PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PERUSAHAAN YANG MENDAPAT PREDIKAT INDONESIA MOST TRUSTED COMPANY 2014 Ria Angelina Rossi Nuraini Sari, S.E., M.Acc. Jurusan Akuntansi & Keuangan Universitas Bina Nusantara, Jalan Kebon Jeruk Raya No. 27 Jakarta Barat 11530, (021) 535-0660 [email protected] ABSTRACT This research was conducted in order to determine what CSR indicators disclosed by Indonesia Most Trusted Company 2014 based on GRI G4 and also to find out if there is a difference in CSR disclosures on "Trusted" and "Fair Trusted" company. The data used is secondary data. The study sample consisted of 10 companies that received the title Indonesia Most Trusted Company 2014 that published 2013 Sustainability Report and using GRI G4, and can be accessed via the company's website. This study uses content analysis followed by processing the data using descriptive statistics to determine the characteristics of CSR reporting on "Trusted" and "Fair Trusted" company. The results showed that the economic, environment, labor, human rights, society, and product indicators are disclosed although some aspects were not reported. There are differences in the "Trusted" and "Fair Trusted" company's CSR disclosure. Disclosure of environmental, human rights, society, and products indicator for the "Fair Trusted" is better than the "Trusted". Disclosure of economic and employment indicator for the "Trusted" is better than the "Fair Trusted". (RAR) Keywords: CSR, Indonesia Most Trusted Company 2014, GRI G4 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui indikator CSR apa saja yang diungkapkan perusahaan yang mendapatkan predikat Indonesia Most Trusted Company 2014 berdasarkan GRI G4 dan juga mengetahui apakah ada perbedaan pengungkapan CSR perusahaan dengan predikat “Trusted” dan “Fair Trusted”. Data yang digunakan adalah data sekunder. Sampel penelitian ini terdiri dari 10 perusahaan yang mendapat predikat Indonesia Most Trusted Company 2014 yang menerbitkan Sustainability Report tahun 2013 dan menggunakan GRI G4, serta dapat diakses melalui website perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode content analysis yang kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data menggunakan statistik deskriptif untuk mengetahui karakteristik pelaporan CSR pada perusahaan yang mendapatkan predikat “Trusted” dan “Fair Trusted”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator ekonomi, lingkungan, ketenagakerjaan, HAM, masyarakat, dan produk diungkapkan meskipun beberapa aspek tidak dilaporkan. Ada perbedaan pengungkapan CSR pada perusahaan “Trusted” dan “Fair Trusted”. Pengungkapan indikator lingkungan, HAM, masyarakat, dan produk untuk kelompok “Fair Trusted” lebih baik daripada kelompok “Trusted”. Pengungkapan untuk indikator ekonomi dan ketenagakerjaan pada kelompok “Trusted” lebih baik daripada kelompok “Fair Trusted”. (RAR) Kata Kunci: CSR, Indonesia Most Trusted Company 2014, GRI G4 1 PENDAHULUAN Perekonomian berkembang secara pesat baik di dalam maupun di luar negeri. Perkembangan tersebut tentunya membuat adanya persaingan secara global. Kondisi tersebut membuat good corporate governance (GCG) sebagai keharusan dalam rangka membangun kondisi perusahaan yang tangguh dan keberlanjutan. Penerapan konsep GCG diharapkan dapat membuat pengelolaan perusahaan menjadi lebih transparan bagi semua pihak yang berkepentingan. Krisis ekonomi yang pernah terjadi pada tahun 1997 di negara-negara Asia serta kasus Enron di Amerika Serikat merupakan awal perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance. Krisis yang terjadi dan kejatuhan Enron dipandang sebagai akibat lemahnya praktik Good Corporate Governance. (Romauli, 2012) Prinsip GCG yang dianut oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) menempatkan prinsip tanggung jawab (responsibility) sebagai pilar tegaknya GCG. Salah satu implementasi prinsip responsibility yang diterapkan yaitu dalam bentuk tanggung jawab sosial perusahaan, yang juga disebut dengan corporate social responsibility (CSR). CSR merupakan bentuk pertanggungjawaban perusahaan dalam memperbaiki kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan yang terjadi akibat aktivitas operasional perusahaan. CSR yang dilaksanakan secara konsisten dalam jangka panjang akan meningkatkan legitimasi masyarakat terhadap kehadiran perusahaan, dan diharapkan image suatu perusahaan menjadi meningkat. Konsep CSR menurut Elkington (1998) dalam Susanto (2007), digambarkan sebagai kepedulian perusahaan yang didasari oleh 3 prinsip dasar yang dikenal dengan konsep Triple Bottom Line. Konsep Triple Bottom Line ini berisi unsur 3P yaitu Profit, People, dan Planet. Arti dari konsep ini adalah perusahaan selain mengejar keuntungan untuk kepentingan shareholders (dalam hal profit), perusahaan juga harus terlibat dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat (People), serta berpatisipasi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (Planet). Menurut Nurlela (2008), konsep CSR tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, tapi harus berpijak pada triple bottom line. Hal tersebut dikarenakan kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Kewajiban pengungkapan CSR di Indonesia diatur dalam UU no 40 tahun 2007 pasal 66 ayat (2) bagian c yang menyebutkan bahwa selain menyampaikan laporan keuangan, perusahaan juga diwajibkan untuk melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Sedangkan, pasal 74 ayat (1) dinyatakan bahwa perusahaan berkewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam. Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan dalam laporan yang disebut Sustainability Report. Seperti dilansir dalam www.globalreporting.org (2015), bahwa Sustainability Report merupakan laporan yang dipublikasikan oleh perusahaan mengenai dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial yang diakibatkan oleh aktivitas operasional perusahaan sehari-hari. Sustainability Report juga menampilkan nilai-nilai dan model tata kelola perusahaan, dan mendemonstrasikan hubungan antara strategi perusahaan dengan komitmen untuk mencapai ekonomi global yang berkelanjutan. Salah satu pedoman yang dapat dipakai oleh perusahaan dalam melaksanakan kegiatan CSR adalah Global Reporting Initiative (GRI). Saat ini pedoman pelaporan CSR yang paling banyak digunakan sebagai standar yaitu GRI. GRI merupakan organisasi nirlaba internasional dengan struktur berbasis jaringan. GRI mendorong penerapan pelaporan dengan Sustainability Report sebagai cara bagi perusahaan dan organisasi agar menjadi lebih berkelanjutan dan berkontribusi pada ekonomi global yang berkelanjutan. Ketidakseragaman dalam penerapan CSR dan pelaporan dengan Sustainability Report di Indonesia, menimbulkan adanya perusahaan yang berhasil mendapat predikat Indonesia Most Trusted Company dengan rating berbeda. GRI mempunyai misi yaitu untuk membuat semua perusahaan dan organisasi dapat melaporkan kinerja dan dampak ekonomi, lingkungan, sosial, dan tata kelola mereka dalam Sustainability Report, dimana GRI membuat pedoman Sustainability Report yang tidak berbayar. Dari hanya 1 perusahaan yang membuat laporan keberlanjutan di tahun 2005, kini setelah satu dasawarsa, sudah ada sekitar 60 perusahaan yang telah membuat Laporan Keberlanjutan atau laporan CSR sampai dengan tahun 2014 ini (sra.ncsr-id.org, 2014). Berlandaskan pada standar pelaporan CSR yang disusun oleh GRI versi G4, penulis ingin melihat pengungkapan / pelaporan CSR perusahaan di Indonesia yang mendapat predikat Indonesia Most Trusted Company 2014 dengan periode pelaporan tahun 2013 berdasarkan GRI G4. Penulis juga akan membandingkan tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan yang mendapatkan predikat “Trusted” dan “Fair Trusted”. 2 Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, skripsi ini akan diberi judul: “PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PERUSAHAAN YANG MENDAPAT PREDIKAT INDONESIA MOST TRUSTED COMPANY 2014” Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka perumusan masalah yang dibentuk adalah: 1. Indikator CSR apa saja yang diungkapkan oleh perusahaan yang mendapat predikat Indonesia Most Trusted Company 2014 berdasarkan GRI G4? 2. Apakah ada perbedaan pengungkapan CSR perusahaan dengan predikat “Trusted” dan “Fair Trusted”? METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kualitatif (deskriptif) dan berupa data sekunder. Data tersebut berupa laporan keberlanjutan (Sustainability Report) perusahaan yang diperoleh dari website resmi perusahaan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang mendapat predikat Indonesia Most Trusted Company 2014, berdasarkan hasil survei majalah SWA edisi 27 tahun 2014. kriteria penentuan sampel sebagai berikut: 1. Perusahaan menerbitkan Sustainability Report tahun 2013. 2. Perusahaan menggunakan indikator GRI G4 dalam Sustainability Report tahun 2013. Berdasarkan kriteria diatas, maka didapatkan sampel sebagai berikut: Tabel 1 Perusahaan yang Memenuhi Kriteria Nama Perusahaan Kode Perusahaan 1. Astra International Tbk. ASII 2. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. BBRI 3. Bank Mandiri (Persero) Tbk. BMRI 4. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. PGN 5. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. TLKM 6. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. BBNI 7. Semen Indonesia (Persero) Tbk. SMGR 8. Indo Tambang Raya Megah, Tbk. ITMG 9. Aneka Tambang (Persero) Tbk. ANTM 10. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. PTBA Sumber: hasil olah data penulis Rating Trusted Fair Trusted Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan adalah metode content analysis, yang digunakan untuk menjelaskan dan menggambarkan pola pada pelaporan CSR. Penulis menganalisis berdasarkan kemunculan paragraf yang merefleksikan indikator GRI G4. Penilaian indikator GRI G4 dilakukan dengan menggunakan skala likert sebagai teknik analisisnya, yaitu sebagai berikut: Nilai 0 1 2 Sumber: Penulis Tabel 2 Intensity Score Keterangan Tidak ada pengungkapan sama sekali atau pengungkapan tidak sesuai indikator GRI Pengungkapan, tapi tidak lengkap Full disclosure 3 Hasil content analysis akan dianalisis menggunakan statistik deskriptif untuk mengetahui karakteristik pelaporan CSR pada perusahaan yang mendapatkan predikat “Trusted” dan “Fair Trusted”. Penulis akan melakukan perhitungan untuk mengetahui tingkat pengungkapan CSR pada 10 perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Perhitungan akan diolah dengan menggunakan Ms. Excel. Penulis akan menganalisis apakah ada perbedaan pengungkapan CSR antara perusahaan dengan predikat “Trusted” dan “Fair Trusted” dengan membandingkan 2 kelompok tersebut berdasarkan pengungkapan CSR-nya. HASIL DAN BAHASAN Indikator CSR yang Diungkapkan & Temuan Penulis Berdasarkan hasil pengolahan data penulis atas 6 indikator (Ekonomi, Lingkungan, Ketenagakerjaan, HAM, Masyarakat, dan Produk), penulis mendapatkan temuan sebagai berikut: a. Indikator Ekonomi 1. Perusahaan yang paling banyak mengungkapkan indikator ekonomi adalah ITMG dengan total skor 15 dari 18 (rata-rata skor 0.833), yang menandakan bahwa ITMG sangat memperhatikan segala keputusan ekonominya untuk dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan. 2. Perusahaan yang pengungkapannya paling sedikit untuk indikator ekonomi adalah Astra, Mandiri, dan BNI dengan total skor 7 dari 18 (rata-rata skor 0,389). 3. Indikator yang paling banyak diungkapkan oleh 10 perusahaan adalah indikator EC8 dimana kesepuluh perusahaan mengungkapkan indikator ini. Indikator yang paling sedikit diungkapkan adalah indikator EC6 yang hanya diungkapkan oleh 1 perusahaan saja yaitu ITMG. b. Indikator Lingkungan 1. Perusahaan yang paling banyak mengungkapkan indikator lingkungan adalah Semen Indonesia dan Antam dengan total skor 38 dari 68 (rata-rata skor 0,559), dimana kedua perusahaan bergerak di bidang pertambangan. Perusahaan pertambangan di Indonesia diwajibkan oleh peraturan untuk melaksanakan kegiatan CSR untuk mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan akibat segala kegiatan pertambangan ataupun operasional perusahaan. 2. Perusahaan yang paling sedikit mengungkapkan indikator lingkungan adalah Mandiri dan Telkom dengan total skor 4 dari 68 (rata-rata skor 0,059). Kedua perusahaan bergerak di bidang jasa, sehingga tidak menimbulkan dampak lingkungan yang signifikan atas kegiatan operasi perusahaan masing-masing. 3. Dari 34 indikator lingkungan, hanya 3 indikator saja yang tidak diungkapkan sama sekali oleh 10 perusahaan yaitu EN28, EN33, dan EN34. Indikator EN3 adalah satu-satunya indikator yang diungkapkan oleh 10 perusahaan. c. Indikator Ketenagakerjaan 1. Perusahaan yang paling banyak mengungkapkan indikator ketenagakerjaan adalah PGN dengan total skor 22 dari 32 (rata-rata skor 0,688). Tingginya pengungkapan indikator ketenagakerjaan di PGN menandakan bahwa PGN sangat memperhatikan kualitas pegawainya, kebebasan berserikat pegawai dan tidak membeda-bedakan pegawainya berdasarkan gender dalam hal pekerjaan. Prinsip kesetaraan dalam pekerjaan sangat ditekankan dalam PGN, yang ditandai dengan kesetaraan dalam hal gaji ataupun seperti promosi jabatan dimana semua orang berhak mendapatkan peluang yang sama. 2. Perusahaan yang paling sedikit mengungkapkan indikator ketenagakerjaan adalah Mandiri dengan total skor 6 dari 32 (rata-rata skor 0,188). Rendahnya pengungkapan indikator ini bukan menjadikan Mandiri sebagai perusahaan yang tidak memperhatikan pegawainya dengan baik. 3. Dari 16 indikator ketenegakerjaan, indikator yang paling banyak diungkapkan adalah LA1, LA10, dan LA11 dimana 9 perusahaan mengungkapkan indikator ini. Indikator yang paling sedikit diungkapkan adalah LA15 dan LA16 yang hanya diungkapkan oleh 1 perusahaan saja yaitu BRI. d. Indikator HAM 1. Perusahaan yang paling banyak mengungkapkan indikator HAM adalah BRI dengan total skor 12 dari 24 (rata-rata skor 0,500). 4 2. 3. Perusahaan yang tidak mengungkapkan indikator HAM sama sekali adalah Astra, Semen Indonesia, dan Antam. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga perusahaan tersebut masih belum memperhatikan HAM baik di dalam lingkungan perusahaan sendiri maupun di luar perusahaan. Indikator sosial dalam 3 perusahaan tersebut lebih ditekankan pada masyarakat, produk, dan ketenagakerjaan. HAM sendiri adalah salah satu aspek penting yang harus diperhatikan, seperti untuk mengetahui seperti apa perlakuan karyawan di dalam perusahaan, apakah perusahaan memperlakukan karyawan dengan baik atau tidak, apakah ada diskriminasi di dalam perusahaan. Hal-hal seperti ini bisa menjadi tolok ukur bagi para pekerja baru yang ingin bekerja di perusahaan-perusahaan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah memperlakukan karyawannya dengan baik. Tidak diungkapkannya aspek HAM ini bisa menjadi bayangan bahwa perusahaan tersebut bisa saja melakukan karyawannya dengan tidak adil, dan ada diskriminasi antar karyawan. Indikator HAM yang paling banyak diungkapkan adalah HR4, dimana indikator tersebut diungkapkan oleh 6 perusahaan, yang menandakan bahwa perusahaan menjamin kebebasan berserikat karyawannya yang ditandai dengan adanya serikat pegawai. Indikator HR9 dan HR12 adalah indikator HAM yang tidak diungkapkan sama sekali oleh 10 perusahaan yang menjadi sampel penelitian penulis. e. Indikator Masyarakat 1. Perusahaan yang paling banyak mengungkapkan indikator masyarakat adalah Bukit Asam dengan total skor 9 dari 22 (rata-rata skor 0,409). 2. Perusahaan yang paling sedikit mengungkapkan indikator masyarakat adalah ITMG dengan total skor 2 dari 22 (rata-rata skor 0,091). 3. Indikator masyarakat yang paling banyak diungkapkan adalah SO1 dimana 10 perusahaan mengungkapkan indikator ini. Indikator SO10 adalah indikator yang tidak diungkapkan oleh 10 perusahaan sama sekali. f. Indikator Produk 1. Perusahaan yang paling banyak mengungkapkan indikator produk adalah BRI dengan total skor 16 dari 18 (rata-rata skor 0,889). Hal ini menunjukkan bahwa BRI memperhatikan betul produkproduknya sebelum diterbitkan kepada masyarakat. Caranya adalah dengan memperhatikan segala aspek terkait seperti keselamatan pelanggan, pelabelan, pemasaran, privasi pelanggan, dan kepatuhan terhadap UU. Aspek terpenting untuk perusahaan yang bergerak di bidang perbankan seperti BRI adalah privasi pelanggan. Banyak kejadian seperti privasi pelanggan bisa bocor ke publik dan disalahgunakan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang bisa merugikan si pelanggan itu sendiri. Oleh karena itu, segala aspek dalam indikator produk harus diperhatikan dengan baik dan mendetail untuk mencegah hal-hal buruk yang tidak diinginkan. 2. Perusahaan yang sama sekali tidak mengungkapkan indikator produk adalah Mandiri. 3. Indikator produk yang paling banyak diungkapkan adalah PR7, dimana 7 dari 10 perusahaan mengungkapkan indikator ini. Indikator PR2 dan PR6 adalah indikator yang paling sedikit diungkapkan, dimana hanya 2 dari 10 perusahaan saja yang mengungkapkan. Perbedaan Pengungkapan CSR Perusahaan “Trusted” & “Fair Trusted” Dibawah ini disajikan tabel 3 yang menjelaskan perbedaan pengungkapan CSR perusahaan “Trusted” maupun “Fair Trusted”. Total skor per indikator untuk perusahaan “Trusted” didapat dari hasil rata-rata 9 perusahaan yang masuk dalam kelompok “Trusted”. Total skor per indikator untuk perusahaan “Fair Trusted” didapat dari nilai skor 1 perusahaan yang masuk dalam kelompok “Fair Trusted”. Tabel 4.3 Perbedaan Pengungkapan CSR Perusahaan “Trusted” & “Fair Trusted” Indikator “Trusted”* “Fair Trusted” Ekonomi Total skor indikator: Rata-rata skor: 10,11 0.562 Total skor indikator: Rata-rata skor: 8 0.444 Lingkungan Total skor indikator: Rata-rata skor: 18,44 0.271 Total skor indikator: Rata-rata skor: 25 0.368 5 Indikator “Trusted”* “Fair Trusted” Ketenagakerjaan Total skor indikator: Rata-rata skor: 14,11 0.441 Total skor indikator: Rata-rata skor: 12 0.375 HAM Total skor indikator: Rata-rata skor: 3,44 0.144 Total skor indikator: Rata-rata skor: 11 0.458 Masyarakat Total skor indikator: Rata-rata skor: 5,22 0.237 Total skor indikator: Rata-rata skor: 9 0.409 Produk Total skor indikator: Rata-rata skor: 7,22 0.401 Total skor indikator: Rata-rata skor: 12 0.667 Sumber: hasil olah data penulis *Trusted: hasil rata-rata 9 perusahaaan Dari tabel 3 diatas, dapat dilihat bahwa ada perbedaan pengungkapan CSR yang signifikan antara Trusted dengan Fair Trusted Company. Pengungkapan indikator lingkungan, HAM, masyarakat, dan produk masih tergolong sangat rendah untuk kelompok Trusted Company. Pengungkapan untuk indikator ekonomi dan ketenagakerjaan kelompok Trusted Company lebih tinggi daripada kelompok Fair Trusted. Dari 26 perusahaan yang menjadi populasi penelitian penulis, hanya 10 perusahaan yang bisa dijadikan sampel penelitian. 9 perusahaan diantaranya termasuk ke dalam kelompok Trusted Company, sedangkan 1 perusahaan sisanya berada dalam Fair Trusted Company. Penulis menemukan kelompok Fair Trusted lebih baik dalam pengungkapan CSR-nya untuk indikator lingkungan, HAM, masyarakat, dan produk dibandingkan dengan kelompok Trusted. Perusahaan yang terdapat pada kelompok Fair Trusted yaitu Bukit Asam memiliki pengungkapan CSR yang baik untuk indikator lingkungan, HAM, masyarakat, dan produk dikarenakan banyaknya aspek-aspek yang diungkapkan. Aspek-aspek yang dilaporkan oleh Bukit Asam antara lain: a. Lingkungan: bahan, energi air, keanekaragaman hayati, emisi, efluen dan limbah, produk dan jasa, kepatuan, lain-lain. b. HAM: kepegawaian, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, pelatihan dan pendidikan. c. Masyarakat: masyarakat lokal, anti korupsi, anti persaingan, kepatuhan. d. Produk: kesehatan dan keselamatan pelanggan, pelabelan produk dan jasa, komunikasi pemasaran, privasi pelanggan, kepatuhan. Penulis juga menemukan bahwa predikat Trusted ataupun Fair Trusted Company tidak menjadikan ukuran suatu perusahaan baik dalam melaporkan atau mengungkapkan CSR-nya. Kenyataannya masih ada perusahaan yang tidak melaporkan kegiatan CSR-nya. Perusahaan yang sudah mendapatkan kepercayaan masyarakat di Indonesia seharusnya melaporkan segala bentuk CSR-nya dengan membuat Sustainability Report. Pemberian predikat Trusted maupun Fair Trusted Company kepada perusahaan-perusahaan di Indonesia juga tidak akan sama setiap tahunnya. Setiap tahunnya akan muncul nama-nama perusahaan lain yang masuk dalam predikat tersebut. Semua perusahaan yang sudah go public di Indonesia, baik yang mendapat predikat Trusted dan Fair Trusted atapun yang tidak mendapatkan predikat sama sekali, diharapkan bisa melaporkan kegiatan CSR-nya dalam Sustainability Report. Sustainability Report merupakan informasi penting yang menggambarkan sejauh mana kepercayaan masyarakat pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Analisis Hasil Penelitian Chariri dan Ghozali (2007) menyebutkan bahwa kelangsungan hidup perusahaan bergantung pada dukungan stakeholders dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Semakin kuatnya stakeholders, semakin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi dengan stakeholders. Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan stakeholdersnya. Dialog antara perusahaan dengan stakeholders yang dimaksud adalah melalui Sustainability Report yang diterbitkan oleh perusahaan. Sustainability Report ini juga mencerminkan salah satu aspek good corporate governance yaitu responsibility. 6 Undang-undang yang berlaku di Indonesia belum mewajibkan perusahaan untuk membuat Sustainability Report. Pasal 66 (2) bagian c UU Perseroan Terbatas no 40 tahun 2007 mewajibkan perusahaan melaporkan CSR selain laporan keuangan. Pasal tersebut diimplementasikan dengan perusahaan melaporkan CSR-nya dalam Annual Report, tidak di dalam Sustainability Report. Dilansir dalam www.swa.co.id (2015), bahwa Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan mengeluarkan aturan yang mewajibkan bank meminta laporan keberlanjutan dari perusahaan sebelum menyetujui permintaan kredit dari calon debitornya. Jika debitornya bermasalah atau tidak ramah lingkungan, bank yang membiayainya juga ikut terseret. Disamping itu, ada manfaat lain dari aturan tersebut, yaitu investor luar negeri akan lebih memilih perusahaan yang memiliki laporan keberlanjutan berstandar dunia saat memutuskan untuk berinvestasi di satu perusahaan. Laju investasi asing juga dipengaruhi oleh seberapa bagus perusahaan membuat laporan tersebut. Perusahaan-perusahaan di Indonesia sendiri sudah ada yang membuat Sustainability Report secara sukarela meskipun UU di Indonesia belum mewajibkan dan aturan baru dari OJK belum diresmikan. Perusahaan yang mendapat predikat Indonesia Most Trusted Company 2014 sendiri masih banyak yang belum melaporkan CSR-nya dalam Sustainability Report, terutama untuk yang periode 2013. Pelaporan keberlanjutan di Indonesia saat ini mengacu pada standar GRI. Hasil analisis dan pembahasan penulis mengungkapkan bahwa perusahaan Indonesia Most Trusted Company 2014 masih banyak yang belum mengungkapkan aspek-aspek dari indikator ekonomi, lingkungan, ketenagakerjaan, HAM, masyarakat, dan produk. Perbedaan pengungkapan CSR pada kelompok Trusted dan Fair Trusted juga terlihat jelas. Pengungkapan aspek-aspek dari indikator lingkungan, HAM, masyarakat, dan produk pada perusahaan Fair Trusted yaitu Bukit Asam lebih baik dibanging perusahaan Trusted. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. 2. Berdasarkan hasil pembahasan penulis, dalam Sustainability Report 10 perusahaan yang mendapat predikat Indonesia Most Trusted Company 2014, dapat diketahui bahwa indikator ekonomi, lingkungan, ketenagakerjaan, HAM, masyarakat, dan produk diungkapkan baik dengan detail maupun tidak detail. Hal ini dikarenakan standar baru G4 menerapkan konsep materialitas dimana aspek-aspek yang dianggap material, pelaporan kinerja harus dilakukan dengan mendalam. Aspek-aspek kurang material bisa dilaporkan, namun dengan lebih dangkal. Pengungkapan indikator lingkungan, HAM, masyarakat, dan produk untuk kelompok “Fair Trusted” lebih baik daripada kelompok “Trusted”. Pengungkapan untuk indikator ekonomi dan ketenagakerjaan pada kelompok “Trusted” lebih baik daripada kelompok “Fair Trusted”. Predikat “Trusted” ataupun “Fair Trusted” tidak menjadikan ukuran bahwa perusahaan baik dalam mengungkapkan atau melaporkan CSR-nya. Dari 26 perusahaan yang ingin penulis jadikan sampel penelitian, hanya 10 perusahaan saja yang dapat penulis jadikan sampel penelitian. Belum adanya UU di Indonesia yang mengatur perusahaan wajib membuat Sustainability Report menjadi salah satu alasan masih sedikitnya perusahaan di Indonesia yang membuat Sustainability Report. Sustainability Report merupakan informasi penting bagi para pemangku kepentingan, sebagai gambaran bagaimana perusahaan menjalankan kegiatan operasionalnya, seperti untuk mengetahui apakah perusahaan memperhatikan aspek ekonomi, lingkungan dan sosial. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengungkapan Sustainability Report perusahaan yang mendapatkan predikat Indonesia Most Trusted Company 2014 masih sangat rendah, karena masih sedikitnya perusahaan yang membuat Sustainability Report menggunakan GRI G4 dan juga masih rendahnya aspek-aspek dari 6 indikator utama CSR yang diungkapkan. Saran Dari hasil simpulan yang didapatkan, maka saran penulis dari penelitian ini: 1. Bagi perusahaan. Perusahaan dalam kelompok “Trusted” maupun “Fair Trusted” harus memperbaiki pengungkapan CSR-nya untuk mengungkapkan seluruh indikator utama CSR. Tidak boleh ada 1 indikator pun yang tidak dilaporkan. 6 indikator utama CSR (ekonomi, lingkungan, ketenagakerjaan, HAM, masyarakat, dan produk) sangat penting untuk dilaporkan oleh perusahaan. 2. Bagi pemerintah. Pemerintah harus membuat peraturan yang mewajibkan perusahaan-perusahaan go public di Indonesia untuk membuat Sustainability Report. Standar yang digunakan mengacu pada GRI G4. 7 3. Penelitian selanjutnya. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian pada perusahaan yang mendapatkan predikat Indonesia Most Trusted Company 2015, untuk melihat apakah pengungkapan CSR perusahaan yang mendapatkan predikat Indonesia Most Trusted Company 2015 lebih baik dibandingkan dengan yang tahun sebelumnya (terutama untuk perusahaan yang mendapatkan predikat Indonesia Most Trusted Company 2014 dan 2015 berturut-turut). REFERENSI Ardianto, E. & Machfudz, D.M. (2011). Efek Kedermawanan Pebisnis dan CSR. Jakarta: Elex Media Komputindo. Argandona, A. & Holvik, H.W. (2009). Corporate Social Responsibility: One Size Does Not Fit All (Collecting Evidence from Europe). Journal of Business Ethics, 89, p.221-234. Brew, P. (2008). CSR benefits for the community. International conference on CSR. Denpasar. Burhan, A.H., dan Rahmanti, W. (2012). The Impact of Sustainability Report on Company Performance. Journal of Economics, Business, and Accountancy Ventura vol. 15, no. 2, 257-272. Chariri, A. & Ghozali, I. (2007). Teori Akuntansi. Fakultas Ekonomi : Universitas Diponegoro Semarang. FCGI. (2011). http://www.fcgi.or.id/corporate-governance/about-good-corporate-governance.html Frondika, Defri. (2012). Analisis Perbandingan Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan Tambang yang Terdaftar di BEI Tahun 2011 Berdasarkan Global Reporting Initiative (GRI) G3.1. Thesis S1 tidak dipublikasikan. Universitas Bina Nusantara, Jakarta. Gond, J.P. & Moon, J. (2011). Corporate social responsibility in retrospect and prospect: Exploring the life-cycle of an essentially contested concept. Nottingham University Business School. Global Reporting Initiative. (2013). G4 Sustainability Reporting Guidelines (Bahasa Indonesia). Retrieved February 1, 2015 from https://www.globalreporting.org Hadi, N. (2011). Corporate Social Responsibility. Yogyakarta: Graha Ilmu. ISO 26000. (2010). Guidance on Social Responsibility. Retrieved 2015, http://www.iso.org/iso/home/standards/iso26000.htm KNKG. (2014). Good Corporate Governance. Diakses 16 Januari 2015. http://knkgindonesia.com/home/news/95-good-corporate-governance.html Markley, A. (2008). Limits of Corporate Social Responsibility. http://www.visionandvalues.org/2008/02/thelimits-of-corporate-social-responsibility/ McGraw, Peter & Dabski, Suzanna. (2010). CSR Reporting in Australia’s Largest Company. Michelon, G. & Parbonetti, A. (2010). The Effect of Corporate Governance on Sustainability Disclosure. Springer Science and Business. NCSR. (2014). Sustainability Reporting Award (SRA). Diakses 4 September 2015. http://sra.ncsrid.org/sustainability-reporting-award-sra-2014/ Nurlela, R. & Islahuddin. (2008). Pengaruh corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan dengan persentase kepemilikan manajemen sebagai variabel moderating. Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN). (2011). PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Jakarta: Menteri Badan Usaha Milik Negara. Peraturan Pasar Modal Bapepam LK X.K.6. (2012). Retrieved 2015. http://www.bapepam.go.id/pasar_modal//regulasi_pm/peraturan_pm/X/X.K.6.pdf Prahadi, Y. (2015). Bikin Laporan Keberlanjutan, Ini Manfaatnya buat Perusahaan. Diakses 25 Agustus 2015. http://swa.co.id/business-strategy/management/bikin-laporan-keberlanjutan-ini-manfaatnya-buatperusahaan Rachman, A. (2013). Analisis Pelaporan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Perusahaan Sektor Pertambangan Dan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar di BEI Tahun 2011 Berdasarkan GRI G3.1. Thesis S1 tidak dipublikasikan. Universitas Bina Nusantara, Jakarta. Rahayu, S. (2010). Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan corporate social responsibility dan good corporate governance sebagai variabel pemoderasi. Skripsi S1 tidak dipublikasikan, Universitas Diponegoro, Semarang. 8 Ramdhaningsih, A. & Utama, I.M.K. (2013). Pengaruh Indikator Good Corporate Governance dan Profitabilitas pada Pengungkapan Corporate Social Responsibility. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol.3, (2). http://ojs.unud.ac.id/index.php/Akuntansi/article/view/5515/4185 Redaksi Media CSR. (2014). Tiga Permasalahan Umum Pada Publikasi CSR Perusahaan. Disadur oleh Galih Mustika dari http://www.csrwire.com/blog/posts/1388-sustainability-stories-three-common-marketingmistakes. Diakses 23 Januari 2015. http://www.mediacsr.net/agenda/item/244-tiga-permasalahanumum-pada-publikasi-csr-perusahaan.html Romauli, R. (2012). Implementasi ISO 26000 dan Pelaporan serta Pengungkapan Berdasarkan Standar Global Reporting Initiative (Studi Kasus Pada PT. Indah Kiat Pulp and Paper, Tbk). Thesis S2 dipublikasikan. Universitas Indonesia, Jakarta. Ruhliana, U. (2008). Membangun CSR berbasis masyarakat. Diakses 23 Januari 2015. https://djarumbeasiswaplus.org/artikel/content/1/Membangun-CSR-Berbasis-Masyarakat/ Samalanga, D. (2014). Sustainability Reporting Award (SRA) 2014. Diakses 1 September 2015. http://sra.ncsrid.org/sustainability-reporting-award-sra-2014/ Santy. (2012). Analisis Pelaporan CSR pada Perusahaan-Perusahaan Pertambangan Batubara di Indonesia dan Australia yang Tercatat di Bursa Saham Masing-Masing Negara. Thesis S1 tidak dipublikasikan. Universitas Bina Nusantara, Jakarta. Sugiarsono, J. 18 Desember, (2014). Wajah GCG di Korporasi Indonesia dan Pentingnya Kultur Pembelajar. SWA. p.26-34. Suryadi, D. 18 Desember, (2014). Emiten Terpercaya Bidikan Pelaku Pasar Modal. SWA. p.50-53. Susanto, A. (2007). Corporate social responsibility: A strategic management approach. Jakarta: The Consulting Group. Sutedi, A. (2011). Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika. Undang-Undang Republik Indonesia no 4 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Undang-Undang Republik Indonesia no 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Valenta, F. (2014). Pengaruh Good Corporate Governance, Corporate Social Responsibility, Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Thesis S1 tidak dipublikasikan. Universitas Atma Jaya, Jakarta. Widianto, H.S. & Prastiwi, A. (2011). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Ukuran Perusahaan, dan Corporate Governance terhadap Praktik Pengungkapan Sustainability Report (Studi pada Perusahaan-Perusahaan yang Listed (Go-Public) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 20072009). Undergraduate Thesis, Universitas Diponegoro. Widirahmanti, N.P. (2008). Analisa Perbandingan Pengungkapan CSR pada Perusahaan Besar dan Kecil yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Thesis S1 tidak dipublikasikan. Universitas Bina Nusantara, Jakarta. Wibisono, Y. (2007). Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Gresik: Fascho Publisihing. Widyaningtyas, F. (2011). Analisis Pola Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang Tedaftar di Bursa Efek Indonesia (Tahun 2007-2009). Thesis S1 dipublikasikan, Universitas Jember, Semarang. Zeptian, A. dan Rohman, A. (2013). Analisis Pengaruh Penerapan Corporate Governance, Struktur Kepemilikan, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba pada Perbankan. Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 2, No. 4, diakses 14 Februari 2015 dari http://www.ejournals1.undip.ac.id/index.php/accounting/article/view/4456 RIWAYAT PENULIS Ria Angelina Rossi lahir di Jakarta, 4 Juni 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang akuntansi pada 2015. Penulis aktif di Binus Tax Centre Volunteer. 9