah Bank BRI unit Samigaluh dengan jumlah
pinjaman yang bervariasi dari Rp 5 juta sampai Rp 25 juta. Total kredit yang
disalurkan kira-kira Rp 200.000.000,00.
Untuk memperoleh informasi mengenai usaha pengolahan minyak daun
cengkeh, bank memiliki hubungan dengan kelompok pengusaha kecil minyak
daun cengkeh yang bersangkutan. Apabila usaha tersebut dianggap
menguntungkan dan layak untuk diberi kredit maka bank akan mengucurkan
kredit. Dari sejumlah nasabah tersebut, selama ini tidak ada kredit yang
bermasalah.
Pada saat tulisan ini disusun, para pengusaha sedang berusaha untuk dapat
memperoleh pinjaman secara berkelompok dari bank lain dalam jumlah yang
lebih besar. Beberapa pengusaha telah memperoleh bantuan dari pemerintah
daerah yang diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten sebagai Dana Penguatan Modal melalui BPD dengan bunga yang
lebih rendah.
Untuk usaha pengolahan minyak daun cengkeh, Bank BRI memberikan
plafon maksimum sebesar sebesar Rp 50 juta per debitur baik untuk
investasi maupun modal kerja. Kewenangan memutuskan kredit untuk plafon
hingga sebesar Rp 25 juta dimiliki oleh kantor unit dan untuk plafon di atas
Rp 25 juta dimiliki oleh kantor cabang. Persyaratan jaminan berupa surat
tanah yang berlaku atau barang bergerak. Persyaratan yang berlaku sesuai
dengan pengajuan Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES). Persyaratan
KUPEDES Bank BRI secara umum adalah sebagai berikut:
1. Warga Negara Indonesia
2. Pengusaha menyertakan:
a. Fotokopi KTP atau SIM
b. Surat Keterangan Usaha
3. Jumlah Kredit sampai dengan Rp 50.000.000,- per nasabah
4. Jangka waktu kredit:
a. KUPEDES INVESTASI maksimum 36 bulan
b. KUPEDES MODAL KERJA maksimum 24 bulan
c. KUPEDES GOLONGAN BERPENGHASILAN TETAP maksimum 60 bulan.
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
8
3. Aspek Pemasaran
a. Pasar
Dalam aspek pemasaran akan dibahas aspek pasar dan pemasaran yang
terkait dengan permintaan, penawaran, harga, persaingan dan pemasaran
minyak daun cengkeh.
1. Permintaan
Minyak daun cengkeh memiliki pasar yang sangat luas terutama di pasar
internasional. Di wilayah Kulon Progo, permintaan minyak daun cengkeh oleh
pedagang pengumpul, yaitu PT. Djasula Wangi di Solo, CV. Indaroma di
Yogyakarta, dan PT. Prodexco di Semarang. Dari informasi yang terakhir
dikumpulkan, permintaan minyak daun cengkeh selalu meningkat dan sering
terjadi kelebihan permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh kapasitas
produksi industri kecil minyak daun cengkeh yang terbatas. Permintaan
dalam jumlah besar untuk waktu yang singkat biasanya diusahakan secara
berkelompok.
Tabel 3.1. Ekspor Minyak Daun Cengkeh
Tahun Volume(ton) Nilai (ribu US$)
1986
1.093
3.348
1987
1.047
2.675
1988
646
1.455
1989
651
1.398
1990
707
1.660
1991
758
2.098
1992
n.a
n.a
1993
n.a
n.a
1994
622
1.905
1995
370
1.571
Sumber: BPS, beberapa tahun
Pemanfaatan minyak cengkeh, untuk dunia industri memang cukup luas.
terutama untuk keperluan industri farmasi atau obat- obatan. Begitu juga
untuk industri parfum, yang merupakan campuran utama untuk Geranium,
Bergamot, Caraway, Cassie dan bahan untuk pembuatan vanillin sintetis
sebagai bahan baku industri makanan dan minuman. Sebagian besar hasil
produksi minyak daun cengkeh diekspor ke luar negeri seperti yang telah
ditunjukkan pada Tabel 1.1. Perkembangan permintaan ekspor minyak daun
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
9
cengkeh Indonesia mengalami pasang surut seperti ditunjukkan pada Tabel
3.1
2. Penawaran
Dari segi penawaran, suplai minyak daun cengkeh relatif masih kurang.
Masih diperlukan tambahan produksi untuk memenuhi permintaan pasar.
Selain Kabupaten Kulon Progo, sentra produksi pengolahan minyak daun
cengkeh juga terdapat di Kabupaten Blitar dan Trenggalek. Produksi minyak
daun cengkeh dari daerah Blitar cukup besar, dengan rata-rata setiap
tahunnya mencapai 80 ton. Berdasarkan data Dinas Perindustrian
Pertambangan dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Blitar, produksi
rata-rata 80 ton per tahun itu hanya dihasilkan oleh 5 unit industri yang
semuanya tergolong industri kecil. Sentra produksinya berada di wilayah
Kecamatan Doko. (http://www.kabblitar.go.id).
Potensi usaha minyak daun cengkeh masih sangat luas di Indonesia
terutama di daerah-daerah yang dekat dengan sumber bahan baku. Saat ini,
cengkeh telah dibudidayakan di hampir seluruh wilayah Indonesia (Harris,
1990) sehingga potensi untuk mendirikan usaha pengolahan minyak daun
cengkeh sangatlah besar.
3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar
Tingkat persaingan minyak daun cengkeh Indonesia di pasar internasional
terutama ditentukan oleh kualitas minyak daun cengkeh yang dihasilkan
Indonesia dan negara-negara pesaing, seperti Madagaskar, Tanzania dan
Srilanka. Negara penghasil minyak atsiri bukan hanya berasal dari negaranegara berkembang saja, seperti Cina, Brasil, Indonesia, India, Argentina
dan Meksiko melainkan juga negara maju, seperti Amerika Serikat, Perancis,
Jerman, Italia, dan Inggris. Perbedaannya, negara-negara berkembang lebih
banyak memproduksi minyak atsiri menjadi bahan setengah jadi dan
kemudian mengekspornya ke negara maju. Lain halnya yang dilakukan oleh
negara maju. Meskipun mereka mengimpor bahan setengah jadi dari negara
berkembang untuk diolah menjadi barang jadi, mereka mengekspornya
sebagian kembali ke negara-negara lain termasuk negara berkembang dalam
bentuk barang jadi dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Namun demikian,
peluang pasar minyak daun cengkeh masih terbuka luas terutama di pasar
dunia yang volume permintaannya terus meningkat (lihat Tabel 1.1)
b. Pemasaran
Pemasaran minyak daun cengkeh dapat melalui para pedagang pengumpul
maupun langsung ke pihak produsen barang jadi yang membutuhkan.
Namun pada umumnya jalur penjualan ke pedagang pengumpul relatif lebih
mudah. Harga yang ada di pasar perdagangan minyak daun cengkeh dalam
negeri juga relatif stabil.
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
10
1. Harga
Harga minyak daun cengkeh relatif stabil pada tahun 2002 dan 2003. Pada
awal tahun 2002 harga minyak daun cengkeh mencapai Rp 29.500,- dan
pada tahun 2003 berfluktuasi antara Rp 23.000,- sampai Rp 25.000,- per
kilogram. Harga tersebut juga cenderung stabil hingga memasuki tahun
2004. Fluktuasi harga minyak daun cengkeh sedikit banyak juga dipengaruhi
oleh fluktuasi nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Pada saat krisis
tahun 1997, harga minyak daun cengkeh bisa mencapai Rp 57.000,- per
kilogram (data primer). Berdasarkan data primer lapangan yang diperoleh,
para pengusaha minyak daun cengkeh memperkirakan harga untuk kondisi
breakeven point (BEP) atau impas adalah sekitar Rp 20.000,- per kilogram.
Dengan melihat selisih harga pada kondisi BEP dengan harga jual di pasar,
maka usaha ini cukup menjanjikan.
2. Jalur Pemasaran
Secara umum, jalur pemasaran minyak daun cengkeh tidak berbeda dengan
komoditi pertanian lainnya. Di pemasaran dalam negeri, produsen menjual
produk ke pedagang pengumpul atau agen eksportir. Barulah kemudian
produk tersebut sampai ke tangan eksportir. Seperti telah disebutkan
sebelumnya, sebagian besar perdagangan minyak daun cengkeh adalah
untuk ekspor.
Pada praktiknya, keadaan pasar sering dipengaruhi oleh orang yang pertama
kali melakukan proses transaksi. Ada beberapa situasi pemasaran yang
terjadi. Pertama, pihak produsen langsung menjual produk ke tengkulak,
pedagang perantara, atau agen eksportir. Dalam hal ini, produsen memiliki
posisi tawar yang lemah. Harga lebih banyak dipengaruhi oleh pembeli.
Situasi kedua, pihak pembeli yang mencari produsen. Pada situasi ini,
produsen dapat memperoleh harga yang relatif lebih baik. Hal ini seringkali
terjadi, terbukti dengan adanya pemesanan dengan uang muka terlebih
dahulu oleh pembeli kepada produsen sementara minyak daun cengkeh
masih pada proses produksi.
Jalur pemasaran minyak daun cengkeh dari pengusaha pengolahan sebagian
besar ditampung terlebih dahulu oleh para pengumpul. Dari survai di wilayah
Kulon Progo, setidaknya ada tiga perusahaan pengumpul yang cukup besar,
yaitu PT Djasula Wangi di Solo, CV Indaroma di Yogyakarta, dan PT Prodexco
di Semarang.
Untuk jalur pemasaran luar negeri ada beberapa pihak yang mungkin
terlibat, yaitu pemakai (end-user), broker murni, broker merangkap trader,
dan pedagang (trader). Jalur perdagangan minyak daun cengkeh dapat
digambarkan sebagaimana terdapat pada Gambar 3.1. Pemasaran tersebut
juga dapat menjadi lebih pendek. Produsen menjual minyak daun cengkeh
pada pedagang kecil dan pedagang besar dan kedua jenis pedagang tersebut
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
11
langsung menjualnya pada eksportir, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1
bagian bawah.
Gambar 3.1. Jalur Pemasaran Minyak Daun Cengkeh
3. Kendala Pemasaran
Kendala pemasaran yang utama pada minyak daun cengkeh ini adalah mata
rantai perdagangan yang cukup panjang. Para pengusaha pengolahan
minyak daun cengkeh masih mengalami kesulitan untuk memasok langsung
ke eksportir atau end-user. Akibat panjangnya rantai perdagangan ini adalah
ketidakseragaman mutu yang ditetapkan. Faktor yang harus diperhatikan
dalam upaya pemasaran minyak daun cengkeh, terutama untuk tujuan
ekspor adalah dengan memperhatikan kualitas, harga yang kompetitif dan
keberlangsungan produksi. Secara umum, kendala pemasaran minyak daun
cengkeh disebabkan oleh tiga hal, yaitu:
1. mutu yang rendah karena sifat usaha penyulingan minyak daun
cengkeh yang umumnya berbentuk usaha kecil dengan berbagai
keterbatasan modal dan teknologi,
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
12
2. pemasaran dalam negeri masih bersifat buyer market (harga
ditentukan pembeli) karena lemahnya posisi tawar pengusaha
pengolah, dan
3. harga yang berfluktuasi (dalam dan luar negeri) akibat tidak
terkendalinya produksi dalam negeri dan persaingan negara sesama
produsen.
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
13
4. Aspek Produksi
a. Lokasi Usaha
Minyak atsiri dapat diproduksi dengan berberapa cara, seperti penyulingan,
ekstraksi dengan menggunakan pelarut dan metode pengempaan. Cara yang
umum digunakan pengusaha kecil adalah dengan proses penyulingan atau
hidrodestilasi yang relatif lebih murah dan menggunakan peralatan yang
sederhana.
Penentuan lokasi usaha sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan
hidup suatu usaha. Semakin dekat lokasi usaha dengan sumber bahan baku
atau input-input lainnya, maka usaha tersebut memiliki peluang yang lebih
besar untuk hidup dan memperoleh profit yang lebih besar karena biaya
transportasi dapat ditekan serendah mungkin. Ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi oleh usaha pengolahan minyak daun cengkeh agar dapat
berkelanjutan. Pertama, lokasi usaha yang berdekatan dengan lokasi sumber
bahan baku. Dekat dalam hal ini berarti mudah untuk memperoleh bahan
baku dengan harga yang normal (tidak terlalu mahal karena biaya
transportasi yang tinggi).
Kedua, dekat dengan sumber air. Air merupakan bahan input yang
dibutuhkan dalam jumlah besar untuk usaha pengolahan minyak daun
cengkeh. Air tersebut berfungsi sebagai pendingin pada proses kondensasi
dari uap menjadi cair yang terdiri dari minyak daun cengkeh dan air. Di
daerah pedesaan tertentu, seperti Kecamatan Samigaluh, memiliki
keuntungan dalam hal ini. Air melimpah dan mudah untuk dimanfaatkan
dalam proses produksi.
Ketiga, kemudahan memperoleh bahan bakar. Ketersediaan bahan bakar
harus cukup. Dalam penyulingan minyak daun cengkeh secara umum
pembakaran (pemanasan) harus terus menerus dan tetap agar mutu hasil
terjaga. Minyak daun cengkeh juga memiliki keuntungan yang dapat
menghemat biaya bahan bakar. Proses pengolahan dapat menggunakan
bahan bakar berupa limbah daun yang telah disuling sebelumnya dengan
dikeringkan terlebih dahulu. Berdasarkan pengalaman para pengolah minyak
daun cengkeh di Kecamatan Samigaluh, Kulon Progo, jumlah sisa daun
sudah cukup untuk bahan bakar pengolahan berikutnya sehingga tidak perlu
membeli bahan bakar tambahan seperti kayu bakar atau lainnya.
b. Fasilitas Produksi dan Peralatan
Ada beberapa alat dan peralatan produksi yang diperlukan dalam proses
pengolahan minyak daun cengkeh. Fasilitas produksi yang utama adalah
ketel dari platbesi (plateser), tungku (Gambar 4.1) dan kondensor (Gambar
4.2.).
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
14
Gambar 4.1. Ketel dan Tungku Suling
Kondensor berupa kolam yang di dalamnya terendam pipa dengan bentuk
spiral atau pipa baja biasa yang dibentuk melingkar. Kolam pendingin yang
digunakan oleh salah seorang responden seperti tampak pada Gambar 4.2.
Kolam terdiri dari dua buah kolam dengan posisi yang berdekatan agar pipa
yang digunakan tidak terlalu panjang. Peralatan lain yang diperlukan berupa
4 drum plastik berukuran 200 liter untuk menampung minyak daun cengkeh,
garu, sendok, 5 jerigen, corong minyak, dan kain penyaring.
Gambar 4.2. Kolam Pendingin
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
15
c. Bahan Baku
Bahan baku utama yang digunakan pada minyak daun cengkeh adalah daun
cengkeh kering yang sudah gugur. Ini menyebabkan usaha minyak daun
cengkeh bersifat musiman karena sangat tergantung pada ketersediaan
bahan baku. Pada musim kemarau ketersediaan bahan baku melimpah dan
sebaliknya pada musim penghujan terjadi kekurangan suplai bahan baku.
Beberapa pengusaha pengolahan minyak daun cengkeh mengantisipasinya
dengan menyimpan sebagian hasil produksinya untuk dijual pada saat
mereka tidak dapat melakukan proses produksi dengan harga yang lebih
baik. Pada umumnya, proses produksi dapat dilakukan 5-6 bulan dalam satu
tahun.
Gambar 4.3. Daun Cengkeh Kering yang Siap Diproses
d. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang diperlukan dalam proses produksi relatif tidak terlalu
banyak. Tenaga untuk proses produksi hanya membutuhkan 3 orang per
proses penyulingan. Jika dalam 1 hari pengusaha melakukan 2 kali proses
penyulingan maka diperlukan 6 orang pekerja tidak tetap per hari per ketel
(diasumsikan pengusaha memiliki dua buah ketel). Para pekerja tersebut
biasanya dibayar secara borongan untuk satu kali proses penyulingan. Proses
penyulingan tersebut membutuhkan waktu antara 6 sampai 8 jam dan dalam
satu hari dapat dilakukan 2 hingga 3 kali penyulingan per ketel.
e. Teknologi
Teknologi yang digunakan dalam proses produksi pengolahan minyak daun
cengkeh ini termasuk teknologi sederhana atau tradisional. Proses yang
umum digunakan adalah penyulingan dengan uap air.
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
16
Gambar 4.4. Penyulingan Sederhana
Proses penyulingan dilakukan dengan memanaskan bahan baku dan air yang
dimasukkan dalam ketel seperti tampak pada Gambar 4.4 yang kemudian
dipanaskan. Proses pemanasan dapat menggunakan bahan bakar berupa
limbah daun yang disuling sebelumnya. Uap air dan uap minyak daun
cengkeh akan mengalir melalui pipa masuk ke dalam kondensor. Kondensor
tersebut dapat berupa kolam seperti tampak pada Gambar 4.2. Semakin
lama uap minyak daun cengkeh dan uap air berada dalam kolam pendingin,
semakin baik proses kondensasi yang terjadi. Biasanya para penyuling di
pedesaan menggunakan 2 kolam pendingin untuk proses kondensasi ini. Air
kolam harus terus dijaga agar tetap berada pada suhu yang dingin.
Kondensasi mengubah uap air dan uap minyak daun cengkeh menjadi bentuk
cair berupa minyak daun cengkeh dan air yang ditampung dalam drum.
Gambar 4.5. Drum Penampung Hasil Proses Penyulingan
Metode penyulingan dengan menggunakan uap air memiliki kelebihan
tersendiri. Penyulingan dengan air dan uap ini relatif murah atau ekonomis.
Biaya yang diperlukan relatif rendah dengan rendemen minyak daun cengkeh
yang memadai dan masih memenuhi standar mutu yang diinginkan
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
17
konsumen.
rendah.
Kelemahan utamanya adalah
kecepatan
penyulingan
yang
f. Proses Produksi
1. Penyiapan Bahan Baku
Daun cengkeh yang digunakan merupakan daun yang sudah gugur, kering,
masih utuh dan bersih.
2. Penyulingan
Penyulingan dengan menggunakan uap air adalah cara yang paling banyak
digunakan. Cara ini hanya cocok untuk jenis minyak atsiri yang tidak rusak
oleh panas uap air. Salah satunya adalah minyak daun cengkeh. Bahan baku
diletakkan terpisah dengan air (Gambar 4.4). Untuk memudahkan proses
penguapan, bagian ketel untuk bahan baku harus diberi ruang yang cukup.
Bahan tidak boleh dipadatkan. Setelah siap, ketel ditutup dan kemudian
dipanaskan selama 5-7 jam. Uap air dan uap minyak daun cengkeh dicairkan
dengan mengalirkan pipa melingkar ke dalam kolam pendingin (kondensor).
Suhu udara sangat berpengaruh pada suhu air. Pipa yang berada di dalam
kolam pendingin kurang lebih memiliki panjang 10 meter. Semakin panjang
pipa yang digunakan, semakin baik proses kondensasi yang terjadi. Di
Samigaluh, seringkali pipa yang digunakan berbentuk memanjang, tidak
melingkar (spiral) karena harganya yang relatif lebih murah. Pipa tidak boleh
bocor dan suhu air harus dijaga untuk selalu tetap dingin agar proses
kondensasi dapat berlangsung dengan baik. Hasil sulingan minyak daun
cengkeh dan air dialirkan ke dalam tempat berupa drum yang sudah
disediakan. Setelah proses penyulingan selama kurang lebih 7 jam, hasil
proses penyulingan didiamkan beberapa saat sehingga air dan minyak daun
cengkeh terpisah. Minyak daun cengkeh berada di bawah air karena memiliki
berat jenis yang lebih besar. Air dan minyak daun cengkeh dapat dipisahkan
dengan sejenis kain khusus atau dipisahkan secara manual. Sisa air yang
telah dipisahkan masih mengandung minyak daun cengkeh dan masih dapat
dipisahkan lagi setelah beberapa lama.
g. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi
Hasil penyulingan 1,3 ton daun cengkeh kira-kira akan menghasilkan 35 kg
minyak daun cengkeh. Jika dalam sehari dapat dilakukan 2 kali penyulingan,
maka satu ketel dapat menghasilkan 70 kg minyak daun cengkeh per hari.
Minyak daun cengkeh dapat dibedakan berdasarkan mutunya. Mutu minyak
daun cengkeh dipengaruhi setidaknya oleh 3 hal. Pertama, pemilihan bahan
baku. Daun cengkeh yang kering, bersih dan tidak tercampur bahan-bahan
lain akan menghasilkan minyak sesuai dengan yang diinginkan. Kedua,
proses produksi. Mutu minyak daun cengkeh dipengaruhi oleh kondisi
peralatan yang digunakan dan waktu proses penyulingan. Ketel dengan
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
18
bahan anti karat akan menghasilkan minyak daun cengkeh yang lebih baik
dibandingkan penyulingan dengan menggunakan ketel yang terbuat dari besi
plat biasa, apalagi dengan menggunakan drum-drum kaleng biasa. Waktu
penyulingan yang lebih singkat juga mempengaruhi kualitas minyak daun
cengkeh yang dihasilkan. Ketiga, penanganan hasil produksi. Minyak daun
cengkeh yang seharusnya ditampung dan disimpan dalam kemasan dari
bahan gelas, plastik atau bahan anti karat lainnya akan menurun kualitasnya
jika hanya disimpan dalam kemasan dari logam berkarat. Minyak daun
cengkeh mudah beroksidasi dengan bahan logam.
h. Produksi Optimum
Produksi minyak daun cengkeh yang optimum tergantung pada kapasitas
ketel yang digunakan. Ketel dengan kapasitas 1,3 ton daun cengkeh dapat
menghasilkan kurang lebih 35 kg minyak daun cengkeh. Dengan
menggunakan dua ketel dan dua kali proses suling per ketel maka dalam
sehari dapat dihasilkan minyak daun cengkeh sebanyak 1,4 kwintal.
i. Kendala Produksi
Kendala produksi utama yang dihadapi oleh pengusaha minyak daun
cengkeh ini terutama terkait dengan pengadaan bahan baku yang bersifat
musiman. Ketersediaan bahan baku daun cengkeh sangat tergantung pada
musim. Pada musim penghujan, pasokan bahan baku bisa dikatakan tidak
ada sehingga para pengusaha tidak berproduksi. Hambatan yang kedua
adalah kapasitas produksi yang masih sangat terbatas. Seringkali pengusaha
kecil penyulingan minyak daun cengkeh di pedesaan tidak dapat memenuhi
permintaan konsumen dalam jumlah besar pada waktu tertentu.
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
19
5. Aspek Keuangan
a. Pemilihan Pola Usaha
Usaha kecil minyak daun cengkeh semakin berkembang karena tingkat
teknologi yang digunakan sangat sederhana dan tidak memerlukan biaya
yang besar. Proses penyulingan tidak memerlukan mesin-mesin atau alatalat canggih yang menggunakan listrik.
Jenis minyak daun cengkeh juga dipilih karena persyaratan atau standar
kualitas yang ditetapkan pembeli relatif longgar sehingga memudahkan
pengusahaannya. Pengusaha kecil dengan teknologi sederhana dapat
memprosesnya dengan mudah. Tidak diperlukan mesin-mesin dengan
ketrampilan khusus untuk usaha ini.
b. Asumsi dan Parameter Perhitungan
Analisis kelayakan investasi dan keuangan usaha penyulingan minyak daun
cengkeh ini digunakan untuk memperoleh gambaran finansial mengenai
pendapatan dan biaya usaha, kemampuan usaha untuk membayar kredit,
dan kelayakan usaha. Perhitungan ketiga hal tersebut memerlukan dasardasar perhitungan yang diasumsikan berdasarkan hasil survai dan
pengamatan yang terjadi di lapangan. Asumsi yang digunakan dalam
perhitungan aspek keuangan disajikan pada Tabel 5.1.
No
1
2
3
4
5
6
Tabel 5.1. Asumsi Analisis Keuangan
Asumsi
Satuan Jumlah
Keterangan
Periode proyek 5
Periode proyek
tahunan
5
tahun
Termasuk dua kolam
Luas tanah
m2
350
pendingin
2
Luas kolam Pendingin m
60 Terdiri dari dua kolam
Harga minyak daun
Rp/Kg
25.000
cengkeh
Tenaga kerja
a. Tetap (dalam
orang
2
keluarga)
b. Tidak tetap (luar
keluarga)
Untuk satu kali suling
- Penyulingan
orang
3
per ketel
Upah tenaga kerja
Rp/Kg
1.750
borongan
Harga bahan baku
- Harga daun cengkeh
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
20
kering
7 Discount Rate
8 Hari Kerja
9 Kapasitas Usaha
10 Jumlah bahan baku
Persen
18
bulan/tahun
6
Kg/hari
140
Kg/Hari
5200
Sumber: Lampiran 1
Periode proyek diasumsikan selama 5 tahun dengan periode tahunan untuk
menganalisis kelayakan usaha. Usaha diasumsikan beroperasi selama 6
bulan dalam satu tahun dengan hari kerja 25 hari dalam satu bulan. Usaha
diasumsikan memerlukan lahan seluas 350 m2 dan menggunakan dua buah
kolam pendingin dengan luas masing-masing 30 m2 (lebar 3 m, panjang 10
m dan tinggi/kedalaman 1 m). Berdasarkan hasil wawancara dengan
pengusaha minyak daun cengkeh, harga minyak daun cengkeh dapat
berubah dalam rentang Rp 23.000,00- 29.000,00 per kilogram. Namun
dalam analisis keuangan, harga minyak daun cengkeh diasumsikan tetap
selama periode proyek yaitu sebesar Rp 25.000,- per kilogram. Pengaruh
perubahan harga akan dianalisis pada bagian analisis sensitivitas usaha.
Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah 5 orang dengan rincian seperti tampak
pada Tabel 5.1. Asumsi-asumsi harga dan umur ekonomis peralatan produksi
juga seperti yang akan ditunjukkan oleh Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Biaya Investasi Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
No
Jenis
Biaya
1
Perijinan
(HO)
2
Sewa
tanah
3
Konstruksi
kolam
Unit
pendingin
(10x3x1)m
2
4
Kontruksi
bangunan
1
5
Kontruksi
tungku
2
6
Peralatan utama
- Ketel
Satuan
Jumlah
Fisik
Harga/
Satuan
Nilai / Rp
Umur
Ekonomis
200.000
m2/thn
Unit
350
2
18.750
5.250.000
1
1.000.000
2.000.000
10
12.000.000 12.000.000
200.000
400.000
10.150.000 20.300.000
7
10
5
Peralatan lainnya
- garu
Unit
2
15.000
30.000
5
- corong
minyak
Unit
2
10.000
20.000
5
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
21
- sekop
Unit
2
12.000
24.000
5
8
Jerigen
Unit
5
17.000
85.000
5
9
Timbangan
Unit
1 kwintal
1
400.000
400.000
10
10
Kain
penyaring
1
125.000
125.000
5
35.714
2.500.000
10
110.000
440.000
10
11 Pipa
12
Drum
plastik
unit
m
unit
70
4
Jumlah biaya investasi
43.774.000
Sumber : Lampiran 2
Dengan menggunakan ketel dari besi plat, untuk menyuling minyak daun
cengkeh diperlukan biaya Rp 10.015.000,-, termasuk biaya transportasi
sebesar Rp 400 ribu. Biaya transportasi ini muncul karena ketel dibeli oleh
pengusaha dari luar kota (Purwokerto). Jika ingin memperoleh kualitas
minyak daun cengkeh yang lebih baik, dapat digunakan ketel dengan bahan
baja anti karat (stainless steel) yang harganya lebih kurang Rp
16.500.000,00.
c. Biaya Operasional
Biaya operasional adalah biaya variabel (tidak tetap) yang besarnya
tergantung pada jumlah minyak daun cengkeh yang diproduksi. Biaya
operasional meliputi bahan baku berupa daun cengkeh, tenaga kerja,
konsumsi tenaga kerja (makan dan rokok), biaya pemeliharaan, biaya
telepon, dan listrik. Dalam satu bulan diperlukan biaya operasional sebesar
Rp 47.500.000,- kecuali pada awal usaha karena pengusaha harus membeli
bahan bakar sebesar Rp 400.000,- dan di bulan keenam karena ada biaya
pemeliharaan sebesar Rp 100.000,- berupa perbaikan ketel. Harga per
kilogram daun cengkeh kering adalah Rp 300,-. Jika pengusaha memiliki 2
buah ketel dan masing-masing ketel dapat beroperasi 2 kali sehari dan hari
kerja 25 hari per bulan, maka diperlukan biaya sebesar 1300 kg x 2
penyulingan x 2 ketel x 25 hari x Rp 300,00/kg= Rp 39.000.000,00 per
bulan untuk memperoleh bahan baku daun cengkeh kering. Tenaga kerja
tetap dengan gaji Rp 500.000,00 per bulan terdiri dari dua orang dengan
waktu 6 bulan kerja per tahun. Pada prakteknya, tenaga kerja tetap ini
biasanya adalah anggota keluarga sendiri termasuk pemilik. Tenaga kerja
tidak tetap bersifat borongan yang diupah Rp 1.750,00 untuk setiap kilogram
minyak daun cengkeh yang dihasilkan sehingga besarnya upah tidak
tergantung jumlah tenaga kerja yang digunakan. Dalam 1 (satu) hari,
pengusaha menghasilkan 140 kg minyak daun cengkeh sehingga
memerlukan Rp 6.125.000,- per bulan untuk membayar tenaga kerja
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
22
borongan. Uang makan dan rokok untuk tenaga kerja adalah Rp 4.000,00
sekali makan ditambah rokok dengan asumsi dibutuhkan 12 orang pekerja
per hari. Biaya telepon dan listrik diasumsikan tetap sebesar Rp 100.000,dan Rp 15.000,- per bulan.
Tabel 5.3. Biaya Operasional Usaha Kecil
Biaya
Biaya
Biaya
Per Bulan
No Jenis Biaya Satuan Per Bulan
Per Bulan
(Bulan 2(Bulan 1 )
(Bulan 6)
5)
1 Bahan Baku
Daun
Rp
Bahan Bakar
Awal
Rp
400.000
a. Tetap
Rp
1.000.000
1.000.000
1.000.000
b. Tidak
tetap
(borongan)
Rp
6.125.000
6.125.000
6.125.000
4
Konsumsi
tenaga kerja
Rp
1.200.000
1.200.000
1.200.000
5
Biaya
Telepon
Rp
150.000
150.000
150.000
Biaya Listrik
Rp
25.000
25.000
25.000
Biaya
Pemeliharaan
Rp
100.000
Rp
47.900.000 47.900.000 47.900.000
2
39.000.000 39.000.000 39.000.000
3 Tenaga kerja
8
Jumlah
Sumber: Lampiran 3
Pada prakteknya, karena hasil suling dapat diperoleh tiap hari pada musim
kemarau, penjualan hasil produk minyak daun cengkeh dapat dilakukan
dalam hitungan minggu bahkan hari. Hasil penjualan tersebut digunakan
pengusaha untuk membiayai kebutuhan operasional berikutnya. Dalam
sehari, pengusaha dapat menghasilkan 140 kg minyak daun cengkeh senilai
Rp 3.500.000,- sehingga jumlah biaya operasional yang cukup besar dalam
satu tahun tersebut hanyalah gambaran biaya kumulatif per tahun yang
sebenarnya dapat dipenuhi dari penjualan hari atau minggu sebelumnya atau
kredit bank dari satu proses penyulingan ke penyulingan berikutnya.
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
23
d. Kebutuhan Dana unuk Investasi dan Modal Kerja
Kebutuhan dana usaha kecil penyulingan minyak daun cengkeh dapat dirinci
berdasarkan biaya investasi dan biaya operasional. Para pengusaha kecil
penyulingan minyak daun cengkeh biasanya membutuhkan kredit di awal
usaha, yaitu untuk meningkatkan kapasitas usaha (biaya investasi) dan
biaya untuk pembelian bahan baku (biaya operasional). Biaya operasional
(modal kerja) sebesar Rp 285.500.000,- adalah jumlah kumulatif biaya
operasional dalam 1 tahun (6 bulan kerja) pertama. Pada kenyataannya,
pengusaha kecil hanya membutuhkan modal awal untuk operasional selama
seminggu atau sebulan tergantung permintaan konsumen dan kondisi pasar.
Tabel 5.4. Kebutuhan Dana
No
Rincian Biaya
Proyek
1
Dana investasi yang
bersumber dari
2
a. Kredit
25.000.000
b. Dana sendiri
18.774.000
Jumlah dana
investasi
43.774.000
Dana modal kerja
yang bersumber dari
a. Kredit
3
Total Biaya
(Rp)
25.000.000
b. Dana sendiri
260.500.000
Jumlah dana modal
kerja
285.500.000
Total dana proyek
yang bersumber dari
a. Kredit
50.000.000
b. Dana sendiri
279.274.000
Jumlah dana
proyek
329.274.000
Sumber: Lampiran 4
Dalam simulasi perhitungan, modal awal yang dibutuhkan adalah Rp
47.900.000,- untuk biaya operasi selama 1 bulan. Biaya operasional bulan
berikutnya dapat dipenuhi dari penerimaan dari hasil penjualan minggu atau
bulan sebelumnya.
Sumber kredit adalah kredit komersial dari perbankan yang ketentuannya
berbeda untuk masing-masing bank. Berdasarkan survai yang dilakukan,
pinjaman berjangka 6 bulan yang diangsur per bulan dengan suku bunga flat
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
24
18 persen per tahun. Dengan bunga flat maka dalam satu bulan angsuran
bunga yang harus dibayarkan adalah 1,5 persen. Berdasarkan hal tersebut
pembiayaan angsuran pokok dan bunga ditunjukkan pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Angsuran Pokok dan Bunga Kredit
Tahun Periode
Tahun
0
Kredit
Angsuran Angsuran
Total
50.000.000
Saldo
Saldo
50.000.000 50.000.000
Tahun
Bulan 1
1
8.333.333
750.000 9.083.333 50.000.000 41.666.667
Bulan 2
8.333.333
750.000 9.083.333 41.666.667 33.333.333
Bulan 3
8.333.333
750.000 9.083.333 33.333.333 25.000.000
Bulan 4
8.333.333
750.000 9.083.333 25.000.000 16.666.667
Bulan 5
8.333.333
750.000 9.083.333 16.666.667
Bulan 6
8.333.333
750.000 9.083.333
Tahun
1
25.000.000
8.333.333
8.333.333
0
25.000.000 25.000.000
Tahun
Bulan 1
2
4.166.667
375.000 4.541.667 25.000.000 20.833.333
Bulan 2
4.166.667
375.000 4.541.667 20.833.333 16.666.667
Bulan 3
4.166.667
375.000 4.541.667 16.666.667 12.500.000
Bulan 4
4.166.667
375.000 4.541.667 12.500.000
8.333.333
Bulan 5
4.166.667
375.000 4.541.667
8.333.333
4.166.667
Bulan 6
4.166.667
375.000 4.541.667
4.166.667
0
Sumber: Lampiran 5
Pada tahun 0 pengusaha meminjam sebesar 50 juta rupiah yang terdiri dari
modal investasi 25 juta rupiah dan modal kerja 25 juta rupiah sehingga
harus mengangsur keduanya pada tahun pertama. Di awal tahun ke-2
hingga tahun ke-5, pengusaha meminjam kembali sebesar 25 juta rupiah
tiap tahunnya berupa modal kerja dan membayar angsuran modal kerja
sebesar Rp 4.541.667,- per bulan selama 6 bulan dari total pinjaman 25 juta
rupiah.
e. Produksi dan Pendapatan
Minyak daun cengkeh dapat diproduksi per hari. Dari hasil survai yang telah
dilakukan, pengusaha pada umumnya memiliki 2 ketel dengan kapasitas 1,3
ton daun cengkeh dan dapat memproduksi 140 kg per hari senilai Rp
3.500.000,-. Dalam satu tahun (6 bulan kerja) akan dihasilkan 21 ton
minyak daun cengkeh. Rincian pendapatan kotor ditunjukkan oleh Tabel 5.6.
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
25
Tabel 5.6. Produksi dan Pendapatan
Tahun
Hasil Produksi
Kg
Rupiah
1
21.000 525.000.000
2
21.000 525.000.000
3
21.000 525.000.000
4
21.000 525.000.000
5
21.000 525.000.000
Sumber: Lampiran 6
f. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point
Hasil proyeksi rugi laba menunjukkan bahwa pada tahun pertama usaha ini
sudah memperoleh laba sebesar Rp 151.805.677,- dengan profit margin
usaha penyulingan minyak daun cengkeh mencapai 28,92 persen pada tahun
pertama dan 33,33 persen pada tahun kedua hingga tahun kelima atau
sebesar Rp 174.968.177,-.
Hasil perhitungan juga menunjukkan bahwa BEP rata-rata berdasarkan total
biaya adalah Rp 16.495/kg pada tahun pertama dan Rp 15.198/kg pada
tahun kedua hingga tahun keempat, dengan BEP rata-rata Rp 15.475,-. BEP
produksi rata-rata dalam satu tahun adalah 3.429 kg. Proyeksi laba rugi
secara lengkap ditunjukkan pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Proyeksi Laba Rugi Usaha Pengolahan Minyak Daun Cengkeh
No
Uraian
Tahun 1
Tahun 2-5
Jumlah
1
Pendapatan 525.000.000 525.000.000 2.625.000.000
2
Pengeluaran
a. Biaya
285.500.000 285.500.000 1.427.500.000
operasional
b.
Penyusutan
6.405.086
6.405.086
32.025.429
c. Angsuran
pokok
50.000.000
25.000.000
150.000.000
4.500.000
2.250.000
13.500.000
d. Bunga
bank
Jumlah
346.405.086 319.155.086 1.623.025.429
Laba
sebelum
pajak
178.594.914 205.844.914 1.001.974.571
e. Pajak
26.789.237
30.876.737
150.296.186
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
26
15%
3
Laba rugi
4
Profit
margin %
151.805.677 174.968.177
851.678.386
28.92%
33.33%
32,44%
133.508.017
73.774.196
428.604.802
5.340
2.951
17.144
- Biaya
operasional
13.595
13.595
67.976
- Total
biaya
16.495
15.198
77.287
BEP (nilai
penjualan)
BEP
(produksi
minyak)
BEP Rp/kg
berdasarkan
Sumber: Lampiran 8
g. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek
Proyeksi arus kas usaha penyulingan minyak daun cengkeh selama 5 tahun
secara lengkap dapat ditunjukkan oleh Tabel 5.8. Berdasarkan proyeksi arus
kas, jumlah inflow adalah Rp 525.000.000,- pada tahun pertama sampai
tahun keempat. Pada tahun kelima ada tambahan berupa nilai sisa sebesar
Rp 8.012.857,- sehingga total inflow menjadi Rp 533.012.857,-.
Tabel 5.8. Proyeksi Arus Kas Usaha Minyak Daun Cengkeh
No
1
Uraian
Tahun 0
Tahun 1
Tahun 2-3
Tahun 5
Inflow
a.
Pendapatan
b. Dana
sendiri
0 525.000.000 525.000.000 525.000.000
279.274.000
c. Kredit
investasi
25.000.000
d. Kredit
modal
kerja
25.000.000
e. Nilai sisa
Jumlah
Inflow
untuk IRR
8.012.857.14
329.274.000 525.000.000 525.000.000 533.012.857
0 525.000.000 525.000.000 533.012.857
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
27
2
Outflow
a. Biaya
investasi
b. Biaya
modal
kerja
43.774.000
5.250.000
5.250.000
5.250.000
285.500.000
c. Biaya
operasional
0 285.500.000 285.100.000 285.100.000
d.
Angsuran
pokok
0
50.000.000
25.000.000
25.000.000
e. Biaya
bunga
bank
0
4.500.000
2.250.000
2.250.000
f. Pajak
15%
0
26.789.237
30.876.737
30.876.737
Jumlah
329.274.000 372.039.237 348.476.737 348.476.737
Outflow
untuk IRR
329.274.000 317.539.237 321.226.737 321.226.737
3
Total
cashflow
0 152.960.763 176.523.263 184.536.120
4
Kumulatif
cashflow
0 152.960.763 329.484.026 867.066.671
5
Cashflow
untuk IRR
207.460.763 203.773.263 211.786.120
329.274.000
Sumber: Lampiran 9
Untuk menganalisis kelayakan usaha pengolahan minyak daun cengkeh,
dapat dihitung nilai Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio, dan
Net Present Value (NPV). Perhitungan PBP proyek tidak ditampilkan karena
proyek telah menghasilkan keuntungan pada tahun pertama dilaksanakan.
Payback Period (PBP) untuk kredit tidak dihitung karena kredit, baik untuk
modal investasi maupun modal kerja, lunas dalam satu tahun (jangka waktu
kredit 1 tahun). Nilai IRR sebesar 55,66 persen mengimplikasikan bahwa
proyek ini layak sampai tingkat bunga mencapai 55,66 persen. Dengan
menggunakan discount rate 18 persen, Net B/C ratio memiliki nilai 1,96.
Karena Net B/C Ratio > 1 maka usaha ini layak untuk dilaksanakan. Net
Present Value juga bernilai positif, yaitu Rp 314.587.336,16 sehingga proyek
layak dilaksanakan. Hasil proyeksi kelayakan usaha ditunjukkan pada Tabel
5.9.
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
28
Tabel 5.9. Kelayakan Usaha Pengolahan Minyak Daun Cengkeh
Kriteria Kelayakan
Nilai
IRR
55,66%
Net B/C ratio DF
18%
1,96
Rp
NPV DF 18%
314.587.336,16
Sumber: Lampiran 10
h. Analisa Sensitivitas
Dalam analisis kelayakan proyek, banyak asumsi yang digunakan.
Penggunaan asumsi ini memiliki ketidakpastian yang sudah diminimalkan
berdasarkan nilai aktual yang terjadi di lapangan. Untuk menguji sensitivitas
proyek terhadap perubahan asumsi pendapatan dan biaya operasional,
digunakan beberapa skenario.
Skenario 1. Usaha mengalami penurunan pendapatan sedangkan biaya-biaya
dan komponen lain tetap. Penerimaan dapat menurun jika terjadi penurunan
hasil produksi dan permintaan konsumen.
Skenario 2. Biaya operasional mengalami kenaikan yang mungkin dapat
terjadi karena kenaikan harga bahan baku atau peralatan lainnya. Pada
kondisi ini diasumsikan komponen lainnya termasuk pendapatan adalah tetap
(konstan).
Skenario 3. Skenario ketiga ini merupakan gabungan dari skenario 1 dan 2,
yaitu diasumsikan pada saat bersamaan pendapatan mengalami penurunan
dan biaya operasional mengalami kenaikan.
Tabel 5.10. Hasil Analisis Sensitivitas Usaha Skenario 1
Pendapatan Turun
Kriteria Kelayakan
19%
20%
IRR
18,38%
16,18%
Net B/C ratio DF 18%
1,01
0,959
- Rp
NPV DF 18%
Rp 2.879.998,16
13.537.649,70
Sumber: Lampiran 12 dan 14
Tabel 5.11. Hasil analisis Sensitivitas Usaha Skenario 2
Biaya Operasional Naik
Kriteria Kelayakan
35%
36%
IRR
18,32%
17,13%
Net B/C ratio DF 18%
1,007
0,980
NPV DF 18%
Rp 2.423.931,76 - Rp 6.495.022,65
Sumber: Lampiran 16 dan 18
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
29
Tabel 5.12. Hasil analisis Sensitivitas Usaha Skenario 3
Pendapatan Turun dan
Biaya Operasional Naik
Kriteria Kelayakan
12%
13%
IRR
19,45%
16,06%
Net B/C ratio DF 18%
1,033
0,956
NPV DF 18%
Rp 10.898.352,06 - Rp 14.435.123,04
Sumber: Lampiran 20 dan 22
Berdasarkan Tabel 5.10 tampak bahwa pada skenario pertama dengan
asumsi terjadi penurunan penerimaan, sampai penurunan hingga 19%,
usaha minyak daun cengkeh ini masih layak untuk dilaksanakan. Pada saat
pendapatan turun hingga 20%, usaha ini mulai tidak layak untuk
dilaksanakan. Pada Skenario 2 (Tabel 5.11), ditunjukkan bahwa kenaikan
biaya operasional hingga 35 persen masih layak untuk usaha ini dan tidak
layak pada kenaikan biaya operasional hingga 36%. Perlu diketahui bahwa
biaya operasional usaha penyulingan minyak daun cengkeh ini sangat
dipengaruhi oleh harga bahan baku yang merupakan 81 persen dari total
biaya operasional. Pada skenario 3 yang diasumsikan terjadi penurunan
pendapatan dan kenaikan biaya operasional hingga 13%, usaha ini sudah
tidak layak untuk dilaksanakan. Nilai IRR, Net B/C ratio, dan NPV secara
lengkap dapat dilihat pada Tabel 5.10, Tabel 5.11 dan Tabel 5.12.
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
30
6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan
a. Aspek Sosial Ekonomi
Usaha penyulingan minyak daun cengkeh merupakan merupakan komoditi
yang dapat diunggulkan di pasar internasional. Meskipun kontribusinya relatif
rendah dibandingkan komoditi yang lain, namun setidaknya ekspor minyak
daun cengkeh ini telah memberikan pemasukan devisa di atas satu juta dolar
per tahun sejak tahun 1988. Rendahnya nilai ekspor ini disebabkan karena
rendahnya hasil produksi yang sangat dipengaruhi oleh musim. Dari sisi
permintaan, permintaan minyak daun cengkeh masih tinggi sehingga
peluang untuk mengembangkan dan membuka usaha penyulingan minyak
daun cengkeh di daerah lain di Indonesia masih memiliki potensi pasar yang
terbuka luas.
Dari aspek ketenagakerjaan, usaha penyulingan minyak daun cengkeh ini
tidak menyerap jumlah tenaga kerja yang banyak. Tetapi memiliki pengaruh
ke belakang (backward effect) setidaknya pada usaha pembuatan peralatan
dan petani cengkeh yang menjadi pemasok bahan baku. Usaha ini pun
memiliki nilai tambah yang tinggi.
Penyerapan tenaga kerja dari usaha ini dapat dirasakan oleh masyarakat
sekitar di pedesaan yang umumnya petani dan memiliki dampak langsung
terhadap peningkatan pendapatan dan ekonomi mereka. Dengan
berkurangnya pengangguran secara langsung akan berdampak pada kondisi
sosial masyarakat seperti penurunan tingkat kriminalitas.
b. Dampak Lingkungan
Usaha pengolahan minyak daun cengkeh menghasilkan limbah cair yang
tidak berbahaya dan dapat ditoleransi lingkungan. Limbah cair tersebut
adalah air sisa penyulingan. Jika proses pemisahan air dan minyak daun
cengkeh berlangsung dengan sempurna, maka air yang tersisa tidak
berdampak buruk pada lingkungan. Limbah padat yang lain adalah abu daun
kering sisa pembakaran yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Secara
umum, usaha penyulingan minyak daun cengkeh ini termasuk usaha yang
ramah lingkungan.
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
31
7. Penutup
a. Kesimpulan
1.
Usaha penyulingan minyak daun cengkeh pada umumnya dilakukan di
wilayah pedesaan dengan teknologi sederhana dan berskala kecil.
2.
Usaha minyak daun cengkeh memiliki masa depan yang cerah. Peluang
pasar komoditas minyak daun cengkeh, terutama untuk ekspor masih
terbuka, sehingga secara langsung memberikan peluang bagi
pengembangan dan peningkatan produksi minyak daun cengkeh.
3.
Berdasarkan kondisi alam di Indonesia, potensi usaha penyulingan
minyak daun cengkeh dapat dilakukan di banyak wilayah di Indonesia
terutama di wilayah pedesaan dengan sumber air yang cukup.
4.
Salah satu kendala utama yang dihadapi oleh para pengusaha
penyulingan minyak daun cengkeh adalah masalah bahan baku yang
sangat tergantung pada musim. Bahan baku berupa daun cengkeh
kering hanya tersedia pada musim kemarau.
5.
Di daerah survai, terdapat dua macam pola pembiayaan usaha yaitu
pembiayaan pemerintah daerah dan pembiayaan bank. Dari pemerintah
daerah, terdapat program penguatan modal usaha kecil yang berupa
kredit melalui BPD dengan bunga yang lebih rendah. Pembiayaan
melalui bank dilaksanakan oleh Kantor Bank BRI Unit Samigaluh melalui
pendekatan-pendekatan yang sifatnya personal.
6.
Tidak ada skema kredit khusus untuk usaha penyulingan minyak daun
cengkeh. Bank memberikan kredit secara umum dengan bunga flat 18
persen per tahun. Kredit diberikan dengan jangka waktu 6 bulan dan
diangsur per bulan. Pemilihan jangka waktu tersebut disesuaikan
dengan masa kerja usaha penyulingan yang rata-rata adalah 6 bulan
kerja per tahun.
7.
Usaha penyulingan minyak daun cengkeh memiliki Internal Rate of
Return (IRR) yang cukup tinggi yaitu 55,66% yang berarti bahwa usaha
ini masih layak dilaksanakan sampai tingkat bunga mencapai 55,66%.
Net B/C ratio usaha ini juga lebih besar dari satu, yaitu 1,96 sehingga
usaha ini dinyatakan layak. Kelayakan usaha usaha juga dapat dilihat
dari Nilai NPV yang positif sebesar Rp 314.587.336,16.
8.
Berdasarkan analisis sensitivitas 1, usaha penyulingan minyak daun
cengkeh masih layak hingga terjadi penurunan pendapatan sebesar
19%. Penurunan pendapatan sebesar 20% menyebabkan usaha
penyulingan ini menjadi tidak layak dengan nilai IRR sebesar 16,18% ,
Net B/C ratio 0,959 dan NPV - Rp 13.537.649,70.
9.
Berdasarkan analisis sensitivitas 2, usaha penyulingan minyak daun
cengkeh masih layak hingga terjadi kenaikan biaya operasional sebesar
35%. Kenaikan biaya operasional sebesar 36% menyebabkan usaha
penyulingan minyak daun cengkeh menjadi tidak layak dengan IRR
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
32
17,13 persen, Net B/C ratio 0,980 dan NPV - Rp 6.495.022,65.
Sebagian besar biaya operasional tersebut (+81%) adalah berupa
bahan baku daun cengkeh kering.
10. Berdasarkan analisis sensitivitas 3, usaha penyulingan minyak daun
cengkeh masih layak hingga terjadi penurunan pendapatan dan
kenaikan biaya operasional sebesar 12% pada saat yang bersamaan.
Perubahan sebesar 13% (pendapatan turun 13% dan biaya operasional
naik 13%) menyebabkan usaha penyulingan minyak daun cengkeh
menjadi tidak layak dengan IRR 16,06 persen, Net B/C ratio 0,956 dan
NPV - Rp 14.435.123,04.
11. Munculnya usaha penyulingan minyak atsiri memberikan peluang kerja
bagi masyarakat setempat, baik untuk pengusaha maupun para
pekerjanya, sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya.
12. Usaha penyulingan daun cengkeh tidak menimbulkan pencemaran dan
tidak menghasilkan limbah yang berbahaya. Limbah berupa abu daun
cengkeh bahkan dapat digunakan sebagai pupuk
b. Saran
1. Usaha minyak daun cengkeh di pedesaan masih dapat dikembangkan
lagi di wilayah lain di Indonesia, terutama yang dekat dengan sumber
bahan baku.
2. Untuk memperbaiki mutu minyak daun cengkeh, yang sangat penting
dalam persaingan di masa yang akan datang, pengusaha perlu
membekali diri dengan pengetahuan yang memadai mengenai minyak
daun cengkeh dari pengolahan sampai pengemasannya.
3. Faktor yang harus diperhatikan dalam dalam upaya pemasaran minyak
daun cengkeh, terutama untuk tujuan ekspor adalah dengan
memperhatikan kualitas, harga yang kompetitif dan keberlangsungan
produksi.
4. Secara finansial dan dari kondisi di lapangan, usaha penyulingan
minyak daun cengkeh ini layak untuk dibiayai. Namun, pihak bank
tetap harus memberikan kredit berdasarkan analisis usaha yang
komprehensif berdasarkan prinsip kehati-hatian.
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
33
LAMPIRAN
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
34
Download