MANAJEMEN PRODUKSI

advertisement
MANAJEMEN
PRODUKSI
 Untuk perencanaan pembangunan kebun/usaha baru
harus melalui tahap-tahap :
(1) Identifikasi Proyek (IP)
(2) Pra Studi Kelayakan (Pra-SK/Pre Feasibility Study)
(3) Studi Kelayakan (SK/Feasibility Study)
(4) Penyusunan Usulan Proyek Pembangunan
(UP/Development Project Proposal)
(5) Evaluasi Proyek (EP)
(6) Pelaksanaan Investasi (PI)
(7) Evaluasi dan Perencanaan Ulang/Penyesuaian.
 Semakin luas cakupan proyek, semakin besar pula nilai
investasi modal yang harus dilakukan.
 Untuk proyek-proyek besar:
- Perencanaan harus lebih teliti
- Tahap-tahap perencanaan perlu dikerjakan sebaikbaiknya.
 Untuk proyek sedang atau sederhana:
Sekurang-kurangnya Pra-SK, SK, serta penyusunan dan
penilaian UP harus dilalui, sebelum dilaksanakan
investasi.
 Untuk proyek yang kecil :
SK dibuat sedemikian rupa, sehingga laporannya mampu
menyajikan UP yang mencakup seluruh tugas dari tahap
(1) sampai (5).
 Proyek : kegiatan dengan batas waktu pelaksanaan
tertentu (ada titik awal dan titik akhir), yang memerlukan
korbanan besar untuk mencapai manfaat yang
ditargetkan.
 Kelayakan Proyek dinilai atas dasar keseimbangan
perbandingan
antara
manfaat
(benefits)
dan
pengorbanan (biaya = cost).
 Studi Kelayakan (SK/FS) : kegiatan yang merupakan
tahap awal dari suatu perencanaan untuk investasi modal
dalam rangka penjajakan tingkat kelayakannya.
 Evaluasi Proyek (EP) : kegiatan/cara menilai kelayakan
proyek berdasarkan aspek-aspek yang terkait (ekonomi,
keuangan, teknis, manajerial/pengorganisasian).
 Empat aspek utama dan beberapa aspek
penunjang yang perlu dikaji dalam setiap SK :
1. Aspek komersial/pemasaran “output – input”
2. Aspek teknis
3. Aspek ekonomi-keuangan
4. Aspek manajerial/pengorganisasian
5. Aspek sosial/politik/budaya/hukum/han-kam
1. Aspek Komersial/Pemasaran
Kondisi permintaan dan penawaran produk (input
dan output), prospek harga, pesaing produk
sejenis atau substitusi, prospek pasar domestik
dan ekspor.
2. Aspek Teknis
a. Kesesuaian Lahan
- Kesuburan fisik : jenis tanah/lahan, kedalaman
efektif
tanah, topografi, kemudahan diolah,
kemudahan konservasi, dsb.
- Kesuburan kimia : status unsur hara tanah, derajat
kemasaman, kadar bahan organik, dsb.
- Luas lahan : setiap jenis tanaman memiliki skala
usaha minimal, yaitu luas lahan yang diusahakan
dimana penerimaan sama dengan pengeluaran atau
sampai mencapai titik impas (Break Even Point).
(2) Kesesuaian Iklim
Ketinggian tempat dan suhu, curah
hujan, cahaya matahari, angin, dsb.
(3) Tanaman
Klon/varietas unggul, sumber
benih/bibit, jarak tanam dan populasi
tanaman, pemeliharaan tanaman, pola
tanam, pola panen dan produksi, serta
pengolahan hasil.
(4) Peralatan, Mesin-mesin Pra dan Pasca Panen
Pengolah lahan, pengelolaan tanaman,
pengolah produk
(5) Bahan
Pupuk, pestisida, zat pengatur tumbuh, dll.
(Sumber, jumlah, harga)
(6) Tenaga Kerja
Sumber, jumlah, kualifikasi, sistem perekrutan,
dsb.
(7) Prasarana dan Sarana Tranportasi
Kondisi jalan, jenis angkutan, kemudahan
akses, dll.
3. Aspek Ekonomi-Keuangan
- Suatu proyek yang dijalankan harus
menguntungkan baik secara mikro
(komersial) maupun makro (sosial).
- Kelayakan komersial/keuangan dilihat dari
kepentingan pelaksana (pengusaha/
petani) commercial benefits.
- Kelayakan ekonomi/sosial dilihat dari
kepentingan negara/masyarakat luas
economic/social benefits.
- Tolok Ukur Umum :
B – C > 0,
Benefits – Cost
positif
- Kriteria Kelayakan :
(1) Net Benefit/Cost (B/C)
• Angka perbandingan antara PV (+) dan PV
(-)
• Berarti setiap satu satuan biaya yang telah
dikeluarkan selama umur proyek mampu
menghasilkan satuan manfaat (keuntungan)
bersih.
• Net B/C > 1, NPV > 0, usaha layak
< 1, NPV < 0, usaha tidak layak
= 1, NPV = 0, usaha layak, tetapi
hanya sebesar opportunity cost-nya.
NPV (+)
• Net B/C =
NPV ( - )
Keterangan : NPV ( + ) = Nilai sekarang yang bernilai positif
NPV ( - ) = Nilai sekarang yang bernilai negatif
(2) Net Present Value (NPV = NKB = Nilai Kini Bersih)
• Selisih antara PV arus manfaat (Benefit) dengan PV arus
biaya (Cost)
• Menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari suatu usaha
selama umur usaha tersebut pada tingkat Discount Rate tertentu.
• Jika NPV > 0, usaha layak
= 0, layak tetapi tidak menguntungkan atau
merugikan
< 0, tidak layak
n
• NPV =  NBi (1 – i)
-n
i=1
Keterangan : NPV = Net Present Value
NB = Net Benefit = Benefit – Cost
n = umur proyek
i = tingkat suku bunga
(3) Internal Rate of Return (1RR = TKI = Tingkat Keuntungan Internal)
• Suatu tingkat Discount Rate yang menghasilkan NPV = 0
• Untuk menghitung IRR (%), harus dihitung NPV1 (+) dan
NPV2 (-)
• Jika 1RR = i (nilai Discount Rate), maka NPV = 0
< i, maka NPV < 0, tidak layak
> i, maka NPV > 0, layak
• IRR = i1 +
NPV1
(NPV1 – NPV2)
- (i1 – i2)
Keterangan : IRR = Internal Rate of Return
i1 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1
i2 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2
(4) Payback Period (PP = MPI = Masa Pengembalian
Investasi) sekecil-kecilnya. t*.
 Jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan
seluruh biaya (dan beban bunganya), yang telah
dikeluarkan dalam investasi suatu proyek (usaha),
dapat ditandai dengan perubahan dari NPV t* = 0 dan
t1< t* < t2
 PP =
Nilai Investasi
x 1 tahun
Kas Masuk Bersih
- Analisis Biaya-Manfaat dilakukan atas dasar:
(A) Arus Pendapatan/Penerimaan (Cash Inflow)
• Volume produk (Y)
 Harga jual (h)
 Penerimaan (Revenue = R) = Y x h
 Faktor Y dipengaruhi oleh teknis produksi,
sedangkan faktor h dipengaruhi oleh faktor-faktor
perdagangan, ekonomi dan nilai uang.
(B) Arus Biaya (Cash Outflow)
• Investasi
 Eksploitasi (Operasional)
 Satuan biaya (C) sangat dipengaruhi faktor-faktor
teknis (satuan-satuan input), faktor perdagangan
dan perkembangan ekonomi serta nilai uang.
(C) Bunga Modal/Bank (i)
12 %, 15 %, 18 %,…., dst per tahun.
• Biaya Investasi : biaya yang dipakai untuk
membiayai pendirian suatu perusahaan, untuk
memperluas volume perusahaan atau untuk
mengganti peralatan (mesin-mesin, bangunan,
barang-barang modal lainnya (Kadarsan, 1992).
 Biaya Operasional (Modal Kerja) : biaya yang
dipakai untuk membiayai semua pengeluaran
yang menyebabkan perusahaan aktif beroperasi,
terdiri atas biaya rutin untuk menghasilkan
produk (Kadarsan, 1992).
 Biaya Operasional :
(1) Biaya variabel, yaitu biaya yang jumlahnya
dapat berubah dan dipengaruhi oleh output.
Contoh : sarana produksi (pupuk, pestisida),
dll.
(2) Biaya tetap, yaitu biaya yang jumlahnya tidak
dipengaruhi oleh jumlah output yang
dihasilkan pada suatu periode tertentu.
Contoh : sewa lahan, tenaga kerja, listrik
pemeliharaan.
PERENCANAAN
STANDAR PRODUKSI
• Beberapa hal yang menjadikan langkah ini
penting :
 Pasar dalam dan luar negeri
menghendaki produk yang berkualitas.
 Produk yang berkualitas berkorelasi
dengan nilai jual (harga).
 Pasar
luar
negeri
menentukan
persyaratan kualitas produk tertentu.
PERIZINAN
• Izin Usaha Perkebunan (IUP) adalah izin
tertulis dari pejabat yang berwenang dan
wajib dimiliki oleh perusahaan yang
melakukan usaha budidaya perkebunan
serta terintegrasi dengan usaha industri
pengolahan hasil perkebunan (PerMen
Pertanian
Nomor
26/Permentan/
140/2/2007 tentang Pedoman Perizinan
Usaha Perkebunan).
• Usaha perkebunan dengan luas lahan < 25
hektar harus didaftar oleh Bupati/Walikota
untuk diterbitkan STD-B
• Usaha perkebunan dengan luas lahan ≥25
hektar wajib memiliki izin (IUP-B) dari
Bupati/Walikota atau Gubernur.
DEPARTEMEN
KEHUTANAN
BUPATI/
WALIKOTA
BPN (PUSAT, PROVINSI,
KABUPATEN/KOTA
Izin Pelepasan
Kawasan Hutan
Arahan Lokasi
Ukur
Keliling
Surat Keputusan
MenHut
Izin
Prinsip
Tata Guna Lahan
SK hanya
diperlukan untuk
konversi areal
hutan
Izin
Lokasi
Permohonan HGU
AMDAL oleh
Konsultan
Sidang Panitia B
Izin Usaha
Perkebunan (IUP)
Izin Usaha
Perkebunan
Areal
> 200 ha
Bayar
BPHTP
Izin Land Clearing
Sertifikat HGU BPN
Kab./Kota
SK HGU
BPN Pusat
MANAJEMEN
KEUANGAN/
PERMODALAN
Analisis dan Rencana Permodalan/Pembiayaan
• Analisis besaran biaya yang harus
dikeluarkan untuk pengadaan lahan,
investasi sarana dan prasarana, dan biaya
produksi.
• Ada perencanaan permodalan, meliputi
sumber modal dan penggunaan modal.
Sumber Modal
• Penanaman modal
Pengusaha
perusahaan
perkebunan
berhubungan dengan lembaga-lembaga
keuangan
(invesment
/underwriters
company) sebagai perantara atau kurir
dengan pihak pemodal.
Penanam Modal Asing (PMA) diperlukan
“joint interprise” nya.
Download