BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penuaan kulit ditandai dengan kulit kering, tipis, tidak elastis, keriput
karena pecahnya kolagen dan rusaknya sintesa kolagen, kematian sel-sel kulit
tidak dibarengi dengan pembentukan kulit baru, warna kulit tidak merata,
kekurangan dan kelebihan pigmen pada kulit. Penuaan kulit sebagian besar
disebabkan oleh radiasi sinar matahari. UV A dan B dalam sinar matahari
menginduksi terbentuknya Reactive Oxygen Species (ROS) dalam kulit dan
mengakibatkan stress oksidatif bila jumlah ROS tersebut melebihi kemampuan
pertahanan antioksidan dalam sel kulit (Dipahayu dkk, 2014).
Perawatan utama untuk mencegah penuaan kulit karena stres oksidatif
adalah pemakaian produk tabir surya sedangkan untuk perawatan sekunder
adalah pemakaian produk yang mengandung antioksidan seperti polifenol.
Asupan antioksidan didapat secara oral ataupun topikal dengan dioleskan pada
kulit. Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan telah dikembangkan
untuk digunakan secara topikal maupun oral untuk meminimalkan efek
perusakan dan mencegah kondisi patologi maupun fisiologi terkait dengan stres
oksidatif (Dipahayu dkk, 2014).
Tanaman pegagan (Centella asiatica) merupakan salah satu tanaman
Indonesia yang memiliki khasiat sebagai antioksidan, sehingga bisa
dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif terapi dalam mencegah proses
penuaan kulit. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa ekstrak herba
pegagan memiliki efek antiaging yang dibuktikan dengan pemberian oral
ekstrak herba pegagan sebanyak 50 mg lebih banyak meningkatkan kolagen
dibandingkan vitamin C 9 mg (Herawati, 2014). Dalam tumbuhan pegagan
senyawa yang berperan sebagai antioksidan adalah golongan senyawa polifenol
(flavonoid) dan triterpenoid yang keduanya memiliki sifat yang berbeda.
Senyawa flavonoid merupakan senyawa polar dan triterpenoid merupakan
senyawa non polar.
Untuk mengatasi perbedaan sifat kedua senyawa tersebut bisa diatasi
dengan bentuk sediaan emulsi, karena emulsi merupakan sedian dua fase yang
1
Optimasi Formula Self-Nano..., Lulu Habibah Widyaningtias, Fakultas Farmasi UMP, 2017
terdiri dari fase air dan fase minyak yang kemudian distabilkan menggunakan
surfaktan. Namun dalam jangka waktu panjang sediaan emulsi ini tidak stabil
dan mudah rusak karena penambahan energi. Untuk mengatasinya
bisa
dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel dengan pembuatan nanoemulsi.
Nanoemulsi merupakan sistem emulsi yang transparent, dan memiliki ukuran
partikel 50 nm- 500 nm sehingga mudah diserap oleh tubuh dan meningkatkan
bioavailabilitasnya (Ben, 2013).
Untuk meningkatkan bioavailabilitas obat yang sukar larut, maka
digunakanlah metode Self-Nano Emulsifying Drug Delivery System (SNEDDS)
yang merupakan metode penghantaran obat dengan pembuatan campuran
isotropik minyak, surfaktan, kosurfaktan dan obat yang mampu membentuk
nanoemulsi minyak dalam air secara spontan di dalam saluran cerna dan
menghasilkan ukuran tetesan yang berukuran nanometer (Wardhani, 2016).
Dalam menentukan komponen SNEDDS perlu dilakukan optimasi, karena
kombinasi yang tepat dari minyak, surfaktan, dan kosurfaktan akan
menghasilkan droplet halus nanoemulsi minyak dalam air di usus halus
(Wahyuningsih dkk, 2015). Untuk optimasi formula dibantu dengan design DOptimal karena pendekatan formula ini tidak bergantung pada batas nominal
tertentu, sehingga dapat lebih mudah dalam menyusun komponen optimasi
formula.
Penelitian ini ditujukan untuk studi pendahuluan dalam mengembangkan
formulasi SNEDDS ekstrak herba pegagagan dalam memilih kombinasi
komponen yang digunakan (fase minyak, surfaktan, dan co-surfaktan) secara
optimal dalam melarutkan ekstrak pegagan dengan bantuan design D-optimal.
B. Rumusan Masalah
1. Berapa konsentrasi tertinggi dan terendah masing – masing komponen
yang menghasilkan daerah nanoemulsifikasi?
2. Berapa komposisi formula optimum SNEDDS ekstrak herba pegagan yang
dihasilkan oleh metode design D – Optimal ?
2
Optimasi Formula Self-Nano..., Lulu Habibah Widyaningtias, Fakultas Farmasi UMP, 2017
3. Apakah metode design D-Optimal dapat memberikan respon perkiraan
yang tidak berbeda bermakna dengan respon hasil percobaan yang dibuat
pada kondisi optimum?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui
konsentrasi tertingi dan terendah dari masing – masing
komponen yang menghasilkan daerah nanoemulsifikasi.
2. Mengetahui komposisi formula optimum SNEDDS ekstrak herba pegagan
yang dihasilkan dari metode design D-Optimal.
3. Mengetahui metode design D-Optimal dapat memberikan respon perkiraan
yang tidak berbeda bermakna dengan respon hasil percobaan pada kondisi
optimum
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini yaitu diperolehnya komposisi formula
SNEDDS ekstrak herba pegagan yang optimal.
3
Optimasi Formula Self-Nano..., Lulu Habibah Widyaningtias, Fakultas Farmasi UMP, 2017
Download