Pemberdayaan, Bukan Pemerdayaan akan mendukung kegiatan penyusunan gender impact assessment. Dengan keberadaan kedua indikator ini akan sangat membantu gender budget dirancang oleh para perencana di Kementerian PU. Dengan demikian, kegiatan yang dimunculkan sudah benar, yakni dalam track gender infrastructure. Diharapkan, ke depannya tidak ada lagi kegiatan yang “lepas” dari koridor konsep gender infrastruktur ini. Kita patut mengapresiasi bahwa apa yang telah diinisiasi oleh Kemen PU sudah on the track (sesuai jalurnya), tidak mendiskriminasi kebutuhan laki-laki atau perempuan, melainkan justru memenuhi kebutuhankebutuhan mereka. Jalur akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat sangat terbuka bagi perempuan atau laki-laki. Sebagaimana spirit yang digaungkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) bahwa gender equality and women‘s empowerment are human rights that lie as the heart of MDGs. Lebih jauh lagi, demi suksesnya penyelenggaraan infrastruktur bidang ke-PU-an yang responsif gender, penciptaan iklim yang kondusif yang akan mengakselerasi adalah penting. Iklim ini meliputi proses dan mekanisme yang in line. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian disini adalah pentingnya kesepahaman perspektif gender internal Kemen PU, perlunya penilaian kinerja oleh lembaga pengawas internal juga lembaga masyarakat dalam proses penerapan PUG PU, serta dukungan NSPK sebagai peraturan perundangan yang memayungi keseluruhan proses pembangunan infrastruktur ke-PU-an. Dari cakupan tugas turbinbangwas dalam bidang PU, tahap pembangunan merupakan tahap terpenting untuk diukur tingkat responsivitas gendernya. Hal ini mengingat dalam proses pembangunan banyak pelaku pembangunan (internal dan eksternal) yang dilibatkan dan pada tahap inilah pengukuran tingkat responsivitas gender dapat dilakukan pada scope/satuan yang lebih kecil seperti: survei, desain dan investigasi, pembebasan lahan, konstruksi dan operasi pemeliharaan. Pengukuran pada lingkup kecil tersebut memungkinkan penilaian yang tidak bersifat menggeneralisasi atas sebuah kegiatan. Tidak mudah mengubah paradigma, pola pikir, serta sikap penyelenggara pembangunan dari pemberdayaan perempuan ke gender infrastructure. Sebuah konsep yang lebih mengedepankan responsivitas gender dalam setiap proses dan tahapan pembangunan. Namun demikian, seiring semakin aware-nya para penyelenggara pembangunan dengan isu-isu ini, diharapkan seluruh jajaran di unit-unit organisasi dapat memposisikan diri dalam konstelasi pembangunan infrastruktur PU sesuai core business-nya masing-masing. Tidak hanya itu, internalisasi dan implementasi prinsip-prinsip pembangunan yang responsif gender ke dalam setiap paket–paket pekerjaan/kegiatan juga harus segera dilakukan disertai penerapan kriteria monev yang mampu mengukur keberhasilan infrastruktur dalam menjalankan fungsinya, sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. n n POLWAN, BUKTI NYATA PARTISIPASI GENDER KIPRAH Volume 52 th XII | September-Oktober 2012 73