OPERASIONALISASI PELAYANAN PRIMA

advertisement
MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
KEPEMIMPINAN TINGKAT IV
Lembaga Administrasi Negara -Republik Indonesia
2008
Hak Cipta © Pada : Lembaga Administrasi Negara
Edisi Tahun 2008
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia
Jl. Veteran No. 10 Jakarta 10110
Telp. (62 21) 3868201, Fax. (62 21) 3800188
Operasionalisasi Pelayanan Prima
Jakarta – LAN – 2008
108 hlm: 15 x 21 cm
ISBN: 979 – 8819 – 46 - 3
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
SAMBUTAN
Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian menegaskan bahwa dalam rangka usaha mencapai
tujuan nasional, diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang
berkemampuan melaksanakan tugas secara profesional. Untuk
mewujudkan profesionalisme PNS ini, mutlak diperlukan
peningkatan kompetensi, khususnya kompetensi kepemimpinan
bagi para pejabat dan calon pejabat Struktural Eselon IV baik di
lingkungan pemerintah pusat maupun daerah. Sebagai pejabat
struktural yang berada pada posisi paling depan atau ujung tombak,
pejabat struktural eselon IV memainkan peran yang sangat penting
karena bertanggung jawab dalam mensukseskan pelaksanaan
kegiatan-kegiatan secara langsung, sehingga buah karyanya dapat
dirasakan secara langsung oleh masyarakat.
Untuk mempercepat upaya peningkatan kompetensi tersebut,
Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah menetapkan kebijakan
desentralisasi dalam penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan (Diklatpim) Tingkat IV. Dengan kebijakan ini,
jumlah penyelenggaraan Diklatpim Tingkat IV dapat lebih
ditingkatkan sehingga kebutuhan akan pejabat struktural eselon IV
yang profesional dapat terpenuhi. Agar penyelenggaraan Diklatpim
Tingkat IV menghasilkan alumni dengan kualitas yang sama,
walaupun diselenggarakan dan diproses oleh Lembaga Pendidikan
dan Pelatihan (Diklat) yang berbeda, maka LAN menerapkan
kebijakan standarisasi program Diklatpim Tingkat IV. Proses
iii
iv
standarisasi meliputi keseluruhan aspek penyelenggaraan Diklat,
mulai dari aspek kurikulum yang meliputi rumusan kompetensi, mata
Diklat dan strukturnya, metode dan skenario pembelajaran sampai
pada pengadministrasian penyelenggaranya. Dengan proses
standarisasi ini, maka kualitas penyelenggaraan dan alumni dapat
lebih terjamin.
Salah satu unsur penyelenggaraan Diklatpim Tingkat IV yang
mengalami proses standarisasi adalah modul untuk para peserta
(participants’ book). Disadari sejak modul-modul tersebut
diterbitkan, lingkungan strategis khususnya kebijakan-kebijakan
nasional pemerintah juga terus berkembang secara dinamis. Di
samping itu, konsep dan teori yang mendasari substansi modul juga
mengalami perkembangan. Kedua hal inilah yang menuntut
diperlukannya penyempurnaan secara menyeluruh terhadap modulmodul Diklatpim Tingkat IV ini.
Oleh karena itu, saya menyambut baik penerbitan modul-modul yang
telah mengalami penyempurnaan ini, dan mengharapkan agar peserta
Diklatpim Tingkat IV dapat memanfaatkannya secara optimal,
bahkan dapat menggali kedalaman substansinya di antara sesama
peserta dan para Widyaiswara dalam berbagai kegiatan pembelajaran
selama Diklat berlangsung. Semoga modul hasil perbaikan ini dapat
dipergunakan sebaik-baiknya.
Kepada Drs. Eko Supriyanto, M.Sc dan Drs. Sri Sugiyanti Sutopo
selaku penulis serta seluruh anggota Tim yang telah berpartisipasi,
kami ucapkan terima kasih atas kesungguhan dan dedikasinya.
Jakarta,
Juli 2008
KEPALA
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
SUNARNO
KATA PENGANTAR
Sejalan dengan upaya mewujudkan Pegawai Negeri Sipil yang
profesional melalui jalur pendidikan dan pelatihan (Diklat),
pembinaan Diklat khususnya Diklat Kepemimpinan (Diklatpim)
Tingkat IV ke arah Diklat berbasis kompetensi, terus dilakukan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 Tentang Pendidikan dan
Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil. Salah satu upaya pembinaan
yang telah ditempuh adalah melalui penerbitan modul Diklat.
Kehadiran modul Diklatpim Tingkat IV ini memiliki nilai strategis
karena menjadi acuan dalam proses pembelajaran, sehingga
kebijakan
pembinaan
Diklat
yang
berupa
standarisasi
penyelenggaraan Diklat dapat diwujudkan. Oleh karena itu, modul ini
dapat membantu widyaiswara atau fasilitator Diklat dalam mendisain
pengajaran yang akan disampaikan kepada peserta Diklat; membantu
pengelola dan penyelenggara Diklat dalam penyelenggaraan Diklat;
dan membantu peserta Diklat dalam mengikuti proses pembelajaran.
Untuk maksud inilah maka dilakukan penyempurnaan terhadap
keseluruhan modul Diklat Kepemimpinan Tingkat IV yang meliputi
substansi dan format.
Disadari bahwa perkembangan lingkungan strategis berlangsung
lebih cepat khususnya terhadap dinamika peraturan perundangan
yang diterbitkan dalam rangka perbaikan sistem penyelenggaraan
pemerintahan negara, maka kualitas modul terutama kesesuaian isi
dengan kebijakan yang berkembang perlu terus dipantau dan
disesuaikan manakala terdapat hal-hal yang sudah tidak relevan lagi.
Sehubungan dengan hal ini, modul ini dapat pula dipandang sebagai
bahan minimal Diklat, dalam artian bahwa setelah substansinya
disesuaikan dengan perkembangan yang ada, maka dapat
dikembangkan selama relevan dengan hasil belajar yang akan dicapai
dalam modul ini. Oleh karena itu, kami harapkan bahwa dalam
rangka menjaga kualitas modul ini, peranan widyaiswara termasuk
v
vi
peserta Diklat juga dibutuhkan. Kongkritnya, widyaiswara dapat
melakukan penyesuaian dan pengembangan terhadap isi modul,
sedangkan peserta Diklat dapat memperluas bacaan yang relevan
dengan modul ini, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung
dinamis, interaktif dan aktual.
Selamat memanfaatkan modul Diklat Kepemimpinan Tingkat IV ini.
Semoga melalui modul ini, kompetensi kepemimpinan bagi peserta
Diklat Kepemimpinan Tingkat IV dapat tercapai.
Jakarta,
DAFTAR ISI
SAMBUTAN .............................................................................
iii
KATA PENGANTAR................................................................
v
DAFTAR ISI ..............................................................................
vii
BAB I
Juli 2008
DEPUTI BIDANG PEMBINAAN
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
APARATUR
PENDAHULUAN .....................................................
1
A. Latar Belakang.....................................................
1
B. Deskripsi Singkat.................................................
3
C. Hasil Belajar ........................................................
3
D. Indikator Hasil Belajar ........................................
3
E. Materi Pokok .......................................................
4
F. Manfaat................................................................
4
NOORSYAMSA DJUMARA
BAB II
PENGERTIAN, PRINSIP DAN KONSEP
PELAYANAN PRIMA..............................................
5
A. Pengertian ............................................................
5
B. Prinsip Pelayanan Prima......................................
19
C. Konsep Pelayanan Prima.....................................
25
D. Rangkuman..........................................................
34
BAB III JENIS-JENIS PELAYANAN ....................................
38
A. Menurut Klasifikasi Pelanggan ...........................
38
B. Berdasarkan Tahapan Pelayanan .........................
39
C. Menurut Prioritas Pengembangan .......................
41
vii
viii
D. Rangkuman ..........................................................
43
BAB IV TEKNIK APLIKASI PELAYANAN PRIMA...........
44
A. Siklus Pengembangan Pelayanan.........................
46
B. Pembaharuan Desain Pelayanan ..........................
48
C. Sosialisasi dan Koordinasi ...................................
60
D. Menyusun Standar Pelayanan..............................
67
E. Persiapan Penyelenggaraan..................................
78
F. Penyelenggaraan ..................................................
83
G. Evaluasi Pelayanan ..............................................
86
H. Rangkuman ..........................................................
92
PENUTUP..................................................................
96
A. Simpulan ..............................................................
96
B. Tindak Lanjut.......................................................
97
DAFTAR PUSTAKA.................................................................
98
DAFTAR DOKUMEN...............................................................
100
BAB V
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada mulanya, hanya kalangan dunia usaha yang benar-benar
memahami arti pentingnya pelayanan yang baik bagi para
pelanggan. Bagi dunia usaha, pelayanan merupakan satusatunya cara untuk memperoleh kepercayaan dari para
pelanggannya. Mereka sadar bahwa kelangsungan hidup usaha
sangat tergantung pada pelanggan. Kepercayaan dan kedekatan
hubungan dengan pelanggan hanya bisa dibina melalui kegiatan
pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka, oleh
karenanya dunia usaha terpacu untuk bersaing dalam
mengembangkan pelayanan yang semakin hari semakin bermutu
tinggi.
Di kalangan pemerintahan, kesadaran akan mutu pelayanan
mulai berkembang sejak tahun 1980-an. Kesadaran ini dipicu
oleh kenyataan bahwa kegiatan pelayanan bagi masyarakat
ternyata memerlukan biaya yang sangat besar, bahkan semakin
hari semakin membengkak, tetapi belum pernah dapat
memberikan hasil seperti yang diharapkan. Baik masyarakat
yang dilayani, maupun pemerintah sebagai penyelenggara
pelayanan sama-sama kecewa, karena kesejahteraan umum tetap
masih jauh dari harapan. Kekecewaan ini selanjutnya
merangsang semua pihak untuk mulai melakukan penilaian dan
1
2
Operasionalisasi Pelayanan Prima
pengkajian menyeluruh terhadap sistem pelayanan masyarakat.
Di mata masyarakat pelayanan oleh pemerintah dirasakan
berbelit-belit, semena-mena, kaku, mahal, mengada-ada, lama,
pilih kasih, korup, kurang efisien, kurang demokratis, kurang
terbuka, dan tidak bertanggung jawab.
Pengkajian dari pihak pemerintah awalnya menghasilkan
pandangan yang masih bercirikan birokratik. Namun dengan
semakin kuatnya paksaan dari masyarakat, pemerintah mulai
mau belajar mendengarkan, dan belajar memahami aspirasi
mereka. Saat ini, pemerintah sungguh menyadari bahwa tujuan
akhir dari pelayanan adalah mewujudkan tatanan kehidupan
masyarakat yang berdaya untuk mengurusi semua persoalan
mereka sendiri. Agar dapat mencapai tujuan ini, pemerintah
melakukan berbagai tindakan yang perlu seperti meningkatkan
debirokratisasi, kewirausahaan, transparansi, akuntabilitas, dan
pemberantasan korupsi. Pemerintah menunjukkan sikap yang
sangat serius untuk memperbaiki pelayanannya kepada
masyarakat. Pada tahun 1998, Menteri Koordinator Pengawasan
Pembangunan (Menko Wasbang) menerbitkan Surat Edaran
(SE) No 56/1998
bagi seluruh kementerian agar mulai
menerapkan Pelayanan Prima di lingkungannya masing-masing.
Surat Edaran ini kemudian dilanjutkan dengan SE Menko
Wasbang No 145/1999 yang berisi rincian jenis-jenis pelayanan
masyarakat yang dan harus segera diterapkannya Pelayanan
Prima di lingkungan pemerintah daerah. Selanjutnya Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara pada tahun 2003 mengeluarkan
Kep. MENPAN No. 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman
3
Modul Diklatpim Tingkat IV
Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik sebagai pengganti
Kep. MENPAN No 81 tahun 1993, kemudian tahun 2004
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara mengeluarkan
KepMENPAN No 25/KEP/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman
Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit
Pelayanan Instansi Pemerintah, diikuti dengan Kep MENPAN
No.26/KEP/.PAN/2/2004 tentang Petunjuk Teknis Transparansi
dan Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik dan
tahun 2005 terbit Surat Edaran MENPAN N0 15/2005 tentang
Peningkatan Investasi Pengawasan dalam Upaya Perbaikan
Pelayanan Publik.
B. Deskripsi Singkat
Mata pelajaran ini membahas pengertian, konsep, prinsip
pelayanan prima, jenis-jenis pelayanan dan teknik aplikasi
pelayanan prima.
C. Hasil Belajar
Setelah membaca modul Operasionalisasi Pelayanan Prima ini
peserta mampu memahami, menjelaskan dan menerapkan
prinsip dan jenis pelayanan prima serta aplikasinya dalam
pelaksanaan tugas.
D. Indikator Hasil Belajar
Indikator-indikator hasil belajar adalah:
Peserta mampu memahami dan
pelayanan prima
menjelaskan
prinsip
4
Operasionalisasi Pelayanan Prima
Peserta mampu memahami dan menjelaskan konsep
pelayanan prima
Peserta mampu memahami dan menjelaskan jenis-jenis
pelayanan prima
Peserta mampu memahami dan menjelaskan teknis aplikasi
pelayanan.
E. Materi Pokok
Materi pokok yang dibahas dalam modul operasionalisasi
pelayanan prima adalah:
1. pengertian, prinsip dan konsep pelayanan prima;
2. jenis-jenis pelayanan;
3. teknik aplikasi pelayanan prima.
F. Manfaat
Berbekal hasil belajar pada modul Operasionalisasi Pelayanan
Prima, peserta diharapkan mampu menerapkan konsep, prinsip
pelayanan prima guna peningkatan kinerja instansinya.
BAB II
PENGERTIAN, PRINSIP DAN KONSEP
PELAYANAN PRIMA
Setelah membaca Bab ini, peserta Diklat diharapkan mampu
memahami dan menjelaskan pengertian, prinsip dan konsep
pelayanan prima
A. Pengertian
Meskipun titik berat dari muatan buku ini mengarah pada teknik
operasionalisasi namun sidang pembaca tetap perlu meletakkan
wawasan dan pengetahuannya pada kerangka pikir dan
gambaran yang menyeluruh tentang Pelayanan Prima. Teknik
operasionalisasi sebenarnya merupakan penjabaran praktis dari
pengertian, prinsip, dan konsep tentang Pelayanan Prima.
Pembahasan tentang Pelayanan Prima dalam buku ini
menggunakan berbagai istilah dengan batasan pengertian yang
selama ini sudah dipakai secara luas di kalangan pemerintahan.
Istilah-istilah ini mencakup pelayanan, pelanggan, layanan,
pelayanan publik, pelayanan prima, standar pelayanan, dan janji
pelayanan. Kita semua diharapkan dapat menyepakati batasan
pengertian ini, sehingga dapat mengurangi gejala-gejala salah
pengertian ketika membicarakan Pelayanan Prima dengan siapa
saja, kapan saja, dan dimana saja.
5
6
Operasionalisasi Pelayanan Prima
1. Pelayanan
Kita semua tentu pernah dilayani. Misalnya di sebuah
restoran kita dilayani untuk menikmati hidangan makan
malam. Di SPBU kita dilayani untuk mendapatkan bahan
bakar bagi kendaraan kita. Dengan menelpon 108 kita dapat
mengetahui alamat sebuah rumah sakit. Di lobi stasiun
Gambir kita merasa sangat mudah memilih rangkaian KA
untuk jurusan Yogyakarta, karena jadwal perjalanan dan
tarifnya disajikan secara mudah dan jelas.
Modul Diklatpim Tingkat IV
7
Dari contoh-contoh di atas jelas terlihat bahwa pada setiap
kegiatan pelayanan selalu terjadi tindakan atau upaya dari
pihak yang melayani untuk memenuhi kebutuhan dari pihak
yang dilayani. Dengan demikian, kita berani menyatakan:
Pelayanan adalah upaya untuk membantu menyiapkan,
menyediakan, atau mengurus keperluan orang lain.
2. Layanan
Dapatkah anda menambahkan contoh-contoh kegiatan
dilayani oleh teman sejawat sendiri?
Ketika berlangsung kegiatan pelayanan, ada “sesuatu” yang
disampaikan, disajikan, atau dilakukan oleh pihak yang
melayani kepada pihak yang dilayani. “Sesuatu” ini disebut
layanan.
Kita semua juga pernah melayani. Misalnya, suatu saat kita
sibuk menyiapkan minuman untuk seorang sahabat yang
sedang bertandang ke rumah. Bulan lalu kita sibuk
menyiapkan laporan keuangan triwulan 1. Kita telah
Layanan dapat berbentuk barang. Misalnya, di SPBU kita
menerima layanan berupa bahan bakar. Di loket stasiun KA
kita menerima tiket. Di kantor polisi kita menerima STNK
atau SIM.
Latihan.
menghabiskan waktu hampir satu minggu untuk memeriksa
kelengkapan surat-surat lamaran dari para calon pegawai
baru. Kemarin kita sudah mengganti sepatu rem dari mobil
dinas Pak Direktur.
Latihan
Dapatkah anda menambahkan contoh-contoh kegiatan
pelayanan yang dilakukan oleh unit anda?
Selain berupa barang-barang yang nyata (tangible), layanan
juga dapat berupa barang yang tak nyata (“intangible”),
seperti informasi. Misalnya, dari Tourist Information Center
kita menerima keterangan tentang museum yang ada di
Jakarta. Dari seorang sekretaris kita dapat mengetahui kapan
Pak Direktur dapat kita temui. Kita dapat memilih hidangan
dan daftar menu yang disajikan oleh pelayan restoran.
8
Operasionalisasi Pelayanan Prima
Layanan juga dapat berupa jasa, yaitu apabila pihak yang
melayani perlu menggunakan keahlian atau ketrampilan
tertentu agar dapat mengurus keperluan dari pihak yang
dilayani. Sebagai contoh, layanan-layanan yang diberikan
oleh seorang teknisi, dosen, pengemudi, konsultan, pelawak,
penyiar radio, jaringan telepon, dll.
Latihan
Jenis layanan apa saja yang dapat anda manfaatkan pada
sebuah kantor pos? Barang nyata, tidak nyata atau jasa?
3. Pelanggan
Pihak-pihak yang dilayani di dalam kegiatan pelayanan
disebut pelanggan. Dalam pembahasan mengenai pelayanan
prima pelanggan selalu merupakan topik utama. Hampir
semua dimensi dalam pengembangan pelayanan selalu dipicu
oleh kebutuhan pelanggan, dan ditujukan demi mewujudkan
kepuasan pelanggan.
Agar kita dapat memberikan pelayanan yang sungguh
memuaskan, maka langkah pertama tentunya adalah
mengenal karakteristik pelanggan. Kecerdikan dan ketepatan
dalam mengenal karakteristik pelanggan merupakan
prasyarat agar dapat menyusun sebuah sistem pelayanan
yang bermutu tinggi. Kekeliruan dan kenaifan dalam
mengenal karakterisitik pelanggan pasti akan berakhir
dengan sebuah sistem pelayanan yang bermutu rendah.
Modul Diklatpim Tingkat IV
9
Berbagai teknik telah dikembangkan untuk mengenal
pelanggan. Salah satu teknik yang dapat memberikan hasil
cukup memadai adalah teknik penggolongan. Individuindividu pelanggan dari golongan tertentu dianggap memiliki
beberapa kesamaan, sehingga akan lebih mudah bagi kita
untuk mempersiapkan sistem pelayanan yang sekiranya dapat
memuaskan mereka. Biasanya, kesamaan mereka erat
berkaitan dengan kebutuhan, harapan, pola nalar, ukuran
kepuasan, dan perilaku.
Menurut status keterlibatannya dengan lembaga yang
melayani dapat dibedakan adanya 2 golongan pelanggan:
a. Pelanggan eksternal: semua pelanggan yang berasal dari
luar organisasi kita, bukan warga organisasi kita.
Latihan:
Dapatkah anda menyebutkan pelanggan-pelanggan
eksternal dari organisasi sendiri?
b. Pelanggan internal: yaitu para karyawan atau unit-unit
lain di dalam organisasi kita yang memperoleh pelayanan
dari unit kita.
10
Operasionalisasi Pelayanan Prima
Latihan:
Dapatkah anda menyebutkan pelanggan-pelanggan
internal dan unit anda sendiri?
Selain klasifikasi seperti di atas, pelanggan juga dapat
digolongkan menurut status keterlibatannya dalam
transaksi pelayanan. Sebagai contoh, pelanggan bagi
rumah sakit tentunya adalah para pasien yang datang
berkunjung atau sedang dalam perawatannya. Tetapi perlu
diingat bahwa para pasien ini memiliki keluarga yang
mengantar atau menjenguknya. Suatu hal yang unik dalam
pelayanan rumah sakit, para keluarga pasien ini sering
memiliki kekuatan pengambilan keputusan yang lebih
menentukan dari pada para pasien sendiri dalam
memanfaatkan pelayanan rumah sakit. Misalnya:
menentukan kelas perawatan, memilih dokter, memberi
persetujuan terhadap tindakan-tindakan medis, membeli
obat, dll. Sehingga banyak manajemen rumah sakit
memperlakukan keluarga pasien sebagai pelanggan yang
lebih penting dari pada pasiennya sendiri. Sebagai
akibatnya, sistem pelayanan bagi keluarga pasien
mengalami pengembangan yang lebih pesat. Dalam situasi
semacam ini, kita perlu tegas membedakan pelanggan
menurut penggolongan seperti berikut:
1) Pelanggan langsung: pelanggan yang secara langsung
menerima layanan dari organisasi kita.
11
Modul Diklatpim Tingkat IV
2) Pelanggan tak langsung: pihak-pihak yang tidak
langsung menerima layanan langsung dari organisasi
kita, tetapi ikut menerima dampak dari pelayanan kita,
dan memiliki pengaruh yang menentukan terhadap
kelangsungan hidup pelayanan oleh organisasi kita.
Latihan:
Apakah unit anda memiliki pelalanggan tak
langsung yang cukup berpengaruh? coba
diungkapkan!
4. Pelayanan Publik
Pelayanan oleh lembaga-lembaga pemerintah kepada
masyarakat disebut dengan berbagai istilah, seperti
pelayanan masyarakat, pelayanan umum, atau pelayanan
publik. Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara No:63/Kep/M.PAN/7/2003 yang dimaksud
pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang di
laksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai
upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Hakekat
dari
pelayanan
publik
adalah
pemberian
pemenuhan pelayanan kepada masyarakat yang merupakan
perwujudan kewajiban pemerintah sebagai abdi masyarakat
( LAN RI ; 2004 ).
12
Operasionalisasi Pelayanan Prima
Modul Diklatpim Tingkat IV
13
Pelayanan publik memiliki ciri-ciri yang sama dengan
pelayanan oleh dunia usaha antara lain:
Latihan:
• Berusaha memenuhi harapan pelanggan, dan merebut
kepercayaannya;
Bagaimanakah dengan pelayanan di lembaga anda?
Terkait dengan sistem pelayanan apa? Berapa besar
skalanya?
• Kepercayaan
pelanggan
adalah
kelangsungan hidup organisasi.
jaminan
atas
c. Pelanggan internal cukup menonjol, sebagai akibat
Selain memiliki kesamaan, pelayanan publik memiliki ciriciri khusus yang membedakannya dari pelayanan oleh
swasta, yaitu:
a. Sebagian besar layanan pemerintah berupa jasa, dan
barang tak nyata. Sebagai contoh: perijinan, sertifikat,
jaringan komunikasi, informasi, peraturan, keamanan,
ketertiban, kebersihan, transportasi, infrastruktur, kredit
lapangan kerja, santunan, dll.
b. Selalu terkait dengan pelayanan lain, dan membentuk
sebuah jalinan sebuah sistem pelayanan yang berskala
regional, atau bahkan nasional. Pelayanan bis kota akan
bergabung dengan pelayanan-pelayanan mikrolet, bajaj,
taksi, dan kereta api untuk membentuk sistem pelayanan
angkutan umum di Jakarta. Peta semacam ini menuntut
manajer pelayanan untuk mampu berpikir dan bertindak
koordinatif menurut kaidah-kaidah kesisteman dalam
mengelola sistem pelayanannya.
dan tatanan organisasi pemerintah yang cenderung
birokratis. Dalam dunia pelayanan berlaku prinsip
utamakan pelanggan eksternal lebih dari pelanggan
internal. Namun peta situasi nyata dalam hal hubungan
antar lembaga pemerintahan sering memojokkan petugas
pelayanan agar mendahulukan pelanggan internal.
Sebagai contoh: pelayanan rumah sakit sering terganggu
karena adanya hubungan yang birokratis dengan PT.
Asuransi Kesehatan. Inilah tantangan nyata bagi para
manajer pelayanan di kalangan lembaga-lembaga
pemerintah, menemukan keseimbangan yang optimum
antara pelanggan eksternal dan internal.
Latihan:
Bagaimana dengan situasi pelayanan oleh lembaga
anda? Adakah unit-unit lain yang menghambat
pelayanan anda?
14
Operasionalisasi Pelayanan Prima
d. Efisiensi dan efektivitas pelayanan akan meningkat
seiring dengan peningkatan mutu pelayanan.
Semakin tinggi mutu pelayanan bagi masyarakat,
semakin percaya masyarakat kepada pemerintah, dan
akan semakin tinggi peran serta masyarakat dalam
kegiatan pelayanan. Hal ini akan menyebabkan
kontribusi dana dan tenaga dari masyarakat menjadi
semakin besar, dan daya ungkit pelayanan terhadap
perbaikan taraf hidup masyarakat akan semakin nyata.
Latihan:
Dapatkah anda menemukan contoh konstribusi
masyarakat dalam meningkatkan pelayanan oleh
pemerintah?
e. Masyarakat secara keseluruhan diperlakukan sebagai
pelanggan tak langsung, yang sangat berpengaruh pada
upaya-upaya pengembangan pelayanan. Desakan untuk
memperbaiki pelayanan polisi bukan dilakukan oleh
hanya pelanggan (mereka yang pernah mengalami
gangguan keamanan), tetapi juga oleh seluruh lapisan
masyarakat.
f. Tujuan akhir adalah menciptakan tatanan kehidupan
masyarakat yang
persoalannya sendiri.
berdaya
untuk
mengurus
Modul Diklatpim Tingkat IV
15
Latihan:
Bagaimana
komentar
anda
tentang
Jaring
Pengamanan Sosial? Bagaimana dengan dana
kompensasi sebagai hasil pengurangan subsidi BBM?
5. Pelayanan Prima
Kata prima memiliki arti harfiah “yang terbaik”. Pelayanan
prima diartikan sebagai pelayanan yang terbaik, yang dapat
diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat. Ukuran
”terbaik” ini sangat relative, dan biasanya dikaitkan dengan
Standar Pelayanan Prima (SPP). Sebagai patokan,
pelayanan prima dibedakan atas 3 tingkatan:
a. Pelayanan yang dianggap Terbaik oleh lembagalembaga pemerintah yang belum memiliki SPP. Lembaga
semacam ini memiliki kewajiban untuk segera menyusun
SPP.
b. Pelayanan yang sesuai dengan SPP, bagi lembaga
pemerintah yang sudah memiliki SPP.
c. Pelayanan terobosan yang mampu melebihi
persyaratan SPP, bagi lembaga pemerintah yang selama
ini tingkat pelayanannya sudah secara rutin dapat
memenuhi SPP mereka. Lembaga semacam ini wajib
memperbaharui SPP untuk menampung upaya terobosanterobosan yang sudah mulai dilakukan.
16
Operasionalisasi Pelayanan Prima
Batasan pengertian di atas adalah sisi kacamata pemerintah
sebagai penyedia layanan publik. Namun masyarakat
memiliki ukurannya sendiri. Sebuah pelayanan dikatakan
terbaik apabila paling tidak dapat memenuhi rasa kepuasan
mereka. Kepuasan tercapai jika layanan yang nyata-nyata
mereka terima dapat melebihi apa yang mereka harapkan.
Kedua ukuran ini dapat saling memberikan negasi. Sebuah
pelayanan yang sudah dinyatakan terbaik oleh pemerintah
dapat saja tetap tidak memuaskan pelanggan, karena
pemerintah tidak mengenal harapan masyarakatnya. Sebagai
contoh: pembatasan konsumsi BBM oleh pemerintah, atau
pajak ekspor CPO. Atau sebaliknya, sebuah pelayanan sudah
dapat memenuhi harapan pelanggan tetapi sebenarnya
pemerintah masih dapat berbuat yang lebih baik lagi karena
memiliki pengetahuan, teknologi, dan sarana yang lebih
canggih. Sebagai contoh: program Pemberian Makanan
Tambahan bagi siswa SD. Dengan demikian, kedua macam
ukuran tersebut harus dapat dipadukan: pelayanan prima
diartikan sebagai pelayanan terbaik oleh pemerintah dan
dapat memuaskan harapan masyarakat.
6. Janji Pelayanan
Dalam rangka memberikan kepastian pelayanan kepada para
pelanggannya, beberapa organisasi berani menyatakan janji
pelayanan. Janji ini berupa sebuah pernyataan yang eksplisit
mengenai spesifikasi layanan yang pasti diperoleh oleh para
pelanggannya, dan janji mengenai apa yang akan dilakukan
Modul Diklatpim Tingkat IV
17
organisasi jika spesifikasi tersebut ternyata tidak dapat
dipenuhi. Sebagai contoh: untuk setiap menit keterlambatan
pesawat, uang anda akan kami kembalikan sebesar seribu
rupiah.
Latihan:
Apakah anda pernah menerima janji-janji pelayanan?
Dapatkah terpenuhi?
7. Standar Pelayanan
Standar pelayanan berbentuk suatu dokumentasi berisi
rincian teknis dari sebuah pelayanan. Rincian yang biasanya
tercantum dalam dokumen ini mencakup pernyataan visi dan
misi pelayanan, prosedur pelayanan, dana alur pelangan,
ketentuan tarif, prasyarat pelayanan, klasifikasi pelanggan,
jenis layanan, jaminan mutu dan janji pelayanan.
Manfaat standar pelayanan ada dua. Pertama, merupakan
jaminan mutu bagi para pelanggan. Dari standar pelayanan
ini pelanggan dapat mengetahui apa saja yang dapat
diharapkan dari sebuah pelayanan. Pelanggan setiap kali
dapat menggugat lembaga pelayanan jika ternyata apa yang
mereka peroleh kurang dari yang dicantumkan dalam standar
pelayanan. Kedua, merupakan ukuran baku mutu yang harus
ditampilkan oleh para petugas pelayanan.
18
Operasionalisasi Pelayanan Prima
7)
8. Mutu Pelayanan
Kata “mutu” mengacu pada tingkatan baik tidaknya, atau
berharga tidaknya sesuatu. Oleh karena itu, kata “mutu
pelayanan” mengacu pada tingkatan baik tidaknya sebuah
pelayanan. Namun ukuran bagi baik tidaknya sebuah
pelayanan tidak mudah untuk disepakati, karena setiap jenis
pelayanan memiliki ciri-ciri khas masing-masing,
berkembang untuk memenuhi kebutuhan yang khusus, dan
digunakan dalam lingkungan pelayanan yang saling berbeda.
Sampai saat ini telah ditawarkan berbagai ukuran bagi mutu
pelayanan, dengan titik pusat penilaian yang saling berbeda,
dan cara pengukuran yang beraneka ragam pula. Namun
demikian, terdapat beberapa kesamaan ukuran mutu
pelayanan yang sering dijumpai di berbagai bidang kajian,
yaitu:
1)
Proses pelayanan dilaksanakan
pelayanan yang standar.
2)
3)
Petugas pelayanan memiliki kompetensi yang perlukan.
Pelaksanaan pelayanan didukung teknologi, sarana, dan
prasarana yang memadai.
Pelayanan dilaksanakan dengan cara-cara yang tidak
bertentangan dengan kode etik.
Pelaksanaan layanan dapat memuaskan pelanggan.
Pelaksaan pelayanan dapat memuaskan petugas
pelayanan.
4)
5)
6)
Modul Diklatpim Tingkat IV
sesuai
prosedur
19
Pelaksanaan pelayanan mendatangkan keuntungan bagi
lembaga penyedia pelayanan.
Latihan:
Bagaimana dengan mutu pelayanan anda? berapa
macam ukuran yang biasanya anda gunakan?
B. Prinsip Pelayanan Prima
Bentuk-bentuk pelayanan oleh pemerintah kepada masyarakat
berjumlah ribuan dan secara teknis berbeda satu sama lainnya.
Dari sekian ribu ini yang sudah dapat dinilai sebagai pelayanan
prima masih belum banyak. Sebuah pelayanan dinilai sebagai
pelayanan prima jika desain dan prosedurnya mematuhi
beberapa prinsip, yaitu mengutamakan pelanggan, merupakan
sistem yang efektif, melayani dengan hati nurani, melakukan
perbaikan yang berkelanjutan, dan memberdayakan pelanggan.
1. Mengutamakan Pelanggan
Pelanggan pada dasarnya adalah pemilik dari
pelayanan kita. Tanpa pelanggan tidak akan
pernah ada pelayanan. Mereka memiliki
kekuatan untuk menghentikan atau terus
menghidupkan pelayanan kita. Mengutamakan
pelanggan secara praktis diartikan sebagai
berikut:
20
Operasionalisasi Pelayanan Prima
a. Prosedur pelayanan harus disusun demi kemudahan dan
kenyamanan pelanggan, bukan untuk memperlancar
pekerjaan kita sendiri. Mengapa orang harus melewati
beberapa loket untuk mendapatkan SIM? mengapa harus
ada loket yang terpisah-pisah untuk pendaftaran pasien,
kasir, laboratorium, apotek, dan kamar periksa dokter?
Hal-hal semacam ini terjadi mungkin karena kita memang
masih belum cakap dalam menggalang koordinasi dan
integrasi dengan teman-teman sekerja, dan pelanggan
yang ternyata harus menanggung akibatnya.
b. Jika pelayanan kita memiliki pelanggan eksternal dan
pelanggan internal, maka harus ada prosedur yang
berbeda, dan terpisah untuk keduanya. Pelayanan bagi
pelanggan eksternal harus lebih diutamakan dari pada
untuk pelanggan internal.
c. Jika pelayanan kita juga memiliki pelanggan tak
langsung, selain pelanggan langsung, maka harus
dipersiapkan jenis-jenis layanan yang sesuai untuk
keduanya. Pelayanan bagi pelanggan tak langsung perlu
lebih diutamakan dari pada untuk pelanggan langsung.
Modul Diklatpim Tingkat IV
21
2. Sistem yang Efektif
Sebuah proses pelayanan perlu dilihat sebagai sebuah sistem
yang nyata (“hard system”), yaitu tatanan yang memadukan
hasil-hasil kerja dari berbagai unit dalam organisasi kita.
Perpaduan ini harus terlihat sebagai sebuah proses pelayanan
yang berlangsung dengan tertib dan lancar di mata para
pelanggan. Jika perpaduan ini sungguh baik, pelanggan
bahkan tidak pernah merasakan bahwa mereka sebenarnya
telah berhadapan dengan beberapa unit yang berbeda. Dari
segi desain pengembangannya, setiap pelayanan selayaknya
memiliki prosedur yang memungkinkan perpaduan hasil
kerja ini dapat mencapai batas maksimum.
Pelayanan juga harus dilihat sebagai sebuah sistem yang
”halus” (soft system) yaitu sebuah tatanan yang
mempertemukan manusia satu dengan yang lain. Pertemuan
semacam ini tentu melibatkan sentuhan-sentuhan emosi,
perasaan, harapan, keinginan, harga diri, penilaian, sikap,
dan perilaku. Agar kita berhasil merebut hati pelanggan,
maka proses pelayanan sebagai ”soft system” ini harus
berjalan efektif, artinya mengungkit munculnya
kebanggaan pada diri petugas dan membentuk citra
positif dimata pelanggan.
Latihan:
Bagaimana dengan pelayanan oleh unit anda sendiri?
Sudah mengutamakan pelanggan?
Sebagai ”soft system”, desain pelayanan memiliki kekuatan
sistemik untuk ”membentuk” pola perilaku baik pada petugas
pelayanan, maupun pada pelanggan. Jika ternyata muncul
perilaku-perilaku yang kurang menguntungkan selama
22
Operasionalisasi Pelayanan Prima
berlangsung proses pelayanan, baik itu pihak petugas
maupun di pihak pelanggan, sebaiknya dikoreksi lewat
perbaikan desain sistemnya terlebih dahulu. Jangan terburuburu menyalahkan manusia, kemungkinan besar yang salah
adalah justru tatanannya. Orang cenderung menunjukkan
pola perilaku yang sama jika berada pada satu tatanan yang
sama.
3. Melayani Dengan Hati Nurani
Sebaik apapun desain dan prosedur sebuah pelayanan,
akhirnya tetap para petugas pelayanan yang harus
berhadapan muka secara langsung dengan para pelanggan.
Saat-saat terjadinya transaksi antar manusia seperti ini sangat
berharga. Penilaian pelanggan terhadap mutu sebuah layanan
sebagian besar terjadi ketika mereka bertemu muka langsung
dengan petugas pelayan. Meskipun sarana dan prasarana
pelayanan sering dijadikan ukuran mutu oleh para pelanggan,
namun ukuran utama penilaian tetap sikap dan perilaku
pelayanan yang ditampilkan oleh para petugas. Sikap dan
perilaku yang baik oleh petugas sering dapat menutupi
kekurangan dalam hal sarana dan prasarana. Dalam transaksi
tatap muka dengan pelanggan, yang utama adalah keaslian
sikap dan perilaku sesuai dengan hati nurani kita. Perilaku
yang dibuat-buat, atau berlebihan sangat mudah dikenali oleh
pelanggan dan justru dapat memperburuk penilaian mereka.
Keaslian perilaku hanya bisa muncul pada pribadi yang
sudah matang, pribadi yang sudah menghayati bahwa
kebahagiaan hidup hanya dapat diperoleh melalui
Modul Diklatpim Tingkat IV
23
pengabdian dan pelayanan. Sebagai “soft system” jika
dirancang dengan baik proses pelayanan dapat menjadi
wahana belajar yang sangat efektif untuk mempercepat
kematangan pribadi.
Latihan:
Bagaimana dengan pelayanan oleh unit anda sendiri?
Dapat memacu kematangan pribadi para petugas
pelaksana?
4. Perbaikan Berkelanjutan
Pelanggan pada dasarnya juga belajar mengenali kebutuhan
dirinya dari proses pelayanan kita. Semakin baik mutu
pelayanan akan menghasilkan pelanggan yang semakin sulit
untuk dipuaskan, karena tuntutannya juga semakin tinggi dan
kebutuhannya semakin meluas serta beragam. Kita lihat
dunia perbankan. Dahulu kita cukup dilayani oleh karyawati
sebagai teller. Kemudian bank memperkenalkan kartu ATM.
Segera tuntutan kita meningkat, mengapa hanya bisa untuk
menarik uang kontan? Mengapa tidak dapat digunakan untuk
setor? Bukankah lebih praktis lagi jika juga dapat digunakan
sebagai kartu debet langsung ketika belanja, dari pada harus
menarik uang kontan dahulu? Bukankah akan lebih
bermanfaat jika dapat juga digunakan untuk membayar
tagihan listrik?
24
Operasionalisasi Pelayanan Prima
Fenomena aksi-reaksi antara mutu layanan dan tuntutan
pelanggan semacam ini akan terus bergulir, semakin lama
semakin cepat. Fenomena ini telah memacu kita untuk
mampu terus menerus meningkatkan mutu pelayanan. Jika
ada pejabat Negara yang sudah tidak mau lagi
memperbaharui desain pelayanannya berarti sudah tidak
mengenal lagi pertumbuhan masyarakat yang dilayaninya.
Latihan:
Kapan terakhir kali pelayanan pada organisasi anda
diperbarui disainnya?
5. Memberdayakan pelanggan
Memberdayakan pelanggan berarti menawarkan jenis-jenis
layanan yang dapat digunakan sebagai sumber daya atau
perangkat tambahan oleh pelanggan untuk menyelesaikan
persoalan hidupnya sehari-hari. Sebagai contoh, kredit usaha
tani menolong petani untuk dapat terus memperoleh
penghidupan dari kegiatan bertani, pembangunan jalan untuk
membuka isolasi daerah terpencil, dll.
Di sisi lain, cukup banyak layanan pemerintah yang sulit
untuk dipahami apakah memang untuk memberdayakan
masyarakat hanya untuk memberi pekerjaan kepada para
karyawan, atau untuk hal-hal lain yang justru mengorbankan
kepentingan orang banyak. Sebagai contoh Kartu Keluarga,
Modul Diklatpim Tingkat IV
25
Hansip, SDSB, Ijin Mendirikan Bangunan, monopoli
perniagaan, dll.
Latihan:
Apakah pelayanan oleh organisasi anda dapat sungguhsungguh memberdayakan pelanggan?
C. Konsep Pelayanan Prima
Sebagai salah satu bidang kajian dalam administrasi publik
pelayanan prima tidak tumbuh sendirian, tetapi mengalami
pengayaan silang dari berbagai kajian lainnya. Berikut ini
disajikan berbagai konsep yang telah mewarnai perkembangan
dan ikut serta membentuk sosok pelayanan prima seperti yang
kita lihat saat ini.
1. Falsafah Pelayanan
Pengembangan
teknik-teknik
pengenalan
terhadap
pelanggan berangkat dari kenyataan bahwa sering kali para
pelanggan sendiri mengalami kesulitan untuk menyatakan
kebutuhan-kebutuhannya. Ketika ditawari dengan sebuah
pelayanan baru, biasanya mereka mulai dengan mencobacoba dahulu, jika kemudian terbukti adanya nilai tambah
bagi harkat hidupnya sebagai manusia mereka bilang itulah
pelayanan yang selama ini mereka harapkan, dan terciptalah
suatu kebutuhan. Oleh karena itu, pengembangan sistem
pelayanan perlu dimulai dengan inisiatif, kreativitas dan
26
Operasionalisasi Pelayanan Prima
tanggung jawab untuk menciptakan dinamika kehidupan
yang lebih baik lagi bagi para pelanggan. Pelayanan prima
harus mencerminkan falsafah prokreasi ini.
2. Gerakan Regom
Sejak tahun 1980, terjadi gerakan besar-besaran untuk
menata ulang kiprah lembaga-lembaga pemerintahan
dibanyak Negara. Gerakan ini dikenal dengan “Reinventing
The Government (Regom)”. Gerakan yang dipelopori oleh
kelompok Negara Persemakmuran ini telah terbukti sangat
efektif untuk meningkatkan kinerja lembaga pemerintah.
Pemerintah RI juga tidak mau ketinggalan. Gerakan ini
sudah ditawarkan secara luas, dan disambut baik oleh
beberapa pemerintah daerah provinsi dan kota/kabupaten.
Pada intinya, gerakan Regom mengajak lembaga pemerintah
untuk tumbuh dan berkembang dengan menunjukkan ciriciri:
a. Katalitik: mengarahkan untuk menumbuhkan pelayanan
masyarakat yang mandiri. Pemerintah tidak perlu
melakukan sendiri semua jenis pelayanan bagi
masyarakat.
b. Menjadi milik masyarakat: menjadikan pelayanannya
sebagai perangkat dinamika masyarakat dalam
mewujudkan kesejahteraan umum. Pemerintah tidak
boleh hanya sekedar melayani kebutuhan masyarakat.
Modul Diklatpim Tingkat IV
27
c. Kompetitif: menyajikan pelayanan dengan mutu yang
terbaik, dan biaya yang terjangkau oleh masyarakat
secara luas.
d. Mengemban misi: aparatur pemerintah tidak boleh hanya
sekedar menyelesaikan tugas pekerjaan. Mereka harus
menyadari bahwa kekaryaannya mengemban misi suci
untuk memberdayakan masyarakat.
e. Mengutamakan hasil akhir: investasi pemerintah harus
selektif, hanya khusus bagi kegiatan yang sungguh
memiliki daya ungkit tinggi terhadap kemajuan
masyarakat.
f. Mengutamakan pelanggan: berusaha keras untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat secara luas.
g. Mendapat keuntungan:
berusaha untuk mampu
mendapatkan laba dari kegiatan pelayanannya.
Pemerintah bukan hanya bisa membelanjakan dana dari
masyarakat.
h. Melihat ke depan: berusaha untuk mencegah timbulnya
masalah-masalah sosial, bukan lagi hanya melakukan
upaya pemulihan setelah terjadi masalah dalam
masyarakat.
28
Operasionalisasi Pelayanan Prima
i. Desentralisasi: menghapus hirarki dalam pelayanan, dan
menggalang partisipasi masyarakat dalam semua kegiatan
pelayanan umum.
j. Menciptakan pasar: menumbuhkan wirausaha dan
wiraswasta dikalangan masyarakat luas.
Pelayanan publik yang sudah mampu menerapkan Regom
(meskipun baru satu atau dua ciri saja) terbukti mendapat
sambutan yang sangat baik oleh masyarakat yang
dilayaninya. Sebagai contoh: penghapusan monopoli dalam
perniagaan berbagai komoditi, peningkatan kebebasan
berpendapat, penerbitan ijin siaran bagi beberapa stasiun TV
baru, otonomi daerah, desentralisasi, dll.
Gerakan Regom telah memberikan warna yang sangat kuat
dalam arah perkembangan pelayanan prima. Paling tidak,
gerakan ini memicu lahirnya berbagai jenis layanan baru,
seperti
peraturan
perundangan
yang
semakin
memberdayakan masyarakat dalam mengurus persoalannya
sendiri. Jenis-jenis layanan lainnya juga banyak yang
mengalami penataan ulang secara teknis, atau mengalami
pembaharuan filosofi. Sebagai contoh: tata niaga kayu, tata
cara pengelolaan sumber pendapatan negara, dll.
Modul Diklatpim Tingkat IV
29
berbenah diri, khususnya dibidang ekonomi, politik, dan
administrasi pemerintah. Sosok pengelolaan pemerintah
yang kita lihat saat ini adalah suatu fase transisi, menuju
bentuknya yang lebih akuntabel.
Pemerintah dinilai akuntabel apabila sanggup memberikan
pelayanan publik yang bersifat terbuka, dan bertanggung
jawab. Pelayanan publik yang bersifat terbuka paling tidak
harus dapat menunjukkan ciri-ciri:
a. Penyelenggaraannya tidak dimonopoli oleh pemerintah
sendiri, melainkan mengundang peran serta masyarakat
melalui penyertaan modal, privatisasi, kontrak kerja, dan
lain-lain cara semacamnya.
b. Pemanfaatannya oleh masyarakat ditawarkan melalui
mekanisme pasar.
c. Keputusan politik yang melandasi lahirnya setiap bentuk
pelayanan diambil berdasarkan hasil konsensus bersama
masyarakat.
d. Membuka pintu pengawasan oleh masyarakat
khususnya mengenai penggunaan sumber daya dan
tingkat kinerjanya.
3. Akuntabilitas Publik
Sejak dimulainya Gerakan Reformasi Nasional pada tahun
1998, pemerintah mengalami banyak tekanan untuk segera
Sebuah pelayanan publik dinilai bertanggung jawab apabila
dilandasi dengan tata nilai yang jelas-jelas membela
30
Operasionalisasi Pelayanan Prima
kepentingan masyarakat luas. Untuk keperluan penilaian ini
proses pengembangan setiap bentuk palayanan harus diawali
dengan perumusan visi dan misi yang tepat. Sebuah
pelayanan tidak akan pernah menjadi pelayanan prima jika
tidak akuntabel, yaitu terbuka dan bertanggung jawab.
4. Gerakan Mutu
Gerakan perbaikan mutu manajemen (terkenal dengan
pendekatan “Total Quality Manajemen” TQM) merupakan
terobosan besar dalam perkembangan ilmu manajemen
diakhir abad 20. Gerakan ini telah terbukti efektif diseluruh
dunia dalam meningkatkan mutu manajemen organisasi,
termasuk tentunya mutu pelayanan. Teknik-teknik TQM
banyak digunakan dalam operasionalisasi pelayanan prima.
TQM telah berhasil mengenalkan kepada kita budaya mutu,
yaitu perbaikan terus-menerus terhadap mutu manusia,
proses, barang, dan lingkungan organisasi.
Khusus untuk manajemen pelayanan, tersedia varian dari
TQM yang disebut dengan “Total Quality Service” (TQS).
Varian ini mengenalkan kita kepada budaya pelayanan,
yang bertitik tolak pada norma-norma:
Modul Diklatpim Tingkat IV
31
b.
Melibatkan semua orang: mutu pelayanan adalah
tanggung jawab semua warga organisasi. Pemimpin
harus mendorong dan mendukung perbaikan oleh siapa
saja. Warga organisasi perlu diberi kemerdekaan untuk
memperbaiki mutu pelayanan, kapan saja.
c.
Memenuhi standar: menyusun standar pelayanan,
mengukur
penyimpangan,
dan
memperbaiki
kekurangan.
d.
Perbaikan berkesinambungan: mempercepat siklus
pekerjaan, menerima umpan balik, dan mengantisipasi
perkembangan kebutuhan pelanggan.
Metodologi TQS (dan TQM yang bersifat lebih generik),
sangat populer diseluruh dunia karena terbukti berhasil
mengangkat mutu pelayanan. Satu hal yang paling dihargai
dari metodologi ini adalah kemampuannya untuk mengungkit
pengembangan sumber daya manusia. Bentuk-bentuk
pelayanan prima yang tergolong kelas dunia sebagian besar
dikembangkan dengan metodologi TQM.
5. Karakteristik Pelayanan Umum
a.
Fokus kepada pelanggan: mengenal pelanggan,
mengetahui kebutuhannya, mengembangkan proses
pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Keputusan MENPAN No. 63 tahun 2003 memuat pedoman
dasar bagi tata laksana pelayanan publik oleh lembaga
pemerintah kepada masyarakat. Semua pelayanan publik
diharapkan dapat memenuhi aspek-aspek sebagai berikut:
32
Operasionalisasi Pelayanan Prima
Kesederhanaan: pelayanan publik harus mudah, cepat,
tidak berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah
dilaksanakan.
Kejelasan: dalam hal prosedur pelayanan, persyaratan
pelayanan, unit dan pejabat yang bertanggung jawab, hak
dan kewajiban petugas maupun pelanggan, dan pejabat
yang menangani keluhan.
Kepastian Waktu: yaitu bahwa pelayanan publik dapat
diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
Akurasi: bahwa produk pelayanan publik diterima dengan
benar, tepat dan sah.
Keamanan: bahwa proses dan produk pelayanan publik
memberikan rasa aman dan kepastian hukum.
Tanggung Jawab: bahwa pimpinan penyelenggara
pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk dapat dan
harus bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan
publik.
Kelengkapan sarana dan prasarana: yaitu ketersediaan
sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung
lainnya yang memadai, termasuk pula penyediaan sarana
teknologi telekomunikasi dan informatika.
Kemudahan Akses: dalam hal ini tempat dan lokasi serta
sarana pelayanan harus memadai, mudah dijangkau oleh
masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi
komunikasi dan informatika.
Kedisiplinan: kesopanan dan keramahan dimana pemberi
pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun,
ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.
Modul Diklatpim Tingkat IV
33
Kenyamanan: lingkungan pelayanan harus tertib, teratur,
disediakan ruang tunggu yang nyaman, rapi, bersih,
lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan
fasilitas pendukung pelayanan lainnya seperti toilet,
tempat parkir, tempat ibadah, dan lain-lain.
Pelayanan yang kita kembangkan secara berkala harus diaudit
agar kandungan sepuluh unsur ini dapat terukur. Hasil audit
kemudian disampaikan secara terbuka kepada masyarakat
sebagai salah satu bukti akuntabilitas dari pelayanan kita.
6. Wawasan Kesisteman
Pada tahun 1990an dunia manajemen mendapat suntikan darah
baru berupa munculnya perangkat pikir yang dikenal dengan
Wawasan Kesisteman (System Thinking). Perangkat ini
sangat bermanfaat untuk memecahkan persoalan-persoalan
manajemen yang sangat rumit. Persoalan yang seolah-olah
tampak seperti lingkaran setan tanpa ujung pangkal,
persoalan-persoalan yang saling terkait, namun memiliki
hubungan sebab-akibat yang terpisah jauh oleh ruang dan
waktu.
Wawasan kesisteman telah memacu munculnya pemikiran
tentang bentuk organisasi yang sekiranya cocok untuk
menghadapi tantangan masa depan, yaitu organisasi yang
cakap belajar (learning organization). Organisasi semacam
ini diyakini mampu terus tumbuh dan berkembang ditengah-
34
Operasionalisasi Pelayanan Prima
tangah suasana
ketidakpastian.
yang
cepat
berubah,
dan
penuh
Dibidang pelayanan publik, wawasan kesisteman ini sangat
bermanfaat, khususnya untuk memahami dampak pelayanan
terhadap kesejahteraan rakyat. Banyak layanan publik yang
jika dilihat sekilas tampak tidak langsung berhubungan
dengan kesejahteraan umum. Namun ternyata jika dikaji
dengan wawasan kesisteman akan terlihat kontribusinya
yang sangat besar. Sebaliknya, lebih banyak lagi pelayanan
publik yang sudah menghabiskan investasi besar-besaran,
tetapi sebenarnya kurang dapat mengungkit kemakmuran
umum jika disimak dengan wawasan kesisteman.
Manfaat lain adalah memudahkan kita untuk menemukan
pemecahan masalah pelayanan dengan pendekatan yang
tidak konvensional, melainkan dengan lebih inovatif, kreatif
dan lebih mendasar.
D. Rangkuman
1. Pelayanan adalah upaya untuk membantu menyiapkan,
menyediakan, atau mengurusi keperluan orang lain. Pihak
yang dilayani disebut pelanggan. Pihak yang melayani
menyampaikan layanan kepada pelanggannya. Bentuk
layanan dapat berupa barang nyata, barang tak nyata, atau
jasa.
Modul Diklatpim Tingkat IV
35
Pelayanan publik adalah pelayanan terbaik yang dapat
diberikan pemerintah, dan sesuai dengan harapan
masyarakat. Sedangkan pelayanan prima adalah pelayanan
publik yang sesuai, atau bahkan dapat melampaui standar
pelayanan. Standar pelayanan adalah dokumentasi yang
memuat semua rincian teknis dari sebuah pelayanan.
Standar ini memuat antara lain janji pelayanan, yaitu
spesifikasi layanan yang pasti akan didapatkan oleh
pelanggan.
Mutu pelayanan memiliki ukuran mutu yang sangat
beragam, namun terdapat paling tidak 7 macam ukuran
yang sering digunakan secara luas.
2. Pelayanan yang bermutu tinggi mampu mencerminkan
prinsip-prinsip pelayanan prima.
Prinsip pertama adalah mengutamakan pelanggan. Prinsip
ini dicerminkan dengan penyusunan prosedur pelayanan
yang lebih mengutamakan kemudahan dan kenyamanan
pelanggan dari pada kemudahan petugas pelayanan dalam
melakukan pekerjaannya. Pelanggan eksternal lebih
diutamakan dari pada pelanggan internal. Pelanggan tak
langsung lebih diutamakan dari pada pelanggan langsung.
Prinsip kedua adalah sistem yang efektif. Pelaksanaan
pelayanan yang prima selalu tampak tertib dan lancar,
membangkitkan rasa bangga pada diri petugas pelayanan
dan memupuk citra positif di mata pelanggan.
36
Operasionalisasi Pelayanan Prima
Modul Diklatpim Tingkat IV
37
Prinsip ketiga adalah melayani dengan hati nurani. Para
petugas pelayanan menunjukkan perilaku pelayanan yang
tulus dan orisinil, tidak dibuat-buat, tidak berlebihan.
berhasil menyediakan metodologi yang handal untuk
meningkatkan mutu pelayanan, yaitu TQS (Total Quality
Service).
Prinsip keempat adalah perbaikan berkelanjutan. Desain
dan prosedur pelayanan terus diperbaharaui secara berkala
untuk mengantisipasi perkembangan kebutuhan pelanggan
yang semakin tinggi dan meluas.
Pihak Pemerintah telah merumuskan kebijakan-kebijakan
untuk meningkatkan mutu pelayanannya
kepada
masyarakat Kep MENPAN No. 63/KEP/M.PAN/7/2003
memuat pedoman bagi tatalaksana pelayanan publik.
Prinsip kelima adalah memberdayakan pelanggan.
Pelayanan harus dapat menjadi tambahan sumber daya atau
tambahan perangkat bagi para pelanggan dalam
menyelesaikan persoalan hidup mereka sehari-hari.
Wawasan kesisteman merupakan gerakan baru dalam ilmu
manajemen. Gerakan ini telah menawarkan metodologi
berpikir yang handal untuk mencari pemecahan masalah
yang lebih mendasar di bidang pelayanan publik.
3. Pelayanan prima di Indonesia tumbuh dan berkembang
dengan mengalami pengayaan konsepsional dari berbagai
bidang kajian. Filsafat prokreasi telah meletakkan landasan
perkembangan pelayanan publik menjadi sebuah wahana
untuk secara bertanggung jawab menciptakan peta-peta
kehidupan masyarakat yang lebih baik di masa datang.
Gerakan “Reinventing The Government” merupakan salah
satu tonggak kemajuan ilmu administrasi publik diakhir
abad 20. Gerakan ini telah mengubah paradigma
manajemen pelayanan publik agar menjadi lebih efisien dan
produktif. Peningkatan kesadaran berdemokrasi dikalangan
masyarakat telah mendesak pemerintah untuk mampu
menunjukkan akuntabilitas publik, antara lain dengan
menyajikan pelayanan yang terbuka dan bertanggungjawab.
Gerakan manajemen mutu merupakan lompatan kemajuan
ilmu manajemen di akhir abad 20. Gerakan ini telah
.
Modul Diklatpim Tingkat IV
BAB III
JENIS-JENIS PELAYANAN
Setelah membaca Bab ini, peserta Diklat diharapkan mampu
memahami dan menjelaskan jenis-jenis pelayanan.
Jenis-jenis pelayanan yang disampaikan pemerintah kepada
masyarakat sangat beragam, mulai dari yang sangat sederhana
seperti retribusi pedagang kaki lima, sampai yang sangat rumit
seperti rancangan perubahan konstitusi. Mulai dari yang nyaris tanpa
teknologi seperti parkir dipasar tradisional, sampai yang bermuatan
teknologi canggih seperti komunikasi lewat satelit dan produksi
pesawat udara.
Untuk memudahkan upaya kita mempelajari ciri karakteristik
pelayanan prima, keragaman itu dapat disederhanakan menjadi
beberapa pola penggolongan pelayanan. Pola penggolongan yang
disajikan berikut ini adalah menurut klasifikasi pelanggan,
berdasarkan tahapan dalam proses pelayanan, dan menurut prioritas
pengembangannya.
A. Menurut Klasifikasi Pelanggan
Untuk organisasi yang memiliki pelanggan eksternal dan
internal, maka sebaiknya jenis-jenis pelayanannya dibedakan
menjadi:
38
39
1. Pelayanan eksternal: kegiatan pelayanan bagi pelanggan
eksternal, yaitu pihak-pihak diluar organisasi kita.
2. Pelayanan internal: kegiatan pelayanan bagi pelanggan
internal, yaitu teman-teman sesama karyawan.
Jika kedua golongan pelanggan ini memerlukan jenis layanan
yang sama maka sebaiknya disediakan pelayanan yang terpisah,
karena pelanggan internal cenderung menuntut untuk lebih
diistimewakan. Tindakan untuk mengistimewakan pelanggan
internal merupakan tindakan yang paling tidak disukai oleh
pelanggan eksternal. Padahal justru pelanggan eksternal ini yang
harus kita utamakan karena daya beli mereka sangat
menentukan kelangsungan hidup organisasi. Sebagai contoh
poliklinik gigi disebuah rumah sakit dapat melayani pasien dari
luar, maupun para karyawan. Sebaiknya kedua kelompok ini
tidak dilayani pada waktu yang sama atau di lokasi yang sama.
B. Berdasarkan Tahapan Pelayanan
Jika kita memperhatikan lebih cermat, proses pelayanan bukan
hanya meliputi kegiatan-kegiatan pada saat pelanggan bertatap
muka secara langsung dengan petugas pelayanan. Melainkan
juga meliputi kegiatan-kegiatan sebelum dan sesudahnya.
Sebuah pelayanan tidak akan menjadi prima jika tidak secara
tuntas mencakup semuanya. Pelayanan prima adalah pelayanan
paripurna. Sebelum petugas bertatap muka langsung dengan
pelanggan mereka sudah harus mempersiapkan banyak hal,
seperti menata ruang, menyiapkan bahan atau peralatan,
menyiapkan arsip pelanggan dan lain semacamnya. Sesudah
40
Operasionalisasi Pelayanan Prima
Modul Diklatpim Tingkat IV
41
selesai bertatap muka dengan pelanggan, petugas masih harus
berbenah, merekam data pelayanan, menyusun laporan,
menyimpan arsip, mengganti peralatan dan lain semacamnya.
pemantauan kiriman barang, pengurusan jenasah yang
meninggal di rumah sakit, rekomendasi dan referensi kepada
pihak ketiga, dll.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan petugas pada ketiga tahapan
proses pelayanan ini berbeda satu dengan yang lain, oleh
karenanya kita memiliki 3 jenis pelayanan menurut tahapan
proses pelayanannya:
Ketiga jenis pelayanan ini memiliki peran yang sama
pentingnya dalam menciptakan citra keprimaan dari seluruh
rangkaian proses pelayanan kita. Sebagai contoh: seorang wajib
pajak datang ke Kantor Pelayanan Pajak untuk menyerahkan
SPT tahunan. Citra keprimaan pelayanan pajak ini bukan hanya
ditentukan saat bertemu muka dengan petugas pelayanan pajak
saja, melainkan juga mulai sejak bagaimana mereka dilayani
untuk parkir mobil, diterima resepsionis, dipersilahkan
menunggu giliran, sampai pada penyampaian hasil validasi
bahwa telah terjadi kelebihan atau kekurangan jumlah
pembayarannya.
1. Pelayanan pra-transaksi: kegiatan-kegiatan pelayanan yang
dilakukan sebelum bertatap muka langsung dengan
pelanggan. Kegiatan ini ditujukan untuk mengurusi
keperluan pelanggan sebelum mereka bertatap muka
langsung dengan petugas pelayanan. Sebagai contoh:
menyiapkan berkas-berkas administrasi, memberi informasi
tata cara pelayanan, membantu menemukan lokasi
pelayanan, menyiapkan data dan arsip tentang pelanggan,
melayani penukaran uang dll.
2. Pelayanan saat transaksi: kegiatan pelayanan pada saat
bertatap muka langsung dengan pelanggan. Kegiatan ini
diharapkan dapat berlangsung secara mudah, cepat, lancar,
tertib dan nyaman. Khususnya jika sudah didukung oleh
pelayanan pra-transaksi.
3. Pelayanan pasca transaksi: kegiatan pelayanan sesudah
selesai bertatap muka langsung dengan pelanggan. Kegiatan
ini ditujukan untuk membantu pelanggan agar dapat
memanfaatkan hasil-hasil pelayanan secara maksimum.
Sebagai contoh: pemantauan efek samping penggunaan obat,
Latihan:
Bagaimana dengan pelayanan anda? Sudah paripurna?
C. Menurut Prioritas Pengembangan
Kita semua memahami bahwa memuaskan pelanggan itu
memang tidak mudah, dan untuk dapat merebut hati pelanggan
kita perlu melakukan pengembangan dengan menambah
beberapa jenis layanan baru yang lebih menarik. Hanya saja
pengembangan ini tentu harus terencana dengan baik agar
diperoleh hasil yang optimum. Pengembangan jenis-jenis
pelayanan baru tanpa rencana akan berakhir dengan pemborosan
42
Operasionalisasi Pelayanan Prima
sumber daya. Pelayanan memiliki tingkat-tingkat prioritas
pengembangan sebagai berikut:
1. Pelayanan utama: jenis-jenis pelayanan yang memiliki
prioritas pengembangan tertinggi, yaitu yang langsung
berkaitan dengan upaya pencapaian visi dan misi organisasi.
Sebagai contoh kita simak dunia perhotelan, jenis pelayanan
utamanya adalah menyediakan kamar-kamar penginapan.
2. Pelayanan pendukung: jenis-jenis pelayanan yang memiliki
prioritas kedua yaitu yang sangat dibutuhkan para pelanggan
pada saat mereka sedang memanfaatkan pelayanan utama. Di
dunia perhotelan pelayanan semacam ini meliputi antara lain:
restoran, laundry, saluran telepon keluar hotel langsung dari
kamar, dan hiburan dalam kamar. Pelayanan utama biasanya
tidak dapat diselenggarakan tanpa adanya pelayanan
pendukung ini.
3. Pelayanan tambahan: jenis-jenis pelayanan yang memiliki
prioritas paling rendah, yaitu yang mungkin dibutuhkan para
pelanggan pada saat mereka sedang memanfaatkan
pelayanan utama atau pelayanan pendukung. Kelompok ini
meliputi antara lain: kolam renang, ruang konferensi, bar,
ruang musik, toko obat, toko buku, toko cendera mata, agen
perjalanan, mushola, ruang kebugaran dan lain-lain
semacamnya. Tanpa adanya pelayanan tambahan ini
pelayanan utama masih tetap dapat diselenggarakan, namun
Modul Diklatpim Tingkat IV
43
adanya pelayanan tambahan akan semakin memberikan nilai
tambah kepada para pelanggan.
D. Rangkuman
Pelayanan dapat digolongkan menurut klasifikasi pelanggannya,
yaitu eksternal atau internal. Pelayanan yang bermutu tinggi
bukan saja mencakup pelayanan pada saat bertatap muka
dengan pelanggan, tetapi juga kegiatan-kegiatan pelayanan bagi
pelanggan sebelum dan sesudah tatap muka dengan petugas.
Tidak semua jenis pelayanan perlu dikembangkan pada saat
yang sama. Pengembangan dapat mulai dari pelayanan utama,
kemudian pelayanan pendukung dan paling akhir adalah
pelayanan tambahan.
Modul Diklatpim Tingkat IV
BAB IV
TEKNIK APLIKASI PELAYANAN PRIMA
Setelah membaca Bab ini, peserta Diklat diharapkan mampu
memahami dan menjelaskan teknik aplikasi pelayanan prima.
Pelayanan prima hanya akan berhenti sebagai angan-angan saja, jika
tidak diterapkan secara nyata dalam penyelenggaraan sehari-hari
pada setiap jenis pelayanan di lembaga kita masing-masing. Aplikasi
pelayanan prima bukanlah hal yang mudah, karena membutuhkan
tingkat kesungguhan (komitmen), penguasaan, dan konsistensi
tindakan yang sangat tinggi.
Kita akan lebih banyak membahas segi penguasaan secara
menyeluruh terhadap berbagai aspek operasional dari pelayanan
publik. Dengan demikian, pembaca dapat memperoleh gambaran
yang lebih kaya dan realistis mengenai problematika maupun
dinamika pelayanan publik. Gambaran semacam ini niscaya akan
membantu untuk menemukan teknik pengelolaan sebuah pelayanan,
sehingga sungguh dapat mencerminkan tingkat keprimaan seperti
yang direncanakan.
Selain segi penguasaan operasional, kita juga akan menerapkan
beberapa metode dan alat yang dapat membantu meningkatkan
konsistensi pola pikir mulai dari ide dasar sampai ke tingkat
operasional, dan juga konsistensi pelayanan kita terhadap kebijakan
di bidang-bidang manajerial lainnya.
44
45
Komitmen untuk sungguh-sungguh menyelenggarakan pelayanan
prima tentu bersifat sangat pribadi. Hanya diri kita sendiri yang dapat
mengetahui, menilai, mengukur, dan membangkitkannya. Namun
demikian, pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa komitmen
selain memang merupakan prasyarat untuk keberhasilan pelayanan
prima, tetapi sekaligus juga merupakan salah satu hasil utama dari
penyelenggaraan pelayanan yang prima. Setiap kali kita
melaksanakan pelayanan, akan diperoleh rasa kepuasan sampai pada
kadar tertentu.
Kepuasan ini kemudian akan mendorong kita untuk lebih sungguhsungguh menerapkan pelayanan itu sendiri. Jadi, seperti efek bola
salju.
Pengalaman lapangan menunjukkan bahwa upaya mewujudkan
pelayanan prima sungguh memerlukan waktu dan perhatian. Karena
organisasi kita, dan juga masyarakat yang kita layani selalu tumbuh
dan berkembang secara dinamis, maka aplikasi pelayanan prima akan
lebih tepat jika kita simak sebagai sebuah proses pembelajaran
organisasi yang tak berkesudahan. Sebuah pencarian tanpa henti
terhadap wujud nyata dari apa yang kita pahami sebagai ”prima”
(yang terbaik).
Dilihat sebagai proses belajar, aplikasi pelayanan prima merupakan
upaya perbaikan secara bertahap, dan berkelanjutan. Langkahlangkah perbaikannya perlu dilakukan dengan mengikuti siklus
pengembangan pelayanan. Jika siklus ini diulang-ulang secara teratur
dari waktu kewaktu, maka akan menghasilkan semacam alur spiral
46
Operasionalisasi Pelayanan Prima
dari sejarah perkembangan sebuah pelayanan, menuju bentuknya
yang semakin hari menjadi semakin prima.
A. Siklus Pengembangan Pelayanan
Aplikasi pelayanan prima tidak berarti harus selalu dimulai
dengan menciptakan jenis pelayanan yang baru sama sekali.
Justru ide dasarnya adalah bagaimana kita dapat meningkatkan
pelayanan yang telah ada selama ini agar lebih dapat
memberdayakan masyarakat. Dengan demikian, akuntabilitas
lembaga kita akan menjadi lebih tinggi, dan niscaya
meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
Aplikasi pelayanan prima juga tidak berarti hanya
meningkatkan keprimaan pelayanan, tetapi merupakan proses
pembaharuan pelayanan yang harus terus menerus dilakukan,
agar dapat memenuhi tuntunan masyarakat yang terus
meningkat. Untuk keperluan ini, kita dapat melangkah dengan
mengikuti Siklus Pengembangan Pelayanan seperti berikut:
1. Pembaharuan desain: pada tahap ini kita perlu memahami,
memetakan, mengkaji ulang, dan memperbaharui nilai
tambah yang sesungguhnya dapat diberikan oleh proses
pelayanan kita bagi masyarakat pelanggan. Apakah nilai
tambah yang diberikan sudah dapat mencerminkan
keprimaan yang direncanakan? Pengkajian harus dilakukan
secara rinci dan menyeluruh mulai dari awal sampai akhir
proses pelayanan.
Modul Diklatpim Tingkat IV
47
Tahap ini sangat strategis, karena memberi kita peluang
besar untuk menciptakan desain pelayanan yang mampu
mencerminkan prinsip-prinsip pelayanan prima, dan yang
memiliki daya tampung bagi konsep-konsep terbaru dari
berbagai bidang kajian.
2. Sosialisasi & koordinasi: setelah peta nilai tambah dapat
diperbaharui, kemudian perlu disosialisasikan kepada para
petugas pelaksana, dan pelanggan. Selain itu, peta ini juga
perlu disampaikan kepada para pemasok agar mereka dapat
sepenuhnya mendukung pelaksanaannya.
3. Penyusunan standar pelayanan: berdasarkan peta nilai
tambah yang sudah dipahami oleh petugas pelaksana
maupun pelanggan, dan juga sudah disepakati untuk
didukung oleh pemasok, dapat mulai ditulis prosedur
pelayanan dan jaminan mutu yang baku.
4. Persiapan penyelenggaraan: persiapan penerapan standar
pelayanan meliputi antara lain penyediaan sarana/prasarana,
pelatihan petugas, pemasaran, dan uji coba.
5. Penyelenggaraan: pada tahap ini harus dikaji secara
efektivitas dan efisiensi dari standar pelayanan yang
ditetapkan. Perlu dikaji juga hambatan dan kendala yang
terjadi di lapangan.
48
Operasionalisasi Pelayanan Prima
6. Evaluasi: ini adalah tahap yang krusial, karena harus
disusun kebijakan manajerial yang akan menentukan arah
pembaharuan desain pada putaran siklus berikutnya. Satu
pertanyaan utama yang harus dijawab: apakah pelayanan kita
sungguh telah memberdayakan masyarakat?
Kecepatan putaran dari siklus ini tentunya tergantung pada jenis
layanan yang kita sajikan. Pelayanan bagi pelanggan internal
umumnya memerlukan kecepatan putaran yang lebih tinggi dari
pada pelayanan bagi pelanggan eksternal.
B. Pembaharuan Desain Pelayanan
Titik awal dari siklus pengembangan pelayanan adalah
pembaharuan desain. Yang dimaksud pembaharuan disini tidak
harus menciptakan yang baru sama sekali. Pelayanan yang
sudah ada secara berkala juga memerlukan pembaharuan agar
semakin dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Kebutuhan
untuk menciptakan pelayanan yang baru sama sekali biasanya
terjadi karena perubahan yang mendasar pada tingkat visi dan
misi organisasi, sehingga dirasa perlu menyesuaikan tugas
pokok dan fungsi unit-unit dalam organisasi bersangkutan.
Proses pembaharuan desain pelayanan melibatkan beberapa
langkah kegiatan:
1. Menemukan ‘roh’ pelayanan.
2. Menetapkan jenis pelayanan.
3. Menghayati kegiatan pelanggan.
4. Merancang proses pelayanan.
Modul Diklatpim Tingkat IV
49
1. Menemukan Roh Pelayanan
Sebagai “soft system”, inti pelayanan adalah proses transaksi
antar manusia. Sebuah transaksi antar manusia akan terasa
kering jika tidak diisi dengan ‘roh’. Kita kapan saja dapat
berbicara dan bergaul dengan orang lain, tetapi semuanya
akan terasa hambar seperti angin lalu jika kita tidak memberi
makna yang khusus terhadap lawan bicara atau peristiwanya
itu sendiri. Menemukan ‘roh’ pelayanan diartikan sebagai
upaya kita sendiri untuk cakap berdialog dengan diri kita
sendiri, agar dapat menemukan makna dari kegiatan
pelayanan yang akan diselenggarakan. Menemukan roh
pelayanan harus dilakukan secara dialogis, dan bersamasama oleh seluruh karyawan unit organisasi yang terlibat
dalam kegiatan pelayanan. Jangan mulai dengan unit yang
besar, tetapi mulai dengan unit yang terkecil yang diserahi
untuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan sebuah
pelayanan. Dialog ini memiliki agenda sebagai berikut:
a. Merenungkan jawaban terhadap pertanyaan dibawah ini:
Mengapa kita harus melayani orang lain?
Apakah kita yang seharusnya melayani orang lain
Mengapa bukan kita yang harus dilayani?
Apa yang akan kita dapatkan dengan melayani orang
lain? apakah melayani orang lain bukan berarti
merendahkan martabat diri kita sendiri?
50
Operasionalisasi Pelayanan Prima
Apakah jawaban kita terhadap pertanyaan-pertanyaan
di atas sudah cukup jujur dan meyakinkan diri kita
sendiri?
b. Semua jawaban selanjutnya perlu dikemas menjadi
sebuah pernyataan visi dan misi pelayanan yang berlaku
lokal untuk unit bersangkutan. Sebagai contoh kita simak
hasil dialog kelompok urusan kepegawaian disebuah
pemerintahan kota:
Visi: ”Mengangkat martabat, menghargai prestasi”.
Misi: “Menyelesaikan administrasi kepegawaian tepat
waktu”.
c. Menguji keselarasan visi dan misi unit tersebut terhadap
visi dan misi organisasi. Ternyata pemerintah kota
bersangkutan memiliki visi dan misi seperti berikut:
Visi: ‘Menjadi kota yang mandiri, aman, dan
manusiawi’.
Misi: ‘Menumbuhkan yang lemah, mengayomi yang
kuat’.
Jika visi dan misi unit dirasakan masih kurang selaras
dengan visi dan misi organisasi, maka kegiatan dialog perlu
diulang lagi dari awal, dengan mencoba untuk bersikap lebih
tulus dan lebih jujur kepada diri kita sendiri.
Modul Diklatpim Tingkat IV
51
Latihan:
Bagaimana dengan visi dan misi: pelayanan pada
organisasi anda?
Langkah untuk menemukan ‘roh’ pelayanan ini merupakan
upaya kita untuk mencoba menerapkan prinsip ketiga dari
pelayanan prima: melayani dengan hati nurani. Kegiatan
pelayanan kita lakukan bukan hanya sebagai tugas pekerjaan.
Kita melayani karena menghayati nilai bahwa pelayanan
merupakan kesempatan terbaik untuk mewujudkan
keberadaan dan keberhargaan diri kita sendiri di antara
sesama manusia.
2. Menetapkan Jenis Pelayanan
Setelah berhasil menemukan roh pelayanan, kegiatan kita
selanjutnya dalam pembaharuan desain pelayanan adalah
menetapkan jenis-jenis pelayanan yang akan kita sajikan
kepada para pelanggan.
Penetapan jenis-jenis pelayanan yang harus diselenggarakan
dapat didasarkan pada uraian tugas pokok dan fungsi dari
unit bersangkutan. Sebagai contoh kita ambil sebuah
poliklinik umum di sebuah rumah sakit. Poliklinik ini
memiliki 3 macam fungsi, dan telah menetapkan untuk
mengembangkan 3 jenis pelayanan sesuai dengan fungsifungsinya:
52
Operasionalisasi Pelayanan Prima
TUGAS POKOK
Menyelenggarakan
pelayanan poliklinik
umum
FUNGSI
JENIS
PELAYANAN
PELANGGAN
Melayani
Pasien baru
Kunjungan
pasien baru
Eksternal
& internal
Melayani
Pasien lama
Kunjungan
pasien lama
Eksternal &
internal
Melayani
Pasien rujukan
dari Puskesmas
Kunjungan
pasien rujukan
eksternal
Modul Diklatpim Tingkat IV
53
Sebagai contoh, kita simak kegiatan pasien yang baru
pertama kali mengunjungi poliklinik kita.
Latihan:
Jenis pelayanan apa saja yang sudah diterapkan pada
organisasi anda? Apakah akan mampu memberdayakan
masyarakat? Apakah sudah mencerminkan falsafah
prokreasi?
3. Menghayati Kegiatan Pelanggan
Langkah kita selanjutnya dalam pembaharuan desain
pelayanan adalah belajar menghayati kegiatan pelanggan.
Untuk setiap jenis pelayanan yang sudah ditetapkan kita
mencoba menyusun Daur Kegiatan Pelanggan. Dengan
daur ini kita secara kreatif mencoba memetakan semua
kegiatan yang perlu dilakukan oleh para pelanggan ketika
kita layani. Kreativitas pada tahap ini sangat berpengaruh
terhadap keseluruhan desain dari sebuah proses pelayanan.
Inilah langkah penting untuk menciptakan sebuah pelayanan
yang bermutu tinggi, inilah pencerminan dari prinsip
mengutamakan pelanggan.
Kelebihan dari Daur Kegiatan Pelanggan adalah kemampuannya
untuk menggambarkan secara menyeluruh semua kegiatan
pelanggan yang perlu dan yang mungkin harus mereka jalankan
sebagai akibat dari kreativitas pelayanan yang kita ciptakan. Baik
itu sebelum kita layani sampai sesudah kita layani. Dengan
demikian kita dapat menilai akibat dari kreativitas kita sendiri.
Apa yang kita utamakan, kemudahan dan kenyamanan pelanggan,
atau teknik pekerjaan kita sendiri.
54
Operasionalisasi Pelayanan Prima
Latihan:
KEGIATAN
PELANGGAN
Coba anda susun Daur Kegiatan Pelanggan untuk pelayanan
oleh unit anda! Apakah terlihat mementingkan pelanggan, atau
pekerjaan kita sendiri?
BENTUK PELAYANAN
BAKU MUTU
Diagnosis & terapi medis
Akurat, dan sesuai
formularium terapi
Penyuluhan tentang pola
hidup sehat
Mudah untuk
dipahami dan
dilakukan
Rekaman data medis
Data lengkap
disimpan rapi
Pemeriksaan
laboratorium
Informasi hasil pemeriksaan
laboratorium
Cepat, akurat
Mendapat obat
Obat-obatan
Rasional & sesuai
formularium
farmasi
Membayar
Kuitansi Pembayaran
2 menit selesai
Pulang
Penjelasan terminasi
Jelas, dimengerti
Alasan perlu berkunjung lagi
Jelas, dimengerti
Konsultasi Medis
4. Merancang Proses Pelayanan
Rancangan bagi keseluruhan proses pelayanan harus didasarkan
pada kegiatan pelanggan, seperti yang sudah kita ciptakan dengan
menggunakan Daur Kegiatan Pelanggan seperti di atas. Hal
seperti ini disebut dengan pendekatan “mulai dari hasil akhir”
(start with the end). Dengan pendekatan ini kita menyiapkan
rancangan proses pelayanan secara bertahap mengikuti langkahlangkah:
55
Modul Diklatpim Tingkat IV
Berkunjung lagi
Tanggal kunjungan
a. Menetapkan bentuk dari mutu layanan yang akan diterima
oleh para pelanggan, dengan sepenuhnya mengacu pada
kegiatan mereka, sebagai contoh:
POLIKLINIK UMUM RS MAJU MAKMUR
PELAYANAN KUNJUNGAN PASIEN BARU
BENTUK LAYANAN DAN BAKU MUTU
KEGIATAN
PELANGGAN
BENTUK PELAYANAN
BAKU MUTU
Mencari lokasi
poliklinik
Informasi tentang lokasi jam
kerja, tarif dan prosedur
pelayanan
Mudah dipahami
dan mudah
diperoleh
Mendaftar
Kartu Pasien
2 menit selesai, data
lengkap
Alasan perlu dirawat
Jelas dimengerti
Nota pengantar Perawatan
5 menit selesai,
data lengkap
Alasan perlu dirujuk
Jelas dimengerti
Surat pengantar rujukan
5 menit selesai,
data lengkap
Dirawat
Dirujuk
56
Operasionalisasi Pelayanan Prima
POLIKLINIK UMUM RS MAJU MAKMUR
PELAYANAN KUNJUNGAN PASIEN BARU
JENIS KEGIATAN, UNIT PELAKSANA DAN SIKAP PELAYANAN
BENTUK
PELAYANAN
Informasi tentang
lokasi, jam kerja, tarif
dan prosedur
pelayanan
KEGIATAN
PELAYANAN
Pembagian brosur
di pintu gerbang
Pemasangan
denah
Kartu Pasien
Mengisi &
menyerahkan
Kartu Pasien
Diagnose dan terapi
medis
Melakukan
diagnosis dan
memberikan terapi
medis
Penyuluhan tentang
pola hidup sehat
Melakukan
penyuluhan
tentang pola
hidup sehat
UNIT
PELAKSANA
Satpam
Bag. Rumah
Tangga
Poliklinik
SIKAP
PELAYANAN
Selektif, informative,
inklusif
KEGIATAN
PELAYANAN
Penjelasan terminasi
Memberikan
penjelasan
terminasi
pelayanan
Alasan perlu
berkunjung lagi
Rumah Profesional
SMF (Staf Medis
Fungsional dan
Keperawatan
Tanggal berkunjung
Alasan perlu
dirawat
Menjelaskan
alasan mengapa
perlu dirawat
Nota Pengantar
Perawatan
Menyiapkan Nota
Pengantar
Perawatan
Inklusif optimis
Alasan perlu dirujuk
SMF dan
Keperawatan
Data lengkap
Menyampaikan
hasil pemeriksaan
laboratorium
Rekam Medis
Sigap Rapi, lengkap
Obat-obatan
Menyampaikan
obat & petunjuk
penggunaannya
Apotek
Sigap Rapi,
intormatif
Kuitansi Pembayaran
Menerima
Pembayaran
Bagian
Keuangan
sikap, tepat
jumlah
Menjelaskan alas
an mengapa perlu
berkunjung lagi
Menyampaikan
tanggal
kunjungan
berikutnya
membantu
Merekam Data
Medis
Rekaman Data Medis
BENTUK
PELAYANAN
Mudah dibaca, jelas,
terpelihara
Inklusif
57
Modul Diklatpim Tingkat IV
Surat Pengantar
Rujukan
Menjelaskan Alasan
mengapa perlu
dirujuk
menyiapkan Surat
Pengantar Rujukan
UNIT
PELAKSANA
SIKAP
PELAYANAN
Raman, bersahabat,
meyakinkan
SMF, dan
Keperawatan
Informasi,
meyakinkan
Ramah, bersahabat,
optimis meyakinkan
Poliklinik
Sigap, rapi
SMF dan
Keperawatan
Ramah, bersahabat,
optimis, meyakinkan
Poliklinik
Sigap rapi
b. Menetapkan prasarana, dan sarana yang dibutuhkan untuk
dapat menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pelayanan di atas,
sebagai contoh:
58
Operasionalisasi Pelayanan Prima
POLIKLINIK UMUM RS MAJU MAKMUR
PELAYANAN KUNUNGAN PASIEN BARU
SARANA DAN PRASARANA PELAYANAN
KEGIATAN
PELANGGAN
PRASARANA
Pembagian Brosur
di Pintu gerbang
Brosur
Pemasangan denah dan
petunjuk arah
Mengisi dan menyerahkan
Kartu Pasien
Denah lokasi, petunjuk arah
Loket, ruang
tunggu
Melakukan diagnosis dan
memberikan terapi medis
Melakukan penyuluhan ttg
pola hidup sehat
Melakukan pemeriksaan
Laboratorium
Ruang Periksa
Prosur, Display
Ruang Data
Perangkat Keras dan Lunak
untuk pengelolaan rekaman
Menyampaikan obat dan
petunjuk penggunaannya
Ruang Obat
Perangkat Kerja dan Lunak
untuk pengelolaan obat
Menerima Pembayaran
Loket/Meja
Keuangan
Perangkat Kerja dan Lunak
untuk pengelolaan keuangan
Memberikan penjelasan
terminasi pelayanan
Ruang Periksa
Menyampaikan tanggal
kunjungan berikutnya
Menjelaskan alasan
mengapa perlu dirawat
SARANA PELAYANAN
Blanko Nota Pengantar
Perawatan
Menjelaskan alasan
mengapa perlu dirujuk
Menyiapkan Surat
Pengantar Rujukan
Blanko Surat Pengantar
Rujukan, Komputer
c. Menetapkan alur kegiatan pelayanan, seperti contoh
berikut:
ATK, Kartu Rekam Medis
Sampling Kit
Menjelaskan Mengapa
perlu berkunjung lagi
Menyiapkan Nota
Pengantar Perawatan
PRASARANA
ATK, Blanko Kartu Pasien,
Sound System, Telepon
Ruang
Pengambilan
Sample
Menyampaikan hasil
pemeriksaan Laboratorium
KEGIATAN
PELANGGAN
Diagnistic Kit
Merekan Data Medis
Mengelola Rekaman Data
Medis
SARANA PELAYANAN
59
Modul Diklatpim Tingkat IV
Keempat langkah diatas merupakan contoh yang minimal.
Masih banyak pelayanan pemerintah memiliki tingkat
kerumitan dan rincian teknis yang sangat tinggi, artinya
memiliki aspek-aspek perancangan proses yang jauh lebih
luas dari pada yang dapat diselesaikan oleh 4 langkah di atas.
60
Operasionalisasi Pelayanan Prima
Dengan menyelesaikan diagram ini kita berarti sudah memiliki
rancangan proses pelayanan, dan selanjutnya rancangan ini
perlu disosialisasikan dan dikoordinasikan kepada seluruh
warga organisasi lainnya.
C. Sosialisasi dan Koordinasi
Rancangan proses pelayanan yang sudah disusun perlu
disosialisasikan kepada para “stakeholder”, yaitu pihak-pihak
yang memiliki kepentingan dengan mati hidupnya pelayanan
kita. Langkah sosialisasi sengaja dilakukan sebelum rancangan
menjadi lebih matang sebagai sebuah prosedur pelayanan yang
baku. Pendekatan seperti ini memang sengaja dipilih agar masih
terbuka peluang lebar-lebar bagi para “stakeholder” untuk dapat
ikut serta memperkaya pelayanan kita dengan aspirasi dan
keberdayaan mereka.
Dari contoh di depan (langkah II.c) terlihat bahwa petugas
pelaksana pelayanan dapat berasal dari beberapa unit yang
berbeda dalam organisasi. Situasi semacam ini menuntut kita
untuk pandai-pandai melakukan koordinasi, sehingga secara
keseluruhan proses pelayanan selalu berjalan tertib dan lancar.
1. “Stakeholder” pelayanan
“Stakeholder” dan sebuah pelayanan bisa sangat berbeda
dengan pelayanan yang lain. Secara umum, komposisi
“stakeholder” biasanya terdiri atas:
Modul Diklatpim Tingkat IV
61
Seluruh karyawan yang bertugas pada unit bersangkutan.
Mereka yang secara nyata paling mengetahui kelebihan
dan kekurangan dari unit kita, sehingga sebenarnya
mereka inilah yang berhak memutuskan apakah
rancangan pelayanan kita itu mungkin untuk dilaksanakan
atau tidak.
Atasan langsung yang bertugas membina unit
bersangkutan, poliklinik umum biasanya dibina oleh
Kepala Bidang Pelayanan Medik. Atasan memiliki tugas
untuk menjaga keselarasan pelayanan kita dengan
kebijakan manajerial yang telah ditetapkan oleh para
Direksi dan Komisaris.
Direksi dan komisaris organisasi. Mereka ingin
mendapatkan jaminan bahwa rancangan pelayanan kita
sungguh dapat membawa kemajuan yang bermakna bagi
kelangsungan hidup organisasi.
Para tenaga Fungsional yang terlibat dalam pelaksanaan
pelayanan bersangkutan. Poliklinik biasanya melibatkan dokter,
apoteker, laboran, dan perawat. Mereka adalah tenaga pelaksana
teknis, yang akan langsung bertanggungjawab dalam
pelaksanaan mutu teknis pelayanan kita.
Masyarakat pelanggan, yang biasanya dapat diwakili oleh
pemerintah Daerah. DPRD, partai politik, atau organisasi sosial
tertentu seperti Perkumpulan Jantung Sehat, Lion Club, Rotary
Club, dan semacamnya. Mereka umumnya sangat antusias untuk
dilibatkan secara langsung dalam pengembangan pelayanan kita.
62
Operasionalisasi Pelayanan Prima
Organisasi profesi yang langsung maupun tidak langsung
berkepentingan dan dengan kelangsungan hidup pelayanan
kita. Poliklinik tentunya memiliki arti tersendiri bagi Ikatan
Dokter Indonesia, Ikatan Bidan Indonesia, Persatuan Perawat
Nasional Indonesia, dan Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia.
Organisasi profesi dapat juga kita perankan sebagai sumber
pengetahuan dan teknologi yang diperlukan untuk meningkatkan
mutu pelayanan.
Assosiasi dunia usaha, Gabungan Pengusaha Farmasi tentu
sangat berkepentingan dengan kelangsungan hidup poliklinik,
karena merupakan “outlet” produk obat-obatan yang cukup
potensial.
Sektor-sektor lain dalam pemerintahan. Poliklinik tentunya
sangat penting bagi sektor pendidikan, yaitu sebagai lahan
praktek bagi siswa perawat, siswa bidang, mahasiswa
kedokteran, siswa pekerja sosial, dll.
Para “stakeholder” umumnya sangat antusias dalam
pengembangan pelayanan kita. Selain dapat langsung
menyampaikan aspirasinya, sering kali mereka juga merasa
lebih berkepentingan dan lebih berdaya untuk menjamin
kelangsungan hidup pelayanan dan pada karyawan unit kita
sendiri.
Teknik sosialisasi rancangan proses pelayanan kepada para
“stakeholder” sangat beraneka ragam tergantung siapa yang
dihadapi. Pada umumnya teknik interaksi tatap muka masih
merupakan teknik paling efektif. Teknik ini dapat berupa
Modul Diklatpim Tingkat IV
63
presentasi, seminar, lokakarya, sarasehan, dan lain
semacamnya. Dalam melakukan tatap muka ada beberapa hal
penting yang harus diperhatikan. Pertama, rancangan proses
pelayanan perlu dikemas secara khusus sesuai dengan
kebutuhan “stakeholder”
yang dihadapi. Kedua, sikap
apresiatif terhadap stakeholder.
Mereka cenderung
menggunakan forum tatap muka ini sebagai kesempatan untuk
menyatakan kritik dan aspirasinya, yang seringkali terasa
menyimpang jauh dari topik pembicaraan. Ketiga, nyatakan
dengan tegas dan jelas peran dan fungsi “stakeholder” dalam
pengembangan pelayanan kita.
2. Koordinasi Pelayanan
Kata koordinasi sangat mudah diucapkan, tetapi
pelaksanaannya sangat sukar. Kesulitan melakukan koordinasi
sebenarnya berpangkal pada tiadanya perangkat yang
memadai, dan lemahnya komitmen di antara pihak yang
terlibat. Seperti terlihat pada contoh II.d.2 di depan, bahwa
pelaksana pelayanan dapat terdiri atas beberapa unit dalam
suatu organisasi. Oleh karena itu, koordinasi merupakan
keharusan dalam operasionalisasi pelayanan prima. Setiap
manajer pelayanan harus cakap melakukannya.
Sebelum melakukan koordinasi sebaiknya kita menata sudut
pandang kita terlebih dahulu. Semua unit yang memberikan
layanannya dalam rangkaian kegiatan pelayanan kita disebut
unit pemasok (internal). Sedangkan unit-unit yang
mendapatkan layanan dari rangkaian kegiatan pelayanan kita
64
Operasionalisasi Pelayanan Prima
disebut unit pelanggan (internal). Suatu unit dapat saja
berperan kedua-duanya, sebagai pemasok sekaligus sebagai
pelanggan. Selanjutnya kita dapat mulai melakukan koordinasi
dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengenali unit pemasok dan unit pelanggan,
berdasarkan rancangan proses pelayanan yang sudah kita
susun sebelumnya, misalnya dari tabel hasil langkah IIc2
di depan:
POLIKLINIK UMUM RS MAJU MAKMUR
PELAYANAN KUNJUNGAN PASIEN BARU
UNIT-UNIT PEMASOK DAN PELANGGAN
KEGIATAN
PELAYANAN
Pembagian Brosur di
Pintu Gerbang
Pemasangan denah dan
petunjuk arah
Mengisi & menyerahkan
Kartu Pasien
Melakukan
diagnosis
dan memberikan terapi
medis
Melakukan penyuluhan
ttg pola hidup sehat
PRASARANA
SARANA
PELAYANAN
KEGIATAN
PELAYANAN
PRASARANA
Laboratorium
SARANA
PELAYANAN
Medis), dan Bagian
Keuangan
Menyampaikan obat &
petunjuk
penggunaannya
Apotik
Menerima pembayaran
Bagian Keuangan
Memberikan penjelasan
terminasi pelayanan
Menjelaskan mengapa
perlu berkunjung lagi
Menyampaikan tanggal
kunjungan berikutnya
Menjelaskan alasan
mengapa perlu dirawat
Menyiapkan Nota
Pengantar Perawatan
Satpam
65
Modul Diklatpim Tingkat IV
SMF (Staf Fungsional
Medis), dan
Keperawatan
Instalasi Rawat Inap
Menjelaskan alas an
mengapa perlu dirujuk
Bagian Rumah
Tangga
SMF (Staf Fungsional
Medis), dan
Keperawatan
Merekam Data Medis
Menyiapkan Surat
Pengantar Rujukan
Bagian Keuangan,
Apotek
Bagian Rekam Medis
Mengelola Rekaman
Data Medis
Bagian Rekam Medis
Melakukan pemeriksaan
Bagian Laboratorium
SMF (Staf Fungsional
Pihak Penerima Rujukan
b. Mengundang unit-unit pemasok berdialog bersamasama dalam rangka menggalang koordinasi. Format
pertemuannya sebaiknya berupa dialog terbuka, karena
biasanya lebih memungkinkan tumbuhnya komitmen
yang tinggi. Hindari penggunaan kekuasaan dan
kewenangan formal.
66
Operasionalisasi Pelayanan Prima
c. Dialog diarahkan sedemikian rupa sehingga dapat
menghasilkan kesepakatan dengan unit pemasok
sebagai berikut (contoh)
POLIKLINIK UMUM RS MAJU MAKMUR
PELAYANAN KUNJUNGAN PASIEN BARU KESEPAKATAN PASOKAN
67
Modul Diklatpim Tingkat IV
Ukuran Mutu layanan
Resep mudah dibaca, jenis obat dan dosisnya sesuai
formularium farmasi.
Bentuk umpan balik
Teguran langsung saat itu juga
Periodisitas umpan balik
Setiap kali terjadi layanan yang kurang bermutu
Dengan mengikuti ketiga langkah di atas niscaya akan dapat
terbina koordinasi yang tertib dan lancar di antara unit-unit
yang terlibat dalam kegiatan pelayanan kita.
KEGIATAN PELAYANAN
MENGELOLA REKAMAN DATA MEDIS
Unit Pemasok
Bagian Rekam Medis
Bentuk pasokan
Menyerapkan blanko karti Rekam Medis
Prioritas Pasokan
Setiap ada pasien baru yang mendaftar
Ukuran Mutu Pasokan
Selalu tersedia, baru, bersih, rapi
Bentuk umpan balik
Teguran langsung saat itu juga
Periodisitas umpan balik
Setiap kali terjadi pasokan yang kurang bermutu
d. Dialog juga diarahkan sedemikian rupa sehingga
menghasilkan kesepakatan dengan unit pelanggan
sebagai berikut (contoh)
POLIKLINIK UMUM RS MAJU MAKMUR
PELAYANAN KUNJUNGAN PASIEN BARU
KESEPAKATAN LAYANAN
Kegiatan Pelayanan
Mengelola Rekaman Data Medis
Unit Pelanggan
Apotek
Bentuk layanan
Resep obat bagi pasien yang sedang diperiksa
Priodisitas layanan
Setiap selesai memeriksa pasien
D. Menyusun Standar Pelayanan
Standar pelayanan merupakan dokumentasi resmi yang berisi
rincian teknis dari sebuah sistem pelayanan. Standar pelayanan
berguna sebagai pedoman kerja dari batasan mutu pelayanan
yang harus dipenuhi oleh para pelaksana. Sedangkan bagi para
pelanggan kita, standar pelayanan berguna sebagai jaminan
mutu pelayanan yang seharusnya mereka peroleh.
Standar pelayanan umumnya memuat hal-hal seperti berikut:
Visi dan misi pelayanan;
Jenis pelayanan yang ditawarkan;
Spesifikasi pelanggan;
Prosedur pelayanan;
Pengawasan dan pengendalian mutu;
Lampiran yang memuat denah lokasi, formulir, hasil
kesepakatan, dll.
68
Operasionalisasi Pelayanan Prima
1. Visi dan Misi Pelayanan
Pernyataan visi dan misi dalam standar pelayanan dimaksudkan
untuk menunjukkan ‘roh’ pelayanan yang menjiwai semua
aspek dalam tatanan pelayanan kita. Sebagai contoh:
POLIKLINIK UMUM RS MAJU MAKMUR
PELAYANAN KUNJUNGAN PASIEN BARU
Visi Pelayanan
Menjadikan hidup anda lebih sehat
Misi Pelayanan
Pelayanan yang murah, bersahabat dan tepat guna
Bagi petugas pelayanan, pernyataan visi diharapkan mampu
menggugah rasa kebanggaan dan semangat kejuangan mereka
dalam bertugas. Kegiatan pelayanan dilaksanakan bukan hanya
karena tugas pekerjaan saja, melainkan ada sesuatu yang sangat
bermakna bagi martabat mereka sendiri sebagai manusia.
Sedangkan pernyataan misi diharapkan dapat berperan sebagai
koridor sejauh manakah mereka dapat melakukan kreativitas
dan inovasi.
Bagi para pelanggan, pernyataan visi mencerminkan ukuran
normatif sejauh manakah pelayanan itu akan membela
kepentingan mereka. Sedangkan dari pernyataan misi pelanggan
dapat mengetahui ciri-ciri pelayanan yang akan diperoleh.
perbedaan jenis pelayanan eksternal dan pelayanan internal juga
harus dinyatakan secara tegas.
Poliklinik Umum RS Maju Makmur
Pelayanan Kunjungan Pasien Baru
Pelayanan Utama
Diagnosis dan terapi medis
Pelayanan pendukung
Laboratorium Medis, apotek, keuangan dan
rekam medis.
Ambulan, kantin, wartel, ATM
Dilayani jam 08.00 – 12.00
Dilayani jam 13.00 – 15.00
Pelayanan tambahan
Pasien
Karyawan
3. Spesifikasi Pelanggan
Sebuah proses pelayanan tentu tidak ditujukan untuk semua jenis
pelanggan tetapi sengaja dirancang secara khusus untuk
kelompok pelanggan tertentu, Sebagai contoh:
Poliklinik Umum RS Maju Makmur
Pelayanan Kunjungan Pasien Baru
Spesialisasi
pelanggan
2. Jenis Pelayanan
Jenis-jenis pelayanan yang akan disajikan kepada para
pelanggan harus dinyatakan secara eksplisit dan rinci, meliputi
pelayanan utama, pendukung, dan tambahan. Jika terdapat
69
Modul Diklatpim Tingkat IV
-
Semua umur
-
Pria dan Wanita
-
Tidak sedang mengalami kegawatan medis
-
Tidak karena menderita gangguan mata, gigi,
syarat, dan jiwa
70
Operasionalisasi Pelayanan Prima
4. Prosedur Pelayanan
07.55 – 08.00
Bagian ini merupakan bagian yang paling penting dari standar
pelayanan. Penulisannya harus sangat rinci, dan biasanya meliputi
hal-hal sebagai berikut:
a. Diagram alur kegiatan pelanggan, seperti contoh: II.d di
atas.
b. Prosedur persiapan pelayanan, yaitu hal-hal rutin apa saja
yang perlu dilakukan petugas sebelum memulai pelayanannya
sehari-hari bagi pelanggan. Untuk keperluan ini, hasil-hasil
kesepakatan koordinasi antar unit pelaksana dapat dijadikan
bahan acuan. Sebagai contoh:
POLIKLINIK UMUM RS MAJU MAKMUR
PELAYANAN KUNJUNGAN PASIEN BARU
PELAYANAN TETAP PERSIAPAN PELAYANAN PETUGAS
LOKET
07.30
07.30 – 07.35
Datang di Poliklinik
1.
Buka pintu dan jendela
2.
Nyalakan lampu, dan AC
3.
Cek kebersihan semua ruang termasuk ruang
tunggu bagi pengunjung. Jika masih kotor, kontak
bagian Rumah Tangga.
07.35 – 07.45
- Cek kehadiran dan kesiapan
07.45 – 07.55
1.
Siapkan blanko Kartu Pasien. Jika habis, hubungi
Bagian Perbekalan
2.
Siapkan Buku Register harian.
3.
Siapkan Kartu Nomor antrian Pasien
71
Modul Diklatpim Tingkat IV
1. Minta ijin Kepala Poliklinik untuk mulai melayani
pasien
2. Loket dibuka, mulai melayani pasien
c.
Prosedur pelayanan inti, yaitu melayani kegiatankegiatan pelanggan mengikuti diagram alur pelayanan
seperti telah dirancang di bagian depan.
Sebagai contoh:
POLIKLINIK UMUM RS MAJU MAKMUR
PELAYANAN KUNJUNGAN PASIEN BARU
PELAYANAN TETAP PERSIAPAN PELAYANAN
PETUGAS LOKET
KEGIATAN PELAYANAN
Mendaftar Pasien Baru
Mendaftar Pasien Baru
PROSEDUR
PELAYANAN
1. Mempersilahkan calon pasien untuk
mendekat ke loket;
2. Menyampaikan salam ‘Selamat Datang’;
3. Menanyakan keluhan pasien.
Jika mengalami kegawatan medis, langsung
dipersilahkan ke Unit Gawat Darurat.
Jika mengalami gangguan mata, gigi, syarat,
atau jiwa langsung diperintahkan ke poliklinik
khusus.
4. Menanyakan
identitas
pasien
dan
mencatatnya ke dalam Buku Register
Harian.
72
Operasionalisasi Pelayanan Prima
5. Mengisi Kartu Pasien
6. Menyiapkan kartu nomor antrian
7. Menyerahkan Kartu Pasien & kartu nomor
antrian kepada pasien.
8. Mempersilahkan
pasien
menunggu
panggilan untuk diperiksa dokter.
9. Menekan tombol “electric counter” agar
dokter/perawat tahu bahwa pasiennya telah
bertambah satu lagi.
10. Kembali ke nomor 1 di atas.
Prosedur semacam ini perlu disusun untuk semua
kegiatan pelayanan bagi pelanggan. Prosedur pelayanan
harus cukup rinci, dan biasanya memuat beberapa hal
penting:
Berkas/persyaratan yang harus dilengkapi pelanggan;
Lokasi tempat penyelenggaraan pelayanan;
Petugas yang melayani;
Sikap petugas pelayanan;
Berkas/bukti pelayanan yang harus diterima
pelanggan;
Rincian tarif pelayanan dan tata cara pembayaran;
Waktu/hari pelayanan;
Dan lain semacamnya.
d.
Prosedur penutupan pelayanan, yaitu hal-hal rutin apa
saja yang perlu dilakukan petugas dalam mengakhiri
tugas pelayanannya sehari hari. Sebagai contoh:
73
Modul Diklatpim Tingkat IV
POLIKLINIK UMUM RS MAJU MAKMUR
PELAYANAN KUNJUNGAN PASIEN BARU
PELAYANAN TETAP PENUTUPAN PELAYANAN
PETUGAS LOKET
15.00 – 15.15
1. Menutup Buku Register Harian
2. Menghitung jumlah kunjungan hari itu
3. Menyampaikan jumlah kunjungan kepada tenaga
keuangan.
4. Mengatur kembali kartu nomor antrian pasien
15.15
1. Menghubungi Bagian Rumah Tangga untuk
membersihkan ruangan
2. Pulang
5. Pengawasan & Pengendalian Mutu
Dalam standar pelayanan harus secara tegas dinyatakan
ukuran mutu pelayanan yang akan diperoleh para pelanggan,
dan tata cara untuk mengawasi serta mengendalikan mutu
pelayanan tersebut.
a. Pernyataan mutu pelayanan yang akan diperoleh para
pelanggan. Pernyataan ini perlu disampaikan secara
terbuka kepada para pelanggan melalui kemasan-kemasan
khusus seperti brosur, iklan, siaran pers, dll.
Pernyataan mutu pelayanan dapat terdiri atas beberapa
bagian, antara lain:
1) Pernyataan mutu layanan, yaitu spesifikasi layananlayanan yang akan diterima oleh pelanggan. Sebagai
contoh:
74
Operasionalisasi Pelayanan Prima
POLIKLINIK UMUM RS MAJU MAKMUR
PELAYANAN KUNJUNGAN PASIEN BARU
BAKU MUTU LAYANAN BAGI PELANGGAN
KEGIATAN
PELANGGAN
Layanan Utama
Layanan
Pendukung
BENTUK
PELAYANAN
Diagnosis medis
Terapi medis
Penyuluhan tentang
pola hidup sehat
Petunjuk arah lokasi
Denah alur pelayanan
Ruang Tunggu
Sound System
Hasil pemeriksaan
Laboratorium
Layanan
Pendukung
Obat-obatan
Kuitansi pembayaran
Nota Pengantar
Perawatan
Surat Pengantar
rujukan
Layanan
Tambahan
Telepon Umum
Ambulans
Kantin
BAKU MUTU
Cepat akurat
Sesuai formularium terapi
Mudah dipahami dan mudah
dilaksanakan
Mudah diikuti
Mudah ditemukan, mudah dibaca
dan mudah dipahami
Rapi, bersih, nyaman, aman
Cukup keras, jernih
75
Modul Diklatpim Tingkat IV
2) Pernyataan perilaku pelayanan yang akan
ditampilkan oleh petugas pelayanan, sebagai contoh:
POLIKLINIK UMUM RS MAJU MAKMUR
PELAYANAN KUNJUNGAN PASIEN BARU
PERILAKU PELAYANAN TERHADAP PELANGGAN
JENIS
LAYANAN
PETUGAS
PELAYANAN
PERILAKU
PELAYANAN
Layanan Umum
Dokter dan Perawat
Ramah, Profesional,
meyakinkan, optimis
Layanan
Pendukung
Satpam
Ramah, informative,
melindungi
Petugas loket
Ramah, asertif, inklusif
Cepat, akurat
Tepat jenis, tepat jumlah, tidak rusak/
kedaluwarsa, petun juk penggunaannya
jelas
Asli, printed out, tepat jumlah
Layanan
Pendukung
Petugas Laboratorium
Petugas apotek
Sigap,
rapi,
informative
cermat,
Petugas keuangan
5 menit selesai data lengkap
5 menit selesai, data lengkap
Operasional 24 jam, pecahan Rp.
20.000,Siap 24 jam
Murah, enak, bersih, sehat
Layanan
Tambahan
Regu Ambulance
Pelayanan Kantin
Ramah, Sigap, cermat,
informatif
76
Operasionalisasi Pelayanan Prima
3) Pernyataan mutu sarana dan prasarana yang
digunakan dalam pelayanan, sebagai contoh:
POLIKLINIK UMUM RS MAJU MAKMUR
PELAYANAN KUNJUNGAN PASIEN BARU
BAKU MUTU SARANA/PRASARANA PELAYANAN
JENIS
PELAYANAN
SARANA
DAN PRASARANA
Ruang Periksa
Layanan Utama
Layanan
Pendukung
Layanan
Tambahan
Peralatan diagnostic
terapi medis
dan
BAKU
Modul Diklatpim Tingkat IV
77
Tata cara pengawasan eksternal ini juga harus diwujudkan
menjadi prosedur tetap.
Sebagai contoh:
MUTU
Cukup luas,
nyaman, tertutup
sesuai standar
pelayanan modis
Display pola hidup sehat
Lengkap, informatif
Brosur
Menarik, lengkap, informative
Loket pendaftaran
Terbuka, memudahkan interaksi
langsung dengan petugas
Ruang sampling
Tertutup, bersih
Ruang obat
Memenuhi syarat cara
penyimpangan obat yang baik
Loket pembayaran
Terbuka, memudahkan transaksi
dgn petugas
Mobil Ambulan
Siap pakai, regu lengkap peralatan
lengkap
6. Pengawasan mutu pelayanan diartikan sebagai semua
POLIKLINIK UMUM RS MAJU MAKMUR
PELAYANANKUNJUNGAN PASIEN BARU
PROSEDUR TETAP MENANGGAPI KELUHAN PELANGGAN
PETUGAS LOKET KHUSUS
1. Menerima pelanggan dengan senyum, dan ucapan mempersilahkan.
2. Menyiapkan blanko keluhan.
3. Mencatat hari, tanggal, dan jam saat itu.
4. Mencatat nama, alamat, dan nomor telepon pelanggan.
5. Mencatat secara rinci keluhan yang dirasakan pelanggan, dengan
sikap yang empati.
6. Segera memberikan tanggapan secara langsung jika
memungkinkan. Sebagai contoh: lampu mati, mesin rusak,
petugas lain terlihat ketus, ruangan kotor, dll. Untuk keperluan
ini, jika perlu menghubungi bagian-bagian lain yang berkaitan.
7. Jika tidak mungkin memberikan tanggapan secara langsung harus
segera menyampaikan kepada pelanggan bahwa diperlukan
waktu.
upaya untuk memantau dan mengukur mutu pelayanan.
a. Pengawasan eksternal oleh pelanggan untuk memantau
dan mengukur mutu pelayanan apakah sudah sesuai
dengan harapan pelanggan. Untuk keperluan ini, dapat
disediakan kemudahan-kemudahan antara lain:
Loket khusus untuk menampung keluhan dan
pelanggan secara langsung;
Kotak saran;
Saluran telepon khusus;
Sarasehan dll.
b. Pengawasan internal oleh para petugas pelayanan
terhadap ketertiban dan kelancaran kegiatan pelayanan
menurut prosedur yang telah ditetapkan.
Apabila langkah koordinasi (III.b di depan) dilakukan
dengan baik, dan prosedur pelayanan ditulis dengan
cermat, maka tata cara pengawasan internal ini tentu
sudah menjadi bagian integral dari prosedur tetap
pelayanan.
78
Operasionalisasi Pelayanan Prima
Latihan:
Modul Diklatpim Tingkat IV
79
pelayanan. Persiapan ini biasanya meliputi beberapa hal seperti
berikut:
Dapatkah anda mengenali pengawasan internal oleh
petugas loket pada prosedur IV,d.4.b.?
1. Penyediaan Sarana dan Prasarana
c. Pengendalian mutu pelayanan diartikan sebagai
prosedur untuk mengambil keputusan dan tindakan
langsung yang dirasa perlu jika terjadi pelaksanaan
pelayanan yang menyimpang dari prosedur pelayanan
yang baku. Prosedur pengendalian ini sangat penting dan
harus ditulis dengan sangat rinci, sebagai contoh:
POLIKLINIK UMUM RS MAJU MAKMUR
PELAYANAN KUNJUNGAN PASIEN BARU
PROSEDUR TETAP MENGHADAPI SERANGAN
VIRUS KOMPUTER PETUGAS REKAM MEDIS
1. Segera matikan komputer supaya serangan
virus tidak meluas.
2. Mencatat hari, tanggal dan jam terjadinya
serangan virus.
3. Mencatat gejala-gejala serangan virus.
4. Mencatat langkah-langkah penggunaan
komputer saat sebelum muncul gejala
serangan virus.
5. Segera
melaporkan
kepada
bagian
Komputasi.
E. Persiapan Penyelenggaraan
Setelah selesai dengan penyusunan standar pelayanan, kita dapat
mulai dengan langkah-langkah persiapan penyelenggaraan
Untuk mempersiapkan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan kita dapat mengacu pada hasil dari langkah
perencanaan IV.B.4.C. di depan. Perlu juga disimak kembali
hasil kesepakatan dengan unit pemasok maupun unit
pelanggan, seperti hasil langkah koordinasi pada IV.C2. di
depan.
2. Pelatihan Tenaga Pelaksana Pelayanan
Pelatihan diperlukan khususnya jika ada pembaharuan yang
mendasar pada desain pelayanannya atau memang sedang
menyiapkan pelayanan yang sama sekali baru.
Bahan utama untuk pelatihan ini tentunya adalah standar
pelayanan. Bahan lain yang tidak kalah penting untuk
pelatihan adalah sikap pelayanan, tata cara menanggapi
keluhan pelanggan, dan teknik membina citra positif.
Metodologi pelatihan sebaiknya dipilih yang dialogis, dan
kaya akan simulasi. Jangan sampai terkesan adanya
pemaksaan kehendak melalui hubungan struktural dan
kewenangan formal. Perlu diingat bahwa dalam pelatihan
semacam ini petugas bukan hanya belajar memahami seluk
beluk pelayanannya, tetapi juga sedang berdialog dengan
80
Operasionalisasi Pelayanan Prima
dirinya sendiri. Dialog internal ini mereka perlukan untuk
menata ulang nilai dan norma yang selama ini telah mereka
yakini agar lebih sesuai dengan desain pelayanannya. Selain
memudahkan petugas untuk memahami prosedur pelayanan,
metoda pelatihan yang tepat akan mampu menumbuhkan
ketulusan yang murni dan semangat yang tinggi untuk nanti
melaksanakan pelayanannya.
Metoda yang tepat juga akan mampu memunculkan aspirasi
dan pengalaman-pengalaman di masa lalu yang tentunya
sangat berharga untuk menyempurnakan standar pelayanan.
3. Uji Coba Pelayanan
Uji coba diperlukan khususnya jika kita sedang
mengembangkan pelayanan yang sama sekali baru, atau
terjadi perubahan alur kegiatan pelanggan yang berbeda dari
prosedur pelayanan selama ini.
Dalam melakukan uji coba pelayanan sebaiknya jangan
mengukur tingkat kepuasan pelanggan dahulu, karena upaya
untuk memenuhi kepuasan pelanggan telah menjadi bagian
dari langkah-langkah pembaharuan desain pelayanan seperti
telah dibahas di depan.
Uji coba lebih baik diprioritaskan pada pengujian terhadap 3
hal:
81
Modul Diklatpim Tingkat IV
Kelengkapan sarana dan prasarana untuk mendukung
seluruh prosedur pelayanan seperti yang sudah digariskan
dalam standar pelayanan.
Kemudahan petugas dalam menjalankan prosedur
pelayanan, seperti yang sudah digariskan dalam standar
pelayanan.
Kecepatan, kelancaran, dan ketertiban kegiatan pelanggan
seperti yang
pelayanan.
sudah
direncanakan
dalam
standar
Satu hal yang perlu dipahami dalam menjalankan uji coba
pelayanan bahwa ada fenomena skalabilitas. Pelayanan
untuk 100 orang pelanggan perhari membutuhkan sumber
daya dan prosedur yang sangat berbeda dengan melayani 10
orang pelanggan perhari. Untuk mendapatkan gambaran yang
memadai selama uji coba, disarankan menggunakan jumlah
pelanggan sebesar 30 – 50% dari perkiraan jumlah seluruh
pelanggan yang nantinya akan dilayani.
Hasil uji coba biasanya akan mendorong kita untuk
memperbaiki dan menyempurnakan standar pelayanan. Ini
suatu hal yang baik untuk dilakukan.
Namun jika uji coba menunjukkan bahwa pelayanan kita
ternyata memiliki kelemahan dari segi desain secara
keseluruhan, maka jangan segan untuk kembali menyusun
desain yang lebih baik. Kelemahan desain ditandai dengan
kegiatan pelanggan yang masih kurang lancar atau tidak
82
Operasionalisasi Pelayanan Prima
tertib, meskipun prosedur pelayanan sudah dipatuhi dengan
baik oleh para petugas pelayanan.
4. Pemasaran Pelayanan
Pemasaran yang sungguh efektif harus mulai digalakkan oleh
lembaga-lembaga pemerintah. Banyak persoalan dalam
dunia pelayanan publik terjadi hanya karena pemasaran yang
lemah. Sebagian besar pelayanan publik dinilai masyarakat
masih jauh dari harapan mereka. Pada satu sisi hal ini
memang terjadi karena pemerintah kurang memahami
kebutuhan masyarakat. Tetapi di sisi lain, pemasaran yang
lemah oleh pemerintah telah membiarkan terjadinya distorsi
persepsi dikalangan masyarakat, sehingga timbul harapanharapan yang sering kali sudah berlebihan dan tidak masuk
akal lagi. Gejala-gejala distorsi persepsi yang menonjol
antara lain:
Masyarakat sangat enggan membayar biaya pelayanan.
Modul Diklatpim Tingkat IV
83
Masyarakat cenderung menyamaratakan mutu pelayanan
pemerintah. Sekali mereka dikecewakan, kepada siapa
saja mereka bilang pelayanan pemerintah itu jelek.
Padahal masih banyak juga pelayanan pemerintah yang
sudah tergolong prima. Rendahnya upaya pemasaran
pelayanan pemerintah juga menyebabkan para petugas
pelaksana sangat asing dengan konsep-konsep yang
berkaitan dengan pembinaan citra positif. Sehingga sikap
pelayanan petugas sering terlihat konyol dan asal-asalan,
tanpa menyadari dampaknya terhadap citra lembaga
pemerintah di mata masyarakat.
Pembahasan tentang teknik-teknik pemasaran tentu sudah
diluar khasanah buku ini. Namun mengingat pentingnya
upaya pemasaran ini, penulis menyarankan pembaca untuk
tidak segan-segan melengkapi diri dengan teknik pemasaran
yang baik.
Mereka menginginkan semua pelayanan gratis.
Masyarakat cenderung mengharapkan mutu pelayanan
pemerintah dapat setingkat dengan dunia usaha. Untuk
beberapa jenis pelayanan hal semacam ini memang wajar
saja. Tetapi masyarakat tidak pernah memahami mutu
pelayanan pemerintah di bidang infrastruktur dan
penyediaan “publik goods” (seperti pengairan,
penghijauan, pelestarian alam, pengurangan polusi,
keamanan nasional, dll) yang tidak akan pernah dapat
disaingi oleh dunia usaha.
F. Penyelenggaraan
1. Asumsi Versus Realita
Meskipun desain sudah disusun dengan baik, standar sudah
ditulis dengan cermat, dan diuji coba sudah menunjukkan
hasil yang menjanjikan, namun secara intrinsik pelayanan
kita tetap memiliki beberapa kekurangan. Hal ini terjadi
karena selama menjalani langkah-langkah pembaharuan
desain sampai persiapan penyelenggaraan pelayanan tanpa
sadar kita telah menggunakan asumsi bahwa segala sesuatu
84
Operasionalisasi Pelayanan Prima
di dunia ini berlangsung secara ‘normal’. Padahal realita
kadang kala berbeda dari asumsi, sebagai contoh:
Kita berharap setiap saat semua orang mau dan mampu
bekerja sebaik mungkin. Dalam kenyataannya petugas
kadang kala terlambat masuk kerja karena jalan macet,
tidak dapat bekerja penuh karena habis operasi usus
buntu, terpaksa absen karena sakit, atau harus mengikuti
penataran. Ada juga kejadian petugas bersikap pasif
agresif (sengaja membiarkan, atau menjebak teman
sekerja agar terjerumus dalam kesalahan) karena merasa
pernah disakiti hatinya, atau telah diperlakukan tidak adil
oleh atasan.
Kita berharap penyerahan bahan-bahan habis pakai selalu
tepat waktu. Pada kenyataannya truk pengangkut
perbekalan telah terlibat kecelakaan sehingga terjadi
kelambatan pasokan barang.
Kita perhitungkan komputer selalu dapat berfungsi secara
normal, namun kenyataannya sering terkena virus yang
merusak data pelanggan.
Kita perkirakan saluran telepon selalu bersih dan
operasional, namun ternyata suatu hari terkena petir dan
membutuhkan waktu berhari-hari untuk memperbaikinya.
Prasarana dan sarana pelayanan yang diperkirakan selalu
aman dari pencurian dan perusakan, ternyata telah hilang
dicuri orang, atau dirusak massa demonstran.
Kebutuhan pelanggan diperkirakan tidak akan cepat
berubah, ternyata badai informasi global telah
meningkatkan pengertian masyarakat tentang mutu
Modul Diklatpim Tingkat IV
85
pelayanan. Semakin hari masyarakat semakin berani
secara terbuka menuntut perbaikan mutu pelayanan dan
perlindungan hak azasi manusia.
Perbedaan antara asumsi dan realita ini menjadikan semua
jenis pelayanan selalu membutuhkan pemantauan dan
pembenahan sambil terus diselenggarakan, agar semakin hari
semakin dapat memenuhi harapan semua pihak.
2. Kekuatan TQM
Teknik pemantauan dan pembenahan sambil jalan terus (onthe-fly-adjustment) yang paling populer, dan memang sangat
handal, adalah metodologi PDCA (Plan – Do – Check –
Action) dari TQM. Dalam buku ini sengaja tidak dibahas
metodologi PDCA secara lebih rinci, karena telah ribuan
judul buku diterbitkan tentang penerapan TQM dalam
meningkatkan mutu pelayanan. Pembaca dapat memilih salah
satu yang paling cocok dan mudah untuk diterapkan. Jika
86
Operasionalisasi Pelayanan Prima
Modul Diklatpim Tingkat IV
87
dilakukan dengan benar pendekatan TQM sering
menghasilkan ide - ide perbaikan yang spektakuler, dan
orisinil. Kepuasan Pelanggan biasanya juga dapat diukur dan
dinilai secara cukup akurat dengan TQM. Hal semacam ini
tentu akan sangat membantu kita dalam menyempurnakan
standar pelayanan,
bahkan jika memang perlu harus
dilakukan kembali pembaharuan desain pelayanannya.
G. Evaluasi Pelayanan
Apabila hasil dan langkah-langkah terdahulu belum mendorong
kita untuk melakukan pembaharuan desain, maka tiba saatnya
harus dilakukan evaluasi terhadap pelayanan kita. Titik
perhatian kita dalam langkah evaluasi ini hanya satu, yaitu
mengukur dan menilai manfaat pelayanan kita dalam
memberdayakan masyarakat pelanggan.
1. Model Mutu Pelayanan
Teknik evaluasi yang secara luas digunakan adalah SQGM
(“Service Quality Gap Model” atau Peta Kesenjangan Mutu
Pelayanan). Teknik ini dikembangkan berdasarkan atas
sebuah model, yang secara diagramatis dapat digambarkan
sebagai berikut:
Teknik SQGM diterapkan dengan mengikuti langkahlangkah seperti berikut:
a. Pengumpulan data dari para pelanggan dengan cara survai
untuk mengetahui harapan pelanggan, dan penilaiannya
terhadap mutu pelayanan yang selama ini telah mereka
terima. Perlu diketahui bahwa harapan pelanggan sangat
dipengaruhi oleh kebutuhan pribadinya, penilaiannya
terhadap mutu pelayanan setelah saling berkomunikasi
dengan pelanggan lain, pengalaman pribadinya sebagai
pe-langgan di masa-masa yang lalu dan janji-janji
pelayanan yang disampaikan oleh petugas pemasaran.
Faktor-faktor ini perlu digali dengan instrument survey
yang memadai.
b. Pengumpulan data dari para manajer pelayanan dengan
cara survey atau wawancara untuk mengetahui
88
Operasionalisasi Pelayanan Prima
pemahaman mereka terhadap harapan masyarakat
pelanggan.
c. Pengumpulan data dari para petugas pelayanan dengan
cara survai untuk mengetahui tingkat kepatuhan mereka
terhadap standar dan pelayanan dalam melaksanakan
pelayanan sehari-hari.
d. Pengumpulan data dari para petugas pemasaran dengan
cara survai atau wawancara untuk mengetahui tingkat
dukungan mereka terhadap pelaksanaan pelayanan.
e. Analisis GAP 5, yaitu mengukur tingkat kepuasan
pelanggan dengan cara membandingkan harapan
pelanggan terhadap penilaiannya atas mutu pelayanan
yang telah mereka terima. Ukuran kepuasan pelanggan
adalah apabila mutu pelayanan sudah sesuai atau melebihi
harapan mereka.
Meskipun jarang terjadi, hasil analisis mungkin
menunjukkan bahwa pelanggan telah merasa puas dengan
mutu pelayanan yang mereka terima. Jika hal semacam
ini terjadi, maka kita melanjutkan kelangkah
pembaharuan desain lagi (langkah Q.B. di depan) namun
dengan titik perhatian untuk dapat menemukan desain
yang lebih antisipatif terhadap perkembangan kebutuhan
pelanggan di masa datang.
Jika ternyata kepuasan pelanggan masih belum tercapai,
maka kita dapat melanjutkan dengan langkah-langkah
berikut ini untuk menemukan titik-titik kelemahan yang
lebih mendasar.
Modul Diklatpim Tingkat IV
f.
89
Analisis GAP 1, yaitu mengukur tingkat pemahaman
manajer pelayanan terhadap harapan pelanggan, dengan
membandingkan hasil pengumpulan data IV.G.2. dengan
IV.G.1 di atas.
g. Analisis GAP 2, yaitu meneliti ulang konsistensi
rancangan pelayanan yang pernah kita susun sebelumnya
(seperti langkah IV. C. di depan). Untuk keperluan ini
kita dapat mencoba menjawab beberapa pertanyaan di
bawah ini:
1) Apakah visi dan misi unit kita sudah selaras dengan
visi dan misi organisasi?
2) Apakah visi dan misi unit kita sudah dihayati oleh para
petugas pelayanan?
3) Apakah Daur Kegiatan Pelanggan (IV.B.3) sudah
sesuai dengan harapan pelanggan?
4) Apakah sikap pelayanan kita (IV.B.4.b) kurang
disenangi pelanggan?
5) Apakah sikap pelayanan kita (IV.B.4.b) kurang
disenangi pelanggan?
6) Apakah sarana dan prasarana pelayanan kita
(IV.B.4.C) kurang sesuai dengan harapan pelanggan?
7) Apakah alur kegiatan pelanggan yang telah kita
rancang (IV.B.4.d) menyebabkan pelanggan merasa
kurang nyaman?
8) Apakah standar pelayanan kita sudah ditulis dengan
cukup cermat, rapi, dan sesuai dengan rancangan
proses pelayanannya (IV.C)?
90
Operasionalisasi Pelayanan Prima
Dengan menelusuri pertanyaan-pertanyaan di atas
niscaya akan dapat ditemukan titik-titik lemah dalam
desain pelayanan kita, dan dapat disempurna kan
seperlunya. Namun jika uji konsistensi ini ternyata
memberikan hasil yang baik, maka kita dapat
melanjutkan dengan langkah berikut ini.
h. Analisis GAP 3, yaitu menilai tingkat kepatuhan petugas
pelayanan
terhadap
standar
pelayanan
dalam
melaksanakan kegiatan pelayanannya sehari-hari.
Jika ternyata memang mereka terlihat masih kurang
patuh, maka perlu segera dilakukan tindakan khusus,
yaitu dengan pendekatan seperti berikut:
1) Lakukan wawancara dari hati ke hati terhadap mereka
yang terlihat masih belum patuh pada standar
pelayanan. Kita harus mencoba memahami sebabsebab ketidakpatuhan mereka.
2) Jika mereka ternyata memang kurang menguasai
standar pelayanan, maka segera dilakukan pelatihan
ulang.
3) Jika ternyata mereka merasa kurang nyaman dengan
teknologi, peralatan, sarana, atau prasarana yang
digunakan dalam pelayanan maka segera temukan
jalan keluarnya yang memadai.
4) Jika ternyata mereka mengalami hambatanhambatan psikologis untuk dapat bekerja
dengan baik, maka segera berikan tindakan
psikologis yang efektif.
Modul Diklatpim Tingkat IV
91
Hambatan psikologis yang umum dijumpai adalah
depresi, sulit konsentrasi, tidak akur dengan teman
sekerja, pasif-agresif, kurang motivasi, kurang percaya
diri, penuh kecurigaan kepada orang lain, merasa tidak
aman, merasa dikucilkan, emosinya tidak stabil, dan lain
semacamnya.
Tindakan psikologis dapat berupa pendampingan,
konsultasi psikologis, atau psikoterapi. Kadang kala
dijumpai petugas mengalami gangguan kepribadian yang
menyebabkan mereka memang tidak dapat berfungsi
efektif sebagai petugas pelayanan. Untuk petugas
semacam ini harus segera digantikan dengan yang lain.
Jika ternyata petugas menunjukkan tingkat kepatuhan
yang tinggi terhadap standar pelayanan, maka kita dapat
mencoba langkah berikut ini.
i. Analisis GAP 4, yaitu meneliti dampak kegiatan
pemasaran terhadap pembentukan harapan pelanggan.
Tanpa sengaja, kadangkala kegiatan pemasaran telah
mengobral janji-janji yang berlebihan kepada para calon
pelanggan kita. Penggunaan media atau teknik
komunikasi yang kurang tepat juga dapat menimbulkan
salah pengertian pada pihak calon pelanggan, dan
menimbulkan harapan yang berlebihan. Satu hal yang
pasti, jika ternyata sama sekali tidak ada kegiatan
pemasaran, maka harapan pelanggan akan terbentuk
92
Operasionalisasi Pelayanan Prima
secara liar dan tentunya sangat sulit untuk dipenuhi.
Dengan menekuni sembilan langkah evaluasi di atas,
niscaya dapat selalu ditemukan arah baru dalam
pengembangan pelayanan kita, agar mutunya terus
menerus meningkat menuju tujuan akhirnya, yaitu
pemberdayaan masyarakat madani.
Modul Diklatpim Tingkat IV
93
Prinsip “hard system" yang efektif diterapkan dengan
menyusun rancangan proses pelayanan yang menyeluruh dan
komprehensif.
2. Rancangan desain pelayanan perlu disosialisasikan kepada
“mencakup” 4 langkah kegiatan: menemukan ‘roh’
pelayanan, menetapkan jenis pelayanan, menghayati
pelanggan dan merangcang proses pelayanan.
para “stakeholder”, yaitu pihak-pihak yang berkepentingan
dengan mati-hidupnya pelayanan kita, mulai dari para
petugas, atasan, direksi, tenaga fungsional, organisasi
profesi, masyarakat umum, asosiasi dunia usaha, dan sektorsektor lain. Sosialisasi dimaksudkan untuk menyempurnakan
rancangan desain pelayanan melalui kritik dan aspirasi.
Sosialisasi juga dapat menghasilkan sumberdaya tambahan
bagi pelaksanaan pelayanan.
‘Roh’ pelayanan dapat ditemukan melalui dialog yang
melibatkan seluruh petugas pelayanan. Hasil dialog
dinyatakan berupa visi dan misi pelayanan, yang selaras
dengan visi dan misi organisasi. Inilah penerapan dari prinsip
melayani dengan hati nurani, dan prinsip ‘soft system’ yang
efektif.
Selain sosialisasi, rancangan desain pelayanan juga perlu
dikoordinasikan dengan unit-unit lain yang terlibat dalam
pelaksanaannya nanti. Koordinasi dilakukan dengan cara
dialog agar diperoleh komitmen yang murni. Hasil
koordinasi berupa kesepakatan pasokan dan kesepakatan
layanan.
Prinsip memberdayakan pelanggan diterapkan dengan
menetapkan jenis-jenis pelayanan yang sekira nya memiliki
daya ungkit terhadap kesejahteraan umum. Cara paling
sederhana adalah dengan mengaktualisasikan tugas pokok
dan fungsi organisasi bersangkutan.
3. Standar pelayanan merupakan aplikasi dari rancangan proses
H. Rangkuman
1. Penerapan prinsip-prinsip pelayanan prima paling tidak harus
Prinsip mengutamakan pelanggan diterapkan dengan
mencoba menghayati akibat dari proses pelayanan terhadap
kegiatan pelanggan. Hasil penghayatan disusun menjadi
Daur Kegiatan Pelanggan.
pelayanan dalam bentuk dokumentasi tertulis. Standar harus
ditulis dengan cermat, rapi, dan menyeluruh. Bagi petugas
pelayanan standar ini berlaku sebagai pedoman kerja dan
baku mutu yang harus dipenuhi. Sedangkan bagi pelanggan
standar ini memuat jaminan mutu pelayanan yang
selayaknya akan mereka dapatkan.
Pada umumnya standar pelayanan memuat visi dan misi
pelayanan, jenis-jenis pelayanan yang ditawarkan, spesifikasi
94
Operasionalisasi Pelayanan Prima
Modul Diklatpim Tingkat IV
95
pelanggan,
prosedur
pelayanan,
pengawasan
dan
pengendalian mutu, serta berbagai lampiran yang diperlukan.
dengan yang kita rencanakan. Metodologi yang paling
handal untuk pembenahan ini adalah PDCA dan TQM.
4. Persiapan pelayanan paling tidak meliputi 4 hal, yaitu
6. Evaluasi pelaksanaan diperlukan untuk menilai apakah
penyediaan sarana/prasarana pelayanan, pelatihan tenaga
pelayanan, uji coba pelayanan, dan pemasaran pelayanan.
pelayanan kita sudah sesuai dengan harapan pelanggan atau
belum. Metodologi yang digunakan adalah dengan
memanfaatkan SQGM (Service Quality Gap Model). Model
ini akan membimbing kita untuk secara sistematis
menemukan titik-titik paling lemah dalam siklus
pengembangan pelayanan, sehingga telah menyebabkan
harapan pelanggan tidak terpenuhi.
Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan perlu dilakukan
seperti rancangan proses pelayanannya agar baku mutu yang
dikehendaki dapat benar-benar terwujud.
Pelatihan tenaga pelaksana merupakan forum penting untuk
memupuk komitmen dan menampung aspirasi petugas.
Bahan pelatihan biasanya meliputi standar pelayanan,
perilaku pelayanan, tatacara menanggapi keluhan, dan teknik
membina citra positif. Metodologi harus dipilih yang dialogis
dan kaya akan simulasi.
Uji coba pelayanan sangat penting dilakukan untuk
memahami hambatan dan kendala operasional dalam
menerapkan standar pelayanan. Uji coba sebaiknya
menggunakan jumlah pelanggan sebesar 30 – 50% dan
perkiraan jumlah total yang nantinya akan dilayani.
Pemasaran pelayanan harus mulai digalakkan, khususnya
untuk ‘mendidik’ pelanggan agar tidak mengembangkan
harapan yang berlebihan dan tidak masuk akal tenatang mutu
pelayanan.
5. Selama pelaksanaan pelayanan perlu dilakukan pemantauan
dan pembenahan terus menerus, karena setiap saat keadaan
di lapangan dapat saja berubah menjadi tidak sesuai lagi
Modul Diklatpim Tingkat IV
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Pelayanan prima tentu tidak dapat diwujudkan hanya dalam
semalam, tetapi memerlukan proses belajar secara bertahap
dalam waktu lama. Kunci keberhasilannya adalah dilakukan
bersama-sama oleh seluruh warga organisasi, dengan tingkat
komitmen dan konsistensi tinggi.
Pengalaman lapangan menunjukkan bahwa aplikasi pelayanan
prima untuk tingkat petugas pelayanan relatif mudah dilakukan.
Persoalan sering muncul justru di tingkat manajer menengah dan
manajer atas. Para manajer ini cenderung tidak siap untuk
memperbaharui tatanan organisasi secara keseluruhan agar dapat
mendukung pelaksanaan pelayanan prima oleh para petugas
pelaksana lapangan.
Pembaharuan tatanan organisasi memang sangat dibutuhkan
untuk mendukung pelayanan prima. Kebutuhan ini dipicu oleh
hal-hal yang bersifat prinsipil dalam desain pelayanan prima,
yaitu koordinasi dan integrasi sistemik. Pelayanan prima
memerlukan koordinasi yang sangat ketat antar bagian-bagian
organisasi dalam mendukung pelaksanaannya. Satu bagian
dengan bagian yang lain terus menerus saling mengawasi mutu
pekerjaannya. Situasi ini membutuhkan keterbukaan, ketulusan
96
97
untuk menerima umpan balik, dan kesigapan untuk membenahi
kelemahan dan kekurangan. Sumberdaya organisasi harus dapat
terus mengalir secara lancar dan luwes ke berbagai bagian yang
memang membutuhkannya. Hirarki struktural menjadi tidak
penting lagi, demi mengamankan mutu pelayanan di mata
pelanggan.
B. Tindak Lanjut
Perlu diingat bahwa pelayanan prima adalah buah peradaban
manusia abad 20, dan mewarisi nilai-nilai demokrasi,
keterbukaan, egaliter, dan profesionalisme yang sangat kental.
Hanya organisasi yang mampu menampung dan menghayati
nilai-nilai tersebut yang siap melaksanakan pelayanan prima.
Setiap organisasi yang berencana menerapkan pelayanan prima
harus mulai dengan penataan ulang budaya organisasinya.
Langkah-langkah pembaharuan organisasi menuju sebuah
“learning organization” sampai saat ini diyakini oleh banyak
pihak merupakan pilihan yang terbaik, sebelum mulai
menerapkan pelayanan prima.
Modul Diklatpim Tingkat IV
99
DAFTAR PUSTAKA
Peters JH (1999) Service Management, Managing the image, Trisakti
University, Jakarta.
Anonim (2000), Perilaku Pelayanan Prima. Diklat Pelayanan Prima,
Lembaga Administrasi Negara RI, Jakarta.
Purwanto P & Kusrini (1997), Excellent Services,
Diklat
Penjenjangan Manajer Madya, PT. Angkasa Pura
II,Jakarta.
Anonim (2000) Management Kualitas Pelayanan Prima, PT. Pinter
Konsultama, Jakarta.
Schening EE & WF Christopher (1993) The Service Quality
Handbook, AMACOM, New York.
De Vrye C, (1994) Good Service Is Good Business, Printice Hall,
Sydney
Senge P et.al (1994) The Fifth Dicipline Fieldbook, Nicholas
Breatey, London.
Gasperz V (1997) Manajemen Kualitas Dalam Industri Jasa,
Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.
Stamatis DH (1996) Total Quality Service, SSMB Pte Ltd.
Singapore.
George S & A Weimerskirch(1994), Total Quality Manage-ment,
John Wiley & Sone, New York.
Sugiarto E, (1994), Psikologi Pelayanan Dalam Industri Jasa,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Gore A (1996) The Best Kept Secrets In Government, .The US
Government Printing Office. Washington.
Sutopo & S, Sugiyanti (1998)
Pelayanan Prima, Lembaga
Administrasi Negara RI, Jakarta.
Hardjosoekarto S., (1994) Beberapa Perspektif Pelayanan Prima,
Bisnis & BirokrasiNo. 3,vol IV, September 1994.
Tjiptono F & A Diana (1997) Total Quality Management, Andi
Yogyakarta.
Macaulay S & S Cook (1997) How To Improve You Customer
Service. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Tjiptono F (1997) Total Quality Service, Andi, Yogyakarta.
Manchester Open Learning (1993) Creating Customer Loyalty,
Kogan Page Ltd. London.
Martin J. (1992) The Great Transition AMACOM, New York.
Mudie P & A Cottam (1990) TheManagement & Marketing OF
Service, Bultenworth – Helnemann, New York.
Nigro F A & LG Nigro (1997) Modern Public Administration,
Harper & Row Publishers, New York.
Nimran U (1997) Perilaku Organisasi, Citra Media Surabaya.
Osborne D & T Gaebler (1995) Reinventing The Government,
Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
98
Vandermere S. (1995) The Eleventh Commandment, transfor ming to
own customer, John Wiley & Sons, Chicester.
Wellington P, (1980, Kaizen Strategies For Customer Care.
Interaksara, Jakarta.
DAFTAR DOKUMEN
KepMENPAN No. 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik sebagai pengganti
KenMENPAN No 81 tahun 1993
KepMENPAN No 25/KEP/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum
Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit
Pelayanan Instansi Pemerintah.
Kep MENPAN No.26/KEP/.PAN/2/2004 tentang Petunjuk Teknis
Transparansi dan Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan
Pelayanan Publik.
Surat Edaran MENPAN N0 15/2005 tentang Peningkatan Investasi
Pengawasan dalam Upaya Perbaikan Pelayanan Publik.
100
Download