BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kualitas Kualitas sangat

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Kualitas
Kualitas sangat penting bagi sebuah produk, baik berupa produk barang
maupun jasa. Hal-hal yang sangat penting bagi produsen berkaitan dengan produk
adalah: kualitas, biaya dan produktivitas. Kualitas adalah kemampuan dari suatu
produk atau jasa yang secara konsisten memenuhi harapan dari konsumen. Dengan
demikian kualitas adalah satu-satunya hal yang paling penting bagi kedua belah
pihak. Dalam banyak kasus, konsep kualitas berbeda antara pabrikan/produsen dan
pelanggan/konsumen.
Sedangkan pengertian kualitas menurut beberapa ahli terkenal antara lain sebagai
berikut :
Menurut Juran (1962) :
“Kualitas adalah Kesesuaian dengan tujuan dan manfaat.”
Crosby. C (1979) :
“Kualitas adalah Kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availibility,
delivery, reliability, maintainability, dan cost effectiveness.”
Deming (1982) :
“Kualitas harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan masa
yang akan datang.”
Feigenbaum (1991) :
“Kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi
marketing, engineering, manufacture dan maintenance, dimana produk dan jasa
tersebut dalam pemakaiaannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan
pelanggan.”
Scherkenbach (1991) :
“Kualitas ditentukan oleh pelanggan, pelanggan ingin produk/jasa sesuai
dengan kebutuhan dan harapannya pada tingkat harga tertentu yang menunjukan
nilai produk tersebut.”
Elliot (1993) :
“Kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan
tergantung pada waktu dan tempat, atau dikatakan sesuai dengan tujuan.”
Goetch & Davis (1995) :
“Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk,
pelayanan, orang, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang
diharapkan.”
Perbendaharaan istilah ISO 8402 & Standar Nasional Indonesia (SNI 19 – 8402
– 1991) :
“Kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang
kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas
maupun tersamar. Istilah kebutuhan diartikan sebagai spesifikasi yang tercantum
dalam kontrak maupun kriteria-kriteria yang harus didefinisikan terlebih dahulu.”
2. 2. Pengertian Pengendalian Kualitas (QC) dan Pemastian Mutu (QA)
Sasaran terpenting pengendalian mutu ialah memastikan mutu produk. Inilah
yang disebut Pemastian Mutu (Quality Assurance). Semula pengendalian mutu hanya
terbatas pada mengurangi jumlah produk yang cacat di jalur produksi, tetapi kini
pengendalian mutu terpadu yang meliputi semua bidang di hulu dan hilir termasuk
perancangan pengembangan dan pemasaran.
Pengendalian mutu terpadu ialah sistem yang efektif untuk memadukan
pengembangan mutu, dan usaha-usaha perbaikan mutu dari berbagai divisi
disebuah perusahaan sehingga sedemikian rupa memungkinkan produksi
mencapai tingkat yang paling ekonomis.
Pengendalian mutu adalah tindakan untuk memastikan bahwa produk yang
dihasilkan memiliki mutu sedemikian rupa sehingga konsumen yang membelinya
dapat menggunakannya dalam jangka waktu yang lama dan dengan rasa aman.
Pengendalian mutu meliputi segala sesuatu dari perencanaan produk sampai
penggunaan, pemeliharaan dan perbaikan. Pengendalian mutu meliputi bukan saja
kegiatan pengendalian mutu di dalam divisi melainkan juga antar divisi
(management lintas fungsional). Kegiatan ini meliputi :
1.
Mendesain mutu
2.
Pembelian dan penyimpanan bahan mentah
3.
Standarisasi
4.
Menganalisis dan mengendalikan proses
5.
Pemeriksaan produk
6.
Pengawasan mutu
7.
Manajemen peralatan dan pemasangannya
8.
Manajemen personalia
9.
Manajemen sumber daya
10. Pengembangan technologi
11. Diagnosis dan pengawasan
Sementara itu, definisi kesalahan atau cacat sama, kecuali berkaitan dengan
penggunaan atau kepuasan. Kesalahan atau cacat akan tepat digunakan apabila
evaluasi yang dilakukan berkaitan dengan penggunaan. Cacat (defect) adalah semua
kejadian atau peristiwa dimana produk atau proses gagal memenuhi kebutuhan
pelanggan. Secara konvesional kualitas menggambarkan suatu karakteristik langsung
dari suatu produk seperti performansi (performance), keandalan (realibility), mudah
digunakan (easy of use), dan estetika (esthetic).
Selain itu perusahaan mempunyai dua pilihan inspeksi, yaitu inspeksi 100% yang
berarti perusahaan menguji semua bahan baku yang datang, seluruh produk selama
masih ada dalam proses, atau seluruh produk jadi yang telah dihasilkan. Atau dengan
menggunakan teknik sampling, yaitu menguji hanya pada produk yang diambil
sebagai sampel dalam pengujian. Kedua macam cara pengujian ini masing-masing
mempunyai kelebihan dan kelemahan, antara lain:

Pengujian 100%
Kelebihannya adalah tingkat ketelitiannya tinggi karena seluruh produk
diuji. Tetapi kelemahannya seringkali produk justru rusak selama dalam
pengujian. Selain itu, pengujian dengan cara ini membutuhkan biaya, waktu, dan
tenaga yang tidak sedikit.

Pengujian dengan pengambilan sampel
Kelebihannya adalah lebih menghemat biaya, waktu, dan tenaga dibanding
dengan cara 100% inspeksi. Namun teknik ini mempunyai kelemahan dalam
tingkat ketelitian, atau dapat kita katakan tingkat ketelitiannya rendah.
2. 3. Manajemen Kualitas
Gelombang globalisasi ekonomi akibat AFTA, GATT, APEC, WTO dan lain
sebagainya telah menciptakan tantangan bisnis yang semakin besar, yaitu kompetisi
yang semakin tinggi, teknologi yang semakin canggih, peraturan yang semakin
berpengetahuan. Proteksi yang sebelumnya menjadi benteng bagi produk dalam
negeri, akan hilang diterjang arus liberalisasi. Produk dari luar negeri akan bebas
masuk ke pasar domestik yang merupakan bagian dari pasar global.
Tantangan seperti ini, menghadapkan para pelaku bisnis maupun produsen
pada dua pilihan, yaitu masuk dalam arena kompetisi dengan melakukan perubahan
dan perbaikan atau keluar arena kompetisi tanpa dibebani perubahan dan perbaikan.
Kedua keputusan tersebut memiliki konsekuensi yang sama beratnya.
Garvin (1994) mengidentifikasikan lima pendekatan perspektif kualitas yang
dapat digunakan oleh para praktisi bisnis, yaitu :
1. Transcendental Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah sesuatu yang dapat dirasakan, tetapi sulit
sulit didefinisikan dan dioperasikan maupun diukur. Perspektif ini umumnya
diterapkan dalam karya seni musik, seni tari, seni drama dan seni rupa. Untuk
produk dan jasa pelayanan, perusahaan dapat mempromosikan dengan
menggunakan pernyataan-pernyataan seperti kelembutan dan kehalusan kulit
(sabun mandi), kecantikan wajah (kosmetik), pelayanan prima (bank) dan tempat
berbelanja yang nyaman (mall). Definisi seperti ini sangat sulit untuk dijadikan
sebagai dasar perencanaan dalam manajemen kualitas.
2. Product-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah suatu karakteristik atau atribut yang dapat
diukur. Perbedaan kualitas mencerminkan adanya perbedaan atribut yang
dimiliki produk secara objektif, tetapi pendekatan ini tidak dapat menjelaskan
perbedaan dalam selera dan preferensi individual.
3. User-based Approach
Kulaitas dalam pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas
tergantung pada orang yang memandangnya, dan produk yang paling
memuasakan preferensi seseorang atau cocok dengan selera merupakan produk
yang berkualitas paling tinggi. Pandangan yang subjektif ini mengakibatkan
konsumen yang berbeda memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula,
sehingga kualitas bagi seseorang adalah kepuasan maksimum yang dapat
dirasakannya.
4. Manufacturing-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini bersifat supply-based atau dari sudut pandang
produsen yang mendefinisikan kualitas sebagai sesuatu yang sesuai dengan
persyaratannya dan prosedur. Pendekatan ini berfokus pada kesesuaian
spesifikasi yang ditetapkan perusahaan secara internal. Oleh karena itu, yang
menentukan kualitas adalah standar-standar yang ditetapkan perusahaan, dan
bukan konsumen yang menggunakannya.
5. Value-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah memandang kualitas dari segi nilai dan
harga. Oleh karena itu kualitas dalam pendangan ini bersifat relatif, sehingga
produk yang memilki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling
bernilai. Produk yang paling bernilai adalah produk yang tepat beli.
Berdasarkan perspektif kualitas, Garvin (1996) mengembangkan dimensi
kualitas kedalam delapan dimensi yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan
strategis. Terutama bagi perusahaan atau manufaktur yang menghasilkan barang.
Kedelapan dimensi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Performance (kinerja), yaitu kesesuaian produk dengan fungsi utamanya.
2. Features, yaitu karakteristik pelengkap atau tambahan.
3. Reliability (kehandalan), yaitu kemungkinan tingkat kegagalan pemakaian
4. Conformance (kesesuaian), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi
memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya
5. Durability (daya tahan), yaitu berapa lama produk dapat terus digunakan
6. Seviceability, yaitu meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, kemudahan
dalam pemeliharaan dan penanganan keluhan yang memuaskan
7. Estetika, yaitu menyangkut corak, rasa dan daya tahan produk
8. Perception, yaitu fanatisme konsumen akan merk suatu produk tertentu karena
citra atau reputasi produk itu sendiri.
2. 4. Pengendalian Kualitas
2. 4. 1. Pengertian Pengendalian Kualitas (Quality Control)
Pengendalian dalam istilah industri dapat diidentifikasikan sebagai suatu
proses untuk mendelegasikan tanggung jawab dan wewenang untuk kegiatan
manajemen sambil tetap menggunakan cara-cara untuk menjamin hasil yang
memuaskan (Feigenbaum A.V : 1983).
Pengendalian menurut J.M. Juran adalah sebagai keseluruhan cara yang
digunakan untuk menentukan dan mencapai standar. Apabila ingin memutuskan
untuk melaksanakan sesuatu, dimulai dengan sebuah rencana, kemudian bekerja
menurut rencana tersebut, dan meninjau kembali hasilnya. Pengendalian merupakan
semua kegiatan atau usaha menjamin agar hasil dari pada pelaksana sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana.
Kualitas atau mutu suatu produk adalah gabungan seluruh karakteristik
produk dan pelayanan baik dari segi rekayasa, manufaktur, pemasaran, sampai pada
perawatan dan purna jualnya. Produk yang berkualitas secara umum mempunyai
karakteristik, yaitu :
1. Produk yang memiliki kecocokan dalam penggunaan.
2. Produk yang memiliki spesifikasi produsen.
3. Produk yang memenuhi keinginan konsumen.
Maka pengendalian kualitas dapat diartikan sebagai kesesuaian dan kepuasan
antara nilai, produsen dan konsumen atas suatu produk. Kesesuaian dan kepuasan
tersebut mencakup kualitas produk, biaya-biaya (penyimpanan, produksi, penjualan
dan layanan purna jual), tingkat kenyamanan dan keselamatan dan moral (nilai).
Untuk pengendalian kualitas pada umumnya ada empat tahapan, yaitu :
1. Penetapan standar kualitas dan biaya.
2. Konfirmasi hasil produksi, yaitu membandingkan hasil produksi dengan standar
tersebut.
3. Mengadakan koreksi jika hasil produksi tidak sesuai dengan standar.
4. Melakukan usaha-usaha perbaikan terhadap standar yang telah ada, prosesnya,
bahan bakunya, atau lingkungan tempat kerja yang bisa menjadikan produktifitas
naik.
Berdasarkan waktu
pelaksanaan
pengendalian,
dikenal tiga
macam
pengendalian :
1. Preventive control, yaitu pengendalian yang dilakukan sebelum proses produksi
dilakukan. Pengendalian ini dimaksudkan agar proses produksi berjalan lancar
sesuai dengan rencana produksi dan biaya yang telah ditetapkan dan mencegah
atau menghindari produksi cacat tau pengulangan proses. Jadi sifatnya adalah
pencegahan kesalahan proses dan menghindari produk rejeck.
2. Monitoring control, yaitu pengendalian yang dilakukan pada waktu proses
produksi berlangsung. Tujuannya untuk mengendalikan agar hasil akhir sesuai
dengan rencana. Jika terjadi penyimpangan terhadap standar harus segera
dilakukan koreksi. Koreksi mungkin dilakukan pada mesin, proses, tenaga kerja,
bahan baku dan lain-lain. Jadi sifatnya memonitor atau memantau setiap proses
berjalan untuk menghindari penyimpangan proses.
3. Repressive control, yaitu pengendalian yang dilakukan setelah semua proses
selesai. Repressive control tidak dapat mencegah penyimpangan yang terjadi
tetapi sebagai evaluasi untuk mencegah terjadinya kesalahan yang sama pada
waktu yang akan datang.
2. 4. 2. Tujuan Pengendalian Kualitas
Untuk menjaga konsistensi kualitas produk dan jasa yang dihasilkan dan sesuai
tuntutan kebutuhan pasar, perlu dilakukan pengendalian kualitas (quality control)
atas aktivitas yang dijalani. Dari pengendalian kualitas yang berdasarkan inspeksi
dengan penerimaan produk yang memenuhi syarat dan penolakan yang tidak
memenuhi syarat sehinnga banyak bahan, tenaga dan waktu yang terbuang, muncul
pemikiran untuk menciptakan sistem yang dapat mencegah timbulnya masalah
mengenai kualitas agar kesalahan yang pernah terjadi tidak terulang lagi.
Istilah kualitas tak lepas dari manajemen kualitas yang mempelajari setiap
area dari manajemen operasi, perencanaan lini produk dan fasilitas, hingga
penjadwalan dan memonitor hasil. Kuliats memerlukan suatu proses perbaikan yang
terus-menerus. Berikut dijelaskan sangat pentingnya istilah kualitas bagi suatu
organisasi atau perusahaan, karena :

Reputasi Perusahaan
Perusahaan atau organisasi yang telah menghasilkan suatu produk atau jasa yang
berkualitas akan mendapat predikat sebagai perusahaan yang mengutamakan
kualitas. Oleh karena itu, perusahaan tersebut dikenal masyarakat luas dan
mendapatkan nilai lebih dimata konsumen. Karena nilai lebih itu perusahaan atau
produk tersebut dipercaya konsumen.

Penurunan Biaya
Dalam paradigma lama, untuk menghasilkan produk berkualitas selalu membawa
dampak pada peningkatan biaya. Suatu produk yang berkualitas selalu indentik
dengan harga mahal. Hal ini jelas terjadi karena penghasil produk atau jasa masih
menganut paradigma lama, dan membuat produk atau jasa dengan tidak melihat
kebutuhan konsumen. Produk yang dihasilkan tersebut dibuat sesuai kemampuan
perusahaan, sehingga standar kualitas yang digunakan juga hanya ditetapkan oleh
pihak perusahaan. Kondisi kemikian membuat produk atau jasa yang telah
dihasilkan tidak akan laku terjual karena konsumen tidak menginginkannya.
Sementara paradigma baru mengatakan bahwa untuk menghasilkan produk atau
jasa yang berkualitas, perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya tinggi. Hal ini
dikarenakan perusahaan berorientasi pada kepuasan konsumen, yaitu berdasarkan
jenis, tipe, waktu dan jumlah produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan pelanggan. Dengan demikian tidak ada pemborosan yang terjadi
yang harus dibayar mahal oleh perusahaan. Sehingga pendapat bahwa ’ quality
has no cost ’ dapat dicapai dengan tidak menghasilkan produk atau jasa yang
tidak dibutuhkan pelanggan.

Peningkatan Pasar
Pangsa pasar akan meningkat bila minimasi biaya tercapai, sehingga harga bisa
ditekan walau kualitas tetap menjadi utama. Hal-hal inilah yang mendorong
konsumen untuk membeli lagi produk atau jasa tersebut hingga pasar meningkat.

Pertanggungjawaban Produk
Dengan semakin meningkatnya kualitas produk atau jasa yang dihasilkan, maka
perusahaan akan semakin bertanggung jawab terhadap desain, proses dan
pendistribusian produk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
Selain itu pihak perusahaan tidak perlu lagi mengeluarkan biaya begitu besar
hanya untuk memberikan jaminan terhadap produk yang ditawarkannya.

Dampak Internasional
Bila perusahaan mampu memberikan produk yang berkualitas, maka selain
dikenal pasar lokal, produk yang ditawarkan juga akan dikenal dan diterima di
pasar internasional. Hal ini akan menimbulkan kesan yang baik terhadap
perusahaan tersebut.

Kualitas yang Dirasakan
Persaingan saat ini bukan lagi masalah harga melainkan kualitas produk. Hal
inilah yang mendorong konsumen untuk mau membeli dengan harga tinggi
dengan kualitas tinggi pula. Tetapi kualitas mempunyai banyak dimensi yang
bersifat subyektif. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan kualitas bukan hanya
kualitas produk itu sendiri, melainkan kualitas secara menyeluruh (Total
Quality). Total Quality merupakan suatu pendekatan untuk melakukan bisnis
yang berusaha memaksimumkan persaingan organisasi melalui perbaikan secara
menyeluruh dalam kualitas produk, pelayanan, orang, proses, dan lingkungan.
Adapun maksud dan tujuan dari pengendalian kualitas adalah agar spesifikasi
produk yang telah ditetapkan terdapat dalam setiap proses produksi terutama
tercermin dalam produk akhir.
Sedikitnya ada empat hal yang menjadi tujuan pengendalian kualitas, antara
lain :
1. Mengusahakan agar hasil produksi (produk) mencapai standar kualitas yang telah
ditentukan.
2. Mengusahakan agar produk-produk yang rusak menjadi sekecil mungkin, karena
:
o
Dapat menekan biaya inspeksi serendah mungkin.
o
Dapat mengusahakan pemakaian bahan baku seefisien mungkin.
o
Dapat menekan biaya produksi secara keseluruhan.
3. Menentukan tindakan perbaikan yang perlu dilakukan bila terjadi produk yang
dihasilkan tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan.
4. Untuk merencanakan peningkatan mutu dari produk yang dibuat untuk ke
depannya.
2. 5. Variasi Dalam Peningkatan Proses
Variasi adalah perubahan atau fluktuasi dari sebuah karakteristik khusus yang
menentukan seberapa stabil sebuah proses, atau seberapa besar perbedaan yang
terjadi
pada
sebuah
proses,
dipengaruhi
oleh
mesin/perlengkapan,
prosedur/metode, pengukuran, material dan lingkungan. Semua perbaikan proses
harus mengurangi atau mengeliminasi variasi.
Variasi atau ketidakseragaman dalam proses akan menimbulkan perbedaan
dalam kualitas produk yang dihasilkan. Pada dasarnya dikenal dua sumber atau
penyebab yaitu penyebab umum dan khusus.
1.
Variasi penyebab umum
Adalah kejadian didalam sistem manajemen kualitas yang mempengaruhi variasi
dalam sistem yang disebabkan oleh penyebab acak atau umum, dan hanya dapat
diselesaikan oleh manajemen, karena memerlukan penelusuran terhadap
beberapa elemen yang menjadi penyebab terjadinya variasi, dan dapat diperbaiki
dan dikendalikan oleh manajemen kualitas.
2.
Variasi penyebab khusus
Merupakan kejadian diluar sistem manajemen kualitas, penyebab khusus ini
bersumber pada faktor manusia, mesin, peralatan, material, lingkungan dan
metode kerja. Penyebab ini tidak selalu aktif dalam proses sehingga mudah
diidentifikasi, biasanya ditandai dengan titik pengamatan yang melewati atau
keluar dari batas pengendalian yang didefinisikan.
2. 6.
Diagram sebab akibat (Cause of Effect Diagram/Fishbone)
Diagram
ini
dikembangkan
oleh
Kaoru
Ishikawa
(1943)
yang
menggambarkan garis dan simbol yang menunjukan hubungan antara sebab dan
akibat dan selanjutnya diambil tindakan perbaikan. Untuk mencari berbagai
penyebab dapat digunakan teknik brainstorming dari seluruh personil yang terlibat
dalam proses yang sedang dianalisis. Langkah-langkah pembuatan diagram sebab
akibat yaitu :
a. tentukan masalah yang akan diperbaiki
b. cari faktor utama yang berpengaruh
c. cari faktor yang lebih spesifik yang mempengaruhi faktor utama
Manfaat diagram sebab akibat tersebut antara lain :
a. Dapat menggunakan kondisi sesungguhnya untuk tujuan perbaikan kualitas
produk.
b. Dapat
mengurangi
dan
menghilangkan
kondisi
yang
menyebabkan
ketidaksesuaian produk dan keluhan pelanggan.
c. Dapat membuat suatu standarisasi operasi yang ada maupun yang
direncanakan.
d. Dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan dalam
pembuatan keputusan dan melakukan tindakan perbaikan.
Gambar 2. 1. Contoh Cause of Effect Diagram (Fish bone)
2. 7. Bagan Kendali (Control Chart)
Peta Kendali (control chart) adalah metode statistik yang membedakan
adanya variasi atau penyimpangan karena sebab umum dan karena sebab khusus.
Peta kendali menggambarkan perbaikan kualitas. Perbaikan kualitas terjadi pada dua
situasi. Situasi pertama adalah ketika peta kendali dibuat, proses dalam kondisi tidak
stabil. Kondisi yang diluar batas kendali terjadi karena sebab khusus (assignable
cause), kemudian dicari tindakan perbaikan sehingga proses menjadi stabil. Hasilnya
adalah adanya perbaikan proses. Peta kendali dapat dibagi menjadi dua golongan
menurut jenis datanya, yaitu Peta kendali untuk data atribut dan Peta kendali untuk
data variabel.
Data variabel memberikan lebih banyak informasi daripada data atribut.
Namun demikian, data variabel tidak dapat digunakan untuk mengetahui
karakteristik kualitas seperti banyaknya kesalahan atau persentase kesalahan suatu
proses. Data variabel dapat menunjukan seberapa jauh penyimpangan dari standar
proses.
Sedangkan atribut dalam pengendalian kualitas menunjukan karakteristik
kualitas yang sesuai dengan spesifikasi atau tidak sesuai dengan spesifikasi. Menurut
Besterfield (1998), atribut digunakan apabila ada pengukuran yang tidak
memungkinkan untuk dilakukan, misalnya goresan, kesalahan, warna, atau ada
bagian yang hilang. Selain itu, atribut digunakan apabila pengukuran dapat dibuat
tetapi tidak dibuat karena alasan waktu, biaya, atau kebutuhan.
Berdasarkan kedua tipe data tersebut, maka jenis-jenis peta kendali terbagi
atas peta kendali untuk data variabel dan data atribut. Beberapa peta kendali yang
termasuk dalam peta kendali untuk data variabel adalah peta kendali X dan R, serta
peta kendali individual X dan MR. Sedangkan peta kendali yang termasuk dalam
peta kendali untuk data atribut adalah peta kendali p, peta kendali np, peta kendali c
dan peta kendali u. Dan menurut Gasperz (1998) juga, pada prinsipnya setiap peta
kendali mempunyai:

Garis Tengah (Central Line), yang biasanya dinotasikan CL.

Sepasang batas kendali atas (Upper Control Limit), biasanya dinotasikan
sebagai UCL, dan yang satu lagi ditempatkan di bawah garis tengah yang
dikenal sebagai batas kendali bawah (Lower Control Limit), biasanya di
notasikan sebagai LCL.

Plotkan nilai-nilai karakteristik kualitas yang menggambarkan keadaan dari
proses. Jika semua nilai diplot pada peta itu berada di dalam batas-batas
kendali tanpa memperlihatkan kecenderungan tertentu, maka proses yang
berlangsung dianggap terkendali secara statistikal. Namun jika nilai-nilai
yang ditebarkan pada peta berada di luar batas-batas kendali atau
memperlihatkan kecenderungan tertentu, maka proses yang berlangsung
dianggap berada di luar kendali (tidak terkendali) sehingga perlu diambil
tindakan korektif untuk memperbaiki proses yang ada.
2. 8.
Proses Pengendalian Kualitas Statistik
Dalam pengendalian kualitas statistik ada dua jenis, Peta kendali Variabel dan
Peta Kendali Atribut.
a. Peta Kendali Variabel
Data Variabel (Variabel data), merupakan data kuantitatif yang diukur untuk
keperluan analisis. Contoh dari data variabel karakteristik kualitas adalah:
diameter pipa, ketebalan produk kayu lapis, berat semen dalam kantong, dll.
Ukuran-ukuran berat, panjang, lebar, tinggi, diameter, volume biasanya data
variabel.
Peta pengendali kualitas proses statistik data variabel, meliputi:
 Peta pengendali rata-rata (mean chart atau X-chart) yang digunakan untuk
mengetahui penyimpangan pengukuran dari pengukuran rata-rata panjang,
lebar, berat, tinggi, diameter, dan sebagainya.
 Peta pengendali range (R-chart) dan peta pengendali standar deviasi (SDchart) yaitu peta pengendali untuk mengetahui tingkat keakurasian
pemrosesan. R-Chart lebih mudah diterapkan daripada SD-chart, tetapi SDchart lebih tepat.
 Peta pengendali individu (individual control chart) yaitu peta pengendali
yang digunakan apabila perusahaan hanya memproduksi satu unit setiap
harinya.
 Peta pengendali regresi / kecenderungan (trend chart) yaitu peta pengendali
untuk perusahaan yang mempunyai data yang bentuknya merupakan suatu
kecenderungan naik atau turun.
Jenis-jenis peta kendali variabel adalah:
1. Peta Kendali Rata-rata (X-bar)
UCL  x  z  x
LCL  x  z  x

x


n
2. Peta X dan R
Peta control X-Bar (rata-rata) dan R (range) digunakan untuk memantau
proses yang mempunyai karakteristik berdimensi kontinu, sehingga peta control
X-bar dan R sering disebut sebagai peta control untuk data variable.
 Peta kendal X :
 Memantau perubahan suatu sebaran atau distribusi suatu variabel asal
dalam hal lokasinya (pemusatannya).
 Apakah proses masih berada dalam batas-batas pengendalian atau tidak.
 Apakah rata-rata produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah
ditentukan.

Peta kendali R :
 Memantau perubahan dalam hal spread-nya (penyebarannya).
 Memantau tingkat keakurasian/ketepatan proses yang diukur dengan
mencari range dari sampel yang diambil.
Langkah-langkah penyusunannya adalah sebagai berikut :
a. Rata-rata pengukuran untuk setiap kali observasi.
n
 Xi
X =
i 1
n
X = rata-rata pengukuran untuk setiap kali observasi.
n = jumlah pengamatan
b. Center Line untuk peta pengendali rata-rata.
k
 Xi
X
=
i 1
k
Dimana k = Subgroup pengamatan.
X = center line untuk peta kendali rata-rata
c. Range data pada setiap kali observasi.
R = Xmax - Xmin
k
 Ri
R =
i 1
Dimana R = center line untuk peta kendali Range.
k
d. Batas-batas control untuk X-Bar (3-sigma).
CL
= X-double bar
UCL = X-double bar + A2R-bar
LCL = X-double bar – A2R-bar
e. Batas-batas control untuk R-bar (3-sigma)
CL = R-bar
UCL = D4R-bar
LCL = D3R-bar
b) Peta Kendali Atribut
Peta kendali proporsi kesalahan dan banyaknya kesalahan digunakan untuk
mengetahui apakah cacat produk yang dihasilkan masih dalam batas yang
diisyaratkan. Untuk peta kendali proporsi kesalahan dan banyaknya kesalahan
digunakan bila kita memakai ukuran cacat berupa proporsi produk cacat dalam
setiap sampel yang diambil. Bila sampel yang diambil untuk setiap kali
melakukan observasi jumlahnya sama maka kita dapat menggunakan peta
kendali proporsi kesalahan (p-chart) maupun banyaknya kesalahan (np–chart).
Namun bila sampel yang diambil bervariasi untuk setiap kali melakukan
observasi berubah-ubah jumlahnya atau memang perusahaan tersebut akan
melakukan 100% inspeksi maka kita harus menggunakan peta kendali proporsi
kesalahan (p-chart).
Download