BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Α. Kajian Pustaka 1. Pengertian Pemasaran Dalam bidang ekonomi, istilah pemasaran menjadi kata yang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu banyak pengertian pemasaran menurut para ahli yang terus bermunculan. Secara umum pemasaran atau marketing bisa diartikan sebagai berbagai macam cara yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dalam menjual produkproduknya. Ada juga yang mengartikan pemasaran sebagai usaha promosi atau cara perusahaan dalam mempengaruhi konsumen agar mau membeli produk yang dijualnya. Tetapi sebenarnya pengertian pemasaran bisa lebih luas dari dua pengertian umum tersebut. Apalagi pemasaran semakin berkembang mengikuti zaman. Segala macam barang dan jasa saat ini dipasarkan dengan berbagai macam carayang menarik. Berikut ini adalah pendapat ahli tentang pengertian pamasaran yaitu: Asosiasi Pemasaran Amerika dalam Kotler dan Keller (2009) mengemukakan definisi formal pemasaran yaitu satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan iklan dan menyerahkan kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya. Pemasaran menurut Asosiasi Pemasaran Amerika dalam 13 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 Kotler (2005) mengemukakan definisi formal pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, dan penyaluran gagasan barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi. Pemasaran menurut Kotler (2008) adalah proses sosial dan manajerial dimana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain. Proses pemasaran menurut Kotler & Amstrong (2012) memiliki langkahlangkah sebagai berikut: 1) Memahami pasar dan kebutuhan serta keinginan pelanggan 2) Merancang strategi pemasaran yang digerakan oleh pelanggan 3) Membangun program pemasaran terintegrasi yang memberikan nilai yang unggul 4) Membangun hubungan yang menguntungkan dan menciptakan untuk menciptakan kepuasan pelanggan 5) Menangkap kembali nilai dari pelanggan keuntungan dan ekuitas pelanggan Pemasaran terdiri dari strategi bauran pemasaran (marketing mix) dimana organisasi atau perusahaan mengembangkan untuk mentransfer nilai melalui pertukaran untuk pelanggannya. Bauran pemasaran (marketing mix) adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkannya di pasar sasaran (Kotler dan Amstrong, 2008). Marketing mix terdiri dari empat komponen biasanya disebut “empat P (4P)”, yaitu http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 product, price, place, dan promotion (Kotler dan Keller, 2007). Pemasaran, menurut (Venkatesh &Penaloza) dalam Tjiptono (2008) adalah “serangkaian aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk menstimulasi permintaan atas produk atau jasa dan memastikan bahwa produk atau jasanya dapat dijual serta sampai kepada para pelanggannya”. Oleh karena itu, pemasaran memainkan peranan penting dalam pengembangan strategi. Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran individu dan organisasi. Kemudian Oesman (2010) berpendapat bahwa : "Pemasaran adalah suatu fungsi secara organisasi dan seperangkat proses dari penciptaan, komunikasi dan penyampaian nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola kerelasian pelanggan dengan cara yang bermanfaat baik bagi organisasi maupun bagi stakeholders."Defenisi pemasaran yang dikemukakan oleh ahli tersebut dapat diketahui bahwa pemasaran merupakan suatu sistem dari kegiatan bisnis yang saling berhubungan dan ditujukan untuk merencanakan, mendistribusikan dan mempromosikan barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. 2. Keputusan Pembelian Menurut Kotler dan Keller (2009) keputusan pembelian pelanggan secara penuh merupakan suatu proses yang berasal dari semua pengalaman mereka dalam http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 pembelajaran, memilih, menggunakan, dan bahkan menyingkirkan suatu produk. Suatu proses membeli bukan sekedar mengetahui berbagai faktor yang akan mempengaruhi pembeli, tetapi berdasarkan peran dalam pembelian dan keputusan untuk membeli. Menurut Simamora (2008) terdapat lima peran yang tejadi dalam keputusan membeli : a. Pemrakarsa (initiator). Orang yang pertama kali menyarankan membeli suatu produk atau jasa tertentu. b. Pemberi pengaruh (influencer). Orang yang pandangan/nasihatnya memberi bobot dalam pengambilan keputusan akhir. c. Pengambilan keputusan (decider). Orang yang sangat menentukan sebagian atau keseluruhan keputusan pembelian, apakah membeli, apa yang dibeli, kapan hendak membeli, dengan bagaimana cara membeli, dan dimana akan membeli. d. Pembeli (buyer). Orang yang melakukan pembelian nyata. e. Pemakai (user). Orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa. Menurut Kotler dan Keller (2009) tahap-tahap yang dilewati pembeli untuk mencapai keputusan membeli melewati lima tahap, yaitu: a. Pengenalan masalah Proses membeli dimulai dengan pengenalan masalah dimana pembeli mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 b. Pencarian informasi Seorang konsumen yang sudah terkait mungkin mencari lebih banyak informasi tetapi mungkin juga tidak. Bila dorongan konsumen kuat dan produk yang dapat memuaskan ada dalam jangkauan, konsumen kemungkinan akan membelinya. Bila tidak, konsumen dapat menyimpan kebutuhan dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan tersebut. Pengaruh relative dari sumber informasi ini bervariasi menurut produk dan pembeli. Pada umumnya, konsumen menerima sebagian besar informasi mengenai suatu produk dari sumber komersial, yang dikendalikan oleh pemasar. Akan tetapi, sumber paling efektif cenderung sumber pribadi. Sumber pribadi tampaknya bahkan lebih penting dalam mempengaruhi pembelian jasa. Sumber komersial biasanya memberitahu pembeli, tetapi sumberpribadi membenarkan atau mengevaluasi produk bagi pembeli. Misalnya, dokter pada umumnya belajar mengenai obat baru cari sumber komersial, tetapi bertanya kepada dokter lain untuk informasi yang evaluatif. c. Evaluasi alternatif Tahap dari proses keputusan membeli, yaitu ketika konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek alternatif dalam perangkat pilihan. Konsep dasar tertentu membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen. Pertama, kita menganggap bahwa setiap konsumen melihat produk sebagai kumpulan atribut produk. Kedua, konsumen akan memberikan tingkat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 arti penting berbeda terhadap atribut berbeda menurut kebutuhan dan keinginan unik masing-masing. Ketiga, konsumen mungkin akan mengembangkan satu himpunan keyakinan merek mengenai dimana posisi setiap merek pada setiap atribut. Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi pada tingkat atribut yang berbeda. Kelima, konsumen sampai pada sikap terhadap merek berbeda lewat beberapa prosedur evaluasi. Ada konsumen yang menggunakan lebih dari satu prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen dan keputusan pembelian. Bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif barang yang akan dibeli tergantung pada masing-masing individu dan situasi membeli spesifik. Dalam beberapa keadaan, konsumen menggunakan perhitungan dengan cermat dan pemikiran logis. Pada waktu lain, konsumen yang sama hanya sedikit mengevaluasi atau tidak sama sekali, mereka membeli berdasarkan dorongan sesaat atau tergantung pada intuisi. Kadang-kadang konsumen mengambil keputusan membeli sendiri, kadang-kadang mereka bertanya pada teman, petunjuk bagi konsumen, atau wiraniaga untuk memberi saran pembelian. Pemasar harus mempelajari pembeli untuk mengetahui bagaimana sebenarnya mereka mengevaluasi alternatif merek. Bila mereka mengetahui proses evaluasi apa yang sedang terjadi, pemasar dapat membuat langkah-langkah untuk mempengaruhi keputusan membeli. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 d. Keputusan membeli Dalam tahap evaluasi, konsumen membuat peringkat merek dan membentuk niat untuk membeli. Pada umumnya, keputusan membeli konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli. Faktor pertama adalah sikap orang lain, yaitu pendapat dari orang lain mengenai harga, merek yang akan dipilih konsumen. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diharapkan, harga yang diharapkan dan manfaat produk yang diharapkan. Akan tetapi peristiwa-peristiwa yang tak diharapkan. e. Tingkah laku pasca pembelian keputusan membeli Tahap dari proses keputusan pembeli, yaitu konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas atau tidak puas. Yang menentukan pembeli merasa puas atau tidak puas dengan suatu pembelian terletak pada hubungan antara harapan konsumen dengan prestasi yang diterima dari produk. Bila produk tidak memenuhi harapan, konsumen merasa tidak puas, bila memenuhi harapan konsumen merasa puas, bila melebihi harapan konsumen akan merasa puas. Konsumen mendasarkan harapan mereka pada informasi yang mereka terima dari penjual, teman dan sumber-sumber yang lain. Bila penjual melebih-lebihkan prestasi produknya, harapan konsumen tidak akan terpenuhi dan hasilnya ketidakpuasan. Semakin besar antara kesenjangan antara harapan dan prestasi, semakin besar ketidakpuasan kosumen. Hal ini menunjukkan bahwa pembeli harus membuat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 pernyataan yang jujur mengenai prestasi produknya sehingga pembeli akan puas. Menurut Schiffman (2007) bahwa prilaku konsumen merupakan studi yang mengkaji bagaimana individu membuat keputusan membelanjakan sumber daya yang tersedia dan dimiliki (waktu, uang dan usaha) untuk mendapatkan barang atau jasa yang nantinya akan dikonsumsi. Ada dua dimensi yang mempengaruhi pengambilan keputusan yang selanjutnya akan menentukan respon konsumen; 1. Konsumen itu sendiri (Individu) Ada dua unsur dari konsumen itu sendiri yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan yaitu pikiran konsumen yang meliputi kebutuhan, motivasi, persepsi, sikap dan karakteristik konsumen yang meliputi demografi, gaya hidup dan keprobadian konsumen. 2. Pengaruh lingkungan sosial Terdiri atas nilai budaya, pengaruh sub dan lintas budaya, kelas sosial, face to face group, dan situasi lain yang menentukan. Motivasi merupakan proses timbulnya dorongan sehingga konsumen tergerak untuk membeli suatu produk. 3. Kualitas Produk Menurut Kotler (2003), kualitas produk adalah kemampuan sebuah produk dalam memperagakan fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan durabilitas, reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga atribut produk http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 lainnya. Sedangkan menurut Kottler dan Amstrong (2008), kualitas produk adalah karakteristik produk atau jasa yang tergantung pada kemampuanya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang dinyatakan atau diimplikasikan. Menurut Kotler dan Amstrong (2004), kualitas adalah karakteristik dari produk dalam kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan dan bersifat laten. Kualitas dalam pandangan konsumen adalah hal yang mempunyai ruang lingkup tersendiri yang berbeda dengan kualitas dalam pandangan produsen saat mengeluarkan suatu produk yang biasa dikenal kualitas sebenarnya. Menurut Juran dalam Yamit (2002) mendefinisikan kualitas produk sebagai kesesuaian terhadap spesifikasi. Menurut Davis dalam Yamit (2002) memberikan definisi kualitas produk lebih luas lagi cakupannya yaitu kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang memenuhi atau melebihi harapan. Selain itu menurut Goetsh Davis dalam Yamit (2002) juga menekankan bahwa kualitas produk bukan hanya menekankan pada aspek hasil akhir yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses, dan kualitas lingkungan. Sangatlah mustahil menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tanpa melalui manusia dan proses yang berkualitas. Berdasarkan prespektif kualitas, Garvin yang dikutip oleh Manurung (2013) mengembangakn dimensi ke 8 (delapan) dimensi yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan strategis terutama bagi perusahaan atau manafaktur yang menghasilkan barang. Kedelapan dimensi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kinerja produk (performance) Hal ini berkaitan degan aspek fungsional suatu barang dan merupakan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 karakteristik utama yang dipertimbangkan oleh pelanggan dalam membeli produk tersebut. 2. Fiture produk (Futures) Aspek performasi yang berguna untuk menambahkan fungi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya. 3. Reliabilitas (Reliability) Hal yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali di gunakan dalam periode waktu tertentu. 4. Sesuai dengan standart yang di tetapkan (Conformance) Hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifik yang telah di tetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. Konfermasi merefleksikan derajat ketetapan antara karakteristik design produk dan dengan karakteristik kualitas standart. 5. Daya tahan (Durability) Adalah suatu refleksi umur ekonimis berupa ukuran daya tahan barang atas pemakaian pakai suatu barang. 6. Kemampuan melayani (Servicebility) Adalah karakteristik yang berhubungan dengan kecepatan, kompetensim kemudahan dan akurasi dalam memberikan layanan untuk perbaikan barang. 7. Nilai Estetika (Aesthetics) Merupakan karakteristik yang bersifat subjektif yang mengenai nilai-nilai http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 estetika yang berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dam preferensi individual. Estetika suatu produk lebih banyak berkaitan dengan perasaan pribadi dan mencakup karakteristik tertentu, seperti : keindahan, keelokan, selera, dll. 8. Fit and finish Bersifat subjektif, karena berkaitan perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi prosuk dan berkualitas, seperti : meningkatkan harga diri, rasa percaya diri, dsb. Dimensi kualitas yang dikemukakan diatas berpengaruh pada harapan pelanggan dan kenyataan yang mereka terima. Jika kenyataan pelanggan menerima produk dan pelayanan melebihi harapannya, maka pelanggan akan mengatakan produk dan pelayanannya berkualitas dan jika kenyataannya pelanggan menerima produk dan pelayanannya kurang datau sama dari harapannya maka pelanggan akan mengatakan produk pelayanannya tidak berkualitas. 4. Kepercayaan Merek Kepercayaan merek adalah persepsi akan kehandalan dari sudut pandang konsumen didasarkan pada pengalaan, atau lebih pada urutan-urutan transaksi atau interaksi yang dicirikan oleh terpenuhinya harapan akan kinerja produk dan kepuasan (Riset Costabile dalam Ferinnadewi, 2008). Kepercayaan pada merek dapat diwujudkan apabila sebuah produk telah memenuhi harapan dan kebutuhan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 konsumen, dimana mereka akan puas terhadap produk tersebut. Kepercayaan akan timbul apabila konsumen telah merasakan kepuasan karena telah mengkonsumsi atau menggunakan produk dengan merek tertentu. Konsumen yang merasa nyaman dan percaya karena sebuah produk, tidak akan mudah meninggalkan atau mengganti produk tersebut dengan produk merek lain. Oleh karena itu merek juga berperan penting untuk menjadi identitas produk tersebut. Suatu merek harus dapat memberikan kepercayaan terhadap konsumen bahwa merek tersebut benar-benar dapat dipercaya. Dengan dibangunnya sebuah brand trust oleh sebuah perusahaan, maka masyarakat akan yakin bahwa produk yang dikeluarkan oleh merek tersebut akan mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Ferrinadewi (2008) mengemukakan, terdapat tiga aktivitas yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menumbuhkan kepercayaan konsumen yang dapat dirumuskan seperti pada gambar 2.1 berikut : + Achieving result + Acting + with integrity + Demonstrate = concern = Level of Trust Sumber : Merek dan Psikologi Konsumen, Ferrinadewi (2008) GAMBAR 2. 1 MENDAPATKAN DAN MEMPERTAHANKAN KEPERCAYAAN Achieving result harapan konsumen tidak lain adalah janji konsumen yang harus dipenuhi bila ingin mendapatkan kepercayaan konsumen. Acting with integrity bertindak dengan integritas berarti adanya konsistensi antara ucapan dan tindakan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 dalam setiap situasi. Adanya integritas merupakan faktor kunci bagi salah satu pihak untuk percaya akan ketulusan dan pihak lain. Demonstrate concern kemampuan perusahaan untuk menunjukkan perhatiannya kepada konsumen dalam bentuk menunjukkan sikap pengertian konsumen jika menghadapi masalah dengan produk, akan menumbuhkan kepercayaan dengan merek. Akhirnya, yang tidak boleh dilupakan perusahaan adalah kenyataan bahwa kepercayaan bersumber dari harapan konsumen akan terpenuhinya janji merek. Ketika harapan mereka tidak terpenuhi maka kepercayaan akan berkurang bahkan hilang. Ketika kepercayaan konsumen hilang maka akan sulit bagi perusahaan untuk menumbuhkan kembali. Menurut Lau dan Lee dalam Damayanti (2010) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kepercayaan terhadap merek. Ketiga faktor ini berhubungan dengan tiga entitas yang tercakup dalam hubungan antara merek dan konsumen. Adapun tiga faktor tersebut adalah merek itu sendiri, perusahaan pembuat merek, dan konsumen. Hubungan ketiga faktor tersebut dengan kepercayaan dapat digambarkan sebagai berikut: a. Brand characteristic mempunyai peran yang sangat penting dalam menetukan pengambilan keputusan konsumen untuk mempercayai suatu merek. Karakteristik merek yang berkaitan dengan kepercayaan merek meliputi dapat diramalkan, mempunyai reputasi dan kompeten. b. Company characteristic yang ada dibalik suatu merek juga dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen terhadap merek tersebut. Pengetahuan konsumen tentang perusahaan yang ada dibalik merek suatu http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 produk merupakan dasar awal pemahaman konsumen terhdap merek suatu produk. Karakteristik ini meliputi reputasi suatu perusahaan, motivasi perusahaan yang diinginkan, dan integritas suatu perusahaan. c. Costumer brand characteristic merupakan dua kelompok yang saling mempengaruhi. Oleh sebab itu, karakteristik konsumen merek mempengaruhi kepercayaan terhadap merek. Karakteritik ini dapat meliputi kemiripan antara konsep emosional konsumen dengan kepribadian merek, kesukaan terhadap merek, dan pengalaman terhadap merek. 5. Citra Merek Citra merek pada dasarnya hasil pandang atau persepsi konsumen terhadap suatu merek tertentu, yang didasarkan atas pertimbangan dan perbandingan dengan beberapa merek-merek lainnya. Citra merek memperlihatkan persepsi yang akurat dari suatu merek. Menurut Kotler (2009) brand image adalah persepsi dan keyakinan yang dipegang oleh konsumen, seperti yang dicerminkan dalam asosiasi yang tertanam dalam ingatan konsumen. Sedangkan pengertian brand image menurut Tjiptono (2005) adalah : “brand image atau brand description yaitu deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu”. Dari dua definisi tersebut, penulis menyimpulkan citra merek adalah hal yang ada di benak konsumen mengenai merek berdasarkan apa yang konsumen ketahui tentang merek tersebut. Menurut Keller (2003), terdapat tiga faktor pendukung terbentuknya brand image dalam keterkaitannya dengan asosiasi merek, yaitu : http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 a. Favorability of brand Association/keunggulan asosiasi merek. Salah satu faktor pembentuk brand image adalah keunggulan produk, dimana produk tersebut unggul dalam persaingan. b. Strength of brand association/familiarity of brand association/kekuatan asosiasi merek. Setiap merek yang berharga mempunyai jiwa, suatu kepribadian khusus. Merupakan kewajiban mendasar bagi pemilik merek untuk dapat mengungkapkan, mensosialisasikan jiwa/kepribadian tersebut dalam satu bentuk iklan, ataupun bentuk kegiatan promosi dan pemasaran lainnya. Hal itulah yang akan terus menerus menjadi penghubung antara produk/merek dengan konsumen. Dengan demikian merek tersebut akan cepat dikenal dan akan tetap terjaga ditengah–tengah maraknya persaingan. Membangun popularitas sebuah merek menjadi merek yang terkenal tidaklah mudah. Namun demikian, popularitas adalah salah satu kunci yang dapat membentuk brand image konsumen. c. Uniqueness of brand association/keunikan asosiasi merek. Merupakan keunikan–keunikan yang dimiliki oleh produk tersebut. Menurut Tjiptono (2005) menyatakan bahwa brand image atau brand description adalah deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu, sedangkan menurut Kotler dan Keller (2009) mempersepsikan citra merek (brand image) adalah proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, dan mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 Citra merek adalah sekumpulan dari kepercayaan yang dipercaya oleh konsumen untuk suatu merek tertentu (Kotler dan Armstrong, 2011). Citra merek mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. Artinya, citra merek atau citra perusahaan yang baik akan merangsang pembelian dengan penyederhanaan aturan keputusan (Sugiharti, 2012). Dengan kata lain bahwa merek merupakan sebuah nama yang dapat mempengaruhi pembeli. (Kapferer, 2008). Ada enam kriteria dalam pemilihan merek, tiga elemen pertama adalah mudah diingat, bermakna, disukai, tiga hal elemen tersebut adalah elemen yang membangun suatu merek. Tiga elemen berikutnya adalah mudah di pindahkan, mudah di adaptasi, dan terlindungi, tiga hal tersebut adalah elemen yang digunakan untuk bertahan dengan memberikan pengaruh dan menjaga ekuitas merek dari penantang (Kotler dan Keller, 2011). 1. Memorable, seberapa mudah konsumen merek itu di ingat dan dikenal. 2. Meaningful, sebaik apa kredibilitas merek tersebut. 3. Likeable, tingkat keindahan dan ketraktifan merek tersebut. 4. Tranferable, kemampuan merek dalam mewakili produk baru dalam katagori yang sama atau berbeda. 5. Adaptable, kemudahan merek disesuaikan dan diperbaharui sesuai dengan perkembangan zaman. 6. Protectable, perlindungan hukum terhadap merek. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 6. Pengaruh Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian Beberapa penelitian sebelumnya, menyatakan variabel kualitas produk menjadi faktor penting yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian, seperti penelitian yang dilakukan oleh Saragih, Shihab dan Purwanto (2013) dari penelitian tersebut ditemukan bahwa kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rawung, Oroh dan Sumarauw (2015) bahwa variabel kualitas produk tidak mempengaruhi keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen, variabel kualitas produk tidak berpengaruh terhadap variabel keputusan pembelian. Dan penelitian lain yang dilakukan Idris (2013) juga menemukan bahwa variabel kualitas produk, citra merek, harga dan promosi secara besama-sama menjadi faktor penting terhadap keputusan pembelian.Berdasarkan beberapa penelitian tersebut maka dibuatlah hipotesis pertama yaitu : H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan kualitas produk terhadap keputusan pembelian. 7. Pengaruh Kepercayaan Merek terhadap Keputusan Pembelian Dalam Penelitian Mamahit, Soegoto dan Tumbuan (2015) bahwa kepercayaan merek mempengaruhi keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen, variabel kepercayaan merek berpengaruh terhadap variabel keputusan pembelian. Penelitian lain yang dilakukan Wulandari dan Nurcahya (2015) mengenai celebrity endorser, brand image dan brand trust http://digilib.mercubuana.ac.id/ terhadap keputusan pembelian 30 secara besama-sama menjadi faktor penting terhadap keputusan pembelian. Dari penelitian-penelitian tersebut maka dibangunlah hipotesis kedua yaitu : H2: Terdapat pengaruh yang signifikan kepercayaan merek terhadap keputusan pembelian. 8. Pengaruh Citra Merek terhadap Keputusan Pembelian Dalam Penelitian Dewi, Hidayat dan Listyorini (2015) bahwa citra merek (brand image) juga mempengaruhi keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa variable citra merek berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sardijantoputra (2015) mengenai pengaruh citra merek, persepsi harga dan promosi, terhadap keputusan pembelian menemukan bahwa variabel citra merek, persepsi harga dan promosi menjadi faktor penting terhadap keputusan pembelian konsumen. Sementara itu penelitian yang dilakukan Moly (2014) mengenai citra merek dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian secara bersama-sama terdapat faktor penting terhadap keputusan pembelian. Dari penelitian-penelitian tersebut maka dibangunlah hipotesis ketiga yaitu : H3: Terdapat perngaruh yang signifikan citra merek (Brand Image) terhadap keputusan pembelian. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 B. Kajian Riset Terdahulu Penelitian ini juga pernah diangkat sebagai topik penelitian oleh beberapa peneliti sebelumnya, maka peneliti juga diharuskan untuk mempelajari penelitian-penelitian terdahulu yang dapat menjadi acuan dalam penelitian ini. Berikut ini ditampilkan pada tabel 2.1 penelitian terdahulu: TABEL 2.1 PENELITIAN TERDAHULU No Peneliti 1 Hendra Noky Andrianto Idris (2013) 2 Philius Mamahit , Agus Supandi Soegoto, Willem Alfa Tumbuan (2015) 3 Vivi Alvionita Moly (2014) Judul Penelitian Pengaruh Kualitas Produk, Citra Merek, Harga dan Promosi terhadap Keputusan Pembelian Mobil Jenis Mpv Merek Toyota Kijang Innova (Kualitas Produk) Pengaruh Brand Image, Brand Trust, Dan Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian Mobil Toyota All New Yaris (Kepercayaan Merek) Pengaruh Citra Merek dan Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian Handphone Nokia (Citra Merek) Metode Penelitian SPSS (Statical Package for the Social Sciences) Hasil Penelitian Kualitas Produk berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian SPSS (Statical Package for the Social Sciences) Kepercayaan Merek berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian SPSS (Statical Package for the Social Sciences) Citra Merek berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 No Peneliti Judul Penelitian 4 Apriliandini Fitriani Dewi, Wahyu Hidayat, Sari Listyorini (2015) 5 Ni Made Rahayu Wulandari & I Ketut Nurcahya (2015) Pengaruh Kualitas Produk, Promosi dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Rokok Marlboro (Citra Merek) Pengaruh Celebrity Endorser, Brand Image dan Brand Trust terhadap Keputusan Pembelian Clear Shampoo (Kepercayaan Merek) 6 Charles Victor B Saragih , Muchsin Saggaff Shihab dan Wawan Purwanto (2013) Pengaruh Kualitas Produk, Ketersediaan Produk dan Gaya Hidup terhadap Keputusan Pembelian Produk Lulur Mandi Sumber Ayu (Kualitas Produk) 7 Antoseno Pengaruh Citra Sardijantoputra, Merek, Persepsi (2015). Harga dan Promosi, terhadap Keputusan Pembelian Sandal Outdoorpro (Citra Merek) Sumber dari berbagai literature. Metode Penelitian SPSS (Statical Package for the Social Sciences) Hasil Penelitian Citra Merek berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian SPSS (Statical Package for the Social Sciences) Kepercayaan Merek berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian SPSS (Statical Package for the Social Sciences) Kualitas Produk berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian SPSS (Statical Package for the Social Sciences) Citra Merek berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 Β. Rerangka Pemikiran Dari beberapa teori yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor-faktor penting yang mempengaruhi konsumen untuk melakukan keputusan pembelian, antara lain: Kualitas Produk, Kepercayaan Merek, dan Citra Merek dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut : H1 Kualitas Produk (X1) Kepercayaan Merek (X2) H2 H3 Keputusan Pembelian (Y) H4 Citra Merek (X3) Gambar 2.2 Model Penelitian C. Hipotesis Dari perumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori dan telah dituangkan dalam kerangka pikir, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: H1: Terdapat pengaruh secara simultan kualitas produk, kepercayaan merek dan citra merek terhadap keputusan pembelian. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 H2: Terdapat pengaruh yang signifikan kualitas produk terhadap keputusan pembelian. H3: Terdapat pengaruh yang signifikan kepercayaan merek terhadap keputusan pembelian. H4: Terdapat pengaruh yang signifikan citra merek terhadap keputusan pembelian. http://digilib.mercubuana.ac.id/