6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. KANKER PAYUDARA 1.1

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. KANKER PAYUDARA
1.1. Pengertian Kanker Payudara
Kanker payudara adalah suatu penyakit dimana terjadi pertumbuhan yang
berlebihan atau perkembangan yang tidak terkontrol dari sel-sel (jaringan)
payudara. Kanker payudara tumbuh didalam kelenjar payudara, saluran payudara,
jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. Kanker payudara juga
merupakan suatu penyakit neoplasma yang ganas dan berasal dari parenchyma
(Suryanti, 2013).
Menurut Siburian (2012), pertumbuhan kanker terjadi secara progresif dan
relatif cepat membesar. Ciri-ciri pada stadium awal kanker, yaitu: pasien tidak
memiliki keluhan hanya terdapat fibroadenoma atau fibrokistik yang kecil pada
tubuh, bentuk kanker tidak teratur, batas kanker tidak tegas, permukaan kanker
tidak rata, dan konsistensi kanker padat serta keras.
1.2. Jenis-jenis Kanker Payudara
a. Karsinoma in situ : Kanker yang masih berada pada tempatnya. Kanker jenis
karsinoma in situ ini merupakan kanker dini yang belum menyebar atau
menyusup keluar dari tempat asalnnya.
b. Karsinoma Duktal : Kanker yang berasal dari sel-sel kanker dimana kanker
tersebut melapisi saluran yang menuju ke putting susu. Sekitar 90% kanker
payudara merupakan karsinoma duktal. Kanker ini dapat terjadi sebelum atau
sesudah masa menopause. Kanker jenis karsinoma duktal ini terkadang dapat
6
Universitas Sumatera Utara
7
diraba dan ketika dilakukan pemeriksaan mammogram akan tampak seperti
bintik-bintik kecil dari endapan kalsium. Kanker jenis ini biasanya terdapat
pada daerah tertentu di payudara serta dapat diangkat secara keseluruhan
melalui pembedahan. Sekitar 25-35% penderita kanker karsinoma duktal akan
menderita kanker invasif (biasanya letaknya pada payudara yang sama).
c. Karsinoma lobuler : Kanker yang pertumbuhannya dimulai di dalam kelenjar
susu. Kanker ini biasanya terjadi setelah masa menopause. Kanker jenis
karsinoma lobuler ini tidak dapat diraba dan tidak terlihat pada pemeriksaan
mammogram. Kanker ini biasanya ditemukan secarta tidak sengaja pada
pemeriksaan mammografi yang dilakukan untuk pemeriksaan penyakit lain.
Sekitar 25-30% penderita kanker karsinoma lobuler akan menderita
kanker invasif (pada salah satu payudara atau pada kedua payudara).
d. Karsinoma
invasif
:
Kanker
yang
telah
menyebar
dan
merusak jaringan lainnya didalam tubuh dan dapat terlokalisir (terbatas pada
payudara). Sekitar 80% kanker invasif ini merupakan kanker duktal dan 10 %
adalah kanker
lobuler.
e. Karsinoma meduler dan Karsinoma tubuler: Kanker yang berasal dari
kelenjar susu.
1.3. Faktor Penyebab Kanker payudara
Dalam penelitian Suryanti (2013), faktor penyebab terjadinya kanker
payudara, yaitu :
a. Faktor Reproduksi
Beberapa faktor reproduksi yang berhubungan dengan resiko terjadinya
Universitas Sumatera Utara
8
kanker
payudara adalah nuliparitas (wanita yang belum melahirkan) dan
kehamilan pertama
pada usia lanjut (kehamilan pertama di atas umur 30
tahun). Hal ini dikaitkan dengan fungsi payudara yang tidak berfungsi secara
optimal.
Bertambahnya
umur
wanita
merupakan
penyebab
utama
meningkatnya resiko terkena kanker payudara tersebut. Diperkirakan kurang
dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga
besar kemungkinan terjadinya tumor jauh sebelum masa menopause tersebut
terjadi.
b. Riwayat kesehatan personal
Apabila seseorang pernah mempunyai riwayat mengidap kanker payudara,
pada salah satu payudaraya, maka individu ini mempunyai resiko lebih tinggi
untuk kemudian terkena kanker pada payudara yang lainnya.
c. Penggunaan hormon
Hormon estrogen erat kaitannya dengan kemungkinan terjadinya kanker
payudara. Laporan dari Harard Shcool of Public Health menyebutkan bahwa
akan
meningkatanya
pengguna terapi
resiko
terjadinya
kanker
payudara
sulih hormon untuk wanita yang telah
pada
para
megalami
menopause.
d. Penyakit fibrokistik (Tumor pada payudara)
Wanita yang pernah mengalami tumor payudara dengan diagnosis adenosis,
fibroadinoma, dan fibrosis tidak memiliki peningkatan resiko terjadinya
kanker payudara.
e. Obesitas (Kegemukan)
Universitas Sumatera Utara
9
Berat badan dan bentuk tubuh wanita memiliki kaitan dengan resiko terjadinya
kanker payudara, terutama untuk wanita yang sudah mengalami menopause.
Hal ini ditunjukan oleh pola hidup wanita, khususnya kebiasaan makan dan
jenis makanan yang dikonsumsi dimana kemungkinan terkena kanker
payudara pada wanita yang gemuk pada saat menopause lebih besar
dibandingkan dengan wanita yang tidak gemuk.
f. Radiasi
Unsur radiasi yang terpapar ketubuh wanita, apalagi dalam waktu yang lama
ketika atau sesudah masa puberitas, akan meningkatkan resiko terjadinya
kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang
dilakukan, maka dapat
dikatakan bahwa resiko terjadinya kanker payudara dipengaruhi oleh dosis
atau lamanya waktu unsur tersebut terpapar ketubuh.
g. Riwayat keluarga atau faktor genetik
Faktor genetik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi resiko
terserang kanker payudara. Apabila orang tua, seorang ibu, pernah menderita
kanker payudara maka keturunannya, khususnya wanita, akan mendapat
resiko yang lebih besar terserang kanker tersebut. Pada studi genetik
ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu.
h. Periode menstruasi
Wanita yang mengalami menstruasi pertama lebih awal (sebelum berumur 11
tahun) atau terlambat memasuki masa menopause (di usia 60 tahun) memiliki
resiko yang lebih besar terserang kanker payudara. Wanita yang mengalami
kondisi itu terpapar hormon reproduksi estrogen lebih lama dalam hidupnya
Universitas Sumatera Utara
10
sehingga resiko terserang kanker tersebut juga lebih besar.
1.4. Gejala Kanker Payudara
Menurut Sastrosudarmo (2012), penderita kanker payudara mengalami
beberapa gejala, yaitu:
a. Muncul benjolan di bawah kulit yang berbeda dengan jaringan payudara di
sekitar payudara tersebut. Benjolan tersebut tidak menimbulkan rasa nyeri dan
biasanya memiliki batas pinggir yang tidak teratur.
b. Pada kanker stadium awal, benjolan tersebut dapat digerakkan dengan mudah
apabila didorong dengan jari tangan.
c. Pada kanker stadium lanjut, biasanya benjolan sudah melekat pada dinding
dada atau kulit di sekitar payudara. Terkadang benjolan tersebut membengkak
dan kemudian berubah menjadi borok di kulit payudara. Selanjutnya kulit
payudara tersebut akan mengkerut seperti kulit jeruk.
d. Benjolan
atau
massa diketiak
e. Terjadi perubahann ukuran atau bentuk pada payudara
f. Keluar cairan yang abnormal dari putting susu (biasanya berdarah atau bewarna
kuning sampai hijau,mungkin juga bernanah.
g. Perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun
areola (daerah berwarna coklat tua di sekeliling putting susu.
h. Payudara merah
j. Kulit di sekitar putting susu bersisik
k. Putting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal
l. Nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara
Universitas Sumatera Utara
11
1.5 Stadium Kanker Payudara
Penentuan stadium kanker penting sebagai panduan pengobatan. Staging kanker
payudara (American Joint Committee on Cancer) dalam Sastrosudarmo (2012) :
a. Stadium 0: Kanker in situ, dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya di
dalam jaringan payudara yang normal.
b. Stadium 1: Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum menyebar
keluar dari payudara.
c. Stadium IIA: Tumor dengan garis tengah 2-5 cm tumor dan belum menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak. Atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm
tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
d. Stadium IIB: Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak. eAtau tumor dengan garis tengah 2-5
cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
e. Stadium IIIA: Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama lain
atau perlengketan ke struktur lainnya, atau tumor dengan garis tengah lebih dari
5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
f. Stadium IIIB: Tumor telah menyusup keluar payudara,yaitu ke dalam kulit
payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening di
dalam dinding dada dan tulang dada.
g. Stadium IV: Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada,
misalnya ke hati, tulang atau paru-paru. Stadium lanjut pada kanker payudara
adalah stadium III dan IV.
Universitas Sumatera Utara
12
1.6 Pengobatan Kanker Payudara
a. Mastektomi
Dalam
penelitian
adalah
operasi
Lisnawati
pengangkatan
(2010)
dijelaskan
payudara,
bahwa
Mastektomi
Mastektomi
atau
operasi
dengan menghemat payudara hanya dilakukan bila indikasi terpenuhi
dan atas pemintaan pasien. Menurut Wolde (2013) dalam penelitiannya
setelah mastektomi ( ME ) akan terjadi masalah kesehatan lain,seperti seroma
dan kelenjar getah bening aksila diseksi. Seroma dikaitkan dengan rasa sakit,
ketidaknyamanan, gangguan mobilisasi dan aspirasi berulang, sering
mengakibatkan infeksi situs bedah (SSI).
b. Radioterapi
Berdasarkan
penelitian
Khotimah
(2011)
dijelaskan
radioterapi
merupakan suatu metode pengobatan penyakit kanker atau tumor yang
menggunakan teknik penyinaran dari zat radioaktif maupun radiasi
pengion lainnya. Tujuan radioterapi adalah untuk mendapatkan tingkat
sitotoksik
radiasi
terhadap
planning
target
volumepasien,
dengan
seminimal mungkin paparan (exposure) radiasi terhadap jaringan sehat
dan di sekitarnya.
c. Kemoterapi
Subekti (2010) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa kemoterapi
merupakan salah satu modalitas dalam pengobatan kanker payudara.
Universitas Sumatera Utara
13
2. KEMOTERAPI
2.1 Pengertian Kemoterapi
Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Tidak
seperti radiasi atau operasi yang bersifat lokal, kemoterapi merupakan terapi
sistemik, yang berarti obat menyebar ke seluruh tubuh dan dapat mencapai sel
kanker yang telah menyebar jauh atau metastase ke tempat lain (Rasjidi, 2007).
Kemoterapi dilakukan untuk membunuh sel kanker dengan obat anti kanker
(Melia, 2013). Frekuensi pemberian kemoterapi dapat menimbulkan beberapa
efek yang dapat memperburuk status fungsional pasien.
Kemoterapi merupakan cara pengobatan tumor dengan memberikan obat
pembasmi sel kanker yang diminum ataupun yang diinfuskan ke pembuluh darah.
Obat kemoterapi menyebar ke seluruh jaringan tubuh dan dapat membasmi sel-sel
kanker yang sudah menyebar luas di seluruh tubuh. Dalam penelitian yang
dilakukan Jim (2011) ditemukan bahwa kemoterapi memiliki dampak negatif
dalam pengobatan kanker payudara baik sebelum, selama dan setelah menjalani
kemoterapi.
2.2
Tujuan Kemoterapi
Tujuan kemoterapi pada kanker payudara menurut Rasjidi (2007):
a.
Terapi adjuvant
: Kemoterapi yang diberikan sesudah operasi,
dapat sendiri atau bersamaan dengan radiasi, dan bertujuan untuk membunuh
sel yang telah bermetastase.
Universitas Sumatera Utara
14
b. Terapi neoadjuvant
: Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi untuk
mengecilkan massa tumor, biasanya dikombinasi dengan
c. Kemoterapi primer
: Digunakan sendiri dalam penatalaksanaan tumor,
dan kemoterapi digunakan hanya untuk mengontrol
d. Kemoterapi induksi
radioterapi.
gejalanya.
: Digunakan sebagai terapi pertama dari beberapa
terapi berikutnya.
e.
Kemoterapi kombinasi
: Menggunakan 2 atau lebih agen kemoterapi
2.3 Pemilihan Obat Kemoterapi
Untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya obat yang diberikan
hendaknya “Lima Tepat Satu Waspada”, yaitu: tepat identitas. tepat jenis, tepat
dosis, tepat waktu, tepat cara, waspada ESO (Efek Samping Obat). Tidak mudah
memilih obat-obat anti kanker yang akan dipakai pada seorang penderita kanker.
Saat memilih obat yang tepat untuk
diperhatikan beberapa faktor
penderita kanker payudara perlu
seperti jenis kanker, khemosensitivitas kanker,
populasi sel kanker, presentase sel kanker, siklus pertumbuhan sel kanker, dan
imunitas tubuh.
2.4 Cara Pemberian Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan dengan beberapa cara (Rasjidi, 2007) :
a.
Pemberian per oral
Bebeapa jenis kemoterapi telah dikemas untuk pemberian peroral,
diantaranya adalah chlorambucil dan etoposide (VP-16)
b.
Pemberian secara intra-muskulus
Pemberian dengan cara ini relative lebih mudah dan sebaiknya suntikan
Universitas Sumatera Utara
15
tidak diberikan pada lokasi yang sama dengan pemberian dua tiga kali
berturut-turut yang dapat diberikan secara intra-muskulus antara lain
bleomicin dan methotreaxate.
c.
Pemberian secara intravena
Pemberian secara intravena dapat dengan bolus perlahan-lahan atau
diberikan secara
infuse (drip). Cara ini merupakan cara pemberian
kemoterapi yang paling umum dan banyak digunakan.
d. Pemberian secara intra arteri
Pemberian intra arteri jarang dilakukan karena membutuhkan sarana
yang cukup banyak, antara lain alat radiologi diagnostik, mesin, atau
alat filter, serta memerlukan keterampilan tersendiri.
2.5 Cara kerja kemoterapi
Suatu sel normal akan berkembang mengikuti siklus pembelahan sel yang
teratur. Beberapa sel akan membelah diri dan membentuk sel baru dan sel yang
lain akan mati.
Sel yang abnormal akan membelah diri dan berkembang secara tidak
terkontrol, yang pada akhirnya kana terjadi suatu massa yang dikenal sebagai
tumor. Sikus sel secara sederhana dibagi menjadi 5 tahap yaitu:
a.
Fase G0, dikenal juga sebagai fase istirahat. Ketika ada sinyal untuk
berkembang, sel ini akan memasuki fase G1.
b.
Fase G1, pada fase ini sel siap untukmembelah diri yang diperantarai
oleh beberapa protein penting untuk bereproduksi. Fase ini berlangsung
18-30 jam.
Universitas Sumatera Utara
16
c.
Fase S, disebut sebagai fase sintesis. Pada fase ini DNA sel akan di
kopi. Fase ini berlangsung 18-20 jam.
d.
Fase G2, sintesis protein terus berlanjut. Fase ini berlangsung 2-10 jam.
e.
Fase M, Sel dibagi menjadi 2 sel baru. Fase ini berlangsung 30-60
menit.
Siklus sel sangat penting dalam kemoterapi sebab obat kemoterapi
mempunyai target dan efek merusak yang berbeda bergantung pada siklus
selnya. Obat kemoterapi aktif pada saat sel sedang bereproduksi (bukan pada
fase G0), sehingga sel tumor yang aktif merupakan target utama dari
kemoterapi. Namun, oleh sel yang sehat juga bereproduksi, maka tidak
tertutup kemungkinan mereka juga akan terpengaruh oleh kemoterapi, yang
akan muncul sebagai efek samping obat (Rasjidi, 2007).
2.6 Efek Samping Kemoterapi
Kemoterapi memilki efek samping yang akan mempengaruhi kondisi fisik
ataupun psikologis pasien kanker payudara. Menurut Haiderali (2011) dalam
penelitiannya dijelaskan bahwa efek kemoterapi adalah mual dan muntah. Mual
dan muntah ini dapat dicegah atau dikurangi dengan obat . Selain efek mual dan
muntah kemoterapi juga memiliki efek samping yang paling umum terjadi selama
proses kemoterapi yang dijalani penderita kanker seperti yang dijelaskan Jim
(2011) dalam penelitiannya, yaitu:
a.
Kelelahan
Sebelum infus, peningkatan kelelahan dikaitkan dengan peningkatan
depresi. Kelelahan merupakan efek utama yang signifikan dari siklus
Universitas Sumatera Utara
17
kemoterapi,
peningkatan
kelelahan
dikaitkan
dengan
peningkatan
depresi dan menit terjaga di malam, serta penurunan aktivitas siang
hari dan keteraturan tidur / kegiatan pola. Prevalensi kelelahan selama
kemoterapi adalah 26-60%.
b.
Depresi
Depresi dikaitkan dengan kurangnya aktivitas yang dilakukan oleh
pasien, prevalensi depresi 20-39%.
c.
Tidur yang terganggu
Jim (2011) menjelaskan bahwa seminggu setelah pemasangan infus
pertama, aktivitas tidur/ activitypatterns pasien secara signifikan akan
terganggu, kemudian kembali ke pra-kemoterapi tingkat dasar 2 dan 3
minggu setelah infus pertama. Tidur kembali terganggu setelah pemasangan
infus keempat dan terus terganggu dalam minggu kedua dan ketiga setelah
infus keempat relatif terhadap baseline pra-kemoterapi, prevalensi Insomnia
79% .
d.
Aktivitas
Menurut
penelitian
kemoterapi
3.
Lyons
mengalami
efek
(2012)
banyak
samping
melakukan
pekerjaan
sehari-hari.
dilaporkan
40-74%.
AKTIVITAS
SEHARI-HARI
yang
wanita
yang
membuat
Prevalensi
menjalani
sulit
untuk
aktivitas
yang
3.1 Pengertian Aktivitas
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
Universitas Sumatera Utara
18
memerlukan hal tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pergerakan itu
sendiri merupakan rangkaian yang terintegrasi antara sistem Muskuloskeletal dan
sistem saraf. Pergerakan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: tingkat
perkembangan tubuh atau peningkatan usia akan mempengaruhi tingkat
perkembangan neuromuskuler dan perkembangan tubuh; kesehatan fisik dalam
bentuk penyakit, cacat tubuh dan immobilisasi akan mempengaruhi pergerakan
tubuh, keadaan nutrisi, kelemahan neuromuskuler dan skeletal (Dame,2006).
3.2 Pengertian Aktivitas Sehari-hari
Aktivitas Sehari-hari adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin seharihari. Aktivitas sehari-hari merupakan aktivitas pokok bagi perawatan diri. Contoh
aktivitas sehari-hari, yaitu: ke toilet, makan, berpakaian (berdandan), mandi dan
berpindah tempat (Suparyanto, 2012). Menurut Brunner & Suddarth (2002) dalam
(Suparyanto, 2012), aktivitas sehari-hari adalah aktifitas perawatan diri yang
harus dilakukan pasien untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup seharihari.
Aktivitas sehari-hari adalah keterampilan dasar dan tugas okupasional
yang harus dimiliki dan dikerjakan seseorang sehari-hari untuk merawat dirinya
secara mandiri dan memenuhi perannya sebagai pribadi dalam keluarga atau
masyarakat (Setiahardja, 2005).
3.3 Jenis-jenis Aktivitas Sehari-hari Manusia
Universitas Sumatera Utara
19
Menurut Setiahardja (2005) dalam Suparyanto (2012), jenis-jenis aktivitas
sehari-hari manusia meliputi, yaitu:
a. Aktivitas sehari-hari dasar, sering juga disebut aktivitas sehari-hari, yaitu
ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya.
Aktivitas sehari-hari meliputi : makan (memasukkan sesuatu ke dalam mulut,
kemudian mengunyah dan menelannya), mandi (membersihkan tubuh dengan
cara menyiram air dan menggunakan sabun dari
kaki),
berpakaian
(memakai
pakaian
untuk
ujung rambut sampai ujung
melindungi
tubuh
dan
memperindah tubuh), ke toilet (pergi ke fasilitas sanitasi untuk buang air
besar dan buang air kecil serta untuk mencuci tangan dan muka), kontinensia
(suatu
keadaan
moral
individu
untuk
dapat
menahan
atau
mengontrol buang air besar dan buang air kecil), berpindah tempat/ transfer
(berpindah dari satu
kursi atau satu tempat
ke tempat yang lain).
b. Aktivitas sehari-hari instrumental, yaitu aktivitas sehari-hari yang berhubungan
dengan penggunaan alat atau benda penunjang kehidupan sehari-hari seperti
menyiapkan makanan, menggunakan telefon, menulis, mengetik, mengelola
uang, dan lain-lain.
c. Aktivitas sehari-hari vokasional, yaitu aktivitas sehari-hari yang berhubungan
dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah.
d. Aktivitas sehari-hari non vokasional, yaitu aktivitas sehari-hari yang bersifat
rekreasional, kegemaran dan kegiatan untuk mengisi waktu luang.
3.4
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Sehari-hari
Universitas Sumatera Utara
20
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas manusia sehari-hari, yaitu:
a. Aktivitas sehari-hari terdiri dari aspek motorik (kombinasi gerakan
volunter yang terkoordinasi) dan aspek propioseptif (umpan balik gerakan
yang
dilakukan).
b. Aktivitas sehari-hari dasar dipengaruhi oleh : ROM (Range of Motion) sendi,
kekuatan otot, tonus otot, propioseptif, persepti visual, kognitif, koordinasi,
keseimbangan.
Menurut Setiahardja (2005), faktor yang mempengaruhi penurunan
aktivitas sehari-hari adalah kondisi fisik misalnya, yaitu: penyakit menahun,
gangguan mata dan telinga, kapasitas mental, status mental seperti kesedihan
dan depresi, penerimaan terhadap fungsi anggota tubuh, dukungan anggota
keluarga.
3.5
Indeks barthel (IB)
Indeks barthel adalah suatu alat yang digunakan untuk menilai tingkat
perawatan diri dan mengukur tingkat aktivitas harian seseorang (Lueckenotte,
2000 dalam Panggabean 2014). Menurut Setiahardja (2005), indeks barthel (IB)
berfungsi untuk mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan
mobilitas seseorang. Indeks barthel adalah suatu alat/instrumen ukur aktivitas
sehari-hari berupa kuesioner yang terdiri dari 10 item, yaitu: mengendalikan
rangsangan buang air besar, mengendalikan rangsangan buang air kecil,
membersihkan diri (sikat gigi, sisir rambut, bercukur, cuci muka), penggunaan
jamban/toilet
(masuk
ke
toilet,
melepas
pakaian,
memakai
celana,
membersihkan/menyeka, menyiram dan keluar WC), makan, berpindah posisi dari
Universitas Sumatera Utara
21
tempat tidur ke kursi dan sebaliknya, mobilitas/berjalan, berpakaian, naik-turun
tangga dan mandi (Agung, 2006). Skala skor
yaitu antara 0-20. Skor 20 =
mandiri, skor 12-19 = ketergantungan ringan, skor 9-11 = ketergantungan sedang,
skor 5-8 = ketergantungan berat, skor 0-4 = ketergantungan total.
Agung (2006), dalam penelitiannya, melakukan uji kesahilan indeks
barthel yang hasilnya adalah nilai p<0,001. Hal ini menyatakan bahwa indeks
barthel merupakan instrumen/alat ukur yang handal dan sahih yang dapat
digunakan untuk mengukur status fungsional dasar, gangguan perubahan status
fungsional dan aktivitas sehari-hari.
Tabel 3.5.1 Indeks ADL Barthel
NO
Aktivitas
Kemampuan
1.
Mengendalikan rangsangan Tidak terkendali/ tidak teratur
buang air besar (BAB)
2.
1
Terkendali teratur
2
0
menggunakan kateter
Kadangkala tidak berkemih
1
Terkendali teratur
2
Membersihkan diri (muka, Membutuhkan bantuan orang
sisir
rambut,
sikat
0
Kadangkala tidak terkendali
Mengendalikan rangsangan Tidak terkendali/
buang air kecil (BAK)
3.
Skor
0
gigi, lain
Universitas Sumatera Utara
22
4.
bercukur, cuci muka)
Mandiri
1
Penggunaan toilet
Tergantung pertolongan
0
orang lain
5.
6.
Makan
Berpindah
posisi
Perlu bantuan
1
Mandiri
2
Tidak mampu
0
Perlu pertolongan orang lain
1
Mandiri
2
dari Tidak mampu
0
tempat tidur ke kursi dan Perlu bantuan 2 orang
sebaliknya
7.
Mobilitas/ berjalan
1
Perlu bantuan satu orang
2
Mandiri
3
Tidak mampu
0
Mobilitas dengan kursi roda
1
Berjalan dengan bantuan 1
2
orang
8.
Berpakaian
Mandiri
3
Tergantung orang lain
0
Sebagian dibantu
1
Mandiri
2
Universitas Sumatera Utara
23
9.
Naik turun tangga
10
Mandi
Tidak mampu
0
Perlu pertolongan orang lain
1
Mandiri
2
Tergantung orang lain
0
Mandiri
1
Skor Total (0–20)
Total skor Indeks barthel : ....
Keterangan:
a.
Untuk setiap komponen/butir indeks barthel:
1. Mengendalikan rangsangan buang air besar (BAB). Jika membutuhkan
enema/pencahar disebut inkontinen
2. Mengendalikan rangsangan buang air kecil (BAK)
3. Kebersihan diri termasuk: sikat gigi, menyisir, bercukur,cuci muka
4. Mampu ke toilet, mencopot celana, membersihkan kotoran dari tubuh,
berpakaian dan meninggalkan toilet (mandiri)
5. Mampu mengkonsumsi makanan normal(tidak hanya berbentuk lunak), tidak
dibantu orang lain (mandiri).
Perlu bantuan: makanan dipotongkan tetapi klien makan sendiri
6. Dari tempat tidur/berbaring ke kursi/duduk
Tidak mampu: tidak ada keseimbangan atau tidak mampu duduk.
7. Mobilitas/ berjalan
Universitas Sumatera Utara
24
8. Berpakaian
9. Naik turun tangga
10. Mandi
b. Penilaian untuk setiap komponen/butir indeks ADL Barthel berdasarkan
pengamatan, wawancara penilai terhadap aktivitas actual performance (yang
benar-benar dikerjakan oleh subyek).
c. Total skor 20
: Mandiri
12-19
: Ketergantungan Ringan
9-11
: Ketergantungan Sedang
5-8
: Ketergantungan Berat
0-4
: Ketergantungan Total
Universitas Sumatera Utara
Download