Dikisahkan dalam kitab suci perjanjian lama bahwa Nabi Musa dan

advertisement
Ilustrasi Musa membelah Laut Merah (ramdasstapes.org)
VIVAnews -- Dikisahkan dalam kitab suci perjanjian lama bahwa Nabi Musa dan
pengikutnya dari Bani Israil pernah terjebak di antara dua kematian. Maju dihadang laut
merah, diam atau mundur bakal dihabisi serdadu Firaun. Lalu Tuhan pun memberi mujizat
kepada Musa, mukjizat yang diyakini tiga agama.
Angin bertiup kencang sepanjang malam. Lalu air laut merah pun tersibak ke kiri dan ke
kanan, membentuk jalan di antara dinding air yang memberi kesempatan bagi Musa dan
pengikutnya melarikan diri. Ketika tentara Firaun mengejar mereka, tiba-tiba dinding air laut
runtuh. Maka tenggelam lah mereka.
Ribuan tahun sesudah kejadian itu, kini para ilmuwan meyakini bahwa keajaiban itu
merupakan fenomena alam. Para ilmuwan dari National Centre for Atmosphere Research di
Calorado Amerika Serikat, sebagaimana ditulis Daily Mail, Rabu 22 September 2010,
menemukan bahwa air laut yang tersibak itu akibat gerakan angin.
Dalam sebuah simulasi komputer yang dilakukan para ahli di Colorado itu diketahui bahwa
angin timur yang berhembus dengan sangat kuat selama 12 jam dalam semalam, bisa
menyibak air laut, menciptakan sebuah jalan tanah sebagaimana digambarkan dalam kisah
'Eksodus'.
Sedikit berbeda dengan deskripsi lokasi di kitab suci, para ilmuwan itu meyakini bahwa
lokasi keajaiban bukan di Laut Merah, melainkan di lokasi di dekatnya -- di delta Sungai
Nil,
di
mana
sebuah
sungai
kuno
menyatu
dengan
laguna.
Dari penelitian di lapangan, peta lokasi dan percobaan di laboratorium, para ilmuwan itu
menemukan bahwa angin timur dengan kecepatan 63 mph yang bertiup dalam waktu 12 jam
akan mendorong air -- baik di danau maupun aliran air. Proses ini akan menciptakan jalan
tanah
lumpur
sepanjang
dua
mil
dan
lebar
tiga
mil
selama
empat
jam.
Saat kecepatan angin turun, air akan kembali ke posisi awal -- mirip fenomena pasang surut.
Dalam jurnal Public Library of Science ONE, para ahli menguraikan bahwa siapapun yang
terdampar
dalam
lumpur
itusesudah
angin
melemah
akan
berisiko
tenggelam.
"Orang-orang selalu terpesona dengan kisah 'Eksodus' Musa, meyakini bahwa itu adalah
fakta sejarah. Apa yang ditunjukan dalam penelitian ini adalah bahwa deskripsi
membelahnya lautan, memang masuk akal dalam hukum fiusika." kata Ketua tim
peneliti,
Carl
Drews.
"Membelahnya laut bisa dipahami melalui dinamika fluida. Angin menggerakkan air
dengan cara yang sesuai dengan hukum fisika -- menciptakan jalan aman dengan
dinding air di dua sisi -- lalu air itu runtuh dan menenggelamkan jalan itu." Simulasi
komputer juga menunjukkan tanah kering bisa terlihat di dua lokasi terdekat selama
badai
angin.
Temuan ilmuwan tidak mirip dengan penjelasan di Perjanjian Lama. Sesuai fisika, terpisah
satu sama lain, melainkan, salah satu bagian air terdorong ke sisi berlawanan.
Sebelumnya, sejumlah teori ditawarkan untuk menjelaskan fenomena terbelahnya Laut
Merah secara ilmiah. Salah satunya, tsunami -- yang bisa memundurkan air laut dan
kemudian memajukannya dengan cepat.
Namun teori tsunami, tidak sesuai dengan penjelasan dalam kitab suci -- bahwa
membelahnya laut terjadi secara gradual, dan melibatkan angin.
Kisah Nabi Musa yang menyelamatkan Bani Israel dari kejaran Firaun merupakan
bukti adanya keajaiban Tuhan. Namun dari sisi sains disebutkan, kisah pembelahan
Laut Merah terjadi karena fenomena alam dan pengetahuan yang dimiliki Nabi Musa.
Mantan kepala Ilmuwan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA)
National Ocean Service di Amerika, Dr. Bruce Parker, menceritakan versi ilmiah kejadian itu
di laman Wall Street Journal, Kamis 11 Desember 2014. Menurutnya, Nabi Musa memiliki
perhitungan tepat dalam memprediksi pasang surut yang terjadi di Laut Merah.
Kisah dalam alkitab menjelaskan jika Nabi Musa membelah laut dengan tongkatnya
dan membiarkan bagian tengah laut kering. Dengan demikian, kaum Israel bisa
menyeberang laut untuk menghindari tentara Firaun. Setelah semua orang
menyeberang, tentara Firaun masih berada di dalam laut yang mengering itu. Tidak
lama air mulai kembali menyatu dan menenggelamkan para tentara tersebut.
Banyak yang mengatakan jika secara realistis, Nabi Musa mendapatkan bantuan dari alam
berupa fenomena tsunami yang muncul setelah gempa bumi terjadi di laut tersebut. Biasanya,
sebelum tsunami muncul, air akan menjauh terlebih dahulu sebelum akhirnya menghantam
daratan
dengan
arus
yang
tinggi
dan
menenggelamkan
semuanya.
Dari sisi ilmiah, menurut Parker, Nabi Musa tidak benar-benar membelah laut. Bahkan bukan
juga karena tsunami karena air akan kembali muncul dalam kurun 20 menit dan itu tidak
memberikan
kaum
Israel
cukup
waktu
untuk
menyeberang.
"Nabi Musa sepertinya tidak akan bisa memprediksi kapan gempa dan tsunami datang.
Namun saya percaya jika dia menggunakan pengetahuan lokalnya terhadap pasang surut air
laut. Di Teluk Suez, pasang surut berarti bagian-bagian di bawah laut bisa mengering selama
berjam-jam
sebelum
air
akhirnya
kembali.
Pengalamannya tinggal di padang gurun, membuat Musa dapat memprediksi kapan pasang
surut itu terjadi dengan melihat bulan. Awan debu yang muncul dari kereta kuda tentara juga
dijadikan
perhitungan
untuk
mengukur
waktu
kedatangan
tentara.
Pengetahuan ini tentu saja tidak dimiliki oleh para tentara yang tinggal di sepanjang sungai
Nil. Sungai itu terhubung dengan laut Mediterania dan tidak memiliki pasang surut yang
seperti
laut
merah.
"Dengan mengetahui kapan pasang surut laut terjadi, berapa lama dasar laut akan mengering,
dan kapan air akan kembali menyatu, dijadikan sebagai perhitungan Musa dalam misi
penyelamatan
kaum
Israel,"
ujar
Parker.
Dalam alkitab disebutkan jika pelarian dramatis itu terjadi saat bulan purnama penuh.
Ini artinya, air surut sampai ke titik terendah sehingga air laut bisa kering dalam
waktu lebih lama. Ini memberikan waktu yang cukup untuk mereka menyeberang. Jika
air surut di titik terendah, ini juga berarti jika pasang berada di titik yang tertinggi
sehingga
sangat
mungkin
untuk
menenggelamkan
tentara
Firaun.
Kisah Alkitab itu juga menyebutkan jika ada bantuan angin kencang dari arah timur
yang membantu mendorong air kembali dengan kuat. Meski Parker percaya dengan
kedatangan angin itu, tetap saja, ia merasa jika prediksi pasang surut air laut yang
diperhitungkan Musa merupakan pertimbangan waktu yang tepat dan menjadi faktor
utama
misi
penyelamatan
itu
sukses.
Penjelasan Parker ini bukanlah yang pertama. Sebelumnya, sejarawan kuno pda tahun 80 dan
40 sebelum masehi, bernama Artapanus, mengatakan 'Musa telah berkenalan dengan negara
ini. Dia menunggu datangnya pasang surut dan membawa orang-orang saat laut mengering.
Download