ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN MATA AIR CIRAHAB (Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten) ANNISSA MERRYNA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN (Studi Kasus : Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, 27 Agustus 2009 Annissa Merryna H44053639 i ABSTRACT Annissa Merryna (H44053639). Analysis of Willingness to Pay Community for Payment Environmental Services (Case Study : Curug Goong Village, Padarincang District, Serang Regency, Banten). Under the guidance of Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc and Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si Water is one of important elements in human life. Water is also used for a variety of interest such as drinking, cooking, washing, and all other activities that directly relate to human walfare. The purpose of research is to determine the value of willingness to pay (WTP) for community economic instruments, namely payment environmental services, the factors that affect respondents’s willingness to do a payment environmental services and the factors that affect the value of preparedness. Willingness of respondents to pay for environmental services is influenced by several factors, such as the assessment of water quality, the amount of water needs, and the distance to the water source. The assessment of water quality impacts is significant at 90 percent, variable amount of water needs is significant at 95 percent, while variable distance to the water source is significant at 99 percent. WTP value in this research is the value that will be given by the respondents to environmental services generated by Cirahab spring per liter per household. Average WTP is Rp. 101/liter/household, while total WTP is Rp. 83.835/liter. The factors affecting the value of respondents’s WTP are influenced by the assessment of water quality, the amount of water need, the distance to the water source, and the average household income. The assessment of water quality impacts is significant at 90 percent, variable anount of water needs is significant at 95 percent, variable distance to water source is significant at 99 percent, and variable average household income is significant at 90 percent. Once established average WTP value per liter per household has been determined the potential value of water Cirahab spring is calculated by multiplying the average WTP value with the number of respondents environmental services utilization. The value of environmental services by community is around 51.887.305/liter/year that can be generated by 4,94 Ha of land through transfer benefit method. Land should be planted to absorp tree so that the quality water and quantity water of Cirahab spring be sustainable. The potential valus of Cirahab spring was obtained from the multiplication number of environmental services by community with average WTP value, so the potential value of Cirahab spring is Rp. 5.240.617.805/year which is more greater than the cost restoration of forest ecology is Rp. 544.758.500/Ha/year. Key words : water, payment environmental services, willingness to pay, transfer benefit, the cost restoration of forest ecology ii RINGKASAN Annissa Merryna (H44053639). Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan (Studi Kasus : Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten). Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc dan Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si Air merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Air juga dipergunakan untuk berbagai kepentingan diantaranya untuk minum, masak, mencuci, dan segala aktifitas lainnya yang langsung berhubungan dengan kesejahteraan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mencari nilai willingness to pay (WTP) masyarakat terhadap instrumen ekonomi yaitu pembayaran jasa lingkungan, faktor-faktor yang mempengaruhi kesedian responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kesediaan tersebut. Kesediaan responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu penilaian terhadap kualitas air, jumlah kebutuhan air, dan jarak rumah ke sumber air. Variabel penilaian terhadap kualitas air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen, variabel jumlah kebutuhan air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 persen, sedangkan variabel jarak rumah ke sumber air berpengaruh nyata pada taraf 99 persen. Nilai WTP dalam penelitian ini adalah nilai yang akan diberikan oleh responden terhadap jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahab per liter per KK. Nilai rataan WTP responden adalah Rp. 101/liter/KK sedangkan nilai total WTP adalah Rp. 83.835/liter. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden dipengaruhi oleh penilaian kualitas air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber air dan rata-rata pendapatan rumah tangga. Variabel penilaian terhadap kualitas air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 persen, variabel jumlah kebutuhan air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 persen, variabel jarak rumah ke sumber air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 99 persen, dan variabel rata-rata pendapatan rumah tangga berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen. Setelah didapatkan nilai rataan WTP per liter per KK maka akan dicari nilai potensial pemanfaatan dari mata air Cirahab dengan cara mengalikan nilai rataan responden dengan jumlah pemanfaatan jasa lingkungan oleh masyarakat. Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan mata air Cirahab oleh masyarakat sebanyak 51.887.305/liter/tahun yang dapat dihasilkan oleh 4,94 Ha lahan melalui metode transfer benefit. Lahan tersebut dapat ditanami pohon penyerap air sehingga kualitas dan kuantitas mata air Cirahab dapat lestari. Sedangkan nilai potensial pemanfaatan mata air Cirahab didapatkan dari perkalian jumlah pemanfaatan jasa lingkungan oleh masyarakat dengan nilai rataan WTP sehingga nilai potensial pemanfaatan adalah sebesar Rp. 5.240.617.805/tahun yang nilainya jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya pemulihan ekologi hutan sebesar Rp. 544.758.500/Ha/tahun. Kata kunci : air, pembayaran jasa lingkungan, willingness to pay, transfer benefit, biaya pemulihan ekologi hutan iii ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN MATA AIR CIRAHAB (Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten) ANNISSA MERRYNA H44053639 Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 Judul Skripsi Nama NRP : Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab (Studi Kasus : Desa Curug Goong Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten) : Annissa Merryna : H44053639 Disetujui, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc NIP. 196.204.211.986.031.003 Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si Diketahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya danLingkungan Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc NIP. 196.204.211.986.031.003 Tanggal Lulus : KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdullillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan (Studi Kasus : Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)” ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan dapat digunakan sebagai bahan rujukan lain bagi masyarakat ilmiah yang ingin menyusun penelitian yang sejenis. Skripsi ini bertujuan untuk menghitung besarnya willingness to pay masyarakat terhadap pembayaran jasa lingkungan yang akan diterapkan dan faktor-faktor yang akan mempengaruhi kesediaan dan nilai dari willingness to pay tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan masukan bagi pemerintah dan masyarakat setempat dalam mengambil langkah untuk menyusun kebijakan pengelolaan sebagai upaya konservasi di mata air Cirahab serta dapat bermanfaat bagi pihak lain yang berkepentingan. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc sebagai dosen pembimbing pertama dan Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si sebagai dosen pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan masukannya selama penyusunan skripsi ini. Serta pihak-pihak lain yang senantiasa membantu dan memberi motivasi serta doa kepada penulis. Seperti pepatah, “tiada gading yang tak retak”. Penulis meyakini bahwa manusia bukanlah makhluk yang benar-benar sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik terhadap skripsi ini. Hal ini agar budaya berpikir kritis bisa lebih berkembang di masyarakat dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat. vi RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 Januari 1987. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Ir. Mawardi Muchtar dan Elfiani Mawardi. Penulis mengawali pendidikan di TK Nurul Hidayah Pejaten Pasar Minggu pada tahun 1991, kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) Anyelir 1 Depok. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTP) 2 Depok dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum (SMU) 1 Depok dan masuk dalam program studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan sebagai staf divisi Komunikasi dan Informasi Badan Ekskutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Manajemen Periode 2006/2007, kepala divisi Enterpreneurship Resources Environmental and Economic Student Association (REESA) Periode 2007/2008, anggota Forum Mahasiswa Cinta Lingkungan (Formalin), dan aktif dalam kepanitiaan beberapa event kampus. Selain itu, penulis juga tercatat sebagai salah satu finalis Abang Mpok Depok 2009 dan aktif dalam kegiatan sebagai duta pariwisata Kota Depok Tahun 2009-2011. viii UCAPAN TERIMA KASIH Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan kasih sayangNya yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan baik mulai dari proses penyusunan sampai penyelesaian skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, pada kesempatan oini penulis ingin menyampaikan ucapan teri kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Keluargaku tersayang : Papa (Ir. Mawardi Muchtar), Mama (Elfiani Mawardi), Adik-adikku (Niko Avila dan Nesya Yolanda) atas do’a, perhatian, dukungan, kesabaran, bimbingan dan motivasi yang telah diberikan. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M. Sc dan Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi atas arahan, bimbingan, masukan, kesabaran, semangat, pengertian, perhatian yang telah diberikan kepada penulis. 3. Bapak Ir. Nindyantoro, MSP sebagai dosen penguji utama. 4. Bapak Adi Hadianto, SP sebagai dosen penguji wakil departemen. 5. Bapak N. P. Rahadian selaku Direktur Eksekutif Rekonvasi Bhumi atas informasi yang telah diberikan kepada penulis. 6. Bapak Mamat dan keluarga atas tumpangan kamar di rumah Beliau selama penulis melakukan penelitian. 7. Masyarakat Desa Curug Goong yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 8. Sahabatku tersayang Aufa Hilliyun Aidha Syafril atas semangat, doa, bantuan yang diberikan kepada penulis. 9. Teman-teman penulis antara lain, Cici, Midun, Gareth, Mia, Bude Mila, Mutiara, Titut, Dhibo, Tata, Etha, Ani, Danti, Rani, Achy, Tri, Ratih, Mega, Mita, Evi, Atung, Dores, Hans, Buja dan teman-teman ESL 42 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas kebersamaan, bantuan, doa, dan dukungan yang diberikan. 10. Teman-teman sebimbingan antara lain, Kartini, Indra, dan Beru atas bantuan dan kerjasama, semangat dan doa yang telah diberikan. ix 11. Teman-teman Asrama A1-115 (Shinta, Ocha, Nia, Shely, dan Vbee) atas kebersamaan, keceriaan, semangat dan doa yang diberikan. 12. Teman-teman KKP Kelurahan Sukadamai, Kecamatan Tanah Sareal (Irvan, Dhofir, Farida, Siti) atas pengalaman yang diberikan selama KKP. 13. Ibu Us, Bapak Joko, Mbak Dewi dan teman-teman Kos Tridara Perwira 53 atas doa dan semangat yang diberikan kepada penulis. 14. Staf-staf administrasi departemen yang telah membantu penulis serta semua pihak yang telah membantu penulis. Semoga Allah swt membalasnya. Amin. x DAFTAR ISI PERNYATAAN....................................................................................................... i ABSTRACT............................................................................................................ ii RINGKASAN ........................................................................................................ iii KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi RIWAYAT HIDUP.............................................................................................. viii UCAPAN TERIMA KASIH.................................................................................. ix DAFTAR ISI.......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL................................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xiv I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah....................................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................... 4 1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 6 2.1 Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan.................................... 6 2.2 Metode Estimasi Penilaian Nilai Jasa Lingkungan ....................................... 7 2.2.1 The Dose-Response Method (DRM) .................................................... 7 2.2.2 Hedonic Price Method (HPM).............................................................. 8 2.2.3 Travel Cost Method (TCM) .................................................................. 9 2.2.4 The Averting Behaviour Method (ABM) ........................................... 10 2.2.3 Contingent Valuation Method (CVM) ............................................... 11 2.3 Instrumen Ekonomi ..................................................................................... 12 2.3.1 Definisi Instrumen Ekonomi .............................................................. 12 xi 2.3.2 Fungsi Instrumen Ekonomi ................................................................ 13 2.3.3 Tipologi Instrumen Ekonomi.............................................................. 14 2.4 Pembayaran Jasa Lingkungan ..................................................................... 17 2.4.1 Definisi Pembayaran Jasa Lingkungan............................................... 17 2.4.2 Fungsi Jasa Lingkungan ..................................................................... 17 2.4.3 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan......................................... 19 III. KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................... 20 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis...................................................................... 20 3.1.1 Contingent Valuation Method........................................................ 20 3.1.2 Analisis Regresi Logit...................................................................... 28 3.1.3 Analisis Regresi Berganda ............................................................... 30 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional................................................................ 31 3.3 Hipotesis Operasional.................................................................................. 32 IV. METODE PENELITIAN ............................................................................... 35 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................... 35 4.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................................ 35 4.3 Penentuan Jumlah Responden ..................................................................... 36 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data........................................................ 36 4.4.1 Analisis Tingkat Penerimaan Responden terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan......................................................................................... 36 4.4.2 Analisis Nilai WTP Responden terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan......................................................................................... 38 4.4.3 Analisis Fungsi WTP.......................................................................... 42 4.5 Pengujian Parameter.................................................................................... 44 4.5.1 Uji G ................................................................................................... 44 4.5.2 Uji Wald.............................................................................................. 45 4.5.3 Uji Odds Ratio .................................................................................... 46 4.5.4 Uji Keandalan ..................................................................................... 46 4.5.5 Uji Statistik t ....................................................................................... 46 xii 4.4.6 Uji Statistik F...................................................................................... 47 4.5.7 Uji Multikolinear (multicollinearity).................................................. 48 4.5.8 Uji Heteroskedastisitas ....................................................................... 48 4.5.9 Uji Kenormalan .................................................................................. 49 4.6 Batasan Operasional .................................................................................... 49 V. KEADAAN UMUM ........................................................................................ 51 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................... 51 5.2 Kondisi Lingkungan .................................................................................... 53 5.3 Karakteristik Responden ............................................................................. 54 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 60 6.1 Analisis Tingkat Penerimaan Responden terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab..................................................................... 60 6.2 Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab..................................................................... 66 6.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Willingness to Pay ...... 70 6.4 Analisis Pembayaran Jasa Lingkungan terhadap Biaya Pemulihan Ekologi Hutan............................................................................................................ 73 6.5 Kebijakan Pengelolaan Mata Air Cirahab melalui Pembayaran Jasa Lingkungan .................................................................................................. 75 VII. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 79 7.1 Kesimpulan.................................................................................................. 79 7.2 Saran ............................................................................................................ 80 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 82 xiii DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Perbandingan antara Metode Valuasi Ekonomi terhadap Kebijaksanaan Lingkungan .................................................................................................... 12 2. Metode Prosedur Penelitian ........................................................................... 35 3. Peubah Dummy Variabel Penilaian Terhadap Kualitas Air ........................... 37 4. Sebaran wilayah Desa Curug Goong Tahun 2008 ......................................... 52 5. Hasil Regresi Logit dengan Metode Enter Pilihan Bersedia atau Tidak Bersedia Responden dalam Membayar Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab..................................................................................................... 62 6. Classification Table ....................................................................................... 63 7. Perbandingan Nilai Odds Ratio pada Variabel dummy Penilaian Kualitas Air .................................................................................................................. 64 8. Distribusi WTP Responden Masyarakat Desa Curug Goong ........................ 67 9. Total WTP Responden Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab ........................................................................................... 69 10. Hasil Analisis Nilai WTP Responden Masyarakat Desa Curug Goong ........ 71 11. Jumlah Pemanfaatan Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab untuk Kebutuhan Rumah Tangga Masyarakat Desa Curug Goong............................................ 74 12. Biaya Total Pemulihan Ekologi Hutan per Hektar per Tahun ....................... 75 13. Langkah-Langkah Penetapan Pembayaran Jasa Lingkungan di Mata Air Cirahab ........................................................................................................... 77 xii DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan .................................................... 19 2. Transformasi Logit......................................................................................... 29 3. Diagram Alur Kerangka Berfikir ................................................................... 34 4. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Jenis Kelamin Tahun 2009............................................................................. 54 5. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Tingkat Usia Tahun 2009............................................................................... 55 7. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Jenis Pekerjaan Tahun 2009........................................................................... 57 8. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Tingkat Pendapatan Tahun 2009 ................................................................... 58 9. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Jumlah Tanggungan Tahun 2009................................................................... 59 10. Distribusi Pilihan Bersedia dan Tidak Bersedia Responden Membayar Pembayaran Jasa Lingkungan sebagai Upaya Konservasi Mata Air Cirahab 61 11. Kurva Penawaran WTP terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan ............... 68 12. Usulan Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab........... 77 xiii DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Hasil Regresi Logit dengan Metode Enter..................................................... 85 2. Hasil Regresi Berganda dengan Metode Enter .............................................. 89 3. Uji Kenormalan.............................................................................................. 93 4. Kuisioner Penelitian....................................................................................... 94 5. Kondisi Lokasi Penelitian .............................................................................. 99 6. Peta Lokasi Penelitian.................................................................................. 100 xiv I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya alam diantaranya lahan, mineral, batu bara, ikan, air, dan lain-lain. Menurut Fauzi (2006) sumber daya alam tersebut dibagi menjadi sumber daya alam yang dapat pulih dan tidak dapat pulih. Sumber daya alam memiliki nilai intrinsik yaitu nilai yang terkandung dalam sumber daya, terlepas apakah sumber daya tersebut dikonsumsi atau tidak. Dalam ilmu ekonomi konvensional, nilai intrinsik ini sering diabaikan sehingga menggunakan alat ekonomi konvensional semata untuk memahami pengelolaan sumber daya alam sering tidak mengenai sasaran yang tepat. Air merupakan salah satu unsur yang penting di dalam kehidupan. Air juga dipergunakan untuk beberapa kepentingan diantaranya untuk minum, masak, mencuci, dan segala aktifitas lain yang langsung berhubungan dengan kesejahteraan manusia. Peningkatan jumlah penduduk akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan air bersih. Air bersih yang tersedia di alam semakin buruk kondisinya sehingga air menjadi tidak tersedia dengan baik secara kuantitatif dan kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena pengelolaan untuk mendapatkan air yang baik secara kuantitatif dan kualitatif memerlukan biaya yang sangat tinggi. Pengadaan air yang baik secara kualitas dan kuantitas dipengaruhi oleh proses hidroligis yaitu siklus yang menggambarkan perjalanan siklus air dengan proses alami. Daur hidrologis menyebabkan air selalu tersedia di bumi untuk kepentingan makhluk hidup. Air yang tersedia akan melimpah jika daur hidrologis stabil, artinya tidak ada kerusakan-kerusakan pada jaringan penyimpan air bumi. Kerusakan jaringan penyimpan air yang terjadi belakangan ini dapat disebabkan oleh kerusakan hutan, padatnya pemukiman dan lain-lain yang menyebabkan air tidak dapat bertahan lama di bumi karena menguap ke atmosfer atau mengalir langsung ke laut sehingga air yang tersedia di bumi menjadi sedikit jumlahnya. Penurunan kualitas dan kuantitas air berkaitan erat dengan Daerah Aliran Sungai (DAS). Menurut Asdak (1995), DAS merupakan satuan wilayah tangkapan air (catchman area) yang dibatasi oleh pemisah topografi yang menerima hujan, menampung dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya ke danau dan laut serta mengisi air bawah tanah. Salah satu bagian dari DAS Cidanau adalah mata air Cirahab. Mata air Cirahab merupakan mata air di DAS Cidanau yang memiliki debit air terbesar yaitu 300 liter/detik. Sebagian besar kebutuhan air masyarakat Desa Curug Goong bergantung pada kualitas dan kuantitas mata air Cirahab. Penggunaan mata air secara terus-menerus oleh semua stakeholder terkait dikhawatirkan akan mengancam kualitas dan kuantitas mata air Cirahab. Salah satu instrumen ekonomi untuk kelestarian lingkungan melalui pembayaran jasa lingkungan (PJL) salah satu contoh penerapan PJL DAS Cidanau yang dilakukan oleh PT. Krakatau Tirta Industri (PT. KTI) sebagai pemanfaat jasa lingkungan kepada masyarakat sebagai penyedia jasa lingkungan yang bertujuan untuk DAS Cidanau tercapainya keberlanjutan produksi air yang dibutuhkan oleh PT. KTI. Berdasarkan contoh pemodelan tersebut dibutuhkan sebuah penelitian awal dalam penerapan PJL di mata air Cirahab sehingga nantinya diharapkan mata air dapat lestari dan memberikan manfaat secara berkelanjutan. Berikut ini akan dilakukan sebuah penelitian mengenai PJL dari persepsi pemanfaat langsung jasa 2 lingkungan yaitu masyarakat sebagai pemanfaat jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahab, mata air Cirahab merupakan bagian dari DAS Cidanau yang terletak di Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten. 1.2 Perumusan Masalah Permasalahan ketersediaan air yang baik secara kualitatif dan kuantitatif saat ini merupakan problematika yang sering terjadi. Problematika ini tidak hanya terjadi pada masyarakat perkotaan namun juga pada masyarakat pedesaan yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Keterbatasan pendanaan sering kali menjadi kendala dalam pengelolaan sumber daya alam tersebut dengan baik sehingga dikhawatirkan suatu saat nanti sumber daya alam tersebut mengalami degradasi yang akan merugikan berbagai pihak. Menurut Fauzi (2006), air saat ini merupakan barang publik yang dapat dinikmati oleh siapapun. Air juga merupakan barang ultra essential bagi kelangsungan hidup manusia. Tanpa air, manusia tidak akan mungkin bisa bertahan hidup. Bahkan dalam ilmu ekonomi dikenal istilah water-diamond paradox atau paradoks air dan berlian, dimana air yang begitu esential dinilai begitu murah sementara berlian yang sebatas perhiasan dinilai begitu mahal. Kontribusi air terhadap pembangunan ekonomi dan sosial juga sangat vital sehingga seiiring bertambahnya penduduk dan eskalasi pembangunan ekonomi, fungsi ekonomi dan sosial air sering terganggu karena semakin kritisnya suplai air, sementara permintaan semakin meningkat. Melihat kekhawatiran ini, maka sumber daya air seharusnya tidak lagi dijadikan sebagai barang publik yang dapat dinikmati oleh siapapun sehingga diperlukan suatu pengelolaan sumber daya air yang arif dan bijaksana. 3 Pengelolaan sumber daya air tersebut sebaiknya berbasis lingkungan agar pemanfaat jasa lingkungan air dapat menikmati jasa lingkungan secara berkelanjutan. Sehingga diperlukan sebuah penelitian mengenai pengelolaan sumber daya air melalui instrumen ekonomi yaitu PJL. Kemunculan PJL saat ini belum dikaitkan dengan tingginya kompetisi yang nyata dalam keseimbangan penawaran dan permintaan pemanfaat dan penyedia jasa lingkungan. Sehingga dalam penelitian ini akan mencoba untuk mencari nilai willingness to pay (WTP) terhadap PJL dari persepsi masyarakat yang memanfaatkan jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahab di Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten. Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik beberapa perumusan masalah antara lain : 1) Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kesediaan responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan terhadap mata air Cirahab? 2) Berapakah besarnya WTP responden terhadap pembayaran jasa lingkungan? 3) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai WTP responden terhadap pembayaran jasa lingkungan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menilai jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahab melalui instrumen ekonomi yaitu pembayaran jasa lingkungan. Penilaian atas jasa lingkungan tersebut dikaitkan dengan: 1) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan. 4 2) Menganalisis nilai pembayaran jasa lingkungan oleh responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan. 3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden terhadap pembayaran jasa lingkungan. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian tentang penilaian pembayaran jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahab dapat bermanfaat bagi : 1) Akademisi dan peneliti, penelitian ini diharapkan menjadi pelengkap khasanah keilmuan ekonomi sumberdaya dan lingkungan. 2) Pemerintah Daerah, sebagai bahan acuan dalam penerapan kebijakan pengelolaan mata air Cirahab. 3) Masyarakat setempat untuk menambah pengetahuan mengenai keilmuan ekonomi sumberdaya dan lingkungan khususnya mengenai pembayaran jasa lingkungan. 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Sumber daya itu sendiri memiliki dua aspek yakni aspek teknis yang memungkinkan bagaimana sumber daya dimanfaatkan dan aspek kelembagaan yang menentukan siapa yang mengendalikan sumber daya dan bagaimana teknologi digunakan. Dapat juga dikatakan bahwa sumber daya adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Barang dan jasa yang dihasilkan tersebut seperti ikan, kayu, air bahkan pencemaran sekalipun dapat dihitung nilai ekonominya karena diasumsikan bahwa pasar itu eksis (market based), sehingga transaksi barang dan jasa tersebut dapat dilakukan. Menurut Fauzi (2006), sumber daya alam selain menghasilkan barang dan jasa yang dapat dikonsumsi baik langsung maupun tidak langsung juga dapat menghasilkan jasa-jasa lingkungan yang memberikan manfaat dalam bentuk lain, misalnya manfaat amenity seperti keindahan, ketenangan dan sebagainya. Manfaat tersebut sering kita sebut sebagai manfaat fungsi ekologis yang sering tidak terkuantifikasikan dalam perhitungan menyeluruh terhadap nilai dari sumber daya. Nilai tersebut tidak saja nilai pasar barang yang dihasilkan dari suatu sumber daya melainkan juga nilai jasa lingkungan yang ditimbulkan oleh sumber daya tersebut (Fauzi, 2006). Penggunaan metode analisis biaya dan manfaat (cost-benefit analysis) yang konvensional sering tidak mampu menjawab permasalahan dalam menentukan nilai sumber daya karena konsep biaya dan manfaat sering tidak 6 memasukkan manfaat ekologis di dalam analisisnya (Fauzi, 2006). Oleh karena itu lahirlah pemikiran konsep valuasi ekonomi, khususnya valuasi non-pasar (nonmarket valuation). 2.2 Metode Estimasi Penilaian Nilai Jasa Lingkungan Metode penilaian ekonomi terhadap barang lingkungan sampai saat ini telah berkembang sekitar 15 jenis metode menurut Yakin (1997). Diantaranya adalah the Dose-Response Method (DRM), Hedonic Price Method (HPM), Travel Cost Method (TCM), dan the Averting Behaviour Method (ABM). Namun, yang paling populer saat ini adalah Contingent Valuation Method (CVM) dan superior karena bisa mengukur dengan baik nilai penggunaan (use values) dan nilai dari non pengguna (non use values). Berikut ini akan disinggung sedikit mengenai metode penilaian ekonomi terhadap lingkungan selain CVM karena konsep CVM akan dijelaskan lebih lanjut pada bab berikutnya. 2.2.1 The Dose-Response Method (DRM) Metode ini menurut Yakin (1997) berdasarkan pada gagasan bahwa kualitas lingkungan bisa dianggap sebagai suatu faktor produksi. Peningkatan kualitas lingkungan akan mengakibatkan perubahan dalam biaya produksi yang selanjutnya akan mengakibatkan terjadinya sutu perubahan harga, output, dan atau tingkat pengembalian modalnya. Masalah yang bisa diterapkan dengan metode ini misalnya dampak kualitas air terhadap produktivitas pertanian, perikanan komersial, industri pengguna air bersih, dan dampak polusi udara terhadap bahan/material, kesehatan, produktivitas manusia, serta kebersihan rumah tangga atau bangunan. Saat ini metode ini umumnya diaplikasikan pada penilaian ekonomi dari lingkungan pertanian. 7 2.2.1.1 Kelebihan DRM Adapun kelebihan dari metode ini adalah sebagai berikut : 1) Metode ini dapat diterapkan pada kasus-kasus dimana orang tidak sadar terhadap dampak yang diakibatkan oleh polusi. 2) Merupakan metode pengukuran manfaat yang sulit dan biasanya menjadi perhatian pembuat kebijaksanaan 2.2.1.2 Kelemahan DRM Adapun kelemahan dari metode ini adalah sebagai berikut : 1) Metode ini kesulitan untuk memperkirakan fungsi dose-response, yaitu modelling respon produsen dan memasukkan efek dari output dan harga. 2) Jika nilai non pengguna cukup tinggi maka metode ini akan menyebabkan estimasi yang terlalu rendah terhadap keuntungan dari kebijaksanaan lingkungan. 2.2.2 Hedonic Price Method (HPM) Menurut Yakin (1997), metode ini berdasarkan asumsi bahwa barang pasar menyediakan pembeli dan sejumlah jasa yang beberapa diantaranya bisa merupakan kualitas lingkungan. Misalnya, bangunan rumah dengan kualitas udara segar disekitarnya, pembelinya akan menerima sebagai pelengkap. Jika seseorang merasa tertarik dengan panorama lingkungan pelengkap tersebut, mereka mau membayar lebih untuk rumah yang berada di area kualitas lingkungan yang baik dibandingkan dengan rumah dengan kualitas yang sama pada tempat lain yang kualitas lingkungannya lebih jelek. 2.2.2.1 Kelebihan HPM Adapun kelebihan dari metode HPM adalah sebagai berikut : 8 1) Hasil perhitungan manfaat yang diperoleh berdasarkan tingkah laku pasar yang diteliti. Akibatnya, banyak ahli ekonomi telah memperlakukan metode ini baik daripada hasil survei. 2) Metode ini dapat digunakan untuk mengestimasi nilai dari ”green premium” pada barang konsumen ramah lingkungan atau nilai dari resiko lingkungan pada kesehatan manusia melalui pembedaan upah. 2.2.2.2 Kelemahan HPM Adapun kelemahan dari metode HPM adalah sebagai berikut : 1) Harga yang tersedia harus valid. 2) Tidak mampu mendapatkan pilihan estimasi harga dengan terdapatnya ketidakpastian. 3) Tidak bisa mengestimasi nilai pengukuran kesejahteraan yang didasarkan pada surplus konsumen. 4) Adanya tingkat multikolinearitas yang tinggi dalam persamaan HPM. 5) Memiliki reabilitas yang rendah karena data yang dibutuhkan sangat besar dan sulit diperoleh. 2.2.3 Travel Cost Method (TCM) Menurut Yakin (1997), model yang mendasari metode ini yaitu dengan asumsi bahwa orang lain akan melakukan perjalanan berulang-ulang ke tempat tersebut sampai pada titik dimana nilai marginal dari perjalanan terakhir bernilai sama dengan jumlah uang dan waktu yang dikeluarkan untuk mencapai lokasi tersebut dan untuk mengestimasi besarnya nilai manfaat dari upaya perubahan kualitas lingkungan dari tempat rekreasi yang dikunjungi. 9 2.2.3.1 Kelebihan TCM Adapun kelebihan dari metode TCM adalah sebagai berikut : 1) Hasil perhitungan manfaat berdasarkan tingkah laku pasar yang diteliti 2) Metode ini dapat mengestimasi besarnya surplus konsumen 2.2.3.2 Kelemahan TCM Adapun Kelemahan dari metode TCM adalah sebagai berikut : 1) Biaya perjalanan yang dipakai harus valid sedangkan dalam kenyataannya susah untuk mengestimasi dengan tepat. 2) Opportunity cost harus dimasukkan dalam perhitungan 3) Teori ekonomi gagal untuk menjelaskan hubungan jumlah kunjungan dengan biaya perjalanan. Metode ini hanya berdasarkan pada ketegasan (fitting) garis regresi pada satu set data yang dikumpulkan karena dibatasi pada nilai yang memanfaatkan lokasi tersebut, sehingga jika pelestarian lingkungan pada lokasi tersebut penting bagi non pengguna, maka manfaat yang diestimasi jauh lebih kecil dari yang sebenarnya. 2.2.4 The Averting Behaviour Method (ABM) Menurut Yakin (1997) metode ini menilai kualitas lingkungan berdasarkan pada pengeluaran untuk mengurangi atau mengatasi efek negatif dari polusi. Misalnya, dalam kasus keabnormalan yang disebabkan oleh polusi udara yang mengharuskan seseorang berobat ke dokter. Biaya berobat ke dokter ini dianggap sebagai nilai dari benefit untuk memperbaiki kualitas lingkungan. 10 2.2.4.1 Kelebihan ABM Kelebihan dari metode ABM adalah pengukuran manfaat yang dihasilkan berdasarkan karakteristik pasar yang diselidiki. 2.2.4.2 Kelemahan ABM Adapun kelemahan dari metode ABM adalah sebagai berikut : 1) Membutuhkan data yang memuaskan dan rumit. 2) Metode ini tergantung pada asumsi yang tidak bisa dijelaskan/dianalisis dengan tepat yang berkaitan dengan spesifikasi fungsi utilitas oraang yang diteliti. 2.2.3 Contingent Valuation Method (CVM) Menurut Fauzi (2006), metode CVM ini sangat tergantung pada hipotesis yang akan dibangun. Misalnya, seberapa besar biaya yang harus ditanggung, bagaimana pembayarannya, dan sebagainya. Metode CVM ini secara teknis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu teknis eksperimental melalui simulasi dan teknik survei. Metode CVM sering digunakan untuk mengukur nilai pasif sumber daya alam atau sering juga dikenal dengan nilai keberadaaan. Metode CVM pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui keinginan membayar dari masyarakat terhadap perbaikan lingkungan dan keinginan menerima kompensasi dari kerusakan lingkungan. Untuk lebih lengkapnya mengenai metode CVM akan dijelaskan pada bab berikutnya. Tabel-1 berikut ini menunjukan perbandingan teknik CVM dengan teknik penilaian ekonomi lingkungan lainnya. 11 Tabel 1. Perbandingan antara Metode Valuasi Ekonomi terhadap Kebijaksanaan Lingkungan Kriteria The Dose Response (DRM) Hedonic Price Method (HPM) Travel Cost Method (TCM) Averting Behaviour Method (ABM) Contingent Valuation Method (CVM) Validitas Reabilitas Comprehensive Kelengkapan dan Kepraktisan Sedang Sangat Rendah Tinggi Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sumber : Hoevanagel dalam Yakin (1997) Dilihat dari ruang lingkup penerapannya, CVM memiliki kemampuan yang besar untuk mengestimasi manfaat lingkungan dari berbagai segi. CVM pernah diterapkan pada berbagai kasus lingkungan seperti polusi udara, polusi air, kecelakaan reaktor nuklir, pemburuan binatang, kepadatan konservasi dan preservasi lahan, rekreasi, limbah beracun, populasi ikan, hujan asam, hutan, lahan basah, spesies langka dan sebagainya. DRM baru diterapkan pada kasus yang berkaitan dengan polusi. HPM telah diterapkan pada kasus-kasus seperti kualitas air, kualitas udara, ketenangan, dan perburuan hewan liar. TCM diterapkan khususnya pada kasus-kasus rekreasi dan kegiatan yang terkait. Akan tetapi, berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan terdahulu tiap metode mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. 2.3 Instrumen Ekonomi 2.3.1 Definisi Instrumen Ekonomi Menurut Fauzi (2007), instrumen ekonomi adalah sebagian dari kebijakan lingkungan dalam mengendalikan dampak negatif yang terjadi pada lingkungan melalui mekanisme pasar. James (1997) diacu dalam Fauzi (2007) mendefinisikan 12 instrumen ekonomi untuk pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan sebagai mekanisme administratif yang digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi perilaku siapapun yang mendapatkan nilai dari sumber daya, memanfaatkannya, atau menyebabkan dampak sebagai efek lain atau eksternalitas yang disebabkan aktivitas mereka. Sedangkan Robinson and Ryan (2002) diacu dalam Fauzi (2007) mengembangkan definisi instrumen ekonomi ini menjadi instrumen yang berorientasi kearah peningkatkan alokasi ekonomi yang efisiensi ekonomi dari sumber daya alam dengan memodifikasi perilaku agen ekonomi dengan cara memberikan insentif kepada mereka untuk menginternalisasikan eksternalitas yang mungkin timbul dari aktivitas mereka. Instrumen ekonomi ini didesain untuk mempengaruhi keputusan produksi baik melalui mekanisme harga atau dengan merubah atraksi dari aktivitas tertentu. 2.3.2 Fungsi Instrumen Ekonomi Panayotou (1994) diacu dalam Fauzi (2007) menyebutkan paling tidak ada empat hal utama menyangkut fungsi instrumen ekonomi dalam pengelolaan lingkungan, yaitu : 1) Menginternalisasikan eksternalitas dengan cara mengoreksi kegagalan pasar melalui mekanisme full cost pricing dimana biaya subsidi, biaya lingkungan dan biaya eksternalitas diperhitungkan dalam pengambilan keputusan. 2) Mampu mengurangi konflik pembangunan versus lingkungan, bahkan jika dilakukan secara tepat dapat menjadikan pembangunan ekonomi sebagai wahana (vehicle) untuk perlindungan lingkungan dan sebaliknya. 3) Instrumen ekonomi berfungsi untuk menganjurkan efisiensi dalam penggunaan barang dan jasa dari sumber daya alam sehingga tidak 13 menimbulkan kelebihan konsumsi karena pasar, melalui isntrumen ekonomi akan memberikan sinyal yang tepat terhadap penggunaan yang tidak efisien. 4) Instrumen ekonomi dapat digunakan sebagai sumber penerimaan (revenue generating). 2.3.3 Tipologi Instrumen Ekonomi Menurut Fauzi (2007), instrumen ekonomi dapat dibagi berdasarkan tiga kategori umum menurut dampaknya terhadap keuangan pemerintah, yaitu : 1) Instrumen peningkatan revenue, seperti pajak, dan biaya perijinan yang dapat meningkatkan biaya relatif dari teknologi intensif dan produk emisi. Instrumen ini menciptakan insentif yang terus menerus pada inovasi untuk meningkatkan efisiensi emisi atau untuk mengganti pada pengganti emisi yang lebih rendah, serta memberikan penerimaan bagi pemerintah. 2) Instrumen Budget-neutral, yang meningkatkan biaya relatif emisi dan atau teknologi intensif energi dan produk, namun tidak meningkatkan penerimaan bagi pemerintah. Kategori ini meliputi peraturan yang bersifat market-based, yang mengharuskan perusahaan memenuhi standar baku mutu tetapi membolehkan mereka untuk menjual belikannya dengan pihak lain untuk memenuhi komitmen standar ini. Instrumen budget-neutral ini dapat dikhususkan pada teknologi (misalnya renewable portfolio standard atau emisi kendaraan bermotor), atau dapat juga dikhususkan pada kinerja (misalnya domestic emission trading program). 3) Instrumen Ekspenditur, seperti subsidi dan insentif lainnya yang menurunkan biaya relatif dari teknologi dan produk dengan emisi yang lebih rendah dan atau intensitas energi, membuatnya semakin kompetitif dengan teknologi yang 14 ada. Instrumen ini dapat ditujukan pada keputusan yang ada (misalnya melalui akselerasi depresiasi untuk tujuan pajak) atau biaya kompetitif jangka panjang melalui pembiayaan atau penelitian, pengembangan dan komersialisasi teknologi baru. Dengan membiayai subsidi ini, pemerintah layaknya harus meningkatkan pajak lainnya atau menurunkan ekspenditur. Sedangkan Panayatou (1994) diacu dalam Fauzi (2007) lebih jauh membagi tipologi instrumen ekonomi secara lebih rinci lagi yakni berdasarkan: 1) Hak kepemilikan (property right) 2) Penciptaan pasar (market creation) 3) Instrumen fiskal 4) Sistem pungutan (charge system), instrumen ekonomi 5) Instrumen finansial 6) Instrumen pertanggung jawaban (liability) 7) Performance dan bond system Perspektif lainnya dari instrumen ekonomi, dapat dibedakan berdasarkan pada ruang lingkup aplikasinya, apakah diaplikasikan secara luas, dengan hanya memberikan signal pada ekonomi dan membiarkan market menentukan sendiri responsnya. Atau dapat juga ditargetkan pada sektor, teknologi atau kegiatan yang spesifik. Berkaitan dengan instrumen ekonomi ini, beberapa prinsip-prinsip umum yang diaplikasikan dalam desain modelnya, yaitu : 1) Biaya kebijakan fiskal biasanya lebih rendah ketika didisain secara benar ekspektasinya, dan terus menerus. 15 2) Instrumen sebaiknya yang berfungsi luas dan bersifat fleksibel, karena biasanya lebih murah daripada instrumen yang ditarget atau instrumen untuk hal-hal khusus untuk mencapai penurunan yang sama. 3) Instrumen sebaiknya dapat mendorong perusahaan dan rumah tangga untuk berinvestasi pada peralatan dan proses produksi yang lebih efisien (kapan dibutuhkan mengganti peralatan yang ada dan kapan dibutuhkan penambahan peralatan) akan lebih murah biayanya dibandingkan instrumen yang mengharuskan mereka menyesuaikan dengan perubahan kapital. 4) Instrumen diharapkan tidak membuat terjadinya transfer kesejahteraan diantara pihak yang terlibat dan atau wilayah. Instrumen seperti inilah yang mudah diterima masyarakat (misalnya dalam kondisi recycling target revenue, atau pengukuran transisi, carbon charge akan mentransfer kesejahteraan dari wilayah pemanfaat intensif bahan bakar fosil ke wilayah yang banyak memanfaatkan sumber daya hidroelektrik. Tipe dan besaran dari dampak ekonomi setiap instrumen ekonomi, bervariasi walaupun keluaran lingkungannya bisa jadi sama. Sementara itu, berbagai cara dapat dilakukan untuk mitigasi dampak dan meningkatkan efektivitas detail disain berbagai instrumen ekonomi. Dalam penyusunan model instrumen ekonomi ini biasanya ada trade off antara minimisasi biaya agregat dengan tujuan lainnya seperti minimisasi distribusi dampak. Dalam pengembangan instrumen ini, penting sekali untuk memperhatikan interaksi kebijakan yang ada dan dampak yang terjadi dari interaksi ini dengan keluaran yang diharapkan. Pertimbangan lainnya adalah dalam mendisain paket kebijakan adalah staging (tahapan), baik untuk menurunkan biaya dengan adaptasi 16 mengikuti laju alami dari perputaran stok kapital jangka panjang dan membuat instrumen fiskal untuk membangun tahapan dari teknologi. 2.4 Pembayaran Jasa Lingkungan 2.4.1 Definisi Pembayaran Jasa Lingkungan Jasa lingkungan adalah produk sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya berupa manfaat langsung (tangible) dan manfaat tidak langsung (intangible) yang meliputi antara lain jasa wisata alam/rekreasi, jasa perlindungan tata air/hidrologi, kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir, keindahan, keunikan, keanekaragaman hayati, penyerapan dan penyimpanan karbon (Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten, 2006). Jasa lingkungan yang ada saat ini suatu saat nanti akan mengalami penurunan kualitas. Salah satu instrumen ekonomi yang dapat mengatasi penurunan kualitas lingkungan dalam penelitian ini adalah pembayaran jasa lingkungan. Pembayaran jasa lingkungan adalah suatu transaksi sukarela yang menggambarkan suatu jasa lingkungan yang perlu dilestarikan dengan cara memberikan nilai oleh penerima manfaat kepada penerima manfaat jasa lingkungan (Wunder, 2005). 2.4.2 Fungsi Jasa Lingkungan Menurut Wunder (2005), suatu ekosistem menyediakan suatu jasa lingkungan yang memiliki empat fungsi penting yaitu : 1) Jasa penyediaan (provising services), jasa penyediaan yang dimaksud disini adalah penyediaan sumber daya alam berupa sumber bahan makanan, obatobatan alamiah, sumber daya genetik, kayu bakar, serat, air, mineral dan lainlain. 17 2) Jasa pengaturan (regulating services), jasa pengaturan yang dimaksud disini adalah jasa lingkungan memiliki fungsi menjaga kualitas udara, pengeturan iklim, pengaturan air, pengontrol erosi, pengaturan untuk menjernihkan air, pengaturan pengelolaan sampah, pengaturan untuk mengontrol penyakit, pengaturan untuk mengurangi resiko yang menghambat perbaikan kualitas lingkungan dan lain-lain. 3) Jasa kultural (cultural services), jasa cultural yang dimaksud disini adalah jasa lingkungan sebagai identitas dan keragamana budaya, nilai-nilai religious dan spiritual, pengetahuan, inspirasi, nilai estetika, hubungan sosial, rekreasi, dan lain-lain. 4) Jasa pendukung (supporting services), jasa pendukung yang dimaksud disini adalah jasa lingkungan sebagai produksi utama yang memproduksi oksigen. Produk jasa lingkungan hutan atau kawasan konservasi umumnya dibagi dalam 4 (empat) kategori berupa (Wunder, 2005) : 1) Penyerap dan penyimpangan karbon (carbon sequestration and storage) 2) Perlindungan keanekaragaman hayati (biodiversity protection) 3) Perlindungan daerah aliran sungai (watershed protection) 4) Keindahan bentang alam (landscape beauty) Terkait dengan pemanfaatan air, hutan memberikan jasa lingkungan manfaat berupa memperbaiki kualitas air dengan mengurangi sedimentasi dan erosi, mengatur aliran dan supply air melalui kemampuan penyerapan, mengisi air bawah tanah dan menyimpannya, mencegah dan mengurangi bencana akibat air seperti banjir, menahan air hujan pada sistem pengakaran selama musim hujan dan secara perlahan melepaskan air selama musim kemarau. 18 2.4.3 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan Mekanisme pembayaran lingkungan menurut World Bank (2003) diacu dalam Wunder (2005) akan dijelaskan pada Gambar-1. Gambar 1. Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan Penyedia manfaat dalam skema ini berarti lingkungan yang menyediakan suatu jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran lingkungan ini tergantung oleh mekanisme keuangan dan mekanisme pembayaran jasa lingkungan itu sendiri. Kedua mekanisme tersebut sangat dipengaruhi oleh struktur pemerintah sehingga menghasilkan suatu nilai yang sesuai dengan jasa lingkungan yang sesungguhnya yang dibayarkan secara sukarela oleh penerima manfaat jasa lingkungan agar dapat menghasilkan jasa lingkungan yang berkelanjutan untuk generasi mendatang. 19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Contingent Valuation Method 3.1.1.1 Konsep Contingent Valuation Method Contingent Valuation Method (CVM) adalah metode teknik survei untuk menanyakan kepada penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan (Yakin, 1997). CVM menggunakan pendekatan secara langsung yang pada dasarnya menanyakan kepada masyarakat berapa besarnya Willingness to Pay (WTP) untuk manfaat tambahan dan/atau berapa besarnya Willingness to Accept (WTA) sebagai kompensasi dari kerusakan barang lingkungan. Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan WTP. Tujuan dari CVM adalah untuk menghitung nilai atau penawaran yang mendekati dari barang-barang lingkungan jika pasar dari barang-barang tersebut benar-benar ada. Oleh karena itu, pasar hipotetik (kuisioner dan responden) harus sebisa mungkin mendekati kondisi pasar yang sebenarnya. Responden harus mengenal dengan baik komoditas yang ditanyakan dalam kuisioner. Responden juga harus mengenal alat hipotetik yang digunakan untuk pembayaran. 3.1.1.2 Kelebihan Contingent Valuation Method Penggunaan CVM dalam memperkirakan nilai ekonomi suatu lingkungan memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut : 1) Dapat diaplikasikan pada semua kondisi dan memiliki dua hal penting yaitu seringkali menjadi satu-satunya teknik untuk mengestimasi manfaat dan dapat diaplikasikan pada berbagai konteks kebijakan lingkungan. 20 2) Dapat digunakan dalam berbagai macam penilaian barang-barang lingkungan di sekitar masyarakat. 3) Dibandingkan dengan teknik penilaian lingkungan lainnya, CVM memiliki kemampuan untuk mengestimasi nilai non-pengguna. Dengan CVM, seseorang mungkin dapat mengukur utilitas dari penggunaan barang lingkungan bahkan jika tidak digunakan secara langsung. 4) Meskipun teknik dalam CVM membutuhkan analisis yang kompeten, namun hasil dari penelitian menggunakan metode ini tidak sulit untuk dianalisis dan dijabarkan. 3.1.1.3 Kelemahan Contingent Valuation Method Teknik CVM memiliki kelemahan yaitu munculnya berbagai bias dalam pengumpulan data. Bias dalam CVM menurut Hanley dan Spash (1993) terdiri dari : 1) Bias Strategi (Strategic Bias) Adanya responden yang memberikan suatu nilai WTP yang relatif kecil karena alasan bahwa ada responden lain yang akan membayar upaya peningkatan kualitas lingkungan dengan harga yang lebih tinggi kemungkinan dapat terjadi. Alternatif untuk mengurangi bias strategi ini adalah melalui penjelasan bahwa semua orang akan membayar nilai tawaran rata-rata atau penekanan sifat hipotetis dari perlakuan. Hal ini akan mendorong responden untuk memberikan nilai WTP yang benar. Mitchell dan Carson (1989) diacu dalam Hanley dan Spash (1993) menyarankan empat langkah untuk meminimalkan bias strategi yaitu : a) Menghilangkan seluruh pencilan (outliner) 21 b) Penekanan bahwa pembayaran oleh responden adalah dapat dijamin c) Menyembunyikan nilai tawaran responden lain d) Membuat perubahan lingkungan bergantung pada nilai tawaran Sedangkan Hoehn dan Randall (1987) diacu dalam Hanley dan Spash (1993) menyarankan bahwa bias strategi dapat dihilangkan dengan menggunakan format referendum terhadap nilai WTP yang terlalu tinggi. 2) Bias Rancangan (Design Bias) Rancangan studi CVM mencakup cara informasi yang disajikan, instruksi yang diberikan, format pertanyaan, dan jumlah serta tipe informasi yang disajikan kepada responden. Beberapa hal dalam rencangan survei yang dapat mempengaruhi responden adalah : a) Pemilihan jenis tawaran (bid vehicle). Jenis tawaran yang diberikan dapat mempengaruhi nilai-nilai rata-rata tawaran. b) Bias titik awal (starting point bias). Pada metode bidding game, titik awal yang diberikan kepada responden dapat mempengaruhi nilai tawaran (bid) yang ditawarkan. Hal ini dapat dikarenakan responden yang ditanyai merasa kurang sabar (ingin cepat selesai) atau karena titik awal yang mengemukakan besarnya nilai tawaran adalah tepat dengan selera responden (disukai responden karena responden tidak memiliki pengalaman tentang nilai perdagangan benda lingkungan yang dipermasalahkan). c) Sifat informasi yang ditawarkan (nature of information provided). Dalam sebuah pasar hipotesis, responden mengkombinasikan informasi benda lingkungan yang diberikan kepadanya dan bagaimana pasar akan bekerja. 22 Tanggapan responden dapat dipengaruhi oleh pasar hipotesis maupun komoditas spesifik yang diinformasikan pada saat survei. 3) Bias yang Berhubungan dengan Kondisi Kejiwaan Responden (Mental Account Bias) Bias ini terkait dengan langkah proses pembuatan keputusan seorang individu dalam memutuskan seberapa besar pendapatan, kekayaan, dan waktunya yang dapat dihabiskan untuk benda lingkungan tertentu dalam periode waktu tertentu. 4) Kesalahan Pasar Hipotetik (Hypotetical Market Error) Kesalahan pasar hipotetik terjadi jika fakta yang ditanyakan kepada responden di dalam pasar hipotetik membuat tanggapan responden berbeda dengan konsep yang diinginkan peneliti sehingga nilai WTP yang dihasilkan menjadi berbeda dengan nilai yang sesungguhnya. Hal ini dikarenakan studi CVM tidak berhadapan dengan perdagangan aktual, melainkan suatu perdagangan atau pasar yang murni hipotetik yang didapatkan dari pertemuan antara kondisi psikologi dan sosiologi prilaku. Terjadinya bias pasar hipotetik bergantung pada : a) Bagaimana pertanyaan disampaikan ketika melaksanakan survei. b) Seberapa realitistik responden merasakan pasar hipotetik akan terjadi. c) Bagaimana format WTP yang digunakan. Solusi untuk menghilangkan bias ini salah satunya yaitu desain dari alat survei sedemikian rupa sehingga maksimisasi realitas dari situasi yang akan diuji dan melakukan pengulangan kembali untuk kekonsistenan dari responden. 23 3.1.1.4 Tahapan Studi Contingent Valuation Method Menurut Hanley dan Spash (1993), beberapa tahap dalam penerapan analisis CVM, yaitu : 1) Membuat Pasar Hipotetik (Setting Up the Hypotetical Market) Tahap awal dalam menjalankan CVM adalah membuat pasar hipotetik dan pertanyaan mengenai nilai barang/jasa lingkungan. Pasar hipotetik tersebut membangun suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya membayar terhadap suatu barang/jasa lingkungan dimana tidak terdapat nilai dalam mata uang berapa harga barang/jasa lingkungan tersebut. Dalam pasar hipotetik harus menggambarkan bagaimana mekanisme pembayaran yang dilakukan. Skenario kegiatan harus diuraikan secara jelas dalam kuisioner sehingga responden dapat memahami barang lingkungan yang dipertanyakan serta keterlibatan masyarakat dalam rencana kegiatan. Selain itu, di dalam kuisioner juga perlu dijelaskan perubahan yang akan terjadi jika terdapat keinginan masyrakat membayar. 2) Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP (Obtaining Bids) Setelah kuisioner selesai di buat, maka dilakukan kegiatan pengambilan sampel. Hal ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan tatap muka, dengan perantara telepon, atau surat. Wawancara dengan telepon telah menjadi pilihan terakhir mengingat pengumpulan informasi mengenai suatu barang lewat telepon tergolong cukup sulit, terkait dengan keterbatasan waktu. Wawancara dengan surat cukup sering dilakukan tetapi sering mengalami bias dalam bentuk tidak mendapat tanggapan (non-response bias) atau tingkat tanggapan yang rendah (low-response rates). Wawancara menggunakan petugas yang terlatih memungkinkan cakupan untuk pertanyaan dan jawaban 24 secara lebih rinci tetapi tidak menutup kemungkinan bias yang dilakukan oleh petugas tersebut. 3) Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP (Calculating Avarage WTP) Setelah data mengenai nilai WTP terkumpul, tahap selanjutnya adalah nilai tengah (median) dan nilai rata-rata (mean) dari WTP tersebut. Nilai tengah digunakan apabila terjadi rentang nilai penawaran yang terlalu jauh, misalnya dari 25 responden, 24 responden, memiliki nilai penawaran sebesar Rp. 10.000 tetapi ada satu responden yang memiliki nilai penawaran sebesar Rp. 1.000.000. Jika penghitungan nilai penawaran menggunakan rata-rata, maka akan diperoleh nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya, oleh karena itu digunakan nilai tengah karena nilai tengah tidak dipengaruhi oleh rentang penawaran yang cukup besar. Nilai tengah penawaran selalu lebih kecil daripada nilai rata-rata penawaran. 4) Memperkirakan Kurva WTP (Estimating Bid Curve) Sebuah kurva WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai WTP sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut sebagai variabel independen. Kurva WTP ini dapat digunakan untuk memperkirakan perubahan nilai WTP karena perubahan sejumlah variabel independen yang berhubungan dengan mutu lingkungan. Variabel bebas yang mempengaruhi nilai WTP contohnya antara lain tingkat pendapatan (Y), tingkat pendidikan (E), tingkat pengetahuan (K), tingkat umur (A), dan beberapa variabel yang mengukur kualitas lingkungan (Q). Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat berkorelasi linier dengan bentuk persamaan umum sebagai berikut : 25 WTPi = f(Yi, Ei, Ki, Ai, Qi) ............................................................................. (1) dimana i adalah responden ke-i. 5) Menjumlahkan Data (Agregating Data) Penjumlahan data merupakan proses dimana rata-rata penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Bentuk ini sebaiknya termasuk seluruh komponen dari nilai relevan yang ditemukan seperti nilai keberadaan dan nilai penggunaan. Keputusan dalam penjumlahan data ditentukan oleh : a) Pilihan terhadap populasi yang relevan. Tujuannya untuk mengidentifikasi semua pihak yang utilitasnya dipengaruhi secara signifikan oleh kebijakan yang baru dan semua pihak yang memiliki batas politik yang relevan, dimana dipengaruhi oleh kebijakan baru tersebut. b) Berdasarkan rata-rata contoh ke rata-rata populasi. Nilai rata-rata contoh dapat digandakan oleh jumlah rumah tangga dalam populasi N, meskipun akan timbul kebiasaan, sebagai contoh adanya tingkat pendapatan tertinggi dan terendah. Jika variabel ini telah dimasukkan ke dalam kurva penawaran, estimasi rata-rata populasi μ, dapat diturunkan dengan memasukkan nilai populasi yang relevan ke dalam kurva penawaran. Nilai ini dapat digandakan dengan N. c) Pilihan dari pengumpulan periode waktu yang menghasilkan manfaat. Ini tergantung pada pola CVM yang akan dipakai. Setiap kasus dari manfaat dan biaya dari waktu cukup panjang, masyarakat dikonfrontasi dengan keperluan penggunaan preferensi saat ini untuk mengukur tingkat preferensi di masa depan, sebagaimana adanya implikasi discounting. 26 6) Mengevaluasi Penggunaan CVM (Evaluating the CVM Exercise) Tahap ini menilai sejauh mana penerapan CVM telah berhasil dilakukan. Penilaian tersebut dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan seperti apakah responden benar-benar mengerti mengenai pasar hipotetik, berapa banyak kepemilikan responden terhadap barang/jasa lingkungan yang terdapat dalam pasar hipotetik, seberapa baik pasar hipotetik yang dibuat dapat mencakup semua aspek barang/jasa lingkungan, dan lain-lain pertanyaan sejenis. 3.1.1.5 Organisasi dari Pengoperasian Contingent Valuation Method Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam organisasi pengoperasian CVM, yaitu : 1) Pasar hipotetik yang digunakan harus memiliki kredibilitas dan realitas. 2) Alat pembayaran yang digunakan dan/atau ukuran kesejahteraan (WTP) sebaiknya tidak bertentangan dengan aturan-aturan yang terkait di masyarakat. 3) Responden sebaiknya memiliki informasi yang cukup mengenai barang publik yang dimaksud dalam kuisiner dan alat pembayaran untuk penawaran mereka. 4) Jika memungkinkan, ukuran WTP sebaiknya dicari, karena responden sering kesulitan dengan penentuan nilai nominal yang ingin mereka berikan. 5) Ukuran contoh yang cukup besar sebaiknya dipilih untuk mempermudah perolehan selang kepercayaan dan reabilitas. 6) Pengujian kebiasaan, sebaiknya dilakukan dan pengadopsian strategi uuntuk memperkecil strategi bias secara khusus. 7) Penawaran sanggahan sebaiknya diidentifikasi. 27 8) Diperlukan pengetahuan dengan pasti jika contoh memiliki karakteristik yang sama dengan populasi dan penyesuaian diperlukan. 9) Tanda parameter sebaiknya dilihat kembali untuk melihat jika mereka setuju dengan harapan yang tepat. Nilai minimum dari 15% untuk Radjusted direkomendasikan oleh Mitchell dan Carson (1989) diacu dalam Hanley dan Spash (1993). 3.1.2 Analisis Regresi Logit Analisis regresi logit merupakan bagian dari analisis regresi. Analisis ini mengkaji hubungan pengaruh-pengaruh peubah penjelas (χ) terhadap peubah respon (Y) melalui model persamaan matematis tertentu. Namun jika peubah respon dari analisis regresinya berupa kategorik, maka analisis regresi yang digunakan adalah analisis regresi logit (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Peubah kategori bisa merupakan suatu pilihan ya/tidak atau suka/tidak. Sedangkan peubah penjelas pada analisis regresi logit ini dapat berupa peubah kategori maupun numerik, untuk menduga besarnya peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon. Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi logit biner, dimana peubah responnya hanya memiliki dua peluang kejadian yaitu apakah responden bersedia membayar atau tidak bersedia membayar. Dalam analisisnya pemodelan peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon dilakukan melalui transformasi logit. Formula dari transformasi logit tersebut adalah : Logit (pi) = loge Pi 1 Pi ........................................................................................ (2) dengan pi adalah peluang munculnya kejadian kategori sukses dari peubah respon untuk orang ke-i dan loge adalah logaritma dengan basis bilangan e. Kategori 28 sukses secara umum merupakan kategori yang menjadi perhatian dalam penelitian. Gambar-2 berikut ini mengilustrasikan proses transformasi logit tersebut. π(χ) g(χ) Logit Transformasi predictor (χ) predictor (χ) Gambar 2. Transformasi Logit Dengan demikian model yang digunakan dalam analisis regresi logit biner adalah sebagai berikut : Logit (pi) = β0 + β1*X .......................................................................................... (3) dengan logit (pi) adalah nilai transformasi logit untuk peluang kejadian sukses, β0 adalah intersep model garis regresi, β1 adalah slope model garis regresi dan X adalah peubah penjelas. Didalam kajian hubungan antar peubah kategorik dikenal adanya ukuran asosiasi, atau ukuran keeratan hubungan antar peubah kategori. Salah satu keuntungan penggunaan analisis regresi logit adalah bahwa ukuran asosiasi ini seringkali merupakan fungsi dari penduga parameter yang didapatkan. Salah satu ukuran asosiasi yang dapat diperoleh melalui analisis regresi logit adalah odd ratio. Odd sendiri dapat diartikan sebagi ratio peluang kejadian tidak sukses dari peubah respon. Adapun ratio odd mengindikasikan seberapa lebih mungkin, 29 dalam kaitannya dengan nilai odd, munculnya kejadian sukses pada suatu kelompok dibandingkan dengan kelompok lainnya. 3.1.3 Analisis Regresi Berganda Pada regresi berganda (multiple regression model) dengan asumsi bahwa peubah tak bebas (respons) Y merupakan fungsi linier dari beberapa peubah bebas X1, X2, ... , Xk dan komponen sisaan ε (error). Model ini sebenarnya merupakan pengembangan model regresi sederhana dengan satu peubah bebas sehingga asumsi mengenai sisaan ε, peubah bebas X dan peubah tak-bebas Y juga sama. Persamaan model regresi liner berganda secara umum adalah sebagai berikut : Yi = β1X1i + β2X2i + β3X3i + ... + βkXki + εi ......................................................... (4) Subskrip i menunjukkan nomor pengamatan dari 1 sampai N untuk data populasi atau sampai n untuk data contoh (sample). Xki merupakan pengamatan ke-i untuk peubah bebas Xk . Koefisien β1 dapat merupakan intersep model regresi berganda. Untuk mendapatkan koefisien regresi parsial digunakan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square atau OLS). Metode OLS dilakukan dengan pemilihan parameter yang tidak diketahui sehingga jumlah kuadrat kesalahan pengganggu (Residual Sum of Square atau RRS) yaitu Σei2 = minimum (terkecil). Pemilihan model ini didasarkan dengan pertimbangan metode ini mempunyai sifat-sifat karakteristik optimal, sederhana dalam perhitungan dan umum digunakan. Asumsi utama yang mendasari model regresi berganda dengan metode OLS adalah sebagai berikut (Firdaus, 2004) : 1) Nilai yang diharapkan bersyarat (Conditional Expected Value) dari εi tergantung pada Xi tertentu adalah nol. 30 2) Tidak ada korelasi berurutan atau tidak ada korelasi (non-autokorelasi) artinya dengan Xi tertentu simpangan setiap Y yang manapun dari nilai rata-ratanya tidak menunjukkan adanya korelasi, baik secara positif atau negatif. 3) Varians bersyarat dari € adalah konstan. Asumsi ini dikenal dengan nama asumsi homoskedastisitas. 4) Variabel bebas adalah nonstokastik yaitu tetap dalam penyampelan berulang jika stokastik maka didistribusikan secara independent dari gangguan €. 5) Tidak ada multikolinearitas antara variabel penjelas satu dengan yang lainnya. 6) € didistibusikan secara normal dengan rata-rata dan varians yang diberikan oleh asumsi 1 dan 2. Apabila semua asumsi yang mendasari model tersebut terpenuhi maka suatu fungsi regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan pendugaan dengan metode OLS dari koefisien regresi adalah penduga tak bias linier terbaik (best linier unbiased estimator atau BLUE). Sebaliknya jika ada asumsi dalam model regresi yang tidak terpenuhi oleh fungsi regresi yang diperoleh maka kebenaran pendugaan model tersebut atau pengujian hipotesis untuk pengambilan keputusan dapat diragukan. Penyimpangan 2, 3, dan 5 memiliki pengaruh yang serius sedangkan asumsi 1,4, dan 6 tidak. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Mata air Cirahab merupakan bagian dari DAS Cidanau yang memiliki debit air terbesar yaitu 300 liter/detik yang merupakan suatu jasa lingkungan yang cukup besar untuk dimanfaatkan bagi masyarakat sekitar antara lain sebagai pemasok kebutuhan air bersih, pemasok kebutuhan air untuk pertanian, pemasok pendapatan pemerintah daerah sebagai potensi daerah wisata, dan lain-lain. Pemanfaatan secara besar-besaran oleh penerima manfaat jasa lingkungan akan 31 menyebabkan kualitas dan kuantitas mata air Cirahab menurun. Penerima manfaat jasa lingkungan mata air Cirahab adalah masyarakat dan dua perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) yaitu PT. Tirta Jaya Anugerah Mandiri dan PT. Lima Heksa Perkasa. Masyarakat dan perusahaan tersebut memanfaatkan jasa lingkungan yang disediakan oleh mata air Cirahab secara terus-menerus sehingga dikhawatirkan akan menurunkan kualitas dan kuantitas mata air Cirahab. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya konservasi untuk mempertahankan kualitas mata air Cirahab agar tetap menghasilkan jasa lingkungan yang berkelanjutan. Salah satu upaya konservasi adalah dengan menerapkan instrumen ekonomi yaitu PJL. Nilai WTP terhadap PJL ini akan dimanfaatkan oleh penyedia jasa lingkungan untuk mempertahankan jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahab sehingga upaya konservasi mata air Cirahab diperlukan sinergitas antara penerima manfaat dan penyedia jasa lingkungan selanjutnya. 3.3 Hipotesis Operasional Secara umum diduga bahwa dengan diterapkannya pembayaran jasa lingkungan akan meningkatkan kualitas dan kuantitas mata air Cirahab. Pembayaran jasa lingkungan yang dibayarkan oleh masyarakat Desa Curug Goong akan digunakan untuk pembelian bibit di lokasi penyedia yang akan ditetapkan selanjutnya. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1) Penerima manfaat mata air Cirahab adalah rumah tangga yang memanfaatkan jasa lingkungan mata air sebagai pemasok kebutuhan air rumah tangganya. 2) Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kesediaan responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan oleh masyarakat yaitu penilaian 32 kualitas air, jumlah pengguna air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber air, tingkat pendidikan, dan rata-rata pendapatan. 3) Variabel-variabel yang akan memiliki koefisien bernilai positif yang artinya akan meningkatkan besarnya nilai WTP oleh masyarakat yaitu penilaian terhadap kualitas air, jumlah pengguna air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber air, tingkat pendidikan, dan rata-rata pendapatan. 4) Nilai pembayaran jasa lingkungan tersebut akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas mata air Cirahab agar dapat memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi pengguna langsungnya. 33 Mata air Cirahab merupakan bagian dari DAS Cidanau yang memiliki debit air terbesar yaitu 300 liter/ detik Fungsi Jasa Lingkungan mata air Cirahab adalah sebagai jasa penyedia air Dimanfaatkan oleh pemanfaat langsung Industri Masyarakat (Rumah Tangga) Menjaga kualitas dan kuantitas mata air Cirahab Diperlukan suatu instrumen ekonomi berupa pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya pelestarian kualitas dan kuantitas mata air Cirahab Mengkaji faktorfaktor yang mempengaruhi kesediaan/ketidakse diaan responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan Analisis Regresi Logit Mengkaji faktorfaktor yang mempengaruhi WTP responden terhadap pembayaran jasa lingkungan WTP responden terhadap pembayaran jasa lingkungan Analisis Regresi Berganda Contingent Valuation Method Pembayaran jasa lingkungan Penilaian ekonomi fungsi hidrologis mata air Cirahab Keterangan : Di luar Lingkup Penelitian Gambar 3. Diagram Alur Kerangka Berfikir 34 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pedesaan sekitar DAS Cidanau yaitu Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) karena lokasi tersebut letak dimana mata air Cirahab yang memiliki debit air terbesar di DAS Cidanau berada. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, yaitu pertengahan bulan Maret sampai dengan pertengahan bulan Mei 2009. 4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden melalui kuisioner. Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai instansi pemerintahan di lokasi penelitian dan instansi-instansi yang terkait dengan pengelolaan upaya konservasi mata air Cirahab. Berikut akan ditampilkan matriks metode prosedur dalam penelitian. Tabel 2. Metode Prosedur Penelitian No Tujuan Metode Pengambilan Metode Analisis Sampel Faktor-faktor yang mempengaruhi 1 kesediaan atau ketidaksediaan Analisis Regresi Logit Convinience responden terhadap PJL 2 3 Nilai WTP responden terhadap PJL Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden terhadap PJL Convinience Convinience Analisis CVM Analisis Regresi Berganda 4.3 Penentuan Jumlah Responden Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik convenience sampling yaitu pengambilan responden yang mudah ditemui dan mempunyai kemampuan sebagai responden (Nazir, 1988) dengan pertimbangan secara sengaja rumah tangga mana yang menggunakan jasa lingkungan mata air Cirahab untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Responden diambil sebanyak 83 KK dari 828 KK yang berada di Desa Curug Goong. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan program Microsoft Office Excel 2007 dan SPSS 15.0. 4.4.1 Analisis Tingkat Penerimaan Responden terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Untuk menentukan tingkat penerimaan responden terhadap pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi dikumpulkan berupa data binner. Data binner merupakan bentuk data yang menggambarkan pilihan “Ya atau Tidak”. Dengan kondisi seperti ini, jenis penggunaan regresi yang sesuai untuk pemodelan adalah regresi logit (Ramanathan, 1997). Hal yang membedakan model regresi logit dengan regresi biasa adalah peubah terikat dalam model bersifat dikotomi (Hosmer dan Lameshow, 1989). Bentuk fungsi ini model logit adalah : Li = 0 + 1KAi + 2JPAi + 3JKAi + 4JRSAi + 5TPi + β6RPDT + i …… (6) dimana : Li = Peluang responden bersedia (benilai 1 untuk “bersedia” dan bernilai 0 untuk “tidak bersedia”) 0 = Intersep 36 β1,…β7 = Koefisien dari regresi KA = Penilaian terhadap kualitas air (bernilai 1 jika “sangat jernih”, bernilai 2 jika “jernih”, bernilai 3 jika “biasa”, bernilai 4 jika “kotor”, bernilai 5 jika “sangat kotor”) Tabel 3. Peubah Dummy Variabel Penilaian Terhadap Kualitas Air Sangat Jernih Jernih Biasa Kotor 1 0 0 0 Sangat Jenih 0 1 0 0 Jernih 0 0 1 0 Biasa 0 0 0 0 Kotor JPA = Jumlah pengguna air dalam rumah tangga (orang) JKA = Jumlah kebutuhan air dalam rumah tangga (liter/hari) JRSA = Jarak rumah ke mata air (meter) TP = Tingkat pendidikan responden (tahun) RPDT = Rata-rata pendapatan rumah tangga (Rp/bulan) i = Responden ke-i (i = 1, 2,…., n) = Galat β1,…β7 > 0 Variabel yang diduga mempengaruhi secara positif adalah penilaian kualitas air, jumlah pengguna air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber air, tingkat pendidikan responden, dan rata-rata pendapatan. Interpretasi penilaian kualitas air adalah semakin baik penilaian kualitas air oleh responden maka akan mempengaruhi peluang kesediaan responden dalam membayar pembayar jasa lingkungan. Interpretasi jumlah pengguna air dalam rumah tangga adalah semakin banyak pengguna maka diduga akan mempengaruhi peluang responden dalam kesediaannya membayar pembayaran jasa lingkungan. 37 Interpretasi jumlah kebutuhan air adalah jika jumlah kebutuhan air untuk rumah tangga semakin besar maka mempengaruhi peluang kesediaan responden untuk membayar pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi. Interpretasi jarak rumah ke sumber air adalah semakin dekat rumah responden dengan sumber air maka akan mempengaruhi peluang kesediaan responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan. Interpretasi tingkat pendidikan responden adalah semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka akan mempengaruhi peluang kesediaan responden untuk membayar pembayaran jasa lingkungan. Interpretasi rata-rata pendapatan adalah semakin tinggi tingkat pendapatan responden maka akan mempengaruhi responden untuk melakukan pembayaaran jasa lingkungan. 4.4.2 Analisis Nilai WTP Responden terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Tahap-tahap dalam melakukan penelitian untuk menentukan WTP dengan menggunakan CVM dalam penelitian ini meliputi (Hanley dan Spash, 1993) : 1) Membuat Pasar Hipotetik (Setting Up the Hypotetical Market) Pasar hipotetik dibentuk atas dasar menurunnya kualitas lingkungan mata air Cirahab sebagai pemasok kebutuhan rumah tangga masyarakat Desa Curug Goong. Selain itu, tidak adanya anggaran dari pemerintah daerah untuk pengelolaan mata air Cirahab turut memperparah kualitas dan kuantitas mata air Cirahab yang semakin menurun. Hal tersebut dapat diatasi dengan menggunakan salah satu instrumen ekonomi yaitu pembayaran jasa lingkungan sebagai bentuk upaya konservasi. Selanjutnya, pasar hipotetik yang ditawarkan dibentuk dalam skenario sebagai berikut : 38 Pasar Hipotetik : “Jika masyarakat Desa Curug Goong yang selama ini kehidupannya bergantung pada kualitas dan kuantitas dari mata air Cirahab menginginkan ada suatu upaya konservasi yaitu pembayaran jasa lingkungan sehingga kualitas dan kuantitas mata air tetap terjaga. Suatu saat nanti kualitas dan kuantitas mata air Cirahab akan menurun yang dikarenakan berbagai penyebab antara lain, pertumbuhan penduduk di Desa Curug Goong yang semakin meningkat sehingga kebutuhan pasokan air akan semakin meningkat, tinggi-rendahnya curah hujan akan mempengaruhi jumlah ketersediaan air, kegiatan manusia yang turut mengganggu kualitas dan kuantitas air seperti halnya juga lama atau pendeknya musim kemarau. Penyebab-penyebab tersebut dapat berdampak pada kualitas dan kuantitas mata air Cirahab yang merupakan pemasok kebutuhan air rumah tangga desa Curug Goong” Dengan skenario ini maka responden mengetahui gambaran tentang situasi hipotetik mengenai rencana pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi untuk pelestarian mata air Cirahab. Nilai pembayaran jasa lingkungan yang akan diberlakukan akan ditanyakan kepada responden mengenai WTP per KK per liter. Setiap responden diajukan pertanyaan apakah mereka setuju atau menolak terhadap pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi yang akan diberlakukan. Alat survei yang digunakan adalah berupa kuisioner yang memberikan deskripsi mengapa seluruh responden seharusnya membayar pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi mata air Cirahab dan bagaimana mekanisme pembayaran tersebut dilakukan. 39 2) Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP (Obtaining Bids) Jika alat survei telah dibuat, maka survei dilakukan dengan wawancara langsung. Teknik yang digunakan dalam mendapatkan nilai penawaran pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode dichotomous choice yaitu menawarkan kepada responden sejumlah uang tertentu dan menanyakan apakah responden mau membayar atau tidak sejumlah uang tersebut untuk memperoleh perbaikan kualitas lingkungan melalui pembayaran jasa lingkungan. Metode ini lebih memudahkan responden memahami maksud dan tujuan dari penelitian dibanding dengan metode lain. Metode ini memudahkan pengklasifikasian responden yang memiliki kecenderungan untuk membayar perbaikan lingkungan dengan responden yang tidak memiliki kecenderungan untuk membayar perbaikan lingkungan. 3) Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP (Calculating Average WTP) WTPi dapat diduga dengan melakukan nilai rata-rata dari penjumlahan keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Dugaan rataan WTP dibagi dengan rumus : n EWTP WiPfi ……………………………………………………………… (7) i 1 dimana : EWTP = Dugaan rataan WTP Wi = Nilai WTP ke-i Pfi = Frekuensi Relatif n = Jumlah responden i = Responden ke-i yang bersedia melakukan pembayaran jasa lingkungan 40 4) Memperkirakan Kurva WTP (Estimating Bid Curve) Pendugaan kurva akan dilakukan dengan mengunakan persamaan sebagai berikut : WTP = f (KA, JPA, JKA, JRSA, TP, RPDT) …………………………………. (8) dimana : WTP KA = Nilai WTP responden (Rp/liter) = Penilaian terhadap kualitas air (bernilai 1 jika “sangat jernih”, bernilai 2 jika “jernih”, bernilai 3 jika “biasa”, bernilai 4 jika “kotor”, bernilai 5 jika “sangat kotor”) JPA = Jumlah pengguna air dalam rumah tangga (orang) JKA = Jumlah kebutuhan air dalam rumah tangga (liter/hari) JRSA = Jarak rumah ke mata air (meter) TP = Tingkat pendidikan responden (tahun) RPDT = Rata-rata pendapatan rumah tangga (Rp/bulan) 5) Menjumlahkan Data (Agregating Data) Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai tengah penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Setelah menduga nilai tengah WTP maka dapat di duga nilai WTP dari rumah tangga dengan menggunakan rumus : n ni TWTP WTPi P ……………………………………………………….. (9) N i 1 dimana : TWTP = Total WTP WTPi = WTP individu sampel ke-i ni = Jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar WTP 41 N = Jumlah sampel P = Jumlah populasi i = Responden ke-i yang bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan 6) Mengevaluasi Penggunaan CVM (Evaluating the CVM Exercise) Hal ini merupakan penilaian sejauhmana penggunaan CVM telah berhasil. Pada tahap ini memerlukan pendekatan seberapa besar tingkat keberhasilan dalam pengaplikasian CVM. Apakah hasil survei mengandung tingkat penawaran sanggahan yang tinggi. Apakah ada bukti bahwa responden benar-benar mengerti mengenai pasar hipotetik. Seberapa besar tingkat kesalahan responden dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Seberapa baik pasar hipotetik yang digunakan dapat menangkap setiap aspek dalam barang lingkungan. Seberapa baik permasalahan yang terjadi di asosiasikan dengan CVM. Untuk mengevaluasi pelaksanaan model CVM dilihat tingkat keandalan (reability) fungsi WTP. Uji yang dapat dilakukan dengan uji keandalan yang melihat nilai R2 dari model OLS (Ordinary Least Square) WTP. 4.4.3 Analisis Fungsi WTP Analisis ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi WTP responden. Model yang digunakan adalah model regresi linier berganda. Persamaan regresi besarnya nilai WTP dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : WTP = 0 + 1KAi + 2JPAi + 3JKAi + 4JRSAi + 5TPi + β6RPDT + i .. (10) dimana : WTPi = Nilai WTP Responden (Rp/liter) 0 = Intersep 42 1,…,5 = Koefisien regresi KA = Penilaian kualitas air (bernilai 1 jika “sangat jernih”, bernilai 2 jika “jernih”, bernilai 3 jika “biasa”, bernilai 4 jika “kotor”) JPA = Jumlah pengguna air (orang) JKA = Jumlah kebutuhan air (liter/hari/KK) JRSA = Jarak rumah ke mata air (m) TP = Tingkat pendidikan (tahun) RPDPT = Rata-rata pendapatan rumah tangga (Rp/bulan) i = Responden ke-i (i = 1, 2,…., n) = Galat Variabel-variabel tersebut dipilih berdasarkan teori-teori dan observasi langsung di lokasi penelitian. Besarnya nilai WTP penerima manfaat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : penilaian kualitas air, jumlah pengguna air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber air, tingkat pendidikan, dan rata-rata pendapatan. Variabel yang diduga mempengaruhi secara positif adalah penilaian kualitas air, jumlah pengguna air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber air, tingkat pendidikan, rata-rata pendapatan. Interpretasi penilaian kualitas air adalah semakin baik penilaian kualitas air oleh responden maka diduga akan mempengaruhi responden dalam memberikan nilai kesediaan yang lebih tinggi. Interpretasi jumlah pengguna air adalah semakin banyak jumlah pengguna air dalam satu rumah maka diduga akan mempengaruhi responden dalam memberikan nilai kesediaan yang lebih tinggi. Interpretasi jumlah kebutuhan air adalah semakin banyak jumlah kebutuhan air yang dimanfaatkan oleh responden 43 maka diduga akan mempengaruhi responden dalam memberikan nilai kesediaan yang lebih tinggi. Interpretasi jarak rumah ke sumber air adalah semakin dekat jarak rumah ke sumber air maka diduga akan mempengaruhi responden dalam memberikan nilai kesediaan yang lebih tinggi. Interpretasi tingkat pendidikan adalah semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka diduga akan mempengaruhi responden dalam memberikan nilai kesediaan yang lebih tinggi. Interpretasi rata-rata pendapatan adalah semakin tinggi rata-rata pendapatan responden maka diduga akan mempengaruhi nilai kesediaan yang lebih tinggi. 4.5 Pengujian Parameter Pengujian secara statistik perlu dilakukan untuk memeriksa kebaikan suatu model yang telah dibuat. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 4.5.1 Uji G The log-likelihood biasa dikenal sebagai -2LL (two times the log likelihood) dimana nilai tersebut dapat memperkirakan distribusi chi-square (λ2) dan memungkinkan penentuan level signifikansi. Statistik uji G adalah uji rasio kemungkinan maksimum (likelihood ratio test) yang digunakan untuk menguji peranan variabel bebas secara serentak (Hosmer. D. W dan S. Lemeshow, 1989). Rumus umum untuk uji G adalah : lo G 2 ln ……………………………………………………………….... (11) li dimana : l0 = nilai likehood tanpa variabel penjelas l1 = nilai likehood model penuh 44 Pengujian terhadap hipotesis pada uji G responden rumah tangga Desa Curug Goong adalah sebagai berikut : H0 : β1 = β2 =…= 0 H1 : minimal ada satu βi tidak sama dengan nol, dimana i =1,2,…, n Statistik G akan mengikuti sebaran λ2 dengan derajat bebas α. Kriteria keputusan yang diambil adalah jika G > λ2 p (α), maka hipotesis nol (H0) ditolak. Uji G juga dapat digunakan untuk memeriksa apakah nilai yang diduga dengan peubah di dalam model lebih baik jika dibandingkan dengan model tereduksi (Hosmer dan Lemeshow, 1989). 4.5.2 Uji Wald Uji wald digunakan untuk menguji perbedaan pengaruh antara taraf atribut yang variabel bonekanya bernilai 1 dengan taraf lain dari atribut tersebut yang semua variabelnya bernilai nol. i ...……………………………………………………………… (12) W SE ( i ) H0 : β0 = 0 Hi : βi ≠ 0 dimana : βi = Vektor koefisien dihubungkan dengan penduga (koefisien X) SE (βi) = Galat dari kesalahan dari βi Uji wald mengikuti sebaran normal baku dengan kaidah keputusan menolak H0 jika | W | > Zα/2 (Hosmer dan Lemeshow, 1989). 45 4.5.3 Uji Odds Ratio Odds ratio merupakan kemunculan dari peubah respon (Y = 1) sebesar exp (β) kali jika taraf yang peubah bonekanya bernilai 1 muncul, dibandingkan dengan taraf atribut yang peubah bonekanya bernilai 1 muncul, dibandingkan dengan taraf atribut tersebut yang semua peubah bonekanya bernilai 0 muncul. Dengan kata lain, odds ratio merupakan interpretasi dari sebuah peluang. 4.5.4 Uji Keandalan Uji ini dilakukan dalam pelaksanaan CVM. Berhasil tidaknya pelaksanaan CVM dilihat berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2) dari OLS (Ordinary Least Square) WTP. Nilai R2 lebih rendah dari 0,15 dapat dikatakan tidak reliable. Sedangkan nilai R2 yang tinggi dapat menunjukan tingkat realibilitas penggunaan CVM. 4.5.5 Uji Statistik t Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh masing-masing variabelnya (Xi) mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat setempat (Yi) sebagai variabel tidak bebas prosedur pengujiannya (Ramanathan, 1997) adalah sebagai berikut : H0 : βi = 0 atau variabel bebas (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel bebasnya (Yi) H1 : βi ≠ 0 atau variabel bebas (Xi) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi) t hit(n-k) = Jika thit i 0 si ………………………………………………………………. (13) (n-k) > tabel, maka H0 diterima, artinya variabel (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap (Yi) 46 Jika thit (n-k) < tabel, maka H0 ditolak, artinya variabel (Xi) berpengaruh nyata terhadap (Yi). 4.4.6 Uji Statistik F Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel (Xi) secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebasnya (Yi) Prosedur pengujiannya (Ramanathan, 1997) antara lain : H0 = β1 = β2 = … = βk = 0 Variabel bebas (Xi) secara serentak tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi) H0 = β1 = β2 = … = βk ≠ 0 Variabel bebas (Xi) secara serentak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi) F hit = JKK /(k 1) JKG / k (n 1) ………………………………………………………….. (14) dimana : JKK = Jumlah kuadrat untuk nilai tengah kolom JKG = Jumlah kuadrat galat n = Jumlah sampel k = Jumlah peubah Jika Fhit < Ftabel, maka H0 diterima, artinya variabel (Xi) secara serentak tidak berpengaruh nyata terhadap (Yi) Jika Fhit > Ftabel, maka H0 ditolak, artinya variabel (Xi) secara serentak berpengaruh nyata terhadap (Yi). 47 4.5.7 Uji Multikolinear (multicollinearity) Dalam model yang melibatkan banyak variabel bebas sering terjadi masalah multicollinearity, yaitu terjadi kolerasi yang kuat antar variabel-variabel bebasnya. Untuk mendeteksi adanya multicollinearty dalam sebuah model dapat dilakukan dengan membandingkan besarnya koefisien determinasi (R2) dengan koefisien determinasi parsial antar dua variabel bebas (r2). Untuk hal ini dapat dibuat suatu matriks koefisien determinasi parsial antar variabel bebasnya. Multicollinearity dapat dianggap bukan merupakan suatu masalah apabila koefisien determinasi parsial antar dua variabel bebas tidak melebihi nilai koefisien determinasi atau koefisien korelasi berganda antar semua variabel secara simultan. Namun multicollinearity dianggap sebagai masalah serius jika koefisien determinasi parsial antar dua variabel bebas melebihi atau sama dengan nilai koefisien determinasi atau koefisien korelasi berganda antar semua variabel secara simultan, atau secara matematis dapat dituliskan dalam pertidaksamaan berikut : r2 λi, λj > R2 λi, …, λj ………………………………………………………….. (15) Masalah multicollinearity dapat dilihat langsung melalui output komputer dimana apabila VIF < 10 maka tidak ada masalah multicollinearity. 4.5.8 Uji Heteroskedastisitas Salah satu asumsi metode pendugaan metode kuadrat terkecil adalah homoskedastisitas, yaitu ragam galat konstan dalam setiap amatan. Pelanggaran atas asumsi homoskedastisitas adalah heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya masalah heteroskedastisitas maka dilakukan uji heteroskedastisitas seperti yang disarankan oleh Goldfeld dan Quandt diacu dalam Ramanathan (1997). Langkah-langkah pengujian heteroskedastisitas dengan uji white heteroskedastisitas sebagai berikut : 48 H0 : tidak ada heteroskedastisitas H1 : ada masalah heteroskedastisitas Tolak H0 jika obs* R2 > λ2 df-2 atau probability obs* R2 < α Gejala heteroskedastisitas juga dapat dideteksi dengan melihat dari plot grafik hubungan antar residual dengan fits-nya. Jika pada gambar ternyata residual menyebar dan tidak membentuk pola tertentu, maka dapat dikatakan bahwa dalam model tersebut tidak terdapat gejala heteroskedastisitas atau ragam error sama. 4.5.9 Uji Kenormalan Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah error term dari data atau observasi yang jumlahnya kurang dari 30 mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah. Uji yang dapat dilakukan adalah uji Jarque Bera dengan prosedur sebagai berikut : H0 = error term terdistribusi normal H1 = error term tidak terdistribusi normal Terima H0 jika statistic J-B < λ2 df-2 atau jika diperoleh nilai probabilitas lebih besar dari α. 4.6 Batasan Operasional Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Wilayah penelitian adalah Desa Curug Goong yaitu tempat dimana mata air Cirahab berada. 2) Objek penelitian adalah mata air Cirahab yang merupakan pemasok air bagi kebutuhan rumah tangga masyarakat desa Curug Goong. 3) Responden adalah kepala keluarga dalam rumah tangga yang menerima manfaat mata air Cirahab dengan usia 17 tahun ke atas dan sudah bekerja. 49 4) WTP merupakan sejumlah uang yang ingin diberikan seseorang untuk memperoleh suatu peningkatan kualitas jasa lingkungan menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya. 5) CVM digunakan untuk menampung preferensi responden pada kondisi tertentu guna mengetahui keinginan untuk membayar. 6) Tingkat pendapatan responden merupakan pendapatan total rumah tangga yang diperoleh responden setiap bulannya. 50 V. KEADAAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian terletak kurang lebih 25 km di sebelah tenggara dari pusat pemerintahan Kota Serang. Daerah wilayah penelitian ini difokuskan pada Desa Curug Goong dimana secara administratif Desa Curug Goong termasuk di wilayah Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten. Wilayah ini terletak di sekitar 1060 00’ 00” – 1060 03’ 00” BT dan 60 10’ 30” – 60 15” 00” BB. Desa Curug Goong merupakan wilayah yang berada di daerah aliran sungai Cidanau dan berdekatan dengan Cagar Alam Rawa Danau, dengan batas sebagai berikut: 1) Sebelah Utara : Cagar Alam Rawa Danau, Desa Cipayung 2) Sebelah Selatan : Gunung Karang, Desa Lebak 3) Sebelah Timur : Gunung Kemuning, Desa Batu Kuwung 4) Sebelah Barat : Wilayah Anyer, Desa Cisaat Kondisi lahan sebagian berupa lahan darat, lahan sawah dan lahan rawa, dan sebagian besar berupa kebun dan tanaman keras terutama di daerah sekitar mata air. Menurut data yang diperoleh dari Kepala Desa Curug Goong (2008), luas wilayah Desa Curug Goong adalah 333,57 Ha yang terdiri dari lahan persawahan seluas ± 150,24 Ha, pemukiman penduduk seluas ± 86,13 Ha, perkebunan seluas ± 48,70 Ha, dan hutan seluas ± 48,5 Ha. Desa Curug Goong terdiri atas 11 kampung, 16 RT, dan 6 RW dengan jumlah penduduk 3.504 jiwa yang terdiri atas 828 kepala keluarga. Sebaran wilayah Desa Curug Goong dapat dilihat pada Tabel-4. Tabel 4. Sebaran wilayah Desa Curug Goong Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Nama Kampung Cilehem Sukaraja Sukaraja Sukamanah Cibetus Cigadel Kebon Cau Curug Goong Beji Curug Goong Beji Curug Permai Curug Permai Curug Masjid Curug Masjid Kampung Jati Eksodan Eksodan RT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 RW 1 1 1 1 2 2 2 3 3 4 4 5 5 5 6 6 Total 55 117 56 64 65 44 40 43 75 48 52 27 51 34 29 28 Sumber : Kecamatan Padarincang (2008) Sumber penghasilan masyarakat Desa Curug Goong adalah di sektor pertanian karena 70 persen dari total penduduk Desa menjadi petani buruh. Luas lahan pertanian rata – rata dibawah 1 Ha dan luas lahan sebagian penduduk rata – rata antara 0,20 – 0,50 Ha. Selain itu masyarakat Desa Curug Goong juga banyak yang menjadi buruh pabrik karena di lokasi penelitian terdapat dua perusahaan AMDK yaitu PT. Tirta Jaya Anugrah Mandiri dan PT. Lima Heksa Perkasa yang sebagian besar karyawannya merupakan masyarakat Desa Curug Goong (Hasil wawancara dengan Kepala Desa Curug Goong, 2009). Tingkat pendidikan masyarakat Desa Curug Goong sangat berhubungan dengan angkatan kerja, dalam hal ini tingkat keahliannya akan berpengaruh terhadap produktifitas mereka. Berdasarkan tamatan pendidikan jumlah penduduk yang berusia diatas usia produktif yang telah menyelesaikan pendidikannya yaitu sebesar 72 persen dengan tingkat pendidikan sebesar 71 persen menyelesaikan 52 sekolah dan 1 persen tidak tamat tingkat sekolah dasar, adapun jumlah penduduk yang tidak sekolah sebesar 12,91 persen (Hasil wawancara dengan pihak Kecamatan Padarincang, 2009). Fasilitas sosial dan umum yang terdapat di wilayah tersebut adalah masjid sebanyak 7 buah, mushola sebanyak 4 buah, sarana pendidikan taman kanakkanak 1 buah, sarana pendidikan sekolah dasar sebanyak 2 buah, sarana pendidikan madrasah sebanyak 3 buah, sarana pendidikan pesanteren 5 buah, sarana kelembagaan desa, sarana kesehatan, dan MCK umum. 5.2 Kondisi Lingkungan Kondisi lingkungan di Desa Curug Goong cukup memprihatinkan karena sebagian besar masyarakat Desa Curug Goong memanfaatkan air dari mata Cirahab untuk kebutuhan rumah tangga mereka sehari-hari. Hal ini sangat kontras, bagaimana suatu wilayah dimana terdapat sumber air tetapi masyarakat di sekitar mata air tersebut masih saja mengalami masalah kesulitan air. Kondisi mata air Cirahab di lokasi penelitian ini juga dijadikan tempat pemandian umum setiap hari sabtu dan minggu. Oleh karena itu, mata air Cirahab perlu dikembangkan karena berpotensi sebagai daerah wisata dan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Tipe jalan menuju mata air Cirahab ini berupa gang-gang sempit yang hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki dan motor. Selain itu kondisi jalan sangat buruk karena masih berupa batu-batuan kerikil yang jika datang hujan, jalanan menjadi sangat licin dan penuh lumpur. 53 5.3 Karakteristik Responden Karakteristik umum responden di Desa Curug Goong diperoleh berdasarkan survei terhadap 83 reponden. Karakteristik umum responden ini dijelaskan dari beberapa kriteria seperti yang dijelaskan di bawah ini. 5.3.1 Jenis Kelamin Responden Sebagian responden yang masuk dalam survei adalah laki-laki yaitu berjumlah 55 orang (66 persen), sedangkan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 28 orang (34 persen). Dominasi responden laki-laki dikarenakan pada umumnya kepala keluarga (pengambil keputusan) dalam suatu rumah tangga adalah laki-laki sehingga untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam survei, laki-laki lebih berperan. Perbandingan responden laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada Gambar-4. Sumber : Data Primer Diolah (2009) Gambar 4. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Jenis Kelamin Tahun 2009 5.3.2 Tingkat Usia Responden Tingkat usia responden tergolong cukup bervariasi dengan distribusi usia 21 tahun sampai 67 tahun. Jumlah responden tertinggi terdapat pada sebaran usia 54 42-48 tahun, yaitu berjumlah 20 orang (24 persen) dan pada sebaran usia 49-55 tahun, yaitu berjumlah 20 orang (24 persen). Responden yang berusia antara selang 21-27 tahun, yaitu berjumlah 14 orang (17 persen), responden yang berusia 28-34 tahun, yaitu berjumlah 14 orang (17 persen), responden yang berusia 35-41 tahun, yaitu berjumlah 13 orang (16 persen), dan responden yang berusia 56-62 tahun, yaitu berjumlah 3 orang (4 persen), serta responden yang berusia 63-69 tahun, yaitu berjumlah 7 orang (8 persen). Tingkat usia seseorang mencerminkan tingkat kedewasaan orang tersebut dalam mengambil keputusan/tindakan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan dirinya. Perbandingan distribusi usia responden di Desa Curug Goong tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar-5. Sumber : Data Primer Diolah (2009) Gambar 5. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Tingkat Usia Tahun 2009 55 5.3.3 Tingkat Pendidikan Formal Terakhir Tingkat pendidikan terakhir responden bervariasi mulai dari tidak sekolah sampai ke jenjang perguruan tinggi. Sebanyak 1 orang (1 persen) responden tidak sekolah, sebanyak 33 orang responden (40 persen) menamatkan pendidikannya sampai sekolah dasar, sejumlah 21 orang responden (25 persen) tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP), sejumlah 23 orang respon (28 persen) tamatan sekolah Menengah Atas (SMA), dan sejumlah 6 orang responden (7 persen) menamatkan pendidikannya sampai perguruan tinggi. Perbandingan persentase tingkat pendidikan terakhir responden dapat dilihat pada Gambar-6. Sumber : Data Primer Diolah (2009) Gambar 6. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Tingkat Pendidikan Tahun 2009 5.3.4 Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan responden di Desa Curug Goong bervariasi mulai dari buruh pabrik, pedagang, ibu rumah tangga, petani, kuli bangunan, wiraswasta, satpam, kontraktor, tukang ojek, dan supir. Mayoritas pekerjaan responden adalah 56 ibu rumah tangga. Hal tersebut disebabkan karena dalam penelitian ini lebih diutamakan ibu rumah tangga untuk memberikan data mengenai jumlah kebutuhan air yang digunakan oleh rumah tangga. Perbandingan persentase jumlah responden pada setiap jenis pekerjaan dapat dilihat pada Gambar-7. Sumber : Data Primer Diolah (2009) Gambar 7. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Jenis Pekerjaan Tahun 2009 5.3.5 Rata-rata Pendapatan Tingkat rata-rata pendapatan rumah tangga di Desa Curug Goong tergolong rendah karena mayoritas rata-rata pendapatan responden adalah sebesar Rp.750.000,00/bulan. Hal ini juga terkait dengan jenis pekerjaan responden yang mayoritas ibu rumah tangga, petani dan buruh dimana pendapatan yang diterimanya sangat rendah. Rata-rata pendapatan rumah tangga yang berada pada level (< Rp.750.001,00) sebanyak 17 responden (20 persen), pada level (Rp.750.001,00 – Rp.2.450.000,00) sebanyak 53 responden (64 persen), pada 57 level (Rp.2.450.001,00 - Rp.4.150.000,00) sebanyak 10 responden (12 persen), pada level (Rp.4.150.001,00 – Rp.5858.000,00) sebanyak 2 responden (2 persen), sedangkan pada level (> Rp.9.250.000,00) sebanyak 1 responden (1 persen). Berikut persentase rata-rata pendapatan rumah tangga responden di Desa Curug Goong Tahun 2009 pada dilihat pada Gambar-8. Sumber : Data Primer Diolah (2009) Gambar 8. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Tingkat Pendapatan Tahun 2009 5.3.6 Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan responden mayoritas berada pada selang 4-6 orang berjumlah 83 responden. Jumlah tanggungan yang dimaksudkan adalah mencakup keluarga inti (anak dan istri/suami) serta tambahan tanggungan bukan keluarga inti yang tinggal dirumah responden maupun tidak tetapi kebutuhannya dibiayai responden. Perbandingan persentase jumlah responden sesuai dengan jumlah tanggungan masing-masing dapat dilihat pada Gambar-9. 58 Sumber : Data Primer Diolah (2009) Gambar 9. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Jumlah Tanggungan Tahun 2009 59 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Tingkat Penerimaan Responden terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab Variabel respon yang digunakan dalam analisis ini adalah peluang responden memilih bersedia atau tidak bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi oleh masyarakat sebagai pemanfaat jasa lingkungan yang disediakan oleh mata air Cirahab. Jika responden bersedia melakukan pembayaran jasa lingkungan, maka diberi nilai satu, sedangkan jika responden tidak bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan sebagi upaya konservasi, maka diberi nilai dua. Variabel yang akan menjelaskan variabel respon terdiri dari enam variabel penjelas. Variabel-variabel penjelas tersebut terdiri atas penilaian terhadap kualitas air, jumlah pengguna air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber air, tingkat pendidikan, dan rata-rata pendapatan rumah tangga. Dengan menggunakan analisis regresi logit akan diperoleh model yang tepat untuk peluang responden bersedia atau tidak bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi mata air Cirahab dan variabel-variabel yang secara nyata dapat mempengaruhi peluang responden. Berikut pada Gambar-10, ditampilkan distibusi pilihan bersedia dan tidak bersedia responden dalam membayar pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi terhadap mata air Cirahab. Sumber : Data Primer Diolah (2009) Gambar 10. Distribusi Pilihan Bersedia dan Tidak Bersedia Responden Membayar Pembayaran Jasa Lingkungan sebagai Upaya Konservasi Mata Air Cirahab Pada penelitian ini responden yang diwawancara sebanyak 83 responden dimana mereka diminta pendapatnya mengenai kesediaan untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan, selain tentang persepsi terhadap adanya penetapan kebijaksanaan pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi mata air Cirahab. Hal tersebut disebabkan karena terdapat beberapa responden yang setuju dilakukan upaya konservasi namun tidak bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan. Alasan responden yang menjawab bahwa mereka setuju dengan upaya konservasi yang akan dilakukan namun tidak bersedia untuk membayar adalah responden merasa bahwa mereka tidak mempunyai uang lebih untuk jasa lingkungan yang mereka terima, mereka menganggap air yang digunakan merupakan anugerah dari Tuhan yang dapat dinikmati tanpa harus mengeluarkan uang, dan mereka beranggapan bahwa hal ini merupakan tanggung jawab 61 pemerintah untuk memberikan sedikit anggaran pemerintah untuk melestarikan kualitas dan kuantitas mata air Cirahab. Berdasarkan pendapat responden mengenai kesediaannya untuk membayar pembayaran jasa lingkungan terdapat 52 responden (63 persen) yang bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan. Sedangkan 31 responden (37 persen) tidak bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan. Alasan responden yang bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan adalah bahwa dengan adanya upaya konservasi di mata air Cirahab maka mereka dapat memanfaatkan jasa lingkungan yang disediakan oleh mata air tersebut sampai generasi mendatang, selain itu ternyata di lokasi penelitian pernah diadakan sebuah diskusi mengenai kebutuhan air bersih dan sanitasi lingkungan yang diadakan oleh LSM Rekhonvasi Bhumi sehingga kesadaran responden untuk menjaga kelestarian sumber daya yang ada sudah cukup baik. Berikut ini akan ditampilkan hasil logit untuk peluang responden yang bersedia atau tidak bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan dapat dilihat pada Tabel-5. Tabel 5. Hasil Regresi Logit dengan Metode Enter Pilihan Bersedia atau Tidak Bersedia Responden dalam Membayar Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab Variabel Constant KA0 KA1 KA2 KA3 JPA JKA JRSA TP RPDT Keterangan = Koefisien -0,29 (-) 2,272 -0,656 1,142 0,249 0,029 -0,021 -0,124 0,000 * ** *** Sig 0,991 0,066 0,201 0,707 0,531 0,540 0,020 0,000 0,346 0,512 Exp (β) 0,971 (-) 9,698 0,519 3,133 1,282 1,030 0,980 0,883 1,000 Keterangan (-) Berpengaruh Nyata *** Tidak Berpengaruh Tidak Berpengaruh Tidak Berpengaruh Tidak Berpengaruh Berpengaruh Nyata ** Berpengaruh Nyata * Tidak Berpengaruh Tidak Berpengaruh pada tingkat kepercayaan 99 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen pada tingkat kepercayaan 90 persen 62 KA0 KA1 KA2 KA3 JPA JKA JRSA TP RPDT = penilaian terhadap kualitas air adalah sangat jernih = penilaian terhadap kualitas air adalah jernih = penilaian terhadap kualitas air adalah biasa = penilaian terhadap kualitas air adalah kotor = Jumlah pengguna air = Jumlah kebutuhan air = Jarak rumah ke sumber air = Tingkat pendidikan = Rata-rata pendapatan rumah tangga Tabel 6. Classification Table Observed Y Predicted Y Tidak Bersedia Bersedia Tidak Bersedia 25 6 Bersedia 4 48 Overall Percentage Percentage Correct 80,6 92,3 88,0 Sumber : Output Olahan Data Primer (2009) Berdasarkan analisi regresi logit, pengujian dilakukan melalui metode enter yang menghasilkan Overall Percentage sebesar 88,0 persen maka model regresi yang dihasilkan cukup layak. Model yang dihasilkan dalam analisis ini adalah : Li = -0,29 + KA0 + 0,029 JKA – 0,021 JRSA Pada model tersebut variabel yang memiliki pengaruh nyata berada pada taraf kepercayaan 99 persen adalah jarak rumah ke sumber air, sedangkan variabel jumlah kebutuhan air memiliki pengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 persen dan variabel penilaian terhadap kualitas air memiliki pengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen. Variabel penilaian kualitas air yang sangat jernih memiliki nilai Sig sebesar 0,066 yang artinya bahwa variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap peluang responden membayar pembayaran jasa lingkungan pada taraf α (10 persen), hal ini dikarenakan jika responden menilai air sangat jernih maka mereka menggunakan air tersebut untuk kebutuhan rumah tangga sehingga akan 63 memperbesar peluang responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan. Besarnya peluang responden terhadap penilaian kualitas air dapat dilihat pada Tabel-7. Tabel 7. Perbandingan Nilai Odds Ratio pada Variabel dummy Penilaian Kualitas Air Penilaian Kualitas Air Sangat Jernih Jernih (dummy) Biasa (dummy) Kotor (dummy) Bersedia 26 17 8 1 Tidak Bersedia 13 11 5 2 Total 39 28 13 3 Exp(β) (-) 9,698 0,519 3,133 Sumber : Data Primer Diolah (2009) Nilai Exp (β) sebesar 9,698 yang artinya responden yang memberikan penilaian kualitas air adalah sangat jernih akan memiliki peluang lebih besar 9,698 kali dibandingkan dengan responden yang memberikan penilaian terhadap kualitas air adalah jernih. Nilai Exp (β) sebesar 0,519 yang artinya responden yang memberikan penilaian kualitas air adalah sangat jernih akan memberikan peluang lebih besar 0,519 kali dibandingkan dengan responden yang memberikan penilaian terhadap kualitas air adalah biasa. Nilai Exp (β) sebesar 3,133 yang artinya responden yang memberikan penilaian kualitas air adalah sangat jernih akan memiliki peluang lebih besar 3,133 kali dibandingkan dengan responden yang memberikan penilaian terhadap kualitas air adalah kotor. Variabel jumlah kebutuhan air memiliki Sig sebesar 0,002 yang artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap peluang responden bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan pada taraf α (5 persen). Nilai koefisien bertanda positif (+) berarti responden yang jumlah kebutuhan airnya lebih banyak maka peluang responden bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan lebih tinggi, hal ini disebabkan oleh kesadaran yang cukup tinggi dari responden atas 64 ancaman akan ketersediaan air di masa mendatang. Nilai Exp (β) pada variabel ini bernilai 1,030 yang artinya responden yang jumlah kebutuhan airnya besar akan memiliki peluang untuk membayar pembayaran jasa lingkungan 1,030 kali lebih besar dibandingkan dengan peluang responden yang jumlah kebutuhan airnya lebih sedikit. Variabel jarak rumah ke sumber air memiliki nilai Sig sebesar 0,000 yang artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap peluang responden membayar pembayaran jasa lingkungan pada taraf α (1 persen). Nilai koefisien bertanda negatif (-) berarti semakin jauh jarak rumah ke sumber air maka akan semakin besar peluang responden bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan, hal ini dikarenakan bahwa responden yang jarak rumahnya semakin jauh dari mata air akan mengeluarkan biaya yang lebih besar jika mengambil air di tempat lain. Nilai Exp (β) pada variabel ini sebesar 0,980 yang artinya responden yang jarak rumahnya lebih jauh dengan mata air memiliki peluang untuk membayar pembayaran jasa lingkungan 0,980 kali lebih besar dibandingkan peluang responden yang jarak rumahnya lebih dekat dengan mata air. Variabel tingkat pendidikan, rata-rata pendapatan, dan jumlah pengguna air yang diduga memiliki pengaruh nyata terhadap peluang responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan, namun pada perhitungan statistik ternyata variabel tersebut tidak berpengaruh nyata karena nilai Sig dari masingmasing variabel lebih besar dari α (10 persen) yaitu sebesar 0,346, 0,517, dan 0,540, hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan dalam satu rumah tangga bervariasi dan pengambil keputusan untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan tidak ditentukan oleh tingkat pendidikan responden. Sedangkan untuk 65 variabel rata-rata pendapatan responden dalam rumah tangga ternyata pada taraf kepercayaan α (10 persen) dikarenakan data yang diperoleh tidak beragam jika dibandingkan dengan tingkat kesediaan responden sehingga berapapun pendapatan responden mereka telah memiliki kesadaran yang baik untuk melakukan upaya konservasi mata air Cirahab. Variabel jumlah pengguna air yang tidak berpengaruh pada taraf kepercayaan α (10 persen) dikarenakan berapapun pengguna air dalam rumah tersebut tidak mempengaruhi terhadap keputusan untuk melakukan PJL sehingga, berapapun penggunanya pengambil keputusan berada di Kepala Keluarga. 6.2 Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab Pendekatan CVM dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis WTP responden terhadap pembayaran jasa lingkungan yang akan diterapkan di mata air Cirahab. Hasil pelaksanaan CVM adalah sebagai berikut : 1) Membangun Pasar Hipotesis (Setting-up the Hypothetical Market) Berdasarkan pasar hipotesis yang telah dibangun pada saat penelitian yaitu situasi hipotetik yang menggambarkan keadaan lingkungan mata air Cirahab pada masa mendatang akan mengalami penurunan kualitas dan kuantitas sehingga akan dilakukan suatu instrumen ekonomi berupa pembayaran jasa lingkungan untuk menanggulangi penurunan tersebut, maka responden memperoleh gambaran tentang situasi hipotetik yang dibangun mengenai upaya perbaikan kualitas dan kuantitas mata air Cirahab. 66 2) Memperoleh Nilai WTP (Obtaining Bids) Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dichotomous choice yaitu menawarkan kepada responden sejumlah uang tertentu untuk mendapatkan nilai air per liter dan menanyakan apakah responden mau membayar atau tidak sejumlah uang tersebut untuk ikut andil dalam pembayaran jasa lingkungan mata air Cirahab. 3) Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTP (Estimating Mean WTP/EWTP) Dugaan nilai WTP (EWTP) responden dihitung berdasarkan data distribusi WTP responden dan dengan menggunakan rumus (7). Data distribusi WTP responden dapat dilihat pada Tabel-8. Tabel 8. Distribusi WTP Responden Masyarakat Desa Curug Goong No 1 2 3 4 5 6 7 8 Kelas WTP Frekuensi (Rp/KK/liter) (Responden) 53 12 79 10 105 19 132 3 158 5 184 1 211 1 263 1 Total 52 Frekuensi Relatif (Pfi) 0,23 0,19 0,37 0,06 0,10 0,02 0,02 0,02 1,00 Jumlah (Rp/liter) 12 15 38 8 15 4 4 5 101 Sumber : Data Primer Diolah (2009) Kelas WTP responden diperoleh dengan menentukan terlebih dahulu nilai terkecil sampai nilai terbesar WTP yang ditawarkan responden. Dengan demikian dapat diperoleh nilai rataan WTP (EWTP) sebesar Rp. 101/KK/liter. 67 4) Memperkirakan Kurva WTP (Estimating Bid Curve) Kurva WTP responden berdasarkan nilai WTP responden terhadap jumlah responden yang memilih nilai WTP tersebut. Gambar-11 dibawah ini adalah menjelaskan kurva permintaan WTP terhadap pembayaran jasa lingkungan. Sumber : Data Primer Diolah (2009) Gambar 11. Kurva Penawaran WTP terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Berdasarkan dugaan kurva penawaran WTP dapat dihitung surplus konsumen yang akan diperoleh masyarakat. Surplus konsumen adalah surplus atau kelebihan yang diterima responden karena nilai WTP yang diinginkan lebih tinggi daripada nilai WTP rata-ratanya. Perhitungan surplus konsumen dapat didasarkan pada rumus : SK = Σ (WTPi – P) dimana WTPi > P ……………………………………... (16) 68 keterangan : SK = Surplus Konsumen WTPi = WTP responden ke-i P = WTP rata-rata Sehingga surplus konsumen responden terhadap pembayaran jasa lingkungan mata air Cirahab adalah sebesar Rp. 13/KK/liter. 5) WTP Agregat atau Total WTP (TWTP) Nilai total (TWTP) responden dihitung berdasarkan data distribusi WTP responden dan dengan menggunakan rumus (9). Dari kelas WTP dikalikan dengan frekuensi relatif (ni / N) kemudian dikalikan dengan populasi dari tiap kelas WTP. Hasil perkalian tersebut kemudian dijuumlahkan sehingga didapatkan total WTP (Rp/liter) oleh responden. Hasil perhitungan TWTP dapat dilihat pada Tabel-9. Tabel 9. Total WTP Responden Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab No 1 2 3 4 5 6 7 8 Kelas WTP (Rp/KK/liter) 53 79 105 132 158 184 211 263 Total Frekuensi (Responden) 12 10 19 3 5 1 1 1 52 Populasi 191,08 159,23 302,54 47,77 79,62 15,92 15,92 15,92 828 Jumlah Total (Rp/liter) 10.127 12.579 31.767 6.306 12.579 293 336 4.188 83.835 Sumber : Data Primer Diolah (2009) Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai total WTP dari populasi adalah sebesar Rp. 83.835,00/liter. 69 6) Evaluasi Pelaksanaan CVM Berdasarkan hasil analisis regresi berganda cukup baik karena diperoleh nilai R2 sama dengan 37,7 persen. Penelitian ini berkaitan dengan benda-benda lingkungan yang dapat mentolerir nilai R2 sampai dengan 15 persen (Mitchell dan Carson, 1989 diacu dalam Hanley dan Spash, 1993), hal ini karena penelitian ini tentang lingkungan berhubungan dengan prilaku manusia sehingga nilai R2 tidak harus besar. Oleh karena itu, hasil pelaksanaan CVM dalam penelitian ini masih dapat diyakini kebenaran dan keandalannya. 6.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Willingness to Pay Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP maka telah ditetapkan 6 variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen yaitu penilaian terhadap kualitas air, jumlah kebutuhan air, jumlah pengguna air, jarak rumah ke sumber air, tingkat pendidikan, rata-rata pendapatan. Namun setelah diuji dengan beberapa pengujian parameter maka didapatkan dua variabel yaitu variabel tingkat pendidikan dan jumlah pengguna air yang harus dikeluarkan dari model karena terdapat pelanggaran asumsi OLS yaitu autokorelasi. Sehingga dalam pengujian selanjutnya didapatkan 4 variabel yang diduga akan mempengaruhi nilai WTP. Hasil analisis nilai WTP responden dapat dilihat pada Tabel-10. 70 Tabel 10. Hasil Analisis Nilai WTP Responden Masyarakat Desa Curug Goong Variabel Constant KA JKA JRSA RPDT R2 F-Statistik Koefisien 92,417 -13,177 0,176 -0,198 0,0000061 Sig 0,000 0,043 0,006 0,000 0,071 37,7% 11,789 0,000 VIF (-) 1,021 1,190 1,044 1,191 Keterangan (-) Berpengaruh Nyata** Berpengaruh Nyata** Berpengaruh Nyata* Berpengaruh Nyata*** Keterangan : * pada taraf kepercayaan 99 persen ** pada taraf kepercayaan 95 persen *** pada taraf kepercayaan 90 persen Model yang dihasilkan dalam penelitian ini cukup baik. Hal ini ditunjukkan oleh R2 sebesar 37,7 persen, yang berarti 37,7 persen keragaman WTP respoden dapat diterangkan oleh keragaman variabel-variabel penjelas yang terdapat dalam model, sedangkan sisanya 62,3 persen diterangkan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model. Nilai Fhitung sebesar 11,789 dengan nilai Sig sebesar 0,000, hal ini menunjukkan variabel-variabel penjelas dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden terhadap pembayaran jasa lingkungan yang akan dilakukan pada taraf α = 0,15. Model yang dihasilkan ini telah diuji multikolinierity, normalitas dan heteroskedastisitas, dari hasil ketiganya tidak diperoleh suatu pelanggaran. Model yang dihasilkan dalam analisis ini adalah : WTPi = 92,417 - 13,177 KA + 0,176 JKA – 0,198 JRSA + 0,0000061 RPDT Pada model tersebut variabel yang berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 99 persen adalah jarak rumah ke sumber air, sedangkan variabel jumlah kebutuhan air dan penilaian terhadap kualitas air berpengaruh nyata pada taraf 95 persen, dan variabel rata-rata pendapatan rumah tangga berpengaruh 71 nyata pada taraf 90 persen. Variabel penilaian terhadap kualitas air memiliki nilai Sig sebesar 0,043 yang artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden pada taraf α (5 persen). Nilai koefisien bertanda negatif (-) berarti bahwa semakin kotor penilaian responden terhadap kualitas air maka akan semakin besar nilai WTP yang akan diberikan oleh responden. Hal ini disebabkan karena pengetahuan masyarakat mengenai penilaian kualitas air sudah cukup baik, mereka mengetahui bahwa jika suatu saat nanti kualitas air buruk maka perlu dilakukan suatu upaya konservasi untuk mencegah penurunan kualitas air di masa mendatang. Variabel jumlah kebutuhan air memiliki Sig sebesar 0,006 yang artinya variabel ini berpengaruh nyata pada taraf α (5 persen). Nilai koefisien yang bertanda positif (+) berarti bahwa semakin besar jumlah kebutuhan air yang responden peroleh dari mata air Cirahab maka responden akan memberikan nilai WTP yang semakin tinggi, hal ini disebabkan bahwa semakin besar jumlah air yang dimanfaatkan responden dari mata air Cirahab maka responden semakin menyadari bahwa di masa yang akan datang akan terjadi penurunan kuantitas dari mata air Cirahab sehingga diperlukan suatu upaya konservasi untuk mencegah penurunan tersebut. Variabel jarak rumah ke sumber air memiliki Sig sebesar 0,000 yang artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden yang pada taraf α (1 persen). Nilai koefisien bertanda negatif (-) berarti bahwa semakin jauh rumah responden dengan mata air Cirahab maka akan semakin besar nilai WTP yang akan diberikan oleh responden, hal ini disebabkan karena responden 72 lebih memilih menjaga mata air Cirahab dibandingkan memperoleh jasa lingkungan di alternatif pengganti mata air Cirahab. Variabel rata-rata pendapatan rumah tangga memiliki pengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen. Variabel rata-rata pendapatan rumah tangga memiliki nilai Sig sebesar 0,071 yang artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden pada taraf nyata α (10 persen). Nilai koefisien bertanda positif (+) berarti bahwa semakin tinggi nilai rata-rata pendapatan responden maka responden akan memberikan nilai WTP yang semakin tinggi, hal ini disebabkan bahwa semakin tinggi nilai rata-rata pendapatan responden maka responden dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari terlebih dahulu sehinggaa responden mau memberikan sisa uangnya untuk ikut dalam upaya konservasi mata air Cirahab dalam bentuk pembayaran jasa lingkungan. 6.4 Analisis Pembayaran Jasa Lingkungan terhadap Biaya Pemulihan Ekologi Hutan Nilai potensial pemanfaatan jasa lingkungan dari mata air Cirahab didapatkan dari perkalian jumlah pemanfaatan jasa lingkungan dengan nilai ratarata WTP dari masyarakat Desa Curug Goong. Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan mata air Cirahab dapat dilihat pada Tabel-11. 73 Tabel 11. Jumlah Pemanfaatan Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab untuk Kebutuhan Rumah Tangga Masyarakat Desa Curug Goong No Banyaknya Pemanfaatan Frekuensi (Responden) (liter/hari) Frekuensi Relatif Total (liter/hari) 1 19 0 0 0 2 38 0 0 0 3 57 0 0 0 4 76 0 0 0 5 95 33 329,20 31.274 6 114 4 39,90 4.549 7 133 6 59,86 7.961 8 152 5 49,88 7.582 9 171 0 0,00 0 10 190 15 149,64 28.431 11 209 0 0,00 0 12 228 3 29,93 6.824 13 247 1 9,98 2.464 14 266 1 9,98 2.654 15 285 8 79,81 22.745 16 304 0 0,00 0 17 323 1 9,98 3.222 18 342 0 0,00 0 19 361 0 0,00 0 20 380 2 19,95 7.582 21 399 1 9,98 3.980 22 418 1 9,98 4.170 23 437 2 19,95 8.719 83 828 142.157 Total Sumber : Data Primer Diolah (2009) Maka nilai potensial pemanfaatan jasa lingkungan mata air Cirahab adalah sebesar Rp. 14.357.857/hari atau Rp. 5.240.617.805/tahun dari total pemanfaatan jasa lingkungan mata air Cirahab sebesar 142.157 liter/hari atau 51.887.305 liter/tahun. Total pemanfaatan jasa lingkungan tersebut dapat dihasilkan oleh lahan seluas 4,94 Ha melalui metode transfer benefit dari data penelitian Otto Sumarwoto diacu dalam laporan USAID (2006). 74 Berdasarkan data yang diperoleh dari Lembaga Sumber Daya Alam (2009) biaya pemulihan ekologi hutan per hektar per tahun adalah sebesar Rp. 110.275.000 sehingga untuk melakukan pemulihan ekologi hutan seluas 4,94 Ha adalah sebesar Rp. 544.758.000. Rincian biaya total pemulihan ekologi hutan per hektar per tahun dapat dilihat pada Tabel-12. Tabel 12. Biaya Total Pemulihan Ekologi Hutan per Hektar per Tahun No Rincian Biaya Jumlah (Rp) Penelitian 1 Biaya pembuatan reservoir 40.500.000 (-) 2 Pengaturan tata air 22.810.000 Manan (1999) 3 Pengendalian erosi dan limpasan 4 Pembentukan tanah 5 Pendaur ulang unsur hara 6 Pengurai limbah 7 Keanekaragaman hayati 8 Sumberdaya genetic 9 Pelepasan karbon Total Sumber : Lembaga Sumberdaya Alam (2009) 6.000.000 Manan et al (1998) 500.000 Pangestu dan Ahmad (1998) 4.610.000 Pangestu dan Ahmad (1998) 435.000 Pangestu dan Ahmad (1998) 2.700.000 Pangestu dan Ahmad (1998) 410.000 Pangestu dan Ahmad (1998) 32.310.000 Wasis (2003) 110.275.000 Hasil perhitungan diatas diketahui bahwa nilai potensial pemanfaatan lebih besar dari biaya pemulihan ekologi hutan yang artinya hal ini dapat mengurangi tingkat degradasi lingkungan. 6.5 Kebijakan Pengelolaan Mata Air Cirahab melalui Pembayaran Jasa Lingkungan Sampai saat ini pengelolaan jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahab belum pernah ada. Padahal pengelolaan tersebut sangat diperlukan, mengingat mata air Cirahab tidak saja menjadi pemasok kebutuhan rumah tangga tetapi juga pemasok kebutuhan produksi dua perusahaan AMDK. Selain itu pemanfaatan mata air Cirahab juga sebagai tempat pemandian umum yang dilakukan setiap hari sabtu dan minggu yang akan memberikan dampak positif dan dampak negatif terhadap kualitas dan kuantitas mata air Cirahab. 75 Berdasarkan keterangan responden dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan pemandian umum adalah menumpuknya timbunan sampah yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas air di mata air Cirahab. Sehingga diperlukan suatu pengelolaan lingkungan oleh berbagai pihak terkait. Dengan adanya pengelolaan yang terpadu maka dampak yang dapat diharapkan adalah meningkatkan kepedulian masyarakat dalam pelaksanaan PJL. Dengan adanya peningkatan kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan sumber daya air secara terpadu maka diharapkan PJL yang sebelumnya baru diterapkan pada taraf perusahaan maka akan dapat diterapkan pula pada taraf masyarakat pedesaan. Sebelum adanya realisasi dari pelaksanaan PJL pada taraf masyarakat sebaiknya terlebih dahulu dilakukan penetapan pihak penyedia jasa lingkungan beserta lokasi penyedia jasa lingkungan kemudian pembentukan kelembagaan serta aturan-aturan yang mengatur mekanisme PJL. Lokasi penyedia jasa lingkungan bisa saja ditetapkan dimana saja tetapi lebih baik di Desa Curug Goong karena kondisi lahan Desa Curug Goong terbilang baik untuk menanam pohon penyerap air. Selain itu, masyarakat sekitar dan pemerintah dapat mengeksplorasi sumber daya alam yang dimiliki di lokasi penelitian. Pada Tabel-13 berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah dalam menetapkan PJL sebagai instrumen ekonomi sebagai upaya konservasi mata air Cirahab. 76 Tabel 13. Langkah-Langkah Penetapan Pembayaran Jasa Lingkungan di Mata Air Cirahab No Uraian 1 Menentukan pelaku utama yaitu pihak pemanfaat dan penyedia jasa lingkungan 2 Menentukan batasan wilayah ekosistem mata air Cirahab 3 Membangun keterkaitan antara ekosistem dengan pelaku utama 4 Menentukan karakter dari struktur dan fungsi ekosistem 5 Menetapkan mekanisme pengelolaan dan pemantauan 6 Menetapkan masalah ekonomi yang akan mempengaruhi ekosistem dan para pelaku 7 Menetapkan kebijakan yang mengatur PJL 8 Memberikan pendampingan pada masyarakat Desa Curug Goong mengenai PJL Sumber : Pengamatan Pada Waktu Penelitian oleh Penulis (2009) Setelah langkah-langkah penetapan PJL ditentukan kemudian dibuat usulan mekanisme PJL mata air Cirahab sebagai upaya konservasi mata air Cirahab. Skema tersebut akan dijelaskan pada Gambar-12. Gambar 12. Usulan Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab Pembayaran jasa lingkungan (PJL) mata air Cirahab di Desa Curug Goong dilakukan oleh masyarakat pemanfaat jasa lingkungan yang berupa sumber daya 77 air. Pengelolaan pendanaan dilakukan oleh foum pengelola mata air Cirahab yang dibentuk oleh pemerintah daerah dengan bantuan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Forum pengelola mata air Cirahab tersebut terdiri dari beberapa unsur stakeholder yaitu pemerintah, masyarakat, dan LSM. Forum tersebut berfungsi untuk mengelola dana imbal dari PJL yang nantinya akan diperuntukan pendanaan konservasi hutan yang dilakukan oleh masyarakat penyedia jasa lingkungan. Pendanaan PJL yang dipungut dari masyarakat pemanfaat besarnya disesuaikan dengan rataan WTP yang didapat melalui metode CVM. Kegiatan konservasi hutan terdiri dari reforestation, forest management, forest protection, namun demikian pelaksanaan pembayaran jasa lingkungan harus ditunjang dengan aturan hukum yang kuat. 78 VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Persentase responden yang bersedia untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan sebesar 52 responden (63 persen). Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan responden terhadap PJL sebagai upaya konservasi mata air Cirahab adalah penilaian terhadap kualitas air, jumlah kebutuhan air, dan jarak rumah ke sumber air. Interpretasi variabel-variabel tersebut adalah : a) Interpretasi variabel penilaian terhadap kualitas air adalah penilaian kualitas air sangat jernih maka akan memperbesar peluang responden melakukan PJL, b) Interpretasi variabel jumlah kebutuhan air adalah semakin banyak jumlah kebutuhan air responden maka akan memperbesar peluang responden melakukan PJL, dan c) Interpretasi variabel jarak rumah ke sumber air adalah semakin jauh jarak rumah ke sumber air maka akan memperbesar peluang responden melakukan PJL. 2) Nilai rataan WTP responden adalah Rp.101/KK/liter, untuk setiap kepala keluarga (KK) yang membayar pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi mata air Cirahab dan total nilai WTP adalah Rp. 83.835/liter. Nilai potensial Rp. pemanfaatan jasa 5.240.617.805/tahun. Rp. 544.758.500/tahun. lingkungan Biaya mata pemulihan air Cirahab adalah ekologi hutan sebesar 3) Nilai WTP tersebut dipengaruhi oleh penilaian kualitas air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber air, dan rata-rata pendapatan rumah tangga. Interpretasi variabel-variabel tersebut adalah : a) Interpretasi variabel penilaian terhadap kualitas air adalah semakin kotor penilaian terhadap kualitas air maka responden akan memberikan nilai WTP yang semakin tinggi, b) Interpretasi variabel jumlah kebutuhan air adalah semakin besar jumlah kebutuhan air maka responden akan memberikan nilai WTP yang semakin tinggi, c) Interpretasi variabel jarak rumah ke sumber air adalah semakin jauh jarak rumah responden maka responden akan memberikan nilai WTP yang semakin tinggi, dan d) Interpretasi variabel rata-rata pendapatan rumah tangga adalah semakin tinggi rata-rata pendapatan rumah tangga maka responden akan memberikan nilai WTP yang semakin tinggi. 7.2 Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian maka dapat disarankan : 1) Pembayaran jasa lingkungan saat ini masih diterapkan oleh perusahaan yang memiliki keuntungan namun seharusnya pembayaran jasa lingkungan diterapkan oleh seluruh elemen pihak penerima manfaat jasa lingkungan agar pemanfaatan jasa lingkungan dapat berkelanjutan. Hal ini terlihat dari nilai potensial pemanfaatan sangat besar oleh masyarakat Desa Curug Goong sehingga instrumen ekonomi dalam bentuk pembayaran jasa lingkungan sangat diperlukan untuk keberlanjutan pemanfaatan jasa lingkungan. 2) Diperlukan suatu pendekatan terhadap masyarakat mengenai mekanisme PJL yang akan dilakukan dan penyebaran informasi mengenai dampak positif dan negatif dari diberlakukannya kebijakan PJL. 80 3) Diperlukan penelitian lanjutan mengenai pembayaran jasa lingkungan di mata air Cirahab dari persepsi penerima manfaat yaitu industri air minum dalam kemasan yang menerima manfaat jasa lingkungan untuk kebutuhan produksinya. 81 DAFTAR PUSTAKA Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Dinas Kehutanan dam Perkebunan. 2006. Kajian Pembayaran Jasa Lingkungan di Provinsi Banten. Pemerintah Provinsi Banten : Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Fauzi, Akhmad. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. _____________. 2007. Istrumen Ekonomi untuk Pengelolaan Lingkungan. Laporan disampaikan kepada DANIDA Denmark dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) RI. Firdaus, M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta : Bumi Aksara Hanley, N dan C. L. Spash. 1993. Cost-Benefit Analysis and Environmental. Edward Elgar Publishing England. Herlianto. 2005. Nilai Ekonomi Fungsi Hidrologis Hutan Taman Nasional Gunung Halimun : Studi kasus Desa Cisarua Kecamatan Sukamajaya. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hosmer, D. W and S.Lemeshow. 1989. Applied Logistic Regression. John Wiley & Sons Inc. New York. Irianto, Gatot. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Air. Jakarta : Papas Sinar Sinanti Kosoy, Nicholas, Martinez-Tuna, Miguel, dkk. 2005. Payment for Enviromental Services in Watershed : Insigths From a Comparative Study of two Cases in Central America. Landell-Mills, Natasha dan Porras, Ina. 2009. Peluru Perak atau Emas Loyang?. Srikandi Kathryn, penerjemah. Terjemahan dari : Silver Bullet or Fool Gold?. The International Institute for Environment and Development : London Lembaga Sumberdaya Alam. 2009. Kerugian Negara Berdasarkan Kerusakan Lingkungan. Dalam Laporan Lembaga Sumberdaya Alam. www.elsdainstitute.or.id/modul/auditkehutanan/kerusakanlingkungan.pdf. Diakses : 23 Juni 2009 Letson, David (ed). 2002. Florida Coastal Enviromental Resources : a Guide to Economic Valuation and Impact Analysis. Florida Sea Grant College Program : Florida Mackinnon, Kathy dkk. 2000. Ekologi Kalimantan. Jakarta : Prehanllindo Yavanica, Emilea. 2009. Analisis Nilai Kerusakan Lingkungan dan Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Program Perbaikan Lingkungan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor Mitchell, Bruce dkk. 2003. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press Munawir. 2007. Transaksi yang Adil untuk Jasa Aliran Sungai di Indonesia. United Kingdom : International for Environment and Development Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia Pagiola, Stafano. 2004. Selling Forest Environmental Services. London : Earthscan Ramathan, R. 1997. Introductory Economics with Applications. Philadelpia : The Dryden Press. Rekonvasi Bhumi. 2007. Forum Komunikasi DAS Cidanau Menuju Pengelolaan Terpadu DAS Cidanau. Serang : Rekonvasi Bhumi Riduwan, dan Sunarto. 2009. Pengantar Statistik Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung : Alfabeta Sumarwoto, Oto. 2006. Kemitraan Pengguna untuk Konservasi TNGP. Dalam laporan USAID. United State : Development Alternative. Suripin. 2002. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta. Penerbit: Andi Wunder, Sven. 2005. Payment for Enviromental Services : Some Nuts and Bolts. Research. Center for International Forestry Research Yakin, A. 1997. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan: Teori dan Kebijaksanaan Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta : CV. Akademika Presindo 83 LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Regresi Logit dengan Metode Enter Iteration History(a,b,c,d) -2 Log likelihood Iteration Coefficients Constant Step 1 1 2 3 4 5 6 7 a b c d TP RPDT KA(1) KA(2) KA(3) JRSA JPA JKA 65.283 -.595 .004 .000 1.151 .440 1.172 -.008 .155 .008 53.579 49.081 48.265 48.234 48.234 48.234 -.500 -.282 -.086 -.032 -.029 -.029 -.037 -.089 -.118 -.124 -.124 -.124 .000 .000 .000 .000 .000 .000 1.542 1.904 2.190 2.268 2.272 2.272 .071 -.358 -.601 -.654 -.656 -.656 1.237 1.163 1.142 1.142 1.142 1.142 -.013 -.017 -.020 -.021 -.021 -.021 .216 .250 .251 .249 .249 .249 .015 .023 .028 .029 .029 .029 Method: Enter Constant is included in the model. Initial -2 Log Likelihood: 109.691 Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001. Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1 df Sig. Step 61.457 8 .000 Block 61.457 8 .000 Model 61.457 8 .000 85 Model Summary -2 Log likelihood Step 1 Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square 48.234(a) .523 .713 a Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001. Hosmer and Lemeshow Test Step 1 Chi-square df 2.246 Sig. 8 .973 Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test Y = tidak bersedia Observed Step 1 Expected Y = bersedia Observed Total Expected Observed 1 8 7.851 0 .149 8 2 7 7.175 1 .825 8 3 6 6.759 2 1.241 8 4 5 4.457 3 3.543 8 5 3 2.425 5 5.575 8 6 2 1.467 6 6.533 8 7 0 .614 8 7.386 8 8 0 .210 8 7.790 8 9 0 .038 8 7.962 8 10 0 .002 11 10.998 11 86 Classification Table(a) Observed Predicted Percentage Correct Y tidak bersedia Step 1 Y tidak bersedia bersedia 25 4 bersedia 6 48 80.6 92.3 88.0 Overall Percentage a The cut value is .500 Variables in the Equation Step 1(a) TP B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper Lower Upper Lower Upper 95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper -.124 .131 .890 1 .346 .883 .683 1.143 .000 .000 .419 1 .517 1.000 1.000 1.000 7.204 3 .066 KA(1) 2.272 1.777 1.635 1 .201 9.698 .298 315.611 KA(2) -.656 1.747 .141 1 .707 .519 .017 15.916 KA(3) 1.142 1.822 .393 1 .531 3.133 .088 111.443 JRSA -.021 .005 16.599 1 .000 .980 .970 .989 JPA .249 .406 .375 1 .540 1.282 .579 2.840 JKA .029 .010 9.478 1 .002 1.030 1.011 1.049 -.029 2.586 .000 1 .991 .971 RPDT KA Constant a Variable(s) entered on step 1: TP, RPDT, KA, JRSA, JPA, JKA. 87 Correlation Matrix Step 1 Constant TP Constant 1.000 TP -.470 RPDT .196 KA(1) -.514 KA(2) -.587 KA(3) -.518 JRSA -.232 JPA -.591 JKA .067 -.046 .074 -.077 .213 .003 -.111 -.470 1.000 -.129 RPDT .196 -.129 1.000 -.076 -.164 -.003 -.023 -.268 -.262 KA(1) -.514 -.046 -.076 1.000 .798 .807 -.251 .073 .114 KA(2) -.587 .074 -.164 .798 1.000 .810 .136 .067 -.175 KA(3) -.518 -.077 -.003 .807 .810 1.000 -.047 .129 -.118 JRSA -.232 .213 -.023 -.251 .136 -.047 1.000 .075 -.685 JPA -.591 .003 -.268 .073 .067 .129 .075 1.000 -.161 JKA .067 -.111 -.262 .114 -.175 -.118 -.685 -.161 1.000 88 Lampiran 2. Hasil Regresi Berganda dengan Metode Enter Descriptive Statistics Mean WTP (Rp/liter) Std. Deviation N 63.43 60.107 83 1.76 .850 83 Jarak rumah (m) 231.93 134.196 83 Jumlah kebutuhan air (lt/hari) 171.69 93.243 83 1625855 1770794.628 83 Kualitas air Pendapatan RT (Rp/bulan) Model Summary(b) Change Statistics Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate R Square Change F Change df 1 .614(a) .377 .345 48.653 .377 11.789 4 a Predictors: (Constant), Pendapatan RT (Rp/bulan), Kualitas air, Jarak rumah (m), Jumlah kebutuhan air (lt/hari) b Dependent Variable: WTP (Rp/liter) df 2 78 Sig. F Change Durbin-Watson .000 1.313 89 ANOVA(b) Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression 111618.5 4 27904.616 Residual 184633.9 78 2367.102 Total 296252.4 82 F Sig. 11.789 .000(a) a Predictors: (Constant), Pendapatan RT (Rp/bulan), Kualitas air, Jarak rumah (m), Jumlah kebutuhan air (lt/hari) b Dependent Variable: WTP (Rp/liter) Coefficient Correlations(a) Model 1 Pendapatan RT (Rp/bulan) Correlations Pendapatan RT (Rp/bulan) Jumlah kebutuhan air (lt/hari) 1.000 .019 .176 -.377 Kualitas air .019 1.000 .075 .102 Jarak rumah (m) .176 .075 1.000 -.130 -.377 .102 -.130 1.000 Pendapatan RT (Rp/bulan) 1.10E-011 3.93E-007 2.38E-008 -7.84E-008 Kualitas air 3.93E-007 40.847 .019 .041 Jarak rumah (m) 2.38E-008 .019 .002 .000 -7.84E-008 .041 .000 .004 Jumlah kebutuhan air (lt/hari) Covariances Kualitas air Jarak rumah (m) Jumlah kebutuhan air (lt/hari) a Dependent Variable: WTP (Rp/liter) 90 Correlations WTP (Rp/liter) Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N Kualitas air WTP (Rp/liter) 1.000 -.193 Kualitas air -.193 Jarak rumah (m) -.429 Jumlah kebutuhan air (lt/hari) Pendapatan RT (Rp/bulan) WTP (Rp/liter) Jumlah kebutuhan air (lt/hari) Jarak rumah (m) Pendapatan RT (Rp/bulan) -.429 .327 .347 1.000 -.081 -.124 -.050 -.081 1.000 .079 -.133 .327 -.124 .079 1.000 .366 .347 -.050 -.133 .366 1.000 . .040 .000 .001 .001 Kualitas air .040 . .232 .133 .325 Jarak rumah (m) .000 .232 . .238 .115 Jumlah kebutuhan air (lt/hari) .001 .133 .238 . .000 Pendapatan RT (Rp/bulan) .001 .325 .115 .000 . WTP (Rp/liter) 83 83 83 83 83 Kualitas air 83 83 83 83 83 Jarak rumah (m) 83 83 83 83 83 Jumlah kebutuhan air (lt/hari) 83 83 83 83 83 Pendapatan RT (Rp/bulan) 83 83 83 83 83 91 Coefficients(a) Mod el 1 (Constant) Kualitas air Jarak rumah (m) Jumlah kebutuhan air (lt/hari) Pendapatan RT (Rp/bulan) Unstandardized Coefficients Std. B Error 92.417 19.515 6.391 13.177 -.198 .041 .176 6.05E006 a Dependent Variable: WTP (Rp/liter) Standardized Coefficients t Sig. Beta 95% Confidence Interval for B Lower Upper Bound Bound 53.565 131.269 Collinearity Statistics Correlations Zero Order Partial Part Tolerance VIF 4.736 .000 -.186 -2.062 .043 -25.901 -.453 -.193 -.227 -.184 .979 1.021 -.442 -4.840 .000 -.279 -.117 -.429 -.481 -.433 .958 1.044 .063 .274 2.806 .006 .051 .301 .327 .303 .251 .841 1.190 .000 .178 1.827 .071 .000 .000 .347 .203 .163 .839 1.191 92 Lampiran 3. Uji Kenormalan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual 83 N Normal Parameters(a,b) Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute .0000000 47.45137725 .121 Positive .121 Negative -.077 Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) 1.105 .174 a Test distribution is Normal. b Calculated from data 93 Lampiran 4. Kuisioner Penelitian DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Jl. Kamper Level 5 Wing 5 Kampus IPB Darmaga Bogor 16680 Telp/ Fax. (0251) 421672 KUISIONER PENELITIAN MASYARAKAT (RUMAH TANGGGA) Nama Alamat : : Kp. Kel : RT : No. : Kec : RW : Kuisioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai “Willingness To Pay Rumah Tangga Terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Fungsi Hidrologis Mata Air Cirahab”. Kami mohon partisipasi Saudara untuk mengisi kuisioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat menjadi data yang objektif. Informasi yang saudara berikan akan dijamin kerahasiaannya, tidak untuk dipublikasikan dan tidak untuk digunakan untuk kepentingan politis. Atas perhatian dan partisipasinya Kami ucapkan terima kasih. A. Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin :L/P : _____________ tahun 2. Umur 3. Status : Belum Menikah / Sudah Menikah 4. Jika sudah menikah, berapa jumlah (orang) anggota keluarga yang ditanggung?________orang 5. Pendidikan formal terakhir yang ditempuh Saudara ? a. SD Kelas : 1 2 3 4 5 6 b. SMP / Tsanawiyah Kelas : 1 2 3 c. SMA / STM / Aliyah Kelas : 1 2 3 d. Perguruan Tinggi D3 S1 S2 e. Tidak Sekolah 6. Apakah jenis pekerjaan utama Saudara sehari-hari ? a. Petani (pemilik / penggarap) d. PRT b. Pegawai Negeri Sipil e. Ibu RT c. Pedagang f. Lainnya, ______ d. Buruh Pabrik 7. Rata-rata pendapatan perbulan (dalam rupiah) Saudara ? a. < 500.000 Tepatnya : Rp. __________ b. 500.001 – 1.000.000 Tepatnya : Rp. __________ c. 1.000.001 – 1.500.000 Tepatnya : Rp. __________ d. 1.500.001 – 2.000.000 Tepatnya : Rp. __________ e. > 2.000.000 Tepatnya : Rp. __________ 8. Adakah pendapatan lain selain pekerjaan yang Saudara sebutkan di atas? a. Ya, bekerja sebagai ___________________________ b. Tidak 9. Berapakah pendapatan per bulan yang Saudara dapatkan dari pekerjaan sambilan tersebut? Rp. ______________________________________ 10. Apakah ada anggota keluarga lainnya yang bekerja? a. Ya b. Tidak 94 11. Kalau ada, berapa total pendapatan mereka perbulannya? Rp. _______________________________________________________ 12. Total Pendapatan per bulan 1 rumah tangga : Rp. ________________ 13. Total pengeluaran Saudara per hari ? Rp. ________________________ a. Konsumsi keluarga Rp. b. Biaya anak sekolah Rp. c. Uang jajan anak Rp. d. Listrik Rp. e. Tabungan Rp. f. Biaya pengobatan Rp. g. Lainnya Rp. B. Jumlah Kebutuhan Air Dari Pemanfaatan Sumber Air 1. Apakah Saudara menerima manfaat dari jasa lingkungan yang dihasilkan oleh sumber air yang Saudara manfaatkan? a. Ya b. Tidak 1. Manfaat apa saja yang Saudara terima dari jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahab yang Saudara manfaatkan ? a. Air bersih untuk minum b. Mencuci Pakaian c. Mencuci Piring d. Mandi e. Air untuk produksi sebuah output f. Lainnya,____________________________________________ 2. Dalam 1 rumah, ada berapa orang yang menggunakan air tersebut? ________ orang 3. Menurut Saudara, Bagaimanakah penilaian terhadap kualitas air dari mata air Cirahab yang Saudara manfaatkan? a. Sangat Jernih b. Jernih c. Biasa d. Kotor e. Sangat Kotor 4. Kira-kira berapakah jumlah galon (19 lt) yang yang Saudara manfaatkan per hari untuk keperluan rumah tangga? __________ buah C. Domisili / Jarak Rumah dari Sumber Air 1. Kira-kira, berapa jarak (dalam meter) antara rumah dengan sumber air yang Saudara manfaatkan? a. < 50 Tepatnya ___________________ b. 51 – 100 Tepatnya___________________ c. 101 – 150 Tepatnya___________________ d. 151- 200 Tepatnya___________________ e. 201 – 250 Tepatnya___________________ f. 251 – 300 Tepatnya___________________ g. 301 – 350 Tepatnya___________________ h. 351- 400 Tepatnya___________________ i. 401 – 450 Tepatnya___________________ j. 451 – 500 Tepatnya___________________ k. > 500 Tepatnya___________________ 2. Apakah Saudara membutuhkan biaya transportasi / upah pikul untuk mendapatkan air dari mata air tersebut? a. Ya b. Tidak 95 3. Kira-kira seberapa besar biaya transportasi / upah pikul (dalam rupiah) per hari yang Saudara keluarkan untuk mendapatkan air dari mata air tersebut? a. < 1000 Tepatnya Rp. _________________ b. 1.001 -5.000 Tepatnya Rp. _________________ c. 5.001 – 10.000 Tepatnya Rp. _________________ d. 10.001 – 15.000 Tepatnya Rp. _________________ e. Lainnya, _______________________________________ Masyarakat Desa Curug Goong disini dapat berfungsi sebagai penyedia dan pemanfaat jasa lingkungan. Dalam penelitian ini, masyarakat diasumsikan sebagai pemanfaat jasa lingkungan DAS Cidanau karena masyarakat memanfaatkan mata air Cirahab yang merupakan bagian dari DAS Cidanau yang memiliki debit air terbesar yaitu 300/liter/detik. Mata air tersebut sejak dahulu merupakan pemasok kebutuhan air bagi kehidupan rumah tangga masyarakat Desa Curug Goong. 4. Apakah Saudara mengetahui tentang jasa lingkungan? a. Ya b. Tidak 5. Jika Ya, jasa lingkungan apa saja yang Anda ketahui? ___________________________________________________________ 6. Apakah Saudara mengetahui, mata air Cirahab merupakan bagian dari DAS Cidanau? a. Ya b. Tidak 7. Apakah Saudara mengetahui fungsi atau manfaat dari mata air Cirahab yang Saudara manfaatkan? a. Ya b. Tidak 8. Apa saja manfaat jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahab yang Saudara ketahui? a. Mengatur aliran secara alami b. Pemasok kebutuhan air bagi rumah tangga c. Sebagai daerah potensi wisata d. Lainnya, sebutkan ___________________________________ 9. Apakah Saudara mengetahui bentuk penurunan kualitas mata air yang Saudara manfaatkan? a. Ya b. Tidak 10. Penyebab utama penurunan kualitas mata air cirahab yang Saudara rasakan? a. Pencemaran air oleh sampah b. Pencemaran air oleh limbah rumah tangga (detergen) c. Pencemaran air oleh limbah pertanian (pupuk dan pestisida) d. Pendangkalan e. Penebangan liar f. Musim Kemarau yang berkepanjangan g. Musim Hujan yang menyebabkan air menjadi keruh h. Penyebab lainnya, ______________________________ 11. Menurut Saudara perlukah upaya konservasi perlu dilakukan? a. Ya b. Tidak 12. Apakah bentuk upaya konservasi yang sebaiknya dilakukan? a. Melakukan penyuluhan mengenai pengehematan air b. Melakukan upaya reboisasi hutan (penghijauan hutan) c. Melakukan penanaman di hutan rakyat 96 d. Melakukan upaya gerakan menanam 1000 pohon e. Lainnya, ___________________________________________ 13. Apakah menurut Saudara, kondisi lahan di Desa Curug Goong cukup baik untuk ditanami pohon sebagai penyerapan air? a. Ya b. Tidak 14. Bagaimanakah menurut Saudara kondisi lahan di Desa Curug Goong? a. Sangat Baik b. Cukup Baik c. Baik d. Buruk e. Sangat Buruk D. Kesediaan Masyarakat untuk Melakukan Pembayaran Jasa Lingkungan dari Sumber Air Sumber air yang saudara manfaatkan saat ini adalah air dari mata air Cirahab yang merupakan bagian dari DAS Cidanau yang memiliki debit air terbesar yaitu 300 lt/detik. Sumber air yang Saudara manfaatkan saat ini masih mampu memberikan pasokan air yang memadai kepada para penggunanya. Namun demikian, ada banyak faktor yang mengancam ketersediaan pasokan air di masa mendatang. Pertama, adalah pertumbuhan penduduk di Desa Curug Goong yang semakin meningkat sehingga kebutuhan pasokan airpun akan semakin meningkat pula. Jumlah dan kualitas air ditentukan oleh kondisi yang terjadi pada sumber airnya. Misalnya, tinggi-rendahnya curah hujan akan mempengaruhi jumlah ketersediaan air, seperti halnya juga lama atau pendeknya musim kemarau. Kedua hal tersebut bisa mengalami perubahan di masa mendatang. Jumlah hujan, misalnya akan terjadi penurunan di masa mendatang. Selain itu, ada juga kegiatan manusia yang turut mengganggu jumlah dan kualitas air. Beberapa kegiatan pertanian misalnya banyak menggunakan jenis pupuk dan pestisida juga mempengaruhi kualitas dan jumlah persediaan air. Saat ini kondisi sumber air semakin buruk dan jika tidak segera ditanggulangi untuk melindungi sumber air, nampaknya akan terjadi kekurangan persediaan air dimasa mendatang. Hal ini bisa berarti bahwa Saudara terpaksa harus mengatur pembagian air kepada pengguna lainnya sehingga Saudara pun pada gilirannya akan mengalami kekurangan pasokan air. Selain itu, jika pasokan air menurun, Saudara akan mengeluarkan biaya yang lebih besar seperti biaya transportasi yang lebih besar untuk mendapatkan air yang berkualitas baik. Salah satu yang mungkin dapat dicoba untuk mencegah hal ini terjadi adalah dengan melindungi sumber air agar kualitas tidak memburuk dan jumlah air tidak berkurang dengan cara menanam pohon di daerah hulu. Tentu saja semua itu tidak akan bisa dilakukan tanpa mengeluarkan biaya untuk membeli bibit. Anggaplah bahwa Saudara sebagai pemanfaat sumber air setempat harus ikut membayar untuk upaya pelestarian sumber air tersebut. 1. Apakah Saudara setuju jika dilakukan suatu upaya perbaikan kualitas dan kuantitas air di mata air Cirahab? a. Setuju b. Tidak 2. Berapa besar uang (dalam rupiah / galon) yang ingin dan bisa Saudara berikan kepada lembaga yang Saudara percayai sebesar air yang Saudara gunakan? 97 a) 1500 d) 3000 b) 2000 e) 3500 c) 2500 f) lainnya, _______________________ 3. Berikan alasan mengapa Saudara memberikan imbalan sebesar tersebut? __________________________________________________________ 4. Ada beberapa alasan mengapa beberapa orang tidak berkenaan untuk membayar sedikitpun dalam upaya perlindungan sumber air untuk mencegah terjadinya kekurangan dan penurunan mutu air di masa mendatang. Dapatkah Saudara menjelaskan mengapa Saudara tidak berkenaan untuk memberikan imbalan? a. Saya tidak punya uang lebih / saya tidak mampu membayar b. Perubahan kualitas / kuantitas terlalu kecil untuk dianggap penting c. Saya pikir masalah tersebut bukan prioritas d. Saya tidak terlalu tertarik dengan masalah ini e. Saya perlu lebih banyak informasi / waktu untuk menjawab pertanyaan ini f. Saya puas dengan keadaan sekarang / nanti g. Saya pikir itu adalah tanggung jawab pemerintah untuk membayar biaya perlindungan terhadap sumber air h. Saya tidak mau membayar air lebih mahal i. Saya tidak peduli dengan kondisi sekarang / nanti j. Saya tidak percaya bahwa lembaga-lembaga pelaksanaan program akan mampu mengimplementasikan program tersebut Tanggal Pengisian Kuisioner Waktu Pengisian Kuisioner Tanda Tangan : : : 98 Lampiran 5. Kondisi Lokasi Penelitian Sumber mata air Cirahab Aktivitas masyarakat (membawa air) Aktivitas masyarakat (mandi) Aktivitas masyarakat (mencuci) Wawancara responden oleh penulis Pendopo di sekitar mata air Cirahab 99 Lampiran 6. Peta Lokasi Penelitian 100