STATISTIK 1 KONSEP PROBABILITAS Oleh: Kelompok VI 1. 2. 3. 4. 5. 6. Maria Anggelina Matutina Atik Asiska Tifania Roro Aisyah Marisa Augustulud Fazrisven Roissy widi 201466118 201466138 201466007 201466032 201366036 201266031 UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA 2016 KONSEP PROBABILITAS 1. Pengertian Probabilitas Dalam kenyataan sehari-hari sering kali kita mendengar adanya pernyataan “mungkin dan/atau tidak mungkin”, secara spesifik peryataaan tersebut dapat diartikan sebagai gambaran sebuah pernyataan “kepastian dan/atau ketidakpastian” yang biasa dikatakan sebagai probabilitas atau kemungkinan. Kaitan dengan kehidupan sehari-hari sering kali kita dihadapkan dengan asumsi-asumsi probabilitas, seperti kemungkinan terjadinya lonjakan harga bahan makanan pokok akibat adanya bencana alam, lonjakan harga minyak akibat adanya perang, dan banyak lagi contoh-contoh prakiraan yang didasarkan pada konsep probabilitas. Sejalan dengan adanya ketidakpastian dalam praktik pengambilan keputusan sehari-hari, teori probabilitas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pengambilan keputusan. Secara umum, probabilitas dapat diartikan sebagai suatu ukuran mengenai kemungkinan akan terjadinya suatu peristiwa (event). Adapun besarnya ukuran dari nilai probabilitas adalah 0 sampai dengan 1.1 2. Konsep-Konsep Probabilitas 2.1 Pandangan Klasik/Intuitif Di dalam pandangan klasik ini probabilitas/peluang adalah harga angka yang menunjukkan seberapa besar kemungkinan suatu peristiwa terjadi, diantara keseluruhan peristiwa yang mungkin terjadi. Contoh: a. Sebuah mata uang logam mempunyai sisi dua (H dan T), kalua mata uang tersebut dilambungkan satu kali, peluang untuk keluar sisi H adalah ½. b. Sebuah dadu untuk keluar mata ‘lima’ saat pelemparan dadu tersebut satu kali adalah 1/6 (karena banyaknya permukaan dadu adalah 6). Jadi, pendekatan dalam konsep klasik ini adalah matematis atau teoritis sehingga di dapatkan rumus: 1 𝑿 𝑷(𝑬) = 𝑵 Supangat, Statistika : Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametrik, (Jakarta : Prenada Media, 2010), halaman 225. P = Probabilitas E = Event (Kejadian) X = Jumlah kejadian yang diinginkan (peristiwa) N = Keseluruhan kejadian yang mungkin terjadi Contoh: Didalam suatu pabrik (work shop) ada 30 wanita dan 70 laki-laki. Sehabis makan siang yang disediakan pabrik akan ditanyakan apakah makanan tadi cukup baik. Untuk itu akan diundi (diacak) siapa orang yang akan ditanyakan pendapatnya. Probabilitas akan terambil seorang buruh wanita adalah 30/100 p (0,3). Pandangan klasik ini walaupun perhitungannya tepat harus mempunyai syaratsyarat tertentu seperti kalau itu dadu maka dadu itu harus seimbang. Jadi, dalam peristiwa di alam sebenarnya sukar mendapatkan peristiwa yang persis sama dengan teori klasik di atas.2 2.2 Pandangan Empiris/Probabilitas Relatif Dalam pandangan ini probabilitas berdasarkan observasi, pengalaman, atau kejadian(peristiwa) yang telah terjadi. Contoh: a. Pelemparan 100 x coin 59 x keluar sisi H, maka dikatakan P(H) = 59% b. Dari 10.000 hasil suatu produksi, 100 rusak P(rusak) = 1% = 0,01 c. Distribusi relatif Upah(Rp 1000) Jumlah % 200 – 499 90 30 500 – 749 165 55 750 – 999 45 15 Kalau diambil secara acak satu orang probabilitas untuk terambil seorang yang mempunyai upah antara 200 – 499 ribu rupiah adalah p (0,3) Pandangan klasik : 2 𝑋 𝑃(𝐸) = 𝑙𝑖𝑚 𝑁 Hastono, Statistika Kesehatan, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2013), halaman 40-42. Hubungan antara pandangan klasik dan pandangan empiris: P(E) = X/N dan P(E) = lim X/N akan sama besarnya bila N tak terhingga.3 2.3 Pandangan Subjektif Di dalam pandangan subjektif probabilitas ditentukan oleh pembuat pernyataan, misalnya seorang buruh atau karyawan meyakini bahwa kalau ada kesempatan untuk pendidikan lanjut, yang akan dikirim adalah dirinya (misalnya diyakininya 95% = 0,95). Kebenaran dari probabilitas subjektif ini sangat tergantung pada orang yang menentukannya, tetapi walaupun demikian teori probabilitas dapat membantunya.4 3. Unsur-Unsur Probabilitas 3.1 Ruang Sampel Ruang sampel adalah himpunan yang elemen-elemennya merupakan hasil yang mungkin terjadi dari suatu eksperimen. Ruang sampel ditulis dengan lambing S. jika suatu eksperimen dimana a1, a2, a3, a4, a5,……….an menunjukkan semua hasil yang terjadi, maka ruang sampel di tuliskan sebagai berikut. S = (a1, a2, a3, a4, a5,……….an) 3.2 Titik Sampel Titik sampel adalah semua elemen yang ada di dalam suatu ruang sampel, yaitu a1, a2, a3, a4, a5,……….an 3.3 Peristiwa/Kejadian/Event Peristiwa adalah himpunan bagian dari suatu ruang sampel.Peristiwa ditulis dengan lambing huruf besar A, B, dan seterusnya dan dituliskan peristiwa yang mungkin muncul dalam hasil. Misalnya hanya a2, a4 sebagai hasil peristiwa, maka yang dituliskan: A = hasil yang diterima {a2, a4 } 3 Ibid., halaman 42. Ibid., halaman 43. 4 Contoh penggunaan definisi di atas adalah sebagai berikut. 1) Eksperimen : pelemparan sebuah dadu Hasil : mata dadu yang tampak Ruang Sampel : S = (1, 2, 3, 4, 5, 6) Suatu Peristiwa : A titik ganjil yang nampak {1, 3, 5} B titik genap yang nampak {2, 4, 6} 2) Eksperimen : pemilihan seorang mahasiswa FKM, dicatat IPK Hasil : bilangan x yang besarnya antara 0 dan 4 Ruang Sampel : S = (0 ≥ X ≤ 4) Suatu Peristiwa : A IPK di atas 3……= {3 < 𝑋 ≤ 4} 3) Eksperimen : Empat pekerja sama-sama terkena pencemaran (polusi) udara Hasil : dicatat apakah jadi sakit S atau tidak sakit T Ruang Sam𝑝𝑒𝑙 ∶ { 𝑆𝑆𝑆𝑆, 𝑆𝑆𝑆𝑇, 𝑆𝑆𝑇𝑆, 𝑆𝑇𝑆𝑆, 𝑇𝑆𝑆𝑆, 𝑆𝑆𝑇𝑇, 𝑆𝑇𝑆𝑇, 𝑆𝑇𝑇𝑆, } 𝑇𝑆𝑆𝑇, 𝑇𝑆𝑇𝑆, 𝑇𝑇𝑆𝑆, 𝑆𝑇𝑇𝑇, 𝑇𝑆𝑇𝑇, 𝑇𝑇𝑆𝑇, 𝑇𝑇𝑇𝑆, 𝑇𝑇𝑇𝑇 S = 2x2x2x2 = 24 = 16 Suatu Peristiwa : A Semua pasien sembuh {𝑆𝑆𝑆𝑆} B ada dua orang yang sembuh {𝑆𝑆𝑇𝑇, 𝑆𝑇𝑆𝑇, 𝑇𝑆𝑆𝑇, 𝑇𝑆𝑇𝑆, 𝑇𝑇𝑆𝑆} Peristiwa-peristiwa baru dapat dibentuk dari peristiwa-peristiwa yang sudah ada dengan menggunakan tiga operasi dasar, yaitu union, interaksi, dan komplementasi, yang timbul dari penggunaan kata-kata “atau”, “dan”, serta “tidak”. Berikut ini uraiannya lebih lanjut. a) Union peristiwa A dan B adalah himpunan semua elemen yang ada di dalam himpunan A maupun B, ditulis A ∪ B b) Interaksi dua peristiwa A dan B, ditulis A ∩ B adalah himpunan semua elemen yang ada di dalam A dan juga B c) Komplemen peristiwa A ditulis Ac, adalah himpunan semua elemen yang tidak di dalam A Operasi ini dapat digambarkan dengan diagram Venn berikut.5 A∪B A B A∩B A∩ 𝐵 Ac Ac A 4. Hukum Probabilitas 4.1 Hukum Pertambahan/Hukum Penjumlahan Dalam hokum pertambahan terdapat dua kondisi yang harus diperhatikan, yaitu apakah kedua peristiwa tersebut saling meniadakan atau dapat terjadi bersama. Kedua kondisi ini disebut sebagai peristiwa mutually exclusive ataupun non mutually exclusive. a. Kejadian mutually exclusive (peristiwa saling terpisah = disjoint) Dua peristiwa dikatakan mutually exclusive apabila satu peristiwa terjadi akan meniadakan peristiwa yang lain untuk terjadi, atau dikatakan peristiwa tersebut saling meniadakan. Contoh: 5 Ibid., halaman 43-46. 1) Permukaan sebuah koin, 2) Permukaan dadu, 3) Kelahiran anak laki atau perempuan pada seorang ibu dengan kehamilan tunggal. Untuk suatu kejadian yang mutually exclusive, peristiwa terjadinya A dan B merupakan gabungan antara peristwa A dan peristiwa B, di mana tidak terdapat irisan antara peristiwa A dan B (saling asing). Maka, probabilitas untuk kondisi seperti ini adalah penggabungan kemungkinan probabilitas keduanya. P(A∪B) = P(A) + P(B) P(A∩B) = 0 Contoh: 1) Probabilitas untuk keluar mata 2 atau mata 5 pada pelemparan satu kali sebuah dadu adalah: P(2 ∪ 5) = P(2) + P(5) = 1/6 + 1/6 = 2/6 2) Ada 5 orang kandidat untuk dikirim ke tempat suatu kejadian luar biasa (KLB) diare (sebut saja A B C D E) tetapi yang akan dikirim hanya satu orang. Probabilitas (peluang) D atau E akan dikirim adalah: P(D ∪ E) = 1/5 + 1/5 = 2/5 b. Peristiwa non mutually exclusive (joint) Dua peristiwa atau lebih dapat terjadi bersama-sama (tetapi tidak selalu bersama) Contoh: 1) Penarikan kartu As dan berlian 2) Seorang laki-laki dan dokter Untuk peristiwa non mutually exclusive, peristiwa terjadinya A dan B merupakan gabungan antara peristiwa A dan peristiwa B. akan tetapi, karena ada elemen yang sama dalam peristiwa A dan B, gabungan peristiwa A dan B perlu dikurangi peristiwa di mana A dan B memiliki elemen yang sama. Dengan demikian, probabilitas pada keadaaan dimana terdapat elemen yang sama antara peristiwa A dan B probabilitas A atau B adalah probabilitas A ditambah probabilitas B dan kurangi probabilitas elemen yang sama dalam peristiwa A dan B. P(A∪B) = P(A) + P(B) - P(A∩B) Contoh: Pada penarikan satu kartu dari satu set kartu bridge, peluang akan terambil kartu as atau berlian adalah: P(as) = 4/52 P(berlian) = 13/52 Ada sebuah kartu as dan berlian : P (as ∩ berlian) = 1/52 P (as ∪ berlian) = P(as) + P(berlian) - P (as ∩ berlian) = 4/52 + 13/52 – 1/52 = 16/52 4.2 Hukum Perkalian 4.2.1 Peristiwa Bebas (Independent) Dua peristiwa dikatakan bebas/independent apabila kejadian atau ketidakjadian suatu peristiwa tidak memengaruhi peristiwa lain. Ini perlu dibedakan dengan mutually exclusive, pada independent suatu kejadian tidak akan memengaruhi kejadian lainnya, sedangkan pada mutually exclusive, dua kejadian tidak dapat muncul bersamaan. Sebagai contoh, sebuah koin dilambungkan dua kali, maka peluang keluarnya H pada lemparan pertama dan pada pelemparan kedua saling bebas. P(A∩B) = P(A) x P(B) Contoh soal: Sebuah dadu dilambungkan dua kali, peluang keluarnya mata 5 untuk kedua kalinya adalah: P(5 ∩ 5) = 1/6 x 1/6 = 1/36 Sebuah dadu dan sebuah koin dilambungkan bersama-sama, peluang keluarnya hasil lambungan berupa sisi H pada koin dan sisi 3 pada dadu adalah: 1 P(H) = 2 P(3) = 1/6 1 P(H ∩ 3) = 2 x 1/6 = 1/12 4.2.2 Peristiwa Tidak Bebas (Conditional Probability = Peristiwa Bersyarat) Dua peristiwa dikatakan bersyarat apabila kejadian atau ketidakjadian suatu peristiwa akan terpengaruh terhadap peristiwa lainnya. Misalnya, dua buah kartu di Tarik dari set kartu bridge dan tarikan kedua tanpa memasukkan kembali kartu pertama. Maka, probabilitas kartu kedua sudah tergantung pada kartu pertama yang ditarik. Symbol untuk peristiwa bersyarat adalah P (B│A)……. Probabilitas B pada kondisi A. Probabilita bersyarat tidak terdapat pada peristiwa P(A) = P (A│B) P(B) = P (B│A) P(A∩B) = P(A) x P (B│A) Contoh soal: Dua kartu ditarik dari satu set kartu bridge, peluang untuk yang tertarik keduanya kartu as adalah sebagai berikut.6 Peluang as I adalah 4/52 P(as I) = 4/52 Peluang as II dengan syarat as I sudah tertarik adalah 3/51 P (as II│as I) = 3/51 P(as I∩ as II) = P(as I) x P (as II│as I) = 4/52 x 3/51 = 1/221 5. Permutasi Permutasi ialah peluang yang terjadi pada sejumlah individu yang disusun dengan memeperhatikan bentuk susunan atau urutan..7 6 Ibid., halaman 47-52. Budiarto, Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, ( Jakarta: Kedokteran EGC, 2001), halaman 102. 7 𝒏! 𝒏 𝑷 𝒓 = (𝒏−𝒓)! P = jumlah permutasi (urutannya dipentingkan) n = banyaknya objek r = jumlah anggota pasangan ! = Faktorial (3! = 3x2x1), 0! = 1, 1! = 1 Contoh: Ada tiga cara yang efektif untuk pengobatan pasien Ca (kanker) yakni bedah (B), radiasi (penyinaran = P), dan kemoterapi (obat = O). ada berapa carakah yang dapat diobati seseorang yang menderita Ca kalua kepada masing-masing pasien hanya dua macam terapi yang bias diberikan. Penyelesaian: Untuk pengobatan ini urutan diperlukan karena seseorang yang mendapat terapi bedah dan penyinaran (B, P), akan berbeda dengan yang mendapat penyinaran lebih dahulu baru dibedah (P, B). 3P2= 3! = (3−2)! 3×2×1 1 =6 Jadi, jumlah cara yang dapat dilaksanakan adalah : (BP, BO, PB, PO, OB, OP)8 6. Kombinasi Kombinasi merupakan kumpulan individu tanpa memperhatikan susunan dan urutannya.9 𝒏𝑪𝒓= 𝒏! 𝒓!(𝒏−𝒓)! C = jumlah kombinasi (yang urutannya tidak penting) 8 9 Hastono, op.cit., halaman 56-57. Budiarto, op.cit., halaman 112. n = banyaknya objek r = jumlah anggota pasangan Contoh : Tiga orang pasien digigit ular dan dibawa ke puskesmas.Di puskesmas hanya tersedia 2 dosis antiracun ular.Berapa kemungkinan pasangan yang diberikan 2 dosis tersebut (pasiennya A, B, C)? Penyelesaian : 2 orang yang berpasangan di sini, misalnya A dan B sama saja dengan B dan A. jadi, disini urutannya tidak ada artinya. Maka dalam hal ini pasangan yang terjadi adalah: 3C2= 3! 2!(3−2)! = 3×2×1 Mereka adalah : (AB, AC, BC)10 10 Hastono, op.cit., halaman 57. =3 2×1×1