73 Pemberdayaan, Bukan Pemerdayaan

advertisement
Pemberdayaan, Bukan Pemerdayaan
akan mendukung kegiatan penyusunan gender impact
assessment. Dengan keberadaan kedua indikator ini
akan sangat membantu gender budget dirancang oleh
para perencana di Kementerian PU. Dengan demikian,
kegiatan yang dimunculkan sudah benar, yakni dalam
track gender infrastructure. Diharapkan, ke depannya
tidak ada lagi kegiatan yang “lepas” dari koridor konsep
gender infrastruktur ini.
Kita patut mengapresiasi bahwa apa yang telah
diinisiasi oleh Kemen PU sudah on the track (sesuai
jalurnya), tidak mendiskriminasi kebutuhan laki-laki atau
perempuan, melainkan justru memenuhi kebutuhankebutuhan mereka. Jalur akses, partisipasi, kontrol, dan
manfaat sangat terbuka bagi perempuan atau laki-laki.
Sebagaimana spirit yang digaungkan dalam Millenium
Development Goals (MDGs) bahwa gender equality and
women‘s empowerment are human rights that lie as the
heart of MDGs.
Lebih jauh lagi, demi suksesnya penyelenggaraan
infrastruktur bidang ke-PU-an yang responsif gender,
penciptaan iklim yang kondusif yang akan mengakselerasi
adalah penting. Iklim ini meliputi proses dan mekanisme
yang in line. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian
disini adalah pentingnya kesepahaman perspektif gender
internal Kemen PU, perlunya penilaian kinerja oleh
lembaga pengawas internal juga lembaga masyarakat dalam
proses penerapan PUG PU, serta dukungan NSPK sebagai
peraturan perundangan yang memayungi keseluruhan
proses pembangunan infrastruktur ke-PU-an.
Dari cakupan tugas turbinbangwas dalam bidang
PU, tahap pembangunan merupakan tahap terpenting
untuk diukur tingkat responsivitas gendernya. Hal ini
mengingat dalam proses pembangunan banyak pelaku
pembangunan (internal dan eksternal) yang dilibatkan
dan pada tahap inilah pengukuran tingkat responsivitas
gender dapat dilakukan pada scope/satuan yang lebih kecil
seperti: survei, desain dan investigasi, pembebasan lahan,
konstruksi dan operasi pemeliharaan. Pengukuran pada
lingkup kecil tersebut memungkinkan penilaian yang
tidak bersifat menggeneralisasi atas sebuah kegiatan.
Tidak mudah mengubah paradigma, pola pikir, serta
sikap penyelenggara pembangunan dari pemberdayaan
perempuan ke gender infrastructure. Sebuah konsep
yang lebih mengedepankan responsivitas gender dalam
setiap proses dan tahapan pembangunan. Namun
demikian, seiring semakin aware-nya para penyelenggara
pembangunan dengan isu-isu ini, diharapkan seluruh
jajaran di unit-unit organisasi dapat memposisikan diri
dalam konstelasi pembangunan infrastruktur PU sesuai
core business-nya masing-masing.
Tidak hanya itu, internalisasi dan implementasi
prinsip-prinsip pembangunan yang responsif gender ke
dalam setiap paket–paket pekerjaan/kegiatan juga harus
segera dilakukan disertai penerapan kriteria monev yang
mampu mengukur keberhasilan infrastruktur dalam
menjalankan fungsinya, sebagai katalisator pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. n
n POLWAN, BUKTI NYATA PARTISIPASI GENDER
KIPRAH Volume 52 th XII | September-Oktober 2012
73
Download