Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 . Latar Belakang erekonomian Jawa Barat 10 tahun pasca krisis ekonomi 1997 menunjukkan suatu pertumbuhan yang cukup menakjubkan. Proses recovery akibat krisis yang berkepanjangan tampaknya mulai berjalan dengan mulus. Hal tersebut diperkuat dengan adanya regulasi pemerintah pusat yang memberlakukan UndangUndang nomor 22 tahun 1999 mengenai otonomi daerah yang mempunyai dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Jawa Barat. Dengan pemberlakuan UndangUndang tersebut, Provinsi Jawa Barat mempunyai landasan hukum yang kuat untuk menggali dan memaksimalkan kembali potensi ekonominya. Keberhasilan pembangunan ekonomi di Jawa Barat tentunya tidak lepas dari usaha Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam mewujudkan visi akselerasi peningkatan kesejahteraan masyarakat untuk mencapai Provinsi termaju di Indonesia dan mitra terdepan Ibukota Negara Tahun 2010. Salah satu tujuan dari visi dan misi tersebut diantaranya adalah mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan tentu tujuan akhirnya untuk mensejahterakan atau meningkatkan taraf hidup masyarakat Jawa Barat. Berdasarkan hal tersebut, maka pelaksanaan pembangunan harus diarahkan pada bidang-bidang yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Khusus di bidang ekonomi, pembangunan harus lebih ditingkatkan secara bersamaan antara pertumbuhan ekonomi dengan upaya pemerataan pendapatan, sehingga akan meningkatkan daya beli secara merata dalam memenuhi segala kebutuhan masyarakat. PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007 1 Pendahuluan Selama tahun 2007 kestabilan makro ekonomi cukup terjaga dengan kecenderungan membaik. Hal ini antara lain tercermin dari nilai tukar rupiah yang relatif tak bergejolak, kecenderungan penurunan suku bunga, dan laju inflasi yang jauh lebih rendah dari tahun 2006. Kinerja neraca pembayaran (balance of payments) juga membaik di segala lini yakni neraca perdagangan (trade account), neraca berjalan (current account), maupun neraca modal (capital account). Perbaikan kinerja neraca pembayaran bermuara pada peningkatan cadangan devisa yang cukup signifikan. Posisi cadangan devisa per 7 Desember 2007 sebesar US$ 55,1 miliar. Sementara itu, di pasar modal diwarnai oleh rekor-rekor baru IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan), SUN (Surat Utang Negara) yang terus diminati oleh investor domestik maupun asing, serta ORI (Obligasi Republik Indonesia) yang selalu terserap oleh investor perseorangan dengan nilai yang melebihi target. Ini menandakan bahwa di mata investor institusional asing, prospek ekonomi Indonesia dalam jangka panjang cukup menjanjikan. (Catatan Akhir Tahun Kadin Indonesia, 31/1/2008). Kondisi ekonomi makro tersebut tentunya sangat berpengaruh positif bagi Jawa Barat. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada kurun waktu tahun 2006 sampai 2007 mampu meningkat sebesar 0,39 poin, yaitu pada tahun 2007 laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat mencapai 6,41 persen sedangkan tahun 2006 sebesar 6,02 persen. Dari tahun ke tahun laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat menunjukkan kecenderungan adanya kenaikan terus menerus. Hal tersebut dapat dilihat dari LPE Jawa Barat tahun 2002 mencapai 3,76 persen, tahun 2003 mencapai 4,67 persen, tahun 2004 mencapai 4,77 persen dan tahun 2005 mencapai 5.60 persen. Dari data tersebut, meskipun bergerak relatif kecil, kinerja perekonomian Jawa Barat selalu menunjukkan eksistensinya dengan pertumbuhannya yang positif. 2 PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007 Pendahuluan Menguatnya nilai mata uang Rupiah serta kepercayaan investor asing dan investor dalam negeri terhadap Indonesia ternyata memberikan keuntungan bagi kinerja sektor keuangan terutama perbankan. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan di Jawa Barat mengalami peningkatan tertinggi dalam kinerjanya selama tahun 2007 dengan pertumbuhan sebesar 12,68 %. Sementara itu perkembangan indikator makro perekonomian Indonesia yang cenderung membaik ternyata belum mampu meningkatkan kinerja sektor riil secara keseluruhan, terutama sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian. Hal ini dapat dilihat dari kinerja sektor-sektor tersebut yang relatif kecil. Bahkan kinerja sektor pertambangan dan penggalian cenderung terus menurun dengan pertumbuhannya yang mencapai angka -7,03 persen. Selama beberapa tahun terakhir pola pertumbuhan sektoral menunjukkan kesenjangan yang masih cenderung lebar antara sektor riil dan non-riil. Sektor riil tumbuh relatif di bawah pertumbuhan sektor perbankan dan lembaga keuangan. Dengan pengecualian sektor perbankan pada tahun 2006 yang tumbuh -10,92 persen. Melihat kondisi kinerja perekonomian di Jawa Barat tersebut, diperlukan antisipasi perbaikan untuk membangkitkan sektor riil. Salah satu upaya untuk itu adalah dengan menciptakan iklim investasi di sektor riil yang kondusif yang pada akhirnya dapat menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor. Untuk mengukur sejauh mana keberhasilan kinerja perekonomian Jawa Barat, maka dibuat indikator makro yang biasa digunakan sebagai penilaian kinerja perekonomian. Indikator makro tersebut diantaranya adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB ini dapat menggambarkan pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu tertentu dan juga dapat menggambarkan struktur ekonominya serta dapat pula menggambarkan analisisnya terhadap kinerja sektor perekonomian. PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007 3 Pendahuluan 1.2. Maksud dan Tujuan Tujuan utama dalam perencanaan pembangunan ekonomi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara luas, interpretasi kesejahteraan masyarakat adalah peningkatan kualitas hidup, pembagian distribusi pendapatan yang merata, perluasan kesempatan kerja, dan pergeseran aktivitas sektoral perekonomian. Untuk menggambarkan kesejahteraan masyarakat, diperlukan data yang spesifik. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu data statistik yang digunakan dalam sistem evaluasi dan perencanaan ekonomi makro suatu wilayah. Suatu catatan penting yang perlu diketahui, konsepsi dan definisi PDRB secara teoritis merupakan penerapan konsepsi dan definisi Produk Domestik Bruto (PDB) atau Pendapatan Nasional Bruto (PNB) di suatu wilayah. Dari paparan sebelumnya, dapat diinterpretasikan bahwa maksud/tujuan dari pembuatan publikasi PDRB ini adalah : 1. Menyediakan data ekonomi makro bagi perencanaan dan evaluasi pembangunan. 2. Menggambarkan derajat kesejahteraan masyarakat 3. Memperlihatkan pergeseran aktivitas perekonomian masyarakat. Usaha untuk meraih tujuan pembangunan ekonomi tersebut dapat dilakukan dengan berbagai strategi, antara lain dengan meningkatkan kinerja sektor sekunder dan tersier tanpa meninggalkan sektor primer dan dengan menggenjot ekspor ke luar negeri. 4 PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007 Pendahuluan 1.3. Cakupan Penelitian Dalam pembuatan publikasi PDRB ini memiliki tiga cakupan penelitian, diantaranya cakupan waktu penelitian, wilayah penelitian dan materi penelitian. Adapun cakupan waktu penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah selama tiga tahun berturut-turut yaitu dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 dengan menggunakan tahun dasar 2000. Kemudian wilayah penelitian yang digunakan yaitu seluruh kabupaten dan kota yang ada di provinsi Jawa Barat yang terdiri dari 17 kabupaten dan 9 kota. Sedangkan materi penelitiannya adalah data-data PDRB yang disusun berdasarkan lapangan usaha. PDRB Kabupaten/Kota Di Jawa Barat 2005-2007 5