Memahami Kepribadian Capres-Cawapres Pemilu

advertisement
Memahami Kepribadian Capres-Cawapres Pemilu Indonesia 2009
Oleh: Bagus Takwin, Niniek L. Karim, Nurlyta Hafiyah, dan Dicky C. Pelupessy
Pemahaman terhadap perilaku politik para capres-cawapres Pemilu 2009 dan kebijakankebijakan yang mereka ambil jika terpilih nanti perlu melibatkan pemahaman tentang
kepribadian mereka. Sebagai organisasi dinamik dari keseluruhan sistem psiko-fisik yang
menentukan penyesuaian diri seseorang dengan lingkungannya, kepribadian menghasilkan polapola yang menata pikiran, perasaan, dan tingkahlaku. Pola-pola itu relatif menetap dan
menghasilkan konsistensi pikiran, perasaan, dan perilaku pada diri individu. Dengan
kepribadiannya, orang cenderung bertindak dengan cara yang serupa dalam beragam situasi.
Dengan memahami kepribadian para caprescawapres Pemilu 2009, kita dapat memperkirakan
kiprah mereka nantinya jika berperan sebagai presiden dan wakil presiden.
Dalam konteks Indonesia, pemahaman tentang kepribadian para pejabat negara menjadi
lebih penting bagi rakyat Indonesia sebelum mereka menentukan pilihannya. Dari Greenstein
(1969) kita memahami bahwa tindakan yang ditampilkan tokoh politik merupakan hasil
pengaruh dari dua hal utama: karakteristik pribadi dan lingkungan tempat orang itu berada. Lebih
khusus lagi, dalam masyarakat yang tingkat partisipasi politiknya masih rendah dan kontrol oleh
rakyat terhadap pejabat-pejabat negara masih belum jelas seperti di Indonesia, faktor kepribadian
tokoh politik lebih berperan. Pejabat negara, seperti presiden dan wakil presiden, akan lebih
banyak dipengaruhi dan digerakkan oleh kepribadiannya dalam proses pengambilan keputusan
dan menentukan kebijakan-kebijakan yang akan dijalankannya.
Untuk memahami kepribadian para capres-cawapres Pemilu 2009, kami dari Fakultas
Psikologi UI di bawah koordinasi Niniek L. Karim bekerjasama dengan Kompas melakukan
penelitian untuk mengenali dan menganalisis aspek-apek kepribadian dari para capres dan
cawapres Pemilu 2009. Kami berusaha memahami aspek-aspek kepribadian yang terkait dengan
perilaku politik mereka dan memaparkan hasilnya kepada pembaca Kompas.
Penelitian kami lakukan dengan memanfaatkan beberapa konsep dan metode penelitian
jarak jauh yang pernah digunakan para ahli psikologi politik untuk memahami kepribadian para
tokoh politik dunia. Beberapa di antaranya adalah Post (2003) dalam bukunya The Psychological
Assessment of Political Leader; Saddam Husain and Bill Clinton, Feldman dan Valenty (2001)
dalam buku Profiling Political Leaders; Cross-Cultural Studies of Personality Behavior, serta
Preston (2001) dalam buku The Presiden & His Inner Circle. Dengan kerangka-kerangka teoritis
dan metodologis yang diperoleh dari mereka, kami merancang penelitian yang bertujuan
memperoleh gambaran sifat-sifat kepribadian dan motif para capres-cawapres itu.
Untuk memperoleh gambaran kepribadian yang lebih utuh dari para capres-cawapres
Pemilu 2009, kami juga melakukan analisis psikobiografi dengan menggunakan teori-teori
kepribadian, di antaranya teori kepribadian dari Alfred Adler, Carl Gustav Jung, Oto rank, dan
Heinz Kohut. Pendekatan psikobiografi mengasumsikan bahwa orang mempertahankan
karakteristik psikologisnya agar ia memiliki pengaruh bermakna terhadap kejadian-kejadian dan
hasil-hasil dalam dunia nyata (Houghton, 2009). Dengan analisis psikobiografi, unsur-unsur
kepribadian yang indikasinya ditemukan dalam analisis-analisis terhadap sifat-sifat dan motifmotif para capres-cawapres itu dirangkai agar konsisten dan koheren dengan teori. Bersamaan
dengan itu, penjelasan-penjelasan tentang bagaimana sifat-sifat dan motif-motif itu teorganisasi
menjadi kepribadian juga dirumuskan dengan mempertimbangkan data empiris dari indikasiindikasi unsur-unsur kepribadian. Penjelasan yang kami susun merupakan usaha kami untuk
mempertemukan teori dan data empiris sehingga kami dapat memperoleh pemahaman
komprehensif.
Dalam usaha memahami kepribadian para capres-cawapres Pemilu 2009, kami
menggunakan berbagai sumber dan jenis informasi yang terkait dengan kepribadian. Kami
memanfaatkan berita di media massa, laporan wawancara dengan para capres-cawapres yang
dimuat di media massa selama empat tahun, rekaman audio-visual yang memuat pidato dan
sepak-terjang para capres-cawapres, serta hasil penilaian psikolog dan masyarakat umum. Kami
juga mencermati berbagai unsur kepribadian dan hal-hal yang terkait dengannya sebab
kepribadian tidak hanya ditampilkan dalam bentuk tingkahlaku, melainkan juga dapat tercermin
dalam pikiran, perasaan, hubungan dekat, dan interaksi sosial lainnya. Lebih jauh lagi,
kepribadian juga mempengaruhi selera, kecenderungan emosional, cara berpakaian, dan cara
orang memaknai dunia.
Dalam penelitian ini, kami tidak langsung berinteraksi dengan para capres dan cawapres,
melainkan menganalisis rekaman-rekaman audio-visual dan transkrip pidato dan wawancara
mereka. Kami juga menganalisis tulisan-tulisan tentang mereka, berita-berita tentang apa yang
dikatakan dan dilakukan oleh mereka. Untuk mengetahui kesan masyarakat Indonesia tentang
mereka, kami juga menggali persepsi sosial dari masyarakat Indonesia melalui survey dengan
kuesioner terhadap 3000 orang Indonesia di berbagai provinsi. Selain itu, kami juga menggali
persepsi sosial masyarakat melalui diskusi kelompok terarah dan meminta penilaian dari 46
psikolog terhadap motif dan sifat-sifat kepribadian para kandidat yang terkait dengan aktivitas
politik. Dengan menggunakan penalaran induktif dan deduktif, kami membuat kesimpulan dari
hasil penelitian kami. Apa yang ditampilkan di Harian Kompas tiga hari ke depan ini merupakan
ringkasan dari hasil penelitian kami.
.
Download