pelestarian dan karakterisasi plasma nutfah brotowali

advertisement
Volume 4 No. 2
Warta Tumbuhan Obat Indonesia
25
PELESTARIAN DAN KARAKTERISASI PLASMA NUTFAH BROTOWALI
ABSTRAK Brotowali tergolong t a n a m a n panjat (liana)
d e n g a n b a t a n g k a s a r d a n berbintil-bintil. Ada 2 jenis
brotowali yang tumbuh di Indonesia d e n g a n perbedaan
p a d a sifat permukaan batangnya, yaitu berbintil d a n tidak
berbintil. S a m p a i s a a t ini b e l u m diketahui, a p a k a h
p e r b e d a a n tersebut berpengaruh t e r h a d a p komposisi
bahan kimiawinya d a n efektifitasnya sebagai obat. Hasil
pengamatan terhadap tipe brotowali yang a d a di Kebun
Percobaan Cimangyu, I llc;l dnjukkan a d a n y a keragaman
untuk sifat bobot kering batang, d a u n d a n akar. Untuk
ketepatan p e n g g u n a a n b a h a n t a n a m a n s e b a g a i obat,
sekaligus untuk membantu p e n g a d a a n b a h a n tanaman;
perlu diketahui penciri suatu genotipe. Dalam rangka ha1
tersebut telah dilakukan pelestarian d a n perbanyakan
plasma nutfah sebagai s u m b e r keanekaragaman, yang
diikuti d e n g a n karakterisasi masing-masing tipe.
PENDAHULUAN
Tinospora tomentosa Secara morfologis Tinospora cordifolia
hampir sama dengan Tinospora crispa, perbedaan terletak pada
buahnya. Sedangkan Tinospora tonzentosa banyak digunakan di
China dan Indo-china sebagai obat rematik (1). Tinospora
cordifolia, banyak dikenal di India; selain digunakan sebagai
ramuan dalam upacara pengobatan Hindu, juga sebagai tonik,
obat demam dan peluruh air seni. Di Indonesia, semua bagian
tanaman dapat digunakan untuk obat kencing manis, cholera, malaria dan rematik. Sedangkan Tinosporn tuberctllata kulit
batangnya digunakan untuk obat cacing kremi, mencret, kencing
manis, kudis, kencing nanah, cholera, trachoma, rajasinga dan cacar
air, sedangkan daunnya digunakan untuk obat koreng, gatal, luka,
encok dan sakit perut (3).
B
ROTOWALI [Tinospora crispa (L.) Miers ex Hook. I:
& Thems] termasuk keluarga Menispermaceae, yang meliputi
25 jenis tumbuhan merambat (I). Tumbuh secara liar di daerah
trop)isterutamaIdi Asia sampai Semenanjung Malaya(2).
.
Di Indonesiiadikenal duajenis brotowali yang dibedakan atas
sifa't permukarin batangnya, yaitu yang berbintil dikenal dengan
; n n r n n l ttiberculatn, dan tidak berbintil dikenal dengan
nan.,.>n T.,,,,,,,,*a
nama Tinosporo crispa. Deskripsi I~rotowalibanyak diuraikan
pada beberapa pustaka (I , 2 ) sebagaiijenis yang memiliki batang
berbintil.
Sampai saat ini nama Latin yang digunakan untuk brotowali
masih simpang siur. Beberapa pustaka (2, 3) memberi nama
TinosporatuberctllataBeaumee, dengan nama sinonim Tinospora
rumphii untukjenis yang berbintil. Pustaka lain (4,5) memberi
nama Tinosporn crispa (L.) Miers H0ok.F & Thems untukjenis
yang sama dengan sinonim Tinospora ttlberctilata Beaumee dan
Tinospora rztmphii Boerl. Sedangkan (3) memisahkan Tinospora
crispa Miers dan Tinosporn tliberczllata sebagai dua spesies yang
berbeda, dan sinonimnyauntuk Tinospora crispa adalah Tinospora
cordifolia Miers. Penamaan yang simpang siur ini akan
menyulitkan dalam penentuanjenis tumbuhan yang tepat, terutama
apabilaakan digunakan sebagai obat.
Untuk mengenal ke duajenis brotowali, pada makalah ini
diuraikan mengenai pelestarian, dan karakterisasi antara kedua
species dari segi morfoloj;i dan golongan kimia.nya. Diharapkan
informasi ini dapat digunaltan sebagai bahan untu k dapat me]ientukan jenis tumbuhan yang tepat.
KERAGAMAN SPECIES DAN KEGUNAAN
Biologi genus Tinospora belum banyak dipelajari, keragaman
jenis dalam species diketahui cukup sempit. Berdasarkan taksonomi
kimia, tumbuhan dalam satu keluarga memiliki kemiripan dalam
komponen kimianya. Untuk memperluas sumber keragaman
tumbuhan brotowali, dapat dilakukan dengan mencari spesies
sekerabatnya.
Beberapa spesies sekerabat brotowali diketahui berguna untuk
pengobatan penyakit yang hampir sama. Hal ini dimungkinkan
apabila spesies tersebut memiliki beberapagolongan kimia yang
sama. Di Afrika terdapat satu jenis Tinospora bakis, yang
diketahui mengandung duajenis alkaloid, dan digunakan sebagai
obat untuk berbagai macam penyakit (I). Jenis-jenis yang terdapat
di Asia selain Tinospora crispa adalah Tinospora cordifolia dan
* Balai PenelitianTananian Rempah dan Obat
PELESTARTAN PLASMA NUTFAH
Banyak habitat asli tumbuhan obat mengalami kerusakan,
akibat berbagai faktor, di antaranya: eksploitasi hutan yang tidak
bertanggungjawab, perubahan hutan menjadi lahan pertanian dan
pemukiman, serta eksploitasi tumbuhan obat secara liar.
Diperkirakan setiap tahun kerusakan areal hutan meliputi 700.0001.200.000 ha (6), maka dapat dibayangkan berapa besar keragaman
tumbuhan yang ikut tererosi.
Brotowali merupakan tumbuhan yang masih liar. Dengan
meningkatnyaanimo masyarakat untuk menggunakan bahan obatobatan tradisional, sudah tentu kebutuhan bahan baku tumbuhan
obat akan semakin meningkat. Seringkalibahan ini masih ditambang
langsungdari habitat aslinya. Eksploitasi yang terus menerus tanpa
dibarengi dengan usaha pembudidayaan dan pelestariannya,
dikhawatirkan menyebabkan terjadinya kekurangan suplai. Pada
akhimyaselain merugikan industri obattradisionaljugarr
kan kelangkaan bahkan kepunahan jenis.
Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya erosi genetik
tanarnan obat, sekaligus untukmenjamin tersedianya bahan tanaman
dilakukan pelestarian diikuti dengan upayapembudidayaan. Ada
dua cara pelestarian, yaitu secara in-situ di luar habitat aslinya.
Masing-miasing mempunyai kelebihan dan kekurangan nya (7).
Pelest:xian secara in-situ, memungkinkan pene:liti untuk
memonitorperilaku tumbuhan secaraalami, dari segi pelrbanyakan,
penyebaran, hama dan penyakitnya. Tetapi cara ini dilakukan di
lokasi yang terpencar, sehingga tidak mudah untuk dikmjungi.
Idealnya untuk tumbuhan obat dilakukan kombinasi kedua cara
tersebut. Untuk itu ker,jasama antara instansi terkait seperti
Departemen Pertanian, Lingkungan Hidup dan Kehut
diperlukan.
Warta Tumbuhan Obat Indonesia
26
Pelestarian secara eks-situ memungkinkan pengguna (peneliti)
untuk memelihara jenis yang dikehendakinya. Tanaman koleksi
dapat terus-menerus dimonitor perkembangannya Kekurangannya, pada cara ini terbuka kesempatan bagi patogen baru untuk
menyerang tanaman koleksi di areal yang b m . Selain itu seringkali
jumlah keragaman yang dikoleksi tidak mewakili keseluruhan
keragaman yang ada, yang dikarenakan keterbatasan dana.
Sebagai contoh, Balittro melestarikan brotowali di lima kebun
percobaan, dengan cara menanam di petak-petak pamer yang
masing-masing sebanyak satu petak dengan luas 10 m2 (Tabel 1).
1998
perbanyakan dilakukan, misalnya perlakukan h o m o n pada stek
batang.
Tabel 3. Daftar tanarnan TOGA ( t e n a s u k brotowali) yang dikeluarkan
Balittro selarna tiga tahun berturut-turut
umlah
Tahun
rrnintaan
i s turnbuhan
Tabel 1. Koleksi brotowali d i kebun percobaan Balittro
Bahan
tanaman
Lokasi
Tipe
KP. Cimanggu
Batang berbintil
Batang tidak berbintil
benih
KP. Sukamulia
Batang berbintil
benih
benih
KP. Cikampek
Batang berbintil
benih
KP. Manoko
Batang berbintil
benih
KP. Citayam
Batang berbintil
benih
Umur tanaman Jumlah
(tahun)
>7
(1 are)
>7
(1am)
>3
(1 am)
>5
(1 are)
2 5
(1are)
>4
(1 are)
1 petak
lpetak
1 petak
KARAKTERISASI
1 petak
Di Balittro terdapat duajenis brotowali, yang dibedakan atas
permukaan batangnya, yaitu yang berbatang kasar tidak beribintil
dan yang berbintil-bintil. Belum diketahui apakah keduanya
merupakan satu spesies. Untuk lebih memudahkan bagi pengguna,
dilakukan karakterisasi morfologi dari masing-masingjenis (Tabel
4 dan 5).
1 petak
1 petak
Jumlah koleksi yang dimiliki belum mewakili seluruh
keragaman. Tdealnya, koleksi yang dimiliki mencakup tidak saja
tipe dari berbagai daerah dan kondisi iklim, juga spesies
sekerabatnya. Tipe asli daerahllandrace biasanya terbentuk spesifik
lokasi. Sayangnya ha1 ini tidak selalu dapat dilaksanakan karena
adanya skala prioritas tumbuhan yang penting dan keterbatasan
dana.
Duplikasi tanaman koleksi di beberapa lokasi dengan kondisi
lingkungan yang berbeda (Tabel 2) selain sebagai "buffer zone"
untukmenghindarkan terjadinya kehilangan koleksi akibat serangan
hamadan penyakit atau kebakaran, jugauntuk melihat dayaadaptasi
tumbuhan, seandainya kelak perlu pembudidayaan dan perluasan
areal pertanaman.
Tabel 2. Kondisi agroklirnat pada lima lokasi perfurnbuhan2 tipe brotowali
Lokasi
Parameter
KP. Cikampek KP. Citayam KP. Cimanggu KP. Sukamulia KP. Manoko
Ketinggian
tem~atI m d ~ l )
85
~umlah'curih
hujannahun (mm) 2 684
Suhu udara:
maksimurn
34.40
minimum
22.92
Kelernbaban udara (%) :
Jam 7 (pagi)
83.79
Jam 12
69.23
Jam lB(sore)
72163
Jenis tanah
Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
melestarikan tumbuhan obat merupakan salah satu cara yang
paling efektif untuk membantu keberhasilan program pelestarian
plasma nutfah.
Tabel 4. Beberapa sifat kualitatif 2 tipe brotowali.
Karakter rnoffologi
Berbintil
Tidak berbintil
Warna batang *
Warna batang mudl
Bentuk batang
Penukaan batang '
Wama daun rnuda '
Warna daun tua '
Perrnukaandaun '
Pinggirdaun
Bentuk daun
Bentuk pangkal daun
Ujung daun
Karakter rnorfologi
Hijau
Hijau
Bulat
Berbintil
Hijau rnuda
Hijau
Kasar
Rata
Tunggal, jantung
Berlekuk
Meruncing
Berbintil
Hijau kecoklatan
Hijau
Bulat
Kasar tidak berblntil
Hijau
Hijau kecoklatan
Halus
Rata
Tunggal, jantung
Berlekuk
Runcing
Tidak berbintA
Bunga
Kelopak
Warna rnahkota
Wama benangsari
Wama kepalasari
Majemk
Hijau
Hijau rnuda
Hijau
kuning sampai
hijau rnuda
Batulkecil
Hiiau
~inggang
put~hkotor
Tunggang
Putih kotor
125
240
350
1 203
2 992
4 916
3 293
2 827
Bentuk buah
Warna buah
Bentuk akar
Wama akar
34,42
20,45
30,2
21,2
30,64
25,32
24,79
15,37
Keterangan:
'sifat yang rnenunjukkan perbedaan
83,54
52.84
78\60
93.6
66.8
81,5
90,87
64,21
78,48
94.21
83,94
92,46
Tabel 5. Statistik beberapa karakter kuantitalif2 tipe brotowali
latosol
Sifat yang dinmati
latosol
latosol
latosol merah latosol
dari baluan merah muda kecoklatan
lempung
andesit
berpasir
Dari tanaman koleksi tersebut, selain digunakan untuk bahan
penelitian,juga disediakan untuk kepentingan masyarakat, walaupun dalam jumlah yang terbatas. Jumlah dan jenis tanaman yang
diminta oleh masyarakatsertadaerahpenyebaran bahan tanaman
obat selama tiga tahun berturut-turut menunjukkan angka yang terus
meningkat (Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa animo masyarakat
untuk menggunakan obat-obatan tradisional sangat besar. Untuk
kesinambungan ketersediaan bahan tanaman, penelitian cara
Rala-rafa
Mn
im
i um
Maw
BB
TB
BB
TB
BB
Panjang (cm)
Diameter balarg (mm)
Panjang daun (cm)
Lebar daun (cm)
Panlang ujung daun (an)
Luas daun (cm')
Bahan basah batang (gm')
Eahan k e r ~ qbalarg (glm)
Bahan daun basah (g115 conloh)
Bahan daun kenng (g115cunloh)
Bahan akar basah (gll5conloh)
Bahan akar kenng@
(15
I cunloh)
Keterangan:
BB = batang berbintil,
TB = batang tidak berbintil
KK = Koefisien keragaman
TB
BB
TB
Download