JETri, Volume 2, Nomor 1, Agustus 2002, Halaman 1-12, ISSN 1412-0372 BOLA PETIR SEBAGAI BENTUK PELEPASAN MUATAN LISTRIK: SUATU KAJIAN TEORITIKAL Syamsir Abduh Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Univeristas Trisakti Abstract In order to understand the atmospheric or lightning surges it would be important to understand the theory behind lightning.. This paper presents a review of literature of ball lightning as a discharge phenomenon. It is assumed that ball lightning is produced and sustained by the electric fields associated with charges from a lightning strike dispersing along preferred conducting paths in the earth. The theory gives an explanation of the formation, lifetime, energy sources and motion of a ball lightning. Keywords: ball lightning, lightning strike, discharge phenomenon 1. Pendahuluan. Banyak penelitian telah mengemukakan bahwa bola petir adalah suatu bentuk pelepasan muatan listrik yang bervariasi dan berkelanjutan dalam waktu microsecond. Meskipun banyak pengamatan yang berbeda di dalam medan/ruang terjadinya bola petir, namun pada prinsipnya kesemuanya itu bertujuan untuk memberikan suatu dasar pengertian yang bisa dijadikan suatu perbandingan dalam menjelaskan proses terjadinya bola petir. Dalam penjelasannya, persamaan-persamaan Poisson adalah suatu metode pendekatan yang dapat memberikan suatu pemahaman dari suatu persamaan elektron dan pergerakan ion dalam menjelaskan terjadinya bola petir. Proses terjadinya bola petir (Lowke, 2002: 2) biasanya dihasilkan oleh sambaran petir lokal dan ini terlihat serupa dengan bola bercahaya dengan diameter kira-kira 1-25 cm menyerupai seperti lampu pijar yang berintensitas 20 Watt, berjarak sekitar 1m diatas tanah dan memiliki pergerakan kecepatan sebesar 3 m/det, berdurasi selama kurang lebih 10 detik. Meskipun sudah banyak penelitian dan percobaan mengenai hal ini, tetapi belum ada suatu penjelasan yang lengkap dan menyeluruh tentang terjadinya bola petir. Hasil penelitian di dalam ruangan dan di pesawat, menjumpai bahwa bola petir yang melintasi jendela kaca yang tertutup tidak menyebabkan kerusakan sedikitpun pada kaca tersebut. Berbagai JETri, Tahun Volume 2, Nomor 1, Agustus 2002, Halaman 1-12, ISSN 1412-0372 pengamatan, produksi panas yang tergabung dalam bola petir tidak bisa diamati (Uman, 1988: 10). Panas yang terdapat pada bola petir bisa menghanguskan papan kayu (Keunen, 1998: 5). Terbentuknya ozone dan nitrogenoksida sesudah bola petir terjadi, dapat mengakibatkan gangguan pada transistor radio penerima. Selain teori-teori yang telah dikemukakan di atas, ada pula pengamatan yang dinyatakan sebagai “teori khayal”. Teori ini menerangkan keadaan tetap dari bola petir yang bertahan lebih dari 10 detik. Pada saat petir menyambar satu titik di permukaan bumi, beberapa muatan yang umumnya negatif berpindah dari awan menuju bumi dengan melalui busur petir. Muatan positif juga berpidah dari bumi ke awan dalam waktu 1 mdet. Dalam hal ini, diasumsikan bahwa bumi adalah konduktor yang terbaik untuk penyebaran muatan. Penyebaran muatan pada jarak yang lebar dari sambaran petir yang ber-ion negatif (ion negatif ini memiliki mobilitas yang lebih rendah) adalah pada air adalah 10 3 Cm2 / V / det , sementara itu penyebaran muatan pada jarak yang luas, yaitu dari suatu titik tempat sambaran petir yang bergerak sepanjang jalur kawat pijar yang berdekatan dengan permukaan bumi akan menghasilkan medan listrik diatas bumi dan srterusnya menjadi sumber energi dan pergerakan bola petir. 2. Pergerakan Muatan di tanah. Bola petir selalu terlihat pada saat setelah sambaran petir terjadi. Kebanyakan sambaran petir memiliki panjang gelombang sebesar 35000 Angstrom pada arus puncaknya dengan durasi kurang lebih 1mdet. Pergerakan muatan ditanah, terutama muatan negatif menyebabkan terjadinya percikan api pada temperatur 20oC (Uman, 1987: 12). Pergerakan muatan ditanah selain ditentukan oleh temperatur juga dipengeruhi oleh jarak busur api yang terjadi (1 cm dari permukaan tanah) (Lowke, 2002: 8). 3. Pergerakan Muatan pada Periode Awal Kegagalan Medan listrik E yang diperoleh dari sebuah muatan pada sebuah bola yang radiusnya, R = 1 cm, suhu 20o C, E = 1013 kV/cm. Berdasarkan persamaan Poisson, Et = q / [4(3.14)] o R2, terlihat bahwa kegagalan listrik ketika terjadinya sambaran petir berjalan seperti kegagalan pada gas pada proses pelepasan muatan pada kawat pijar. Selanjutnya, persamaan Poisson dapat dimodifikasi seperti Persamaan (1) dimana diasumsikan bahwa 2 Syamsir Abduh, Bola Petir Sebagai Bentuk Pelepasan Muatan Listrik: Satu Kajian Teorikal pelepasan muatan dianggap berbentuk bola. Maka dengan metode Davies et al dapat ditentukan persamaan Ec seperti berikut (Davies, 1971: 54), Ec q 2 Rc2 1 Rc L 1 Rs L (1) dimana: R = jarak L = panjang (jauh) pergerakan muatan. 4. Pergerakan Muatan yang Jauh dari Petir. Penyebaran muatan-muatan pada material seperti air, granit, batuan, dimana terdapat perbedaan jarak dengan pergerakannya sepanjang konduktor sehingga menyebabkan tidak adanya elektron yang bebas pada konduktor pada saat muatan-muatan pada petir menghantam material yang ada. Muatan listrik bumi akan lebih memilih untuk bergerak disepanjang jalur yang resistansi listriknya rendah. Arah pergerakan muatan dapat berubah jika terdapat perubahan pada orientasi dari jalur penghantar yang dipengaruhi oleh mobilitas pembawa dan resistivitas mineral di bumi. Pada saat menyentuh permukaan bumi, petir lebih cenderung untuk memilih bagian yang konduktivitasnya tinggi. Berdasarkan penjelasan diatas, maka kecepatan pergerakan dari bola petir juga ditentukan oleh kecepatan muatannya di permukaan bumi. Pada pada proses terjadinya bola api dari sambaran petir diketahui bahwa mobilitas elektron yang mengisolasi medium memiliki lebar jarak sebesar (Scmidt, 1994: 17): Polimer : 10 6 Cm2 / V / det Air : 1,8 x10 3 Cm 2 / V / det Organik cair : 0,1 Cm 2 / V / det . Diketahui juga pada (Kittel, 1986: 11): Tembaga : 35Cm2 / V / det Kristal : 103 104 Cm 2 / V / det . Penyebaran muatan dapat melalui ion, khususnya ion negatif yang mobilitasnya diketahui sebesar 10-3 cm2 V-1 s-1 (Scmidt, 1994: 17). 3 JETri, Tahun Volume 2, Nomor 1, Agustus 2002, Halaman 1-12, ISSN 1412-0372 Bola petir memiliki kecepatan 3 m/det merupakan medan yang minimum untuk memungkinkan terjadinya pelepasan muatan pada tekanan atmosfir di udara yang diperkirakan sebesar 5 kV/Cm (Phelps & Griffith 1976: 13).Pada waktu konstan maka: (1/n e) n e/ t = -1/ dimana : n e = ketergantungan waktu dari muatan. Selanjutnya, diperoleh suatu persamaan kontinuitas elektron: ne t .J (2) J didefinisikan sebagai rapat fluks, dengan menggunakan j = - n e E dan persamaan poisson untuk E, maka E = -ene / o. Dengan menggangap bahwa ne, , dan terletak pada posisi yang bebas, maka didapatkan persamaan kontinuitas elektron, untuk = / ne e. Dengan menggunakan harga-harga untuk keadaan pada air, dengan = 1,8 x 10-3 Cm2 / V / det , untuk konstanta dielektrik K = 80 dengan = K o, dan = 10 s, maka rapat ruang muatan = 109 cm-3. Pada aplikasinya, turunan dari di lambangkan sebagai = / , dimana = neq e dan disebut sebagai waktu pengenduran dielektrik (Mott & Davis, 1971: 7). Konduktivitas listrik diperoleh dari penaksiran perbandingan terbalik terhadap resistivitas. Prinsip perubahan dalam distribusi muatan listrik yang terhubung dengan sambaran petir (Malan, 1998: 3), yaitu: 1. Pembangunan muatan listrik negatif di dalam pusat awan petir, interaksi antara angin dan hujan yang jatuh dan tergabung di awan. 2. Perpindahan yang sangat cepat melalui hantaran yang sangat tinggi pada sambaran petir, muatan positif berpindah dari bumi menuju awan dan muatan negatif berpindah dari awan menuju ke bumi yang selanjutnya akan menjauh untuk beberapa meter seperti gambar 1. 3. Penyebaran muatan elektron yang begitu banyak di sepanjang jalur konduktivitas listrik tegangan tinggi di bumi akan memberi indikasi bahwa pada udara, muatan listrik dengan intensitas yang tinggi akan menyebabkan terjadinya pengumpulan medan yang lebih besar (5 kV/Cm), dan selanjutnya akan mengakibatkan terjadinya bola petir. 4 Syamsir Abduh, Bola Petir Sebagai Bentuk Pelepasan Muatan Listrik: Satu Kajian Teorikal (1) Charged Cloud (2) Lightning Strike (3) Ball Lightning High field Charge Motion Gambar 1. Distribusi Muatan Listrik pada Saat Sambaran Petir 5. Pergerakan Muatan di Udara. Seperti diketahui kegagalan medan listrik di udara adalah 30 kV/Cm pada keadaan plasma penghantar udara terbentuk, pada medan yang 5 JETri, Tahun Volume 2, Nomor 1, Agustus 2002, Halaman 1-12, ISSN 1412-0372 lebih kecil dari 5 kV/Cm melalui proses ionisasi dan lepasnya ion negatif. Medan ini dihasilkan dari muatan yang bersuhu 20 o C yang tersebar secara simetris sejauh 600 m. pada waktu dan posisi medan listrik berada diatas permukaan bumi 6 kV/Cm. Apabila medan tersebut tidak terpengaruh dengan ruang muatan di udara maka besarnya akan menurun sesuai dengan ketinggiannya (lihat Gambar 2). Dengan menggangap bahwa elektron akan lebih cenderung bergerak menuju ke potensial yang lebih rendah, maka jumlah kerapatan elektronnya juga akan naik seiring dengan terjadinya ionisasi pada medan yang tinggi dan juga akan menurun seiring dengan penggabungan molekul oksigen yang membentuk ion negatif pada medan yang rendah. Selain itu kerapatan elektron juga akan menurun dengan adanya rekombinasi ion positif dan distorsi pada medan listrik dengan adanya pengaruh muatan ruang yang diakibatkan karena terpisahnya muatan positif dan negatif pada medan listrik. 1 0 -1 -2 Electric Field kV/cm -3 - 40 s -4 - 10 s -5 -6 -7 0 5 s 2,5 s t=0 s 0,5 1 1,5 Height (m) Gambar 2. Gangguan Muatan Ruang pada Medan Listrik Vertikal Gerak ruang pada suatu muatan (Morrow & Lowke, 2002: 12) ditetapkan dengan persamaan kontinuitas elektron. ne t 6 t ( ne W) + ne W- ne W- nen+ (3) Syamsir Abduh, Bola Petir Sebagai Bentuk Pelepasan Muatan Listrik: Satu Kajian Teorikal n t n t (n+ W+) + neα W – γnen+ - γn_n+ (4) (n_W_) + neη W – γn_n+ (5) z z Dimana: ne, n+ n_, We , W+ W_ : Koefisien ionisasi : koefisien gabung : koefisien rekombinasi : kerapatan elektron : kerapatan ion positif : kerapatan ionnegatif. : kecepatan aliran elektron : kecepatan aliran ion positif : kecepatan aliran ion negatif. Pengaruh muatan ruang juga ditetapkan dengan persamaan poisson sebagai berikut: 1 (Z2.E) = e/ε (n+ - ne – n_ ) . 2 z z (6) Persamaan Poisson ini menunjukkan bahwa koordinat bentuk bola diukur dengan menggunakan variasi jarak medan listrik. Nilai penggabungan koefisien ionisasi adalah fungsi E/N, dimana: E/N di udara N 1 Td : 120 Td. : jumlah kerapatan gas : 1 Townsend atau 10-17 V cm2. Medan kritis akan terjadi saat medan listrik berada pada 120 Td, dan pada tekanan 1 bar-nya 30 kV/Cm. Namun demikian, pelepasan muatan listrik dan ionisasi meningkat dengan adanya tahap proses ionisasi oleh elektron dan kemungkinan terjadinya fotoeksitasi. Nilai dan sebagai fungsi E/N, dan nilai medan kritis sebesar 5 kV/Cm, dengan = , harga konvensional diambil dari arah aliran kecepatan sebagai fungsi dari E/N dan 7 JETri, Tahun Volume 2, Nomor 1, Agustus 2002, Halaman 1-12, ISSN 1412-0372 juga untuk koefisien rekombinasi (Lowke, 2002:15), sedangkan nilai yang dipergunakan untuk memperkirakan koefisien transportasi adalah: : 1022 E/N cm/det. : W/100 + = -W+ cm/ det. : (E/N – 10-16)/200 cm2 W W_ /N untuk E/N > 10-16 V cm2 dan /N = 0 atau /N = 4X10-16 – (E/N) /1000 cm2 untuk E/N < 4X10-16 V cm2 dan /N = 0 atau = 2 X 10-7 cm3 /det N = 2,5 X 10-19 cm-3. Pada Gambar 2 dan 3 menunjukkan perhitungan medan listrik, kerapatan elektron dan kerapatan ion positif yang didapat pada pemecahan dari keempat persamaan diatas. Persamaan-persamaan diatas memberikan perkiraan akan jumlah pelepasan muatan sebagai fungsi dari waktu dan ketinggian. Electron Density /cc 1010 109 - t = 2,5 s 5 108 - 0.5 10 107 - 40 106 0 0,5 1 1,5 Height; m Gambar 3. Kerapatan Elektron Sebagai Fungsi Waktu 8 Syamsir Abduh, Bola Petir Sebagai Bentuk Pelepasan Muatan Listrik: Satu Kajian Teorikal Penggunaan nilai E pada permukaan bumi dari tahap yang sebelumnya, menjadikan persamaan poisson yang didapat dari integrasi dari persamaan dengan mengambil kedalam perhitungan pada distribusi muatan ruang. Faktor A/Z2 dimasukkan ke dalam persamaan dengan harga A sudah ditentukan. Solusi ini adalah tepat, karena A/Z2 adalah fungsi komplemen dari persamaan yang solusinya adalah: (1/Z2) (Z2.E)/ z = 0. Dari Gambar 2, terlihat bahwa adanya distorsi (penyimpangan) yang berarti pada medan listrik. Setelah 10 s terdapat ketinggian maksimum dari permukaan bumi dari yang biasanya yaitu 1 m. Gambar 3, Menunjukkan perkembangan getaran dari elektron yang menghabiskan banyak waktu pada ketinggian tertentu diatas permukaan bumi. Awal pergerakan elektron bergerak banyak pada saat proses ionsasi di medan yang tinggi, akan tetapi setelah 10 s kerapatan elektronnya akan bergerak menurun dengan cepat. Medan listrik yang tinggi akan meyebabkan terpisahnya muatan listrik negatif dan positif. Pada keadaan ini, struktur bola petir jelas dan frekuensi dari kontak awal bergantung pada ukuran lubang pada keadaan awal yang dipilih dalam perhitungan (apakah perhitungan menggunakan satu atau dua dimensi) pada medan listrik. Kontak awal yang terjadi dan proses pelepasan akan mengawali tahap-tahap dari getaran, yang mana akan memperlihatkan kelanjutan tahap dari getaran arus. Perhitungan yang tepat dan jelas dari getaran arus yang berkelanjutan tidak memungkinkan untuk dilakukan karena terdapat empat proses fisik, yang belum diketahui yaitu: 1. Waktu yang dibutuhkan untuk permulaan kontak sangat bergantung pada kerapatan tinggal elektron yang dihasilkan dari proses rasiasi. 2. Kenaikan suhu dan getaran dari yang sebelumnya juga berpengaruh pada koefisien ionisasi, karena kenaikan suhu menyebabkan berkurangnya jumlah kerapatan gas. 3. Pengaruh muatan ruang juga dipengaruhi dari pergerakan muatan, tepatnya pada medan yang kecil yang jauh dari permukaan bumi. 9 JETri, Tahun Volume 2, Nomor 1, Agustus 2002, Halaman 1-12, ISSN 1412-0372 4. Keefektifan ionisasi dan penggabungan koefisien tergantung dari kerapatan oksigen dan nitrogen. 6. Analisis Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa bola petir dapat dipandang sebagai cahaya yang pelepasannya mirip dengan korona. Pada beberapa kejadian, bola petir diamati dan berakhir dengan bunyi yang keras, sesuai dengan penyebaran kecepatan gas dengan bentuk yang cepat dari busurnya. Pelepasanya kemudian diakhiri dengan penyebaran yang cepat dari muatan negatif melalui konduktor pada alur busur dan pergerakannya pada medan listrik. Pergerakan dari bola petir ini mempertahankan pelepasan muatan pada saat keadaan bercahaya. Perkiraan menandakan bahwa pelepasan muatan akan mengawali untuk tahap getaran yang cepat dengan periode sebesar 1 s. Oleh karena elektron yang berasal dari pelepasan muatan memiliki energi yang cukup untuk berionisasi di udara maka akan terjadi pula disosiasi (penguraian) pada udara menjadi atom nitrogen dan oksigen dan menghasilkan ozone serta nitrogen oksida. Analisis kuantitatif komposisi gas sebagai fungsi dari waktu dari sampel gas yang berasal dari sekitar bola petir menunjukkan pemusatan dari ozone dan nitrogen oksida yang berkisar antara 1mg cm-3 yang terjadi sebanyak 50 kali pada pemusatan normal. Teori yang menjelaskan tentang bola yang melewati jendela kaca, alur dari muatan listrik itu sendiri menjelaskan bahwa medan listrik yang bergerak akan melintasi lintasannya lalu pelepasannya akan terbentuk kembali pada sisi alur dalam waktu mikrodetik. Penjelasan yang ada pada saat ini tentang bola petir diawali dengan adanya sambaran petir lalu pergerakannya bermula dari titik dimana sambaran itu terjadi yang dipengaruhi oleh konduktivitas listrik dan komposisi keadaan bawah tanah yang dilalui oleh bola petir tersebut. Selain itu adapula teori yang menyebutkan bahwa medan listrik pada 5 kV/Cm (Morrow & Lowke, 2002: 6) atau lebih akan dapat memungkinkan untuk terjadinya pelepasan muatan gas di udara. 10 Syamsir Abduh, Bola Petir Sebagai Bentuk Pelepasan Muatan Listrik: Satu Kajian Teorikal Pengukuran medan listrik dilakukan dengan pergerakan pada medan yang berada disekitar sambaran petir (Uman, 1987:19). Jarak medan tidak teramati dalam waktu 1 detik, meskipun medan tersebut berada pada 2 kV cm –1. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa lalu medan tinggi tidak dapat diamati karena terkait dengan keterbatasan pengamatan dan penyebaran muatan dalam hubungannya dengan volume yang kecil pada bola yang bercahaya yang dikelilingi oleh ion positif dan ion negatif. Ion ini bertindak sebagai perisai pada medan listrik dan beberapa cm dari bola tersebut, medan listrik akan menurun mendekati nol. Seperti pada kurva yang berada di 40 s mendekati permukaan bumi (lihat Gambar 3). Telah disadari bahwa pengaruh ruang muatan pada atmosfir memiliki pengaruh yang berarti dalam pengurangan pengukuran medan listrik selama petir berlangsung (Standler & Winn, 1979: 24). 7. Kesimpulan. Bola petir dihasilkan dari proses penggabungan medan listrik dan berbagai muatan listrik yang tersebar pada saat sambaran petir terjadi dan bergerak di sepanjang alur konduktor di bumi. Perhitungan menunjukkan adanya pengaruh muatan ruang yang memungkinkan terjadinya medan listrik maksimum pada jarak yang dekat dengan permukaan bumi. Hal ini dapat dibuktikan melalui empat fenomena, yaitu: 1. Durasi dan sumber energi pada bola petir. 2. Bola petir tidak mengalami kenaikan meskipun pelepasannya menghasilkan panas. 3. Bola petir bergerak dengan tidak menentu dan berlawanan dengan arah angin. 4. Hasil dari gas ozon dan gangguan pada radio selalu terdapat pada setiap pengamatan bola petir. Daftar Pustaka 1. Davies A J, et.al. 1971. Electrical Breakdown. Proc IEE R. SOC. 118 816-23. 2. Keunen, J. 1993. The Ball Lightning. Canberra Times 11 February. 3. Morrow & Lowke, J.J. 2002. The Theory of Ball Lightning. Journal of Engineering Dielectric, Vol.I/2. 4. Mott, N.F. and Davies, E.A. 1971. Electronic Procosses in NonCrystalline Materials London:Oxford Universities Press. 11 JETri, Tahun Volume 2, Nomor 1, Agustus 2002, Halaman 1-12, ISSN 1412-0372 5. Phelps, C.T and Griffiths, R.F. 1976. Electrical Discharge in Air. Journal of Appl. Phys 47 2929-34. 6. Schmidt, W.F. 1994. Electrical Insulating Liquids. Philadelphia PA: ASTM. 7. Standler, R.B. and Winn, W.P. 1979. Dielectric Field. Q.J. Royal Met. Soc. 105 285-302. 8. Uman, M.A. 1987. The Lightning Phenomenon. Journal of Geophys. Res. 74 6899-910. 9. Uman, M.A. 1988. The Lightning Discharge. Journal of Atmos. Terrest. Phys. 30 1245-6. 12