BARTONELLA BACILLIFORMIS….. Abstrak Bartonella baciliformis adalah bakteri gram negatif aerobik yang dapat menyebabkan penyakit bartonellosis. Penyakit bartonellosis mempunyai dua fase yang berbeda, yaitu demam Oroya dan Verruga peruana. Penyebaran penyakit ini terbatas pada daerah pegunungan Andes Amerika di daerah tropis Peru, Ekuador, dan Kolombia dengan ketinggian antara 2000 hingga 9200 kaki (600 – 2800 m) dari permukaan laut. Penularan terjadi melalui gigitan “sand fly” dari genus Lutzomyia (Lutzomyia verrucarum). Penisilin, streptomisin, kloramfenikol, dan tetrasiklin efektif dalam mengurangi demam dan bakteriemia. Pemberantasan vektor agas juga diperlukan dalam pengendalian penyakit. TAKSONOMI Kingdom: Bacteria Divisio: Proteobacteria Kelas: Alphaproteobacteria Ordo: Rhizobiales Familia: Bartonellaceae Genus: Bartonella Spesies: Bartonella bacilliformis Bartonella bacilliformis adalah bakteri gram negatif aerobik, pleomorfik, memiliki banyak flagela, dapat bergerak, panjangnya 2-3 m dan lebarnya 0,2-0,5 m. Bartonella bacilliformis dapat menyebabkan penyakit bartonellosis. Penyakit ini mempunyai 2 fase yang berbeda, yaitu : 1. Demam Oroya : suatu anemia infeksiosa yang berat. Demam Oroya ditandai dengan demam yang tidak teratur, sakit kepala, nyeri otot, arthralgia, muka pucat, timbulnya anemia berat secara cepat akibat kerusakan darah, pembesaran limpa dan hati, serta pendarahan dalam kelenjar-kelenjar getah bening. Massa bartonella mengisi sitoplasma dari sel yang melapisi pembuluh darah, dan pembengkakan endotel dapat mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah dan trombosis. Angka kematian demam Oroya yang tidak diobati adalah sekitar 40-85%. 2. Verruga peruana : erupsi kulit yang tidak berbahaya. Verruga peruana memiliki masa pra erupsi yang ditandai dengan nyeri otot, tulang dan sendi; rasa nyeri tersebut kadang amat berat, berlangsung beberapa menit hingga beberapa hari pada satu tempat tertentu. Erupsi kulit juga ditandai dengan munculnya benjolan kecil seperti hemangioma. Benjolan yang muncul dekat sendi dapat berkembang seperti tumor dengan permukaan merah. Verruga peruana terdiri dari lesi kulit vaskuler granulomatosa yang muncul bergantian, berlangsung sekitar 1 tahun dan menimbulkan sedikir reaksi sistemik dan tidak menyebabkan kematian. Fase ini biasanya dimulai 2-8 minggu setelah fase demam Oroya. Verruga sering terjadi pada orang yang telah sembuh dari demam Oroya. Bartonella dapat dilihat dalam granuloma, biakan darah sering positif, tetapi tidak terdapat anemia. Verruga peruana dapat berlangsung lama tapi jarang menyebabkan kematian. Bartonella bacilliformis menghasilkan protein yang menimbulkan deformitas (indentasi) selaput sel darah merah, dan flagel memungkinkan organisme ini memasuki sel darah merah dengan daya mekanismenya. Bartonella bacilliformis juga memasuki sel endotel dan sel manusia jenis lain secara in vitro. PENYEBARAN Penyebaran penyakit ini terbatas pada daerah pegunungan Andes Amerika di daerah tropis Peru, Ekuador dan Kolombia dengan ketinggian antara 2000 hingga 9200 kaki (600 – 2800 m) dari permukaan laut dimana terdapat vektor lalat pasir; tak ada batasan umur, ras dan jenis kelamin. Manusia berperan sebagai reservoir dengan agen penyebab yang ditemukan dalam darah. Di daerah endemis, carrier tanpa gejala dapat mencapai 5%. Tidak diketahui adanya hewan sebagai inang. PENULARAN Penularan tidak langsung dari orang ke orang kecuali melalui transfusi darah. Manusia menjadi sumber infeksi bagi “sand fly” untuk masa yang lama, agen penyebab dapat muncul dalam darah beberapa minggu hingga hitungan tahun setelah muncul gejala klinis. Lama dari masa infeksi “sand fly” tidak diketahui. Penularan terjadi melalui gigitan “sand fly” dari genus Lutzomyia. Spesies ini tidak ditemukan di semua wilayah; Lutzomyia verrucarum terdapat di Peru. Serangga ini hanya menggigit dari petang hingga pagi. Transfusi darah, terutama pada stadium demam Oroya, dapat menularkan infeksi. Biasanya 16 – 22 hari, tapi kadang kala sampai 3 – 4 bulan. Manusia berperan sebagai reservoir dengan agen penyebab yang ditemukan dalam darah. Di daerah endemis, carrier tanpa gejala dapat mencapai 5%. Tidak diketahui adanya hewan sebagai inang. PENGOBATAN Setiap orang rentan terhadap penyakit ini, namun penyakit ini gejalanya lebih ringan jika menyerang anak-anak daripada orang dewasa. Kesembuhan dari demam Oroya kebanyakan memberikan kekebalan permanen. Sedangkan stadium Verruga dapat muncul kembali. Diagnosa dibuat dengan menemukan penyebab infeksi dalam butir darah merah selama fase akut dengan pengecatan Giemsa, spesimen diambil dari lesi kulit selama fase erupsi atau diagnosa dapat juga dibuat dengan kultur darah pada media khusus, dimana spesimen dapat diambil kapan saja. ►Bartonella bacilliformis dengan pengecatan Giemsa (5000x) Penisilin, streptomisin, tetrasiklin, dan kloramfenikol efektif dalam mengurangi demam dan bakteriemia serta bermanfaat pada demam Oroya dan sangat mengurangi angka kematian, khususnya bila transfusi darah juga diberikan. Yang paling sering dipakai adalah kloramfenikol, 10 mg/ kg/ hari selama 10-14 hari. Siprofloksasin, rifampisin, dan eritromisin juga bisa digunakan sebagai obat, sedangkan gabungan doksisiklin dan gentamisin tidak memberikan efek penyembuhan. Pengendalian penyakit tergantung pada pemberantasan vektor agas. Penyemprotan rumah dilakukan secara sistematis dengan insektisida yang meninggalkan residu. Insektisida, penolak serangga, dan pemberantasan daerah pembiakan serangga sangat berguna untuk mengendalikan penyakit ini. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2001, Bartonella Bacilliformis, http://microbiology.scu.edu.tw/micro/bacteria/B2.htm diakses tanggal 8 Februari 2008 Anonim, 2006, Bartonella bacilliformis (strain ATCC 35685 / http://www.ebi.ac.uk/integr8/OrganismHomeAction.do?orgProteomeID=25962 KC583), diakses tanggal 25 Maret 2008 Anonim, 2007, Bartonella bacilliformis, http://en.wikipedia.org/wiki/Bartonella_bacilliformis diakses tanggal 25 Maret 2008 Chin, J., 2000, Manual Pemberantasan Penyakit Menular, http://nyomankandun.tripod.com/sitebuildercontent/sitebuilderfiles/manual_p2m.p df diakses tanggal 18 Maret 2008 Raoult, D., 2007, Molecular Mechanisms of Resistance to Antibiotics in Bartonella Bacilliformis, http://jac.oxfordjournals.org/cgi/content/abstract/59/6/1065 diakses tanggal 26 Maret 2008 Henriquez, C., 2002, Human Bartonellosis Caused by Bartonella Bacilliformis, http://www.pitt.edu/~super1/lecture/lec8711/015.htm diakses tanggal 22 maret 2008 Jawetz, E., 1995, Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan, edisi 16, 357-358, EGC, Jakarta Jawetz, E., 1995, Mikrobiologi Kedokteran, edisi 20, 298-299, EGC, Jakarta Murray, P.R., 1999, Manual of Clinical Microbiology, 639, 644, ASM Press, Washington, DC NAMA : OKI CHRISTINA NIM : 078114035