BAB I - UPT Perpustakaan Universitas Ngudi Waluyo

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny.S PIA0 NIFAS HARI KE 3
DENGAN MASTITIS DI BIDAN Ny. HENI SUHARNI, S.SiT
LANGENSARI UNGARAN KABUPATEN SEMARANG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Akhir Program Pendidikan D III Kebidanan
Universitas Ngudi Waluyo
Disusun Oleh :
EFIFANIA SARMENTO
NIM. 04011A037
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2017
i
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Karya tulis saya ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan
gelar akademik (Ahli Madya Kebidanan dan atau Sarjana), baik di Universitas
Ngudi Waluyo maupun sekolah kesehatan lain.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.
3. Dalam Karya Tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah tertulis
atau dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah pengarang dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
4. Penyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang diperoleh
karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di
Universitas Ngudi Waluyo.
Ungaran,
Agustus 2017
Yang membuat pertanyaan ini,
Efifania Sarmento
NIM.04011A037
ii
Universitas Ngudi Waluyo
Program Studi D III Kebidanan
Karya Tulis Ilmiah, Agustus 2017
Efifania Sarmento
04011A037
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny.S PIA0 Nifas Hari ke 3 dengan
Bendungan ASI Di Bidan Ny. Heni Suharni, S.SiT Langensari Ungaran
Kabupaten Semarang.PembimbingI Fitria Primi Astuti, S.SiT.M.kes dan
pembimbingII Anggun Trisnasari S.SiT. M.kes
(xvii + 84 halaman + 4 Tabel + 6 lampiran)
ABSTRAK
Definisi: Masa nifas merupakan waktu pulih kembali mulai dari persalinan
selesai sampai alat kandungan kembali sebelum hamil, masa ini merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayi.AKI di Jawa Tengah tahun 2012 116,34 per 100.000
kelahiran hidup ada sedikit peningkatan dibanding tahun 2011 yaitu, 116,01 per
100.000 kelahiran hidup (Profil Dinkes Jateng, 2015). Berdasarkan catatan
perolehan data 10 bulan terakhir yaitu bulan Januari sampai Oktober 2016
diperoleh hasil 121 ibu yang melahirkan di bidan Ny. Heni Suharni, S.SiT,
Langensari, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang ada 20 ibu post partum yang
mengalami pre eklampsia dan 1 dengan partus lama, 2 ibu post partum dengan
bendungan ASI.
Tujuan: untuk menekan komplikasi yang terjadi pada masa nifas
khususnya kasus bendungan ASI agar tidak menjadi keadaan yang lebih parah
yaitu mastitis dan abses payudara yang tidak hanya merugikan ibu tetapi juga bagi
bayi khususnya kebutuhan nutrisi, yaitu ASI akan terhambat.
Manfaat: agar ibu mengetahui cara perawatan payudara, perah ASI dan
teknik menyusui, asupan nutrisi sehingga tidak terjadi bendungan ASI
Metode: pengambilan kasus ini peneliti melakukan pengkajian yang
meliputi data subyektif dan data obyektif, asuhan yang diberikan mulai dari
tanggal 3 dan 5 Maret 2017 telah diketahui hasil observasi yang menunjukkan
tidak ada masalah semenjak dilakukannya asuhan masa nifas sampai dengan
pasien pulih.
Hasil:Diharapkan tenaga kesehatan terus berperan aktif dalam pemantauan
ibu dan bayi pada masa nifas, serta menjalankan perannya sebagai petugas
pemberi pelayanan khususnya dalam menekan komplikasi yang terjadi pada masa
nifas.
Kata kunci
: Bendungan ASI
Kepustakaan: 33 (2006 – 2014)
iii
Ngudi Waluyo University
D III of Midwifery Study Program
Scientific Paper, August 2017
Efifania Sarmento
04011A037
Midwifery Care of Postpartum to Mrs.S PIA0Day 3 of Postpartum with
Breastfeed Block atMidwife Clinic of Mrs. Heni Suharni, S.SiT in Langensari
Ungaran Barat, Semarang Regency.First Supervisor: Fitria Primi Astuti,
S.SiT.M.kes andSecond Supervisor: Anggun Trisnasari S.SiT. M.kes
(xvii + 84 pages + 4 charts + 6 appendixes)
ABSTRACT
Background: Postpartum period is a recovery time from labour completed to
obstetrical organ return to normal as before pregnancy. This period is a critical
period both of maternal and infant. Maternal mortality rate of Central Java in
2012 was 116.34 per 100000 live births. There are a few increasing compare to
2011 that was 116.01 per 100000 live births (Profile Dinkes Jateng, 2015). Based
on record data of last 10 months, that is from January to October 2016, it was
obtained 121 mothers delivered the baby in Mrs. Heni Suharni, SSiTmidwife
clinic, Langensari, Ungaran Barat, Semarang regency. There are 20 postpartum
women experiencing preeclampsia, 1 woman with long partus, and 2 postpartum
women with blocked breastfeed.
Objective: to reduce complication which occur in postpartum period especially
Blocked Breastfeed in order to avoidfurther complication for example: mastitis
and breast abscess. It endangers both of maternal and infant especially
requirement of nutrition, that is breast milk will be pursued.
Benefit: In order to give knowledge about breast care, breast milk pumping,
breastfeeding technique, nutrition intake, so that do not occur blocked breastfeed.
Method: Researcher did study included: subjective and objective data, the care
was done from 3rd and 5th of March 2017,the result showed there is no problem
from since the postpartum care to the recovery.
Result: It is expected to health provider to take active role in monitoring maternal
and infant during postpartum, and implement his/her role as care giver especially
in reducing complication in postpartum period.
Keywords
References
: Blocked Breastfeed
:33 (2006-2014)
iv
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah berjudul :
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny.S PIA0 NIFAS HARI KE 3
DENGAN MASTITIS DI BIDAN Ny. HENI SUHARNI, S.SiT
LANGENSARI UNGARAN KABUPATEN SEMARANG
Disusun oleh:
EFIFANIA SARMENTO
NIM. 04011A037
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dan telah diperkenankan untuk
diujikan
Ungaran,
2017
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Fitria Primi Astuti, S.SiT., M.Kes
NIDN. 0603088101
Anggun Trisnasari, S.Si.T., M.Kes
NIDN. 0602048302
v
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah berjudul :
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny.S PIA0 NIFAS HARI KE 3
DENGAN MASTITIS DI BIDAN Ny. HENI SUHARNI, S.SiT
LANGENSARI UNGARAN KABUPATEN SEMARANG
disusun oleh:
EFIFANIA SARMENTO
NIM. 04011A037
Telah dipertahankan didepan Tim penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII
Kebidanan Universitas Ngudi Waluyo pada :
Hari
: Senin
Tanggal
: 7 Agustus 2017
Ketua Penguji
Fitria Primi Astuti, S.SiT., M.Kes
NIDN. 0603088101
Anggota Penguji
Anggota / Pembimbing Pendamping
Widayati, S.Si.T., M.Keb
NIDN. 0616088101
Anggun Trisnasari, S.Si.T., M.Kes
NIDN. 0602048302
Ketua Program Studi D III Kebidanan
Rini Susanti, S.SiT., M.Kes
NIDN. 0621098002
vi
HALAMAN KESEDIAAN PUBLIKASI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
: Efifania Sarmento
NIM
: 04011A037
Program Studi
: DIII Kebidanan
Menyatakan memberi kewenangan kepada Universitas Ngudi Waluyo
untuk menyimpan, mengali media/ formatkan, merawat dan mempublikasikan
karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny. S. PIA0
Nifas Hari Ke 3 dengan Bendungan ASI di Bidan Ny. Heni Suharni, S.SiT
Langensari Ungaran Kabupaten Semarang” untuk kepentingan akademik.
Ungaran, Agustus 2017
Yang membuat pernyataan
Efifania Sarmento
04011A037
vii
MOTTO
Kesuksesan hanya diraih dengan segala upaya dan usaha disertai doa.
Kita akan sukses jika belajar dari kesalahan sebuah cita –cita akan menjadi
kesuksesan jika kita tegar dan siap menghadapi tantangan....
Bangkit dan berdiri dengan penuh niscaya semua doa di dengar tuhan .
Bagai hujan yang redah,hilang .....diganti pelangi.......
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karena hanya atas izin dan karunia-Nyalah maka KTI ini dapat dibuat dan
selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada Tuhan yang Maha Esa
dan mengabulkan segala do’a.Kepada kedua orang tua dan kedua mertua yang
telah memberikan dukungan moril maupun materi serta do’a yang tiada henti
untuk kesuksesan saya, karena tiada kata terindah selain do’a dari orang tua.
Ucapan terima kasih saja takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan orang
tua, karena itu terimalah persembahan bakti dan cinta ku untuk kalian almarhum
Bapak dan Ibuku tercinta, dan kedua mertuaku kepada suami tercinta dan anakanak tersayang yang selalu memberikan do’a, semangat, kasih sayang, dan
dukungan moril maupun materil kepada Ibu Dosen pembimbing, penguji, dan
pengajar, yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktu untuk
menuntun dan mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang
tidak ternilai harganya, agar saya menjadi baik. Terima kasih Ibu Dosen, jasa
kalian akan selalu terpatri di hati.
Kepada Saudara saya (Kakak dan Adik), yang senantiasa memberikan
dukungan, moril maupun materi, semangat, senyum dan do’anya untuk
keberhasilan ini, terima kasih dan sayangku untuk kalian semua.
Kepada sahabat dan teman tersayang, tanpa semangat, dukungan dan
bantuan kalian semua tak kan mungkin aku sampai disini, terima kasih untuk
canda tawa, tangis dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terima kasih
untuk kenangan manis yang telah mengukir selama ini. Dan semoga KTI ini dapat
bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan di masa yang akan
datang.
ix
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Efifania Sarmento
Tempat tanggal lahir : Liacaiua, 20 Februari 1977
Agama
: Katholik
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Baucau baguia, .
Riwayat Pendidikan
:
1. SDN 06 Makadiki Lulus tahun 1992
2. SMPN K Santa Maria De Fatima Makadiki Lulus tahun 1995
3. SPK Dep Kes Dili Lulus tahun 1998
4. Curso Técnico-Profesional de Parteira Dili Lulus tahun 2005
5. Saat ini masih menjadi Mahasiswa Prodi D III Kebidanan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Ngudi Waluyo.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan berkah rahmat dan KasihNya penulis dapat menyusun Karya Tulis
Ilmiah dengan Judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny. S. P IA0 Nifas Hari
Ke 3 dengan Bendungan ASI di Bidan Ny. Heni Suharni, S.SiT Langensari
Ungaran Kabupaten Semarang.” yang diajukan untuk ujian Akhir Program
pendidikan Diploma III Kebidanan Universitas Ngudi Waluyo.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis dapat menyelesaikan
berkat adanya bantuan, serta kerja sama yang baik dari berbagai pihak untuk itu
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih Kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. Subiyantoro, M.Hum., selaku Rektor Universitas Ngudi Waluyo.
2. Heni Setyowati, S.SiT.,M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Ngudi Waluyo .
3. Rini Susanti, S.SiT.,M.Kes, selaku Ketua Program Studi D III kebidanan
Universitas Ngudi Waluyo.
4. Fitria Primi Astuti, S.SiT.,M.Kes, selaku dosen pembimbing I yang penuh
kesabaran dan perhatian telah memberikan bimbingan, pengarahan dan
masukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Anggun Trisnasari, S.SiT.,M.Kes, selaku pembimbing II yang penuh
kesabaran dan perhatian telah memberikan bimbingan, pengarahan dan
masukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
xi
6. Luvi Dian Apriyani, S.SiT.,M.Kes, selaku pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi selama ini.
7. Seluruh dosen beserta staf Program Studi D III Kebidanan Universtas Ngudi
Waluyo yang telah banyak membantu penulis dalam kelancaran pembuatan
Karya Tulis Ilmiah ini.
Ungaran,
Agustus 2017.
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .................................................
ii
ABSTRAK .......................................................................................................
iii
ABSTRACT .....................................................................................................
iv
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
v
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
vi
HALAMAN KESEDIAAN PUBLIKASI .......................................................
vii
MOTTO ...........................................................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
ix
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .........................................................................
x
KATA PENGANTAR .....................................................................................
xi
DAFTAR ISI ....................................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xv
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................
1
A. Latar Belakang ............................................................................
1
B. Rumusan Masalah .......................................................................
5
C. Ruang Lingkup ...........................................................................
6
D. Tujuan Penelitian ........................................................................
7
E. Manfaat Penelitian ......................................................................
8
F. Metode Pengumpulan Data .........................................................
9
G. Sistematika Penulisan .................................................................
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
12
A. Konsep Dasar Medis ...................................................................
12
1. Nifas ......................................................................................
12
2. Proses Laktasi dan menyusui ................................................
19
3. Bendungan ASI .....................................................................
25
xiii
4. Mastitis ..................................................................................
32
B. Manajemen Kebidanan................................................................
36
C. Landasan Hukum Yang Mendasari Praktek Kebidanan .............
55
D. Standar Pelayanan Kebidanan .....................................................
57
BAB III TINJAUAN KASUS .........................................................................
59
BAB IV PEMBAHASAN ...............................................................................
75
A. Langkah I Pengkajian .................................................................
75
B. Langkah II : Interpretasi Data ....................................................
76
C. Langkah III : Diagnosa Potensial ................................................
76
D. Langkah IV : Antisipasi Penanganan Segera ..............................
77
E. Langkah V Perencanaan ..............................................................
77
F. Langkah VI : Pelaksanaan ...........................................................
78
G. Langkah VII : Evaluasi ...............................................................
80
BAB V PENUTUP .........................................................................................
81
A. Kesimpulan .................................................................................
81
B. Saran ............................................................................................
83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Frekuensi Kunjungan Masa Nifas ...............................................
19
Tabel 3.1
Riwayat kehamilan, persalinandan nifas Sekarang .....................
61
Tabel 3.2
Pengkajian 1 ................................................................................
68
Tabel 3.3
Pengkajian 2 ................................................................................
73
xv
DAFTAR SINGKATAN
AKI
: Angka Kematian Ibu
AKB
: Angka Kematian Bayi
ASI
: Air Susu Ibu
BAB
: Buang Air Besar
BAK
: Buang Air Kecil
BH
: Buste Houder
DEPKES
: Departemen Kesehatan
DM
: Diabetes Militus
IMD
: Inisiasi Menyusu Dini
KH
: Kelahiran Hidup
MDGS
: Millennium Development Goals
MENKES
: Menteri Kesehatan
PCT
: Paracetamol
PP
: Peraturan Pemerintah
PERMENKES
: Peraturan Menteri Kesehatan
RI
: Republik Indonesia
SDKI
: Survey Dasar Kesehatan Indonesia
SDGS
: Sustainable Development Goals
TBC
: Tuberculosis
TFU
: Tinggi Fundus Uteri
WHO
: World Health Organization
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Permohonan Ijin Mencari Data
Lampiran 2
: Rekomendasi Penelitian
Lampiran 3
: SAP
Lampiran 4
: Leaflet
Lampiran 5
: Dokumentasi
Lampiran 6
: Lembar Konsul
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan pada ibu pasca persalinan menimbulkan dampak
meluas ke berbagai aspek kehidupan dan menjadi salah satu parameter
kemajuan bangsa dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat yang menyangkut dengan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB). Menurut WHO 81 % AKI akibat komplikasi selama
hamil dan bersaling, dan 25 % selama post partum. AKI merupakan salah satu
indicator pengukur derajat kesehatan suatu negara. Menurut laporan WHO
tahun 2014, AKI di dunia yaitu sebesar 289 per 100.000 kelahiran hidup, dari
target Sustainable Development Goals (SDGs) menargetkan pada tahun 2030
mengurangi AKI hingga dibawah 70/100.000 kelainan hidup (Kemenkes,
2015).
Target Millennium Development Goals (MDGs) 2015 untuk AKI,
target Indonesia adalah menurunkan AKI mecapai 102/100.000 Kelahiran
Hidup, (Saputra, 2013). Ini tentunya harus ditindaklanjuti dengan Upaya
Percepatan (akselerasi) Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir
(Upaya PP – AKI dan AKB). Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI)
serta lambatnya penurunan angka kematian dimaksud, dilihat dari hasil survey
SDKI 2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup dan mengalami
1
peningkatan berdasarkan SDKI 2012, rata-rata peningkatan tercatat 359 per
100.000 kelahiran hidup.
AKI di Jawa Tengah tahun 2012 116,34 per 100.000 kelahiran hidup
ada sedikit peningkatan dibanding tahun 2011 yaitu, 116,01 per 100.000
kelahiran hidup (Profil Dinkes Jateng, 2015). Penyebab langsung Angka
Kematian Ibu adalah perdarahan 28%, preeklamsi atau eklamsi 24%, infeksi
11%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah trauma obstetri 5% dan lainlain 11% (WHO, 2007). Data di atas infeksi termasuk salah satu penyebab
Angka Kematian Ibu, meski hanya 11% namun apabila tidak ditangani dengan
baik, maka akan mengakibatkan pada peningkatan jumlah Angka Kematian
Ibu karena infeksi tersebut.
Sampai dengan tahun 2014, target MDG’s belum dapat tercapai, oleh
karna itu pemerintah menetapkan Sustainable Development Goals (SDGS)
mulai tahun 2015. Target SDG’s AKI pada tahun 2019 secara nasional
ditetapkan sebesar 306/100.000 KH. Target SDG’s tentang AKB tahun 2019
sebsar 24/100.000 KH (Kementerian Kesehatan, 2015).
Target atau cakupan ASI eksklusif di Indonesia belum mecapai angka
yang diharapkan yaitu sebesar 80%. Berdasarkan laporan SDKI tahun 2012
pencapaian ASI eksklusif adalah 42%, sedangkan berdasarkan laporan dari
Dinas Kesehatan Propensi Jawa Tengah tahun 2013 cakupan pemberian ASI
0 – 6 bulan hanya 54,3% (Pusdatin, 2015). Salah satu faktor yang
mempengaruhi rendahnya pemberian ASI eksklusif di Indonesia adalah belum
semua tempat kerja menyediakan ruang ASI.
2
Salah satu sepsis puerpuralis adalah terjadinya mastitis. Bendungan air
susu dapat terjadi pada hari ke 2 sampai hari 3, ketika payudara telah
memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang
tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat,
terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi yang kurang baik dan dapat
pula terjadi akibat pembatasan waktu menyusui (Prawihardjo, 2010). Yang
menemukan bahwa penyebab bayi tidak mau menyusu sehingga ASI tidak
diberikan secara adekuat yang akan menyebabkan mastitis jika tidak segera
ditangani.mastitis pada ibu nifas yaitu rasa panas dingin disertai dengan
kenaikan suhu , penderita merasa lesu dantidak ada nafsu makan. Penanganan
mastitis yang dilakukan adalah breastcare, dan pendidikan kesehatan tehnik
menyusui yang benar (Manuaba, 2010).
ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara.
Hal ini dapat terjadi bila payudara terbendung segera setelah melahirkan atau
setiap saat bila bayi tidak cukup menghisap ASI, yang dihasilkan dari
sebagian atau seluruh payudara, penyebabnya yaitu kenyutan bayi yang buruk
pada payudara, penghisapan yang tidak efektif, pembatasan frekuensi atau
durasi menyusui dan sumbatan pada saluran ASI. Situasi lain yang merupakan
predisposisi terhadap statis ASI, temasuk suplai ASI yang sangat berlebihan
atau menyusui untuk bayi kembar atau lebih (Bahiyatun, 2009). Kondisi ini
dapat berkembang menjadi bendungan ASI, payudara terisi sangat penuh
dengan ASI, aliran vena dan limfatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat
dan tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat. Payudara menjadi
3
bengkak dan edematus, selain itu jika bendungan ASI tidak segera ditangani
akan mengakibatkan terjadinya tingkat keparahan yang berlanjut seperti
mastitis hingga abses payudara (Bahiyatun, 2009).
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan mastitis, yaitu : payudara
bengkak yang tidak disusukan secara adekuat ,Bra yang terlalu ketat .(Dalam
masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASInya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, dan
payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara.
Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI).
Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (Pada masa laktasi, bila ibu tidak
menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif menghisap,
maka akan menimbulkan bendungan ASI). Faktor posisi menyusui bayi yang
tidak benar (Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting
susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu.
Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI).
Puting susu terbenam (Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi
dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi
tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI). Puting susu terlalu
panjang (Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi
menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus
laktifirus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan
bendungan ASI (Ai yeyeh, dkk, 2014).
4
Penanggulangan mastitis ini dapat dilakukan dengan menyarankan ibu
untuk menyusui secara on demand yaitu menyusui tidak terjadi agar payudara
yang bengkak dan penuh sedikit berkurang ketegangan payudaranya selain itu
juga memperlancar aliran ASI dengan cara diberikan secara bergantian,
menganjurkan ibu untuk mengeluarkan ASInya secara manual pada saat terasa
penuh dengan cara diperas dengan tangan sebelum menyusui, mengajarkan
untuk melakukan perawatan payudara (Masase), melakukan kompres dingin
yang fungsinya untuk mengurangi statis.
Perolehan data 10 bulan terakhir yaitu bulan Januari sampai Oktober
2016 diperoleh hasil 121 ibu yang melahirkan di Bidan Ny. Heni Suharni,
S.SiT Kelurahan Langensari Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang, dan
didapatkan 20 ibu postpartum yang mengalami preeklamsia, 1 ibu dengan
partus lama. Berdasarkan catatan bidan di Bidan Ny. Heni Suharni, S.SiT
Kelurahan Langensari Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang, selama 10
bulan terakhir terdapat 2 ibu post partum yang mengalami keluhan tentang
payudara seperti tanda gejala pada mastitis. Berdasarkan hal tersebut penulis
tertarik dan memandang perlu memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas
dengan mastitis.
B. Rumusan Masalah
Masalah dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah asuhan
kebidanan ibu nifas pada Ny. S. Umur 20 Tahun PIA0 nifas hari Ke 3 dengan
5
mastitis di Bidan Ny. Heni Suharni, S.SiT Langensari Ungaran Kabupaten
Semarang.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada Ny. S. Umur 20 Tahun PIA0 nifas hari ke 3
dengan mastitis di Bidan Ny. Heni Suharni, S.SiT Langensari Ungaran
Kabupaten Semarang, termasuk ruang lingkup asuhan kebidanan nifas.
Adapun ruang lingkup Karya Tulis Ilmiah ini meliputi :
1. Sasaran
Subjek yang akan diberikan asuhan kebidanan adalah Ny. S umur
20 tahun PIA0 dengan mastitis di Bidan Ny. Heni Suharni, S.SiT
Kelurahan Langensari Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang,
2. Waktu
Pelaksanaan asuhan kebidanan dalam Karya Tulis Ilmiah ini
tanggal 03 Maret sampai dengan tanggal 5 Maret 2017.
3. Tempat
Lokasi pengambilan studi kasus ini adalah di BPM Ny. Heni
Suharni, S.SiT Kelurahan Langensari Kecamatan Ungaran Kabupaten
Semarang.
4. Keilmuan
Asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan mastitis di Bidan Ny.
Heni
Suharni, S.SiT Kelurahan
Langensari
Kecamatan
Ungaran
Kabupaten Semarang termasuk dalam bidang obstetri.
6
D. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Melakukan asuhan kebidanan pada Ny. S. PI A0 nifas hari Ke 3
dengan mastitis di Bidan Ny. Heni Suharni, S.SiT Langensari Ungaran
Kabupaten
Semarang
dengan
penerapan
manajemen
kebidanan
menggunakan 7 langkah Varney.
2. Tujuan khusus
a. Melaksanakan pengkajian pada Ny. S. umur 20 tahun P1A0 nifas hari
ke 3 dengan mastitis di Bidan Ny. Heni Suharni, S.SiT Kelurahan
Langensari Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang.
b. Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa atau
masalah pada Ny. S. P1A0 nifas hari ke 3 dengan mastitis di Bidan Ny.
Heni Suharni, S.SiT Langensari Kelurahan Langensari Kecamatan
Ungaran Kabupaten Semarang.
c. Mengidentifikasi diagnosa potensial dan mengantisipasi penanganannya
pada Ny. S. P1A0 nifas hari Ke 3 dengan mastitis di Bidan Ny. Heni
Suharni, S.SiT Kelurahan Langensari Kecamatan Ungaran Kabupaten
Semarang.
d. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera pada Ny. S. P1A0
nifas hari ke 3 dengan mastitis di Bidan Ny. Heni Suharni, S.SiT
Kelurahan Langensari Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang.
7
e. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada Ny. S. P1A0 nifas
hari ke 3 dengan mastitis di Bidan Ny. Heni Suharni, S.SiT Kelurahan
Langensari Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang.
f. Melakukan pelaksanaan langsung dengan efisien dan aman pada Ny. S.
PIA0 nifas hari ke 3 dengan mastitis di Bidan Ny. Heni Suharni, S.SiT
Kelurahan Langensari Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang.
g. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan yang telah dilakukan pada
Ny. S. P1A0 nifas hari ke 3 dengan mastitis di Bidan Ny. Heni Suharni,
S.SiT
Kelurahan
Langensari
Kecamatan
Ungaran
Kabupaten
Semarang.
E. Manfaat Penulisan
1. Bagi pasien
Dijadikan sebagai informasi yang berguna dalam menigkatkan
pengetahuan terhadap sikap dan praktek tentang penanganan mastitis pada
ibu nifas.
2. Bagi petugas kesehatan
Meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya pada
ibu nifas tentang mastitis pada saat menyusui.
3. Bagi peneliti
Mengaplikasikan
ilmu
yang
diperoleh
khususnya
tentang
terjadinya mastitis.
8
F. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengelolaan kasus ini adalah metode
diskripsi yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama
untuk membuat gambaran atau diskriptif keadaan secara objektif.
Adapun tehnik pengumpulan data seperti :
1. Observasi (pengamatan)
Observasi merupakan cara pengumpulan data objektif, penulis
melakukan pengamatan secara langsung pada Ny. S umur 20 tahun P1A0
dengan mastitis di bidan Ny. Heni Suharni, S.SiT Kelurahan Langensari
Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang.
2. Wawancara
Wawancara adalah pembicaraan terarah yang umumnya dilakukan
pada pertemuan tatap muka. Dalam wawancara untuk mengumpulkan data
subyektif pada Ny. S umur 20 tahun P1A0 dengan mastitis di bidan Ny.
Heni
Suharni, S.SiT Kelurahan
Langensari
Kecamatan
Ungaran
Kabupaten Semarang
3. Studi kepustakaan
Studi kepustakan yaitu cara mendapatkan informasi dan teori yang
relafan dari literatur yang berhubungan dengan kasus Asuhan Kebidanan
pada ibu nifas dengan mastitis sebagai dasar acuan penulisan. Buku-buku
yang menjadi acuan baca untuk memperoleh suatu konsep teori untuk
penulisan ilmiah yang mendukung pelaksanaan Karya Tulis. Penulis
mencari referensi dari beberapa sumber yang berkaitan dengan teori-teori
9
kebidanan tentang ibu nifas, manjemen kebidanan dan kewenangan yang
mendasari praktek kebidanan.
4. Studi kasus
Dilakukan dengan cara menganalisa suatu permasalahan melalui
suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal yang tertena masalah. Unit
terkecil tercebut secara mendalam di analisa baik dari segi yang
berhubungan dengan keadaan kasus itu sendiri. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian-kejadin khusus yang muncul sehubungan dengan
kasus maupun tindakan dari reaksi kasus terhadap suatu perlakukan atau
pemaparan tertentu pada Ny. S umur 20 tahun P1A0 dengan mastitis di
bidan Ny.Heni Suharni, S. SIT Kelurahan Langensari Kecamatan Ungaran
Kabupaten Semarang.
G. Sistematika Penulisan :
Untuk memberikan gambaran secara singkat tentang penyusunan
Karya Tulis Ilmiah secara sistematik dapat diuraikan sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang, masalah, rumusan masalah, tujuan,
manfaat penulisan, sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Berisikan tentang konsep dasar nifas, konsep dasar mastitis, konsep
dasar manajemen kebidanan, hukum yang mendasari praktek
kebidanan dan standar pelayanan kebidanan.
10
BAB III TINJAUAN KASUS
Berisi tentang laporan kasus yang meliputi pengkajian, interpretasi
data, diagnosa potensial, antisipasi, intervensi, implementasi dan
evaluasi.
BAB IV PEMBAHASAN
Membahas tentang permasalahan yang timbul dalam tinjauan kasus
dan tidak sesuai dengan konsep dasar yaitu kesenjangan antara
pandangan secara teoritik dan kesenjangan di lapangan.
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Medis
1. Nifas
a. Pengertian nifas
Masa nifas (post partum atau puerperium) berasal dari bahasa
latin “puer” yang berarti anak, parous artinya melahirkan. Masa nifas
dapat diartikan sebagai masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama
pada masa ini berkisar 6 – 8 minggu (Ambarwati, 2012).
Masa nifas adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan
plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya ,
disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan
kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukan dan lain
sebagainya berkaitan saat melahirkan (Marmi,2012).
Masa nifas adalah periode 6 minggu pasca persalinan, disebut
juga masa involusi (periode dimana system reproduksi wanita post
partum atau pasca persalinan kembali ke keadaannya seperti sebelum
hamil). Masyarakat Indonesia, masa nifas merupakan periode waktu
sejak selesainya proses persalinan sampai 40 hari setelah itu
(Ambarawati,2010 ).
12
b. Tahapan masa nifas
Menurut Marmi (2012), mengatakan bahwa masa nifas dibagi
menjadi 3 tahapan yaitu :
1) Puerperium dini
Puerperium dini merupakan masa kepulihan yang dalam
hal ini ibu diperbolehkan berdiri dan jalan-jalan.
2) Puerperium intermedial
Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan
menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
3) Remote Puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan
untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau
waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat
sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan,
bahkan tahunan.
c. Tujuan asuhan nifas
Menurut Walyani (2015), mengatakan bahwa tujuan asuhan
masa nifas normal dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Tujuan umum
Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal
mengasuh anak.
13
2) Tujuan khusus
a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun
psikologinya.
b) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi
masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada
ibu dan bayinya.
c) Memberikan
pendidikan
kesehatan
tentang
perawatan
kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi
dan perawatan bayi sehat.
d) Memberikan pelayanan Keluarga Berencana.
d. Peran dan tanggung jawab bidan dalam asuhan masa nifas
Menurut Marmi (2012), mengatakan bahwa asuhan masa nifas
sangat penting karena periode ini merupakan masa kritis baik bagi ibu
maupun bayinya.
1) Mengidentifikasi
dan
merespon
terhadap
kebutuhan
dan
komplikasi yang terjadi pada saat penting yaitu 6 jam, 6 hari, 2
minggu dan 6 minggu.
2) Mengadakan kolaborasi antara orang tua dan keluarga.
3) Membuat kebijakan, perencanaan kesehatan dan administrator.
e. Perubahan fisiologis pada masa nifas
Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan anatomi dan
fisiologi pada ibu. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas
walaupun dianggap normal, dimana proses-proses pada kehamilan
14
berjalan terbalik. Guna memberikan asuhan yang menguntungkan
terhadap ibu, bayi dan keluarga seorang bidan harus memahami dan
memiliki pengetahuan tentang perubahan-perubahan anatomi dan
fisiologis dalam masa nifas dengan baik.
f.
Perubahan sistem reproduksi pada masa nifas
1) Involusi uterus
Involusi uteri atau pengerutan uterus merupakan suatu
proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan
berat sekitar 60 gram. Pada akhir kala 3 persalinan, uterus berada
di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilicus dengan bagian
fundus bersandar pada promontorium secralis.
Menurut Ambarwati (2010), mengatakan bahwa proses
involusi uterus adalah sebagai berikut :
a) Autolisys
Autolisys merupakan proses penghancuran diri sendiri
yang terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitik akan
memendekkan jaringan otot yang sempat mengendur hingga
10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semula
selama kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebihan tercerna
sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastic dalam
jumlah renik sebagai bukti kehamilan.
15
b) AtroSfi jaringan
Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen
dalam jumlah besar kemudian mengalami atrofi sebagai
reaksi
terhadap
penghentian
produksi
estrogen
yang
menyertai pelepasan plasenta, selain perubahan atrofi pada
otot-otot uterus lapisan desidua akan mengalami atrofi dan
terlepas dengan meningkatkan lapisan basal yang akan
bergenerasi menjadi endometrium yang baru.
2) Efek oksitosin (kontraksi)
Kontraksi uterus terus meningkat secara bermakna setelah
bayi lahir, yang diperkirakan terjadi sebagai respon terhadap
penurunan volume intra uteri yang sangat besar. Kontrasi uterus
yang meningkat setelah bayi keluar menyebabkan iskemia pada
lokasi perlekatan antara plasenta sehingga jaringan perlekatan
antara plasenta dan dinding uterus menjadi nekrosis dan lepas.
Dua jam pertama post partum intensitas kontraksi uterus
bisa berkurang dan menjadi teratur. Kelenjar hipofisis ikut serta
mengeluarkan hormon oksitosin yang memperkuat dan mengatur
kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu
homeostatis yang dapat mengurangi perdarahan. Upaya untuk
mempertahankan kontraksi uterus selama masa nifas ini penting
sekali, maka biasanya disuntikkan oksitosin secara intravena
maupun intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir.
16
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dimana membiarkan bayi di
payudara ibu segera setelah lahir dalam masa ini penting juga
dilakukan karena isapan bayi pada payudara dapat merangsang
pelepasan oksitosin (Ambarwati, 2010).
g. Kebijakan program nasional masa nifas
Menurut Marmi (2014), Kebijakan program nasional yang
telah
di
buat
oleh
pemerintah
mengenai
masa
nifas
merekomendasikan paling sedikit 4 kali melakukan kunjungan pada
masa nifas dengan tujuan untuk :
1) Untuk menilai kesehatan ibu dan kesehatan bayi baru lahir
2) Pencegahan
terhadap
kemungkinan-kemungkinan
adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3) Mendeteksi adanya kejadian-kejadian pada masa nifas
4) Menangani berbagai masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu maupun bayinya pada masa nifas
h. Komplikasi pada masa nifas
1) Perdarahan post partum (keadaan kehilangan darah lebih dari
500 ml, selama 24 jam sesudah kelahiran bayi).
2) Infeksi
a) Endometritis (radang endometrium)
b) Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
c) Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)
17
d) Caked breast atau bendungan ASI (payudara mengalami
distensi, menjadi keras dan berbenjol-benjol)
e) Mastitis (mamae membesar dan nyeri pada suatu tempat, kulit
merah membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan, jika
tidak ada pengobatan bisa terjadi abses)
f) Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena
varicose
superficial
yang
menyebabkan
stasis
dan
hiperkoagulasi pada kehamilan dan nifas, yang ditandai
dengan kemerahan atau nyeri)
g) Luka perineum (ditandai dengan nyeri lokal, disuria,
temperatur naik 38,3°C, nadi < 100 ×/menit, edema,
peradangan dan kemerahan pada tepi, pus atau nanah warna
kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, luka meluas).
3) Gangguan psikologis
a) Depresi post partum
b) Post partum blues
c) Post partum involusi psikosa
18
i.
Adapun frekuensi kunjungan, waktu dan tujuan kunjungan tersebut
dipaparkan sebagai berikut :
Tabel 2.1 Frekuensi Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan
1
2
3
4
Waktu
Tujuan
6-8
jam a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
setelah
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan :
persalinan
rujuk bila perdarahan berlanjut
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri
d. Pemberian ASI awal
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi
g. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk dua jam
pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi
dalam keadaan stabil
6
hari a. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus
setelah
berkontraksi, fundus uteri dibawah umbilikus, tidak
persalinan
ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau
perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan
cukup istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan
merawat bayi sehari-hari.
2
minggu Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan)
setelah
persalian
6
minggu a. Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit
setelah
yang ia atau bayi alami
persalinan
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
2. Proses laktasi dan menyusui
Merupakan suatu cara yang tidak ada duanya dalam pemberian
makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang
sehat ,selain itu menpunyai pengaruh biologi dan kejiwaan yang unik
terhadap kesehatan ibu dan bayi. Zat-zat anti infeksi yang terkandung
dalam ASI menbantu melindungi bayi fisiologi payudara.
19
a. Anatomi dan fisiologi payudara
Setiap payudara mempunyai 15 sampai 20 lobus dari jaringan
kalenjar, setiap lobus terbuat dari ribuan kalenjar kecil yang disebut
dengan alveoli atau acini, kelenjar ini kemudian membentuk sejumlah
gumpalan seperti buah angur yang merambat yang akan menghasilkan
susu dan substansi lainnya selama menyusui setiap bola merupakan
makanan ke dalam pembuluh tunggal lactiferous yang akan dialirkan
melalui putting susu. Hal ini mengakibatkan banyak lubang pada
putting susu yang terdapat 15 sampai 20 saluran putting. Puting susu
dan areola terletak di bagian tengah di setiap payudara mempunyai
warna dan teskstur yang berbeda dari kulit dan sekelilingnya,
keduanya disusun oleh urat otot yang lembut, merupakan sebuah
jaringan yang tebal berupah urat saraf berada di ujungnya.
b. Pembentukan kalenjar payudara
Terdapat beberapa masa dalam proses pembentuk kalenjarkalenjar tersebut :
1) Sebelum pubertas
Pada masa fetus duktus primer dan sekunder sudah mulai
terbentuk kemudian mendekati pubertas terjadi pertumbuhan yang
cepat dari system duktus di bawah pengaruh hormon strogen dan
pertumbuhan alveoli dan hormon progesterone, selain itu prolaktin
yang juga dikeluarkan oleh kalenjar hipofise anterior.
20
2) Masa pubertas
Pada masa ini terjadi pertumbuhan percabangan sistem
duktus, poliferasi, kanalisasi, dari unit lobuloalveolar pada ujungujung distal duktulus. Jaringan penyangga stroma mengalami
organisasi dan membentuk septum interlobular (Anggraini, 2010).
3) Masa siklus menstruasi
Perubahan payudara wanita berhubungan dengan siklus
menstruasi dan perubahan hormonal yang mengatur siklus yaitu
korpus luteum yang mengahasilkan strogen dan progesteron.
Edema lobulus terjadi bila kadar hormon meningkat, penebalan
dari basal membrane epitel, keluarnya bahan dalam alveoli,
payudara akan terasa berat atau penuh. Setelah menstruasi hanya
prolaktim yang berperan dimana kadar strogen dan progesterone
berkurang terjadi degenerasisel-sel kalenjar air susu beserta
jaringan yang berpoliferasi.
4) Masa kehamilan
Pada bulan ke 3 kehamilan prolaktin dan hipofise anterior
mulai merangsang keluar susu yang menghasilkan kolostrun,
namun pengeluaranya masih dihambat oleh strogen dan
progesterone, laktogen placenta mulai merangsang pembuatan
kolostrum pada trimester kedua.
21
c. Pembentukan air susu
Menurut Marmi (2014), mengatakan bahwa refleks yang
berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran ASI yaitu :
1) Reflek prolaktin
Seiring dengan lepasnya placenta dan menurunya fungsi
korpus uteum maka strogen progesterone berkurang, dengan
adanya isapan bayi yang merangsang puting susu dan kalang
payudara akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris dilanjutkan
ke hipotalamus melalui medulla spinalis yang akan menekan
faktor-faktor penghambat sekresi prolaktin dan merangsang
faktor-faktor pemicu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise
anterior dan keluar prolaktin, hormon prolaktin akan merangsang
sel-sel alveoli untuk membuat air susu. Pada ibu menyusui kadar
prolaktin akan normal setelah tiga bulan melahirkan sampai
penyapihan anak, pada masa itu tidak aka nada penigkatan
prolaktin walau ada isapan bayi tetapi sekresi air susu tetap
berlangsung. Prolaktin akan meningkat dalam keadaan stress,
anestesi, operasi, rangsangan putting, obat-obatan tranquiller
hipotalamus (reserpin, klorprpmazin, fenotiazid). Foremilk
disimpan dalam alveoli dan sinus lakiferus, tetapi susu hindmilk
diproduksi berdasarkan permintaan, semakin besar permintaan,
semakin besar susu yang diproduksi.
22
2) Reflek aliran/let down
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis
anterior, ramgsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang
dilajutkan ke hipofisis posterior (neurohipofisis) yang kemudia
dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormone ini diangkat
menuju uterus, menimbulkan kontraksi uterus sehinga terjadi
involusi dari organ tersebut. Kontraksi dari sel akan memeras air
susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke system
duktus dan lanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke
mulut bayi.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan let down adalah
melihat bayi, mendengar suar bayi, mencium bayi, dan
memikirkan untuk menyusui bayi, serta kecemasan (Marmi.
2014).
d. Faktor penghambat produksi ASI
Ada beberapa hal penghambat produksi ASI, antara lain :
1) Adanya feedback inhibitor
Merupakan suatu faktor lokal, yakni bila saluran ASI
penuh maka mengirim impuls untuk mengurangi produksi, cara
mengatasi adalah dengan mengosongkan saluran secara teratur
yaitu dengan pemberian ASI ekslusif dan tanpa dijadwalkan.
23
2) Stress/rasa sakit
Stress/rasa sakit akan menghambat atau inhibisi pengeluaran
oksitosin. Misalnya pada saat sinus laktiferus penuh atau
payudara bengkak. Untuk meragsang reflek oksitosin dapat
dilakukan hal sebagai berikut :
a) Berikan kompres hangat
b) Pijat tengkuk dan punggung ibu agar rileks
c) Pijatan ringan pada payudara
d) Merangsang kulit putting
e) Bantu ibu untuk rilek
Cara pijat refles oksitosin :
a) Ibu duduk bersandar ke depan, lipat lengan di atas meja dan
meletakkan kepala di atas lengannya.
b) Payudara tergantung lepas tanpa pakaian.
c) Seseorang memijat di sepanjang kedua sisi tulang belakang
ibu, menggunakan ibu jari atau kepalan tangan.
d) Tekan kuat-kuat membentuk gerakan melingkar kecil dengan
kedua ibu jari, pijat dari leher, turun ke bawah ke arah tulang
belikat selama 2-3 menit.
3) Penyapihan
Merupakan penghentian penyusuan sebelum waktunya,
umumnya terjadi karena faktor ibu bekerja sehingga tidak mau
repot menyusui.
24
3. Bendungan ASI
a. Pengertian
Bendungan payudara adalah terjadinya pembengkakan pada
payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga
menyebabkan bendungan ASI dan nyeri disertai kenaikan suhu badan
(Marmi.( 2012).
Bendungan
ASI
adalah
pembendungan
ASI
karena
penyempitan duktus laktiferus atau oleh kelenjar-kelenjar yang tidak
dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu
(Anggraini, 2011).
Bendungan ASI terjadi karena adanya penyempitan duktus
laktiferus, kelainan puting susu seperti : puting susu datar, terbenam,
dan cekung.
b. Etiologi
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya bendungan ASI
pada payudara ibu, yaitu :
1) Pengosongan mammae yang tidak sempurna, dikarenakan dalam
masa laktasi terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang
produksinya ASI berlebihan, sehingga bayi sudah kenyang dan
selesai menyusu, dan payudara tidak di kosongkan, maka masih
terdapat sisa ASI di dalam payudara, sisa ASI tersebut jika tidak
dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.
25
2) Faktor hisapan bayi, jika tidak terdapat kelainan pada payudara,
dituntut kesabaran ibu untuk tetap berusaha menyusukan pada
bayi sesering mungkin secara on demand agar bayi terbiasa
mengisap secara aktif.
3) Faktor posisi menyusui yang tidak benar, selain bayi tidak
nyaman, dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan
nyeri pada saat menyusui, sehingga Ibu tidak mau menyusui
bayinya.
4) Puting susu terbenam, akan menyulitkan bayi dalam menyusu,
tidak dapat mengisap puting dan areola ibu, sehingga bayi tidak
mau menyusu.
Jenis puting susu yang terlalu terbenam, menimbulkan kesulitan pada
saat bayi meng4hisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk
mengeluarkan ASI.
Jadi, dapat disimpulkan penyebab atau faktor predisposisi
terjadinya bendungan ASI yaitu hormon, hisapan bayi, pengosongan
payudara, cara menyusui, faktor gizi, maupun kelainan pada puting
susu. Untuk mencegah terjadinya bendungan ASI, hindari dan atasi
secara cepat faktor-faktor penyebab tersebut.
c. Tanda dan gejala
Berikut adalah tanda dan gejala pada bendungan ASI :
1) Pembengkakan payudara bilateral, teraba keras saat dipalpasi.
2) Nyeri disertai peningkatan suhu badan ibu.
3) Pengeluaran susu terhalang oleh duktus laktiferi yang menyempit.
4) Tidak terdapat tanda – tanda kemerahan dan demam.
26
d. Patofisiologi
Bendungan ASI dapat terjadi pada hari ke 2 atau ke 3, hal ini
berhubungan dengan penurunan kadar estrogen dan progesteron,
merupakan faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya
prolaktin saat hamil, merupakan pengaruh estrogen yang tidak
dikeluarkan,
terjadi
sekresi
prolaktin
oleh
hipofisis
yang
menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi air susu, dan
dibutuhkan reflek pengeluaran dimulai dari kontraksi sel-sel
mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil, namun jika
kelenjar-kelenjar tersebut tidak dikosongkan secara sempurna,
terjadilah pembendungan ASI (Marmi, 2012).
e. Diagnosa
Diagnosa bendungan ASI dapat ditegakkan dengan cara
sebagai berikut :
1) Anamnesa
Didapatkan dari keluhan pasien yang mengatakan
merasakan payudara bengkak, keras, panas dan nyeri.
2) Pemeriksaan fisik
Harus dilakukan dengan teliti saat inspeksi dan tidak
boleh kasar dan keras pada saat palpasi, karena dapat
menimbulkan petechienechymoses di bawah kulit.
27
a) Inspeksi
Pasien duduk dengan tangan di samping, kemudian
dilanjutkan dengan posisi tangan ke atas. Untuk melihat
dilatasi pembuluh-pembuluh balik di bawah kulit, apakah
terjadi kemerahan ataupun edema.
b) Palpasi
Masih dalam keadaan duduk palpasi pada aksilla dan
supraklavikular, dengan posisi antara pasien dan pemeriksa
yang kontralateral, dilanjutkan palpasi pada mammae dengan
posisi pasien tidur, pemeriksaan harus sistematis, palpasi
dengan jari-jari dari medial ke arah lateral, harus meliputi
seluruh payudara dari parasternal ke arah garis aksila
belakang dan dari subklavikular ke arah distal.
f.
Penanganan
Penanganan yang paling penting adalah untuk mencegah
terjadinya bendungan ASI, yaitu dengan cara :
1) Susukan bayi segera setelah lahir atau dengan teknik IMD
2) Susukan bayi tanpa dijadwal atau secara on demand
3) Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih
lembek dan mencegah putting lecet
4) Bila produksi ASI berlebih (poligalaktia), keluarkan ASI dengan
pompa atau perah dengan tangan
28
g. Penataksanaan bendungan ASI bagi ibu
yang tidak menyusui
menurut Wulandari (2008), adalah :
1) Sangga payudara.
2) Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan
rasa sakit.
3) Bila diperlukan berikan PCT 500 mg per oral setiap 4 jam.
4) Jangan dipijat atau memakai kompres hangat payudara.
5) Pompa dan kosongkan payudara.
h. Perawatan payudara pada masa nifas
1) Lakukan pengurutan dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan
minyak, terdapat 3 macam cara :
a) Tempatkan kedua telapak tangan di antara ke-2 payudara
kemudian urut ke atas, terus ke samping ke bawah dan
melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian
lepaskan tangan dari payudara.
b) Telapak tangan kiri menopang payudara dan jari-jari tangan
saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan
mengurut payudara dari pankal kea rah puting, demikian pula
payudara kanan.
c) Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2, kemudian
jari tangan kanan dikepalkan kemudian buku-buku jari tangan
kanan mengurut dari pangkal ke arah putting (Anggraini,
2010).
29
2) Terapi dan peralatan payudara
a) Gunakan BH yang menopang dari bawah, bukan BH yang
menekan dari depan.
b) Ajarkan ibu untuk melakukan post natal Breast Care.
c) Berikan penyuluhan cara menyusui yang baik.
d) Melakukan kompres hangat sebelum menyusui dan kompres
dingin setelah menyusui.
e) Melakukan pijatan pungguung dan leher untuk mengurangi
bendungan di vena dan pembuluh getah bening dalam
payudara, juga dapat dilakukan dengan pengurutan dari
putting ke arah korpus mammae.
f.
Terapi paracetamol 500mg 2x1.
g. Memberikan konseling suportif.
Meyakinkan bahwa bendungan ASI yang terjadi tetap harus
disusukan pada bayi, hal itu tidak akan berbahaya bagi bayi
bahkan dengan menyusui secara berkesinambungan dan
sempuran
dapat
melancarkan
produksi
maupun
pengeluaranASI.
i.
Penatalaksanan bendungan ASI pada ibu menyusui
1) Menurut Wulandari (2008), mengatakan bahwa terapi dan
pengobatan pada bendungan ASI adalah :
a) Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya dapat dilakukan
pemijatan ringan sebelum menyusui.
30
b) Gunakan BH yang menopang yang pas payudara.
c) Berikan analgetik dan antiperatik untuk mengurangi rasa
nyeri.
d) Sebelum menyusui pijat payudara dengan lembut, mulailah
dari luar kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting
susu dan lebih bera hati-hati pada area yang mengeras.
e) Menyusui bayi sesering mungkin,susui bayi dengan payudara
yang sakit jika ibu kuat
menahannya, karena bayi akan
menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi menyusui,
sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif.
f) Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap
kali
selesai
menyusui
jika
bayi
belum
benar-benar
menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut.
g) Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air
hangat pada payudara yang sakit dan lakukan pijat dengan
lembut di sekitar area yang mengalami penyumpatan kelenjar
susu dan secara perlahan-lahan turun kearah puting susu.
h) Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.
i) Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral setiap
4 jam.
j) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi
hasilnya.
31
Menyakinkan bahwa bendungan ASI yang terjadi tetap
harus disusukan pada bayi, hal itu tidak akan berbahaya bagi
bayi, bahkan dengan menyusui secara berkesinambungan dan
sempurna dapat melancarkan produksi maupun pengeluaran
ASI.
Selama
hamil
sebaiknya
ibu
diberikan
asuhan
penanganan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya
kelainan, jika terjadi kelainan berikan terapi simptomatis untuk
sakitnya (analgetika).
4. Mastitis
a. Pengertian Mastitis
Menurut (Walyani, 2015) Mastitis adalah peradangan pada
payudara. Payudara menjadi merah, bengkak, kadangkala diikuti rasa
nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Didalam terasa ada masa
padat (lump) dan diluar kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada
masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan
saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI
diisap / dikeluarkan atau pengisapan yang tidak efektif. Dapat juga
karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena tekanan
baju/BH.
Menurut (Yulianti dan Rukiyah, 2010) Mastitis adalah
peradangan pada payudara yang dapat disertai atau tidak disertai
32
infeksi dan disebabkan kuman staphilococcus aereus melalui luka
pada puting susu.
b. Penyebab/ Etiologi
1) Bayi tidak mau menyusu sehingga ASI tidak diberikan secara
adekuat yang akan menyebabkan Mastitis jika tidak segera
ditangani
2) Lecet pada puting susu yang menyebabkan kuman staphylococcus
aureus masuk menyebabkan infeksi Mastitis.
3) Personal higiene ibu kurang, terutama pada puting susu.
4) Bendungan air susu yang tidak adekuat ditangani sehingga
menyebabkan
mastitis Jadi, dapat disimpulkan penyebab dan
faktor predisposisi terjadinya mastitis yaitu karena disebabkan
oleh stapylococcus aureus, dan adanya peningkatan tekanan
didalam duktus (saluran ASI). (Rukiyah dan Yulianti, 2010)
c. Tanda dan gejala
Gejala mastitits hampir sama dengan payudara yang
mrembengkak karena sumbatan saluran ASI pada mastitis, antara lain:
1) Payudara bengkak, terlihat membesar
2) Teraba keras dan benjol-benjol
3) Nyeri pada payudara
4) Payudara tampak kemerahan
5) Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak
seperti pecah-pecah
33
6) Merasa lesu
7) Suhu badan meningkat, suhu lebih dari 38ºc
d. Patofisiologi
Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan
didalam duktus (saluran ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera
dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang berlebihan dan
mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan
tertekan, sehingga permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa
komponen (terutama protein kekebalan tubuh dan natrium ) dari
plasma masuk kedalam ASI dan selanjutnya ke jaringan sekitar sel
sehingga memicu respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi,
dan kerusakan jaringan memudahkan terjadinya infeksi. Terdapat
beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus ke
lobus sekresi, melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar
duktus (periduktal) atau melalui penyebaran hematogen (pembuluh
darah). Organisme yang paling sering adalah staphylococcus aureus,
Escherecia coli dan Streptococcus.
e. Pencegahan
Penanganan terbaik mastitis adalah dengan pencegahan.
Pencegahan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Perawatan puting susu atau perawatan payudara
2) Susukan bayi setiap saat tanpa jadwal
34
3) Membersihkan puting susu sebelum dan sesudah menyusui untuk
menghilangkan kerak dan susu yang sudah kering
4) Teknik menyusui yang benar, bayi harus menyusu sampai
kekalang payudara.
5) Bra yang cukup menyangga tetapi tidak ketat
6) Perhatian yang cermat saat mencuci tangan dan perwatan payudara
7) Kompres hangat pada area yang terkena
8) Masase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran air susu
9) Peningkatan asupan cairan
10) Istirahat
11) Membantu ibu menentukan prioritas untuk mengurangi stress dan
keletihan dalam kehidupannya
12) Suportif, pemeliharaan perawatan ibu
13) Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan
14) Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran,
kosongkan payudara dengan cara memompanya
15) Rajin mengganti BH/Bra setiap kali mandi atau bila basah oleh
keringat dan ASI, BH tidak boleh terlalu sempit dan menekan
payudara
f. Penanganan
1) Konseling suportif
a) Memberikan
dukungan,
bimbingan.
Keyakinan
kembali
tentang menyusui yang aman untuk diteruskan, bahwa ASI dari
35
payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayi, serta
payudara akan pulih bentuk maupun fungsinya
b) Pengeluaran ASI yang efektif bantu ibu perbaiki kenyutan bayi
pada payudara
c) Memberikan dorongan pada ibu untuk sering menyusui selama
bayi menghendaki serta tanpa batasan, bila perlu peras ASI
dengan tangan atau pompa sampai menyusui dapat dimulai lagi
2) Makan makanan yang bergizi tinggi, minum banyak air putih juga
akan membantu menurunkan demam
3) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian Antibiotik dan
Analgesik
4) Istirahat atau tirah baring yang cukup
5) Kompres hangat pada payudara (Prawirohardjo, 2010)
B. Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Menurut Sakini
2. Langkah-langkah asuhan kebidanan
Studi kasus ini mengacu pada pola pikir Varney, karena metode
dan pendekatannya sistematik dan analitik sehingga memudahkan dalam
pengarahan pemecahan masalah terhadap klien. Proses menurut Hellen
Varney ada 7 langkah dimulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:
36
Langkah 1: pengkajian data
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda
vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang (Yanti, 2004).
Proses pengumpulan data mencakup data subjektif dan data
objektif, adalah sebagai berikut :
a. Data subyektif
Adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi data kejadian, informasi tersebut dapat
ditentukan dengan informasi atau komunikasi (Endang, 2014).
1) Biodata pasien menurut Elisabeth (2014) :
a) Nama: untuk mengenal dan mengetahui pasien.
b) Umur : untuk mengetahui faktor resiko.
c) Agama : untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya
terhadap kebiasaan kesehatan pasien.
d) Suku Bangsa : untuk mengetahui faktor bawaan atau ras.
e) Pendidikan : untuk mengetahui tingkat intelektual.
f) Pekerjaan : mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap masalah
klien.
g) Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal pasien dan
lingkungannya.
37
2) Alasan datang
Alasan datang merupakan alasan pasien datang ke tempat
bidan/klinik, untuk mengetahui keluhan pasien dan apa yang
dirasakan pasien, misalnya ibu mengatakan baru melahirkan
sampai mengalami keluhan bendungan ASI pada hari ke 2 dan hari
ke 3 post partum.
3) Keluhan utama
Keluhan utama merupakan alasan bagi pasien untuk datang
ke tempat bidan/klinik, untuk mengetahui masalah yang dihadapi
pasien
yang berkaitan
dengan
bendungan
ASI.
Misalnya
pembengkakan pada payudara, payudara keras, puting susu
kencang dan kulit payudara mengkilat tidak merah.
4) Riwayat Menstruasi
Dikaji untuk mengetahui tentang menarce, siklus, volume,
berapa lama menstruasi, banyaknya menstruasi, keluhan, dan untuk
mengetahui hari pertama menstruasi serta untuk menentukan umur
kehamilan dan tanggal kelahiran (Salmah, dkk, 2006).
5) Riwayat persalinan sekarang, menurut Sulistyawati (2012) yaitu:
a) Tempat melahirkan
b) Penolong saat persalinan
c) Jenis persalinan (spontan/bedah sesar)
d) Lama persalinan (dari pembukaan hingga pengeluaran bayi dan
plasenta)
38
e) Komplikasi/kelainan dalam persalinan
f) Keadaan plasenta (spontan, kelengkapan plasenta)
g) Keadaan perineum (utuh, ada robekan, episiotomi)
h) Perdarahan (kalaI-kala IV)
i) Bayi lahir (pemeriksaan antopometri)
Pada keadaan ibu sekarang dapat membantu menentukan
keadaan ibu, bayi, perdarahan, dan komplikasi yang terjadi
(Salmah dkk, 2006).
6) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Dikaji untuk mengetahui pada tanggal, bulan, tahun, berapa
anaknya lahir, tempat persalinan, umur kehamilan, umur kelahiran,
jenis persalinan, penolong persalinan, penyulit, jenis kelamin, berat
badan lahir, panjang badan lahir, riwayat nifas yang lalu dan
keadaan anak sekarang (Saifudin, 2007).
7) Riwayat Keluarga Berencana
a) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2
tahun sebelum ibu hamil kembali.
b) Biasanya ibu post partum tidak menghasilkan telur (ovum)
sebelum mendapatkan haidnya selama meneteki, oleh karena
itu amenore laktasi dapat sebelum haid pertama kembali untuk
mencegah terjadinya kehamilan.
c) Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya
dijelaskan dahulu kepada ibu :
39
(1) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan serta
metodenya.
(2) Keuntungan.
(3) Kerugiannya.
(4) Efek sampingnya.
(5) Bagaimana memakai metode itu.
(6) Kapan metode ini dapat mulai digunakan untuk wanita
pasca persalinan atau bagi ibu yang menyusui.
(7) Jika pasangan memilih metode KB tertentu ada baiknya
untuk bertemu dengannya lagi dalam 2 minggu untuk
mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu atau
pasangan dan untuk melihat apakah metode tersebut bekerja
dengan baik (Rukayah, 2011).
8) Pola kebiasaan
a) Nutrisi
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh
untuk keperluan metabolisme. Kebutuhan gizi pada ibu nifas
terutama bila menyusui dilakukan meningkat 25% karena
berguna untuk proses kesembuhan setelah melahirkan dan
untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan
bayi. Semua itu akan meningkat 3 kali dari kebutuhan biasa.
Menu makan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi
cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak
mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet atau
40
pewarna. Disamping itu harus mengandung cukup karbohidart
protein, lemak, vitamin dan mineral. Mengkonsumsi makanan
tambahan, nutrisi 700 kalori/hari pada 6 bulan pertama, 6 bulan
selanjutnya 500 kalori/hari dan tahun kedua 400 kalori/hari.
Asupan cairan 3 liter/hari, 2 liter didapat dari air minum dan 1
liter dari cairan yang ada pada sayur, buah dan makanan yang
lain. Ibu nifas juga dianjurkan untuk mengkonsumsi tablet besi
1 tablet setiap hari selama 40 hari. Ibu nifas mengkonsumsi
vitamin A 200.000 IU, pemberian vitamnin A dalam bentuk
suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, petumbuhan
sel, jaringan, gigi dan tulang, perkembangan syaraf penglihatan,
meningkatkan
daya
tahan
tubuh
dan
meningkatkan
kelangsungan hidup anak. Vitamin A terkandung dalam kuning
telur, hati, mentega, sayuran berwarna hijau dan buah berwarna
kuning.
b) Eliminasi
(1) BAK
Ibu diminta untuk Buang Air Kecil (BAK) 6 jam
post partum. Jika dalam 8 jam post partum belum dapat
BAK maka dilakukan katerisasi, tetapi kalu ternyata
kandung kemih penuh tidak perlu menunggu sampai 8 jam
untuk dikaterisasi.
41
(2) BAB
Seharusnya dilakukan 2 – 3 hari post partum dan
terjadi obstipasi dapat diberikan obat rangsangan per oral
atau per rectal dan minum air hangat agar dapat BAB teratur
dan dapat dilakukan dengan diet teratur, pemberian cairan
yang banyak dan makanan cukup serat (Saleha, 2009).
c) Istirahat
Ibu nifas dan menyusui memerlukan waktu lebih banyak
untuk istirahat karena sedang dalam proses penyembuhan
terutama
organ-organ
reproduksi
dan
untuk
kebutuhan
menyusui bayinya, bayi biasanya terjaga saat malam hari. Hal
ini akan mengubah pola istirahat (tidur) saat bayi sedang tidur.
Ibu dianjurkan untuk menyesuaikan jadwalnya dengan jadwal
bayinya dan mengejar kesempatan untuk istirahat. Kurang
istirahat akan mempengaruhi berkurangnya produksi ASI,
memperlambat proses involusi, memperbanyak perdarahan,
menyebabkan depresi dan menimbulkan rasa ketidakmampuan
merawat bayi (Bahiyatun, 2009).
d) Hubungan seksual
Dikaji untuk mengetahui berapa kali frekuensi ibu
melakukan hubungan seksual dalam seminggu, pola seksual
setelah ibu nifas 40 hari atau 6 minggu (Sulistyowati, 2009).
42
e) Personal hygiene
(1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
(2) Mengajarkan
ibu
bagaimana
membersihkan
daerah
kemaluan dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia
mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva
terlebih dahulu dari depan ke belakang, baru membersihkan
daerah sekitar anus. Nasehatkan kepada ibu untuk
membersihkan vulva setiap kali buang air kecil.
(3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya dua
kali sehari.
(4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya
(Sunarsih, 2011).
f) Aktifitas
Aktivitas yang cukup sangat dianjurkan untuk dilakukan
pada ibu nifas karena untuk memulihkan tenaga ibu dan
pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali
normal. Ibu akan merasakan lebih kuat dan ini menyebabkan
otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada
punggungnya (Wulandari, 2009).
g) Perokok dan pemakaian obat-obatan
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu perokok dan
pemakai obat-obatan yang tidak dianjurkan (Saifudin, 2007).
43
h) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan menurut Hani, dalam buku asuhan
kebidanan pada ibu nifas meliputi :
(1) Riwayat penyakit sekarang
Dikaji untuk mengetahui penyakit yang saat ini
sedang diderita oleh ibu.
(2) Riwayat penyakit yang lalu
Perlu dikaji apakah pasien pernah menderita
penyakit DM, hipertensi, jantung, asma, TBC, epilepsi, atau
penyakit lain yang pernah diderita.
(3) Riwayat penyakit keluarga
Dikaji, apakah dalam keluarga ada yang mempunyai
penyakit menurun seperti DM, hipertensi, jantung, asma,
TBC, epilepsi, hepatitis, atau penyakit lain yang menurun
(4) Riwayat operasi
Dikaji apakah ibu pernah melakukan operasi,
terutama operasi obstetrik.
(5) Psikososial budaya
Untuk mengetahui bagaimana keadaan mental ibu
dalam menjalani masa nifas ini, dan respon keluarga.
Biasanya ibu nifas dengan bendungan ASI, akan cemas
(Saifudin, 2007).
44
b. Data objektif
Data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan
diagnosis lain :
1) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Keadaan umum awal yang dapat diamati meliputi
adanya kecemasan yang dialami pasien (Salmah, 2006).
b) Kesadaran
Untuk
mengetahui
gambaran
kesadaran
pasien.
Dilakukan dengan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari
keadaan Composmentis (keadaan maximal) sampai dengan
koma (pasien tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati, 2012).
c) Tekanan darah
Tekanan darah pada ibu nifas biasanya menjadi lebih
rendah ini diakibatkan oleh perdarahan, sedangkan tekanan
darah tinggi pada ibu nifas merupakan tanda terjadinya
preeklamsi postpartum (Ambarwati, 2010).
d) Suhu
Untuk mengetahui suhu badan, apakah ada peningkatan
atau tidak, suhu normal 36,5 - 37,5°C (Sulistyawati, 2012).
45
e) Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam
menit. Batas normal 60 - 100 kali permenit (Hani, 2011).
f) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang
dihitung dalam menit. Batas normal 16 - 20 kali permenit
(Salmah, 2006).
g) Berat badan
Untuk mengetahui berat badan ibu, karena jika berat
badan ibu berlebih dapat beresiko menyebabkan komplikasi
(Salmah, 2006).
2) Pemeriksaan fisik
(1) LILA
Mengetahui status gizi pasien. Normalnya 23,5 cm (Perry,
2005).
a) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Menjelaskan pemeriksaan fisik :
(1) Kepala
Kepala bentuk bulat atau tidak, rambut bersih atau tidak,
ada ketombe atau tidak, mudah rontok atau tidak, berwarna
hitam atau tidak.
46
(2) Muka
Muka semetris atau tidak, terdapat odema atau tidak, ada
bekas luka atau tidak.
(3) Mata
Mata bentuk simetris atau tidak konjuntiva merah mudah
atau tidak.
(4) Hidung
Hidung
bersih atau tidak, ada polip atau tidak, ada
pernapasan cuping hidung atau tidak.
(5) Telinga
Telinga simetris atau tidak, berlubang atau tidak, bersih atau
tidak, pendengaran baik atau tidak.
(6) Mulut
Mulut ada sariawan atau tidak, ada lidah atau tidak.
(7) Gigi
Gigi ada caries atau tidak, gigi bersih atau tidak, dapat
berfungsi baik atau tidak.
(8) Leher
Leher ada pembesaran kelenjar tyroid atau tidak, ada
pembesaran kelenjar limfe jugularis atau tidak.
(9) Dada
Mengkaji kesehatan pernafasan.
47
(10) Abdomen
Mengetahui pernah SC atau operasi rahim.
(11) Punggung dan pinggang
Posisi tulang belakang : normal atau tidak dan tidak normal
bila ditemukan lordosis.
(12) Genetalia
Diperiksa kebersihannya, terpasang kateter atau tidak, perlu
diperhatikan bentuk, warna, pembengkakan, ada darah atau
fluor albus, lochea serta luka jahitan perineum bekas
episiotomy atau laserasi. Bila terjadi infeksi akan keluar
cairan seperti nanah berbau busuk (lochea perulenta atau
lochiostasis), lochea tidak lancar keluarnya.
(13) Ekstremitas
Ekstremitas atas : oedem/tidak, bergerak aktif atau tidak.
Ekstremitas bawah : oedem/tidak, bergerak aktif atau tidak.
(14) Anus
Ada hemoroid/tidak, ada rupture perineum.
b) Pemeriksaan Obstetrik
Pemeriksaan obstetric masa nifas yang perlu dikaji adalah
(1) Inspeksi
(a) Muka
Terdapat cloasma gravidarum atau tidak, oedem atau
tidak.
48
(b) Payudara
Simetris atau tidak, ada retraksi dada atau tidak, putting
menonjol atau tidak, ada pengeluaran kolostrum atau
tidak.
(c) Genetalia
Edema atau tidak, pengeluaran darah, lochea, terdapat :
lochea rubra berisi darah segar dan sisa- sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dam
mekonium, selama 2 hari post partum, lochea
sanguinoleta berwarna kuning berisi darah dan lendir,
hari 3-7 post partum, lochea serosa berwarna kuning
kecoklatan cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14
post partum, Setelah satu minggu, lochea cair tidak
berdarah lagi, setelah 2 minggu, lochea alba (berwarna
putih), bila berbau busuk, tidak keluar lancer berarti
terjadi infeksi (lokiostasis) (Anggraini, 2010).
(2) Palpasi
(a) Payudara
Payudara terdapat benjolan abnormal atau tidak,
kolustrum sudah keluar atau belum.
(b) Abdomen
Tinggi Fundus Uteri Pada Masa Nifas : Hari pertama
tinggi fudus uteri setinggi pusat, hari ketujuh tinggi
49
fundus uteri pertengahan pusat dan simpisis, hari 14 (2
minggu) tinggi fundus uteri tidak teraba, 6 minggu
tinggi fundus uteri normal (Yanti & Sundawati, 2011).
c) Pemeriksaan Penunjang
Mengetahui
hasil
pemeriksaan
laboratorium
dan
penunjang lain, kasus perawatan luka perineum post episiotomi
pemeriksaan laboratorium (Novi, 2009).
Langkah 2 : Merumuskan diagnosa/masalah aktual
Interpretasi data (data dari hasil pengkajian) mencakup diagnosa
kebidanan, masalah dan kebutuhan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosa masalah yang
spesifik diagnosa yang membutuhkan penanganan segera (Soepardan 2008).
a. Diagnosa kebidanan
Diagnosa yang ditegakkan dalam ruang lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan,
yaitu :
Ny.....P....A....Umur.....ibu post partum hari ke......
Data dasar :
Data subyektif :
1) Ibu mengatakan kelahiran anak yang ke ....
2) Ibu mengatakan tidak pernah keguguran
3) Ibu mengatakan post partum ......jam/hari...
4) Ibu mengatakan payudara bengkak saat perabaan
50
5) Ibu mengatakan payudara terasa panas dan nyeri bila ditekan,
bewarna kemerahan
6) Ibu mengatakan istirahat dengan cukup
7) Ibu mengatakan tidak ada hambatan dalam beraktifitas
8) Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit menurun dan menahun
Data Objektif :
1) Keadaan umum dan vital sign
2) Pemeriksaan fisik ibu
3) Pemeriksaan khusus
4) Genetalia
b. Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan
dari
hasil
pengkajian
yang
menyertai
diagnosa
(Ambarwati, 2009). Masalah yang sering timbul pada ibu nifas dengan
bendungan ASI yaitu payudara terasa keras dan nyeri saat perabaan,
bengkak pada payudara, payudara bewarna kemerahan (Saifudin,
2006).
c. Kebutuhan
Hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum teridentifikasi
dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan
analisis data (Sulistyowati, 2012). Kebutuhan untuk ibu nifas dengan
bendungan ASI adalah konseling tentang teknik menyusui yang benar.
51
Langkah 3 : Merumuskan diagnosa atau masalah potensial
Langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa yang sudah
diidentifikasi, oleh karena itu membutuhkan antisipasi pencegahan serta
pengawasan pada ibu nifas dengan bendungan ASI (Wulandari, 2010).
Pada ibu nifas dengan bendungan ASI diagnosa potensial yang mungkin
terjadi adalah mastitis (Manuaba, 2010).
Langkah 4 : Identifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi
Menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai
dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang dihadapi kliennya, setelah
bidan merumuskan tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi
diagnosa atau masalah potensial yang sebelumnya. Penanganan segera
pada kasus bendungan ASI ini adalah melakukan kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain seperti dokter obsgyn (Soepardan, 2008).
Langkah 5 : Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan
Mengembangkan tindakan komprehensif yang ditentukan pada
tahap sebelumnya, juga mengantisipasi diagnosa dan masalah kebidanan
secara komprehensif yang didasari atas rasional tindakan yang relevan dan
diakui kebenarannya sesuai kondisi dan situasi berdasarkan analisa dan
asumsi yang seharusnya boleh dikerjakan atau tidak oleh bidan.
Rencana asuhan yang diberikan pada ibu nifas dengan bendungan
ASI menurut penatalaksanaan bendungan ASI Wiknjosastro (2009)
adalah:
a. Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek.
52
b. Keluarkan ASI sebelum menyusui sehingga ASI keluar lebih mudah
ditangkap dan dihisap oleh bayi.
c. Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI dengan perah ASI.
d. Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara berikan kompres dingin
dan hangat menggunakan handuk secara bergantian kiri dan kanan.
e. Susukan ASI sesering mungkin tanpa dijadwal (on demand).
f. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi
kebutuhan ASI.
Dari penatalaksanaan bendungan ASI tersebut untuk asuhan
kebidanan yang diberikan pada klien dapat dilakukan :
a. Menganjurkan ibu untuk banyak beristirahat.
b. Memberikan konseling kepada ibu tentang kebutuhan nutrisi selama
masa nifas.
c. Memberikan konseling kepada ibu tentang cara menyusi yang benar.
d. Memberitahu ibu untuk melakukan pengompresan dengan air hangat
pada kedua payudara.
Langkah 6 : Impelementasi
Langkah ini merupakan pelaksanaan asuhan yang menyeluruh
seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima, dilaksanakan secara
efisien dan aman. Perencanaan ini dapat dilakukan oleh bidan atau
sebagian dilakukan oleh klien atau tenaga lainnya (Ambarwati, 2009).
53
Langkah 7 : Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan dan seluruh asuhan yang sudah
diberikan, apakah telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana
telah diidentifikasi didalam masalah diagnosa dan evaluasi pada ibu nifas
dengan bendungan ASI menurut Wiknjosastro (2009) :
a. Terpenuhinya kebutuhan ibu untuk banyak beristirahat
b. Ibu mengerti tentang kebutuhan nutrisi selama masa nifas
c. Ibu mengerti tentang cara menyusui yang benar
d. Ibu mengerti dan akan melakukan pengompresan pada payudara
3. Data perkembangan
Didalam memberikan asuhan lanjutan digunakan 7 langkah
Varney, sebagai catatan perkembangan dilakukan asuhan kebidanan SOAP
dalam
pendokumentasian.
Menurut
Varney
(2010),
sistem
pondokumentasian asuhan kebidanan dengan menggunakan SOAP yaitu:
a. S (Subyektif) : menggambarkan dan mendokumentasikan
Hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai langkah satu
Varney.
b. O (Objektif) : menggambarkan dan mendokumentasikan
c. A (Analisis)
d. P (Planning)
54
C. Landasan Hukum yang Mendasari Praktek Kebidanan
1. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1464/
MENKES/PER/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan.
a. Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi :
1) Pelayanan kesehatan ibu
2) Pelayanan kesehatan anak
b. Pasal 10
1) Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a
diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa
nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.
2) Pelayanan kebidanan kepada ibu sebagaimana dimaksud pada ayat
1 (ayat sebelumnya ) meliputi : Pelayanan ibu nifas normal.
3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada
ayat 2 (ayat sebelumnya) berwenan untuk :
a) Pemberiam vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
b) Pemberiam uterorika pada manajemen aktif kala tiga dan post
partum.
c) Penyuluhan dan konseling
55
c. Pasal 12
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam
pasal 9 huruf c, berwenang untuk :
1) Memberikan penyluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana.
2) Memberikan alat kontrasepsi oral dan condom.
d. Pasal 16
Ayat 3 menjelaskan bahwa pemerintah daerah provinsi/
kabupaten/ Kota bertanggung jawab menyelanggarakan pelatihan bagi
bidan yang memberikan pelayanan di daerah yang tidak memiliki
dokter.
e. Pasal 18
Ayat 1 menjelaskan bahwa, dalam melaksanakan praktik/kerja,
bidan bekewajibkan untuk :
1) Menghormati hak pasien
2) Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan
pelayanan yang dibutuhkan.
3) Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
4) Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
5) Melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelayanan lainnya
secara sistematis.
56
6) Mematuhi standar.
D. Standar Pelayanan Kebidanan
Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan
sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal.
Pelayanan Kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang
dapat dilakukan secara mandiri, kalaborasi atau rujukan.
Standar
pelayanan
Kebidanan
digunakan
untuk
menentukan
kompetensi yang diperlukan bidan dalam menjalankan praktik sehari-hari.
Standar Pelayanan Kebidanan juga dapat digunakan untuk menilai mutu
pelayanan, menyusun rencana diklat bidan, dan pengembangan kurikulum
bidan (Kemenkes, 2014).
Standar Pelayanan Nifas
1. Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernafasan spontan, mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan,
dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan
juga harus mencegah atau menangani hipotermia.
2. Standar 14 : Penanganan pada Dua Jam pertama Setelah Persalinan
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan
yang diperlukan. Disamping itu, bidan memberikan penjelasan tentang
57
hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu untuk
memulai pemberian ASI.
3. Standar 15 : Pelayanan bagi ibu dan Bayi pada Masa Nifas
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan
rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah
persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui
penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini, penanganan atau
rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta
memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan
prorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI,
imunisasi dan KB.
58
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Hari
: Jumat
Tanggal
: 03 Maret 2017
Tempat
: Di BPM Langensari
Jam
: 16.00 WIB
1. Data Subjektif
a. Identitas
1) Identitas pasien
Nama
: Ny. S
Umur
: 20 Tahun
Agama
: Islam
Suku/bangsa : Jawa/indonesia
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Desa Langensari, Dusun Srumen RT 06 RW 04
2) Identitas penanggungjawab
Nama
: Tn. p
Umur
: 21 Tahun
Agama
: Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
59
Pendidikan
: SMP
Pekejaan
: Swasta
Alamat
: Desa Langensari, Dusun Srumen RT 06 RW 04
b. Keluhan utama
Ibu mengatakan cemas sejak tadi malam karena payudara terasa
bengkak, nyeri, dan ASInya Tidak keluar
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti
jantung, DM, hipertensi, asma, maupun penyakit menular seperti
TBC, hepatitis B dan HIV/AIDS..
2) Riwayat kesehatan sekarang
Ibu menyatakan payudara kiri dan kanan terbendung bengkak,
keras, panas dan nyeri terlihat mengkilat dan puting susu menonjol
ASI tidak lancar dan bayi tidak menyusui dengan efektif. proses
ASI: menjelang akhir dari kehamilan hormon prolaktin memegang
peran penting dalam pembentukan kolostrum
3) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya atau keluarga suami tidak ada
yang menderita penyakit menurun dan menular maupun riwayat
keturunan kembar dan cacat bawaan.
60
d. Riwayat perkawinan
Ibu menikah 1 x, umur waktu menikah 19 tahun, umur suami 20 tahun,
lama pernikahan 1 tahun, status sah.
e. Riwayat obstetri
1) Riwayat menstruasi
Menarche
: 12 tahun
Siklus
: 28 hari
Lama
: ± 7 hari
Banyak darah : 2 × ganti pembalut/hari
Bau
: Amis khas
Flour albus
: 3 hari Menjelang haid
HPHT
: 29 Mei 2016
2) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu : Tidak ada
Tabel 3.1 Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas Sekarang
N
Hamil ke
o
brapa
.
1
1
Tgl/bln/thn
lahir
UK
1 maret
2017
40
mgg
Jns
persal
Kompli
kasi
Penolo
ng
Tmpat
persal
Normal
-
Bidan
BPM
Kompl Keada Keadaan
Jenis
BBL nifas
an
anak
kel
bayi
saat ini
Perem 2700
Baik
Sehat
puan grm
3) Riwayat kehamilan sekarang
a) Ibu
mengatakan
hamil
yang
pertama,
belum
pernah
melahirkan, belum pernah keguguran, umur kehamilan 39
minggu 4 hari
b) HPHT : 29 mei 2016 HPL
: 07 Maret 2017
c) BB sebelum hamil: 45 kg
61
d) Periksa kehamilan (ANC) dibidan dan dokter 10 kali selama
kehamilan
Trimester I
Frekuensi
: 3x
Keluhan
:
pusing
Obat
:
multivit 2x1 tab, kalsium 1 x 1 tab
Anjuran
: makan sayuran hijau, protein tinggi, istirahat
cukup.
Trimester II :
2x
Keluhan
: pegal-pegal
Obat
: etabion 1x1 tab, kalsium 1x1 tab
Anjuran
: makan sayuran hijau, istirahat yang cukup
Trimester III :
Keluhan
5x
: pegal-pegal,
kadang
perut
merasakan
kencang- kencang
Obat
: SF 1 x 1 tab, Kalsium 1 x 1 tab, B.Comp 1x1
tab.
Penyuluhan yang pernah didapat
Imunisasi TT I : imunisasi TT calon pengantin Juli 2015
Imunisasi TT II : tanggal 25 Juni 2016
62
4) Riwayat persalinan sekarang
a) Ibu
Tempat melahirkan : BPM Ny. Heni Suharni S.SiT
Penolong
: Bidan
Jenis persalinan : Spontan
Lama perslinan : 12 Jam
Catatan waktu
Kala I
: 12 Jam
Kala II
: 30 menit
Kala III
: 5 menit
Kala IV
: 2 Jam
Ketuban pecah
: 21.00 WIB
Plasenta
Lahir secara
Berat
: Spontan
: 500 Gram
Panjang tali pusat : 50 cm
Perineum
: tidak ada robekan
b) Bayi
Lahir/tanggal/pukul: 01 Maret 2017 : pukul 21.30 WIB
Berat badang
: 2700 gram
Panjang badang : 47 cm
Jenis kelamin
: perempuan
Cacat bawaan
: tidak ada
Masa gestasi
: 40 minggu
63
5) Riwayat nifas menyusui :
Ibu mengatakan pada saat bayi lahir, tidak menyusu dengan baik.
Pada hari ke dua ibu merasa payudaranya bengkak dan merasa
nyeri tekan, karena ibu takut untuk menyusu bayinya maka bayi
diberi air putih untuk membasahi mulutnya supaya bayi tersebut
jangan menangis.
f. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah mengikuti alat kontrsepsi apapun dan
rencana ibu setelah 40 hari baru ibu akan menggunakan alat
kontrasepsi KB suntik untuk 3 bulan.
g. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Selama nifas
: Ibu mengatakan makan 3 ×/hari 1 porsi,
menu nasi, lauk, sayur. Minum ± 6-7
gelas/hari jenis air putih, teh hangat.
2) Pola Eliminasi
Selama Nifas
: Ibu mengatakan BAB 1x/hari, warna kuning
kecoklatan, padat, bau khas feses, BAK
3-4 ×/hari warna kuning jernih bau khas
urine.
3) Pola Aktifitas
Selama nifas
: Ibu tetap melakukan pekerjaan rumah seperti
biasanya.
64
4) Pola Istirahat
Selama Nifas
: Ibu tidur malam dan siang tidak teratur waktu
dan
lamanya,
kadang-kadang
terbangun
disela-sela tidur.
5) Pola Personal Hygiene
Selama Nifas
: Ibu mengatakan mandi 2 ×/hari, gosok gigi
2 ×/hari, ganti pakaian 1x/hari, dan ganti
celana dalam 3 ×/hari.
h. Data psikososial, spiritual dan ekonomi
1) Data psikososial : Ibu merasa bahagia atas kelahiran bayinya,
namun ibu kurang nyaman dengan keadaannya
karena ASI belum keluar
2) Data Sosial
: Hubungan suami, keluarga dan masyarakat
baik, tidak ada masalah.
3) Data Spiritual
: Ibu beragama islam, ibu selalu menjalankan
ibadah dengan baik.
4) Ibu mendapat dukungan dari suami dan kelurga untuk mengikuti
KB setelah bersalin.
i. Data Pengetahuan Ibu
Ibu mengatakan belum mengerti tentang penyebab nyeri dan terasa
keras pada payudaranya dan belum tahu kapan bisa menyusui bayinya
.
65
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran
: Composmentis
3) TTV
: TD
N
: 110/70 mmHg
: 80 ×/menit
b. Pemeriksaan fisik
1) Dada
: Tidak ada tarikan dinding dada, payudara keras dan
payudara tegang, puting susu datar, tidak lecet.
2) Abdomen
: Simetris, tidak terdapat luka bekas operasi.
3) Genetalia
: Tidak ada luka jahitan, keluar lochea rubra ± 30 cc.
4) Ekstremitas
Atas
: Tidak oedem, tidak sianosis, turgor kulit baik.
Bawah
: Tidak oedem, reflek patella ka +/ki + turgor baik.
5)Pemeriksaan penunjang : HB 11,8 g / dl.
c. Pemeriksaan obstetri
1) Inspeksi
Muka
: Tidak pucat, tidak oedem
Mamae
: payudara kiri-kanan simetris, membesar, tegang,
ASI belum lancar, membengkak, puting menonjol.
Abdomen
: Tidak terdapat luka bekas operasi
Genetalia
: PPV lochea rubra, tidak ada luka bekas jahitan
66
2) Palpasi
Mamae
: pada payudara kiri dan kanan tidak ada benjolan
abnormal, payudara teraba keras, terdapat nyeri
tekan
Abdomen
: TFU pertengahan pusat dan simpisis, tidak terdapat
nyeri tekan.
67
Tabel 3.2 Pengkajian 1
Tgl/Jam
Pengkajian
03 Maret DS:
2017
1. Ibu Mengatakan
Jumat jam
bernama Ny. S
16.00
umur 20 tahun.
WIB
2. Ibu mengatakan
melahirkan yang
ke 1 dan belum
pernah
keguguran.
3. pemeriksaan
TTV yaitu suhu
dan nadi sudah
diperiksa oleh
bidan 15 menit
yang
lalu.
Hasilnya suhu
38,50C
Nadi 90 x per
menit
4. Ibu mengatakan
merasakan nyeri,
tegang,
dan
keras
pada
kedua payudara.
ASI
belum
lancar dan bayi
belum menyusu.
5. Ibu mengatakan
badannya terasa
panas
6. ibu
merasa
cemas dengan
keadaannya
Interpretasi
Dx.
data
Potensial
1.Diagnosa
Tidak ada
Kebidanan
Ny.S, P1 A0
umur
20 tahun, post
partum hari ke
3dengan
Mastitis
Tindakan
Jam
Segera
Tidak ada 16.15
WIB
16.20
WIB
Intervensi
jam
Implementasi
Jam
Evaluasi
1. Beritahu Ibu 16.17 1. Memberitahu Ibu
hasil 16.20 1. Ibu sudah mengetahui
hasil
WIB
pemeriksaan
WIB
hasil pemeriksaan.
pemeriksaan
KU : baik
Kesadaran : Composmetris
TTV:
TD: 110/70 mmHG
Nadi: 90x/menit
Suhu :38,50C
Rr: 24x/menit
2. Beri Penkes 16.23 2. Memberikan Penkes pada ibu 16.25 2. Ibu sudah mengerti
ibu tentang WIB
tentang perawatan payudara WIB
tentang
perawatan
perawatan
yaitu :
payudara dan bersedia
payudara
a. Mencuci tangan dan atur
untuk
melakukan
posisi ibu denagan aman
sendiri di rumah
dan nyaman
b. Membantu ibu membuka
pakaian atas dan BH,
pasang handuk
satu di
pundak satu di pinggang
ibu
c. Mengompres kedua puting
susu denagn kapas yang
dibasahi minyak baby oil
secara memutar sambil
membersikan puting susu
selama 2-3 menit
d. Basahi
kedua
telapak
tangan dengan minyak baby
iol
e. Meletakkan kedua telapak
tangan di tengah kedua
payudara,
kemudian
melakukan
pengurutan
kearah
atas
kemudian
68
DO:
1. Ku: Baik
2. Kesadaran:
Composmentis
3. TTV:
TD:
110/70
mmHG
Nadi: 90x/menit
Suhu : 38,50C
Rr : 24x/menit
4. Payudara
Inspeksi
:
Simetris, tegang,
membesar,
bengkak
dan
mengkilat
Palpasi : tidak
ada
benjolan
abnormal,
terdapat
nyeri
tekan, dan terasa
keras,
ASI
keluar
sedikit
dan badan ibu
teraba panas.
5. Abdomen TFU :
Pertengahan
pusat
dan
simpisis.
Genetalia
Lochea : Rubra.
f.
g.
h.
i.
kesamping dan ke bawah,
kemudian
menyangga
payudara kanan dan tangan
kiri mengurut
payudara
kiri kemudian lepas kedua
tangan, mengulangi gerakan
ini sebanyak 20-30 kali tiap
payudara.
Meletakkan satu tangan
menopang
salah
satu
payudara, tangan yang lain
mengurut
seluruh
sisi
payudara dari pangkal ke
arah
puting
susu,
mengunakan
sisi
jari
kelingking, lakukan pada
tiap
payudara
secara
bergantian,
mengulangi
gerakan ini tiap payudara
sebanyak 20-30 kali
Meletakan satu tangan
menopang
salah
satu
payudara, tangan yang lain
mengurut
seluruh
sisi
payudara dari pangkkal
payudara kearah puting
susu menggunakan bukubuku jari, lakukan di tiap
kedua payudara secara
bergantian,
diulangi
gerakan ini sebanyak 20-30
kali diap payudara
Mengompres
kedua
payudara dengan waslap
hangat, diganti
waslap
dingin dan kompres hangat
dan dikeringkan
Mengeluarkan ASI dengan
69
16.25
WIB
16.30
WIB
meletakan ibu jari dan jari
telunjuk ± 2,5-3cm dari
puting susu
j. Membantu ibu memakai
pakaian dan BH ibu, dan
menganjurkan ibu untuk
melakukan
perawatan
payudara ini 2x sehari.
3. Beri Penkes 16.28 3. Memberi Penkes pada ibu 16.30 3. Ibu bersedia mengikuti
pada
ibu WIB
tentang asupan nutrisi ibu WIB
anjuran petugas
tentang
menyusui yaitu : ibu makan
asupan
makanan dan sayuran yang
nutrisi
ibu
menggandung gizi seimbang
menyusui
seperti : nasi, ubi-ubian, sayursayuran yang berhijau seperti
kangkung, bayam, kacangkacangan, tahu tempe kedelai,
daging, seperti hati ikan, telur
dan buah-buahan seperti jeruk,
apel, tomat dan
tidak
berpantangan
terhadap
makanan apapun.
4. Ajarkan ibu 16.35 4. Mengajarkan
ibu
untuk 16.40 4. Ibu besedia menyusui
untuk
WIB
menyusui bayinya dengan WIB
bayinya dengan tidak
meyusui
tidak terjadwal (on demand)
terjadwal (on demand)
bayinya
sesering mungkin. Langkahsesering mugkin.
secara
on
langkah cara menyusui yang
demand
benar yaitu :
a. Duduk dengan santai dan
nyaman pada kursi yang
mempunyai
sandaran
punggung, gunakan bantal
untuk mengganjal bokong
bayi.
b.Mulai
menyusui
dari
payudara kanan dengan
meletakkan kepala bayi pada
siku kanan
bagian bayi
70
16.40
WIB
dalam dengan posisi badan
bayi menghadap badan
ibunya.
c. Sangga payudara kanan dan
tanggan kiri tetapi tidak
dibagian yang hitam (areola)
d. Sentuh mulut bayi dengan
puting susu
anda untuk
member rangsanggan, bila
bayi
membuka
mulut
masukkan seluruh putin susu
sebanyak mungkin sampai
daerah
hitam
(areola)
tertutupi.
e. Dekap bayi hingga ujung
hidung bayi menyentuh
payudara anda, ibu jari
menekan sedikit payudara
sehinggan
bayi
dapat
bernafas.
f. Setelah menyusui kuarang
lebih 10-15 menit, lepaskan
hisapan
bayi
dengan
menekan dagunya atau
memasukkan jari kelingking
yang bersih ke sudut mulut
bayi.
g. Sebelum di lanjutkan
dengan menyusui pada
payudara lain, sendawakan
dahulu bayi anda agar tidak
muntah dengan cara posisi
bayi menempel di pundak
ibu.
5. Beri support 16.42 5. Memberikan support mental 16.45 5. Ibu mengerti tentang
mental pada WIB
pada ibu bahwa ibu tidak perlu wib
penjelasan yang
ibu
cemas, keadaannya saat ini
diberikan dan ibu tidak
dan menganjurkan ibu untuk
cemas lagi.
71
16.45
wib
sering memberikan ASI pada
bayinya
dan
melakukan
perawatan payudara 2x sehari
5.
6. Berikan
16.46 6. Memberikan
terapi 16.48 6. Ibu sudah minum
terapi
wib
paracetamol 500mg 3 x per WIB
obatnya
yang
di
Paracetamol
hari.
berikan oleh bidan
pada ibu
72
Tabel 3.3 Pengkajian 2
Tgl/Jam
Pengkajian
05 Maret 2017 DS :
minggu jam 1. Ibu mengatakan
17.00 WIB
payudara sudah
tidak nyeri lagi
2. Ibu mengatakan
ASInya
sudah
keluar tapi belum
lancar
3. Ibu mengatakan
sekarang
ibu
sudah
merasa
sehat
4. Ibu mengatakan
tali pusat bayinya
sudah terlepas
DO :
1. KU : baik
2. Kesadran
:
Composmetris
3. TTV :
TD : 110/80
mmHg
N : 82 x/menit
Suhu: 37,20c
Rr: 20x/menit
4. Pada
perabaan
payudara teraba
lunak, karena ibu
habis menyusui
Interpretasi
data
Diagnoasa
Kebidanan
Ny.S P1 A0
umur
20
tahun, post
partum hari
ke 5 dengan
bendungan
ASI
Dx.
Potensial
Tindakan
Segera
Jam
17.15
WIB
Intervensi
Jam
1. Beritahu ibu
17.20
tentang kondisi WIB
saat ini dan
hasil
pemeriksaan
Implementasi
Jam
Evaluasi
1. Memberitahu ibu
17.23 1. KU : baik
tentang kondisi ibu
WIB
Kesadaran
:
saat ini dalam keadaan
Composmetris
baik dan memberitahu
TTV :
ibu hasil pemeriksaan
TD : 110/80 mmHg
N : 82 x/menit
Suhu: 37,20c
Rr: 20x/menit
a. Ibu tidak terjadi
perdarahan
abnormal dan idak
ada
tanda-tanda
infeksi
b. Keluar
lochea
serosa,
berwarna
kecoklatan
yang
mengandung darah
dan lebih banyak
serum
c. TFU pertengahan
pusat dan simpisis,
kontraksi
uterus
baik atau keras
d. Kondisi bayi sehat:
KU : baik, aktif,
menangis,
kulit
kemerahan
dan
tidak ikterik, sclera
tidak ikterik, BAK
5 x, BAB 4x
kuning
lembek
73
bayinya
5. TFU
:
pertengahan
pusat simpisis.
6. Genetalia
:
Lochea serrosa
yang berwarna
kecoklatan
mengandung
darah dan lebih
banyak
serum,
tidak
berbau
tidak flour albus
.
pusar tidak berbau
tidak iritasi.
17.25
WIB
17.30
WIB
17.35
WIB
17.41
WIB
2. Beritahu
ibu
untuk menjaga
tali pusat tetap
kering
3. Beritahu
ibu
tetap
memantau
kondisi
bayinya
4. Anjurkan ibu
untuk
mengkonsumsi
sayuran
dan
buah-buahan
serta makanan
yang bergizi
17.27
WIB
2. Memeberitahu
ibu 17.30 2. Ibu mau mengikuti
untuk menjaga tali WIB
anjuran petugas
pusat tetap kering
17.33
WIB
3. Memberitahu ibu tetap 17.35 3. Ibu bersedia memantau
memantau
kondisi WIB
perkembangan jika ada
bayinya
seperti
kelainan.
menyusui, pola tidur,
atau jika ada kelainan.
4. Menganjurkan
ibu 17.39 4. Ibu bersedia untuk
untuk mengkonsumsi WIB
mengkonsumsi
sayuran hijau seperti:
sayuran dan buah,
bayam,
kangkung,
serta makanan yang
daun singkong dan
mengandung gizi.
buah seperti jeruk,
apel, pisang, dan lainlain.
5. Memberitahu
ibu 17.45 5. Ibu bersedia untuk
untuk konjungan ulang WIB
kunjungan ulang atau
atau jika ada keluhan.
ada keluhan.
.
17.37
WIB
5. Beritahu
ibu 17.43
kunjungan
WIB
ulang
74
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan tindakan asuhan kebidanan pada Ny. S penulis
membahas tentang kasus yang diambil dengan judul asuhan kebidanan pada ibu
nifas fisiologis dengan mastitis. Ny. S. P1A0 umur 20 tahun di BPM bidan Heni
Suharni S.SiT Desa Langensari Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang. Pada
Bab ini penulis berusaha untuk membahas konsep teori yang telah penulis susun
pada Bab II dengan kesenjangan dan pelaksanaan asuhan kebidanan, apapun
temuan-temuan dan kesenjangan yang penulis peroleh adalah sebagai berikut:
A. Langkah I Pengkajian
Pada pengkajian nifas fisiologis keluhan utama merupakan masalah
yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien merasa
payudaranya payudara bengkak, terlihat membesar, keras dan benjol-benjol,
nyeri pada payudara disertai peningkatan suhu tubuh ibu, Pengeluaran susu
terhalang oleh ductus lactiferu yang menyempit.
Data subyektif yaitu ibu mengatakan melahirkan anak pertama, ibu
mengatakan berumur 20 tahun, dan ibu mengatakan saat ini payudaranya
masih terasa tegang, nyeri, bengkak dan panas. Data obyektif hasil
pengamatan dan pemeriksaan yang dilakukan pada Ny. S yaitu keadaan umum
ibu baik, TD: 110/70 mmHG, Nadi: 90 x/mnt, suhu dan respirasinya tidak
dilakukan karena bidan sudah melakukan pemeriksaan 15 menit yang lalu,
yaitu suhu: 38,50C dan Rr: 24x/menit Mata: conjungtiva merah muda, sklera
75
putih, tidak pucat, pada pemeriksaan lain didapatkan hasil yaitu pemeriksaan
abdomen TFU 2 jari dibawah pusat, pengeluaran pervaginam lochea rubra,
berwarna kemerahan. Pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. S tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.
B. Langkah II : Interpretasi Data
Interpretasi data meliputi diagnosa kebidanan dan masalah yang
timbul. Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan pada interpretasi data
dignosa kebidanan Ny.....P....A....Umur.....ibu post partum hari ke-3. Pada
pengkajian pertama dengan mastitis dan diagnosa kebidanan pada pengkajian
hari ke 2 dengan bendungan ASI.
Kasus ini didapatkan diagnosa kebidanan Ny S, PIA0, umur 20 tahun
nifas hari ke-3 dengan mastitis.
Masalah yang muncul pada ibu nifas dengan mastitis adalah payudara
terasa bengkak, terlihat membesar, keras dan benjol-benjol, nyeri dan ASInya
keluar sedikit. Masalah pada kasus ini adalah Ny. S mengatakan merasa nyeri
pada payudara karena ASInya keluar sedikit-sedikit. Pada kasus ini penulis
tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan.
C. Langkah III : Diagnosa Potensial
Pada ibu nifas dengan mastitis diagnosa potensial yang mungkin
terjadi adalah abces payudara sedangkan dilahan tidak muncul diagnosa
76
potensial karena tidak ada tanda dan gejala abces Sesuai dengan teori diatas
maka pada kasus Ny S tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.
D. Langkah IV : Antisipasi Penanganan Segera
Bidan melakukan kolaborasi dengan dokter untuk di rujuk karena di
lahan tidak ada antisipasi pada Ny.S karena tidak bisa ditangani pada bidan
E. Langkah V Perencanaan
Menurut teori Wiknjosastro (2009), mengatakan bahwa rencana
asuhan yang diberikan pada ibu nifas dengan mastitis yaitu :
1. Anjurkan ibu tetap melakukan perawatan payudara
2. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya setiap 2 jam pada setiap
payudaranya selama 10 – 15 menit.
3. Anjurkan ibu untuk tetap mengkomsumsi asupan nutrisi ibu menyusui.
4. Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi terapi
5. Berikan kompres dingin dan hangat menggunakan handuk secara
bergantian kiri dan kanan.
6. Susui bayi sesering mungkin tanpa dijadwalkan (on demand).
7. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi ASI melebihi
kebutuhan ASI
Rencana asuhan kepada Ny. S dilahan yaitu:
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaannya
2. Beri penkes ibu tentang perawatan paudara
77
3. Beri penkes pada ibu tentang asupan nutrisi ibu menyusui
4. Ajar ibu untuk menyusui bayinya secara on demand.
5. Beri suport mental pada ibu
6. Beri terapy
7. Beri tahu ibu tentang kondisi saat ini dan hasil pemeriksaan
8. Beritahu ibu untuk menjaga tali pusat bayinya tetap kering
9. Beri tahu ibu tetap memantau kondisi bayinya
10. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan serta
makanan yang bergizi
11. Beri tahu ibu kunjungan ulang.
Perencanaan antara teori dengan lahan tidak terjadi kesenjangan
F. Langkah VI : Pelaksanaan
Menurut teori Wiknjosastro (2009), memgatakan bahwa melakukan
pelaksanaan sesuai rencana asuhan yang diberikan pada ibu nifas dengan
mastitis yaitu :
1. Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan payudara dan
mengeluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek
2. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya setiap 2 jam pada kedua
payudara selama 10-15 menit.
3. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi asupan nutrisi ibu menyusu
Mengurangi rasa sakit pada payudara berikan kompres dingin dan hangat
menggunakan handuk secara bergantian kiri dan kanan.
78
4. Susui bayi sesering mungkin tanpa dijadwalkan (on demand).
5. Mengeluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi ASI melebihi
kebutuhan ASI
6. Memberikan terapi: Paracetamol 500 mg 3x1 tab perhari
7. Mengurangi rasa sakit pada payudara berikan kompres dingin dan hangat
menggunakan handuk secara bergantian kiri dan kanan.
Penatalaksanaan yang dilakukan dilahan pada kasus Ny S pada tanggal
3 Maret 2017 meliputi adalah :
1. Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan.
2. Memberikan Penkes pada ibu tentang perawatan payudara.
3. Memberikan Penkes pada ibu tentang asupan nutrisi ibu menyusui
4. Mengajarkan ibu untuk menyusui bayinya dengan tidak terjadwal (on
demand).
5. Memberikan suport mental pada ibu.
6. Memberikan terapi pada ibu.
7. Memberitahu ibu tentang kondisi ibu saat ini dalam keadaan baik dan
memberitahu ibu hasil pemeriksaan.
8. Memberitahu ibu untuk menjaga tali pusat tetap kering.
9. Memberitahu ibu tetap memantau kondisi bayinya.
10. Menganjurkan ibu untuk memgkonsumsi sayur-sayuran.
11. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang.
79
Dilahan rencana asuhan yang dilakukan pada kasus Ny S tidak
ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek karena sudah
sesuai dengan teori yang ada.
G. Langkah VII : Evaluasi
Menurut teori Wiknjosastro (2009), mengatakan bahwa mengevaluasi
keefektifan dan seluruh asuhan yang diberikan pada ibu nifas telah diidentifi
kasi yaitu :
1. Terpenuhinya kebutuhan ibu untuk banyak istirahat.
2. Ibu mengerti tentang kebutuhan nutrisi selama masa nifas
3. Ibu mengerti tentang cara menyusui yang benar
4. Ibu mengerti dan melakukan cara melakukan pengompresan pada
payudara.
Evaluasi yang dilakukan dilahan pada kasus Ny S yaitu :
Setelah dilakukan evaluasi mulai dari pengkajian sampai perkembangan
didapatkan hasil yaitu keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV,
TD, N, RR, S, TFU pertengahan pusat dan simpisis.
Teori dan praktek tidak ada kesenjangan.
80
BAB V
PENUTUP
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan mastitis
pada Ny S. P1A0 di BPM Ny.Heni Suharni S.SiT tanggal 03 Maret 2017, maka
penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran.
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan yang dilakukan dengan langkah varney
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengumpulan data dasar yaitu data subjektif dan data objektif, dari hasil
pengkajian pada Ny. S. ibu mengatakan berumur 20 tahun nifas hari ke-3,
belum pernah keguguran dan Ibu mengeluh payudaranya terasa penuh,
membengkak, dan nyeri pada payudara saat ditekan. Berdasarkan keluhan
ibu ditemukan data objektif payudara membesar, tegang dan membengkak:
teraba keras, ada benjol-benjol, nyeri tekan. Berhubungan dengan keluhan
yang ibu rasakan mengakibatkan rasa cemas ibu terhadap bayinya.
2. Pada Asuhan Kebidanan ini dapat diinterpretasikan diagnosa kebidanan
sesuai pengkajian yaitu Ny. S P1A0 umur 20 tahun postpartum hari ke-3,
mastitis ASI. Serta timbulnya masalah ibu merasa cemas dengan
keadaanya saat ini serta khawatir pada bayinya.
3. Diagnosa potensial yang dapat terjadi jika keluhan tidak teratasi yaitu
terjadinya abces payudara. Namun Penulis tidak menetapkan diagnosa
81
potensial karena dalam hasil pengkajian sampai dengan penatalaksanaan
ibu dalam keadaan batas normal, dan masalah dapat teratasi.
4. Berdasarkan asuhan yang diberikan, Tidak didapatkan diagnosa potensial,
maka tidak diperlukan antisipasi segera, namun pasien tetap diberikan
terapi dan perawatan payudara serta konseling agar mastitis yang terjadi
dapat teratasi dengan cepat dan tepat.
5. Pada Ny. S. rencana asuhan yang diberikan secara menyeluruh sesuai
dengan keluhan dan keadaan ibu yaitu dilakukan tindakan seperti
perawatan payudara, cara mengosongkan payudara, cara menyusui yang
benar, konseling suportif, serta pemberian terapi.
6. Pada penatalaksanaan, asuhan yang diberikan pada Ny. S sudah
dilaksanakan sesuai dengan rencana yaitu dilakukan perawatan payudara,
cara mengosongkan payudara, teknik menyusui yang benar serta
konseling-konseling yang membantu ibu tetap optimis untuk kesehatan
payudaranya, dan pemberian terapi. Namun disini tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek yaitu dalam pelaksanaan dilakukan
masase pada ibu yang belum menyusui dan pemberian terapi diberikan
amoxcicillin 500 mg 2x1 tab, PCT 500 mg 3x1 tab.
7. Pada evaluasi, nifas pada kasus Ny. S. dengan mastitis berlangsung secara
bertahap dan penulis melakukan pengkajian pada tanggal 03 Maret 2017
dan melakukan kunjungan nifas pada tanggal 05 Maret 2017, evaluasi
yang dilakukan untuk menilai apakah intervensi yang dilaksanakan sudah
dapat mengatasi diagnosa kebidanan atau belum. Hasil evaluasi yang
82
didapatkan dari Ny. S adalah keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, ibu sudah dapat melakukan breast care sendiri, dan teknik
menyusui yang benar dan mastitis sudah mulai berkurang, ASI keluar
lancar, ibu merasa lebih nyaman, ibu bersedia untuk menyusui bayinya
sesering mungkin dan mengkonsumsi makanan yang yang bergizi.
Evaluasi hasil ibu dan bayi dalam keadaan baik, tanpa ada
komplikasi dan penyulit nifas lainnya.
B. Saran
Pada akhirnya penulis selesai menyusun Karya Tulis Ilmiah, penulis
dapat menyampaikan saran sebagai berikut :
1. Bagi ibu nifas
Diharapkan pada ibu nifas untuk tetap memberikan ASI pada
bayinya secara eksklusif karena bayi sangat membutuhkan nutrisi yang
terbaik, dan menyusui secara benar, dan bersedia menjaga dan merawat
payudara dengan breast care maupun teknik menyusui yang benar untuk
memperlancar produksi dan pengeluaran ASI.
2. Bagi Institusi pelayanan / Bidan praktek mandiri.
Diharapkan
institusi
pelayanan
mempertahankan
dan
meningkatkan mutu pelayanan yang ada, agar mampu memberikan
pelayanan yang berkualitas serta dapat memberikan pelayanan yang tepat
pada ibu nifas serta memeperhatikan protap tentang perawatan khususnya
ibu yang mengalami mastitis.
83
3. Bagi institusi pendidikan
Karya tulis ini sebagai tambahan bahan wacana dan referensi, dan
dapat mempertahankan mutu pembelajaran di akademik maupun
perpustakaan khususnya mengenai infeksi nifas/mastitis.
84
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogyakarta : Mitra Cendikia
Ambarwati. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogyakarta : Mitra Cendikia
Anggraini. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jogjakarta : Bina Pustaka
Asrinah. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Jakarta : Graha Ilmu
Bahayatun. 2009. Buku Ajar Kebidanan Asuhan Nifas Normal. Jakarta : EGC
Dewi dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika
Hani dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisilogis. Jakarta : Salemba
Medika
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan. Dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Maryunani. 2009. Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas. Jakarta : Trans Info
Media
Prawiroharjo. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Mitra Cendikia
Prawiroharjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Pusdatin. 2015. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Rukiyah dkk. 2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans Info Medika
Saifuddin, Abdul. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Saifuddin, Abdul. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Salma dkk. 2006. Asuhan Kebidanan pada Ante Natal. Jakarta : EGC
Sarwono. 2007. Perawatan Payudara. Jogjakarta : Nuha Medika
Soepardan, Suryani. 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC
Suherni. 2009. Perawatan Masa Nifas. Jogyakarta. Fitra Maya
Sujiyatini. 2010. Asuhan Ibu Nifas III. Jogyakarta: Cyrillus Publisher
Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jogjakarta
Sulistyawati, Ari. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta :
Salemba Medika
Sunarsih dkk. 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba
Medika
Sundawati. 2009. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Bandung : Refika Aditama
Tabunan, Eviana S. Dkk. 2011. Panduan Pemeriksaan Fisik Bagi Mahasiswa
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Wiknjonsastro, H. 2009. Ilmu Kebidanan Edisi ke-4 Cetakan ke-2. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Wulandari, D. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Mitra Cendikia
Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidana Masa Nifas. Jogyakarta : Pustaka Rihana
Yanti. 2004. Etika Profesi dan Hukum Kebidanan. Jogjakarta : Pustaka Rihana
Yanti. 2009. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Bandung : Refika Aditama
Download