ANALISIS KARAKTERISTIK PERUSAHAAN, INDUSTRI, DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP RETURN DAN BETA SAHAM SYARIAH (Studi Empiris Pada Kelompok Saham JII di Bursa Efek Indonesia) Oleh : Miftahul Ulum NIM. 104081002508 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M i ANALISIS KARAKTERISTIK PERUSAHAAN, INDUSTRI, DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP RETURN DAN BETA SAHAM SYARIAH (Studi Empiris Pada Kelompok Saham JII di Bursa Efek Indonesia) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh : Miftahul Ulum NIM. 104081002508 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr. Ahmad Rodoni NIP. 150 317 955 Arif Mufraini Lc. NIP. 150 368 746 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M ii ANALISIS KARAKTERISTIK PERUSAHAAN, INDUSTRI, DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP RETURN DAN BETA SAHAM SYARIAH (Studi Empiris Pada Kelompok Saham JII di Bursa Efek Indonesia) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh : Miftahul Ulum NIM. 104081002508 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr. Ahmad Rodoni NIP. 150 317 955 Arif Mufraini Lc. NIP. 150 368 746 Penguji Ahli Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 131 474 891 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M iii Hari ini Selasa Tanggal Sepuluh Juni Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Miftahul Ulum NIM. 104081002508 dengan Judul Skripsi “ANALISIS KARAKTERISTIK PERUSAHAAN, INDUSTRI, DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP RETURN DAN BETA SAHAM SYARIAH (Studi Empiris Pada Kelompok Saham JII di Bursa Efek Indonesia)”. Memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 10 Juni 2008 Tim Penguji Ujian Komprehensif Prof. Dr. Ahmad Rodoni Ketua Indoyama Nasarudin, SE., MAB Sekretaris Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli iv Moto “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.” (QS. Al Baqarah: 286) “Bersungguh-sunggulah hari ini dan jangan gelisah atas apa yang akan terjadi besok.” “Tanamkan dalam setiap detik satu pujian, setiap menit satu gagasan, dan setiap jam satu pekerjaan.” “Sebuah sukses lahir bukan karena kebetulan atau keberuntungan semata. Sebuah sukses terwujud karena diikhtiarkan melalui perencanaan yang matang, keyakinan, kerja keras, keuletan dan niat baik.” v PERSEMBAHAN Tak terlukis syukur hamba, Ya Allah,,, Atas segala nikmat yang Engkau Anugerahkan Disepanjang hidup hamba ini Tercurah selalu shalawat dan salamku, Ya Nabiyallah,,, Nabi Muhammad Shalallahu ’Alaihi Wassalam Atas suri tauladanmu yang agung Kumohon syafaatmu di yaumil akhir nanti Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat Ku persembahkan sebuah karya kecil ini untuk Bapak dan Almarhumah Ibunda tercinta Terima kasih atas segala doa dan naungan kasih Yang selama ini tercurah tanpa mengharap balas Kakak dan adikku Yang selama ini memberikan semangat dan kasih sayang Hingga aku mampu menjalani semua ini Bidadariku yang masih tersirat namanya Yang akan menemani perjalanan hidupku kelak Yang akan membawa kedamaian bagai semilir angin Yang menyinari hidupku dengan cinta dan sayang karena Allah Bagai bintang yang bersinar di malam hari vi MIFTAHUL ULUM Telp./Hp. : 0856-8814331 Email : [email protected] Identitas Diri Alamat Jenis Kelamin TTL Agama : Jl. Kuningan No. 02 RT 004 RW 01 Cempaka Putih Ciputat - Tangerang 15412 : Laki-laki : Tangerang, 19 Desember 1986 : Islam Pendidikan Formal 2004 – 2008 UIN Jakarta Fakultas Ekonomi Konsentrasi Manajemen Keuangan 2001 – 2004 SMAN 47 Jakarta Selatan (Kelas III bidang studi IPA) Pendidikan Informal 2007 Komputer Akuntansi Berbasis PSAK 27 IKOPIN 2006 Dikmen Koperasi Mahasiswa UIN Jakarta 2006 Diksar Koperasi Mahasiswa UIN Jakarta 2002 – 2003 Komputer Akuntansi di SMAN 47 Jakarta Pengalaman Organisasi 2007 – 2008 Kepala Bidang Usaha Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007 – 2008 Divisi Litbang Komisariat Fakultas Ekonomi dan Saintek Himpunan Mahasiswa Islam 2006 – 2008 Ketua Ikatan Remaja Masjid Ar-Rahmah Rempoa 2004 – 2006 Karang Taruna IRESA, sebagai wakil ketua 2002 – 2003 Divisi Kaderisasi ROHIS SMAN 47 Jakarta Pengalaman Kerja September – Oktober 2007, Magang pada unit Commercial Research di PT. Garuda Indonesia September 2007 – sekarang, Pengajar Privat Personal Al-Quran dan Matematika SD & SLTP Juni – Agustus 2008, Magang/Kerja pada unit Sosial di PT Asuransi Kesehatan (Persero) vii ABSTRACT The purpose of this study are to know the effect of variables of firm’s characteristics, industry and macro economic on return and beta of syariah stock. The sample of the study are firms listed in Jakarta Islamic Index in 2003– 2007. Total sample is 40 firm sample. According to regression test showed that firm’s characteristics, industry, and macro economic variables have a significant effect to syariah stock return as a debt to equity ratio; while earning per share, firm classification, rupiah exchange value, and gross domestic bruto have a significant effect to syariah stock beta. The most dominant variable to syariah stock return is debt to equity ratio and the most dominant variable to syariah stock beta is gross domestic bruto. The adjusted R squared syariah stock return is 11,3 percent. It’s indicate that syariah stock return can be explained by firm’s characteristics, industry, and macro economic at 11,3 percent, and 88,7 percent is explained by another variables. The adjusted R squared syariah stock beta at 21,4 percent. It’s indicate that syariah stock beta can be explained by firm’s characteristics, industry, and macro economic at 21,4 percent, and 78,6 percent is explained by another variables. Keyword: firm characteristic, industry, macro economy, return and beta of syariah stock viii ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro terhadap return dan beta saham syariah. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaanperusahaan yang tergolong dalam Jakarta Islamic Index pada tahun 2003 – 2007. Total sampel adalah 40 perusahaan. Berdasarkan hasil uji regresi ditemukan bahwa variabel karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro yang berpengaruh secara signifikan terhadap return saham syariah yaitu debt to equity ratio, sedangkan yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap beta saham syariah adalah earning per share, jenis perusahaan, kurs rupiah terhadap dollar dan produk domestik bruto (PDB). Variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap return saham syariah adalah debt to equity ratio dan terhadap beta saham syariah adalah produk domestik bruto (PDB). Nilai adjusted R squared (R2) atau tingkat koefisien determinasi variabelvariabel karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro terhadap return saham syariah adalah sebesar 11,3%. Hal ini menunjukkan bahwa variabelvariabel karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro hanya dapat menjelaskan sebesar 11,3% pada return saham syariah, sedangkan 88,7% dijelaskan oleh variabel lain. Nilai adjusted R squared (R2) atau tingkat koefisien determinasi variabelvariabel karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro terhadap beta saham syariah adalah sebesar 21,4%. Hal ini menunjukkan bahwa variabelvariabel karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro hanya dapat menjelaskan sebesar 21,4% pada beta saham syariah, sedangkan 78,6% dijelaskan oleh variabel lain. Kata kunci: Karakteristik Perusahaan, Industri, Ekonomi Makro, Return dan Beta Saham Syariah. ix KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya serta kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “ANALISIS KARAKTERISTIK PERUSAHAAN, INDUSTRI, DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP RETURN DAN BETA SAHAM SYARIAH : Studi Empiris Pada Kelompok Saham JII di Bursa Efek Indonesia.” Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan insya Allah kepada kita umatnya – semoga kita mendapat syafaat beliau di hari kiamat nanti. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Jurusan Manajemen Peminatan Keuangan dan Pasar Modal Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini, antara lain: 1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial dan selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis dan selalu memotivasi penulis untuk selalu berjuang. 2. Bapak Arif Mufraini, Lc selaku pembimbing II terima kasih atas kesabaran dan ketulusannya memberikan bimbingan, saran-saran dan dorongan agar penulis dapat segera menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Drs. M. Faisal Badroen, MBA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. 4. Seluruh dosen yang telah mendidik dan mengajarkan pernulis serta memberikan ilmu yang bermanfaat selama masa perkuliahan. Karyawan dan segenap civitas akademika Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Orang Tua-ku tercinta atas doa yang tak pernah henti dan motivasi dalam setiap aktivitas lewat dukungan moril maupun materil agar penulis menjadi pribadi yang lebih baik. x 6. Keluarga Besarku atas segala bentuk bantuan dan partisipasinya. Semoga yang telah menikah menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah dan mendapatkan keturunan yang sholeh washolehah. Bagi yang belum menikah, semoga mendapatkan jodoh yang baik yaa!! Amiiin. 7. Keluarga Besar KOPMA UIN Syahid Jakarta, khususnya rekan-rekan angkatan 2005 – 2008, semangat yaaa!!! Semoga ilmu yang kita dapat di organisasi ini bermanfaat bagi kehidupan kita di masa mendatang. 8. Keluarga Besar Ikatan Remaja Masjid Ar-Rahmah, khususnya teman seperjuangan angkatan 2006 – 2008. Semoga kita dapat selalu memakmurkan ”rumah Allah” yaitu Masjid yang kita cintai. Insya Allah perjuangan kita selalu memperoleh ridho dan rahmat-Nya. Amiin........ 9. Sahabatku: Apri, Hendro, Lia, Cece, dan Titi. Semoga persahabatan ini tidak mengenal kata akhir hingga malaikat maut menjemput kita. 10. Rekan-rekan Manajemen C dan Keuangan B, khususnya Sugih, Vivi, Arif Robi, Iik, Oka, Santi, Rahman, Dodo, Dede dan rekan-rekan semua yang tidak dapat disebutkan satu persatu di sini. Atas segala bentuk motivasi dan doanya yang tiada kenal jemu. Semoga tali silaturahim yang telah terjalin kian erat dan takkan pernah terputus. 11. Semua pihak yang telah terlibat dan tidak terukir namanya dalam karya kecil ini, semoga tidak mengurangi rasa hormat penulis kepada kalian semua. Dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada pada diri ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini dengan sebaikbaiknya. Atas segala kerendahan hati penulis menerima saran dan kritik yang dapat menjadikan skripsi ini lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Semoga Allah SWT melimpahkan berkah dan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin. Jakarta, Oktober 2008 Miftahul Ulum xi DAFTAR ISI Halaman Pengesahan .............................................................................. ii Halaman Motto ....................................................................................... v Halaman Persembahan............................................................................ vi Daftar Riwayat Hidup ............................................................................. vii Abstract .................................................................................................. viii Abstrak ................................................................................................... ix Kata Pengantar........................................................................................ x Daftar Isi................................................................................................. xii Daftar Tabel............................................................................................ xiv Daftar Gambar ........................................................................................ xv Daftar Lampiran...................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 B. Perumusan Masalah............................................................... 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Investasi ................................................................................ 10 B. Risiko Dalam Investasi .......................................................... 17 C. Investasi Dalam Perspektif Syariah........................................ 22 D. Risiko Dalam Perspektif Syariah ........................................... 26 E. Pasar Modal Syariah.............................................................. 28 1. Pengertian........................................................................ 28 2. Instrumen Pasar Modal Syariah........................................ 30 3. Saham Syariah ................................................................. 31 F. Analisis Perusahaan............................................................... 32 G. Analisis Industri .................................................................... 34 H. Ekonomi Makro..................................................................... 37 1. Inflasi .............................................................................. 37 2. Kurs Rupiah Terhadap Dollar.......................................... 40 xii 3. Produk Domestik Bruto ................................................... 42 I. Penelitian Terdahulu.............................................................. 44 J. Kerangka Pemikiran .............................................................. 47 K. Hipotesis ............................................................................... 49 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian...................................................... 50 B. Metode Penentuan Sampel..................................................... 50 C. Metode Pengumpulan Data.................................................... 51 D. Metode Analisis..................................................................... 52 1. Model Analisis................................................................. 52 2. Uji Asumsi Klasik............................................................ 53 3. Regresi ............................................................................ 54 4. Pengujian Hipotesis ......................................................... 56 E. Operasional Variabel ............................................................. 58 1. Dependen Variabel .......................................................... 58 2. Independen Variabel ........................................................ 59 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian........................................ 61 1. Sejarah Bursa Efek Indonesia........................................... 61 2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia ................................. 68 B. Hasil dan Pembahasan ........................................................... 69 1. Pengujian Asumsi Klasik ................................................. 69 2. Hasil Penelitian................................................................ 82 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ........................................................................... 99 B. Implikasi ............................................................................... 100 Daftar Pustaka ........................................................................................ 102 Lampiran ................................................................................................ 105 xiii DAFTAR TABEL Nomor Keterangan Halaman 4.1 Hasil Uji Multikolinieritas (Return Saham) ...................... 72 4.2 Hasil Autokorelasi (Return Saham).................................. 73 4.3 Hasil Uji Multikolinieritas (Beta Saham) ......................... 78 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Pada Saat Masih Ada Outlier (Beta Saham) ....................................................... 4.5 79 Hasil Uji Autokorelasi Setelah Tidak Ada Outlier (Beta Saham) ................................................................... 80 4.6 Hasil Analisis Deskriptif .................................................. 83 4.7 Hasil Uji Frequency Jenis dan Ukuran Industri ................ 85 4.8 Hasil Uji Regresi Linier Berganda (Return Saham) .......... 87 4.9 Hasil Uji Regresi Linier Berganda (Beta Saham) ............. 87 4.10 Hasil Pengujian Regresi Parsial........................................ 94 4.11 Hasil Pengujian Regresi Simultan .................................... 96 xiv DAFTAR GAMBAR Nomor Keterangan Halaman 2.1 Kerangka Pemikiran ....................................................... 4.1 Hasil Uji Normalitas Pada Saat Masih Ada Outlier (Return Saham)................................................................ 4.2 71 Hasil Uji Heteroskedastisitas Pada Saat Masih Ada Outlier (Return Saham).................................................... 4.4 70 Hasil Uji Normalitas Setelah Tidak Ada Outlier (Return Saham)................................................................ 4.3 48 74 Hasil Uji Heteroskedastisitas Setelah Tidak Ada Outlier (Returm Saham) ................................................... 75 4.5 Hasil Uji Normalitas (Beta Saham) .................................. 77 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Pada Saat Masih Ada Ouutlier (Beta Saham) ..................................................... 4.7 81 Hasil Uji Heteroskedastisitas Setelah Tidak Ada Outlier (Beta Saham) ....................................................... xv 82 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Keterangan Halaman 1 Hasil Pengujian Regresi ................................................... 105 2 Data Return Saham JII ..................................................... 110 3 Data Beta Saham JII ........................................................ 112 4 Data Nilai Earning Per Share .......................................... 114 5 Data Nilai Debt To Equity Ratio ...................................... 116 6 Data Nilai Return On Equity ............................................ 118 7 Data Jenis Perusahaan JII................................................. 120 8 Data Ukuran Perusahaan JII ............................................. 122 9 Data Inflasi ...................................................................... 124 10 Data Kurs Rupiah Terhadao Dollar.................................. 126 11 Data Produk Domestik Bruto ........................................... 128 xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah suatu dien yang menyeluruh dan universal. Menyeluruh artinya syariah Islam telah merangkum seluruh aspek kehidupan manusia, baik masalah ritual (ibadah) dan sosial (muamalah). Manusia memerlukan ibadah untuk menjaga hubungannya dengan sang Khalik, menjaga kondisi ruhaniahnya agar selalu ingat mengenai tugas sebagai khalifah fil ardh. Sementara itu, Islam juga tidak melupakan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan bermasyarakat dalam kehidupannya. Sementara makna universal, artinya Islam merupakan dien yang akan selalu dapat diterapkan untuk segala waktu dan di semua tempat sampai hari akhir nanti. Karena itu, Islam seharusnya dijadikan sebagai suatu way of life yang membimbing manusia agar dapat selamat di dunia dan akhirat. Universalitas Islam tampak jelas dalam bidang muamalah. Dalam hal ini, Islam menganut kaidah fiqih yang menyatakan bahwa “hukum asal sesuatu adalah diperbolehkan, kecuali ada dalil yang melarangnya”. Di bidang muamalah, syariah hanya memberikan petunjuk dan prinsip yang sifatnya umum dan mendasar. Hal-hal yang rinci, lebih detail, dan bersifat teknis, tidak diatur melainkan diserahkan kepada manusia melalui praktek ijtihad. Rasulullah telah bersabda, “Antum a’lamu bi umuuri dunyakum” kalian lebih xvii mengetahui urusan dunia kalian. Sehingga maumalah merupakan hal yang fleksibel, berkembang sesuai dengan perubahan waktu dan perbedaan tempat. Salah satu hal yang sangat penting dalam perekonomian adalah bagaimana cara mekanisme aliran dana, agar dana di masyarakat dapat berputar dan tidak hanya terkonsentrasi pada sekelompok orang saja sehingga dapat menyentuh sektor-sektor ekonomi yamg produktif. Untuk itu, diperlukan sebuah lembaga yang dapat menjadi perantara antara financial surplus dengan financial deficit. Salah satu institusi yang dapat menjalankan fungsi ini adalah pasar modal. Yang dimaksud dengan financial surplus adalah pihak yang memiliki kelebihan dana yang dapat diinvestasikan guna memperoleh keuntungan. Sementara yang dimaksud dengan financial deficit adalah pihak yang membutuhkan tambahan modal untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Sehingga dalam suatu perekonomian modern, keberadaan pasar modal adalah mutlak diperlukan. Oleh karena itu, sejalan dengan semakin majunya dan berkembangnya ekonomi syariah, maka pengembangan pasar modal syariah perlu mendapat perhatian yang lebih besar. Perkembangan pasar modal syariah menunjukkan kemajuan seiring dengan meningkatnya indeks yang ditunjukkan dalam Jakarta Islamic Index. (JII). Peningkatan indeks pada JII walaupun nilainya tidak sebesar pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetapi kenaikan secara prosentase indeks pada JII lebih besar dari IHSG. Hal ini dikarenakan adanya konsep halal, berkah dan bertambah pada pasar modal syariah yang memperdagangkan saham xviii syariah. Pasar modal syariah menggunakan prinsip, prosedur, asumsi, instrumentasi, dan aplikasi bersumber dari nilai epistemologi Islam. Perdagangan beberapa jenis sekuritas, baik pada pasar modal konvensional maupun pasar modal syariah mempunyai tingkat return dan risiko yang berbeda. Saham merupakan salah satu sekuritas diantara sekuritassekuritas lainnya yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi. Risiko tinggi tercermin dari ketidakpastian return yang akan diterima oleh investor di masa datang. Hal ini sejalan dengan definisi investasi menurut Sharpe (1995) bahwa investasi merupakan komitmen dana dengan jumlah yang pasti untuk mendapatkan return yang tidak pasti di masa depan. Dengan demikian, ada dua aspek yang melekat dalam suatu investasi, yaitu return yang diharapkan dan risiko tidak tercapainya return yang diharapkan. Return dan risiko secara teoritis pada berbagai sekuritas mempunyai hubungan yang positif. Semakin besar return yang diharapkan diterima, maka semakin besar risiko yang akan diperoleh, begitu pula sebaliknya. Return dan risiko yang tinggi pada saham berhubungan dengan kondisi karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro. Return dari sekuritas merupakan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor dalam bentuk kenaikan atau penurunan nilai saham dan dividen. Risiko dari sekuritas berupa risiko spesifik dan risiko sistematik. Risiko spesifik dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio yang baik. Risiko sistematik tidak dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio yang baik, dikarenakan risiko tersebut terjadi di luar perusahaan. Risiko sistematik juga xix disebut dengan beta karena beta merupakan pengukur dari risiko sistematik. Untuk mengukur risiko digunakan koefisien beta. Beta suatu sekuritas merupakan hal yang penting untuk menganalisis sekuritas atau portofolio. Beta suatu sekuritas menunjukkan kepekaan tingkat keuntungan suatu sekuritas terhadap perubahan-perubahan pasar. Penelitian-penelitian dengan obyek pasar modal syariah atau pasar modal yang berpegang pada konsep syariah di Indonesia tidak banyak dilakukan. Begitu pula, penelitian-penelitian yang menggunakan variabelvariabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro juga jarang dilakukan oleh beberapa peneliti dengan obyek pasar modal syariah. Penelitian dengan obyek pasar modal syariah dilakukan oleh Aruzzi dan Bandi (2003) dalam Hamzah (2005). Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana variabel tingkat suku bunga, rasio profitabilitas dan beta akuntansi dapat mempengaruhi risiko sistematik atau beta saham syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) secara bersama-sama ataupun secara parsial pada periode pengamatan yang diambil dalam penelitian tersebut. Adapun obyek yang diteliti adalah saham perusahaan yang termasuk ke dalam JII dalam periode Januari 2001 – Desember 2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama maupun parsial variabel-variabel tingkat suku bunga, rasio profitabilitas dan beta akuntansi tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah. Koefisien determinasi adalah sebesar 7,1% ini berarti variabelvariabel tingkat suku bunga, rasio profitabilitas dan beta akuntansi hanya xx dapat menjelaskan beta saham syariah sebesar 7,1%, sedangkan 92,9% dijelaskan oleh variabel-variabel lain. Huda (2004) dalam Huda dan Nasution (2007:70), dalam penelitiannya mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi beta saham pada kelompok JII dan LQ-45, hasil penelitian antara lain menyatakan bahwa ratarata beta saham kelompok JII berada pada nilai di bawah satu yang berarti mempunyai risiko di bawah risiko pasar, sebaliknya terjadi pada saham kelompok LQ-45. Hamzah (2005) melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel makro ekonomi, industri dan karakteristik perusahaan terhadap beta saham syariah. Obyek yang diteliti adalah saham perusahaan yang termasuk dalam JII periode Januari 2001 sampai Desember 2004 dengan jumlah sampel adalah sebanyak 120 perusahaan. Hasil pengujian dengan F-test menunjukkan bahwa variabel-variabel makro ekonomi, industri dan karakteristik perusahaan mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah. Nilai koefisien determinasi sebesar 51,8%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut dalam menjelaskan perubahan beta saham syariah mempunyai hubungan dan pengaruh yang kuat. Hasil pengujian dengan t-test menunjukkan pada variabel-variabel makro ekonomi seperti kurs rupiah terhadap dollar dan Produk Domestik Bruto mempunyai pengaruh signifikan pada level 5% terhadap beta saham syariah, sedangkan pada variabel-variabel industri tidak mempunyai pengaruh signfikan terhadap beta saham syariah dan pada variabel-variabel karakteristik perusahaan hanya xxi leverage dan profitabilitas yang mempunyai pengaruh signifikan pada level 10% terhadap beta saham syariah. Sedangkan Auliyah dan Hamzah (2006) meneliti kembali penelitian yang dilakukan oleh Hamzah (2005) dengan menambah variabel terikatnya yaitu return saham. Selain itu, periode yang digunakan adalah Januari 2001 sampai Desember 2005 dengan jumlah sampel sebanyak 150 perusahaan. Pengujian regresi secara linier berganda pada return saham syariah menghasilkan F hitung sebesar 1,589 dengan tingkat signifikansi 11,6% dan pada beta saham syariah menghasilkan F hitung sebesar 6,229 dengan tingkat signifikansi 0%. Hal ini berarti variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro tidak berpengaruh secara signifikan pada tingkat 5% terhadap return saham syariah tetapi berpengaruh secara signifikan pada tingkat 5% terhadap beta saham syariah. Pengujian regresi secara parsial dengan t test menunjukkan bahwa tidak ada satu pun variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro berpengaruh secara signifikan pada return saham syariah, sedangkan variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro terhadap beta saham yang mempunyai pengaruh signifikan pada tingkat 5% adalah cyclicality, kurs rupiah terhadap dollar dan Produk Domestik Bruto (PDB). Penelitian dengan obyek pasar modal syariah mengenai return dan beta yang dipengaruhi oleh variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro merupakan hal yang menarik untuk dilakukan karena sifat dari return dan risiko ini yang akan selalu melekat pada setiap investasi xxii terutama investasi dalam setiap saham, baik saham biasa maupun saham yang sesuai dengan kaidah syariah. Penelitian-penelitian sebelumnya hanya melihat pengaruh variabel-variabel makro dan karakteristik perusahaan pada return atau beta saham biasa serta obyeknya pada pasar modal secara umum seperti yang dilakukan oleh Beaver, Kettler dan Scholes (1970), Rober G (1979), Chung (1989), Elger (1980), Gudono dan Nurhayati (2001), Hamada (1972), Husnan (1994), Kapoor (1997), Lantara (2004), Mahadwartha (2001), Miswanto dan Husnan (1999), Natarsyah (2000), Setiawan (2004), Suciwati dan Mas’ud (2002), Supriyadi (2001), Sufiyati dan Na’im (1998) serta Tandelilin (1997). Oleh karena itu, penulis mengidentifikasi beberapa masalah berdasarkan hal tersebut di atas, yaitu terdapat perbedaan karakteristik saham perusahaan yang tergolong ke dalam Jakarta Islamic Indeks dengan saham perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia; return dan risk atau beta saham syariah dipengaruhi oleh beberapa variabel diantaranya karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro; mengidentifikasi variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro yang paling dominan dalam mempengaruhi tingkat return dan beta saham syariah di Bursa Efek Indonesia. Dalam penulisan ini, batasan-batasan yang perlu diambil agar pembahasan penelitian ini lebih terfokus yaitu hanya menganalisis variabelvariabel karakteristik saham perusahaan yang tergolong ke dalam Jakarta Islamic Indeks selama periode penelitian, menganalisis pengaruh variabelvariabel karakteristik perusahaan berdasarkan earning per share, debt to xxiii equity ratio, dan return on equity; industri berdasarkan jenis industri dan ukuran industri; ekonomi makro berdasarkan tingkat inflasi, kurs rupiah terhadap dollar dan Produk Domestik Bruto terhadap Return dan Beta Saham Syariah, dan menghitung tingkat pengaruh variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro tersebut dengan menggunakan metode regresi linier berganda terhadap return dan beta saham syariah yang listing di Jakarta Islamic Index. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti variabelvariabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro dengan menggunakan return dan beta saham syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Oleh karena itu, penelitian ini mengenai “ANALISIS KARAKTERISTIK PERUSAHAAN, INDUSTRI, DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP RETURN DAN BETA SAHAM SYARIAH”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang seperti yang telah dijelaskan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah variabel-variabel karakteristik perusahaan industri dan makro ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap return saham syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Apakah variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan makro ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. xxiv C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memberikan bukti empiris apakah variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan makro ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap return saham syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2. Memberikan bukti empiris apakah variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan makro ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk berbagai kepentingan, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Bagi Akademisi, dapat digunakan sebagai bahan masukan ilmu pengetahuan dalam bidang keuangan dan sebagai tambahan informasi mengenai variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri, dan makro ekonomi yang digunakan dalam mempengaruhi return dan beta saham syariah. 2. Memberikan informasi bagi pihak internal dan eksternal perusahaan mengenai variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri, dan makro ekonomi yang sangat dominan dalam mempengaruhi return dan beta saham syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Bagi penulis, untuk menerapkan ilmu yang telah peneliti dapatkan selama menempuh perkuliahan serta untuk menambah wawasan peneliti mengenai variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri, dan makro xxv ekonomi yang mempengaruhi terhadap return dan beta saham syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. xxvi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Investasi Dalam manajemen keuangan terdapat tiga keputusan, yaitu (1) keputusan investasi, (2) keputusan pembiayaan, dan (3) keputusan dividen. Dari ketiga keputusan tersebut, keputusan investasi dianggap paling penting. Seseorang akan mengalokasikan dananya untuk investasi dengan harapan akan menerima keuntungan di masa yang akan datang (Kewon, 2004). Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Tandelin, 2001 dalam Suharli, 2004). Dalam kamus istilah pasar modal dan keuangan kata investasi diartikan sebagai penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan (Arifin, 1999 dalam Huda dan Nasution, 2007:70). Dan dalam Kamus Lengkap Ekonomi, investasi didefiniskan sebagai penukaran uang dengan bentuk-bentuk kekayaan lain seperti saham atau harta tidak bergerak yang diharapkan dapat ditahan selama periode waktu tertentu supaya menghasilkan pendapatan (Wirasasmita, 1999 dalam Huda dan Nasution, 2007:70). Istilah investasi bisa berkaitan dengan berbagai macam aktivitas yaitu dapat menginvestasikan sejumlah dana pada aset riil seperti tanah, emas, mesin atau bangunan ataupun investasi pada aset finansial seperti deposito, saham maupun obligasi. Aset finansial adalah klaim berbentuk surat berharga 10 xxvii atas sejumlah asset-aset pihak penerbit serat berharga tersebut. Aset finansial atau disebut dengan sekuritas yang mudah diperdagangkan (marketable securities) adalah aset-aset finansial yang bisa diperdagangkan dengan mudah dan dengan biaya transaksi yang murah pada pasar yang terorganisir (Husnan, 2001). Menurut Tandelilin (2001) dalam Suharli (2004) tujuan seseorang berinventasi adalah : (1) Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang. Seseorang yang bijaksana akan berfikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang, (2) Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau objek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi, dan (3) Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu. Pada dasarnya tujuan orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah uang, selain itu tujuan investasi yang lebih luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam hal ini xxviii adalah kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai pendapatan masa datang. Untuk mencapai tujuan tersebut, investasi membutuhkan suatu proses dalam pengambilan keputusan, sehingga keputusan tersebut sudah mempertimbangkan ekspektasi return yang didapatkan dan juga risiko yang akan dihadapi. Menurut Sharpe (1995) dalam Husnan (2001), pada dasarnya ada beberapa tahapan dalam pengambilan keputusan investasi antara lain: 1. Menentukan kebijakan investasi Pada tahapan ini, kemampuan/kekayaannya investor yang menentukan dapat tujuan diinvestasikan. investasi dan Dikarenakan ada hubungan positif anatara risiko dan return, maka hal yang tepat bagi para investor untuk menyatakan tujuan investasinya tidak hanya untuk memperoleh banyak keuntungan saja, tetapi juga memahami bahwa ada kemungkinan risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian. Jadi, tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko. 2. Analisis sekuritas Pada tahapan ini berarti melakukan analisis sekuritas yang meliputi penilaian terhadap sekuritas secara individu atau beberapa kelompok sekuritas. Salah satu tujuan melakukan penilaian tersebut adalah untuk mengidentifikasi sekuritas yang salah harga (mispriced). Adapun pendapat lainnya mereka yang berpendapat bahwa harga sekuritas adalah wajar karena mereka berasumsi bahwa pasar modal efisien (Husnan, 2001). Dengan demikian, pemilihan xxix sekuritas bukan didasarkan atas kesalahan harga tetapi didasarkan atas preferensi risiko para investor, pola kebutuhan kas, dan sebagainya. 3. Pembentukan portofolio Pada tahapan ketiga ini adalah membentuk portofolio yang melibatkan identifikasi asset khusus mana yang akan diinvestasikan dan juga menentukan seberapa besar investasi pada tiap asset tersebut. Di sini masalah selektivitas, penentuan waktu, dan diversifikasi perlu menjadi perhatian investor. Dalam investasi, investor sering melakukan diversifikasi dengan mengombinasikan berbagai sekuritas dalam investasi mereka dengan kata lain investor membentuk portofolio. Selektivitas juga disebut sebagai microforecasting yang memfokuskan pada ramalan pergerakan harga setiap sekuritas. Penentuan waktu disebut juga sebagai microforecasting yang memfokuskan pada peramalan pergerakan harga saham biasa relative terhadap sekuritas pendapatan tetap, misal obligasi perusahaan. Sedangkan diversifikasi meliputi konstruksi portofolio sedemikian rupa sehingga meminimalkan risiko dengan memerhatikan batasan tertentu. 4. Melakukan revisi portofolio Pada tahapan ini, berkenan dengan pengulangan secara periodik dari tiga langkah sebelumnya. Sejalan dengan waktu, investor mungkin mengubah tujuan investasinya yaitu membentuk portofolio baru yang lebih optimal. Motivasi lainnya disesuaikan dengan preferensi investor tentang risiko dan return itu sendiri. xxx 5. Evaluasi kinerja portofolio Pada tahapan terakhir ini, investor melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio secara periodik dalam arti tidak hanya return yang diperhatikan tetapi juga risiko yang dihadapi. Jadi, diperlukan ukuran yang tepat tentang return dan risiko juga standar yang relevan. Karena investasi itu mempunyai risiko, maka ini berarti bahwa investasi tidak akan memberikan keuntungan yang pasti. Dengan kata lain tingkat keuntungan yang diperoleh bersifat tidak pasti. Pada keadaan seperti ini investor hanya akan mengharapkan untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu. Menurut Komariah (2005), sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama yaitu yield dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Jika kita berinvestasi pada sebuah obligasi misalnya, maka besarnya yield ditunjukan oleh besarnya cupon yang diberikan. Demikian pula halnya jika kita membeli saham, yield ditunjukan oleh besarnya dividen yang kita peroleh. Sedangkan capital gain (loss) sebagai komponen kedua dari return merupakan kenaikan atau penurunan harga suatu surat berharga yang dapat memberikan keuntungan atau kerugian kepada investor. Dari kedua sumber return di atas, maka kita dapat menghitung return total suatu investasi dengan menjumlahkan yield dan capital gain yang diperoleh dari suatu investasi. Yield hanya akan berupa angka 0 (nol) dan + xxxi (positif), sedangkan untuk capital gain (loss) dapat berupa angka minus (-), nol (0), dan positif (+). Secara matematis return investasi dapat dituliskan sebagai berikut (Tandelilin, 2001 dalam Komariah, 2005): Return total : Yield + Capital Gain (loss) Mengetahui secara pasti berapa return yang akan diperokeh dari suatu investasi massa yang akan dating adalah hal yang mustahil. Return investasi hanya dapat diperkirakan melalui pengestimasian yang hasilnya sangat mungkin berlainan dengan yang aktual terjadi. Maka dalam hal ini disamping mengestimasi return yang diharapkan, kita juga perlu menghitung berapa besarnya risiko yang terkait dengan investasi pada sekuritas bersangkutan. Untuk mengestimasi return sekuritas sebagai asset tunggal investor harus memperkirakan kemungkinan terwujudnya tingkat return tertentu atau lebih dikenal dengan sebutan probabilitas. Menghitung return yang diharapkan E(R) dapat dinyatakan secara umum dengan rumus sebagai berikut (Tandelilin, 2001 dalam Komariah, 2005): n E(R) = Σ Ri pri i=1 dimana: E(R) : return yang diharapkan dari suatu sekuritas Ri : return ke-i yang mngkin terjadi pri : probabilitas kejadian return ke-i n : banyaknya return yang mungkin terjadi xxxii Tingkat return saham dari data historis dapat diukur dari prosentase perubahan harga saham. Menurut Husnan (2001), mengukur tingkat return dari saham dapat dilakukan dengan dua cara yaitu yang pertama dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: Ri = (P – P ) / P t t-1 t-1 dimana: Ri : return sekuritas ke-i P : harga saham pada t-1 P t-1 t : harga saham pada t Tetapi untuk maksud agar dalam analisis statistic perhitungan return tersebut tidak bias karena pengaruh oleh magnitude pembaginya, perhitungan return dilakukan dengan menggunakan perhitungan kedua yaitu sebagai berikut : Ri= L (P /P ) n t t-1 dimana: Ri : return sekuritas ke-i P : harga saham pada t-1 P t-1 t : harga saham pada t Selain return saham terdapat juga return pasar (Rm) yang dapat dihitung dengan rumus: (Jogiyanto, 2003 dalam Suharli, 2005) Rm = IHSGt – IHSGt-1 / IHSGt-1 dimana: xxxiii Rm : Return pasar IHSGt : Indeks harga saham gabungan pada periode t IHSGt-1 : Indeks harga saham gabungan pada periode t-1 Keuntungan yang diharapkan dari portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat keuntungan yang diharapkan dari masing-masing aset individual yang membentuk portofolio tersebut. Presentasi nilai portofolio yang diinvestasikan dalam setiap asset-aset individual dalam portofolio disebut sebagai bobot portofolio. Jika seluruh bobot portofolio dijumlahkan, akan berjumlah total 100% atau 1,0 artinya seluruh dana telah diinvestasikan dalam portofolio. Rumus untuk menghitung return yang diharapkan dari portofolio adalah sebagai berikut (Tandelilin, 2001 dalam Komariah, 2005): n E(Rp) = Σ Wi E(Ri) i=1 dimana: E(Rp) : return yang diharapkan dari portofolio Wi : bobot portofolio sekuritas ke-i E(Ri) : return yang diharapkan dari sekuritas ke-i n : jumlah sekuritas-sekuritas yang ada dalam portofolio B. Risiko Dalam Investasi Setiap keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu risiko dan return. Risiko mempunyai hubungan positif dan linier dengan return yang diharapkan dari suatu investasi, sehingga semakin besar return yang xxxiv diharapkan semakin besar pula risiko yang harus ditanggung oleh seorang investor. Dalam melakukan keputusan investasi, khususnya pada sekuritas saham, return yang diperoleh berasal dari dua sumber, yaitu dividend dan capital gain, sedangkan risiko investasi saham tercermin pada variabilitas pendapatan (return saham) yang diperoleh. Jorion (2000) dalam Komariah (2005), menyatakan risiko sebagai volatility dari suatu hasil yang tidak diekspektasi, secara general nilai dari asset atau kewajiban dari bunga. Gup (1998) dalam Komariah (2005), mengemukakan bahwa risiko adalah penyimpangan dari return yang diharapkan (expected return), sedangkan menurut Jones (1996) risiko adalah kemungkinan pendapatan yang diterima (actual return) dalam suatu investasi akan berbeda dengan pendapatan yang diharapkan (expected return). Brigham dan Gapenski (1999) dalam Komariah (2005), berpendapat bahwa risiko merupakan kemungkinan keuntungan yang diterima lebih kecil dari keuntungan yang diharapkan. Dalam teori portofolio, risiko dinyatakan sebagai kemungkinan keuntungan menyimpang dari yang diharapkan. Karenanya risiko mempunyai dua dimensi, yaitu menyimpang lebih besar atau lebih kecil dari return yang diharapkan. Dari sini muncul konsep ukuran penyebaran yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh kemungkinan nilai yang akan kita peroleh menyimpang dari nilai yang diharapkan. Ukuran ini dinyatakan dalam standar deviasi atau variance (bentuk kuadrat dari standar deviasi) yang merupakan ukuran untuk risiko total. xxxv Menurut Tandelilin (2001) dalam Huda dan Nasution (2007), dalam analisis tradisional, risiko total dari berbagai asset keuangan bersumber dari: a. Interest rate risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return akibat perubahan tingkat suku bunga. Perubahan tingkat suku bunga ini berpengaruh negatif terhadap harga sekuritas. b. Market risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return karena fluktuasi dalam keseluruhan pasar sehingga berpengaruh terhadap semua sekuritas. c. Inflation risk. Suatu factor yang mempengaruhi semua sekuritas adalah purchasing power risk. Jika suku bungan naik, maka inflasi juga meningkat, karena lenders membutuhkan tambahan premium inflasi untuk mengganti kerugian purchasing power. d. Business risk. Risiko yang ada karena melakukan bisnis pada industri tertentu. e. Financial risk. Risiko yang timbul karena penggunaan leverage financial oleh perusahaan. f. Liquidity risk. Risiko yang berhubungan dengan pasar sekunder tertentu di mana sekuritas diperdagangkan. Suatu investasi jika dapat dibeli dan dijual dengan cepat tanpa perubahan harga yang signifikan, maka investasi tersebut dikatakan liquid, demikian sebaliknya. g. Exchange rate risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return sekuritas karena fluktuasi kurs currency. h. Country risk. Risiko ini menyangkut politik suatu Negara sehingga mengarah kepada political risk. xxxvi Berbeda dengan analisis tradisional, analisis investasi modern membagi risiko total menjadi dua bagian, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis (Husnan, 2001). Risiko tidak sistematis adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor unik pada suatu sekuritas, dan dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi. Sedangkan risiko sistematis adalah risiko yang disebabkan oleh factor-faktor makro yang mempengaruhi semua sekuritas sehingga tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Karena sebagian risiko dapat dihilangkan dengan diversifikasi, yaitu risiko tidak sistematis (unique risk), maka ukuran risiko dari suatu portofolio bukan lagi standar deviasi (risiko total), tetapi hanya risiko sistematis saja, yaitu risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Risiko tidak sistematis adalah risiko yang timbul karena factor-faktor mikro yang ada pada perusahaan industri tertentu, sehingga pengaruhnya hanya terbatas pada perusahaan atau industri tertentu. Faktor-faktor tersebut antara lain: struktur modal, struktur aktiva, tingkat likuiditas, ukuran perusahaan, serta kondisi dan lingkungan kerja. Sedangkan risiko sistematis, yang tercermin dalam beta saham, merupakan risiko yang mempengaruhi semua perusahaan, karena disebabkan oleh factor-faktor yang bersifat makro, seperti kondisi perekonomian, perubahan tingkat suku bunga, inflasi, kebijakan pajak dan lain-lain. Faktor-faktor ini menyebabkan adanya kecenderungan semua saham untuk bergerak bersama, sehingga selalu ada dalam setiap tahun. Pada umumnya seorang investor adalah risk averse. Oleh karena itu, mereka lebih memilih melakukan diversifikasi dalam portofolio investasinya xxxvii guna mengurangi sebagian risiko yang harus ditanggungnya. Karena risiko tidak sistematis dapat dihilangkan dengan diversifikasi, maka risiko sistematis (beta) menjadi relevan bagi investor. Pengukuran Beta menggunakan persamaan dari market model dengan persamaan: Ri = αi + βiRm + et, dimana: Ri : return sekuritas ke-i αi : Nilai ekspektasi dari return sekuritas yang independen terhadap return pasar βi : Beta yang merupakan koefisien yang perubahan R akibat dari perubahan R i m mengukur (sensitifitas perubahan return harian saham terhadap return pasar) Rm : Tingkat return dari indeks pasar (return yang merupakan prosentase perubahan IHSG) et : Random error Pengukuran Beta juga dapat menggunakan rumus: ß = Cov (ri, rm) atau ß = ∑∑ ((ri - ri)x(rm - rm)) / (n-1) ∑ ( (rm - rm)2) / (n-1) Var (rm) Pemilihan market model karena secara teoritis model ini memiliki potensi untuk menghasilkan tes statistik yang lebih kuat dibandingkan model statistik yang lebih sederhana (mean adjusted atau market adjusted return). Varians dari return akan berkurang dengan menghilangkan bagian dari return xxxviii saham yang terkait dengan variasi return pasar, sehingga kemampuan model untuk mendeteksi pengaruh event akan semakin baik. Kelebihan market model 2 bergantung pada koefisien determinasi (R ) dari regresinya. Semakin tinggi koefisien determinasinya, pengurangan nilai varians dari return akan semakin besar dan sebaliknya (Kurniawan: 2000 dalam Daniati dan Suhairi: 2006). C. Investasi Dalam Perspektif Syariah Islam sebagai din yang komprehensif (syumul) dalam ajaran dan norma mengatur seluruh aktivitas manusia di segala bidang. Investasi sebagai salah satu bagian dari aktivitas perekonomian tidak dapat mengabaikan aspek postulat, konsep, serta diskursus yang menjadi background dalam pembentukan sebuah pengetahuan yang memiliki multidimensi yang mendasar dan mendalam. Islam sangat menjunjung tinggi pengetahuan yang memiliki gradasi (tadrij), dari tahapan diskursus (‘ilmu al yaqin), implementasi (‘ain al yaqin), serta hakikat akan sebuah ilmu (haqq al yaqin) (Huda dan Nasution, 2007:17). Investasi merupakan salah satu ajaran dari konsep Islam yang memenuhi proses tadrij. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa konsep investasi selain sebagai pengetahuan juga bernuansa spiritual karena menggunakan norma syariah, sekaligus merupakan hakikat dari sebuah ilmu dan amal. Oleh karenanya investasi sangat dianjurkan bagi setiap muslim. Hal tersebut dijelaskan dalam firman Allah yang artinya: xxxix “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (al Hasyr : 18). Arti “hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)” ditafsirkan dengan: “hitung dan instropeksilah diri kalian sebelum diinstropeksi dan lihatlah apa yang telah kalian simpan (invest) untuk diri kalian dari amal saleh (after here investment) sebagai bekal kalian menuju hari perhitungan amal pada hari kiamat untuk keselamatan diri di depan Allah” (Katsir, 2000 dalam Huda dan Nasution, 2007:18). Demikian Allah memerintahkan kepada seluruh hamba-Nya yang beriman untuk melakukan investasi akhirat dengan melakukan amal saleh sejak dini sebagai bekal untuk menghadapi hari perhitungan. Beberapa prinsip dasar transaksi menurut syariah Islam dalam investasi keuangan yang ditawarkan menurut Pontjowinoto (2003) dalam Huda dan Nasution (2007:23) sebagai berikut: • Transaksi dilakukan atas harta yang memberikan nilai manfaat dan menghindari setiap transaksi yang zalim. Setiap transaksi yang memberikan manfaat akan dilakukan bagi hasil. • Uang sebagai alat penukaran bukan komoditas perdagangan di mana fungsinya adalah sebagai alat pertukaran nilai yang menggambarkan daya beli suatu barang atau harta. Sedangkan manfaat atau keuntungan yang xl ditimbulkannya berdasarkan atas pemakaian barang atau harta yang dibeli dengan uang tersebut. • Setiap transaksi harus transparan, tidak menimbulkan kerugian atau unsure penipuan di salah satu pihak baik secara sengaja maupun tidak sengaja. • Risiko yang mungkin timbul harus dikelola sehingga tidak menimbulkan risiko yang besar atau melebihi kemampuan menanggung risiko. • Dalam Islam setiap transaksi yang mengharapkan hasil harus bersedia menanggung risiko. • Manajemen yang diterapkan adalah manajemen islami yang tidak mengandung unsur spekulatif dan menghormati hak asasi manusia serta menjaga kelestarian lingkungan hidup. Agama Islam juga sangat menganjurkan usaha kerjasama dalam setiap aktivitas yang menguntungkan. Allah SWT menganjurkan terhadap semua bentuk aktivitas bisnis. Dengan mendukung aktivitas bisnis, Allah SWT juga berarti mendukung upaya-upaya pencarian dan pengumpulan kekayaan. Diantara ayat-ayat Al-Quran yang penting dan secara langsung menggambarkan dunia bisnis sebagai wilayah yang menguntungkan yaitu yang artinya: “padahal Allah SWT telah menghalakan jual beli dan mengharamkan riba…” (QS Al-Baqarah 2:275) “… kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu…” (QS An-Nisa’ 4:29) xli Nabi Muhammad saw juga berkali-kali mengatakan bahwa bisnis adalah aktivitas yang diberkahi. Salah satu contoh sabdanya sebagai berikut: “Para pedagang yang jujur akan mendapat perlindungan dari Allah SWT di hari pembalasan nanti.” (HR Dhailani). Islam mendorong masyarakat kearah usaha nyata dan produktif yaitu melakukan investasi dan melarang membungakan uang. Lebih lanjut Islam memberikan dorongan untuk melakukan investasi dengan jumlah yang lebih besar dan lebih banyak dari motivasi konvensional. Bila secara konvensional terdapat motif profit-taking dan inflasi, dalam syariah Islam disamping dua hal tersebut ditambah dengan adanya kewajiban zakat dan larangan mendiamkan asset. Setiap harta ada zakatnya, dimana jika harta tersebut didiamkan lambat laun akan habis termakan zakatnya. Hal ini akan mendorong setiap muslim untuk menginvestasikan hartanya karena harta yang diinvestasikan tidak dikenakan zakat kecuali keuntungannya saja. Dalam Al-Quran Allah SWT menegaskan yang artinya: “…dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak (baik sebagai komoditi maupun mata uang) dan tidak menyalurkannya di jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung, dan punggung mereka, ‘inilah harta benda kalian yang kalian simpan untuk diri kalian sendiri maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kalian simpan itu.” (QS AtTaubah ayat 34-35). xlii D. Risiko Dalam Perspektif Syariah Pada dasarnya bisnis memiliki risiko yang tinggi, akan tetapi memiliki keuntungan yang besar. Selama agama Islam mendukung ekonomi pasar bebas dan kompetisi terbuka, maka bisnis memiliki tingkat kompetisi yang akan meningkatkan risiko, akan tetapi juga akan menjanjikan keuntungan yang besar bagi orang-orang yang unggul dalam lapangan yang kompetitif ini. Hadits nabi menyatakan: “Tidak halal memberikan pinjaman dan penjualan, tidak halal (menetapkan) dua syarat dalam suatu jual beli, tidak halal keuntungan yang tidak ditanggung risikonya, dan tidak halal melakukan penjualan sesuatu yang tidak ada padamu” (HR. Alkhomsah dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya dalam Huda dan Nasution, 2007). Secara literatur, gharar dalam bahasa Arab memiliki terjemah risiko, kadang juga merujuk pada ketidakpastian (uncertainty). Ibnu Thaymiyah mendeskripsikan gharar sebagai “things with unknown fate” sehingga “selling such thing is maysir or gambling”. (Al-Suwailem,1999 dalam Komariah, 2005). Bisnis adalah pengambilan risiko, karena risiko selalu terdapat dalam aktivitas ekonomi. Ditambah lagi adanya prinsip dasar, no risk no return. Prinsip ini membawa implikasi pada penolakan terhadap bunga dan juga sekuritas yang risk-free. Jika kemudian risiko ini secara sederhana disamakan dengan ketidakpastian (uncertainty), dan ketidakpastian ini dianggap gharar dan dilarang, maka hal ini akan menjadi kerancuan tentang berbisnis. xliii Karenanya menjadi penting untuk melakukan upaya pembedaan dan penajaman pengertian gharar, risiko, atau ketidakpastian ini. Dalam literature keuangan dan investasi, risiko ini didefinisikan hampir sama saja dengan pengertian-pengertian di atas. Namun Van Deer Heidjen (1996) dalam Komariah (2005) berhasil mengidentifikasi dengan mengkategorikan uncertainty di mana menurutnya hasil masa depan yang memiliki ketidakpastian dapat digolongkan menjadi tiga yaitu risk, structural uncertainties, dan unknownables. Risk memiliki preseden histories dan dapat dilakukan estimasi probabilitas untuk tiap hasil yang mungkin muncul. Structural uncertainties adalah kemungkinan terjadinya suatu hasil bersifat unik, tidak memiliki preseden masa lalu, tetapi tetap terjadi dalam logika kausalitas. Kemudian yang terakhir unknownables menunjuk kejadian yang secara ekstrem kemunculannya tidak terbayangkan sebelumnya. Dengan demikian kasus gharar akan terjadi pada kasus terakhir yaitu unknownables (Achsin, 2000 dalam Komariah, 2005). Sedangkan Al-Suwailem (1999) dalam Komariah (2005), membedakan risiko menjadi dua tipe yaitu risiko pasif seperti game of chance, yang hanya mengandalkan keberuntungan, dan tipe kedua adalah risiko responsive yang memungkinkan adanya distribusi probabilitas hasil keluaran dengan hubungan kausalitas yang logis. Kalau yang pertama dipersamakan dengan game of chance, yang kedua dapat diasosiasikan dengan game of skill. xliv Ketidak pastian secara instrinsik terdapat dalam setiap aktivitas ekonomi. Gharar dapat muncul pada kasus risk yang digolongkan Van Deer Heidjen, tetapi ketidakpastian terjadi tetap mengikuti suatu kausalitas atau sebab-sebab yang logis yang dapat mempengaruhi probabilitasnya. Ini berarti mencari keuntungan hanya dengan keberuntungan (chance) saja, seperti membeli lotre, menimbulkan delusi atau pengharapan yang salah dan sudah pasti merupakan transaksi gharar. Ada beberapa hadits Nabi yang menyatakan larangan gharar dalam transaksi: Abu Hurairah menjelaskan bahwa Rasulullah saw melarang jual beli 'al-Hishat' (menentukan barang yang dibeli dengan cara melempar batu/spekulasi) dan jual beli gharar (tipuan). (Riwayat jamaah ahli hadits kecuali Bukhari dalam Komariah, 2005). Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa transaksi yang gharar dapat timbul karena dua sebab utama yaitu kurangnya informasi atau pengetahuan (jahala, ignorance) pada pihak yang melakukan kontrak, sehingga pihak yang melakukan kontrak tidak memiliki control atau skill dan penyebab yang lain adalah karena tidak adanya (non-exist) obyek. E. Pasar Modal Syariah 1. Pengertian Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan public yang berkaitan dengan efek xlv yang diterbitkannya, serta lembaga dann profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal beserta seluruh mekanisme kegiatannya terutama mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya dipandang telah sesuai dengan syariah apabila telah memenuhi prinsip-prinsip syariah (Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI dalam Auliyah dan Hamzah, 2005). Pasar modal syariah adalah pasar modal yang dijalankan dengan konsep syariah, dimana setiap perdagangan surat berharga mentaati ketentuan transaksi sesuai dengan basis syariah. Pasar modal syariah tidak hanya ada dan berkembang di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain. Lembaga keuangan yang pertama kali menaruh perhatian di dalam mengoperasikan portofolionya dengan manajemen portofolio syariah di pasar modal syariah adalah Amanah Income Fund yang didirikan bulan Juni 1986 oleh para anggota the North American Islamic Trust yang bermarkas di Indiana, Amerika Serikat. Wacana mengenai pasar modal syariah ini disambut dengan antusias di seluruh belahan bumi ini mulai dari kawasan Timur Tengah, Eropa, Asia dan Amerika. Beberapa negara yang proaktif dalam mengembangkan pasar modal yang berprinsipkan syariah dan konsisten dalam menerapkan syariah Islam dalam sendi kehidupannya adalah Bahrain Stock di Bahrain, Amman Financial Market di Amman, Muscat Securities Kuwait Stock Exchange di Kuwait dan Kuala Lumpur Stock Exchange di Malaysia. Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia secara tidak langsung juga dipengaruhi pasar modal yang berpegang pada konsep syariah yang xlvi terlebih dahulu dijalankan oleh negara-negara lain. Pasar modal syariah di Indonesia diperkenalkan pada bulan Juli 2000 ditandai dengan berdirinya Jakarta Islamic Index. 2. Instrumen Pasar Modal Syariah Investasi keuangan syariah harus disertai dengan kegiatan sektor riil atau transaksi yang mendasari (underlying transaction). Untuk itu, penciptaan instrumen investasi syariah dalam pasar mo dal adalah dari sekuritasi aset/proyek (asset securitisation) yang merupakan bukti penyertaan, sekuritasi utang (debt securitisation) atau penerbitan surat utang yang timbul atas transaksi jual beli (al dayn) atau merupakan sumber pendanaan bagi perusahaan, sekuritasi modal (equity securitisation), merupakan emisi surat berharga oleh perusahaan emiten yang telah terdaftar dalam pasar modal syariah dalam bentuk saham. Adapun instrumen pasar modal yang sesuai dengan syariah dalam pasar perdana adalah muqaradah/mudharabah funds, saham biasa (common stock), muqaradah/mudharabah Bonds. Karena instrumen pasar modal tersebut diperdagangkan di pasar perdana, maka prinsip dasar pasar perdana adalah semua efek harus berbasis pada harta atau transaksi riil, tidak boleh menerbitkan efek utang untuk membayar kembali utang (bay al dayn bi al dayn), dana atau hasil penjualan efek akan diterima oleh perusahaan, hasil investasi akan diterima pemodal (shohibul maal), tidak boleh memberikan xlvii jaminan hasil yang semata-mata merupakan fungsi dari waktu (Harahap, 2001 dalam Auliyah dan Hamzah, 2005). Sedangkan untuk pasar sekunder ada beberapa tambahan dari prinsip dasar pasar perdana, yaitu tidak boleh membeli efek berbasis trend (indeks), suatu efek dapat diperjualbelikan namun hasil (manfaat) yang diperoleh dari efek tersebut berupa kupon atau deviden tidak boleh diperjual belikan, tidak boleh melakukan suatu transaksi murabahah dengan menjadikan objek transaksi sebagai jaminan. Adapun jenis instrument pasar modal yang jelas diharamkan syariah adalah preferred stock (saham istimewa), forward contract, option. 3. Saham Syariah Saham syariah merupakan salah satu bentuk dari saham biasa yang memiliki karakteristik khusus berupa kontrol yang ketat dalam hal kehalalan ruang lingkup kegiatan usaha. Saham syariah dimasukkan dalam perhitungan Jakarta Islamic Index (JII) merupakan indeks yang dikeluarkan oleh PT. Bursa Efek Jakarta yang merupakan subset dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). JII diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000 dan menggunakan tahun 1 Januari 1995 sebagai base date dengan nilai 100. Bagi perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks paling tidak mereka dinilai telah memenuhi penyaringan syariah dan kriteria untuk indeks. Penyaringan secara syariah yang difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional No. 20 dalam Auliyah dan Hamzah (2005) tentang Pedoman xlviii Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah. Kriteria untuk indeks adalah Kapitalisasi pasar (market capitalization) dari saham dimana JII menggunakan kapitalisasi pasar harian rata-rata selama satu tahun. Dari kedua penilaian tersebut, untuk perusahaan emiten dapat digolongkan dalam daftar JII melalui prosedur teknis, yaitu saham dari emiten dipilih yang tidak bertentangan dengan syariah dan telah listing minimum 3 bulan, kecuali saham-saham tersebut termasuk 10 besar kapitalisasi pasar. Saham dipilih dengan kapitalisasi pasar tertinggi sejumlah 60 saham. Saham dipilih dengan nilai transaksi rata-rata tertinggi harian sejumlah 30 saham. Evaluasi terhadap komponen indeks dilakukan setiap 6 bulan sekali. F. Analisis Perusahaan Palepu, Bernard dan Healy (2000) memberikan kerangka analisis dengan menggunakan laporan keuangan sebagai berikut: 1. Evaluasi: analisis akuntansi dan analisis keuangan, yang terdiri dari analisis berikut: Analisis earnings quality dari perusahaan: evaluasi strategi akuntansi, distorsi akunatnsi, tanda-tanda bahaya (red flags), kualitas penyajian (presentation), dan pengungkapan (disclosures). Analisis common size dan cross section analysis. Analisis ratio keuangan Analisis harga saham bagi perusahaan publik. xlix 2. Prediksi: melakukan peramalan posisi keuangan perusahaan di masa depan berdasarkan analisis akuntansi dan analisis keuangan. 3. Valuasi: menggunakan metoda-metoda untuk melakukan valuasi sehingga dapat dilakukan pengambilan keputusan. Berikut disajikan alat-alat analisis keuangan yang dapat dipergunakan dalam melakukan analisis kinerja keuangan, yaitu analisis common size (analisis horizontal dan vertical), cross section analysis, dan financial ratios analysis. Analsis rasio keuangan pada umumnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Rasio Likuiditas yaitu rasio yang menunjukkan dalam mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban finansial tepat pada saat ditagih atau jatuh tempo. Ada beberapa macam rasio yang digunakan seperti: - Current Ratio: perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Rumusnya: CR = CA CL - Quick Ratio: perbandingan antara aktiva lancar dikurang dengan persediaan dibagi hutang lancar. Rumusnya: QR = CA – Inventory CL b. Rasio Solvabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. l Berikut beberapa macam rasio yang digunakan pada rasio solvabilitas: - Debt to Equity Ratio: rasio yang menyatakan perbandingan antara hutang lancar dengan modal sendiri. Rumusnya: DER = Total Hutang Modal Sendiri c. Ratio Probabilitas yaitu ukuran untuk mengetahui seberapa jauh efektivitas manajemen dalam mengelola perusahaan. Efektivitas manajemen meliputi kegiatan fungsional manajemen seperti keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, dan operasional. Beberapa rasio yang digunakan: - Return on Equity: rasio yang menyatakan perbandingan antara laba bersih dengan modal. Rumusnya: ROE = Laba Bersih x 100% Modal Sendiri G. Analisis Industri Dalam menganalisis industri, para analis dan pemodal memerlukan cara dalam pengklasifikasian industri. Cara yang sering dipergunakan adalah dengan mendasarkan pada International Standard Industrial Classification (ISIC) System. Sistem ini menggunakan kode dengan jumlah digit tertentu. Jumlah digit yang sedikit menunjukkan klasifikasi dengan dasar yang lebih luas dan makin banyak digitnya makin terperinci klasifikasi yang dilakukan (Husnan, 2001:327). li Sebelum melakukan analisis industri, diperlukan melihat perkembangan atau kinerja industri, sehingga dapat memberikan gambaran arah perkembangan industri tersebut. Pengamatan yang dilakukan sebaiknya untuk periode yang cukup panjang sehingga dapat diditeksi pola perkembangannya atau pengaruh akibat kondisi ekonomi. Menurut Husnan (2001), ada beberapa langkah untuk melakukan analisa industri, diantaranya: Pertama, dengan mengidentifikasikan tahap kehidupan produknya. Tahap ini bermaksud untuk mengenali apakah industri tempat perusahaan beroperasi merupakan industri yang masih akan berkembang cepat, telah stabil, ataukah sudah menurun. Kedua, menganalisis industri dalam kaitannya dengan kondisi perekonomian. Ketiga, analisis kualitatif terhadap industri tersebut, yang dimaksudkan untuk membantu pemodal menilai prospek industri di masa yang akan datang. Salah satu sektor ekonomi yang mempunyai potensi untuk terus dikembangkan adalah industri manufaktur. Industri manufaktur merupakan “mesin pertumbuhan” yang utama sekaligus dapat memberikan lapangan kerja bagi banyak orang. Secara teoritis, sektor ini berfungsi sebagai katalisator dalam perubahan struktur perekonomian, yaitu perubahan dari struktur perekonomian yang memiliki laju pertumbuhan lambat dan bernilai rendah menjadi struktur perekonomian yang lebih produktif dengan marjin yang lebih besar (Firdaus dkk, 2008). lii Selain itu, pengembangan industri manufaktur berdampak langsung pada daya saing bangsa. Daya saing ini diindikasikan oleh peranannya dalam perekonomian internasional. Daya saing dapat diukur dari pangsa pasar produk yang dihasilkan oleh suatu negara dari total keseluruhan produk yang diperdagangkan di pasar internasional. Dengan demikian peningkatan ekspor suatu komoditi secara langsung meningkatkan daya saing suatu bangsa. Peran lain dari industri manufaktur adalah berkaitan dengan kemampuan sektor tersebut sebagai penghasil devisa bagi negara melalui kegiatan ekspor. Di samping jenis industri, besaran atau ukuran perusahaan juga amat berperan dalam menganalisis suatu industri. Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar maka semakin besa pula ukuran perusahaan itu. Ketiga variabel ini digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin besar modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin besar perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ia dikenal dalam masyarakat. Dari ketiga variabel ini, nilai aktiva relatif lebih stabil debandingkan dengan penjualan dan market capitalized dalam mengukur ukuran perusahaan (Sudarmadji, 2007). liii H. Ekonomi Makro 1. Inflasi Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam sesuatu perekonomian. Tingkat inflasi (persentase pertambahan kenaikan harga) berbeda dari satu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke negara lain. Tingkat inflasi yang rendah yaitu mencapai di bawah 4-6 persen. Tinkat inflasi yang moderat mencapai diantara 5-10 persen. Inflasi yang sangat serius dapat mencapai tingkat beberapa ratus atau ribu persen dalam setahun (Sadono Sukirno, 2001:15). Beberapa teori yang membahas mengenai inflasi diantaranya : • Teori Kuantitas Teori ini adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi, tetapi dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan oleh para ahli ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal sebagai model kaum moneteris (monetarist models). Teori ini menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi. Inti dari teori ini adalah sebagai berikut : 1. Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar, baik uangkartal maupun giral. 2. Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan oleh harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang. liv • Keynesian Model Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat terhadap barang-barang (permintaan agregat) melebihi jumlah barang-barang yang tersedia (penawaran agregat), akibatnya akan terjadi inflationary gap. Keterbatasan jumlah persediaan barang (penawaran agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan agregat. Oleh karenanya sama seperti pandangan kaum monetarist, Keynesian models ini lebih banyak dipakai untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek. Dengan keadaan daya beli antara golongan yang ada di masyarakat tidak sama (heretogen), maka selanjutnya akan terjadi realokasi barang-barang yang tersedia dari golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang relatif rendah kepada golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang lebih besar. Kejadian ini akan terus terjadi di masyarakat. Sehingga, laju inflasi akan berhenti hanya apabila salah satu golongan masyarakat tidak bisa lagi memperoleh dana (tidak lagi memiliki daya beli) untuk membiayai pembelian barang pada tingkat harga yang berlaku, sehingga permintaan efektif masyarakat secara keseluruhan tidak lagi melebihi supply barang (inflationary gap menghilang). lv • Mark-up Model Pada teori ini dasar pemikiran model inflasi ditentukan oleh dua komponen, yaitu cost of production dan profit margin. Relasi antara perubahan kedua komponen ini dengan perubahan harga dapat dirumuskan sebagai berikut : Price = Cost + Profit Margin Karena besarnya profit margin ini biasanya telah ditentukan sebagai suatu prosentase tertentu dari jumlah cost of production, maka rumus tersebut dapat dijabarkan menjadi : Price = Cost + ( a% x Cost ) Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan harga pada komponenkomponen yang menyusun cost of production dan atau penaikan pada profit margin akan menyebabkan terjadinya kenaikan pada harga jual komoditi di pasar. Maulidan (2004) mengemukakan pada saat terjadi inflasi, harga barangbarang cenderung naik, maka hal ini menyebabkan meningkatnya biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan. Peningkatan biaya produksi menyebabkan harga jual produksi meniingkat sehingga akan mengurangi kuantitas produk yang dijual, akibatnya laba menjadi menurun. Kenaikan harga yang terus menerus dalam suatu periode yang diukur berdasarkan indeks harga konsumen. Indeks harga konsumen merupakan indeks harga dari barang yang selalu digunakan para konsumen dengan memakai indeks harga tahun sebelumnya sebagai tahun dasar. lvi Cara pengukuran inflasi yaitu: Laju Inflasi = IHKt – IHKt-1 IHKt-1 2. Nilai tukar (Kurs) rupiah terhadap Dollar Nilai tukar suatu mata uang didefinisikan sebagai harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik. Tingkat nilai tukar mata uang suatu negara ditentukan di pasar melalui demand dan suply valuta asing (Melvin, 1985:5) dalam (Veronica, 2007). Tentunya dalam kondisi pasar internasional yang semakin terintegrasi, faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi demand dan suply juga akan semakin kompleks. Demikian juga dengan tingkat volatilitasnya yang semakin meningkat. Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar menurut Abdurrohman (1998) diantaranya sebagai berikut: • Purchasing Power Parity (PPP) Dalam teori PPP, tingkat nilai tukar mata uang dinyatakan dalam bentuk absolut dan relatif. Dalam bentuk absolut dinyatakan bahwa tingkat nilai tukar suatu mata uang merupakan rasio antara harga domestik dengan harga luar negeri. Sedangkan dalam bentuk relatif, nilai tukar mata uang merupakan selisih antara tingkat inflasi di dalam negeri dengan tingkat inflasi di luar negeri (Abdurrohman, 1998). • Interest Rate Differential (IRD) Teori ini menyatakan bahwa perubahan tingkat nilai tukar mata uang antara dua negara disebabkan oleh perbedaan tingkat suku bunga antara lvii kedua negara tersebut, namun dengan arah berlawanan yang biasa disebut International Fisher Effect (Melvin, 1985:33). Pergerakan suku bunga di suatu negara akan berpengaruh terhadap aliran modal masuk dan keluar melalui mekanisme interest rate arbitrage. Selama ini tingkat suku bunga domestik dinilai terlalu tinggi dengan suku bunga yang berlaku di luar negeri. Akibat dari kondisi tersebut kalangan bisnis di Indonesia lebih suka mencari dana atau pinjaman ke luar negeri karena cost of fund-nya lebih rendah. • Monetary Model Model ini didasarkan pada konsep PPP dan dikombinasikan dengan teori kuantitas uang (quantity theory of money). Dengan menggunakan fungsi permintaan uang (money demand), dinyatakan bahwa nilai tukar suatu mata uang sama dengan perbedaan antara permintaan uang domestik dengan permintaan uang luar negeri. • Balance of Payment (BOP) Nilai tukar mata uang dalam model ini, mencerminkan kondisi defisit atau surplus neraca pembayaran internasional (BOP). BOP terdiri dari saldo neraca, saldo neraca modal, dan saldo cadangan devisa (Abdurrohman,1998). Sehingga upaya untuk mengendalikan tingkat nilai tukar akan sangat bergantung dengan sistem nilai tukar yang dianut. Dalam rezim mengambang terkendali, pemerintah berusaha akan mempertahankan tingkat nilai tukar agar tetap berada pada band level yang telah ditentukan. Bila saldo neraca berjalan dan saldo neraca modal lebih lviii dari nol, berarti terjadi kelebihan permintaan terhadap rupiah sehingga terjadi penguatan terhadap nilai rupiah. • Speculative Attacks Model ini merupakan fase terakhir dari kejatuhan suatu mata uang. Dalam hal ini berperan sebagai akselarator terjadinya krisis mata uang. Speculative Attacks didasari oleh adanya ekspektasi para pelaku pasa uang (Abdurrahman, 1998). Paul Krugman berpendapat bahwa dalam sistem fixed rate, kelebihan kredit domestik terhadap pertumbuhan permintaan uang menyebabkan berkurangnya cadangan devisa yang kemudian mengakibatkan ”speculative attacks” terhadap mata uang. 3. Produk Domestik Bruto (PDB) Salah satu tolok ukur terpenting dalam mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah dengan melihat Produk Domestik Bruto (PDB). PDB merupakan catatan tentang jumlah nilai rupiah dari barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam suatu negara untuk waktu satu tahun (Nurrochmat et al, 2007). Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung PDB suatu negara, yaitu: 1. Pendekatan pendapatan 2. Pendekatan pengeluaran 3. Pendekatan nilai tambah Produk Domestik Bruto merupakan nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu lix (Sadono Sukirno, 2001:33). Atau dapat juga diartikan nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara asing. Di Indonesia, perhitungan nilai PDB yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) adalah PDB dengan pendekatan nilai tambah. Menurut BPS (2002) nilai PDB suatu negara tersebut sebenarnya sama dengan nilai tambah yang diciptakan oleh semua sektor kegiatan ekonomi (lapangan usaha) dinegara tersebut. Untuk mempermudah perhitungan nilai tambah, BPS membagi sektor perekonomian di Indonesia menjadi sembilan sektor usaha, yaitu: 1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 2) Pertambangan dan penggalian 3) Perindustrian Pengolahan 4) Listrik, Gas, dan Air Bersih 5) Bangunan (konstruksi) 6) Perdagangan, Hotel dan Restoran 7) Angkutan dan Komunikasi 8) Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan 9) Jasa-jasa Perhitungan nilai PDB dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan diantaranya: pertama, untuk keperluan analisis ekonomi serta perencanaan pembangunan nasional; kedua, sebagai salah satu tolok ukur atau instrumen untuk menilai keberhasilan pembangunan nasional; ketiga, untuk mengetahui lx hasil-hasil pembangunan; dan keempat, untuk menyusun rencana pembangunan nasional secara lebih rinci. Selain beberapa manfaat tersebut, salah satu penggunaan PDB yang sering dipergunakan secara internasional adalah pembedaan kategori negara maju dan negara berkembang atau terbelakang dengan melihat tinggi rendahnya tingkat pendapatan nasional per kapita di negara-negara tersebut (Suparmoko dan Nurrochmat, 2005). I. Tinjauan Peneliti Terdahulu Penelitian-penelitian dengan obyek pasar modal syariah atau pasar modal yang berpegang pada konsep syariah di Indonesia tidak banyak dilakukan. Begitu pula, penelitian-penelitian yang menggunakan variabelvariabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro juga jarang dilakukan oleh beberapa peneliti dengan obyek pasar modal syariah. Penelitian dengan obyek pasar modal syariah dilakukan oleh Aruzzi dan Bandi (2003) dalam Hamzah (2005). Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana variable tingkat suku bunga, rasio profitabilitas dan beta akuntansi dapat mempengaruhi risiko sistematik atau beta saham syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) secara bersama-sama ataupun secara parsial pada periode pengamatan yang diambil dalam penelitian tersebut. Adapun obyek yang diteliti adalah saham perusahaan yang termasuk ke dalam JII dalam periode Januari 2001 – Desember 2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama lxi maupun parsial variabel-variabel tingkat suku bunga, rasio profitabilitas dan beta akuntansi tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah. Koefisien determinasi adalah sebesar 7,1% ini berarti variabelvariabel tingkat suku bunga, rasio profitabilitas dan beta akuntansi hanya dapat menjelaskan beta saham syariah sebesar 7,1%, sedangkan 92,9% dijelaskan oleh variabel-variabel lain. Huda (2004) dalam Huda dan Nasution (2007:70), dalam penelitiannya mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi beta saham pada kelompok JII dan LQ-45, hasil penelitian antara lain menyatakan bahwa ratarata beta saham kelompok JII berada pada nilai di bawah satu yang berarti mempunyai risiko di bawah risiko pasar, sebaliknya terjadi pada saham kelompok LQ-45. Hamzah (2005) melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel makro ekonomi, industri dan karakteristik perusahaan terhadap beta saham syariah. Obyek yang diteliti adalah saham perusahaan yang termasuk dalam JII periode Januari 2001 samapai Desember 2004. jumlah sampel adalah sebanyak 120 perusahaan. Hasil pengujian dengan F-test menunjukkan bahwa variabel-variabel makro ekonomi, industri dan karakteristik perusahaan mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah. Nilai koefisien determinasi sebesar 51,8%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut dalam menjelaskan perubahan beta saham syariah mempunyai hubungan dan pengaruh yang kuat. Hasil pengujian dengan t-test menunjukkan pada variabel-variabel makro ekonomi lxii seperti kurs rupiah terhadap dollar dan Produk Domestik Bruto mempunyai pengaruh signifikan pada level 5% terhadap beta saham syariah, sedangkan pada variabel-variabel industri tidak mempunyai pengaruh signfikan terhadap beta saham syariah dan pada variabel-variabel karakteristik perusahaan hanya leverage dan profitabilitas yang mempunyai pengaruh signifikan pada level 10% terhadap beta saham syariah. Sedangkan Auliyah (2006) meneliti kembali penelitian yang dilakukan oleh Hamzah (2005) dengan menambah variabel terikatnya yaitu return saham. Selain itu, periode yang digunakan adalah Januari 2001 sampai Desember 2005 dengan jumlah sampel sebanyak 150 perusahaan. Pengujian regresi secara linier berganda pada return saham syariah menghasilkan F hitung sebesar 1,589 dengan tingkat signifikansi 11,6% dan pada beta saham syariah menghasilkan F hitung sebesar 6,229 dengan tingkat signifikansi 0%. Hal ini berarti variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro tidak berpengaruh secara signifikan pada tingkat 5% terhadap return saham syariah tetapi berpengaruh secara signifikan pada tingkat 5% terhadap beta saham syariah. Pengujian regresi secara parsial dengan t test menunjukkan bahwa tidak ada satu pun variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro berpengaruh secara signifikan pada return saham syariah, sedangkan variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro terhadap beta saham yang mempunyai pengaruh signifikan pada tingkat 5% adalah cyclicality, kurs rupiah terhadap dollar dan Produk Domestik Bruto (PDB). lxiii J. Kerangka Pemikiran Penelitian ini ingin membuktikan apakah variabel-variabel karakteristik perusahaan (earning per share, debt to equity ratio, dan return on equity), variabel-variabel industri (jenis industri dan ukuran industri) serta variabelvariabel ekonomi makro (tingkat inflasi, kurs rupiah terhadap dollar dan PDB) berpengaruh secara signifikan terhadap return dan beta saham syariah. Variabel-variabel karakteristik perusahaan yang dikenal dengan fundamental mikro perusahaan dan industri serta ekonomi makro yang biasa dikenal dengan fundamental makro perusahaan memiliki pengaruh baik positif atau negatif terhadap return dan beta saham (Husnan, 2001). Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t yaitu mengetahui apakah ada pengaruh atau tidak secara parsial (secara individu) variabel independent terhadap variabel dependen dan uji F dilakukan untuk mengetahui apakah secara bersama-sama (simultan) ada pengaruh atau tidak antara variabel independent terhadap variabel dependen. Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independent atau tidak. Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji heroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain atau tidak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini. lxiv Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Jakarta Islamic Indeks (JII) Perusahaan yang masuk 30 besar dalam JII periode Januari 2003 – Desember 2007 Variabel Dependent Return Saham • Variabel Dependent Beta Saham Variabel Independent Karakteristik Perusahaan : EPS, • DER, ROE • • Variabel Independent Karakteristik Perusahaan : EPS, DER, ROE Industri : jenis dan ukuran industri Makro Ekonomi : inflasi, kurs, dan PDB • • Model Regresi Uji Asumsi Klasik Analisis Regresi Berganda - Uji T-test - Uji F-test - Koefisien Determinasi Interpretasi lxv Industri : jenis dan ukuran industri Makro Ekonomi : inflasi, kurs, dan PDB K. Hipotesis Penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri, dan makro ekonomi terhadap tingkat return dan beta saham syariah. Berdasarkan analisis dan temuan peneliti terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut : H : Variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan makro A1 ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap return saham syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H : Variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan makro A2 ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. lxvi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian untuk menguji hipotesis yang diajukan mengenai pengaruh variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan makro ekonomi sebagai variabel independent terhadap return dan beta saham syariah sebagai variabel dependen. Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Fokus penelitian merupakan saham emiten yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Obyek yang diteliti adalah saham perusahaan yang termasuk dalam Jakarta Islamic Index (JII). 3. Periode yang diteliti dari Januari 2003 sampai Desember 2007. 4. Variabel dependen adalah return dan beta saham syariah. 5. Variabel independen adalah variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro. B. Metode Penetuan Sampel Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Perusahaan yang dijadikan sampel merupakan perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Saham emiten yang halal berdasarkan ketentuan syariah, kehalalan suatu saham disahkan oleh Dewan Pengawas Syariah. 50 lxvii 2. Saham-saham tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Perusahaan yang masuk 30 besar dalam Jakarta Islamic Indeks dari periode Januari 2003 sampai Desember 2007. 4. Perusahaan emiten menerbitkan laporan keuangan tahunan selama periode Januari 2003 sampai Desember 2007. C. Metode pengumpulan data 1. Studi Pustaka Pengumpulan data ini dilengkapi pula dengan membaca dan mempelajari serta menganalisis literature yang bersumber dari buku-buku dan jurnaljurnal serta tesis yang berkaitan dengan penelitian ini. 2. Data sekunder Data variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD), website mengenai pasar modal, Biro Pusat Statistik, Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia. Variabel-variabel pada karakteristik perusahaan yang dijadikan penelitian ini adalah earning per share, debt to equity ratio, dan return on equity. Pengukuran pada variabel-variabel ini ditentukan berdasarkan jumlah saham beredar, laba bersih, total hutang, ekuitas, utang lancar, dan total aset. Variabel-variabel industri adalah jenis industri dan ukuran industri. Variabel jenis industri dibedakan antara industri manufaktur dan non lxviii manufaktur. Untuk ukuran industri digunakan nilai 0 untuk industri kecil dan 1 untuk industri besar yang dikelompokkan berdasarkan nilai dari total aset perusahaan. Variabel-variabel ekonomi makro adalah inflasi, kurs rupiah terhadap dollar, dan produk domestic bruto (PDB). Pengukuran inflasi dan kurs mata uang ditentukan oleh Bank Indonesia. Untuk pengukuran PDB diukur dari nilai seluruh output atau produk dalam perekonomian suatu negara. Nilai PDB dihitung oleh pemerintah. D. Metode Analisis 1. Model Analisis Model pengujian variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro terhadap return dan beta saham syariah dapat ditunjukkan pada gambar 2 sebagai berikut. Gambar 3.1 lxix 2. Uji Asumsi Klasik Sebelum melakukan pengujian regresi linier berganda maka dilakukan pengujian asumsi klasik berupa normalitas, autokorelasi, multikolinealiritas dan heteroskedastisitas. a. Uji normalitas data Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi dependen variabel dan independen variabel ataupun keduanya mempunyai distribusi yang normal atau tidak. Menurut Singgih Santoso (2004 : 124) ada beberapa cara untuk mendeteksi normalitas yaitu dengan penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah : - Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas. - Jika data menyebar dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. b Uji Autokorelasi Uji ini digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi diantara variabel yang dianalisis. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Durbin Watson. Kriteria pengujian adalah apabila nilai Durbin Watson terletak antara 1,5 – 2,5 maka tidak ada autokorelasi diantara variabel yang dianalisis. lxx c. Uji Multikolinearitas Uji ini digunakan untuk mendeteksi adanya hubungan yang sempurna dan pasti diantara variabel bebas yang dianalisis. Multikolonieritas dapat dilihat dati nilai Tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance <0,10 atau sama dengan nilai VIF>10. Kriteria pengujian adalah apabila nilai Tolerance berada dibawah 0,01 atau nilai VIF diatas 10 maka terjadi multikolinearitas. d. Uji Heteroskedastisitas Uji ini digunakan untuk mendeteksi adanya penyebaran titik data populasi pada bidang regresi yang tidak konstan. Gejala Heteroskedastisitas akan muncul apabila distrubance term untuk setiap observasi tidak lagi konstan tetapi bervariasi. Apabila hal ini terjadi maka estimator OLS masih tetap tidak bias dan masih tetap tidak konsisten tetapi tidak konsisten lagi dalam sampel kecil. Untuk mengetahui heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan scatterplot. 3. Regresi Peneliti dalam menganalisis pengaruh variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan makro ekonomi sebagai variabel independent lxxi terhadap return dan beta saham syariah sebagai variabel dependen melalui tahap-tahap sebagai berikut: • Menentukan sampel perusahaan yang diambil dalam penelitian ini sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan selama periode Januari 2003 sampai Desember 2007. Analisis deskriptif dilakukan untuk menghitung nilai deviasi standar, mean, maksimum dan minimum pada variabel independen dan variabel dependen. • Analisis awal yaitu melakukan analisis regresi yang bertujuan untuk mencari adanya hubungan antara variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen. Dimana variabel dependen yang di uji adalah return dan beta saham syariah serta variabel independent antara lain earning per share, debt to equity ratio, dan return on equity; jenis industri dan ukuran industri; inflasi, kurs rupiah terhadap dollar, dan produk domestik bruto (PDB). • Analisis selanjutnya yaitu metode regresi linier berganda (multiple linear regression method) yang digunakan untuk membuktikan hipotesa di atas. Perumusan metode tersebut sebagai berikut : Y1 = a + β X + β X + β X + β X + β X + β X + β X + β X + e 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 Y2 = a + β X + β X + β X + β X + β X + β X + β X + β X + e 1 1 2 2 3 3 4 4 dimana: Y1 = Return saham syariah Y2 = Beta saham syariah a = Konstanta lxxii 5 5 6 6 7 7 8 8 β = Koefisien regresi dari variabel independen ke i. i X = earning per share, X = debt to equity ratio, X = return on equity 1 2 3 X = jenis industri, X = ukuran industri, X = inflasi 4 5 6 X = kurs rupiah terhadap dollar, X = PDB, e = Estimasi Error 7 8 4. Pengujian Hipotesis a. Uji t Uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel bebasnya. Hipotesis yang digunakan adalah Ho : b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 b8 = 0, artinya secara parsial tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. H1 : b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 b8 ≠ 0, artinya secara parsial ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai t statistik dapat dicari dengan rumus (Gujarati, 1995 dalam Ulupui, 2005): t-hit = Koefisien regresi bi Standar deviasi bi Untuk menentukan nilai t-statistik tabel ditentukan tingkat signifikansi 5% dengan derajat kebebasan df = (n-k-1) di mana n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel termasuk intersep dengan kriteria uji adalah: • Jika t hit > t tabel (α, n-k-1), maka Ho ditolak • Jika t hit < t tabel (α, n-k-1), maka Ho diterima lxxiii b. Uji F-test Uji statistik F digunakan untuk menguji keberartian pengaruh dari seluruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hipotesis dirumuskan sebagai berikut: Ho : b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 b8 = 0, berarti secara bersama-sama tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. H1 : b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 b8 ≠ 0, berarti secara bersama-sama ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai F hitung dapat dicari dengan menggunakan rumus (Gujarati, 1995 dalam Ulupui 2005): F hitung = R2 / (k – 1) (1-R2) / (n-k) Untuk menentukan nilai F-tabel, tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-k) dan (k-1) di mana n adalah jumlah observasi, k adalah jumlah variabel termasuk intersep dengan kriteria uji yang digunakan adalah: Jika F hit > F tabel (a;k-1;n-k), maka H0 ditolak Jika F hit < F tabel (a; k-a; n-k), maka H0 diterima c. Koefisien Determinan Untuk melihat kontribusi kemampuan menjelaskan variabel bebas secara bersama-sama terhadap variansi variabel terikat dapat dilihat dari koefiesien determinasi (R2) berganda di mana nilai koefisiennya antara 0 ≤ 1. Hal ini berarti bahwa nilai R2 yang semakin besar mendekati 1 merupakan indikator lxxiv yang menunjukkan semakin kuatnya kemampuan menjelaskan perubahan variabel independen terhadap variabel dependen . E. Operasional Variabel Penelitian 1. Dependen Variabel Variabel dependen pada penelitian ini adalah Return dan Beta saham yang tercermin dalam Jakarta Islamic Indeks. • Return saham syariah merupakan tingkat pengembalian dari suatu skuritas yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks. Pengukuran tingkat return dari saham dapat dilakukan dengan dua cara yaitu yang pertama dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: Ri = (P – P ) / P t t-1 t-1 Selain return saham terdapat juga return pasar (Rm) yang dapat dihitung dengan rumus: Jogiyanto (2003 : 232) dalam Suharli (2005 : 101) Rm = IHSGt – IHSGt-1 / IHSGt-1 • Beta saham syariah merupakan risiko yang terdapat pada sekuritas yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks. Pengukuran Beta menggunakan persamaan dari market model dengan persamaan: Ri = αi + βiRm + et, Pengukuran Beta juga dapat menggunakan rumus: ß = Cov (ri, rm) atau ß = ∑∑ ((ri - ri)x(rm - rm)) / (n-1) ∑ ( (rm - rm)2) / (n-1) Var (rm) lxxv 2. Independen Variabel Pada penelitian ini digunakan sebelas variabel independen, yaitu: a. Earning Per Share (EPS) Earning Per Share merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar. EPS = Laba Bersih – Dividen Saham Prioritas Rata-rata Tertimbang dari Saham yang Beredar b. Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian dari modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. (Bambang Riyanto, 1995:333). DER = Total Hutang Total Modal Sendiri c. Return On Equity (ROE) Return On Equity merupakan rasio yang menunjukkan hasil pengembalian investasi atas pemilik atau pemegang saham dan dinyatakan dalam (%) dengan rumus sebagai berikut : ROE = EAT x 100% Ekuitas Nilai ketiga variabel di atas diperoleh dari financial data & ratios Jakarta Stock Exchange di Bursa Efek Indonesia. d. Jenis industri dibedakan antara industri manufaktur dan non manufaktur. Digunakan nilai 0 untuk industri non manufaktur dan nilai 1 untuk industri manufaktur. Data pengelompokan jenis industri ini lxxvi didapat dari financial data & ratios Jakarta Stock Exchange di Bursa Efek Indonesia. e. Ukuran industri digunakan nilai 0 untuk industri kecil dan 1 untuk industri besar berdasarkan nilai dari total aset perusahaan. Industri kecil memiliki total aset <400M, industri menengah total asetnya <8000M, dan industri besar jumlah asetnya >8000M (Wahyudi, 2006:92) f. Inflasi Inflasi merupakan suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam sesuatu perekonomian (Sadono Sukirno, 2001:15). Tingkat inflasi dalam penelitian ini diperoleh melalui situs www.bi.go.id g. Kurs rupiah terhadap Dollar ditentukan oleh Bank Indonesia dan tercantumkan di dalam situsnya.. h. Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto merupakan nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu. (Sadono Sukirno, 2001:33) Nilai PDB diperoleh dari situs www.bi.go.id lxxvii BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Bursa Efek Indonesia Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah bursa saham di Jakarta, Indonesia. Bursa Efek Jakarta merupakan salah satu bursa tempat dimana orang memperjualbelikan efek di Indonesia. Pada 1 Desember 2007 Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya melakukan pengabungan usaha yang secara efektif mulai beroperasi pada 1 Desember 2007 dengan nama baru Bursa Efek Indonesia. PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) pertama kali berdiri pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, yang kemudian dibentuk ulang melalui Undang-Undang Darurat No. 13 tahun 1951, dan selanjutnya dipertegas oleh Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 tahun 1952. selama dua dasawarsa kemudian BEJ mengalami pasang surut yang ditandai pula oleh pemberhentian kegiatan sepanjang decade 60-an dan awal 70-an. Pada tahun 1977, pemerintah Indonesia menghidupkan kembali BEJ dengan mencatatkan saham 13 perusahaan PMA. Namun demikian, baru sekitar decade 80-an dan awal 90-an, BEJ benar-benar berkembang menjadi bursa efek seperti yang kita kenal sekarang sebagai Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI, dalam Bahasa Inggris Indonesia Stock Exchange (ISX) adalah sebuah pasar saham yang merupakan hasil penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES), 61 lxxviii di mana Bursa Efek Surabaya melebur ke dalam Bursa Efek Jakarta. Perusahaan hasil penggabungan usaha ini memulai operasinya pada 1 Desember 2007. Bursa Efek Indonesia dipimpin oleh Direktur Utama Erry Firmansyah, mantan direktur utama BEJ. Mantan Direktur Utama BES Guntur Pasaribu menjabat sebagai Direktur Perdagangan Fixed Income dan Derivatif, Keanggotaan dan Partisipan. BEI menggunakan sistem perdagangan bernama Jakarta Automated Trading System (JATS) sejak 22 Mei 1995, menggantikan sistem manual yang digunakan sebelumnya. Sistem JATS ini sendiri direncanakan akan digantikan sistem baru yang akan disediakan OMX. Menurut Jogianto (2003:37) dalam Windy (2006) era pasar modal di Indonesia dibagi menjadi enam periode: 1. Periode Pertama (1912-1942): Periode Zaman Belanda Pada tanggal 14 Desember 1912, suatu asosiasi 13 broker dibentuk di Jakarta. Asosiasi ini diberi nama Belandanya sebagai “Vereniging voor Effectenhandel” yang merupakan cikal bakal pasar modal pertama di Indonesia. Setelah perang dunia I, pasar modal di Surabaya mendapat giliran dibuka pada tanggal 1 Januari 1925 dan disusul di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. karena masih dalam zaman penjajahan Belanda dan pasar-pasar modal ini juga didirikan oleh Belanda, mayoritas saham-saham yang diperdagangkan di sana juga merupakan saham-saham perusahaan Belanda dan afiliasinya yang tergabung dalam Dutch East Indies Trading Agencies. lxxix 2. Periode Kedua (1952-1960): Periode Orde Lama Setelah Jepang meninggalkan Indonesia, pada tanggal 1 September 1951 dikeluarkan Undang-Undang Darurat no. 12 yang kemudian dijadikan Undang-Undang No. 15 tahun 1952 tentang Pasar Modal.Melalui keputusan Menteri Keuangan No. 289737/UU tanggal 1 Nopember 1951, Bursa Efek Indonesia (BEI) akhirnya dibuka kembali pada tanggal 3 Juni 1952. Tujuan dibuka kembali bursa efek ini untuk menampung obligasi pemerintah yang sudah dikeluarkan pada tahun-tahun sebelumnya. Tujuan lainnya adalah untuk mencegah saham-saham perusahaan Belanda yang dulunya diperdagangkan di pasar modal di Jakarta pergi ke luar negeri. Kepengurusan bursa efek ini kemudian diserahkan kepada Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE) yang terdiri dari 3 bank dengan Bank Indonesia sebagai anggota kehormatan. 3 Periode Ketiga (1977-1988): Periode Orde Baru Bursa Efek Indonesia dikatakan lahir kembali pada tahun 1977 dalam periode orde baru sebagai hasil Keputusan Presiden No. 52 tahun 1976. Keputusan ini menetapkan pendirian Pasar Modal, pembentukan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan PT. Danareksa. Presiden Soeharto meresmikan kembali Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tanggal 10 Agustus 1977. PT. Semen Cibinong merupakan perusahaan pertama yang tercatat di BEJ. 4 Periode Keempat (1988-1995): Periode Bangun dari Tidur yang Panjang Setelah tahun 1988, selama tiga tahun yaitu sampai tahun 1990, jumlah perusahaan yang terdaftar di BEJ meningkat sampai dengan 127 perusahaan. lxxx Kemudian pada tahun 1996 jumlah perusahaan yang terdaftar meningkat menjadi 238 perusahaan. Pada periode ini, Initial Public Offering (IPO) menjadi peristiwa nasional. 5. Periode Kelima (mulai 1995): Periode Otomatisasi Peningkatan kegiatan transaksi yang dirasakan sudah melebihi kapasitas manual, maka BEJ memutuskan untuk mengotomatisasikan kegiatan transaksi di bursa. System otomatisasi yang diterapkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) di beri nama Jakarta Automated Trading System (JATS) dan mulai beroperasi pada hari senin tanggal 22 Mei 1995. Selain itu, untuk mengantisipasi jumlah anggota bursa dan transaksi yang meningkat, maka pada tanggal 19 September 1996 BES menerapkan system otomatisasi yang disebut Surabaya Market Information and Automated Trading System (S-MART). 6. Periode Keenam (mulai Agustus 1997): Kritis Moneter Pada bulan Agustus 1997, krisis moneter melanda Negara-negara di Asia, termasuk Indonesia. Krisis moneter yang terjadi ini dimulai dari penurunan nilai-nilai mata uang Negara-negara Asia tersebut relative terhadap Dolar Amerika. Untuk mencegah permintaan dolar Amerika yang berlebihan yang mengakibatkan nilainya meningkat dan menurunnya nilai Rupiah, Bank Indonesia menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Tingginya suku bunga deposito berakibat negatif terhadap pasar modal. Investor tidak tertarik lagi untuk menanamkan dananya di pasar modal, karena total return yang diterima lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan dari bunga lxxxi deposito. Akibatnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun, begitupun halnya dengan harga saham-saham di pasar modal. Untuk mengurangi kelesuan permintaan sekuritas di pasar modal Indonesia, pemerintah berusaha meningkatkan aktivitas perdagangannya melalui transaksi investor asing. Pada tanggal 3 September 1997 pemerintah tidak lagi memberlakukan pembatasan 49% pemilikan asing. Ini berarti investor asing boleh memiliki saham-saham yang jumlahnya tidak terbatas. Selain itu, untuk memperbaiki perekonomian yang bergejolak, pemerintah pada tanggal 1 Nopember 1997 mengumumkan likuidasi 16 bank swasta nasional. Pengumuman yang mengejutkan ini tidak banyak membantu memperbaiki lesunya pasar saham. Bahkan IHSG untuk bulan Nopember merosot tajam. BEJ proaktif memantau pergerakan harga saham dan melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan terhadap transaksi-transaksi saham yang mengalami fluktuasi harga yang signifikan tanpa didukung informasi yang jelas. Perbaikan dalam hal tingkat respon BEJ mencerminkan komitmen BEJ dalam menjalankan mekanisme kepengawasan maupun pengendalian, untuk senantiasa menjaga integritas dan kredibilitas Bursa. Sedangkan menurut Yudhi (2008) tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia secara singkat dapat dilihat sebagai berikut: a. Pada tanggal 14 Desember 1912 Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda. lxxxii b. Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I pada tahun 1914 1918 c. Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya da tahun 1925 - 1942 d. Awal tahun 1939 dikarenakan adanya isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup kembali. e. Pada tahun 1942 - 1952 Bursa Efek di Jakarta ditutup selama Perang Dunia II f. Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950) pada tahun 1952. g. Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif Perdagangan di Bursa Efek vakum pada tahun 1956 – 1977. h. Pada tanggal 10 Agustus 1977 Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama. i. Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal. Hal ini terjadi antara tahaun 1977 – 1987. lxxxiii j. Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia pada tahun 1987. k. Selang tahun 1988 – 1990 paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat. l. Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer pada tanggal 2 Juni 1988 : m. Di bulan Desember 1988 Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal. n. Pada tanggal 16 Juni 1989 Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. o. Kemudian pada tanggal 13 Juli 1992 swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ. p. Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems) pada 22 Mei 1995. lxxxiv q. Tanggal 10 November 1995 Pemerintah mengeluarkan Undang -Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996. r. Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya tahun 1995. s. Pada tahun 2000 dan 2002 Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia dan BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). t. Pada tahun 2007 terjadi penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia Bursa Efek Indonesia yang menjadi penyelengara pasar modal di Indonesia memiliki visi dan misi sebagai berikut: Visi: Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas dunia. Misi: a. Menjadikan bursa efek sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional serta menjadi gerbang investasi bagi Investor lokal maupun asing. b. Sebagai institusi yang dinamis dan tanggap terhadap perubahan pasar dan teknologi dengan tetap memperhatikan perlindungan investor. c. Organisasi yang independen dengan fokus pada unsure transformasi struktural maupun kultural menuju tren global. lxxxv bisnis, d. Lembaga bursa yang berwibawa, transparan, memiliki integritas tinggi sebagai Centre of Competence and Exellence di pasar modal. e. Meningkatkan kualitas produk dan layanan jasa terbaik melalui pemberdayaan SDM. B. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengujian Asumsi Klasik Uji asumsi klasik diperlukan agar model regresi yang diperoleh memenuhi kriteria BLUE (best linier unbiased estimator). Adapun uji asumsi klasik meliputi normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. 1.1 Uji Asumsi Klasik Model Regresi Linear Persamaan 1 • Variabel Dependen: Return Saham Variabel Independen: Karakteristik Perusahaan, Industri dan Ekonomi Makro a. Uji Normalitas Data Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Untuk mendeteksi normalitas data suatu model regresi dapat diidentifikasikan dari grafik scatter plot. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. lxxxvi Hasil pengujian penelitian ini, berdasarkan pengaruh karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro terhadap return saham syariah adalah sebagai berikut: Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Pada Saat Masih Ada Outlier Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Return Expected Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Observed Cum Prob Sumber : Output SPSS Dari hasil scatter plot di atas dapat diketahui bahwa data tersebut tidak terdistribusi normal karena titik-titik yang menyebar tidak berada di sekitar garis diagonal. Agar dapat memenuhi asumsi normalitas data, dimana nilai-nilai outlier telah dikeluarkan sehingga mendapatkan observasi sebanyak 138. Outlier adalah nilai yang terpisah dari kumpulan observasi yang dapat bernilai sangat lxxxvii besar atau sangat kecil. Tujuannya adalah untuk menentukan atau mengevaluasi kesahihan suatu model, baik untuk melihat pelanggaran terhdapa asumsi maupun untuk melihat penyimpangan nilai prediksi terhadap nilai sesungguhnya (Nachrawi dan Usman, 2006:135). Hasil dari uji normalitas data setelah dilakukan pembuangan terhadap outlier dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Setelah Tidak Ada Outlier Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Return Expected Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Observed Cum Prob Sumber : Output SPSS Dari hasil scatter plot di atas dapat diketahui bahwa data tersebut telah terdistribusi normal karena titik-titik yang menyebar berada di sekitar garis lxxxviii diagonal. Sehingga penelitian ini dapat dikatakan telah memenuh asumsi normalitas data. b. Uji Multikolinieritas Pengujian terhadap gejala multikolenieritas berguna untuk mengetahui apakah ada hubungan linear sempurna antara beberapa atau semua variabel independen yang dipergunakan dalam model regresi penelitian ini. Untuk mengetahui apakah antara variabel independent mempunyai kolinieritas yang kuat atau tidak, digunakan Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance (TOL). Jika tolerance value di bawah 0,10 dan nilai VIF di atas 10 maka terjadi multikolenieritas. Tabel 4.1 Hasil Uji Multikolinieritas Tolerance VIF EPS 0,849 1,178 DER 0,673 1,487 ROE 0,598 1,673 Jenis Industri 0,909 1,100 Ukuran Industri 0,926 1,080 Inflasi 0,721 1,387 Kurs 0,607 1,648 PDB 0,750 1,333 Independen a Dependent Variable: Return Sumber : Output SPSS lxxxix Keterangan Tidak terjadi Multikolinieritas Tidak terjadi Multikolinieritas Tidak terjadi Multikolinieritas Tidak terjadi Multikolinieritas Tidak terjadi Multikolinieritas Tidak terjadi Multikolinieritas Tidak terjadi Multikolinieritas Tidak terjadi Multikolinieritas Tabel di atas memperlihatkan hasil pengujian multikolinieritas. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi multikolinieritas. Hal ini ditunjukkan dengan tolerance value masing-masing variabel berada di atas 0,10 dan nilai VIF berada di bawah 10. Dengan demikian model regresi dalam penelitian ini terbebas dari gelaja multikolinieritas. c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota seperangkat data observasi yang diurutkan waktu (time series). Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi digunakan metode Durbin Watson Test (D-W Test). Kriteria pengujian adalah apabila nilai D-W terletak antara 1,5 – 2,5 maka tidak terjadi gejala autokorelasi. Tabel 4.2 Hasil Autokorelasi Model Summary(b) Std. Error of the DurbinR R Square Adjusted R Square Estimate Watson ,405(a) ,164 ,113 ,10769 1,895 a Predictors: (Constant), EPS, DER, ROE, Jenis Industri, Ukuran Industri, Inflasi, Kurs, PDB b Dependent Variable: Return Model 1 Sumber : Output SPSS Dengan melihat tabel 4.2 diperoleh perhitungan D-W adalah 1,895 sedangkan dari kriteia uji, nilai D-W yang terletak antara 1,5 – 2,5 maka terbebas dari gejala autokorelasi. Oleh karena hasil perhitungan D-W sebesar xc 1,895 maka model tersebut tidak mengandung autokorelasi baik positif maupun negatif. d. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah variabel pengganggu (e1) memiliki varian yang berbeda dari observasi lainnya. Padahal diharapkan variabel penjelas mempunyai variabel yang konstan untuk mendeteksi ada beberapa metode seperti metode grafik, glejser, rank spearman, dan Barlett. Program SPSS 15 menyediakan metode grafik menu scatterplot pada menu analyze. Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Pada Saat Masih Ada Outlier Scatterplot Dependent Variable: Return Regression Studentized Residual 8 6 4 2 0 -2 -2.5 0.0 2.5 5.0 Regression Standardized Predicted Value Sumber : Output SPSS xci 7.5 Pada gambar tersebut, terlihat titik-titik menyebar tidak secara acak dan membentuk suatu pola tertentu, serta tidak tersebar baik diatas maupun di bawah angka nol pada sumby Y. Hal ini mengindikasikan bahwa model regresi diatas terdapat gejala hetoskedastisitas. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sama halnya dengan pengujian sebelumnya, penulis mengeluarkan atau tidak mengikutsertakan observasi yang outlier ke dalam model yang akan dibentuk. Sehingga didapatkan hasil sebagai berikut : Gambar 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Setelah Tidak Ada Outlier Scatterplot Dependent Variable: Return Regression Studentized Residual 4 2 0 -2 -2 0 2 4 Regression Standardized Predicted Value Sumber : Output SPSS xcii 6 8 Pada gambar di atas terlihat titik-titik sudah menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model regresi tersebut. 1.2 Uji Asumsi Klasik Model Regresi Linear Persamaan 2 • Variabel Dependen: Beta saham Variabel Independent: Karakteristik Perusahaan, Industri dan Ekonomi Makro a. Uji Normalitas Data Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Untuk mendeteksi normalitas data suatu model regresi dapat diidentifikasikan dari grafik scatter plot. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Hasil pengujian penelitian ini, berdasarkan pengaruh karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro terhadap beta saham syariah adalah sebagai berikut: xciii Gambar 4.5 Hasil Uji Normalitas Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Beta Expected Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Observed Cum Prob Sumber : Output SPSS Dari hasil scatter plot di atas dapat diketahui bahwa data tersebut telah terdistribusi normal karena titik-titik yang menyebar berada di sekitar garis diagonal. Sehingga penelitian ini dapat dikatakan telah memenuh asumsi normalitas data. b. Uji Multikolinieritas Pengujian terhadap gejala multikolenieritas berguna untuk mengetahui apakah ada hubungan linear sempurna antara beberapa atau semua variable independen yang dipergunakan dalam model regresi penelitian ini. Untuk xciv mengetahui apakah antara variabel independent mempunyai kolinieritas yang kuat atau tidak, digunakan Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance (TOL). Jika tolerance value di bawah 0,10 dan nilai VIF di atas 10 maka terjadi multikolenieritas. Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinieritas Tolerance VIF EPS 0,849 1,178 DER 0,673 1,487 ROE 0,598 1,673 Jenis Industri 0,909 1,100 Ukuran Industri 0,926 1,080 Inflasi 0,721 1,387 Kurs 0,607 1,648 PDB 0,750 a Dependent Variable: Beta 1,333 Independen Keterangan Tidak terjadi Multikolinieritas Tidak terjadi Multikolinieritas Tidak terjadi Multikolinieritas Tidak terjadi Multikolinieritas Tidak terjadi Multikolinieritas Tidak terjadi Multikolinieritas Tidak terjadi Multikolinieritas Tidak terjadi Multikolinieritas Sumber : Output SPSS Tabel di atas memperlihatkan hasil pengujian multikolinieritas. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi multikolinieritas. Hal ini ditunjukkan dengan tolerance value masing-masing variabel berada di atas 0,10 dan nilai VIF berada di bawah 10. Dengan demikian model regresi dalam penelitian ini terbebas dari gelaja multikolinieritas. xcv c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota seperangkat data observasi yang diurutkan waktu (time series). Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi digunakan metode Durbin Watson Test (D-W Test). Kriteria pengujian adalah apabila nilai D-W terletak antara 1,5 – 2,5 maka tidak terjadi gejala autokorelasi. Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Pada Saat Masih Ada Outlier Model Summary(b) Model 1 R ,418(a) R Square ,175 Adjusted R Square ,140 Std. Error of the Estimate ,3781676 Durbin-Watson 1,482 a Predictors: (Constant), PDB, Ukuran Industri, DER, EPS, Jenis Industri, Inflasi , Kurs, ROE b Dependent Variable: Beta Sumber : Output SPSS Dengan melihat tabel 4.4 diperoleh perhitungan D-W adalah 1,482 sedangkan dari kriteria uji, nilai D-W yang terletak antara 1,5 – 2,5 maka telah terjadi gejala autokorelasi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sama halnya dengan pengujian sebelumnya, penulis mengeluarkan atau tidak mengikutsertakan observasi yang outlier ke dalam model yang akan dibentuk. Sehingga didapatkan hasil sebagai berikut : xcvi Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Setelah Tidak Ada Outlier Model Summary(b) Adjusted R Std. Error of R R Square Square the Estimate Durbin-Watson ,505(a) ,255 ,214 ,22029 1,625 a Predictors: (Constant), PDB, Ukuran Industri, DER, EPS, Jenis Industri, Inflasi , Kurs, ROE b Dependent Variable: Beta Model 1 Sumber : Output SPSS Dengan melihat tabel 4.5 diperoleh perhitungan D-W adalah 1,625 sedangkan dari kriteia uji, nilai D-W yang terletak antara 1,5 – 2,5 maka terbebas dari gejala autokorelasi. Oleh karena hasil perhitungan D-W sebesar 1,625 maka model tersebut tidak mengandung autokorelasi baik positif maupun negatif. d. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah variabel pengganggu (e1) memiliki varian yang berbeda dari observasi lainnya. Padahal diharapkan variabel penjelas mempunyai variabel yang konstan untuk mendeteksi ada beberapa metode seperti metode grafik, glejser, rank spearman, dan Barlett. Program SPSS 15 menyediakan metode grafik menu scatterplot pada menu analyze. xcvii Gambar 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Pada Saat Masih Ada Outlier Scatterplot Dependent Variable: Beta Regression Studentized Residual 4 2 0 -2 -4 -6 -2 0 2 4 Regression Standardized Predicted Value Sumber : Output SPSS Pada gambar tersebut, terlihat titik-titik menyebar tidak secara acak dan membentuk suatu pola tertentu, serta tidak tersebar baik diatas maupun di bawah angka nol pada sumby Y. Hal ini mengindikasikan bahwa model regresi diatas terdapat gejala hetoskedastisitas. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sama halnya dengan pengujian sebelumnya, penulis mengeluarkan atau tidak mengikutsertakan observasi yang outlier ke dalam model yang akan dibentuk. Sehingga didapatkan hasil sebagai berikut : xcviii Gambar 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas Setelah Tidak Ada Outlier Scatterplot Regression Studentized Residual Dependent Variable: Beta 2 0 -2 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 Regression Standardized Predicted Value Sumber : Output SPSS Pada gambar di atas terlihat titik-titik sudah menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model regresi tersebut. 2. Hasil Penelitian Pengujian terhadap penelitian ini dilakukan melalui dua cara yaitu secara deskriptif dan uji regresi linier berganda. Adapun hasil analisinya adalah sebagai berikut: a. Hasil Analisis Deskriptif xcix Penelitian ini menggunakan pooling data dengan jumlah 200 observasi sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan selam periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Analisis deskripsi dilakukan untuk menghitung nilai deviasi standar, mean, maksimum dan minimum pada variabel independen dan variabel dependen. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada masing-masing variabel yang diteliti, maka diperoleh hasil sebagaimana yang tercantum dalam tabel 1 berikut ini: Tabel 4.6 Hasil Analisis Deskriptif Descriptive Statistics Return Beta EPS DER ROE Jenis Industri Ukuran Industri Inflasi Kurs PDB Valid N (listwise) N 200 200 Minimum -,1437 -1,6244 Maximum ,6259 1,7184 Mean ,051566 ,496593 Std. Deviation ,0783047 ,4079002 200 200 -631,00 -46,55 3103,00 72,27 129,9344 1,4239 332,66273 7,01309 200 -82,00 372,00 16,5460 43,21074 200 200 200 200 0 0 6,0575 9076,72570 1 1 13,3317 10208,78510 ,53 ,95 8,597180 9603,3974200 ,501 ,218 2,8426011 369,44758575 200 200 131629,9167 163664,5250 146638,466660 11363,9963530 Sumber : Output SPSS Tabel 1 menyajikan gambaran statistik dari variabel Return, Beta, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, Return on Equity, Inflasi, Kurs, dan Produk Domestik Bruto. Secara statistik dapat diketahui bahwa pada 200 perusahaan yang dijadikan sampel, variabel Return perusahaan JII memiliki nilai minimum -0,1437 yang terdapat pada perusahaan Limas Stockomindo c Tbk dan nilai terbesar 0,6259 pada perusahaan Ever Shine Textile Tbk, dengan nilai mean 0,05156 dan standar deviasi 0,0783. Variabel Beta memiliki nilai minimum -1,6244 yang terdapat pada perusahaan Bakrie & Brother Tbk dan nilai maximum 1,7184 pada perusahaan Barito Pasific Timber Tbk, dengan nilai rata-rata 0,4965 dan standar deviasi 0,4079. Variabel Earning Per Share memiliki nilai minimum -631,00 rupiah yang terdapat pada perusahaan Sumalindo Lestari Jaya Tbk dan nilai maximum Rp. 3103,00 pada perusahaan Astra Internasional Tbk, dengan nilai rata-rata Rp. 129,93 dan standar deviasi Rp. 332,66. Variabel Debt to Equity Ratio memiliki nilai minimum -46,55 kali yang terdapat pada perusahaan Ciputra Development Tbk dan nilai maximum 72,27 kali pada perusahaan PP London Sumatera Tbk, dengan nilai rata-rata 1,4239 kali dan standar deviasi 7,013 kali. Variabel Return on Equity memiliki nilai minimum -82,00 persen yang terdapat pada perusahaan Kawasan Industri Jababeka Tbk dan nilai maximum 372,00 persen pada perusahaan Ciputra Development Tbk, dengan nilai ratarata 16,546 persen dan standar deviasi 43,2107 persen. Variabel Inflasi memiliki nilai minimum 6,0575 persen dan nilai maximum 13,3317 persen dengan nilai rata-rata 8,597180 persen dan standar deviasi 2,8426011 persen. ci Variabel Kurs atau nilai tukar memiliki nilai minimum Rp. 9076,7257 yang dan nilai maximum Rp.10208,7851 dengan nilai rata-rata Rp.9603,3974 dan standar deviasi Rp. 369,4476. Variabel Produk Domestik Bruto memiliki nilai minimum Rp.131629,9167 dan nilai maximum Rp.163664,5250 dengan nilai rata-rata Rp.146638,4667 dan standar deviasi Rp.11363,9964. Pada analisis deskripsi dapat dilihat bahwa rata-rata (mean) beta saham yang tergolong dalam JII adalah sebesar 0,496 atau berada dibawah satu yang mendukung hasil penelitian Huda (2004) yang dalam penelitiannya mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi beta saham pada kelompok JII. Hasil penelitian antara lain menyatakan bahwa rata-rata beta saham kelompok JII berada pada nilai di bawah satu yang berarti mempunyai risiko di bawah risiko pasar. Oleh karena variabel Jenis Industri dan Ukuran Industri merupakan variabel dummy (kategori), maka tidak perlu dilakukan statistik deskripsi hanya perlu dibuat table frekuensi. Frekuensi variabel Jenis Industri dan Ukuran Industri dapat dilihat pada table 2. Tabel 4.7 Hasil Uji Frequency Jenis dan Ukuran Industri Jenis Industri Frequency Valid Industri Non Manufaktur Industri Manufaktur Total 95 105 200 Sumber : Output SPSS cii Percent 47,5 52,5 100,0 Valid Percent 47,5 52,5 100,0 Cumulative Percent 47,5 100,0 Ukuran Industri Frequency Valid Industri Kecil Industri Besar Total Sumber : Output SPSS Percent Valid Percent Cumulative Percent 10 5,0 5,0 5,0 190 200 95,0 100,0 95,0 100,0 100,0 Tabel 2.1 menggambarkan bahwa jenis industri non manufaktur tercatat sebanyak 95 perusahaan atau 47,5% dari total perusahaan yang dijadikan sampel, sedangkan industri manufaktur tercatat sebanyak 105 perusahaan atau 52,5% dari total perusahaan yang dijadikan sampel. Tabel 2.2 menggambarkan bahwa ukuran industri kecil tercatat sebanyak 10 perusahaan atau 5,0% dari total perusahaan yang dijadikan sampel, sedangkan industri besar tercatat sebanyak 190 perusahaan atau 95,0% dari total perusahaan yang dijadikan sampel. b. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, Return on Equity, Inflasi, Kurs, dan Produk Domestik Bruto terhadap return dan beta saham perusahaan-perusahaan yang tergolong Jakarta Islamic Index di Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut: ciii Tabel 4.8 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) EPS DER ROE Jenis Industri Ukuran Industri Inflasi Kurs PDB Standardized Coefficients t Sig. B 1,041 Std. Error ,557 Beta 1,868 ,064 ,001 ,035 ,001 ,015 ,093 ,277 ,835 2,356 ,406 ,020 ,001 -,033 ,025 ,006 ,020 ,051 ,020 -,144 ,041 ,145 -1,681 ,490 ,885 ,095 ,625 -,014 -,012 ,023 ,007 -,060 -,187 -,636 -1,755 ,526 ,082 ,001 ,001 ,109 1,140 ,256 a Dependent Variable: Return Sumber: Output SPSS Tabel 4.9 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) EPS DER ROE Jenis Industri Ukuran Industri Inflasi Kurs PDB Standardized Coefficients B -,569 Std. Error 1,060 ,008 ,056 ,003 ,029 -,014 -,107 t Sig. Beta -,537 ,592 ,293 ,197 2,939 1,953 ,004 ,053 ,011 ,037 -,153 -,216 -1,262 -2,868 ,209 ,005 ,160 ,097 ,125 1,647 ,102 ,004 ,038 ,045 ,013 ,008 ,282 ,099 3,015 ,922 ,003 -,007 ,001 -,420 -5,092 ,000 a Dependent Variable: Beta Sumber: Output SPSS civ Dari tabel di atas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk return dan beta saham syariah perusahaan-perusahaan yang tergolong JII di BEI sebagai berikut: Persamaan 1: Y1 = 1,041 + 0,001 X1 + 0,035 X2 + 0,001 X3 – 0,033 X4 + 0,025 X5 – 0,014 X6 – 0,012 X7 + 0,001 X8 Persamaan 2: Y2 = -0,569 + 0,008 X1 + 0,056 X2 – 0,014 X3 – 0,107 X4 + 0,160 X5 + 0,004 X6 + 0,038 X7 – 0,007 X8 Keterangan: Y1 = Variabel dependen Return saham syariah Y2 = Variabel dependen Beta saham syariah a = Konstanta β = Koefisien regresi dari variabel independen ke i. i X X X X 1 2 3 4 = Variabel Independen Earning Per Share = Variabel Independen Debt To Equity Ratio = Variabel Independen Return On Equity = Variabel Independen (Variabel Dummy) Jenis Industri yang membedakan industri non manufaktur dan manufaktur X 5 = Variabel Independen (Variabel Dummy) Ukuran Industri yang membedakan industri besar dan kecil X 6 = Variabel Independen Inflasi cv X X e 7 8 = Variabel Independen Kurs Rupiah Terhadap Dollar = Variabel Independen Produk Domestik Bruto = Estimasi Error Koefisien-koefisien pada persamaan 1 regresi linier berganda di atas dapat diartikan sebagai berikut: a. Tanda pada koefisien regresi mencerminkan hubungan antara variabel independen (return, beta, book value, price earning ratio, debt to equity ratio, return on equity, jenis industri, ukuran industri, inflasi, kurs, dan produk domestik bruto) dengan variabel dependen (return saham perusahaan-perusahaan yang tergolong JII). Tanda (+) berarti terdapat hubungan yang positif atau searah antara variabel independen dengan variabel dependen. Semakin meningkat nilai variabel independen (return, beta, earning per share, debt to equity ratio, return on equity, jenis industri, ukuran industri, inflasi, kurs, dan produk domestik bruto) maka semakin meningkat pula nilai variabel dependen (return saham perusahaan-perusahaan yang tergolong JII), begitu juga sebaliknya. b. Koefisien regresi untuk variabel Earning Per Share (X1) sebesar 0,001 menunjukkan bahwa jika variabel Earning Per Share (X1) meningkat satu satuan rupiah maka akan berpengaruh positif terhadap variabel dependen return sebesar 0,001. c. Koefisien regresi variabel Debt to Equity Ratio (X2) sebesar 0,035 menunjukkan bahwa jika Debt to Equity Ratio (X2) meningkat satu satuan cvi kali maka akan berpengaruh positif terhadap variabel dependen return sebesar 0,035. d. Koefisien regresi variabel Return on Equity (X3) sebesar 0,001 menunjukkan bahwa jika variabel Return on Equity (X3) meningkat satu satuan persen maka akan berpengaruh positif terhadap variabel dependen return sebesar 0,001. e. Koefisien regresi variabel Jenis Industri (X4) sebesar -0,033 menunjukkan bahwa jika perusahaan tergolong “non manufaktur” (dummy = 0) dan variabel lain bernilai sama dengan nol, maka nilai return sebesar 1,041 + (-0,033).(DJenis) = 1,041 + (-0,033).(0) = 1,041. Jadi return naik sebesar 1,041. Jika perusahaan tergolong “perusahaan manufaktur” (dummy = 1) dan variabel lain bernilai sama dengan nol, maka nilai return sebesar 1,167 + (-0,033).(DJenis) = 1,041 + (-0,033).(1) = 1,008. Jadi return naik sebesar 1,008. f. Koefisien regresi variabel Ukuran Industri (X5) sebesar 0,025 menunjukkan bahwa jika perusahaan tergolong “perusahaan kecil” (dummy = 0) dan variabel lain bernilai sama dengan nol, maka nilai return sebesar 1,041 + 0,025 (DUkuran) = 1,041 + 0,025 (0) = 1,041. Jadi return naik 1,041. Jika perusahaan tergolong “perusahaan besar” (dummy = 1) dan variabel lain bernilai sama dengan nol, maka nilai return sebesar 1,041 + 0,025 (DUkuran) = 1,041 + 0,025 (1) = 1,066. Jadi return naik sebesar 1,066. cvii g. Koefisien regresi variabel Inflasi (X6) sebesar -0,014 menunjukkan bahwa jika variabel Inflasi (X6) meningkat satu satuan persen maka akan berpengaruh negatif terhadap variabel dependen return sebesar 0,014. h. Koefisien regresi variabel Kurs/Nilai Tukar (X7) sebesar -0,012 menunjukkan bahwa jika variabel Kurs/Nilai Tukar (X7) meningkat satu satuan rupiah maka akan berpengaruh negatif terhadap variabel dependen return sebesar 0,012. i. Koefisien regresi variabel PDB (X8) sebesar 0,001 menunjukkan bahwa jika variabel PDB (X8) meningkat satu satuan rupiah maka akan berpengaruh positif terhadap variabel dependen return sebesar 0,001. Koefisien-koefisien pada persamaan 2 regresi linier berganda di atas dapat diartikan sebagai berikut: a. Tanda pada koefisien regresi mencerminkan hubungan antara variabel independen (return, beta, earning per share, debt to equity ratio, return on equity, jenis industri, ukuran industri, inflasi, kurs, dan produk domestik bruto) dengan variabel dependen (return saham perusahaan- yang tergolong JII). Tanda (+) berarti terdapat hubungan yang positif atau searah antara variabel independen dengan variabel dependen. Semakin meningkat nilai variabel independen (Return, Beta, Book Value, Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Equity, Jenis Industri, Ukuran Industri, Inflasi, Kurs, dan Produk Domestik Bruto) maka semakin cviii meningkat pula nilai variabel dependen (return saham perusahaan- yang tergolong JII), begitu juga sebaliknya. b. Koefisien regresi untuk variabel Earning Per Share (X1) sebesar 0,008 menunjukkan bahwa jika variabel Earning Per Share (X1) meningkat satu satuan rupiah maka akan berpengaruh positif terhadap variabel dependen beta sebesar 0,008. c. Koefisien regresi variabel Debt to Equity Ratio (X2) sebesar 0,056 menunjukkan bahwa jika Debt to Equity Ratio (X2) meningkat satu satuan kali maka akan berpengaruh positif terhadap variabel dependen beta sebesar 0,056. d. Koefisien regresi variabel Return on Equity (X3) sebesar –0,014 menunjukkan bahwa jika variabel Return on Equity (X3) meningkat satu satuan persen maka akan berpengaruh negatif terhadap variabel dependen beta sebesar 0,014. e. Koefisien regresi variabel Jenis Industri (X4) sebesar –0,107 menunjukkan bahwa jika perusahaan tergolong “non manufaktur” (dummy = 0) dan variabel lain bernilai sama dengan nol, maka nilai beta sebesar -0,569 + (0,107).(Djenis) = -0,569 + (-0,107).(0) = -0,569. Jadi beta turun sebesar 0,831. Jika perusahaan tergolong “perusahaan manufaktur” (dummy = 1) dan variabel lain bernilai sama dengan nol, maka nilai beta sebesar -0,569 + (-0,107).(Djenis) = -0,569 + (-0,107).(1) = -0,676. Jadi beta turun sebesar 0,676. cix f. Koefisien regresi variabel Ukuran Industri (X5) sebesar 0,160 menunjukkan bahwa jika perusahaan tergolong “perusahaan kecil” (dummy = 0) dan variabel lain bernilai sama dengan nol, maka nilai beta sebesar -0,569 + 0,160 (DUkuran) = -0,569 + 0,160 (0) = -0,569. Jadi beta turun sebesar 0,569. Jika perusahaan tergolong “perusahaan besar” (dummy = 1) dan variabel lain bernilai sama dengan nol, maka nilai beta sebesar -0,569 + 0,160 (Dukuran) = -0,569 + 0,160 (1) = -0,409. Jadi beta turun sebesar 0,409. g. Koefisien regresi variabel Inflasi (X6) sebesar 0,004 menunjukkan bahwa jika variabel Inflasi (X6) meningkat satu satuan persen maka akan berpengaruh positif terhadap variabel dependen beta sebesar 0,004. h. Koefisien regresi variabel Kurs/Nilai Tukar (X7) sebesar 0,038 menunjukkan bahwa jika variabel Kurs/Nilai Tukar (X7) meningkat satu satuan rupiah maka akan berpengaruh positif terhadap variabel dependen beta sebesar 0,038. i. Koefisien regresi variabel PDB (X8) sebesar –0,007 menunjukkan bahwa jika variabel PDB (X8) meningkat satu satuan rupiah maka akan berpengaruh negatif terhadap variabel dependen beta sebesar 0,007. 4. Uji Hipotesis a. Uji T-Test Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang terdiri dari EPS, DER, ROE, Jenis dan Ukuran Industri, Inflasi, Kurs Rupiah cx terhadap Dollar, dan PDB terhadap Return dan Beta saham perusahaanperusahaan yang tergolong JII di Bursa Efek Indonesia secara parsial. Tabel 4.10 Hasil Pengujian Regresi Parsial Variabel Independen Variabel Dependen (Return) Koefisien Konstanta 1,041 Earning Per Share 0,001 Debt to Equity Ratio 0,035 Return on Equity 0,001 Jenis Perusahaan -0,033 Ukuran Perusahaan 0,025 Inflasi -0,014 Kurs -0,012 Produk Domestik 0,001 Bruto t-tabel = 1,972 ; sig. = 0,05 t-tabel = 1,653 ; sig. = 0,10 t = 1,868 sig. = 0,064 t = 0,835 sig. = 0,406 t = 2,356* sig. = 0,020 t = 0,145 sig. = 0,885 t = -1,681** sig. = 0,095 t = 0,490 sig. = 0,625 t = -0,636 sig. = 0,526 t = -1,755** sig. = 0,082 t = 1,140 sig. = 0,256 Variabel Dependen (Beta) Koefisien -0,569 t = -0,537 sig. = 0,592 0,008 t = 2,939* sig. = 0,004 0,056 -0,014 -0,107 0,160 0,004 0,038 -0,007 t = 1,953** sig. = 0,053 t = -1,262 sig. = 0,209 t = -2,868* sig. = 0,005 t = 1,647 sig. = 1,102 t = 0,099 sig. = 0,922 t = 3,015* sig. = 0,003 t = -5,092* sig. = 0,000 *signifikan pada α = 0,05 **signifikan pada α = 0,10 Sumber: Data diolah Pada tabel 4.10 tersebut menunjukkan bahwa variabel debt to equity ratio mempunyai pengaruh signifikan sebesar α = 0,05 terhadap return saham syariah dan variabel jenis industri dan kurs rupiah terhadap dollar mempunyai pengaruh signifikan sebesar α = 0,10 terhadap return saham sedangkan variabel-variabel yang mempunyai pengaruh signifikan sebesar α = 0,05 terhadap beta saham syariah adalah earning per share, jenis perusahaan, kurs cxi rupiah terhadap dollar dan Produk Domestik bruto (PDB) dan variabel yang mempunyai pengaruh sebesar α = 0,10 terhadap beta saham syariah adalan debt to equity ratio. Berdasarkan uji-t pada persamaan 1 diketahui bahwa ada variabelvariabel karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro yang mempunyai pengaruh signifikan pada α = 0,05 terhadap return saham syariah di BEI. Artinya, penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan Auliyah dan Hamzah (2006) yang menunjukkan bahwa tidak ada satu pun variabel-variabel tersebut yang berpengaruh signifikan terhadap return saham syariah pada tingkat α = 0,05. hal ini dimungkinkan karena adanya perbedaan karakteristik sampel, jumlah observasi dan periode penelitian. Sedangkan uji t pada persamaan 2 dapat dilihat variabel-variabel yang mempunyai pengaruh signifikan sebesar α = 0,05 terhadap beta saham syariah adalah variabel karakteristik perusahaan yaitu earning per share, variabelvariabel industri yaitu jenis perusahaan serta variabel-variabel ekonomi makro yaitu kurs rupiah terhadap dollar dan Produk Domestik bruto (PDB). Hal ini tidak konsisten terhadap variabel-variabel industri dalam penelitian yang dilakukan Hamzah (2005) yang menunjukkan bahwa tidak ada satu pun dari variabel-variabel karakteristi perusahaan dan variabel-variabel industri yang berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah. Akan tetapi hasil ini konsisten terhadap variabel-variabel ekonomi makro yang berpengaruh cxii secara signifikan sebesar α = 0,05 terhadap beta saham syariah seperti kurs rupiah terhadap dollar dan PDB. Penelititan yang dilakukan oleh Daniati dan Suhairi (2006) yang meneliti pengaruh size perusahaan terhadap return saham menyimpulkan bahwa size perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan sebesar α = 0,05 terhadap return saham yang diharapkan. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang penulis lakukan, dimungkinkan karena perbedaan kondisi pasar modal yang diteliti, karakteristik sampel, jumlah observasi dan periode penelitian. b. Uji F-Test Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen yang terdiri dari EPS, DER, ROE, Jenis dan Ukuran Industri, Inflasi, Kurs Rupiah terhadap Dollar, dan PDB terhadap Return dan Beta saham perusahaanperusahaan yang tergolong JII di Bursa Efek Indonesia secara simultan atau bersama-sama. Tabel 4.11 Hasil Pengujian Regresi Simultan Variabel Independen Karakteristik Perusahaan, Industri dan Ekonomi Makro Variabel Dependen (Return)* F-hitung = 3,172 Sig. = 0,003 F-tabel = 1,929 Sig. = 0,05 2 Adjusted R (return) = 0,113 2 Adjusted R (beta) = 0,214 *signifikan pada α = 0,05 Sumber: Data diolah cxiii Variabel Dependen (Beta)* F-hitung = 6,255 Sig. = 0,000 F-tabel = 1,929 Sig. = 0,05 Berdasarkan pada tabel 4.11 tersebut menunjukkan dari F-test yang telah dilakukan untuk return saham syariah menghasilkan probabilitas signifikansi di bawah 5% yaitu sebesar 0,3% dan nilai F-hitung sebesar 3,172 serta pada beta saham syariah menghasilkan probabilitas signifikansi dibawah 5% yaitu sebesar 0% dan nilai F-hitung sebesar 6,255. Dengan adanya hal itu, hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan pada tingkat 5% dari variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro terhadap return saham syariah dan beta saham syariah. Hasil pengujian ini mendukung hipotesis H A1 yang menyatakan bahwa variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro berpengaruh secara signifikan terhadap return saham syariah dan juga mendukung hipotesis H A2 yang menyatakan bahwa variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah. Hasil ini juga mengindikasikan bahwa hubungan return dan risiko saham syariah adalah searah. Hasil penelitian dengan obyek pasar modal syariah dilakukan oleh Aruzzi dan Bandi (2003) menunjukkan bahwa secara bersama-sama maupun parsial variabel-variabel rasio profitabilitas tidak mempunyai pengaruh secara signifikan sebesar α = 0,05 terhadap beta saham syariah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang penulis lakukan bahwa variabel-variabel karakteristik perusahaan yaitu return on equity tidak berpengaruh secara signifikan baik menggunakan uji T maupun uji F terhadap beta saham syariah. cxiv 5. Koefisien Determinasi ( Adj R Square) Melalui pengujian serentak dapat diketahui besarnya koefisien 2 2 determinasi (Adj R ). Dari koefisien determinasi (Adj R ) dapat diketahui derajat ketepatan dari analisis regresi linier berganda menunjukkan besarnya variasi sumbangan seluruh variabel independen terhadap variabel dependennya. 2 Nilai adjusted R pada return saham syariah sebesar 11,3% dan pada beta saham syariah sebesar 21,4%. Ini berarti variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro hanya dapat menjelaskan sebesar 11,3% pada return saham syariah, sedangkan 88,7% dijelaskan oleh variabelvariabel lain. Untuk variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro hanya dapat menjelaskan sebesar 21,4% pada beta saham syariah, sedangkan 78,6% dijelaskan oleh variabel-variabel lain. cxv BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap return dan beta saham syariah yang tergolong dalam Jakarta Islamic Index sebagai variabel dependen, dengan karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro sebagai variabel independen, selama jangka waktu lima tahun dimulai dari periode 2003 sampai dengan 2007 adalah sebagai berikut : 1. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa terdapat variabel karakteristik perusahaan yang berpengaruh secara signifikan terhadap return saham syariah yaitu debt to equity ratio, sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh secara signifikan. 2. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap beta saham syariah adalah earning per share, jenis perusahaan, kurs rupiah terhadap dollar dan produk domestik bruto (PDB), sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh secara signifikan. 3. Variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap return saham syariah adalah debt to equity ratio. 4. Variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap beta saham syariah adalah produk domestik bruto (PDB). 99 cxvi 5. Nilai adjusted R squared (R2) atau tingkat koefisien determinasi variabelvariabel karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro terhadap return saham syariah adalah sebesar 11,3%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro hanya dapat menjelaskan sebesar 11,3% pada return saham syariah, sedangkan 88,7% dijelaskan oleh variabel lain. 6. Nilai adjusted R squared (R2) atau tingkat koefisien determinasi variabelvariabel karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro terhadap beta saham syariah adalah sebesar 21,4%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro hanya dapat menjelaskan sebesar 21,4% pada beta saham syariah, sedangkan 78,6% dijelaskan oleh variabel lain. B. Implikasi Penelitian Tentunya banyak hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini sehingga membuat hasil penelitian ini kurang sempurna. Keterbatasanketerbatasan tersebut diantaranya : 1. Variabel-variabel industri dan ekonomi makro yang digunakan pada penelitian ini hanya beberapa saja, masih ada variabel-variabel ekonomi makro dan industri yang lain. 2. Sampel yang digunakan hanya 40 perusahaan. 3. Periode penelitian hanya 5 tahun dengan jumlah sampel yang sedikit karena munculnya Jakarta Islamic Index yang juga masih relatif baru. cxvii Akan tetapi penulis berharap hasil penelitian ini dapat berimplikasi kepada beberapa pihak, antara lain sebagai berikut : • Bagi investor, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi tambahan yang bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan investasi di pasar modal. • Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat diteruskan dengan menambah variabel-variabel ekonomi makro dan industri atau menganti dan menambah variabel-variabel karakteristik perusahaan yang lain yang dimungkinkan relevan dengan return dan beta saham syariah serta menambah periode waktu penelitian. Kemudian perlu dilakukan pengujian variabel-variabel makro ekonomi, industri dan karakteristik perusahaan dengan return dan beta saham non syariah serta menguji perbedaan antara return dan beta saham syariah dengan return dan beta saham non syariah. • Bagi pembaca, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan khususnya dalam bidang pasar modal yang berbasis syariah. cxviii DAFTAR PUSTAKA Al-Quranul Karim (QS. Al-Baqarah: 275, QS. An-Nisa: 29, QS. Al-Hasyr: 18, QS. At-Taubah: 34-35) Auliyah dan Hamzah, A. “Analisis Karakteristik Perusahaan, Industri dan Ekonomi Makro terhadap Return Saham Syariah di BEJ”, Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, tahun 2005 Christianti, A. dan M. Lestari, “Analisis Pengaruh Nilai Saham yang Beredar, Struktur Modal, Risiko Pasar, dan Suku Bunga Terhadap Return Saham di BEJ dengan Pendekatan Model Dinamis”, Jurnal Riset dan Akuntansi Keuangan, Vol. 1, No.1 tahun 2005 Daniati, N. dan Suhairi, “Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba Kotor, Size Perusahaan terhadap Expected Return Perusahaan (Survey pada Industri Textile dan Automotive yang Terdaftar di BEJ)”, Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, tahun 2006 Hamzah, A. “Analisis Karakteristik Perusahaan, Industri dan Ekonomi Makro terhadap Beta Saham Syariah di BEJ”, Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, tahun 2004 Huda, N. dan M.E. Nasution, “Investasi pada Pasar Modal Syariah”, Edisi 1, Penerbit Kencana, Jakarta, 2007 Husnan, Suad, “Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”, Edisi 3 cxix UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2001 Kewon, J. Arthur dkk, “Manajemen Keuangan: Prinsip-prinsip dan Aplikasi”, Edisi 9, PT Indeks, Jakarta, 2004 102 Komariah, Oom, ”Analisis Pengukuran Risiko Harga Sham Syariah dengan Pendekatan Variance Covariance dan Historical Simulation”, Tesis Program Studi Timur Tengah dan Islam; program pasca sarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 2005 Maharani, Reny, Hubungan Kausalitas antara Variabel Makro dan Harga Saham Syariah Jakarta Idlamic Indeks, Tesis Program Studi Timur Tengah dan Islam; program pasca sarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 2005 Mulyono, Sri, “Statistika untuk Ekonomi”, Edisi 2, Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 2003 Prakarsa, W, ”Metodologi Penelitian Keuangan: Prosedur, Ide, dan Kontrol”, Edisi 1, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006 Riyanto, Bambang, “Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Penerbit UGM Yogyakarta, 1995 Singgih, Santosa, “Buku Latihan SPSS Statistik Versi 10.6”, PT. Elek Media Komputindo, Jakarta, 2002 Subarta, Ketut, “Analisis Model Meminimumkan Risiko Investasi melalui Diversifikasi sesuai Jangka Waktu Kepemilikan Saham”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 5 No.2 tahun 2005 cxx Sudarmadji A.M. dan L. Sularto, “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profirability, Leverage dan Tipe Kepemilikan Terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan”, Jurnal PERSAT, Vol. 2 tahun 2007 Suharli, Michel, “Studi Empiris Terhadap Dua Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham Pada Industri Food & Beverages Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Ekonomi Akuntansi, Vol. 7 No. 2 tahun 2005 Sukirno, Sadono, “Pengantar Teori Ekonomi Makro”, Edisi 2, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2001 Susilo, D. dkk, “Dampak Publikasi Laporan Keuangan Terhadap Perilaku Return Saham Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal SMART : Vol. 2 No. 2 Mei 2004 ULUPUI, I G. K. A., ”Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Dan Profitabilitas Terhadap Return Saham”, Jurnal Akuntansi; Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, 2005 Veronica, W. ”Analisis Pengaruh Hari Perdagangan, SWBI, dan Nilai Tukar terhadap JII”, Skripsi S1 FEIS Yang Tidak Dipublikasikan, Jakarta, 2007. cxxi LAMPIRAN 1 HASIL PENGUJIAN REGRESI cxxii A. Hasil Regresi Berganda Pada Saat Masih Terdapat Data Yang Outlier Model Summary(b) Adjusted 105 R Std. Error of R R Square Square the Estimate Durbin-Watson ,305(a) ,093 ,055 ,0761281 1,680 a Predictors: (Constant), PDB, Ukuran Industri, DER, EPS, Jenis Industri, Inflasi , Kurs, ROE b Dependent Variable: Return Model 1 Coefficients(a) Unstandardized Coefficients B Std. Error ,296 ,158 1,15E-005 ,000 Model 1 (Constant) EPS DER ROE Standardized Coefficients Beta t Sig. Collinearity Statistics Tolerance VIF ,049 1,871 ,653 ,063 ,515 ,849 1,178 ,001 ,000 -,004 ,001 ,000 ,011 ,092 ,137 -,025 1,100 1,535 -,349 ,273 ,126 ,727 ,673 ,598 ,909 1,487 1,673 1,100 ,040 ,000 ,026 ,002 ,111 -,018 1,546 -,218 ,124 ,828 ,926 ,721 1,080 1,387 -2,68E-005 -1,76E-007 a Dependent Variable: Return ,000 ,000 -,126 -,026 -1,429 -,322 ,155 ,748 ,607 ,750 1,648 1,333 Jenis Industri Ukuran Industri Inflasi Kurs PDB Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Scatterplot Dependent Variable: Return Dependent Variable: Return 8 Regression Studentized Residual Expected Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 6 4 2 0 -2 Observed Cum Prob -2.5 0.0 2.5 5.0 Regression Standardized Predicted Value cxxiii 7.5 Model Summary(b) Adjusted R Std. Error of Model R R Square Square the Estimate Durbin-Watson 1 ,418(a) ,175 ,140 ,3781676 1,482 a Predictors: (Constant), PDB, Ukuran Industri, DER, EPS, Jenis Industri, Inflasi , Kurs, ROE b Dependent Variable: Beta Coefficients(a) Unstandardized Coefficients B Std. Error -,978 ,787 ,000 ,000 ,008 ,005 Model 1 (Constant) EPS DER ROE t ,175 ,140 Sig. Collinearity Statistics Tolerance VIF -1,243 2,456 1,745 ,215 ,015 ,083 ,849 ,673 1,178 1,487 2,04E-005 ,001 ,002 ,025 ,980 ,598 1,673 -,103 ,368 ,056 ,127 -,127 ,197 -1,837 2,886 ,068 ,004 ,909 ,926 1,100 1,080 -,002 ,000 ,011 ,000 -,015 ,260 -,193 3,080 ,847 ,002 ,721 ,607 1,387 1,648 -1,09E-005 ,000 -,303 -4,000 ,000 ,750 1,333 Jenis Industri Ukuran Industri Inflasi Kurs PDB Standardized Coefficients Beta a Dependent Variable: Beta Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Scatterplot Dependent Variable: Beta Dependent Variable: Beta 1.0 Regression Studentized Residual Expected Cum Prob 4 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Observed Cum Prob 2 0 -2 -4 -6 -2 0 2 Regression Standardized Predicted Value cxxiv 4 B. Hasil Regresi Berganda Setelah Tidak Ada Outlier Model Summary(b) Adjusted R Std. Error of R R Square Square the Estimate Durbin-Watson ,405(a) ,164 ,113 ,10769 1,895 a Predictors: (Constant), PDB, Jenis Industri, EPS, DER, Inflasi, Ukuran Industri, Kurs, ROE b Dependent Variable: Return Model 1 Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Std. B Error Model 1 (Constant) 1,041 ,557 EPS ,001 ,035 ,001 -,033 ,001 ,015 ,006 ,020 ,025 ,051 -,014 -,012 ,023 ,007 DER ROE Jenis Industri Ukuran Industri Inflasi Kurs PDB ,001 Standardized Coefficients t Collinearity Statistics Sig. Beta Tolerance VIF 1,868 ,064 ,835 2,356 ,145 -1,681 ,406 ,020 ,885 ,095 ,524 ,469 ,335 ,882 1,909 2,134 2,987 1,134 ,041 ,490 ,625 ,922 1,085 -,060 -,187 -,636 -1,755 ,526 ,082 ,727 ,568 1,375 1,760 ,001 ,109 1,140 ,256 a Dependent Variable: Return ,709 1,411 ,093 ,277 ,020 -,144 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Scatterplot Dependent Variable: Return Dependent Variable: Return 4 Regression Studentized Residual Expected Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 2 0 -2 0.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 -2 Observed Cum Prob 0 2 4 Regression Standardized Predicted Value cxxv 6 8 Model Summary(b) Model 1 R ,505(a) R Square ,255 Adjusted R Square ,214 Std. Error of the Estimate ,22029 Durbin-Watson 1,625 a Predictors: (Constant), PDB, Jenis Industri, EPS, DER, Inflasi, Ukuran Industri, Kurs, ROE b Dependent Variable: Beta Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Std. B Error -,569 1,060 Model 1 (Constant) Sig. Beta Collinearity Statistics Tolerance VIF -,537 ,592 ,008 ,056 ,003 ,029 ,293 ,197 2,939 1,953 ,004 ,053 ,514 ,499 1,944 2,003 ROE -,014 -,107 ,011 ,037 -,153 -,216 -1,262 -2,868 ,209 ,005 ,346 ,896 2,891 1,116 ,160 ,004 ,097 ,045 ,125 ,008 1,647 ,099 ,102 ,922 ,893 ,721 1,120 1,386 ,038 -,007 ,013 ,001 ,282 -,420 3,015 -5,092 ,003 ,000 ,585 ,750 1,709 1,334 Inflasi Kurs PDB a Dependent Variable: Beta Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Beta 1.0 Expected Cum Prob t EPS DER Jenis Industri Ukuran Industri 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 0.0 Standardized Coefficients 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Observed Cum Prob cxxvi Scatterplot Regression Studentized Residual Dependent Variable: Beta 2 0 -2 -4 -3 -2 -1 0 1 Regression Standardized Predicted Value cxxvii 2 3 LAMPIRAN 2 DATA RETURN SAHAM SYARIAH JII TAHUN 2003-2007 RETURN SAHAM SYARIAH PERIODE 2003-2007 110 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Nama Perusahaan Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) Asahimas Flat Glass (AMFG) Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) Astra Graphia Tbk (ASGR) Astra International Tbk (ASII) Astra Otoparts Tbk (AUTO) Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) Barito Pacific Timber Tbk. (BRPT) Berlian Laju Tanker Tbk. (BLTA) Bumi Resources Tbk. (BUMI) Ciputra Development Tbk.(CTRA) Citra Marga Nushapala Persada Tbk (CMNP) Delta Dunia Petroindo Tbk (DOID) Dynaplast Tbk (DYNA) Ever Shine Textile (ESTI) Fortune Indonesia (FORU) Gajah Tunggal Tbk. (GJTL) Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) Indocement Tunggal Prakasa Tbk. (INTP) Indofarma Tbk (INAF) Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Indorama Syntetics Tbk (INDR) Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) Kimia Farma Tbk (KAEF) Limas Stokhomindo Tbk (LMAS) Mayora Indah Tbk (MYOR) Medco Energi International Tbk. (MEDC) Metrodata Electronics Tbk (MTDL) Multipolar Tbk (MLPL) Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) PP London Sumatera Tbk (LSIP) Selamat SempurnaTbk. (SMSM) Semen Cibinong Tbk. (SMCB) SMART Tbk (SMAR) Sumalindo Lestari Jaya Tbk (SULI) 2003 -0,0028 0,0726 0,0105 0,0178 0,0485 0,0165 0,3819 0,1390 0,0771 0,4018 0,1821 0,0092 0,0552 0,0503 0,0348 0,0042 0,0914 0,1391 0,1079 -0,0192 0,0436 0,0273 0,0187 0,0225 0,0234 0,1001 0,0009 -0,0094 0,0399 0,1298 0,1641 -0,0120 0,1062 0,1573 0,0429 cxxviii 2004 0,0230 0,0103 0,0581 0,0003 0,0554 0,0170 0,0227 0,0695 0,0453 0,0489 0,0266 0,0762 0,0862 0,0293 0,1609 -0,0225 0,0340 0,0662 0,0486 0,0253 0,0078 0,0257 0,1104 0,0059 -0,0384 0,0284 0,0385 -0,0068 0,0533 0,1512 0,0460 -0,0088 0,0390 0,0401 0,2362 2005 0,0411 0,0455 0,0519 -0,0068 0,0092 0,0573 0,2853 0,0935 0,0443 0,0048 -0,0077 0,0076 0,1273 0,0085 0,6259 0,0028 0,0027 0,0131 0,0203 -0,0069 0,0259 -0,0189 0,0045 -0,0104 -0,1437 -0,0166 0,0542 -0,0020 -0,0300 0,0353 0,0702 -0,0191 -0,0045 0,0022 0,0713 2006 0,0775 0,0011 0,0837 0,0071 0,0428 0,0092 0,0392 0,0252 0,0491 0,0197 0,0857 0,0807 0,0037 0,0394 0,1574 0,0630 0,0099 -0,0038 0,0444 0,0096 0,0411 0,0112 0,0457 0,0176 -0,0112 0,0601 0,0073 0,0160 -0,0010 -0,0445 0,0736 -0,0250 0,0341 0,1364 0,1129 2007 0,0172 0,0213 0,0701 -0,0070 0,0497 0,0141 0,0607 0,1867 0,0416 0,1741 0,0184 0,0373 0,2223 -0,0305 0,0379 0,1635 -0,0106 -0,0040 0,0311 0,0830 0,0555 0,0569 0,0439 0,0827 0,0703 0,0164 0,0306 0,0840 -0,0043 -0,0410 0,0492 0,0098 0,0892 0,0557 0,0332 36 37 38 39 40 Summarecon Agung Tbk. (SMRA) Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) Timah Tbk. (TINS) Trias Sentosa Tbk (TRST) United Tractors Tbk. (UNTR) 0,1843 0,0575 0,2108 0,0453 0,1512 cxxix 0,0156 0,0646 -0,0143 -0,0214 0,0655 0,0270 0,0161 -0,0092 -0,0270 0,0481 0,0527 0,0643 0,1041 -0,0011 0,0460 0,0154 0,1146 0,1780 0,0302 0,0458 LAMPIRAN 3 DATA BETA SAHAM SYARIAH JII 2003-2007 ETA SAHAM SYARIAH PERIODE 2003-2007 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 Nama Perusahaan 112 Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) Asahimas Flat Glass (AMFG) Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) Astra Graphia Tbk (ASGR) Astra International Tbk (ASII) Astra Otoparts Tbk (AUTO) Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) Barito Pacific Timber Tbk. (BRPT) Berlian Laju Tanker Tbk. (BLTA) Bumi Resources Tbk. (BUMI) Ciputra Development Tbk.(CTRA) Citra Marga Nushapala Persada Tbk (CMNP) Delta Dunia Petroindo Tbk (DOID) Dynaplast Tbk (DYNA) Ever Shine Textile (ESTI) Fortune Indonesia (FORU) Gajah Tunggal Tbk. (GJTL) Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) Indocement Tunggal Prakasa Tbk. (INTP) Indofarma Tbk (INAF) Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Indorama Syntetics Tbk (INDR) Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) Kimia Farma Tbk (KAEF) Limas Stokhomindo Tbk (LMAS) Mayora Indah Tbk (MYOR) Medco Energi International Tbk. (MEDC) Metrodata Electronics Tbk (MTDL) Multipolar Tbk (MLPL) 2003 0,4251 2,0430 0,6768 1,1492 1,8824 1,1560 4,3354 1,3948 0,5824 1,9880 1,4213 0,6243 2,3230 0,2996 3,6062 -0,6999 1,4111 2,1537 0,7330 1,0083 1,2745 1,0352 1,4446 1,3897 0,6124 1,6966 0,2314 1,2759 2,2582 cxxx 2004 0,4144 1,0973 0,1874 1,3525 0,5626 1,0690 1,3643 1,6076 1,4357 0,0650 1,6859 0,9585 -3,6698 1,3056 3,1893 -1,8389 1,5008 1,4334 2,9171 3,2824 0,6970 1,1125 2,5497 1,1248 1,8586 1,0916 0,5506 0,8290 2,3474 2005 1,3560 -0,0857 0,1918 1,3348 1,5621 0,5935 0,5216 3,0643 1,0300 0,9494 2,2232 1,6131 -3,9341 1,3372 -3,6946 3,9536 2,1320 1,9041 1,5031 2,0246 1,7450 1,5749 2,1512 1,3118 1,2473 1,8074 0,1466 1,2684 2,0811 2006 1,5554 1,4787 0,3242 0,6382 1,6464 0,5775 0,2104 1,7890 -0,1685 0,6984 1,0321 1,8404 -0,7399 2,0734 2,1154 1,3983 1,3377 0,9884 1,3130 -0,0929 1,6316 0,6448 0,9463 0,3303 1,5988 1,5745 1,1715 0,9434 1,1822 2007 0,8710 0,8229 1,7438 0,4283 1,5993 0,9326 0,9195 1,3154 1,0938 1,2476 0,7477 1,2661 -1,2222 1,3341 1,5789 1,2854 0,6994 1,0356 1,0378 -0,7786 0,1821 -0,0009 0,5582 0,2520 0,8537 0,2824 0,8986 0,2429 1,1174 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) PP London Sumatera Tbk (LSIP) Selamat SempurnaTbk. (SMSM) Semen Cibinong Tbk. (SMCB) SMART Tbk (SMAR) Sumalindo Lestari Jaya Tbk (SULI) Summarecon Agung Tbk. (SMRA) Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) Timah Tbk. (TINS) Trias Sentosa Tbk (TRST) United Tractors Tbk. (UNTR) 1,8412 3,4020 0,5380 0,9936 -0,1372 0,7281 1,5671 0,7718 1,1397 0,6715 2,4931 1,6377 2,4961 -0,1671 1,9537 -0,3649 2,1044 1,9200 2,1950 0,5001 0,6811 1,3156 1,7965 0,1677 0,1115 1,6858 1,7232 0,6209 1,9365 -0,4831 1,0942 1,1782 1,4285 0,5279 0,1857 1,1021 1,0635 -1,0001 1,2817 1,1711 0,5902 1,5488 0,7401 0,7055 LAMPIRAN 4 DATA EARNING PER SHARE PERUSAHAAN JII 2003-2007 EARNING PER SHARE 114 cxxxi 0,9657 1,3383 0,1584 0,6809 0,5572 2,4955 0,4225 1,7514 0,0906 0,0968 1,1982 PERUSAHAAN YANG TERGOLONG JII No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Nama Perusahaan Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) Asahimas Flat Glass (AMFG) Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) Astra Graphia Tbk (ASGR) Astra International Tbk (ASII) Astra Otoparts Tbk (AUTO) Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) Barito Pacific Timber Tbk. (BRPT) Berlian Laju Tanker Tbk. (BLTA) Bumi Resources Tbk. (BUMI) Ciputra Development Tbk.(CTRA) Citra Marga Nushapala Persada Tbk (CMNP) Delta Dunia Petroindo Tbk (DOID) Dynaplast Tbk (DYNA) Ever Shine Textile (ESTI) Fortune Indonesia (FORU) Gajah Tunggal Tbk. (GJTL) Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) Indocement Tunggal Prakasa Tbk. (INTP) Indofarma Tbk (INAF) Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Indorama Syntetics Tbk (INDR) Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) Kimia Farma Tbk (KAEF) Limas Stokhomindo Tbk (LMAS) Mayora Indah Tbk (MYOR) Medco Energi International Tbk. (MEDC) Metrodata Electronics Tbk (MTDL) Multipolar Tbk (MLPL) Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) PP London Sumatera Tbk (LSIP) Selamat SempurnaTbk. (SMSM) Semen Cibinong Tbk. (SMCB) SMART Tbk (SMAR) Sumalindo Lestari Jaya Tbk (SULI) Summarecon Agung Tbk. (SMRA) Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) Timah Tbk. (TINS) Trias Sentosa Tbk (TRST) United Tractors Tbk. (UNTR) cxxxii 2003 44 376 180 16 1093 273 1 88 72 6 78 61 -4 178 -15 8 267 -443 182 -42 64 62 18 8 20 110 134 0,4 6 -301 640 37 23 234 -125 79 115 152 61 218 2004 -16 476 509 28 1335 290 -34 -59 59 62 -136 43 0,1 151 -7 10 151 -479 32 2 40 70 1 14 54 111 197 6 12 -631 -226 44 -70 -363 206 78 192 353 10 386 2005 -17 490 502 27 1348 362 11 262 155 63 20 41 1 65 -5 14 109 -150 201 3 13 31 10 10 1 60 221 8,1 14 -61 325 46 -44 106 1 77 203 214 6 368 2006 145 -40 500 41 917 366 8 3 290 103 90 61 1 -21 -6,82 7 37 -306 161 5 70 28 3 8 -19 122 103 10 7 -428 277 46 23 219 -48 61 211 414 9 326 2007 103 290 867 50 1298 465 7 28 168 674 17 47 2 33 0,1 6 46 11 196 -4 78 488 7 11 -15 189 161 12 2 -45 305 50 2 355 66 56 674 3103 7 387 LAMPIRAN 5 DATA DEBT TO EQUITY RATIO PERUSAHAAN JII 2003-2007 DEBT TO EQUITY RATIO PERUSAHAAN YANG TERGOLONG JII No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Nama Perusahaan 116 Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) Asahimas Flat Glass (AMFG) Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) Astra Graphia Tbk (ASGR) Astra International Tbk (ASII) Astra Otoparts Tbk (AUTO) Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) Barito Pacific Timber Tbk. (BRPT) Berlian Laju Tanker Tbk. (BLTA) Bumi Resources Tbk. (BUMI) Ciputra Development Tbk.(CTRA) Citra Marga Nushapala Persada Tbk (CMNP) Delta Dunia Petroindo Tbk (DOID) Dynaplast Tbk (DYNA) Ever Shine Textile (ESTI) Fortune Indonesia (FORU) Gajah Tunggal Tbk. (GJTL) Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) Indocement Tunggal Prakasa Tbk. (INTP) Indofarma Tbk (INAF) Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Indorama Syntetics Tbk (INDR) Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) Kimia Farma Tbk (KAEF) Limas Stokhomindo Tbk (LMAS) Mayora Indah Tbk (MYOR) Medco Energi International Tbk. (MEDC) Metrodata Electronics Tbk (MTDL) Multipolar Tbk (MLPL) Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) PP London Sumatera Tbk (LSIP) Selamat SempurnaTbk. (SMSM) Semen Cibinong Tbk. (SMCB) SMART Tbk (SMAR) Sumalindo Lestari Jaya Tbk (SULI) 2003 1,4 0,73 0,85 1,12 1,19 0,52 1,28 -8,71 1,78 13,39 72,27 1 0,84 0,94 0,6 0,74 8,22 2,32 1,24 1,41 2,58 1,33 0,72 0,81 0,08 0,56 0,93 0,91 0,62 4,15 18,43 0,59 1,88 -15,33 -5,17 cxxxiii 2004 1,28 0,52 0,6 0,72 1,18 0,62 1,64 -6,72 1,62 8,39 -19,64 0,42 8,43 1,34 0,57 0,43 2,76 1,64 1,1 1,05 2,5 1,25 0,35 0,44 0,43 0,46 1,56 1,42 3,05 2,5 2,07 0,71 2,49 -12,4 25,45 2005 2006 2007 1,05 1,09 1,2 0,3 0,42 0,34 0,19 0,24 0,3 0,82 0,98 0,9 1,11 1,41 1,36 0,71 0,57 0,56 0,57 0,71 0,86 1,17 0,64 0,54 2,94 1,62 2,76 7,48 5,95 1,66 -46,55 0,46 0,44 0,4 0,5 0,69 1,61 1,03 1,28 1,57 1,71 1,51 0,75 0,78 0,93 0,73 0,86 0,83 2,68 2,41 2,78 1,65 1,84 1,92 0,87 0,59 0,56 0,96 1,45 1,32 2,33 2,13 1,81 1,38 1,51 1,58 0,24 0,17 0,29 0,39 0,45 0,38 0,43 1,21 1,23 0,61 0,58 0,66 1,72 2,21 2,41 1,42 1,73 1,57 2,39 3,63 3,09 2,42 2,79 2,88 1,31 1,22 1,26 0,61 0,53 0,55 2,98 2,37 2,31 1,38 1,06 1,12 4,97 2,61 1,95 36 37 38 39 40 Summarecon Agung Tbk. (SMRA) Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) Timah Tbk. (TINS) Trias Sentosa Tbk (TRST) United Tractors Tbk. (UNTR) 1,56 0,34 0,42 0,78 3,01 1,28 0,41 0,6 1 1,17 1,23 0,38 0,79 1,2 1,58 1,25 0,35 1,06 1,07 1,44 1,42 1,66 0,84 1,1 1,51 LAMPIRAN 6 DATA RETURN ON EQUITY PERUSAHAAN JII 2003-2007 TURN ON EQUITY PERUSAHAAN YANG TERGOLONG JII No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Nama Perusahaan 118 Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) Asahimas Flat Glass (AMFG) Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) Astra Graphia Tbk (ASGR) Astra International Tbk (ASII) Astra Otoparts Tbk (AUTO) Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) Barito Pacific Timber Tbk. (BRPT) Berlian Laju Tanker Tbk. (BLTA) Bumi Resources Tbk. (BUMI) Ciputra Development Tbk.(CTRA) Citra Marga Nushapala Persada Tbk (CMNP) Delta Dunia Petroindo Tbk (DOID) Dynaplast Tbk (DYNA) Ever Shine Textile (ESTI) Fortune Indonesia (FORU) Gajah Tunggal Tbk. (GJTL) Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) Indocement Tunggal Prakasa Tbk. (INTP) Indofarma Tbk (INAF) Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Indorama Syntetics Tbk (INDR) Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) Kimia Farma Tbk (KAEF) Limas Stokhomindo Tbk (LMAS) Mayora Indah Tbk (MYOR) Medco Energi International Tbk. (MEDC) Metrodata Electronics Tbk (MTDL) Multipolar Tbk (MLPL) Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) cxxxiv 2003 7 19 19 6 38 17 1 -53 14 13 222 21 -3 15 -8 6 64 -17 15 -50 15 2 21 6 21 10 10 0,4 1 -12 2004 -2 20 39 11 33 16 -14 26 15 83 98 8 1 12 -4 7 28 -14 2 3 9 2 1 10 37 10 13 5 2 -15 2005 -3 18 30 13 27 17 7 65 32 66 -82 7 1 5 -3 9 17 -4 13 4 3 1 8 6 1 5 14 7 5 -1 2006 20 -1 29 19 17 15 5 1 38 62 20 9 1 -2 -4 4 6 -10 10 5 13 1 2 5 -17 10 7 8 3 -11 2007 14 10 44 24 22 18 4 7 25 163 4 7 2 3 0,1 4 7 0,4 11 -4 12 15 6 7 -14 14 11 9 1 -1 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 PP London Sumatera Tbk (LSIP) Selamat SempurnaTbk. (SMSM) Semen Cibinong Tbk. (SMCB) SMART Tbk (SMAR) Sumalindo Lestari Jaya Tbk (SULI) Summarecon Agung Tbk. (SMRA) Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) Timah Tbk. (TINS) Trias Sentosa Tbk (TRST) United Tractors Tbk. (UNTR) 299 13 7 -28 18 28 16 5 18 23 -32 17 -25 31 372 23 25 12 3 35 32 16 -18 16 0,3 18 23 7 2 26 23 15 8 24 -13 17 21 12 3 20 LAMPIRAN 7 DATA JENIS PERUSAHAAN JII 2003-2007 JENIS PERUSAHAAN JAKARTA ISLAMIC INDEX 120 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Keterangan Jenis Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) Asahimas Flat Glass (AMFG) Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) Astra Graphia Tbk (ASGR) Astra International Tbk (ASII) Astra Otoparts Tbk (AUTO) Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) Barito Pacific Timber Tbk. (BRPT) Berlian Laju Tanker Tbk. (BLTA) Bumi Resources Tbk. (BUMI) Ciputra Development Tbk.(CTRA) Citra Marga Nushapala Persada Tbk (CMNP) Delta Dunia Petroindo Tbk (DOID) Dynaplast Tbk (DYNA) Ever Shine Textile (ESTI) Fortune Indonesia (FORU) Gajah Tunggal Tbk. (GJTL) Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) Indocement Tunggal Prakasa Tbk. (INTP) Indofarma Tbk (INAF) Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) cxxxv Non Manufaktur Manufaktur Non Manufaktur Non Manufaktur Manufaktur Manufaktur Non Manufaktur Manufaktur Non Manufaktur Non Manufaktur Non Manufaktur Non Manufaktur Manufaktur Manufaktur Manufaktur Non Manufaktur Manufaktur Manufaktur Manufaktur Manufaktur Manufaktur 22 15 1 34 14 17 163 66 2 22 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Indorama Syntetics Tbk (INDR) Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) Kimia Farma Tbk (KAEF) Limas Stokhomindo Tbk (LMAS) Mayora Indah Tbk (MYOR) Medco Energi International Tbk. (MEDC) Metrodata Electronics Tbk (MTDL) Multipolar Tbk (MLPL) Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) PP London Sumatera Tbk (LSIP) Selamat SempurnaTbk. (SMSM) Semen Cibinong Tbk. (SMCB) SMART Tbk (SMAR) Sumalindo Lestari Jaya Tbk (SULI) Summarecon Agung Tbk. (SMRA) Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) Timah Tbk. (TINS) Trias Sentosa Tbk (TRST) United Tractors Tbk. (UNTR) cxxxvi Manufaktur Non Manufaktur Manufaktur Non Manufaktur Manufaktur Non Manufaktur Non Manufaktur Non Manufaktur Manufaktur Non Manufaktur Manufaktur Manufaktur Manufaktur Manufaktur Non Manufaktur Non Manufaktur Non Manufaktur Manufaktur Non Manufaktur LAMPIRAN 8 DATA UKURAN PERUSAHAAN JII 2003-2007 UKURAN PERUSAHAAN JAKARTA ISLAMIC INDEX 122 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Keterangan Ukuran Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) Asahimas Flat Glass (AMFG) Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) Astra Graphia Tbk (ASGR) Astra International Tbk (ASII) Astra Otoparts Tbk (AUTO) Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) Barito Pacific Timber Tbk. (BRPT) Berlian Laju Tanker Tbk. (BLTA) Bumi Resources Tbk. (BUMI) Ciputra Development Tbk.(CTRA) Citra Marga Nushapala Persada Tbk (CMNP) Delta Dunia Petroindo Tbk (DOID) Dynaplast Tbk (DYNA) Ever Shine Textile (ESTI) Fortune Indonesia (FORU) Gajah Tunggal Tbk. (GJTL) Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) Indocement Tunggal Prakasa Tbk. (INTP) Indofarma Tbk (INAF) Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Indorama Syntetics Tbk (INDR) Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) Kimia Farma Tbk (KAEF) Limas Stokhomindo Tbk (LMAS) Mayora Indah Tbk (MYOR) Medco Energi International Tbk. (MEDC) Metrodata Electronics Tbk (MTDL) Multipolar Tbk (MLPL) Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) PP London Sumatera Tbk (LSIP) Selamat SempurnaTbk. (SMSM) Semen Cibinong Tbk. (SMCB) cxxxvii Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Kecil Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Kecil Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar 34 35 36 37 38 39 40 SMART Tbk (SMAR) Sumalindo Lestari Jaya Tbk (SULI) Summarecon Agung Tbk. (SMRA) Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) Timah Tbk. (TINS) Trias Sentosa Tbk (TRST) United Tractors Tbk. (UNTR) cxxxviii Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar Perusahaan Besar LAMPIRAN 9 DATA INFLASI 2003-2007 TINGKAT INFLASI PER BULAN 124 2004 2003 2005 2006 2007 Jan-03 8,68% Jan-04 4,82% Jan-05 7,32% Jan-06 17,03% Jan-07 6,26% Feb-03 7,60% Feb-04 4,60% Feb-05 7,15% Feb-06 17,92% Feb-07 6,30% Mar-03 7,17% Mar-04 5,11% Mar-05 8,81% Mar-06 15,74% Mar-07 6,52% Apr-03 7,62% Apr-04 5,92% Apr-05 8,12% Apr-06 15,40% Apr-07 6,29% May-03 7,15% May-04 6,47% May-05 7,40% May-06 15,60% May-07 6,01% Jun-03 6,98% Jun-04 6,83% Jun-05 7,42% Jun-06 15,53% Jun-07 5,77% Jul-03 6,27% Jul-04 7,20% Jul-05 7,84% Jul-06 15,15% Jul-07 6,06% Aug-03 6,51% Aug-04 6,67% Aug-05 8,33% Aug-06 14,90% Aug-07 6,51% Sep-03 6,33% Sep-04 6,27% Sep-05 9,06% Sep-06 14,55% Sep-07 6,95% Oct-03 6,48% Oct-04 6,22% Oct-05 17,89% Oct-06 6,29% Oct-07 6,88% Nov-03 5,53% Nov-04 6,18% Nov-05 18,38% Nov-06 5,27% Nov-07 6,71% Dec-03 5,16% Dec-04 6,40% Dec-05 17,11% Dec-06 6,60% Dec-07 6,59% cxxxix TINGKAT INFLASI PER TAHUN TAHUN 2003 2004 2005 2006 2007 TINGKAT INFLASI 6,79% 6,06% 10,40% 13,33% 6,40% LAMPIRAN 10 DATA KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR 2003-2007 KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR PER BULAN 126 2004 2003 2005 2006 2007 Jan-03 Rp 9.396,86 Jan-04 Rp 8.894,95 Jan-05 Rp 9.744,90 Jan-06 Rp 9.972,38 Jan-07 Rp 9.567,96 Feb-03 Rp 9.395,05 Feb-04 Rp 8.925,17 Feb-05 Rp 9.744,94 Feb-06 Rp 9.753,15 Feb-07 Rp 9.567,80 Mar-03 Rp 9.430,25 Mar-04 Rp 9.068,82 Mar-05 Rp 9.870,52 Mar-06 Rp 9.671,57 Mar-07 Rp 9.663,95 Apr-03 Rp 9.310,60 Apr-04 Rp 9.108,25 Apr-05 Rp 10.039,35 Apr-06 Rp 9.436,94 Apr-07 Rp 9.597,55 May-03 Rp 8.933,63 May-04 Rp 9.465,32 May-05 Rp 9.979,80 May-06 Rp 9.484,86 May-07 Rp 9.344,33 Jun-03 Rp 8.729,05 Jun-04 Rp 9.882,38 Jun-05 Rp 10.116,45 Jun-06 Rp 9.862,73 Jun-07 Rp 9.483,65 Jul-03 Rp 8.835,78 Jul-04 Rp 9.536,86 Jul-05 Rp 10.299,29 Jul-06 Rp 9.625,48 Jul-07 Rp 9.567,14 Aug-03 Rp 9.003,10 Aug-04 Rp 9.735,43 Aug-05 Rp 10.486,18 Aug-06 Rp 9.594,25 Aug-07 Rp 9.866,68 Sep-03 Rp 8.962,33 Sep-04 Rp 9.682,60 Sep-05 Rp 10.732,57 Sep-06 Rp 9.643,33 Sep-07 Rp 9.809,90 Oct-03 Rp 8.940,61 Oct-04 Rp 9.596,24 Oct-05 Rp 10.593,38 Oct-06 Rp 9.687,18 Oct-07 Rp 9.607,06 Nov-03 Rp 8.995,53 Nov-04 Rp 9.531,47 Nov-05 Rp 10.540,71 Nov-06 Rp 9.634,59 Nov-07 Rp 9.764,27 Dec-03 Rp 8.987,90 Dec-04 Rp 9.723,09 Dec-05 Rp 10.357,32 Dec-06 Rp 9.586,80 Dec-07 Rp 9.833,60 cxl KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR PER TAHUN TAHUN 2003 2004 2005 2006 2007 NILAI KURS 9.076,72 9.429,21 10.208,79 9.662,77 9.639,49 LAMPIRAN 11 DATA PRODUK DOMESTIK BRUTO 2003-2007 PRODUK DOMESTIK BRUTO PER KWARTAL (MILIAR Rp.) 128 2003 2004 2005 2006 2007 Mar. 387962.1 Mar. 402591.2 Mar. 427003 Mar. 448501.1 Mar. 475824 Jun. 394244.8 Jun. 411814.9 Jun. 436110 Jun. 457776 Jun. 487102.9 Sep. 404710.6 Sep. 424393.3 Sep. 448492.5 Sep. 475049.3 Sep. 505957.6 Dec. 392641.5 Dec. 418026.3 Dec. 439050.6 Dec. 465966.5 Dec. 495089.8 PRODUK DOMESTIK BRUTO PER TAHUN (MILIAR Rp.) TAHUN 2003 2004 2005 2006 2007 NILAI PDB 131.629,92 138.068,81 145.888,01 153.941,08 163.664,53 cxli cxlii