MALOKLUSI KELAS III ANGLE MAKALAH Dibawakan pada

advertisement
MALOKLUSI KELAS III ANGLE
MAKALAH
Dibawakan pada Seminar Pendidikan Sp-1 Bidang Ortodonti
Oleh :
ISNANIAH MALIK
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
1989
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa
Talala,
akhirnya
penulis
dapat
menyelesaikan
penyusunan makalah ini
dalam rangka melengkapi tugas di
Semester II
Spesialis-1
Pendidikan
bidang
Ortodonti
Fa-
kultas Kedokteran Gigi Universitas Fadjadjaran Tahun akakademik 1988/1989.
Mengingat keterbatasan waktu maka penulis tidak
dapat mengumpulkan bahan tulisan yang lebih banyak, sehingga pembahasan mengenai maloklusi Kelas III ini penulis
kemukakan secara singkat.
Harapan penulis semoga perubahasan singkat ini dapat
memenuhi persyaratan tugas yang diberikan. Seiain itu, juga
dapat bermanfaat bagi menambah wawasan pengetahuan penulis
di bidang ortodonti khususnya serta rekan-rekan peserta
Pendidikan Spesialis-1 bidang Ortodonti Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran pada umumnya.
Bandung,
J uli 1969
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .....................................
DAFTAR ISI ........................................
DAFTAR GAMBAR ......................................
BAB I : PENDAHULUAN .................................
1
BAB II : MALOKLUSI KELAS III .......................
2
A. Pengertian ...........................
B. Klasifikasi Maloklusi
C. Etiologi Maloklusi III
...............
..............................
D. Cara Menegakkan Diagnosa Maloklusi Kelas
III . .
2
6
7
E. Differential Diagnosis antara Maloklusi
Kelas III Sejati dan Pseudo Maloklusi
Kelas III .....................
BAB III : TERAPI MALOKLUSI KELAS III .. .............. .
A. Terapi
Kelas III pada Gigi Susu
..
B. Terapi Maloklusi Pseudo Kelas III ..
C. Terapi Maloklusi Kelas III Sejati ..
BaB I V : K E S I M P U L A N .
.
16
18
21
PUSTAKA .........................................
31
32
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1
K elas I (normal) ........................
4
2
Maloklusi kelas III ......................
Tipe-tipe maloklusi kelas III .
4
5
4
Ciri-ciri maloklusi kelas III .
8
.
Gambaran sefalometrik skeletal I dan ske
letal II ...................................... 10
Panjang basis cranii diukur dari posisi Na7
sion yang mempengaruhi sudut ANB ............... 12
Pseudo kelas III ..............................
8
Skeletal kelas III ............................
Occlusal inclined plane bawah untuk memper
baiki gigitan terbalik dan overclosure ..
19
10
Retraksi anterior dengan "loop" vertikal .
28
11
Pergerakan "enmasse" ........................... 28
iii
BAB I
Ortodonti merupakan suatu ilmu yang bertujuan untuk
memperbaiki dentofasial anomali, sehingga memperoleh bentuk
muka yang harmonis dan fungsi pengunyahan yang baik.
Maloklusi kelas III merupakan salah satu kelainan
yang jarang ditemukan. Menurut hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Laboratorium Ortodonti Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Padjadjaran Bandung, hanya terdapat 3,3 %
dari pasien yang termasuk maloklusi kelas III.
Meskipun maloklusi kelas III merupakan salah satu
kelainan yang jarang dijumpai, tetapi kelainan ini sukar
untuk dirawat.
Penderita
prognatisme
mandibula
mengeluh
tentang
kesukaran dalam pengunyahan dan terdapat gangguan
fungsi
bicara. Umumnya mereka menyadari akan deformitas yang diakibatkan oleh protrusi rahang bawah dan seringkali merasa malu,
sehingga
dapat
merusak
kebahagiaan
mereka
dan
mengganggu
status sosial.
Penyebab dari maloklusi kelas III ini bermacam-macam,
antara
lain
kelainan
karena
prenatal
faktor
keturunan,
gangguan
hormonal,
dan pengaruh lingkungan pada waktu anak
dalam masa pertumbuhan.
Dalam makalah ini akan penulis bahas mengenai etiologi serta perawatan maloklusi kelas III.
1
BA B I I
MALOKLUSI KLAS III
A, Pengertian
Oklusi gigi geligi dapat diartikan sebagai keadaan di
mana gigi-gigi pada rahang atas dan gigi-gigi pada rahang
bawah
bertemu,
pada
waktu
kedua
rahang
atas
dan
bawah
menutup.
Oklusi dari gigi geligi bukanlah suatu keadaan yang
statis,
karena
mandibula
dapat
bergerak
dalam
berbagai
posisi, sehingga oklusi dapat berupa oklusi sentrik, mesia
1, distal, labial, supra dan infraklusi.
Oklusi normal adalah sebagai hasil pertumbuhan dan
perkembangan yang baik dari alat-alat pengunyahan. Maloklusi
adalah keadaan gigi-gigi yang menyimpang dari oklusi
normal atau dapat pula diartikan sebagai keadaan yang
menyimpang dari hubungan normal antara gigi dengan gigi
dalam satu lengkung atau antara gigi-gigi pada leng
kung gigi atas dan gigi-gigi pada lengkung gigi bawah.
Maloklusi dapat dibagi dalam tiga golongan,
ya
itu :
1. Malposisi dan malrelasi dari tiap-tiap gigi.
2. Malrelasi dari lengkung gigi dan tulang rahang.
3. Malformasi dari bentuk tulang rahang.
B. Klasifikasi Maloklusi
Banyak klasifikasi yang dipergunakan untuk membedakan maloklusi.
Klasifikasi maloklusi dari Angle paling populer dan ba
2
3
nyak dipakai. Beliau menggunakan gigi M1 sebagai patokan,
sebab menurut anggapannya kedudukan dari gigi ini adalah
yang paling stabil dan jarang berubah kedudukannya seperti
gigi-gigi lain, karena gigi M1 ini tertanam dalam tulang
zigomatikum yang kuat sekali.
Dr. Angle membagi maloklusi dalam tiga kelas,
ya
itu
1. Maloklusi kelas I.
2.
;kelas II. 3.
Maloklusi kelas III.
Dalam makalah ini, hanya akan dibahas
persoalan-
persoa lan mengena i ma lok lus i ke la s III sa ja .
Yang dimaksudkan dengan maloklusi kelas III menurut
Dr. Angle ia lah Lengkung gigi dan korpus dari mandibula
mempunyai relasi yang bilateral mesial terhadap
lengkung gigi maksila. Dengan perkataan lain mandibulanya
terlalu benar (macromandible).
Kriteria Dr. Angle tentang relasi lengkung - lengkung
gigi atas dan bawah ialah :Posisi molar-molar tetap pertama.
Pada oklusi normal, bonjol (cusp) mesio-bukal molar
pertama atas terletak Pada lekuk (groove) bukal dari molar
pertama bawah.
Pada maloklusi kelas III letak bonjol mesio bukal
dari molar permanen pertama rahang maksila berhadapan dengan
ruang interdental di antara molar pertama dan molar kedua
mandibula.
Sebab
itulah
maka
Lischer
menamakan
juga
Mesioclusion.
Bila karena salah satu sebab, terjadi pedanan lokal
dari molar-molar ini,..atau gigi-gigi telah hilang, maka
oklusi dari kaninus digunakan sebagai penuntun.
Pada oklusi normal, kaninus atas molar sebagian
dari
sisi distal kaninus bawah dan seba gian dari sisi
premolar pertama bawah.
me s
ia 1
Gambar r 1 1.
Kelas I (normal).
Gambar 2.
kelas III.
Dewey memperlengkap klasifikasi dari Dr. Angle ia
membagi maloklusi kelas III dalam tiga tipe :
1. Tipe I.
Bentuk lengkung gigi atas dan bawah baik dan bila
ditinjau satu persatu, sering kita mengira hubungan oklusi
tentu akan baik pula. Letak gigi pada umumnya rata,
baik di lengkung maksila maupun di lengkung mandibula.
Gigitan menunjukkan edge to edge. Pengobatan pada tipe
ini kerapkali kurang memuaskan, karena se-
5
ring timbul retensi akibat kurangnya incisor overlap. 2.
Tipe II.
Incisivi mandibula berjubel-jubel dan dalam posi
si linguo-versi terhadap incisivi maxilla.
3. Tipe III.
Lengkung
gigi
maksila
kurang
baik
pertumbuhannya
sedangkan lengkung gigi mandibula tumbuh berlebih-lebihan,
Incisivi
maxilla kerapkali
berjubel-jubel
dan
linguo-versi terhadap incisivi inferiores yang pa da umumnya
rata
susunannya.
Pada
tipe
ini
deformitas
fasial
dalam
bentuk prognathisma terlihat paling jelas.
Tipe II
. Tipe I
Tipe III
Gambar 3.
Tipe-tipe
maloklusi kelas
Maloklusi kelas III dibedakan pula dalam : Subdivisi,
kalau hanya sesisi saja yang menderita (unilateral). Pada
mesioclusion
unilateral
inilah
sering
kita
temui
garis
tengah yang abnormal.
Menurut Dickson pembagian dalam bilateral dan uni
lateral ini pada waktu sekarang tidak banyak digunakan lagi,
karena banyak sarjana menganggap, lengkung gigi harus dipandang
sebagai satu kesatuan, variasi-variasi antara kedua alat
harus dianggap sebagai perpindahan lokal dari
6
segmen-segmen bukal pada satu sisi. Perpindahan ini hanya
bersangkut-paut dengan mahkota melulu, tiada relasi dengan
rahang sebagai satu kesatuan.
Istilah-istilah
nyatakan
maloklusi
lain
kelas
yang
III
sering
ialah
dipakai
:
untuk
Progenis,
me-
Progna-
thisme; Prognathisme Mandibuler, Protrusi Mandibuler.
Akhirnya, bila dinyatakan dengan indeks, maka baru
dinamakan Progenia kalau gnathis indeksnya diatas 103. Yang
dimaksudkan dengan gnathis indeks ialah derajat prominensia
mandibula, dinyatakan da lam
basion
ke
bagian
terdepan
prosentasi
dari
oleh
jarak
dari
mandibula terhadap jarak
basion ke titik tengah dari sutura nasalis.
C. Etiologi Maloklusi Kelas III
Pertumbuhan yang berlebihan dari mandibula mempunyai
penyebab yang bermacam - macam, dapat karena keturunan,
dapat
disebabkan
gangguan
hormonal,
dapat
pula
karena
penyakit-penyakit depresiensi den infeksi, kelainan prenatal
dan
pengaruh
lingkungan
pada
waktu
anak
dalam
masa
pertumbuhan.
Faktor predisposisi yang terdiri dari :
1. Faktor hereditas.
2. Faktor hormonal.
3. Kelainan-kelainan prenatal.
4. Penyakit-penyakit infeksi dan defisiensi.
Sedangkan pengaruh lingkungan kita golongkan sebagai pe
nyebab yang mempunyai pengaruh langsung (hausa determinasi).
le
Hasil pemeriksaan statistik menunjukkan bahwa
bih dari separuh ma loklusi yang timbul, disebabkan karena
7
faktor lingkungan ini.
Penyebab yang dapat secara langsung meniinbulkan
maloklusi kelas III adalah :
1. Makroglosi.
2. Trauma.
3. Kebiasaan-kebiasaan jelek,
seperti : menonjolkan lidah,
- mengisap jari dan sebagainya.
4. Gigi susu posterior atas yang tanggal sebelum
waktu
nya
5. Gigi susu molar bawah yang tanggal sebelum waktunya.
6. Retensi yang terla lu lama dari insisif susu atas.
Cara menegakkan Diangnosa Maloklusi Kelas III
Hal yang penting di dalam menentukan klasifikasi yang dapat dari maloklusi adalah hubungan mandibula dengan
gigi-gigi yang terdapat padanya dengan kranium.
Andaikata hanya berdasarkan hubungan mandibula dengan gigi.-giginya, maka ini -sering membingungkan dan _tidak
jelas dalam menentukan klasifikasi maloklusi. Terdapat tandatanda lain yang penting yang dapat dipakai sebagai pegangan
dalam menentukan lokasi mandibula, antara lain :
1. Hubungan bidang inklinasi .
Hubungan bidang inklinasi merupakan petunjuk yang baik
untuk mengetahui hubungan dan posisi
terhadap basis
kranii, asal saja posisi dari tiap-tiap gigi di dalam
deretan lengkung mempunyai relasi yang normal terhadap
tulang basal. Yang menjadi patokan yang penting dalam
hubungan ini adalah gigi molar tetap atas pertama dan
kaninus atas.
Bila pada waktu beroklusi, bonjol mesial molar bawah
dilihat dari mesial - distal berkontak dengan bagian distal
premolar kedua atas dan bagian mesial molar pertama atas,
juga letak kaninus atas interlock antara kaninus bawah dan
premolar bawah. Maka berarti mandibula dengan gigi-gigi yang
terdapat padanya mempunyai hubungan yang normal dengan
basis kranii , dan digolongkan sebagai maloklusi kelas I (
Neuroklus i )
Bila terlihat keadaan di mana gigi-gigi dan lengkung
gigi bawah terletak lebih mesial daripada normal dalam
hubungannya dengan gigi-gigi dan lengkung gigi atas. Bonjol
mesio bukal molar pertama atas terletak lebih distal daripada
"bucca 1 groove" molar pertama bawah. Maka jelaslah ini menun
jukkan keadaan maloklusi kelas III.
1,
1
Gambar 4.
Maloklusi kelas III.
1. Buccal groove, molar pertama
bawah.
2. Mesiobucca1 cusp molar pertama
atas.
3. Posisi gigi kaninus atas.
4. Posisi gigi kaninus bawah.
9
maupun
2. Dengan mempelajari foto muka baik pandangan depan
pun dari samping.
Dari foto muka kita dapat mempelajari gambaran muka
untuk
menentukan
derajat
dan
distribusi
pertumbuhan
mandibula.
Penilaian dari foto muka dapat memberikan hasil yang
meragukan, terutama bila terdapat suatu keadaan otototot yang abnormal, sering terlihat di regio simfisis
mandibula. Hipertropi dan hipertonus otot-otot mentalis
, quadrati labii inferior, triangularis, dan orbikularis
oris sering menutupi ge ja la pergerakan ke arah distal
dari mandibula.
Di samping itu kita juga dapat mempelajari dari foto
oklusi gigi geligi, baik dari samping maupun foto gigi dari
depan, sehingga dapat dilihat keadaan oklusi gigi secara
nyata.
3. Gambaran sefa lometrik.
Gambaran sefalometrik sangat berguna untuk mem
perlihatkan gambaran pertumbuhan yang abnormal dan kelainan
- kelainan letak gigi.
Pada kasus-kasus maloklusi di mana terdapat penebalan
otot-otot sekitar mulut sehingga dengan gambaran foto
muka tidak dapat ditarik kesimpulan.
Maka dengan membuat gambaran sefalometrik dapat memberikan
keterangan yang memuaskan.
Radiogram profil ini akan memperlihatkan hubungan antara
gigi insisif dengan tulang di bawahnya.
Pada neuroklusi, posisi aksial insisif bawah
adalah
tegak lurus dengan mandibula.
Terdapat beberapa ana lisa da lam sefa lometrik, antara
lain analisa menurut Downs. Dalam analisanya
,
10
Downs membagi studi dalam dua pokok ya tu pola skeletal
(sksletal pattern) dan relasi gigi terhadap pola skeletal
(dental pattern).
Downs memakai bidang Frankfurt horizontal sebagai
dasar orientasi.
Downs
menentukan
hubungan
antero
posterior
dengan
memakai titik-titik A dan B. Dia menghubungkan titik A
dan titik B ini masing-masing dengan Sella Tursica dan Nasion.
Garis-garis ini membentuk sudut-sudut dengan Dataran SellaNasion.
Besar SNA rata-rata adalah 80°.
Besar SNB rata-rata 77°.
Angka-angka ini adalah nilai rata-rata apabila basis geligi
mempunyai relasi yang normal terhadap basis cranii. Selisih
SNA dan yaitu ,SNB menunjukkan derajat prognathisma
mandibular. Kalau ANB lebih besar dari 3°, make relasi
mandibula terhadap maksila ada lah post normal .
,
sedangkan bile ANB negatif, mandibula adalah pre normal
terhadap maksila.
Keuntungan metoda Down ini ialah relasi kedua titik A
dan B ditentukan terhadap Basis Cranii. Juga kedua titik ini
terletak
pada
basis
apikalis
sehingga
mempunyai
terhadap posisi apikal dari insisif.
Skeletal I
Skeletal III
Gambar 5.
Gambaran sefalometrik skeletal I
dan skeletal III.
relasi
11
Differential Diagnosis antara Kelas III sejati dan Pseudo
Kelas III
1. Kelas III sejati.
Dinamakan juga skeletal kelas III dan ter adi bila
korpus
mandibula
(macromandible).
mempunyai
Menurut
panjang
Schwarz
yang
abnormal
prognathisma
sejati
hanya mungkin terjadi bile orang mempunyai predisposisi
herediter ke arah pertumbuhan korpus mandibula yang berlebihlebihan
2. Pseudo kelas III.
Sering
dinamakan
juga
Postural
kelas
III
atau
prognathisma tipe dento-alveolaris. Pseudo kelas III ini
dalam
klasifikasi
Dr.
Angle
sebenarnya
termasuk
-
maloklusi kelas I tipe 3, karena perkembangan mandibula
normal
Juga
dan
maksilalah
retensi
menyebabkan
terlalu
pseudo
yang
pertumbuhannya tidak baik.
lama
dari
kelas
III.
insisif
Terlihat
susu
dapat
insisif
atas
dalam keadaan retrusi, sehingga insisif rahang bawah
labial letaknya: Sebab itulah bahkan ada sarjana yang
mengusulkan untuk menamakan pseudo kelas III sebagai
Maloklusi kelas III divisi 2, analog dengan maloklusi
kelas II divisi 2 dari Dr. Angle. Kelas III, sejati
dapat dinamakan maloklusi kelas III divisi 1, analog
dengan maloklusi kelas II divisi 1 dari Angle.
Untuk
mengetahui
berlebih-lebihan,
atau
apakah
maksila
mandibula
yang
yang
tumbuhnya
bertumbuh
kurang
dari
normal, atau kedua-duanya, make studi dengan cephalometri
berguna sekali.
Bila sudut SNA kurang dari angka rata-rata
0
yaitu
80 , dan bile SNB sudutnya sama besar dengan angka rata-
i
rata, maka dapat
ditarik
kesimpulan
bahwa
maksila
yang
tidak baik pertumbuhannya dan maloklusi adalah pseudo kelas
III.
Bila sudut SNA sesuai dengan angka rata-rata,
0
tapi SNB jauh lebih besar dari 77 , maka maloklusi
teini
2dalah kelas III se jati.
Gambar 6.
Panjang basis cranii diukur
dari posisi Nasion yang mempengaruhi sudut ANB.
Ini berarti bahwa panjang basis cranii (dataran SN) mempunyai hubungan erat dengan maloklusi. Oleh karena
itu sudut rata-rata SNA harus disesuaikan untuk bermacammacam bangsa.
13
Gambar 7.
Pseudo kelas III (t itik-titik menun
jukkan posisi yang normal).
Gambar 8.
Skeletal kelas III (titik-titik
menunjukkan posisi yang normal).
BAB III
TERAPI MALOKLUSI KELAS III
Waktu yang paling ideal untuk pengobatan maloklusi
macam ini ialah pada umur yang muda sekali, selekas kita dapat
mengharapkan kooperasi yang memuaskan dari pasien,
pengobatan dapat segera dimulai. Sebab pada masa muda sekali, gaya pertumbuhan yang menyimpang dari normal belum
menghasilkan modifikasi banyak pada bentuk mandibula, dan
keadaan yang menguntungkan ini harus dipergunakan sebaiknya.
Telah
diketahui,
anomali
kelas
III
ini
sifatnya
progresif bila anak bertumbuh makin tua. Jika pengobatan
baru dimulai ketika premolar-premolar dan molar kedua
sudah
erupsi, maka perubahan abnormal dari mandibula pada umumnya
sudah sedemikian lanjutnya sehingga kita mengalami kesukaran
besar.
Perimbangan
fasial
sudah
lenyap
dan
bentuk
muka
sudah tidak harmonis lagi. Pengobatan dengan cara mengkoreksi
yang abnormal dengan alat - alat maupun latihan - latihan
hanya dapat menghilangkan sebagian
dari deformasi saja.
Sifat
maloklusi
kelas
III
yang
sejati
kalau
tidak
mendapat perawatan hampir selalu berlanjut menjadi progresif.
Biasanya kelainan ini mulai bermanifestasi antara umur 14
sampai 30 tahun. Strang beranggapan, bila kita men jumpai
pasien
dengan
tendensi
maloklusi
kelas
III
,
orang
tua
pasien harus dianjurkan agar anaknya secepat mungkin mendapat
pengobatan. Tetapi Strang menambahkan , meskipun pengobatan
pada
saat
muda
amat
dianjurkan,
observasi
harus
dilanjutkan sampai anak mencapai usia pubertas.
karena
berbarengan
dengan
pertumbuhan
yang
Ini
pesat
terus
perlu
selama
masa remaja, mandibula juga mempunyai tendensi hebat untuk
bertumbuh maju ke depan,sehingga
14
BAB III
14
15
kalau tidak dicegah dengan alat mekanik, maloklusi sering
timbul kembali.
Tulley dan Campbell sebaliknya beranggapan bahwa
perawatan pada waktu anak masih bergeligi susu kurang mempunyai nilai yang nyata kalau pasien menderita maloklusi
kelas III sejati, karena bila kelak insisif permanen bererupsi,
perawatan lanjutan kerap kali tetap diperlukan. Memang kita
sering mendapatkan perubahan yang dramatik pada pengobatan
geligi susu (deciduous dentition),tetapi hasil ini sematamata disebabkan tekanan labium inferior kepada insisif
bawah atau ditiadakannya perpindahan mandibula (mandibular
displacement) yang dapat terjadi pada masa geligi susu.
Tekanan melalui dagu dengan suatu head gear atau servikal
strap hingga kini belum dapat dibuktikan dapat mengubah arah
atau menahan pertumbuhan mandibula .
Terapi maloklusi kelas III dalam garisbesarnya dapat
dibagi dalam tiga golongan besar :
1. Tanpa alat-alat Ortodonti :
a. Dengan ekstraksi.
b. Dengan jalan menstimulir otot-otot sekitar
ruang
mulut tertentu :
1 ) Latihan Platisma.
2) Belajar memainkan alat-alat musik tiup tertentu.
c. Memperbaiki kebiasaan-kebiasaan yang salah :
1) Kebiasaan menelan yang salah.
2) Pernafasan melalui mulut.
3) Menghilangkan kebiasaan menghisap jari yang dibarengi dengan menarik-narik dagu.
16
. Dengan alat-alat Ortodonti.
a. Ekstra oral anchorage.
Menekan dagu dengan menggunakan chincap yang dilekatkan pada headgear, headcap atau cervical strap.
b. Intra oral anchorage.
1) Alat-alat yang dapat dilepas (removable) :
a) Landasan aktip (active plate). Dengan pir berbentuk S. - Dengan
sekerup ekspansi.
b) Aktivator.
- Pelat dari Andreson-HPupl.
- Alat Andresen modifikasi Grossman (dibelah
horizontal).
2) Alat-alat Yang tidak dapat dilepas (fixed).
a) Occ lusa 1 inclined plane.
b) Cross-bite elastics untuk kelas III.
c) Intermaxillary elastica untuk kelas III.
d) Edge-wise arch appliance methode Dr. Tweed un
tuk kelas III.
3. Dengan jalan pembedahan.
a. Ostectomi pada bagian Corpus Mandibulae.
b. Ostectomi pada bagian Ramus Ascendens.
c. Ostectomi atau Ostectomi daerah sekitar
Process us
Condyloideus.
A. Terapi Maloklusi Kelas III pada Gigi-gigi Susu
Bila kita menjumpai anak yang menderita maloklusi
macam ini, Strang menasihatkan agar kita tidak ragu-ragu lagi
untuk segera mengusulkan perawatan kepada orang tua
nya .
17
Jikalau pasien datang sebelum pertumbuhan gigi susunya
komplit, kita mengajarkan gerakan-gerakan yang dapat mencegah
pertumbuhan
mandibula.
Seperti
telah
diketahui,
musculi
sekitar ruang mulut merupakan alat ortodonti alamiah yang baik
sekali. Dengan melakukan latihan-latihan yang tepat, letak
gigi dan bentuk lengkung
yang
abnormal
dapat
diperbaiki
atau sedikitnya diperingan.
latihan ini biasanya dinamakan latihan Platysma,tetapi Strang menganggap nama
Mandibula" (The Mandible Restraining Exercise).
Karena anak masih terlampau kecil, maka gerakan
latihan ini kita ajarkan kepada ibunya dan menyuruh ia untuk
mengajarkan kepada anak nanti di rumah. Instruksi latihan itu
sebagai berikut :
1.
dengan punggung menghadap ke tembok.
2.
Mula-mula
dalam
gunakan
kaca
keadaan kontak.
untuk
Bila
mengawasi
kelak
agar
gigi-gigi
latihan sudah
dapat
dilakukan dengan sempurna, kaca tidak perlu dipakai lagi.
3. Kepala ditengadahkan ke belekang sejauh mungkin
dan
pundak ditarik ke belakang sebanyak-banyaknya.
4. Bukalah bibir sedikit supaya gigi dapat dilihat dan ra
patkan lambat-lambat gigi-gigi satu sama lain.
5. Tariklah mandibula ke belakang sebanyak mungkin tanpa
gigi-gigi lepas dari kontak.
6. Tahanlah dalam posisi ini dan hitung hingga lima.
7. Kendorkan otot-otot. Ulangilah latihan ini tiga kali
pada tiap kesempatan berlatih pada dua hari yang pertama. Kemudian lambat laun jumlahnya ditambah hingga
mencapai sepuluh kali tiap-tiap kali berlatih.
8. Lakukan latihan ini paling sedikit tiga kali sehari ,
ditambah pula setiap ada waktu yang luang.
18
sering maloklusi macam ini dibarengi dengan kebiasaan
mene an yang abnormal.
Chin cap dapat dipakai untuk mendorong insisif bawah ke
arah lingual.
Baik
latihan-latihan
maupun
pemakaian
chin-cap
me-
merlukan kooperasi dari ibu dan anak sendiri. Pasien paling
sedikit harus memakai chin-cap selama 12 jam tiap harinya.
Setelah rahang bawah dikembalikan ke dalam posisi
yang wajar, maka chin-cap lambat-laun dapat ditanggalkan.
Tetapi
observasi tidak
boleh
berhenti,
lebih-lebih
pada
waktu molar susu kedua sedang tumbuh. Kita harus mengamatamati apakah letak den
inklinasinya dalam keadaan
normal
atau tidak. Bila molar tetap pertama timbul, kita harus
berhati-hati pula. Gigi ini harus dituntun ke tempat yang
normal baik dalam jurusan mesio-distal maupun bucco-lingual.
Apabila pasien datang pada umur di mana gigi-gigi
susu sudah tumbuh semuanya sehingga kite dapat memasang
band-band,
alat
yang
menurut
terbaik
Strang
untuk
pada
terapi
waktu
jalan
seperti
edge-wise
ini
arch
mechanism, karena alat ini stabil den dapat mengkontrol
posisi mahkota dan akar.
B. Terapi Maloklusi Pseudo Kelas III
Pada maloklusi ini kita lihat adanya inklinasi ke
lingual pada insisif atau den inklinasi ke labial pada insisif
bawaan.
Akibatnya
sering
terjadi
overbite
terbalik yang dalam sekali. Tidak jarang pada waktu
beroklusi , gigi-gigi depan atau tertutup sama sekali
oleh gigi lawannya di bawah. Oleh karena itu tujuan
utama kita ialah.
19
mendorong gigi-gigi atas ke
depan, dan menekan gigi-gigi
bawah ke belakang. Untuk keperluan ini kita dapat menggunakan
Occlusal inclined plane ini biasanya dicor dari alloy
perak. Bentuknya harus curam.
Gambar 9.
Occlusal inclined plane bawah
untuk memperbaiki gigitan terbalik dan overclosure.
Perlu diperhatikan bahwa inclined plane hanya boleh
dipakai pada keadaan di mana overbitenya lebih dalam dari 2
mm, bila kurang, gaya komponen ke atas dapat menyebabkan
gigi insisif atas intrusi.
Occlusal inclined plane akan memperbaiki gigitan
yang terbalik dalam waktu tiga sampai empat minggu. Bila
gigi-gigi posterior sudah bersentuhan, maka alat ini
tidak efektif pula dan harus dilepas.
Occlusal inclined plane dari akrilik juga dapat
ditambahkan pads pelat lepasan untuk rahang bawah dengan busur labial. Kegunaannya sama dengan Occlusal
inclined plane yang tetap.
20
2. Pelat aktif.
Untuk rahang atas dapat dipakai pelat dengan pir
atau pelat dengan sekerup ekspansi untuk mendorong segmen
labial ke depan.
Sedikit
dorongan
ke
distal yang dapat
diberikan
oleh pelat dengan sekerup ekspansi pada segmen bukal ,
kadang-kadang amat berguna bila gigi susu yang tanggal
sebelum waktunya menyebabkan gigi tetap berjubel-jubel di
regio
Caninus
atau
Premolar.
Mungkin
perpindahan
ke
distal ini cukup untuk menghindarkan dicabutnya premolarpremolar atas akibat kecilnya maksila.
Untuk rahang bawah kita pakai pelat lepas dengan
busur labial yang tebal agar dapat mendorong insisif
bawah ke lingual.
Semua
gigi
yang
tidak
didorong
kita
beri
Bite-
raising. Peninggian gigitan ini dikurangi sedikit demi
sedikit bila perpindahan gigi telah selesai.
3. Ekstraksi.
Pencabutan sedapat mungkin harus dihindarkan, tetapi
kadang-kadang
Crowding
kita
tidak
terjadi~ akibat
dapat
mengelakkan
gigi-gigi
hal
ini.
posterior atas dan
bawah tanggal sebelum waktunya. Dalam hal ini pengobatan
harus dilakukan dengan pencabutan empat premolar. Perlu
diperhatikan
bahwa
dalam
maloklusi
kelas
III
sejati,
ekstraksi ditujukan kepada gigi-gigi bawah dan retraksi
gigi-gigi
bawah,
supaya
lengkung
gigi
bawah
menjadi
pendek dan membentuk relasi yang harmonis dengan lengkung
gigi atas.
21
Terapi pada Maloklusi Kelas III Sejati
Untuk pasien yang masih muda, dokter mengobati maloklusi kelas III ini dengan alat dari Andresen. Ia mendasarkan keputusan ini pada pendapat Bjork yang mengatakan
bahwa : Hubungan Basis Apicalis dapat diubah sedikit pada
masa pertumbuhan.
Dengan penggunaan alat dari Andresen ini, dia berharap arah pertumbuhan tulang alveolar dapat ke jurusan
yang diingini.
1. Dengan alat musik tiup.
Dr. Strayer berpendapat bahwa alat musik tiup (wind
instruments) dapat menstimulir pertumbuhan dan
perkembangan jaringan-jaringan otot sekeliling mulut. Jadi
dapat digunakan untuk memperbaiki maloklusi, antara lain
maloklusi kelas III. Sebab itulah, jika kita menjumpai
pasien yang gemar musik, tidak ada jeleknya bila dia
dianjurkan untuk mempelajari alat musik tiup tertentu
yang dapat dipakai untuk membantu memperbaiki
maloklusinya. Dr. Strayer membagi slat musik tiup yang
berguna untuk penyembuhan maloklusi kelas III dalam dua
golongan
a. Semua alat musik tiup yang menggunakan rit
(reed)
tunggal pada bagian tiupannya, misalnya
1) Klarinet (dalam Es, Bes dan As).
2) glarinet Alto.
3) Klarinet Bas maupun Bobel Bas.
4) Saksofon (da lam C, Bes dan Es).
5) Saksofon Bas.
Urutan di atas disusun berdasarkan besarnya rit,bagian
tiupan dan ukuran instrumennya. Pasien dapat memilih
alat yang sesuai dengan bentuk mulut dan tubuhnya.
22
b. Semua alat yang
lubang tiup dekat
ujung
instrumen, antara lain
1) Picollo (seruling dengan kelep ukuran kecil).
2 ) Seruling Barat (Flauto).
Seruling biasa tanpa
katub yang primitif, yang dapat
kita beli d i
tepi jalanpun dapat digunakan
dengan
sama efektifnya.
2. Dengan ekstraksi.
Kita boleh melakukan Serial Extraction pada rahang
bawah bila pasien menderita maloklusi skeletal III yang
ringan. Tetapi bersamaan dengan ekstraksi diperlukan alat
untuk
mengkontrol
gerakan
gigi.
Biasanya
ekstraksi
dilakukan pada premolar kanan kiri. Kadang-kadang bahkan
insisivus
boleh
dicabut.
Pada
prinsipnya
ekstraksi
dari gigi-gigi atas harus dihindarkan, tetapi apabila
kadang-kadang
terpaksa
harus
dilakukan
karena
gigi
berjubel-jubel dengan hebat, tujuannya semata-mata hanya
untuk meratakan gigi saja .
3. Dengan intermaxillary elastic
Menurut Tulley dan Campbell busur labio lingual
yang sederhana dapat digunakan untuk maksud ini. Pada
gigi-gigi atas kita buat busur palatina 1 (Mershon's lingual
arch) yang difiksir pada band di gigi molar. Pada rahang
bawah dibuat labial arch wire yang dapat
bergeser leluasa dalam pips (tube) yang lekat pada band di
gigi molar. Elastik-elastik, masing-masing pada satu sisi
menghubungkan dua buah cangkolan, satu pada regio caninus
bawah, yang lain pada sisi bukal dari band pada molar
atas. Dengan demikian lengkung gigi
atas akan ditarik ke depan sedangkan segmen
lengkung bawah akan digeser ke lingual.
insisal
23
Sayang untuk maloklusi kelas III yang agak berat
perawatan dengan intermaxillary elastics amat sedikit
hasilnya.
4. Edge-wise appliance menurut metoda Dr. Tweed.
Cara perawatan Tweed pada maloklusi kelas III ada
untuk memperbaiki inklinasi aksial bukolingual dan
lah
labiolingual dari semua gigi baik pada lengkung rahang atas
maupun pada lengkung rahang bawah. Perawatan dilakukan
dengan menarik lengkung rahang bawah yang terlalu ke muka
dan mendorong lengkung rahang atas yang terlalu ke dalam,
sehingga
gigi-geligi
rahang
atas
bergerak
ke
muka
pada
tempat yang tepat dan gigi - geligi rahang bawah bergerak
ke
belakang
untuk
mencapai
kedudukannya
yang
normal
terhadap lengkung rahang atas.
Bila
dari
hasil
analisa
kasus
diperlukan
suatu
tindakan pencabutan gigi, maka dapat dilakukan penca butan gigi premolar pertama atau premolar kedua. lsila
lengkung gigi rahang bawah tidak lebih kecil daripada
lengkung basalnya (basal arch), kemudian gigi-gigi depan
diretraksi.
Tujuan dilakukannya pencabutan gigi di sini adalah
untuk :
a. Menyediakan ruangan yang cukup besar bagi gigi yang
protrusi, miring, tidak rata dan berjejal-jejal.
b. Memperbaiki bentuk muka.
c. Mencegah terjadinya relaps.
Pencabutan gigi akan merubah profil muka yang prognati
menjadi ortognati, sehingga bentuk muka menjadi baik
serta
mencegah
terjadinya
relaps
dan
dapat
diperoleh
ruangan yang cukup.
Ada dua tahap perawatan penting yang harus dilakukan dalam "esgewise mechanisme" dari Tweed ini, sebelum perawatan aktif yaitu penggeseran gigi - geligi
21
yang sesungguhnya dimulai, yaitu masa perataan (leveling) dan masa penjangkaran (anchorage preparation).
a. Perawatan pasif.
1) Masa perataan (leveling).
Yang dimaksud dengan masa perataan (leveling) ,
yaitu mengatur gigi-gigi mencapai dataran yang sama
sehingga gigi-gigi akan lebih mudah digerakan.
semua keadaan gigi yang rotasi, diastema atau
"cross-bite" yang hanya pada satu atau gitii saja
diperbaiki dalam masa perataan ini. Alat yang
dipakai adalah busur kawat yang bernampang bulat
dimulai dengan diameter 0,14; O,la 0,18; U,20 kadangkadang sampai 0,22 dengan maksud untuk mempermudah
masuknya kawat dengan penampang segiempat ke braket
pada tahap berikutnya, yaitu masa penjangkaran
(anchorabe preparation). Karena itu pada busur masa
perataan yang terakhir ini, telah dibuatkan belokan
dengan derajat yang sama dengan belokan yang akan
terdapat dalam kawat berpenampang segiempat. Sebelum
busur dimas ukkan ke dalam mulut harus dilihat dan
diperiksa lebih dahulu apakah sudah betul-betul
simetris dan datar.
Tujuan daripada masa perataan yaitu :
a) Mempertahankan panjang lengkung gigi, karena
itu "stop" harus mengenai "tube".
b) Memperbaiki rotasi.
c) Membawa gigi-gigi ke daiam dataran yang sama
untuk memudahkan pergerakan gigi-gigi yang akan
digeser.
d) Menyiapkan gigi-gigi agar braket dengan mudah
dapat
menerima
kawat
berpenampang
segi-empat
yang aktif.
Lamanya masa perataan berkisar antara 6 minggu
sampai 3 bulan. Hal ini tergantung kepada :
25
a ) Banyaknya gigi-gigi yang rotasi dan berjejal.
b) Dalamnya "curve Spee".
Masa perataan ini dianggap selesai bila :
a) "Curve Spee" sudah normal.
b) Semua gigi yang rotasi, "cross-bite" yang ringan
dan diastema sudah hilang.
c) Braket pada gigi-gigi sudah sama tinggi.
2) Masa penjangkaran (anchorage preparation). Menurut
filosofi perawatan dari Tweed,langkah yang paling
utama dalam ''edgewise mechanism" dan "clinical
orthodontics" adalah masa penjangkaran (anchorage
preparation).
Tujuan melakukan penjangkaran adalah untuk membuat
arah sumbu gigi sandaran yang terakhir condong ke
distal.
Pada
kasus
yang
parah,
di
mana
penjangkaran harus lebih lama maka perlu mendorong
gigi molar sandaran yang terakhir sedemikian rupa
sehingga
pinggiran
distal
dari
mahkota
gigi
tersebut terletak di bawah permukaan gingiva
Dengan melakukan penjangkaran, maka gigi molar
akhir yang digunakan sebagai sandaran akan mempunyai posisi yang lebih stabil dan lebih mampu
menahan gerakan ke mesial. Bila penjangkaran ini
tidak dilakukan dan posisi molar sandaran dibiarkan
ke mesial, maka bila diikatkan elastik intermaksilar di mana daya dari elastik ini mempunyai
arah ke atas dan ke depan akan mengakibatkan terjadinya
ekstrusi dan pergerakan ke mesial dari gigi
sandaran tersebut. Bila keadaan ini dibiarkan,
maka akan timbul depresi yang berat terhadap gigigigi anterior sehingga menyebabkan perubahan yang
besar terhadap bidang oklusal. Teknik "anchorage
preparation" untuk perawatan maloklusi kelas III,
yaitu dengan memasang"Work-
26
ing arch" pada :mandibula dan "stabilizing arch"
pada maksila.
"Working arch" berukuran 0,019 x 0,025 inci dengan "second order bends", ditambah dengan pembuatan
"V-bend"
mesial
dan
kaninus,
kemudian
di-
solder sebuah kaitan (hook). Dibuat "pregressive
lingual crown torque" pada bagian distal dari "Vbend".
"Stabilizing arch" berukuran 0,0125 x 0,0275 inci
dengan "second order bends" ditambah dengan
pembuatan "V-bend" mesial dari kaninus, kemudian
disolder sebuah kaitan (hook). Pada
"stabilizins arch" ini dibuat "stop" yang
mengenai "tube". Selanjutnya dipasang alat-alat
pembantu (auxilliaries) yaitu elastik intermaksilar
kelas III pada gigi kaninus rahang bawah dan gigi
molar rahang atas.
Pemasangan ekstra-oral anchorage yaitu "headgear"
di rahang atas, untuk menahan kedudukan rahang atas
tersebut.
Selanjutnya dilakukan perawatan aktif dengan retraksi kaninus,
b. Perawatan aktif.
1) Retraksi kaninus (cuspid retraction).
Pada umumnya retraksi kaninus dilakukan sesudah
masa penjangkaran. Retraksi kaninus dapat dilakukan
dengan berbagai alat, seperti memakai kompres koil,
karet elastik atau "head gear". Retraksi kaninus
dapat juga dilakukan dengan karet elastik yang ditarik
ke belakang dengan molar pertama atas sebagai
sandaran. Molar pertama yang dipakai sebagai gigi
sandaran ditahan oleh busur stop agar tidak
bergeser ke mesial. Cara lain yang di gunakan
adalah gaya yang langsung bekerja pada gigi kaninus
dengan memakai su-
2'
atau kompres koil yang dimasukkan pada busur labial dengan ukuran yang lebih panjang dari kaninus
ke kaninus.
Bila dari analisa kasus dan rencana perawatan tidak
diperlukan adanya pencabutan gigi, maka tahap
retraksi kaninus ini tidak perlu dilakukan. Keempat
gigi insisif diikat menjadi satu dengan bentuk
angka delapan agar tidak bergeser selama retraksi
kaninus. Demikian pula gigi-gigi posterior harus
diikat menjadi satu agar merupakan satu unit
penjangkaran.
Berapa banyak atau sampai di mana retraksi kaminus
harus dilakukan tergantung dari kebutuhan . Umumnya
retraksi
kaninus
dianggap
selesai
apabila
kaninus
telah berkontak dengan premolar kedua.
2) Retraksi gigi-gigi anterior (anterior retraction,.
Tujuan retraksi di sini untuk membuat lengkung gigi
menjadi lebih pendek. Pada keadaan ini tampak
posisi gigi-gigi anterior rahang bawah lebih ke depan,
maka dilakukan retraksi gigi anterior rahang bawah.
Retraksi gigi-gigi anterior bisa dilakukan dengan
memakai busur labial dengan "loop" yang vertikal dan
retraksi dapat dilakukan bersama -sama pada rahang
atas dan rahang bawah. Busur labial mempunyai "stop"
yang jauh letaknya dari "tube" supaya dapat diikat
dengan kawat (ligature) sehingga "loop" vertikal
akan membuka, karena sifat kawat busur yang elastis,
maka timbul reaksi daya untuk menutup kembali. Daya
yang timbul inilah yang akan menarik gigi-gigi
anterior.
Busur
dengan
"loop"
vertikal
tersebut
juga
di-
pergunakan untuk menutup diastema pada gigi-geligi.
28
Gambar 10
Retraksi anterior dengan "loop"
vertikal.
1. "Loop" vertikal.
2. "Second order bend".
3. "Stop" yang berbentuk omega.
4. "Head-gear".
3) Pergerakan "enmasse" (Enmasse movement).
Pergerakan "enmasse" adalah gerakan dari seluruh
gigi-gigi baik ke mesial maupun ke distal, per
gerakan ini kadang-kadang diperlukan setelah retraksi gigi-gigi depan.
,
.
Gambar ll Pergerakan "enmasse".
1. "Head-gear".
2. Elastik intermaksilar.
3. "Criss-cross elastic".
2
9
Pergerakan "enmasse" diperoleh dari gaya elastik
intermasilar dan "head-gear" agar didapat hubungan
antero-posterior yang baik rahang atas dan rahang
bawah.
4) Membuat sejajar sumbu gigi (root paralelling). Umumnya
pada kasus-kasus di mana diperlukan pencabutan sering
timbul inklinasi mesial dari gigi belakangnya dan
inklinasi distal dari gigi didepannya. Bila premolar
pertama dicabut akan mengakibatkan timbulnya inklinasi
mesial dari gigi premolar kedua dan inklinasi distal
dari gigi kaninus.
Untuk memperbaiki inklinasi mesio-distal agar diperoleh sumbu gigi yang sejajar satu sama lain, dapat
digunakan busur lengkung dengan " bend".
5) Pelepasan band dari gigi-gigi(stripping of band). Setelah
perawatan aktif selesai, dimulailah persiapan untuk
melepaskan band-band dari gigi. Pelepasan band dapat
dilakukan secara bertahap . Mula-mula dilepaskan band
pada premolar dan diastema yang timbul akibat band ini
dihilangkan dengan pemasangan elastik pada gigi
kaninus dan molar terakhir. Demikian pula pada gigi
anterior, band dilepas dipakai elastik untuk menutup
diastema. Bila diastema sudah hilang, bandband yang
masih tertinggal dilepaskan dan secepatnya penderita
dibuatkan pesawat retensi seperti " retainer" untuk
segera dipakai.
c. Periode retensi.
Retensi dapat dilakukan dengan membuat pesawat retensi 24 jam
setelah band-band dilepas semua dari gigi-gigi. Periode
retensi ini berguna untuk mencegah terjadinya relaps dari
gigi-gigi yang digeser.
Relaps dapat dikurangi dengan cara :
1) "Overcorrection", terutama pada gigi rotasi.
2
9
>0
2 ) "Intercuspal digitation" yang baik.
3) Membuat sejajar sumbu gigi (root paralelling).
Karena pesawat retensi ini adalah pesawat yang pasif
sifatnya, maka di dalam pembuatannya harus mempunyai
adaptasi yang baik dengan gigi agar dapat menahan
gigi-gigi tetap pada tempatnya. Plat retensi dalam
mulut tidak diutamakan, sehingga dapat dibuat
cangkolan Gillet, yaitu cangkolan yang berbentuk huruf
"C" atau cangkolan bola. Lamanya periode retensi
tergantung kepada berat-ringannya maloklusi yang telah
diperbaiki.
BAB IV
K E S I M P U LA N
Dari uraian
singkat mengenai
maloklusi keias III
Angle ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Waktu yang terbaik untuk perawatan maloklusi kelas
III adalah pada usia muda, karena pada usia ini
kelainan-
kelainan pada mandibula, belum menetap.
r
Faktor keturunan merupakan etiologi yang utama dari
prognatisme
mandibular,
sedangkan
faktor
lingkungan
dapat
mengurangi atau memperburuk keadaan mandibulanya.
Berhasilnya
pada
maloklusi
ortodonti
perawatan
yang
lain
yang tepat
maloklusi
tergantung
dipakai
kelas
juga
untuk
III
kepada
seperti
tipe
masing-masing
alat
kasus.
Pada maloklusi kelas III, perawatan menggunakan alat ortodonti
yang
dapat
dilepas
memberikan
hasil
yang
kurang
memuaskan. Dengan diketemukannya alat ortodonti yang tidak
dapat dilepas, maka penderita dengan maloklusi yang berat
sekalipun
tetap
dapat
dirawat
tanpa
diperlukan
prosedur
pembedahan.
Dengan
Edgewise,
melakukan
dibutuhkan
prosedur
ketrampilan,
perawatan
perawatan
memakai
khusus
sistem
serta
penggunaannya harus betul-betul terkontrol. Dalam hal ini
juga diperlukan pendidikan lanjut untuk memperoleh keahlian yang
khusus.
31
DAFTAR F
PUSTAKA
l. Lickson, C.G. : Orthodontics in General Practice. London, Pitmans Medical Publishing Co., 1960.
2. Eraber, T. M. : The Edgewise Appliance in Routine Practice
. Am.J.Ortho., 46 : 11-15, , January 1960.
, E.R. : Handbook of Orthodontics.
rd
ed., Lon-
don, Yearbook Medical Publishers Inc. ,
1973.
4. Ichwarz, R. : Removable Orthodontic Appliances. Phila
delphia & London, W. B. Saunders Co. , 1968.
5. Tan
S.S. :
Kumpulan Kuliah Orthodonti. Jilid I& II,
Fakultas Kedokteran Gigi Univ. Trisakti, Jakarta, 1969.
6. Thurow,
L.C. : Edgewise Orthodontics. 4 th ed., St.Louis,
The C. V. Mosby Co. , 1982.
7. Tulley,
W.J, and Campbell, A.C. : A Manual of Practice
Irthodontics, lsted.,
1960.
Bristol, John Wright & Sons
Ltd.,
Download